Top Banner
Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan Tatang Sy. File 2010 3 BBM 1 LANDASAN PENDIDIKAN, MANUSIA DAN PENDIDIKAN Pendahuluan Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas tujuannya, relevan isi kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya hanya apabila dilaksanakan dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan pendidikannya. Selanjutnya, karena pendidikan itu pada dasarnya adalah upaya memanusiakan manusia (humanisasi), maka para pendidik perlu memahami hakikat manusia sebagai salah satu landasannya. Tanpa memahami hakikat manusia, para pendidik tak akan mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk dapat menjadi manusia. Bahan Belajar Mandiri (BBM) ini akan membantu Anda untuk memahami konsep landasan pendidikan, konsep hakikat manusia, dan implikasi konsep hakikat manusia terhadap pendidikan. Dengan mempelajari BBM ini pada akhirnya Anda akan dapat mengidentifikasi prinsip-prinsip antropologis tentang keharusan pendidikan atau tentang mengapa manusia perlu dididik dan perlu mendidik diri; prinsip-prinsip antropologis tentang kemungkinan pendidikan atau tentang mengapa manusia dapat dididik; dan mengidentifikasi berbagai pengertian pendidikan. Semua ini akan memperluas wawasan kependidikan Anda dan akan berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka praktik pendidikan maupun studi pendidikan lebih lanjut. Materi BBM ini terdiri atas tiga sub pokok bahasan. Sub pokok bahasan pertama mencakup pengertian landasan pendidikan, jenis-jenis landasan pendidikan, dan fungsi landasan pendidikan. Sub pokok bahasan kedua mencakup konsep hakikat manusia, prinsip-prinsip antropologis mengenai keharusan pendidikan dan prinsip-prinsip antroplogis mengenai kemungkinan pendidikan. Adapun sub pokok bahasan ketiga berkenaan dengan implikasi konsep hakikat manusia terhadap pengertian pendidikan. Setelah mempelajari BBM ini, Anda diharapkan memahami hakikat landasan pendidikan, serta hakikat manusia dan implikasinya terhadap pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Anda perlu dapat melakukan hal-hal berikut:
49

BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Jan 12, 2017

Download

Documents

trandieu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 3

BBM 1

LANDASAN PENDIDIKAN, MANUSIA DAN PENDIDIKAN

Pendahuluan

Pendidikan akan dapat dilaksanakan secara mantap, jelas tujuannya, relevan isi

kurikulumnya, serta efisien dan efektif cara-cara pelaksanaannya hanya apabila

dilaksanakan dengan mengacu kepada suatu landasan yang kokoh. Sebab itu, sebelum

melaksanakan pendidikan, para pendidik perlu terlebih dahulu memperkokoh landasan

pendidikannya. Selanjutnya, karena pendidikan itu pada dasarnya adalah upaya

memanusiakan manusia (humanisasi), maka para pendidik perlu memahami hakikat

manusia sebagai salah satu landasannya. Tanpa memahami hakikat manusia, para

pendidik tak akan mampu memfasilitasi peserta didiknya untuk dapat menjadi manusia.

Bahan Belajar Mandiri (BBM) ini akan membantu Anda untuk memahami konsep

landasan pendidikan, konsep hakikat manusia, dan implikasi konsep hakikat manusia

terhadap pendidikan. Dengan mempelajari BBM ini pada akhirnya Anda akan dapat

mengidentifikasi prinsip-prinsip antropologis tentang keharusan pendidikan atau tentang

mengapa manusia perlu dididik dan perlu mendidik diri; prinsip-prinsip antropologis

tentang kemungkinan pendidikan atau tentang mengapa manusia dapat dididik; dan

mengidentifikasi berbagai pengertian pendidikan. Semua ini akan memperluas wawasan

kependidikan Anda dan akan berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka praktik

pendidikan maupun studi pendidikan lebih lanjut.

Materi BBM ini terdiri atas tiga sub pokok bahasan. Sub pokok bahasan pertama

mencakup pengertian landasan pendidikan, jenis-jenis landasan pendidikan, dan fungsi

landasan pendidikan. Sub pokok bahasan kedua mencakup konsep hakikat manusia,

prinsip-prinsip antropologis mengenai keharusan pendidikan dan prinsip-prinsip

antroplogis mengenai kemungkinan pendidikan. Adapun sub pokok bahasan ketiga

berkenaan dengan implikasi konsep hakikat manusia terhadap pengertian pendidikan.

Setelah mempelajari BBM ini, Anda diharapkan memahami hakikat landasan

pendidikan, serta hakikat manusia dan implikasinya terhadap pendidikan. Untuk

mencapai tujuan tersebut, Anda perlu dapat melakukan hal-hal berikut:

Page 2: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 4

1. Menjelaskan pengertian landasan pendidikan.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis landasan pendidikan.

3. Menjelaskan fungsi landasan pendidikan bagi pendidik (guru).

4. Menjelaskan konsep hakikat manusia.

5. Mengidentifikasi prinsip-prinsip antropologis sebagai asumsi keharusan

pendidikan.

6. Mengidentifikasi prinsip-prinsip antropologis sebagai asumsi kemungkinan

pendidikan.

7. Mendeskripsikan implikasi konsep hakikat manusia terhadap pengertian

pendidikan.

Materi BBM disusun menjadi tiga kegiatan belajar sebagai berikut:

Kegiatan Belajar 1 : Landasan Pendidikan.

Kegiatan Belajar 2 : Manusia: Keharusan dan Kemungkinan Pendidikan.

Kegiatan Belajar 3 : Pengertian Pendidikan.

Petunjuk Belajar

Agar dapat memahami materi BBM ini dengan baik serta mencapai kompetensi

yang diharapkan, gunakan strategi belajar berikut ini:

1. Sebelum membaca BBM ini, pelajari terlebih dahulu glosarium pada akhir BBM yang

memuat istilah-istilah khusus yang digunakan dalam BBM ini.

2. Baca materi BBM dengan seksama, tambahkan catatan pinggir, berupa tanda tanya,

pertanyaan, konsep lain yang relevan, dll. sesuai pemikiran yang muncul. Dalam

menjelaskan suatu konsep atau asas, seringkali digunakan istilah dan diberikan contoh,

pahami hal tersebut sesuai konteks pembahasannya.

3. Terdapat keterkaitan antara materi sub pokok bahasan kesatu (kegiatan pembelajaran

satu) dengan materi sub pokok bahasan kedua (kegiatan pembelajaran kedua) dst.

Materi pada kegiatan pembelajaran kesatu berimplikasi terhadap materi kegiatan

pembelajaran kedua dst. Karena itu untuk menguasai keseluruhan materi BBM ini

Page 3: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 5

mesti dimulai dengan memahami secara berurutan materi BBM pada setiap sub pokok

bahasan yang disajikan pada kegiatan pembelajaran satu s.d. kegiatan pembelajaran

tiga secara berurutan.

4. Cermati dan kerjakan latihan yang diberikan. Dalam mengerjakan latihan tersebut,

gunakan pengetahuan yang telah Anda kuasai sebelumnya. Pengetahuan dan

penghayatan berkenaan dengan pengalaman hidup Anda sehari-hari akan dapat

membantu penyelesaian tugas.

5. Kerjakan tes formatif seoptimal mungkin, dan gunakan kunci jawaban untuk membuat

penilaian benar /tidaknya jawaban Anda.

6. Buat catatan khusus hasil diskusi dalam tutorial tatap muka untuk digunakan dalam

pembuatan tugas kuliah dan ujian akhir mata kuliah.

Page 4: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 6

Kegiatan Belajar 1

LANDASAN PENDIDIKAN

Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji tiga permasalahan pokok, yaitu

pengertian landasan pendidikan, jenis-jenis landasan pendidikan dan fungsi landasan

pendidikan. Kajian dalam pokok permasalahan pertama meliputi definisi landasan,

definisi pendidikan dan definisi landasan pendidikan. Kajian dalam pokok permasalahan

kedua meliputi empat jenis landasan pendidikan berdasarkan sumbernya, dan dua jenis

landasan pendidikan berdasarkan sifat isi asumsinya. Adapun kajian dalam pokok

permasalahan ketiga berkenaan dengan fungsi landasan pendidikan bagi pendidik (guru)

dalam melaksanakan peranannya. Dengan demikian, setelah mempelajari kegiatan belajar

ini, Anda akan dapat menjelaskan pengertian landasan pendidikan, dapat

mengidentifikasi jenis-jenis landasan pendidikan, dan dapat menjelaskan fungsi landasan

pendidikan bagi pendidik (guru).

1. Pengertian Landasan Pendidikan

Landasan. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:633), istilah landasan

diartikan sebagai alas, dasar atau tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar

dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami

bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu

atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.

Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang

bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang

bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fondasi bangunan

gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa dasar

Negara Indonesia yaitu Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun

1945; landasan pendidikan, dsb.

Dari contoh di atas telah Anda ketahui bahwa landasan pendidikan tergolong ke

dalam jenis landasan yang bersifat konseptual. Selanjutnya, mari kita kaji lebih lanjut

pengertian landasan yang bersifat konseptual tersebut. Landasan yang bersifat

Page 5: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 7

konseptual pada dasarnya identik dengan asumsi, yaitu suatu gagasan, kepercayaan,

prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar, yang dijadikan titik tolak

dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam rangka bertindak

(melakukan suatu praktik).

Pendidikan. Sebagaimana telah Anda maklumi melalui uraian pendahuluan,

pendidikan hakikatnya adalah upaya memanusiakan manusia (humanisasi). Sejalan

dengan makna pendidikan itu, maka pendidikan bertujuan untuk mewujudkan manusia

ideal atau manusia yang dicita-citakan sesuai nilai-nilai yang dianut. Manusia ideal yang

menjadi tujuan pendidikan bagi bangsa Indonesia adalah: “manusia yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,

dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Menyimak isi dan

makna tujuan pendidikan tersebut dapat difahami bahwa pendidikan bersifat normatif,

artinya pendidikan harus diarahkan kepada tujuan-tujuan yang baik dan harus

dilaksanakan dengan cara-cara yang dapat dipertanggungjawabkan. Pendidikan tidak

boleh dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara bijaksana.

Maksudnya, pendidikan harus dilaksanakan secara disadari dengan mengacu kepada

suatu landasan yang kokoh, sehingga jelas tujuannya, tepat isi kurikulumnya, serta efisien

dan efektif cara-cara pelaksanaannya. Implikasinya, maka dalam rangka pendidikan mesti

terdapat momen studi pendidikan dan momen praktik pendidikan.

Studi pendidikan dan Praktik Pendidikan. Studi pendidikan adalah kegiatan

seseorang atau sekelompok orang dengan tujuan untuk memahami sistem konsep

pendidikan. Contoh: mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan sedang membaca buku Sejarah

Pendidikan Indonesia. Para guru sedang melakukan konferensi kasus untuk mencari

pemecahan masalah bagi murid B yang sering membolos, dsb. Sedangkan praktik

pendidikan adalah kegiatan bersama yang dilakukan pendidik dan peserta didik dengan

tujuan agar peserta didik mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Contoh:

Berdasarkan hasil konferensi kasus, Pak Agus membimbing siswa B agar menyadari

kesalahannya dan memperbaiki diri sehingga tidak membolos lagi. Ibu Ani sedang

membelajarkan para siswanya mengenai sifat-sifat zat dengan menggunakan metode

demonstrasi, dsb. Coba Anda berikan contoh-contoh lainnya yang tergolong studi

pendidikan dan contoh-contoh lainnya yang tergolong praktik pendidikan.

Page 6: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 8

Hubungan Komplementer Studi dan Praktik Pendidikan. Sebagaimana

dikemukakan Redja Mudyahardjo (Odang Muchtar, 1991:12), terdapat hubungan

komplementer antara studi pendidikan dan praktik pendidikan. Hasil studi pendidikan

dapat dijadikan dasar bagi praktik pendidikan. Selain itu, hasil studi pendidikan dapat

dijadikan kriteria keberhasilan praktik pendidikan. Sebaliknya, Praktik Pendidikan dapat

menjadi sumber pelaksanaan studi pendidikan; dan selain itu, praktik pendidikan dapat

dijadikan sarana pengujian hasil studi pendidikan.

HUBUNGAN KOMPLEMENTER STUDI PENDIDIKAN DAN PRAKTiK PENDIDIKAN

Landasan Pendidikan. Telah diuraikan di muka, bahwa dalam pendidikan

mesti terdapat momen studi pendidikan dan momen praktik pendidikan. Melalui studi

pendidikan antara lain kita akan memperoleh pemahaman tentang landasan-landasan

pendidikan yang akan dijadikan titik tolak praktik pendidikan. Namun demikian, bahwa

landasan pendidikan sebagai hasil studi pendidikan tersebut juga dapat dijadikan titik

tolak dalam rangka studi pendidikan lebih lanjut. Berdasarkan uraian di atas dapat Anda

simpulkan, bahwa landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik

tolak dalam rangka praktik pendidikan dan/atau studi pendidikan lebih lanjut. Adapun

Page 7: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 9

secara ringkas dapat pula didefinisikan, bahwa landasan pendidikan adalah seperangkat

asumsi yang dijadikan titik tolak dalam rangka pendidikan.

2. Jenis-jenis Landasan Pendidikan

Asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak pendidikan berasal dari berbagai sumber.

Asumsi-asumsi tersebut dapat bersumber dari agama, filsafat, ilmu, dan hukum atau

yuridis. Berdasarkan sumbernya jenis landasan pendidikan dapat diidentifikasi dan

dikelompokkan menjadi: 1) landasan religius pendidikan, 2) landasan filosofis

pendidikan, 3) landasan ilmiah pendidikan, dan 4) landasan hukum/yuridis pendidikan.

Landasan Religius Pendidikan. Landasan religius pendidikan adalah asumsi-

asumsi yang bersumber dari ajaran agama yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh:

“Carilah ilmu sejak dari buaian hingga masuk liang lahat”; “Menuntut ilmu adalah fardlu

bagi setiap muslim”. Implikasinya, bagi setiap muslim bahwa belajar atau melaksanakan

pendidikan sepanjang hayat merupakan suatu kewajiban. Silakan Anda cari contoh

asumsi-asumsi yang lainnya yang bersumber dari ajaran agama yang Anda anut.

