Date post: | 30-Sep-2015 |
Category: |
Documents |
Author: | agung-derisna-citra |
View: | 2,298 times |
Download: | 301 times |
Bentuk obatDanpenulisan resepOleh
Drs. Bambang Sidharta, Apt.MS
Bagian Farmasi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
Rumah Sakit Umum Dr Saiful Anwar
M a l a n g1. Pemilihan bentuk obat
Dalam memberikan terapi obat terhadap pasien, selain penetapan jenis obat, dosis obat, cara pemberian dan frekwensi pemberian yang tepat , maka pemilihan bentuk obat yang tepat akan berpengaruh terhadap keberhasilan terapi obat Pemilihan bentuk obat yang tepat berpengaruh terhadap: 1. Kepatuhan pasien dalam minum atau menggunakan obat2. Kemudahan , kenyaman pasien dalam pemakain/penggunaan obat
3. Tercapainya tujuan terapi
4. Kesembuhan pasien lebih cepat
Bentuk obat yang mudah diberikan pada pasien, tidak menimbulkan kesulitan atau memberikan rasa yang tidak enak pasien tentunya akan menjadikan pasien patuh dalam menggunakan atau minum obat sehingga tercapai tujuan terapi
Sebagai contoh pemberian obat bentuk puyer ( meskipun ada pro dan kontra ) pada anak dengan kombinasi beberapa macam obat, selain penentuan jenis dan dosis obat lebih tepat tentunya pemberian lebih mudah dibanding pemberian beberapa tablet atau kapsul maupun sirup lebih dari 1 macam kemasan obat. Begitu pula dengan pemberian kombinasi beberapa macam obat dalam satu kapsul pada usia lanjut lebih memudahkan pasien dalam minum obat .
Untuk menentukan bentuk obat yang sesuai dengan kebutuhan pasien perlu diperhatikan : 1. sifat bahan obat,Sebagai contoh
Bahan obat yang higroskopis, sebaiknya dibuat bentuk potio ( obat minum) atau lotio, bukan bentuk kapsul, tablet atau puyer
Bahan obat yang iritasi lambung, misalnya asetosal, eritromisin dibuat tablet enterocoated
Eritromisin kaplet ( eritromisin stearat) pahit, maka bila dkehendaki obat bentuk sirup atau pulvers dipilih eritromisin etil suksinat yang kurang pahit
2. stabilitas obat,Sebagai contoh :
Antibiotika yang tidak stabil dalam larutan untuk bentuk potio dibuat sirup kering ( ampicillin , amoksisilin, cefadroxil,cefixim, eritromisin, thiamfenikol ), untuk bentuk injeksi juga dalam wadah vial bentuk kering. Asetosal dalam bentuk potio tidak stabil, sehingga dibuat dalam bentu tabletromisin 3. umur pasien,Pada pasien anak , bentuk obat potio atau pulvers lebih mudah diberikan dibanding tablet. Bentuk pulvers relatif lebih mudah diberikan dibanding obat bentuk potio dengan jumlah obat lebih dari satu 4. lokasi kerja obat,Jenis obat yang sama dengan bentuk yang berbeda dapat diberikan pada lokasi berbeda dengan tujuan terapi yang berbeda juga
Contoh, pemberian Metronidazol
Untuk trichomoniasis , bentuk obat yang diberikan tablet, ovula, vaginal tablet,
Untuk Amoebiasis, digunakan bentuk tablet, sirup
Untuk bakteri anaerob digunakan bentuk tablet, sirup, supositoria, injeksi5. keadaan umum pasien Pada pasien yang tidak sadar lebih baik diberikan obat bentuk injeksi, supositoria atau bila digunakan obat peroral bentuk obat pulvers melalui Naso gastric tube6. tujuan terapi. Untuk mendapat efek terapi lokal biasanya digunakan salep, cream, lotion, solution, supositoria sedang untuk efek sistemik diberikan tablet, kapsul, potio, injeksi, supositoria
