Top Banner
Filsafat dan lahirnya Pengetahuan • Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu. Tujuan filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek atau gejala secara mendalam. • Filsafat bersifat reflektif, radikal dan integral. • Reflektif artinya mencerminkan keseluruhan nilai dan makna yang dapat diungkapkan manusia tentang objek atau gejala yang dihadapinya. • Radikal berarti mencari usaha sedalam-dalamnya dalam proses penemuan nilai dan makna tersebut, sejauh akal manusia dapat mencapainya. • Integral berarti kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. (Surajiyo:2009: 7)
35

Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Aug 03, 2015

Download

Documents

Melsya Tk
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Filsafat dan lahirnya Pengetahuan• Filsafat adalah usaha untuk mengetahui segala sesuatu. Tujuan

filsafat adalah mencari hakikat dari suatu objek atau gejala secara mendalam.

• Filsafat bersifat reflektif, radikal dan integral. • Reflektif artinya mencerminkan keseluruhan nilai dan makna

yang dapat diungkapkan manusia tentang objek atau gejala yang dihadapinya.

• Radikal berarti mencari usaha sedalam-dalamnya dalam proses penemuan nilai dan makna tersebut, sejauh akal manusia dapat mencapainya.

• Integral berarti kecenderungan untuk memperoleh pengetahuan yang utuh sebagai suatu keseluruhan. (Surajiyo:2009: 7)

Page 2: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Filsafat : objek material dan objek formalnya.

• Objek material adalah bahan yang menjadi tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan itu.

• Objek material filsafat adalah ‘segala sesuatu yang ada , baik yang ada dalam pikiran, ada dalam kenyataan maupun ada dalam kemungkinan’.( Dardiri, dalam Surajiyo:2009: 8)

• Objek formal adalah sudut pandang yang digunakan terhadap objek material yang disorot.

• Objek formal filsafat menggunakan sudut pandang yang menyeluruh, membahas objek materialnya sampai ke hakikat atau esensinya. (Surajiyo:2009: 9)

Page 3: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Metode Filsafat

• Metode berasal dari bahasa Yunani methodos. Meta artinya menuju, hodos berarti jalan. Methodos berarti penelitian, metode ilmiah, hipotesis ilmiah atau uraian ilmiah. Metode ialah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu. (Bakker:1984: 10)

• Bakker menguraikan sepanjang sejarah filsafat telah dikembangkan sejumlah metode filsafat,yaitu sebagai berikut:

Page 4: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Metode Filsafat

• Metode Kritis : Socrates,Plato. • Metode ini bersifat analisis terhadap istilah

dan pendapat; untuk menjelaskan keyakinan dan memperlihatkan pertentangan; caranya dengan jalan bertanya (berdialog), untuk membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, sampai akhirnya ditemukan hakikat.

Page 5: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Metode Filsafat

• Metode Skolastik : Aristoteles, Thomas Aquinas, Filsafat Abad Pertengahan. Metode ini bersifat sintesis-deduktif; bertitik-tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas, sehingga dapat ditarik kesimpulan-kesimpulan yang kuat.

• Metode Intuitif : Plotinus, Bergson. Metode ini menerapkan jalan introspeksi intuitif; dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, sehingga tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.

Page 6: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Metode Filsafat• Metode Rasionalis : Rene Descartes dan pengikutnya. Metode ini

menerapkan analisis mengenai hal-hal yang kompleks, sehingga diperoleh intuisi akan hakikat-hakikat ‘sederhana’; dari hakikat-hakikat sederhana tersebut dideduksikan secara matematis dan rasional segala pengertian lainnya.

• Metode Empiris : Hobbes, Locke, Berkeley, David Hume. Metode ini meyakini hanya pengalamanlah yang dapat menyajikan pengertian benar; karena itu semua pengertian (ide-ide) harus selalu dihadapkan terhadap cerapan-cerapan (impresi) dan kemudian disusun sebagai pengetahuan aposteriori.

• Metode Transendental : Immanuel Kant, Neo-Skolastik. Metode ini bertolak dari pengertian yang tepat, pengertian yang sudah memiliki kekuatan aposteriori, dan melalui analisis dan argumentasi yang mendalam diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian tersebut.

