LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR I BEBERAPA REAKSI KIMIA OLEH : NI LUH LINDA AYU OKTAVIANI 1108105002 KELOMPOK 1 JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS UDAYANA 2011 1
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM KIMIA DASAR IBEBERAPA REAKSI KIMIA
OLEH :
NI LUH LINDA AYU OKTAVIANI
1108105002
KELOMPOK 1
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
2011
1
BEBERAPA REAKSI KIMIA
I. TUJUAN PERCOBAAN
Mengamati beberapa reaksi kimia yang terjadi pada percobaan ini
Mengetahui konsep reaksi kimia
Mengamati peristiwa perubahan kimia saat percobaan berlangsung.
II. DASAR TEORI
Banyak sekali reaksi kimia yang terjadi di bumi ini, misalnya proses fotosintesis pada
tumbuhan hijau menghasilkan karbohidrat dan oksigen. Karbohidrat kemudian kita jadikan
makanan pokok sehari-hari dan oksigen merupakan gas yang diisap ketika makhluk hidup
bernafas. Proses kimia memberikan begitu banyak keuntungan bagi makhluk hidup mulai
dari memanfaatkan suatu perubahan zat dari bentuk satu ke bentuk lainnya. Contohnya reaksi
antara Sodium Bikarbonat dan Asam Sulfat menghasilkan gas Karbon Dioksida yang mana
juga dimanfaatkan belakangan ini sebagai alat pemadam kebakaran. Reaksi kimia yang
menghasilkan sama seperti penerapan alat pemadam kebakaran merupakan salah satu contoh
perubahan-perubahan yang terjadi apabila reaksi kimia itu berlangsung. Sehingga pentingnya
kelangsungan reaksi kimia dalam suatu kehidupan.
Reaksi kimia adalah penggabungan atau penataulangan kembali susunan atom-atom
dalam senyawa, sehingga tidak ada atom yang hilang maupun tercipta. Dalam reaksi kimia
yang terjadi adalah perubahan struktur dan sifat-sifat materi. Misalnya:
H2(g) + ½ O2(g) → H2O(l)
Material awal dalam reaksi kimia disebut reaktan (zat pereaksi) dan substansi yang
terbentuk sebagai hasil dari suatu reaksi kimia disebut produk (hasil reaksi). Dalam hal ini
hydrogen dan oksigen adalah reaktan, sedangkan air adalah produk. Dalam persamaan
dicantumkan pula keadaan fisik dan wujud dari masing-masing reaksi dan produk.
Berlangsungnya proses ini bisa saja memerlukan energi (reaksi endotermal) atau melepaskan
energi (reaksi eksotermal).
Secara umum, ada empat ciri yang menunjukkan adanya perubahan kimia, yaitu:
perubahan suhu, perubahan warna, pembentukan gas dan pembentukan endapan. Jika suatu
2
perubahan kimia terjadi, kita dapat mengamati salah satu atau beberapa peristiwa-peristiwa
berikut ini:
- Habisnya zat yang bereaksi
- Timbulnya gas
- Terjadi perubahan warna
- Timbul endapan
- Terjadi perubahan suhu
- Tercium adanya bau yang baru
Faktor-faktor inilah yang digunakan untuk menunjukkan apakah suatu reaksi kimia telah
terjadi atau tidak.
3
III. ALAT DAN BAHAN
a. Alat :
1. Gelas beker
2. Gelas ukur
3. Kaca arloji
4. Batang pengaduk (spatula)
5. Cawan penguap
6. Steambath
7. Neraca
8. Lap
9. Pipet tetes
10. Botol semprot
b. Bahan :
1. Tembaga (Cu) 0,21 gram
2. Larutan HNO3 4 M sebanyak 10 ml
3. Larutan KOH 1 M sebanyak 70 ml
4. Air suling
5. Larutan H2SO4 1 M sebanyak 5 ml
6. Zn dalam bentuk serbuk 0,21 gram
IV. CARA KERJA
a. Langkah I (reaksi antara logam Cu dan HNO3)
Logam Cu seberat 0,21 gram yang sudah disediakan diambil dan kemudian
dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml. Selanjutnya, larutan HNO3 diukur
sebanyak 10 ml dengan sangat hati-hati. Larutan HNO3 tersebut lalu dituangkan ke
dalam gelas beker yang sudah berisi logam Cu. Setelah itu, gelas beker yang sudah
berisi logam Cu dan larutan HNO3 tersebut ditutup dengan menggunakan kaca arloji.
