Page 1
Nama : Ayu Sriningsih
Nim : 112014026
Koas Bagian Bedah
1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit dewasa maupun anak ?
a. Terapi cairan dan elektrolit pada anak
Cairan tubuh terbagi dalam 2 kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler.
Ekstraseuler terbagi dalam ruang interstisial dan intravascular.
Table 1. Total caitan tubuh, cairan intraseluler dan ektraseluler menurut berat badan dan usia
pada anak
Kompartemen cairan
tubuh
Usia
Lahir Bulan Tahun
0 3 6 6 16
Total cairan tubuh 78% 75% 70% 65% 60%
Cairan Intraseluler 33% 37,5% 40% 42,5 40%
Cairan Ekstraseluler 45% 37,5% 30% 22,5% 20%
Grafik 1. Total caitan tubuh, cairan intraseluler dan ektraseluler menurut berat badan dan usia
pada anak
Page 2
Prinsip terapi cairan dan elektrolit
Anak-anak memerlukan cairan dan elektrolit lebih banyak dari dewasa, karena itu mudah
terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal itu terjadi karena metabolic rate
yang tinggi, insensible loss yang tinggi (minute ventilation tinggi, rasio suface area), dan
kemampuan konsentrasi urin rendah.
Kebutuhan cairan perhari
Kebutuhan rumatan = IWL + urin +cairan tinja
Kebutuhan cairan perhari bias diperkirakan berdasarkan energy expenditure, dimana 1 kcal =
1ml H2O. Berdasarkan perhitungan energy expenditure rata-rata pada pasien yang dirawat di
RS didapatkan kebutuhan cairan perhari sebagai berikut:
Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari
Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari
Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari
Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari
Berat badan 10 kg kedua = 1000 ml + 50 ml H2O/kgBB/hari
Berat badan ≥ 20 kg = 1500 ml + 20 ml H2O/kgBB/hari
*Pada pasien dengan kesulitan kompensasi terhadap kelebihan atau kekurangan cairan dan
elektrolit (kelainan jantung, ginjal) harus dilakukan perhitungan secara ketat/titrasi.
Kebutuhan elektrolit perhari
Perkiraan kebutuhan elektrolit perhari didasarkan pada kebutuhan metabolism, atau dengan
kebutuhan cairan perhari.
Natrium = 2-4 mEq/100mlH2O/hari
Kalium = 1-2 mEq/100mlH2O/hari
Klorida = 2-4 mEq/100mlH2O/hari
Walaupun dalam beberapa kondisi bias terjadi kehilangan banyak elektrolit melalui kulit atau
gastrointestinal, tetapi sebagian besar kehilangan elektrolit perhari adalah melalui urin.
Karean itu pada penderita oliguria memerlukan elektrolit lebih sedikit untuk penggantinya,
sebaliknya pada penderita poliuri. Pada penderita dengan unusual losses meemrlukan
monitoring dan penyesuaian kebuuhan penggantian elektrolitnya.
Page 3
2. Jelaskan tentang perdarahan (menurut ATLS dan bagaimana penatalaksanaannya)
Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi pada penderitatrauma.
Respon penderita trauma terhadap kehilangan darah menjadi lebih rumitkarena pergeseran
cairan di antara kompartemen cairan di dalam tubuh (khususnya didalam kompartemen
cairan ekstraseluler). Definisi dari perdarahan adalah kehilanganakut volume peredaran darah
(ATLS, 2004).Hebatnya kehilangan darah dapat ditentukan pada evaluasi awal
denganmenilai pulsasi, tekanan darah, dan pengisian kembali kapiler. Sistem
klasifikasiATLS dari American College of Surgeons berguna untuk memahami
manifestasisehubungan dengan syok hemoragik pada orang dewasa (tabel 1). Volume
darahdiperkirakan 7% dari berat badan ideal, atau kira-kira 4900 ml pada pasien dengan berat
badan 70 kg.
Klasifikasi perdarahan menurut ATLS
a. Perdarahan grade 1, sebagai kehilangan darah < 15% dari total volume darah, mendorong
pada tidak adanya perubahan terukur pada kecepatan jantung atau pernafasan, tekanan
darah, atau tekanan nadi dan membutuhkan sedikit atau tidak adanya perawatan sama
sekali.
b. Perdarahan grade 2, sebagai kehilangan darah 15-30% volume darah (750-1500 ml),
dengan tanda-tanda klinis termasuk takikardia dan takipnoe. Tekanan darah sistolik
mungkin hanya sedikit menurutn, khususnya ketika pasien berada pada posisi supinasi,
akan tetapi tekanan nadi menyempit. Urin output hanya menurun sedikkit (yaitu 20-30
ml/jam). Pasien dengan perdarahan kelas 2 biasanya dapat diresusitasi dengan larutan
kritaloid saja, namun beberapa pasien mungkin membutuhkan transfuse darah.
c. Perdarahan grade 3, sebagai kehilangan 30-40% (1500-2000 ml) volume darah. Perfusi
yang tidak adekuat pada pasien dengan perdarahan kelas 3 mengakibatkan tanda takikardi
dan takipnoe, ektremitas dingin dengan pengisian kembali kapiler yang terhambat secara
signifikan, hipotensi, dan perubahan negative status mental yang signifikan. Pedarahan
grade 3 menampakkan volume kehilangan darah terkecil yang secara konsisten
menghasilkan penurunan pada tekana darah sistemik. Resusitasi pada pasien ini
seringnya membutuhkan transfusi darah sebagai tambahan terhadap pemberian larutan
kristaloid.
Page 4
d. Perdarahan grade 4, sebagai kehilangan darah > 40% volume darah (>2000 ml) mewakili
perdarahan yang mengancam jiwa. Tanda-tandanya termasuk takikardi, tekanan darah
sistolik yang tertekan secara signifikan, dan tekanan nadi yang menyempit atau tekanan
darah diastolic yang tidak dapat diperoleh. Kulit menjadi dingin dan pucat, dan status
mental sangat tertekan. Urin output sedikit. Pasien-pasien ini membutuhkan transfusi
segera untuk resusitasi dan seringkali membutuhkan intervensi bedah segera.