Landasan Filosofis Pendidikan. Landasan filosofis pendidikan adalah asumsi-

asumsi yang bersumber dari filsafat yang dijadikaan titik tolak pendidikan. Ada berbagai

aliran filsafat, antara lain: Idealisme, Realisme, Pragmatisme, Pancasila, dsb. Landasan

filosofis pendidikan tidaklah satu melainkan ragam sebagaimana ragamnya aliran filsafat.

Sebab itu, dikenal adanya landasan filosofis pendidikan Idealisme, landasan filsofis

pendidikan Pragmatisme, dsb. Contoh: Penganut Realisme antara lain berpendapat

bahwa ”pengetahuan yang benar diperoleh manusia melalui pengalaman atau

penginderaan”. Implikasinya, penganut Realisme mengutamakan metode mengajar yang

memberikan kesempatan kepada para siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui

pengalaman langsung (misal: melalui observasi, praktikum, dsb.) atau melalui

pengalaman tidak langsung (misal: melalui membaca laporan-laporan hasil penelitian,

dsb).

Selain tersajikan berdasarkan aliran-alirannya, landasan filosofis pendidikan dapat

pula disajikan berdasarkan tema-tema tertentu. Misalnya dalam tema: “Manusia sebagai

Animal Educandum” (M.J. Langeveld, 1980), Man and Education” (Frost, Jr., 1957), dll.

Landasan Ilmiah Pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan adalah asumsi-

Page 8: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 10

asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang dijadikan titik tolak pendidikan.

Sebagaimana Anda ketahui terdapat berbagai disiplin ilmu, seperti: psikologi, sosiologi,

ekonomi, antropologi, sejarah, dsb. Sebab itu, ada berbagai jenis landasan ilmiah

pendidikan, antara lain: landasan psikologi pendidikan, landasan sosiologi pendidikan,

landasan antropologi pendidikan, landasan histori pendidikan, dsb.

• Landasan psikologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-

kaidah psikologi yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Setiap individu

mengalami perkembangan secara bertahap, dan pada setiap tahap perkembangannya

setiap individu memiliki tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikannya”.

Implikasinya, pendidikan mesti dilaksanakan secara bertahap; tujuan dan isi

pendidikan mesti disesuaikan dengan tahapan dan tugas perkembangan peserta didik.

• Landasan sosiologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-

kaidah sosiologi yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Di dalam masyarakat

yang menganut stratifikasi sosial terbuka, terdapat peluang besar untuk terjadinya

mobilitas sosial. Adapun faktor yang memungkinkan terjadinya mobilitas sosial itu

antara lain bakat dan pendidikan”. Implikasinya, para orang tua rela berkorban

membiayai pendidikan anak-anaknya (dengan menyisihkan kebutuhan hidup

sekunder lainnya) agar kedudukan status sosial anak mereka dapat naik dalam

tingkatan anak tangga sosialnya.

• Landasan antropologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari

kaidah-kaidah antropologi yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: perbedaan

kebudayaan masyarakat di berbagai daerah (misalnya: sistem mata pencaharian,

bahasa, kesenian, dsb) mengimplikasikan perlu diberlakukannya kurikulum muatan

lokal.

• Landasan ekonomi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-

kaidah ekonomi yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Kalkulasi ekonomi

selalu berkenaan dengan modal, produksi, distribusi, persaingan, untung atau laba dan

rugi”. Implikasinya, pendidikan dipandang sebagai penanaman modal pada diri

manusia (human investment) untuk mempertinggi mutu tenaga kerja sehingga dapat

meningkatkan produksi. Selain itu, pemilihan sekolah atau jurusan oleh seseorang

akan ditentukan dengan mempertimbangkan kemampuan biaya/modal yang

Page 9: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 11

dimilikinya, prospek pekerjaan serta gaji yang mungkin diperolehnya setelah lulus

dan bekerja. Jika sekolah ingin laku (banyak memperoleh siswa), maka harus

mempunyai daya saing tinggi dalam hal prestasi.

• Landasan biologi pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-

kaidah biologi yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: “Dibanding dengan

khewan, manusia memiliki otak yang lebih besar sehingga ia mampu berpikir”.

Implikasinya, manusia memungkinkan untuk dididik.

• Landasan politik pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari kaidah-

kaidah politik yang dijadikan titik tolak pendidikan. Contoh: Pemerintahan otokrasi

mengimplikasikan manajemen pendidikan yang sentralistik.

• Landasan histori pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber dari

konsep dan praktek pendidikan masa lampau (sejarah) yang menjadi titik tolak

perkembangan pendidikan masa kini dan masa datang. Contoh: Semboyan “tut wuri

handayani” sebagai salah satu peranan yang harus dilaksanakan oleh para pendidik,

dan dijadikan semboyan pada logo Kementerian Pendidikan Nasional, adalah

semboyan dari Ki Hadjar Dewantara (Pendiri Perguruan Nasional Taman Siswa

pada tgl 3 Juli 1922 di Yogyakarta) yang disetujui hingga masa kini dan untuk masa

datang karena dinilai berharga.

• Landasan fisiologi pendidikan adalah asumsi-asumsi pendidikan yang bersumber

dari kaidah-kaidah fisiologi tentang manusia yang dijadikan titik tolak pendidikan.

Contoh: “kematangan organ-organ tubuh seperti fungsi otak, susunan syaraf, alat

dria, otot-otot, dsb. mendahului perkembangan kemampuan berpikir sebagai fungsi

jiwa. Implikasinya, isi pendidikan harus disesuaikan dengan masa peka, yaitu masa

kematangan organ-organ tubuh untuk dapat menerima pengaruh-pengaruh dari luar

secara efektif dalam meningkatkan kemampuan-kemampuan berpikir sebagai fungsi

kejiwaan.

Landasan Hukum/Yuridis Pendidikan. Landasan hukum/yuridis pendidikan

adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari peraturan perundangan yang berlaku, yang

dijadikan titik tolak dalam pendidikan. Contoh: Di dalam UU RI No. 20 Tahun 2003

Tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan: “Setiap warga negara yang berusia

tujuh sampai dengan lima belas tahun wajib mengikuti pendidikan dasar” (Pasal 6);

Page 10: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 12

“Setiap warga Negara yang berusia 6 tahun dapat mengikuti program wajib belajar”

(Pasal 34). Implikasinya, Kepala Sekolah Dasar atau panitia penerimaan siswa baru di SD

harus memprioritaskan anak-anak (pendaftar) berusia tujuh tahun untuk diterima

sebagai siswa daripada anak-anak yang baru mencapai usia enam tahun. Karena itu,

panitia penerimaan siswa baru perlu menyusun daftar urut anak (pendaftar) berdasarkan

usianya, baru menetapkan batas nomor urut pendaftar yang akan diterima sesuai kapasitas

yang dimiliki sekolah.

Upaya mengidentifikasi dan mengelompokkan jenis-jenis landasan pendidikan, di

samping dapat dilakukan berdasarkan sumbernya (sebagaimana telah Anda pahami dari

uraian di atas), dapat pula dilakukan berdasarkan sifat isi dari asumsi-asumsinya.

Berdasarkan sifat isi asumsi-asumsinya, landasan pendidikan dapat dibedakan menjadi

dua jenis, yaitu: 1) landasan deskriptif pendidikan dan 2) landasan preskriptif

pendidikan.

Landasan deskriptif pendidikan adalah asumsi-asumsi tentang kehidupan

manusia sebagai sasaran pendidikan apa adanya (Dasein) yang dijadikan titik tolak dalam

rangka pendidikan. Landasan deskriptif pendidikan umumnya bersumber dari hasil riset

ilmiah dalam berbagai disiplin ilmu. Sebab itu, landasan deskriptif pendidikan disebut

juga landasan ilmiah pendidikan atau landasan faktual pendidikan. Landasan deskriptif

pendidikan antara lain meliputi: landasan psikologi pendidikan, landasan biologi

pendidikan, landasan sosiologi pendidikan, landasan antropologi pendidikan, dsb.

Adapun landasan preskriptif pendidikan adalah asumsi-asumsi tentang kehidupan

manusia yang ideal/diharapkan/dicita-citakan (Das Sollen) yang disarankan menjadi titik

tolak studi pendidikan dan/atau praktik pendidikan. Landasan preskriptif pendidikan

antara lain meliputi: landasan filosofis pendidikan, landasan religius pendidikan, dan

landasan yuridis pendidikan.

3. Fungsi Landasan Pendidikan

Suatu gedung dapat berdiri tegak dan kuat apabila dinding-dindingnya, atapnya,

dsb. didirikan dengan bertumpu pada suatu landasan (fondasi) yang kokoh. Apabila

landasannya tidak kokoh, apalagi jika gedung itu didirikan dengan tidak bertumpu pada

fondasi atau landasan yang semestinya, maka gedung tersebut tidak akan kuat untuk

Page 11: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 13

dapat berdiri tegak. Mungkin gedung itu miring dan retak-retak, sehingga akhirnya

runtuh dan berantakan. Demikian pula pendidikan, pendidikan yang diselenggarakan

dengan suatu landasan yang kokoh, maka praktiknya akan mantap, benar dan baik, relatif

tidak akan terjadi kesalahan-kesalahan yang dapat merugikan, sehingga praktik

pendidikan menjadi efisien, efektif, dan relevan dengan kebutuhan individu, masyarakat

dan pembangunan.

Contoh: Dalam praktik pendidikan, para guru antara lain dituntut agar

melaksanakan peranan sesuai semboyan “tut wuri handayani”. Untuk itu, para guru

idealnya memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tersebut. Sebab jika

tidak, sekalipun tampaknya guru tertentu berbuat “seperti” melaksanakan peranan sesuai

semboyan tut wuri handayani, namun perbuatan itu tidak akan disadarinya sebagai

perbuatan untuk tut wuri handayani bagi para siswanya. Bahkan kemungkinan perbuatan

guru tersebut bertentangan dengan semboyan tersebut. Misalnya: guru kurang

menghargai bakat masing-masing siswa; semua siswa dipandang sama atau tidak

memiliki perbedaan individual; guru lebih sering mengatur apa yang harus diperbuat

siswa dalam rangka belajar, guru tidak menghargai kebebasan siswa; dll. Guru berperan

sebagai penentu perkembangan pribadi siswa, guru berperan sebagai pembentuk prestasi

siswa, guru berperan sebagai pembentuk untuk menjadi siapa para siswanya di kemudian

hari. Dalam contoh ini, semboyan tinggal hanya sebagai seboyan. Sekalipun guru hafal

betul semboyan tersebut, tetapi jika asumsi-asumsinya tidak dipahami dan tidak diyakini,

maka perbuatan dalam praktik pendidikannya tetap tidak bertitik tolak pada semboyan

tadi, tidak mantap, terjadi kesalahan, sehingga tidak efisien dan tidak efektif.

Sebaliknya, jika guru memahami dan meyakini asumsi-asumsi dari semboyan tut

wuri handayani (yaitu: kodrat alam dan kebebasan siswa), maka ia akan dengan sadar

dan mantap melaksanakan peranannya. Dalam hal ini ia akan relatif tidak melakukan

kesalahan. Misalnya: guru akan menghagai dan mempertimbangkan bakat setiap siswa

dalam rangka belajar, sekalipun para siswa memiliki kesamaan, tetapi guru juga

menghargai individualitas setiap siswa. Guru akan memberikan kesempatan kepada para

siswa untuk mengatur diri mereka sendiri dalam rangka belajar, guru menghargai

kebebasan siswa. Guru membimbing para siswa dalam rangka belajar sesuai dengan

kecepatan dan kapasitas belajarnya masing-masing, dll. Pendek kata, dengan bertitik

Page 12: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 14

tolak pada asumsi kodrat alam dan kebebasan yang dimiliki setiap siswa, maka perbuatan

guru dalam praktek pendidikannya bukan untuk membentuk prestasi belajar tanpa

mempertimbangkan bakat atau kecepatan dan kapasitas belajar masing-masing siswa;

bukan untuk membentuk siswa agar menjadi siapa mereka nantinya sesuai kehendak guru

belaka; melainkan membimbing para siswa dalam belajar sehingga mencapai prestasi

optimal sesuai dengan bakat, minat, kecepatan dan kapasitas belajarnya masing-masing;

memberikan kesempatan/kebebasan kepada siswa untuk mengembangkan diri sesuai

dengan kodrat alamnya masing-masing melalui interaksi dengan lingkungannya, dan

berdasarkan sistem nilai tertentu demi terwujudnya tertib hidupnya sendiri dan tertibnya

hidup bersama. Guru hanya akan “mengatur” atau mengarahkan siswa ketika siswa

melakukan kesalahan atau salah arah dalam rangka belajarnya.

Mengacu kepada urian di atas dapat kita simpulkan, bahwa landasan pendidikan

berfungsi sebagai titik tolak atau tumpuan bagi para pendidik (guru) dalam rangka

praktik pendidikan dan/atau studi pendidikan. Selain itu, landasan pendidikan memiliki

kegunaan untuk menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan baik dalam rangka praktik

maupun studi pendidikan.

Ada berbagai jenis landasan pendidikan yang perlu kita kaji, antara jenis landasan

pendidikan yang satu dengan jenis landasan pendidikan yang lainnya akan saling meleng-

kapi. Dalam rangka mempelajari landasan pendidikan, akan ditemukan berbagai asumsi

yang mungkin dapat kita sepakati. Sebaliknya, mungkin pula ditemukan berbagai asumsi

yang tidak dapat kita sepakati, miasalnya karena bertentangan dengan keyakinan atau

pendapat yang telah kita anut. Namun demikian, hal yang terakhir ini hendaknya tidak

dijadikan alasan sehingga kita tidak mau mempelajarinya. Sebab, semua itu justru

akan memperluas dan memperjelas wawasan kependidikan kita. Hanya saja kita mesti

pandai memilah dan memilih mana yang harus ditolak dan mana yang seharusnya

diterima, kita anut dan kita aplikasikan. Ini adalah salah satu peranan pelaku studi

landasan pendidikan, yaitu membangun landasan kependidikannya sendiri. Landasan

pendidikan yang dianut itulah yang akan berfungsi sebagai titik tolak dalam rangka

praktik pendidikan dan/atau studi pendidikan.

Page 13: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 15

Latihan:

Setelah selesai mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini, coba

Anda rumuskan:

1) Definisi landasan pendidikan.

2) Alasan tentang mengapa pendidikan perlu dilaksanakan dengan mengacu pada

suatu landasan yang kokoh.

