Beda Leasing dan Consumer Finance Sewa guna usaha (leasing) dan pembiayaan konsumen (consumer finance) sama-sama sarana penyaluran dana di industri pembiayaan (multi- finance). Kalau di industri perbankan, keduanya dapat disamakan dengan kredit. Meski begitu, sasaran keduanya berbeda. Sewa guna usaha lebih ditujukan kepada perusahaan atau lembaga. Sedangkan pembiayaan konsumen ditujukan kepada perorangan. Perusahaan penyewa guna usaha (lesse) biasanya memanfaatkan uang pinjaman dari perusahaan pembiayaan (lesser) untuk keperluan barang modal, sehingga lebih produktif. Sedangkan nasabah penerima pembiayaan konsumen cenderung memanfaatkannya untuk barang-barang konsumtif. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Leasing (sewa-guna-usaha) adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Beda Leasing dan Consumer Finance
Sewa guna usaha (leasing) dan pembiayaan konsumen (consumer finance) sama-sama sarana penyaluran dana di industri pembiayaan (multi-finance).Kalau di industri perbankan, keduanya dapat disamakan dengan kredit.Meski begitu, sasaran keduanya berbeda.
Sewa guna usaha lebih ditujukan kepada perusahaan atau lembaga. Sedangkan pembiayaan konsumen ditujukan kepada perorangan. Perusahaan penyewa guna usaha (lesse) biasanya memanfaatkan uang pinjaman dari perusahaan pembiayaan (lesser) untuk keperluan barang modal, sehingga lebih produktif. Sedangkan nasabah penerima pembiayaan konsumen cenderung memanfaatkannya untuk barang-barang konsumtif.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Leasing (sewa-guna-usaha) adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk
penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu perusahaan untuk jangka waktu
tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih bagi
perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau
memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama.
Dengan melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan sewa beli
untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur setiap bulan, triwulan atau
enam bulan sekali kepada pihak lessor.[1] [1]
Melalui pembiayaan leasing perusahaan dapat memperoleh barang-barang modal untuk
operasional dengan mudah dan cepat. Hal ini sungguh berbeda jika kita mengajukan kredit
kepada bank yang memerlukan persyaratan serta jaminan yang besar. Bagi perusahaan yang
modalnya kurang atau menengah, dengan melakukan perjanjian leasing akan dapat membantu
perusahaan dalam menjalankan roda kegiatannya. Setelah jangka leasing selesai, perusahaan
dapat membeli barang modal yang bersangkutan. Perusahaan yang memerlukan sebagian barang
modal tertentu dalam suatu proses produksi secara tibatiba, tetapi tidak mempunyai dana tunai
yang cukup, dapat mengadakan perjanjian leasing untuk mengatasinya. Dengan melakukan
[1]
leasing akan lebih menghemat biaya dalam hal pengeluaran dana dibanding dengan membeli
secara tunai.
Di Indonesia leasing baru dikenal melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan
dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia dengan No.KEP-122/MK/IV/2/1974,
No.32/M/SK/2/1974, dan No.30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 tentang perizinan usaha
leasing. Sejalan dengan perkembangan waktu dan perekonomian Indonesia permasalahan yang
melibatkan leasing semakin banyak dan kompleks. Mulai dari jenis leasing yang paling
sederhana sampai yang rumit.