Gelas beker kemudian diamati dan dicatat apa yang terjadi pada campuran logam Cu
4
dan larutan HNO3 tersebut. Reaksi dibiarkan terjadi sampai logam Cu habis bereaksi.
Hasil reaksi kemudian disimpan untuk pengerjaan langkah selanjutnya.
+
h
b. Langkah II (Penambahan larutan KOH)
Dengan hati-hati, 70 ml KOH ditambahkan ke dalam larutan Cu(NO3)2 yang
terbentuk pada langkah pertama. Campuran KOH dan Cu(NO3)2 lalu diaduk secara
perlahan. Kemudian larutan tersebut diamati dan dicatat apa yang terjadi. Hasil reaksi
disimpan untuk pengerjaan langkah selanjutnya.
5
c. Langkah III (Pemanasan Cu(OH)2 dan Air Suling)
Air suling sebanyak 50 ml ditambahkan ke dalam endapan Cu(OH)2 tersebut.
Gelas beker beserta isinya dipanaskan. Selama pemanasan, larutan dalam gelas beker
diaduk secara perlahan. Pemanasan dilanjutkan sampai mendidih dan tidak terjadi
perubahan yang dapat teramati lagi. Batang pengaduk kemudian dikeluarkan dari
larutan dan disemprot dengan aquades untuk melepaskan partikel-partikel yang
melekat, kemudian gelas beker beserta isinya dibiarkan dingin sampai terjadi
endapan. Cairan bening H2O dalam gelas kimia tersebut dituangkan ke dalam gelas
kimia yang lain (dekantasi) dengan hati-hati agar padatan CuO yang ada tidak ikut
tertuang. Padatan CuO dalam gelas kimia dicuci dengan menambahkan 100 ml air
suling, kemudian zat padat dibiarkan kembali mengendap. Selanjutnya larutan
tersebut didekantasi kembali. Pencucian diulang kembali dengan menambahkan 50
ml air suling. Hasilnya disimpan untuk pengerjaan tahap selanjutnya.
6
DIPANASKAN
d. Langkah IV (Penambahan larutan H2SO4)
Dengan hati-hati, 3 ml larutan H2SO4 ditambahkan ke dalam gelas beker yang
berisi CuO dan diaduk sampai tidak terlihat perubahan yang dapat teramati lagi. Hasil
yang terlihat dicatat dan larutan ini disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
e. Langkah V (Penambahan logam Zn)
0,21 gram logam Zn ditambahkan ke dalam CuSO4 di gelas beker tersebut,
kemudian gelas beker ditutup. Perubahan yang terjadi diamati dan kemudian dicatat.
Reaksi dibiarkan berlangsung sampai Zn habis bereaksi. Hal ini bisa dilihat dari tidak
timbulnya gas lagi. Hasil ini disimpan untuk pengerjaan selanjutnya.
f. Langkah VI (Recovery Cu/Mendapatkan Cu kembali)
Cairan bening ZnSO4 dalam gelas beker didekantasi dari padatan Cu. Hasilnya
dicuci dengan 50 ml air suling. Padatan dibiarkan mengendap, kemudian didekantasi
kembali. Kemudian cawan penguap yang bersih ditimbang dan dicatat massanya.
Padatan Cu dalam gelas beker dituang ke dalam cawan penguap, kemudian hasilnya
7
dikeringkan dengan memanaskan cawan penguap tersebut diatas steambath. Cawan
penguap beserta isinya ditimbang dan dicatat massanya.
