Top Banner
Nama : Ayu Sriningsih Nim : 112014026 Koas Bagian Bedah 1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit dewasa maupun anak ? a. Terapi cairan dan elektrolit pada anak Cairan tubuh terbagi dalam 2 kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler. Ekstraseuler terbagi dalam ruang interstisial dan intravascular. Table 1. Total caitan tubuh, cairan intraseluler dan ektraseluler menurut berat badan dan usia pada anak Kompartemen cairan tubuh Usia Lahir Bulan Tahun 0 3 6 6 16 Total cairan tubuh 78% 75% 70% 65% 60% Cairan Intraseluler 33% 37,5% 40% 42,5 40% Cairan Ekstraseluler 45% 37,5% 30% 22,5% 20%
56

Basic science bedah

Dec 13, 2015

Download

Documents

Basic sciene bedah
Tugas bedah
RSUD Koja
Ayu Patadean
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Basic science bedah

Nama : Ayu Sriningsih

Nim : 112014026

Koas Bagian Bedah

1. Jelaskan mengenai kebutuhan cairan dan elektrolit dewasa maupun anak ?

a. Terapi cairan dan elektrolit pada anak

Cairan tubuh terbagi dalam 2 kompartemen yaitu intraseluler dan ekstraseluler.

Ekstraseuler terbagi dalam ruang interstisial dan intravascular.

Table 1. Total caitan tubuh, cairan intraseluler dan ektraseluler menurut berat badan dan usia

pada anak

Kompartemen cairan

tubuh

Usia

Lahir Bulan Tahun

0 3 6 6 16

Total cairan tubuh 78% 75% 70% 65% 60%

Cairan Intraseluler 33% 37,5% 40% 42,5 40%

Cairan Ekstraseluler 45% 37,5% 30% 22,5% 20%

Grafik 1. Total caitan tubuh, cairan intraseluler dan ektraseluler menurut berat badan dan usia

pada anak

Page 2: Basic science bedah

Prinsip terapi cairan dan elektrolit

Anak-anak memerlukan cairan dan elektrolit lebih banyak dari dewasa, karena itu mudah

terjadi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hal itu terjadi karena metabolic rate

yang tinggi, insensible loss yang tinggi (minute ventilation tinggi, rasio suface area), dan

kemampuan konsentrasi urin rendah.

Kebutuhan cairan perhari

Kebutuhan rumatan = IWL + urin +cairan tinja

Kebutuhan cairan perhari bias diperkirakan berdasarkan energy expenditure, dimana 1 kcal =

1ml H2O. Berdasarkan perhitungan energy expenditure rata-rata pada pasien yang dirawat di

RS didapatkan kebutuhan cairan perhari sebagai berikut:

Bayi 1 hari = 50 ml H2O/kgBB/hari

Bayi 2 hari = 75 ml H2O/kgBB/hari

Bayi ≥ 3 hari = 100 ml H2O/kgBB/hari

Berat badan 10 kg pertama = 100 ml H2O/kgBB/hari

Berat badan 10 kg kedua = 1000 ml + 50 ml H2O/kgBB/hari

Berat badan ≥ 20 kg = 1500 ml + 20 ml H2O/kgBB/hari

*Pada pasien dengan kesulitan kompensasi terhadap kelebihan atau kekurangan cairan dan

elektrolit (kelainan jantung, ginjal) harus dilakukan perhitungan secara ketat/titrasi.

Kebutuhan elektrolit perhari

Perkiraan kebutuhan elektrolit perhari didasarkan pada kebutuhan metabolism, atau dengan

kebutuhan cairan perhari.

Natrium = 2-4 mEq/100mlH2O/hari

Kalium = 1-2 mEq/100mlH2O/hari

Klorida = 2-4 mEq/100mlH2O/hari

Walaupun dalam beberapa kondisi bias terjadi kehilangan banyak elektrolit melalui kulit atau

gastrointestinal, tetapi sebagian besar kehilangan elektrolit perhari adalah melalui urin.

Karean itu pada penderita oliguria memerlukan elektrolit lebih sedikit untuk penggantinya,

sebaliknya pada penderita poliuri. Pada penderita dengan unusual losses meemrlukan

monitoring dan penyesuaian kebuuhan penggantian elektrolitnya.

Page 3: Basic science bedah

2. Jelaskan tentang perdarahan (menurut ATLS dan bagaimana penatalaksanaannya)

Perdarahan adalah penyebab syok yang paling sering terjadi pada penderitatrauma.

Respon penderita trauma terhadap kehilangan darah menjadi lebih rumitkarena pergeseran

cairan di antara kompartemen cairan di dalam tubuh (khususnya didalam kompartemen

cairan ekstraseluler). Definisi dari perdarahan adalah kehilanganakut volume peredaran darah

(ATLS, 2004).Hebatnya kehilangan darah dapat ditentukan pada evaluasi awal

denganmenilai pulsasi, tekanan darah, dan pengisian kembali kapiler. Sistem

klasifikasiATLS dari American College of Surgeons berguna untuk memahami

manifestasisehubungan dengan syok hemoragik pada orang dewasa (tabel 1). Volume

darahdiperkirakan 7% dari berat badan ideal, atau kira-kira 4900 ml pada pasien dengan berat

badan 70 kg.

Klasifikasi perdarahan menurut ATLS

a. Perdarahan grade 1, sebagai kehilangan darah < 15% dari total volume darah, mendorong

pada tidak adanya perubahan terukur pada kecepatan jantung atau pernafasan, tekanan

darah, atau tekanan nadi dan membutuhkan sedikit atau tidak adanya perawatan sama

sekali.

b. Perdarahan grade 2, sebagai kehilangan darah 15-30% volume darah (750-1500 ml),

dengan tanda-tanda klinis termasuk takikardia dan takipnoe. Tekanan darah sistolik

mungkin hanya sedikit menurutn, khususnya ketika pasien berada pada posisi supinasi,

akan tetapi tekanan nadi menyempit. Urin output hanya menurun sedikkit (yaitu 20-30

ml/jam). Pasien dengan perdarahan kelas 2 biasanya dapat diresusitasi dengan larutan

kritaloid saja, namun beberapa pasien mungkin membutuhkan transfuse darah.

c. Perdarahan grade 3, sebagai kehilangan 30-40% (1500-2000 ml) volume darah. Perfusi

yang tidak adekuat pada pasien dengan perdarahan kelas 3 mengakibatkan tanda takikardi

dan takipnoe, ektremitas dingin dengan pengisian kembali kapiler yang terhambat secara

signifikan, hipotensi, dan perubahan negative status mental yang signifikan. Pedarahan

grade 3 menampakkan volume kehilangan darah terkecil yang secara konsisten

menghasilkan penurunan pada tekana darah sistemik. Resusitasi pada pasien ini

seringnya membutuhkan transfusi darah sebagai tambahan terhadap pemberian larutan

kristaloid.

Page 4: Basic science bedah

d. Perdarahan grade 4, sebagai kehilangan darah > 40% volume darah (>2000 ml) mewakili

perdarahan yang mengancam jiwa. Tanda-tandanya termasuk takikardi, tekanan darah

sistolik yang tertekan secara signifikan, dan tekanan nadi yang menyempit atau tekanan

darah diastolic yang tidak dapat diperoleh. Kulit menjadi dingin dan pucat, dan status

mental sangat tertekan. Urin output sedikit. Pasien-pasien ini membutuhkan transfusi

segera untuk resusitasi dan seringkali membutuhkan intervensi bedah segera.

Penilaian dan Pengelolaan

I. Primary Survey

Selama primary survey, keadaan yang mengancam nyawa harus dikenali, dan

resusitasinya dilakukan pada saat itu juga.

a. Airway, menjaga airway dengan kontrol servical (cervical spine control)

Yang pertama dinilai adalah kelancara jalan nafas. Meliputi pemeriksaan adanya

obstruksi jalan nafas (karena benda asing, fraktur tulang wajahfraktur mandibular atau

maksila, fraktur laring atau trakea). Pada penderita yang dapa berbicara, dapat dianggap

bahwa jalan nafas bersih, walaupun demikian penilaian ulang airway tetap dilakukan.

Membebaskan airway dapat dimulai dengan chin lift atau jaw thrust. Pada pasien dengan

GCS ≤ 8 biasanya memerlukan pemasangan airway definitif. Selama memeriksa dan

memperbaiki airway, tidak boleh dilakukan ekstensi, fleksi, atau rotasi leher. Kecurigaan

fraktur servical, harus dipakai alat imobilisasi (collar neck).

b. Breathing, menjaga pernapasan dengan ventilasi

Ventilasi yang baik meliputi fungsi yg baik dari paru, dinding dada dan

diafragma. Inspeksi dan palpasi dapat memperlihatkan kelainan dinding dada yang

mungkin mengganggu ventilasi, perkusi dilakukan untuk menilai adanya udara atau darah

dalam rongga pleura, dan auskultasi dilakukan untuk memastikan masuknya udara ke

dalam paru. Perlukaan yg mengakibatkan gangguan ventilasi yg berat adalah tension

pneumo-thorax, flail chest dengan kontusio paru dan open pneumothorax.

c. Circulation, dengan control perdarahan (hemorrhage control)

i. Volume darah dan cardiac output. Keadaan hipotensi harus dianggap disebabkan

oleh hipovolemia, samapi terbukti sebaliknya. Maka diperlukan penilaian yang

cepat dari status hemodinamik penderita. 3 temua klnis mengenai keadaan

hemodinamik, yakni tingkat kesadaran, warna kulit yang pucat keabu-abuan pada

Page 5: Basic science bedah

wajah dan kulit ekstremitas yang pucat, dan nadi yang cepat dan kecil (nadi yang

tidak teratur merupakan tanda gangguan jantung). Tidak ditemukannya pulsai arteri

besar merupakan pertanda diperlukannya resusitasi segera.

ii. Perdarahan.

d. Disability, dengan status neurologis

Penilaian yang dilakukan adalah menilai kesadaran, ukuran dan reaksi pupil,

tanda-tanda lateralisasi dan tingkat (level) cedera spinal. Penilaian dengan GSC (Glasgow

coma scale) dapat meramal outcome penderita. Penrununa kesadaran menuntut dilakukan

reevaluasi terhadap keadaan oksigen, ventilasi, dan perfusi.

e. Exposure/environmental control : buka baju penderita, tetapi cegah hipotermia

Pasien harus dibuka keseluruhan pakaiannya untuk memeriksa dan evaluasi

penderita dan tetap menjaga suhu tubuh pasien. Diberikan selimuti agar tidak hipotermia

dan diberikan cairan kristaloid intra-vena yang sudah di hangatkan.