Page 7: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Metode Filsafat

• Metode Fenomenologis : Husserl, Heidegger, Eksistensialisme. Metode ini reduksi sistematis terhadap apa yang tampak (fenomena), untuk menghasilkan refleksi terhadap fenomena oleh kesadaran, sehingga dapat dicapai penglihatan terhadap hakikat yang murni dari fenomena.

• Metode Dialektis : Hegel, Marx. Metode ini menggunakan konsep penalaran dialektis menurut triade tesis, antithesis, sintesis, sehingga dapat dicapai hakikat kenyataan.

Page 8: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Metode Filsafat

• Metode Neo-Positivistis. Habermas, Modernisme. Metode ini berusaha memahami kenyataan objektif menurut hakikat umumnya, dengan jalan mengikuti aturan-aturan seperti berlaku dalam ilmu pengetahuan positif (eksakta).

• Metode Analitika Bahasa : Wittgenstein. Metode ini menggunakan analisa pemakaian bahasa sehari-hari untuk menentukan absah atau tidaknya ucapan atau pernyataan filosofis. (Bakker:1984: 21-22)

Page 9: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Cabang cabang Filsafat

• The Liang Gie membagi filsafat sistematis menjadi : Metafisika, Epistemologi, Metodologi, Logika, Etika, Estetika dan Sejarah Filsafat. (Lasiyo dan Yuwono:1985: 19)

• Harry Hamersma membagi cabang-cabang filsafat menjadi : 1. Filsafat tentang Pengetahuan (epistemology, logika, kritik ilmu); 2. Filsafat tentang Keseluruhan Kenyataan (ontologi, teologi, antropologi, kosmologi); 3. Filsafat tentang Tindakan (etika, estetika); 4. Sejarah Filsafat. ( Hamersma:1988: 14)

• Surajiyo membagi tiga persoalan filsafat yang utama, yaitu : a. Persoalan tentang Keberadaan (being); b. Persoalan tentang Pengetahuan (knowledge); c. Persoalan Nilai-nilai (values). (Surajiyo:2009: 22)

Page 10: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Epistemologi• Epistemologi adalah cabang filsafat yang secara khusus

membicarakan tentang proses terbentuknya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula pengetahuan, batas-batas, sifat, metode dan kesahihan pengetahuan.

• Epistemologi menjadi dasar filsafat ilmu. Filsafat ilmu intinya mempelajari tentang ciri-ciri pengetahuan ilmiah dan bagaimana mendapatkannya.

• Persoalan utama dalam epistemologi adalah : • Bagaimana manusia dapat mengetahui sesuatu ? Darimana pengetahuan itu dapat diperoleh ?; Cara validitas pengetahuan itu dinilai ?; Apa perbedaan antara pengetahuan a priori dan pengetahuan a

posteriori ? (Surajiyo:2009: 22)

Page 11: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Arti Pengetahuan

• Pengetahuan adalah hasil pikiran manusia terhadap sesuatu, atau hasil perbuatan manusia untuk memahami objek yang dihadapinya, atau hasil usaha manusia untuk memahami suatu objek tertentu.

• Bahm menyebutkan 8 hal yang membentuk struktur pikiran manusia yaitu : a. Mengamati (observes); b. Menyelidiki (inquires); c. Percaya (believes); d.Hasrat (desires); e. Maksud (intends); f. Mengatur (organizes); g. Menyesuaikan (adapts); h. Menikmati (enjoys). (Surajiyo:2009: 26-28)

Page 12: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Jenis Pengetahuan

• John Hospers mengemukakan enam hal sebagai potensi terjadinya pengetahuan, yaitu :

• 1. Pengalaman indra (sense experience); • 2. Nalar (reason); • 3. Otoritas (authority); • 4. Intuisi (intuition); • 5. Wahyu (revelation); • 6. Keyakinan (faith). (Hamami M:1982: 16)• Hasil aktualisasi potensi terjadinya pengetahuan tersebut,

menurut Soejono Soemargono (1983), dapat dibagi atas : pengetahuan nonilmiah dan pengetahuan ilmiah.

Page 13: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Jenis Pengetahuan

• Pengetahuan nonilmiah diperoleh dengan menggunakan cara-cara yang tidak termasuk kategori metode ilmiah; pengetahuan sebagai hasil pengindraan yang dicerap secara akali (common sense); juga berupa pengehuan intuitif atau pengetahuan ‘adi-akali’.