Jenis obat yang sama dengan bentuk yang berbeda dapat digunakan untuk terapi yang tidak sama.2. Bentuk obat dan cara penulisan resep
Untuk mendapatkan obat di apotek baik untuk keperluan praktek maupun untuk pasien individu, seorang dokter harus menulis permintaan dalam bentuk resep Resep yang lengkap mencakup :
1. Nama dokter
2. Surat Izin Praktek/Surat Penugasan
3. Alamat dan telepon tempat praktek
4. Waktu praktek
5. Tempat & tanggal penulisan
6. Nama dan dosis Obat
7. Bentuk obat yang diminta
8. Aturan pakai
9. Paraf / tanda tangan
10. Nama, umur, berat badan pasien
11. Alamat pasien ( RS : Nomor regester )
Nama obatUntuk menulis nama obat yang benar dalam resep agar tidak menimbulkan duplikasi pengertian nama obat, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain :1. Hindari penulisan nama obat dengan nama kimia atau rumus bangun,karena dengan menulis nama kimia, akan sulit menghafalkan nama obat dan mungkin menimbulkan kesulitan bagi apotek dalam penyediaan obat 2. Gunakan nama generikPenulisan nama obat dalam bentuk generik lebih mudah penyediaan obat pasien, karena dengan penulisan nama generik tidak menimbulkan duplikasi pemberian obat dan memberikan keleluasaan pasien untuk memilih obat yang terjangkau 3. Tulis nama obat dengan lengkap, jangan disingkat, karena bila disingkat dapat menimbulkan pengertian yang berbeda dan secara psikologis pasien lebih percaya kalau nama obat ditulis dengan lengkap Misalnya :
Parasetmol bukan ditulis Pct
Chlorpeniramin maleat bukan CTM
Dektromethorphan HBr bukan DMP
Diphenilhidantoin bukan Dph ( bisa diartikan Diphenhidramin )4. Hindari kombinasi obat dengan golongan dan kahasiat samaPemberian nama obat dengan khasiat yang sama bisa menimbulkan potensiasi bahkan intoksikasi, kalau menginginkan kombinasi beberapa macam obat hendaknya dipilih kombinasi obat yang dapat meningkatkan efek terapi dan menurunkan kemungkinan efek samping5. Jangan menggunakan sediaan lepas lambat untuk pulversSediaan lepas lambat ( SR,LA,Retard ) dibuat dengan formulasi agar obat dalam saluran pencernaan dilepas dengan pelan-pelan sehingga absorbsi obat secara bertahap dan efek kerja obat lebih lama. Bila sediaan ini dibuat pulvers yang dalam pembuatannya harus digerus maka sistem lepas lambatnya akan rusak.
6. Urutan penulisan nama obat :a. nama obat,b. kekuatan,c. bentuk, d. kemasan
Contoh :
R/ Asam Mefenamat 500 mg kaplet No I R/ Amoksisillin 250 mg sirup Fl No I R/ Gentamisin 80 mg injeksi amp No
R/ Ampicillin 1 gram injeksi vial No
R/ Diazepam 5 mg Rectal tube No
R/ Hidrocortison 2,5 % cream tube No
R/ Oralit 200ml sak No. Urutan penulisan resep :
1. Remidium Cardinale :
- causa
- simtomatik
2. Remidium ajuvan
3. Vehikulum
Obat simtomatik dipisahkan bila :
- Gejala penyakit mudah sembuh/timbul
- Untuk terapi penyakit kronis
- Digunakan waktu tertentu
- Membantu memudahkan minum obat lainContoh :
R/ Amoksisilin
Parasetaomol
Dekstromethorpan
Khlortimeton
Vitamin B compl
Sacharum Lactis
Mfpulv dtd no XV
S 3 dd pulv I , h pc
R/ Metoklopramid
Mf pulv dtd No X
S prn muntah 3 dd Pulv I, h ac
Jumlah/ dosis obatUntuk penulisan jumlah obat yang tepat, terdapat ketentuan sebagai berikut :L1. Jumlah obat hindari penulisan angka decimal yaitu ,
- kurang 1 gram tulis miligram (500 mg, bukan 0,5 g)
- kurang 1mg tulis microgram (100 mcg, bukan 0,1 mg )
