Top Banner
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manajemen komunikasi masih menjadi istilah yang dekat dengan organisasi atau korporasi. Namun studi budaya dan komunikasi melahirkan istilah fandom di mana fandom merupakan komunitas yang tidak memiliki struktur yang jelas (Booth, 2015). Secara definitif fandom dimaknai sebagai perkumpulan fans atau di sini disebut sebagai individu yang memiliki kesenangan yang sama (Jenkins, 2013). Salah satu fandom yang memiliki karakteristik unik adalah fandom K-Pop. Sangjoon Lee dan Abe Mark Nornes (2015) dalam bukunya berjudul “Hallyu 2.0: The Korean Wave in the Age of Social Mediamenjelaskan fans K-Pop untuk lingkup Indonesia sendiri dikatakan aktif membentuk komunitas baik virtual maupun di kehidupan nyata. Fandom K-Pop memiliki keunikan sendiri karena dianggap sebagai kumpulan fans yang ekstrim baik dari segi perilaku maupun identitas yang ada dalam diri mereka (Blackman & Kempson, 2016:171). Salah satu fandom K-Pop terbesar di Indonesia adalah fandom EXO, yang menyebut dirinya sebagai EXO-L. EXO adalah salah satu kelompok penyanyi laki-laki atau lebih sering disebut sebagai boy group asal Korea papan atas yang memiliki tingkat popularitas cukup tinggi yang dibuktikan dengan tingginya nominal penjualan album fisik dan album digital mereka, ditambah besar dan solidnya fandom EXO-L (Soompi.com, 2017). Dari dalam fandom EXO sendiri, peneliti memetakan ada beberapa genre fandom yang menarik untuk dikaji salah satunya fandom dengan genre “boys love”. “Boys love” (BL) adalah istilah yang digunakan fans untuk menggambarkan hubungan antara sesama laki-laki yang ada dalam imajinasi fans (Levi, Mark & Dru, 2008). Fandom “boys love” sendiri mulai berkembang di Jepang dan para fans dengan mandiri mengorganisir MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemen komunikasi fandom "boys love" EXO's OTP offline dan online ) AWANIS AKALILI Universitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/
48

berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

Jun 17, 2019

Download

Documents

dinhcong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manajemen komunikasi masih menjadi istilah yang dekat dengan

organisasi atau korporasi. Namun studi budaya dan komunikasi

melahirkan istilah fandom di mana fandom merupakan komunitas yang

tidak memiliki struktur yang jelas (Booth, 2015). Secara definitif fandom

dimaknai sebagai perkumpulan fans atau di sini disebut sebagai individu

yang memiliki kesenangan yang sama (Jenkins, 2013). Salah satu fandom

yang memiliki karakteristik unik adalah fandom K-Pop.

Sangjoon Lee dan Abe Mark Nornes (2015) dalam bukunya

berjudul “Hallyu 2.0: The Korean Wave in the Age of Social Media”

menjelaskan fans K-Pop untuk lingkup Indonesia sendiri dikatakan aktif

membentuk komunitas baik virtual maupun di kehidupan nyata. Fandom

K-Pop memiliki keunikan sendiri karena dianggap sebagai kumpulan fans

yang ekstrim baik dari segi perilaku maupun identitas yang ada dalam diri

mereka (Blackman & Kempson, 2016:171).

Salah satu fandom K-Pop terbesar di Indonesia adalah fandom

EXO, yang menyebut dirinya sebagai EXO-L. EXO adalah salah satu

kelompok penyanyi laki-laki atau lebih sering disebut sebagai boy group

asal Korea papan atas yang memiliki tingkat popularitas cukup tinggi yang

dibuktikan dengan tingginya nominal penjualan album fisik dan album

digital mereka, ditambah besar dan solidnya fandom EXO-L

(Soompi.com, 2017). Dari dalam fandom EXO sendiri, peneliti

memetakan ada beberapa genre fandom yang menarik untuk dikaji salah

satunya fandom dengan genre “boys love”.

“Boys love” (BL) adalah istilah yang digunakan fans untuk

menggambarkan hubungan antara sesama laki-laki yang ada dalam

imajinasi fans (Levi, Mark & Dru, 2008). Fandom “boys love” sendiri

mulai berkembang di Jepang dan para fans dengan mandiri mengorganisir

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 2: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

2

dirinya sendiri. Levi, Mark & Dru (2008) menjelaskan bahwa para

penggemar “boys love” merasa dirinya sebagai bagian dari fandom

minoritas di mana mereka dianggap menyalahi norma etis.

EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys love”

di dunia virtual melalui akun LINE@ tetapi sekaligus mengadakan event

gathering. Pada dasarnya ada banyak fandom EXO yang berkembang di

Indonesia tetapi EXO’s OTP merupakan fanbase pertama di akun LINE@

yang berani mengusung genre “boys love” dengan jumlah adders 35.099

dan sudah menulis 9760 post (pra penelitian atau data ini diambil pada

November 2017). Fandom ini berdiri pada tahun 2015 secara mandiri dan

saat ini dikelola oleh satu ketua dan tujuh admin.

Menyinggung masalah manajemen komunikasi dalam komunitas,

sampai saat ini studi mengenai permasalahan tersebut masih belum banyak

ditemukan. Lokus manajemen komunikasi masih seputaran organisasi

saja. Manajemen komunikasi sendiri diartikan sebagai proses sistematis

perencanaan, implementasi, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan dalam

organisasi (Tripathi, 2009). Manajemen komunikasi dianggap sebagai

elemen yang penting untuk membangun organisasi yang ideal, sementara

konsep tersebut belum diadaptasi dalam konteks komunitas termasuk

fandom.

Para fans dengan sendirinya dan sukarela membentuk fandom dan

mengelolanya sendiri. Dengan kata lain mereka melakukan manajemen

komunikasi secara mandiri pada fandom yang dibentuk dan diikutinya.

Dalam kasus fandom EXO’s OTP berdasarkan mini riset peneliti melalui

wawancara singkat pada founder yang dilakukan pada November 2017,

pihak yang bersangkutan mengatakan bahwa tidak ada sistem pengelolaan

komunikasi yang teratur.

Sebagai salah satu bentuk fandom minoritas, para admin dari

fandom EXO’s OTP mengaku kesulitan untuk mengelola fandom ini baik

secara online maupun offline. Kendala utamanya adalah mayoritas fans

atau keseluruhan adders dari akun LINE@ EXO’s OTP dinilai lebih aktif

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 3: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

3

di dunia virtual dibanding saat diadakan acara gathering. Pihak pengelola

mengaku sudah kerap mengirimkan broadcast message melalui LINE

mengenai adanya event gathering merayakan ulang tahun anggota EXO,

acara trip menonton konser bersama atau sekedar berkumpul saja. Namun

sayangnya tidak semua anggota fandom mau turut serta dalam kegiatan

offline karena malu dan tidak mau diketahui identitasnya jika mereka

bagian dari fandom “boys love”.

Sementara secara keseluruhan kegiatan online maupun offline

hanya direncanakan jika dirasa ada momen-momen tertentu seperti momen

kebersamaan “boys love” anggota EXO dan perayaan anniversary EXO.

Informasi awal yang diperoleh peneliti dari ketua fandom EXO’s OTP

juga mencakup masalah sistem kelola fandom EXO’s OTP yang

sepenuhnya berasal dari keinginan pribadi, rasa kebersamaan dan

kesenangan pada konten homoerotisme pada EXO. Masalah lain yang

menyangkut ranah manajemen komunikasi termasuk kendala terbatasnya

kuota para admin sehingga menghambat unggahan konten. Adapun

minimnya kuota data juga menurunkan intensitas informasi yang disajikan

di halaman fandom EXO’s OTP.

Selain itu kehadiran anti fans yang terkadang merusak konten yang

sudah disampaikan para admin juga menjadi tantangan tersendiri.

Misalnya memberikan komentar-komentar yang dianggap kontra dengan

konsep “boys love”. Permasalahan lain seperti minimnya keikutsertaan

fans pada aktivitas offline diasumsikan karena pengemasan pesan media

melalui desain poster yang kurang menarik. Sebagai sebuah fandom,

EXO’s OTP tidak memiliki aturan khusus hanya saja ada prosedur yang

harus diikuti admin saat melakukan posting di akun LINE@ atau saat

merencanakan adanya acara pertemuan.

Secara konsep, manajemen komunikasi yang berlangsung dalam

fandom berbeda dengan manajemen komunikasi pada umumnya.

Perbedaan mendasar antara organisasi dan komunitas adalah organisasi

memiliki struktur yang jelas sementara komunitas tidak (Griffin, 2003).

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 4: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

4

Fandom dianggap sebagai kelompok yang tidak memiliki struktur jelas

sehingga menyulitkan pengelola untuk melakukan pengaturan terhadap

anggota atau fans yang menjadi bagiannya. EXO’s OTP sendiri menjadi

salah satu fandom yang bergerak di dunia virtual melalui akun LINE@

tetapi sekaligus mengadakan event gathering di dunia offline.

Kompleksitas antara studi manajemen komunikasi, studi fandom

online maupun offline serta kajian budaya menarik perhatian peneliti untuk

mengeksplorasi lebih dalam mengenai manajemen komunikasi fandom.

Selain karena alasan tersebut, penelitian ini penting dilakukan mengingat

penelitian-penelitian sebelumnya mengenai manajemen komunikasi dalam

konteks komunitas terlebih fandom masih jarang dilakukan. Perlu

ditekankan juga jika dalam melakukan penelitian ini, peneliti berposisi

sebagai akademisi ilmu komunikasi yang menganalisa fenomena

manajemen komunikasi fandom EXO’s OTP baik yang bergerak di ranah

virtual maupun di kehidupan nyata. Selanjutnya untuk dapat menganalisa

problematika manajemen komunikasi dalam fandom “boys love” EXO’s

OTP offline dan online tersebut, peneliti menggunakan metode studi kasus.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah bagaimana manajemen komunikasi fandom

“boys love” EXO’s OTP offline dan online ?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Tujuan praktis

Untuk mengeksplorasi bagaimana manajemen komunikasi diterapkan

dalam mengelola fandom “boys love” EXO’s OTP offline dan online

b. Tujuan akademis

Untuk mengeksplorasi perkembangan studi manajemen komunikasi dalam

komunitas khususnya fandom K-Pop secara offline maupun online

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 5: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

5

D. MANFAAT PENELITIAN

a. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai

adanya aktivitas fandom K-Pop dengan genre “boys love” yang secara

mandiri melakukan manajemen komunikasi dalam mengelola

komunitasnya baik online maupun offline

b. Manfaat akademis

Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran

tentang manajemen komunikasi pada komunitas tidak terstruktur seperti

halnya fandom “boys love” K-Pop baik secara offline dan online

E. TINJAUAN PUSTAKA

Sampai saat ini studi mengenai manajemen komunikasi dalam

komunitas utamanya fandom masih minim. Studi terkait fandom masih

banyak membahas ranah audiens seperti komunikasi interpersonal antar

fans yang bermediasi oleh media, kemudian studi mengenai aktivitas

fandom itu sendiri dan beberapa penelitian lain seperti jaringan sosial yang

terbentuk dalam fandom. Dari sekian banyak penelitian mengenai

komunikasi dalam fandom terutama pada lokus manajemen komunikasi,

peneliti hanya menemukan beberapa literatur review yang setidaknya

mencakup empat poin dalam topik penelitian ini yaitu studi manajemen

komunikasi, studi komunitas virtual dan offline, studi fandom, serta

fandom “boys love”.

Sebagai contoh pada penelitian yang dilakukan oleh Walter

Dettling dan Petra Schubert (2002) mengenai manajemen komunitas

virtual yang anggotanya adalah para pelajar. Dalam penelitiannya, Walter

dan Petra menjelaskan bahwa komunitas virtual menimbulkan

kompleksitas lebih tinggi dibandingkan komunitas offline (Dettling &

Petra, 2002:32). Alasannya karena kehadiran jaringan internet menambah

luapan informasi sekaligus menjadi medium yang memudahkan individu

untuk mengomunikasikan pesan.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 6: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

6

Dari temuan penelitiannya, Walter dan Petra menjelaskan

komponen yang sekiranya harus masuk dalam alur manajemen komunitas

terdiri dari tiga hal yaitu memetakan terlebih dahulu apa saja aktivitas

komunitas virtualnya, kemudian siapa saja yang bernaung atas tanggung

jawab dari komunitas virtual tersebut, lalu analisa mengenai aktivitas yang

terjalin dari komunitas virtual tersebut (Dettling & Petra, 2002:33).