8
V. HASIL PENGAMATAN
a. Langkah I (Reaksi antara logam Cu dengan larutan HNO3)
Data zat:
No Cu1 Massa 0,21 gram v = 10 ml2 Warna Merah Kecoklatan Bening3 Bentuk Lempengan pipih Larutan4 Wujud Padat Cair
HNO3 4 M
Hasil reaksi :
ReaksiWarna Zat yang bereaksi
Cairan Logam Habis Sisa
− √ √ − √ √ −
Timbul gelembung
Timbul gas
Timbul endapan
Timbul bau
3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) +
2NO(g) + 4H2O(l)
Biru Bening
b. Langkah II (Penambahan KOH)
Data zat :
No KOH 1 M1 Volume 70 ml2 Warna Bening3 Bentuk Larutan4 Wujud Cair
Hasil Reaksi :
ReaksiZat yang bereaksi
Habis Sisa
Biru Pekat − √ − √ −
Perubahan warna
Timbul gas
Timbul endapa
n
Timbul
bau
Cu(NO3)2(aq) + 2KOH(aq) → Cu(OH)2(s) + 2KNO3(aq)
Ket: Dalam tahap ini endapan yang terjadi hanya bersifat sementara. Endapan
terbentuk hanya saat KOH dituangkan. Setelah beberapa saat endapan
tersebut lenyap.
9
c. Langkah III (Pemanasan)
Ditambahkan 50 ml air suling pada gelas kimia yang berisi Cu(OH)2.
No. Hasil Pengamatan Ciri-ciri
1.
Perubahan Cu(OH)2 saat ditambah Akuadesa. Wujudb. Bentukc. Warna
CairBiru tua (Biru pekat)Larutan + Endapan
2.Hasil Pemanasan Cu(OH)2
Cu(OH)2(s) ∆→ CuO(s) + H2O(s)
a. Terjadi perubahan warna menjadi hitam pekat.
b. Terjadi perubahan suhu akibat pemanasan.
c. Terjadi gelembung ketika pemanasan berlangsung
3. Cu(OH)2 setelah didinginkan
a. Terbentuknya endapan berwarna hitam pada dasar gelas beker.
b. Terbentuknya cairan bening berupa H2O
d. Langkah IV (Penambahan Larutan H2SO4)
Data Zat :
No.1 Volume 5 ml2 Warna Bening3 Bentuk Larutan4 Wujud Cair
H2SO4 1 M
Hasil Reaksi :
ReaksiPerubahan Warna
Cairan Endapan Habis Sisa
− − √ −
Timbul bau
Zat yang bereaksi
CuO + H2SO4 → CuSO4 + H2O
Biru Bening
Ket: Warna CuSO4 kembali menjadi warna biru bening seperti Cu awal.
10
11
e. Langkah V (Penambahan logam Zn)
Data Zat :
No. Zn1 Massa 0,21 gram2 Warna Abu-abu3 Bentuk Serbuk4 Wujud Padat
Hasil Reaksi :
ReaksiPerubahan Warna Zat yang bereaksi
Cairan Endapan Habis Sisa
Bening √ √ √ √ √ −
Timbul gas
Timbul bau
Timbul gelembung
Timbul endapan
CuSO4 + Zn → Cu + ZnSO4
Merah Bata
Ket : - Sebelum berubah menjadi bening, larutan ZnSO4 berwarna biru tua.- Endapan yang terjadi merupakan Cu.
f. Langkah VI (Recovery Cu / Mendapatkan Cu kembali)
Pisahkan endapan Cu dari cairan ZnSO4.
Endapan Cu dikeringkan dengan cara pemanasan.
Massa Cu kembali sebanyak 0,2 gram.
