Top Banner

Click here to load reader

27

berkomunikasi terapaeutik

Aug 04, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: berkomunikasi terapaeutik

KATA PENGANTAR

                    Puji syukur  kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

atas rahmat dan kasih-Nya sehingga makalah kami yang berjudul “Komunikasi

Terapeutik Pada Sasaran Lansia “ ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

                   Makalah ini kami susun sesuai dengan kebutuhan para pembaca, guru

atau dosen dan tenaga kesehatan lainnya yang haus akan bahan bacaan . Terima

kasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

kami , sehingga makalah ini dapat kami susun dengan baik .

                    Kritik dan saran yang membangun sangat kami butuhkan demi

kesempurnaan makalah kami selanjutnya . Besar harapan kami agar makalah ini

bisa bermanfaat bagi para perawat pada khususnya dan tenaga kesehatan pada

umumnya.

Manado, September 2012

PENYUSUN

Page 2: berkomunikasi terapaeutik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2

A. Pengertian Komunikasi.................................................................................2

B. Pengertian Lansia..........................................................................................2

C. Karakter Klien Usia Lanjut...........................................................................3

D. Komunikasi Dengan Lansia..........................................................................3

E. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia..........7

F. Mengatasi Reaksi Penolakan........................................................................9

G. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia......................................9

H. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia.............................11

I. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun Mental12

BAB III PENUTUP...............................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

Page 3: berkomunikasi terapaeutik

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

                 Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang

memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan meningkatkan

kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari

orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.

Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingkah laku

dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan

dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus

berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan ditransmisikan. Untuk

memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat harus tidak terburu-buru

dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang jelas dan mudah

dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu kata sering kali

telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan mengekspresikan pikiran.

Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai untuk mengingatkan pasien

dan sering sangat membantu. (Bruner & Suddart, 2001 : 188)

                     Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan

verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Kominikasi mengacu tidak hanya

pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan

hubungan ( Potter-Perry, 301 ). Komunikasi pada lansia membutuhkan peratian

khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan

sosial yang memperngaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan

dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada

pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi proses

pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara. Berdasarkan hal –

hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul “ komunikasi pada lansia.

Page 4: berkomunikasi terapaeutik

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan suatau hubungan atau kegiatan-kegiatan yang

berkaitan dengan masalah hubungan atau dapat diartikan sebaagai saling tukar-

menukar pendapat serta dapat diartikan hubungan kontak antara manusia baik

individu maupun kelompok. (Widjaja, 1986 : 13) Komunikasi adalah elemen

dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan seseorang untuk menetapkan,

mempertahankan, dan meningkatkan kontak dengan orang lain. (Potter & Perry,

2005 : 301). Terapeutik merupakan kata sifat yang dihubungkan dengan seni dari

penyembuhan (As Hornby dalam Intan, 2005). Maka dapat diartikan Terapeutik

adalah segala sesuatu yang dapat memfasilitasi penyembuhan.

B. Pengertian Lansia

Lansia  adalah periode dimana organisme telah mencapai kemasakan

dalam ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan

waktu. Ada beberapa pendapat mengenai “usia kemunduran” yaitu ada yang

menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun.

Menurut WHO, batasan umur seseorang yang tergolong Lansia adalah

sebagai berikut. Middle Age: 45-59 tahun, Elderly (lansia) 60-70 tahun, Old

(Lansia tua) 75-95 tahun, Very Old (Lansia sangat tua) > 90 tahun.

Lansia banyak menghadapi berbagai masalah kesehatan yang perlu

penanganan segera dan terintegrasi. Lansia juga identik dengan menurunnya daya

tahan tubuh dan mengalami berbagai macam penyakit. Lansia akan memerlukan

obat yang jumlah atau macamnya tergantung dari penyakit yang diderita. Semakin

banyak penyakit pada lansia semakin banyak jenis obat yang diperlukan.

Banyaknya jenis obat akan menimbulkan masalah antara lain kemungkinan

memerlukan ketaatan atau menimbulkan kebingungan dalam menggunakan atau

cara minum obat. Disamping itu dapat meningkatkan resiko efek samping obat

atau interaksi obat.

