Top Banner
LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014 MODUL : Biochemical Oxygen Demand PEMBIMBING : Ir. Endang Kusumawati, MT Oleh : Kelompok : VI (Enam) Nama : 1. Muhamad Lazuardi H (111411048) 2. Mira Rahmi F (111411049) 3. Nadita Yuliandini (111411050) 4. Pradhita Ramdani H (111411051) Kelas : 3B Praktikum : 6 November 2013 Penyerahan : 20
29

BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND.docx

Oct 19, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRISEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014MODUL: Biochemical Oxygen DemandPEMBIMBING : Ir. Endang Kusumawati, MT

Praktikum: 6 November 2013Penyerahan: 20 November 2013(Laporan)

Oleh :Kelompok: VI (Enam)Nama: 1. Muhamad Lazuardi H(111411048)2. Mira Rahmi F(111411049)3. Nadita Yuliandini(111411050)4. Pradhita Ramdani H(111411051)Kelas : 3B

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIAJURUSAN TEKNIK KIMIAPOLITEKNIK NEGERI BANDUNG2013BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD)

I. Tujuan Praktikum1. Menentukan nilai BOD dari suatu sampel limbah

II. Landasan TeoriBiological Oxygen Demand (BOD) adalah analisis empiris untuk mengukur proses-proses biologis (khususnya aktivitasmikroorganismeyang berlangsung di dalam air. Nilai BOD merupakan suatu pendekatan umum yang menunjukkan jumlahoksigenyang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk menguraikan zat organik terlarut dan sebagian zat-zat organik yang tersuspensi di dalam air. Di dalam pemantauan kualitas air, BOD merupakan salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur tingkat pencemaran air. Pengukuran parameter ini dapat dilakukan pada air minum maupun air buangan.Pencemaran air adalah penambahan unsur atau organisme kedalam badan air, sehingga pemanfaatannya dapat terganggu. Pencemaran air dapat menyebabkan kerugian ekonomi dan sosial, karena adanya gangguan oleh adanya zat-zat beracun atau muatan bahan organik yang berlebih. Keadaan ini akan menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi yang kritis, atau merusak kadar kimia air. Besarnya beban pencemaran yang ditampung oleh suatu perairan, dapat diperhitungkan berdasarkan jumlah polutan yang berasal dari berbagai sumber aktifitas air buangan dari proses-proses industri dan buangan domestik yang berasal dari penduduk. Telah banyak dilakukan penelitian tentang pengaruh air buangan industri dan limbah penduduk terhadap organisme perairan, terutama pengaruhnya terhadap kehidupan ikan, karena otak tidak mendapat suplai oksigen serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh ikan tidak dapat mengikat oksigen yang terlarut dalam darah.Biochemical Oxygen Demand menunjukkan jumlah oksigen dalam satuan ppm yang dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk memecahkan bahan-bahan organik yang terdapat di dalam air.Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan penduduk atau industri. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah, apabila suatu badan air dicemari oleh zat oragnik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut dalam air selama proses oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan dapat menimbulkan bau busuk pada air tersebut. Beberapa zat organik maupun anorganik dapat bersifat racun misalnya sianida, tembaga, dan sebagainya, sehingga harus dikurangi sampai batas yang diinginkan.Berkurangnya oksigen selama biooksidasi ini sebenarnya selain digunakan untuk oksidasi bahan organik, juga digunakan dalam proses sintesa sel serta oksidasi sel dari mikroorganisme. Oleh karena itu uji BOD ini tidak dapat digunakan untuk mengukur jumlah bahan-bahan organik yang sebenarnya terdapat di dalam air, tetapi hanya mengukur secara relatif jumlah konsumsi oksigen yang digunakan untuk mengoksidasi bahan organic tersebut. Semakin banyak oksigen yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula kandungan bahan-bahan organik di dalamnya.Terdapat pembatasan BOD yang penting sebagai petunjuk dari pencemaran organik. Apabila ion logam yang beracun terdapat dalam sampel maka aktivitas bakteri akan terhambat sehingga nilai BOD menjadi lebih rendah dari yang semestinya.APLIKASI DATA BOD5 Memperkirakan kadar limbah Sebagai data untuk biodegradasi limbah Sebagai data untuk penanganan sungai danua (badan air) Untuk mengoprasikan unit pengolahan limbah (parameter pengoprasian)