Dengan adanya pemetaan pola tersebut, Walter dan Petra menggambarkan

komunitas virtual sejatinya memerlukan manajemen yang tidak lebih

mudah dari sebuah organisasi dikarenakan komunitas sifatnya tidak

hierarki layaknya organisasi (Dettling & Petra, 2002:34).

Meskipun penelitian ini membahas mengenai komunitas virtual,

sayangnya penelitian Walter dan Petra lebih dekat dengan studi

manajemen dibanding kajian komunikasinya sehingga poin yang dapat

diadopsi oleh peneliti hanya pada proses memetakan informan untuk

memperoleh gambaran mengenai cara mengelola komunitas di era digital.

Penelitian lain yang kiranya dapat menjadi tinjauan pustaka bagi

penelitian ini adalah temuan dari penelitian Christine Uber Grosse (2002)

berjudul “Managing Communication within Virtual Intercultural Teams”.

Grosse (2002:22) menjelaskan bahwa untuk membangun perusahaan

bisnis ideal maka manajemen komunikasi menjadi elemen penting yang

dijadikan basis strategi keberhasilan. Dalam temuan penelitiannya Grosse

(2002:30-32).memetakan empat manajemen komunikasi yang dianggap

sukses diterapkan untuk membangun perusahaan bisnis yaitu menjalin

hubungan yang baik melalui kepercayaan dan sikap saling pengertian,

menunjukkan rasa sopan santun dengan cara berkomunikasi yang baik,

lalu memahami keberagaman untuk saling menguatkan identitas antar

anggota.

Sama dengan masalah sebelumnya, tinjauan pustaka dari temuan

Grose lebih kepada manajemen komunikasi dalam ranah organisasi

perusahaan sementara lokus penelitian peneliti lebih pada manajemen

komunikasi komunitas, khususnya fandom. Grosse lebih fokus pada

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 7: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

7

konsep manajemen komunikasi yang digunakan untuk membentuk

perusahaan bisnis ideal dibanding sekedar melihat strategi apa yang

mereka lakukan.

Untuk lebih membahas mengenai kajian fandom, peneliti mencoba

untuk mencari bahasan yang kiranya mendekati topik penelitian salah

satunya melalui penelitian Lauren F. Sessions (2010) berjudul “How

Offline Gathering Affect Online Communities”. Sessions (2010) dalam

temuannya menjelaskan bahwa teori computer mediated communication

menjadi teori yang dianggap relevan untuk membaca aktivitas fandom

terlebih di media baru.

Melalui jurnal tersebut peneliti memperoleh informasi bahwa

kehadiran media menambah kompleksitas aktivitas fandom terutama

fandom di media baru. Meskipun tidak banyak dibahas dalam isi

penelitian, Sessions (2010:378) sedikit menyinggung topik mengenai

tantangan terbesar fandom untuk mengorganisir dirinya sendiri baik secara

offline maupun online. Sessions menjelaskan bahwa fandom sebagai

komunitas yang tidak berhierarki justru dianggap lebih sulit diatur

dibanding kelompok organisasi misalnya. Selain itu Sessions dalam

temuan penelitiannya juga memaparkan fakta bahwa terkadang ada anti

fans yang gemar menyampaikan pendapat saat di dunia virtual. Ini yang

kemudian menjadi tantangan bagi pengelola atau di sini admin untuk

melakukan pendekatan pada anti fans tersebut agar tidak merusak konten

yang sudah diproduksi oleh para admin di ranah komunitas virtual

(Sessions, 2010:378-379).

Selanjutnya peneliti mencoba mengeksplorasi studi terdahulu

mengenai kajian fandom di era digital. Pada penelitian pertama milik Hye

Kyung Lee (2011) berjudul “Participatory media fandom: A case study of

anime fansubbing” misalnya. Lee mencoba menganalisa konsumsi dan

distribusi produk budaya global melalui fenomena fansubbing acara

animasi. Fansubbing adalah aktivitas fans menerjemahkan subtitle atau

bahasa dalam konteks ini yaitu bahasa Jepang menjadi bahasa Inggris.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 8: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

8

Digitalisasi menjadi pemicu para fans secara bebas menerjemahkan tanpa

memedulikan isu copyright (Lee, 2011:1132). Appadurai (dalam Lee,

2011:1132) berpendapat bahwa globalisasi budaya merupakan fenomena

yang kompleks karena gabungan dari beberapa dimensi seperti halnya

ethnoscape, mediascape, technoscape, finanscape, ideoscape.

Lee (2011:1333) pada penelitiannya mengajukan empat pertanyaan

penelitian yaitu mengenai struktur dan organisasi dalam grup; dinamika

fandom fansubbing; etika fansubbing; dan hubungan fansubbing dengan

industri. Dari keempat pertanyaan penelitian yang diajukan Lee, peneliti

berfokus pada dua analisa yang dikemukakan oleh Lee saja dengan alasan

dua temuan lainnya kurang berkorelasi dengan tema penelitian yang

diambil oleh peneliti. Adapun dua analisa Lee yang dijadikan bahan

bacaan oleh peneliti adalah tentang struktur dan organisasi dalam fandom

fansubbing; dan dinamika fandom fansubbing.

Pada temuan struktur dan organisasi pada fandom fansubbing, Lee

(2011:1335) menjelaskan tidak ada struktur yang jelas dari fandom ini.

Fansubbing sebagai aktivitas mandiri yang dilakukan fans tidak bisa

dikekang dalam struktur hierarkis layaknya organisasi. Fansubbing lebih

kepada hobi, persahabatan dan keterikatan pribadi bukan tanggung jawab

seperti halnya konsep yang diterapkan dalam organisasi (Lee, 2011:1144).

Sementara itu dari sisi dinamika fandom subbing, Lee dalam temuan

penelitiannya menjelaskan copyright yang menjadi isu sensitif tidak

menghalangi para fans dalam menerjemahkan subtitle serial anime yang

mereka sukai. Adapun satu teori yang relevan dengan temuan Lee adalah

participatory media. Dalam konteks penelitiannya, participatory media

digambarkan sebagai suatu aktivitas fans menghasilkan terjemahan secara

mandiri, fans melakukan distribusi atas produk tersebut (Lee, 2011:1144).

Melalui penelitian Lee, peneliti memperoleh gambaran bahwa fans

di era digital seakan tidak memiliki batasan untuk beraktivitas di dunia

maya. Kemudahan akses teknologi ditambah antusiasme mereka untuk

memperoleh informasi (dalam konteks ini yang dimaksudkan adalah

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 9: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

9

terjemahan bahasa Inggris) menjadi bukti bahwa fans tidak hanya aktif

mengonsumsi tetapi juga menciptakan konten. Di satu sisi fandom

fansubbing adalah kelompok bebas yang tidak mau terikat sebuah sistem

layaknya organisasi. Para fans mengorganisir dirinya sendiri berdasarkan

kesukaan mereka pada translating seriel anime Jepang.

Selanjutnya temuan penelitian Eriko Yamato (2016) dengan judul

“Construction of discursive fandom and struktural fandom through anime

comics and game fan conventions in Malaysia” juga menjadi tinjauan

pustaka dalam penelitian ini. Yamato mengeksplorasi bagaimana konsep

atau struktur fandom dalam budaya populer Jepang diterapkan kaum muda

Malaysia pada acara gathering (Yamato, 2016:1). Melalui metode

penelitian observasi partisipan Yamoto memperoleh data bahwa dalam

kehidupan sehari-hari para fans anime merasa dirinya dikucilkan dan

mereka lebih dihargai atas kebersamaan ketika bertemu sesama fans anime

(Yamato, 2016:1). Yamoto juga menjelaskan gathering menjadi salah satu

cara untuk menerapkan sistem demokratis dibanding sekedar menjalin dan

membangun hubungan persahabatan antar fans (Yamato, 2016:2).

Dalam konteks studi komunikasi Yamato juga menyinggung

keberadaan media sangat membantu fans memperoleh informasi mengenai

acara gathering. Fans mengetahui informasi gathering antar fandom

melalui forum online (Yamato, 2016:3). Sebagai kelompok marjinal, para

fans anime yang terdiri atas kaum muda di Malaysia ini senang saat

mereka bertemu secara offline karena merasa memiliki teman senasib

(Yamato, 2016:9). Yamato menggarisbawahi keberadaan fans tidak

sekedar sebagai anggota dari fandom tersebut tetapi lebih kepada rasa

kebersamaan dan keterikatan sesama minoritas. Terlepas dari anggapan

minoritas yang menjadi predikat para fans anime di Malaysia, mereka

tetap secara aktif mengikuti fandom secara online maupun mengikuti

kegiatan fandom offline seperti gathering (Yamato, 2016:11).

Dari penelitian Yamato tersebut peneliti memperoleh gambaran

bahwa fans tidak hanya aktif di dunia online tetapi juga ikut dalam

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 10: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

10

kegiatan offline. Both dan Kelly (dalam Yamato, 2016:3) juga

menjelaskan bahwa fans mengikuti aktivitas fandom offline meskipun

mereka juga menggunakan media terutama media sosial untuk

berkomunikasi dengan fans lain. Selain itu fandom minoritas justru

memiliki keterikatan yang lebih tinggi dibandingkan fandom ada

umumnya.

Penelitian ketiga yang menjadi bahan bacaan peneliti diperoleh

dari temuan Ratna Pertama Sari (2012) dalam jurnalnya berjudul “Fandom

dan Konsumsi Media: studi etnografi kelompok penggemar Super Junior,

ELF Jogja”. Sari pada penelitiannya menganalisa perilaku bermedia fans

K-Pop khususnya fandom ELF yang konsumtif dan agresif (2012:7). ELF

Jogja sebagai salah satu fandom K-Pop tidak hanya menggunakan media

sebagai alternatif pencarian informasi idolanya, membeli DVD ataupun

merchandise bergambar idolanya tetapi juga mengikuti fandom online dan

offline (Sari, 2012:9). Dalam temuan penelitiannya Sari menjelaskan fans

K-Pop tidak hanya sekedar menunjukkan identitasnya sebagai fans di

salah satu fandom tertentu tetapi juga bergabung dalam fandom tersebut.

Adapun temuan menarik dari studi fandom K-Pop Ratna Pertama

Sari adalah fans lebih percaya diri menyampaikan pesan provokatif di

laman fandom online dibanding saat bertemu di acara fan gathering

misalnya (Sari, 2012:9). Istilah fanwar (perang atau adu argumen antar

fans) menjadi isu yang sering muncul pada komunitas virtual fandom K-

Pop sehingga fandom online K-Pop dianggap lebih kompleks

dibandingkan fandom offline-nya (Sari, 2012:10). Sementara itu fans K-

Pop menemukan teman sepemikiran dengan ketetarikan yang sama tanpa

pandangan miring tentang fanatisme mereka pada K-Pop saat bertemu fans

di kehidupan nyata (Sari, 2012:10). Melalui penelitian Ratna Pertama Sari,

peneliti memperoleh gambaran mengenai karakteristik fandom offline dan

online K-Pop di Jogjakarta di mana fandom offline lebih kepada

keterikatan kebersamaan sementara fandom online cenderung kompleks

karena munculnya fanwar dan antifans.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 11: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

11

Selanjutnya temuan penelitian lainnya yang juga dijadikan

referensi oleh peneliti mencakup topik tentang komunitas virtual.

Dikarenakan temuan penelitian yang membahas komunitas virtual

khususnya fandom masih minim maka menurut peneliti beberapa tinjauan

pustaka mengenai komunitas virtual ini dapat membantu memberikan

gambaran mengenai karakteristik, dinamika dan proses transmisi pesan

yang terjalin dalam fandom online.

Miriam Sobre Denton (2015) pada temuannya berjudul “Virtual

intercultural bridgework: social media, virtual cosmopolitanism, and

activist community-building” beranggapan bahwa membangun komunitas

virtual bukan perkara yang mudah untuk dilakukan. Kehadiran media

baru, budaya, perbedaan preferensi setiap orang menjadi sensititivas

tersendiri yang muncul di ranah komunitas virtual (Denton, 2015:1716).

