Top Banner
E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung- Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc 1 Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan Inventarisasi Flora Dilindungi dan Mengidentifikasi Home Range Lutung Budeng (Trachypithecus auratus cristatus) Serta Hubungan Antara Keduanya BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005
41

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

Feb 01, 2018

Download

Documents

trinhduong
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

1

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

Inventarisasi Flora Dilindungi dan Mengidentifikasi Home

Range Lutung Budeng (Trachypithecus auratus cristatus)

Serta Hubungan Antara Keduanya

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN

2005

Page 2: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Berdasarkan fakta yang ada, flora dan fauna merupakan bagian dari peran

hidup manusia sebagai sarana penunjang dalam kehidupannya. Ketergantungan

kegiatan manusia untuk mengeksploitasi sumber daya alam cenderung semakin

meningkat, baik terhadap flora maupun fauna, sehingga tidak disadari banyak jenis

tumbuhan dan satwa liar telah dan atau menuju kepunahan.

Baluran dipergunakan sebagai daerah perburuan liar selama ± 500 tahun.

Pada tahun 1928 A.H. Loedeboer menyatakan Baluran sebagai daerah konservasi

untuk melindungi hidupan liar didalamnya. Pada tahun 1937, direktur Kebun Raya

Bogor K.W. Wadermann menetapkan Baluran sebagai suaka alam dan berubah

menjadi Taman Nasional pada tahun 1982.

Taman Nasional Baluran sebagai satu-satunya kawasan konservasi (salah

satu 5 taman nasional tertua di Indonesia) yang memiliki savana terluas di Pulau Jawa

(sebagai replika savana di Afrika) dengan Banteng (Bos javanicus) sebagai maskot

utamanya. Oleh karena itu menjadi kewajiban bagi kita untuk melestarikan dan

melindungi kawasan tersebut. Disamping itu, keanekaragaman jenis flora maupun

fauna sebagai pendukung komponen ekosistem utamanya sangat tinggi dan beragam

jumlah maupun jenisnya, yang diantaranya yaitu : rusa, kerbau liar, kijang, ajag,

macan tutul, burung merak, lutung; yang kesemuanya masuk dalam kategori satwa

dilindungi.

Berdasarkan uraian judul di atas cakupan obyek yang diamati terlalu luas,

sehingga diperlukan alternatif pemfokusan ruang lingkup yang diamati yaitu untuk

floranya kategori jenis langka dan dilindungi sedangkan satwa liarnya yaitu jenis

primata {Lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus)}. Sedangkan untuk

lokasi pengamatan dipilih 2 dari ke-3 Seksi Konservasi Wilayah (Pandean dan Bekol)

karena dianggap sudah mewakili kawasan Taman Nasional Baluran dan data yang

diperlukan diprediksikan sudah representatif.

Dari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional

Baluran, ketersediaan data yang akurat tentang hal – hal tersebut sangat penting guna

menentukan kebijakan pengelolaan ke depan. Maka dari itu, keberadaan flora langka

dan dilindungi serta Lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus) perlu kiranya

didukung oleh data yang lebih lengkap dan akurat. Berpijak dari keadaan tersebut

Page 3: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

3

maka kegiatan ini sangat diperlukan dalam memperoleh data yang

berkesinambungan.

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dari kegiatan ini adalah memberikan gambaran dan sekaligus

dalam rangka pengumpulan data yang terbaru tentang flora langka dan dilindungi

serta satwa liar, khususnya Lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus), di

Taman Nasional Baluran.

Sedangkan tujuannya yaitu :

1. Untuk mengetahui jenis – jenis flora langka dan dilindungi, data identifikasi

(tinggi, diameter dan keliling dll.) serta daerah sebarannya.

2. Untuk mengetahui home range dan habitat Lutung budeng serta keterkaitan

hubungan dengan flora langka dan dilindungi.

Page 4: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistematika Tumbuhan

Sebagaimana kita ketahui Indonesia terdiri dari 17.058 pulau dengan

kekayaan sumberdaya alam baik darat, laut dan udara yang merupakan modal dasar

bagi upaya pembangunan nasional di segala bidang. Sumber daya alam Indonesia

meliputi ± 193 juta ha daratan dan ± 500 juta ha lautan, dan di dalamnya terkandung

sumber daya alam hayati lebih dari 25.000 jenis tumbuhan dan 400.000 jenis hewan,

dan dari berbagai biota perairan yang belum banyak diketahui serta 70 tipe ekosistem

yang berpotensi dalam menunjang kehidupan manusia pada umumnya dan rakyat

Indonesia pada khususnya (Anonymous, 1992).

Keanekaragaman jenis yang tinggi tersebut, khususnya dunia tumbuhan

mempunyai bermacam-macam nama yang kadang-kadang sangat berbeda antara

daerah yang satu dengan yang lainnya (disesuaikan dengan tempat / daerah),

lingkungan tempat hidup maupun sebutan yang mudah dalam dunia perdagangan.

Untuk memudahkan pengenalan nama tumbuhan maka para ahli botani

membedakannya dengan menggunakan tata nama Binomial Nomenklatur (tata nama

Botani). Penggolongan tersebut dalam dunia tumbuhan dibagi menjadi 4 divisio,

yaitu: Tallophyta (jamur), Bryophyta (lumut), Phteridophyta (paku-pakuan) dan

Spermatophyta (tumbuhan berbiji, berbunga dan berbuah) (Anonymous, 1995).

Dari ke-4 divisio, dalam bidang kehutanan yang banyak ditangani

mengenai golongan Spermatophyta terutama jenis vegetasi berkayu (tumbuhan

tingkat tinggi) karena terdapat 3 bagian organ yang besar yaitu: akar, batang dan daun

serta dilengkapi dengan bagian yang lain, yaitu: bunga dan buah.

B. Kriteria Kelangkaan

Makhluk hidup tidak selalu mempunyai kerapatan (density) yang sama

dalam ruang dan waktu. Ada jenis yang pada suatu saat tersebar luas dengan

kerapatan yang tinggi, tetapi pada saat yang lain menciut dan sulit dijumpai. Adanya

fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar jarang) dan menjadi

relik (tersisa). Jenis yang tersebar jarang secara alami tidak mempunyai populasi

dengan kerapatan yang tinggi. Penyebaran terbatas, kejarangan berbiak, persaingan

antar individu, tekanan dari ulah manusia dan sebab-sebab alami lainnya serta sangat

sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya yang menyebabkan kelangkaan.

Page 5: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

5

Disamping itu, tiap jenis makhluk hidup mempunyai rentang kehidupan (life span)

yang membatasi proses hidup masing-masing karakteristiknya (Anonymous, 1992).

Indonesia terletak pada kawasan tropika basah yang mempunyai sumber

daya alam dan ekosistem yang sangat beragam, sehingga banyak mempunyai potensi

untuk dikembangkan menjadi sumber daya ekonomi. Oleh karena itu, dalam

kebijakan pengelolaannya haruslah memandang beberapa segi diantaranya yang

menyangkut jenis flora yang dianggap langka.

Menurut Suwanda (1992) dalam Anonymous (1995), menjelaskan bahwa

sekitar 400.000 jenis tumbuhan / flora sekarang yang ada di dunia diduga banyak

yang telah musnah dari muka bumi sedangkan di Indonesia menurut

Suryawan (1994) dalam Sastra Pradja (1997) menjelaskan secara keseluruhan

kawasan hutan Indonesia di huni oleh sekitar 10.000 jenis pohon-pohonan, sedangkan

jenis kayu Indonesia yang mempunyai potensi untuk dimanfaatkan dan kemudian

dibudidayakan berjumlah sekitar 4.000 jenis, dari jumlah tersebut 267 jenis telah

diperdagangkan berarti masih banyak jenis-jenis yang belum dimanfaatkan dan

dibudidayakan sehingga dengan demikian beragam jenis tersebut semakin berkurang

yang berakibat pada jenis yang mulanya sering dijumpai sekarang menjadi sulit

ditemukan dan sudah menunjukkan kelangkaan.

Dari sekian jumlah jenis flora tersebut di atas, khususnya yang ada di

Taman Nasional Baluran terdapat 423 jenis dari 87 family yang tersebar dalam

kawasan dan membentuk ekosistem yang beragam (heterogen), sehingga memberikan

nilai kekayaan tersendiri baik dari segi ekonomis maupun ekologis.

Tumbuhan disebut langka karena mempunyai ciri-ciri yang diuraikan

dalam kategori IUCN, plant Red Data Book (Lucas dan Cyng dalam Tantra 1978);

menjelaskan 5 pengertian kelangkaan tumbuhan yaitu:

1. Punah : untuk tumbuhan yang dianggap telah musnah.

2. Genting : jenis yang terancam kepunahan tanpa perlindungan yang tetap.

3. Rawan : bentuk tumbuhan yang terdapat dalam jumlah sedikit dan

dieksploitasi secara terus-menerus.

4. Jarang : tumbuhan yang jenisnya banyak tetapi tersebar secara lokal dan

daerah sebarannya luas.

5. Terkikis : jenis tumbuhan yang mengalami proses kelangkaan dan

informasi keadaan sebenarnya belum cukup banyak.

Page 6: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

6

Penyebab kelangkaan dikarenakan beberapa faktor, antara lain:

1. Tumbuhan tersebut belum diketahui masyarakat tetapi populasinya di alam

selalu terancam oleh pembukaan hutan dan lahan, pencemaran lingkungan dan

kerusakan lainnya.

2. Tumbuhan tersebut sudah dikenal masyarakat dan banyak telah dikenal

pemanfaatannya tetapi upaya pembudidayaannya belum berhasil.

Contoh: cendana (Santalum album), eboni (Diospyros sp) dan kayu ulin

(Eusideroxylon zwageri).