Pengujian BOD menggunakan metode Winkler-Alkali iodida azida, adalah penetapan BOD yang dilakukan dengan cara mengukur berkurangnya kadar oksigen terlarut dalam sampel yang disimpan dalam botol tertutup rapat, diinkubasi selama 5 hari pada temperatur kamar, dalam metode Winkler digunakan larutan pengencer MgSO4, FeCl3, CaCl2 dan buffer fosfat.Kemudian dilanjutkan dengan metode Alkali iodida azida yaitu dengan cara titrasi, dalam penetapan kadar oksigen terlarut digunakan pereaksi MnSO4, H2SO4, dan alkali iodida azida. Sampel dititrasi dengan natrium thiosulfate memakai indikator amilum.Untuk mempermudah penetapan BOD, supaya terhindar dari pengulangan yang akan memerlukan waktu lama diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :1. Perkiraan kebutuhan oksigen untuk mendapatkan pengenceran yang mendekati, perlu dilakukan penetapan angka KmnO4 terhadap sampel.Bilangan permanganat adalah jumlah mg KMnO4 yang diperlukan untuk mengoksidasi zat organik yang terkandung didalam satu liter contoh air dengan pendidihan selama 10 menit. Penentuan zat organik dengan cara oksidasi dapat dilakukan dalam suasana asam atau basa. Metoda asam untuk air yang mengandung ion Cl < 300 ppm Metoda basa untuk air yang mengandung ion Cl > 300 ppm2. Pengenceran yang bervariasi lebih menguntungkan terhindari dari kegagalan penetapan. Karena akan didapat salah satu yang memenuhi persyaratan penetapan BODPersyaratan penetapan BOD:a. Selisih DO nol dengan DO lima diantara 40-70%b. DO5 lebih besar dari 0,5 mg/l

III. Pelaksanaan3.1 Alat Pipet Gelas Kimia 1000 ml Botol BOD 300 ml Pengaduk Buret 50 ml Erlenmeyer 250 ml Hot plate Inkubator 200 C Wadah untuk membuat larutan pengencer Botol BOD Inkubator BOD

3.2 Bahan ( Pereaksi) Air suling yang tidak boleh mengandung Cu lebih dari 0,01 mg/L, Khlor, Kloroamin, Alkali, zat organik atau asam Larutan buffer phosfat Larutan garam-garam berikut dan encerkan dengan air suling steril : 8,5 gr KH2PO4 21,8 gr K2HPO4 33,4 gr Na2HPO4 3,2 gr KNO3 Campurkan larutan-larutan tersebut dan encerkan dengan air suling hingga 1000 ml Larutan magnesium sulfat : larutkan 22,5 gr MGSO4.7 H2O dalam air suling hingga 1 Liter Larutan Ferikhlorida : larutkan 0,25 gr FeCL3.6H2O dalam air suling hingga 1 Liter Larutan kalsium khlorida : larutkan 27,5 CaCl2 Andhydrous dalam air suling hingga 1 Liter Larutan natrium hidroksida 1 N : larutkan 40 gr NaOH dalam air suling hingga 1 Liter Larutan asam khlorida 1 N : encerkan 84 ml HCl 35% dengan air suling hingga 1 Liter