3) Peta/bagan jenis-jenis landasan pendidikan.

Petunjuk Jawaban Latihan:

Untuk dapat menjawab tugas latihan nomor 1) Anda perlu mengingat kembali

konsep landasan dan konsep pendidikan. Untuk dapat menjawab tugas latihan nomor

2) Anda perlu mengacu kepada konsep tentang sifat normatif pendidikan yang harus

dilaksanakan secara bijaksana dan harus dapat dipertanggung jawabkan. Adapun

untuk dapat menjawab tugas latihan nomor 3) Anda perlu memahami jenis-jenis

landasan pendidikan, baik berdasarkan sumbernya maupun berdasarkan sifat isi

asumsi-asumsinya.

Rangkuman

Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam

rangka pendidikan.

Pendidikan bersifat normatif dan mesti dapat dipertangungjawabkan. Pendidikan

tidak boleh dilaksanakan secara sembarang, melainkan harus dilaksanakan secara

bijaksana. Sebab itu, sebelum melaksanakan praktik pendidikan, pendidik perlu terlebih

dahulu berpikir atau melakukan studi pendidikan agar memiliki kejelasan tentang

landasannya. Dengan demikian, maka pendidik akan memiliki kejelasan pula mengenai

tujuan, isi kurikulum, dan cara-cara pendidikan yang harus dilaksanakannya.

Berdasarkan sumbernya, jenis-jenis landasan pendidikan dapat dibedakan

menjadi: 1) landasan religius pendidikan, 2) landasan filosofis pendidikan, 3) landasan

ilmiah pendidikan, dan landasan hukum/yuridis pendidikan. Adapun Berdasarkan sifat isi

Page 14: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 16

asumsi-asumsinya, landasan pendidikan dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1)

landasan deskriptif pendidikan dan 2) landasan preskriptif pendidikan.

Landasan pendidikan yang dianut seseorang akan berfungsi sebagai titik tolak

dalam rangka praktik pendidikan yang diselenggarakannya. Selain itu, landasan

pendidikan berfungsi pula sebagai titik tolak dalam rangka studi pendidikan.

Tes Formatif 1

Jawablah semua soal di bawah ini dengan cara memberikan tanda silang pada salah satu identitas alternatif jawaban yang paling tepat.

1. Berbagai asumsi yang dijadikan titik tolak dalam pendidikan disebut …. A. landasan pendidikan. C. Studi pendidikan. B. praktik pendidikan. D. tujuan pendidikan. 2. Contoh perbuatan yang tergolong ke dalam praktik pendidikan adalah ….

A. Ibu Fatimah sedang membaca buku psikologi pendidikan. B. Ibu Heni dan pak Dadi berdiskusi tentang pengertian pendidikan. C. Pak Andi sedang mengajarkan konsep “ekosistem” kepada murid-muridnya. D. Pak Majid memikirkan cara terbaik untuk memotivasi belajar para muridnya.

3. Asumsi-asumsi tentang kehidupan manusia yang dicita-citakan/ideal yang dijadikan

titik tolak pendidikan tergolong ke dalam landasan …. A. deskriptif pendidikan C. ilmiah pendidikan. B. empiris pendidikan. D. preskriptif pendidikan.

4. Asumsi-asumsi yang bersumber dari hasil riset ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu dikenal pula sebagai landasan …. A. deskriptif pendidikan. C. religius pendidikan. B. filosofis pendidikan. D. yuridis pendidikan.

5. Salah satu landasan pendidikan yang tergolong ke dalam landasan preskriptif pendidikan adalah landasan …. A. antropologi pendidikan. C. psikologi pendidikan. B. filosofis pendidikan. D. sosiologi pendidikan.

6. Sila pertama Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, sebab itu pendidikan hendaknya betujuan agar peserta didik beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME. Ini adalah contoh landasan …. A. ilmiah pendidikan. C. fisiologis pendidikan. B. filosofis pendidikan. D. religius pendidikan.

7. “Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pendidikan” (Pasal 1 ayat 1 UUD RI 1945). Ini adalah contoh landasan ….

Page 15: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 17

A. ilmiah pendidikan. C. religius pendidikan. B. filosofis pendidikan. D. yuridis pendidikan.

8. Pendidikan harus disesuaikan dengan tahap dan tugas perkembangan siswa. Ini adalah contoh landasan …. A. antopologi pendidikan. C. ekonomi pendidikan. B. biologi pendidikan. D. psikologi pendidikan.

9. Berikut ini adalah alasan tentang perlunya pendidikan dilaksanakan atas dasar

landasan pendidikan yang kokoh, kecuali …. A. pendidikan adalah kegiatan yang alamiah. B. pendidikan hakikatnya bersifat normatif. C. pendidikan harus dapat dipertanggung jawabkan. D. pendidikan harus dilaksanakan secara bijaksana.

10. Dalam praktik pendidikan, landasan pendidikan berfungsi sebagai ….

A. isi kurikulum pendidikan. C. titik tolak pendidikan. B. proses pendidikan. D. tujuan pendidikan.

Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1 yang terdapat pada bagian akhir BBM ini. Hitung berapa jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1. Rumus :

Jumlah jawaban benar Tingkat Penguasaan = X 100 %

10 Kriteria Tingkat Penguasaan: 90 % - 100 % = Baik Sekali. 80 % - 89 % = Baik. 70 % - 79 % = Cukup.

< 69 % = Kurang.

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, silahkan Anda lanjutkan untuk mempelajari Kegiatan Belajar 2. Bagus ! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai.

Page 16: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 18

Kegiatan Belajar 2

MANUSIA: KEHARUSAN DAN KEMUNGKINAN PENDIDIKAN

Dalam kegiatan pembelajaran ini Anda akan mengkaji tiga permasalahan

pokok, yaitu tentang: (1) hakikat manusia, (2) keharusan pendidikan, dan (3)

kemungkinan pendidikan. Kajian dalam pokok permasalahan pertama meliputi asal-usul

manusia, wujud dan potensinya, serta berbagai dimensi kehidupannya. Kajian dalam

pokok permasalahan kedua berkenaan dengan prinsip-prinsip antropologis sebagai

asumsi bahwa manusia perlu dididik dan perlu mendidik diri. Adapun kajian dalam

pokok permasalahan ketiga berkenaan dengan prinsip-prinsip antropologis sebagai

asumsi bahwa manusia mungkin (dapat) dididik. Dengan demikian setelah mempelajari

kegiatan belajar ini Anda akan dapat menjelaskan tentang hakikat manusia, serta dapat

mengidentifikasi prinsip-prinsip antropologis sebagai asumsi keharusan dan

kemungkinan pendidikan.

1. Hakikat Manusia

a. Asal-usul Manusia

Pada saat-saat tertentu dalam perjalanan hidupnya, manusia mempertanyakan

tentang asal-usul alam semesta dan asal-usul keber-ada-an dirinya sendiri. Terdapat dua

aliran pokok filsafat yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut, yaitu

Evolusionisme dan Kreasionisme (J.D. Butler, 1968). Menurut Evolusionisme, manusia

adalah hasil puncak dari mata rantai evolusi yang terjadi di alam semesta. Manusia –

sebagaimana halnya alam semesta – ada dengan sendirinya berkembang dari alam itu

sendiri, tanpa Pencipta. Penganut aliran ini antara lain Herbert Spencer, Charles Darwin,

dan Konosuke Matsushita. Sebaliknya, Kreasionisme menyatakan bahwa asal usul

manusia – sebagaimana halnya alam semesta - adalah ciptaan suatu Creative Cause atau

Personality, yaitu Tuhan YME. Penganut aliran ini antara lain Thomas Aquinas dan Al-

Ghazali.

Memang kita dapat menerima gagasan tentang adanya proses evolusi di alam

semesta termasuk pada diri manusia, tetapi tentunya kita menolak pandangan yang

menyatakan adanya manusia di alam semesta semata-mata sebagai hasil evolusi dari alam

Page 17: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 19

itu sendiri, tanpa Pencipta. Penolakan ini terutama didasarkan atas keimanan kita

terhadap Tuhan YME sebagai Maha Pencipta. Adapun secara filosofis penolakan tersebut

antara lain didasarkan kepada empat argumen berikut ini:

1) Argumen ontologis: Semua manusia memiliki ide tentang Tuhan. Sementara itu,

bahwa realitas (kenyataan) lebih sempurna daripada ide manusia. Sebab itu, Tuhan

pasti ada dan realitas ada-Nya itu pasti lebih sempurna daripada ide manusia tentang

Tuhan.

2) Argumen kosmologis: Segala sesuatu yang ada mesti mempunyai suatu sebab.

Adanya alam semesta - termasuk manusia - adalah sebagai akibat. Di alam semesta

terdapat rangkaian sebab-akibat, namun tentunya mesti ada Sebab Pertama yang tidak

disebabkan oleh yang lainnya. Sebab Pertama adalah sumber bagi sebab-sebab yang

lainnya, tidak berada sebagai materi, melainkan sebagai "Pribadi" atau "Khalik".

3) Argumen Teleologis: Segala sesuatu memiliki tujuan (contoh: mata untuk melihat,

kaki untuk berjalan dsb.). Sebab itu, segala sesuatu (realitas) tidak terjadi dengan

sindirinya, melainkan diciptakan oleh Pengatur tujuan tersebut, yaitu Tuhan.

4) Argumen Moral: Manusia bermoral, ia dapat membedakan perbuatan yang baik dan

yang jahat, dsb. Ini menunjukkan adanya dasar, sumber dan tujuan moralitas. Dasar,

sumber, dan tujuan moralitas itu adalah Tuhan.

b. Wujud dan Potensi Manusia

Wujud Manusia. Menurut penganut aliran Materialisme – yaitu Julien de La

Mettrie – bahwa esensi manusia semata-mata bersifat badani, esensi manusia adalah

tubuh atau fisiknya. Sebab itu, segala hal yang bersifat kejiwaan, spiritual atau rohaniah

dipandangnya hanya sebagai resonansi dari berfungsinya badan atau organ tubuh.

Tubuhlah yang mempengaruhi jiwa. Contoh: Jika ada organ tubuh luka muncullah rasa

sakit. Pandangan hubungan antara badan dan jiwa seperti itu dikenal sebagai

Epiphenomenalisme (J.D. Butler, 1968).

Bertentangan dengan gagasan Julien de La Metrie, menurut Plato – salah

seorang penganut aliran Idealisme - bahwa esensi manusia bersifat kejiwaan/

spiritual/rohaniah. Memang Plato tidak mengingkari adanya aspek badan, namun

menurut dia jiwa mempunyai kedudukan lebih tinggi daripada badan. Jiwa berperan

Page 18: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 20

sebagai pemimpin badan, jiwalah yang mempengaruhi badan, karena itu badan

mempunyai ketergantungan kepada jiwa. Contoh: Pada saat berpuasa, jiwa

mengendalikan badan untuk tidak minum dan tidak makan, sekalipun kerongkongan

sudah kering dan perut keroncongan. Pandangan tentang hubungan badan dan jiwa

seperti itu dikenal sebagai Spiritualisme (J.D.Butler, 1968).

Rene Descartes mengemukakan pandangan lain lagi yang secara tegas bersifat

dualistik. Dalam pandangan filsafatnya, Descartes berpendapat bahwa esensi manusia

terdiri atas dua substansi, yaitu badan dan jiwa. Karena manusia terdiri atas dua substansi

yang berbeda (badan dan jiwa), maka antara keduanya tidak terdapat hubungan saling

mempengaruhi (S.E. Frost Jr., 1957). Namun demikian, lain lagi dalam pandangan

common sense-nya, Descartes mengakui adanya hubungan badan dan jiwa. Menurutnya

badan dan jiwa satu sama lain saling mempengaruhi. Pandangan demikian dikenal

sebagai paham Interaksionisme (Titus, dkk, 1959).

Paham Paralelisme menolak paham Interaksionisme. Paralelisme menyatakan

bahwa tidak ada hubungan saling mempengaruhi antara badan dan jiwa. Sekalipun dalam

pengalaman sehari-hari kita melihat dan merasakan kenyataan adanya keserasian antara

aspek badan dan kejiwaan, namun hal itu bukan berarti adanya saling mempengaruhi

antara keduanya. Melainkan, sebagaimana dikemukakan oleh Leibniz (1646-1716) bahwa

keserasian tersebut disebabkan karena sudah diciptakan sebelumnya oleh Tuhan.

Semua pandangan tentang wujud manusia serta hubungan antara badan dan jiwa

atau roh sebagaimana dikemuakakan di atas dibantah oleh E.F. Schumacher (1980).

Menurut Schumacher manusia adalah kesatuan dari yang bersifat badani dan rohani yang

secara prinsipal berbeda daripada benda, tumbuhan, hewan, maupun Tuhan. Sejalan

dengan ini Abdurahman Sholih Abdullah (1991) menegaskan: "meski manusia

merupakan perpaduan dua unsur yang berbeda, ruh dan badan, namun ia merupakan

pribadi yang integral".

Potensi Manusia. Sebagai kesatuan badani-rohani manusia hidup dalam ruang

dan waktu, memiliki kesadaran (consciousnesss), memiliki penyadaran diri (self-

awareness), mempunyai berbagai kebutuhan, instink, nafsu, serta mempunyai tujuan.

Manusia mempunyai potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME dan

potensi untuk berbuat baik, namun di samping itu karena hawa nafsunya ia pun memiliki

Page 19: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 21

potensi untuk berbuat jahat. Selain itu, manusia memiliki potensi untuk mampu berpikir

(cipta), potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan memiliki potensi

untuk berkarya. Adapun dalam eksistensinya manusia berdimensi individualitas/

personalitas, sosialitas, moralitas, keberbudayaan dan keberagamaan. Implikasi dari

semua itu, manusia memiliki historisitas, berinteraksi/berkomunikasi, dan memiliki

dinamika.

c. Dimensi-dimensi Manusia

1) Individualitas dan/atau personalitas

Dari uraian di atas telah Anda pahami bahwa manusia bukan hanya

badannya, bukan pula rohnya saja. Manusia adalah kesatuan yang tak dapat dibagi

antara aspek badani dan rohaninya, dst. Dalam kehidupan sehari-hari Anda pun

menyaksikan adanya perbedaan pada setiap orang, sehingga masing-masing bersifat

unik. Perbedaan ini berkenaan dengan postur tubuhnya, kemampuan berpikirnya,

minat, hobi, cita-citanya, dsb. Jika Anda bandingkan, manusia kembar siam sekalipun

tidak memiliki kesamaan dalam keseluruhannya bukan? Selain itu, karena setiap

manusia memiliki subjektivitas (ke-diri-sendirian), maka ia hakikatnya adalah pribadi,

ia adalah subjek. Sebagai pribadi atau subjek, setiap manusia bebas mengambil tindakan

atas pilihan serta tanggung jawabnya sendiri (otonom) untuk menandaskan

keberadaanya di dalam lingkungan. Dengan demikian dapat Anda simpulkan bahwa

manusia adalah individu artinya manusia adalah satu kesatuan yang tak dapat dibagi,

memiliki perbedaan dengan yang lainnya sehingga bersifat unik; Selain itu sebagai

pribadi, manusia itu adalah subjek yang otonom.

