Tugas Mata Kuliah : Sistem Produksi Tanaman Pakan MANAJEMEN SISTEM PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK BALAI INSEMINASI BUATAN LEMBANG-BANDUNG, JAWA BARAT OLEH: Rossy Endah Ayu Anggreini D251124041 Anggun Marsiz Jayanti D251130301 Mustofa Hilmi D251130321 Nining Suningsih D251130161 Ide Resentito D251130091 Melia Afnidah Santi D251130171 Annisa Imran D251130021 SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Tugas Mata Kuliah : Sistem Produksi Tanaman Pakan
MANAJEMEN SISTEM PRODUKSI HIJAUAN MAKANAN TERNAK BALAI
kemudian sapi-sapi itu akan melakukan fisin (pemanasan sebelum kawin), bila
penis jantan telah kelihatan merah, tegang dan kencang, maka penis langsung
dimasukan ke vagina buatan.
4. Kemudian sperma dalam vagina buatan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa.
Bila sperma berwarna hijau, ada kotoran yang terdorong
Bila sperma berwarna merah, segar, venis teriritasi
Bila sperma berwarna cokelat, venis ada yang luka
4
Bila sperma berwarna krem susu bening, maka itulah sperma yang bagus
5. Penentuan konsentrasi semen segar.
6. Proses pengenceran sperma.
7. Proses filling dan sealing, memasukan sperma ke dalam ministrow isi I strow 0,25
CC.
8. Proses pembekuan
Setelah semen diperoleh, maka semen dapat secara diinseminasikan kedalam sapi
betina, dengan cara: penyiapan sapi betina yang sedang estrus/birahi, penyiapan inseminasi
gun, pengambilan straw dari container, perendaman straw di air hangat, straw dimasukan
ke inseminasi gun, inseminasikan ke sapi betina, pemeriksaan kehamilan
Kegiatan Balai Inseminasi Buatan Lembang
Sanitasi Kandang dan Ternak
Sanitasi kandang adalah upaya terlaksana penjagaan kebersihan kandang, dan
lingkungan ternak yang meliputi keadaan kandang dan peralatan kandang, sedangkan
sanitasi ternak adalah suatu usaha menjaga kesehatan ternak supaya tidak mudah terserang
penyakit, sehingga dapat memberikan produksi yang maksimal. (Omat Ram, 2003).
Sanitasi kandang di Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang dilaksanakan dengan cara
membersihkan lantai kandang, tempat pakan, tempat minum dan saluran pembuangan
kotoran, sedangkan sanitasi ternak yaitu dengan cara membersihkan bagian badan sapi di
daerah lipatan paha sampai bagian belakang tubuhnya dibersihkan dari kotoran. Sanitasi
kandang sapi di balai dilakukan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pukul 07.00 WIB, dan
pada pukul 13.00 WIB,. Sedangkan untuk sanitasi ternak dilakukan 1 kali dalam sehari,
yaitu pukul 07.00 WIB.
Pemberian Pakan
Pemberian pakan pada ternak yang cukup memadai, merupakan kunci sukses suatu
peternakan jumlah dan mutu pakan yang baik dapat menumbuhkan sifat genetik yang baik,
menurut Dinas Peternakan Propinsi Jawa Barat (2002), pakan ternak mempunyai peran
penting dalam pemeliharaan pengaruhnya terhadap produktivitas ternak, kurang lebih 70 %.
5
Pemberian pakan secara ekonomis dan teknis dilandasi beberapa hal, yaitu sebagai
berikut : kebutuhan hidup pokok, kebutuhan pertumbuhan, reproduksi dan kebutuhan untuk
produksi (semen).
Pemberian pakan yang baik dan benar dapat memberiakn pengaruh yang nyata
terhadap peningkatan produktivitas ternak, sehingga dalam pemeliharaan ternak sapi pakan
memiliki peran yang sangat penting, dalam pemberian pakan ini harus sesuai dengan
kebutuhan ternak, sehingga ternak dapat menghasilkan produksi yang maksimal.