3. Tumbuhan tersebut sudah diketahui manfaatnya / telah dibudidayakan tetapi

kemudian tersisih dari masyarakat karena alasan-alasan tertentu.

Contoh: lerek, padi lokal dan umbi-umbian.

Sedangkan jenis flora yang dilindungi menurut SK. Mentan No.

54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972 adalah:

1. Pohon-pohon yang mutlak dilindungi:

a. Jenis-jenis pohon yang dilindungi berdasarkan Ordonansi perlindungan

ATam 1941 Stbl. 1941 No. 187,

b. Pohon-pohon yang dipergunakan sebagai sarang lebah dan merupakan

lapangan penghidupan bagi rakyat setempat,

c. Pohon-pohon induk,

d. Pohon-pohon yang tumbuh di atas daerah / tempat yang dinyatakan

keramat / suci,

e. Pohon-pohon yang tumbuh di sekitar daerah aliran sungai / sumber air

dengan radius paling sedikit 50 m,

2. Pohon-pohon yang dilindungi dan dapat ditebang setelah memenuhi ketentuan

yang telah ditetapkan (Anonymous, 1992).

C. Lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821))

1. Klasifikasi

Sejarah paleofauna menunjukkan bahwa 2 spesies primata telah punah

dari Pulau Jawa, yaitu orang utan (Pongo pygmaeus) dan siamang (Shymphalangus

syndactylus). Saat ini masih terdapat 5 spesies primata yaitu owa jawa (Hylobates

moloch), surili (Presbytis comata), kukang (Nycticebus coucang), lutung

(Trachypithecus auratus) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis).

Diantaranya ada 2 species yang endemik yaitu owa jawa dan surili, serta satu

subspecies yang endemik yaitu lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus).

Page 7: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

7

Adapun taksonomi dari lutung budeng yang ada di Jawa Timur yaitu :

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Klas : Mamalia

Ordo : Primata

Subordo : Antropoidea

Familia : Cercopithecidae

Subfamili : Colobinae

Genus : Presbytis

Subgenus : Trachypithecus

Spesies : Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821)

Lutung / budeng / Ebony leaf monkey atau di Indonesia lebih dikenal

dengan lutung (Sunda), lutung dan budeng (Jawa), petu, hiredeng (Bali).

2. Morfologi

Menurut Written, 1982 dalam Bismark, 1993, lutung budeng mempunyai

panjang tubuh dari ujung kepala sampai tungging, jantan dan betina dewasa rata-rata

517 mm dan panjang ekornya rata-rata 742 mm. Sedangkan berat tubuhnya rata-rata

6,3 kg.

Warna rambut hitam, diselingi dengan warna keperak-perakan. Bagian

ventral berwarna kelabu pucat dan kepala menyembul jambul. Anak lutung yang baru

lahir berwarna kuning jingga tidak berjambul. Setelah meningkat dewasa warnanya

berubah menjadi hitam kelabu.

Primata yang tergolong arboreal ini mempunyai bentuk ibu jari yang

besar, morfologi telapak tangan berupa segitiga dan datar merupakan adaptasi lutung

untuk dapat hidup di pohon.

3. Habitat dan Penyebarannya

Satwa benar-benar menyeleksi habitat yang sesuai untuk kehidupannya,

tapi perlu dimengerti bagaimana satwa melakukan seleksi terhadap apa yang

disukainya. Hal demikian dapat terjadi disebabkan 2 hal, yang pertama adalah secara

genetik setiap individu dapat bereaksi terhadap keadaan lingkungan sehingga dapat

menimbulkan upaya pemilihan. Yang kedua adalah adanya hubungan antar jenis atau

kelompok serta proses belajar yang dimulai sejak dari satwa masih muda atau belajar

Page 8: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

8

dari pengalaman yang didapat dari individu yang lebih tua. (Written, 1982 dalam

Bismark, 1983)

Sudah menjadi teori umum bahwa sumber dan penyebaran pakan

berkaitan erat dengan pola home range primata. Adanya keragaman struktur fisik

tumbuhan dan keragaman jenisnya baik secara terpisah atau bersama-sama akan

menyediakan berbagai relung yang potensial dalam sebaran satwa. Adanya perbedaan

tinggi dari jenis tumbuhan menurut umur maupun jenis dan sifat tumbuhnya

menciptakan stratifikasi hutan seperti adanya bentuk dan tipe tajuk. Keadaan struktur

hutan ini berpengaruh pada ketersediaan makanan primata sesuai dengan relung

ekologinya, seperti terlihat pada ketinggian tempat masing-masing primata di pohon

(Oates, 1977 dalam Bismark, 1983)

Jenis lutung budeng Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821) dapat

ditemukan di Bangka, Belitung, Kep. Riau, Kalimantan Timur dan Selatan, Sumatera

bagian Selatan termasuk juga Jawa Timur, Bali dan Lombok.

4. Perilaku

Perilaku satwa, termasuk primata, dapat dikelompokkan atau dibagi ke

dalam katagori-katagori yang didasarkan pada fungsinya yang meliputi perilaku

pemeliharaan, perilaku makan, orientasi dan navigasi dan beberapa perilaku sosial

baik interspesifik maupun intraspesifik yang juga disebut sosiobiologi (Slater, 1990

dalam Setyawan, 1996).

Dalam melakukan aktivitas sehari-hari lutung budeng mempunyai jadwal

tertentu dari kegiatannya sehari-hari, seperti yang dilakukan jenis-jenis satwa lainnya.

Penggunaan waktu tersebut cenderung sama dari hari ke hari, namun dapat berubah

cukup banyak bila ada faktor yang mempengaruhi kehidupan primata seperti

ketersediaan pakan dan kondisi cuaca yang berubah.

Lutung budeng Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821) hidup

dalam kelompok yang terdiri atas 6 – 20 individu dengan beberapa jantan. Kelompok

ini memiliki daerah territorial dan mempertahankan daerahnya terhadap kelompok

lainnya. Lutung jantan mampu melakukan teriakan keras yang diikuti lompatan.

Jantan-jantan melompat ke cabang-cabang pohon dan mengguncangkannya. Perilaku

ini sering ditemukan ketika dua kelompok saling bertemu sehingga konfrontasi antar

kelompok dapat dihindarkan. (Nowalk & Paradiso, 1983 dalam Setyawan, 1996).

Page 9: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

9

Cara mengambil makanan dilakukan oleh lutung dengan beberapa cara :

a. memakan langsung dengan mulutnya jika makanan berupa pucuk daun

yang langsung dapat digigit.

b. meraih anak ranting / tangkai daun dengan tungkai dengan kemudian

memasukkan ke dalam mulut.

c. memetik dahulu untuk makanan berupa buah.

d. Lutung dikenal sebagai monyet pemakan daun. Jenis makanannya terdiri

dari buah, daun, dan biji-bijian serta tunas daun. Menurut Written (1982)

dalam Bismark (1983) , komposisi makanan lutung terdiri dari 50 % daun,

32 % buah, 13 % bunga dan sisanya bagian tumbuhan lain dan serangga.

5. Status Dilindungi

Keberadaan lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus Raffles

(1821)) di Indonesia merupakan jenis primata yang dilindungi. Status dilindungi

tersebut berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Dan Perkebunan

Nomor : 733/Kpts-II/1999 tentang Penetapan Lutung budeng (Trachypithecus

auratus) sebagai Satwa Yang Dilindungi.

Salah satu pertimbangan dalam penetapan status dilindungi ini karena

populasi jenis satwa ini telah mengalami penurunan dan keberadaannya di alam

terancam punah.

Page 10: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

10

III. METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Kegiatan ini dilaksanakan selama 10 hari mulai tanggal 18 – 27 Juli 2005

pada 2 Seksi Konservasi Wilayah Pandean dan Bekol di Taman Nasional Baluran.

B. Alat dan Bahan

Adapun alat yang dipakai dalam kegiatan ini adalah :

1. Kompas

2. Meteran

3. Binokuler

4. Kamera

5. Crysten meter

6. Haga

7. Parang

8. Bambu

9. Clipboard

10. Alat tulis

11. Tally sheet

C. Cara Kerja

1. Studi literatur tentang kategori flora langka dan dilindungi (CITES, IUCN,

PP, SK. Menhut, SK. Mentan dan Keppres) khususnya di Taman Nasional

Baluran.

2. Survei lokasi kegiatan yang dijadikan pengamatan.

3. Menentukan blok / daerah lokasi sebaran berdasarkan hasil survei

pendahuluan untuk pengamatan flora dan pengamatan satwa liar {lutung

budeng (Trachypithecus auratus cristatus)}.

4. Membagi waktu pelaksanaan menjadi 2 kelompok waktu (karena yang

dibahas ada 2 topik masalah / jenis kegiatan dan waktu serta personil yang

terbatas); yaitu 5 hari untuk pengamatan flora dan 4 hari untuk pengamatan

lutung budeng.

Page 11: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

11

5. Membagi personil inti dan tenaga buruh menjadi 2 untuk 2 lokasi / tempat

kegiatan (Seksi Konservasi Wilayah Pandean dan Bekol) pada kegiatan

pengamatan flora sedangkan pengamatan lutung budeng difokuskan pada

Seksi Konservasi Wilayah Bekol.

6. Uraian / hal – hal yang diamati pada 2 jenis kegiatan tertera pada lampiran.

D. Personil Pelaksana

Dalam kegiatan ini anggota tim yang terlibat yaitu :

1. Widyantoro, S.Hut (Ketua)

2. M. Yusuf Sabarno, S.Hut (Anggota)

3. Arif Pratiwi, ST (Anggota)

4. Yusuf Hernawan, A.Md (Anggota)

5. Siswo Dwi Prayitno (Anggota)

6. Sutadi (Anggota)

7. Achmad Toha (Anggota)

E. Sumber Dana

Kegiatan ini dibiayai dari sumber dana DIPA Balai Taman Nasional

Baluran Tahun Anggaran 2005.