Page 5: berkomunikasi terapaeutik

C. Karakter Klien Usia Lanjut

Emosi klien usia lanjut selalu mengalami perubahan. Gejala ini dapat

diketahui melalui reaksi penolakan terhadap kondisi yang terjadi reaksi penolakan

dapat diketahui beberarapa gejala sebagai berikut.

1. Tidak percaya pada diagnosa, gejala perkembangan dan keterangan yang

disampaikan oleh perawat dan petugas kesehatan.

2. Mengubah keterangan yang disampaikan sehingga terjadi kekeliruan

3. Menolak membicarakan perawatannya dirumah sakit

4. Tidak bersedia disertakan perawatan secara umum

5. Menolak saran meskipun untuk kenyamanan baginya, misalnya mengubah

posisi tidur

D. Komunikasi Dengan Lansia

Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik,

psikologi, (lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan

komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta

memperhatikan waktu yang tepat.

a. Ketrampilan komunikasi

Listening/Pendengaran yang baik yaitu :

a) Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.

b) Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.

c) Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

b. Teknik komunikasi dengan lansia

a) Tehnik Asertif. Teknik ini memerlukan sikap yang dapat menerima,

memahami lawan komunikasi yang menunjukan kepedulian dan

kesabaran dalam mendengarkan dan memperhatikan pembicaraan

lawan bicara.

b) Tehnik responsif. Implementasi teknik responsif ditandai dengan sikap

cepat tangkap perawat atau petugas kesehatan sebagai tanda

perhatiannya pada klien. Misalnya dengan mengajuka pertanyaan “Apa

yang sedang anda pikirkan saat ini?” atau “ Apa yang bisa saya bantu?”

Page 6: berkomunikasi terapaeutik

Merespon perubahan sikap klien merupakan sikap aktif perawat atau

petugas kesehatan dapat menenangkan perasaan klien.

c) Teknik pengarahan terfokus. Implementasi teknik ini diwujudkan dalam

bentuk pengarahan agar materi komunikasi yang diungkapkan oleh

klien terfokus pada satu titik tujuan yanng diinginkan.

d) Teknik suportif. Memasuki usia lanjut pada umumnya orang mengalami

perubahan pada aspek fisik dan psikis. Misalnya dengan senyuman,

anggukan kepala sebagai tanda setuju, siakp hormat dan menghargai

perasaannya selama klien berbicara. Sikap ini dapat mendukung dan

menumbuhkan rasa percaya diri klien sehingga ia tidak merasa menjadi

beban bagi keluarganya.

e) Teknik klarifikasi. Kondisi klien berusia lanjut dapat menjadi penyebab

kurang lancarnya komunikasi. Untuk memastikan bahwa informasi

yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh klien maka

diperlukan klarifikasi. Misalnya, “Bapat atau Ibu dapat menerima apa

yang saya jelaskan?” atau “Tolong Bapak/Ibu ulangi apa yang tadi telah

saya sampaikan”.

a) Tekhnik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.

kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada

topik pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang

dimensia dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang

kurang mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara

yang tidak tepat akan merubah arti pembicaraan.

Contoh : siapa yang membelikan pakaian bapak/ibu yang bagus ini?

Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu

buah setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat

Gunakan kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu

kalimat.

b) Teknik nonverbal komunikasi

Perilaku : ramah tamah, sopan dan menghormati, cegah supaya tidak

acuh tak acuh, perbedaan.

Kontak mata : jaga tetap kontak mata.

Page 7: berkomunikasi terapaeutik

Expresi wajah : mereflexsikan peraaan yang sebenarnya.

Postur dan tubuh : mengangguk, gerakan tubuh yang tepat,

meletakan kursi dengan tepat.

Sentuhan : memegang tangan, menjbat tangan.

Simbol, contohnya cara berpakaian menentukan identitas pribadi

seseorang.

Nada suara (tone voice), bisa menunjukkan emosi seseorang,

mengindikasikan emosi pada lansia. Pada lansia saat kita

berkomunikasi hendaknya menggunakan nada yang rendah.

Body language, dapat digunakan untuk memvalidasi maksud atau

tujuan komunikasi. Body language pasien harus diperhatikan karena

body language yang tidak sesuai dapat menjadi barier komunikasi.

Oleh karena itu perawat harus menempatkan diri untuk

berkomunikasi dengan lansia.