2) Sosialitas

Sekalipun setiap manusia adalah individual/personal, tetapi ia tidak hidup

sendirian, tak mungkin hidup sendirian, dan tidak mungkin hidup hanya untuk dirinya

sendiri, melainkan hidup pula dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam hidup

bersama dengan sesamanya (bermasyarakat), setiap individu menempati kedudukan

(status) tertentu, mempunyai dunia dan tujuan hidupnya masing-masing, namun demikian

sekaligus ia pun mempunyai dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan

Page 20: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 22

sesamanya. Melalui hidup dengan sesamanyalah manusia akan dapat mengukuhkan

eksistensinya. Sehubungan dengan ini Aristoteles menyebut manusia sebagai makhluk

sosial atau makhluk bermasyarakat (Ernst Cassirer, 1987).

Terdapat hubungan pengaruh timbal balik antara individu dengan

masyarakatnya. Ernst Cassirer menyatakan: “manusia takkan menemukan diri, manusia

takkan menyadari individualitasnya kecuali melalui perantaraan pergaulan sosial. Adapun

Theo Huijbers mengemukakan bahwa “dunia hidupku dipengaruhi oleh orang lain

sedemikian rupa, sehingga demikian mendapat arti sebenarnya dari aku bersama orang

lain itu” (Soerjanto P. dan K. Bertens,1983). Sebaliknya terdapat pula pengaruh dari

individu terhadap masyarakatnya. Masyarakat terbentuk dari individu-individu, maju

mundurnya suatu masyarakat akan tertentukan oleh individu-individu yang

membangunnya (Iqbal, 1978).

Karena setiap manusia adalah pribadi/individu, dan karena terdapat hubungan

pengaruh timbal balik antara individu dengan sesamanya, maka idealnya situasi

hubungan antara individu dengan sesamanya itu tidak merupakan hubungan antara subjek

dengan objek, melainkan subjek dengan subjek yang oleh Martin Buber disebut

hubungan I – Thou / Aku-Engkau (Maurice S. Friedman, 1954). Selain itu, hendaknya

terdapat keseimbangan antara individualitas dan sosialitas pada setiap manusia.

3) Keberbudayaan

Kebudayaan adalah “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik manusia dengan

belajar” (Koentjaraningrat, 1985). Ada tiga jenis wujud kebudayaan, yaitu: 1) sebagai

kompleks dari ide-ide, ilmu pengetahuan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan,

dsb.; 2) sebagai kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat; dan

3) sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Manusia memiliki inisiatif dan kreatif dalam menciptakan kebudayaan, ia hidup

berbudaya dan membudaya. Manusia menggunakan kebudayaan dalam rangka memenuhi

berbagai kebutuhannya atau untuk mencapai berbagai tujuannya. Di samping itu

kebudayaan menjadi milik manusia, menyatu dengan dirinya, ia hidup sesuai dengan

kebudayaannya. Karena itu, kebudayaan bukan sesuatu yang ada di luar manusia,

Page 21: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 23

melainkan meliputi perbuatan manusia itu sendiri. Bahkan manusia itu baru menjadi

manusia karena dan bersama kebudayaannya. Di dalam kebudayaan dan dengan

kebudayaan itu manusia menemukan dan mewujudkan diri. Berkenaan dengan ini Ernst

Cassirer menegaskan: "Manusia tidak menjadi manusia karena sebuah faktor di dalam

dirinyanya, seperti misalnya naluri atau akal budi, melainkan fungsi kehidupannya, yaitu

pekerjaannya, kebudayaannya. Demikianlah kebudayaan termasuk hakikat manusia (C.A.

Van Peursen, 1988).

Dari uraian di atas kiranya Anda telah memahami bahwa kebudayaan memiliki

fungsi positif bagi kemungkinan eksistensi manusia, namun demikian perlu dipahami

pula bahwa apabila manusia kurang bijaksana dalam mengembangkan dan/atau

menggunakannya, maka kebudayaan pun dapat menimbulkan kekuatan-kekuatan yang

mengancam eksistensi manusia. Dalam perkembangannya yang begitu cepat, sejak abad

yang lalu kebudayaan disinyalir telah menimbulkan krisis antropologis. Berkenaan

dengan ini Martin Buber mengemukakan contoh keterhukuman manusia oleh karyanya

sendiri: Manusia menciptakan mesin untuk melayani dirinya, tetapi akhirnya manusia

menjadi pelayan mesin. Demikian pula dalam bidang ekonomi, semula manusia

berproduksi untuk memenuhi kebutuhannya, tetapi akhirnya manusia tenggelam dan

dikuasai produksi (Ronald Gregor Smith, 1959).

Kebudayaan tidak bersifat statis, melainkan dinamis. Kodrat dinamika pada diri

manusia mengimplikasikan adanya perubahan dan pembaruan kebudayaan. Hal ini tentu

saja didukung oleh pengaruh kebudayaan masyarakat/bangsa lain terhadap kebudayaan

masyarakat tertentu, serta dirangsang pula oleh tantangan yang datang dari lingkungan.

Selain itu, mengingat adanya dampak positif dan negatif dari kebudayaan terhadap

manusia, masyarakat kadang-kadang terombang ambing diantara dua relasi

kecenderungan. Di satu pihak ada yang mau melestarikan bentuk-bentuk lama

(konservatif), sedang yang lain terdorong untuk menciptakan hal-hal baru (inovatif). Ada

pergolakan yang tak kunjung reda antara tradisi dan inovasi. Hal ini meliputi semua

kehidupan budaya (Ernst Cassirer, 1987).

4) Moralitas

Page 22: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 24

Eksistensi manusia memiliki dimensi moralitas. Manusia memiliki dimensi

moralitas sebab ia memiliki kata hati yang dapat membedakan antara baik dan jahat.

Adapun menurut Immanuel Kant disebabkan pada manusia terdapat rasio praktis yang

memberikan perintah mutlak (categorical imperative). Contoh: jika Anda meminjam

buku milik teman, rasio praktis atau kata hati Anda menyatakan bahwa buku itu wajib

dikembalikan. (S.E. Frost Jr., 1957; P.A. van der Weij, 1988). Sebagai subjek yang

otonom (memiliki kebebasan) manusia selalu dihadapkan pada suatu alternatif

tindakan/perbuatan yang harus dipilihnya. Adapun kebebasan untuk bertindak/berbuat

itu selalu berhubungan dengan norma-norma moral dan nilai-nilai moral yang juga harus

dipilihnya. Karena manusia mempunyai kebebasan memilih untuk bertindak/berbuat,

maka selalu ada penilaian moral atau tuntutan pertanggungjawaban atas setiap

perbuatannya.

5) Keberagamaan

Keberagamaan merupakan salah satu karakteristik esensial eksistensi manusia

yang terungkap dalam bentuk pengakuan atau keyakinan akan kebenaran suatu agama

yang diwujudkan dalam sikap dan perilakunya. Hal ini terdapat pada manusia manapun,

baik dalam rentang waktu (dulu-sekarang-akan datang), maupun dalam rentang geografis

dimana manusia berada.

Seperti telah Anda pahami, manusia memiliki potensi untuk mampu beriman dan

bertakwa kepada Tuhan YME. Di lain pihak, Tuhan pun telah menurunkan wahyu melalui

Utusan-utusanNya, dan telah menggelar tanda-tanda di alam semesta untuk dipikirkan oleh

manusia agar (sehingga) manusia beriman dan bertaqwa kepadaNya. Dalam keberagamaan ini

manusia dapat merasakan hidupnya menjadi bermakna. Ia memperoleh kejelasan tentang asal-

usulnya, dasar hidupnya, tata cara hidupnya, dan menjadi jelas pula ke mana arah tujuan

hidupnya.

6) Historisitas, Komunikasi/Interaksi dan Dinamika

Berbagai dimensi eksistensi manusia sebagaimana telah diuraikan terdahulu

mengimplikasikan bahwa eksistensi manusia memiliki dimensi historisitas,

komunikasi/interaksi, dan dinamika.

Page 23: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 25

Historisitas. Eksistensi manusia memiliki dimensi historisitas, artinya bahwa

keberadaan manusia pada saat ini terpaut kepada masa lalunya, ia belum selesai

mewujudkan dirinya sebagai manusia, dan ia mengarah ke masa depan untuk mencapai

tujuan hidupnya. Historisitas memiliki fungsi dalam eksistensi manusia. Historisitas turut

membangun eksistensi manusia. Sehubungan dengan ini Karl Jaspers menyatakan:

“Manusia harus tahu siapa dia tadinya, untuk menjadi sadar kemungkinan menjadi apa

dia nantinya. Masa lampaunya yang historis adalah faktor dasar yang tidak dapat

dihindarkan bagi masa depannya” (Fuad Hasan, 1973). Manusia telah melampaui masa

lalunya, adapun keberdaannya pada saat ini adalah sedang dalam perjalanan hidup,

perkembangan dan pengembangan diri. Sejak kelahirannya, manusia memang adalah

manusia, tetapi ia juga harus terus berjuang untuk hidup sesuai kodrat dan martabat

kemanusiaannya. Karena itu, ia "belum selesai" menjadi manusia, “belum selesai”

mengaktualisasikan diri demi mencapai tujuan hidupnya. Tujuan hidup manusia

mencakup tiga dimensi, yaitu (1) dimensi ruang (di sini - di sana, dunia - akhirat); (2)

dimensi waktu (masa sekarang - masa datang); (3) dimensi nilai (baik - tidak baik) sesuai

dengan agama dan budaya yang diakuinya (M.I. Soelaeman, 1988). Adapun esensi tujuan

hidup manusia tiada lain untuk mencapai keselamatan/kebahagiaan di dunia dan di

akhirat, atau untuk mendapatkan ridlo Tuhan YME.

Komunikasi atau Interaksi. Dalam rangka mencapai tujuan hidupnya,

manusia berinteraksi/berkomunikasi. Komunikasi/interaksi ini dilakukannya baik secara

vertikal, yaitu dengan Tuhannya; secara horizontal yaitu dengan alam dan sesama

manusia serta budayanya; dan bahkan dengan “dirinya sendiri". Demikianlah

interaksi/komunikasi tersebut bersifat multi dimensi.

Dinamika. N. Drijarkara S.J. (1986) menyatakan bahwa manusia mempunyai

atau berupa dinamika (manusia sebagai dinamika), artinya manusia tidak pernah berhenti,

selalu dalam keaktifan, baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Dinamika

mempunyai arah horisontal (ke arah sesama dan dunia) maupun arah transendental (ke

arah Yang Mutlak). Adapun dinamika itu adalah untuk penyempurnaan diri baik dalam

hubungannya dengan sesama, dunia dan Tuhan.

Manusia adalah subjek, sebab itu ia dapat mengontrol dinamikanya. Namun

demikian karena ia adalah kesatuan jasmani-rohani (yang mana ia dibekali nafsu),

Page 24: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 26

sebagai insan sosial, dsb., maka dinamika itu tidak sepenuhnya selalu dapat dikuasainya.

Terkadang muncul dorongan-dorongan negatif yang bertentangan dengan apa yang

seharusnya, kadang muncul pengaruh negatif dari sesamanya yang tidak sesuai dengan

kehendaknya, kadang muncul kesombongan yang tidak seharusnya diwujudkan, kadang

individualitasnya terlalu dominan atas sosialitasnya, dsb. Sehubungan dengan itu,

idealnya manusia harus secara sengaja dan secara prinsipal menguasai dirinya agar

dinamikanya itu betul-betul sesuai dengan arah yang seharusnya.

d. Eksistensi Manusia untuk Menjadi Manusia

Seperti telah dikemukakan di atas, manusia memiliki dimensi dinamika, sebab

itu eksistensi manusia bersifat dinamis. Bagi manusia bereksistensi berarti meng-ada-kan

dirinya secara aktif. Bereksistensi berarti merencanakan, berbuat dan menjadi.

Permasalahannya, manusia itu bereksistensi untuk menjadi siapa? Eksistensi manusia

tiada lain adalah untuk menjadi manusia. Inilah tugas yang diembannya. Tegasnya ia

harus menjadi manusia ideal (manusia yang diharapkan, dicita-citakan, atau menjadi

manusia yang seharusnya). Idealitas (keharusan, cita-cita/harapan) ini bersumber dari

Tuhan melalui ajaran agama yang diturunkanNya, bersumber dari sesama dan budayanya,

bahkan dari diri manusia itu sendiri. Coba Anda rumuskan, gambaran manusia ideal

menurut Tuhan atau agama yang Anda yakini; manusia ideal menurut

masyarakat/bangsa dan budayanya; dan manusia ideal menurut Anda sendiri!

Manusia ideal adalah manusia yang mampu mewujudkan berbagai potensinya

secara optimal, sehingga beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia,

sehat, cerdas, berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya; mampu memenuhi

berbagai kebutuhannya secara wajar, mampu mengendalikan hawa nafsunya;

berkepribadian, bermasyarakat dan berbudaya.

2. Keharusan Pendidikan: Manusia sebagai Makhluk yang Perlu Dididik dan Perlu

Mendidik Diri

Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian terdahulu, eksistensi manusia

terpaut dengan masa lalunya sekaligus mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan

hidupnya. Dengan demikian, manusia berada dalam perjalanan hidup, dalam

Page 25: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 27

perkembangan dan pengembangan diri. Ia adalah manusia tetapi sekaligus "belum

selesai" mewujudkan dirinya sebagai manusia. Ini adalah prinsip historisitas.

Bersamaan dengan hal di atas, dalam eksistensinya manusia mengemban tugas

untuk menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal merupakan gambaran manusia yang

dicita-citakan atau yang seharusnya. Sebab itu, sosok manusia ideal tersebut belum

terwujudkan melainkan harus diupayakan untuk diwujudkan. Ini adalah prinsip idealitas.