Page 12: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

12

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Inventarisasi Flora Langka dan Dilindungi

Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diperoleh data bahwa ditemukan

11 jenis yang kemudian diambil 1 pohon sebagai sampel untuk tiap jenisnya.

Selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Jenis Flora Langka dan Dilindungi Yang Ditemukan

No NAMA JENIS

JUMLAH Lokasi

Sampel

Ketinggian

Lokasi

(m dpl)

Tinggi

(m)

Diameter

(cm)

Keliling

(cm)

LBDS

(cm2)

1. Trenggulun

(Protium javanicum)

23

17 8,6

27

13 58,1

Camping

Ground 5

2. Buni

(Antidesma bunius L. Spring) 8 30 94,2 706,5 Perengan 7

3. Bayur

(Pterospermum difersifolium Bl.) 25 61,1 192 2930,6 Perengan 7

4. Pulai

(Alstonia schlolaris L. Br.) 18 67,8 213 3608,5 Perengan 7

5. Kepuh

(Sterculia foetida L.) 30 103,5 325 8409,1 Manting 1

6. Kemiri

(Aleulitas moluccana L. Will) 20 38 119.3 1133,5 Betek 175

7. Trengguli

(Cassia fistula L.) 5 8 25,1 50,2 Betek 175

8. Kesambi

(Schleichera oleosa Will.) 20 76,4 240 4582 HM 50 25

9. Mimbo

(Azadirachta indica) 11 20,2 27 Bekol 25

10. Mata buta

(Excoacaria agallocha) 15 34,4 108 928,9 Uyahan 3

11. Bungur

(Lagerstromia speciosa Pers.) 8 29,9 94 701.8

Camping

Ground 5

Lokasi ditemukannya jenis-jenis flora langka dan dilindungi tersebar

secara acak di seluruh kawasan Taman Nasional Baluran khususnya yang terdapat di

2 Seksi Konservasi Wilayah (Pandean dan Bekol) sebagai lokasi pengamatan. Khusus

untuk jenis mimbo (Azadirachta indica) dan kesambi (Schleicera oleosa Merr.)

jumlahnya melimpah dan hampir merata di Taman Nasional Baluran.

Sedangkan satu jenis lagi yaitu bungur (Lagerstromia speciosa Pers) yang

keberadaannya merupakan jenis eksotik karena sengaja ditanam ± sekitar tahun

1980-an (didatangkan dari luar kawasan). Spesies tersebut ditanam oleh petugas pada

Page 13: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

13

kegiatan penghijauan dan termasuk dalam kategori langka dan dilindungi. Jumlahnya

hanya 1 (satu) pohon dan kelilingnya telah mencapai 94 cm dengan tinggi ± 8 m.

Keberadaan flora langka dan dilindungi terhadap satwa lutung budeng

(Trachypithecus auratus cristatus) mayoritas hanya sebagai jalur lintasan / jalur edar

dan tempat singgah / tempat bermain, jadi bukan sebagai habitat asli / habitat tetap.

Hanya pada jenis-jenis tumbuhan tertentu pada saat musim berbuah kelompok lutung

sering mendatanginya untuk mencari pakan, antara lain: trenggulun (Protium

javanicum), buni (Antidesma bunius), kesambi (Schleicera oleosa Merr.), dan mimbo

(Azadirachta indica).

Nama dan Deskripsi Flora Langka dan Dilindungi di Taman Nasional Baluran

1. Trenggulun (Protium javanicum BURM)

Nama Daerah : Sunda : Tanggulun – Jawa : Bernang, Gulun, Katos, Trenggulun –

Madura : Tangghulun

Family : Burseraceae

Status : dilindungi berdasarkan SK. Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5

Februari 1972.

Morfologi :

Pohon : Pohon pendek dan gemang, yang biasanya sangat bengkok dan dekat pada

tanah sudah bercabang; tingginya hingga 22 meter dan gemang 110 cm,

tumbuh menyebar di seluruh Jawa pada ketinggian kurang dari 55 meter di

atas permukaan laut, biasanya tumbuh bercerai – berai

Kegunaan :

Teras kayunya lebar, berwarna coklat kemerah – merahan, berat, dan sangat

halus seratnya; tetapi walaupun penduduk memuji keawetannya dan

kekuatannya, namun jarang digunakan karena di tempat ia didapati,

biasanya juga terdapat jati. Hanya mendapatkan potongan – potongan

pendek, tetapi sangat tebal; hanya dekat Puger di sebelah selatan Besuki,

ditemukan eksemplar – eksemplar yang berbatang lurus. Di Malang

digunakan untuk pembuatan gigi silinder gilingan – tebu rakyat karena sifat

kerasnya dan tidak mudah belah yang maksimal untuk keperluan ini.

Trenggulun juga sangat baik untuk dibuat landasan perahu. Kayu ini tidak

diserang anai – anai, dan walaupun harganya tinggi dipakai untuk

Page 14: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

14

pembuatan tiang pada pembangunan rumah. Selain itu juga digunakan untuk

membuat tangkai alat – alat pengetam dan palu dari kayu.

Daunnya yang muda dimakan. Gerusan halus (bubur) dari daunnya yang

sangat berbau seperti terpentin, dioleskan pada perut si sakit dan juga dapat

digunakan sebagai obat batuk dengan cara daunnya digerus halus dengan

sedikit gula, ditambah sedikit cairan perasan dari jeruk pecel, lalu diminum.

Buahnya dapat dimakan; rasanya agak manis dengan rasa tambahan seperti

terpentin, sumber lain mengatakan asam, tetapi masih dapat dimakan,

sumber lain lagi mengatakannya tidak dapat dimakan. Kulit buahnya

mengandung minyak atsiri yang harum, yang dipandang sebagai pengganti

terpentin dan bahan lain semacam itu yang pedas.

2. Buni (Antidesma bunius L. Spring)

Nama Daerah : Buni angin, Wuni, Burneh, Huni gedeh, Huni Wera.

Family : Euphorbiaceae

Status : tanaman langka menurut IUCN

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berupa pohon dengan tinggi mencapai 5-20 m, percabangan

banyak dan rendah.

Daun : bertangkai pendek bentuk daun lanset sampai ellips, boleh dikatakan gundul,

bagian atas berwarna hijau kekuningan halus, bawah hijau mengkilap dan

berbulu halus.

Bunga : perbungaan berbentuk malai keluar dari ujung ranting, pada waktu muda

berwarna hijau muda dan setelah tua / dewasa merah berbulu halus dan

berbau harum, bunga jantan dan betina terletak pada pohon yang berbeda.

Buah : bentuk buah bulat kecil / ellips yang muda berwarna hijau, kuning muda

sampai merah dan apalagi masak berwarna ungu kebiru-biruan, daging buah

mengandung banyak cairan, daging buah banyak dimakan.

Habitat :

Jenis tumbuhan ini tumbuh di hutan pada ketinggian sampai 1.300 m dpl,

juga banyak ditanam dan diambil buahnya.

Kegunaan :

Page 15: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

15

Daging buah dapat dipakai sebagai bahan sirup dan minuman, buah biasa

dibuat rujak gula, daun muda buat lalapan dan kulit batangnya banyak

mengandung alkhohol dan digunakan sebagai campuran penggunaan obat.

Perbanyakan :

Tumbuhan ini dapat diperbanyak dengan biji dan juga dengan cangkok dan

stek, telah dicoba dibudidayakan dan baik untuk tanaman skala besar.

3. Bayur (Pterospermum difersifolium Bl.)

Nama Daerah : Pterobayur, Bajur.

Family : Stercoliaceae

Status : tanaman langka menurut IUCN dan dilindungi berdasarkan SK. Mentan

No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal 5 Februari 1972.

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berbentuk pohon dengan tinggi mencapai 50 m dan diameter

100 cm, kulit batang berwarna abu-abu halus sampai beralur dangkal,

papagan berwarna merah dengan garis-garis radial yang putih dan lebar,

tajuk melebar dan berwarna coklat muda keemasan.

Daun : bentuk daun bulat telur dengan dasar yang tidak simetris, berdaun tunggal

berwarna cokelat merah karat pada permukaan bawah.

Bunga : perbungaan berbentuk malai berwarna merah karat, berbulu terdapat

pada ketiak daun / ujung ranting.

Buah : berbentuk seperti tabung, ujung meruncing dan memiliki sudut 5.

Habitat :

Terdapat pada hutan sekunder / primer biasanya pada tanah aluvial, dengan

iklim basah sampai kering, tumbuh pada ketinggian 1-1.400 m dpl.

Kegunaan :

Kayu bayur dapat dipergunakan sebagai bahan jembatan, rumah, bangunan,

papan, kapal, kayu lapis, mebel, rangka pintu, patung, ukiran dan kerajinan

tangan. Papagan kayu dapat digunakan sebagai obat sakit perut, dysentri,

bisul, sakit gigi, pendarahan, terkilir dan kulit melepuh.

Penyebaran :

Terdapat di semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Bali.

Page 16: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

16

4. Pulai (Alstonia schlolaris L. Br.)

Nama daerah : Pulai, Pole, Polay

Family : Apocinaceae

Status : tanaman langka IUCN

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berupa pohon yang besar dengan mencapai 30 – 40 m, kulit

batangnya rapuh berwarna coklat abu-abu, rasanya sangat pahit dan sepet,

bergetah putih bila dilukai akan mengeluarkan getah / cairan seperti susu.

Daun : bentuk daun bulat sampai lonjong, susunan daun berbentuk melingkar, pada

lingkarannya terdapat 4 – 8, permukaan daun berwarna hijau mengkilap

sedangkan bawah daun pucat, percabangannya mengumpul seperti karangan

bunga, tajuk tidak begitu lebat.