• Pengetahuan ilmiah adalah pemahaman sistematik terhadap objek atau gejala, diperoleh dengan menggunakan metode ilmiah tertentu. Metode ilmiah adalah suatu prosedur yang sistematik, berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin atau bidang studi untuk mencapai tujuan. (Suhartono:2005: 94-95)

Page 14: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Isme Pengetahuan

• Rasionalisme : Aliran ini berpendapat bahwa hanya pengetahuan yang diperoleh oleh akal saja yang memenuhi syarat yang dituntut oleh semua pengetahuan ilmiah. Akal dapat menurunkan kebenaran, melalui metode deduktif, yaitu pengamatan terhadap hal-hal khusus untuk merumuskan kesimpulan umum. Filsuf rasionalisme antara lain Rene Descartes, Baruch de Spinoza dan Leibniz.

Page 15: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Isme Pengetahuan

• Empirisisme : Aliran ini berpendapat bahwa pengalamanlah, baik yang bersifat batiniah maupun lahiriah, yang menjadi sumber pengetahuan. Akal bukan sumber pengetahuan. Akal mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang diterapkan oleh aliran empirisme adalah metode induktif, yaitu pengamatan terhadap hal yang umum untuk mendapat kesimpulan mengenai hal yang khusus. Filsuf empirisme antara lain John Locke, David Hume dan William James.

Page 16: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Isme Pengetahuan

• Kritisisme : Menyelesaikan pertentangan antara rasionalisme dan empirisme, dengan mengajukan pentingnya sintesis antara unsur a priori (akal) dengan unsur a posteriori ( pengalaman), sehingga akal budi dan pengalaman indrawi dibutuhkan serentak untuk mencapai tingkat pengetahuan sintesis antara rasio dan empiris. Filsuf yang mempelopori Kritisisme adalah Immanuel Kant.

Page 17: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Isme Pengetahuan

• Positivisme : Pengetahuan adalah pemahaman berdasarkan fakta, bukan tentang hakikat sesuatu. Ilmu pengetahuan adalah cara untuk menyatakan fakta-fakta, dan menyelidiki hubungan antar fakta. Yang harus diusahakan adalah menentukan syarat-syarat dimana fakta-fakta tertentu tampil, dan menghubungkan fakta-fakta itu menurut persamaan dan urutannya.

• Orientasi pengetahuan bersifat positif, artinya berfungsi langsung untuk memperluas dan meningkatkan mutu kehidupan manusia. Positivisme adalah zaman ilmiah yang mengatasi perkembangan dua masa sebelumnya, yaitu tahap teologis dan tahap metafisis. Tokoh positivisme adalah August Comte.

Page 18: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Filsafat Ilmu

• Filsafat ilmu sebagai sarana pengujian penalaran ilmiah menjaga ilmuwan memiliki sikap kritis terhadap bidang ilmunya sendiri, sehingga menghindarkan diri dari sikap solipsistik, yakni menganggap hanya pendapatnya yang paling benar.

• Filsafat ilmu merupakan usaha untuk merefleksi, menguji, mengkritik asumsi dari metode keilmuan. Sikap yang diperlukan adalah menerapkan metode ilmiah yang sesuai dengan struktur ilmu pengetahuan.

• Filsafat ilmu memberikan pendasaran logis terhadap metode keilmuan, sehingga metode ilmiah yang dikembangkan harus dapat dipertanggung-jawabkan secara logis rasional.

Page 19: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Posisi Filsafat Ilmu

Being

(Ada)

Knowing

(Tahu)

Axiologi

(Nilai)

Ontologi Epistemologi Etika

Metafisika Logika dan

Metodologi

Estetika

Filsafat Ilmu

Page 20: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Medan Telaah Filsafat Ilmu• Tiga medan telaah yang tercakup dalam filsafat ilmu adalah :

1. Filsafat ilmu adalah suatu telaah kritis terhadap metode yang digunakan oleh ilmu tertentu. Telaah kritis ini dapat diarahkan untuk mengkaji ilmu empiris, ilmu rasional, juga untuk membahas studi bidang etika dan estetika, studi kesejarahan, antropologi dan sebagainya. Yang terutama sekali ditelaah adalah ihwal penalaran dan teorinya.