2. Penulisan angka pecahan : tablet bukan 0,5 tablet
3. Jangan menyingkat gram dengan gr (gr = granum = 65 mg ) tetapi dengan g atau gm
4. Jangan menyingkat satuan mikrogram, nanogram, unit dengan Ug, Ng, U 5. Obat cairan, dalam mL, bukan cc atau cm 36. Hindari pemberian obat terlalu banyak / lama, kecuali untuk pasien kronis
7. Gunakan dosis efektif terkecil, bila dosis obat dalam rentang terapi
8. Satuan dosis obat dalam g, mg atau mcg bukan / 1/3 / tablet/ kapsul , kecuali bila kandungan obat lebih dari satu Contoh :
R/ Dextromethorphan Hbr 10 mg
bukan
R/ DMP 2/3 tablet
R/ Actifed tablet9. Bila kekuatan obat lebih dari satu, tulis dengan lengkap,Contoh :
R/ Luminal 50 mg tablet No. LX
S 3 dd tab I
bukan
R/ Luminal tablet No LX
S 3 dd tab I
R/ Cefotaxim 1gram inj Vial No II
S imm
bukan
R/ Cefotaxim vial inj No II
S imm Catatan :
Bila ada bentuk obat dengan kekuatan lebih dari satu, tetapi ditulis tanpa kekuatan ( mg/g ), maka oleh apotek pasien diberikan obat dengan kekuatan terkecil
Contoh :
R/ Luminal tablet No XC
S 3 dd tab I
Tablet luminal yang ada di apotek 15, 30, 50 dan 100 mg, maka oleh apotek pasien tersebut diberi yang 15 mg, padahal pemberian luminal dalam kasus ini kemungkinan untuk antikonvulsan pada pasien epilepsi yang memerlukan dosis 50 mg untuk sekali pemberian
Aturan pakai1. Bentuk obat potio , S 3 dd Cth I ( 5 ml ), sebaiknya tidak menggunakan C atau sendok makan, karena ukuran sendok makan di masyarakat tidak sama ( 8, 10, 12 Ml ) sehingga dosis obat tidak akurat Jangan gunakan aturan pakai tidak jelas
R/ Parasetamol sirup Fl No. I
Simm R/ Amoksisilin sirup Fl No I
S Prn 3 dd Cth 1/3
2. Bentuk tablet/kaplet/kapsul
S 4 dd tab I, 1 h pc
Jangan gunakan aturan pakai menyulitkan pasien
S 3 dd tabl 1/3
S 4 dd kaps Aturan pakai yang jelas, bedakan AP dan Signa
Jangan menyingkat aturan pakai dengan bahasa Indonesia
Contoh :
S kp p&s tab I ( kalau perlu pagi dan sore 1 tablet )
S jp mst tab I ( jika perlu malam sebelum tidur 1 tablet ) Beri batasan bila aturan pakai prn ( pro renata : bila perlu )Contoh :
S prn 2dd kap I
jangan S prn kap I, bila ditulis seperti ini , maka dalam sehari pasien dapat minum obat lebih
Besar dari dosis maksimal yang diperlukan Jangan menggunakan aturan pakai terlalu panjang
Contoh :
R/ Prednison tablet No. L
S 3 dd tablet V ( 3 hari )
3 dd tablet IV ( 3 hari )
3 dd tablet III ( 3 hari ) ..... Dst ( model tappering off )3. Bentuk oinment/cream/lotio
S ue ( Signa usus externus, pemakaian luar )
S uc ( Signa usus coknitus, pemakaian diketahui )
S olkeskan tipis
4. Bentuk injeksi
S imm ( Signa in manum medicine, serahkan dokter )
S pro inj ( signa pro injeksi, untuk injeksi )
5. Bentuk supositoria S 2 dd supp I
Ketentuan lain Tiap resep mulai dengan R/ dan akhiri dengan tanda penutup dan paraf / tanda tangan
Tulis nama, umur dan berat badan pasien dengan jelas
Tulis nomor regester pasien
Penulisan resep jangan ragu, merobek/ mencoret kertas R/ yang salah
Sebelum diserahkan ke keluarga pasien, baca dan teliti kembali kebenaran resep
Berikan KIE, al : nama obat, khasiat, bentuk, aturan pakai, efek samping dan pantangannya Contoh :
dr Riski Husada Prima, Sp A ( K )SIP : 077/DS/99
Praktek : Jl Merapi No. 2 Telp 7777777 Malang Inscriptio