Penilaian dan Pengelolaan
I. Primary Survey
Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali, dan
resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.
a. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical (cervical spine control)
Yang pertama dinilai adalah kelancara jalan nafas. Meliputi pemeriksaan adanya
obstruksi jalan nafas (karena benda asing, fraktur tulang wajahfraktur mandibular atau
maksila, fraktur laring atau trakea). Pada penderita yang dapa berbicara, dapat dianggap
bahwa jalan nafas bersih, walaupun demikian penilaian ulang airway tetap dilakukan.
Membebaskan airway dapat dimulai dengan chin lift atau jaw thrust. Pada pasien dengan
GCS ≤ 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif. Selama memeriksa dan
memperbaiki airway, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi leher. Kecurigaan
fraktur servical, harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).
b. Breathing, menjaga pernapasan dengan ventilasi
Ventilasi yang baik meliputi fungsi yg baik dari paru, dinding dada dan
diafragma. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang
mungkin mengganggu ventilasi, perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah
dalam rongga pleura, dan auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke
dalam paru. Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension
pneumo-thorax, flail chest dengan kontusio paru dan open pneumothorax.
c. Circulation, dengan control perdarahan (hemorrhage control)
i. Volume darah dan cardiac output. Keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan
oleh hipovolemia, samapi terbukti sebaliknya. Maka diperlukan penilaian yang
cepat dari status hemodinamik penderita. 3 temua klnis mengenai keadaan
hemodinamik, yakni tingkat kesadaran, warna kulit yang pucat keabu-abuan pada
Page 5
wajah dan kulit ekstremitas yang pucat, dan nadi yang cepat dan kecil (nadi yang
tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung). Tidak ditemukannya pulsai arteri
besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera.
ii. Perdarahan.
d. Disability, dengan status neurologis
Penilaian yang dilakukan adalah menilai kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,
tanda-tanda lateralisasi dan tingkat (level) cedera spinal. Penilaian dengan GSC (Glasgow
coma scale) dapat meramal outcome penderita. Penrununa kesadaran menuntut dilakukan
reevaluasi terhadap keadaan oksigen, ventilasi, dan perfusi.
e. Exposure/environmental control : buka baju penderita, tetapi cegah hipotermia
Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi
penderita dan tetap menjaga suhu tubuh pasien. Diberikan selimuti agar tidak hipotermia
dan diberikan cairan kristaloid intra-vena yang sudah di hangatkan.
II. Secondary Survey
Riwayat AMPLE (alergi, medikasi (obat ynag diminum saat ini), past
illness/pregnancy, last meal, event/environment yang berhubungan dengan
kejadian.
Pemeriksaan fisik meliputi, kepala, maksilo-fasial, vertebra servical dan leher,
toraks, abdomen, perineum.rektum/vagina, muskulo-skeletal, dan neurologis
3. Jelaskan mengenai definisi syok dan macam-macam syok ?
Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang
menyebabkan ketidak cukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jarngan, dengan akibat
gangguan mekanisme homeostasis. Syok juga didefinisikan sebagai respon tubuh terhadap
gangguan pada system peredaran darah yang menghambat darah mengalir dalam jumlah
yang cukup ke seluruh bagian tubuh, terutama ke alat tubuh yang penting. cedera pada
jantung atau pembuluh darah, atau berkurangnya jumlah darah yang mengalir, bisa
menyebabkan syok.
Klasifikasi
a. Syok Hipovolemik
Page 6
Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan
penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh
total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen
intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan
intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai
25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn
berat badan 70 kg. Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok
hipovolemik adalah kehilangan cairan eksternal (pembedahan, muntah-muntah, diare,
diuresis) dan perpindahan cairan internal (hemoragi internal, luka baker, asites dan
peritonitis).
b. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang
mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Penyebab
syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan
oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati,
kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.
c. Syok Distributif
Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal
berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh
darah perifer. Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau
oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan
pasien pada resiko syok distributif yaitu syok neurogenic seperti cedera medulla spinalis,
anastesi spinal, syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi,
alergi sengatan lebah dan syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1
thn dan > 65 tahun, malnutrisi. Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi
awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe,
yaitu :
Syok Neorugenik. Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat
kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis,
anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat
Page 7
kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok).
Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab
seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi.
Syok Anafilaktik. Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien
yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami
reaksi anti gen- anti bodi sistemik
Syok Septik. Adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh
infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan
praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan
debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan
secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.
d. Syok Obtruktif
Ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastol sehingga secara nyata
menurunkan volume sekuncup dan endnya curah jantung. Misalnya : tamponade kordis,
koarktasio aorta, emboli paru, hipertensi pulmoner primer.
4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa
pH cairan tubuh dipertahankan pada keadaan normal, sebesar 7,37-7,42. Rentang ini
diperlukan untuk aktivitas normal enzim dan otot. Pengaturan pH harus terjadi sesuai dengan
produksi sehari-hari gram organic dana norganik melalui metabolism. Ada 3 faktor utama
yang mengatur konsetrasi ion hydrogen dalam tubuh guna mencegah terjadinya asidosis atau
alkalosis. Ketiga factor tersebut antara lain system penyangga asam basa (system buffer),
pusat pernapasan, dan ginjal. Mekanisme tubuh dalam menjaga keseimbangan pH tubuh
melalui tiga mekanisme tersebut berlangsung secara beurutan. Saat terjadi gangguan
keseimbangan asam basa, system buffer langsung diaktifkan sebagai system pertahanan
hidup pertama. Apabila gangguan tersebut tidak dapat dikompensasi, selanjutnya tubuh
mengaktifkan mekanisme pernapasan dan teeakhir melalui mekanisme ginjal. Pada
hakekatnya proses ini dibagi dalam buffer asam cepat melalui garam asam lemah,
pembuangan asam cepat (seperti CO2) melalui paru-paru dan ekskresi asam yang lambat
melalui ginjal.