Space or distance, and position. public space, area tidk ada

hubungan dengan orang lain (>12 kaki). social space, komunikasi

terjadi dalam tahap interpersonal (4-12 kaki). personal space,

seberapa dekat orang dapat berkomunikasi dengan kita dan kita

merasa nyaman (18 inci – 4 kaki). intimate space, hanya orang

tertentu yang boleh masuk.

Gesture, digunakan untuk membantu menyampaikan maksud dari

komunikasi. gesture sangat membantu pada orang yang tidak dapat

mendengar.

Ekspresi wajah, digunakan untuk komunikasi antarbudaya dan

bangsa. karena ekspresi takut, marah, sedih, senang, dll bisa

ditunjukkan lewat ekspresi wajah.

Kontak mata, posisi sejajar menunjukkan respect terhadap lawan

bicara

Kecepatan komunikasi, jangn tergesa-gesa ketika berkomunikasi

dengan lansia, karena menyebabkan kebingingan dan frustrasi.

Waktu, terlalu menyampaikan di awal membuat lansia lupa. dan

menyampaikan diakhir membuat stress atau frustrasi. komunikasi di

Page 8: berkomunikasi terapaeutik

malam hari mengganggu waktu tidur lansia.membutuhkan yang

lebih lama dan sabar untuk komunikasi dengan lansia.

Sentuhan, metode untuk mengungkapkan perhatian dan caring.

sentuhan terapeutik dapat menurunkan ansietasn depresi, dapat

meningkatkan keberadaan dan rasa penghargaan bagi lansia.

Silence, bentuk komunikasi yang ditunjukkan ketika lansia berduka,

cemas, sakit.

c) Teknik komunikasi verbal

Teknik informing. Bahasa singkat danjelas, mudah dimenerti, pada

teknik ini perawat bersifat aktif dan pasien pasif. akan tetapi metode

ini tidak efektif.

Bertanya, Bertanya langsung: membantu untuk mendapat informasi

spesifik. jika berlebihan dapat menyebabkan lansia defensif.

(menggunakan pertanyaan tertutup ya/tidak). bertanya terbuka-

tertutup : meliputi pertanyaan reflektif, klarifikasi, parafrase, ex :

anda sedang sedih, mengapa?

Berhadapan langsung (confronting). Ketika respon verbal dan non

verbal pada lansia tidak sama, teknik ini dapat dialkukan. tidak

dianjurkan pada klien lansia yang sedang gelisah atau bingung.

Social communication. Tujuannya untuk lebih membina hubungan

saling percaya dengan lansia. untuk memperoleh informasi lain

diluar info kesehatan lansia.

d) Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia.

Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan.

Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapaka pesan-

pesan verbal dan merupak    metode primer yang non verbal.

Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi

keperawatan yang akan   diberikan.

Muali pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.

Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif.

Secara periodic mengklarifikasi pesan.

Page 9: berkomunikasi terapaeutik

Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan

mendorong untuk berfokus pada informasi.

Jangan berespon yang menonjolkan rasa simpati.

Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang

mengancam dan akan mengakiri interview.

Minta ijin bila ingin bertanya secara formal.

c. Lingkungan wawancara.

a) Posisi duduk berhadapan

b) Jaga privasi.

c) Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam

d) Kurangi keramaian dan berisik

e) Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga

kita mengekspresikan diri kita sendiri efek dari kmunikasi adalah

pengaruh timbal balik seperti cermin.

E. Kendala-kendala dan hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia

Saat Perawat berkomunikasi dengan lansia tidak sedikit hambatan yang

terjadi saat melakukan komunikasi. Apabila hal ini dibiarkan terus akan

menghambat kemajuan komunikasi. Hambatan tersebut antara lain:

a. Interna distraksi

Gangguan terjadi pada lansia saat melakukan komunikasi, misalnya lansia

mengantuk, menguap atau melakukan lapar saat melakukan komunikasi

dengan perawat

b. Sensory overload

c. Gangguan neurologi

d. Defisit pengetahuan

e. Hambatan verbal

f. Setting yang tidak tepat

g. Perbedaan budaya

Proses komunikasi antara perawat dan klien berusia dapat tergantung

oleh sikap klien yang agresif dan nonasertif. Sikap agresif pasien yang berusia

Page 10: berkomunikasi terapaeutik

lanjut dapat berkomunikasi pada umumnya ditandai dengan beberapa sebagai

berikut:

Mendominasi lawan komunikasi

Meremehkan orang lain

Mempertahankan hak dengan menyerang pihak lain

Menonjolkan diri

Mempermalukan diri di depan umum

Disamping sikap agresif klien berusia lanjut sering bersikap nonasertif

yang ditandai:

Tidak kooperatif

Rendah diri

Merasa tidak berdaya

Kurang percaya diri

Membiarkan orang lain mengambil kepuutusan unutk dirinya.