Kantor : Lab Ilmu Kesehatan Anak RSSA
--------------------------------------------------------------
Malang , 22 Mei 2006
R / Thiamfenikol 300 mg
Amoksisilin 275 mg
Dextromethorphan HBr 7,5 mg R Cardinale
Pseudophedrin HCL 20 mg
Presciptio
Chlorpheniramin maleat 2 mg
Vitamin B kompleks tab R Adjuvan
Saccharum Lactis qs
Vehicula
mfla pulv dtd No XV
S 3 dd pulv I , 1 h pc habiskan
-------------,, ---------------- prf
Signatura
---------------------------------------------------------------------- subscriptio
Pro : An Samone ( 6 th/ 22 kg )
Alamat : Jl. Tidore 33 Malang Pembagian bentuk Sediaan Obat
Obat padat a.Pulvis
e. Kaplet
b.Pulvers
f. Suppositoria
c.Kapsul
g. Ovula
d.Tablet
h. Pilulae
Obat setengah padat a.Salep/unguentumc. Cream
b.Linimentum
d. Gel
Obat cair a.Potio
f . Guttae ( tetes )
b.Lotio
- Guttae ophthalmicae
c.Injeksi
- Gutaae auricurales
d.Aerosol
- Guttae nasales
e.Nebulizer
- Oral dropA. Obat padat1. Pulvis atau serbuk Merupakan campuran yang homogen bahan obat yang relatif kering, digunakan obat dalam ( per oral ) maupun obat luar
Pulvis obat dalam:
R / Oralit 200 sak no X
S 1 sak dalam 1 gelas air minum, ad libit
R/ Antacida pulv sak no XV
S 3 dd pulv I, h ac
R/ Carbocystein 200 mg pulv sak no. X
S Prn 3 dd Pulv I
Pulvis Obat luar :
R/ Bedak Salicil 2 % 50 gram
S ue
R/ Neomicin- Bacitracin powder btl no I
S uc
R/ Acidum Salicylicum 1 %
Mentholum 0,5 %
Camphor 2,0 %
Zink oxida
5,0 %
Talcum venetum
ad 100
Mfla pulv adspers
S ue 2. Pulvers
Merupakan serbuk terbagi berupa bungkus kecil dalam kertas, digunakan sebagai obat luar maupun obat dalam
a. Pulvers obat luar :
R/ Kalium Permanganas 1
Mf pulv dtd No. VII
S 1 bungkus dalam 1 L air
Untuk rendam duduk
atau
S uc atau S un b. Pulvers obat dalam Pulvers pada anak
Anak Butong, umur 5 th, berat badan 18 kg. Oleh dokter didiagnosa ISPA dan
diterapi dengan Amoksisillin ( 30 50 mg/kg/ hr ), Parasetamol ( 3060 mg/ kg/hr) , Dektromethorphan Hbr ( 1 2 mg/kg/hr ), Chlorpheniramain maleat ( 0,09 mg / kg/X ) dan Pseudophedrin HCL ( 1 mg/kg/X )
R /Amoksisillin
Parasetamol
Dektromethorphan HBr
Pseudophedrin
Chlorpphenirramin Mal
Glukose
Mf pulv dtd no XV
S 3 dd pulv I habiskan
R / Amoksisillin
200 mg
Parasetamol
175 mg
Dektromethorphan HBr 6 mg
Chlorpphenirramin Mal 1,5 mg
Pseudophedrin HCl 17,5 mg
Glukose
qs
Mf pulv dtd no XV
S 3 dd pulv I habiskan Pulvers pada orang dewasa
R/ Antasida DOEN
1 tablet
Simetikon
30 mg
Ekstrak Belladonae
10 mg
Diazepam
1 mg
Mf pulv dtd No XXX
S 3 dd pulv I , 1 2 h pc
R/ Parasetamol
400 mg
Codein
20 mg
Luminal
15 mg
Mf pulv dtd No XV
S prn 3 dd Pulv I pc ( nyeri )
atau
S 3 dd pulv I pc , prn nyeri 3. Kapsul Keuntungan obat dalam kapsul:
Dapat menutupi rasa tidak enak, pahit atau amis
Bahan obat bisa tunggal atau kombinasi
Dosis obat dapat sesuai kebutuhan
Lebih mudah minumnya / ditelan
Penulisan resep
a. Obat tunggal
R/ Thiamfenikol 500 mg kapsul no XXI
S 3 dd kap I
Atau
R/ Kapsul Thiamfenikol 500 mg No. XXI
S 3 dd Kap I
R/ Cetirizine 10 mg kapsul No. X ( Incidal OD )
S 1dd Kap I
R/ Codipront 30 mg kapsul No X
S 2 dd kap I (Sediaan lepas lambat ( sustained
release ) mengandung Kodein
Istilah Lepas lambat : prolong action, times release, times span, retard, long Acting, sustained release. b. Obat kombinasi R/ Asetaminophen
350 mg
Dekstromethorphan HBr 10 mg
