Top Banner
BATUAN DAN MINERAL Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan. Sedangkan mineral adalah substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi fisik dan kimia. Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur partikelnya dan dengan proses terbentuknya. Maka batuan diklasifikasikan menjadi Igneous, Sedimentary dan Metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses pembentukannya saling melengkapi dan berupa siklus. Lihat gambar siklus pembentukan batuan. 1. Igneous Rock (Batuan Beku), terbentuk oleh pembekuan magma dan dibagi menjadi batuan plutonic dan batuan volcanic. Plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam crust (contohnya granite). Sedangkan volcanic atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat magma keluar kepermukaan sebagai lava atau fragment bekuan (contohnya batu apung dan basalt). 2. Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan dari hasil erosi material-material batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan ini terbentuk di permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale dan siltstone); 20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan dolostone). 3. Metamorphic Rock (Batuan Metamorf), terbentuk hasil ubahan/alterasi dari mineral dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain. Sedangkan Mineral diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik dan komposisi kimia. Sifat fisik mineral antara lain berdasarkan: 1. Struktur kristal, diamati melalui mikroskop. 2. Kekerasan (Hardness), diukur berdasarkan Mohs scale (1-10) ; Talc Mg3Si4O10(OH)2 Gypsum CaSO4•2H2O Calcite CaCO3 Fluorite CaF2 Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F) Orthoclase KAlSi3O8 Quartz SiO2 Topaz Al2SiO4(OH,F)2 Corundum Al2O3 Diamond C (pure carbon) 3. Kilap (Luster), diukur dari interaksi terhadap cahaya. 4. Warna (Colour), tampak oleh mata. 5. Streak
29

Batuan Dan Mineral

Aug 11, 2015

Download

Documents

Arie Ciwa Putra
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Batuan Dan Mineral

BATUAN DAN MINERAL

Batuan adalah sekumpulan mineral-mineral yang menjadi satu. Bisa terdiri dari satu atau

lebih mineral. Lapisan lithosphere di bumi terdiri dari batuan. Sedangkan mineral adalah

substansi yang terbentuk karena kristalisasi dari proses geologi, yang memiliki komposisi

fisik dan kimia.

Batuan diklasifikasikan berdasarkan mineral dan komposisi kimia, dengan tekstur

partikelnya dan dengan proses terbentuknya. Maka batuan diklasifikasikan menjadi

Igneous, Sedimentary dan Metamorphic. Ketiga jenis batuan ini pada proses

pembentukannya saling melengkapi dan berupa siklus. Lihat gambar siklus

pembentukan batuan.

1. Igneous Rock (Batuan Beku), terbentuk oleh pembekuan magma dan dibagi menjadi

batuan plutonic dan batuan volcanic. Plutonik atau intrusive terbentuk ketika magma

mendingin dan terkristalisasi perlahan didalam crust (contohnya granite). Sedangkan

volcanic atau extrusive membeku dan terbentuk pada saat magma keluar kepermukaan

sebagai lava atau fragment bekuan (contohnya batu apung dan basalt).

2. Sedimentary Rock (Batuan Sedimen), terbentuk karena endapan dari hasil erosi

material-material batuan, organic, kimia dan terkompaksi serta tersementasi. Batuan ini

terbentuk di permukaan bumi yang terdiri dari; 65% Mudrock (mudstone, shale dan

siltstone); 20%-25% Sandstone dan 10%-15% Carbonate Rock (limestone dan dolostone).

3. Metamorphic Rock (Batuan Metamorf), terbentuk hasil ubahan/alterasi dari mineral

dan batuan lain karena pengaruh tekanan dan temperatur. Tekanan dan temperatur

yang mempengaruhi pembentukan batuan ini sangat tinggi dari pada pembentukan

batuan beku dan sedimen sehingga mengubah mineral asal menjadi mineral lain.

Sedangkan Mineral diklasifikasikan berdasarkan sifat fisik dan komposisi kimia. Sifat fisik

mineral antara lain berdasarkan:

1. Struktur kristal, diamati melalui mikroskop.

2. Kekerasan (Hardness), diukur berdasarkan Mohs scale (1-10) ;

Talc Mg3Si4O10(OH)2

Gypsum CaSO4•2H2O

Calcite CaCO3

Fluorite CaF2

Apatite Ca5(PO4)3(OH,Cl,F)

Orthoclase KAlSi3O8

Quartz SiO2

Topaz Al2SiO4(OH,F)2

Corundum Al2O3

Diamond C (pure carbon)

3. Kilap (Luster), diukur dari interaksi terhadap cahaya.

4. Warna (Colour), tampak oleh mata.

5. Streak

6. Cleavage

7. Fracture

8. Specific gravity

Page 2: Batuan Dan Mineral

9. Lain-lain (Fluorescence, Magnetism, Radioaktivity, dll).

Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kima dengan grup anion. Berikut

klasifikasinya menurut Dana :

1. Silicate Class, merupakan grup terbesar. silicates (sebagian besar batuan adalah

>95% silicates), yang terdiri dari silicon dan oxygen, dan dengan ion tambahan seperti

aluminium, magnesium, iron, dan calcium. Contoh lain seperti feldspars, quartz, olivines,

pyroxenes, amphiboles, garnets, dan micas.

2. Carbonate Class, merupakan mineral yang terdiri dari anion (CO3)2- dan termasuk

calcite dan aragonite (keduanya merupakan calcium carbonate), dolomite

(magnesium/calcium carbonate) dan siderite (iron carbonate). Carbonate terbentuk pada

lingkungan laut oleh endapan bangkai plankton. Carbonate juga terbentuk pada daerah

evaporitic dan pada daerah karst yang membentuk gua/caves, stalactites dan

stalagmites.Carbonate class juga termasuk mineral-mineral nitrate dan borate.

3. Sulfate Class, Sulfates terdiri dari anion sulfate, SO42-. Biasanya terbentuk di daerah

evaporitic yang tinggi kadar airnya perlahan-lahan menguap sehingga formasi sulfate

dan halides berinteraksi. Contoh sulfate; anhydrite (calcium sulfate), celestine (strontium

sulfate), barite (barium sulfate), dan gypsum (hydrated calcium sulfate). Juga termasuk

chromate, molybdate, selenate, sulfite, tellurate, dan mineral tungstate.

4. Halide Class, halides adalah grup mineral yang membentuk garam alami (salts) dan

termasuk fluorite (calcium fluoride), halite (sodium chloride), sylvite (potassium chloride),

dan sal ammoniac (ammonium chloride). Halides, seperti halnya sulfates, ditemukan juga

di daerah evaporitic settings seperti playa lakes dan landlocked seas seperti Dead Sea

dan Great Salt Lake. The halide class termasuk juga fluoride, chloride, dan mineral-

mineral iodide.

Oxide Class, Oxides sangatlah penting dalam dunia pertambangan karena bijih (ores)

terbentuk dari mineral-mineral dari kelas oxide. Kelas mineral ini juga mempengaruhi

perubahan Kutub Magnetic Bumi. Biasanya terbentuk dekat dengan permukaan bumi,

teroksidasi dari hasil pelapukan mineral lain dan sebagai mineral asesori pada batuan

beku crust dan mantle. Contoh mineral Oxides; hematite (iron oxide), magnetite (iron

oxide), chromite (iron chromium oxide), spinel (magnesium aluminium oxide – mineral

pembentuk mantle), ilmenite (iron titanium oxide), rutile (titanium dioxide), dan ice

(hydrogen oxide). Juga termasuk mineral-mineral hydroxide.

5. Sulfide Class, hampir serupa dengan Kelas Oxide, pembentuk bijih (ores). Contohnya

termasuk pyrite (terkenal dengan sebutan emas palsu ‘fools’ gold), chalcopyrite (copper

iron sulfide), pentlandite (nickel iron sulfide), dan galena (lead sulfide). Termasuk juga

selenides, tellurides, arsenides, antimonides, bismuthinides, dan sulfosalts.

6. Phosphate Class, termasuk mineral dengan tetrahedral unit AO4, A dapat berupa

phosphorus, antimony, arsenic atau vanadium. Phospate yang umum adalah apatite

yang merupakan mineral biologis yang ditemukan dalam gigi dan tulang hewan.

Page 3: Batuan Dan Mineral

Termasuk juga mineral arsenate, vanadate, dan mineral-mineral antimonate.

7. Element Class, terdiri dari metal dan element intermetalic (emas, perak dan tembaga),

semi-metal dan non-metal (antimony, bismuth, graphite, sulfur). Grup ini juga termasuk

natural alloys, seperti electrum, phosphides, silicides, nitrides dan carbides.

8. Organic Class, terdiri dari substansi biogenic; oxalates, mellitates, citrates, cyanates,

acetates, formates, hydrocarbons and other miscellaneous species. Contoh lain juga;

whewellite, moolooite, mellite, fichtelite, carpathite, evenkite and abelsonite

SEJARAH BUMI DALAM POTONGAN METEORIT

Setiap hari, serangan besar-besaran dari luar angkasa ke Bumi selalu terjadi. Tidak

percaya? Dalam sehari sekitar 100 – 1000 ton materi meteorit menghantam Bumi.

Materi-materi yang berbentuk debu sampai dengan objek berukuran beberapa kilometer,

bergerak memasuki Bumi dengan kecepatan lebih dari 11 km/s. Objek-objek yang lebih

besar lagi akan mengalami perlambatan setelah memasuki atmosfer Bumi, namun tetap

saja akan menghantam Bumi dengan kecepatan tinggi.

Atmosfer Bumi akan menyebabkan materi permukaannya meleleh dan kerak pun mulai

terbentuk. Selain itu ada juga yang terpecah-pecah menjadi serpihan-serpihan kecil yang

kemudian berubah menjadi hujan meteor. Objek-objek yang kecil ini pada akhirnya bisa

tiba di Bumi dengan selamat tanpa mengalami perubahan apapun.