3.3 Langkah Kerjaa. Penetapan angka KMnO4 Pembebasan Reduktor dari Labu Erlenmeyer

Penetapan Angka KMnO4

Penentuan faktor ketelitian KMnO4

b. Pembuatan Pengencer

Lakukan Aerasi dengan kompressor selama 30 menit

c. Pengenceran

PengencerSampel

d. Penetapan Oksigen Terlarut Metode Winkler

IV. Data PengamatanTitrasiVolume Thiosulfat (mL)

ErlenmeyerBotol

Blanko0 1310,3

Blanko0 24,58

Blanko5 13,512

Blanko5 22,513,3

DO0 (1)2,311,3

DO0 (2)3,69,6

DO5 (1)3,313,9

DO5 (2)1,911,1

V. Pengolahan Data Penetapan Faktor Ketelitian KMnO4V KMnO4 rata-rata = 13,5 mL

Angka KMnO4

DO Metoda WinklerNthiosulfat = 1/80 N = 0.0125 N

TitrasiVolume ErlenmeyerVolume Botol

Blanko0 1125225

Blanko0 2146204

Blanko5 1130220

Blanko5 2115235

DO0 (1)127223

DO0 (2)120230

DO5 (1)140210

DO5 (2)150200

1. Blanko hari ke-0

Blanko0 (1) ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

Blanko0 (2)ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

2. DO hari ke-0 DO0 (1) ErlenmeyerMg O2/L =

BotolMg O2/L =

DO0 (2) ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

3. Blanko hari ke-5 Blanko5 (1) ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

Blanko5 (2) ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

4. DO hari ke-5 DO5 (1) ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

DO5 (2) ErlenmeyerMg O2/L = BotolMg O2/L =

Nilai BODBOD = P (DO0 sampel DO5 sampel ) (DO0 blanko DO5 blanko)BOD = (0,157 mg/L - 0,131 mg/L) (0,194 mg/L - 0,201 mg/L)BOD = 2,66 mg/L

VI. Pembahasan

Muhamad Lazuardi H (111411048)Pada praktikum pengolahan limbah kali ini dilakukan penentuan nilai BOD dari limbah tahu yang dihasilkan oleh industri tahu di daerah cihanjuang. Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan kebutuhan oksigen biologi untuk memecah (mendegradasi) bahan buangan didalam air limbah oleh mikroorganisme. Dalam hal ini bungan organik akan dioksidasi oleh mikroorganisme didalam air limbah, proses ini adalah alamiah yang mudah terjadi apabila air lingkungan mengandung oksigen yang cukup.Untuk mengetahui nilai kandungan BOD dalam suatu limbah kita dapat menganalisisnya melalui salah parameter penting dalam analisis kualitas air yaitu DO (Dissolved Oxygen). DO atau Oksigen terlarut adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan absorpsi atmosfer/udara ataupun dengan cara di aerasi. Dengan melihat kandungan oksigen terlarut dalam air praktikan dapat menentukan tingkat pencemaran pada air limbah atau limbah cair tersebut.Prinisip dari penentuan BOD dalam suatu limbah cair adalah dengan menggunakan titrasi iodometri, analit yang dipakai adalah oksidator yang dapat bereaksi dengan I- untuk menghasilkan iod, kemudian iod yang terbentuk secara kuantitatif akan dititrasi kembali dengan larutan tiosulfat. Sebelumnya dalam menentukan BOD ini