VI. PEMBAHASAN
a. Langkah I (reaksi antara logam Cu dan HNO3)
Logam Cu yang berwarna merah kecoklatan dan larutan HNO3 yang berwarna
bening dicampurkan secara perlahan. Dari pencampuran tersebut dihasilkan larutan
Cu(NO3)2, uap air (H2O) dan pelepasan gas NO. Logam Cu yang direaksikan dengan
larutan HNO3 perlahan-lahan akan habis bereaksi dan menghasilkan bentuk baru
dengan persamaan:
3Cu(s) + 8 HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Perubahan kimia yang pertama kali terjadi adalah perubahan warna. Terjadinya
perubahan warna menandakan bahwa reaksi kimia sedang berlangsung. Logam Cu
dengan warna merah kecoklatan dan larutan HNO3 yang berwarna bening berubah
secara perlahan yaitu membentuk larutan Cu(NO3)2 yang berwarna biru bening.
12
Selanjutnya logam Cu dan larutan HNO3 sedikit demi sedikit habis bereaksi dan
menghasilkan gas NO serta uap air. Saat pelepasan gas NO, timbul uap berwarna
coklat kemerahan dan terbentuk gelembung-gelembung kecil. Perlahan-lahan dengan
terbentuknya larutan Cu(NO3)2 juga menghasilkan bau baru yang tercium sangat
berbeda
b. Langkah II (Penambahan KOH)
Larutan Cu(NO3)2 yang memiliki warna biru bening direaksikan dengan larutan
KOH yang memiliki warna bening. Larutan Cu(NO3)2 larut dalam NaOH membentuk
Cu(OH)2. Persamaan reaksinya adalah sebagai berikut :
Cu(NO3)2(aq) + 2KOH(aq) → Cu(OH)2(s) + 2KNO3(aq)
Pada awalnya, KOH ditambahkan sebanyak 50 ml, namun karena belum ada
perubahan yang terjadi maka dilakukan penambahan KOH sebanyak 20 ml, sehingga
KOH yang digunakan sebanyak 70 ml. Saat penambahan KOH, larutan diaduk secara
perlahan sampai terjadinya perubahan warna menjadi biru pekat dan dihasilkannya
endapan dalam jumlah sedikit.
c. Langkah III (Pemanasan)
Cu(OH)2 beserta larutan lainnya pada gelas beaker yang kemudian mengalami
proses pemanasan, pencucian dengan air suling, dan dekantasi, mengakibatkan
larutan pada gelas kimia secara bertahap mengalami banyak sekali perubahan kimia,
yaitu perubahan warna, suhu serta terbentuknya endapan. Persamaan reaksi kimianya
adalah :
Cu(OH)2(s) → CuO(s) + H2O(l)
Padatan Cu(OH)2 ditambahkan air suling sebanyak 50 ml yang kemudian
dipanaskan hingga menimbulkan perubahan warna menjadi larutan yang berwarna
biru kehitaman dan disertai gelembung-gelembung. Setelah dipanaskan, larutan
tersebut didinginkan sehingga terbentuk endapan CuO yang berwarna hitam pekat
pada dasar gelas beaker dan terbentuk H2O pada bagian atas larutan. Pengendapan
13
berlangsung cukup lama. Hal ini mungkin disebabkan karena pemanasan yang kurang
maksimal. Perubahan reaksi kimia yang yang dapat diamati bersamaan dengan
terbentuknya endapan adalah adanya perubahan suhu yang sangat mencolok dengan
suhu semula. Pada dasar gelas beaker terasa hangat itu menandakan adanya reaksi
kimia yang terjadi. Setelah proses diatas selesai, larutan didekantasi dan dilakukan
pencucian sebanyak 2 kali (masing-masing menggunakan 100 ml dan 50 ml air
suling).
d. Langkah IV (Penambahan H2SO4)
Endapan CuO yang telah mengalami proses pemanasan, pencucian dengan air
suling, dan dekantasi kemudian ditambahkan larutan H2SO4. Persamaan reaksi kimia
yang dapat dituliskan untuk menjelaskan proses tersebut adalah:
CuO(s) + H2SO4(aq) → CuSO4(aq) + H2O(l)
Pada awalnya ditambahkan larutan H2SO4 sebanyak 3 ml yang kemudian kami
tambahkan kembali sebanyak 2 ml larutan H2SO4 dengan total volume 5 ml. Setelah
penambahan H2SO4 terbentuk larutan CuSO4 dan terjadi perubahan warna menjadi
warna biru bening (sama seperti warna Cu awal saat bereaksi dengan larutan HNO3).