Kata leasing sebenarnya berasal dari kata to lease yang bearti menyewakan. Leasing
sebagai suatu jenis kegiatan dapat dikatakan masih baru atau muda dalam kegiatan yang
dilakukan di Indonesia, yaitu baru dipakai pada tahun 1974. Di Indonesia sendiri sudah ada
beberapa perusahaan leasing yang statusnya sebagai suatu lembaga keuangan non bank.[2] [2]
Pengertian leasing menurut surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Perdagangan dan Industri Republik Indonesia No. KEP- 122/MK/IV/2/1974, Nomor
32/M/SK/2/1974, dan Nomor 30/Kpb/I/1974 tanggal 7 Februari 1974 adalah: ”Setiap kegiatan
pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh
suatu perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran secara
berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli barang-barang modal
yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa uang telah
disepakati bersama”.[3][3]
Sedangkan menurut Hermansyah, leasing adalah badan usaha yang melakukan usaha
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal, baik secara finance lease, maupun
operating lease,untuk digunakan oleh penyewa guna usaha selama jangka waktu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala.[4] [4]
Equipment Leasing Association di London memberikan definisi leasing sebagai berikut:
“Leasing adalah perjanjian antara lessor dan lessee untuk menyewa sesuatu atas barang modal
tertentu yang dipilih/ditentukan oleh lessee. Hak pemilikan barang modal tersebut ada pada
[2]
[3]
[4]
lessor sedangkan lessee hanya menggunakan barang modal tersebut berdasarkan pembayaran
uang sewa yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu”.
Secara umum leasing artinya Equipment funding, yaitu pembiayaan peralatan/barang
modal untuk digunakan pada proses produksi suatu perusahaan baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Ada beberapa hal menarik jika kita mencermati konsentrasi dan perkembangan
perusahaan leasing. Pada era 1989, misalnya, industri ini di Indonesia cenderung berupaya
memperbesar asset. perburuan asset tersebut diantaranya disebabkan tantangan perekonomian
menuntut mereka tampil lebih besar, sehat dan kuat. Perusahaan yang tidak beranjak dari skala
semula, tampak terguncang-guncang dana akhirnya tutup sama sekali.[5] [5]
Sedangkan yang dimaksud sewa guna usaha (leasing) syariah adalah kegiatan
pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak
opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease) untuk digunakan
oleh penyewa guna usaha (lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara
angsuran sesuai dengan prinsip syariah.[6] [6]
Munculnya lembaga leasing merupakan alternatif yang menarik bagi para pengusaha
karena saat ini mereka cenderung menggunakan dana rupiah tunai untuk kegiatan operasional
perusahaan. Melalui leasing mereka bisa memperoleh dana untuk membiayai pembelian barang-
barang modal dengan jangka waktu pengembalian antara tiga tahun hingga lima tahun atau lebih.
Disamping hal tersebut di atas para pengusaha juga memperoleh keuntungan-keuntungan lainnya
seperti kemudahan dalam pengurusan, dan adanya hak opsi.
Meskipun leasing telah cukup dikenal di Indonesia, namun para pengusaha harus jeli
terlebih dahulu mengenal kelebihan dan kerugian menggunakan leasing dibandingkan lembaga
pembiayaan yang lain, sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru di kemudia hari. Selain
itu bagi pihak pemodal yang biasanya ditangani oleh perusahaan multifinance juga harus
memperhatikan permasalhan yang mungkin akan timbul apabila terjadi permasalahan selama
masa leasing berlaku, terutama terkait dengan masalah yang banyak dialami ialah cicilan sewa
lesse yang macet baik sengaja atau tidak disengaja oleh lessee, sehingga diperlukan tindakan
[5]
[6]
pengamanan aset objek leasing yang pada akhirnya berguna untuk meminimalisir kerugian yang
akan dialami lessor.[7] [7]
Banyak orang yang menyamakan antara leasing ini dengan ijarah. Hal ini terjadi karena
kedua istilah tersebut sama-sama mengacu pada hal ihwal sewa menyewa. Menyamakan ijarah
dengan leasing tidak sepenuhnya salah, tapi tidak sepenuhnya benar pula. Karena pada dasarnya,
walaupun terdapat kesamaan antara ijarah dengan leasing, tapi ada beberapa karakteristik yang
membedakannya.