Bunga : berwarna putih, tersusun dalam malai bertangkai panjang, letak malai pada

ujung tangkai.

Buah : bentuk seperti bumbung memanjang menggantung pada tiap tangkai

terdapat 2 buah.

Habitat :

Tumbuhan ini tumbuh secara kelompok di hutan campuran terutama di

hutan-hutan yang lembab sampai ketinggian 1.050 m dpl.

Kegunaan :

Kayunya dipergunakan untuk pembuatan alat-alat keperluan sekolah, kayu

lapis, korek api, papan sedangkan kulit kayu dapat dipakai bahan kertas dan

obat. Pulai dikenal sebagai tumbuhan obat karena kulit batangnya bisa

dipakai obat demam, khususnya untuk malaria. Disamping itu bisa juga

untuk obat diare, dysentri dan juga sebagi tonikum. Getahnya dipakai

sebagai obat luar untuk bisul, koreng, kudis dan penyakit lainnya.

5. Kepuh (Sterculia foetida L.)

Nama Daerah : kekepahan, kepah, kepuh, jangkang, kepoh, jhangkang,

klompang, kuleangka

Page 17: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

17

Family : Sterculiaceae

Status : tanaman langka IUCN

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berupa pohon yang tingginya bisa mencapai 30 m, batang besar,

tegak mempunyai benjolan-benjolan dengan percabangan lurus mendatar

dengan diameter antara 100 – 120 m.

Daun : berupa daun majemuk menjari, anak daun berbentuk jorong dan daun tidak

mudah rontok, dalam helai daun mempunyai bulu-bulu yang halus dan

duduk daun berbentuk spiral.

Bunga : berbentuk malai, berkelamin satu, berumah satu, biasanya terdapat pada

ketiak daun, yang masih muda berwarna merah tua dan mempunyai bau

busuk yang menjadi ciri khas untuk jenis ini.

Buah : menyerupai bumbung dengan warna merah berkulit tebal dan bagian

ujungnya berbentuk paruh, pada umumnya buah mudah pecah setelah tua

dan buah banyak mengandung minyak. Biji dalam buah sebanyak 10 – 17

dengan warna hitam.

Habitat :

Dapat tumbuh pada ketinggian 500 m dpl.

Kegunaan :

Air seduhan kayu kepuh dapat digunakan sebagai obat penggugur

(aboretum), daunnya bisa digunakan sebagai bobok pada tangan / kaki /

sendi-sendi yang terkilir, daun muda bisa sebagai obat demam. Buah kepuh

yang dibakar dan air abunya dapat untuk mengobati kencing nanah dan

busung lapar. Minyak bijinya yang disebut lombi dapat digunakan sebagai

obat rematik.

Penyebaran :

Tumbuhan ini dapat diketemukan terutama di pulau Jawa.

6. Kemiri (Aleulitas moluccana L. Will)

Nama daerah : tingkih, bedekan, kemiri, kemireh, muncang

Family : Euphorbiaceae

Status : dilindungi berdasarkan SK. Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal

5 Februari 1972.

Page 18: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

18

Morfologi :

Pohon : pohon, ketinggian mencapai 10 – 40 m. Kulit batang sedikit kasar dilapisi

lentisel berwarna keabu-abuan / cokelat dengan percabangan pada ujung.

Daun : berbentuk bulat sampai bentuk jantung bertangkai panjang, permukaan atas

daun muda berbulu putih dan bila sudah tua berubah menjadi hijau

kekuning-kuningan dan permukaan bawah daun berwarna putih perak.

Sehingga dari jauh tampak keputih-putihan, berdaun tunggal, tepi daun rata,

bercangap 3-5, pertulangan daun menjari.

Bunga : berbentuk malai diujung dan ketiak, warna putih / krem, bunga jantan di atas

tangkai yang cukup panjang dan bentuknya halus sedangkan yang betina

besarnya 2 kali, jumlahnya lebih sedikit bertangkai besar dalam garpu

percabangan. Daun kelopak 2 – 5, berbentuk bulat telur, daun mahkota 5

memanjang berwarna putih, jumlah benangsari dalam bunga jantan 20,

4 lingkaran pada pangkal bersatu pada tiang terutama pada dasar bunga

berbentuk kerucut, berambut kasar, bakal buah dalam bunga beruang 2,

dengan 2 tangkai putik yang berbagi sampai pangkal.

Buah : keras, bentuk telur bola yang lebar, muda berwarna hijau dan tua berwarna

cokelat, berdinding cukup tebal dan kaku, biji 1 – 2, kulit biji sangat keras.

Habitat :

Tumbuh pada iklim yang agak kering dengan ketinggian 1.500 m dpl.

Kegunaan :

Kayunya digunakan dalam pembuatan tangkai korek api, bahan kertas, kayu

lapis, peti pengepak, kulitnya sebagai obat dysentri, getahnya untuk obat

sakit gigi, biji banyak mengandung minyak (minyak kemiri) selain sebagai

bumbu, pembuatan sabun, cat, lilin dan bahan pewarna.

Penyebaran :

Meliputi India, China sampai kepulauan Polinesia dan Selandia Baru. Di

Indonesia dapat dijumpai di Sumatera, Jawa, Sulawesi, Maluku dan Bali.

7. Trengguli (Cassia fistula L.)

Nama daerah : tengguli, terngguli, kalebor / klobur, bubundelan.

Family : Caesalpinaceae

Status : tanaman langka menurut IUCN.

Page 19: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

19

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berbentuk pohon dengan ketinggian mencapai 10 – 15 m dpl.

Daun : memiliki daun majemuk genap, anak daun 3 – 8 pasang, berbentuk bulat

telur memanjang, berambut pendek, pada sisi bawah berwarna hijau biru

dan pada waktu tertentu menggugurkan daun secara serempak.

Bunga : tersusun dalam rangkaian berbentuk pandan dengan panjang 15 – 40 cm dan

tidak rapat berjumlah 1 – 3, pada ketiak daun yang sudah rontok berbau

harum berwarna kuning menyala dan mahkota panjang 2 – 3½cm, 3 tangkai

sari berbentuk “S” lebih panjang dari pada umumnya. Daun mahkota bunga

berguguran serentak maka di bawah pohon sering terlihat bentuk permadani

kuning yang terdiri dari bagian-bagian bunga yang sering disebut “golden

shower”.

Buah : berbentuk polong dengan tangkai menggantung, bentuk bulat silindris

berwarna hijau yang masih muda dan cokelat kehitaman bila sudah tua,

panjang buah mencapai 45 cm, buah tidak pecah. Biji terdapat dalam

sekatan yang melintang dibagi dalam ruang-ruang, berbiji 1, dalam 1 polong

mengandung 40 – 100 biji.

Habitat :

Tumbuh pada ketinggian 100 – 400 m dpl.

Kegunaan :

Di India kayunya banyak diperjual-belikan sehingga dikenal dengan nama

“Indian Labumum” dan juga sebagai tanaman hias.

8. Kesambi (Schleichera oleosa Will.)

Nama Daerah : kusambi, kesambi, bahi, bado.

Family : Sampindaceae

Status : tanaman langka IUCN.

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berupa pohon dengan tinggi mencapai 15 – 40 m. Tanaman ini

mudah dikenal karena memiliki tajuk yang khas dan batang pada umumnya

selalu berbengkok-bengkok, penuh lekukan-lekukan mata kayu, biasanya

memiliki akar papan / banir rendah, batangnya berwarna cokelat dan keabu-

abuan.

Page 20: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

20

Daun : berwarna merah kekuning-kuningan pada masa muda dan hijau kekuningan

setelah tua, memiliki daun majemuk menyirip genap, terdiri dari 2 – 4

pasang anak daun berbentuk jorong sampai bulat telur terbalik, seringkali

ujung meruncing.

Buah : berbentuk bulat lonjong / berbentuk spul lebar, permukaan rata / benjol-

benjol menajam, berisi 1 – 4 biji yang berbentuk gepeng, kulit buah

berwarna kekuning-kuningan dan bila sudah tua berwarna cokelat.

Habitat :

Dapat tumbuh sampai ketinggian 1.000 m dpl dan kebanyakan tumbuh baik

pada ketinggian > 600 dpl. Kesambi dapat tumbuh dimana tanaman jati

dapat tumbuh liar.

Kegunaan :

Kayunya dapat digunakan sebagai jangkar perahu (tahan terhadap

kelembaban / kekeringan), minyak / kulit batangnya dapat digunakan untuk

penyakit gatal / kudis dan penyakit lainnya. Selain itu minyaknya dapat

dipakai sebagai obat luka, obat tetes telinga / sebagai obat gosok.

Penyebaran :

Kesambi tersebar di seluruh Asia Tenggara, di Jawa diketemukan pada

ketinggian >1.000 m dpl.

9. Mimbo (Azadirachta indica JUSS)

Nama Daerah : Jawa : Imba, mamba - Madura : Membha, Mempheuh - Bali :

Intaran, Mimba.

Family : Meliaceae

Status : dilindungi berdasarkan SK. Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal

5 Februari 1972.

Morfologi :

Pohon : Tumbuhan menahun, berkayu. Batang tegak, bentuk bulat, percabangan

simpodial, kulit pecah – pecah berkerak, diameter 10 – 30 cm. Pohon yang

tingginya hingga 20 meter dan gemangnya 100 cm. Batangnya agak

bengkok dan pendek, oleh karena itu kayunya tidak terdapat dalam ukuran

besar. Gubalnya berwarna kelabu, terasnya berwarna merah dan keras.

Page 21: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

21

Daun : Majemuk, menyirip genap, beranak daun 12 – 16, anak daun asimetris,

panjang 7 - 9 cm, lebar 2 – 3 cm, ujungnya runcing, pangkal daun tumpul

asimetris, tepi bergerigi, susunan tulang anak daun menyirip, permukaan

atas halus, warna hijau tua, daging anak daun seperti kertas, rasanya pahit.

