LAPORAN KASUS TUMOR KULIT SUSPEK MALIGNA SUSPEK KARSINOMA SEL BASAL FACIALIS DEKSTRA Disusun Oleh : dr. Vina Listy Pramita PROGRAM INTERNSHIP RSUD TANAH BUMBU PERIODE NOVEMBER 2012 – OKTOBER 2013
LAPORAN KASUS
TUMOR KULIT SUSPEK MALIGNA SUSPEK KARSINOMA SEL
BASAL FACIALIS DEKSTRA
Disusun Oleh :
dr. Vina Listy Pramita
PROGRAM INTERNSHIP RSUD TANAH BUMBU
PERIODE NOVEMBER 2012 – OKTOBER 2013
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit kanker kulit dewasa ini cenderung mengalami peningkatan jumlahnya
terutama di kawasan Amerika, Australia dan Inggris. Berdasarkan beberapa penelitian,
mereka orang-orang kulit putih yang lebih banyak menderita jenis kanker kulit ini. Hal
tersebut diprediksikan sebagai akibat seringnya mereka terkena (banyak terpajan) cahaya
matahari. Di Indonesia penderita kanker kulit terbilang sangat sedikit dibandingkan ke-3
negara tersebut, namun demikian kanker kulit perlu dipahami karena selain menyebabkan
kecacatan (merusak penampilan) juga pada stadium lanjut dapat berakibat fatal bagi
penderita.
Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan pemeriksaan
biopsi, diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu sebelumnya kanker kulit
dapat dideteksi secara dini. Tetapi kenyataannya masih banyak pasien datang berobat untuk
kanker kulit berada dalam stadium lanjut, disertai kerusakan-kerusakan setempat yang sulit
diobati. Hal ini sangat disayangkan oleh karena kalau dideteksi sedini mungkin dapat segera
dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan sangat memuaskan. Oleh karena itu
pengetahuan mengenai tanda-tanda dini dari kanker kulit sangat penting, baik untuk pasien,
maupun untuk para praktisi dokter dan petugas kesehatan.
Jenis tumor ganas kulit yang banyak ditemukan diseluruh dunia ialah karsinoma sel
basal (basalioma), karsinoma sel skuamosa, yang tergolong non melanoma dan melanoma
maligna. Karsinoma sel basal adalah paling umum.
Kanker merupakan penyebab kematian yang ke enam di Indonesia, sedangkan pada
negara-negara maju merupakan penyebab kematian yang kedua setelah penyakit-penyakit
kardiovaskuler. Kanker diderita oleh semua golongan masyarakat. Golongan social yang
ekonominya kurang umumnya berobat pada stadium lanjut, sehingga sangat sukar untuk
menyembuhkannya walaupun dengan cara-cara pengobatan yang mutakhir seperti sekarang
ini.
BAB II
IKHTISAR KASUS
IDENTITAS PENDERITA
• Nama : Ny. S
• Umur : 76 tahun
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Alamat : Jl. Sebamban 1 desa Tri Mulyo
• Agama : Islam
• Status : Menikah
• Pekerjaan : Penjual sayur
• No MR : 07.94.68
Anamnesa
• Keluhan Utama
Terdapat luka borok di wajah bagian kanan sejak satu tahun SMRS
• Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan adanya luka borok di bagian wajah kanan ± 1
tahun yang lalu. Awal nya terdapat benjolan seperti tahi lalat. Benjolan awalnya kecil, datar,
berwarna hitam, bulat, tidak nyeri, tidak berambut dan tidak gatal. Namun Benjolan tersebut
semakin lama dirasakan semakin bertambah besar, terasa nyeri dan gatal sehingga pasien
sering menggaruknya dan mengelupas kulitnya sehingga benjolan tersebut akhirnya berubah
menjadi bentukan yang tidak beraturan, berbatas tegas dan kadang gampang berdarah jika
tersenggol atau tertekan. Permukaan benjolan tidak rata dan terdapat luka di tengah benjolan
tersebut. Pasien menyangkal ada nya riwayat trauma sebelum nya.
Sejak 6 bulan terakhir luka tersebut dirasakan semakin melebar dan berubah
menjadi borok dan meluas hingga ke arah hidung. Pasien pernah memeriksakan penyakit nya
ke puskesmas, di anjurkan untuk kontrol ke rumah sakit namun pasien senantiasa menunda
sehingga baru sekarang pasien memeriksakan ke rumah sakit. Menurut penuturan pasien,
pasien senantiasa rutin membersihkan luka borok nya dengan memanggil mantri ke rumah.
Selama 2 minggu terakhir pasien merasakan badan terasa lemas,letih, tidak
bertenaga, dan napsu makan menurun. Pasien menyangkal ada nya demam, rasa menggigil,
mual muntah serta nyeri pada ulu hati.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya. Riwayat
penyakit hipertensi, Penyakit jantung, DM disangkal oleh pasien.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku tidak ada keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
• Riwayat Sosial Ekonomi
Pasien bekerja sebagai penjual tukang sayur keliling gerobak dorong selama lebih dari
10 tahun, dimana pasien mulai bekerja mulai dari jam 7 pagi hingga jam 1 siang.