praktikan harus melakukan pembebasan reduktor. Pembebasan reduktor ini dilakukan bertujuan untuk menghilangkan zat atau partikel yang nantinya akan bereaksi dengan larutan KMnO4 sehingga dapat mempengaruhi hasil analisanya. Pembebasan reduktor dilakukan dengan penambahan larutan H2SO4 pada larutan KMnO4 yang akan mengoksidasi zat reduktor yang menempel pada erlenmeyer.Dalam menentukan BOD ini praktikan melakukan dengan menggunakan metode winkler. Dimana praktikan terlebih harus mengetahui angka ketelitian dari KMnO4 yang nantinya digunakan sebagai perbandingan antara larutan pengencer dan larutan sampel. Dalam praktikum kali ini praktikan memperoleh angka ketelitian KMnO4 sebesar 233,5 mg/L. Pembuatan larutan pengencer dalam praktikum ini bertujuan sebagai sumber nutrisi dari bakteri atau mikroorganisme untuk menguraikan senyawa-senyawa organik dalam limbah cair tersebut.Perbadingan pengencer dengan larutan sampelnya didapat pada rentang P1 (0-300 ml KMnO4) yang digunakan untuk pengamatan praktikan dalam hal praktikan melakukannya secara duplo pada setiap sampel maupun blangko. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kesalahan dalam proses titrasi dan meningkatkan tingkat ketelitian dari proses titrasi. Sampel pada yang tersebut kemudian ditambahkan MnSO4, dengan penambahan MnSO4 pada larutan sampel akan terbentuk endapan di dalamnya. Untuk menghilangkan endapan tersebut dilakukan penamabahan larutan H2SO4 atau HCl pekat. Endapan yang hilang atau terlarut itu nilainya akan sama dengan oksigen terlarut yang digunakan bakteri. Selanjutnya oksigen yang terlarut dapat dibebaskan dengan menggunakan proses titirasi dengan menggunakan larutan natrium thiosulfat 0,01 N dan indikator larutan berupa larutan kanji. banyak volume natrium thiosulfat yang digunakan akan sebanding dengan oksigen yang terlarut. Dalam proses ini terjadi reaksi kimia sebagai berikut :MnSO4 + 2NaOH Mn(OH)2 + Na2SO42Mn(OH)2 + O2 2MnO2(s) + 2H2OMnO2 + 2KI + 2H2O Mn(OH)2 + I2 + 2KOHI2 + 2Na2S2O3 Na2S4O6 + 2NaIUntuk prinsip pemerikasaan parameter BOD didasarkan pada reaksi zat organik dengan oksigen dalam air proses tersebut dapat terjadi karena adanya bakteri aerobik. Untuk itu dalam pemerikasaan BOD mula-mula diukur pada DO pada hari ke nol dam DO akan diukur kembali pada 5 hari selanjutnya. Perbedaan DO dalam limbah air tahu dapat diasumsikan sebagai konsumsi oksigen yang digunakan selama proses bakteri untuk menguraikan senyawa organik dalam limbah air tahu selama proses 5 hari yang dianggap selesai. Berdasarkan hasil pengolahan data diatas maka diperoleh nilai BOD pada limbah air tahu ini adalah sebesar 2,66 mg/L. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat kandungan oksigen terlarut pada masing-masing sampel dan blanko adalah sebagai berikut :BahanNilai DO sample