Bersamaan dengan terbentuknya larutan CuSO4, pada dasar gelas beker juga
terbentuk endapan logam Cu yang berupa gumpalan-gumpalan kecil berwarna hitam
pekat, namun masih dalam jumlah yang sangat sedikit.
e. Langkah V (Penambahan Logam Zn)
Selanjutnya larutan CuSO4 ditambahkan logam Zn. Proses tersebut
mengakibatkan terbentuknya berbagai perubahan reaksi kimia. Persamaan reaksi
kimia yang dapat dituliskan untuk menjelaskan proses tersebut adalah:
CuSO4(aq) + Zn(s) → Cu(s) + ZnSO4(aq)
Logam Zn sebanyak 0,21 gram dimasukkan secara perlahan-lahan kedalam
larutan CuSO4. Sedikit demi sedikit logam Cu mengendap dan berubah warna
menjadi warna merah kehitaman. Namun setelah gelas kimia digoyang-goyangkan
sesekali, terbentuklah endapan logam Cu dengan jumlah yang lebih banyak dan
berubah warna menjadi merah bata. Selain terbentuk logam Cu, terbentuk pula
14
larutan ZnSO4 yang masih berwarna biru. Hal ini menandakan bahwa logam Cu
belum habis tereduksi oleh larutan ZnSO4. Jika logam Cu habis tereduksi, maka
larutan ZnSO4 akan berwarna bening.
Pada tahap ini juga terbentuk gas yang disebabkan karena perubahan suhu
secara perlahan-lahan. Terjadinya perubahan suhu secara perlahan mengakibatkan
pula terjadinya perubahan bau. Tercium bau yang sangat menyengat dari produk yang
dihasilkan menunjukkan terjadinya reaksi kimia yang disertai dengan perubahannya.
f. Langkah VI (Recovery Cu)
Pada proses ini yang terjadi hanya langkah-langkah untuk mendapatkan logam
Cu seperti semula. Di sini hanya terjadi pemurnian logam Cu dengan cara pencucian
dengan air suling dan memprosesnya hingga didapat logam Cu kembali.
Logam Cu didekantasi dan kemudian dilakukan pencucian dengan air suling.
Pencucian dilakukan sebanyak satu kali dengan menggunakan 50 ml air suling dan
kembali dilakukan dekantasi. Setelah dekantasi, didapatlah logam Cu dalam bentuk
serbuk basah.
Kemudian dilakukan pengeringan dengan cara memanaskan serbuk Cu tersebut
diatas atas steambath dengan menggunakan kaca arloji. Sebelumnya kaca arloji telah
ditimbang terlebih dulu dalam keadaan bersih. Setelah pemanasan, kaca arloji beserta
isinya kembali ditimbang dan dilakukan penghitungan rendemen. Proses Recovery
Cu sudah selesai dipraktikumkan.
VII. KESIMPULAN
1. Dalam percobaan beberapa reaksi kimia dengan menggunakan siklus tembaga
(recovery Cu), kita dapat mengetahui tentang beberapa peristiwa yang menandakan
terjadinya reaksi kimia, yaitu: habisnya zat yang direaksikan, timbulnya bau baru,
timbulnya gas, timbulnya gelembung, terjadi perubahan warna, terjadi perubahan
suhu, terjadinya endapan dan terbentuknya produk baru.