Pemeriksaan Klinis
• Keadaan umum : Baik
• Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign : T = 130/70 mmHg RR = 20 x/ menit
N = 76 x/menit T = 36,5 0C
• Status Generalis :
Mata
Conjunctiva pucat (+/+), sklera ikterik (-/-), refleks cahaya langsung dan tak
langsung (+/+), pupil isokor (3 mm/ 3mm)
Hidung
deformitas (+), ulkus( +), darah (-/-), sekret (-/-)
Thoraks
Jantung : Bunyi jantung I-II reg, murmur (-), gallop(-)
Paru : Suara nafas vesikuler, ronkhi -/-. Whezing -/-
Abdomen
: supel, nyeri tekan (-), bising usus (-)
Ekstremitas
Oedem Akral dingin
• Status Lokalis
Regio Facialis Dextra :
Inspeksi : tampak ulkus, berbentuk kawah, tepi tidak rata, tepi meninggi,
berbatas tegas, deformitas pada hidung,
- -
- -
- -
- -
Gambar 1. Pasien .
Gambar 2. Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan Laboratorium
Tanggal 14 Agustus 2013
Darah Lengkap
• Hb : 7 gr%
• Leukosit: 4360 /mm3
• Trombosit: 440ribu/mm3
• Hematokrit : 30 %
• Ureum : 34 mg/dl
• Creatinin : 0,9 mg/dl
• Malaria/DDR: negatif
• Widal Antigen : (Type O, S.Ty H, S Pr,Ty AO, S.Pr Ty BO) : negatif
PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan histopatologi
DIAGNOSIS
Tumor Kulit suspek Maligna suspek Karsinoma Sel Basal Facialis dekstra
Anemia et causa penyakit kronik ( Cancer Related Anemia)
TERAPI
IUFD RL 32 tpm
Ceftriaxone 1gr/12 jam
Rawat luka dengan kompres kasa, ganti setiap hari.
Gentamicin salep 1x/hari
Transfusi PRC 500 cc
Rujuk ke spesialis onkologi di RSUD Ulin
PROGNOSIS :
Ad Vitam : ad Bonam
Ad functionam : Dubia ad Malam
Ad Sanationam : Dubia ad Malam
FOLLOW UP
15-8-2013
S: keluhan –
O: KU/Kesadaran : Sakit sedang/CM
T: 120/70
N: 96x/m
S:36,6C
P:20x/m
St.Generalis: Conjungtiva anemis +/+
Hasil Lab : Hb :9,2 g/dl
Ht: 31%
L : 9200/UL
T : 234.000/UL
A : Tumor kulit suspek maligna suspek karsinoma sel basal facialis dekstra
Anemia et causa penyakit kronik
P: IUFD RL 32 TPM
Inj Ceftriaxone 1gr/12 jam
Rawat luka dengan kompres kasa, ganti setiap hari.
Gentamicin salep 1x/hari
Rujuk ke spesialis onkologi di RSUD Ulin -> acc keluarga
BAB III
ANALISA KASUS
Penegakan diagnosis Tumor kulit suspek maligna suspek karsinoma sel basal facialis
dekstra pada pasien ini berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
yang ada.
Pada anamnesa didapatkan pasien datang dengan keluhan adanya luka borok di
bagian wajah kanan ± 1 tahun yang lalu. Awal nya terdapat benjolan seperti tahi lalat.
Benjolan awalnya kecil, datar, berwarna hitam, bulat, tidak nyeri dan tidak gatal. Namun
Benjolan tersebut semakin lama semakin bertambah besar, terasa nyeri dan gatal sehingga
pasien sering menggaruknya dan mengelupas kulitnya sehingga benjolan tersebut akhirnya
berubah menjadi bentukan yang tidak beraturan, berbatas tegas dan kadang gampang
berdarah jika tersenggol atau tertekan. Permukaan benjolan tidak rata dan terdapat luka di
tengah benjolan tersebut. Sejak 6 bulan terakhir luka tersebut dirasakan semakin melebar dan
berubah menjadi borok dan meluas hingga ke arah hidung. Pasien pernah memeriksakan
penyakit nya ke puskesmas, di anjurkan untuk kontrol ke rumah sakit namun pasien
senantiasa menunda sehingga baru sekarang pasien memeriksakan ke rumah sakit. Dari
anamnesa yang didapatkan, hal tersebut sesuai dengan definisi dan manifestasi klinis dari
basalioma yakni basalioma adalah merupakan tumor ganas yang berasal dari sel lapisan
basal epidermis bersifat invasive, destruktif lokal, dan sangat jarang bermetastasis dan
merupakan tumor ganas kulit yang terbanyak tumbuh sebagai benjolan kecil yang selanjutnya
mengalami ulserasi sentral (ulkus rodens) dengan pinggir yang menonjol. Lesi membesar
secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi cekung, meninggalkan tepi yang
meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan mengalami ulserasi dengan destruksi
jaringan disekitarnya. Pada pasien ini benjolan yang ada sudah terbentuk ulkus dimana
adanya ulkus menandakan suatu proses kronis yang berlangsung berbulan-bulan sampai
bertahun-tahun dan ulkus ini secara perlahan-lahan dapat bertambah besar hingga
mendestruksi jaringan sekitar nya.