Bersikap pasif

Penurut

Terlalu toleran demi hubungan baik dengan orang lain

Untuk mengantisipasi kendala dalam berkomunikasi dengan klien berusia

lanjut perawat/petugas kesehatan dituntut untuk mampu mengatasinya. Perawat

perlu menerapkan upaya-upaya tertentu sebagai berikut:

Bersuara keras dalam berbicara untuk mengetahui kondisi pendengaran klien

Menarik perhatian klien sebelum berbicara agar memperhatikan gerak mulut

perawat

Mencipatakan lingkungan yang kondusif untuk berkomunikasi

Gangguan pada organ komunikasi dapat menjadi kendala yang menghambat

pesan

Memehami kondisi klien yang tidak lagi mampu berkomunikasi secara

normal.

Berbicara perlahan dengan kalimat dan bahasa yang sederhana

Menggunakan isyarat visual untuk memperjelas pesan selama berbicara

Page 11: berkomunikasi terapaeutik

Menyesuaikan bahasa tubuh dengan isi pesan yang disampaikan

Meringkas pesan

Memberikan kesempatan pada klien untuk bertanya

Tidak menegur secara langsung apabila klien melakukan kesalahan

Menjadi pendengan yang baik

Mengarahkan topik pembicaraan

F. Mengatasi Reaksi Penolakan

Penolakan merupakan ungkapan ketidakmampuan seseorang untuk mengakui

secara sadar terhadap pikiran, keinginan, perasaan atau kebutuhan pada

kejadian nyata. Sikap menolak pada klien berusia lanjut merupakan reaksi

ketidaksiapan untuk menerima perubahan yang terjadi pada dirinya.

Menghadapi klien berusia lanjut perawat perlu memperhatikan beberapa

tahapan sebagai berikut :

1. Mengenali reaksi penolakan

Membiarkan klien berperilaku menurut keinginannya dalam jangka waktu

tertentu sebagai mekanisme adaptasi sejauh perilaku tersebut tidak

membahayakan dirinya, orang lain dan lingkungannya.

2. Mengarahkan klien untuk mandiri

Tahapan ini dimaksudkan untuk mempermudah proses penerimaan

perawatan yang akan dilakukan sebagai upaya mengarahkan klien kearah

kemandirian dalam perawatan.

3. Melibatkan Keluarga

Tahapan ini bertujuan membantu perawat untuk memperoleh sumber

informasi atau data tentang klien agar rencana tindakan dapat dilaksanakan

dengan cepat dan efektif.

G. Keterampilan Komunikasi Terapeutik Pada Lansia

a. Keterampilan Komunikasi Terapeutik, dapat meliputi :

Perawat membuka wawancara dengan memperkenalkan diri dan

menjelaskan tujuan dan lama wawancara

Page 12: berkomunikasi terapaeutik

Berikan waktu yang cukup kepada pasien untuk menjawab, berkaitan

dengan pemunduran kemampuan untuk merespon verbal.

Gunakan kata-kata yang tidak asing bagi klien sesuai dengan latar

belakang sosiokulturalnya.

Gunakan pertanyaan yang pendek dan jelas karena pasien lansia

kesulitan dalam berfikir abstrak

Perawat dapat memperlihatkan dukungan dan perhatian dengan

memberikan respon nonverbal seperti kontak mata secara langsung,

duduk dan menyentuh pasien.

Perawat harus cermat dalam mengidentifikasi tanda-tanda kepribadian

pasien dan distress yang ada

Perawat tidak boleh berasumsi bahwa pasien memahami tujuan dari

wawancara pengkajian.

Perawat harus memperhatikan respon pasien dengan mendengarkan

dengan cermat dan tetap mengobservasi.

Tempat mewawancarai diharuskan tidak pada tempat yang baru dan

asing bagi pasien.

Lingkungan harus dibuat nyaman dan kursi harus dibuat senyaman

mungkin.