Meteorit terbesar yang ditemukan memiliki massa sampai dengan 30 ton, dan sebagian

besar dari mereka terdiri dari besi. Batu meteorit terbesar yang diketahui, jatuh di Jilin,

China pada tahun 1976 dengan massa 1.76 ton. Bukti-bukti jatuhnya objek-objek luar

angkasa ini bisa terlihat dari kawah yang terbentuk di berbagai belahan Bumi. Kawah

terbesar adalah kawah Barringer di Arizona yang berdiameter lebih dari 1000 m dan

memiliki kedalaman 170 m. Tahun 1908 ledakan besar terjadi di daerah sungai Tunguska

di Siberia dan suara ledakannya terdengar sampai jarak 1000 km disertai jatuhnya

lintasan bola api dari langit yang jauh lebih terang dari Matahari. Tahun 1927, ekspedisi

menemukan daerah seluas 2000km2 yang mengindikasikan terjadinya ledakan tersebut.

Pada daerah ini ditemukan kawah serta pecahan materi-materi yang jatuh tersebut yang

memperlihatkan sumber meteorit tersebut. Sejumlah pecahan ditemukan tertanam di

dalam tanah sekitar dan diperkirakan kejadian tersebut berasal dari tabrakan komet

kecil.

Dalam hal penemuan, meteorit terbagi atas dua kelompok yakni “falls” dan “finds”.

Kelompok falls adalah kelompok meteorit yang terlihat jatuh dan ditemukan sesaat

setelah kejatuhannya di permukaan Bumi. Sementara kelompok finds merupakan

kelompok objek yang ditemukan dan dikenali sebagai meteorit, yang telah jatuh di Bumi

puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Meteorit besi jauh lebih banyak ditemukan

dalam kelompok finds. Bagi para peneliti planet, meteorit yang paling berharga adalah

Page 4: Batuan Dan Mineral

golongan falls yang ditemukan segera setelah jatuh ke Bumi, karena kontaminasi yang

alami akibat cuaca dan lingkungan masih sangat minim.

Bagaimana sebuah objek dikenali sebagai meteorit? Sebuah objek yang jatuh di Bumi

tidak akan terlindungi dari pengaruh cuaca. Akibatnya, permukaan objek tersebut akan

mengalami pengikisan sehingga pada akhirnya sulit dibedakan dari batuan disekitarnya.

Tapi, di sisi lain bongkahan besar besi tidak sering ditemukan di permukaan Bumi,

sehingga bila ada objek besi yang rapat dan padat dengan penampakan yang gelap

ditemukan maka bisa dipastikan objek tersebut merupakan bongkahan batu meteorit.

Selain itu, perubahan akibat pengaruh cuaca pada objek Besi tidak akan sama dengan

batuan biasa serta ia akan tetap mempertahankan kondisi aslinya dalam selang waktu

yang lebih lama. Faktor-faktor yang dipakai untuk mengidentifikasi sebuah meteor

adalah objek tersebut sejauh mungkin bisa mempertahankan penampakan dan kondisi

aslinya serta bisa bertahan dalam lingkungannya.

Ada dua tipe daerah dimana meteorit finds ini berada yakni, di gurun dan Antartika. Di

gurun, proses perubahan akibat cuaca berlangsung dengan lambat sehingga meteorit

akan dapat mempertahankan kondisi awalnya dalam waktu yang lama. Sementara itu di

Antartika yang memiliki lapisan es yang tebal (sekitar beberapa km), objek silikat

ataupun besi yang berada di dekat permukaan bisa dipastikan merupakan meteorit.

Kalau meteorit ini sudah ditemukan, lantas apa gunanya? Bukankah ia hanya sebuah

batu dari luar angkasa yang nyasar ke Bumi.

Jangan salah. Batu-batu yang jatuh ke Bumi ini berasal dari berbagai tempat di Tata

Surya dan merekalah yang menjadi salah satu sumber informasi penting untuk

memperoleh gambaran yang lebih baik tentang keadaan dan apa saja yang ada pada

objek induknya. Informasi mengenai objek induk dari meteorit diperoleh dengan

menganalisis isotop oksigen dalam mineral yang ada di meteorit tersebut. Sebagian

mineral hanya bisa terbentuk pada tekanan yang tinggi sementara sebagian lagi justru

tidak stabil pada tekanan tinggi. Dengan informasi mineral bisa diketahui tempat dan

kira-kira pada kondisi tekanan yang bagaimana sebuah meteorit terbentuk. Salah satu

cara mineral yang terbentuk pada tekanan tinggi bisa terbentuk ketika meteorit

mengalami kejutan akibat tabrakan. Biasanya kondisi sebuah meteorit yang dihasilkan

akibat tabrakan mudah untuk dikenali karena meninggalkan tanda pada batuan akibat

tabrakan tersebut.

Dengan mempelajari kemiripan ataupun perbedaan yang ditemukan dalam materi

terrestrial ini, bisa diperoleh informasi penting dalam mempelajari asal usul Bumi dan

Tata Surya dalam hal ini untuk mengetahu materi-materi awal pembentukan planet.

Karena bagaimanapun mereka merupakan contoh dari bagian batuan ataupun cairan

sebuah planet.

Potongan Teka Teki dalam Batuan Angkasa Luar

Para peneliti mencoba mengungkapkan bagaimana planet terbentuk dari petunjuk baru

yang diperoleh dengan menganalisis meteorit purba yang usianya pun jauh lebih tua dari

usia bumi. Kunci penting mengenai daerah tempat Bumi terbentuk, berhasil ditemukan

oleh para peneliti dari Purdue yang mempelajari 29 gumpalan batuan yang terbentuk

Page 5: Batuan Dan Mineral

milyaran tahun lalu yang kemungkinannya memiliki hubungan dekat dengan Bumi.

Michael E. Lipschutz dan Ming-Sheng Wang yang melakukan penelitian ini memberikan

angin segar mengenai kondisi disekitar orbit Bumi di masa lalu. Menurut mereka, karena

kurangnya contoh terrestrial maka komposisi meteorit enstatite chondrite (EC)

merupakan jendela bagi masa lalu planet. Dalam mempelajari bongkahan meteorit EC,

diperoleh kalau bongkahan batu di Bumi, Bulan dan Meteorit EC memiliki tanda isotopik

yang mirip, namun berbeda dengan isotopik dari Meteorit Mars ataupun dari objek-objek

yang terbentuk di sabuk asteorid. Variasi ini terjadi karena materi yang berbeda akan

berkondensasi di daerah yang berbeda juga dalam piringan debu dan gas yang

membentuk Matahari dan planet. Nah, sebagian dari materi-materi tersebut bergerak

mengelilingi Matahari dan kadang-kadang jatuh ke Bumi sebagai meteorit.

Hasil penelitian mereka menunjukkan kalau apa yang terjadi dengan batuan ini mirip

dengan apa yang terjadi pada Bumi di masa awalnya, dengan satu perkecualian.

Menurut Lipschutz, profesor kimia di Purdue’s College of Science, sesaat setelah

pembentukan awal Bumi, objek sebesar Mars menghantam Bumi, dan panas dari

bencana alam ini mengubah riasan geokimia seluruh planet. Meteorit EC tampaknya juga

terbentuk dari materi yang mirip dengan yang membentuk Bumi awal, namun meteorit

EC tidak mengalami tabrakan sehingga tidak mengalami perubahan kimia. Meteorit ini

mungkin saja sedikit dari sisa materi awal mula planet yang saat ini menjadi tempat kita

berpijak.

Para peneliti percaya kalau planet-planet dalam di Tata Surya – Merkurius, Venus, Bumi

dan Mars – sebenarnya mulai terbentuk 10000 tahun setelah pembakaran nuklir di

Matahari .

Jika kita menelusuri masa lampau, di masa awal kehidupannya, Matahari dikelilingi oleh

awan debu dan gas. Materi-materi ini kemudian secara perlahan berkelompok dalam

kumpulan-kumpulan yang lebih besar. Kemungkinan berikut yang terjadi, materi-materi

yang ada cukup terkonsentrasi dalam empat kelompok yang kemudian membentuk

planet dalam di Tata Surya. Nah, dalam selang waktu 10 juta tahun Bumi sudah

mencapai sekitar 64% dari ukurannya saat ini dan bahkan menjadi planet yang secara

dominan telah terbentuk pada jarak 93 juta mil dari Matahari. Sementara itu orbit

Merkurius dan Venus berada lebih dekat dengan Matahari sedangkan Mars berada lebih

jauh dari Matahari.

Peristiwa paling akhir yang kemungkinan terjadi dalam proses pembentukan Bumi

adalah tabrakan dengan objek berukuran Mars. Tabrakan inilah yang menambahkan

jutaan ton materi ke Bumi. Namun bukan itu saja, sebagian materi lainnya juga tersebar

didalam orbit Bumi dan pada akhirnya berevolusi membentuk Bulan. Tabrakan besar ini

diperkirakan terjadi 30 juta tahun setelah kelahiran Matahari. Padahal dalam analisis

isotop kimia pada kerak Bumi sebelumnya diperkirakan Bumi baru terbentuk sekitar 50

juta tahun setelah Matahari terbentuk.

Dengan mempelajari mineraloginya, diperoleh kalau sekitar 200 batuan yang ditemukan

di Antartika merupakan meteorit EC yang terbentuk dari materi lokal yang sama dengan

Page 6: Batuan Dan Mineral

Bumi 4.5 milyar tahun lalu. Selain itu informasi tambahan dari susunan kimia meteroit EC

berupa temperatur saat pembentukan juga berhasil diperoleh dengan menganalisis

volatil –elemen seperti Indium, Thalium dan cadmium- dalam meteorit tersebut. Volatil di

dalam meteorit bisa memberikan informasi sejarah temperaturnya dan bertindak sebagai

termometer yang akan memberitahukan apakah pada saat batuan itu terbentuk

temperatur pembentukkannya tinggi atau rendah. Dari analisa terhadap dua jenis EC

yang berbeda, salah satunya lebih tua dan primitif, tampak keduanya memiliki

kandungan volatil yang sangat mirip – artinya temperatur pembentukan keduanya juga

hampir sama -. Batuan-batuan ini merekam temperatur saat pembentukkan Bumi juga

yakni jauh dibawah 500 derajat Celsius.