Predileksi utama KSB adalah area yang terpapar sinar matahari, sekitar 80%
mengenai kepala dan leher dan sebesar 20% terjadi di daerah lain. Hal ini sesuai dengan teori
yang menyatakan radiasi ultra violet (UV) sebagi faktor resiko utama KSB. Hubungan antara
radiasi UV dengan KSB merupakan sesuatu yang kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain tipe kulit serta pola dan jumlah dosis paparan tersebut, pada pasien ini
pasien bekerja sebagai tukang sayur gerobak keliling selama 10 tahun, pasien biasa berjualan
dari pukul 7- 1 siang tanpa memakai alat perlindungan seperti payung atau cream tabir surya
dimana pekerjaan tersebut di rasa mempunyai peran dalam faktor resiko terjadi nya penyakit
pada pasien ini.
Dari pemeriksaan fisik pada status lokalis regio facialis dekstra didapatkan tampak
ulkus, tepi tidak rata, tepi meninggi, berbatas tegas, dan tampak ada nya deformitas pada
hidung, hal tersebut sesuai dengan gambaran klinis Karsinoma sel basal tipe nodulo-ulserasi
dimana basalioma jenis tersebut merupakan jenis yang paling sering dijumpai. Pada jenis
tersebut tampak permukaan nodus mula-mula rata tetapi kalau lesi membesar, terjadi
cekungan ditengahnya, lalu melebar hingga menjadi ulkus. Nodus mudah berdarah pada
trauma ringan dan mengadakan erosi spontan yang kemudia menjadi ulkus yang terlihat di
bagian sentral lesi. Kalau telah terjadi ulkus, bentuk ulkus seperti kawah, berbatas tergas,
dasar irreguler dan ditutupi oleh krusta, biasanya berbatas tegas, dapat atau pun tidak sakit
maupun gatal. Dengan trauma ringan atau bila krusta diatasnya diangkat, mudah berdarah.
Karsinoma sel basal merupakan tumor ganas yang bersifat destruktif lokal, tumbuh
lambat ,kadang-kadang dapat berkembang cepat.Jaringan yang paling banyak rusak ialah
pada bagian permukaann .Ulserasi dapat dapat terjadi yang menjalar kearah samping
maupun kearah dasar meliputi otot. Pada pasien ini tumor tersebut sudah mendestruksi
jaringan tulang rawan hidung pasien sehingga tampak ada nya deformitas pada bagian
hidung pasien.
Diagnosis seringkali bisa ditegakkan melalui gejala-gejalanya. Pada Pasien ini di
diagnosis suspek Basalioma cell carsinoma karena dari literatur disebutkan sebagai prosedur
standar untuk memperkuat diagnosis perlu dilakukan pemeriksaan histopatologi yakni biopsi
kulit. Karena keterbatasan saran dan prasarana diagnostik maka pasien ini direncanakan
untuk di rujuk ke rumah sakit yang memiliki sarana prasarana diagnostik dan
penatalaksanaan yang lebih komprehensif. Dari biopsi kulit, pada umum nya sifat-sifat
histopatologis dari karsinoma sel basal bervariasi, namun pada umumnya mempunyai inti
yang besar, oval atau memanjang dengan sedikit sitoplasma.
Penatalaksaan pada pasien ini dilakukan perawatan dan perbaikan kondisi umum
pasien dengan di berikan salep antibiotik gentamicin dan dilakukan perawatan luka dengan
ganti perban setiap hari, serta diberikan inj ceftriaxone 2 x 1 gr iv mengingat resiko infeksi
pada pasien tersebut menurut saya sudah tepat dan dilakukan transfusi darah sebanyak 2 kolf
PRC karena dari hasil pemeriksaan laboratorium darah didapatkan Hb 7 mg/dl yang
menunjukan ada nya anemia, sesuai dengan literatur dimana anemia ditunjukan dengan nilai
Hb < 12gr/dl. Anemia pada pasien ini dapat diakibatkan oleh komplikasi dari penyakit
keganasan pada pasien. Dari literatur disebutkan bahwa anemia merupakan komplikasi yang
sering terjadi pada penderita keganasan ( kanker). Anemia yang disebabkan oleh kanker, bisa
terjadi sebagai efek langsung dari keganasan atau dapat sebagai akibat produksi zat-zat
tertentu yang dihasilkan oleh kanker. Pada waktu-waktu yang lalu, anemia yang terjadi pada
pasien kanker selalu dihubungkan dengan anemia karena penyakit kronik. Jenis anemia ini
sekarang disebut sebagai anemia yang berhubungan dengan kanker atau cancer related
anemia (CRA). Efek ini dikenal sebagai sindroma paraneoplastik.
Dalam memilih metode pengobatan yang tepat untuk karsinoma sel basal, perlu
diperhatikan beberapa faktor berikut faktor penderita mencakup keadaan umum, usia serta
sosio ekonomi, faktor tumor mencakup lokasi, ukuran, jenis histologi , faktor fasilitas
mencakup peralatan yang ada dan yang terakhir faktor metode yang digunakan yakni
mempertimbangkan kemungkinan komplikasi terutama daerah wajah serta memilih metode
yang telah dikuasi dengan angka kesembuhan yang tinggi, mempertimbangkan faktor-faktor
tersebut karena keterbatasan sarana dan prasarana diagnostik yang ada maka pasien di
rencanakan untuk di rujuk ke RSUD Ulin Banjarmasin untuk mendapatkan perawatan dan
pengobatan yang lebih komprehensif.