Kegunaan :

Di India terkenal sebagai kayu yang baik dan awet (asal berasal dari pohon

yang tua), serupa dengan mahoni dan dapat diampelas dengan baik. Juga di

Jawa sifat – sifatnya dipuji dan disana kadang – kadang digunakan untuk

pembangunan rumah. Di Madura untuk membuat perabot rumah.

Seduhan kulit batangnya digunakan sebagai obat terhadap demam yang

berselang (naik turun) dan penggunaan kulit batangnya yang pahit,

dianjurkan sebagai tonikum. Pada waktu – waktu tertentu setiap tahun bila

dibuat torehan – torehan, akan mengalir cairan dalam jumlah besar, yang di

India diminum terhadap penyakit lambung.

Setelah kayunya, gomlah merupakan hasil produksi penting, yang biasanya

terdapat gumpalan – gumpalan besar pada batang pohonnya, terutama pada

pohon yang rusak. Di sekitar Situbondo gom itu umum digunakan sebagai

perekat surat dengan kualitas yang lebih baik dari pada jenis perekat surat

lain yang terdapat diperdagangkan di Indonesia.

Daunnya yang sangat pahit di dalam musim kering di Madura digunakan

sebagai makanan ternak. Rebusannya diminum sebagai obat pembangkit

selera makan dan obat terhadap malaria, dan bila dimasak dengan beras

menjadi bubur berkhasiat pada ulcera yang atonis. Juga di Madura dipres

minyak dari bijinya, dan digunakan sebagai obat kudis.

Penyebaran :

dari dataran rendah, terkenal di Jawa dan kepulauan Sunda kecil, tumbuh

pada tanah gersang

10. Mata buta (Excoacaria agallocha)

Nama Daerah : Indonesia : Kayu buta – buta, kayu mata buta, memutah, mentaruh,

mutah - Jawa : Kayu betah, kapal, menengan - Madura : Bebetah,

malengan, menengan. Kayu wangi

Page 22: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

22

Family : Euphorbiaceae

Status : Dilindungi berdasarkan SK. Mentan No. 54/Kpts/Um/2/1972 tanggal

5 Februari 1972.

Morfologi :

Pohon : Pohon dengan tinggi hingga 16 meter dan besar batang 40 cm. Dilukiskan

sebagai pohon pantai yang jelek, yang cenderung mentelung, berbatang

bengkok, bermata kayu banyak, belah – belah, penuh alur – alur dan bincul

– bincul; didapati pada semua pantai yang kering dan berbatu atau pasir

yang tercampur batu kecil. Banyak didapati di bagian – bagian yang agak

kering dari hutan bakau, dan disana sering terdapat sebagai tumbuhan yang

unggul.

Akar – akarnya tersebar hingga jauh dari pohonnya, akar – akar itu bengkok,

berbenjol – benjol, dan untuk sebagian tidak tertutup tanah. Pada tempat –

tempat yang terkelupas gelamnya juga terdapat kayu wangi – wangian

hitam, akan tetapi hanya setebal pisau. Pohon ini mempunyai reputasi dapat

menyebabkan kebutaan, kalau sampai masik mata. Tercuci hilang dengan

air kelapa.

Daun : Dua kelenjar yang duduk pada ujung tangkai daun; helaian daun bulat telur

oval, 4 – 10 kali 1,5 – 5 cm, dengan ujung meruncing tumpul dan pangkal

bulat tumpul, tepi rata atau bergigi sedikit, seperti kulit.

Bunga : Tanaman berumah 2, bunga dalam tandan atau bulir dalam ketiak daun atau

di atas tandan bekas daun. Bunga jantan pada ujung ranting terkumpul

menjadi berkas dari bulir, rapat serupa untai, bau enak. Daun pelindung

pada sisi dalam dengan beberapa kelenjar; taju tenda bunga kecil, bentuk

lanset; benang sari 3. Bunga betina dalam tandan yang lebih pendek; taju

tenda bunga 3, segi tiga bulat telur lebar; tangkai putik 3, berdaging,

melengkung membalik, pada pangkal bersatu.

Buah : Buah 2 – 3 ruang, membuka menurut ruang atau menurut sekat. Berbunga

sangat tidak teratur.

Habitat :

Dalam vegetasi mangrove dan pada pantai pasir yang tercampur lempung.

Kegunaan :

Akarnya digerus halus dengan jahe menjadi salep dapat menyembuhkan

bengkak – bengkak panas pada kaki dan tangan. Akar – akarnya yang paling

Page 23: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

23

halus juga cabang – cabangnya, yang telah dikupas gelamnya digunakan

sebagai tusuk gigi bagi gigi yang sakit.

Biasanya ia tidak digunakan tersendiri sebagai wangi – wangian, akan tetapi

dicampur dengan Ungus odoratus, atau kayu wangi – wangian lainnya,

sehingga akan lebih keras baunya dan akan bertahan lebih lama. Kayu

wangi juga dinamakan garu laut.

Minyak dari kayu ini digunakan untuk mengobati bermacam – macam kudis

dan penyakit kulit lain; karena zat ini agak lekat, ia harus dihangatkan dan

dicampur minyak kelapa sedikit. Orang Ternate menggerusnya pada sebuah

batu dan mencampurnya dengan air atau arak cair; ini diminum terhadap

kejang perut. Untuk obat pencahar biasa, diambil sepotong dari kulit batang

selebar dua jari dan sepanjang dua ruas.

Penyebaran :

Biasanya berukuran lebih kecil, tersebar di daerah pantai dari Asia Tenggara

dan Australia bagian tropis

11. Bungur (Lagerstromia speciosa Pers.)

Nama Daerah : ketangi, bungur, laban, bungor.

Family : Lythraceae

Status : tanaman langka IUCN dan dilindungi berdasarkan SK. Mentan

No. 54/Kpts/Um/2/1972 tangga 5 Februari 1972.

Morfologi :

Pohon : tumbuhan berupa pohon dengan tinggi mencapai 10 -45 m, kulit pohon licin

dan bagian luar mengelupas.

Daun : bertangkai pendek, bentuk oval ellips atau memanjang berhadapan,

mempunyai daun penumpu berwarna hijau tua.

Bunga : berbentuk malai, tersusun dalam rangkaian memanjang hingga mencapai

50 cm terletak pada ujung batang atau cabang juga sering muncul pada

ketiak daun yang tinggi, kelopak bunga berwarna cokelat / coklat kehijauan

/ ungu, berbentuk bulat telur terbalik sampai dengan ukuran panjang

± 0.5 cm, benang sari kuning dan putik berwarna ungu.

Buah : berbentuk bulat telur sampai bulat, berwarna cokelat, pada ujung buah

mempunyai benjolan meruncing menyerupai duri, buah mudah pecah bila

Page 24: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

24

tua hingga menjadi 3 – 7 katup menurut ruang biji, biji cukup besar, pada

pangkalnya terdapat tambahan yang agak menebal, ujungnya terdapat sayap

berbentuk pisau.

Habitat :

Bungur tumbuh baik pada ketinggian < 800 m dpl.

Kegunaan :

Bungur sering digunakan sebagai tanaman hias dan tanaman peneduh,

kayunya banyak digunakan sebagai bahan bangunan, perahu dan alat-alat

olah raga.

B. Identifikasi Lutung Budeng (Trachypithecus auratus cristatus)

Lutung budeng adalah satwa arboreal yang hampir keseluruhan

aktivitasnya dilakukan di atas pohon, sedangkan ditinjau dari penggunaan waktu

untuk kegiatan harian lutung termasuk satwa diurnal yaitu aktivitas hidupnya

dilakukan pada siang hari. Menurut Lim dan Sasekumar (1979) dalam Lekagul dan

McNeely (1977) mengatakan bahwa dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap

lutung di Semenanjung Malaya ternyata lutung lebih banyak menggunakan waktunya

pada tengah hari untuk kegiatan di pohon yaitu makan dan istirahat.

Pengamatan perilaku dan pergerakan lutung budeng (Trachypithecus

auratus cristatus Raffles (1821)) di Resort Bama dilaksanakan selama 2 (dua) hari

pada tanggal 24 – 25 Juli 2005.

Page 25: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

25

1. Hasil Kegiatan

a. Lokasi Kajang

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005 Waktu ( Jam ) Mulai : 06.00 Selesai : 16.00 Lokasi : Kajang Nama pengamat : 1. M. Yusuf Sabarno 2. Achmad Toha Kondisi Habitat Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Krasak (Ficus superba)

Spesifikasi jenis pohon (tinggi. ∅, bentuk tajuk, ada/tidak buah)

: Tinggi Total: 16 m Bebas cabang : 4 m Diameter (∅) : 50 cm Tajuk : melebar bentuk oval

Bagian pohon/tajuk yang dimanfaatkan

:

Vegetasi sekitar (dan jarak dengan satwa ditemukan)

1. Asam (20 m) 5. Mimbo (20 m) 2. Asam (22 m) 6. Apak (19 m) 3. Asam (17 m) 7. Apak (17 m) 4. Walikukun (20 m) 8. Apak (15 m)

Kondisi sekitar habitat ( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

: Dekat dengan jalan setapak/lintasan manusia. Dekat dengan sumur kajang. Kelompok sangat sensitif terhadap kedatangan pengamat.