Tabel persamaan dan perbedaan antara Ijarah dan Leasing :[8] [8]
NO IJARAH LEASING
1 Objek : Manfaat barang dan jasa Objek : Manfaat barang saja
2 Metode pembayaran :
a. Pembayaran tergantung pada
kinerja objek yang di sewa
b. Pembayaran tidak tergantung pada
kinerja objek yang di sewa
Metode pembayaran : Tidak tergantung
pada kinerja objek yang di sewa
3 Perpindahan Kepemilikan :
a. Ijarah : tidak ada perpindahan
kepemilikan
b. IMBT : adanya janji untuk
menjual atau menghibahkan pada
akhir periode
Perpindahan Kepemilikan :
a. Operating lease : tidak ada perpindahan
kepemilikan
b. Financial lease : hak opsi untuk membeli
atau tidak membeli pada akhir periode
4 Lease Purchase/Sewa Beli : bentuk
leasing seperti ini haram karena
akadnya gharar
Lease Purchase/Sewa Beli : Oke
5 Menjual dan sewa kembali : Oke Menjual dan sewa kembali : Oke
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka pada prinsipnya pengertian leasing terdiri
dari beberapa elemen di bawah ini:[9] [9]
[7]
[8]
[9]
1. Pembiayaan perusahaan
2. Penyediaan barang-barang modal
3. Jangka waktu tertentu
4. Pembayaran secara berkala
5. Adanya hak pilih (option right)
6. Adanya nilai sisa yang disepakati bersama
7. Adanya pihak lessor
8. Adanya pihak lessee
Dalam setiap transaksi leasing terdapat paling tidak 5 pihak yang berkepentingan,
yaitu :[10] [10]
1. Lessee : Perusahaan atau pihak yang menggunakan barang modal dengan pembiayaan dari pihak
perusahaan leasing.
2. Lessor : Pemilik dari aktiva yang akan di lease, atau pihak yang menyewakan barang dan dapat
terdiri dari beberapa perusahaan. Lessor merupakan perusahaan yang menyediakan jasa
pembiayaan kepada pihak lessee dalam bentuk barang modal.
3. Supplier : Perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untuk dijual
kepada lessee dengan pembiayaan secara tunai oleh lessor.
4. Bank : Secara tidak langsung bank terlibat dalam kontrak tersebut, namun pihak bank
memegang peranan dalam hal penyediaan dana kepada lessor.
5. Asuransi : Merupakan perusahaan yang akan menanggung resiko terhadap perjanjian antara
lessor dengan lessee.
B. Macam-macam Leasing
Secara garis besar leasing dibagi dua jenis:[11] [11]
1. Financial Lease
Ciri utama pada financial lease ini ialah pada akhir kontrak lessee mempunyai hak pilih (hak
opsi) untuk membeli barang modal sesuai dengan nilai sisa yang disepakati, atau
mengembalikannya kepada lessor, atau memperpanjang masa kontrak sesuai syarat-syarat yang
telah disetujui bersama
[10]
[11]
Perusahaan leasing pada jenis ini berlaku sebagai suatu lembaga keuangan. Lessee yang
akan membutuhkan suatu barang modal menentukan sendiri jenis serta spesifikasi dari barang
yang dibutuhkan. Lessee juga mengadakan negoisasi langsung dengan supplier mengenai harga,
syarat-syarat perawatan serta hal-hal lain yang berhubungan dengan pengoperasian barang
tersebut.
Lessor akan mengeluarkan dananya untuk membayar barang tersebut kepada supplier dan
kemudian barang tersebut diserahkan kepada lessee. Sebagai imbalan atas jasa pengguanaan
barang tersebut lessee akan membayar secara berkala kepada lessor sejumlah uang yang berupa
rental untuk jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.
2. Operating Lease
Pada operating lease, lessor membeli barang dan kemudian menyewakan kepada lessee
untuk jangka waktu tertentu. Dalam praktik lessee membayar rental yang besarnya secara
keseluruhan tidak meliputi harga barang serta biaya yang telah dikeluarkan oleh lessor.
Di dalam menentukan besarnya pembayaran lease, lessor tidak memperhitungkan biaya-
biaya tersebut karena setelah masa lease berakhir diharapkan harga barang tersebut masih cukup
tinggi. Di sini jelas tidak ditentukan adanya nilai sisa serta hak opsi bagi lessee.