Page 8
Kelainan asam basa dapat berupa asidosis (kenaikan [H+]) atau alkalosis (penurunan
[H+]). Proses perubahan pH darah ada yang bersifat metabolic (karena perubahan konsentrasi
bikarbonat) dan yang bersifat respiratorik (karena perubahan tekanan parsial CO2). Asidosis
dapat akibat dari berkurangnya bikarbonat (asidosis metabolik) dan kenaikan PaCO2
(asidosis respiratorik). Sebaliknya alkalosis dapat akibat dari kenaikan bikarbonat (alkalosis
metabolik) dan penurunan PaCO2 (alkalosis respiratorik).
a. Asidosis Metabolik
Pengertian asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang
ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman
melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut
dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme
tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.
Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama
yaitu (1) jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau
suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan
asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan
zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis
metabolic. (2) tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa
penyakit, salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak
terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut
keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam
laktat dibentuk dari metabolisme gula. (3) asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak
mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam
yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada
penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal
Page 9
untuk membuang asam. Penyebab utama dari asidois metabolic adalah gagal ginjal.
Penyebab lain seperti asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal), ketoasidosis
diabetikum, asidosis laktat (bertambahnya asam laktat), bahan beracun (seperti etilen
glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida),
kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi
atau kolostomi.
Gejala asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya
penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau
sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan
dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,
rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin
memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.
Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah
yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri
digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.
Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan
bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu
menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton
dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan
toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh
keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara
mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.
Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,
diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan
racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati
overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara
langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan
pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat
mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara
dan dapat membahayakan.
Page 10
b. Asidosis Respiratorik
Pengertian Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena
penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang
buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan
jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul
karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan
karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang
mempengaruhi paru- paru, seperti emfisema, ronkitis kronis, pneumonia berat, edema
pulmoner dan asma. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat
narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan. Asidosis respiratorik dapat
juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan
terhadap mekanisme pernafasan.
Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya
memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan
koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau
jika pernafasan sangat terganggu, atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu
terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,
namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.
Diagnose biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah
dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri. Pengobatan asidosis respiratorik
bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki
pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru- paru seperti asma dan
emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin
perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.
c. Alkalosis Metabolic
Definisi alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan
basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan
terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama
Page 11
periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang
lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah
pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang
yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain
itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah
yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan
asam basa darah. Penyebab utama akalosis metabolic penggunaan diuretik (tiazid,
furosemid, asam etakrinat), kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung,
kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Gejala alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),
otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang
berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan
(tetani). Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam
keadaan basa. Pengobatan biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan
dan elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida
secara intravena.
d. Alkalosis Respiratorik
Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena
pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang
menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran
darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen
darah yang rendah, demam, overdosis aspirin.
Gejala alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat
menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,
bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam
darah arteri. pH darah juga sering meningkat. Pengobatan biasanya satu-satunya
pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah
Page 12
kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya
adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung
kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida
setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan
lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,
kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal
ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi
kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.
5. Jelaskan mengenai minor set ?
Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen
dengan fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen
dengan fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan),
instrumen dengan fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito),
serta instrumen dengan fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle).
Instrumen Dengan Fungsi Memotong
a. Pisau Scalpel + Pegangan
Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat
ini bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu,
alat ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit.
Setiap pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai
bagian pemotong dan yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat
menempelnya pegangan scalpel. Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan
needle-holder dan hubungkan lubang pada area tersebut pada lidah pegangan sampai
terkunci (terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang ujung pisau dengan needle-holder dan
lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat sampah. Pegangan scalpel yang
sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan bersama pisau scalpel
dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang sering digunakan adalah yang
berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal.
Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu
Page 13
pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan
sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan
pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan
pengontrolan yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.
b. Gunting
Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur.
Mencukur membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan
anak jari lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang
bersifat tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis
pada kedua lubang gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong
instrumen pada waktu memotong sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu,
penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya
berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan
(bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.
Gunting Jaringan (bedah). Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk.
Pertama, berbentuk ujung tumpul dan berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung
tumpul digunakan untuk membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang
juga dapat dipotong secara tajam. Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada
logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada kasus lipoma
atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting.
Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi karena dapat
menyebabkan kerusakan.
Gunting Benang (dressing scissors). Gunting benang didesain untuk menggunting
benang. Gunting ini berbentuk lurus dan berujung tajam. Gunakan hanya untuk
menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini juga digunakan saat mengangkat
benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan
benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika
ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong struktur lainnya.
Gunting Perban. Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan
ujung yang tumpul. Gunting ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat
untuk memudahkan dalam memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan
Page 14
lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam
pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk mencegah kecelakaan saat remove
perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan memotong perban sesaat sebelum
menutup luka, gunting ini juga aman digunakan untuk memotong perban saat perban
telah ditempatkan di atas luka.
Gunting Iris. Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan
berukuran kecil sekitar 3-4 inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus
khususnya iris. Dalam bedah minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh
karena ujungnya yang cukup kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan.
(dictionary online)
Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam
a. Pinset Anatomi
Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan
oleh ibu jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul
saat jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan
kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil
dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan
yang beragam. Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa
eksplorasi jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia)
b. Pinset Chirurgis
Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang).
Pinset bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena
dapat merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan
dengan genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi
yakni untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.
(wikipedia)
c. Klem Jaringan
Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling
berhubungan pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang
panjang dan adapula yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini
bermanfaat untuk memegang jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan
Page 15
dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara
pemegangannya: klem dipegang dalam keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan
posisi di tengah tangan. Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang
memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi tegang.
Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut mungkin,
usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi
memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang jaringan dengan
kuat dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat menggunakan
alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki resiko
merusak jaringan jika jepitan dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan
yang kuat dalam menggenggam jaringan.
Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan
a. Klem Arteri
Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan
pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa
menimbulkan kerusakan yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-
holder memiliki bentuk yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2),
dimana klem arteri, struktur jepitannya berupa galur paralel pada permukaannya dan
ukuran panjang pola jepitannya sampai handle agak lebih panjang dibanding needle-
holder. Alat ini juga tersedia dalam dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok
(mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah
minor.
Instrumen Dengan Fungsi Menjahit
a. Benang Bedah.
Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang
absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah
dan kadang digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan
untuk jaringan tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang
bersifat alami dan sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau
prolene) atau jalinan (black silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan
menggunakan benang non-absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan
Page 16
jenis benang yang absorbable.
Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon
(polyclycalic acid) yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih
panjang dari catgut dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah
untuk jahitan subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan
untuk jahitan dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).
Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang).
Benang ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini
cukup halus dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini
lebih sulit diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini
dapat diselesaikan dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat
jahitan dilakukan atau mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen
polypropylene) dapat meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove
dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen polyamide).
Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak
digunakan. Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan
menghasilkan luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah
banyak benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit
kepala yang berbatas merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini
lebih memuaskan.
Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami.
Jenis benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi.
Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki
kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari.
Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.
Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem
metrik dan sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang
dalam per-sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki
diameter 0.2 mm. Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang
menggunakannya. Ketebalan benang disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0,
4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0
Page 17
merupakan nomor dengan diameter paling halus yang tebalnya seperti rambut, digunakan
pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan
pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0
merupakan nilai pertengahan yang juga sering digunakan.
Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan
needlenya secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian
luar, pertama yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket
jahitan ini dijamin dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat
membuka paket, simpan ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat
dari kertas perak yang dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan
dipisahkan dari kertas tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat
needle tersebut dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk
tindakan penjahitan.
b. Needle holder
Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan.
Secara keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan
ujung jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting
adalah perbedaan pada struktur jepitannya. Struktur jepitan needle holder berbentuk criss-
cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari jepitannya,
untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan
menggenggam jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan
jaringan secara serius.
6. Jelaskan mengenai macam-macam teknik anestesi ?
a. Anestesi Lokal
Pada anestesi lokal (sering juga diistilahkan dengan analgesia lokal), kesadaran
penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal). Anestesi lokal
adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama
nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Anestesi lokal bersifat ringan
dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat. Oleh karena
efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama kurun waktu sekitar 30
Page 18
menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan injeksi tambahan untuk
melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri. Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan
untuk banyak hal. misalnya, sulam bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial
seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi berlubang, hingga merawat luka terbuka yang
disertai tindakan penjahitan.
b. Anestesi Regional
Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu
dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila
pasien tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada
lengan dan tungkai. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama
pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang
belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu. Sensasi
nyeri yang ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak
dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak. Dan sifat anestesi atau efek mati rasa akan
lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal. Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa
dari perut ke bawah. Namun, oleh karena tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf
pusat atau otak, maka pasien yang sudah di anestesi regional masih bisa sadar dan
mampu berkomunikasi, walaupun tidak merasakan nyeri di daerah yang sedang dioperasi.
c. Anestesi Umum
Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama
narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai
hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan
untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan
lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah
rekonstruksi tulang, dan lain-lain. Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa
nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot.
Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi
jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi
dilakukan.
Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu, stadium I (stadium induksi atau eksitasi
volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya
Page 19
kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil,
dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari
hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi
eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur,
inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III
(pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu, plane I yang ditandai dengan
pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-
abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan
kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata
ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai
dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut
relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan
paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran
seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal.
7. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya ?
Tumor dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Jenis-jenis Tumor jinak, seperti
a. Kutil (Veruka vulgaris) yang umum dijumpai, disebabkan oleh virus yang menular.
Kutil biasanya terjadi pada lengan atau telapak kaki.
b. Keratosis, adalah lesi prakanker yang ditandai dengan hipertrofi epidermis.
c. Keloid, adalah penimbunan padat jaringan fibrosa yang meluas di atas permukaan
kulit yang mengalami luka traumatic atau insisi bedah. Keloid timbul akibat
kegagalan pemecahan kolagen dan lebih sering terjadi padaorang berkulit hitam.
d. Malformasi kapiler lebih sering dikenal dengan “port wine stain” pada kulit. Kelainan
ini memperlihatkan dilatasi kapiler abnormal pada pleksus subdermis. Lesinya halus
dengan distribusi bercak-bercak kemerahan atau keunguan.
e. Hemangioma, muncul pada saat bayi dan dapat membesar pada tahun pertama
kehidupan tetapi setelah itu mengecil. Lesi berwarna merah terang, timbul, dan
irregular. Timbulnya ulkus atau infeksi superfisial sering kali memperlambat
penyembuhan lesi.
Page 20
f. Tumor glomus, adalah tumor jinak, neoplasma kulit yang jarang yang biasanya terjadi
pada bantalan kuku tangan dan kaki. Lesi-lesi ini sangat sakit karena mereka berasal
dari end-organ glomus, organ saraf yang fungsi normalnya mengatur aliran darah
pada ekstremitas. Lesi ini juga disebut angiomioneuroma, dan umumnya benigna.
Bentuk ganas tumor ini disebut hemangiopericytoma.