Permasalahannya, bagaimana mungkin manusia dapat menjadi manusia? Untuk

menjawab pertanyaan itu mari terlebih dahulu kita bandingkan sifat perkembangan

khewan dan sifat perkembangan manusia. Perkembangan khewan bersifat

terspesialisasi/tertutup. Contoh: kerbau lahir sebagai anak kerbau, selanjutnya ia hidup

dan berkembang sesuai kodrat dan martabat ke-kerbau-annya (mengkerbau/menjadi

kerbau). Pernahkan Anda menemukan anak kerbau yang berkembang menjadi serigala?

Mustahil bukan? Sebaliknya, perkembangan manusia bersifat terbuka. Manusia memang

telah dibekali berbagai potensi untuk mampu menjadi manusia, misalnya: potensi untuk

beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk dapat berbuat baik, potensi

cipta, rasa, karsa, dsb. Namun demikian setelah kelahirannya, bahwa potensi itu

mungkin terwujudkan, kurang terwujudkan atau tidak terwujudkan. Manusia mungkin

berkembang sesuai kodrat dan martabat kemanusiaannya (menjadi manusia), sebaliknya

mungkin pula ia berkembang ke arah yang kurang atau tidak sesuai dengan kodrat dan

martabat kemanusiaannya (kurang/tidak menjadi manusia). Contoh: Dalam kehidupan

sehari-hari, Anda pasti menemukan fenomena perilaku orang-orang yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhannya, orang-orang yang berperilaku sesuai dengan nilai dan norma

budaya masyarakatnya, dsb. Di samping itu Anda pun menyaksikan orang-orang yang

berperilaku kurang/tidak sesuai dengan perilaku manusia yang seharusnya, baik menurut

nilai dan norma agama maupun budayanya. Perilaku koruptor bak tikus kantor bukan?

Contoh lain dikemukakan Anne Rollet, ia melaporkan bahwa sampai tahun 1976 para

etnolog telah mencatat 60 anak-anak buas yang hidup bersama dan dipelihara oleh

binatang. Tidak diketahui bagaimana awal kejadiannya, yang jelas telah ditemukan

bahwa diantara ke-60 anak tersebut ada yang dipelihara oleh serigala, kijang, kera,

serigala, dsb. Anak-anak tersebut berperilaku tidak sebagaimana layaknya manusia,

melainkan bertingkah laku sebagaimana binatang yang memeliharanya. Mereka tidak

Page 26: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 28

berpakaian, agresif untuk menyerang dan menggigit, tidak dapat tertawa, ada yang tidak

dapat berjalan tegak, tidak berbahasa sebagaimana bahasanya manusia, dll. (Intisari,

No.160 Tahun ke XIII, November 1976:81-86). Demikianlah, perkembangan kehidupan

manusia bersifat terbuka atau serba mungkin. Inilah prinsip posibilitas/prinsip aktualitas.

Dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa berbagai kemampuan yang

seharusnya dilakukan manusia tidak di bawa sejak kelahirannya, melainkan harus

diperoleh setelah kelahirannya dalam perkembangan menuju kedewasaannya. Di satu

pihak, berbagai kemampuan tersebut diperoleh manusia melalui upaya bantuan dari pihak

lain . Mungkin dalam bentuk pengasuhan, pengajaran, latihan, bimbingan, dan berbagai

bentuk kegiatan lainnya yang dapat dirangkumkan dalam istilah pendidikan. Di lain

pihak, manusia yang bersangkutan juga harus belajar atau harus mendidik diri. Mengapa

manusia harus mendidik diri? Sebab, dalam bereksistensi yang harus menga-ada-

kan/menjadikan diri itu hakikatnya adalah manusia itu sendiri. Sebaik dan sekuat apa pun

upaya yang diberikan pihak lain (pendidik) kepada seseorang (peserta didik) untuk

membantunya menjadi manusia, tetapi apabila seseorang tersebut tidak mau mendidik

diri, maka upaya bantuan tersebut tidak akan memberikan konstribusi bagi kemungkinan

seseorang tadi untuk menjadi manusia. Lebih dari itu, jika sejak kelahirannya

perkembangan dan pengembangan kehidupan manusia diserahkan kepada dirinya

masing-masing tanpa dididik oleh orang lain dan tanpa upaya mendidik diri dari pihak

manusia yang bersangkutan, kemungkinannya ia hanya akan hidup berdasarkan

dorongan instingnya saja.

Manusia belum selesai menjadi manusia, ia dibebani keharusan untuk menjadi

manusia, tetapi ia tidak dengan sendirinya menjadi manusia, untuk menjadi manusia ia

perlu dididik dan perlu mendidik diri. "Manusia dapat menjadi manusia hanya melalui

pendidikan", demikian kesimpulan Immanuel Kant dalam teori pendidikannya

(Henderson, 1959). Pernyataan tersebut sejalan dengan hasil studi M.J. Langeveld yang

memberikan identitas kepada manusia dengan sebutan Animal Educandum (M.J.

Langeveld, 1980).

Berdasarkan uraian terdahulu dapat disimpulkan, bahwa manusia adalah makhluk

yang perlu didik dan perlu mendidik diri. Terdapat tiga prinsip antropologis yang menjadi

asumsi perlunya manusia mendapatkan pendidikan dan perlunya manusia mendidik diri,

Page 27: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 29

yaitu: (1) prinsip historisitas, (2) prinsip idealitas, dan (3) prinsip posibilitas/aktualitas.

3. Kemungkinan Pendidikan: Manusia sebagai Makhluk yang Dapat Dididik

Manusia perlu dididik dan perlu mendidik diri. Permasalahannya: apakah

manusia akan dapat dididik ? Prinsip-prinsip Antropologis apakah yang melandasinya?

Untuk menjawab permasalahan tersebut, Anda dapat mengacu kepada konsep hakikat

manusia sebagaimana telah diuraikan terdahulu (point 1). Berdasarkan itu dapat

ditemukan lima prinsip antropologis yang melandasi kemungkinan manusia akan dapat

dididik, yaitu : (1) prinsip potensialitas, (2). prinsip dinamika, (3) prinsip individualitas,

(4) prinsip sosialitas, dan (5) prinsip moralitas.

(1) Prinsip Potensialitas.

Pendidikan bertujuan agar seseorang menjadi manusia ideal. Sosok manusia ideal

tersebut antara lain adalah manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,

bermoral/berakhlak mulia, cerdas, berperasaan, berkemauan, mampu berkarya, dst.. Di

pihak lain, manusia memiliki berbagai potensi, yaitu: potensi untuk beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan YME, potensi untuk mampu berbuat baik, potensi cipta, rasa,

karsa, dan potensi karya. Sebab itu, manusia akan dapat dididik karena ia memiliki

potensi untuk menjadi manusia ideal.

(2) Prinsip Dinamika.

Ditinjau dari sudut pendidik, pendidikan diupayakan dalam rangka membantu

manusia (peserta didik) agar menjadi manusia ideal. Di pihak lain, manusia itu sendiri

(peserta didik) memiliki dinamika untuk menjadi manusia ideal. Manusia selalu aktif baik

dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya. Ia selalu menginginkan dan mengejar segala

hal yang lebih dari apa yang telah ada atau yang telah dicapainya. Ia berupaya untuk

mengaktualisasikan diri agar menjadi manusia ideal, baik dalam rangka

interaksi/komunikasinya secara horisontal maupun vertikal. Karena itu dinamika manusia

mengimplikasikan bahwa ia akan dapat didik.

(3) Prinsip Individualitas

Praktik pendidikan merupakan upaya membantu manusia (peserta didik) yang

antara lain diarahkan agar ia mampu menjadi dirinya sendiri. Dipihak lain, manusia

(peserta didik) adalah individu yang memiliki ke-diri-sendirian (subyektivitas), bebas dan

Page 28: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 30

aktif berupaya untuk menjadi dirinya sendiri. Sebab itu, individualitas mengimplikasikan

bahwa manusia akan dapat dididik.

(4) Prinsip Sosialitas

Pendidikan berlangsung dalam pergaulan (interaksi/komunikasi) antar sesama

manusia (pendidik dan peserta didik). Melalui pergaulan tersebut pengaruh pendidikan

disampaikan pendidik dan diterima peserta dididik. Telah Anda pahami, hakikatnya

manusia adalah makhluk sosial, ia hidup bersama dengan sesamanya. Dalam kehidupan

bersama dengan sesamanya ini akan terjadi huhungan pengaruh timbal balik di mana

setiap individu akan menerima pengaruh dari individu yang lainnya. Sebab itu, sosialitas

mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.

(5) Prinsip Moralitas

Pendidikan bersifat normatif, artinya dilaksanakan berdasarkan sistem norma

dan nilai tertentu. Di samping itu, pendidikan bertujuan agar manusia berakhlak mulia;

agar manusia berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang bersumber dari

agama, masyarakat dan budayanya. Di pihak lain, manusia berdimensi moralitas,

manusia mampu membedakan yang baik dan yang jahat. Sebab itu, dimensi moralitas

mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik.

Atas dasar berbagai asumsi di atas, jelas kiranya bahwa manusia akan dapat

dididik, sehubungan dengan ini M.J. Langeveld (1980) memberikan identitas kepada

manusia sebagai “Animal Educabile”. Dengan mengacu pada asumsi ini diharapkan kita

tetap sabar dan tabah dalam melaksanakan pendidikan. Andaikan saja Anda telah

melaksanakan upaya pendidikan, sementara peserta didik belum dapat mencapai tujuan

pendidikan yang diharapkan, Anda seyogyanya tetap sabar dan tabah untuk tetap

mendidiknya. Dalam konteks ini, Anda justru perlu introspeksi diri, barangkali saja

terjadi kesalahan-kesalahan yang Anda lakukan dalam upaya pendidikan tersebut,

sehingga peserta didik terhambat dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan.

Latihan:

Setelah selesai mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini, coba Anda rumuskan tentang: 1) hakikat manusia; 2) mengapa manusia perlu dididik dan perlu mendidik diri; dan 3) mengapa manusia dapat dididik.

Page 29: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 31

Petunjuk Jawaban Latihan: Untuk dapat menjawab tugas latihan nomor 1) Anda perlu mengingat kembali konsep asal usul manusia, wujud dan berbagai potensinya, serta berbagai dimensi eksistensinya. Untuk dapat menjawab tugas latihan nomor 2) Anda perlu mengingat kembali prinsip-prinsip keharusan pendidikan.Adapun untuk dapat menjawab tugas latihan nomor 3) Anda perlu mengingat kembali prinsip-prinsip kemungkinan pendidikan.

Rangkuman

Manusia adalah makhluk Tuhan YME, sebagai kesatuan badani-rohani manusia

hidup dalam ruang dan waktu, memiliki kesadaran (consciousnesss), memiliki

penyadaran diri (self-awareness), mempunyai berbagai kebutuhan, instink, nafsu, serta

mempunyai tujuan. Manusia mempunyai potensi untuk beriman dan bertaqwa kepada

Tuhan YME, memiliki potensi untuk berbuat baik dan jahat; memiliki potensi untuk

mampu berpikir (cipta), potensi berperasaan (rasa), potensi berkehendak (karsa), dan

potensi untuk berkarya. Dimensi eksistensi manusia meliputi individualitas/personalitas,

sosialitas, moralitas, keberbudayaan dan keberagamaan. Adapun semua itu,

mengimplikasikan dimensi historisitas, interaksi/komunikasi dan dinamika.

Perkembangan kehidupan khewan bersifat tertutup, sebaliknya perkembangan

kehidupan manusia bersifat terbuka (mungkin memanusia, mungkin kurang/tidak

memanusia). Sementara itu, manusia mengemban tugas untuk menjadi manusia.

Manusia akan dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan.

Manusia adalah makhluk yang perlu didik dan perlu mendidik diri. Prinsip

antropologis sebagai asumsinya yaitu: 1) prinsip historisitas, 2) prinsip idealitas, dan 3)

prinsip posibilitas/aktualitas.

Manusia adalah makhluk yang dapat dididik. Adapun asumsi yang

melandasinya adalah prinsip-prinsip antropologis sebagai berikut: 1) prinsip potensialitas,

2) prinsip dinamika, 3) prinsip sosialitas, 4) prinsip individualitas, dan 5) prinsip

moralitas.

Tes Formatif 2

Page 30: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 32

Jawablah semua soal di bawah ini dengan cara memberikan tanda silang pada salah satu identitas alternatif jawaban yang paling tepat. 1. Argumen kosmologis merupakan salah satu argumen filosofis yang mengakui bahwa

manusia adalah …. A. ciptaan Tuhan. C. kesatuan badan-ruh. B. hasil evolusi. D. makhluk berbudaya.

2. Kita mengakui bahwa manusia adalah kesatuan badani-ruhani, hal ini sejalan dengan gagasan dari …. A. E.F. Schumacher. C. Plato. B. Julien de La Mettrie D. Rene Descartes.

3. Manusia memiliki subjektivitas, unik, dan otonom. Ini adalah karakteristik dimensi …. A. keberbudayaan. C. personalitas. B. keberagamaan. D. sosialitas.

4. Manusia pada dasarnya makhluk bermoral. Ia dapat membedakan antara perbuatan baik dan jahat, karena ia memiliki …. A. insting. C. Hawa nafsu. B. perasaan. D. kata hati.

5. Eksistensi manusia pada saat ini terpaut kepada masa lalunya, ia belum selesai mewujudkan dirinya sebagai manusia, dan mengarah ke masa depan untuk mencapai tujuan hidupnya. Ini adalah makna dimensi …. A. historisitas. C. moralitas. B. individualitas. D. sosialitas.

6. Manusia selalu aktif meng-ada-kan diri kearah penyempurnaan diri. Ini adalah makna dimensi …. A. komunikasi. C. keberbudayaan. B. dinamika. D. keberagamaan.

7. Manusia adalah makhluk yang perlu dididik dan perlu mendidik diri. M.J. Langveld menyebutnya dengan istilah …. A. animal educabile. C. animal rasional. B. animal educandum. D. animal symbolicum.

8. Prinsip sosialitas mengimplikasikan bahwa manusia akan dapat dididik, sebab …. A. manusia merupakan subjek yang unik dan bebas atau otonom. B. manusia bergaul dengan sesamanya dan saling mempengaruhi. C. manusia dapat membedakan perbuatan yang baik dan jahat. D. manusia memiliki potensi cipta, rasa, karsa, dan karya.