Blanko0 1

Blanko0 2

Blanko5 1

Blanko5 2

DO0 (1)

DO0 (2)

DO5 (1)

DO5 (2)

Mira Rahmi Fauziyyah (111411049)Pada praktikum kali ini dilakukan analisis empiris secara global mikrobiologis yang benar-benar terjadi dalam air atau biasa disebut dengan metoda Biochemical Oxygen Demand (BOD) yang bertujuan untuk dapat mengetahui nilai BOD dari satu sampel limbah. Dalam pengertian yang lebih mudah, BOD dapat diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik yang mudah diurai yang tentunya ada di dalam kandungan air limbah.Tes BOD disini berlaku sebagai simulasi proses biologi secara alamiah, yang mula-mula diukur pada DO0 atau DO awal dan di ukur kembali pada saat DO5 atau DO ketika telah mencapai 75% dari reaksi yang tercapai yaitu pada hari ke-5. Dengan tujuan untuk dapat membandingkan hasil yang diperoleh sebelum dan sesudah larutan limbah di inkubasi. Prinsip yang digunakan untuk menganalisis nilai BOD, dengan cara menggunakan metoda Winkler. Dimana, prinsipnya dengan menggunakan titrasi iodometri.Penetapan angka KMnO4 Pada proses ini, dilakukan dengan 3 tahap:a. Pembebasan reduktor dari labu erlenmeyerYang bertujuan untuk membebaskan reduktor atau menghilangkan pengotor yang ada dalam erlenmeyer agar tidak mempengaruhi jalannya proses penentuan BOD. Proses ini dilakukan dengan cara memanaskan air kran yang dicampur dengan H2SO4 dan KMnO4 dan dipanaskan hingga mendidih kemudian larutan tersebut dibuang.b. Penetapan angka KMnO4Setelah dilakukan pembebasan reduktor, dilakukan percobaan selanjutnya untuk mendapatkan angka KMnO4 yang dilakukan dengan cara memanaskan larutan aquadest, H2SO4 dan larutan sampel yang sudah diencerkan sebanyak 100x hingga mendidih dan kemudian ditambahkan KMnO4 yang dilanjutkan dengan emanasan 10 menit kembali. Setelah itu, larutan segera di titrasi dalam keadaan panas dengan KMnO4 0,01 N yang bertujuan untuk mengetahui kelebihan dari asam oksalat yang ada dalam larutan. Dari penetapan angka KMnO4 yang kemudian diperoleh hasil titrasi KMnO4 (a) sebanyak 13,5 ml.c. Penetapan faktor ketelitian KMnO4 0,01 N Penetapan faktor ketelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan penentuan banyaknya pengenceran. Dengan faktor ketelitian nya 10 ml/KMnO4. dan kemudian faktor ketelitian dari larutan ini (f) adalah sebesar 0,74 ml/KMnO4. Yang kemudian dapat digunakan untuk mengukur banyaknya bagian-bagian pengencer.PengenceranSetelah itu dilakukan pembuatan pengencer dengan komposisi 3 L aquadest yang ditambah dengan larutan buffer, CaCl2, FeCl3, MgSO4, dan bibit mikroba yang masing-masing sebanyak 3 ml. Dan di aerasi selama 30 menit yang bertujuan memberi oksigen untuk mikroba agar mikroba dapat bertahan hidup. Dari data penetapan faktor ketelitian KMnO4 didapatkan angka KMnO4 sebesar 233,5 mg/L KMnO4 dan perbandingan untuk melakukan pengenceran, yaitu : 1 bagian sampel + 76,8 bagian pengencer. Dengan jumlah larutan masing-masing sebanyak 9 ml Sampel + 691 bagian pengencer. Yang dimasukkan ke dalam 2 buah botol untuk DO0 dan DO5 dengan masing-masing 350 ml. Untuk DO0 dan blanko0 dapat dilakukan analisis dengan metoda winkler saat itu juga. Penetapan Oksigen Terlarut dengan Metoda WinklerMetoda winkler dilakukan dengan menambahkan 1 ml MnSO4 dan 1 ml pereaksi oksigen dan dibiarkan selama 10 menit. Setelah itu, 1/3 bagiannya dipindahkan ke botol lainnya. Untuk masing-masing botol yang akan di titrasi, ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan di titrasi dengan menggunakan thiosulfat sampai berwarna kuning jerami. dengan penambahan beberapa tetes kanji dan kemudian titrasi dilanjutkan sampai larutan berubah warna dari biru menjadi putih bening. Untuk DO5 dan blanko5, dilakukan metoda winkler dan di titrasi pada saat larutan telah di inkubasi selama 5 hari.Pada metoda ini, terjadi perubahan reaksi sebagai berikut : Dan hasil percobaan, dihasilkan nilai DO sebagai berikutBlanko0 (1)0,157 mg O2/LBlanko5 (1)0,194 mg O2/L