Jenis tumor ganas
a. Karsinoma sel basal, adalah keganasan yang tumbuh lambat dan menyebabkan
sedikitnya tiga perempat keganasan pada seri klinik. Lesi ini seperti lilin dan
berwarna kuning keabuan dan sering ada telangiektasis di bawah kulit. Kebanyakan
kanker sel basal timbul di leher dan kepala. Mereka cenderug menginvasi dan
mengerosi ke dalam struktur profunda termasuk tengkorak, orbita, atau otak, jika
tidak diobati.
b. Karsinoma sel skuamosa, biasanya muncul sebagai ulserasi kulit yang cenderung
tumbuh cepat dari pada karsinoma sel basal. Biopsy diperlukan untuk membedakan
lesi ini dari jenis karsinoma kulit lainnya. Juga paling sering terjadi di kepala dan
leher. Gambaran khas adalah ulkus dengan tepi timbul menyerupai kawah gunung
berapi. Karsinoma sel skuamosa lebih ganas daripada sel basal danakan bermetastasis
ke limfonodus regional. Kanker sel skuamosa ditemukan pada daerah yang sering
teriritasi seperti tepi bibir, atau daerah dermatitis pascaradiasi, atau ulserasi pada
jaringan parut pasca terbakar lama. Penyakit bowen merupakan penyakit karsinoma
sel skuamosa in situ yang tumbuh lambat dimana eksisi dianjurkan.
8. Jelaskan berbagai macam jenis transfuse dan bagaimana memberikan trasnfusi ?
Jenis Transfusi Darah
a. Darah lengkap (whole blood)
Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga
mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah
sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat
bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah
eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4
% post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi
Page 21
perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan.
Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada
pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.
Indikasi adalah penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka
bakar dan pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari
volume darah total.
Rumus kebutuhan whole blood : 6 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Keterangan
Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
Darah Segar. Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah
pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih
lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.
Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan,
reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan
penyakit relatif banyak.
Darah Baru. Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah
diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi
peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
Darah Simpan. Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.
Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus
hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah
habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena
afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal
ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat
tinggi.
b. Sel darah merah
Terbagi dalam (1) Packed red cell. Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau
pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit
menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu
Page 22
simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka. Packed cells
merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan
memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam
pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena
keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan
dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. Untuk
menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat
menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan
1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) : 3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB
Keterangan
Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan
volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah
jenuh adalah mengurangi kemungkinan penularan penyakit, mengurangi kemungkinan
reaksi imunologis, volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga
kemungkinan overload berkurang, komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien
lain. Indikasi adalah kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml,
hemoglobin <8 gr/dl, hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik), hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada
ventilator. Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE
Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah
mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL
(2) Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku
yang Dicuci). Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah
merah yang menetap.
Page 23
(3) Washed red cell. Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-
3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa
diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang
terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai
dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion. Untuk penderita
yang alergi terhadap protein plasma.
(4) Darah merah pekat miskin leukosit. Kandungan utama eritrosit, suhu simpan
4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering
memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan
alergi.
c. White Blood Cells (WBC atau leukosit)
Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma
dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu
diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan
dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan
dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi, pada pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk
pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).
d. Suspensi trombosit
Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang
disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat
menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. Transfusi trombosit
terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen
trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari. Indikasi pemberian komponen
trombosit ialah:
Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya
kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,
leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang
karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.
Page 24
Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal
juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit : BB x 1/13 x 0.3
Macam sediaan:
i. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)
Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.
Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.
ii. Platelet Concentrate (trombosit pekat)
Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.
Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada
dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,
alloimunisasi Antigen trombosit donor. Dibuat dengan cara melakukan pemusingan
(centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang
merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang
diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.
e. Plasma
Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah
(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada
nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-
faktor tertentu dari plasma seperti globulin. Macam sediaan plasma adalah:
Plasma cair. Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada
pembuatan packed red cell.
Plasma kering (lyoplylized plasma). Diperoleh dengan mengeringkan plasma
beku dan lebih tahan lama (3 tahun).
Fresh Frozen Plasma. Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan
langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk
menghentikan perdarahan (hemostasis). Kandungan utama berupa plasma dan
faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih
rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor
pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan
dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung
Page 25
semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa
diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati
pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing
kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC,
saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu
tubuh. Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah
besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP
mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system
Rh. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.
Indikasi yaitu, mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B), neutralisasi
hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam
nyawa. adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah
transfusi massif, pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor
pembekuan.
Albumin. Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen
dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan
sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan
osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin : ∆ albumin x BB x 0.8
9. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka dan tahap proses penyembuhan luka ?
Wound healing atau penyembuhan luka adalah suatu proses alami, baik secara selular
maupun biokimia, yang dilakukan oleh tubuh untuk regenerasi jaringan dermis atau
epidermis sebagai respon atas suatu jejas atau injuri. Proses ini secara garis besar terdiri dari
3 fase yang merupakan suatu urut-urutan tertentu dan dalam perjalanannya dapat saling
tumpang tindih. Jika fase-fase ini tidak berjalan sebagaimana harusnya, maka luka tidak akan
sembuh. Luka mungkin menjadi luka kronis seperti venous ulcer atau skar patologis seperti
keloid. Fase-fase tersebut adalah:
a. Fase Inflamasi
Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena berperan
melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta memulai fase proliferasi. Walaupun
Page 26
begitu, inflamasi dapat terus berlangsung hingga terjadi kerusakan jaringan yang kronis.
Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya pembekuan darah (clotting) untuk
mempertahankan hemostasis, pelepasan bermacam-macam faktor untuk menarik sel-sel
yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta pelepasan faktor
yang akan memulai proliferasi jaringan. Ketika jaringan terluka, maka darah akan kontak
dengan kolagen. Hal ini memacu platelet untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi.
Platelet atau dikenal juga dengan trombosit, juga mengekspresi glikoprotein pada
membran sel sehingga platelet tersebut dapat menempel satu sama lain, beragregasi, dan
membentuk massa.
Platelet adalah sel yang paling banyak terdapat segera setelah suatu luka terjadi.
Platelet kemudian akan melepaskan faktor-faktor lainnya seperti protein ECM, sitokin,
growth factor yang mempercepat pembelahan sel, dan faktor proinflamasi (serotonin,
bradikinin, prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan histamine) yang meningkatkan
proliferasi dan migrasi sel ke daerah luka serta menyebabkan peningkatan permeabilitas.