2. Pada perubahan atau reaksi kimia berlaku hukum kekelan massa (Hukum Lavoiser)
yang dikemukakan oleh Lavoiser yaitu jumlah massa zat sebelum dan sesudah
reaksi ialah sama. Massa suatu zat berbanding lurus dengan jumalah partikel
15
(atom-atom), maka jumlah atom yang bereaksi (pereaksi) akan sama dengan jumlah
atom-atom zat hasil reaksi. Akan tetapi pada percobaan ini terjadi pengurangan
massa pada hasil akhir reaksi. Hal ini disebabkan karena adanya kecerobahan yang
bersifat tidak disengaja pada saat terjadi proses dekantasi. Pada proses dekantasi
yang dilakukan banyak sekali logam Cu yang terbuang bersamaan dengan
terbuangnya larutan diatas endapan yang menyertai.
3. Perhitungan-perhitungan dalam percobaan ini menggunakan stoikiometri yang
terdiri dari beberapa konsep mol.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Chang, Raymond. 2004. Kimia Dasar : Konsep-Konsep Inti, Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Purba, Michael. 2002. Kimia SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga.
Sunarya, Yayan. 2010. Kimia Dasar I : Berdasarkan Prinsip-prinsip Kimia Terkini.
Bandung: CV. Yrama Widya.
Tim Kimia Dasar. 2000. Diktat Kuliah Kimia Dasar. Denpasar: Jurusan Kimia, FMIPA –
Universitas Udayana.
Tim Laboratorium Kimia Dasar. 2010. Penuntun Praktikum Kimia Dasar I. Bukit
Jimbaran: Jurusan Kimia, FMIPA – Universitas Udayana.
www.id.wikipedia.com
16
LAMPIRAN 1:
Pertanyaan dan Jawaban Praktikum
A. Langkah I (Reaksi antara logam Cu dan larutan HNO3)
1. Berikan penjelasan tentang logam Cu yang digunakan!
a. Warna: Merah kecoklatan
b. Bentuk: Lempengan pipih
c. Wujud: Padat
2. Apakah reaksi kimia berlangsung? Lengkapi jawaban dengan fakta yang
ditujuk di depan.
1. Berlangsung, hal ini ditunjukkan dengan fakta:
a. Timbul gelembung dan gas
b. Tercium adanya bau
c. Terjadi perubahan warna menjadi biru bening
d. Reaktan (Cu) habis bereaksi
3. Bagaimana proses yang terjadi terhadap logam Cu?
Pada saat HNO3 dimasukkan, Cu mulai bereaksi yang di tandai dengan
adanya gelembung, tercium adanya bau dan berubahnya larutan HNO3 dari
warna bening menjadi biru. Selain itu, Cu habis bereaksi.
B. Langkah II (Penambahan Larutan KOH)
1. Berikan penjelasan tentang larutan KOH yang digunakan!
a. Warna: Bening
b. Bentuk: Larutan
c. Wujud: Cairan
2. Apakah reaksi kimia berlangsung? Bagaimana saudara mengetahuinya?
Berlangsung, reaksi kimia ini ditunjukkan dengan fakta:
a. Timbul endapan, tetapi endapan yang terjadi hanya bersifat
sementara yang setelah beberapa saat akan lenyap.
b. Terjadi perubahan warna menjadi biru pekat.
c. Terjadinya asap.
17
3. Kemanakah logam Cu?
Cu dalam Cu(NO3)2 bereaksi dengan KOH membentuk Cu(OH)2 yang
menyebabkan warna larutan menjadi biru pekat. Hal ini menunjukan bahwa
Cu telah habis bereaksi dengan larutan KOH.
C. Langkah III (Pemanasan)
1. Bagaimana perubahan yang terjadi terhadap Cu setelah dipanaskan?
Setelah pemanasan, Cu yang berada dalam larutan mulai mengendap.
Endapan Cu pada awalnya berwarna biru pekat lama kelamaan berubah
menjadi kehitaman dan membentuk CuO.