Membangun komunitas virtual harus siap dengan segala resiko termasuk

kehadiran hacker yang dapat meretas informasi-informasi pribadi. Di sisi

lain komunitas virtual menjadi alternatif bagi individu untuk berinteraksi

dengan orang lain melalui bantuan teknologi media virtual (Denton,

2015:1719). Dari penelitian Denton, peneliti memperoleh informasi bahwa

komunitas virtual memiliki karakteristik bebas yang rentan isu negatif

seperti peretasan informasi. Membangun komunitas virtual harus dimulai

dari kesepahaman tujuan dan mengesampingkan perbedaan preferensi

untuk meminimalisir konflik termasuk dalam konteks fandom sebagai

topik penelitian yang diangkat oleh peneliti.

Penelitian lain yang menjadi tinjauan pustaka pada penelitian ini

diperoleh dari temuan D. Baglieri dan R. Consoli (2009) berjudul

“Collaborative innovation in tourism: managing virtual communities”.

Komunitas virtual digunakan untuk menunjang bisnis pariwisata

khususnya mendongkrak popularitas wisatawan (Baglieri & Consoli,

2009:353). Wang (dalam Baglieri & Consoli, 2009:354-356)

mengklasifikasikan empat elemen komunitas virtual yaitu pertama adanya

individu yang berinteraksi melalui media sebagi cara mereka menunjukkan

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 12: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

12

ekistensi sekaligus pemenuhan kebutuhan. Kedua, individu secara terbuka

membagikan cerita tentang keinginan mereka, minat, pertukaran informasi

dan kebutuhan memperoleh layanan. Ketiga, komunitas virtual terdiri atas

kebijakan pengaturan yang dibuat secara mandiri untuk membatasi dan

mengarahkan interaksi antar individu. Kemudian keempat, komunitas

virtual merupakan sistem komputer yang mendukung dan memediasi

interaksi sosial sekaligus memfasilitasi kebersamaan.

D. Baglieri dan R.Consoli (2009:357) pada temuan penelitiannya

juga menceritakan keharusan sebuah organisasi ataupun komunitas untuk

dapat mengidentifikasi komunitas virtual dari sisi visi dan misi, tujuan

serta kebijakan. Sementara itu pengoperasian komunitas virtual

bergantung pada bagaimana mereka memahami esensi komunitas tersebut

secara komprehensif. Kegagalan pengoperasian komunitas virtual dapat

berakibat pada rentannya adu argumen dan mudahnya anggota untuk

keluar masuk sebagai anggota komunitas (Baglieri & R. Consoli,

2009:358-389).

Melalui penelitian Baglieri dan Consoli peneliti memperoleh

gambaran bahwa mengoperasikan komunitas virtual bergantung pada

bagaimana komunitas tersebut memahami dirinya sendiri. Artinya mereka

harus menyadari apa saja media yang digunakan, bagaiman

mengoperasikan dan siap dengan segala resiko seperti mudahnya anggota

keluar masuk. Konsep ini setidaknya dapat digambarkan juga untuk

konteks fandom sebagai kelompok yang bebas, dekat denga media dan

tidak hierarkis.

Pada lingkup yang lebih spesifik peneliti mengeksplorasi beberapa

jurnal mengenai studi fandom “boys love”. Adapun dua penelitian yang

nantinya dapat membantu peneliti merumuskan kerangka pemikiran

adalah penelitian Feichi Chiang (2016) berjudul “Counterpublic but

obedient: a case of Taiwan’s BL fandom” dan penelitian Chunyu Zhang

(2016) berjudul “Loving Boys Twice as Much: Chinese Women’s

Paradoxical Fandom of “Boys’ Love” Fiction”.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 13: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

13

Sonoko Azuma (dalam Chiang, 2016:224) menjelaskan “boys

love” (BL) adalah istilah yang digunakan fans untuk menggambarkan

hubungan antara sesama laki-laki yang ada dalam imajinasi fans. Pada

penelitian pertama, Chiang (2016) melihat fandom “boys love” dalam

konteks virtual membentuk forum diskusi online, kelompok-kelompok

kecil di beberapa media sosial. Interaktivitas antar fans terjalin saat

mereka mendiskusikan alur cerita fiktif tulisan para fans (fanfic) dan

karikatur (fanart). Chiang menjelaskan fandom “boys love” sebagai

kelompok minoritas memiliki keterikatan yang kuat satu sama lain

meskipun di kehidupan nyata mereka berjenis kelamin perempuan dan

normal tetapi menyukai sesuatu bernada homoseksual erotis (Chiang,

2016:226-227).

Masih dalam penelitian yang sama Chiang menganalisa fandom

Boys Love sebagai kelompok fans minoritas menjadikan fujoshi (istilah

bagi fans “boys love”) cenderung bersikap tertutup dan lebih memilih

meluapkan emosinya di laman-laman media (Chiang, 2016:226-228).

Melalui penulisan fanfic dan fanart bertemakan homoseksual misalnya,

Chiang menekankan kehadiran internet sekaligus media baru

menggabungkan kesempatan fans lokal maupun global untuk saling

bertukar informasi mengenai cerita homo erotis (Chiang, 2016:231).

Temuan dari penelitian Feichi Chiang dapat dijadikan bahan bacaan bagi

peneliti karena fandom “boys love” aktif membentuk komunitas virtual,

aktif berinteraksi sesama fans lain mengenai sensasi berimajinasinya pada

cerita bernada homo erotis sekaligus mereka saling membagi informasi

mengenai fanart dan fanfic “boys love”. Sayangnya Chiang kurang

mengeksplorasi aktivitas fandom “boys love” secara offline sehingga

peneliti hanya memperoleh gambaran mengenai aktivitas fandom “boys

love” secara online saja.

Penelitian kedua yang menggambarkan aktivitas fandom Boys

Love diperoleh dari temuan Chunyu Zhang (2016) berjudul “Loving Boys

Twice as Much: Chinese Women’s Paradoxical Fandom of “Boys’ Love”

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 14: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

14

Fiction”. Berbeda dengan penelitian Chiang, di sini Zhang menggunakan

metode penelitian analisis resepsi sehingga hasil penelitian lebih kepada

pemaknaan fans pada konten “boys love” itu sendiri. Meskipun begitu

peneliti menemukan sejumlah bahasan Zhang yang menyinggung aktivitas

fandom virtual “boys love” di China.

Hidup di negara konservatif dengan ketatnya peraturan pemerintah

justru membuat fandom “boys love” di China tumbuh dengan pesatnya.

Sampai saat ini Zhang pada penelitiannya menjelaskan jika China belum

memberikan batasan hukum media pada persebaran konten “boys love” di

dunia maya. Selain karena belum adanya aturan hukum yang jelas di

China, memiliki kesamaan kesenangan dan pemikiran menjadi alasan

fandom “boys love” di China semakin berkembang.

Meskipun tidak ada jumlah yang pasti untuk menyebutkan berapa

jumlah fandom “boys love” di China, Zhang mengaku bahwa sebagian

besar fandom “boys love” di China aktif mengadakan acara pertemuan

berikut mereka juga membentuk komunitas virtual di media sosial, portal

website, ataupun kelompok-kelompok kecil di aplikasi chat. Pada dasarnya

fandom “boys love” di China disibukkan dengan diskusi online mereka

mengenai adanya percintaan antara dua laki-laki, sensasi virtual yang

diperoleh pada sensualitas dalam cerita maupun gambar “boys love”

(Zhang, 2016:257).

Temuan menarik dari penelitian Zhang adalah fandom “boys love”

tidak hanya diikuti oleh perempuan tetapi juga laki-laki. Fans laki-laki

yang hobi membaca cerita fiksi “boys love” mengatakan dirinya

meragukan cinta perempuan di kehidupan nyata. Keraguan pada cinta

lawan jenis ini justru menjadikan fans laki-laki di China menikmati juga

imajinasi homoseksual yang disampaikan dalam cerita fiksi “boys love”

(Zhang, 2016:259). Dari penelitian tersebut peneliti mendapatkan

gambaran akademis mengenai China sebagai negara yang masih

konservatif tidak menghalangi aktivitas fandom “boys love” di media

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 15: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

15

maupun di pertemuan di kehidupan nyata. Selain itu fandom “boys love”

tidak hanya diikuti oleh perempuan tetapi juga laki-laki.

Adanya beberapa literatur review yang telah dipaparkan di atas,

peneliti memperoleh gambaran bahwa mayoritas kajian fandom masih

banyak membahas mengenai studi audiens dan misalpun ada yang

membahas mengenai konteks manajemen komunikasinya, komunitas yang

dimaksud bukanlah fandom melainkan organisasi atau perusahaan.

Informasi lain yang diperoleh peneliti adalah fandom “boys love” tidak

takut untuk menunjukkan eksistensinya di dunia maya melalui komunitas-

komunitas virtual dan juga pertemuan dengan sesama fans “boys love”

lainnya. Predikat minoritas justru membuat mereka saling terikat satu

sama lain dan lebih terbuka pada kedatangan fans lain.

Minimnya studi mengenai pengelolaan fandom ini justru menarik

perhatian peneliti untuk mengeksplorasi lebih jauh mengenai bagaimana

manajemen komunikasi fandom khususnya fandom K-Pop dengan genre

“boys love” yang bergerak di dunia virtual sekaligus di dunia offline.

F. KERANGKA PEMIKIRAN

a. Fandom

Penamaan fandom pada dasarnya muncul dari kata fan dan

kingdom yang diartikan sebagai sekumpulan penggemar yang

mengidolakan obyek atau subyek tertentu (Duits, Koss & Stijn, 2014:77).

Lebih lanjut lagi Linda Duits, Koos Zwaan dan Stijn Reijnders (2014:77-

78) dalam bukunya berjudul “The Ashgate Research Companion to Fan

Cultures” menjelaskan fandom tidak hanya sekedar perkumpulan para fan,

fans maupun penggemar tetapi mereka juga memiliki kekuatan dan

keterikatan yang kuat satu sama lain.

Kajian mengenai fandom juga tidak lepas dari teori-teori maupun

konsep yang membahas mengenai fans itu sendiri. Xiao Dong Yue dan

Chau-kiu Cheung (2000:91) menjelaskan fans mayoritas berasal dari kaum

muda yang kerap mengidolakan suatu obyek tertentu secara berlebihan.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 16: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

16

Dalam konteks mengidolakan selebriti misalnya, kaum muda yang

didominasi oleh perempuan ini terkadang sampai pada tahap merasa

seakan-akan idola yang mereka kagumi adalah miliknya. Selain itu ada

dua motivasi mengidolakan yaitu pertama berharap idola menjadi

pasangannya atau secara tidak langsung menjalin romantisme dengan

idolanya. Kedua berharap menjadi atau minimal menyamai idolanya.

Istilah mengidolakan diartikan sebagai pemujaan berlebih pada

suatu obyek fisik tertentu, bahkan terkadang penggemar menganggap

mereka sebagai sosok paling sempurna (Cheung & Xiao, 2018:1).

Mengidolakan suatu obyek tertentu misalnya pada selebriti tidak sebatas

menggemari tetapi juga lebih kepada munculnya halusinasi atau khayalan

seakan-akan mereka menjalin hubungan yang sangat dekat dengan

idolanya. Efek negatif dari mengidolakan secara berlebihan adalah

munculnya depresi, kecemasan, kecanduan, menguntit idolanya, dan

tentunya konsumtif (Cheung & Xiao, 2018:1).

Studi mengenai fandom juga memiliki keterkaitan dengan studi

selebriti dan audiens yang diterpa sajian media massa terutama film, musik

dan drama (Lee, David & Hyounggon, 2008:810). Perpaduan di antara

ketiganya selanjutnya diistilahkan sebagai kajian budaya populer. Kajian

budaya di masyarakat modern menghasilkan ikon populer yang dijadikan

panutan ataupun obyek dari sebuah fandom, yang salah satunya adalah

selebriti. Selebriti diatikan sebagai obyek, lambang atau ikon budaya yang

dikonsumsi masyarakat melalui medium media massa (Lee, David &

Hyounggon, 2008:809).

Pada konteks mengidolakan, budaya selebriti menjadi bentuk

aktivitas pemujaan baru di kalangan masyarakat (Alexander, 2010:325).

Fans tidak sekedar mencari tahu tentang hal-hal yang berkaitan dengan

idolanya tetapi lebih kepada terus menerus mengikuti apa dan kemana saja

aktivitas idolanya. Konsep mengenai pemujaan pada selebriti menjelaskan

bahwa memuja selebriti adalah kepuasaan tersendiri dan menjadi bagian

dari kebutuhan emosional untuk beberapa orang (Alexander, 2010:325).