2. Filsafat ilmu mencari kejelasan mengenai dasar-dasar konsep, wacana ilmiah dan postulat ilmu, sebagai upaya untuk menguji dasar-dasar keempirisan, kerasionalan dan kepragmatisannya, menyangkut dasar-dasar logis dan epistemologisnya.

3. Filsafat ilmu adalah studi inter-disiplin dam multi-disiplin, ditujukan untuk menetapkan batas yang tegas mengenai ilmu tertentu.

Page 21: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Pengertian Metode

• Metode dapat dirumuskan sebagai suatu proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin atau bidang studi, untuk mencapai suatu tujuan.

• Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan, pola kerja, tata langkah dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

Page 22: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Komponen Metode :

proses atau prosedur yang sistematik berdasarkan prinsip dan teknik ilmiah yang dipakai oleh suatu disiplin atau bidang studi, untuk mencapai suatu tujuan. Metode ilmiah merupakan prosedur yang mencakup berbagai tindakan, pola kerja, tata langkah dan cara teknis untuk memperoleh pengetahuan baru atau untuk mengembangkan pengetahuan yang telah ada.

Pola Prosedural Tata Langkah Teknik Penggunaan Alat

Pengamatan Penentuan Masalah Daftar Pertanyaan Timbangan

Percobaan Perumusan Hipotesis Wawancara Meteran

Pengukuran Pengumpulan Data Perhitungan Statistik Perapian

Survei Penarikan

Kesimpulan

Pemilihan sampel Komputer

Deduksi Pengujian Hasil Survei Alat rekam

Induksi Rekaman

Analisis

KOMPONEN OPERASIONAL METODE ILMIAH

Page 23: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Komponen dan Ciri-ciri

Pengetahuan :

RationalEmpiricalSystematicObjectiveAnalytic

Verificative

Masalah (Problem)

Sikap (Attitude)

Metode (Method)

Aktivitas (Activity)

Kesimpulan (Conclusions)

Pengaruh (Effects)

Communicability

Curiosity Procedure Individual Referential Ecologycal

Scientific Attitude

Speculativeness

Phases Order

Institutional Openess Cultural

Scientific Method

Objective Saintifical Technic

Never ending journey

Falsifiability Historical

To suspend judgement

Tools and Equipment

Never ending effort

Economical

Ideological

Humanity

6 CIRI ILMU , 6 KOMPONEN MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN

Page 24: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Metodologi Metode Teori Teknik Instrumen

Nomotetis Filsafat Kuantitatif Strukturalisme Wawancara Kertas

Ideografis Sains Kualitatif Statistika Survai OHP, LCD

Teknologi Campuran Sosiologi Rekaman Kamera

Kamera

Humaniora Matematika Kuesioner

klasifikasi kategorial dalam ranah penelitian

Page 25: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Lahirnya Ilmu Pengetahuan: Paradigma

• Menurut Guba (1990: 17) paradigma adalah serangkaian keyakinan dasar yang membimbing tindakan. Paradigma berurusan dengan prinsip-prinsip dasar ilmu. Paradigma adalah konstruksi manusia. Paradigma menentukan pandangan-dunia (world-view) peneliti.

• Denzim dan Lincoln (2009: 123) mengemukakan bahwa suatu paradigma meliputi tiga elemen : epistemologi, ontologi dan metodologi.

Epistemologi mengajukan pertanyaan : Bagaimana kita mengetahui dunia ? Hubungan apa yang muncul antara peneliti dengan yang diketahui ?

Ontologi memunculkan pertanyaan-pertanyaan dasar tentang hakikat realitas.

Metodologi memfokuskan diri pada cara kita meraih pengetahuan tentang dunia.

Page 26: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Popperian(Karl R.Popper)

• Popper mengemukakan bahwa sistem ilmu pengetahuan manusia dapat dikelompokkan ke dalam tiga dunia (world), yaitu dunia 1, dunia 2, dan dunia 3. Dunia 1 merupakan kenyataan fisis dunia. Dunia 2 adalah kejadian dan kenyataan psikis dalam diri manusia. Dunia 3 adalah segala hipotesis, hukum dan teori ciptaan manusia dan hasil kerjasama antara Dunia 1 dan Dunia 2. Dunia 3 meliputi seluruh bidang kebudayaan, seni, metafisika dan agama. Dunia 3 hanya ada selama dihayati, hadir dalam bentuk karya dan penelitian ilmiah, dalam studi yang sedang berlangsung, dalam ilham di diri seniman, lalu ‘mengendap’ dalam bentuk fisik alat-alat ilmiah, buku-buku, karya seni dan dalam manifestasi lain yang mencerminkan peradaban.