Prognosis pada pasien ini dilihat dari ad vitam adalah bonam karena dari aspek
mortalitas dan morbiditas, walaupun KSB merupakan suatu neoplasma maligna, namun
jarang bermetastasis. Insiden terjadinya metastasis KSB diperkirakan <0,1%. Sedangkan
untuk ad sanationam dan ad fungsional adalah dubia ad malam karena karsinoma sel basal
mempunyai rekurensi tinggi serta bersifat destruktif,terutama bila pengobatan tidak adekuat.
Kanker ini dapat dilihat secara visual langsung dan dengan mengadakan pemeriksaan biopsi,
diagnosis dapat ditegakkan dengan cepat. Oleh karena itu sebelumnya kanker kulit dapat
dideteksi secara dini. Tetapi pada pasien ini datang berobat dengan kanker kulit berada dalam
stadium lanjut, disertai dengan destruktif lokal. Hal ini sangat disayangkan oleh karena jika
dideteksi sedini mungkin dapat segera dilakukan tindakan pengobatan, maka hasilnya akan
jauh lebih baik.
BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Basalioma adalah suatu tumor ganas kulit (kanker) yang berasal dari pertumbuhan
neoplastik sel basal epidermis dan apendiks kulit (Graham, R, 2005). Pertumbuhan tumor ini
lambat, dengan beberapa macam pola pertumbuhan sehingga memberikan gambaran klinis
yang bervariasi, bersifat invasif, serta jarang mengadakan metastasis (Nila,2005). Basalioma
adalah merupakan kanker kulit yang timbul dari lapisan sel basal epidermis atau folikel
rambut ; yang paling umum dan jarang bermetastasis ; kekambuhan umum terjadi (Brunner
and Suddarth, 2000).
Kanker kulit adalah proses keganasan yang timbul dipermukaan kulit dan berasal dari
sel epitel, sel pluripotensial atau dari sel melanin di dalam kulit. Tumor ganas kulit
merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan sel-sel kulit yang tidak
terkendali, dapat merusak jaringan di sekitarnya dan mampu menyebar ke bagian tubuh yang
lain. Karena kulit terdiri atas beberapa jenis sel, maka kanker kulit juga bermacam-macam
sesuai dengan jenis sel yang terkena.
EPIDEMIOLOGI
Angka kejadian KSB jauh lebih besar pada laki-laki dari pada perempuan. Hal ini
mungkin mencerminkan suatu tingkat yang lebih tinggi paparan sinar matahari dari laki-laki
karena pola kerja. Sebuah studi di Minnesota memberikan angka kejadian tahunan untuk pria
dan wanita adalah masing-masing 175 dan 124 per 100.000. Namun, kejadian pada wanita
meningkat karena perubahan mode pakaian di luar rumah dan waktu yang dihabiskan akibat
pola rekreasi atau pekerjaan tertentu. Survei di Australia menunjukkan bahwa kejadian baru
penderita KSB primer baru meningkat 1,5% dalam 10 tahun dan lebih dari 700 orang per
100.000 orang menderita KSB multipel. Kejadian KSB meningkat menurut usia dan lebih
sering terjadi pada orang tua,. Lebih dari 90% dari KSB yang terdeteksi terdapat pada pasien
yang berusia 60 tahun atau lebih.
Sepertiga dari KSB bermanifestasi pada kepala, leher dengan bentuk nodul yang
berulserasi. Insidensi KSB berhubungan langsung dengan usia penderita dan berhubungan
terbalik dengan jumlah pigmen melanin pada epidermis. Dari aspek mortalitas dan
morbiditas, walaupun KSB merupakan suatu neoplasma maligna, namun jarang
bermetastasis. Insiden terjadinya metastasis KSB diperkirakan <0,1%.
Cigna, E, mengemukakan dalam studinya yang diambil dari kelompok 1123 pasien
antara tahun 1999 – 2009, yang terkena karsinoma basal-sel rata-rata usia berusia 64,5 tahun,
perbedaan relevan antara dua jenis kelamin yaitu 764 laki-laki (68%) dibandingkan dengan
359 perempuan (32%). Mengenai daerah yang terkena, pertama daerah cervicofacial dengan
prevalensi 652 kasus (58%), badan 256 kasus (23,5%), tungkai bawah 97 kasus (8,9%),
tungkai atas 71 (6%) , dan daerah lainnya 47 kasus (3,6%).
KSB sangat jarang terjadi pada anak di bawah 15 tahun. Karsinoma sel basal yang
terlihat pada kelompok usia anak dikaitkan dengan sindrom genetic seperti basal sindrom
nevus sel, pigmentosum xeroderma, sindrom Bazex, vitiligo, albinisme, dan lesi kongenital
seperti sebaceous nevus. Radioterapi dosis tinggi telah dilaporkan sebagai faktor risiko juga..
Sinar ultraviolet menyebabkan kerusakan DNA yang mengarah ke overekspresi dari onkoge
bersama-sama dengan depresi gen supresor tumor (Sonic Hedgehog dan p53).
