BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan sehari-hari. Adanya masa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak memiliki arti penting bagi kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain dengan bekerja berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain bahwa tiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan beban tersebut dapat berupa beban fisik maupun beban mental. Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima oleh seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik, kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban tersebut. Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung dari tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan Linda Vitriany R0012054 1
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Tubuh manusia dirancang untuk dapat melakukan aktivitas pekerjaan
sehari-hari. Adanya masa otot yang bobotnya hampir lebih dari separuh berat
tubuh, memungkinkan manusia untuk dapat menggerakkan tubuh dan
melakukan pekerjaan. Pekerjaan di satu pihak memiliki arti penting bagi
kemajuan dan peningkatan prestasi, sehingga dapat mencapai kehidupan yang
produktif sebagai salah satu tujuan hidup. Di pihak lain dengan bekerja
berarti tubuh akan menerima beban dari luar tubuhnya. Dengan kata lain
bahwa tiap pekerja merupakan beban bagi yang bersangkutan beban tersebut
dapat berupa beban fisik maupun beban mental.
Dari sudut pandang ergonomi setiap beban kerja yang diterima oleh
seseorang harus sesuai atau seimbang baik terhadap kemampuan fisik,
kemampuan kognitif maupun keterbatasan manusia yang menerima beban
tersebut. Menurut Suma’mur (1984) bahwa kemampuan kerja seorang tenaga
kerja berbeda dari satu dengan yang lainnya dan sangat tergantung dari
tingkat ketrampilan, kesegaran jasmani, keadaan gizi, jenis kelamin, usia, dan
ukuran tubuh dari pekerja yang bersangkutan.
Upaya perusahaan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
menyebabkan perubahan beban kerja yang berdampak terhadap produktivitas
tenaga kerja yang ada (Juniarto, 2011). Perubahan dapat diartikan dari bentuk
lama menjadi bentuk baru, atau dari konsep yang kaku menjadi konsep yang
dinamis, dengan tujuan untuk menghasilkan keluaran (output) yang lebih baik
dari sebelumnya (Edison, 2009:85). Jika perubahan itu mengarah menjadi
lebih baik maka akan berdampak pada produktifitas tenaga kerja sehingga
kesejahteraan dan kemakmuran pekerja dapat dicapai. Namun apabila beban
kerja tersebut tidak mengalami perubahan atau bahkan mengalami
keterpurukan akan berakibat pada kelelahan atau bahkan stress akibat kerja.
Linda Vitriany R0012054 1
Saat bekerja pastinya kita menggunakan otot kita untuk melakukan
pekerjaan tersebut dan menggunakan otak kita untuk memerintahkan kerja
anggota gerak kita sehingga terjadilah relasi yang baik antara kerja otot
dengan kerja otak kita, kerja otot akan menghasilkan output berupa beban
kerja fisik sedangkan kerja otak akan menghasilkan output berupa beban
kerja mental. Dalam makalah ini akan dibahas lebih mendetail lagi mengenai
beban kerja fisik vs beban kerja mental.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan beban kerja ?
2. Faktor apa saja yang mempengaruhi beban kerja ?
3. Jelaskan mengenai beban kerja fisik dan beban kerja mental !
4. Metode apa saja yang dapat digunakan untuk melakukan pengukuran
beban kerja fisik dan beban kerja mental ?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian tentang beban kerja serta kasus-kasus yang
berhubungan dengan beban kerja
2. Dapat menyebutkan serta menjelaskan faktor-faktor yang
mempengaruhi beban kerja
3. Mampu menjelaskan mengenai beban kerja fisik dan beban kerja
mental
4. Mengetahui metode yang dapat digunakan untuk melakukan
pengukuran beban kerja fisik dan beban kerja mental
Linda Vitriany R0012054 2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Beban Kerja
Menurut Permendagri No. 12/2008, beban kerja adalah besaran pekerjaan
yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan merupakan hasil
kali antara volume kerja dan norma waktu (Utomo, 2008). Menpan
(dalam, Dhania 2010:2) mendefinisikan beban kerja sebagai sekumpulan atau
sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau
pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan Philips
(2000:315) mendefinisikan beban kerja sebagai reaksi tubuh manusia ketika
melakukan pekerjaan eksternal. Meshkati (dalam Widyanti dkk, 2010:1)
mendefinisikan beban kerja (wokload) sebagai perbedaan antara kemampuan
pekerja dengan tuntutan pekerjaan yang harus dihadapi. Mengingat kerja
manusia bersifat mental dan fisik, maka masing-masing mempunyai tingkat
pembebanan yang berbeda-beda. Jika kemampuan pekerja lebih tinggi
daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan dan overstress.