Sementara itu, hasil penelitian meteorit yang dilakukan oleh Phill Bland dan tim dari

Imperial College London menunujukkan kalau proses yang mengurangi elemen volatile

(elemen gas) pada planet dan meteorit seperti seng, timah dan sodium (dalam bentuk

cair) haruslah menjadi salah satu proses pertama yang terjadi di nebula. Implikasinya,

proses pengurangan volatile merupakan proses yang tak bisa dihindari dalam bagian

pembentukan planet – tanda yang bukan hanya ada pada tata surya tapi di sistem

keplanetan lainnya juga. Setelah meneliti komposisi meteorit primitif -objek batuan yang

sering berubah sejak Tata Surya terbentuk dari debu dan gas- para peneliti dari Imperial

College London akhirnya menarik sebuah kesimpulan kalau batu-batu tersebut terbentuk

dari elemen volatile yang berkurang. Artinya, pengurangan elemen volatile harus terjadi

sebelum batu atau objek padat ini pertama kali terbentuk.

Nah, dalam Tata Surya, semua planet kebumian harus melalui proses pengurangan

elemen volatil ini di awal proses pembentukan tata surya. Hal ini sudah diketahui sejak

dulu, namun yang belum bisa diketahui apakah proses ini terjadi pada saat awal

pembentukan tata surya ataukah setelah beberapa juta tahun kemudian. Proses

pengurangan volatile ini memegang peranan penting dalam pembentukan planet-planet

kebumian. Tanpa adanya pengurangan elemen volatile, planet kebumian akan tampak

sama dengan planet-planet luar di Tata Surya, dengan Mars dan Bumi akan tampak

seperti Neptunus dan Uranus hanya saja dengan atmosfer yang lebih tebal.

Dengan mempelajari struktur kimia meteorit tipe tertentu, maka bisa diketahui kalau

ternyata Bumi memang terbentuk jauh lebih awal. Menurut Dr Phil Bland, dari Imperial’s

Department of Earth Science and Engineering, dengan mempelajari meteorit, akan

memberi pengertian baru mengenai kondisi awal evolusi dari Tata Surya dini, baik

mengenai lingkungannya maupun materi yang ada pada bintang pembentuknya.

Hasilnya akan bisa memberi jawaban sejumlah pertanyaan tentang proses yang

mengkonversi debu dan gas nebula menjadi planet.

Sementara itu menurut Professor Monica Grady dari Open University dan anggota

Science Committee PPARC, dengan meneliti potongan materi yang sangat kecil kita bisa

menjawab salah satu pertanyaan terbesar yang selalu muncul, yakni,“ Bagaimana Tata

Surya terbentuk?”. Sangat menganggumkan untuk bisa mengetahui proses yang terjadi

4.5 miliar tahun lalu, dan bisa melacaknya kembali secara detil di dalam laboratorium di

Bumi. Memang masih banyak pertanyaan yang belum terjawab tentang periode awal

sejarah Bumi, namun dengan mempelajari meteorit setidaknya ada penggalan teka teki

Page 7: Batuan Dan Mineral

yang bisa dipecahkan. Namun bagaimanapun jawaban terdalam dari misteri sejarah awal

Tata Surya berada jauh dari Antartika.

sumber :

PPARC News Release

M.M Woolfson. The Origin and Evolution of the Solar System

Tahun 2003, sebuah objek yang lebih besar dari Pluto dan diperkirakan sebagai planet

ke-10 ditemukan dan diumumkan bulan Juli 2005. Objek yang saat itu menyandang

nama sementara 2003 UB313 ditemukan oleh Mike Brown dari Caltech, Chad Trujillo dari

Gemini Observatory di Mauna kea, Hawaii dan David Rabimowotz dari Yale University,

New Haven, Connecticut. 2003 UB313 yang kemudian lebih dikenal dnegan nama Xena,

dipotret pertama kalinya mengunakan Teleskop Samuel Oschin 48-inci di Observatorium

Palomar tanggal 31 Oktober 2003. Xena yang ditemukan Mike Brown dkk, memiliki

satelit bernama Gabrielle.

Agustus 2006 lalu IAU mengeluarkan resolusi mengenai definisi planet, yang

menyebabkan Pluto dan Xena dikeluarkan dari jajaran planet dan “kandidat planet”.

Keduanya pada akhirnya dikategorikan sebagai dwarf planet (planet kerdil) bersama

dengan objek-ojek lainnya yang ditemukan di daerah sabuk kuiper. Dan tanggal 13

September 2006 setelah dua tahun memakai nama Xena dan Gabrielle, IAU memutuskan

nama resmi untuk keduanya yakni 136199 Eris dan Dysnomia. Dalam jajaran planet

kerdil, Eris merupakan objek terbesar.

Filosofi Nama Eris

Saat sebuah objek ditemukan, International Astronomical Union (IAU), memberi nama

sementara berdasarkan waktu pertama kali objek tersebut terlihat. Karena itu 2003

UB313 menunjukkan kalau planet ini ditemukan pada pertengahan oktober 2003.

Selanjutnya, para penemu objek tersebut akan mengajukan nama permanen untuk

digunakan.

Salah satu nama yang disiapkan untuk planet baru ini adalah Persephone. Dalam

mitologi Yunani, Persephone merupakan istri Hades (Roman Pluto) yang menghabiskan

waktu 6 bulan setiap tahunnya dekat dengan Hades. Nama itu cukup sesuai, karena

planet baru ini bisa digambarkan juga seperti itu. Ia akan menghabiskan setengah dari

masa orbitnya dekat dengan Pluto dan setengahnya lagi berada jauh dari Pluto.

Sayangnya nama ini telah digunakan pada tahun 1895 sebagai nama asteroid ke-399.

Nama lain yang dianggap cocok dengan versi Roma adalah Proserpina. Sayangnya lagi

nama ini sudah digunakan untuk nama asteroid ke-26. Ada sih nama lain yang bisa

digunakan yakni nama dewa api Roma Vulcan (Greek Haphaestus), tapi nama ini tentu

saja tak bisa menggambarkan planet dingin seperti 2003 UB313.

Nama Xena dan Gabrielle (dua tokoh sahabat) sempat digunakan sebagai nama 2003

UB313 dan satelitnya, namun pada akhirnya IAU memutuskan menggunakan nama Eris

dan Dysnomia untuk keduanya.

Page 8: Batuan Dan Mineral

Dalam mitologi Yunani, Eris adalah seorang pejuang dan dewi perang. Eris

membangkitkan kecemburuan dan iri hati sehingga menimbulkan peprangan diantara

manusia. Di pernikahan Peleus dan Thetis, orang tua pahlawan Yunani, Achilles, semua

dewa kecuali eris diundang. Hal ini menimbulkan kemarahan Eris, sehingga ia kemudian

menyebabkan terjadinya pertengkaran diantara dewi-dewi sehingga terjadilah perang

Trojan. Dalam dunia astronomi, Eris membangkitkan masalah besar diantara komunitas

astronomi internasional untuk memberinya tempat yang tepat di dalam Tata Surya, -

sebagai planet ataukah objek sabuk Kuiper - , yang kemudian diakhiri dengan pertemuan

IAU di Praha. Di akhir konferensi tersebut, anggota IAU memilih untuk menurunkan Pluto

dan Eris ke status planet kerdil.

Satelit Eris, mendapatkan nama resmi Dysnomia, yang didalam mitologi Yunani

merupakan putri Eris dan roh kekacauan. Untuk singkatnya Dysnomia, disebut juga Dy.

Sekilas tentang Eris

Eris merupakan objek terbesar yang ditemukan mengorbit Matahari semenjak penemuan

Neptunus dan Triton tahun 1846. Rentang yang sangat jauh juga khan? Eris memiliki

ukuran yang lebih besar dari Pluto. Dan sama seperti Pluto, Eris juga merupakan anggota

Sabuk Kuipert, kumpulan objek es yang mengorbit Matahari dan berada diluar daerah

Neptunus. Sebelum Eris ditemukan, Pluto merupakan objek terbesar yang ada di Sabuk

Kuipert dan juga digolongkan sebagai planet. Tapi sekarang, Pluto hanyalah objek

terbesar kedua di Sabuk Kuipert dan merupakan planet kerdil pertama dalam jajaran

planet kerdil. Sedangkan Eris merupakan planet kerdil terbesar di Tata Surya. Ukuran

Eris diperkirakan sekitar 2400 ? 100 km.

Dimanakah Ia?

Selain ukurannya, ada hal lain yang menarik. Eris merupakan objek terjauh yang pernah

terlihat mengitari Matahari. Bahkan ia lebih jauh dari Sedna, planetoid yang ditemukan 2

tahun lalu. Jaraknya sekitar 10 miliar mil dari Matahari dan lebih dari 3 kali jarak dari

Pluto. Eris membutuhkan lebih dari 2 kali waktu yang dibutuhkan Pluto untuk mengorbit

Matahari.

Lantas dimanakah kita bisa melihat Eris? Eris yang terang tapi redup ini bisa terlihat

pada pagi hari beberapa jam sebelum Matahari terbit di konstelasi Cetus. Magnitudo

visual planet ini 19 dan bergerak lambat terhadap bintang-bintang latar belakang.

Eris memiliki orbit yang jauh lebih lonjong dari Pluto. Pluto bergerak sekitar 30-50 kali

jarak Matahari-Bumi selama 250 tahun masa orbitnya, sedang Eris hanya bergerak 38-97

kali jarak Matahari-Bumi selama 560 tahun masa orbitnya. Dengan kata lain jarak

terdekat Eris dari Matahari 38AU dan jarak terjauh yang bisa ia capai adalah 97 AU

sementara jarak Pluto sendiri 40 AU dari Matahari.

Komposisi Pembentuk Eris

Komposisi objek bisa diketahui dari cahaya Matahari yang dipantulkan oleh objek

tersebut. Contohnya, cahaya Matahari yang dipantulkan permukaan Bumi menunjukkan

adanya tanda-tanda keberadaan oksigen di atmosfer Bumi, fotosintesi tumbuhan dan

adanya kelimpahan air diantara unsure lainnya. Dari pengamatan menggunakan

Page 9: Batuan Dan Mineral

Observatorium Gemini di Mauna Kea, Hawaii, cahaya yang dipantulkan Eris tampak

sangat mirip dengan Pluto.