II. Secondary Survey

Riwayat AMPLE (alergi, medikasi (obat ynag diminum saat ini), past

illness/pregnancy, last meal, event/environment yang berhubungan dengan

kejadian.

Pemeriksaan fisik meliputi, kepala, maksilo-fasial, vertebra servical dan leher,

toraks, abdomen, perineum.rektum/vagina, muskulo-skeletal, dan neurologis

3. Jelaskan mengenai definisi syok dan macam-macam syok ?

Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi sirkulasi yang

menyebabkan ketidak cukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jarngan, dengan akibat

gangguan mekanisme homeostasis. Syok juga didefinisikan sebagai respon tubuh terhadap

gangguan pada system peredaran darah yang menghambat darah mengalir dalam jumlah

yang cukup ke seluruh bagian tubuh, terutama ke alat tubuh yang penting. cedera pada

jantung atau pembuluh darah, atau berkurangnya jumlah darah yang mengalir, bisa

menyebabkan syok.

Klasifikasi

a. Syok Hipovolemik

Page 6: Basic science bedah

Syok hipovolemik merupakan tipe syok yang paling umum ditandai dengan

penurunan volume intravascular. Cairan tubuh terkandung dalam kompartemen

intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler menempati hamper 2/3 dari air tubuh

total sedangkan cairan tubuh ekstraseluler ditemukan dalam salah satu kompartemen

intavaskular dan interstitial. Volume cairan interstitial adalah kira-kira 3-4x dari cairan

intravascular. Syok hipovolemik terjadi jika penurunan volume intavaskuler 15% sampai

25%. Hal ini akan menggambarkan kehilangan 750 ml sampai 1300 ml pada pria dgn

berat badan 70 kg. Kondisi-kondisi yang menempatkan pasien pada resiko syok

hipovolemik adalah kehilangan cairan eksternal (pembedahan, muntah-muntah, diare,

diuresis) dan perpindahan cairan internal (hemoragi internal, luka baker, asites dan

peritonitis).

b. Syok Kardiogenik

Syok kardiogenik disebabkan oleh kegagalan fungsi pompa jantung yang

mengakibatkan curah jantung menjadi berkurang atau berhenti sama sekali. Penyebab

syok kardiogenik mempunyai etiologi koroner dan non koroner. Koroner, disebabkan

oleh infark miokardium, Sedangkan Non-koroner disebabkan oleh kardiomiopati,

kerusakan katup, tamponade jantung, dan disritmia.

c. Syok Distributif

Syok distributif atau vasogenik terjadi ketika volume darah secara abnormal

berpindah tempat dalam vaskulatur seperti ketika darah berkumpul dalam pembuluh

darah perifer. Syok distributif dapat disebabkan baik oleh kehilangan tonus simpatis atau

oleh pelepasan mediator kimia ke dari sel-sel. Kondosi-kondisi yang menempatkan

pasien pada resiko syok distributif yaitu syok neurogenic seperti cedera medulla spinalis,

anastesi spinal, syok anafilaktik seperti sensitivitas terhadap penisilin, reaksi transfusi,

alergi sengatan lebah dan syok septik seperti imunosupresif, usia yang ekstrim yaitu > 1

thn dan > 65 tahun, malnutrisi. Berbagai mekanisme yang mengarah pada vasodiltasi

awal dalam syok distributif lebih jauh membagi klasifikasi syok ini kedalam 3 tipe,

yaitu :

Syok Neorugenik. Pada syok neurogenik, vasodilatasi terjadi sebagai akibat

kehilangan tonus simpatis. Kondisi ini dapat disebabkan oleh cedera medula spinalis,

anastesi spinal, dan kerusakan sistem saraf. Syok ini juga dapat terjadi sebagai akibat

Page 7: Basic science bedah

kerja obat-obat depresan atau kekurangan glukosa (misalnya : reaksi insulin atau syok).

Syok neurogenik spinal ditandai dengan kulit kering, hangat dan bukan dingin, lembab

seperti terjadi pada syok hipovolemik. Tanda lainnya adalah bradikardi.

Syok Anafilaktik. Syok anafilaktik disebabkan oleh reaksi alergi ketika pasien

yang sebelumnya sudah membentuk anti bodi terhadap benda asing (anti gen) mengalami

reaksi anti gen- anti bodi sistemik

Syok Septik. Adalah bentuk paling umum syok distributuf dan disebabkan oleh

infeksi yang menyebar luas. Insiden syok septik dapat dikurangi dengan melakukan

praktik pengendalian infeksi, melakukan teknijk aseptik yang cermat, melakukan

debriden luka ntuk membuang jarinan nekrotik, pemeliharaan dan pembersihan peralatan

secara tepat dan mencuci tangan secara menyeluruh.

d. Syok Obtruktif

Ketidakmampuan ventrikel untuk mengisi selama diastol sehingga secara nyata

menurunkan volume sekuncup dan endnya curah jantung. Misalnya : tamponade kordis,

koarktasio aorta, emboli paru, hipertensi pulmoner primer.

4. Jelaskan mengenai keseimbangan asam basa

pH cairan tubuh dipertahankan pada keadaan normal, sebesar 7,37-7,42. Rentang ini

diperlukan untuk aktivitas normal enzim dan otot. Pengaturan pH harus terjadi sesuai dengan

produksi sehari-hari gram organic dana norganik melalui metabolism. Ada 3 faktor utama

yang mengatur konsetrasi ion hydrogen dalam tubuh guna mencegah terjadinya asidosis atau

alkalosis. Ketiga factor tersebut antara lain system penyangga asam basa (system buffer),

pusat pernapasan, dan ginjal. Mekanisme tubuh dalam menjaga keseimbangan pH tubuh

melalui tiga mekanisme tersebut berlangsung secara beurutan. Saat terjadi gangguan

keseimbangan asam basa, system buffer langsung diaktifkan sebagai system pertahanan

hidup pertama. Apabila gangguan tersebut tidak dapat dikompensasi, selanjutnya tubuh

mengaktifkan mekanisme pernapasan dan teeakhir melalui mekanisme ginjal. Pada

hakekatnya proses ini dibagi dalam buffer asam cepat melalui garam asam lemah,

pembuangan asam cepat (seperti CO2) melalui paru-paru dan ekskresi asam yang lambat

melalui ginjal.

Page 8: Basic science bedah

Kelainan asam basa dapat berupa asidosis (kenaikan [H+]) atau alkalosis (penurunan

[H+]). Proses perubahan pH darah ada yang bersifat metabolic (karena perubahan konsentrasi

bikarbonat) dan yang bersifat respiratorik (karena perubahan tekanan parsial CO2). Asidosis

dapat akibat dari berkurangnya bikarbonat (asidosis metabolik) dan kenaikan PaCO2

(asidosis respiratorik). Sebaliknya alkalosis dapat akibat dari kenaikan bikarbonat (alkalosis

metabolik) dan penurunan PaCO2 (alkalosis respiratorik).

a. Asidosis Metabolik

Pengertian asidosis metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang

ditandai dengan rendahnya kadar bikarbonat dalam darah. Bila peningkatan keasaman

melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar menjadi asam. Seiring dengan

menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha

tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah

karbon dioksida. Pada akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut

dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih. Tetapi kedua mekanisme

tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,

sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan keadaan koma.

Penyebab asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama

yaitu (1) jumlah asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau

suatu bahan yang diubah menjadi asam. Sebagian besar bahan yang menyebabkan

asidosis bila dimakan dianggap beracun. Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan

zat anti beku (etilen glikol). Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis

metabolic. (2) tubuh dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.

Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa

penyakit, salah satu diantaranya adalah diabetes melitus tipe I. Jika diabetes tidak

terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut

keton. Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam

laktat dibentuk dari metabolisme gula. (3) asidosis metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak

mampu untuk membuang asam dalam jumlah yang semestinya. Bahkan jumlah asam

yang normalpun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.

Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis, yang bisa terjadi pada

penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal

Page 9: Basic science bedah

untuk membuang asam. Penyebab utama dari asidois metabolic adalah gagal ginjal.

Penyebab lain seperti asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal), ketoasidosis

diabetikum, asidosis laktat (bertambahnya asam laktat), bahan beracun (seperti etilen

glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid atau amonium klorida),

kehilangan basa (misalnya bikarbonat) melalui saluran pencernaan karena diare, leostomi

atau kolostomi.

Gejala asidosis metabolik ringan bisa tidak menimbulkan gejala, namun biasanya

penderita merasakan mual, muntah dan kelelahan. Pernafasan menjadi lebih dalam atau

sedikit lebih cepat, namun kebanyakan penderita tidak memperhatikan hal ini. Sejalan

dengan memburuknya asidosis, penderita mulai merasakan kelelahan yang luar biasa,

rasa mengantuk, semakin mual dan mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin

memburuk, tekanan darah dapat turun, menyebabkan syok, koma dan kematian.

Diagnosis asidosis biasanya ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran pH darah

yang diambil dari darah arteri (arteri radialis di pergelangan tangan). Darah arteri

digunakan sebagai contoh karena darah vena tidak akurat untuk mengukur pH darah.