Namun sebaliknya, jika kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan
pekerjaan, maka akan muncul kelelahan yang lebih atau understress.
Pendapat lain datang dari Hart & Staveland (1988) menyatakan bahwa beban
kerja merupakan sesuatu yang muncul dari interaksi antara tuntutan tugas,
lingkungan kerja dimana digunakan sebagai tempat kerja, keterampilan,
perilaku dan persepsi dari pekerja.
Pengukuran beban kerja diartikan sebagai suatu teknik untuk mendapatkan
informasi tentang efisiensi dan efektivitas kerja suatu unit organisasi, atau
pemegang jabatan yang dilakukan secara sistematis dengan menggunakan
teknik analisis jabatan, teknik analisis beban kerja atau teknik manajemen
lainnya. Lebih lanjut dikemukakan pula, bahwa pengukuran beban kerja
merupakan salah satu teknik manajemen untuk mendapatkan informasi
jabatan, melalui proses penelitian dan pengkajian yang dilakukan secara
Linda Vitriany R0012054 3
analisis agar dapat digunakan sebagai alas untuk menyempurnakan aparatur
baik di bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, dan sumberdaya manusia
(Menpan, 1997, dalam. Utomo, 2008).
Banyak definisi dari beban kerja namun pada intinya beban kerja itu
muncul dari interaksi antara tuntutan dari dalam tubuh untuk memenuhi
permintaan dari lingkungan luar tubuh. Oleh karena itu perlu diupayakan
tingkat intensitas pembebanan yang optimum diantara kedua batas yang
ekstrim tadi dan tentunya berbeda antara individu satu dengan individu yang
lainnya. Pekerjaan seperti operator yang bertugas memantau panel kontrol
pada suatu ruangan otomatisasi, termasuk pekerjaan yang mempunyai kadar
intensitas pembebanan fisik yang rendah, dengan intensitas pembebanan
mental yang tinggi. Sebaliknya pada pekerjaan angkat angkut secara manual
membutuhkan intensitas pembebanan fisik yang tinggi dengan intensitas
pembebanan mental yang rendah. Bagaimanapun juga bukanlah hal yang
bijaksana jika hanya mempertimbangkan beban kerja dari satu aspek saja,
selama faktor yang lain mempunyai inter-relasi pada cara-cara yang komplek.
Pada umumnya tingkat intensitas pembebanan kerja optimum akan dapat
dicapai, apabila tidak ada tekanan dan ketegangan yang berlebihan baik
secara fisik maupun mental. Yang dimaksud tekanan disini adalah yang
berkenaan dengan beberapa aspek dari aktivitas manusia, tugas-tugas,
organisasi, dan dari lingkungannya yang terjadi akibat adanya reaksi individu
pekerja karena tidak mendapatkan keinginan yang sesuai. Sedangkan
ketegangan adalah konsekuensi logis yang harus diterima oleh individu yang
bersangkutan sebagai akibat dari tekanan yang diterima.
B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Beban Kerja
Beban kerja tidak muncul dengan sendirinya namun dipengaruhi oleh
beberapa faktor. Menurut Rodahl (1989), adiputra (1998), dan Manuaba
(2000) bahwa secara umum hubungan antara beban kerja dan kapasitas kerja
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1) Faktor eksternal
Linda Vitriany R0012054 4
beban kerja oleh karena faktor eksternal adalah beban kerja yang
berasal dari luar tubuh pekerja. Yang termasuk beban kerja faktor
eksternal adalah tugas (task), organisasi dan lingkungan kerja. Ketiga
aspek ini disebut stresor.