Hasil pengamatan menunjukkan permukaan planet ini diselubungi metana padat yang

membeku. Pada temperatur rendah metana di Pluto dan Eris berada dalam bentuk

bekuan padat, sementara di Bumi, metana pada temperatur yang sama berada dalam

bentuk gas. Bagian dalam Eris sama dengan Pluto terdiri dari campuran batuan dan es.

Permukaan Eris berwarna hampir putih dengan permukaan tampak seragam dan

memantulkan 86% cahaya yang mengenainya. Dari pantulan cahayanya, Eris

memantulkan cahaya lebih besar dari permukaannya dibanding objek-objek lainnya di

Tata Surya dengan pengecualian Enceladus, satelit Saturnus yang memiliki geyser aktif

yang senantiasa menutupi permukaannya dengan salju baru.

Belum diketahui sumber panas apakah yang memunculkan geyser serupa. Namun

diperkirakan, kecerlangan permukaan dan warna putih yang seragam di Eris berasal dari

penyebab yang sama. Saat ini Eris berada pada posisi terjauhnya dari Matahari, dan

pada kondisi ini ia akan berada pada temperaturnya yang paling rendah. Pada jarak

sejauh ini, bahkan atmosfer planet pun akan menjadi padatan es. (jika Bumi dibawa

sangat jauh dari Matahari pun atmosfernya akan menjadi padatan es). Dalam 280 tahun

kedepan, saat Eris berada pada titik terdekatnya dengan Matahari, temperatur di Eris

akan meningkat sekitar 1,6 kali. Dengan temperatur saat ini 405 derajat dibawah nol,

peningkatannya memang tidak drastis, namun perbedaan yang dihasilkan khususnya

pada methana dan nitrogen adalah antara padatan es dan penguapan menjadi atmosfer.

Dengan hipotesis tersebut, Eris tampak terang dan seragam karena atmosfer yang

pernah dimilikinya (280 tahun yang lalu) sekarang membeku ke tanah, sehingga

memberikan cahaya terang yang menyelimuti seluruh permukaan yang tidak rata yang

pernah ada disana. Keseluruhan proses ini akan terus berulang mengikuti 560 tahun

periode orbit sang dewi perang.

Proses Penemuan Eris

Survei daerah luar Tata Surya telah dilakukan semenjak tahun 2001, dengan

menggunakan Palomar QUEST camera and the Samuel Oschin Telescope di Palomar

Observatory, California Selatan. Survei yang dilakukan oleh Mike Brown dari Caltech,

Chad Trujillo dari Gemini Observatory di Mauna kea, Hawaii dan David Rabimowotz dari

Yale University, New Haven, Connecticut sampai saat ini telah menemukan sekitar 80

objek terang di Sabuk Kuipert.

Untuk menemukan objek yang dicari, para pengamat memotret satu daerah kecil pada

langit malam selama 3 jam dan mencari sesuatu yang bergerak. Bintang dan Galaksi

yang ada di langit akan tampat diam sementara satelit, planet, asteroid, dan komet akan

tampak bergerak.

Letaknya yang jauh, menyebabkan Eris tampak bergerak sangat lambat dibanding

kebanyakan objek yang telah ditemukan tim ini sebelumnya. Karena pergerakannya

yang lambat itu, pada awalnya keberadaan planet ini tidak disadari saat pertama kali

mengambil data. Saat analsis ulang dilakukan 1,5 tahun dari pengambilan data barulah

Page 10: Batuan Dan Mineral

disadari adanya planet kerdil baru ini.

Dysnomia, Bulannya Eris

Setelah mempelajari detail gambar Eris yang diambil dari Keck Observatory, Mauna Kea

dan Hubble Telescope, diketahui kalau Eris memiliki bulan yang mengorbit dirinya. Bulan

ini kemudian diberi nama resmi Dysmonia oleh IAU. Dari informasi yang terbatas,

diperkirakan Dy memiliki kemiripan dengan Rudolph satelit 2003 EL61 (code name:

Santa) yakni berupa bola yang tersusun oleh air es murni. Dari cahaya yang

dipantulkannya, Dy 60 kali lebih lemah dari Eris, sehingga diperkirakan ukurannya 8 kali

lebih kecil dari ibunya dan terpisah sekitar 10 kali lebih kecil jarak Bumi – Bulan.

EKSPLORASI GEOKIMIA

Dispersi primer = kenampakan alterasi & kondisi zoning, memiliki dimensi sama dari cm-

m sekitar badan bijih/m-km bila badan bijih besar dan area tambang

Dispersi sekunder = sisa mineralisasi bijih yang ditemukan dalam conto batuan, tanah,

air, vegetasi yang diambil sekitar sumber.

Eksplorasi geokimia = mengkonsentrasikan pd pengukuran kelimpahan, distribusi, &

migrasi unsur2 bijih atau yang berhubungan dengan bijih dengan tujuan mendeteksi

endapan bijih. Spesifiknya = pengukuran sistematis satu atau lebih unsur jejak dalam

conto (batuan, tanah, air dll) untuk mendapatkan anomali geokimia (konsentarsi

abnormal unsur tertentu yang kontras terhadap lingkungan=background geokimia).

Prospeksi geokimia pada dasarnya terdiri dari 2 metode:

1. Pola dispersi mekanis (untuk mineral relatif stabil di permukaan bumi = Au, Pt, Cr dll)

2. Pola dispersi kimia (dapat pada endapan tererosi/tidak – lapuk/tidak)

Urutan eksplorasi geokimia secara umum (Peters, 1978)

a. Seleksi metode, elemen2 yang dicari, sensitivitas dan ketelitian yang dinginkan, serta

pola sampling

b. Kegiatan pendahuluan atau program sampling lapangan dgn mengecek conto2 secara

umum & kedalaman conto utk mnentukan level yg dpt diyakini & mengevaluasi faktor

bising (noise)

c. Analisis conto, dilapangan & laboratorium dgn analisis cek yang dibuat pada beberapa

metode

d. Melakukan statistik & evaluasi geologi dari data (geologi & geofisika)

e. Konfirmasi anomali semu, sampling lanjutan, serta analisis & evaluasi pada area yang

lebih kecil, menggunakan interval sampling yg lbh rapat & pnambahan metode geokimia

f. Penyelidikan target dengan suatu ketentuan untuk sampling ulang & penambahan

analisis dari conto2 yang telah ada.

2 Hal dasar yang berkaitan dgn prospeksi geokimia

1. Unsur penunjuk (indicator element) = unsur utama bijih dalam badan bijih yang dicari

2. Unsur jejak (pathfinder element) = berasosiasi dengan badan bijih tapi sulit dideteksi,

lebih bebas dari bising, atau lebih luas penyebarannya dari unsur petunjuk.

Page 11: Batuan Dan Mineral

Contoh asosiasi bijih, unsur-unsur penunjuk & jejak (Peters. 1978)

Asosiasi bijih Unsur penunjuk Unsur jejak

Cu porfiri

Complex sulfide ore

Urat-urat logam berharga

Skarn deposits

U (sandstone)

U (vein)

Ultramafik ore body

Fluorspar veins Cu, Mo

Zn, Cu, Ag, Au

Au, Ag

Mo, Zn, Cu

U

U

Pt, Cr, Ni

F Zn, Mn, Au, Rb, Re, Ti, Te

Hg, As, S, (SO4), Sb, Se, Cd

As, Sb, Te, Mn, Hg, I, F, Bi, Co

B

Se, Mo, V, Rn, He

Cu, Bi, As, Co, Mo, Ni

Cu, Co, Pd

Y, Zn, Rb, Hg

Metode-metode utama dalam prospeksi geokimia (Peters, 1978)

Sumber conto Penyebab anomali

Batuan Konsentrasi singenetik

Aureole batuan-dinding

“Bocoran atau irisan”

Dispersi post mineralisasi

Tanah Akumulasi residual

Abu glasial Dispersi

Sedimen sungai Dispersi

Akumulasi mineral berat

Sedimen danau Akumulasi

Air permukaan Dispersi

Air tanah Dispersi

Salju Akumulasi hidrokimia

Uap Oksidasi dari bijih

Peluruhan radioaktif

Vegetasi Konsentrasi selektif

Air laut Dispersi primer

Sedimen laut Dispersi sekunder

• Sampling batuan =dilakukan pada singkapan, area tambang atau inti bor. ½ kg utk

batuan berbutir halus, 2 kg untuk material berbutir kasar. Konteks geologi dari conto

Page 12: Batuan Dan Mineral

meggambarkan struktur, jenis batuan, mineralisasi, & alterasi.

• Sampling tanah = menguntungkan untuk area jarang outcrop. Conto diayak -80# 25-

50 gr fraksi halus. Interval conto 300-1500 m (awal), 15-60 m (lanjutan).

• Sampling sedimen sungai = komposit alami material hulu – lokasi sampling. Efektif

pada pengamatan awal dimana lokasi conto tunggal mungkin menunjukkan area

tangkapan (catchment area) yang luas. Conto diambil 50-100 m sepanjang aliran (detail),

50 gr, -80#.

• Sampling air = mudah dilakukan tapi conto air tidak stabil dalam waktu singkat. Faktor

pengontrol kandungan logam dalam air permukaan (dilusi, pH, suhu, kompleks organik)

sulit dievaluasi & kandungan logan relatif rendah.

• Sampling vegetasi = untuk koreksi rock sampling & ground water untuk analisis kimia.

Interpretasi lebih kompleks dari metode yang lain. Sampling berupa daun & atau ranting

± 100 gr, diabukan & dianalisis. Conto abu ± 10-30 gr.

• Sampling uap air raksa = petunjuk sulfide ore body diambil dari tanah, udara & air.

Spektrometer portabel memompa gas dari lubang bor berdiameter kecil dlm tanah (± 5

cm). Conto efektif diambil dari tanah karena konsentrasi udara lebih banyak drpd udara.