Page 27: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Popperian(Karl R.Popper)

• Menurut Popper, Dunia 3 sifatnya mandiri dan berdaulat, tidak terikat pada Dunia 1 juga tidak terikat pada Dunia 2. Dunia 3 merupakan dunia ilmiah dan kreativitas, yang harus mendapat perhatian para ilmuwan dan filsuf.

• Jika digambarkan dalam bentuk skema, pandangan Popper tentang lahirnya ilmu, dapat digambarkan seperti berikut :

Dunia 1 Dunia 3 Dunia 2

Kenyataan Fisis Dunia

( Fakta, Zaman, Peradaban)

Hipotesis, Hukum, Teori (Ciptaan Manusia) Kenyataan Psikis

dalam Diri Manusia( Ide, Visi, Praksis)

Karya IlmiahStudi Ilmiah

Penelitian Ilmiah

Page 28: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Kuhnian(Thomas S. Kuhn)

• Thomas S. Kuhn menyatakan bahwa perkembangan atau kemajuan ilmiah bersifat revolusioner, bukan kumulatif seperti anggapan sebelumnya.

• Revolusi ilmiah itu pertama-tama menyentuh wilayah paradigma, yaitu cara pandang terhadap dunia dan contoh-contoh prestasi atau praktek ilmiah kongkrit.

• Cara kerja paradigma dan terjadinya revolusi ilmiah, digambarkan oleh Kuhn ke dalam tahap-tahap sebagai berikut :

Page 29: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

• Tahap pertama, sebuah paradigma mengarahkan aktivitas ilmiah dalam masa atau tradisi keilmuan yang normal (normal science). Pada tahap ini, para ilmuwan menjabarkan dan mengembangkan paradigma sebagai model ilmiah yang dominan. Para ilmuwan tidak bersikap kritis terhadap paradigma. Tetapi kemudian para ilmuwan menjumpai berbagai fenomena yang tidak dapat diterangkan dengan paradigma yang ada. Kuhn mengatakan, inilah situasi anomali. Anomali adalah suatu keadaan yang memperlihatkan adanya ketidakcocokan antara kenyataan (fenomena) dengan paradigma yang dipakai.

• Tahap kedua, menumpuknya anomali menimbulkan krisis kepercayaan dari para ilmuwan terhadap paradigma. Paradigma mulai diperiksa dan dipertanyakan. Para ilmuwan mulai keluar dari jalur ilmu normal.

• Tahap ketiga, para ilmuwan memperluas dan mengembangkan paradigma tandingan, yang dipandang bisa memecahkan masalah dan membimbing aktivitas ilmiah berikutnya.

Paradigma Kuhnian(Thomas S. Kuhn)

Page 30: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Kuhnian(Thomas S. Kuhn)

• Proses perubahan dari paradigma lama ke paradigma baru inilah yang dinamakan revolusi ilmiah. Gambaran ketiga tahap dapat digambarkan dalam skema berikut :

PARADIGMA ANOMALI PARADIGMA

BARUMenjadi model

ilmiah dalam masa ‘normal science’

Ketidakcocokan antara kenyataan

dengan paradigma yang dipakai

Revolusi Ilmiah

Page 31: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Habermasian(Jurgen Habermas)

• Pandangan Jurgen Habermas tentang klasifikasi ilmu pengetahuan sangat terkait dengan sifat dan jenis ilmu; bentuk pengetahuan yang dihasilkan; aksesnya kepada realitas, dan tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri.

• Pandangan Habermas tentang tiga kegiatan utama yang langsung mempengaruhi dan menentukan bentuk tindakan dan bentuk pengetahuan manusia, yaitu kerja, komunikasi dan kekuasaan.

• Kerja dibimbing oleh kepentingan yang bersifat teknis, komunikasi dibimbing oleh kepentingan yang bersifat praktis, sedangkan kekuasaan dibimbing oleh kepentingan yang bersifat emansipatoris.