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 17: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

17

Mengidolakan selebriti cenderung menimbulkan pikiran

romantisme di benak fans. Greene dan Adams Price (dalam Cheung &

Xiao, 2003:255) menjelaskan jika terkadang penggemar bersikap kurang

rasional dalam berpikir ketika mereka telah mencapai tahap mengidolakan

yang ekstrem. Di sisi lain ekstremitas penggemar dalam mengidolakan

selebriti justru dapat memberikan semangat dan motivasi pada diri seorang

penggemar.

Membahas fandom dari sisi historis nampaknya tidak akan lepas

dari peran media yang dianggap menjadi salah satu modernisasi digital

fandom (Duits, Koss & Stijn, 2014:78). Abigail De Kosnik (2016:195)

menjelaskan ada dua budaya dalam fandom yaitu print fandom dan net

fandom. Print fandom dimulai pada tahun 1960 sampai tahun 1980 yang

didominasi oleh bentuk aktivitas fandom dengan memanfaatkan media

cetak seperti mengarang cerita fiksi dan meninggalkan masukan-masukan

di rubrik majalah atau zine (Kosnik, 2016:195). Selanjutnya memasuki

awal tahun 1990 beberapa fandom yang disebut Kosnik sebagai net

fandom mulai mengenal media baru sebagai platform media untuk saling

berbagi.

Di era pra modernisasi, aktivitas fandom didominasi pada

komunikasi secara tatap muka pada pertemuan-pertemuan antar fandom

dan persuratan melalui mail yang dikirimkan oleh para fans dari satu

fandom ke fandom lain (Wang, 2017:153). Selain itu dua bentuk lain dari

fandom di masa sebelum mengenal internet adalah self published dan

distributed fanzines (Barton & Jonathan, 2014: 132-133). Dalam kategori

self published, fans disibukkan dengan aktivitas memproduksi majalahnya

sendiri, menuliskan fan fiction untuk memenuhi keinginan membagi

pengalaman mengenai idolanya. Selanjutnya distributed fanzines

merupakan bentuk mendistribusikan cerita-cerita fiksi karya fans ke dalam

rubrik-rubrik majalah tertentu atau melalui fanzines. Fanzines adalah

fandom yang dibentuk oleh fans secara mandiri berwujud majalah yang

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 18: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

18

selanjutnya isi dari fanzines tersebut ditujukan juga untuk fans lain (Barton

& Jonathan, 2014: 133).

Bentuk dari kegiatan fandom semakin berkembang pesat semenjak

era media baru termasuk saat internet mulai dikenal. Cheng Lu Wang

(2017:153-154) dalam referensinya berjudul “Exploring the Rise of

Fandom in Contemporary Consumer Culture” menjelaskan bahwa

memasuki era internet hadir sebagai platform berkomunikasi, fans di

dalam suatu fandom dapat secara mudah menyatukan pemikirannya,

berekspresi lebih bebas sekaligus mengkritik obyek yang diidolakan.

Sifat kritis dari fans kemudian memicu adu argumentasi antar satu

fans dalam satu fandom dengan fans lain. Wujud kritik tersebut dapat

disampaikan oleh fans melalui tulisan di blog, mengedit konten Wiki,

meninggalkan komentar di portal web blog maupun forum diskusi online

(Wang, 2017:153). Kenyataan tersebut pada akhirnya berujung pada

asumsi bahwa fandom adalah audiens aktif yang tidak hanya selektif dalam

memilih media mana untuk diakses tetapi juga mereka

menginterpretasikan teks media, sekaligus menyampaikan pemikirannya

terhadap obyek yang diidolakan di halaman portal media online.

Fenomena tersebut selanjutnya disebut sebagai fandom partcipatory oleh

Henry Jenkins (dalam Wang, 2017:153).

Selain itu Henry Jenkins (2006) menjelaskan kehadiran fandom

sebagai studi budaya populer di mana penggemar atau fans yang memiliki

ketertarikan sama dan berkumpul menjadi satu kesatuan fandom. Teori

mengenai fandom dianalogikan sebagai kelompok fans yang aktif untuk

tidak hanya mengonsumsi informasi terkait idolanya tetapi juga ikut aktif

memproduksi hal-hal yang bersinggungan dengan idolanya (Gray, Cornel

& C. Lee, 2007: 93-94). Penjelasan lebih lanjut mengenai fandom

dijelaskan oleh Henry Jenkins (2006) dalam bukunya berjudul

“Convergence Culture” yang menggambarkan fans secara aktif juga

membentuk fandom-nya secara mandiri dengan genre masing-masing

sesuai kegemarannya.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 19: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

19

Sama halnya dengan konsep fandom yang diungkapkan Alan

McKee (dalam Gray, Cornel & C.Lee, 2007:88-89) yaitu aktivitas fans

mendirikan fandom menjadi bukti bahwa fans merupakan kelompok yang

aktif. Jika dikaitkan dengan manajemen komunikasi maka fans

diasumsikan sebagai kelompok yang membentuk, menjalankan, sekaligus

mengevaluasi kegiatannya dengan memanfaatkan komunikasi.

Komunikasi yang dimaksudkan di sini tidak hanya terbatas oleh siapa dan

kepada siapa pesan disampaikan tetapi lebih kepada perangkat media apa

yang dipilih untuk digunakan agar pesan dapat diterima dengan efektif.

Kehadiran internet menjadi titik awal perkembangan fandom

modern di mana fandom semakin aktif memproduksi konten medianya

sendiri terutama saat kemunculan Web 2.0 (Genz & Ulrike, 2015:209). Di

sisi lain Web 2.0 ternyata banyak mengubah struktur fandom di mana

terkadang terjadi pro kontra sendiri antar fans yang tergabung dalam satu

fandom. Henry Jenkins (2013:86) menyampaikan salah satu teori

mengenai fandom yaitu organized fandom theory. Teori tersebut bercerita

bahwa fandom merupakan sekumpulan individu yang bekerja sama

sekaligus berkompetensi untuk saling menginterpretasi dan mengevaluasi

teks media, berdebat juga bernegosiasi terkait informasi mengenai

idolanya. Organized fandom theory juga menjelaskan tentang kemandirian

fans untuk membentuk sekaligus mengorganisir fandom-nya sendiri atas

dasar kebersamaan dan ketertarikan yang sama.

Teori lain yang menjelaskan tentang fandom di era media baru

disampaikan Horton dan Whol (dalam Booth, 2010:157) melalui

parasocial interaction theory yang menjelaskan karakter setiap fandom

ataupun fans terbentuk berdasarkan kondisi sosial. Paul Booth (2010:157-

158) pada bukunya berjudul “Digital Fandom: new media studies”

menyampaikan parasocial interaction theory sebagai proses sampai mana

para fans dalam tiap-tiap fandom yang diikutinya melibatkan diri secara

online sekaligus menciptakan karakter virtualnya. Adapun teori yang juga

berkaitan dengan fandom di media baru adalah participatory media

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 20: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

20

fandom yang digagas oleh William H. Dutton (2013) dalam bukunya “The

Oxford Handbook of Internet Studies”. Teori tersebut menceritakan

tentang kehadiran internet yang memungkinkan perubahan fans dari yang

semula audiens pasif menjadi audiens aktif. Fans membentuk fandom di

media baru atas dasar keinginannya sendiri sekaligus mengisi konten

media yang berkaitan dengan aktivitas fandom berdasar dari idenya

sendiri. Fandom di era media baru tidak sekedar konsumtif pada konten

media yang berhubungan dengan idolanya tetapi lebih kepada mereka turut

berpartisipasi aktif pada proses pembuatan konten media fandom-nya

(Dutton, 2013).

Keberadaan media baru menjadi salah satu medium yang

memudahkan fandom berinteraksi sekaligus bertukar informasi antar

sesama anggota fans. Kemudahan mengakses tanpa batasan ruang dan

waktu menjadi fasilitas yang setidaknya sudah dimanfaatkan secara

maksimal oleh fans untuk membentuk fandom di media-media baru

(Kosnik, 2016). Paul Booth (2010) dalam bukunya berjudul “Digital

Fandom: new media studies” juga ikut menambahkan pemikirannya

mengenai karakter yang terbentuk pada fandom di media baru lebih

beragam.

Cheng Lu Wang (2018:5) dalam konsep segmentasi fandom

menjelaskan jika tiap fans ataupun fandom memiliki karakter yang

berbeda-beda, dan mengenali karakter anggota fans adalah hal yang cukup

penting untuk dipelajari terutama fandom di era media baru. Misalnya

dalam kasus haters maupun anti-fans Mark Duffett (2013:48) menjelaskan

kehadiran mereka dapat mengancam kehadiran fandom akibat kerap kali

meninggalkan komentar kebencian, terutama yang difasilitasi media baru.

Oleh karenanya fandom yang bergerak di media baru rentan terhadap

perang argumentasi di antara fans yang direpresentasikan oleh avatar.

Kemudian saat ini fandom di media online tidak hanya sekedar

forum-forum online tetapi juga fandom membuat website yang terdaftar

atas nama fansite. Dalam jurnalnya berjudul “Technology, fandom and

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 21: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

21

community in the second media age” Rhiannon Bury (2016) menjelaskan

fandom di media baru muncul karena pengaruh internet. Lebih lanjut lagi

Bury (2016) menganalisa fans yang tergabung dalam jaringan fandom

online lebih bebas mengekspresikan jati dirinya menggunakan avatar

dibanding dalam kehidupan nyata. Rasa nyaman dan kebersamaan menjadi

faktor utama mengapa fans lebih memilih berinteraksi di komunitas online

(Bury, 2016). Masih dalam penelitian terkait, Bury (2016) melihat media

sosial seperti Facebook dan Twitter sebagai medium paling sering diakses

dan dimanfaatkan untuk membentuk fandom dibandingkan laman portal

website. Sementara platform Tumblr lebih kepada informasi berupa fan art

dan fan fiction, kemudian laman Livejournal menjadi portal yang

dimanfaatkan fandom untuk mendiskusikan topik tertentu.

Adapun bentuk media baru lain dalam dunia fandom adalah melalui

aplikasi-aplikasi media sosial berbasis chatting seperti WhatsApp dan

LINE. Melalui dua platform tersebut fandom dibentuk dalam grup-grup

kecil. Jika WhatsApp banyak berfokus pada aktivitas chatting secara

personal, LINE lebih kepada bentuk “closed social media platform”

artinya LINE adalah bentuk media sosial tertutup yang membebaskan

penggunanya untuk mengunggah tulisan atau status dan hanya dapat

diakses oleh orang-orang yang diinginkan (Hyder, 2016:152). Kehadiran

LINE cukup membuat nyaman para penggunanya karena dapat dengan

bebas berkomunikasi dengan orang yang dikenal secara dekat tanpa harus

khawatir foto yang mereka bagikan dan status yang ditulis akan dicuri

oleh orang lain (Hyder, 2016:152). Kehadiran LINE sebagai aplikasi

chatting namun juga sedikit seperti media sosial yang sifatnya tidak terlalu

terbuka ini sudah mulai dimanfaatkan beberapa fans untuk memperluas

jaringan fandom-nya dengan membentuk komunitas virtual baik melalui

grup maupun penggunaan fitur LINE@.

Teori lain yang mencakup bahasan akademis mengenai fandom

juga disampaikan oleh David Bell. Melalui bukunya berjudul “An

Introduction to Cybercultures”, David Bell (2001:92) menjelaskan fandom

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 22: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

22

sebagai bentuk komunitas yang diadopsi dari budaya-budaya populer dan

diikuti oleh anggota fans dengan karakter unik. Keunikan yang

dimaksudkan di sini bahwa fandom memiliki dua kehidupan yang berbeda

yaitu online life dan real life (offline life). Munculnya dua karakteristik

komunitas fandom tersebut didukung oleh proses globalisasi dan

pertukaran budaya yang pada akhirnya memicu perdebatan di kalangan

akademisi terkait dua karakteristik fandom tersebut (Bell, 2001:92)

Fandom dalam artian online life di dominasi oleh kegiatan-kegiatan

di portal media baru seperti diskusi online, menikmati maupun

memproduksi konten yang berhubungan dengan idolanya dengan fasilitas

internet, bahkan bergabung dengan forum-forum atau nama fandom

tertentu. Sementara karakter offline life atau real life lebih pada kegiatan

pertemuan secara fisik antar penggemar dalam satu nama fandom tertentu

(Bell, 2001:92-93).