Lingkungan harus dimodifikasi sesuai dengan kondisi lansia yang

sensitif terhadap, suara berfrekuensi tinggi atau perubahan

kemampuan penglihatan.

 Perawat harus mengkonsultasikan hasil wawancara kepada keluarga

pasien atau orang lain yang sangat mengenal pasien.

Memperhatikan kondisi fisik pasien pada  waktu wawancara.

b. Prinsip Gerontologis untuk komunikasi

Menjaga agar tingkat kebisingan minimum.

Menjadi pendengar yang setia, sediakan waktu untuk mengobrol.

Menjamin alat bantu dengar yang berfungsi dengan baik.

Yakinkan bahwa kacamata bersih dan pas.

Page 13: berkomunikasi terapaeutik

Jangan berbicara dengan keras/berteriak, bicara langsung dengan

telinga yang dapat mendengar dengan lebih baik.

Berdiri di depan klien.

Pertahankan penggunaan kalimat yang pendek dan sederhana

Beri kesempatan bagi klien untuk berfikir.

Mendorong keikutsertaan dalam aktivitas sosial seperti perkumpulan

orang tua, kegiatan rohani.

Berbicara pada tingkat pemahaman klien.

Selalu menanyakan respons, terutama ketika mengajarkan suatu tugas

atau keahlian

H. Prinsip-Prinsip Etik Pelayanan Kesehatan Pada Lansia

Beberapa prinsip etika yang harus dijalankan dalam pelayanan pada derita usia

lanjut adalah:

Empati : istilah empati menyangkut pengertian : “simpati atas dasar

pengertian yang mendalam”. Dalam istilah ini diharapkan upaya

pelayanan geriatric harus memandang seorang lansia yang sakit

dengan pengertian, kasih sayang dan memahami rasa penderitaan yang

dialami oleh penderita tersebut. Tindakan empati harus dilaksanakan

dengan wajar, tidak berlebihan, sehingga tidak memberi kesan over-

protective dan belas kasihan. Oleh karena itu semua petugas geriatric

harus memahami proses fisiologi dn patologik dari penderita lansia.

Yang harus dan “jangan” : prinsip ini sering dikemukakan sebagai

non-malefecience dan beneficence, pelayanan geriatric selalu

didasarkan pada keharusan untuk mengerjakan yang baik untuk

penderita dan harus menghindari tindakan yang menambah

penderitaan (harm) bagi penderita. Terdapat adagium primum non

nocere (“yang terpenting jangan membuat seseorang menderita“).

Dalam pengertian ini, upaya pemberian posisi baring yang tepat untuk

menghindari ras nyeri, pemberian analgesic (kalau perlu dengan

devirat morfin) yang cukup, pengucapan kata-kata hiburan merupakan

contoh berbagai hal yang mungfkin mudah dan praktis untuk

dikerjakan.

Page 14: berkomunikasi terapaeutik

Otonomi : yaitu suatu prinsip bahwa seorang individu mempunyai hak

untuk menentukan nasibnya, dan mengemukakan keinginanya sendiri.

Tentu sxsaja hak tersebut mempunyai batasan, akan tetapi dibidang

geriatric hal tersebut berdasar pada keadaan, apakah penderita dapat

membuat putusan secara mendiri dan bebas.

Keadilan : yaitu prinsip pelayanan geriatric harus memberikan

perlakuan yang sama bagi semua penderita. Kewajiban untuk

memperlakukan seorang penderita secara wajar dan tidak mengadakan

perbedaan atas dasar karakteristik yang tidak relevan.