Untuk mengetahui penyebabnya, dilakukan pengukuran kadar karbon dioksida dan

bikarbonat dalam darah. Mungkin diperlukan pemeriksaan tambahan untuk membantu

menentukan penyebabnya. Misalnya kadar gula darah yang tinggi dan adanya keton

dalam urin biasanya menunjukkan suatu diabetes yang tak terkendali. Adanya bahan

toksik dalam darah menunjukkan bahwa asidosis metabolik yang terjadi disebabkan oleh

keracunan atau overdosis. Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan air kemih secara

mikroskopis dan pengukuran pH air kemih.

Pengobatan asidosis metabolik tergantung kepada penyebabnya. Sebagai contoh,

diabetes dikendalikan dengan insulin atau keracunan diatasi dengan membuang bahan

racun tersebut dari dalam darah. Kadang-kadang perlu dilakukan dialisa untuk mengobati

overdosis atau keracunan yang berat. Asidosis metabolik juga bisa diobati secara

langsung. Bila terjadi asidosis ringan, yang diperlukan hanya cairan intravena dan

pengobatan terhadap penyebabnya. Bila terjadi asidosis berat, diberikan bikarbonat

mungkin secara intravena; tetapi bikarbonat hanya memberikan kesembuhan sementara

dan dapat membahayakan.

Page 10: Basic science bedah

b. Asidosis Respiratorik

Pengertian Asidosis Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena

penumpukan karbondioksida dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang

buruk atau pernafasan yang lambat. Kecepatan dan kedalaman pernafasan mengendalikan

jumlah karbondioksida dalam darah. Dalam keadaan normal, jika terkumpul

karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam. Tingginya kadar

karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga

pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.

Penyebab asidosis respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan

karbondioksida secara adekuat. Hal ini dapat terjadi pada penyakit-penyakit berat yang

mempengaruhi paru- paru, seperti emfisema, ronkitis kronis, pneumonia berat, edema

pulmoner dan asma. Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat

narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan. Asidosis respiratorik dapat

juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot dada menyebabkan gangguan

terhadap mekanisme pernafasan.

Gejala pertama berupa sakit kepala dan rasa mengantuk. Jika keadaannya

memburuk, rasa mengantuk akan berlanjut menjadi stupor (penurunan kesadaran) dan

koma. Stupor dan koma dapat terjadi dalam beberapa saat jika pernafasan terhenti atau

jika pernafasan sangat terganggu, atau setelah berjam-jam jika pernafasan tidak terlalu

terganggu. Ginjal berusaha untuk mengkompensasi asidosis dengan menahan bikarbonat,

namun proses ini memerlukan waktu beberapa jam bahkan beberapa hari.

Diagnose biasanya diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan pH darah

dan pengukuran karbondioksida dari darah arteri. Pengobatan asidosis respiratorik

bertujuan untuk meningkatkan fungsi dari paru-paru. Obat-obatan untuk memperbaiki

pernafasan bisa diberikan kepada penderita penyakit paru- paru seperti asma dan

emfisema. Pada penderita yang mengalami gangguan pernafasan yang berat, mungkin

perlu diberikan pernafasan buatan dengan bantuan ventilator mekanik.

c. Alkalosis Metabolic

Definisi alkalosis metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan

basa karena tingginya kadar bikarbonat. Alkalosis metabolik terjadi jika tubuh kehilangan

terlalu banyak asam. Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama

Page 11: Basic science bedah

periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang

lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah

pembedahan perut). Pada kasus yang jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang

yang mengkonsumsi terlalu banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat. Selain

itu, alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam jumlah

yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan keseimbangan

asam basa darah. Penyebab utama akalosis metabolic penggunaan diuretik (tiazid,

furosemid, asam etakrinat), kehilangan asam karena muntah atau pengosongan lambung,

kelenjar adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan

kortikosteroid).

Gejala alkalosis metabolik dapat menyebabkan iritabilitas (mudah tersinggung),

otot berkedut dan kejang otot; atau tanpa gejala sama sekali. Bila terjadi alkalosis yang

berat, dapat terjadi kontraksi (pengerutan) dan spasme (kejang) otot yang berkepanjangan

(tetani). Diagnosa dilakukan pemeriksaan darah arteri untuk menunjukkan darah dalam

keadaan basa. Pengobatan biasanya alkalosis metabolik diatasi dengan pemberian cairan

dan elektrolit (natrium dan kalium) . Pada kasus yang berat, diberikan amonium klorida

secara intravena.

d. Alkalosis Respiratorik

Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena

pernafasan yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam

darah menjadi rendah. Pernafasan yang cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang

menyebabkan terlalu banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran

darah. Penyebab hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.

Penyebab lain dari alkalosis respiratorik adalah rasa nyeri, sirosis hati, kadar oksigen

darah yang rendah, demam, overdosis aspirin.

Gejala alkalosis respiratorik dapat membuat penderita merasa cemas dan dapat

menyebabkan rasa gatal disekitar bibir dan wajah. Jika keadaannya makin memburuk,

bisa terjadi kejang otot dan penurunan kesadaran.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pengukuran kadar karbondioksida dalam

darah arteri. pH darah juga sering meningkat. Pengobatan biasanya satu-satunya

pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan. Jika penyebabnya adalah

Page 12: Basic science bedah

kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya

adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri. Menghembuskan nafas dalam kantung

kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan kadar karbondioksida

setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang dihembuskannya. Pilihan

lainnya adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin,

kemudian menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal

ini dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali. Jika kadar

karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga mengurangi

kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis respiratorik.

5. Jelaskan mengenai minor set ?

Instrumen dasar bedah minor terbagi atas empat berdasarkan fungsi, yakni instrumen

dengan fungsi memotong (pisau scalpel + pegangan dan beragam jenis gunting), instrumen

dengan fungsi menggenggam (pinset anatomi, pinset cirrhurgis dan klem jaringan),

instrumen dengan fungsi menghentikan perdarahan (klem arteri lurus dan klem mosquito),

serta instrumen dengan fungsi menjahit (needle holder,benang bedah, dan needle). 

Instrumen Dengan Fungsi Memotong

a. Pisau Scalpel + Pegangan

Scalpel merupakan mata pisau kecil yang digunakan bersama pegangannya. Alat

ini bermanfaat dalam menginsisi kulit dan memotong jaringan secara tajam. Selain itu,

alat ini juga berguna untuk mengangkat jaringan/benda asing dari bagian dalam kulit.

Setiap pisau scalpel memiliki dua ujung yang berbeda, yang satu berujung tajam sebagai

bagian pemotong dan yang lainnya berujung tumpul berlubang sebagai tempat

menempelnya pegangan scalpel. Cara pemasangannya: pegang area tumpul pisau dengan

needle-holder dan hubungkan lubang pada area tersebut pada lidah pegangan sampai

terkunci (terdengar bunyi). Cara pelepasan: pegang ujung pisau dengan needle-holder dan

lepaskan dari lidah pegangan, kemudian buang di tempat sampah. Pegangan scalpel yang

sering digunakan adalah yang berukuran 3 yang dapat digunakan bersama pisau scalpel

dalam ukuran beragam. Sedangkan pisau scalpel yang sering digunakan adalah yang

berukuran no.15. Ukuran no.11 digunakan untuk insisi abses dan hematoma perianal.

Pegangan scalpel digunakan seperti pulpen dengan kontrol maksimal pada waktu

Page 13: Basic science bedah

pemotongan dilakukan. Dalam praktek keseharian, pegangan scalpel biasanya diabaikan

sehingga hanya memakai pisau scalpel. Hal ini bisa diterima dengan pertimbangan

pisaunya masih dalam keadaan steril (paket baru) dan harus digunakan dengan

pengontrolan yang baik agar tidak menimbulkan kerusakan jaringan sewaktu memotong.

b. Gunting

Pada dasarnya gunting mengkombinasikan antara aksi mengiris dan mencukur.

Mencukur membutuhkan aksi tekanan halus yang saling bertentangan antara ibu jari dan

anak jari lainnya. Gerakan mencukur ini biasanya dilakukan oleh tangan dominan yang

bersifat tidak disadari dan berdasarkan insting. Sebaiknya gunakan ibu jari dan jari manis

pada kedua lubang gunting. Hal ini akan menyebabkan jari telunjuk menyokong

instrumen pada waktu memotong sehingga kita dapat memotong dengan tepat. Selain itu,

penggunaan ibu jari dan jari telunjuk pada lubang gunting biasanya pengontrolannya

berkurang. Jenis-jenis gunting berdasarkan objek kerjanya, yakni gunting jaringan

(bedah), gunting benang, gunting perban dan gunting iris.

Gunting Jaringan (bedah). Gunting jaringan (bedah) terdiri atas dua bentuk.

Pertama, berbentuk ujung tumpul dan berbentuk ujung bengkok. Gunting dengan ujung

tumpul digunakan untuk membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang

juga dapat dipotong secara tajam. Gunting dengan ujung bengkok dibuat oleh ahli pada

logam datar dengan cermat. Pemotongan dengan gunting ini dilakukan pada kasus lipoma

atau kista. Biasanya dilakukan dengan cara mengusuri garis batas lesi dengan gunting.

Harus dipastikan kalau pemotongan dilakukan jangan melewati batas lesi karena dapat

menyebabkan kerusakan.

Gunting Benang (dressing scissors). Gunting benang didesain untuk menggunting

benang. Gunting ini berbentuk lurus dan berujung tajam. Gunakan hanya untuk

menggunting benang, tidak untuk jaringan. Gunting ini juga digunakan saat mengangkat

benang pada luka yang sudah kering dengan tehnik selipan dan sebaiknya pemotongan

benang menggunakan bagian ujung gunting. Hati-hati dalam pemotongan jahitan. Jika

ujung gunting menonjol keluar jahitan, terdapat resiko memotong struktur lainnya.