Jenis Makanan Ternak di Balai Inseminasi Buatan Lembang
Hijauan
Hijauan adalah merupakan bahan makanan yang memiliki kandungan serat kasar
yang cukup tinggi dengan kandungan proteinnya rendah, dimana hijauan ini merupakan
makanan pokok bagi ternak ruminansia yang berasal dari rumput, daun, leuguminosa, dan
limbah pertanian. Jumlah pakan yang diberikan pada ternak sapi di Balai Inseminasi
Buatan ( BIB) lembang, sebanyak 65 kg. Dimana jenis hijauan yang diberikan yaitu berupa
rumput pertanian antara lain, yaitu rumput gajah (Pennicetum Purpureum), dan rumput
lapangan.
Frekuensi pemberian hijauan pada sapi di Balai diberikan 3 (tiga) kali dalam sehari,
yaitu pada pukul 08.00 WIB, pukul 13.00 WIB,dan pukul 14.30 WIB.
Tabel 1. Jumlah pemberian hijauan di Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang
/ekor/hari.
No Komposisi Pagi (kg) Siang (kg) Sore (kg) Jumlah (kg)1 Rumput gajah 25 kg 15 kg 25 kg 65 kg
Sumber : Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang
Konsentrat
Konsentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah energi dan
BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak (Tillman et al.,1998). Konsentrat dapat
pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain,
untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen
atau pakan pelengkap (Hartadi et al., 1997).
Tabel Analisis konsentrat di Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang
6
No Zat gizi %1. Air Max 12.02. Protein Max 16 - 183. Lemak Max 3,54. Serat Max 125. Abu Max 106. Calcium Max 0,8 – 0,97. Phosphor Max 0,5 - 0,68. TDN Max 60 – 75
Jumlah 100Sumber : Balai Inseminasi Buatan ( BIB) lembang
Bahan-bahan yang dipakai, jagung, bungkil kedelai, mollases, bungkil kelapa,
African star grass adalah jenis rumput yang tumbuh dan dapat beradaptasi dengan
baik di daerah tropis. African star grass dapat berkembang dengan stolon. Rumput ini baik
digunakan untuk padang penggembalaan atau pastura, namun perlu dilakukan pengelolaan
yang intensif dengan cara membuat paddocks dan rotasi. Paddocks digunakan sebagai
pasture kurang lebih selama 3-4 hari dan diistirahatkan selama 21-28 hari.
African star grass dapat berproduksi sebanyak 47,0-55,6 ton/ha/tahun, dengan
pemberian 150 atau 300 kg nitrogen/ha/tahun dan interval pemanenan selama 21 hari
(Miller et al., 2010). Rumput ini dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
500-1200 mm. Rumput ini tidak dapat tumbuh pada tanah yang tergenang dan kekurangan
nitrogen (Partridge, 2010). Kandungan nutrien African star grass adalah 32% bahan kering;
3,4% abu; 0,6% lemak kasar; 9,6% serat kasar; 15,4% BETN; dan 2,8% protein kasar
(Hartadi et al., 1986). Menurut Miller et al. (2010), DE atau Digestible Energy dari rumput
African star adalah 10,66 MJ per kg bahan kering, satu joule sama dengan 0,24 kal, maka
10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum Schaum)
11
Rumput gajah banyak dimanfaatkan pada bidang peternakan yaitu sebagai makanan
hewan ternak seperti sapi, kambing dan kuda. Klasifikasi dari Pennisetum purpureum
Schum. kingdom : Plantae, phlum : Spermatophyta, class : Monokotil, ordo : Poales, family
: Poaceae, genus : Pennisetum, spesies : Pennisetum purpureum Schum (Tjitrosoepomoe,
2004). Rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum) berasal dari afrika tropik, tumbuh
berumpun dan tingginya dapat mencapai 3 m lebih. Permukaan buluhnya licin dan pada
buluh yang masih muda bisanya ditutupi oleh sejenis zat lilin tipis. Pelepahnya licin atau
berbulu pada waktu muda dan kemudian berbulu-bulu tersebut gugur. Daunnya berbentuk
garis, pangkalnya kasar. Perbungaan berupa tandan tegak yang panjangnya sampai 25 cm.
gagang-gagangnya berbulu. Bulir-bulirnya berkelompok, terdiri dari 3-4 buliran tiap
kelompoknya dan bergagang pendek sekali. Pangkal bulirnya bulirannya berbulu panjang
dan halus. Perbanyakan dapat dilakukan dengan pemecahan rumpun dan potongan-
potongan buluhnya. Dapat tumbuh hingga pada ketinggian 1500 m dpl.
Rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum)
Tabel 2.5 Analisisa kandungan kimia rumput gajah (Pennisetum purpureum Shaum).
Parameter Berat basah berat keringkandungan air 89,0 0jumlah abu 2,00 18,18protein kasar 2,97 27lemak kasar 1,63 14,82jumlah total karbohidrat 3,40 30,91serat kasar 1,00 9,09
Sumber: Okaraonye & Ikewuchi (2009)
Alfalfa (Medicago sativa L.)
12
Alfalfa dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai macam iklim dan kondisi
tanah. Alfalfa dapat tumbuh dengan baik pada pH 6,2 (Rowell, 1994). Alfalfa responsive
terhadap aplikasi pemupukan, khususnya fosfor, sulfur dan potasium (Whiteman, 1980) dan
menurut Pearson dan Ison (1986) efisiensi penggunaan pupuk fosfor umumnya berkisar 0,7
– 1,0, namun bisa juga turun hingga nol bila diaplikasikan saat curah hujan tinggi pada
tanah berpasir.
Menurut Henning dan Nelson (1993) alfalfa rentan terhadap penyakit: busuk akar
(phytophtora root rot), penyakit layu (bacterial wilt), anthracnose, sclerotinia dan busuk
batang.
Alfalfa merupakan tanaman tahunan yang dapat tumbuh kembali setelah
pemotongan (defoliasi). Menurut Ildis (2005), klassifikasi alfalfa adalah sebagai berikut:
kingdom : Plantae, division : Magnoliophyta, class : Magnoliopsida, order : Fabales, family
: Fabaceae, subfamily : Faboideae, tribe : Trifolieae, genus : Medicago, spesies : M. sativa
Alfalfa tergolong sumber hijauan pakan yang potensial dimanfaatkan untuk ternak
ruminansia karena produksinya tinggi serta didukung nilai nutrisi yang baik dengan
kandungan protein kasar berkisar 17,7 – 24,1% (Earthnote, 2004). Menurut Horner et al.
(1985) bahwa kandungan nutrisi alfalfa pada pemanenan pertama (tahap pertumbuhan 10%
berbunga) adalah sebagai berikut: protein kasar 21,4%; ADF 35,3%, NDF 35,6% dan lignin
11,7% berdasarkan bahan kering.
Desmodium
Desmodium adalah salah satu genus dari famili Fabaceae. Hingga saat ini, penelitian
yang dilakukan terhadap sejumlah spesies tumbuhan genus Desmodium telah berhasil
mengisolasi berbagai senyawa metabolit sekunder. Beberapa spesies Desmodium yang telah
diteliti kandungan metabolit sekundernya adalah D. canadense, D. canum, D. caudatum, D.
gangeticum , D. oxyphyllum, D. pulchellum, D. styracifolium, D. tiliaefolium , D. trifolium,
dan D. uncinatum (Yang, 1993). Tumbuhan dari genus ini biasanya dimanfaatkan sebagai
kontrol erosi, seperti contohnya D. gangeticum dan D. heterocarpon dapat membantu
mencegah erosi dan mengontrol rumput liar serta digunakan pula sebagai makanan ternak.
Klasifikasi Desmodium adalah sebagai berikut: divisi: Magnoliophyta, kelas:
patok). Patok pada kebun-kebun tersebut bertujuan untuk memudahkan proses pemanenan,
sebagai strategi ketersediaan hijauan dan estimasi kandungan nutrient saat dipanen.