Segera setelah pembuluh darah berdilatasi, membran sel yang ruptur akan melepaskan
tromboksan dan prostaglandin yang menyebabkan pembuluh darah berkontraksi untuk
mencegah kehilangan darah sekaligus mengumpulkan faktor-faktor dan sel inflamasi
lainnya. Vasokonstriksi ini berlangsung selama 5–10 menit, kemudian diikuti dengan
vasodilatasi yang terjadi karena pelepasan histamin. Dengan terjadinya vasodilatasi maka
akan terjadi ekstravasasi protein. Hal ini menyebabkan tekanan osmolar ekstravaskular
meningkat dan air tertarik ke ekstravaskular sehingga jaringan menjadi edematous.
Vasodilatasi ini juga memfasilitasi leukosit dari pembuluh darah untuk mencapai lokasi
luka.
Setelah 1 jam luka terjadi, polymorphonuclear (PMNs) sampai pada lokasi luka
dan menjadi sel predominan hingga 3 hari selanjutnya. PMNs tertarik ke lokasi luka
karena adanya fibronektin, growth factors, neuropeptida, dan kinin. Netrofil akan
memfagositosis debris dan bakteri, membunuh bakteri dengan cara melepaskan radikal
bebas, membersihkan luka dari jaringan mati dengan mensekresi protease. Setelah
netrofil menyelesaikan tugasnya, ia akan mengalami apoptosis dan didegradasi oleh
makrofag. Leukosit lainnya yang memasuki lokasi luka adalah sel T-helper yang
mensekresi sitokin. Sitokin menyebabkan sel T-helper membelah lebih banyak lagi
Page 27
sehingga terjadi proses inflamasi, vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler
lebih hebat. Sel T-helper juga akan meningkatkan aktivitas makrofag. Makrofag akan
menggantikan peran PMNs sebagai sel predominan. Platelet dan faktor-faktor lainnya
menarik monosit dari pembuluh darah. Ketika monosit mencapai lokasi luka, maka ia
akan dimatangkan menjadi makrofag.
Peran makrofag adalah, (1) memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak
dengan melepaskan protease, (2) melepaskan growth factors dan sitokin yang kemudian
menarik sel-sel yang berperan dalam fase proliferasi ke lokasi luka, (3) memproduksi
faktor yang menginduksi dan mempercepat angiogenesis, (4) memstimulasi sel-sel yang
berperan dalam proses re-epitelisasi luka, membuat jaringan granulasi, dan menyusun
matriks ekstraselular.
b. Fase Proliferasi
Fase proliferasi dari penyembuhan luka dimulai kira-kira 2–3 hari setelah
terjadinya luka, dan ditandai dengan adanya fibroblas di sekitar luka. Pada fase ini terjadi
angiogenesis. Angiogenesis disebut juga sebagai neovaskularisasi, yaitu proses
pembentukan pembuluh darah baru. Karena aktivitas fibroblas dan epitelial
membutuhkan oksigen, angiogenesis adalah hal yang penting sekali dalam langkah-
langkah penyembuhan luka.
Jaringan dimana pembentukan pembuluh darah baru terjadi, biasanya terlihat
berwarna merah (eritem) karena terbentuknya kapiler-kapiler di daerah itu. Seiring
dengan terjadinya proliferasi fibroblas, populasi sel keratinosit dan endothelial serta
produksi faktor-faktor pertumbuhan akan bertambah. Hal ini menstimulasi sel-sel
proliferasi dan migrasi sel-sel endotelial ke daerah luka sehingga terjadi angiogenesis.
Pembuluh darah yang baru terbentuk ini mengawali peningkatan jumlah fibroblas ke
daerah luka untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan untuk memproduksi plasminogen
activator dan collagenase. Setelah pembentukan jaringan cukup adekuat, migrasi dan
proliferasi sel-sel endotelial menurun, dan sel yang berlebih akan mati dalam dengan
proses apoptosis. Seiring dengan angiogenesis, fibroblas mulai terkumpul di dalam luka.
Fibroblas mulai memasuki daerah luka 2 – 5 hari setelah fase inflamasi luka
berakhir, dan jumlahnya mencapai puncak pada 1 – 2 minggu setelah terjadinya luka.
Pada akhir minggu pertama, fibroblas adalah sel utama dalam luka. Fibroplasia berakhir 2
Page 28
sampai 4 minggu setelah luka terjadi. Pada 2 – 3 hari setelah terjadinya luka, fibroblas
berproliferasi dan bermigrasi, sehingga nantinya menjadi sel utama yang menjadi matrix
kolagen di dalam area luka. Fibroblas dari jaringan normal bermigrasi ke dalam area
luka. Awalnya fibroblas menggunakan benang fibrin pada fase inflamasi untuk
bermigrasi, melekat ke fibronectin. Lalu fibroblas mengendapkan substansi dasar ke
dalam area luka yang selanjutnya akan ditempati oleh kolagen. Salah satu peranan
penting dari fibroblas adalah menghasilkan kolagen. Fibroblas mulai menghasilkan
kolagen pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah terjadinya luka, dan mencapai kadar
puncak pada minggu ke-1 hingga minggu ke-3. Produksi kolagen terus berlanjut secara
cepat hingga 2 sampai 4 minggu.
Deposisi kolagen sangatlah penting mengingat kolagen berperan dalam
peningkatan kekuatan luka, sebelum jumlahnya menurun, satu-satunya yang membuat
luka dapat berdekatan satu sama lain adalah fibrin – fibronectin clot, yang tidak terlalu
kuat untuk menahan suatu luka karena trauma. Formasi dari jaringan granulasi pada suatu
luka terbuka menyebabkan terjadinya fase reepitelisasi, seperti halnya sel epitel
bermigrasi melintasi jaringan yang baru untuk membentuk suatu barier diantara luka dan
lingkunagn sekitar.