a. Tugas-tugas yang dilakukan yang bersifat fisik seperti stasiun
kerja, tata ruang, tempat kerja, alat dan sarana kerja, kondisi
kerja, sikap kerja, cara angkat-angkut, beban yang diangkat-
diangkut, alat bantu kerja, alur kerja, sarana informasi termasuk
displai dan control. Sedangkan tugas-tugas yang bersifat mental
seperti kompleksitas pekerjaan, tingkat kesulitan pekerjaan,
pelatihan atau pendidikan yang diperoleh, tanggung jawab
pekerjaan.
b. Organisasi kerja seperti masa waktu kerja, waktu istirahat,
kerja bergilir, kerja malam, sistem pengupahan, model struktur
organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang.
c. Lingkungan kerja adalah lingkungan kerja fisik (suhu, udara
ambien, kelembaban udara, cepat rambat udara, suhu radiasi,
intensitas penerangan, kebisingan, tekanan udara, dan vibrasi
mekanis), lingkungan kimiawi (debu, gas buang, uap logam,
fume dalam udara), lingkungan kerja biologis (bakteri, virus,
parasit, jamur, serangga), dan lingkungan kerja psikologis yang
berkaitan dengan kejiwaan tenaga kerja seperti relasi antar
sesama pekerja atau dengan atasan, penempatan kerja, atau
interaksi antara pekerja dengan lingkungan sosialnya.
2) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh akibat dari
reaksi beban kerja eksternal. Reaksi tubuh disebut strain, berat
ringannya strain dapat dinilai baik secara objektif maupun subjektif.
Penilaian secara objektif yaitu melalui perubahan reaksi fisiologis,
penilaian objektif ini tidak dapat dibuat-buat atau direkayasa sebab
penilaian ini diukur dari keadaan fisiologis pekerja seperti denyut nadi
Linda Vitriany R0012054 5
sedangkan penilaian secara subjektif dapat dilakukan melalui
perubahan reaksi psikologis dan perubahan perilaku. Faktor internal
meliputi faktor somatis (Jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, status
gizi, kondisi kesehatan), faktor psikis (motivasi, persepsi,
kepercayaan. keinginan dan kepuasan).
Selanjutnya Hart & Staveland (1988) menjelaskan bahwa 3 faktor utama
yang menentukan beban kerja adalah tuntutan tugas (task demand) contohnya
seorang pekerja baru dengan pekerja yang sudah memiliki keahlian secara
jelas akan memiliki tingkat perbedaan pengalaman terhadap beban kerja pada
saat melakukan pekerjaan yang sama. Pengembangan ketrampilan akan
menghasilkan baik dari segi nilai ekonomi mapun otomatisasi ‘motor
program’ sehingga tidak memerlukan upaya yang berlebihan atau tidak
menjadikan beban tambahan. Kedua usaha atau tenaga (effort), dalam suasana
peningkatan tuntutan tugas secara otomatis akan mengalami penurunan
tenaga. Dan yang terakhir yaitu perfomansi, pengukuran perfomansi ini dapat
dilakukan dengan pengumpulan data matrik beban kerja setiap individunya.
C. Dampak Beban Kerja
Beban kerja yang terlalu berlebihan menimbulkan kelelahan baik fisik
maupun mental dan reaksi-reaksi emosional seperti sakit kepala, gangguan
pencernaan, dan mudah marah. Sedangkan beban kerja yang terlalu sedikit
dimana pekerjaan yang terjadi karena pengurangan gerak akan menimbulkan
kebosanan dan rasa monoton yang disebut dengan kelelahan psikis
(boredom), yaitu suatu keadaan yang kompleks yang ditandai oleh
menurunnya penggiatan pusat syaraf yang disertai dengan munculnya
perasaan-perasaan kelelahan, keletihan, kelesuan dan berkurangnya
kewaspadaan. Kebosanan dalam kerja rutin sehari-hari karena tugas atau
pekerjaan yang terlalu sedikit mengakibatkan kurangnya perhatian pada
pekerjaan sehingga secara potensial membahayakan pekerja (Manuaba, 2000,
dalam Prihatini, 2007).