I. Komunikasi Terapeutik Pada Lansia dengan Masalah Fisik Maupun

Mental

1. Lansia dengan Gangguan Pendengaran:

Berdiri menghadap klien

Bertanya diarahkan pada telinga yang lebih baik

Berikan perhatian dan tunjukan wajah saudara

Tegurlah nama sebelum pembicaraan dimulai

Gunakan pembicaraan yang keras, jelas, pelan dan diarahkan langsung

pada klien

Hindari pergarakan bibir yang berlebihan

Hindari memalingkan kepala, tidak berbalik atau berjalan saat berbicara

Jika klien belum memahami, ulangi dengan menggunakan kata-kata

yang berbeda

Membatasi kegaduhan lingkungan

Gunakan tekanan suara yang sesuai

Berilah instruksi yang sederhana untuk mengevaluasi pembicaaan

Hindari pertanyaan yang tertutup, gunakan kalimat pendek saat

bertanya

Gunakan bahasa tubuh yang sesuai dengan isi komunikasi

2. Lansia dengan gangguan penglihatan

Perkenalkan diri, dekati klien dari depan

Jelaskan kondisi tempat dan orang yang ada

Bicaralah saat saudar ingin meninggalkan tempat

Page 15: berkomunikasi terapaeutik

Pada saat saudara berbicara pastikan klien tahu tempat saudara

Katakan pada klien apa yang dapat membantunya

Biarkan klien memegang tangan saudara sebagai petunjuk dan jelaskan

apa yang sedang saudara kerjakan.

Jelaskan jalan-jalan yang biasa dilalui oleh klien

Sanjunglah kemampuan beradaptasi dan kemandirian klien

3. Lansia dengan Alzeimer

Penyakit alzeimer (AD) kadang disebut dimensia degeneratif primer atau

dimensia senil jenis Alzeimer (SDAT) merupakan penyakit neurologis

degeneratif progresif, irreversibel, yang muncul tiba-tiba yang ditandai

dengan penurunan bertahap fungsi kognitif dan gangguan perilaku

(Brunner dan Siddarth,2001)

Teknik komunikasi yang digunakan adalah

Selalu berkomunikasi dari depan lansia

Bicaralah dengan nada yang remang

Bertatap muka

Minimalkan gerakan tangan

Menghargai dan mempertahankan jarak

Cegah setting ruangan yang memberikan stimulasi yang banyak

Pertahankan kontak mata dan senyum

Ikuti langkah klien dan bicaralah padanya

Bertanyalah hanya dengan satu pertanyaan

Mengangguklah dan tersenyum bila memahami perkataannya

4. Lansia yang menunjukan kemarahan

Klarifikasi penyebab amrah yang terjadi

Bantu dan dorong klien mengungkapkan marah dengan konstruktif

Gunakan pertanyaan terbuka

Luangkan waktu setiap hari bersama klien

Puji dan dukung setiap usaha dari klien

5. Lansia yang mengalami kecemasan

Dengarkan apa yang dibicarakan klien

Berikan penjelasan secara singkat dan jelas

Page 16: berkomunikasi terapaeutik

Identifikasi bersama klien sumber-sumber yang menyebabkan

ketegangan atau kecemasan

Melibatkan staf dan anggota keluarga

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang

memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertaankan dan meningkatkan

Page 17: berkomunikasi terapaeutik

kontrak dengan oran lain karena komunikasi dilakukan oleh seseorang, setiap hari

orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah sesuatu yang mudah.

Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang melibatkan tingka laku dan

hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi denan orang lain dan dengan

lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan peristiwa yang terus berlangsung secara

dinamis yan maknanya dipacu dan ditransmisikan.

Komunikasi pada lansia tidaklah begitu sulit dibutuhkan teknik-teknik

tersendiri untuk melakukan komunikasi pada lansia banyak hal-hal yang harus

diperhatikan diantaranya :

a. Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik.

b. Tehknik untuk wawancara.

c. Kendala dan hambatan dalam komunikasi.

d. Mood dan privasi

e. Aspek-aspek yang harus diperhatikan.

B. Saran

Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah

dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam

perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak

menyinggung perasaannya.

DAFTAR PUSTAKA

Damaiyanti, Mukhpirah. 2008. Komunikasi Terapeutik Dalam Praktik Keperawatan.

Samarinda: PT Refika Aditama

Nursaid, Muhammad. 2012. Makalah Cara Berkomunikasi Pada Pasien Lansia. Dalam,

file:///H:/klp%203%20_ku/makalah-berkomunikasi-pada-pasien.html, diakses

pada hari Rabu 19 September 2012

Page 18: berkomunikasi terapaeutik

Machfoedz, Mahmud. 2009. Komunikasi Keperawatan Komunikasi Terapeutik.

Jogyakarta: Ganbika

Sunshine, Elista.Komunikasi Terapeutik Pada Lanjut Usia. Dalam, file:///H:/klp

%203%20_ku/komunikasi-terapeutik-pada-lansia1.html, diakses pada hari

Rabu 19 September 2012