Penanaman dilakukan dengan jarak tanam 1 x 1 m dengan mempertimbangkan
pertumbuhan supaya optimal dan memudahkan untuk menghitung kebutuhan hijauan.
Secara umum, rumput dipanen pada umur 56 hari dari 56 petak (diasumsikan setiap
hari memanen satu petak secara bergiliran). Pemanenan rumput dilakukan 10 cm dari
permukaan tanah kemudian dilayukan selama sehari untuk menurunkan kadar air sehingga
resiko bloat dapat diminimalisir. Hijauan ini kemudian di-chopping, dibersihkan dari bahan
asing kemudian disimpan di guang penyimpanan. Selain diberikan dalam bentuk segar,
ternak juga diberikan rumput dalam bentuk hay dan silase. Pemberian hijauan untuk ternak
didasarkan pada NRC dan disesuaikan dengan kondisi fisiologis ternak.
Produksi pakan hijauan dipengaruhi oleh faktor musim sehingga ketersediaan per
tahunnya mengalami fluktuasi. Pada musin hujan, hijauan yang dipanen melebihi
kebutuhan ternak (excess production) sedangkan pada musim kemarau akan terjadi
kekurangan HMT karena hijauan yang dipanen tidak mencukupi kebutuhan ternak (lacking
production). Untuk menyiasati imbalance production, diperlukan penanganan supaya
hijauan dapat tersedia sepanjang tahun sesuai kebutuhan.
Penanganan HMT saat musim hujan
Saat musim hujan, produksi rumput sekitar 10 kg/rumput atau dapat diasumsikan
100 ton/ha. Biasanya saat musim hujan ini terdapat kelebihan produksi sehingga dapat
diolah menjadi hay atau silase. Saat musim hujan pemupukkan N yang diberikan terlalu
tinggi menyebabkan keracunan karena sinar matahari kurang yang dapat menghambat
asimilasi karbon. Pemupukkan menggunakan feses sapi panas dan feses ayam dingin
sehingga pupuk untu hijauan perlu campuran feses ayam dan feses sapi. Rasio C pada feses
sapi tinggi sehingga perlu diturunkan sampai stabil C 20 dengan penambahan feses ayam
menggunakan perhitungan 10% BB dikarenakan, rumen sapi tidak berubah.
Penanganan HMT saat musim kemarau
Berbeda hal dengan musim hujan, saat musim kemarau produksi rumput sekitar 5-6
kg/rumpun atau diasumsikan sebanyak 50-60 kg/ha. Hasil produksi ini tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan hijauan ternak. Untuk menyiasati kekurangan tersebut, pihak BIB
21
dapat membeli dari petani sekitar ataupun dengan memanfaatkan hay dan silase yang telah
dibuat saat terjadi kelebihan produksi. Kualitas hijauan berbeda antara produksi musim
hujan dan musim kemarau. Saat musim hujan kualitas hijauan lebih baik dibandingkan
musim kemarau karena ketersediaan unsur hara pada tanah juga melimpah. Sebaliknya,
kualitas hijauan saat musim kemarau dapat dipastikan menurun seiring dengan kuantitas
produksinya.
Pengawasan Mutu Pakan Penunjang Kualitas Sperma
Pengawasan mutu pakan di BIB Lembang dilakukan secara periodik. Pengawasan
yang dilakukan oleh tim wastukan (pengawasan mutu pakan) bertujuan untuk memastikan
bahwa pakan yang dikonsumsi ternak sesuai dengan kebutuhan dan formula yang telah
ditetapkan. Titik pengawasan yang menjadi kritis dimulai sejak penanaman hijauan, pasca
panen, pengolahan hijauan, penyusunan formula, hingga pemberian nearly mouth ternak.