Chlortrimeton
1 mg
Phenylpropanolamin 12,5 mg
Guanesin
50 mg
Mf pulv dtd no XV
da in kapsul
S Prn 3 dd kaps I R/ Parasetamol
300 mg
Amitriptilin
5 mg
Diazepam
1 mg
Coffein
20 mg
Mf pulv da in kaps dtd No. XXI
S Prn 3 dd kaps I ( nyeri kepala ) 4. Tablet / kaplet
Keuntungan obat bentuk tablet :
Lebih cepat penulisan resep oleh dokter
Lebih cepat pelayanan obat oleh apotek
Praktis mudah dibawa kemana-mana
Lebih mudah ditelanKerugian obat bentuk tablet :
Komposisi tetap, sulit menerapkan terapi individual
Dosis obat belum tentu sesuai untuk tiap individu
Waktu hancur n waktu disolusi obat tidak memenuhi syarat a.Tablet untuk obat luar
R/ Nystatin 100.000 IU Vag .tab. No. VII
S 1 dd vag tab I , hs
R/ Formalin 500 mg tablet No. XX
S uc
b.Tablet untuk obat dalam ( per oral ) Dragee
R/ Neurotropic vitamin dragee no XII
mis: Neurobion dragee
S 2 dd dragee I - 1 h pc Enterocoated tablet
R/ Diclofenac 50 mg tablet No. XV
S prn 2 dd tab I , h pc
Tablet hisap = Lozenges
R/ Dequalinium tablet No. XII
S 4 dd tab I , hisap
Tablet sub lingual
R/ Isosurbid dinitrat 5 mg tablet No. XX
S mane et vesp tablet I, sub lingual
Tablet Sustain release
R/ Avil retard tablet No V
S 1 dd tabl I Tablet hisap = Lozenges
R/ Dequalinium tablet No. XII
S 4 dd tab I , hisap
Tablet sub lingual
R/ Isosurbid dinitrat 5 mg tablet No. XX
S mane et vesp tablet I, sub lungual
Tablet Sustain release
R/ Avil retard tablet No V
S 1 dd tabl I 5. Suppositoria dan ovula Suppositoria per analia, ovula per vagianal, kedua bentuk obat ini dengan pembawa yang meleleh pada suhu tubuh.
Efek sistemik R/ Metronidazole 1000 mg supp No. V ( antimikroba anaerobe )
S 1 dd supp I an
R/ Piroksikam 10 mg suppositoria No. VI
S Prn 2 dd supp I , nyeri hebat Efek lokal
R/ Anti Hemmorhoid Supp no. III
S 1 dd supp I an atau hs
R/ Bisakodil 10 mg supp No I
S 1 dd supp I, prn sulit BAB
R/ Metronidazol Nistatin Ovula No. VII ( untuk Trichomoniasis & candidiasis )
S 1 dd Ovulla I, malamB. Bentuk obat Setengah padat
Umumnya digunakan sebagai obat luar untuk terapi ( anti infeksi, anti radang, analgesik, alergi, anti jamur, anti septik ) sebagian kecil untuk obat per oral ( anti jamur, anti septik )
1. Unguentum / salep / oinment
R/ Salep 2-4 10 g ( mengandung As Salisilat 2 % dan
S ue
Sulfur 4 % Vaselin album ad 10 g)
R/ Menthol
1,0 %
Camphora
2,5 %
Methyl salisilat 5,0 %
Ol Cayuputi
4,0 %
Parafin solid
10 %
Vaselin alb ad 50
S ue 2. Cream dan Gel/jelly
R/ Hidrocortison 2,5 % cream tube I
S ue, oleskan tipis-tpis
R/ Oksitetracyclin 3 % cream tube I
S ue
R/ Ketoconazol 2 % cream tube I
S ue
R/ Myconazol 2 % oral gel tube I
S 3 dd Cth I , kulum-kulum kemudian telan
R/ Diklofenac 1 % gel tube No I
S 2 dd ue, oleskan pada daerah yang sakit 3. Salep mata/ eye ointment/ opthalmic oinment / Occulenta
R/ Gentamisin 0,3 % eo tube No. I
S 3 dd Occul DS
R/ Chloramfenicol 1 % SM tube No I
S 3 dd salep mata kiri 4. Liniment Merupakan bentuk sediaan kental atau cair yang dioleskan pada kulit
Dapat berupa larutan dalam minyak atau emulsi cair
R/ Minyak gondopura 50 ml
S ue
R/ Benzilbenzoat emulsion 100ml
S ue C. Sediaan Cair
1. Potio
Merupakan obat cair digunakan per oral, masuk ke saluran cerna
Bentuk potio : solutio ( larutan ), suspensi maupun emulsi berupa sirup jadi maupun sirup kering.