Gunting Perban. Gunting perban merupakan gunting berujung sudut dengan

ujung yang tumpul. Gunting ini memiliki kepala kecil pada ujungnya yang bermanfaat

untuk memudahkan dalam memotong perban. Jenis gunting ini terdiri atas knowles dan

Page 14: Basic science bedah

lister. Bagian dasar gunting ini lebih panjang dan digunakan sangat mudah dalam

pemotongan perban. Ujung tumpulnya didesain untuk mencegah kecelakaan saat remove

perban dilakukan. Selain untuk membentuk dan memotong perban sesaat sebelum

menutup luka, gunting ini juga aman digunakan untuk memotong perban saat perban

telah ditempatkan di atas luka.

Gunting Iris. Gunting iris merupakan gunting dengan ujung yang tajam dan

berukuran kecil sekitar 3-4 inchi. Biasanya digunakan dalam pembedahan ophtalmicus

khususnya iris. Dalam bedah minor, gunting iris digunakan untuk memotong benang oleh

karena ujungnya yang cukup kecil untuk menyelip saat remove benang dilakukan.

(dictionary online)  

Instrumen Dengan Fungsi Menggenggam

a. Pinset Anatomi

Pinset Anatomi memiliki ujung tumpul halus. Secara umum, pinset digunakan

oleh ibu jari dan dua atau tiga anak jari lainnya dalam satu tangan. Tekanan pegas muncul

saat jari-jari tersebut saling menekan ke arah yang berlawanan dan menghasilkan

kemampuan menggenggam. Alat ini dapat menggenggam objek atau jaringan kecil

dengan cepat dan mudah, serta memindahkan dan mengeluarkan jaringan dengan tekanan

yang beragam. Pinset Anatomi ini juga digunakan saat jahitan dilakukan, berupa

eksplorasi jaringan dan membentuk pola jahitan tanpa melibatkan jari. (wikipedia) 

b. Pinset Chirurgis

Pinset Chirurgis biasanya memiliki susunan gigi 1x2 (dua gigi pada satu bidang).

Pinset bergigi ini digunakan pada jaringan; harus dengan perhitungan tepat, oleh karena

dapat merusak jaringan jika dibandingkan dengan pinset anatomi (dapat digunakan

dengan genggaman halus). Alat ini memiliki fungsi yang sama dengan pinset anatomi

yakni untuk membentuk pola jahitan, meremove jahitan, dan fungsi-fungsi lainnya.

(wikipedia)

c. Klem Jaringan

Klem jaringan berbentuk seperti penjepit dengan dua pegas yang saling

berhubungan pada ujung kakinya. Ukuran dan bentuk alat ini bervariasi, ada yang

panjang dan adapula yang pendek serta ada yang bergigi dan ada yang tidak. Alat ini

bermanfaat untuk memegang jaringan dengan tepat. Biasanya dipegang oleh tangan

Page 15: Basic science bedah

dominan, sedangkan tangan yang lain melakukan pemotongan, atau menjahit. Cara

pemegangannya: klem dipegang dalam keadaan relaks seperti memegang pulpen dengan

posisi di tengah tangan. Banyak orang yang memegang klem ini dengan salah, yang

memaksa lengan dalam posisi pronasi penuh dan menyebabkan tangan menjadi tegang.

Dalam penggunaannya, hati-hati merusak jaringan. Pegang klem selembut mungkin,

usahakan genggam jaringan sedalam batas yang seharusnya. Klem jaringan bergigi

memiliki gigi kecil pada ujungnya yang digunakan untuk memegang jaringan dengan

kuat dan dengan pengontrolan yang akurat. Hati-hati, kekikukan pada saat menggunakan

alat ini dapat merusak jaringan. Kemudian, klem tidak bergigi juga memiliki resiko

merusak jaringan jika jepitan dibiarkan terlalu lama, karena klem ini memiliki tekanan

yang kuat dalam menggenggam jaringan. 

Instrumen Dengan Fungsi Menghentikan Perdarahan

a. Klem Arteri

Pada prinsipnya, klem arteri bermanfaat untuk menghentikan perdarahan

pembuluh darah kecil dan menggenggam jaringan lainnya dengan tepat tanpa

menimbulkan kerusakan yang tidak dibutuhkan. Secara umum, klem arteri dan needle-

holder memiliki bentuk yang sama. Perbedaannya pada struktur jepitan (gambar 2),

dimana klem arteri, struktur jepitannya berupa galur paralel pada permukaannya dan

ukuran panjang pola jepitannya sampai handle agak lebih panjang dibanding needle-

holder. Alat ini juga tersedia dalam dua bentuk yakni bentuk lurus dan bengkok

(mosquito). Namun, bentuk bengkok (mosquito) lebih cocok digunakan pada bedah

minor.

Instrumen Dengan Fungsi Menjahit

a. Benang Bedah.

Benang bedah dapat bersifat absorbable dan non-absorbable. Benang yang

absorbable biasanya digunakan untuk jaringan lapisan dalam, mengikat pembuluh darah

dan kadang digunakan pada bedah minor. Benang non-absorbable biasanya digunakan

untuk jaringan tertentu dan harus diremove. Selain itu, benang bedah ada juga yang

bersifat alami dan sintetis. Benang tersebut dapat berupa monofilamen (Ethilon atau

prolene) atau jalinan (black silk). Umumnya luka pada bedah minor ditutup dengan

menggunakan benang non-absorbable. Namun, jahitan subkutikuler harus menggunakan

Page 16: Basic science bedah

jenis benang yang absorbable.

Benang absorbable sintetis terdiri atas vicryl (polygactin) dan Dexon

(polyclycalic acid) yang merupakan benang multifilamen. Benang ini berukuran lebih

panjang dari catgut dan memiliki sedikit reaksi jaringan. Penggunaan utamanya adalah

untuk jahitan subkutikuler yang tidak perlu diremove. Selain itu, juga dapat digunakan

untuk jahitan dalam pada penutupan luka dan mengikat pembuluh darah (hemostasis).

Benang non-abosrbable sintetis terdiri atas prolene dan ethilon (nama dagang).

Benang ini berbentuk monofilamen yang merupakan benang terbaik. Jenis benang ini

cukup halus dan luwes dan menghasilkan sedikit reaksi jaringan. Namun, jenis benang ini

lebih sulit diikat dari silk sehingga sering menyebabkan jahitan terbuka. Masalah ini

dapat diselesaikan dengan menggunakan tehnik khusus seperti menggulung benang saat

jahitan dilakukan atau mengikat benang dengan menambah lilitan. Prolene (monofilamen

polypropylene) dapat meningkatkan keamanan jahitan dan lebih mudah diremove

dibandingkan dengan Ethilon (monofilamen polyamide).

Black silk adalah benang jalinan non-absorbable alami yang paling banyak

digunakan. Meskipun demikian, benang ini dapat menimbulkan reaksi jaringan, dan

menghasilkan luka yang agak besar. Jenis benang ini harus dihindari, karena saat ini telah

banyak benang sintetis alternatif yang memberikan hasil yang lebih baik. Luka pada kulit

kepala yang berbatas merupakan pengecualian, oleh karena penggunaan jenis benang ini

lebih memuaskan.

Catgut merupakan contoh terbaik dalam kelompok benang absorbable alami.

Jenis benang ini merupakan monofilamen biologi yang dibuat dari usus domba dan sapi.

Terdapat dua macam catgut, plain catgut dan chromic catgut. Plain catgut memiliki

kekuatan selama 7-10 hari. Sedangkan chromic catgut memiliki kekuatan selama 28 hari.

Namun, kedua jenis benang ini dapat menghasilkan reaksi jaringan.

Terdapat dua sistem dalam mengatur penebalan benang, yakni dengan sistem

metrik dan sistem tradisional. Penomoran sistem metrik sesuai dengan diameter benang

dalam per-sepuluh milimeter. Misalnya, benang dengan ukuran 2 berarti memiliki

diameter 0.2 mm. Sistem tradisional kurang rasional namun banyak yang

menggunakannya. Ketebalan benang disebutkan menggunakan nilai nol misalnya 3/0,

4/0, 6/0 dan seterusnya. Paling besar nilainya, ketebalannya semakin kecil. 6/0

Page 17: Basic science bedah

merupakan nomor dengan diameter paling halus yang tebalnya seperti rambut, digunakan

pada wajah dan anak-anak. 3/0 adalah ukuran yang paling tebal yang biasa digunakan

pada sebagian besar bedah minor. Khususnya untuk kulit yang keras (kulit bahu). 4/0

merupakan nilai pertengahan yang juga sering digunakan.

Dalam suatu paket jahitan, terdapat semua informasi mengenai benang dan

needlenya secara lengkap di cover paketnya. Setiap paket jahitan memiliki dua bagian

luar, pertama yang terbuat dari kertas kuat yang mengikat pada cover transaparan. Paket

jahitan ini dijamin dalam keadaan steril sampai covernya terbuka. Oleh karena itu, saat

membuka paket, simpan ke dalam wadah steril. Bagian kedua yakni amplop yang terbuat

dari kertas perak yang dibasahi pada satu sisinya. Basahan ini memudahkan paket jahitan

dipisahkan dari kertas tersebut. Kemudian dengan menggunakan needle-holder, angkat

needle tersebut dari lilitannya dan luruskan secara hati-hati. Kemudian, gunakan untuk

tindakan penjahitan.

b. Needle holder

Needle holder bermanfaat untuk memegang needle saat insersi jahitan dilakukan.

Secara keseluruhan antara needle holder dan klem arteri berbentuk sama. Handled dan

ujung jepitannya bisa berbentuk lurus ataupun bengkok. Namun, yang paling penting

adalah perbedaan pada struktur jepitannya. Struktur jepitan needle holder berbentuk criss-

cross di permukaannya dan memiliki ukuran handled yang lebih panjang dari jepitannya,

untuk tahanan yang kuat dalam menggenggam needle. Oleh karena itu, jangan

menggenggam jaringan dengan needle holder karena akan menyebabkan kerusakan

jaringan secara serius.