Di Amerika Serikat, terdapat sekitar 800 000 kasus baru dari KSB, umumnya terjadi
pada orang tua usia 50 tahun atau lebih, dan pada kelompok usia ini, insiden meningkat
tajam. Namun, hanya sedikit informasi yang diketahui tentang kejadian dengan usia kurang
dari 40 tahun. Survei, registri kanker, dan studi berbasis populasi telah diselidiki secara
sporadic menganai KSB dan KSS pada yang muda, tetapi jumlah kasus dalam penelitian ini
terlalu kecil untuk menentukan suatu kesimpulan. Sebuah laporan tentang kejadian dari KSB
dan KSS pada usia kurang dari 25 tahun di bagian utara Inggris tidak menunjukkan
perubahan signifikan di tingkat insiden dari periode 1968-1981 ke periode 1982-1995, namun
jumlah peserta dalam penelitian ini terlalu kecil untuk menilai kecenderungan akurat dari
waktu ke waktu.
ETIOLOGI
Lebih dari 90 % penyebab basalioma yaitu terpapar sinar matahari atau penyinaran
ultraviolet lainnya. Sering muncul usia > 40 tahun. Faktor resiko lainnya :
a. Faktor genetik (sering terjadi pada kulit terang, mata biru atau hijau dan rambut
pirang atau merah).
b. Pemaparan sinar X yang berlebihan.
c. Senyawa kimia arsen
d. Trauma
e. Ulkus kronis (Marwali, 2000)
PATOFISIOLOGI
Basalioma merupakan kanker kulit yang paling sering ditemukan. Basalioma berasal
dari sel epidermis sepanjang lamina basalis. Kanker sel basal terjadi pada daerah terbuka
yang biasanya terpapar sinar matahari, seperti wajah, kepala, dan leher. Untungnya tumor ini
jarang sekali bermetastasis. Pasien dengan kanker sel basal tunggal lebih mudah mendapat
kanker kulit.
Spektrum sinar matahari yang bersifat karsinogen adalah sinar yang panjang
gelombangnya, bekisar antara 280 samapi 320 mm. Spektrum inilah yang membakar dan
membuat kulit menjadi cacat. Selain itu, pasien yang memiliki riwayat kanker sel basal harus
menggunakan tabir surya atau pakaian pelindung untuk menghindari sinar karsinogen yang
terdapat di dalam sinar matahari.
Penyebab lain basalioma adalah riwayat pengobatan, radiologi, sebelumnya untuk
menyembuhkan penyakit kulit lain. Sinar ultraviolet panjang (UVA) yang dipancarkan oleh
alat untuk membuat kulit kecoklatan seperti terbakar sinar matahari juga merusak epidermis
dan di anggap sebagai karsinogen. Tumor ini ditandai oleh nodul eritromatosa, halus dan
seperti mutiara, bagian tengah mengalami ulserasi dan perdarahan, meninggi dan memiliki
pembuluh telangiektatik pada permukannya.
MANIFESTASI KLINIK
Tanda dan gejala yang menyertai penyakit basalioma adalah predileksinya terutama
pada wajah (pipi, dahi, hidung, lipat nasolabial, daerah periorbital), leher. Meskipun jarang
dapat pula dijumpai pada lengan, tangan, badan, tungkai, kaki dan kulit kepala. Gambaran
klinik basalioma bervariasi terbagi menjadi 5 bentuk :
1. Tipe Nodulo-ulseratif, termasuk ulkus rodens, merupakan jenis yang paling sering
dijumpai. Lesi biasanya tampak sebagai lesi tunggal. Paling sering mengenai wajah,
terutama pipi, lipat nasolabial, dahi dan tepi kelopak mata. Pada awalnya tampak
papul atau nodul kecil, transparan seperti mutiara, berdiameter kurang dari 2 cm,
denggan tepi meninggi. Permukaannya tampak mengkilat, sering dijumpai adanya
teleangiektasis dan kadang-kadang dengan skuama yang halus atau krusta tipis.
Berwarna seperti mutiara, kadang-kadang seperti kulit normal sampai eritem yang
pucat. Lesi membesar secara perlahan dan suatu saat bagian tengah lesi menjadi
cekung, meninggalkan tepi yang meninggi, keras. Jika terabaikan, lesi-lesi ini akan
mengalami ulserasi (disebut ulkus rodens), dengan destruksi jaringan di sekitarnya.
2. Tipe Berpigmen, gambaran klinisnya sama dengan yang tipe nodulo-ulseratif.
Bedanya, pada jenis ini berwarna coklat atau hitam berbintik-bintik atau homogen,
yang secara klinis dapat menyerupai melanoma.
3. Tipe Morfea atau fibrosing atau sklerosing, biasanya terjadi pada kepala dan leher.
Lesi tampak sebagai plak sklerotik yang cekung, berwarna putih kekuningan dengan
batas tidak jelas. Lesi tampak sebagai bercak sklerodermatosa dan tidak member
kesan karsinoma sel basal bila dilihat oleh mata yang tidak berpengalaman.
Pertumbuhan perifer diikuti oleh perluasan sklerosis di tengahnya.
4. Tipe Superfisial, lesi biasanya multipel, mengenai badan. Secara klinis tampak
sebagai plak transparan, eritematosa sampai berpigmen terang, berbentuk oval sampai
ireguler dengan tepi berbatas tegas, sedikit meninggi, seperti benang atau kawat.
Biasanya dihubungkan dengan ingesti arsenik kronis.
5. Tipe Fibroepitelioma, paling sering terjadi pada punggung bawah. Secara klinis, lesi
berupa papul kecil yang tidak bertangkai atau bertangkai pendek, dengan permukaan
halus atau noduler, dengan warna yang bervariasi.