9. Eksistensi manusia adalah untuk menjadi manusia. Ini tergolong kepada ….

Page 31: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 33

A. prinsip aktualitas. C. prinsip idealitas. B. prinsip sosialitas. D. prinsip potensialitas.

10. Berikut ini adalah prinsip-prinsip antropologis yang menjadi asumsi bahwa manusia perlu dididik, kecuali …. A. prinsip historisitas. C. prinsip aktualitas. B. prinsip idealitas. D. prinsip individualitas.

Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2 yang terdapat pada

bagian akhir BBM ini. Hitung berapa jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2. Rumus :

Jumlah jawaban benar Tingkat Penguasaan = X 100 %

10 Kriteria Tingkat Penguasaan: 90 % - 100 % = Baik Sekali. 80 % - 89 % = Baik. 70 % - 79 % = Cukup.

< 69 % = Kurang.

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, silahkan Anda lanjutkan untuk mempelajari Kegiatan Belajar 3. Bagus ! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai.

Page 32: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 34

Kegiatan Belajar 3

PENGERTIAN PENDIDIKAN

Dalam kegiatan belajar ini Anda akan mengkaji tiga permasalahan pokok, yaitu

pengertian pendidikan berdasarkan lingkupnya, pengertian pendidikan berdasarkan

pendekatan ilmiah dan pendekatan sistem, serta pengertian pendidikan berdasarkan

pendekatan Antropologi filosofis (implikasi dari pandangan tentang hakikat manusia

terhadap pendidikan). Kajian dalam pokok permasalahan pertama meliputi definisi dan

karakteristik pendidikan dalam arti luas dan sempit. Kajian dalam pokok permasalahan

kedua meliputi berbagai definisi atau konsep dalam ilmu-ilmu tertentu yang memiliki

makna pendidikan, dan pengertian pendidikan berdasarkan pendekatan sistem. Adapun

kajian dalam pokok permasalahan ketiga meliputi definisi serta karakteristik pendidikan

sebagai humanisasi. Dengan demikian setelah mempelajari kegiatan belajar ini Anda

akan dapat menjelaskan berbagai pengertian pendidikan, baik pengertian pendidikan

berdasarkan lingkupnya, yaitu: pengertian luas dan sempit; berbagai pengertian

pendidikan berdasarkan pendekatan ilmiah dan pendekatan sistem; serta pengertian

pendidikan sebagai humanisasi.

1. Pengertian Pendidikan berdasarkan Lingkupnya

a. Pendidikan dalam Arti Luas

Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup. Artinya, pendidikan adalah segala

pengalaman (belajar) di berbagai lingkungan yang berlangsung sepanjang hayat dan ber-

pengaruh positif bagi perkembangan individu. Contoh: Seorang anak tertarik dengan

nyala api yang membara, ia memegangnya dan merasakan panas. Berdasarkan

pengalaman itu, di hari-hari kemudian anak tersebut selalu berhati-hati apabila

mengahadapi atau menggunakan api. Contoh lain: Dengan maksud meningkatkan

kualitas diri, mahasiswa menuntut ilmu di suatu perguruan tinggi. Ketika terjadi suatu

bencana alam, seseorang menyadari dosa-dosa yang telah diperbuatnya, segera bertaubat

kepada Tuhannya, dan berupaya untuk tidak berbuat dosa lagi.

Berdasarkan contoh di atas Anda dapat memahami bahwa pendidikan

berlangsung dalam konteks hubungan manusia yang bersifat multi dimensi, baik dalam

hubungan manusia dengan sesama manusia dan budayanya, dengan alam, bahkan dengan

Page 33: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 35

Tuhannya.Dalam hubungan yang bersifat multi dimensi itu pendidikan berlangsung

melalui berbagai bentuk kegiatan, berbagai bentuk tindakan, dan berbagai peristiwa, baik

yang pada awalnya disengaja untuk pendidikan maupun yang tidak disengaja untuk

pendidikan. Sehubungan dengan ini Rupert S. Lodge menyatakan: "In the wider sense,

all experience is said to be educative . …. Everything we say, think, or do, educates us,

no less than what is said or done to us by other beings, animate or inanimate. In this

wider sense, life is education, and education is life" (Mohammad Noor Syam, 1984).

Dalam arti luas pendidikan berlangsung bagi siapa pun, kapan pun, dan dimana

pun. Pendidikan tidak terbatas pada penyekolahan (schooling) saja, bahkan pendidikan

berlangsung sejak lahir hingga meninggal dunia. Pendidikan berlangsung di berbagai

tempat atau lingkungan, baik di dalam keluarga, di sekolah maupun di dalam masyarakat.

Sebab itu, Mortimer J. Adler (1982) menyatakan bahwa: "education is lifelong process of

which schooling is only a small but necessary part ".

Disadari maupun tidak disadari pendidikan selalu diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu. Dalam arti luas, tujuan pendidikan terkandung dalam setiap pengalaman

belajar dan tidak ditentukan oleh pihak luar individu. Tujuan pendidikan adalah

pertumbuhan, jumlah tujuan pendidikan tidak terbatas. Tujuan pendidikan sama dengan

tujuan hidup (Redja Mudyahardjo, 2001).

b. Pendidikan dalam Arti Sempit

Menurut Rupert S. Lodge: "In the narrower sense, education becomes, in

practice identical with schooling, i.e. formal instruction under controlled conditions"

(Mohammad Noor Syam, 1984). Dalam arti sempit, pendidikan dalam prakteknya identik

dengan penyekolahan (schooling), yaitu pengajaran formal di bawah kondisi-kondisi

yang terkontrol.

Dalam arti sempit, pendidikan hanya berlangsung bagi mereka yang menjadi

siswa pada suatu sekolah atau mahasiswa pada suatu perguruan tinggi (lembaga

pendidikan formal). Pendidikan dilakukan dalam bentuk pengajaran (instruction) yang

terprogram dan bersifat formal. Pendidikan berlangsung di sekolah atau di dalam

lingkungan tertentu yang diciptakan secara sengaja dalam konteks kurikulum sekolah

yang bersangkutan.

Page 34: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 36

Lamanya pendidikan untuk setiap individu bervariasi, mungkin enam tahun,

sembilan tahun, dan bahkan mungkin kurang atau lebih dari itu sesuai dengan

kesempatan dan kemampuan biaya yang dimilikinya. Pendidikan mempunyai titik

terminal yang dapat diselesaikan dalam jangka waktu tertentu.

Dalam pengertian sempit, tujuan pendidikan ditentukan oleh pihak luar individu;

tujuan pendidikan terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu; tujuan

pendidikan adalah mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat (Redja

Mudyahardjo, 2001).

PERBANDINGAN PENGERTIAN PENDIDIKAN BERDASARKAN LINGKUPNYA

HAL

PENGERTIAN LUAS

PENGERTIAN SEMPIT

Definisi Pendidikan adalah hidup Pendidikan adalah schooling;

pengajaran formal yang terkontrol Tujuan Melekat dalam tujuan hidup

individu, tidak ditentukan dari luar individu

Terbatas pada pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu; mempersiapkan peserta didik untuk dapat hidup di masyarakat; ditentukan oleh pihak luar individu

Peserta Didik Siapapun siswa/mahasiswa Waktu Kapanpun; sepanjang hayat Waktu tertentu, terjadwal, memiliki

batas akhir /terminal Tempat Di mana pun Lembaga pendidikan formal dalam

berbagai bentuknya Pendidik Tidak terbatas pada pendidik

profesional (guru/dosen). Pendidik profesional (guru, dosen, dsb).

Bentuk Kegiatan Pendidikan

Berbagai kegiatan, peristiwa dan tindakan, baik yang pada awalnya dimaksudkan untuk pendidikan maupun tidak.

Pengajaran di bawah kondisi-kondisi yang terkontrol.

2. Pengertian Pendidikan berdasarkan Pendekatan Ilmiah dan Pendekatan Sistem a. Pengertian Pendidikan berdasarkan Pendekatan Ilmiah

Ada berbagai konsep hasil studi berbagai disiplin ilmu yang dipandang

memiliki makna pendidikan. Munculnya berbagai konsep tersebut disebabkan setiap

disiplin ilmu memiliki objek studi yang spesifik berkenaan dengan manusia.

Page 35: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 37

Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan dipandang identik dengan

sosialisasi yaitu suatu proses membantu generasi muda agar mampu menjadi anggota

masyarakat yang diharapkan. Hal ini sebagaimana didefinisikan oleh Emile Durkheim

(Jeane H. Ballantine,1985) bahwa: “Education is the influence exercised by adult

generations on those that are not yet ready for social life. It is object is to arouse and to

develop in the child a certain number of physical, intellectual and moral states which are

demanded of him by both the political society as a whole and the special milieu for which

he is specifically destined. (Pendidikan adalah pengaruh yang dilakukan oleh generasi

orang dewasa kepada mereka yang belum siap untuk melakukan kehidupan sosial.

Sasarannya adalah membangun dan mengembangkan sejumlah kondisi fisik, intelek, dan

moral pada diri anak sesuai dengan tuntutan masyarakat politis secara keseluruhan dan

oleh lingkungan khusus tempat ia akan hidup dan berada).

Berdasarkan pendekatanan antropologi, pendidikan dipandang identik dengan

enkulturasi atau pembudayaan, yaitu suatu proses dengan jalan mana seseorang menye-

suaikan diri kepada suatu kultur masyarakat dan mengasimilasikan nilai-nilainya.

Menurut Hansen enkulturasi mencakup "proses perolehan keterampilan bertingkah laku,

pengetahuan tentang standar-standar budaya, dan kode-kode perlambangan seperti bahasa

dan seni, motivasi yang didukung oleh kebudayaan, kebiasaan-kebiasaan menanggapi,

ideologi dan sikap-sikap" (Imran Manan. 1989).

Berdasarkan pendekatan ekonomi, pendidikan dipandang sebagai human

investment atau usaha penanaman modal pada diri manusia untuk mempertinggi mutu

tenaga kerja sehingga mempertinggi produksi barang dan/atau jasa. Sedangkan

berdasarkan tinjauan politik, pendidikan didefinisikan sebagai proses civilisasi, yaitu

"suatu upaya menyiapkan warga negara yang sesuai dengan aspirasi bangsa dan

negaranya" (Odang Muchtar, 1976).

Berdasarkan pendekatan biologi, pendidikan berarti proses adaptasi. Hal ini

sebagaimana didefinisikan oleh Horne bahwa pendidikan merupakan proses

"penyesuaian diri yang terbaik dari seseorang manusia yang sadar terhadap ling-

kungannya" (Redja Mudyahardjo, 1995). Sedangkan menurut pendekatan psikologi,

pendidikan identik dengan personalisasi, yaitu upaya membantu perubahan tingkah laku

individu untuk mencapai perkembangan optimal menjadi diri sendiri.

Page 36: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 38

Selanjutnya uraian berikut akan menjelaskan pengertian pendidikan berdasarkan

tinjauan pedagogik. M.J. Langeveld dalam bukunya "Beknopte Theoritische

Paedagogiek'' (Simajuntak, 1980) mengemukakan: "Pendidikan dalam artinya yang

hakiki, ialah pemberian bimbingan dan bantuan rohani kepada orang yang belum

dewasa". Pada bagian lain dalam bukunya tersebut, Langeveld juga menyatakan:

"mendidik berarti melakukan tindakan dengan sengaja untuk mencapai tujuan

pendidikan". Adapun menurutnya tujuan pendidikan itu adalah kedewasaan. Berdasarkan

pernyataan-pernyatan di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan adalah pendewasaan,

yaitu suatu upaya yang dilakukan secara sengaja oleh orang dewasa untuk membantu

anak atau orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaan.

Pendidikan berlangsung dalam pergaulan antara orang dewasa (pendidik)

dengan orang yang belum dewasa (anak didik) di dalam suatu lingkungan. Karena pen-

didikan merupakan upaya yang disengaja, maka pendidik tentunya memiliki tujuan

pendidikan. Adapun untuk mencapai tujuan tersebut, pendidik memilih isi pendidikan

(pengaruh) tertentu, dan menggunakan alat pendidikan tertentu pula. Dengan demikian

ada berbagai unsur yang terlibat dalam pendidikan. Unsur-unsur pendidikan yang

dimaksud adalah:

(1) Tujuan pendidikan.

(2) Pendidik.

(3) Anak Didik.

(4) Isi Pendidikan (kurikulum).

(5) Alat Pendidikan.

(6) Lingkungan Pendidikan.

Menurut M. J. Langeveld, pendidikan baru terjadi ketika anak telah mengenal

kewibawaan. Adapun syarat anak mengenal kewibawaan adalah kemampuan anak dalam

memahami bahasa. Dengan demikian batas bawah pendidikan atau saat pendidikan

dapat mulai berlangsung yakni ketika anak mengenal kewibawaan. Sedangkan batas atas

pendidikan atau saat akhir pendidikan adalah ketika tujuan pendidikan telah tercapai,

yaitu kedewasaan. Bila anak belum mengenal kewibawaan, pendidikan belum dapat

dilaksanakan. Dalam keadaan anak seperti ini, yang dapat dilaksanakan adalah pra

pendidikan atau pambiasaan. Sedangkan apabila anak telah mencapai kedewasaan,

Page 37: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 39

yang mungkin terjadi adalah bildung atau pengembangan diri sendiri. Sehubungan

dengan itu, dalam kegiatan pra pendidikan (pembiasaan) dan atau dalam praktek

pendidikan yang dilakukan oleh pendidik dengan anak yang belum dewasa, tanggung

jawab pendidikan terletak pada diri pendidik. Sedangkan dalam bildung, tanggung jawab

terletak pada orang dewasa yang melaksanakan bildung tersebut.

b. Pengertian Pendidikan Berdasarkan Pendekatan Sistem

Berdasarkan pendekatan sistem, pendidikan dapat didefinisikan sebagai suatu

keseluruhan yang terdiri atas sejumlah komponen yang saling berhubungan secara

fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan (mentransformasi input menjadi

out put).