6. Jelaskan mengenai macam-macam teknik anestesi ?

a. Anestesi Lokal

Pada anestesi lokal (sering juga diistilahkan dengan analgesia lokal), kesadaran

penderita tetap utuh dan rasa nyeri yang hilang bersifat setempat (lokal). Anestesi lokal

adalah tindakan pemberian obat yang mampu menghambat konduksi saraf (terutama

nyeri) secara reversibel pada bagian tubuh yang spesifik. Anestesi lokal bersifat ringan

dan biasanya digunakan untuk tindakan yang hanya perlu waktu singkat. Oleh karena

efek mati rasa yang didapat hanya mampu dipertahankan selama kurun waktu sekitar 30

Page 18: Basic science bedah

menit seusai injeksi, bila lebih dari itu, maka akan diperlukan injeksi tambahan untuk

melanjutkan tindakan tanpa rasa nyeri. Pembiusan atau anestesi lokal biasa dimanfaatkan

untuk banyak hal. misalnya, sulam bibir, sulam alis, dan liposuction, kegiatan sosial

seperti sirkumsisi (sunatan), mencabut gigi berlubang, hingga merawat luka terbuka yang

disertai tindakan penjahitan.

b. Anestesi Regional

Anestesi regional biasanya dimanfaatkan untuk kasus bedah yang pasiennya perlu

dalam kondisi sadar untuk meminimalisasi efek samping operasi yang lebih besar, bila

pasien tak sadar. Misalnya, pada persalinan Caesar, operasi usus buntu, operasi pada

lengan dan tungkai. Caranya dengan menginjeksikan obat-obatan bius pada bagian utama

pengantar register rasa nyeri ke otak yaitu saraf utama yang ada di dalam tulang

belakang. Sehingga, obat anestesi mampu menghentikan impuls saraf di area itu. Sensasi

nyeri yang ditimbulkan organ-organ melalui sistem saraf tadi lalu terhambat dan tak

dapat diregister sebagai sensasi nyeri di otak. Dan sifat anestesi atau efek mati rasa akan

lebih luas dan lama dibanding anestesi lokal. Pada kasus bedah, bisa membuat mati rasa

dari perut ke bawah. Namun, oleh karena tidak mempengaruhi hingga ke susunan saraf

pusat atau otak, maka pasien yang sudah di anestesi regional masih bisa sadar dan

mampu berkomunikasi, walaupun tidak merasakan nyeri di daerah yang sedang dioperasi.

c. Anestesi Umum

Anestesi umum (general anestesi) atau bius total disebut juga dengan nama

narkose umum (NU). Anestesi umum adalah meniadakan nyeri secara sentral disertai

hilangnya kesadaran yang bersifat reversible. Anestesi umum biasanya dimanfaatkan

untuk tindakan operasi besar yang memerlukan ketenangan pasien dan waktu pengerjaan

lebih panjang, misalnya pada kasus bedah jantung, pengangkatan batu empedu, bedah

rekonstruksi tulang, dan lain-lain. Cara kerja anestesi umum selain menghilangkan rasa

nyeri, menghilangkan kesadaran, dan membuat amnesia, juga merelaksasi seluruh otot.

Maka, selama penggunaan anestesi juga diperlukan alat bantu nafas, selain deteksi

jantung untuk meminimalisasi kegagalan organ vital melakukan fungsinya selama operasi

dilakukan.

Stadium anestesi dibagi dalam 4 yaitu, stadium I (stadium induksi atau eksitasi

volunter), dimulai dari pemberian agen anestesi sampai menimbulkan hilangnya

Page 19: Basic science bedah

kesadaran. Rasa takut dapat meningkatkan frekuensi nafas dan pulsus, dilatasi pupil,

dapat terjadi urinasi dan defekasi. Stadium II (stadium eksitasi involunter), dimulai dari

hilangnya kesadaran sampai permulaan stadium pembedahan. Pada stadium II terjadi

eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, pernafasan tidak teratur,

inkontinensia urin, muntah, midriasis, hipertensi, dan takikardia. Stadium III

(pembedahan/operasi), terbagi dalam 3 bagian yaitu, plane I yang ditandai dengan

pernafasan yang teratur dan terhentinya anggota gerak. Tipe pernafasan thoraco-

abdominal, refleks pedal masih ada, bola mata bergerak-gerak, palpebra, konjuctiva dan

kornea terdepresi. Plane II, ditandai dengan respirasi thoraco-abdominal dan bola mata

ventro medial semua otot mengalami relaksasi kecuali otot perut. Plane III, ditandai

dengan respirasi regular, abdominal, bola mata kembali ke tengah dan otot perut

relaksasi. Stadium IV (paralisis medulla oblongata atau overdosis),ditandai dengan

paralisis otot dada, pulsus cepat dan pupil dilatasi. Bola mata menunjukkan gambaran

seperti mata ikan karena terhentinya sekresi lakrimal.

7. Jelaskan tentang berbagai macam tumor kulit dan jaringan dibawahnya ?

Tumor dibagi menjadi tumor jinak dan tumor ganas. Jenis-jenis Tumor jinak, seperti

a. Kutil (Veruka vulgaris) yang umum dijumpai, disebabkan oleh virus yang menular.

Kutil biasanya terjadi pada lengan atau telapak kaki.

b. Keratosis, adalah lesi prakanker yang ditandai dengan hipertrofi epidermis.

c. Keloid, adalah penimbunan padat jaringan fibrosa yang meluas di atas permukaan

kulit yang mengalami luka traumatic atau insisi bedah. Keloid timbul akibat

kegagalan pemecahan kolagen dan lebih sering terjadi padaorang berkulit hitam.

d. Malformasi kapiler lebih sering dikenal dengan “port wine stain” pada kulit. Kelainan

ini memperlihatkan dilatasi kapiler abnormal pada pleksus subdermis. Lesinya halus

dengan distribusi bercak-bercak kemerahan atau keunguan.

e. Hemangioma, muncul pada saat bayi dan dapat membesar pada tahun pertama

kehidupan tetapi setelah itu mengecil. Lesi berwarna merah terang, timbul, dan

irregular. Timbulnya ulkus atau infeksi superfisial sering kali memperlambat

penyembuhan lesi.

Page 20: Basic science bedah

f. Tumor glomus, adalah tumor jinak, neoplasma kulit yang jarang yang biasanya terjadi

pada bantalan kuku tangan dan kaki. Lesi-lesi ini sangat sakit karena mereka berasal

dari end-organ glomus, organ saraf yang fungsi normalnya mengatur aliran darah

pada ekstremitas. Lesi ini juga disebut angiomioneuroma, dan umumnya benigna.

Bentuk ganas tumor ini disebut hemangiopericytoma.

Jenis tumor ganas

a. Karsinoma sel basal, adalah keganasan yang tumbuh lambat dan menyebabkan

sedikitnya tiga perempat keganasan pada seri klinik. Lesi ini seperti lilin dan

berwarna kuning keabuan dan sering ada telangiektasis di bawah kulit. Kebanyakan

kanker sel basal timbul di leher dan kepala. Mereka cenderug menginvasi dan

mengerosi ke dalam struktur profunda termasuk tengkorak, orbita, atau otak, jika

tidak diobati.

b. Karsinoma sel skuamosa, biasanya muncul sebagai ulserasi kulit yang cenderung

tumbuh cepat dari pada karsinoma sel basal. Biopsy diperlukan untuk membedakan

lesi ini dari jenis karsinoma kulit lainnya. Juga paling sering terjadi di kepala dan

leher. Gambaran khas adalah ulkus dengan tepi timbul menyerupai kawah gunung

berapi. Karsinoma sel skuamosa lebih ganas daripada sel basal danakan bermetastasis

ke limfonodus regional. Kanker sel skuamosa ditemukan pada daerah yang sering

teriritasi seperti tepi bibir, atau daerah dermatitis pascaradiasi, atau ulserasi pada

jaringan parut pasca terbakar lama. Penyakit bowen merupakan penyakit karsinoma

sel skuamosa in situ yang tumbuh lambat dimana eksisi dianjurkan.

8. Jelaskan berbagai macam jenis transfuse dan bagaimana memberikan trasnfusi ?

Jenis Transfusi Darah

a. Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga

mempunyai kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah

sesuai kantong darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat

bertahan dalam suhu 4°±2°C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah

eritrosit dan plasma secara bersamaan. Hb meningkat 0,9±0,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4

% post transfusi 450 ml darah lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi

Page 21: Basic science bedah

perdarahan akut dan masif, meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan.

Darah lengkap diberikan dengan golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada

pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.

Indikasi adalah penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka

bakar dan pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari

volume darah total.

Rumus kebutuhan whole blood : 6 x  ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Keterangan

Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

Hb pasien : Hb pasien saat ini

Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :

Darah Segar. Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah

pengambilan. Keuntungan pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih

lengkap termasuk faktor labil (V dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik.

Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan,

reaksi silang dan transportasi diperlukan waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan

penyakit relatif banyak.

Darah Baru. Yaitu darah yang disimpan antara 6 jam sampai 6 hari sesudah

diambil dari donor. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi

peningkatan kadar kalium, amonia, dan asam laktat.

Darah Simpan. Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari.

Keuntungannya mudah tersedia setiap saat, bahaya penularan lues dan sitomegalovirus

hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah

habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh eritrosit menurun yang disebabkan karena

afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal

ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar kalium, amonia, dan asam laktat

tinggi.

b. Sel darah merah

Terbagi dalam (1) Packed red cell. Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau

pengeluaran plasma secara tertutup atau septik sedemikian rupa sehingga hematokrit

menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu

Page 22: Basic science bedah

simpan 4°±2°C. Lama simpan darah 24 jam dengan sistem terbuka. Packed cells

merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan

memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam

pengobatan anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena

keganasan lainnya. Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan

dan alat-alat tubuh. Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%. Untuk

menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat

menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan

1-2 mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.