• Menurut Habermas, ketiga kepentingan itu secara spesifik mempengaruhi pula proses terbentuknya ilmu pengetahuan, yaitu ilmu-ilmu empiris-analitis, ilmu historis-hermeneutis dan ilmu sosial-kritis (ekonomi, sosiologi dan politik).

Page 32: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Paradigma Habermasian(Jurgen Habermas)

• Skema pembentukan pengetahuan dalam paradigma Habermasian, dapat dilihat dalam skema ini :

Sifat Ilmu Jenis IlmuPengetahuan

yang dihasilkanAkses kepada

RealitasTujuan

(Teknis)Empiris-Analitis Ilmu Alam dan

Sosial Empiris

(Kerja)Informasi Observasi Penguasaan

Teknik

(Praktis)Historis-

Hermeneutis

Humaniora(Komunikasi)

Interpretasi Pemahaman arti melalui bahasa

Pengembangan Inter-subjektif

(Emansipatoris)Sosial-Kritis Ekonomi,

Sosiologi, Politik

(Kekuasaan)Analisis Self-Reflexion Pembebasan

kesadaran non-reflektif

Page 33: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Tahap tahap Penyelidikan Ilmiah• Meski lahirnya ilmu pengetahuan digambarkan secara berbeda

dalam setiap paradigmanya, tetapi pada umumnya upaya penyelidikan ilmiah secara umum ditandai oleh tahap-tahap sebagai berikut :

1. Perumusan Masalah : Setiap penyelidikan ilmiah dimulai dengan masalah yang dirumuskan secara tepat dan jelas, dalam bentuk pertanyaan agar ilmuwan mempunyai jalan untuk mengetahui fakta-fakta apa saja yang harus dikumpulkan.

2. Observasi dan Pengumpulan Data : Tahap ini mempunyai corak empiris dan induktif. Pengumpulan data disertai pengamatan cermat, didukung peralatan penelitian yang kondusif. Hasil observasi ini kemudian dituangkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan.

Page 34: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Tahap tahap Penyelidikan Ilmiah

3. Klasifikasi Data : Ditekankan pada penyusunan fakta-fakta berdasarkan kelompok, jenis dan kelas tertentu, berdasarkan sifat data yang sama. Kegiatan ini disebut klasifikasi. Hasil klasifikasi data digunakan untk menganalisis, membandingkan dan memisah-misahkan data sesuai relevansinya.

4. Perumusan Pengetahuan (Definisi) : Dalam tahap ini ilmuwan mengadakan analisis dan sintesis secara induktif, untuk menghasilkan kesimpulan umum (general conclusion). Kesimpulan umum dituangkan dalam bentuk pernyataan yang sistematis, argumentatif dan konstruktif. Dari sinilah teori ilmiah terbentuk.

Page 35: Benny Yohanes - Filsafat Ilmu

Tahap tahap Penyelidikan Ilmiah5. Tahap Ramalan (Prediksi) : Dalam tahap ini deduksi mulai memainkan

peranan. Dari teori yang sudah terbentuk, diturunkan hipotesis baru, dan dari hipotesis ini ilmuwan mulai menyusun implikasi logis agar ia dapat melakukan prediksi tentang gejala-gejala lanjutan yang perlu diketahui atau yang masih akan terjadi. Deduksi ini selalu dirumuskan dalam bentuk silogisme.

6. Pengujian Kebenaran Hipotesis (Verifikasi) : Tahap ini merupakan langkah menguji kebenaran prediksi melalui pengamatan terhadap fakta yang sebenarnya. Verifikasi dilakukan melalui serangkaian percobaan. Dalam hal ini, keputusan terakhir terletak pada fakta. Jika fakta tidak mendukung hipotesis, maka hipotesis harus diganti dengan hipotesis lain, dan seluruh kegiatan ilmiah harus dimulai lagi dari permulaan. Data empiris merupakan penentu bagi benar tidaknya sebuah hipotesis. Langkah terakhir dari seluruh rangkaian kegiatan ilmiah adalah pengujian kebenaran ilmiah, dan itu artinya menguji konsekuensi-konsekuensi yang telah dijabarkan secara deduktif. (Beerling:1988 dalam Surajiyo:2009: 71-72) [ ]