Disamping itu terdapat pula 3 sindroma klinis, dimana epitelioma sel basal berperan
penting, yaitu:
A. Sindroma Epitelioma Sel Basalnevoid, dikenal pula sebagai sindroma Gorlin-
Goltz. Merupakan kelainan autosomal dominan dengan penetrasi yang bervariasi,
ditandai oleh 5 gejala mayor yaitu :
1. Karsinoma sel basal multipel yang terjadi pada usia muda.
2. Cekungan-cekungan pada telapak tangan dan telapak kaki.
3. Kelainan pada tulang, terutama tulang rusuk.
4. Kista pada tulang rahang.
5. Kalsifikasi ektopik dari falks serebri dan struktur lainnya.
Disamping gejala mayor ini, dijumpai banyak kelainan sistem organ multipel yang
berhubungan dengan sindroma ini.
B. Nevus sel basal unilateral linier, merupakan jenis yang sangat jarang dijumpai.
Lesi berupa nodul dan komedo, dengan daerah atrofi bentuk striae, distribusi
zosteriformis atau linier, unilateral. Lesi biasa dijumpai sejak lahir dan lesi ini
tidak meluas dengan meningkatnya usia.
C. Sindroma bazex, sindroma ini digambarkan pertama kalinya oleh Bazex,
diturunkan secara dominan, dengan cirri khas sebagai berikut :
1. Atrofoderma folikuler, yang ditandai oleh folikuler yang terbuka lebar,
seperti ice-pick marks, terutama pada ekstremitas.
2. Epitelioma sel basal kecil, multipel pada wajah, biasanya timbul pertama
kali pada saat remaja atau awal dewasa. Namun kadang-kadang dapat juga
timbul pada akhir masa anak-anak.
Disamping itu dapat pula dijumpai anhidrosis lokal atau hipohidrosis
generalisata, hipotrikosis kongenital pada kulit kepala dan daerah lainnya.
Gambar 2. penderita basalioma :
HISTOPATOLOGI
Banyak gambaran patologi yang berbeda yang ditemukan pada karsinoma sel basal,
namun semuanya menunjukkan proliferasi sel-sel dengan inti basofilik yang relatif besar dan
sitoplasma yang tidak penuh.
Tipe Nodulo-ulseratif, menunjukkan massa ireguler dari sel-sel basaloid yang terletak
dalam dermis, dengan sel-sel paling atas membentuk lapisan palisade di tepinya. Ciri
khas stroma disekelilingnya memperlihatkan reaksi fibrosa. Lesi-lesi ini dapat
berdiferensiasi ke struktur adneksa yang mirip struktur imatur dari folikel, kelenjar
atau sebaseus.
Tipe Berpigmen, tipe ini melanin tampak dalam stroma dan sel-sel tumor.
Tipe Sklerosing, gambaran yang menonjol adalah stroma fibrotik padat yang hanya
mengandung sedikit sel tumor dalam bentuk untaian-untaian sempit.
Tipe Superfisial, massa sel-sel basaloid meluas ke dalam dermis superficial, tetapi
tetap berhubungan dengan epidermis di atasnya.
Tipe Fibroepitelial, menunjukkan fibrosis stroma yang menonjol, dan tampak
untaian-untaian anastomosis tipis yang panjang dari sel-sel basaloid yang meluas dari
permukaan epidermis.
Gambar 3. lapisan kulit dibawah mikroskop :
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Menurut Baughman, CD & Hackley J.C, 2000, pemeriksaan diagnostik yang biasa
dilakukan pada penderita. Basalioma adalah :
a) Evaluasi histologis
b) Biopsi
TERAPI
Oleh karena sinar matahari prediposisi utama untuk terjadi kanker kulit maka perlu
diketahui perlindungan kuliT terhadap sinar matahari, terutama bagi orang-orang yang sering
melakukan aktifitas diluar rumah dengan cara memakai sunscreens (tabir surya) selama
terpajan sinar matahari. Penggunaan tabir surya untuk kegiatan diluar rumah diperlukan tabir
surya dengan SPM yang lebih tinggi (>15-30). 2,5
Adanya hubungan antara terbentuknya berbagai radikal bebas antara lain akibat sinar UV
pada beberapa jenis kanker kulit, telah banyak dilaporkan. Pemakaian antioksidan dapat
berfungsi untuk menetralkan kerusakan atau mempertahankan fungsi dari serangan radikal
bebas. Telah banyak bukti bahwa terpaparnya jaringan dengan radikal bebas dapat
mengakibatkan berbagai gejala klinik atau penyakit yang cukup serius.
Terdapat banyak alternatif pengobatan pada karsinoma sel basal yaitu :
1. Kuretase dan elektrodesikasi
Dilakukan pada tingkat yang dini,cara yang terbaik dengan cara memotong dan
kagulasi dibantu dengan curettage. Jika hendak mengambil spesimen jaringan untuk
pemeriksaan histopatologi,dilakukan dengan elektro section (pure cutting). Terlebih
dahulu diberi marker 3-5 mm diluar tumor
Keuntungan :
i. Tehniknya sederhana.
ii. Meninggalkan luka yang teratur dan kering.
Kerugian :
i. Tidak efektif untuk tumor primer yang luas atau residif.
ii. Tidak didapat konfirmasi batas tepi pembuangan jaringan yang
adekuat.