Beberapa jenis bentuk variatif leasing, yaitu :[12] [12]
1. Sales type lease (Lease Penjualan)
Lease penjualan biasanya dilakukan oleh perusahaan industri yang menjual lease barang
hasil produksinya. Dalam kontrak penjualan lease diakui dua macam pendapatan yaitu
pendapatan penjualan barang dan pendapatan fee atas jasa pembelanjaan selama jangka waktu
lease.
2. Leverage Lease
Pada leasing ini dilibatkan pihak ketiga yang disebut credit provider. Lessor tidak
membiayai objek leasing hingga sebesar 100% dari harga barang melainkan hanya antara 20%
hingga 40%. Kemudian sisa dari harga barang tersebut akan dibiayai oleh credit provider.
3. Cross Border Lease
[12]
Transaksi pada jenis ini merupakan suatu transaksi leasing yang dilakukan dengan
melewati batas suatu negara. Dengan demikian antara lessor dan lessee terletak pada dua negara
yang berbeda.
Barang-barang atau peralatan yang ditransaksikan dalam cross border lease meliputi nilai
jutaan dollar Amerika Serikat. Seperti Pesawat terbang bermesin jet dari Pabrikan Boeing dan
Airbus.
C. Bentuk Perjanjian Leasing
Dalam perjanjinan leasing paling tidak memuat :[13] [13]
a) Jenis transaksi leasing.
b) Nama dan alamat masing-masing pihak.
c) Nama, jenis, tipe dan lokasi penggunaan barang modal.
d) Harga perolehan, nilai pembiayaan leasing, angsuran pokok pembiayaan, imbalan jasa leasing,
nilai sisa, simpanan jaminan dan ketentuan asuransi barang modal yang dilease.
e) Masa leasing. Ketentuan mengenai pengakhiran leasing yang dipercepat, penetapan kerugian
yang harus ditanggung lease dalam hal barang modal yang dileasse dengan hak opsi hilang,
rusak, atau tidak berfungsi karena sebab apapun. Tanggung jawab para pihak atas barang modal
yang dileasekan.
D. Keuntungan Menggunakan Leasing
Pembiayaan melalui leasing merupakan pembiayaan yang sangat sederhana dalam
prosedur dan pelaksanaannya dan oleh karena itu leasing yang digunakan sebagai pembayaran
alternatif tampak lebih menarik. Sebagai suatu alternatif sumber pembiayaan modal bagi
perusahaan-perusahaan, maka leasing didukung oleh keuntungan-keuntungan sebagai berikut: [14]
[14]
1. Fleksibel, artinya struktur kontrak dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan yaitu
besarnya pembayaran atau periode lease dapat diatur sedemikian rupa sesuai dengan kondisi
perusahaan.
[13]
[14]
2. Tidak diperlukan jaminan, karena hak kepemilikan sah atas aktiva yang di lease serta pengaturan
pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh aktiva yang dilease sudah
merupakan jaminan bagi lease itu sendiri.
3. Capital saving, yaitu tidak menyediakan dana yang besar, maksimum hanya menyediakan down
payment yang jumlahnya dalam kebiasaan lease tidak terlalu besar, jadi dalam hal ini bisa
dikatakan menjadi suatu penghematan modal bagi lessee, yaitu lessee dapat menggunakan modal
yang tersedia untuk keperluan lain. Karena leasing umumnya membiayai 100% barang modal
yang dibutuhkan.
4. Cepat dalam pelayanan, artinya secara prosedur leasing lebih sederhana dan relatif lebih cepat
dalam realisasi pembiayaan bila dibandingkan dengan kredit investasi bank, jadi tanpa prosedur
yang rumit dan hal itu memberikan kemudahan bagi para pengusaha untuk memperoleh mesin-
mesin dan peralatan yang mutakhir untuk memungkinkan dibukanya suatu bidang usaha
produksi yang baru atau untuk memodernisasi perusahaan.