Sistem pendidikan merupakan salah satu sistem dari sejumlah sistem lainnya

(seperti sistem ekonomi, sistem politik, dsb.) yang berada di dalam suatu supra sistem

(masyarakat). Sistem pendidikan juga merupakan sistem buatan manusia yang bersifat

terbuka, artinya sistem yang sengaja diciptakan manusia dengan mengambil input dari

masyarakat dan memberikan out put-nya kepada masyarakat. Sebab itu, antara sistem

pendidikan dengan sistem lainnya yang ada di dalam masyarakat akan saling

mempengaruhi.

Menurut P.H. Coombs (Odang Muchtar, 1976), ada tiga jenis sumber input dari

masyarakat bagi sistem pendidikan, yaitu :

1) ilmu pengetahuan, nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang berlaku di dalam masyarakat;

2) penduduk serta tenaga kerja yang berkualitas;

3) ekonomi atau penghasilan masyarakat.

Dari ketiga jenis sumber input di atas itulah komponen-komponen sistem

pendidikan dibangun, adapun komponen sistem pendidikan tersebut meliputi:

1) Tujuan dan prioritas.

Komponen ini berfungsi untuk mengarahkan semua kegiatan sistem.

2) Siswa atau peserta didik.

Komponen ini berfungsi untuk belajar atau menjalani proses pendidikan.

3) Pengelolaan atau management.

Page 38: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 40

Komponen ini berfungsi mengkoordinasikan, mengarahkan dan menilai sistem

pendidikan.

4) Struktur dan jadwal.

Komponen ini berfungsi mengatur waktu dan pengelompokan siswa menurut tujuan-

tujuan tertentu.

5) Isi atau kurikulum.

Komponen ini berfungsi sebagai bahan atau apa yang harus dipelajari siswa.

6) Guru atau pendidik.

Komponen ini berfungsi membantu menyediakan bahan dan menyelenggarakan

kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk siswa.

7) Alat bantu belajar.

Komponen ini berfungsi agar KBM menjadi lebih menarik, bervariasi dan mudah.

8) Fasilitas.

Komponen ini berfungsi menyediakan tempat untuk terjadinya kegiatan belajar

mengajar (KBM).

9) Teknologi.

Komponen ini berfungsi untuk memperlancar KBM.

10) Kontrol kualitas.

Komponen ini berfungsi membina sistem peraturan dan kriteria pendidikan.

11) Penelitian.

Komponen ini berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan, penampilan sistem,

dan hasil kerja sistem.

12) Biaya.

Komponen ini berfungsi sebagai petunjuk tingkat efisiensi sistem pendidikan.

Menurut Rakhmat W., komponen siswa tergolong raw input (masukan mentah),

sedangkan komponen lainnya seperti guru, kurikulum, dsb. tergolong instrumental input

(Odang Muchtar, 1976). Input lain yang turut mempengaruhi sistem pendidikan adalah

environmental input yang antara lain berupa faktor sosial budaya, keamanan lingkungan,

dsb.

Di dalam sistem pendidikan berlangsung suatu proses pendidikan. Proses ini pada

dasarnya merupakan interaksi fungsional antar berbagai komponen pendidikan dalam

Page 39: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 41

rangka mencapai tujuan pendidikan atau mentransformasi raw input (siswa) menjadi out

put pendidikan, adapun out put pendidikan adalah manusia terdidik.

3. Pendidikan sebagai Humanisasi

Melalui uraian pada bagian 1 dan 2 dalam kegiatan belajar 3 ini Anda telah

mengkaji beberapa pengertian pendidikan. Dalam uraian berikut mari kita kaji lebih

lanjut tentang pendidikan sebagai humanisasi yang merupakan implikasi gagasan

filosofis tentang hakikat manusia terhadap pendidikan.

Definisi Pendidikan. Telah Anda pahami bahwa manusia adalah makhluk yang

perlu dididik dan sebagai makhluk yang dapat dididik. Di pihak lain telah Anda pahami

pula bahwa eksistensi manusia adalah untuk menjadi manusia. Inilah keharusannya,

sebagaimana dinyatakan Karl Japers bahwa: “to be a man is to become a man” / ada

sebagai manusia adalah menjadi manusia (Fuad Hasan, 1973). Adapun manusia akan

dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Implikasinya maka pendidikan tiada

lain adalah humanisasi (upaya memanusiakan manusia).

Sasaran Pendidikan. Konsep hakikat manusia sebagai kesatuan yang serba

dimensi dan terintegrasi sebagaimana telah Anda pahami melalui kegiatan pembelajaran

2, mengimplikasikan bahwa sasaran pendidikan bukan aspek badaniahnya saja dari

manusia, bukan pula aspek kejiwaannya saja. Sasaran pendidikan bukan aspek

kemampuan berpikirnya saja, bukan hanya dimensi individulitasnya, atau dimensi

sosialitasnya saja, dst. Sasaran pendidikan hakikatnya adalah manusia sebagai

kesatuan yang terintegrasi. Jika tidak demikian, pendidikan tidak akan dapat membantu

kita demi mewujudkan (mengembangkan) manusia seutuhnya. Contoh: Pada dasarnya

setiap manusia telah menerima/mengecap pendidikan. Tetapi dalam kehidupan ini kita

menemukan fenomena bahwa diantara orang-orang yang bermata dan bertelinga yang

secara fisik adalah sehat, namun ternyata mereka tak “melihat” dan tak “mendengar”.

Ada diantara kalangan orang pintar yang memiliki segudang ilmu pengetahuan dan

keterampilan, tetapi ternyata mereka hidup tidak/kurang bermoral, tidak/kurang

berperasaan, dsb. Terdapat orang-orang yang hanya mementingkan dirinya saja tanpa

peduli terhadap sesamanya. Terdapat pula orang-orang yang hidup terombang-ambing

karena hanya mengikuti perkembangan masyarakat dan kebudayaannya saja, tanpa

Page 40: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 42

memiliki kepribadian yang mantap. Terdapat orang-orang yang berkarya hanya untuk

memuaskan nafsunya saja, atau hanya demi kehidupan dunianya saja tanpa arah tujuan

untuk kehidupan akhiratnya. Berbagai gejala itu dapat terjadi antara lain karena kesalahan

konsep tentang hakikat manusia sehingga sasaran pendidikannya tidak berkenaan dengan

manusia secara utuh.

Tujuan dan Fungsi Pendidikan. Pendidikan diupayakan dengan berawal dari

manusia apa adanya (aktualitas) dengan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang

ada padanya (potensialitas), dan diarahkan menuju terwujudnya manusia yang

seharusnya/dicita-citakan (idealitas). Mengacu pada konsep hakikat manusia

sebagaiamana telah Anda pelajari dalam kegiatan pembelajaran 2, maka sosok manusia

yang dicita-citakan atau yang menjadi tujuan pendidikan itu tiada lain adalah manusia

yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, cerdas,

berperasaan, berkemauan, dan mampu berkarya; mampu memenuhi berbagai

kebutuhannya secara wajar, mampu mengendalikan hawa nafsunya; berkepribadian,

bermasyarakat dan berbudaya. Implikasinya, pendidikan harus berfungsi untuk

mewujudkan (mengembangkan) berbagai potensi yang ada pada manusia dalam konteks

dimensi keberagamaan, moralitas, individualitas/personalitas, sosialitas, dan

keberbudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi.

Sifat/karakteristik Pendidikan. Pendidikan diarahkan menuju terwujudnya

manusia ideal, sebab itu pendidikan bersifat normatif. Implikasinya, sesuatu tindakan

dapat digolongkan ke dalam upaya pendidikan apabila tindakan itu diarahkan menuju

terwujudnya manusia ideal. Selain itu, materi dan cara-cara pendidikannya pun perlu

dipilih atas dasar asumsi tentang hakikat manusia dan tujuan pendidikan yang diturunkan

daripadanya. Apabila sebaliknya maka tindakan tersebut tidak dapat digolongkan sebagai

upaya pendidikan. Contoh: (1) Guru melihat murid bernama X membuang sampah tidak

pada tempatnya. Dengan tujuan agar si X mampu hidup bersih dan sehat, maka guru

memberikan wejangan kepada si X supaya membiasakan diri membuang sampah pada

tempatnya. (2) Guru membiarkan murid-muridnya menyontek pada waktu ujian.

Tindakan guru pada contoh no (1) sesuai dengan nilai dan norma yang di anut, sebab itu

merupakan upaya pendidikan. Sebaliknya, tindakan guru pada contoh no. (2) tidak sesuai

dengan nilai baik yang kita anut dan melanggar norma, sebab itu tidak tergolong sebagai

Page 41: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 43

upaya pendidikan.

Sebagai humanisasi, pendidikan mengandung pengertian yang sangat luas.

Karena itu, berbagai pengertian pendidikan sebagaimana telah dikemukakan terdahulu

hendaknya tidak dipahami secara parsial. Pendidikan hendaknya tidak direduksi menjadi

sebatas pengajaran saja. Pengajaran memang tergolong ke dalam salah satu bentuk upaya

bantuan yang diberikan kepada peserta didik, tetapi upaya ini terbatas hanya dalam

rangka untuk menguasai dan mengembangkan pengetahuan semata. Pendidikan jangan

direduksi menjadi sebatas latihan saja, sebab latihan hanya diarahkan dalam rangka

menguasai keterampilan saja. Pendidikan jangan pula direduksi menjadi hanya sebatas

sosialisasi, enkulturasi saja, personalisasi saja, human investment atau untuk

menghasilkan tenaga kerja saja, dst. Sebagai humanisasi pendidikan seyogyanya

meliputi berbagai bentuk kegiatan dalam upaya mengembangkan berbagai potensi

manusia dalam konteks dimensi keberagamaan, moralitas, individualitas/personalitas,

sosialitas, dan keberbudayaan secara menyeluruh dan terintegrasi. Sebab itu pula,

pendidikan adalah bagi siapa pun, berlangsung di mana pun, melalui berbagai bentuk

kegiatan, dan kapan pun (sepanjang hayat). Ini berarti pula bahwa pendidikan perlu

dilaksanakan pada setiap tahap perkembangan manusia. Pentingnya pendidikan bukan

hanya pada masa kanak-kanak saja, melainkan sejak dini hingga meninggal dunia.

Prinsip sosialitas mengimplikasikan bahwa pendidik mempunyai kemungkinan

untuk dapat mempengaruhi peserta didik. Namun demikian, humanisasi bukanlah

pembentukan peserta didik atas dasar kehendak sepihak dari pendidik. Peserta didik

bukanlah objek yang harus dibentuk oleh pendidik. Alasannya, bahwa peserta didik

hakikatnya adalah subjek yang otonom. Kita harus menyadari prinsip

individualitas/personalitas ini. Sesuai dengan prinsip ini bahwa yang berupaya

mewujudkan potensi kemanusiaan itu adalah peserta didik sendiri. Bahwa yang berupaya

meng-ada-kan atau mengaktualisasikan diri itu hakikatnya adalah peserta didik sendiri.

Sekuat apapun upaya yang dilakukan pendidik, apabila dilakukan dengan melanggar

prinsip individualitas/personalitas dari peserta didik, maka upaya itu tidak/sulit untuk

dapat diterima oleh peserta didik. Implikasinya, peranan pendidik bukanlah membentuk

peserta didik, melainkan membantu peserta didik untuk mewujudkan dirinya dengan

mengacu kepada semboyan ingarso sung tulodo (memberikan teladan), ing madya

Page 42: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 44

mangun karso (membangkitkan semangat, kemauan), dan tut wuri andayani

(membimbing/memimpin).

Sifat pendidikan yang normatif dan dimensi moralitas mengiplikasikan bahwa

pendidikan hanyalah bagi manusia, tidak ada pendidikan bagi khewan. Manusia dididik

untuk menjadi manusia yang baik, berperilaku baik atau berakhlak mulia . Di pihak lain,

manusia memiliki potensi untuk mampu berbuat baik, ia dibekali kata hati untuk dapat

membedakan perbuatan baik dan jahat. Sebab itu, manusia akan mungkin dididik untuk

tujuan tadi. Sementara khewan tidak memiliki kemampuan untuk membedakan

baik/tidak baiknya suatu perbuatan, tingkah laku khewan tidak dapat dinilai baik ataupun

jahat. Sebab itu, istilah dan makna pendidikan tidak berlaku untuk khewan.

Latihan:

Setelah selesai mempelajari uraian materi pada kegiatan belajar ini, coba Anda

tuliskan kembali tentang: 1) perbedaan antara pendidikan dalam arti luas dan dalam

arti sempit; 2) Definisi pendidikan menurut sudut pandang berbagai disiplin ilmu

tertentu.; 3) asumsi yang menjadi alasan bahwa sebagai humanisasi pendidikan

bukanlah pembentukan manusia.

Petunjuk Jawaban Latihan: Untuk dapat menjawab tugas latihan nomor 1) Anda perlu mengingat kembali

karakteristik pendidikan dalam arti luas dan dalam arti sempit. Untuk dapat menjawab

tugas latihan nomor 2) Anda perlu mengacu kepada konsep sosialisasi, enkulturasi,

adaptasi, personalisasi, human investment dst.Adapun untuk dapat menjawab tugas

latihan nomor 3) Anda perlu mengacu kepada konsep tentang manusia sebagai subjek

yang otonom (dimensi individulitas/personalitas).

Page 43: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 45

Rangkuman

Dalam arti luas, pendidikan adalah hidup, sedangkan dalam arti sempit identik

dengan schooling. Kedua pengertian pendidikan tersebut memiliki karakteristik

masing-masing. Berdasarkan pendekatan ilmiah, ada beberapa konsep/istilah yang

dipandang mengandung makna identik dengan pendidikan, yaitu: sosialisasi,

enkulturasi, civilisasi, adaptasi, individualisasi/personalisasi, human investment dsb.

Sedangkan menurut sudut pandang pedagogik pendidikan diartikan sebagai upaya sadar

yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak untuk mecapai kedewasaan

(pendewasan). Adapun berdasarkan pendekatan sistem, pendidikan didefinisikan

sebagai keseluruhan terpadu dari berbagai komponen yang saling berinteraksi dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan. Adanya keragaman pengertian pendidikan

merupakan bukti adanya berbagai pihak yang menaruh perhatian terhadap pendidikan,

ini tiada lain mengingat begitu pentingnya pendidikan dalam rangka eksisitensi

manusia. Tetapi berbagai pengertian pendidikan tersebut hendaknya tidak kita pahami

secara parsial, berbagai pengertian tersebut pada dasarnya saling melengkapi

mengingat pendidikan itu hakikatnya adalah humanisasi.