Blanko0 (2)0,108 mg O2/LBlanko5 (2)0,141 mg O2/L

DO0 (1)0,131 mg O2/LDO5 (1)0,127 mg O2/L

DO0 (2)0,193 mg O2/LDO5 (2)0,201 mg O2/L

Dari data tersebut diperoleh kenaikan nilai DO pada hari ke-5 dibandingkan dengan DO awal. Dan didapatkan nilai BOD nya sebesar 2,66 mg O2/L . Hal tersebut menandakan bahwa benar adanya bahwa semakin lama proses inkubasi maka semakin besar reaksi yang tercapai. Karena, adanya reaksi oksidasi zat organik dari bakteri aerobik. Nadita Yuliandini (111411050)Pada praktikum ini dilakukan untuk mengetahui nilai kebutuhan oksigen biologi (BOD) pada larutan sampel. Nilai BOD ini menunjukkan banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik. Kondisi aerobik atau dengan adanya penambahan oksigen dilakukan untuk memberikan sumber kehidupan bagi mikroorganisme yang membutuhkan proses oksidasi sehingga menjadi sumber energi saat memecah bahan organik sebagai sumber makanan. Kadar BOD pada sampel tersebut perlu untuk diketahui karena nilai BOD digunakan sebagai parameter untuk mengetahui tingkat pencemaran air sebelum dibuang ke lingkungan. Pengukuran nilai BOD yang dilakukan ini menggunakan metoda Winkler. Metoda ini merupakan metoda titrasi yang menggunakan prinsip iodometri.Langkah pertama, yaitu dilakukan pembebasan reduktor pada labu erlenmeyer yang bertujuan untuk menghilangkan zat-zat pereduksi yang dapat berpengaruh pengukuran pada percobaannya. Labu ini akan digunakan dalam penetapan angka KMnO4 terhadap sampel. Pada proses ini mengalami reaksi yang berlangsung cepat dalam suasana asam dan panas. Reaksi yang terjadi :MnO4- + 8H+ + 5e Mn2+ + 4H2OSetelah pembebasan reduktor pada labu erlenmeyer, lalu dilakukan penetapan angka KMnO4 yang bertujuan sebagai perkiraan kebutuhan oksigen untuk mendapatkan pengenceran yang mendekati. Dan dalam prinsipnya yaitu zat organik yang terkandung dalam sampel dioksidasi oleh KMnO4 berlebihan dalam suasana asam dan panas. Kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat berlebihan, lalu kelebihan asam oksalat dititrasi kembali oleh larutan KMnO4. Sehingga reaksi yang terjadi adalah :Zat organik + KMnO4 CO2 + H2O2KMnO4 + 5H2C2O4 + 3 H2SO4 2MnSO4 + 10 CO2 + K2SO4Lalu dilakukan penetapan faktor ketelitian KMnO4 0,01 N yang ditambah 10 mL larutan asam oksalat 0,01 N dan dititrasi dengan KMnO4 0,01 N sampai cairan berwarna merah muda. Dalam titrasi ini volume KMnO4 yang digunakan sebanyak 13,5 mL dan memperoleh faktor ketelitian sebesar 0,74. Sehingga memperoleh angka KMnO4 sebesar , didapatkan nilai ketetapan dari data yang diperoleh.Pembuatan larutan pengencer ini terdiri dari 3 L aqudest, larutan buffer fosfat 3 mL, larutan CaCl2 3 mL, larutan FeCl3 3 mL, larutan MgSO4 3 