a. Obat tunggal
R/ Khloramfenikol sirup fl No. I sirup antibiotika, sediaan jadi
S 3 dd Cth I ( 5 ml )
R/ Erithromycin sirup fl No I sirup antibiotika, sirup kering S 3 dd Cth I ( 5ml ) pc
R/ Parasetamol elixir fl No I sirup dengan pelarut alkohol
S 3 dd Cth I ( 5 ml ) prn panas b. Obat kombinasi
Cara penulisan komposisi obat minum ( potio ) Tulis semua komponen obat, korigen ( sirup 10 50 %) , vehikulum ( air )
Tentukan aturan pakai , misalnya 3 kali sehari 1 sendok teh ( 5 ml )
Tentukan berapa hari obat akan diberikan
Hitung jumlah obat minum keseluruhan, misalnya obat untuk 4 hari pemakaian 3 dd Cth I ( 5 ml ). Jumlah obat = 4 x 3 x 5 ml = 60 ml
Hitung dosis tiap komponen obat, dengan mengalikan dosis perkali dan jumlah perkali minum, misalnya bila ad 60 ml , dosis obat x 12 ( 60 ml : 5 ml ).
Bulatkan dosis obat , sesuaikan dengan ukuran bentuk obat yang tersedia.
Bila digunakan potio obat jadi, maka dosis obat jadinya disesuaikan kebutuhan, misalnya Amoksisilin sirup per sendok teh mengandung 125 mg sedang kebutuhan pasien ummur 6 th /20 kg adalah 200 mg, maka ditambah Amoksisilin ( 200 mg-125 mg ) x 12 Contoh
Pasien Anak Amak umur 6 thn, berat badan 20 kg dengan ISPA diberi obat seperti pada kasus contoh pulvers ( lihat pulvers )
R/ Amoksisilin
Parasetamol
Dekstromethorphan
Chlorpheniramin Mal
Pseudophedrin
Sirup simplex
Mf potio ad 60 ml ( sebagai pelarut aqua )
S 3 dd Ct I (5ml) R/ Amoksisilin
200 x 12 = 2400 mg
Parasetamol
200 x 12 = 2400 mg
Dekstromethorphan 0/3 x 12 = 80 mg
Chlorpheniramin Mal 1,8 x 12 = 21,6 mg
Pseudophedrin
20 x 12 = 240 mg
Sirup simplex 20% X 60 = 12 ml
Mf potio ad 60 ml
S 3 dd Ct I (5ml)Penulisan resepnya
R/ Amoksisilin
2500 mg
Parasetamol
2500 mg
Dekstromethorpan 82,5 mg
Chlorpheniramin Mal 20 mg
Pseudophedrin 240 mg
Sirup simplex
12,5 ml atau qs
Mf potio ad
60 ml
S 3 dd Cth I ( 5 ml )
Pro : Anak Amak
umur : 6 thn
berat badan 20 kg
Atau
R/ Amoksisilin sirup fl No I
Adde
Amoksisillin 900 mg ( dibulatkan 1000 mg )
Parasetamol 2500 mg
Dekstromethorpan 82,5 mg
Chlorpheniramin Mal 20 mg
Pseudophedrin
240 mg
Mf potio ad
60 ml
S 3dd Cth I ( 5 ml ) 2. Lotio Merupakan obat cair yang digunakan untuk obat luar, bentuk solutio, emulsi maupun suspensi.