Identifikasi Kelompok Jumlah kelompok

Jantan Betina Anak Total Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi 1 9

Spesifikasi kelompok (mis. jenis albino, dll)

: Tidak terdapat jenis albino, 1 ekor dewasa terdapat bulu warna putih di dada.

a.1. Perilaku

Kelompok lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus Raffles

(1821)) yang ditemukan di lokasi Kajang mempunyai ritme harian yang relatif

sama setiap harinya. Ketika pagi hari memualai aktivitasnya menuju pohon

yang dijadikan sebagai sumber pakan sedang berbuah. Aktivitas yang

dilakukan kelompok lutung selama pengamatan bervariasi dari perilaku

makan, istirahat, perpindahan, penjagaan terhadap anggota kelompok dan

anggota kelompok yang masih muda dan bayi.

Page 26: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

26

Pada saat pengamatan, lutung pada pagi hari mulai pukul 06.00, telah

berada di pohon krasak dan makan buah yang menempel pada ranting-ranting.

Lutung duduk pada pada batang yang besar kemudian dengan salah satu

tangannya meraih ranting dan makan buah krasak. Dijumpai pula lutung yang

sedang makan daun asam yang berada berdampingan dengan pohon krasak.

Sebagian kelompok yang berada di pohon krasak, setelah merasa

cukup puas makan buah krasak, lutung berpindah ke pohon asam dan

istirahat. Akan tetapi ada juga anggota kelompok yang berjaga mengawasi

kondisi sekitar dan untuk anggota kelompok yang masih muda banyak

memanfaatkan waktu untuk bermain.

a.2. Kondisi habitat

Kajang merupakan hutan pantai yang berbatasan dengan ekosistem

mangrove dan pesisir pantai. Kondisi habitat lutung di lokasi Kajang cukup

representatif bagi kehidupan lutung sebagai satwa primata arboreal, yaitu

lebih menyukai berada di tajuk pohon yang tinggi.

Keberadaan berbagai jenis pohon dengan arsitektur tajuk yang

melebar, batang cabang-cabang utama yang besar dan kokoh sangat disukai

oleh lutung, serta mempunyai tinggi total yang lebih dari rata-rata pohon di

sekitarnya. Jenis pohon yang digunakan sebagai habitat selama pengamatan

yaitu : asam (Tamarindus indica), krasak (Ficus superba), apak ( Ficus sp.),

lamtoroan (Leucana glauca) dan pilang (Acacia leucophloea).

a.3. Jalur edar

Pergerakan harian kelompok lutung di lokasi ini selama pengamatan

dari lokasi tidur kemudian menuju pohon lokasi pakan dan beraktivitas

lainnya diperkirakan menempuh jarak + 500 m per hari. Hal ini dipengaruhi

oleh ketersediaan dan lokasi sumber pakan, adanya gangguan dan faktor

pengontrolan daerah territorial.

Page 27: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

27

b. Lokasi Kalitopo

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005 Waktu ( Jam ) Mulai : 08.00 Selesai : 16.00 Lokasi : Kalitopo Nama pengamat : 1. Nanang Dwi Wahono 2. Agus Yusuf Kondisi Habitat Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Krasak (Ficus superba)

Spesifikasi jenis pohon (tinggi. ∅, bentuk tajuk, ada/tidak buah)

: Tinggi Total: 20 m Bebas cabang : 7 m Diameter (∅) : 55 cm Tajuk : melebar bentuk melingkar

Bagian pohon/tajuk yang dimanfaatkan

: cabang-cabang utama, ranting, daun.

Vegetasi sekitar (dan jarak dengan satwa ditemukan)

1. Serut (10 m) 5. Kesambi (12 m) 2. Asam ( 8 m ) 6. Krasak (25 m) 3. Talok (15 m) 7. Garung (20 m) 4. Tekik (20 m) 8.

Kondisi sekitar habitat ( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

: Dekat dengan jalan setapak/lintasan manusia. Rawan gangguan. Terdapat pohon asam didekat krasak, dikonsumsi daun muda.

Identifikasi Kelompok Jumlah kelompok

Jantan Betina Anak Total 5 15 2 22

Spesifikasi kelompok (mis. jenis albino, dll)

: Terdapat jenis albino, 1 ekor dewasa.

b.1. Perilaku

Page 28: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

28

Kelompok lutung di lokasi Kalitopo mulai aktivitas pada pagi hari

dengan bergerak mencari pohon sumber pakan. Jenis pohon yang didatangi

yaitu krasak yang sedang berbuah. Aktivitas lainnya yaitu banyak istirahat di

pohon krasak dan asam yang berada di sekitar lokasi tersebut. Ditemukan juga

saat lutung turun ke tanah.

b.2. Kondisi habitat

Lokasi Kalitopo merupakan hutan pantai dengan kerapatan pohon dan

tajuk yang tidak begitu rapat. Beberapa jenis pohon yang ditemukan sebagai

habitat lutung yaitu asam, kesambi, mimbo, talok dan serut.

b.3. Jalur edar

Aktivitas kelompok lutung yang berada di Kalitopo mempunyai jalur

edar yang tidak terlalu jauh. Dari pohon krasak sebagai tempat tidur dan

mencari pakan kemudian menuju pohon asam untuk mencari pakan berupa

daun muda sekaligus istirahat. Dan pada sore harinya bergerak kembali ke

pohon tempat istirahat / tidur.

c. Lokasi Kelor

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005 Waktu ( Jam ) Mulai : 06.00 Selesai : 16.00 Lokasi : Kelor Nama pengamat : 1. Sutadi 2. M Iqbal Kondisi Habitat Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Krasak (Ficus superba)

Spesifikasi jenis pohon (tinggi. ∅, bentuk tajuk,

: Tinggi Total: 25 m Bebas cabang : 10 m Diameter (∅) : 40 cm

Page 29: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

29

ada/tidak buah) Tajuk : melebar bentuk oval

Bagian pohon/tajuk yang dimanfaatkan

: Dahan dan ranting di tepi tajuk

Vegetasi sekitar (dan jarak dengan satwa ditemukan)

1. Gebang 5. Manting 2. Trengguli 3. Apak 4. Jati pasir

Kondisi sekitar habitat ( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

: Kondisi aman, kelompok Lutung tidak terlalu terganggu dengan pengamat.

Identifikasi Kelompok

Jumlah kelompok Jantan Betina Anak Total

3 5 4 12 Spesifikasi kelompok (mis. jenis albino, dll)

:

c.1. Perilaku

Kelompok lutung yang diamati di lokasi kelor mempunyai ragam

perilaku yang cukup beragam, yaitu perilaku tidur, makan, berpindah / loncat,

istirahat (sambil mengawasi kondisi sekitar), mencari kutu dan turun ke lantai

hutan.

Aktivitas makan lutung di lokasi ini mempunyai intensitas yang tinggi

akan tetapi perilaku makannya dilakukan dengan teratur dan rapi, tidak seperti

jenis macaca (monyet ekor panjang) yang nampak rakus dan terburu-buru.

c.2. Kondisi habitat

Kondisi tempat pengamatan merupakan lokasi hutan pantai dengan

keadaan pohon-pohon yang tinggi sehingga cocok untuk habitat lutung. Jenis

vegetasi yang ditemukan sebagai habitat lutung di lokasi Bama-Kelor yaitu

pohon krasak, jati pasir, rhizophora (merupakan pohon sumber pakan).

Bagian pohon yang dimakan terdiri dari pucuk daun muda.

c.3. Jalur edar

Kelompok lutung di lokasi ini memulai aktivitas + jam 05.00 dan

langsung bergerak ke arah pohon sumber pakan yang juga digunakan sebagai

pohon tempat tidur. Aktivitas pertama yang diamati yaitu makan di pohon

krasak. Pada beberapa jam kemudian bergerak ke timur untuk istirahat, dan

pada siang hari juga diamati bergerak menuju hutan mangrove. Kemudian

pada sore hari lutung kembali menuju pohon awal yang dijadikan tempat

tidur. Jarak tempuh dalam aktivitas dalam sehari + 200 meter.

Page 30: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

30

d. Lokasi Manting

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005 Waktu ( Jam ) Mulai : 06.00 Selesai : 16.00 Lokasi : Manting Nama pengamat : 1. Siswo Dwi Prayitno 2. Widyantoro Kondisi Habitat Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Asam (Tamarindus indica)

Spesifikasi jenis pohon (tinggi. ∅, bentuk tajuk, ada/tidak buah)

: Tinggi Total: 25 m Bebas cabang : 18 m Diameter (∅) : 40 cm Tajuk : melebar

Bagian pohon/tajuk yang dimanfaatkan

: Ujung daun, batang utama dan ranting.

Vegetasi sekitar (dan jarak dengan satwa ditemukan)

1. Gebang ( 7 m) 2. Kesambi ( 8 m) 3. Nyamplung ( 17m)

Kondisi sekitar habitat ( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

: Tidak ada gangguan.

Identifikasi Kelompok Jumlah kelompok

Jantan Betina Anak Total Tidak teridentifikasi Tidak teridentifikasi - 10

Spesifikasi kelompok (mis. jenis albino, dll)

: Tidak ada albino.

Page 31: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

31

d.1. Perilaku

Duduk di ranting pohon asam sambil makan pucuk daun, sesekali

bermain-main di pohon di pohon (berlompat-lompatan dari dan ke pohon di

sekitarnya). Sekitar + jam 11.00 mulai saling mencari kutu (jw; petan) antar

anggota kelompok. Apabila tidak ada gangguan, aktivitas tersebut dapat

berlangsung lama. Pada saat terjadi gangguan (manusia) mereka lari mencari

tempat yang lebih aman. Setelah merasa tidak ada gangguan mereka

melanjutkan mencari makan. Apabila merasa diamati oleh pengamat mereka

terkesan malu dan sembunyi di balik daun / dahan / ranting yang agak

terlindungi / tidak terlihat oleh pengamat.

Ketika berpindah tempat dilakukan dengan bergelantungan dan atau

melompat dari pohon satu ke pohon yang lain. Ketika istirahat, sambil

berteduh di cabang / ranting yang rindang, bercengkrama dan ada juga yang

tidur-tiduran dengan posisi dada direbahkan di cabang / ranting pohon.