Metode analisis geokimia umumnya:

• Chromatography

• Calorimetry

• Emission Spectrometry (EMS) = Analisis multiunsur

• Plasma Emission Spectrometry menganalisis 12 unsur utama (Cu, Pb, Zn, Ag, W, Sb,

Ba, Ni, Mn, Fe, Cr, Sn) & 10 unsur jejak (V, P, As, Mo, B, Be, Cd, Co, Ni, Y)

• Optical Emission Spectrometry yang langsung dibaca: Quanometer, mengukur simultan

7 unsur utama & 26 unsur jejak

• X-Ray Fluoresence (XRF)

• Atomic Absorption Spectrometry (AAS) = Analisis unsur tunggal standar

  Dalam survei prospeksi geokimia dapat berupa survei reconnaissance (peninjauan awal)

atau survei detil. Umumnya survei prospeksi geokimia dapat diklasifikasikan berdasarkan

jenis material conto, meliputi survei litogeokimia (batuan), pedogeokimia (tanah),

hidrogeokimia (air dan sedimen), survei zat terbang, biogeokimia (tumbuhan dan

binatang), penginderaan jarak jauh, dan survei isotop.

1. Survei litogeokimia biasanya dilakukan dalam suatu grid atau traverse, conto batuan

diambil pada tiap singkapan atau pada interval tertentu. Conto dapat juga diambil dari

hasil pemboran.

2. Survei pedogeokimia biasanya dilakukan dalam tahap detil dan dengan grid yang

rapat. Conto tanah yang umumnya diambil adalah horison B, walaupun pada keadaan

tertentu horison A dan C dapat berguna.

3. Survei hidrogeokimia meliputi survei air, sedimen, dan mineral berat. Kebanyakan

analisis air menggunakan metoda kalorimetri atau AAS. Air permukaan diambil contonya

pada interval teratur sepanjang jaring drainase.

4. Survei sedimen dan mineral berat dilakukan untuk menentukan arah migrasi dari

unsur dan mineral yang terdispersi di sepanjang alur drainase suatu daerah.

5. Survei zat terbang dilakukan terhadap gas-gas (H2S, SO2 dll), zat terbang (merkuri)

serta partikel organik maupun inorganik. Umumnya dilakukan menggunakan peralatan

airborne.

6. Survei biogekimia dapat dilakukan dengan menggunakan dua metoda, antara lain:

Menggunakan kandungan unsur jejak dari tumbuhan untuk menentukan dispersi halo,

Page 13: Batuan Dan Mineral

trains atau fan dari mineralisasi. Menggunakan tumbuhan tertentu atau kerusakan akibat

kelebihan unsur pada tanah atau tumbuhan sebagai indikator mineralisasi.

EROSI

B. Pengeretian Erosi

Erosi adalah suatu proses dimana tanah dihancurkan (datached) dan kemudian

dipindahkan ke tempatn lain oleh kekuatan air, angin, dan garafitasi. Di Indonesa, erosi

yang terpenting adalah erosi yang di sebabkan oleh air.

Erosi dibedakan menjadi dua, yaitu erosi hgiologi (alami) dan erosi dipercepat

(accelerated erosion). Erosi geologimerupakan erosi yang berjalan sangat lambat,

dimana jumlah tanah yang tererosi sama dengan jumlah tanah yang terbentuk. Erosi ini

tidak berbahaya karena terjadi dalam keseimbangan alami. Sedangakan erosi dipercepat

merupakan erosi yang terjadi lebih cepat akibat aktifitas manusia yang menganggu

keseimbangan alam. Jumlah tanah yang tererosi lebih banyak daripada tanah ang

terbentuk. Erosi ini berjalan sangat ceat sehingga tanah di permukaan (top soil) menjadi

hilang.

1. BENTUK EROSI

Berdsarkan bentuknya erosi dapat dibedakan menjadi :

a. Pelarutan

Tanah kapur mudah dilarutkan air sehingga di daerah kapur sering di temukan sungai-

sungai di bawah tanah.

b. Erosi percikan (Splash Erosion)

Cura hujan yang jatuh langsung ke tanah dapat melempar butr-butir tanah sampai

setinggi 1 meter keudara. Didaerah yang berlereng, tanah yangt terlempar tersebut

umumnya jatuh kelereng dibawahnya.

c. Erosi Lembar (Sheet Erosion)

Pemindahan tanah terjadi lember demi lember (lapis demi lapis) mulai dari lapisan yang

paling atas. Erosi sepintas lalu tidak terlihat, karena kehilangan lapisan-lapisan tanah

seragam, tetapi dapat berbahaya karena pada suatu saat seluruh top soil akan habis.

d. Erosi Alur (Rill ERosion)

Dimulai dengan genagan-genagan kecil setempat-setempat di satu lereng, maka bila air

dalam genagan tersebut mengalir, terbentuklah alur-alur bekas aliran tersebut. Alur-alur

tersebut mudah di hilangkan dengan pengolahan tanah biasa.

e. Erosi Gully (Gully Erosion)

Erosi ini merupakan lanjutan dari erosi alur tersebut. Karena alur yang terus-menerus

digerus oleh aliran-aliran air terutama daerah-daerah yang banyak hujan, maka alur-alur

tersebut menjadi dalam dan lembare dengan aliran yang lebih kuat. Alur-alur tersebut

tidak dapatb hilang dengan pengolahan tanah biasa.

f. Erosi Parit (Channel Erosion)

Arit-parit yang besar sering masih terus mangalir lama setelah hujan berhenti. Aliran air

dalam parit ini dapat mengikis dasar parit atau dinding (tebing) parit dibawah

permukaan air, sehingga tebing diatasnya dapat runtuh ke dasar parit. Adanya gejala

Neader dari suatu aliran dapat meningkatan pengikisan tebing di tempat-tempat tertentu

Page 14: Batuan Dan Mineral

(Beasley, 1972).

Erosi juga dapat mneyebabkan longsor. Tanah longsor terjadi karena gaya grafitasi .

pada umumnya, karena di bagian bawa tanah terdapat lapisan yang licin dan kedap air

(sukar di tembus air) seperti batuan liat. Pada saat musim hujan, tanah di atasnya

menjadi jenuh air sehingga berat dan bergeser ke bawah melalui lapisan yang

licintersebut sebagai tanah longsor.

2. FACTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EROSI

Beberapa factor yang mempengaruhi besarnya erosi air pada tanah yang terpenting

adalah sebagai barikut.

1. Cura hujan

Intensitas hujan dapat mepengaruhi erosi. Semakin deras hujan, maka semakin besar

erosi yang di timbulkan. Selain itu curah hujan yang jatuh di permukaan tanah yang

kekuatnnya sangat besar untuk memecahkan gumpalan-gumpalan tanah. Penghancuran

gumpalan tanah tersebut selain memudahkan pengangkutan partikel-partikel tanah

ketempat lain, partikel-partikel tanah menjadi halus dan dapat enutupi pori-pori tanah

sehingga menyebabkan peresapan air kedalam tanah menjadi terhambat. Akibatnya,

aliran permukaan (run off) menjadi lebih besar sehingga kemungkinan terjadinya erosi

juga meningkat .

2. sifat-sifat tanah.

Sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kepekaan tanah terhadap erosi adalah tekstur

tanah, sruktur tanah,daya infiltrasi/ permeabilitas tanah, dan kandungan bahan organic.

3. lereng / Topografi

Erosi akan meningkat apabila lereng semakin curam atau semakin panjnag.

4. Vegetasi

Vegetasi memunyai pengaruh terhadap erosi, seperti menghalangi air hujan agar tidak

langsung jatuh ke permukaan tanah, menghambat aliran permukaan dan

memperbanyakair infiltrasi, serta penyerapan air dalam tanah diperkuat oleh transpirasi

(penguapan air) melalui vegetasi.

5. Manusia

Tindakan manusia sering kali berdampak buruk terhadap lingkungan yaitu menyebabkan

erosi di percepat. Contoh pengndulan hutan di daerah pegunungan menyebabkan erosi

dan banjir.

3. DAMPAK EROSI

Erosi tidak hanya menyebabkan kerusakan tanah di tempat terjadinya erosi, tetapi juga

kerusakan di tempat lain di mana hasil erosi tersebut diendapkan. Di Indonesia akibat

erosi telah mengahasilkan tanda kritis diberbagai tempat. Di jawa saja terdapat lebih dari

1,5 juta tanah yang rusak berat, terutama daerah Majalengka (Jawa Barat), Pengaron

(Kalimantan Selatan), Selatan Banjar Negara (Jawa Tengah), Gunung Kidul (Yogyakarta),

Seletan Boborogo (Jawa Timur), Dan lain-lain.

4. METODE KONSERVASI TANAH.

Metode konservasi tanah adalah cara atau teknik-teknik tertentu untuk mempertahankan

kesuburan tanah atau menjaga tanah dari kerusakan.Pengertian Geologi

Page 15: Batuan Dan Mineral

1.1 Pengertian Geologi

Secara Etimologis Geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya bumi dan

Logos yang artinya ilmu, Jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi. Secara umum

Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet Bumi, termasuk Komposisi, keterbentukan,

dan sejarahnya.

  Karena Bumi tersusun oleh batuan, pengetahuan mengenai komposisi, pembentukan,

dan sejarahnya merupakan hal utama dalam memahami sejarah bumi. Dengan kata lain

batuan merupakan objek utama yang dipelajari dalam geologi.

1.2 Ruang Lingkup Geologi

Secara keseluruhan bumi ini terdiri dari beberapa lapisan yaitu :

1. Atmosfer, yaitu lapisan udara yang menyelubungi Bumi

2. Hidrosfer, yaitu lapisan air yang berada di permukaan Bumi

3. Biosfer, yaitu Lapisan tempat makhluk hidup

4. Lithosfer, yaitu lapisan batuan penyusun Bumi

  Ruang lingkup pembelajaran geologi yaitu lithosfer yang merupakan lapisan batuan

penyusun bumi dari permukaan sampai inti bumi. Geologi juga mempelajari benda-

benda luar angkasa, dan bukan tak mugkin suatu saat nanti kita dapat mengetahui

keadaan geologi bulan misalnya.

Cabang-cabang ilmu geologi

  Kajian geologi memiliki ruang lingkup yang luas, di dalamnya terdapat kajian-kajian

yang kemudian berkembang menjadi ilmu yang berdiri sendiri walaupun sebenarnya

ilmu-ilmu tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling menunjang satu sama lain. ilmu-

ilmu tersebut yaitu :

1. Mineralogi, yaitu ilmu yang mempelajari mineral, berupa pendeskripsian mineral yang

meliputi warna, kilap, goresan, belahan, pecahan dan sifat lainnya.

2. Petrologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan, didalamnya termasuk

deskripsi,klasifikasi dan originnya.

3. Sedimentologi, yaitu ilmu yang mempelajari batuan sediment, meliputi deskripsi,

klasifikasi dan proses pembentukan batuan sediment.

4. Stratigrafi, yaitu ilmu tentang urut-urutan perlapisan batuan, pemeriannya dan

  proses pembentukannya.

5. Geologi Struktur, adalah ilmu yang mempelajari arsitektur kerak bumi dan proses

pembentukannya.

6. Palentologi, yaitu ilmu yang mempelajari aspek kehidupan masa lalu yang berupa

fosil. Paleontology berguna untuk penentuan umur dan geologi sejarah.

7. Geomorfologi, yaitu ilmu yang mempelajari bentuk bentang alam dan proses0proses

pembentukan bentang alam tersebut. Ilmu ini berguna dalam menentukan struktur

geologi dan batuan penyusun suatu daerah.

 8. Geologi Terapan, merupakan ilmu-ilmu yang dikembangkan dari geologi yang

digunakan untuk kepentingan umat manusia, diantaranya Geologi Migas, Geologi

Batubara,Geohidrologi, Geologi Teknik, Geofisila, Geothermal dan sebagainya.

BAB II

STRUKTUR BUMI

Page 16: Batuan Dan Mineral

2.1 Kedudukan Bumi dalam jagat Raya

  Sampai saat ini bumi merupakan satu-satunya planet yang dapat mendukung

kelangsungan hidup seluruh makhluk, diantara planet-planet anggota tata-surya lainnya.

Oleh karenanya pengetahuan mengenai bumi dianggap sangat vital guna kelngsungan

hidup penhhuninya termasuk manusia

  Bumi merupakan anggota tata-surya bersama 8 planet lainnya yang sama sama

mengelilingi matahari dengan waktu tempuh yang berbeda-beda sesuai dengan jari-jari

lintasannya. Bumi berjarak rata-rata 150 juta km terhadap Matahari dan mengelilingi

Matahari selama 365 hari, yang dijadikan dasar system kalender. Anggota tata-surya

secara lengkap secara berturut turut yaitu: Matahari sebagai pusat, Merkurius, Venus,

Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto.

Tata-surya merupakan bagian dari suatu galaksi yang dinamakan galaksi bima sakti

(Milky Way). Diameter galaksi bima sakti sekitar 80.000-100.000 tahun cahaya.

Di jagat raya ini masih banyak galaksi yang belum didiketahui yang jaraknya

kemungkinan bisa jutaan tahun cahaya. Dari data-data ini kita dapat mengambil

kesimpulan bahwa ruang lingkup ilmu kita masih sangat kecil bila dibandingkan dengan

luasnya jagat raya. Ini juga merupakan bukti bahwa Alloh Maha Besar, Maha Mengetahui

atas segalanya dan kita tidak sepatutnya sombong dengan pengetahuan kita yang

sangat sedikit ini

2.2. Struktur dan Komposisi Bumi

Berdasarkan gelombang seismic struktur internal bumi dapat dibedakan menjadi tiga

komponen utama, yaitu inti (core), mantel (mantle) dan kerak (crust).

• Inti bumi (core)

Dipusat bumi terdapat inti yang berkedalaman 2900-6371 km. Terbagi menjadi dua

macam yaitu inti luar dan inti dalam. Inti luar berupa zat cair yang memiliki kedalaman

2900-5100 km dan inti dalam berupa zat padat yang berkedalaman 5100-6371 km. Inti

luar dan inti dalam dipisahkan oleh Lehman Discontinuity.

Dari data Geofisika material inti bumi memiliki berat jenis yang sama dengan berat jenis

meteorit logam yang terdiri dari besi dan nikel. Atas dasar ini para ahli percaya bahwa

inti bumi tersusun oleh senyawa besi dan nikel.

• Mantel bumi (mantle)

Inti bumi dibungkus oleh mantel yang berkomposisi kaya magnesium. Inti dan mantel

dibatasi oleh Gutenberg Discontinuity. Mantel bumi terbagi menjadi dua yaitu mantel

atas yang bersifat plastis sampai semiplastis memiliki kedalaman sampai 400 km. Mantel

bawah bersifat padat dan memiliki kedalaman sampai 2900 km.

Mantel atas bagian atas yang mengalasi kerak bersifat padat dan bersama dengan kerak

membentuk satu kesatuan yang dinamakan litosfer. Mantel atas bagian bawah yang

bersifat plastis atau semiplastis disebut sebagi asthenosfer.

• Kerak bumi (crust)

Page 17: Batuan Dan Mineral

Kerak bumi merupakan bagian terluar lapisan bumi dan memiliki ketebalan 5-80 km.

kerak dengan mantel dibatasi oleh Mohorovivic Discontinuity. Kerak bumi dominan

tersusun oleh feldsfar dan mineral silikat lainnya. Kerak bumi dibedakan menjadi dua

jenis yaitu :

Kerak samudra, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si, Fe, Mg yang disebut sima.

Ketebalan kerak samudra berkisar antara 5-15 km (Condie, 1982)dengan berat jenis

rata-rata 3 gm/cc. Kerak samudra biasanya disebut lapisan basaltis karena batuan

penyusunnya terutama berkomposisi basalt.

Kerak benua, tersusun oleh mineral yang kaya akan Si dan Al, oleh karenanya di sebut

sial. Ketebalan kerak benua berkisar antara 30-80 km (Condie !982) rata-rata 35 km

dengan berat jenis rata-rata sekitar 2,85 gm/cc. kerak benua biasanya disebut sebagai

lapisan granitis karena batuan penyusunya terutama terdiri dari batuan yang

berkomposisi granit.

Disamping perbedaan ketebalan dan berat jenis, umur kerak benua biasanya lebih tua

dari kerak samudra. Batuan kerak benua yang diketahui sekitar 200 juta tahun atau Jura.

Umur ini sangat muda bila dibandingkan dengan kerak benua yang tertua yaitu sekitar

3800 juta tahun. Penyebab perbedaan umur ini akan dibahas pada bab selanjutnya.

BAB III

TEORI TEKTONIK LEMPENG

3.1. Sejarah Teori Tektonik Lempeng

1. Continental drift (Wegener, 1912)

2. Convection current of mantle (Holmes, 1931)

3. Sea-floor mapping (Heezen, Tharp, Ewing, 1959-1965)

4. Sea-floor spreading (Dietz, Hess, 1961-1962)

5. Symmetric magnetic stripping across mid-oceanic ridge (Vine and Matthews, 1963)

6. Transform fault (Wilson, 1965)

7. Global seismic zones (Lynn and Sykes, 1968)

8. Global mountain belts (Dewey and Bird, 1970)

9. New Global Tectonic - Plate Tectonic Theory (late 1967-early 1970)

 3.2. Lempeng (Plates)

Telah dijelaskan sebelumnya bahwa bagian terluar dari lapisan bumi adalah kerak bumi

yang terbagi menjadi kerak samudra dan kerak benua. Dibawah kerak terdapat lapisan

yang disebut mantel, zona pemisah antara kerak dengan mantel disebut Mohorovivic

discontinuity. Lapisan mantel atas bagian atas merupakan bagian yang padat, akan

tetapi pada kedalaman sekitar 70-80 km terjadi penurunan kecepatan gelombang

seismic (low velocity zone), hal ini membuktikan bahwa lapisan ini merupakan lapisan

yang cair liat. Kerak bumi beserta mantel atas bagian atas yang padat menjadi satu

kesatuan yang disebut litosfer, sedangkan lapisan cair liat dibawahnya disebut sebagai

astenosfer.

Litosfer tersebut mengapung diatas lapisan astenosfer dan terpotong potong menjadi

beberapa keratan yang disebut lempeng (plates).

Page 18: Batuan Dan Mineral

Lempeng lempeng tersebut bergerak satu sama lain dengan kecepatan yang berbeda-

beda dan terjadi interaksi yang menyebabkan terjadinya kejadian-kejadian geologi

seperti pembentukan gunung api, gempa bumi, pembentukan struktur geologi,

pembentukan batuan dan kejadian geologi lainnya. Walaupun kecepatan rata-rata

lempeng tersebut hanya sekitar 7cm/tahun dan kita tidak bisa merasakannya, tetapi

dengan waktu berjuta-juta tahun akan menyebabkan kejadian yang berarti seperti

kejadian geologi yang disebutkan sebelumnya. Misalkan kecepatan lempeng 5cm/tahun

dan waktunya 50 juta tahun maka lempeng tersebut akan bergerak sejauh 2500 km.

Dalam kejadian-kejadian geologi waktu yang diperlukan cukup panjang yaitu dengan

satuan juta tahun. waktu ini disusun dalam skala waktu geologi.

Contoh lempeng-lempeng yang besar diantaranya, lempeng Pasifik, lempeng Eurasia,

lempeng Amerika Utara, lempeng Amerika Selatan, Lempeng Indo Australia dan

Lempeng Afrika.

Batas lempeng

Sudah disebutkan bahwa antara satu lempeng dengan lempeng lainnya yang

berdampingan akan terjadi interaksi pada batas lempengnya, jenis interaksi yang terjadi

yaitu :

Batas Divergen

Batas Divergen adalah batas dimana dua buah lempeng atau lebih saling menjauh, gaya

yang bekerja pada batas ini adalah gaya tarikan (tensional). Hal ini mengakibatkan

lempeng saling menjauh dan mengakibatkan naiknya magma dari astenosfer dan

terjadilah pembentukan kerak baru dalam hal ini kerak samudra.

Jika kejadian ini berlangsung tanpa adanya penunjaman kembali lempeng di sisi yang

lain maka dapat dibayangkan bumi ini akan terus membesar. Contoh batas divergen

yaitu Mid Atlantic Ridge.

Batas Konvergen

Batas Konvergen yaitu batas dimana dua buah lempeng saling mendekat, hal ini

mengakibatkan terjadinya subduksi atau kolisi. Gaya yang timbul pada interaksi ini yaitu

gaya kompresional.