Kebutuhan darah (ml) : 3 x ∆Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Keterangan

Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal

Hb pasien : Hb pasien saat ini

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan

volume darah secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah

jenuh adalah mengurangi kemungkinan penularan penyakit, mengurangi kemungkinan

reaksi imunologis, volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga

kemungkinan overload berkurang, komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien

lain. Indikasi adalah kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml,

hemoglobin <8 gr/dl, hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya

empisema, atau penyakit jantung iskemik), hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada

ventilator. Dapat disebutkan bahwa :

Hb sekitar 5 adalah CRITICAL

Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE

Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL

Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah

mencapai batas TOLERABLE atau OPTIMAL

(2) Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku

yang Dicuci). Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah

merah yang menetap.

Page 23: Basic science bedah

(3) Washed red cell. Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-

3 kali dengan saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa

diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi sekunder yang

terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam). Washed red cell dipakai

dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan exchange transfusion. Untuk penderita

yang alergi terhadap protein plasma.

(4) Darah merah pekat miskin leukosit. Kandungan utama eritrosit, suhu simpan

4°±2°C, berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit pada pasien yang sering

memerlukan transfusi. Manfaat komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan

alergi.

c. White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma

dihilangkan 80 % , biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu

diketahui golongan darah ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan

dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena komponen ini bisa menyebabkan demam dan

dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan tranfusi dan disambung dengan antibiotik.

Indikasi, pada pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk

pasien dengan kultur darah positif, demam persisten /38,3° C dan granulositopenia).

d. Suspensi trombosit

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang

disebabkan oleh kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat

menyebabkan pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. Transfusi trombosit

terbukti bermanfaat menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen

trombosit mempunyai masa simpan sampai dengan 3 hari. Indikasi pemberian komponen

trombosit ialah:

Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya

kurang dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura,

leukemia, anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang

karena pemberian sitostatika terhadap tumor ganas.

Page 24: Basic science bedah

Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal

juga memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.

Rumus Transfusi Trombosit : BB x 1/13 x 0.3

Macam sediaan:

i. Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar.

Penyimpanan 34°C sebaiknya 24 jam.

ii. Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 20°±2°C.

Berguna untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada

dewasa rata-rata 5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam,

alloimunisasi Antigen trombosit donor. Dibuat dengan cara melakukan pemusingan

(centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma, sehingga diperoleh endapan yang

merupakan pletelet concentrate dan kemudian memisahkannya dari plasma yang

diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan ± 48-72 jam.

e. Plasma

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah

(hypovolemia, luka bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada

nephrotic syndrom dan cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-

faktor tertentu dari plasma seperti globulin. Macam sediaan plasma adalah:

Plasma cair. Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada

pembuatan packed red cell.

Plasma kering (lyoplylized plasma). Diperoleh dengan mengeringkan plasma

beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

Fresh Frozen Plasma. Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan

langsung dibekukan pada suhu -60°C. Pemakaian yang paling baik untuk

menghentikan perdarahan (hemostasis). Kandungan utama berupa plasma dan

faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu simpan -18°C atau lebih

rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan faktor

pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan

dalam waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung

Page 25: Basic science bedah

semua protein plasma (faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa

diberikan setelah transfusi darah masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati

pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya dapat menaikan masing-masing

kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa. Sama dengan PRC,

saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu sesuai suhu

tubuh. Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah

besar diperlukan koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP

mengikat kalsium. Perlu dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system

Rh. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.

Indikasi yaitu, mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B), neutralisasi

hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang mengancam

nyawa. adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah

transfusi massif, pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor

pembekuan.

Albumin. Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen

dipisahkan dari plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan

sampai menjadi cairan 5% atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan

osmotik sama dengan 400 ml plasma biasa

Rumus Kebutuhan Albumin : ∆ albumin x BB x 0.8

9. Jelaskan mengenai berbagai macam jenis luka dan tahap proses penyembuhan luka ?

Wound healing atau penyembuhan luka adalah suatu proses alami, baik secara selular

maupun biokimia, yang dilakukan oleh tubuh untuk regenerasi jaringan dermis atau

epidermis sebagai respon atas suatu jejas atau injuri. Proses ini secara garis besar terdiri dari

3 fase yang merupakan suatu urut-urutan tertentu dan dalam perjalanannya dapat saling

tumpang tindih. Jika fase-fase ini tidak berjalan sebagaimana harusnya, maka luka tidak akan

sembuh. Luka mungkin menjadi luka kronis seperti venous ulcer atau skar patologis seperti

keloid. Fase-fase tersebut adalah:

a. Fase Inflamasi

Fase inflamasi sangat penting dalam proses penyembuhan luka karena berperan

melawan infeksi pada awal terjadinya luka serta memulai fase proliferasi. Walaupun

Page 26: Basic science bedah

begitu, inflamasi dapat terus berlangsung hingga terjadi kerusakan jaringan yang kronis.

Fase inflamasi ditandai dengan terjadinya pembekuan darah (clotting) untuk

mempertahankan hemostasis, pelepasan bermacam-macam faktor untuk menarik sel-sel

yang akan memfagosit debris, bakteri, dan jaringan yang rusak, serta pelepasan faktor

yang akan memulai proliferasi jaringan. Ketika jaringan terluka, maka darah akan kontak

dengan kolagen. Hal ini memacu platelet untuk mensekresi faktor-faktor inflamasi.

Platelet atau dikenal juga dengan trombosit, juga mengekspresi glikoprotein pada

membran sel sehingga platelet tersebut dapat menempel satu sama lain, beragregasi, dan

membentuk massa.

Platelet adalah sel yang paling banyak terdapat segera setelah suatu luka terjadi.

Platelet kemudian akan melepaskan faktor-faktor lainnya seperti protein ECM, sitokin,

growth factor yang mempercepat pembelahan sel, dan faktor proinflamasi (serotonin,

bradikinin, prostaglandin, prostasiklin, tromboksan, dan histamine) yang meningkatkan

proliferasi dan migrasi sel ke daerah luka serta menyebabkan peningkatan permeabilitas.

Segera setelah pembuluh darah berdilatasi, membran sel yang ruptur akan melepaskan

tromboksan dan prostaglandin yang menyebabkan pembuluh darah berkontraksi untuk

mencegah kehilangan darah sekaligus mengumpulkan faktor-faktor dan sel inflamasi

lainnya. Vasokonstriksi ini berlangsung selama 5–10 menit, kemudian diikuti dengan

vasodilatasi yang terjadi karena pelepasan histamin. Dengan terjadinya vasodilatasi maka

akan terjadi ekstravasasi protein. Hal ini menyebabkan tekanan osmolar ekstravaskular

meningkat dan air tertarik ke ekstravaskular sehingga jaringan menjadi edematous.

Vasodilatasi ini juga memfasilitasi leukosit dari pembuluh darah untuk mencapai lokasi

luka.

Setelah 1 jam luka terjadi, polymorphonuclear (PMNs) sampai pada lokasi luka

dan menjadi sel predominan hingga 3 hari selanjutnya. PMNs tertarik ke lokasi luka

karena adanya fibronektin, growth factors, neuropeptida, dan kinin. Netrofil akan

memfagositosis debris dan bakteri, membunuh bakteri dengan cara melepaskan radikal

bebas, membersihkan luka dari jaringan mati dengan mensekresi protease. Setelah

netrofil menyelesaikan tugasnya, ia akan mengalami apoptosis dan didegradasi oleh

makrofag. Leukosit lainnya yang memasuki lokasi luka adalah sel T-helper yang

mensekresi sitokin. Sitokin menyebabkan sel T-helper membelah lebih banyak lagi

Page 27: Basic science bedah

sehingga terjadi proses inflamasi, vasodilatasi, dan peningkatan permeabilitas kapiler

lebih hebat. Sel T-helper juga akan meningkatkan aktivitas makrofag. Makrofag akan

menggantikan peran PMNs sebagai sel predominan. Platelet dan faktor-faktor lainnya

menarik monosit dari pembuluh darah. Ketika monosit mencapai lokasi luka, maka ia

akan dimatangkan menjadi makrofag.

Peran makrofag adalah, (1) memfagositosis bakteri dan jaringan yang rusak

dengan melepaskan protease, (2) melepaskan growth factors dan sitokin yang kemudian

menarik sel-sel yang berperan dalam fase proliferasi ke lokasi luka, (3) memproduksi

faktor yang menginduksi dan mempercepat angiogenesis, (4) memstimulasi sel-sel yang

berperan dalam proses re-epitelisasi luka, membuat jaringan granulasi, dan menyusun

matriks ekstraselular.

b. Fase Proliferasi

Fase proliferasi dari penyembuhan luka dimulai kira-kira 2–3 hari setelah

terjadinya luka, dan ditandai dengan adanya fibroblas di sekitar luka. Pada fase ini terjadi

angiogenesis. Angiogenesis disebut juga sebagai neovaskularisasi, yaitu proses

pembentukan pembuluh darah baru. Karena aktivitas fibroblas dan epitelial

membutuhkan oksigen, angiogenesis adalah hal yang penting sekali dalam langkah-

langkah penyembuhan luka.

Jaringan dimana pembentukan pembuluh darah baru terjadi, biasanya terlihat

berwarna merah (eritem) karena terbentuknya kapiler-kapiler di daerah itu. Seiring

dengan terjadinya proliferasi fibroblas, populasi sel keratinosit dan endothelial serta

produksi faktor-faktor pertumbuhan akan bertambah. Hal ini menstimulasi sel-sel

proliferasi dan migrasi sel-sel endotelial ke daerah luka sehingga terjadi angiogenesis.