Tes Formatif 3

Jawablah semua soal di bawah ini dengan cara memberikan tanda silang pada salah satu identitas alternatif jawaban yang paling tepat.

1. Dalam arti sempit, pelaksanaan pendidikan identik dengan …. A. learning. C. schooling. B. counseling. D. training.

2. Karakteristik pendidikan dalam arti luas adalah …. A. berbentuk kegiatan belajar-mengajar yang terkontrol dan formal. B. dilaksanakan oleh siapapun dan berlangsung sepanjang hayat. C. pendidiknya adalah tenaga profesional (guru atau dosen). D. Tujuan pendidikannya dirumuskan pihak luar individu/peserta didik

3. Berdasarkan pendekatan sosiologi, pendidikan identik dengan …. A. adaptasi. C. sosialisasi. B. enkulturasi. D. personalisasi.

Page 44: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 46

4. Pendidikan adalah upaya sadar yang dilakukan orang dewasa dalam membantu anak agar mencapai kedewasaan. Ini adalah definisi pendidikan berdasarkan pendekatan ….

A. antropologi. C. andragogik. B. psikologi. D. pedagogik. 5. Raw input (input mentah) bagi sistem pendidikan adalah …. A. murid. C. guru. B. fasilitas. D. kurikulum. 6. Berdasarkan pendekatan sistem, interaksi antar komponen sistem pendidikan dalam

rangka mencapai tujuan pendidikan merupakan …. A. input lingkungan pendidikan. C. proses pendidikan. B. input alat pendidikan. D. out put pendidikan. 7. Menurut pendekatan sistem, komponen pendidikan yang berfungsi membantu

menyediakan bahan dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk siswa adalah …. A. guru/pendidik. C. alat bantu belajar. B. isi pendidikan/kurikulum. D. pengelolaan/management.

8. Eksistensi manusia adalah untuk menjadi manusia, manusia dapat menjadi manusia hanya melalui pendidikan. Implikasinya hakikat pendidikan adalah …. A. enkulturasi. C. sosialisasi. B. civilisasi. D. humanisasi.

9. Pendidikan bersifat normatif, sebab tujuan pendidikan diarahkan untuk terwujudnya manusia sesuai dengan …. A. aktualitasnya. C. potensialitasnya. B. idealitasnya. D. historisitasnya.

10 Sebagai humanisasi, pendidikan bukan berarti pembentukan manusia (peserta didik)

oleh manusia lainnya (pendidik). Sebab asumsinya bahwa manusia (peserta didik) itu adalah …. A. pribadi yang otonom dalam meng-ada-kan dirinya. B. pribadi yang perkembangnnya telah terspesialisasi C. makhluk bermoral yang dapat membedakan baik dan jahat. D. makhluk sosial yang dapat saling mempengaruhi.

Balikan dan Tindak Lanjut

Cocokan jawaban Anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 3 yang terdapat pada bagian akhir BBM ini. Hitung berapa jawaban Anda yang benar, kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar3.

Page 45: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 47

Rumus :

Jumlah jawaban benar Tingkat Penguasaan = X 100 %

10 Kriteria Tingkat Penguasaan: 90 % - 100 % = Baik Sekali. 80 % - 89 % = Baik. 70 % - 79 % = Cukup.

< 69 % = Kurang.

Apabila Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, silahkan Anda lanjutkan untuk mempelajari BBM 2. Bagus ! Akan tetapi apabila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, maka Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar 3 ini, terutama bagian-bagian yang belum Anda kuasai.

Kunci Jawaban

Tes Formatif 1:

1. A. Landasan pendidikan adalah seperangkat asumsi yang dijadikan titik tolak dalam

rangka pendidikan.

2. C. Alternatif jawaban A, B dan D merupakan contoh studi pendidikan.

3. D. Landasan preskriptif pendidikan adalah asumsi-asumsi tentang kehidupan

manusia yang dicita-citakan (ideal) yang dijadikan titik tolak pendidikan.

4. A. Alternatif jawaban B,C dan D merupakan contoh landasan preskriptif pendidikan.

5. B. Alternatif jawaaban A, C dan D merupakan contoh landasan deskriptif

pendidikan.

6. B. Landasan filosofis pendidikan, karena bersumber dari filsafat Pancasila.

7. D. Landasan yuridis pendidikan, karena bersumber dari UUD 1945.

8. D. Landasan psikologi pendidikan, karena bersumber dari psikologi.

9. A. Mengingat pendidikan bersifat normatif, maka agar dapat dipertanggungjawabkan

pendidikan seharusnya tidak dilaksanakan hanya secara alamiah, melainkan harus

dilaksanakan secara bijaksana.

10. C. Fungsi landasan pendidikan adalah sebagai titik tolak praktik dan studi

pendidikan.

Page 46: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 48

Tes Formatif 2:

1. A. Argumen kosmologis secara rasional membuktikan tentang adanya Tuhan sebagai

Penyebab Pertama atau Pencipta adanya alam semesta, termasuk adanya manusia.

2. A. E.F. Schumacher adalah salah seorang filsuf yang mengakui manusia sebagai

kesatuan badan-roh.

3. C. Karakteristik manusia sebagai person atau pribadi adalah memiliki subjektvitas,

unik dan otonom dalam mengambil keputusan.

4. D. Kata hati berfungsi untuk membedakan baik atau tidak baiknya suatu perbutan.

5. A. Dimensi historisitas.

6. B. Dimensi dinamika.

7. B. Langeveld menyebut manusia sebagai “animal educandum” artinya adalah hewan

yang perlu dididik dan perlu mendidik diri.

8. B. Pengaruh pendidik akan dapat sampai dan diterima peserta didik adalah melalui

pergaulan. Pergaulan dilakukan oleh manusia karena ia makhluk sosial.

9. C. Manusia idealnya harus menjadi manusia. Ini adalah prinsip Idealitas.

10. D. Prinsip antropologis sebagai asumsi bahwa manusia perlu dididik adalah: prinsip

historisitas, prinsip idealitas, dan prinsip aktualitas.

Tes Formatif 3:

1. C. Dalam arti sempit, pelaksanaan pendidikan identik dengan schooling.

2. B. Alternatif jawaban A, C dan D adalah karakteristik pendidikan dalam arti sempit.

3. C. Dalam sosiologi konsep yang mengandung makna pendidikan adalah sosialisasi.

4. D. Dalam tinjauan pedagogik, pendidikan didefinisikan sebagai upaya sadar yang

dilakukan orang dewasa untuk membantu anak agar mencapai kedewasaan.

5. A. Alternatif jawaban B, C dan D tergolong instrumental input.

6. C. Proses pendidikan.

7. A. Fungsi guru adalah membantu menyediakan dan menyelenggarakan kegiatan

pembelajaran.

8. D. Humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia.

9. B. Pendidikan diarahkan untuk terwujudnya manusia ideal.

Page 47: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 49

10. A. Manusia adalah pribadi yang otonom untuk ”meng-ada-kan” dirinya.

Implikasinya pendidikan tidak boleh dipandang sebagai upaya pembentukan

peserta dididik sekehendak pedidiknya saja.

Daftar Pustaka

Abdullah, A.R.S.,(1991), Educational Theory, A Quranic Outlook (Alih bahasa:

Mutammam), CV Diponegoro, Bandung. Adler, Mortimer, J., (1982), The Paideia Proposal An Educational Manifesto, Macmillan

Publishing Company, New York. Buber, M., (1959), Between Man and Man, (Translated by Ronald Gregor Smith),

Beacon Press, Boston. Butler, J. D., (1957), Four Philosophies and Their Practice in Education and Religion,

Harper & Brothers Publishers, New York. Cassirer, E., (1987), An Essay On Man. (Terj.: Alois A. Nugroho), Gramedia, Jakarta,

1987. Friedman, S. M., (1954), Martin Buber, The. Life of Dialogue, Routledge and Began

Paul Ltd., London. Frost Jr., S.E., (1957), Basic Teaching of.The. Great Philosophers, Barnes & Nobles,

New York. Hasan, F., (1973), Berkenalan dengan Eksistensialisme, Pustaka Jaya, Jakarta. Henderson, S. v. P., (1959), Introduction to Philosophy of Education, The University of

Chicago Press, Chicago. Huijbers, T., (1987), Manusia Merenungkan Dunianya, Yayasan Kanisius, Yogyakarta.

Langeveld, M.J., (1980), Beknopte Theoritische Paedagogiek, (Terj.:Simajuntak),

Jemmars, Bandung. Matsushita, Konosuke, (1982), Thoughts of Man, (terj. HB Yassin), Pustaka Jaya,

Jakarta. Muchtar, O., (1976), Pendidikan Nasional Indonesia, Pengertia dan Sejarah

Perkembangan, Balai penelitian, IKIP Bandung. Muchtar, O, (Penyunting), (1991), Dasar-Dasar Kependidikan, IKIP Bandung. Mudyahardjo, R. (1995), Filsafat Pendidikan (Sebuah Studi Akademik) Bagian I

Orientasi Umum: Landasan Filosofis Pendidikan dan Filsafat Pendidikan

Page 48: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 50

sebagai Suatu teori Pendidikan, Jurusan Filsafat Dan sosiologi Pendidikan, FIP, IKIP Bandung.

Mudyahardjo, R., (2001), Filsafat Ilmu Pendidikan: Suatu Pengantar, PT. Remadja

Rosdakarya, Bandung.

Othman, A.I., (1987), The Concept of Man in Islam in The Writings of Al-Ghazali, (Terj.: Johan Smit, Anas Mahyudin, Yusuf), Pustaka, Bandung.

Plato, (1986), Phaidon: Dialog Sokrates tentang Tubuh-Jiwa, Sinar Baru, Bandung. Poespowardojo, S. dan Bertens, K., (1983), Sekitar Manusia.: Bunga Rampai tentang

Filsafat Manusia, Gramedia, Jakarta. Soelaeman, M.I., (1988), Suatu, Telaah tentang Manusia-Religi.Pendidikan,

Depdikbud. Syam, M. N., (1984), Filsafat Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,

Usaha Nasional, Surabaya-Indonesia. Syaiyidain, K.G., (1954), Iqbal's Educationals Philosophy, Shaik Muhammad Ashraf,

Kasmiri Bazar, Lahore. Schumacher, E.F., (1980), A Guide for The Perflexed, Sphere Books Ltd., London. Syaripudin, T., (1994), Implikasi Eksistensi Manusia terhadap Konsep Pendidikan

Umum (Thesis), Program Pascasarjana IKIP Bandung. Titus, Harold, et all., (1959), Living Issues in Philosophy, American Book Coy., New

York Van Peursen, C.A., (1982). Tubuh-Jiwa-Roh., (Terj.: K. Bertens), BPK Gunung

Mulia, Jakarta. Van der Weij, P.A., (1988), Filsuf-Filsuf Besar tentang. Manusia (Terj.: K. Bertens),

Gramedia, Jakarta.

Glosarium:

• Antropologi Filosofis (Filsafat Antropologi), cabang filsafat (metafisika) yang

mempelajari hakikat manusia. • Animal Educandum, identitas atau sebutan yang diberikan M.J. Langeveld kepada

manusia, yang berarti bahwa manusia adalah hewan yang perlu dididik dan perlu mendidik diri.

• Animal Educabile, identitas atau sebutan yang diberikan yang diberikan M.J. Langeveld kepada manusia, yang berarti bahwa manusia adalah hewan yang dapat dididik.

• Asumsi, gagasan, kepercayaan, prinsip, atau pernyataan yang diterima benar dan dijadikan titik tolak dalam berpikir dan atau bertindak.

Page 49: BBM 1 LAND PEND, MAN DAN PEND

Landasan Pendidikan, Manusia dan Pendidikan

Tatang Sy. File 2010 51

• Dinamika (dinamika manusia), manusia selalu aktif baik dalam aspek fisiologik maupun spiritualnya untuk “menyempurnakan” diri dalam konteks hubungannya dengan alam, sesama, maupun Tuhan.

• Eksistensi, cara khas ber-ada-nya manusia di dunia. • Evolusionisme, aliran metafisika (kosmologi) yang berpendirian bahwa alam semesta

berkembang dari alam itu sendiri. Implikasinya bahwa adanya manusia di dunia pun sebagai hasil evolusi dari alam itu sendiri.

• Etnolog, ahli etnologi, ahli ilmu tentang masalah/unsur-unsur kebudayaan suku bangsa dan masyarakat suatu daerah di seluruh dunia secara komparatif dengan tujuan untuk mendapatkan pengertian tentang sejarah dan proses evolusi serta penyebaran kebudayaan umat manusia di muka bumi.

• Filsafat, sistem pikiran (gagasan, teori) yang komprehensif tentang segala sesuatu yang bersifat mendasar sebagai hasil berpikir secara sistematis, kritis dan radikal.

• Hereditas, faktor bawaan manusia sejak kelahirannya; transmisi biologis karakteristik-karakteristik genetik dari orang tua kepada turunannya.

• Historisitas, yaitu keterpautan eksistensi manusia (pada saat ini) kepada masa lalunya, dan keterarahan ke masa depannya. Sebab itu manusia adalah makhluk yang belum selesai mewujudkan dirinya.

• Implikasi, yang termasuk atau tersimpul; keadaan terlibat. Berimplikasi berarti mempunyai implikasi atau hubungan keterlibatan. Di dalam logika biasanya dinyatakan dalam bentuk pernyataan: jika – maka.

• Kosmologi, cabang filsafat (metafisika) yang mempelajari tent5ang hakikat alam atau kosmos.

• Kreasionisme, aliran metafisika yang berpendirian bahwa adanya alam semesta (termasuk manusia) adalah sebagai ciptaan/makhluk Creative Cause atau Personality (Tuhan).

• Metafisika, cabang filsafat yang mempelajari tentang hakikat realitas (kenyataan). • Mobilitas Sosial, gerak naik turun individu atau kelompok dalam suatu hierarkhi atau

tangga social; perpindahan status dalam stratifikasi social. • Mobilitas social vertical, mobilitas ke atas atau ke bawah dalam stratifikasi social. • Nilai Moral, sesuatu yang dipandang baik dan berharga oleh suara batin (kata hati)

manusia berkenaan dengan perbuatannya. • Norma Moral, kriteria atau ukuran perbuatan yang mana suara batin (kata hati)

manusia mengharuskan untuk melaksanakannya. • Stratifikasi Sosial, perbedaan anggota masyarakat berdasarkan status yang

dimilikinya.

------------------