R/ Povidon iodin solution 60 ml fl No. I
S ue
R/ Povidon iodin gargle 100 ml fl No I
S 3 dd garg
R/ Nistatin 2 tablet
Borax gliserin 10 ml
Mf lotio
S 3 dd ue oleskan bibir
R/ Caladril lotion 60 ml fl No. I
S 3 dd ue 3. Obat tetes/guttae Umumnya berupa sediaan cair larutan atau campuran cairan dengan cairan yang homogen dan tidak mengendap. Pemakaian dibantu alat penetes. Dapat diberikan sebagai obat minum atau obat luar. Tetes Internasional/standard 1ml = 20 tetes a. Guttae ophthalmicae / TM / EDSyarat Eye drop 1. Steri ( bebas bakteri )l 2. Jernih ( tidak keruh ) 3. Isohidris ( ph 7,4 ) 4. Isotonis ( tekanan osmose sama dengan Normal Saline )
Pelarut :
- Air
- Minyak nabati R / Khloramfenikol 0,5 % ED fl No I
S 6 dd gtt I ODS
R/ Atropin Sulfat 1 % TM fl No. I
S 2 dd gtt I OD
R/ Y rins Fl No I
S 3 dd collyrium b. Guttae auricurales / TT
Syarat Ear drop :
Pelarut yang digunakan bukan air, tapi minyak atau gliserin
Jernih atau mengandung zat padat yang terdisdpers dalam larutan
- Steril
Antibiotika, antiseptik,lokal anestesi
R/ Gentamisin gtt auric / TT fl No I
S 3 dd gtt III auric dextra
R/ Perhidrol 3 % 25 ml
S 3 dd cuci telinga
R/ Carbo gliserin 10 ml
S 3 dd gtt V auric sinc. Guttae nasales / TH
Syarat Nose drop : - Pelarut air , bukan minyak - Jernih - Isotonis
Bentuk : - Drop / tetes - Semprot / spray
Antihistamin, dekongestan
R/ Glukophedrin 1 % nose drop 10 ml
S 3 dd gtt II
R/ Otrivin adult Nose drop fl No I
S 3 dd gtt II nasal
R/ Afrin nasal spray fl No I
S 3 dd nasal sprayd. Oral drop Cairan / larutan jernih
Digunakan penetes dengan dosis tetes atau ml
Antibiotika, antipiretika, antiemetika, anti anemia, vitamin, antiseptika, iodine
R/ Parasetamol drop fl No. I
S 3 dd 0.8 ml, prn panas
R/ Multivitamin drop fl No I
S mane 0,5 ml
R/ Solutio lugoli 30 ml
S 3 dd gtt V ( dalam 1 gelas air ) 4. Injectio Sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan segera sebelum digunakan
Diberikan secara parenteral, dengan cara suntikan menembus/merobek jaringan ke dalam atau melalui kulit atau selaput lendir.
KEUNTUNGAN: Onset cepat Efek obat dapat diperkirakan dengan baik Bioavailabilitas (hampir) sempurna Tidak dipengaruhi Saluran cerna Membantu untuk penderita sakit keras atau koma
KERUGIAN: Nyeri Efek psikologis (takut disuntik) Kesalahan pemberian/dosis sulit dikoreksi Hanya dapat dilakukan oleh dokter/ perawat Pemberian & wadah Injectio
Pemberian secara:- Subkutan
- intramuskular - intravena bolus
- infus ( iv drips)- Intraarteri
- intraspinal - intratekal,
- intracisternal,- intraarticular,
- intracardial, - intrapleural,
- intradermal, intraperitoneal (dialisis).
Wadah: a. Single dose : ampul, vial, fles/botol/bag b. Multple dose : vial Pelarut injeksi Umumnya digunakan air Syarat air untuk pelarut injeksi
1. Steril
2. Bidestilata
3. Demineralisata
4. Bebas pirogen
5. Jernih Contoh obat injeksi
R/ Atropin Sulfas inj amp no L
Simm
R/ Morphin 10 mg inj amp no I ( satu )
Simm
R/ Ampicillin 1000 mg inj vial no. V
R/ Gentamicin 80 mg inj vial No. III
R/ Duradril inj vial No. III
R/ Infus Dextrose 5% Fl No X
R/ Infus Normal salin no. IV5. Aerosol Sistem koloid zat cair atau zat padat yang terdispersi halus dalam gas. Gas dapat dicairkan dengan tekanan dan mempunyai kekuatan untuk menyemprotkan obat keluar dari wadah melalui katup. Keuntungan:- Relatif mudah dipakai - Tidak terkontaminasi - Dosis terukur - Aerosol (inhalasi) bekerja lebih cepat dan efek samping lebih sedikit dibanding sediaan oral- Obat tidak terpengaruh/rusak oleh asam lambung Contoh spray
R/ Ventolin Spray fl No. I S Prn 3 dd puff I
R/ Bricasma inh fl no. I SUC
R/ Berotex aerosol fl No. I
R/ Inflamid semprot fl No. I
R/ Alupent aerosol dosis terukur Fl No I