Pembuluh darah yang baru terbentuk ini mengawali peningkatan jumlah fibroblas ke

daerah luka untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dan untuk memproduksi plasminogen

activator dan collagenase. Setelah pembentukan jaringan cukup adekuat, migrasi dan

proliferasi sel-sel endotelial menurun, dan sel yang berlebih akan mati dalam dengan

proses apoptosis. Seiring dengan angiogenesis, fibroblas mulai terkumpul di dalam luka.

Fibroblas mulai memasuki daerah luka 2 – 5 hari setelah fase inflamasi luka

berakhir, dan jumlahnya mencapai puncak pada 1 – 2 minggu setelah terjadinya luka.

Pada akhir minggu pertama, fibroblas adalah sel utama dalam luka. Fibroplasia berakhir 2

Page 28: Basic science bedah

sampai 4 minggu setelah luka terjadi. Pada 2 – 3 hari setelah terjadinya luka, fibroblas

berproliferasi dan bermigrasi, sehingga nantinya menjadi sel utama yang menjadi matrix

kolagen di dalam area luka. Fibroblas dari jaringan normal bermigrasi ke dalam area

luka. Awalnya fibroblas menggunakan benang fibrin pada fase inflamasi untuk

bermigrasi, melekat ke fibronectin. Lalu fibroblas mengendapkan substansi dasar ke

dalam area luka yang selanjutnya akan ditempati oleh kolagen. Salah satu peranan

penting dari fibroblas adalah menghasilkan kolagen. Fibroblas mulai menghasilkan

kolagen pada hari ke-2 sampai hari ke-3 setelah terjadinya luka, dan mencapai kadar

puncak pada minggu ke-1 hingga minggu ke-3. Produksi kolagen terus berlanjut secara

cepat hingga 2 sampai 4 minggu.

Deposisi kolagen sangatlah penting mengingat kolagen berperan dalam

peningkatan kekuatan luka, sebelum jumlahnya menurun, satu-satunya yang membuat

luka dapat berdekatan satu sama lain adalah fibrin – fibronectin clot, yang tidak terlalu

kuat untuk menahan suatu luka karena trauma. Formasi dari jaringan granulasi pada suatu

luka terbuka menyebabkan terjadinya fase reepitelisasi, seperti halnya sel epitel

bermigrasi melintasi jaringan yang baru untuk membentuk suatu barier diantara luka dan

lingkunagn sekitar.

Basal keratinosit dari tepi luka dan lapisan dermal, seperti folikel rambut, kelenjar

keringat, dan glandula sebacea adalah sel yang paling bertanggung jawab untuk

terjadinya fase epitelisasi pada penyembuhan luka. Mereka tumbuh dalam bentuk

lembaran, melintasi luka dan berproliferasi pada tepi luka, dan berhenti bergerak ketika

bertemu di tengah luka. Dengan demikian onset dari migrasi ini bervariasi dan mungkin

terjadi sehari setelah luka terjadi. Sel pada tepi luka berproliferasi pada hari ke dua dan ke

tiga setelah luka untuk kelangsungan proses migrasi sel. Jika membran basalis tidak

rusak, sel epitel digantikan dalam 3 hari oleh bagian-bagian dari membran basalis  dan sel

yang bermigrasi dari stratum basalis, dengan cara yang sama pada kulit yang tidak

mengalami luka. Namun bagaimanapun, jika membran basalis di sekitar luka mengalami

kerusakan, reepitelisasi pasti terjadi di sekitar tepi luka dan dari lapisan kulit seperti

folikel rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebacea yang melintasi dermis yang

berhubungan dengan keratinosit yang hidup. Jika luka yang terjadi sangat dalam,

kemungkinan besar lapisan kulit juga akan mengalami kerusakan, sehingga migrasi sel

Page 29: Basic science bedah

hanya akan terjadi pada tepi luka. Sekitar 1 minggu setelah terjadinya penyembuhan luka,

firoblas berdiferensiasi menjadi myofibroblas dan luka mulai menyusut. Pada luka yang

dalam puncak penyusutan terjadi dalam 5 – 15 hari setelah terjadinya luka. penyusutan

dapat berakhir dalam beberapa minggu, dan berlanjut  bahkan setelah luka mengalami re-

epitelisasi. Jika pengerutan berlanjut terlalu lama, hal ini akan menuju pada kerusakan

dan malfungsi. Pengerutan terjadi untuk mengurangi bentuk yang berlebihan dari

penyembuhan luka. Luka yang besar akan menjadi 40 – 80 % lebih kecil setelah

terjadinya pengerutan. Kecepatan pengerutan dalam penyembuhan  luka terjadi 0.75 mm

per hari, tergantung pada seberapa besar jaringan luka yang hilang. Penyusutan biasaya

tidak terjadi secara simetris, namun kebanyakan penyembuhan luka memiliki aksis

pengerutan yang dapat dimasuki lembaran - lembaran sel kolagen. Pada awalnya,

pengerutan terjadi tanpa keterlibatan myofibroblas. Fibroblas baru distimulasi oleh

growth factor yang akan berdiferensiasi menjadi myofibroblas. Myofibroblas yang mirip

sel otot polos bertanggung jawab pada kontraksi. Myofibroblas mengandung aktin yang

serupa ditemukan di dalam sel otot polos.

c. Fase Maturasi dan Remodelling

Saat kadar produksi dan degradasi kolagen mencapai keseimbangan, maka

mulailah fase maturasi dari penyembuhan jaringan luka. Fase ini dapat berlangsung

hingga 1 tahun lamanya atau lebih, tergantung dari ukuran luka dan metode penutupan

luka yang dipakai. Selama proses maturasi, kolagen tipe III yang banyak berperan saat

fase proliferasi akan menurun kadarnya secara bertahap, digantikan dengan kolagen tipe I

yang lebih kuat. Serat-serat kolagen ini akan disusun, dirangkai, dan dirapikan sepanjang

garis luka. Kekuatan susunan kolagen akan bertambah seiring dengan perjalanan waktu.

Setelah 3 bulan, rata-rata kekuatan jaringan ini mencapai 50% dari kekuatan jaringan

normal, dan akan terus bertambah hingga maksimal 80% dari kekuatan jaringan normal.

Lama kelamaan aktivitas pada lokasi luka berkurang, sehingga luka pun menjadi tidak

eritematous karena pembuluh darah yang tidak lagi dibutuhkan untuk kelangsungan

proses penyembuhan luka akan dihilangkan secara apoptosis.

Faktor-Faktor yang berpengaruh terhadap penyembuhan secara garis besar dibagi

menjadi 2 kelompok yaitu faktor lokal dan faktor sistemik. Faktor lokal meliputi

besarnya luka, jenis jaringan yang mengalami luka, lokasi, bersih dan kotornya luka

Page 30: Basic science bedah

(kontaminasi) serta kecepatan penatalaksanaannya. Faktor sistemik meliputi keadaan

umum  penderita beserta kelainan kronik sebelumya yang telah diderita, keadaan gizi,

penyakit sistem imun dan lain sebagainya.

10. Jelaskan macam-macam jenis jahitan dan macam-macam jenis benang ?

Jenis-jenis jahitan

Dikenal beberapa jahitan sederhana, yaitu:

Jahitan Terputus (Simple Inerrupted Suture). Terbanyak digunakan karena sederhana

dan mudah. Tiap jahitan disimpul sendiri. Dapat dilakukan pada kulit atau bagian tubuh lain,

dan cocok untuk daerah yang banyak bergerak karena tiap jahitan saling menunjang satu

dengan lain. Digunakan juga untuk jahitan situasi. Cara jahitan terputus dibuat dengan jarak

kira-kira 1 cm antar jahitan. Keuntungan jahitan ini adalah bila benang putus, hanya satu

tempat yang terbuka, dan bila terjadi infeksi luka, cukup dibuka jahitan di tempat yang

terinfeksi. Akan tetapi, dibutuhkan waktu lebih lama untuk mengerjakannya.

Jahitan Matras. Jahitan Matras terdiri dari (1) jahitan matra horizontal, yaitu jahitan

dengan melakukan penusukan seperti simpul, sebelum disimpul dilanjutkan dengan

penusukan sejajar sejauh 1 cm dari tusukan pertama. Memberikan hasil jahitan yang kuat.

(2)jahitan matras vertical yaitu jahitan dengan menjahit secara mendalam di bawah luka

kemudian dilanjutkan dengan menjahit tepi-tepi luka. Biasanya menghasilkan penyembuhan

luka yang cepat karena didekatkannya tepi-tepi luka oleh jahitan ini. (3) jahitan matras

modifikasi yaitu modifikasi dari matras horizontal tetapi menjahit daerah luka seberangnya

pada daerah subkutannya.

Jahitan Kontinu. Simpul hanya pada ujung-ujung jahitan, jadi hanya dua simpul. Bila

salah satu simpul terbuka, maka jahitan akan terbuka seluruhnya. Jahitan ini jarang dipakai

untuk menjahit kulit.

Jahitan Jelujur Sederhana (Continous Over and Over). Jahitan ini sangat sederhana,

sama dengan kita menjelujur baju. Biasanya menghasilkan hasil kosmetik yang baik, tidak

disarankan penggunaannya pada jaringan ikat yang longgar.

Page 31: Basic science bedah

Jahitan Jelujur Feston (Interlocking Suture). Jahitan kontinyu dengan mengaitkan

benang pada jahitan sebelumnya, biasa sering dipakai pada jahitan peritoneum. Merupakan

variasi jahitan jelujur biasa.

Jahitan Intradermal. Memberikan hasil kosmetik yang paling bagus (hanya berupa

satu garis saja). Dilakukan jahitan jelujur pada jaringan lemak tepat di bawah dermis.