• Subduksi

Bila lempeng samudra dengan lempeng benua terjadi interaksi jenis ini maka lempeng

samudra akan menunjam kebawah lempeng benua. Hal ini terjadi karena berat jenis dari

lempeng samudra lebih berat dari lempeng benua sehingga lempeng benua seperti

menunggang atau mengapung. Hal inilah yang menyebabkan batuan di kerak benua

umurnya lebih tua dari umur batuan di kerak samudra.

Akibat kejadian ini akan terjadi kejadian kejadian geologi seperti pembentukan jalur

gunung api pada kerak yang menunggangi dalam hal ini kerak benua, yang diakibatkan

peleburan kerak samudra yang menunjam sehingga memicu pembentukan magma yang

kemudian naik dan membentuk gunung api. Selain itu akan terjadi berbagai macam

struktur geologi seperti sesar dan lipatan yang diakibatkan gaya kompresional dari

interaksi tersebut. Contoh interaksi ini yaitu bagian Barat Sumatera dan Selatan Jawa.

Bila lempeng samudra dengan lempeng samudra terjadi interaksi konvergen maka salah

satu lempeng akan menunjam. Hal ini akan mengakibatkan pembentukan jalur

kepulauan gunungapi (island arc) pada lempeng yang menunggangi. Contoh interaksi ini

yaitu kepulauan Jepang

Page 19: Batuan Dan Mineral

• Kolisi

 Apabial lempeng benua bertemu dengan lempeng benua maka lempeng tersebut tidak

ada yang tertunjam karena keduanya sama-sama ringan, hal ini mengakibatkan

pembentukan pegunungan lipatan yang biasanya sangat tinggi. Contoh yang paling

nyata yaitu pegunungan himalaya yang diakibatkan interaksi antara lempeng Eurasia

dengan India.

Sesar Transform

Yaitu batas antara lempeng yang saling berpapasan, biasanya batas ini terjadi karena

batas konvergen yang tidak lurus.

BAB IV

BATUAN

4.1 Pengertian Batuan

Batuan adalah agregat padat dari mineral, atau kumpulan yang terbentuk secara alami

yang tersusun oleh butiran mineral, gelas, material organik yang terubah, dan kombinasi

semua komponen tersebut.

Mineral adalah zat padat anorganik yang mempunyai komposisi kimia tertentu dengan

susunan atom yang teratur, yang terjadi tidak dengan perantara manusia dan tidak

berasal dari tumbuh-tumbuhan dan hewan, dan dibentuk oleh alam (Warsito

Kusumoyudo, 1986). Kristal adalah zat padat yang mempunyai bentuk bangun yang

beraturan yang terdiri dari atam-atom dengan susunan yang teratur.

Berzelius mengklasifikasikan mineral menjadi 8 golongan, yaitu:

1. Elemen native, contohnya emas, perak, tembaga dan intan

2. Sulfida, contohnya Galena, pirit

3. Oksida dan Hidroksida, contohnya korondum

4. Halida, contohnya Halite

5. Karbonat, Nitrat, Borat, Lodat, contohnya Kalsit

6. Sulfat, Khromat, Molibdenat, dan Tungstat, contohnya Barit

7. Fosfat, Arenat dan Vanadat, contohnya Apatit

8. Silikat, contohnya kuarsa, Feldspar, Piroksen.

Mineral memiliki sifat-sifat khusus yang dapat kita jadikan sebagai penciri mineral

tertentu. Sifat-sifat mineral diantaranya

1. Warna,

2. Goresan,

3. Kilap,

4. Belahan,

5. Pecahan

6. Kekerasan.

Tabel Kekerasan Mineral

Kekerasan Mineral

1 Talk

2 Gipsum

Page 20: Batuan Dan Mineral

3 Kalsit

4 Fluori

5 Apatit

6 Ortoklas

7 Kuarsa

8 Topas

9 Korondum

10 Intan

4.2 Pembagian Batuan

Berdasarkan pembentukannya batuan dibedakan menjadi tiga yaitu batuan beku,

sedimen, dan metamorf. Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi

(pembekuan) magma.

Batuan sediment terbentuk dibawah kondisi permukaan dan terdiri dari kumpulan (1)

presipitasi kimia dan biokimia; (2) fragmen atau butiran batuan, mineral dan fosil; (3)

kombinasi material-material tersebut.\

Batuan metamorf adalah batuan yang asalnya adalah batuan beku, sediment atau

metamorf yang berubah secara mineralogy, tekstur atau keduanya tanpa mengalami

peleburan yang diakibatkan oleh panas, tekanan, atau cairan kimia aktif. Panas dan

tekanan disini berbeda dengan kondisi dipermukaan.

4.3 Penyebaran Batuan di Bumi

 Bumi adalah tubuh padat, kecuali pada inti luar, dan beberapa tempat yang relative

kecil didalam mantel atas dan kerak, yang cair. Kebanyakan dari material yang padat

merupakan batuan metamorf, ini dikarenakan batuan di inti dalam, mantel dan kerak

telah terubah dikarenakan tekanan dan temperature yang tinggi.

Magma yang terbentuk pada mantel atas naik ke level yang lebih tinggi didalam kerak

dan mengalami kristalisasi. Batuan sediment terbentuk di permukaan atau dekat

permukaan.

Di daratan, batuan sediment menutupi sekitar 66 % dari total batuan yang tersingkap

(Blatt dan Jones, 1975). Sisanya sekitar 34 % adalah batuan kristalin yang berupa batuan

beku dan metamorf. Di bawah samudra kebanyakan ditutupi oleh material sediment atau

batuan sediment yang tipis. Dibawah tutupan sediment, didominasi oleh batuan beku

dan metamorf.

BAB V. BATUAN BEKU

5.1 Pengertian Batuan Beku

Batuan beku (Igneous Rock) adalah batuan yang terbentuk dari kristalisasi atau

pembekuan dari magma. Pembekuan ini dapat berlangsung di permukaan atau jauh di

Page 21: Batuan Dan Mineral

bawah permukaan. Perbedaan tempat pembentukan ini pada ahirnya akan digunakan

dalam klasifikasi dan mempengaruhi sifat-sifat batuan yang terbentuk.Batuan beku yang

terbentuk di permukaan disebut batuan volkanik (ekstrusif) dan yang terbentu di jauh di

bawah permukaan bumu disebut batuan plutonik (intrusif).

5.2 Magma dan Deret Bowen

Magma adalah cairan silikat yang sangat panas, mengandung oksida, sulfide serta

volatile. Volatile ini terutama terdiri dari CO2, Sulfur (S), Chlorine (Cl), Fluorine (F) dan

Boron (B) yang dikeluarkan ketika magma membeku. Temperatur magma berkisar

antara 6000 C ( magma asam) sampai 12500 C (magma basa), dimana kedua jenis

magma ini merupakan induk batuan beku.

Temperatur magma turun hingga mencapai titik jenuhnya, maka magma akan mulai

mengkristal. Umumnya unsure-unsur yang sukar larut akan mengkristal terlebih dulu

seperti apatit, zircon, ilmenit, magnetit, rutile, titanit, chromit. Sementara mineral yang

mudah larut mengkristal kemudian dan terjebak di sekitar kristal yang terbentuk terlebih

dahulu.

Mineral utama pembentuk batuan juga mengalami hal yang serupa, yang mula-mula

mengkristal dan selanjutnya yaitu olivin, piroksen, amfibol, dan selanjutnya seperti yang

dikemukakan oleh Bowen (1922). Bowen menggambarkannya berupa chart yang disebut

Deret Bowen (Bowen’s Series)

Urutan pembekuan magma berdasarkan temperaturnya dapat dibedakan menjadi

beberapa tahap pembekuan yaitu :

1. Tahap Orthomagmatik, yaitu pembekuan magma yang pertama kali dengan

temperatur > 8000C

2. Tahap Pegmatitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur antara 6000C – 8000C

3. Tahap Pneumatolitik, yaitu pembekuan magma pada temperatur antara 4000C –

6000C serta kaya akan gas

4. Tahap Hydrothermal, yaitu pembekuan magama berkisar antara 1000C – 4000C.

Berupa larutan sisa yang kaya akan gas dan larutan/cairan.

Dalam perjalanannya magma mengalami perubahan yang terdiri dari tiga proses utama,

yaitu :

1. Differensiasi magma, yaitu suatu proses yang menyebabkan magma yang asalnya

relatif homogen terpecah-pecah menjadi beberapa bagian atau fraksi dengan komposisi

yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan oleh migrasi ion atau molekul dalam larutan

magma karena adanya perubahan temperatur dan tekanan. Ketika magma mengalami

penurunan tekanan dan temperatur, maka mineral yang memiliki titik lebur yang tinggi

mulai mengkristal, sedangkan cairan yang belum membeku akan terus naik dan akhirnya

keseluruhan cairan magma itu membeku.

2. Assimilasi. Ketika magma naik menuju ke permukaan, magma tersebut tentunya

melewati batuan samping, hal ini akan menyebabkan terjadinya interaksi antara magma

dan batuan samping. Interaksi yang terjadi yaitu meleburnya batuan samping, terjadi

Page 22: Batuan Dan Mineral

reaksi dengan batuan samping dan pelarutan batuan samping, dengan demikian magma

akan mengalami perubahan komposisi. Tingkat perubahan komposisi pada magma

tergantung pada jenis magma, jenis batuan samping, dan jauh dekatnya jarak yang

ditempuh oleh magma.

3. Pencampuran magma. Dalam perjalanannya magma dapat bertemu dengan magma

dengan komposisi yang berbeda, hal ini tentunya akan merubah komposisi magma.

5.3 Struktur batuan beku

Berdasarkan tempat pembekuannya batuan beku dibedakan menjadi batuan beku

extrusive dan intrusive. Hal ini pada nantinya akan menyebabkan perbedaan pada

tekstur masing masing batuan tersebut. Kenampakan dari batuan beku yang tersingkap

merupakan hal pertama yang harus kita perhatikan. Kenampakan inilah yang disebut

sebagai struktur batuan beku.