Dari penjelasan mengenai fandom di atas dapat dijelaskan jika

fandom terbentuk atas kumpulan para penggemar/fans dengan kesenangan

yang sama terutama dalam hal mengidolakan selebriti. Studi mengenai

fandom juga berhubungan dengan konsep-konsep mengidolakan, di mana

fans kerap berimainasi romantisme. Kemudian fandom di era sebelum

media baru biasanya didominasi acara bertatap muka sementara fandom di

era media baru cenderung lebih kompleks karena kemunculan berbagai

karakter fans yang bervariasi. Fans merupakan golongan audiens aktif, hal

tersebut dibuktikan dengan konsumsi fans pada informasi mengenai

idolanya dan juga kontribusi fans pada pembuatan karya-karya dengan

topik idolanya seperti fan fiction, fan art, bahkan fans-fans juga

membentuk sekaligus menjalankan fandom-nya sendiri.

b. Fandom K-Pop

Hallyu wave hadir sebagai pintu masuk K-Pop ke wilayah-wilayah

Asia. Hallyu wave dimaknai sebagai meluasnya atau tersebarnya budaya

Pop Korea secara mendunia atau global di berbagai negara (Kim, 2013).

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 23: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

23

Youna Kim (2013) pada buku yang ditulisnya berjudul “The Korean

Wave: Korean media go global” menceritakan bagaimana gelombang

budaya Korea atau istilah populernya yaitu hallyu wave sebenarnya mulai

dikenal pada sekitaran tahun 1990-an. Perkembangan hallyu wave

selanjutnya semakin meluas sejak kehadiran internet di tahun 2000-an dan

kemudian akademisi menyebutnya sebagai hallyu wave 2.0. Sementara itu

salah satu bentuk dari hallyu wave sendiri adalah K-Pop yaitu singkatan

dari Korean Pop sebagai genre musik pop Korea.

Korean Pop atau lebih dikenal dengan istilah K-Pop menjadi salah

satu fenomena global (Lie, 2015:12). K-Pop dapat berkembang cepat

dalam cakupan luas karena kehadirannya yang dapat membentuk

perubahan sosial sekaligus mengembangkan komunitas-komunitas

pencinta K-Pop itu sendiri. Adapun perubahan sosial yang dimaksud

adalah pertukaran budaya dalam K-Pop yang selanjutnya menjadi platform

bagi mereka untuk membentuk suatu komunitas yang disebut dengan

fandom (Lie, 2015:4).

Popularitas K-Pop mendapat perhatian cukup besar dari penggemar

yang didominasi oleh kaum muda. Kemunculan fans atau penggemar K-

Pop di wilayah Asia khususnya di Indonesia inilah yang kemudian

mendorong terbentuknya fandom. Sejumlah nama fandom K-Pop seperti

Sone (fans SNSD), Shawol (fans SHINee), VIP (fans BigBang),

Cassiopeia (fans TVXQ/DBSK), EXO-L (fans EXO), Army (fans BTS),

Wannable (fans Wanna One), Hottest (fans 2PM), ELF (fans Super

Junior), Once (fans Twice), Reveluv (fans Red Velvet), Blink (fans Black

Pink) dan lain sebagainya menunjukkan eksistensinya dari membentuk

komunitas di kehidupan nyata maupun komunitas online. Muhammad

Hisyam dan Cahyo Pamungkas (2016:212-214) dalam bukunya

“Indonesia, Globalisasi, dan Global Village” menjelaskan sejak Agustus

2010 fans dari berbagai nama fandom K-Pop di Indonesia membentuk

United K-Pop Lovers Indonesia (UKLI).

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 24: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

24

Konsep transnasional fandom dianggap mampu menggambarkan

perkembangan fandom K-Pop di berbagai belahan dunia yang diawali dari

kehadiran Korean Wave (Duits, Koos & Stijn, 2014). Terbentuknya

fandom K-Pop diawali dari film, serial drama, variety show dan tentunya

musik. Teori mengenai fandom sebagai kumpulan fans aktif disampaikan

oleh Alan Mc Kee (dalam Gray, Cornel & C. Lee, 2007:91) yang

menjelaskan jika fandom tidak sekedar mengonsumsi informasi tetapi juga

memproduksi informasi mengenai idolanya. Bentuk fandom K-Pop

sebagai audiens aktif tersebut dapat dilihat dari partisipatif dan

antusiasimenya para fans dalam hal pertemuan antar fans dalam satu

fandom (fan gathering) dan menciptakan konten media dengan sendirinya,

seperti video fanmade, fanart maupun fanfic (Kim, 2017:293). Dalam hal

kegiatan fan gathering pecinta K-Pop, tingkat kebersamaan menjadi lebih

erat karena merasa memiliki kesamaan ketertarikan menjadikan rasa

persaudaraan mereka.

Di sisi lain digitalisasi turut menjadi faktor utama aktifnya fandom

K-Pop utamanya di Indonesia dalam ranah online seperti membentuk

komunitas pencinta K-Pop di media sosial facebook, twitter bahkan

instagram (Hisyam & Cahyo, 2016:213). Bentuk lain dari fandom K-Pop

khususnya di Indonesia juga terlihat dari maraknya grup-grup kecil pada

aplikasi chat seperti WhatsApp dan LINE yang mengusung nama fandom

dengan genre tertentu seperti genre BIM (Bias is Mine), Bromance, Boys

Love, ataupun fandom K-Pop yang sekedar menyajikan informasi

mengenai idolanya termasuk beberapa kegiatan project fans.

Tidak hanya sekedar membentuk komunitas di media sosial dan di

aplikasi chat, para pegiat fandom K-Pop Indonesia ini juga membentuk

laman website media online secara mandiri yang kontennya di isi

sepenuhnya oleh para fans berkaitan tentang informasi mengenai idola K-

Pop. Adapun yang dimaksudkan dari fandom K-Pop tersebut adalah situs

www.koreanwaveindo.com, www.koreanindo.net, www.kpopezine.com

dan www.infokpop.com (Hisyam & Cahyo, 2016:213). Adapun bentuk

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 25: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

25

lain dari aktivitas fandom-fandom K-Pop di Indonesia adalah acara-acara

bernuansa Korea seperti Korean Days yang dilangsungkan di wilayah

Yogyakarta sejak tahun 2000-an. Selain itu kompetisi K-Pop Cover Dance

juga menumbuhkan minat fans dalam menunjukkan eksistensinya sebagai

bagian dari fandom K-Pop (Hisyam & Cahyo, 2016:213).

Aktivitas fandom K-Pop di Indonesia juga ditunjang oleh

keberadaan media baru, termasuk internet di dalamnya. Melansir dari

beberapa artikel berita dijelaskan bahwa saat ini beberapa fandom K-Pop

di Indonesia dinilai agresif dan gencar beradu argumen atau lebih dikenal

dengan istilah fan war di laman-laman portal diskusi online

(Hype.idntimes.com, 2017). Bagi seseorang yang masuk dalam bagian

fandom K-Pop dirinya akan merasa memiliki harga diri lebih sehingga

seakan-akan wajib membela idolanya sebagai sosok yang benar menurut

mereka. Argumentasi tersebut disetujui oleh teori mengenai fandom

menurut Matt Hills (2002:30) dalam bukunya berjudul “Fan Cultures”

yang menjelaskan bahwa fans secara spontan melakukan pembelaan

sekaligus pembenaran atas seseorang atau sesuatu yang digemari.

Shane Blackman dan Michelle Kempson (2016) dalam bukunya

“The Subcultural Imagination: theory, research and reflexivity in

contemporary youth cultures“ menjelaskan konsep-konsep karakteristik

fandom K-Pop yang berbeda dengan fandom-fandom lain di mana

kehadiran mereka lebih bersifat agresif, ekstrem tetapi memiliki loyalitas

yang tinggi. Ekstrim yang dimaksud di sini adalah mayoritas dari fandom

K-Pop dianggap terlalu berlebihan dalam mengidolakan sesuatu seperti

kesenangan berimajinasi idolanya adalah miliknya atau idolanya penyuka

sesama jenis. Namun di sisi lain mereka memiliki loyalitas baik pada

subyek yang diidolakan maupun pada sesama fans pada satu fandom.

c. Manajemen Komunikasi dalam Konteks Fandom

Sampai saat ini manajemen komunikasi masih menjadi istilah yang

banyak digunakan dalam konteks organisasi. Berbeda halnya jika sudut

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 26: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

26

pandang manajemen komunikasi ditarik dalam konteks fandom di mana

fandom sendiri lebih kepada komunitas bukan organisasi terlebih lagi

korporasi. Fandom seperti yang disampaikan oleh Jenkins (2013) adalah

kelompok kecil yang membentuk dirinya sendiri berdasarkan kesamaan

minat.

Jika di dalam konteks organisasi, manajemen komunikasi diartikan

sebagai penggunaan komunikasi dalam hal merancang strategi yang

sistematis dimulai dari perencanaan, implementasi, penerapan dan evaluasi

(Bell & Dayle, 2010). Pada dasarnya istilah manajemen dan komunikasi

berasal dari dua ranah berbeda karena manajemen dipahami sebagai

aktivitas planning, organizing, leading dan controlling (Schermerhorn.

2011:16). Sementara komunikasi lebih kepada bagaimana pesan

disampaikan dari komunikator diterima oleh komunikan (Conville & L.

Edna, 1998). Perpaduan dari istilah manajemen komunikasi ini selanjutnya

dimaknai sebagai proses menyampaikan pesan yang efektif (Suprapto,

2009).

Penelitian ini menggunakan teori manajemen yang digagas oleh

Henri Fayol (1959: 43-107) yang mengartikan manajemen sebagai proses

planning, organizing, commanding, coordinating dan controlling. Teori

tersebut berasumsi bahwa individu memegang peran penting dalam

kesuksesan sebuah proses manajemen, di mana identifikasi pekerjaan dan

tugas masing-masing harus jelas sehingga dapat mencapai tujuan yang

telah ditetapkan (Albarran, 2010:79-80). Selain itu Fayol juga menekankan

bahwa manajemen merupakan sebuah proses yang fleksibel dan dituntut

dapat menyesuaikan kondisi disekelilingnya. Berikut detail penjelasan

mengenai lima fase manajemen komunikasi Henri Fayol:

1. Planning

Tahapan pertama yaitu planning atau diartikan sebagai

fase perencanaan pada suatu organisasi, komunitas atau dalam

penelitian ialah fandom. Henri Fayol (1959: 43) menjelaskan

bahwa tahap perencanaan memiliki peranan penting yang

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 27: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

27

didominasi oleh peran ketua. Pada tahapan ini, ketua

menentukan kegiatan, aktivitas, ataupun rencana-rencana

program yang akan dilaksanakan. Perencanaan yang

dimaksudkan juga termasuk ketua atau pemimpin dapat

mendefinisikan tujuan, visi dan misi organisasi. Hal tersebut

menjadi dasar atau pondasi agar kegiatan-kegiatan yang

dilakukan sesuai tujuan yang telah dibuat.

Verona dan Prandeli (2002) juga menambahkan jika

melalui penggunaan komunikasi yang baik, ketua dituntut

untuk dapat menganalisa anggota dalam komunitas atau

organisasinya termasuk media atau saluran informasi apa yang

mereka gunakan agar rencana kegiatan lebih terarah pada target

sasaran. Fase perencanaan juga mencakup perencanaan awal

mengenai jumlah pegawai dan kriteria pemilihan pegawai.