mL, dan cairan bibit seed/mikroba sebagai sumber mineral pada bibit mikroba yang digunakan, buffer fosfat sebagai penyangga pH agar pertumbuhan mikroba optimum sebanyak 3 mL. bahan semua itu dicampurkan lalu dilakukan aerasi selama 30 menit, hal ini dilakukan untuk mengaktifkan kembali mikroba atau untuk memberikan asupan oksigen terhadap mikroba sehingga dapat aktif atau hidup kembali sampai hari ke-5.Dilakukan kelarutan oksigen di dalam air limbah diencerkan terlebih dahulu, ini bertujuan untuk menjamin agar kebutuhan oksigen mencukupi selama proses penetapan berlangsung. Lalu pengenceran dilakukan pada P1 (angka KMnO4/3). Angka KMnO4 yang diperoleh sebesar , maka nilai P1 sebesar 77,8 mL, artinya 1 bagian sampel 76,8 bagian pengencer.Kemudian dilakukan penetapan oksigen terlarut dalam metode Winkler, dalam hal ini menggunakan delapan botol BOD dimana digunakan untuk sampel maupun blanko (duplo) hari ke-0 dan untuk sampel maupun blanko hari ke-5. Prinsip penetapan oksigen terlarut dengan Metoda Winkler yaitu dengan menggunakan titrasi iodometri. Dalam penentuannya, sampel dan blanko diperlakukan yang sama yaitu sebelum di titrasi sampel maupun blanko yang terdapat dibotol ditambahkan larutan MnSO4 dan pereaksi O2 (KI + Na3N), sehingga terjadi endapan MnO2. Setelah itu botol ditutup, dikocok dan dibiarkan selama 10 menit untuk pengendapan dan penyempurnaan reaksi. Setelah didiamkan 10 menit sampel dan blanko dibagi 2 agar lebih mudah dalam menentukan nilai DO, baik nilai DO hari ke-0 dan DO hari ke-5. Lalu ditambahkan H2SO4 akan melarutkan endapan dan juga akan membebaskan iodin (I2) yang ekivalen dengan oksigen terlarut (hasil oksidasi I- oleh MnO2 dalam suasana asam). Iodin yang dibebaskan ini akan dititrasi dengan larutan standar natrium tiosulfat (Na2S203) hingga warna cairan berwarna kuning jerami, kemudian ditetesi dengan indikator larutan amilum (kanji), dan titrasi dilanjutkan kembali hingga warna larutan menjadi biru hilang. Itulah titik akhir titrasinya. Sehingga reaksi yang terjadi sebagai berikut :3 MnSO4 + 2 Na3N Mn3N2 + 3 Na2SO4Mn3N2 + 7/2 O2 3 MnO2 + N2OMnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOHI2 + 2 Na2S2O3 Na2S4O6 + 2 NaIBlanko digunakan sebagai pembanding dengan menggunakan larutan pengencer sebagai pengganti sampel. Selain itu sampel dan blanko yang hari ke-5 tersebut dilakukan inkubasi pada suhu 200C selama 5 hari. Suhu inkubasi tersebut merupakan suhu standar mikroorganisme tetap hidup, jika suhunya lebih rendah maka aktivitas bakteri pengurai juga lebih rendah dan tidak optimal sebagaimana yang diharapkan.Berdasarkan hasil pengukuran, telah diperoleh nilai DO baik pada hari ke-0 maupun hari ke-5.Nilai DO sample