Ketika ada gangguan dengan kehadiran lutung dari kelompok lain,

anggota kelompok lutung yang mempunyai teritori berusaha mengusir

pendatang tersebut, yaitu dengan suara-suara keras yang dikeluarkan oleh

pimpinan kelompok lutung tersebut dan berusaha mengusir (dengan

mengejar) hingga jarak yang cukup jauh (ada juga lutung yang jatuh akibat

kejar-kejaran tersebut). Setelah pendatang tersebut dirasa telah pergi cukup

jauh, kelompok pengejar kembali kepada kelompoknya semula.

d.2. Kondisi habitat

Pohon yang digunakan untuk aktivitas yaitu asam, gebang, nyamplung

dan kesambi. Kondisi habitat di lokasi ini cukup teduh dan rindang dengan

kondisi cuaca yang cukup cerah dan angin yang kencang. Dengan tinggi

pohon utama yang digunakan 12 meter tidak ada buahnya. Jarak antar pohon

maupun tajuk agak rapat sebagai tempat untuk melompat dari satu pohon ke

pohon yang lain.

d.3. Jalur edar

Ketika pengamatan dimulai, kelompok lutung dijumpai di pohon

manting kemudian berpindah ke pohon manting yang berbeda melewati

beberapa tegakan gebang. Kemudian pada siang harinya beristirahat di pohon

kelor. Beberapa anggota kelompok juga berada di pohon asam yang berada

tidak jauh dari lokasi sebelumnya, disamping untuk beristirahat, juga

Page 32: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

32

dijumpai lutung yang makan pucuk daun asam. Dan pada sore hari kelompok

lutung menuju ke arah pantai dan beraktivitas di pohon kesambi.

e. Lokasi Sumber Batu

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005 Waktu ( Jam ) Mulai : 06.00 Selesai : 17.00 Lokasi : Sumber batu Nama pengamat : 1. Yusuf Hernawan 2. Siswanto Kondisi Habitat Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Prepat (Sonneratia alba)

Spesifikasi jenis pohon (tinggi. ∅, bentuk tajuk, ada/tidak buah)

: Tinggi Total: 42 m Bebas cabang : 30 m Diameter (∅) : 215 cm Tajuk : melebar bentuk oval

Bagian pohon/tajuk yang dimanfaatkan

:

Vegetasi sekitar (dan jarak dengan satwa ditemukan)

1. Nyamplung ( 5 m) 5. Ketapang (15 m) 2. Rhizophora apiculata (28m) 6. Asam (10 m) 3. Malengan (35 m) 7. Bunut (10 m) 4. Popohan (35 m)

Kondisi sekitar habitat ( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

:

Identifikasi Kelompok Jumlah kelompok

Jantan Betina Anak Total 2 4 2 8

Spesifikasi kelompok : 1 albino dewasa jantan

Page 33: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

33

(mis. jenis albino, dll)

e.1. Perilaku

Dalam perilaku makan lutung jantan lebih cepat dalam makan, seperti

makan buah prepat, sedangkan lutung betina agak lambat. Waktu istirahat,

lutung di lokasi sumber batu diamati lutung dewasa / induk lebih banyak

diam sedangkan anak lutung loncat kesana-kemari (+ 5 menit). Kemudian

kembali ke gendongan / pangkuan induknya yang sebelumnya anak memberi

isyarat muka ke induknya dan anak lutung langsung loncat kearah induk.

Berbeda halnya lutung jantan yang nampak cenderung soliter dan lebih

banyak porsi istirahatnya dibandingkan betina.

Pada saat kondisi ada gangguan, lutung sebagian berpencar dengan

jarak + 100 meter, tidak jauh dari titik dimana lutung ditemukan, kemudian

akan berkumpul kembali ke tempat semula di saat kondisi dirasa aman.

e.2. Kondisi habitat

Lokasi Sumber Batu merupakan ekosistem hutan pantai yang

berbatasan langsung dengan hutan mangrove, dengan penyebaran vegetasi

yang cukup rapat dan tajuk yang saling bersinggungan. Beberapa jenis

vegetasi yang ditemui sebagai habitat lutung yaitu pohon nyamplung,

Rhizophora apiculata dan malengan cenderung dijadikan tempat istirahat

karena terlindung dari terik matahari dan angina, kondisi pohon tidak terlalu

tinggi dan ukuran sedang. Vegetasi lain yang digunakan yaitu popohan

(ketinggian + 30 meter, sedang berbunga), apak (ketinggian + 35 meter,

sedang berbuah), prepat (ketinggian + 42 meter, sedang berbuah), asam dan

bunut (rata-rata ketinggian + 20 meter, bunut sedang berbuah sedangkan asam

banyak daun muda).

e.3. Jalur edar

Pergerakan lutung dimulai + jam 05.00 dan langsung bergerak ke arah

pohon sumber pakan. Pada jam 06.00 ditemukan di pohon prepat sedang

makan, kemudian bergerak kearah utara menuju pohon nyamplung,

rhizophora, malengan dan prepat (lain pohon). Kemudian ke arah barat

menuju pohon asam dan bunut pada siang hari untuk makan. Selanjutnya

bergerak balik ke arah semula datang hingga ke lokasi / pohon awal

beraktivitas.

Page 34: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

34

f. Lokasi Bekol

Tanggal : 24 – 25 Juli 2005 Waktu ( Jam ) Mulai : 06.00 Selesai : 16.00 Lokasi : Bekol Nama pengamat : 1. Tri Hari Suparto 2. Arif Pratiwi 3. Nia Diana Kondisi Habitat Jenis Pohon Kelompok Ditemukan

: Kesambi (Schleichera oleosa)

Spesifikasi jenis pohon (tinggi. ∅, bentuk tajuk, ada/tidak buah)

: Tinggi Total: m Bebas cabang : m Diameter (∅) : cm Tajuk :

Bagian pohon/tajuk yang dimanfaatkan

: Cabang, ranting, daun, buah dan pupus daun.

Vegetasi sekitar (dan jarak dengan pohon satwa ditemukan)

1. Kesambi (20 m) 2. Mimbo (22 m) 3. Kayu jaran (17 m) 4. Asam ( 3 m)

Kondisi sekitar habitat ( gangguan, alternatif sumber pakan, dll)

: Relatif terganggu, terutama oleh pengunjung sekitar yang terkadang ramai di akhir pekan. Juga terganggu oleh kelompok macaca. Sumber pakan tercukupi akan tetapi ruang gerak terbatas.

Identifikasi Kelompok Jumlah kelompok

Jantan Betina Anak Total 3 8 - 11

Spesifikasi kelompok (mis. jenis albino, dll)

: Jumlah 11, terdapat 2 ekor yang albino.

f.1. Perilaku

Page 35: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

35

Pada pukul 05.30, lutung memulai aktivitasnya dengan makan pucuk –

pucuk daun di pohon kesambi disebelah timur bukit Bekol. Kemudian pada

sekitar pukul 06.00 lutung mulai bergerak, berpindah ke pohon lamtoro dan

talok. Lutung – lutung tersebut duduk – duduk sampai kurang lebih pukul

07.15 kemudian bergerak ke arah belakang wisma peneliti. Mereka duduk –

duduk beristirahat di pohon kesambi sambil makan daun muda / pupus daun.

Pada sekitar jam 07.30 lutung – lutung tersebut berpindah ke arah menara di

sekitar lamtoroan. Mereka mematahkan cabang dan ranting – ranting untuk

mengambil pucuk daun, dan terus berada disana dalam waktu yang cukup

lama. Pada pukul 10.20 mereka berpindah ke pohon mimbo di sebelah timur

menara dan dilanjutkan pada jam 11.00 mereka berpindah ke pohon kesambi

di sebelah barat menara untuk beristirahat. Hingga pada sekitar pukul 14.00

mereka mulai kembali ke sekitar menara Bekol. Pada pukul 17.30-an mereka

mulai bergerak menuju kesambi di sebelah timur bukit Bekol yang merupakan

tempat tidurnya di malam hari.

f.2. Kondisi habitat

Habitat kelompok lutung ini sebagian besar berupa pohon – pohon

besar yang rindang dengan cabang – cabang yang relative sambung –

menyambung / dekat satu sama lain. Cabang – cabang tersebut

memungkinkan lutung untuk berpindah dengan mudah dari satu pohon ke

pohon lain. Cabang – cabang pohon tersebut relatif menyebar membentuk

tajuk yang lebar sehingga cukup nyaman bagi lutung untuk memanfaatkannya

sebagai tempat duduk – duduk dan beristirahat. Pohon – pohon yang

dimanfaatkan oleh lutung antara lain asam, kesambi, lamtoro dan mimbo.

Pohon – pohon tersebut mempunyai musim berbuah yang tidak bersamaan

sehingga bergantian memproduksi buah yang dimanfaatkan oleh lutung.

Selain buah, pucuk – pucuk daun / pupus daun juga dimanfaatkan oleh lutung.

Hal tersebut bisa terlihat dari ceceran serpihan daun – daun dan buah bekas

gigitan yang bertebaran di bawah pohon. Lokasi ini relatif dekat dengan

sarana dan prasarana Taman Nasional Baluran di Bekol, antara lain kantor

dan pesanggrahan. Dengan demikian lutung – lutung tersebut sebenarnya

relative terganggu dengan keberadaan manusia. Namun pergerakan mereka

relatif tidak berubah. Pergerakan mereka berubah cukup signifikan hanya

pada saat tertentu misalnya pada saat hari Sabtu dan Minggu di saat

pengunjung ramai berada di lokasi.