2. Bedah eksisi
Bedah eksisi atau bedah scalpel pada KSB dini memberikan tingkat sembuhan yang
tinggi.
Keuntungan :
i. Penyembuhannya cepat dengan luka yang teratur dan kering.
ii. Dari segi kosmetik baik, memungkinkan pengambilan jaringan tumor
secara menyeluruh dan dapat ditentukan batas eksisi dengan
pemeriksaan histopatologi.
Kerugian :
i. Membutuhkan waktu.
ii. Biaya mahal.
iii. Memerlukan pengalaman yang luas.
iv. Pengambilan jaringan normal dapat berlebihan
3. Radioterapi
Penyinaran local diberikan lapangan radiasi meliputi tumor dengan 1-2 cm jaringan
sehat disekelilingnya. Penyinaran dilakukan dengan dosis 200 cGy per fraksi,5 fraksi
dalam 1 minggu dengan total dosis 4000 cGy.
Keuntungan :
i. Bermanfaat pada daerah anatomis yang sulit diterapi dengan metode
pembedahan.
ii. Bermanfaat bagi penderita dengan lesi yang luas yang tidak
memungkinkan untuk dilakukan anestesi umum.
iii. Pada umumnya karsinoma sel basal sangat radio-sensitif.
Kerugian :
i. Memerlukan peralatan yang mahal.
ii. Memerlukan kunjungan yang berulang kali.
iii. Memberikan efek samping yang signifikan.
4. Bedah beku
Bedah beku adalah suatu metode pengobatan dengan menggunakan bahan yang dapat
menurunkan suhu tubuh jaringan tubuh dari puluhan sampai ratusan derajat celcius di
bawah nol (subzero).
Keuntungan :
i. Tehniknya cepat.
ii. Peralatan yang dibutuhkan sederhana.
iii. Tidak mempengaruhi syaraf, pembuluh darah besar, tulang rawan, dan
sistem saluran air mata.
iv. Bermanfaat pada daerah tumor yang sulit diterapkan dengan metode
pengobatan lainnya, seperti kelopak mata.
v. Dapat dikombinasi dengan metode lainnya, seperti kuretase.
vi. Dapat digunakan untuk pengobatan tumor yang luas bagi penderita
rawat jalan.
Kerugian :
i. Rasa nyeri dan edema.
ii. Timbul bula, edema, dan lesi yang basah.
iii. Dapat terjadi hipopigmentasi.
iv. Batas tepi tumor perlu ditentukan terlebih dahulu.
v. Resisten untuk jenis morfea atau jenis adenoid.
5. Bedah mikrografik Mohs
Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100% dibandingkan dengan tehnik
seksi vertikal tradisional. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan
ditelusuri semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal. Reseksi hanya pada daerah
tumor, sehingga dapat menghemat jaringan atau meminimalkan jaringan yang hilang.
Keuntungan :
i. Evaluasi histopatologi pada tepi irisan mendekati 100% dibandingkan
dengan tehnik seksi vertikal tradisional.
ii. Dengan analisa tepi irisan yang lengkap dapat diketahui dan ditelusuri
semua fokus-fokus tumor yang masih tertinggal.
iii. Reseksi hanya pada daerah tumor, sehingga dapat menghemat jaringan
atau meminimalkan jaringan yang hilang.
Kerugian :
i. Memerlukan dokter dan petugas laboratorium histopatologi yang
terlatih.
ii. Biayanya mahal.
6. Beberapa cara pengobatan baru meliputi : 5-fluorourasil yang dikombinasi dengan
kuretase ringan; retinoat; interferon; terapi fotodinamik.
Tiap metode tersebut pada umumnya memberikan hasil penyembuhan yang hampir
sama baiknya. Tiap klinik mempunyai cara pengobatan tertentu, sesuai fasilitas dan
pengalamannya masing-masing. Dalam memilih metode pengobatan yang tepat untuk
karsinoma sel basal, perlu diperhatikan beberapa faktor berikut :
A. Faktor penderita
Keadaan umum dan usia penderita.
Sosio-ekonomi penderita.
B. Faktor tumor
Lokasi dan hubungannya dengan jaringan sekitarnya (perlekatan dengan
tulang rawan, tulang, daerah mata, bibir).
Ukuran tumor.
Jenis histologi.
Riwayat tumor (rekurensi, pengobatan sebelumnya).
Terjadinya metastasis.
C. Faktor fasilitas
Peralatan yang ada.
Pengalaman dan keahlian dokter yang mengobati.
D. Faktor metode yang akan digunakan
Mempertimbangkan kemungkinan komplikasi yang terjadi, terutama
daerah wajah.
Memilih metode yang telah dikuasai dengan angka kesembuhan yang
tinggi
PROGNOSIS
Pengobatan pada karsinoma sel basal primer biasanya memberikan angka
kesembuhan sekitar 95%; sedangkan pada karsinoma sel basal rekuren sekitar 92%.