11. Jelaskan mengenai definisi dan tindakan asepsis antisepsis

Asepsis adalah keadaan bebas hama atau bakteri. Tujuannya untuk mengurangi resiko

kontak dengan mikroorganisme patogen dan menciptakan lingkungan kerja yang aman, baik

untuk pasien maupun untuk orang-orang yang bekerja dalam bidang kedokteran. Fungsi

asepsis adalah untuk mencegah masuknya mikrorganisme. Teknik Asepsis terdiri dari 3 dasar

yaitu, mencegah masuknya mikroorganisme patogen dari luar masuk ke dalam tubuh,

mencegah penyebaran mikroorganisme, upaya interupsi proses kontaminasi.

Ruang lingkup asepsis terdiri dari asepsis medis dan asepsis bedah. Asepsis medis

dimaksudkan untuk mencegah penyebaran mikroorganisme. Contoh tindakan: mencuci

tangan, mengganti linen, menggunakan cangkir untuk obat. Obyek dinyatakan terkontaminasi

jika mengandung atau diduga mengandung patogen. Asepsis bedah, disebut juga tehnik steril,

merupakan prosedur untuk membunuh mikroorganisme. Sterilisasi membunuh semua

mikroorganisme dan spora, tehnik ini digunakan untuk tindakan invasif. Obyek

terkontaminasi jika tersentuh oleh benda tidak steril. Prinsip-prinsip asepsis bedah adalah

sebagai berikut, segala alat yang digunakan harus steril, alat yang steril akan tidak steril jika

tersentuh, alat yang steril harus ada pada area steril, alat yang steril akan tidak steril jika

terpapar udara dalam waktu lama, alat yang steril dapat terkontaminasi oleh alat yang tidak

steril, kulit tidak dapat disterilkan.

Sterilisasi adalah sebuah proses yang ditujukan untuk membunuh semua

mikroorganisme, termasuk spora dan merupakan tingkat tertinggi dari seluruh proses

pemusnahan mikoroorganisme. Tujuannya untuk membuat suatu obyek menjadi steril.

Prinsip Sterilisasi

Terdapat 3 prinsip:

Page 32: Basic science bedah

1. Sterilisasi secara mekanik (filtrasi) menggunakan suatu saringan yang berpori sangat

kecil (0.22 mikron atau 0.45 mikron) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut.

Proses ini ditujukan untuk sterilisasi bahan yang peka panas, misal nya larutan enzim dan

antibiotik.

2. Sterilisasi secara fisik dapat dilakukan dengan pemanasan & penyinaran.

Pemanasan

a. Pemijaran (dengan api langsung): membakar alat pada api secara langsung,

contoh alat : jarum inokulum, pinset, batang L, dll.

b. Panas kering: sterilisasi dengan oven kira-kira 60-1800C. Sterilisasi panas kering

cocok untuk alat yang terbuat dari kaca misalnya erlenmeyer, tabung reaksi dll.

c. Uap air panas: konsep ini mirip dengan mengukus. Bahan yang mengandung air

lebih tepat menggungakan metode ini supaya tidak terjadi dehidrasi.

d. Uap air panas bertekanan : menggunalkan autoklaf

Penyinaran dengan UV

Sinar Ultra Violet juga dapat digunakan untuk proses sterilisasi, misalnya untuk

membunuh mikroba yang menempel pada permukaan interior Safety Cabinet

dengan disinari lampu UV

3. Sterilisasi secara kimiawi biasanya menggunakan antiseptik antara lain alkohol

Tahapan-tahapan yang perlu dilakukan adalah:

1. Presoaking, membersihkan instrumen dari material yang menempel. Jika material tidak

dapat langsung dibersihkan, letakkan instrumen pada cairan disinfektan atau deterjen

namun tidak boleh terlalu lama agar tidak terjadi korosi

2. Cleaning, membersihkan instrumen dari sisa debris dan cairan tubuh pasien, dilakukan

dengan 2 cara yaitu hand scrubbing dan ultrasonic cleansing. Hand scrubbing pada

dasarnya kontras terhadap salah satu prinsip kontrol infeksi, yaitu tidak boleh berkontak

langsung dengan permukaan yang terkontaminasi sebisa mungkin. Handsrubbing dapat

menimbulkan percikan air dan semburan udara yang dapat menimbulkan infeksi, dan

dapat merusak instrumen. Hal tersebut dapat dihindari dengan menyikat instrumen di

dalam air, kemudian dibilas dengan air mengalir.

Page 33: Basic science bedah

3. Corrosion control and lubrication, instrumen yang disterilkan dengan dry heat, zat kimia

dan gas ethylene oxide harus dibungkus terlebih dahulu. Keadaan instrumen yang kering

dapat mengurangi kemungkinan korosi dan rusaknya pembungkus instrumen.

4. Packaging, dilakukan terutama agar instrumen tetap terlindungi pasca-sterilisasi

5. Sterilization

6. Sterilization monitoring, dapat dilakukan dengan indikator kimia (perubahan warna) dan

indikator biologis (tes spora). Indikator kimia hanya mengetahui bahwa benda telah

terekspos panas, uap maupun zat kimia, tetapi tidak dapat menganalisa adanya

pemusnahan bakteri dan spora.

Metode sterilisasi

Pemanasan:

1. Pemanasan Basah

Mensterikan peralatan dengan cara merebus didalam air sampai mendidih (1000C) dan

ditunggu antara 15 sampai 20 menit. Digunakan untuk mensterilkan: instumen operasi

terutama dari logam tahan karat, kateter karet atau logam, alat-alay dari plastik atau kaca

tahan panas, kain kasa dan tuffer yang akan digunakan.

2. Pemanasan kering

Mensterikan peralatan dengan oven dengan uap panas tinggi, digunakan oven, dengan

temperatur 170oC (160-180oC) dalam waktu 1-2 jam. Digunakan untuk mensterilkan alat

bedah (pisau atau gunting dibungkus agar tidak tumpul), kaca tahan panas (pyrex), kasa,

doek, laken, dan jas operasi.

3. Flamber

Dengan membakar dengan spiritus atau alkohol 96%. Bahan bakar harus cukup untuk

memberi nyala minimum selama 5 menit. Cara ini mudah dikerjakan sehingga cocok

untuk keadaan darurat. Digunakan untuk tempat peralatan yang telah disterilkan, kom

atau bekken, dan alat-alat operasi, bila akan digunakan mendesak.

4. Autoklaf

Mensterikan peralatan dengan uap panas didalam autoclave dengan suhu 120oC dan

tekanan 750 mmHg selama 10-15 meni. Digunakan untuk kain kasa, doek, dan jas

operasi.

Kimiawi:

Page 34: Basic science bedah

Mensterikan peralatan dengan menggunakan bahan kimia seperti alkohol, sublimat, uap

formalin, khususnya untuk peralatan yang cepat rusak bila kena panas. Misalnya sarung tangan,

kateter, dan lain-lain. Penyimpanan dari alat-alat yang steril. Setelah sterilisasi, instrumen harus

tetap steril hingga saat dipakai.

1. Gas ethylene oxide (EO) merupakan salah satu metode sterilisasi terhadap benda yang

mudah terpengaruh panas dan kelembaban. EO mempunyai sifat toksik, mudah terbakar,

dan bisa meledak, sehingga harus digunakan dengan hati-hati. Benda yang telah

disterilkan dengan EO harus diangin-anginkan

2. Tablet Formalin. Dengan memanfaatkan uap tablet formalin. Tablet formalin dibungkus

dengan kain kasa, alat, dan tablet formalin yang telah dibungkus kasa dimasukkan ke

dalam wadah/tempat yang tertutup rapat minimum selama 24 jam. Digunakan untuk

mensterilkan sarung tangan operasi, kateter balon, dan kasa.

3. Larutan Antiseptik. Dilakukan dengan cara membilas atau merendam alat. Digunakan

untuk instrumen bedah, alat-alat tajam, dan kateter.

Radiasi

Radiasi, dapat dilakukan dengan sinar infra merah, diberikan terhadap materi yang tidak

dapat disterilkan dengan panas atau zat kimia. Energi radiasi ini dapat membunuh

mikroorganisme. Digunakan untuk mensterilkan tabung suntik plastik, sarung tangan, kateter

foley, infus set, selang sonde, dan kamar operasi.

Antisepsis

Antisepsis adalah upaya pencegahan infeksi dengan membunuh atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme pada kulit dan jaringan tubuh lainnya. Teknik aseptik/asepsis

adalah segala upaya yang dilakukan untuk mencegah masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh

yang kemungkinan besar akan mengakibatkan infeksi. Tindakan asepsis ini bertujuan untuk

mengurangi atau menghilangkan mikroorganisme yang terdapat pada permukaan benda hidup

atau benda mati. Tindakan ini meliputi antisepis, desinfeksi, dan sterilisasi. Untuk itu, diperlukan

perlakuan khusus pada alat dan bahan operasi, lapangan operasi, operator,dan asisten sebagai

pelaksana.

Penggunaan:

1. Membebaskan kulit dari bakteri sebelum operasi untuk mencegah infeksi

Page 35: Basic science bedah

2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang.

3. Mencuci luka, terutama pada luka kotor.

4. Sterilisasi alat bedah.

5. Mencegah infeksi pada perawatan luka.

6. Untuk irigasi daerah-daerah terinfeksi.

7. Mengobati infeksi lokal

Jenis-jenis Antiseptik

1. Alkohol

2. Halogen dan senyawanya

Yodium

Providon Yodium (Polyvinyl Pyrrolidone Iodine)

Yodoform (obat kuning)

Klorheksidin

3. Oksidansia

Kalium permanganat

Perhidol

4. Logam berat dan garamnya:

Merkuris klorida (sublimat)

Merkukrom

5. Asam:

Asam borat

6. Turunan Fenol:

Trinitrofenol (asam fikrat)

Heksaklorofen (phisoHex)

7. Basa amonium kuartener (‘quats’)