Kriteria yang dimaksudkan juga perlu memperhatikan

sekaligus menyesuaikan tujuan organisasi atau komunitas agar

bawahan yang dipekerjakan cukup dan memiliki kapasitas

untuk menjalankan kegiatan yang dimaksudkan. Seorang

pemimpin memiliki andil yang besar dalam fase perencanaan

karena keputusan terbesar berada di tangannya. Selain itu

planning yang baik ialah ketika rancangan kegiatan, tujuan dan

cara kerja yang dirumuskan oleh ketua atau pemimpin tidak

sekedar disampaikan tetapi juga dapat dipahami oleh

bawahannya (Albarran, 2010:79-80)

2. Organizing

Tahapan kedua dalam manajemen komunikasi Henri

Fayol ialah organizing. Henri Fayol (1959:53) mendefinisikan

organizing sebagai langkah pembagian tugas pada pekerja atau

bawahan secara detail dan didasarkan oleh kemampuannya

masing-masing. Fase ini perlu dilakukan dalam manajemen

komunikasi agar bawahan dapat menjalankan tugas sesuai

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 28: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

28

bakatnya masing-masing dan tentunya tidak melanggar aturan

yang dibuat pemimpin. Organizing pada dasarnya berfungsi

memudahkan pemimpin untuk nantinya melalui tahapan

manajemen komunikasi selanjutnya, yaitu menginstruksi,

mengoordinasi dan mengontrol tugas yang ia bagi pada

pekerjanya (Fayol, 1959:60)

3. Commanding

Henri Fayol (1959:98) menjelaskan bahwa elemen

commanding pada manajemen komunikasi tidak kalah

pentingnya dari dua tahap sebelumnya yaitu planning dan

organizing. Commanding diartikan sebagai bentuk perintah,

peraturan maupun instruksi yang diberikan pemimpin untuk

dilaksanakan bawahannya agar sejalan dengan visi, misi dan

tujuan organisasi. Fase commanding juga menuntut pemimpin

untuk tidak sekedar memerintahkan bawahannya untuk

melaksanakan tugas yang ia beri, tetapi juga memberikan

nasihat jika diperlukan (Fayol, 1959:100). Dalam tahapan

ketiga manajemen komunikasi menurut Henri Fayol ini,

commanding juga mencakup pemahaman bawahan atas

pekerjaan atau tugas yang diberikan oleh atasannya.

4. Coordinating

Memasuki fase keempat dalam manajemen komunikasi,

Henri Fayol (1959: 104) menjelaskan tahapan coordinating

adalah harmonisasi antara tugas satu dengan tugas lain yang

diberi pemimpin dan dilaksanakan oleh bawahannya.

Coordinating dilaksanakan untuk menyelaraskan antara satu

pekerjaan dengan pekerjaan lain sehingga tidak tetap berjalan

sesuai tujuan organisasi. Dalam fase ini pemimpin harus saling

berkomunikasi dengan bawahannya untuk menyesuaikan dan

memastikan apakah tugas yang diberikan di tiap-tiap divisi

telah berhasil dilaksanakan (Fayol. 1959:105).

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 29: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

29

5. Controlling

Controlling didefinisikan sebagai kegiatan

pengendalian dan pengawasan seorang pemimpin pada

kegiatan dan tugas atau beban yang diberikan pada bawahan.

Fase terakhir pada manajemen komunikasi menurut Henri

Fayol (1959:107) ini merupakan tahap yang tidak kalah

pentingnya dengan empat fase sebelumnya karena pemimpin

perlu mengontrol aktivitas organisasi agar senantiasa tidak

menyalahi aturan dan tetap dapat mencapai tujuan yang

diinginkan. Tindakan pengendalian yang dimaksudkan bisa

berupa teguran verbal, fisik bahkan hingga tindakan

mengeluarkan pegawai jika dirasa melanggar peraturan. Selain

itu pemimpin dalam fase controlling ini juga berhak melakukan

pergantian pegawai atau penambahan jumlah pegawai agar

tidak mengganggu kegiatan organisasi atau komunitas untuk

mencapai tujuan bersama. Lebih lanjut lagi Henri Fayol

(1959:108-109) menambahkan pernyataan bahwa tindakan

menegur dan mengeluarkan pegawai juga biasa dilakukan

seorang atasan. Hal tersebut dilakukan pemimpin guna

meminimalisir konflik internal demi tetap berjalannya aktivitas

organisasi atau komunitas sesuai rencana awal.

Dikarenakan literature review/ tinjauan pustaka yang membahas

mengenai manajemen komunikasi fandom masih minim, peneliti mencoba

untuk memberikan benang merah agar lebih dapat memahami mengenai

manajemen komunikasi dalam konteks fandom dengan mengombinasikan

tiga elemen studi yang berbeda yaitu manajemen media, komunikasi

organisasi khususnya komunitas virtual dan studi budaya populer yaitu

fandom.

Elemen pertama yang menjadi pembuka bahasan ini adalah

manajemen media. Kung (2008:2-3) mendefinisikan manajemen media

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 30: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

30

sebagai strategi pengelolaan bisnis media. Konteks yang dimaksudkan

oleh Lucy Kung di sini adalah bagaimana perusahaan melakukan

pengaturan melalui sistem kelola pada media-media yang digunakan

sebagai saluran informasi. Sementara Rahayu (dalam Siregar et.al,

2010:35) menjelaskan manajemen media sebagai kajian yang mencakup

fungsi manajemen termasuk manajemen sumber daya manusia dan

teknologi, kepemimpinan, produksi konten, pemasaran bahkan budaya

organisasi. Manajemen media menjadi studi yang penting dipelajari untuk

membangun jembatan antara disiplin ilmu manajemen dan industri media

di mana era digital menjadikan kedua kajian tersebut semakin kompleks

(Kung, 2007:24).

Mierjewska dan Hollified (dalam Albarran, Sylvia & Michael,

2006) berpendapat bahwa studi manajemen media banyak mengadopsi

teori-teori organisasi. Masih dalam referensi yang sama Mierjewska dan

Hollified (dalam Albarran, Sylvia & Michael, 2006:39) membagi teori

manajemen menjadi dua sudut pandang organisasi yaitu teori struktural

dan teori agensi. Teori struktural berfokus pada faktor non human pada

organisasi termasuk struktur organisasi, kondisi pasar, teknologi dan

sebagainya. Sementara teori agensi berfokus pada pengaruh individu

dalam organisasi, kepemimpinan, power, gender, keberagaman ras,

pembuatan keputusan, budaya dan komunikasi. Dari dua sudut pandang

teori tersebut peneliti lebih mengerucut pada teori manajemen struktural

seperti yang dianjurkan Mierjewska dan Holliefied di mana penelitian ini

lebih berfokus pada bagaimana individu mengelola organisasi tersebut

melalui teknologi media yang tersedia salah satunya manajemen media itu

sendiri.

Peran pemilik media, manager media atau dalam konteks

organisasi adalah ketua organisasi memegang peran penting untuk dapat

melakukan pengaturan dan pengambilan keputusan pada manajemen

media. Jim Willis dan Diane B. Willis (1993:239) menjelaskan ada

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 31: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

31

delapan tugas penting yang sebaiknya dilakukan seorang manajer dalam

manajemen media yaitu:

a. Manajer media harus dapat mendefinisikan misi perusahaan

b. Menentukan tujuan mana yang dapat memudahkan pencapaian

misi perusahaan

c. Merancang strategi untuk membantu mencapai tujuan-tujuan

yang ditetapkan

d. Menyusun rencana tahunan untuk dapat mencapai tujuan

tersebut

e. Menyiapkan biaya untuk mengoperasikan sejumlah strategi

yang sebelumnya sudah dirancang

f. Membangun strategi pemasaran untuk dapat memastikan

bahwa informasi sampai pada audiens yang ditargetkan

g. Menggunakan bantuan iklan untuk dapat menjangkau audiens

dan atau konsumen lain yang berpotensial

h. Membuat informasi produk yang profesional, memiliki etika

dan memenuhi standar

Melalui kedelapan tugas penting seorang manajer media di atas

dapat digambarkan seorang manajer media memiliki peran yang

menentukan sekaligus bertanggung jawab atas visi, misi dan tujuan

perusahaan media. Manajer media atau seorang atasan harus peka

terhadap perubahan lingkungan sehingga jika suatu tujuan tidak lagi

relevan diperlukan pergantian atau pembaharuan. Selain bertanggung

jawab pada tujuan perusahaan, manajer media juga diharuskan untuk

membangun hubungan yang baik dengan karyawan yang bekerja sebagai

bawahannya untuk sama-sama mencapai tujuan perusahaan (Willis &

Diane, 1993:240).

Sebagai sebuah proses yang tidak mudah teori-teori manajemen

media sampai saat ini masih belum banyak menggunakan studi ilmu

komunikasi dalam pembelajarannya melainkan hanya berfokus pada

karakter organisasi, budaya organisasi juga konsep-konsep manajemen itu

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 32: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

32

sendiri. Mierjewska dan Hollified menganjurkan adanya perbaikan teori

manajemen media yang seharusnya memasukkan kajian komunikasi

seperti karakteristik industri media dan peran sosial politik budaya di

dalamnya (Rahmitasari, 2017: 47). Lebih dari sekedar karakteristik

industri media, permasalahan konten media juga menjadi isu utama pada

kajian manajemen media.

Sistem manajemen konten media adalah pengelolaan konten media

secara sistematis termasuk hal-hal yang berkaitan dengan perangkat

tekonologi media yang digunakan, konten yang menarik (pesan berupa

teks, gambar, suara) dan bagaimana cara menyampaikan konten media

tersebut kepada audiens yang ditargetkan (Tassel & Lisa, 2010:192).

Hartley (dalam Rahmitasari, 2017: 49) melihat konten media sebagai nilai

budaya karena produk media tidak sekedar berwujud fisiknya saja seperti

televisi, radio, DVD tetapi lebih kepada pesan yang disampaikan, narasi

yang dibawakan, visualisasi yang terlihat dan lain sebagainya yang tidak

hanya terlihat secara fisik.

Dari beberapa penjelasan di atas manajemen media dianggap

memiliki korelasi dalam konteks manajemen komunikasi di mana

komunikasi tidak hanya berlangsung secara tatap muka tetapi juga melalui

saluran media. Jika dalam konteks perusahaan, manajemen diperlukan

untuk menambah keuntungan sementara pada organisasi manajemen

digunakan untuk membangun loyalitas anggota (Kung, 2007:22). Poin

utama yang dapat digarisbawahi di sini adalah selain mengelola proses

komunikasi yang baik, manajemen komunikasi juga dituntut untuk dapat

melakukan pengaturan terhadap media utamanya konten media yang

digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Penelitian ini menggunakan

analogi berpikir bahwa fandom sebagai sebuah komunitas secara mandiri

melakukan manajemen komunikasi untuk membangun loyalitas

penggemar melalui media yang digunakan. Orang yang paling

bertanggung jawab atas aktivitas manajemen komunikasi fandom termasuk

pengelolaan konten medianya adalah founder dari fandom tersebut.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 33: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

33

Peneliti selanjutnya menganalisa bagaimana peran founder dalam

mengelola admin-admin yang bekerja dalam fandom tersebut termasuk

beberapa pertanyaan seperti bagaimana jalinan komunikasi di antara

mereka, apa media yang digunakan sebagai sarana informasi, bagaimana

mengolah konten media yang menarik supaya fans bisa dengan mudah

memahaminya.

Pembahasan selanjutnya untuk memberikan jembatan pemikiran

mengenai alur pemikiran manajemen komunikasi dalam fandom adalah

komunikasi organisasi khususnya pada komunitas virtual. Michael J. Papa,

Tom D. Daniels dan Barry K. Spiker (2008:3-5) menjelaskan pentingnya

studi komunikasi organisasi untuk membangun organisasi dalam mencapai

tujuan. Pengaruh lingkungan internal dan eksternal perlu diwaspadai oleh

seorang ketua organisasi karena dapat mempengaruhi dinamika organisasi.

Salah satu faktor eksternal yang dapat memberi dampaik baik buruk

keberadaan organisasi adalah teknologi atau dengan kata lain digitalisasi

yang melahirkan komunitas-komunitas di dunia virtual.

Memasuki era digital organisasi tidak hanya terbentuk di kehidupan

nyata tetapi juga pada platform-platform media yang kemudian melahirkan

istilah komunitas virtual. Komunitas virtual memungkinkan orang-orang

berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan mereka atas tujuan-tujuan seperti

pertukaran informasi, membagi cerita mengenai minat, memperoleh

layanan yang diinginkan serta menjalin pertemanan dengan orang yang

dikenal maupun tidak dikenal di kehidupan nyata (Baglieri & R. Consoli,

2009:354).

Wang, Yu dan Fesenmaier (2002) memetakan empat elemen

komunitas virtual yaitu:

a. Kumpulan individu yang berinteraksi dalam rangka

memuaskan mereka dan juga aktivitas menunjukkan

peran/eksistensi diri

b. Membagi informasi mengenai minat, keinginan, pertukaran

informasi dan ketersediaan layanan bagi masyarakat

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 34: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

34

c. Adanya kebijakan yang mengatur dan mengarahkan interaksi

sesama individu

d. Sistem komputer yang mendukung dan menjadi sarana

interaksi sosial serta memfasilitasi kebersamaan

Keempat elemen tersebut selanjutnya dimodifikasi oleh Kent D,

Miller, Frances Fabian dan Shu Jou Lin (2009) menjadi gambaran secara

umum mengenai karakteristik komunitas virtual yang mempermudah

pencarian informasi, menjalin hubungan ataupun memelihara keterikatan

dengan orang yang memiliki kesamaan pemikiran meskipun secara fisik

mereka belum pernah bertemu sebelumnya. Luasnya jangkauan dan

efisiensi yang diciptakan komunitas virtual memudahkan pertumbuhan dan

perkembangan dinamika hubungan proses bersosialisasi individu melalui

media (Miller, Fabian & Lin, 2009).