Blanko0 1

Blanko0 2

Blanko5 1

Blanko5 2

DO0 (1)

DO0 (2)

DO5 (1)

DO5 (2)

BOD AKHIR2,66 mg/L

Pradhita Ramdani (111411051)Pada praktikum pengolahan limbah kali ini, dilakukan penentuan nilai BOD dalam suatu limbah. Metode penghitungannya dilakukan dengan menghitung selisih kebutuhan oksigen yang dibutuhkan mikroba saat awal (DO0) dan setelah diinkubasi selama lima hari (DO5). Semakin banyak kandungan organik dalam air limbah maka kebutuhan oksigennya pun bertambah. Pembebasan reduktorLangkah pertama sebelum penentuan nilai BOD adalah pembebasan reduktor dari Erlenmeyer. Zat atau partikel yang masih tertinggal di dalam Erlenmeyer dapat mengganggu dan mempengaruhi hasil analisa karena sifatnya yang reduktor akan ikut bereaksi dengan KMnO4 pada proses selanjutnya yaitu, penetapan angka KMnO4. Pembebasan reduktor dilakukan dengan penambahan H2SO4 yang membuat KMnO4 akan mengoksidasi partikel reduktor yang menempel pada erlenmeyer, sehingga zat reduktor yang menempel pada erlenmeyer akan teroksidasi.Penetapan angka KMnO4Setelah pembebasan reduktor pada Erlenmeyer dilakukan penetapan angka KMnO4. Angka KMnO4 menunjukkan zat organik yang terdapat di dalam limbah yang berkaitan dengan kebutuhan oksigen yang dibutuhkan mikroba. Dengan tahap ini pun, didapat nilai jumlah pengencer dan sampel yang digunakan. Sampel yang digunakan adalah air limbah tahu yang diencerkan 100 kali. Pada tahap ini dilakukan penambahan H2SO4 6 N untuk membuat suasana asam sehingga ion permanganat akan mengalami reduksi dari permanganat menjadi mangan dioksida. Zat organik dalam sampel akan dioksidasi oleh KMnO4 berlebih dalam suasana asam dan panas.Selanjutnya kelebihan KMnO4 direduksi oleh asam oksalat, selanjutnya penentuan angka KMnO4 dilakukan dengan titrasi larutan yang ditambahkan asam oksalat dan titrasi kembali dengan larutan KMnO4. Nilai KMnO4 yang didapatkan sebanyak 233,5 mg/L. Dari angka ini maka didapat sebesar 233,5 mg KMnO4 untuk mengoksidasi zat organik dalam tiap 1 Liter sampel.Penentuan faktor ketelitian KMnO4Penentuan faktor ketelitian KMnO4 dilakukan untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan penentuan banyaknya pengenceran. Hasil titrasi KMnO4 sebelumnya ditambahkan kembali dengan asam oksalat dan dititrasi dengan KMnO4 dimana jumlah KMnO4 seharusnya 10 mL sesuai dengan penambahan KMnO4 sebelumnya.Pembuatan PengencerPengenceran yang dilakukan menggunakan rumus P1 karena nilai angka KMnO4 nya 233,5 mg/L dan dihasilkan nilai P1 sebesar 77,8 yang berarti 1 bagian sampel dan 76,8 bagian pengencer. Dari data percobaan didapat sebanyak 38,56 mL sampel yang ditambahkan dan 2961,44 mL pengencer yang ditambahkan. Pengenceran dilakukan agar tempat hidup mikroba tidak terlalu pekat sehingga mikroba dapat hidup lebih lama. Selain itu dilakukan aerasi dahulu pada larutan pengencer, yaitu sebagai pengadukan dan penambahan oksigen untuk mikroba dalam mengoksidasi bahan organic.Penetapan Oksigen Terlarut Metode WinklerKandungan BOD dalam sampel ditentukan dengan kandungan oksigen dalam sample tersebut dengan metode winkler. larutan sampel yang telah dicampur dengan pengencer serta blanko ditambahkan MnSO4 dan pereaksi oksigen (KI+NaOH). MnSO4 dalam keadaan basa ini akan membentuk endapan MnO2 yang berwarna kecoklatan. Kemudian ditambahkan H2SO4 sehingga endapan larut dan akan melepas I2 yang ekivalen dengan oksigen terlarut. Selanjutnya dilakukan titrasi dengan larutan Na2S2O3 untuk mengikat iod tersebut. Lalu ditambahkan beberapa tetes larutan kanji sebagai indikator adanya iod yang terbebas. Larutan kanji mengandung amilum yang akan berubah wana manjadi biru apabila ditambahkan iod.Reaksi-reaksi yang terjadi : Sampel yang telah diencerkan dibagi menjadi 2 botol. Untuk botol 1 dilakukan analisa langsung (BOD0) sedangkan untuk botol 2 diinkubasi selama 5 hari. Pada masa inkubasi inilah terjadi penguraian kandungan organik oleh mikroba. Inkubasi dilakukan sekitar 5 hari karena penguraian akan lebih maksimal bila diinkubasi selama 5 hari. Berdasarkan pengolahan data, didapatkan nilai BOD dari sampel yang dianalisa sebesar 2,66 mg/L.

VII. Kesimpulan Faktor Ketelitian (f) yang diperoleh adalah 0,74 Angka KMnO4 yang didapatkan sebesar 233,5 mg/L KMnO4 Perbandingan pengenceran yang dilakukan : 1 bagian sampel : 56 bagian pengencer dengan komposisi 12,3 ml sampel dan 687,7 ml pengencer Nilai DO yang didapatkan:Blanko0 (1)0,157 mg O2/LBlanko5 (1)0,194 mg O2/L

Blanko0 (2)0,108 mg O2/LBlanko5 (2)0,141 mg O2/L

DO0 (1)0,131 mg O2/LDO5 (1)0,127 mg O2/L

DO0 (2)0,193 mg O2/LDO5 (2)0,201 mg O2/L

Nilai BOD yang dihasilkan: 2,66 mg/L

DAFTAR PUSTAKAhttp://goelanzsaw.blogspot.com/2013/02/analisa-bod-dalam-air.htmlhttp://id.wikipedia.org/wiki/Kebutuhan_oksigen_biologishttp://widyapranata.wordpress.com/tag/bod-dan-cod-sebagai-parameter-pencemaran-air-dan-baku-mutu-air-limbah-bod-and-cod-as-a-parameter-water-pollution-and-waste-water-quality-standards/http://laboratorymtw.blogspot.com/2011/04/cod-dan-bod.html