Linda Vitriany R0012054 6
BAB III
PEMBAHASAN
A. Beban Kerja Fisik
Beban kerja fisik didefinisikan sebagai reaksi manusia untuk
pekerjaan fisik eksternal artinya beban kerja fisik memerlukan energi fisik
dari otot manusia yang akan berfungsi sebagai sumber tenaga. Beban kerja
fisik tergolong kedalam beban kerja eksternal yaitu beban kerja yang
berasal dari pekerjaan yang sedang dilakukan (Arianti & Dewantari,
2011:103). Ketika pekerjaan eksternal adalah kerja fisik, reaksi tubuh yang
terdiri dari penyesuaian fisiologis dan adaptasi diperlukan. Fisiologi secara
umum mempelajari bagaimana fisik manusia dapat menjalankan fungsinya
dengan baik (Purwaningsih, 2007:8).
Kerja fisik disebut juga manual operation dimana perfomansi kerja
sepenuhnya akan tergantung pada upaya manusia yang berperan sebagai
sumber tenaga maupun pengendali kerja. Di samping itu kerja fisik dapat
dikonotasikan dengan kerja berat, kerja otot, atau kerja kasar, karena
aktivitas kerja fisik tersebut memerlukan usaha fisik manusia yang kuat
selama periode kerja berlangsung. Selama kerja fisik berlangsung, maka
konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolok ukur
penentu berat/ringannya suatu pekerjaan.
Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia dapat digolongkan
menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak dapat dilakukan
secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar satu dengan
lainnya. Kerja fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat
tubuh, yang dapat dideteksi melalui :
1. Konsumsi oksigen
2. Denyut jantung
3. Peredaran udara dalam paru-paru
4. Temperatur tubuh khususnya suhu rektal
Linda Vitriany R0012054 7
5. Konsentrasi asam laktat dalam darah
6. Komposisi kimia dalam darah dan jumlah air seni
7. Tingkat penguapan melalui keringat
Kerja fisik akan mengeluarkan energi yang berhubungan erat
dengan konsumsi energi. Menurut Astrand dan Rodahl (1977) bahwa
penilaian kerja fisik dapat dilakukan dengan metode secara objektif, yaitu
metode penilaian langsung dan tidak langsung. Metode pengukuran
langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy
expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja. Meskipun metode
dengan menggunakan asupan oksigen lebih akurat, namun hanya dapat
mengukur untuk waktu kerja yang singkat dan diperlukan peralatan yang
cukup mahal. Sedangkan untuk metode tidak langsung adalah dengan
menghitung kecepatan denyut jantung. Dapat diilustrasikan pada gambar
berikut hubungan antara kecepatan denyut jantung dengan aktivitas fungsi
faal manusia.
Tingkat intensitas beban kerja fisik yang terlampau tinggi
memungkinkan pemakaian energi yang berlebihan (Simanjuntak,
2010:80). Pemakaian energi yang berlebihan harus diimbangi dengan
penggunaan waktu untuk beristirahat, waktu istirahat dapat dikatakan
sebagai kompensasi dari pekerjaan fisik yang telah dilakukan. Dalam suatu
keadaan tertentu, karyawan tidak mempunyai waktu istirahat yang cukup
sehingga karyawan mengalami kelelahaan yang kronis (Master Modul
APK2 Universitas Gunadarma, 2005:4). beban kerja fisik dapat dilihat dari
Linda Vitriany R0012054 8
2 sisi, yakni sisi fisiologis dan biomekanika. Sisi fisiologis melihat
kapasitas kerja manusia dari sisi fisiologi tubuh (faal tubuh), meliputi
denyut jantung, pernapasan, dll. Sedangkan biomekanika lebih melihat
kepada aspek terkait proses mekanik yang terjadi pada tubuh, seperti
kekuatan otot, dan sebagainya.