1. Struktur batuan beku ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung

dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagia struktur

yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat pembekuan lava

tersebut. Struktur ini diantaranya:

yang terlihat seragam. Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan

terlihat sebagai lapisan. Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang

memperlihatkan batuan terpisah poligonal seperti batang pensil. Columnar joint, yaitu

struktur yang

lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal ini diakibatkan

proses pembekuan terjadi pada lingkungan air. Pillow

struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku. Lubang ini terbentuk

akibat pelepasan gas pada saat pembekuan. Vesikular, yaitu

struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain seperti kalsit, kuarsa atau

zeolit. Amigdaloidal, yaitu

kesejajaran mineral pada arah tertentu akibat aliran. Struktur aliran, yaitu struktur

yang memperlihatkan adanya

 Gambar 5.2 Struktur Vesikular (atas) dan Columnar joint (bawah) pada suatu aliran lava

2. Struktur Batuan Beku Intrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung

dibawah permukaan bumi. berdasarkan kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang

diterobosnya struktur tubuh batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan

dan diskordan

Konkordan

Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya, jenis jenis dari

Page 23: Batuan Dan Mineral

tubuh batuan ini yaitu :

1) Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan batuan

disekitarnya.

2) Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana perlapisan

batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat penerobosan tubuh batuan ini,

sedangkan bagian dasarnya tetap datar. Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil

dengan kedalaman ribuan meter.

3) Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith, yaitu bentuk

tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki diameter yang lebih besar dari

laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

4) Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang telah

terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan sampai ribuan

kilometer.

Diskordan

Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan disekitarnya. Jenis-jenis

tubuh batuan ini yaitu:

1) Dike, yaitu tubuh batuan yang memotong perlapisan disekitarnya dan memiliki bentuk

tabular atau memanjang. Ketebalannya dari beberapa sentimeter sampai puluhan

kilometer dengan panjang ratusan meter

2) Batolith, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100 km2

dan membeku pada kedalaman yang besar

.

3) Stock, yaitu tubuh batuan yang mirip dengan Batolith tetapi ukurannya lebih kecil

yaitu< 100 km2

5.4 Tekstur Batuan Beku

Magma merupakan larutan yang kompleks. Karena terjadi penurunan temperatur,

perubahan tekanan dan perubahan dalam komposisi, larutan magma ini mengalami

kristalisasi. Perbedaan kombinasi hal-hal tersebut pada saat pembekuan magma

mengakibatkan terbentuknya batuan yang memilki tekstur yang berbeda.

Ketika batuan beku membeku pada keadaan temperatur dan tekanan yang tinggi di

bawah permukaan dengan waktu pembekuan cukup lama maka mineral-mineral

penyusunya memiliki waktu untuk membentuk sistem kristal tertentu dengan ukuran

mineral yang relatif besar. Sedangkan pada kondisi pembekuan dengan temperatur dan

tekanan permukaan yang rendah, mineral-mineral penyusun batuan beku tidak sempat

membentuk sistem kristal tertentu, sehingga terbentuklah gelas (obsidian) yang tidak

Page 24: Batuan Dan Mineral

memiliki sistem kristal, dan mineral yang terbentuk biasanya berukuran relatif kecil.

 Berdasarkan hal di atas tekstur batuan beku dapat dibedakan berdasarkan :

1. Tingkat kristalisasi

 Holokristalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya disusun oleh kristal

Hipokristalin, yaitu batuan beku yang tersusun oleh kristal dan gelas

Holohyalin, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh gelas

2. Ukuran butir

Phaneritic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhmya tersusun oleh mineral-mineral

yang berukuran kasar.

Porphyritic, yaitu batuan beku yang tersusun oleh mineral berukuran kasar (fenokris) dan

mineral berukuran halus (masa dasar)

Aphanitic, yaitu batuan beku yang hampir seluruhnya tersusun oleh mineral berukuran

halus.

3. Bentuk kristal

Ketika pembekuan magma, mineral-mineral yang terbentuk pertama kali biasanya

berbentuk sempurna sedangkan yang terbentuk terakhir biasanya mengisi ruang yang

ada sehingga bentuknya tidak sempurna. Bentuk mineral yang terlihat melalui

pengamatan mikroskop yaitu:

Euhedral, yaitu bentuk kristal yang sempurna

Subhedral, yaitu bentuk kristal yang kurang sempurna

Anhedral, yaitu bentuk kristal yang tidak sempurna.

4. Berdasarkan kombinasi bentuk kristalnya

Panoidiomorf (Automorf), yaitu sebagian besar kristalnya dibatasi oleh bidang kristal

atau bentuk kristal euhedral (sempurna)

Hypidiomorf (Hypautomorf), yaitu sebagian besar kristalnya berbentuk euhedral dan

subhedral.

Allotriomorf (Xenomorf), sebagian bear penyusunnya merupakan kristal yang berbentuk

anhedral.

5. Berdasarkan keseragaman antar butirnya

Equigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya hampir sama

Page 25: Batuan Dan Mineral

Inequigranular, yaitu ukuran butir penyusun batuannya tidak sama

5.5 Klasifikasi Batuan Beku

Batuan beku diklasifikasikan berdasarkan tempat terbentuknya, warna, kimia,

 tekstur, dan mineraloginya.

Berdasarkan tempat terbentuknya batuan beku dibedakan atas :

1. Batuan beku Plutonik, yaitu batuan beku yang terbentuk jauh di perut bumi.

2. Batuan beku Hypabisal, yaitu batuan beku yang terbentu tidak jauh dari permukaan

bumu

3. Batuan beku vulkanik, yaitu batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi

Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu mineral mafic

(gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan mineral felsic (terang) seperti

Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.

Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:

1. Leucocratic rock, kandungan mineral mafic < 30%

2. Mesocratic rock, kandungan mineral mafic 30% - 60%

3. Melanocratic rock, kandungan mineral mafic 60% - 90%

4. Hypermalanic rock, kandungan mineral mafic > 90%

Berdasarkan kandungan kimianya yaitu kandungan SiO2nya batuan beku diklasifikasikan

menjadi empat yaitu:

1. Batuan beku asam (acid), kandungan SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.

2. Batuan beku menengah (intermediat), kandungan SiO2 65% - 52%. Contohnya Diorit,

Andesit3. Batuan beku basa (basic), kandungan SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro,

Basalt

4. Batuan beku ultra basa (ultra basic), kandungan SiO2 < 45%, contohnya peridotit,

piroksenit, dunit.

Mineralogi dan tekstur biasanya menjadi suatu dasar yang tidak terpisahkan dalam

pengklasifikasian batuan beku. Berdasarkan mineraloginya (Streickeisen) batuan beku

terbagi menjadi 2 yaitu :

Kelas A dengan Mafic 90%

Klasifikasi kelas A dengan mineral Mafic 90%

Page 26: Batuan Dan Mineral

Untuk klasifikasi berdasarkan mineralogi, batuan harus disayat tipis dan kemudian

dilakukan pendeskripsian melalui mikroskop. '

Pengertian Geofisika

Geofisika adalah bagian dari ilmu bumi yang mempelajari bumi menggunakan kaidah

atau prinsip-prinsip fisika. Di dalamnya termasuk juga meteorologi, elektrisitas

atmosferis dan fisika ionosfer.

Penelitian geofisika untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan bumi melibatkan

pengukuran di atas permukaan bumi dari parameter-parameter fisika yang dimiliki oleh

batuan di dalam bumi. Dari pengukuran ini dapat ditafsirkan bagaimana sifat-sifat dan

kondisi di bawah permukaan bumi baik itu secara vertikal maupun horisontal.

Dalam skala yang berbeda, metode geofisika dapat diterapkan secara global yaitu untuk

menentukan struktur bumi, secara lokal yaitu untuk eksplorasi mineral dan

pertambangan termasuk minyak bumi dan dalam skala kecil yaitu untuk aplikasi

geoteknik (penentuan pondasi bangunan dll).

Di Indonesia, ilmu ini dipelajari hampir di semua perguruan tinggi negeri yang ada.

Biasaya geofisika masuk ke dalam fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

(MIPA), karena memerlukan dasar-dasar ilmu fisika yang kuat, atau ada juga yang

memasukkannya ke dalam bagian dari Geologi. Saat ini, baik geofisika maupun geologi

hampir menjadi suatu kesatuan yang tak terpisahkan Ilmu bumi.

Bidang kajian ilmu geofisika meliputi meteorologi (udara), geofisika bumi padat dan

oseanografi(laut).

Beberapa contoh kajian dari geofisika bumi padat misalnya seismologi yang mempelajari

gempabumi, ilmu tentang gunungapi (Gunung Berapi) atau volcanology, geodinamika

yang mempelajari dinamika pergerakan lempeng-lempeng di bumi, dan eksplorasi

seismik yang digunakan dalam pencarian hidrokarbon.

Metode-metode geofisika

Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori yaitu metode pasif dan

aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh

bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur

respons yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi

gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnetik bumi, medan listrik

dan elektromagnetik bumi serta radiasi radioaktifitas bumi. Medan buatan dapat berupa

ledakan dinamit, pemberian arus listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain

sebagainya.

Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampak seperti tabel di

bawah ini:

Metode Parameter yang diukur Sifat-sifat fisika yang terlibat

Seismik

Waktu tiba gelombang seismik pantul atau bias, amplitudo dan frekuensi gelombang

Page 27: Batuan Dan Mineral

seismik

Densitas dan modulus elastisitas yang menentukan kecepatan rambat gelombang

seismik

Gravitasi

Variasi harga percepatan gravitasi bumi pada posisi yang berbeda Densitas

Magnetik Variasi harga intensitas medan magnetik pada posisi yang berbeda

Suseptibilitas atau remanen magnetik

Resistivitas Harga resistansi dari bumi Konduktivitas listrik

Polarisasi terinduksi Tegangan polarisasi atau resistivitas batuan sebagai fungsi dari

frekuensi Kapasitansi listrik

Potensial diri Potensial listrik Konduktivitas listrik

Elektromagnetik Respon terhadap radiasi elektromagnetik Konduktivitas atau Induktansi

listrik

Radar Waktu tiba perambatan gelombang radar Konstanta dielektrik