Basal keratinosit dari tepi luka dan lapisan dermal, seperti folikel rambut, kelenjar
keringat, dan glandula sebacea adalah sel yang paling bertanggung jawab untuk
terjadinya fase epitelisasi pada penyembuhan luka. Mereka tumbuh dalam bentuk
lembaran, melintasi luka dan berproliferasi pada tepi luka, dan berhenti bergerak ketika
bertemu di tengah luka. Dengan demikian onset dari migrasi ini bervariasi dan mungkin
terjadi sehari setelah luka terjadi. Sel pada tepi luka berproliferasi pada hari ke dua dan ke
tiga setelah luka untuk kelangsungan proses migrasi sel. Jika membran basalis tidak
rusak, sel epitel digantikan dalam 3 hari oleh bagian-bagian dari membran basalis dan sel
yang bermigrasi dari stratum basalis, dengan cara yang sama pada kulit yang tidak
mengalami luka. Namun bagaimanapun, jika membran basalis di sekitar luka mengalami
kerusakan, reepitelisasi pasti terjadi di sekitar tepi luka dan dari lapisan kulit seperti
folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea yang melintasi dermis yang
berhubungan dengan keratinosit yang hidup. Jika luka yang terjadi sangat dalam,
kemungkinan besar lapisan kulit juga akan mengalami kerusakan, sehingga migrasi sel
Page 29
hanya akan terjadi pada tepi luka. Sekitar 1 minggu setelah terjadinya penyembuhan luka,
firoblas berdiferensiasi menjadi myofibroblas dan luka mulai menyusut. Pada luka yang
dalam puncak penyusutan terjadi dalam 5 – 15 hari setelah terjadinya luka. penyusutan
dapat berakhir dalam beberapa minggu, dan berlanjut bahkan setelah luka mengalami re-
epitelisasi. Jika pengerutan berlanjut terlalu lama, hal ini akan menuju pada kerusakan
dan malfungsi. Pengerutan terjadi untuk mengurangi bentuk yang berlebihan dari
penyembuhan luka. Luka yang besar akan menjadi 40 – 80 % lebih kecil setelah
terjadinya pengerutan. Kecepatan pengerutan dalam penyembuhan luka terjadi 0.75 mm
per hari, tergantung pada seberapa besar jaringan luka yang hilang. Penyusutan biasaya
tidak terjadi secara simetris, namun kebanyakan penyembuhan luka memiliki aksis
pengerutan yang dapat dimasuki lembaran - lembaran sel kolagen. Pada awalnya,
pengerutan terjadi tanpa keterlibatan myofibroblas. Fibroblas baru distimulasi oleh
growth factor yang akan berdiferensiasi menjadi myofibroblas. Myofibroblas yang mirip
sel otot polos bertanggung jawab pada kontraksi. Myofibroblas mengandung aktin yang
serupa ditemukan di dalam sel otot polos.
c. Fase Maturasi dan Remodelling
Saat kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai keseimbangan, maka
mulailah fase maturasi dari penyembuhan jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung
hingga 1 tahun lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode penutupan
luka yang dipakai. Selama proses maturasi, kolagen tipe III yang banyak berperan saat
fase proliferasi akan menurun kadarnya secara bertahap, digantikan dengan kolagen tipe I
yang lebih kuat. Serat-serat kolagen ini akan disusun, dirangkai, dan dirapikan sepanjang
garis luka. Kekuatan susunan kolagen akan bertambah seiring dengan perjalanan waktu.
Setelah 3 bulan, rata-rata kekuatan jaringan ini mencapai 50% dari kekuatan jaringan
normal, dan akan terus bertambah hingga maksimal 80% dari kekuatan jaringan normal.
Lama kelamaan aktivitas pada lokasi luka berkurang, sehingga luka pun menjadi tidak
eritematous karena pembuluh darah yang tidak lagi dibutuhkan untuk kelangsungan
proses penyembuhan luka akan dihilangkan secara apoptosis.
Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap penyembuhan secara garis besar dibagi
menjadi 2 kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi
besarnya luka, jenis jaringan yang mengalami luka, lokasi, bersih dan kotornya luka
Page 30
(kontaminasi) serta kecepatan penatalaksanaannya. Faktor sistemik meliputi keadaan
umum penderita beserta kelainan kronik sebelumya yang telah diderita, keadaan gizi,
penyakit sistem imun dan lain sebagainya.
10. Jelaskan macam-macam jenis jahitan dan macam-macam jenis benang ?
Jenis-jenis jahitan
Dikenal beberapa jahitan sederhana, yaitu:
Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture). Terbanyak digunakan karena sederhana
dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain,
dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu
dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak
kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu
tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang
terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.
Jahitan Matras. Jahitan Matras terdiri dari (1) jahitan matra horizontal, yaitu jahitan
dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan
penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.
(2)jahitan matras vertical yaitu jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka
kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan
luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. (3) jahitan matras
modifikasi yaitu modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya
pada daerah subkutannya.
Jahitan Kontinu. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila
salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai
untuk menjahit kulit.
Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over). Jahitan ini sangat sederhana,
sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak
disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.
Page 31
Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture). Jahitan kontinyu dengan mengaitkan
benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan
variasi jahitan jelujur biasa.
Jahitan Intradermal. Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa
satu garis saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.
11. Jelaskan mengenai definisi dan tindakan asepsis antisepsis
Asepsis adalah keadaan bebas hama atau bakteri. Tujuannya untuk mengurangi resiko
kontak dengan mikroorganisme patogen dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, baik
untuk pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran. Fungsi
asepsis adalah untuk mencegah masuknya mikrorganisme. Teknik Asepsis terdiri dari 3 dasar
yaitu, mencegah masuknya mikroorganisme patogen dari luar masuk ke dalam tubuh,
mencegah penyebaran mikroorganisme, upaya interupsi proses kontaminasi.
Ruang lingkup asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis
dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci
tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi
jika mengandung atau diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril,
merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua
mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek
terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah
sebagai berikut, segala alat yang digunakan harus steril, alat yang steril akan tidak steril jika
tersentuh, alat yang steril harus ada pada area steril, alat yang steril akan tidak steril jika
terpapar udara dalam waktu lama, alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak
steril, kulit tidak dapat disterilkan.