Prognosis umumnya baik dengan five year survival rate mencapai 99%. Karsinoma
sel basal mempunyai rekurensi tinggi,terutama bila pengobatan tidak adekuat. Biasanya
rekurensi tejadi 4 bulan pertama sampai 12 bulan setelah pengobatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis KSB5 :
1. Ukuran tumor (peningkatan ukuran memiliki risiko kekambuhan yang lebih
tinggi)
2. Lokasi tumor (lesi di tengah wajah, terutama di sekitar mata, hidung, bibir dan
telinga, adalah pada risiko yang lebih tinggi terulangnya)
3. Definition of clinical margins (poorly defined lesions are at higher risk of
recurrence)
4. Histologis subtipe (subtipe tertentu memiliki resiko yang lebih tinggi terulangnya)
5. Fitur histologis agresi (keterlibatan perineural dan ⁄ atau perivascular
menganugerahkan risiko yang lebih tinggi terulangnya)
6. Kegagalan penanganan sebelumnya (lesi yang rekuren)
Dijumpai angka kekambuhan 5 tahun pada metode kuretase dan elektrodesikasi;
bedah eksisi; radioterapi; bedah beku; bedah mikrografik Mohs masing-masing sebesar 7,7%;
10,1%, 8,7%, 7,5%, 1%.
Pengobatan pada karsinoma sel basal rekuren adalah lebih sulit daripada karsinoma
sel basal primer, dan angka kekambuhan setelah dilakukan prosedur yang kedua adalah
tinggi. Pengobatan pilihan pada kasus ini adalah bedah mikrografik Mohs yang memberi
angka kekambuhan 5 tahun sebesar 5,6%; sedang bila dilakukan dengan cara lain sebesar
19,9%.
Untuk mencegah kekambuhan, hindari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit
basalioma, antara lain:
- Lindungi kulit dari cahaya matahari dengan menggunakan topi, kemeja lengan panjang,
celana panjang atau rok panjang.
- Sinar matahari yang paling kuat adalah pada tengah hari, karena itu sebaiknya hindari sinar
matahari pada tengah hari.
- Gunakan tabir surya berkualitas tinggi, minimal dengan SPF ( Solar Protection Factor)15,
yang menghambat sinar UV( Ultra Violet) A dan UV ( Ultra Violet) B.
- Oleskan tabir surya minimal setengah jam sebelum bepergian dan oleskan sesering
mungkin.
- Periksalah kulit secara teratur untuk mengetahui adanya berbagai perubahan yang
mengarah kepada keganasan (pertumbuhan baru di kulit yang membentuk tukak, mudah
berdarah, sukar sembuh, berubah warna, ukuran, struktur, terasa nyeri, meradang atau
gatal).
BAB V
KESIMPULAN
Karsinoma sel basal merupakan tumor kulit maligna yang berasal dari sel-sel basal
epidermis, berkembang lambat dan tidak/jarang bermetastase, serta tidak mengakibatkan
kematian. Faktor predisposisi dan pajanan sinar matahari sangat berperan dalam
perkembangan karsinoma sel basal. Diagnosa karsinoma sel basal ditegakkan berdasarkan
gambaran klinis dan pemeriksaan histopatologis. Karsinoma sel basal biasanya terdapat pada
wajah dan leher dengan gejala klinis berupa nodul ulseratif, berpigmen, morfea, superfisial
dan fibroepitelioma. Biasanya ditandai dengan tepi ulkus yang meninggi tanpa adanya
metastasis jauh
Pengobatan karsinoma sel basal bertujuan untuk kesembuhan dengan hasil kosmetik
yang baik. Prognosis karsinoma sel basal pada umumnya baik apabila dapat di tegakkan
diagnosis dini dan pengobatan segera. Tingkat rekurensi KSB cukup tinggi. Untuk mencegah
kekambuhan, hindari hal-hal yang dapat menimbulkan penyakit basalioma antara lain
lindungi kulit dari cahaya matahari serta menggunakan krim tabir surya. Oleh karena sinar
matahari prediposisi utama untuk terjadi kanker kulit maka perlu diketahui perlindungan kulit
terhadap sinar matahari, terutama bagi orang-orang yang sering melakukan aktifitas diluar
rumah dengan cara memakai sunscreens (tabir surya) selama terpajan sinar matahari.
DAFTAR PUSTAKA
1.”Basal Cell Carcinoma” Available From : www.Wikipedia .com.
2. R.sjamsuhidajat ,Wim de jong”Karsinoma Sel Basal” dalam :’Buku Ajar Ilmu Bedah’
Indonesia: Balai Penerbit EGC Jakarta; 2004.p.331-332.
3.Sylvia A .Price,Lorraine M.Wilson.”Karsinoma Sel Basal” Dalam :
‘Patofisiologi’.Indonesia,Edisi 6 Balai penerbit EGC Jakarta
4. Schwartc shires.Spenncer.”Karsinoma Sel Basal “ dalam : ‘ Buku Intisari Prinsip-Prinsip
Ilmu Bedah’.Indonesia : Balai Penerbit EGC Jakarta;p.221-222.
5. 1.Aishah S.”Karsinoma Sel Basal”. ln:Djuanda A, Hamzah Mochtar, Aisah S, eds. Ilmu
Penyakit Kulit dan Kelamin Tempat. Indonesia: Balai Penerbit FKUI Jakarta; 2007.p.233-
236
6. Dr. Herman Cipto, Sp.KK(K) dari Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-
RSUPN Cipto Mangunkusumo”Basalioma ,Karsinoma sejuta umat”Available From:
www.Farmacia.com
7. Robert S Bader, MD”Basal Cell Carcinoma,Available From :www.emedicine .com