Pakan yang diberikan pada pejantan memiliki spesifikasi khusus untuk dapat
menunjang keberhasilan diproduksinya sperma yang berkualitas. Formula pakan yang stabil
akan dipertahankan terlebih dahulu. Namun, bila terjadi penurunan atau fluktuasi yang
signifikan, pihak formulasi pakan akan menelusuri penyebabnya dari aspek pakan. Jika
diperlukan, pihak formulasi pakan akan mengganti formula pakan supaya kualitas dan
kuantitas sperma sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
Evaluasi mutu yang dilakukan di BIB Lembang dapat secara harian, mingguan,
bulanan dan tahunan. Setiap hari dilakukan pengisian logsheet untuk mempermudah
pengamatan konsumsi pakan. Logsheet ini diisi dalam setiap pemberian pakan. Setiap
minggu, pihak wastukan juga melakukan evaluasi perkembangan kondisi pejantan yang
berkaitan dengan pakan. Nantinya pihak wastukan akan mengevaluasi bahan baku yang
digunakan dan kandungan nuriennya. Untuk evaluasi bulanan, biasanya pihak wastukan
akan melakukan rapat koordinasi dengan bagian terkait lainnya, misalnya bagian produksi
dan pemeliharaan pejantan.
Secara keseluruhan, pengawasan mutu pakan yang dilakukan dalam menunjang
kualitas dan kuantitas sperma telah terintegrasi dengan baik. Manajemen pengawasan mutu
beriringan dengan visi misi BIB Lembang supaya tercapai tujuan yang diharapkan. Dalam
22
hal ini, BIB Lembang akan terus berkontribusi terhadap peningkatan produksi sapi di
Indonesia.
Jenis HijauanBerikut ini adalah beberapa jenis hijauan yang ditanam di BIB Lembang. Tabel di
bawah ini yang sering digunakan sebagai pakan ternak adalah rumput gajah dan rumput
Afrika (padang pengembalaan). Produksi rumput gajah (panen 10.000 kg/hari), stargrass
(star grass 1400 kg/hari), hay (144 kg/hari).
Tabel . Jenis jenis hijauan yang ditanam di BIB Lembang
No. Jenis – jenis Rumput Bahasa Latin1 Rumput gajah Pennisetum purpureum2 Rumput raja/king grass Pennisetum porpupoides3 Afrikan star grass Cynodon nlemfuensis4 Rumput cina -5 Rumput signal Brachiaria decumbens6 Alfalfha Medicago sativa7 Legum stilo Stylosanthes humilis8 Lamtoro Leucaena leucocephala9 Gamal Gliricedia sepium10 Daun duduk/green leaf Desmodium cinereum11 Kaliandra Caliandra calothyrsus 12 Rye grass Lolium perene13 Legum kurik Plantago major14 Sorgum
Macam-macam hijauan yang digunakan: rumput Rey grass, rumput cina, rumput
gajah, alflaafla, desmodium. Macam hijauan di BIB Lembang banyak, namun hanya sedikit
yang diberikan karena hijauan yang diberikan disesuaikan dengan kebutuhan nutrisi sapi.
Pemberian jagung juga diberikan pada sapi apabila sperma yang dihasilkan sapi kurang
aktif sehingga diberikan konsentrat jagung. Pada pagi hari sapi diberikan Hay, bertujuan
untuk merangsang pembentukkan saliva. Produksi saliva yang banyak akan menormalkan
pH rumen sekitar 7, setelah itu diberikan pakan hijauan. Sapi tidak diberikan silase karena
pemberian silase dapat membuat sperma yang dihasilkan asam, sehingga pemberian silase
dihindari. Pemberian hijauan setelah dipanen dilayukan dulu sebelum diberikan, hal ini
bertujuan untuk menurunkan kadar air rumput. Pada sapi yang digembalakan khususnya
23
sapi Bull diberikan rumput Africa, hal ini disebabkan karena rumput Africa tahan terhadap
injakan, sehingga banyak dibudidayakan di BIB Lembang.