Sterilisasi adalah sebuah proses yang ditujukan untuk membunuh semua
mikroorganisme, termasuk spora dan merupakan tingkat tertinggi dari seluruh proses
pemusnahan mikoroorganisme. Tujuannya untuk membuat suatu obyek menjadi steril.
Prinsip Sterilisasi
Terdapat 3 prinsip:
Page 32
1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat
kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.
Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan
antibiotik.
2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.
Pemanasan
a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,
contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.
b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering
cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.
c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air
lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.
d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf
Penyinaran dengan UV
Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk
membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet
dengan disinari lampu UV
3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan antiseptik antara lain alkohol
Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah:
1. Presoaking, membersihkan instrumen dari material yang menempel. Jika material tidak
dapat langsung dibersihkan, letakkan instrumen pada cairan disinfektan atau deterjen
namun tidak boleh terlalu lama agar tidak terjadi korosi
2. Cleaning, membersihkan instrumen dari sisa debris dan cairan tubuh pasien, dilakukan
dengan 2 cara yaitu hand scrubbing dan ultrasonic cleansing. Hand scrubbing pada
dasarnya kontras terhadap salah satu prinsip kontrol infeksi, yaitu tidak boleh berkontak
langsung dengan permukaan yang terkontaminasi sebisa mungkin. Handsrubbing dapat
menimbulkan percikan air dan semburan udara yang dapat menimbulkan infeksi, dan
dapat merusak instrumen. Hal tersebut dapat dihindari dengan menyikat instrumen di
dalam air, kemudian dibilas dengan air mengalir.
Page 33
3. Corrosion control and lubrication, instrumen yang disterilkan dengan dry heat, zat kimia
dan gas ethylene oxide harus dibungkus terlebih dahulu. Keadaan instrumen yang kering
dapat mengurangi kemungkinan korosi dan rusaknya pembungkus instrumen.
4. Packaging, dilakukan terutama agar instrumen tetap terlindungi pasca-sterilisasi
5. Sterilization
6. Sterilization monitoring, dapat dilakukan dengan indikator kimia (perubahan warna) dan
indikator biologis (tes spora). Indikator kimia hanya mengetahui bahwa benda telah
terekspos panas, uap maupun zat kimia, tetapi tidak dapat menganalisa adanya
pemusnahan bakteri dan spora.
Metode sterilisasi
Pemanasan:
1. Pemanasan Basah
Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan
ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Digunakan untuk mensterilkan: instumen operasi
terutama dari logam tahan karat, kateter karet atau logam, alat-alay dari plastik atau kaca
tahan panas, kain kasa dan tuffer yang akan digunakan.
2. Pemanasan kering
Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi, digunakan oven, dengan
temperatur 170oC (160-180oC) dalam waktu 1-2 jam. Digunakan untuk mensterilkan alat
bedah (pisau atau gunting dibungkus agar tidak tumpul), kaca tahan panas (pyrex), kasa,
doek, laken, dan jas operasi.
3. Flamber
Dengan membakar dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup untuk
memberi nyala minimum selama 5 menit. Cara ini mudah dikerjakan sehingga cocok
untuk keadaan darurat. Digunakan untuk tempat peralatan yang telah disterilkan, kom
atau bekken, dan alat-alat operasi, bila akan digunakan mendesak.
4. Autoklaf
Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan suhu 120oC dan
tekanan 750 mmHg selama 10-15 meni. Digunakan untuk kain kasa, doek, dan jas
operasi.
Kimiawi:
Page 34
Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap
formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan,
kateter, dan lain-lain. Penyimpanan dari alat-alat yang steril. Setelah sterilisasi, instrumen harus
tetap steril hingga saat dipakai.
1. Gas ethylene oxide (EO) merupakan salah satu metode sterilisasi terhadap benda yang
mudah terpengaruh panas dan kelembaban. EO mempunyai sifat toksik, mudah terbakar,
dan bisa meledak, sehingga harus digunakan dengan hati-hati. Benda yang telah
disterilkan dengan EO harus diangin-anginkan
2. Tablet Formalin. Dengan memanfaatkan uap tablet formalin. Tablet formalin dibungkus
dengan kain kasa, alat, dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukkan ke
dalam wadah/tempat yang tertutup rapat minimum selama 24 jam. Digunakan untuk
mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon, dan kasa.
3. Larutan Antiseptik. Dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat. Digunakan
untuk instrumen bedah, alat-alat tajam, dan kateter.
Radiasi
Radiasi, dapat dilakukan dengan sinar infra merah, diberikan terhadap materi yang tidak
dapat disterilkan dengan panas atau zat kimia. Energi radiasi ini dapat membunuh
mikroorganisme. Digunakan untuk mensterilkan tabung suntik plastik, sarung tangan, kateter
foley, infus set, selang sonde, dan kamar operasi.
Antisepsis
Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat
pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Teknik aseptik/asepsis
adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh
yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk
mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup
atau benda mati. Tindakan ini meliputi antisepis, desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan
perlakuan khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator,dan asisten sebagai
pelaksana.
Penggunaan:
1. Membebaskan kulit dari bakteri sebelum operasi untuk mencegah infeksi
Page 35
2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang.
3. Mencuci luka, terutama pada luka kotor.
4. Sterilisasi alat bedah.
5. Mencegah infeksi pada perawatan luka.
6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi.
7. Mengobati infeksi lokal
Jenis-jenis Antiseptik
1. Alkohol
2. Halogen dan senyawanya
Yodium
Providon Yodium (Polyvinyl Pyrrolidone Iodine)
Yodoform (obat kuning)
Klorheksidin
3. Oksidansia
Kalium permanganat
Perhidol
4. Logam berat dan garamnya:
Merkuris klorida (sublimat)
Merkukrom
5. Asam:
Asam borat
6. Turunan Fenol:
Trinitrofenol (asam fikrat)
Heksaklorofen (phisoHex)
7. Basa amonium kuartener (‘quats’)