Pengoperasian organisasi ataupun komunitas bergantung pada

bagaimana mereka memahami esensi organisasi secara komprehensif

(Baglieri & R. Consoli, 2009:357). Artinya kejelasan pembagian kerja,

sensitivitas pada pengaruh lingkungan menjadi dua hal yang paling

dibutuhkan. Selain itu sebagai sebuah komunitas yang dianggap bebas,

keberadaan komunitas virtual harus dapat mendefinisikan sekaligus

mengidentifikasi visi, misi, tujuan dan kebijakannya sendiri (Baglieri & R.

Consoli, 2009:357).

Verona dan Prandeli (2002) dalam jurnalnya berjudul “A dynamic

model of customer loyalty to sustain competitive advantage on the web”

memetakan dua tahap model dalam manajemen komunikasi virtual yaitu

tahap desain dan tahap pemeliharaan. Berikut penjelasan lebih lanjut

mengenai dua tahap pengembangan komunikasi virtual (Verona dan

Prandeli, 2002):

a. Manajemen komunikasi virtual tahap pertama: tahap desain

Strategi ini digunakan untuk menjalin hubungan yang baik

melalui pemberian layanan penyelesaian masalah,

menyediakan informasi yang komprehensif, menyajikan

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 35: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

35

konten yang menarik. Dasar utama pada tahap awal ini

adalah pada pemahaman organisasi terhadap teknologi yang

digunakan dalam rangka mengatur, mengumpulkan

individu yang ditargetkan untuk selanjutnya menjadi

anggota aktif sekaligus menumbuhkan loyalitas anggota-

anggota yang tergabung dalam komunitas virtual

b. Manajemen komunikasi virtual tahap kedua: tahap

pemeliharaan

Pada tahap kedua seorang atasan harus dapat menjalin dan

memelihara hubungan baik dengan individu-individu yang

berpotensi untuk dijadikan target. Mereka dituntut untuk

dapat memahami apa yang disukai individu sebagai bagian

dari target audiens yang disasar, apa yang menjadi tren,

konten apa yang disenangi sekaligus layanan apa yang

dibutuhkan. Strategi ini dapat meningkatkan loyalitas dan

menekan keinginan individu untuk terus bergabung dalam

komunitas virtual.

Selain berfokus pada membangun hubungan yang baik Carl

Shapiro dan Hal Varian (dalam Baglieri & R. Consoli, 2009:359)

menjelaskan dalam proses manajemen komunitas virtual juga disarankan

untuk dapat memberikan kepercayaan kepada individu dengan cara

merahasiakan identitas berikut informasi privasinya. Selain itu manajemen

komunitas virtual juga dilakukan melalui tahap membangkitkan ingatan

para individu atas keberadaan komunitas virtual tersebut dengan cara

menyajikan konten-konten yang diinginkan.

Adapun hal-hal lain yang perlu diperhatikan oleh komunitas

virtual adalah kehadiran logiro (Baglieri & R. Consoli, 2009:360). Logiro

adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan desain komunikasi

virtual. Logiro sendiri membantu kaum muda menemukan cara dalam

mengembangkan komunitas virtualnya melalui penggunaan blog, gambar,

video dan konten media lainnya. Kehadiran logiro bermula dari pemikiran

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 36: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

36

bahwa internet secara bebas membangun dan mempertemukan hubungan

antar individu yang multikultural di dunia maya. D. Baglieri dan R.

Consoli (2009:360) menjelaskan ada empat keistimewaan logiro pada

komunikasi virtual yaitu fokus pada kesenangan atau hal-hal yang disukai

anggota, menyeimbangan konten dan penggunaan komunikasi yang

efektif, memberi kesempatan individu untuk memberikan masukan,

kemudian yang terakhir adalah komunitas harus mengetahui siapa

kompetitornya.

Melalui penjelasan di teori dan konsep komunitas virtual masih

seputar perusahaan dan organisasi pada umumnya sehingga peneliti

memberikan analogi komunitas virtual pada fandom sebagai obyek

penelitian melalui dua sudut pandang di atas. Sebagai kelompok yang

tidak memiliki badan hukum dan tidak berstruktur hierarkis layaknya

organisasi, fandom cenderung lebih bebas baik secara interaksi yang

terjalin maupun keanggotaannya. Fandom di media baru atau virtual

menjadikan analisa mengenai manajemen komunikasi semakin kompleks.

Seorang ketua fandom atau pada penelitian ini yang dimaksudkan

adalah founder-nya dituntut untuk dapat mendesain media yang digunakan

sekaligus memelihara hubungan yang baik dengan para anggota fans.

Selain diharuskan untuk pintar memilih media yang digunakan, founder

tersebut perlu juga memahami karakteristik komunitas virtual yang

cenderung lebih rentan minim loyalitas. Namun mengingat penelitian ini

bergerak di dua ranah yaitu virtual dan offline maka peneliti juga

menganalisa bagaimana manajemen komunikasi fandom secara online

melalui manajemen komunitas virtual dan offline melalui manajemen

komunikasi termasuk manajemen media seperti yang sudah disinggung

sebelumnya.

Pembahasan ketiga untuk memberikan jembatan pemikiran

mengenai manajemen komunikasi pada fandom adalah mengenai studi

budaya populer. Fandom merupakan fenomena baru yang lahir dari kajian

budaya dan media. Alan Mc Kee (dalam Gray, Cornel & C. Lee, 2007:91)

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 37: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

37

menjelaskan fandom merupakan sekumpulan fans yang secara aktif

membentuk perkumpulan antar fans dengan kesamaan ketertarikan,

kesenangan dan tentunya pemikiran.

Henry Jenkins (2006:5) dalam bukunya berjudul “Convergence

Culture” tidak sekedar menggambarkan budaya populer saat ini tetapi

lebih kepada analisa mengenai informasi baru apa yang orang cari dan

bagaimana mereka menjalin komunikasi atas ketertarikannya pada konten-

konten media. Melalui studinya pada fandom di media baru Jenkins

mengkaji budaya populer sebagai permasalahan yang dekat dengan

pendekatan budaya partisipasi di mana setiap orang berinteraksi (Jenkins,

2006:15).

Teori media partisipatif yang digagas oleh Henry Jenkins menjadi

basis dari penelitian ini di mana teori tersebut menjelaskan bahwa

kehadiran internet memungkinkan perubahan pada sikap audiens pasif

menjadi aktif. Individu atau pengguna media tidak hanya mengonsumsi

informasi di media tetapi kehadiran mereka turut membuat, berhubungan

dengan konten termasuk di dalamnya pada konteks fandom (Dutton,

2013:359). Pada penelitian ini, peneliti berasumsi individu atau fans yang

dimaksudkan di sini turut berpartisipasi dalam pembuatan dan pengelolaan

fandom di media baru juga di kehidupan nyata. Konten yang disajikan

fandom merupakan hasil karya para fans itu sendiri dan selanjutnya

dikemas untuk diinformasikan.

Lebih lanjut dalam penelitiannya pada kasus fans Harry Potter,

Henry Jenkins (Jenkins, 2006:169) mengeksplorasi adanya konflik yang

terjadi pada konten buku Harry Potter dan konflik pada fans Harry Potter

sendiri. Fans yang terdiri atas anak-anak berpartisipasi dalam dunia

imajinatif mereka dengan membaca dan reka ulang cerita melalui aegan

“The Daily Prophet”. Fans membentuk komunitas tersebut untuk

berangan-angan mengenai skenario adegan yang diharapkan oleh mereka

terjadi dalam serial Harry Potter (Jenkins, 2006:170).

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 38: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

38

Jenkins menjelaskan bahwa fandom yang terbentuk atas

keinginan imajinatif fans membuka pemikiran untuk mengeksplorasi lebih

dalam pada serial buku yang dimaksud termasuk cerita-cerita yang

dianggap menarik sekaligus memahami karakter (Jenkins, 2006:171).

Dengan membentuk fandom tersebut, para fans yang merupakan anak-

anak ini dapat belajar arti pentin serial cerita, belajar mandiri untuk

memahami karakternya masing-masing dengan peran yang dimainkan,

belajar berimajinasi dalam pembuatan konten alur cerita sesuai yang

mereka inginkan dan tentunya menjadi diri sendiri dan membangun

pertemanan yang erat dengan sesama fans lainnya (Jenkins, 2006:170-

172). Dari teori media partisipatif di atas peneliti mengeksplorasi bentuk

partisipasi fans dalam membentuk fandom-nya secara mandiri, kemudian

karakteristik unik pada fandom yang dibentuk atas dasar keinginan fans

untuk sama-sama ingin berimajinasi pada idolanya, kemudian bagaimana

mereka melakukan pengelolaan komunikasi dan medianya sendiri terhadap

fandom tersebut.

Sesuai dengan argumentasi awal peneliti bahwa kajian

manajemen komunikasi fandom yang diangkat sebagai tema penelitian

mengombinasikan tiga elemen studi yaitu manajemen media, komunikasi

organisasi khususnya komunitas virtual dan studi budaya populer yaitu

fandom. Maka untuk mempermudah paparan hasil penelitian nantinya,

jembatan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini mencakup teori

manajemen komunikasi Henri Fayol (1959: 43-107) yang terdiri atas lima

fase yaitu planning, organizing, commanding, coordinating dan

controlling. Kemudian konsep manajemen media milik Joan Van Tassel &

Lisa Poe Howfield (2010:192) yang menekankan pada pengelolaan konten

media secara sistematis, perangkat teknologi media yang digunakan,

konten yang menarik dan bagaimana menyampaikannya pada audiens.

Paduan studi lain yang digunakan sebagai pisau analisis dalam

kajian manajemen komunikasi fandom ialah konsep komunitas virtual G.

Verona & Prandelli, E (2002) yaitu pemahaman pada teknologi media

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 39: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

39

yang digunakan, menumbuhkan loyalitas dengan anggota, mengetahui

tren, memahami keinginan konten audiens yang ditargetkan. Sementara

dalam sudut pandang kajian budaya populer, peneliti mengambil konsep

fandom milik Henry Jenkins (2006:171) yang menjelaskan bahwa fandom

adalah sekumpulan penggemar aktif. Aktifnya para penggemar tersebut

terlihat dari munculnya kesamaan ketertarikan yang membuat mereka pada

akhirnya berkumpul menjadi satu kesatuan fandom. Selain itu konsep

fandom Henry Jenkins juga menjelaskan fandom aktif membentuk dan

mengelola fandom, mengonsumsi informasi terkait idola mereka sekaligus

memproduksi konten.