Jenis Ternak
Pejantan yang ada di BIB Lembang terdiri atas sapi perah, sapi potong, kambing
perah, kambing potong, dan domba. Berikut ini beberapa jenis sapi yang ada di BIB
Lembang dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
Tabel . Jenis – jenis ternak yang dipelihara di BIB Lembang
No. Jenis Ternak di BIB Lembang1 Sapi Simental2 Sapi Limousan3 Sapi Angus4 Sapi Brahman5 Sapi Fries Holstein6 Sapi Ongole
Sapi yang ditempatkan pada ruang sempit, menyebabkan kegemukan karena ruang
gerak cukup sempit sehingga menyebabkan kegemukkan dan menurunkan kualitas sperma,
sehingga dibutuhkan exercise. Kegemukkan sapi di biarkan dipadang penggembalaan untuk
melakukan exerices bertujun menjaga bobot badan agar tetap stabil dan menghasilkan
sperma yang aktif. Selain exercise penambahan pakan q-urat dapat merangsang produksi
sperma karena q urat mengandung glikolobin yang dapat digunakan untuk meningkatkan
libido sapi.
24
KESIMPULAN
Secara keseluruhan system hijauan makanan ternak yang diterapkan di BIB
Lembang telah diintegrasi secara komprehensif. Semua pihak di BIB Lembang etlah
bersinergi untuk mencapai produksi sperma dengan kuantitas dan kualitas yang diharapkan,
sehingga visi misi BIB Lembang telah dapat menunjang produksi sapi di Indonesia.
25
DAFTAR PUSTAKA
Atmadilaga, M.1979 . Cara Beternak Sapi Potong. Festival Syahadah Press. Jakarta
Blumenthal M., Ferrier G.K.L., Cavaliere C. (2006) Total sales of herbal supplements in United States show steady growth. Herbal Gram 71: 64–6.
Brewbaker, J.L. 1985. Leguminous trees and shrubs for Southest Asia and the South Pacific Agriculture. Aciar Proc. No. 12.
Bulo, D., B.E. Warren and D.A. Ivory. 1985. Laporan tahunan FRP. Balai Penelitian Ternak.
Hartadi H., S. Reksohadiprojo, AD. Tilman. 1997. Tabel Komposisi Pakan Untuk
Indonesia. Cetakan Keempat, Gadjah Mada Uivesity Press, Yogyakarta.
Henning, J.C. and C.J. Nelson. 1993. Alfalfa. Department of Agronomy, University of Missouri. Columbia.
Horner, J.L., L.J. Bush. and G.D. Adams. 1985. Comparative nutritional value of Eastern Gamagrass and Alfalfa hay for dairy cows. J. Dairy Sci. 68(10): 2515 – 2620.
Ildis, 2005. Alfalfa. http://en.wikipedia.org/wiki /Alfalfa. (27 desember 2013).
Meyn, K. 1991. The Contribution of European Cattle Breeding to Cattle Production in The Third World. Animal Research and Development. Vol 34. Institute for Wissen Schaftliche Zusam Menarbeit. Federal Republic of Germany
Okaraonye, C. C., and Ikewuchi, J. C. 2009. Nutritional and antinutritional components of Pennisetum purpureum Schumach. Pakistan journal of nutritional 8(1): 32-34.
Otsuka, J., T. Namikawa, K., K. Nozawa, & H. Martojo. 1982. Statiscal Analysis on the body measurement of East Asian native cattle and bantengs: The Origin and Philogeny of Indonesian Native Livestock. The Research Group of Overseas Scientific Survey. Part III:7-17.
Pearson, C.J. and R.L. Ison. 1987. Agronomy of Grassland Systems. Cambridge Univ. Press.
Purwantari, N.D., B.R. Prawiradiputra, A. Semali, S. Yuhaeni, E. Sutedi, Sajimin dan A.Fanindi. 2003. Peningkatan produktivitas tanaman pakan ternak. Laporan Akhir TA 2003. Balai Penelitian Ternak. Ciawi–Bogor.
Rowell, D.L. 1994. Soil Science Methods and Applications. Longman Group UK Limited. England
26
Sajimin dan N. P. Suratmini. 1999. Pengaruh umur pemotongan pada produktivitas dua jenis legum yang ditanam diantara pertanaman kelapa hibrida. Pros. Seminar Nasional Kiat Usaha Peternakan. Fakultas peternakan Unsoed. Purwokerto. pp. 166–173.
Tjitrosoepomo, G. 2004. Taksonomi tumbuhan (spermatophyta). Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.
Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University