D. Langkah IV(Penambahan Larutan H2SO4)
1. Berikan penjelasan tentang larutan H2SO4 yang digunakan!
a. Warna: Bening
b. Bentuk: Larutan
c. Wujud: Cair
2. Apakah reaksi kimia terjadi?
Terjadi, ditunjukkan dengan fakta:
a. Terjadi perubahan warna menjadi biru bening, seperti diawal.
b. Zat yang bereaksi habis.
3. Jelaskan jawaban saudara, dimanakah Cu sekarang?
Endapan Cu yang terbentuk dari hasil pemanasan ditambahkan larutan
H2SO4 sehingga membentuk CuSO4 dan menyebabkan warna larutan mejadi
biru bening.
4. Menurut saudara, apakah warna larutan punya arti? Mengapa?
Punya. Warna larutan dapat mengidentifikasi apakah semua Cu telah
habis bereaksi dengan H2SO4 atau belum.
E. Langkah V (Penambahan Logam Zn)
1. Berikan penjelasan tentanglogam Zn yang digunakan!
a. Warna: Abu-abu
b. Bentuk: Serbuk
18
c. Wujud: Padat
2. Apakah reaksi kimia berlangsung? Nyatakan dengan fakta!
Berlangsung, yang ditunjukkan dengan fakta:
a. Timbul endapan Cu yang berwarna merah kecoklatan berbentuk
serbuk dan menggumpal.
b. Terbentuk cairan bening (ZnSO4)
c. Timbul gas dan adanya bau.
d. Zat yang bereaksi habis.
3. Dimanakah Cu sekarang ?
Cu telah terbentuk kembali dalam bentuk serbuk berwaran merah bata
karena Zn yang ditambahkan telah mengikatkat SO4 yang pada awalnya
diikat oleh Cu.
F. Langkah VI
Massa sampel yang dihitung untuk mencari massa logam Cu pada proses
recovery adalah:
Massa cawan penguap : 45,9 gr
Massa cawan penguap + logam Cu : 46,1 gr
Massa Cu sebenarnya : 46,1 – 45,9 = 0,2 gram
Massa rendemen Cu : Massa CuawalMassaCu akhir
×100 %
0 , 2 gr0 ,21 gr
×100 % = 95,24%
Terjadi pengurangan massa Cu sebanyak 0,01 gram dari massa Cu semula.
Hal ini terjadi karena kecerebohan yang tidak disengaja saat proses dekantasi,
sehingga ada logam Cu yang ikut terbuang bersamaan dengan larutan diatas
endapannya.
19
LAMPIRAN 2:
PERHITUNGAN KIMIA
Langkah 1:
Diketahui : m Cu : 0,21 gram
Ar Cu : 63,5
Ditanya : Mol Cu dan mol HNO3?
Jawab :
Persamaan reaksi : 3Cu(s) + 8HNO3(aq) → 3Cu(NO3)2(aq) + 2NO(g) + 4H2O(l)
Mol Cu = m
Ar Cu
= 0,2163,5
= 0,003
Mol HNO3 = Koef . HNO3
Koef .Cu× Mol Cu
= 83
× 0,003
= 0,008
Langkah 4:
CuO(s) + H2SO4 (aq) → CuSO4 (aq) + H2O (g)
Mol CuO = 0,003 mol
Mol H2SO4 = 11
×0,003=0,003
[ H 2 SO4 ]=mol × 1000v (ml )
1 ¿0,003 × 1000v (ml)
V ¿3 ml
20
Namun dalam praktikum, kami menambahkan kembali 2 ml H2SO4, jadi total
H2SO4 yang digunakan sebanyak 5 ml.
Langkah 6:
Massa cawan penguap : 45,9 gr
Massa cawan penguap + logam Cu : 46,1 gr
Massa Cu sebenarnya : 46,1 – 45,9 = 0,2 gram
Rendemen Cu : Massa CuawalMassaCu akhir
×100 %
0 , 2 gr0 ,21 gr
×100 % = 95,24%
21
LAMPIRAN 3:
22
23
24
25