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 40: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

40

G. MODEL PENELITIAN

Bagan Model Penelitian

Manajemen Komunikasi Fandom “Boys Love” EXO’s OTP Offline danOnline

Manajemen komunikasifandom “boys love” EXO’s

OTP offline dan online

- Ketua: Visi, misi dan tujuan didirikannya fandom

EXO’s OTP Alasan penamaan fandom EXO’s OTP Awal mula menjalankan fandom EXO’s

OTP Kriteria pemilihan admin Pengetahuan terhadap kebiasaan bermedia

fans Pemilihan platform media yang digunakan

dalam menjalankan aktivitas fandomEXO’s OTP

Pemilihan waktu yang tepat untukmengunggah informasi di halamanberanda fandom EXO’s OTP

Rencana agenda kegiatan fandom baikonline maupun offline

Pembahasan agenda kegiatan fandom baikonline maupun offline

- Admin: Memahami cara kerja fandom EXO’s OTP Mengetahui media yang digunakan

anggota fans EXO’s OTP Kejelasan terhadap kegiatan/agenda

fandom EXO’s OTP online maupunoffline

-

Planning

Organizing

- Ketua: Membagi kerja pada tiap admin Informasi yang perlu diunggah admin

di halaman beranda fandom EXO’sOTP

- Admin: Mengetahui dan memahami

pembagian kerja yang diberikanketua fandom EXO’s OTP

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 41: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

41

Commanding - Ketua: Menghimbau admin untuk selalu

mengunggah informasi Apa saja yang harus dipatuhi admin

dalam hal mengunggah informasi,aturan tentang konten apa yg pantasdiunggah, syarat dan ketentuan kontenyang diunggah

Berkaitan dengan kegiatan offline,admin yang diminta menguruskegiatan tersebut

Berkaitan dengan kegiatan give away,admin yang diminta menguruskegiatan tersebut

- Admin: Memahami aturan informasi apa yang

hrus diunggah di halaman berandafandom EXO’s OTP

memahami informasi apa yang hrusdiberikan di halaman broadcastfandom EXO’s OTP

Memahami waktu, kapan info tersebutharus diberikan

Menjalankan dan bertugas dalampelaksanaan kegiatan gathering

- Ketua: Jika ada momen kebersamaan anggota

EXO, ketua mengkoordinasi siapaadmin yang mengunggah informasitersebut di halaman fandom

Jika ada momen kebersamaan anggotaEXO, ketua berkoordinasi apakahadmin telah mengunggah informasitersebut di halaman fandom sesuaiperaturan

Koordinasi informasi melalui groupchat LINE

- Admin: Informasi mengenai apakah ketua

memastikan admin menjalankanpekerjaan/tugas yang diberikan sesuaiinstruksi dalam pelaksanaan kegiatanfandom online

Informasi mengenai apakah ketuamemastikan admin menjalankanpekerjaan/tugas yang diberikan sesuaiinstruksi dalam pelaksanaan kegiatanfandom offline

Coordinating

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 42: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

42

- Ketua: Tindakan ketua pada admin yang

bermasalah/menyalahi aturan fandomEXO’s OTP

Tindakan yang dilakukan ketua jikakekurangan admin

Rapat untuk mengontrol para admin

Controlling

Perkembangan fandom “boyslove” EXO’s OTP

- Dinamika fandom “boys love” EXO’sOTP dari mulai awal didirikan sampaisaat ini: kendala mengelola, jumlahadmin fandom EXO’s OTP dulu sampaisaat ini

a. Platform media yang digunakanb. Intensitas mengunggah informasi di

halaman beranda fandomc. Variasi konten informasi “boys love”

yang diunggah di halaman berandafandom

d. Kegiatan offline/gathering fandomEXO’s OTP

Karakteristik fans dalamfandom “boys love” EXO’s

OTP

- Fans dari fandom “boys love”sebagai audiens aktif

- Sifat fans di dunia nyata/offline dandi dunia virtual fandom “boys love”EXO’s OTP

Ketua: Tanggapan pada fans yang lebih

aktif pada kegatan online fandomEXO’s OTP dibandingkan saatbertemu secara langsung

Langkah-langkah untukmenjadikan fans agar juga aktif dikegiatan offline fandom EXO’sOTPAdmin:

Langkah-langkah untukmenjadikan fans agar juga aktif dikegiatan offline fandom EXO’sOTP

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 43: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

43

Kondisi EXO’s OTP sebagaifandom “boys love” offline

dan online menurut anggotafans

- Tanggapan fans pada aktivitasonline fandom EXO’s OTP

Fans:: Kapan mulai mengikuti fandom

online EXO’s OTP Alasan mengikuti fandom online

EXO’s OTP Seberapa sering mengamati

informasi yang diberikan fandomonline EXO’s OTP

Kontribusi fans pada kegiatanfandom online EXO’s OTP

- Tanggapan fans pada aktivitasoffline fandom EXO’s OTP

Fans: Alasan mengikuti kegiatan

fandom offline EXO’s OTP Menceritakan kegiatan fandom

offline EXO’s OTP (bagianggota fans yang mengikuti )

Kehadiran fandom “boys love”EXO’s OTP di media baru dankeinginan fans penikmat konten

“boys love”

- Media yang digunakan/diakses olehpara fans yang tergabung dalamfandom “boys love” EXO’s OTP

Ketua: Mengetahui media yang

diakses fansAdmin: Mengetahui media yang

diakses fansFans: Media yang paling sering

digunakan untuk mencariinformasi mengenai“boys love” EXO

Intensitas dan waktumengakses media-mediatersebut

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 44: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

44

Sumber: Diolah oleh peneliti dari berbagai referensi bacaan

- Informasi atau konten media yangdiinginkan fans

Ketua: Mengetahui konten media

yang dinginkan fansAdmin Mengetahui konten media

yang dinginkan fansFans Perihal apakah konten

yang diunggah olehfandom EXO’s OTPsudah memenuhiinformasi mengenai“boys love” pada EXO

Harapan atau kontenyang diinginkan fansuntuk ditayangkan dandilaksanakan olehpengelola fandom EXO’sOTP

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 45: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

45

H. METODOLOGI PENELITIAN

a. Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu

penelitian yang dilakukan dengan cara memaparkan gambaran

sekaligus pemahaman tentang bagaimana dan juga mengapa suatu

fenomena terjadi (Pawito, 2007:36). Pada dasarnya ada banyak macam

jenis penelitian kualitatif dan salah satu bentuk penelitian dengan

pendekatan kualitatif yang dapat mengeksplorasi bagaimana

manajemen komunikasi fandom “boys love” EXO’s OTP offline dan

online adalah studi kasus.

Studi kasus merupakan metode penelitian yang digunakan

untuk menjawab pertanyaan seputar mengapa atau bagaimana namun

peneliti memiliki sedikit peluang untuk ikut andil mengontrol

fenomena yang akan diteliti (Yin, 2003). Selain itu studi kasus juga

digunakan untuk meneliti fenomena kontemporer atau yang terjadi saat

ini (Yin, 2003). Dalam konteks penelitian ini, peneliti menggunakan

studi kasus tunggal di mana metode tersebut dianggap dapat

menyajikan fenomena yang memiliki karakteristik unik dan ekstrim

(Yin, 2003). Dengan menggunakan studi kasus, peneliti menganalisa

sekaligus mengeksplorasi fenomena di lapangan mengenai manajemen

komunikasi fandom “boys love” EXO’s OTP offline dan online.

b. Obyek penelitian

Obyek dari penelitian ini ialah fandom K-Pop dengan genre

“boys love” bernama EXO’s OTP baik yang bergerak di ranah offline

maupun online.

c. Subyek penelitian

Subyek penelitian ini adalah manajemen komunikasi fandom

“boys love” EXO’s OTP offline dan online.

d. Informan penelitian

Untuk memperoleh analisa mengenai manajemen komunikasi

fandom “boys love” EXO’s OTP baik secara offline dan online, maka

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 46: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

46

informan dari penelitian ini adalah orang-orang yang bersangkutan

pada aktivitas fandom tersebut. Berdasarkan observasi singkat peneliti,

peneliti tidak menemukan adanya struktur komunitas tetap yang

diterapkan dalam fandom ini. Artinya pengurus dari fandom ini hanya

pemilik akun dan tujuh admin yang dipekerjakan. Oleh karenanya

peneliti memetakan ada sebelas informan penelitian yaitu satu founder/

penemu/ ketua dari fandom EXO’s OTP, tujuh admin yang bekerja

sebagai orang yang bertanggung jawab atas aktivitas fandom baik

event gathering secara offline maupun mengurus konten tampilan akun

LINE@ EXO’s OTP dan tiga anggota fans yang tergabung aktif dalam

fandom EXO’s OTP.

e. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Yogyakarta. Namun pemilihan

lokasi penelitian ini tentatif mengingat tidak semua informan berada di

Yogyakarta. Bagi informan yang berada di luar Yogyakarta, peneliti

melakukan wawancara mendalam dengan mendatangi secara langsung

para informan tersebut atau bisa juga menggunakan bantuan chat,

telepon maupun video call. Meskipun lokasi penelitian tergantung di

mana informan penelitian berada, pada dasarnya pengolahan dan

analisa data dilakukan oleh peneliti di Yogyakarta.

f. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini ada dua yaitu data primer

dan sekunder. Data primer diperoleh peneliti secara langsung dari hasil

wawancara mendalam pada informan penelitian mengenai manajemen

komunikasi fandom “boys love” EXO’s OTP offline dan online.

Sementara data sekunder didapat dari referensi penunjang penelitian

seperti jurnal, buku referensi dan portal website yang membahas studi

tentang manajemen komunikasi dalam fandom, fandom K-Pop,

aktivitas fandom offline dan online, dan fandom “boys love”. Adanya

data-data sekunder berupa studi kepustakaan yang berkaitan dengan

topik penelitian ini dimanfaatkan peneliti sebagai bahan bacaan

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 47: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

47

pelengkap sekaligus penunjang dari data primer yang diperoleh secara

langsung dari informan penelitian.

g. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan

dengan cara wawancara mendalam (in-depth interview) dan observasi.

Melalui in-depth interview, peneliti memperoleh data yang lebih

komprehensif dari para informan penelitian berkaitan dengan obyek

penelitian (West & Turner, 2007:83). Teknik pengumpulan data in-

depth interview dilakukan dengan dua cara yaitu bertatap muka secara

langsung dengan informan dan juga melalui aplikasi chat, telepon

maupun video call.

Adapun beberapa pertanyaan yang diajukan dalam proses in-

depth interview antara lain informasi basis mengenai identitas

informan, motivasi mengikuti fandom, bagaimana manajemen

komunikasi mereka dalam mengelola fandom secara offline dan online.

Selain melakukan in-depth interview peneliti juga mengobservasi

dokumentasi kegiatan gathering yang dilakukan fandom EXO’s OTP.

Event gathering dilaksanakan secara tidak pasti karena tergantung

keinginan fans untuk sekedar kumpul-kumpul atau jika ada event-event

tertentu saja. Pengamatan observasi pada event gathering juga

dilakukan dengan menganalisa mengenai bagaimana founder mengatur

para admin dengan prosi kerjanya masing-masing, bagaimana para

admin menggunakan media untuk menyalurkan informasi gathering,

bagaimana admin mengelola fans untuk tidak hanya mengikuti fandom

virtual saja tetapi juga aktif dalam event gathering, apa saja kegiatan

fandom EXO’s OTP, bagaimana evaluasi dilakukan untuk melihat

sejauh mana keberhasilan aktivitas fandom EXO’s OTP.

Di samping melakukan in-depth interview guna memperoleh

data primer, pengumpulan data juga dilakukan peneliti secara sekunder

melalui jurnal, buku, portal website yang membahas studi tentang

manajemen komunikasi dalam fandom, fandom K-Pop, aktivitas

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/

Page 48: berjudul “Hallyu 2. - etd.repository.ugm.ac.idetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/157731/potongan/S2-2018-404094... · EXO’s OTP menjadi salah satu fandom dengan genre “boys

48

fandom offline dan online, dan fandom “boys love”. Selain itu peneliti

juga menganalisa dokumentasi gathering EXO’s OTP termasuk juga

dokumen pertemuan para founder dan admin-adminnya.

h. Teknik analisis data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis data interpretif

guna menganalisa manajemen komunikasi fandom “boys love” EXO’s

OTP offline dan online. Proses analisis data dimulai dengan melakukan

interpretasi pada hasil in-depth interview. Selanjutnya data yang

terkumpul melalui proses analisis data yang disebut teknik triangulasi

data.

Triangulasi data digunakan peneliti untuk menguji,

menganalisa sekaligus membandingkan konsistensi data di lapangan

dengan data yang diperoleh dari sumber lain seperti buku maupun

jurnal (Pawito, 2007: 99). Teknik ini penting dilakukan untuk

menguatkan temuan peneliti di lapangan (West & Turner, 2008:78).

Dalam penelitian ini teknik triangulasi data dilakukan dari sumber data

primer (hasil in-depth interview) yang sebelumnya sudah

diinterpretasikan dan juga data sekunder (jurnal, buku dan portal

website) yang membahas studi tentang manajemen komunikasi dalam

fandom, fandom K-Pop, aktivitas fandom offline dan online, dan

fandom “boys love”.

i. Limitasi penelitian

Limitasi pada penelitian ini ialah bagaimana manajemen

komunikasi fandom “boys love” EXO’s OTP offline dan online

MANAJEMEN KOMUNIKASI FANDOM "BOYS LOVE" EXO (Studi kasus manajemenkomunikasi fandom"boys love" EXO's OTP offline dan online )AWANIS AKALILIUniversitas Gadjah Mada, 2018 | Diunduh dari http://etd.repository.ugm.ac.id/