Pengukuran Kerja Dengan Metode Fisiologi
Pada kerja fisik ini manusia akan menghasilkan perubahan dalam
konsumsi oksigen, heart rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa
kimia dalam tubuh. Kerja fisik ini dikelompokkan oleh Davis dan Miller
menjadi tiga kelompok besar, sebagai berikut :
a. Kerja total seluruh tubuh, yang mempergunakan sebagian besar
otot biasanya melibatkan dua pertiga atau tiga perempat otot tubuh.
b. Kerja sebagian otot, yang membutuhkan lebih sedikit energy
expenditure karena otot yang digunakan lebih sedikit.
c. Kerja otot statis, otot yang digunakan untuk menghasilkan gaya
konstrasi otot (Master Modul APK2 Universitas Gunadarma,
2005:1-2).
Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui
pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu :
a. Kriteria Faali meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi
Oksigen, Tekanan darah, Tingkat penguapan, Temperatur tubuh,
komposisi kimiawi dalam darah dan air seni. Kriteria ini digunakan
untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh.
b. Kriteria Kejiwaan meliputi pengujian tingkat kejiwaan pekerja,
seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi, sikap dan lain-lain.
Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan kejiwaan
yang timbul selama bekerja.
c. Kriteria Hasil Kerja meliputi hasil kerja yang diperoleh dari
pekerja. Kriteria ini digunakan untuk mengetahui pengaruh seluruh
Linda Vitriany R0012054 9
kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang diperoleh dari
pekerja tersebut.
Lebih lanjut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) menjelaskan
bahwa salah satu pendekatan untuk mengetahui berat ringannya beban
kerja adalah dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen, kapasitas
ventilasi paru-paru dan suhu inti tubuh. Kemudian Christensen (1991)
menambahkan kategori berat ringannya beban kerja didasarkan pada
metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung. Berikut akan
dijabarkan beberapa pendekatan tersebut.
1. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme
Laju metabolisme dapat dihitung menggunakan rumus 3 komponen
utama yaitu metabolisme basal, metabolisme aktivitas dan metabolisme
pencernaan dengan rumus sebagai berikut :
a. Laju Metabolisme Basal. Digunakan untuk mempertahankan suhu
tubuh, fungsi-fungsi tubuh, dan peredaran darah. Dapat dihitung
dengan rumus :
Dimana Metabolisme berdasakan jenis kelamin (1,28 W/kg berat
badan untuk laki-laki dan 1,16 W/kg berat badan untuk wanita).
b. Laju Metabolisme Aktivitas. Digunakan untuk aktivitas atau
melakukan pekerjaan sehari-hari yang memerlukan energi yang
dibutuhkan tubuh. Mulai dari kebutuhan kalori terendah yaitu tidur
sampai yang paling tinggi 15,80 Kilo kalori/jam/kg Berat badan
yaitu jalan naik tangga.
c. Laju Metabolisme Pencernaan. Dengan rumus :
2. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Jumlah Kebutuhan Kalori
Linda Vitriany R0012054 10
Metabolisme Total = M. Basal + M. Activity + M. Pencernaan
Metabolisme Basal (W) = M. Jenis Kelamin + Berat Badan
Metabolisme Pencernaan = 0,1 ( M. Basal + M. Aktivitas )
Semakin berat pekerjaan yang dilakukan maka akan semakin besar
pula energi yang dikeluarkan. Berdasarkan hal tersebut maka besarnya
jumlah kebutuhan kalori dapat digunakan sebagai petunjuk untuk
menentukan berat ringannya beban kerja. Menteri Tenaga Kerja melalui
Keputusan Nomor 51 (1999) menetapkan kategori beban kerja menurut
kebutuhan kalori sebagai berikut :
Beban kerja ringan : 100 - 200 Kilo kalori/jam
Beban kerja sedang : >200 - 350 Kilo kalori/jam
Beban kerja berat : >350 - 500 Kilo kalori/jam
Setiap kebutuhan 1 L oksigen akan memberikan 4,8 kilo kalori
(Suma’mur, 1982). Menurut Grandjean (1993) bahwa kebutuhan kalori
seorang pekerja selama 24 jam ditentukan oleh tiga hal :
1. Kebutuhan kalori untuk metabolisme basal. Keterangan
kebutuhan seorang laki-laki dewasa memerlukan kalori untuk
metabolisme basal ± 100 kilo joule (23,87 kilo kalori) per 24
jam per kg BB. Sedangkan wanita dewasa memerlukan kalori
untuk metabolisme basal ± 98 kilo joule (23,39 kilo kalori) per
24 jam per kg BB.
2. Kebutuhan kalori untuk kerja. Kebutuhaan kalori untuk kerja
sangat ditentukan oleh jenis aktivitas kerja yang dilakukan atau
berat ringannya pekerjaan.
3. Kebutuhan kalori untuk pencernaan dan aktivitas-aktivitas
lain diluar jam kerja. Rata-rata kebutuhan kalori untuk
aktivitas diluar kerja adalah ± 2400 kilo joule (573 kilo kalori)
untuk laki-laki dewasa dan sebesar 2000 – 2400 kilo joule (425
– 477 kilo kalori) per hari untuk wanita dewasa.
Penentuan kategori beban kerja fisik berdasarkan kebutuhan
oksigen melalui penaksiran kebutuhan kalori belum dapat
menggambarkan beban sebenarnya yang diterima oleh seorang pekerja
sebab masih banyak faktor yang mempengaruhi kebutuhan kalori
Linda Vitriany R0012054 11
seperti lingkungan tempat kerja, cara dan sikap kerja, stasiun kerja,
jenis pekerjaan, jenis kelamin, usia, dan aktivitas fisik. Pekerja kantor
membutuhkan sekitar 2.500 kalori sehari. Atlet mungkin lebih dari
3.500 kalori. Pasien kencing manis di bawah 2.000 kalori, tergantung
berat badan idealnya.
3. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Sistem Kardiovaskuler
Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode
untuk menilai cardiovasculair strain. Salah satu peralatan yang dapat
digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah telemetri dengan
menggunakan rangsangan ElectroCardio Graph (ECG). Apabila
peralatan tersebut tidak tersedia, maka dapat dicatat secara manual
memakai stopwatch dengan metode 10 denyut (Kilbon, 1992). Dengan
metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
Denyut nadi(denyut /menit )= 10 denyutwaktu perhitun gan
×60
Selain metode 10 denyut tersebut, dapat juga dilakukan
perhitungan denyut nadi dengan metode 15 detik atau 30 detik.
Keuntungan dari metode 10 denyut ini adalah mudah, cepat, sangkil,
murah karena tidak memerlukan peralatan yang mahal, hasilnya cukup
reliabel, tidak terlalu mengganggu proses kerja, dan tidak menyakiti
orang yang diperiksa. Kepekaan denyut nadi terhadap perubahan
pembebanan yang diterima tubuh cukup tinggi. Denyut nadi akan
segera berubah seirama dengan perubahan pembebanan, baik yang
berasal dari pembebanan mekanik, fisik maupun kimiawi (Kurniawan,
1995).
Grandjean (1993) juga menjelaskan bahwa konsumsi energi sendiri
tidak cukup untuk mengestimasi beban kerja fisik. Beban kerja fisik
tidak hanya ditentukan oleh jumlah kJ yang dikonsumsi, tetapi juga
ditentukan oleh jumlah otot yang terlibat dan beban statis yang diterima
serta tekanan panas dari lingkungan kerjanya yang dapat meningkatkan
Linda Vitriany R0012054 12
denyut nadi. Berdasarkan hal tersebut maka denyut nadi lebih mudah
dan dapat untuk menghitung indek beban kerja. Astrand & Rodahl
(1997); Rodahl (1989) menyatakan bahwa denyut nadi mempunyai
hubungan linier yang tinggi dengan asupan oksigen pada waktu kerja.
Dan salah satu cara yang sederhana untuk menghitung denyut nadi
adalah dengan merasakan denyutan pada arteri radialis di pergelangan
tangan.
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri
dari beberapa jenis yang didefinisikan oleh Grandjean (1993) :
1. Denyut nadi istirahat adalah rerata denyut nadi sebelum
pekerjaan dimulai.
2. Denyut nadi kerja adalah rerata denyut nadi selama bekerja.
3. Nadi kerja adalah selisih antara denyut nadi istirahat dan
denyut nadi kerja.
Peningkatan denyut nadi mempunyai peran yang sangat penting
dalam peningkatan cardiac output dari istirahat sampai kerja