Page 36: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

36

f.3. Jalur edar

Aktivitas lutung dimulai sekitar pukul 05.00 dan ditemukan pertama

beraktivitas di pohon asam, lokasi daerah blok Curah Udang. Kemudian

bergerak ke arah selatan menuju pohon pilang – kesambi – mimbo –

lamtoroan – kesambi – asam – kesambi dan pohon jaran.

2. Pembahasan

a. Lutung budeng (Trachypithecus auratus cristatus Raffles (1821))

a.1. Perilaku

Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, primata melakukan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan sehari-hari. Dalam melaksanakan aktivitas sehari-

hari kelompok lutung mempunyai jadwal tertentu, seperti yang biasanya

dilakukan jenis-jenis satwa lainnya. Pemanfaatan waktu yang digunakan

lutung cenderung sama dari hari ke hari (ritme harian) dengan asumsi tidak

ada gangguan dari luar yang mempengaruhi aktivitas harian tersebut.

Aktivitas tersebut meliputi kegiatan yang dilakukan lutung pada saat mereka

bangun tidur dan bergerak-berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain

hingga kembali ke pohon / lokasi tempat tidur lagi (bisa pohon yang sama

maupun berbeda).

Selama pengamatan berlangsung, misalnya di lokasi Kajang, Kelor dan

Sumber Batu, kelompok lutung yang diamati ditemukan pada awal

Page 37: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

37

pengamatan di pohon dan dengan jalur edar juga relatif sama. Rata-rata

pengamatan dimulai pukul 06.00 dan berakhir pukul 17.00. Pada awal

pengamatan kelompok lutung, mereka sebagian besar ditemukan pengamat

sedang melakukan aktivitas makan. Sebelum melakukan aktivitas pergerakan

menjelajahi jalur edar kelompok tersebut. Di lokasi Kelor, Kalitopo, Kajang

pada saat awal diamati sedang makan buah krasak (Ficus superba). Sedangkan

di lokasi Bekol dan Sumber Batu, dijumpai sedang makan pucuk daun asam.

Secara umum yang dilakukan lutung dalam aktivitas makannya yaitu :

• memilih buah / daun yang akan dimakan,

• menarik ranting yang terdapat buah atau daun yang hendak

dimakan dan kemudian memakannya

• apabila ada buah atau ranting yang jatuh /lepas dari tanah, tidak

diambil / dibiarkan saja.

Setelah cukup puas makan, lutung kemudian istirahat yang dilakukan

baik di pohon lokasi pakan maupun bergerak terlebih dahulu ke pohon yang

dianggap lebih nyaman / cocok untuk istirahat. Pada saat istirahat lutung

memilih tempat / posisi yang nyaman, yaitu mencari batang (terutama

percabangan) yang cukup besar dengan duduk maupun tengkurap pada batang

pohon tersebut. Selama waktu istirahat, terdapat anggota kelompok yang

mengawasi keadaan sekeliling, biasanya dilakukan anggota kelompok jantan.

Juga dijumpai (lokasi Sumber Batu) anak lutung yang bermain-main ketika

induk istirahat dan akan segera kembali ke pangkuan induknya ketika ada

isyarat / tanda dari induknya.

Dalam mempertahankan daerah jelajah / teritori, apabila terdapat

gangguan baik dari kelompok lutung yang lain maupun gangguan yang lain,

mereka akan melakukan perlawanan. Bentuk aktivitas mempertahankan diri

dan kelompok tersebut dilakukan baik secara langsung (kontak fisik /

berkelahi) maupun dengan isyarat teriakan. Aktivitas mempertahankan diri

yang dijumpai yaitu :

• anggota kelompok yang terdapat di pohon tersebut, satu persatu

meninggalkan pohon, akan tetapi 1 - 3 ekor bertahan dipohon tersebut

sambil mengawasi perkembangan situasi. Apabila gangguan

berlangsung mereka akan melakukan perlawanan dan apabila gangguan

telah pergi, anggota yang meninggalkan pohon akan kembali ke pohon

tersebut.

Page 38: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

38

• apabila terdapat gangguan dari kelompok yang mereka akan melawan

dengan mengejar bahkan berkelahi hingga kelompok pengganggu

tersebut lari dengan radius yang diperkirakan aman atau diluar daerah

teritorinya.

a.2. Habitat

Satwa liar memerlukan tempat-tempat yang dapat digunakan dalam

aktivitas sehari-hari untuk mencari makan, minum, bermain, berkembang

biak dan berlindung / istirahat. Tempat-tempat yang fungsinya semacam itu

membentuk suatu kesatuan yang disebut habitat. Dalam pemilihan

habitatnya, kelompok lutung melakukan seleksi terhadap daya dukung yang

terdapat di lokasi tersebut. Faktor - faktor yang mempengaruhi primata

dalam memilih habitatnya antara lain :

• ketersediaan pakan

• faktor keamanan dari pemangsa (predator)

• kondisi cuaca

• persaingan dengan kelompok yang lain.

Kelompok lutung yang diamati di Taman Nasional Baluran pada

kesempatan kali ini, sebagian besar berada di hutan pantai dan berbatasan

langsung dengan hutan mangrove. Lokasi yang termasuk dalam kategori

kelompok hutan dataran rendah merupakan habitat yang paling disukai,

sehingga paling banyak jenis primata, terutama lutung, hidup di lokasi ini.

Tipe ekosistem tersebut mempunyai sumber pakan yang sangat banyak dan

bervariasi terutama buah-buahan yang hampir selalu ada sepanjang tahun.

Dalam pemilihan ruang / strata hutan, lutung mempunyai kebiasaan

dan menempati ruang pada lapisan tajuk yang paling atas (arboreal). Kondisi

di lokasi pengamatan yang rata-rata mempunyai jenis-jenis pohon yang

tinggi dan tajuk yang cukup rapat dan kompak, dengan ranting / cabang yang

cocok sebagai aktivitas lutung.

Jenis pohon yang disukai lutung karena mempunyai ciri-ciri :

• Merupakan pohon yang mempunyai buah dan bisa dimakan.

• Mempunyai tajuk yang rindang, cabangnya kuat, tingginya lebih dari

15 m dan berdiameter lebih dari 30 cm.

• Pohon yang tahan dari kering (tidak menggugurkan daun)

Page 39: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

39

a.3. Jalur edar

Setiap jenis primata menunjukkan sebaran yang khas melalui aktivitas

hariannya. Lutung di Taman Nasional Baluran memulai aktivitas hariannya

dari pukul 05.30 dari lokasi tempat tidur dan mulai bergerak menuju pohon

sumber pakan. Dalam ritme hariannya, alokasi waktu paling banyak

digunakan untuk istirahat dan mencari makanan. Waktu istirahat yang cukup

panjang dilakukan lutung salah satunya untuk memberikan waktu yang

optimal dalam mencernakan makanan, karena makanan lutung banyak

mengandung selulosa dan toxin dari daun tua dan buah.

Page 40: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

40

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kegiatan inventarisasi dan identifikasi flora dan satwa liar yang

dilaksanakan di Taman Nasional Baluran difokuskan pada pengamatan flora-fauna

langka dan dilindungi. Jenis flora yang diamati yaitu : Trenggulun (Protium

javanicum), Buni (Antidesma bunius L. Spring), Bayur (Pterospermum difersifolium

Bl.), Pulai (Alstonia schlolaris L. Br.), Kepuh (Sterculia foetida L.), Kemiri (Aleulitas

moluccana L. Will), Trengguli (Cassia fistula L.), Kesambi (Schleichera oleosa

Will.), Mimbo (Azadirachta indica), Mata buta (Excoacaria agallocha), Bungur

(Lagerstromia speciosa Pers.). Untuk jenis fauna yang diamati yaitu Lutung budeng

(Trachypithecus auratus cristatus)

Pengamatan flora dilaksanakan di lokasi Seksi Konservasi Wilayah

Pandean dan Bekol. Sedangkan pengamatan Lutung budeng berlokasi di Seksi

Konservasi Wilayah Bekol (Bama, Bekol, Kelor, Kalitopo, Manting, Kajang dan

Sumber batu).

B. Saran

Pengamatan terhadap flora – fauna di Taman Nasional Baluran hingga

saat ini masih belum berjalan secara maksimal. Masih banyak yang perlu dibenahi

dan disempurnakan, demikian halnya dengan kegiatan identifikasi dan inventarisasi

flora dan fauna ini. Oleh karena itu, beberapa hal yang diharapkan dapat dijadikan

masukan serta bahan evaluasi dari kegiatan yang telah terlaksana ini adalah :

1. Waktu pengamatan yang relatif singkat sehingga pelaksanaan pengamatan

belum dapat dilaksanakan meliputi seluruh kawasan Taman Nasional Baluran.

2. Penentuan obyek pengamatan berdasarkan kriteria jenis langka dan dilindungi

memerlukan pengkajian awal yang cukup mendalam berdasarkan peraturan

dan perundangan yang ada. Sehingga hasil akhir dari kegiatan juga akan lebih

bermanfaat dalam rangka pengelolaan kawasan lebih lanjut.

3. Diperlukan pengkajian lebih mendalam dalam rangka menentukan metode

pengamatan, sehingga kegiatan dapat berlangsung lebih efektif dan efisien.

Page 41: BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2005 · PDF fileDari keanekaragaman jenis flora dan fauna yang ada di Taman Nasional ... fenomena ini membuat makhluk hidup bersifat endemik (tersebar

E:\@calon PEH hehehe\blogBaluran\kegiatan peh\flora\InventFloraLangka-HomeRangeLutung-Hubungannya-Baluran-05-FIX.doc

41

DAFTAR PUSTAKA

Balai Taman Nasional Baluran. 1995. Laporan Inventarisasi Populasi Primata di Taman Nasional Baluran. Proyek Pengembangan TN Baluran Tahun Anggaran 1995/1996. Banyuwangi.

Balai Taman Nasional Bali Barat. 1995. Flora Langka Taman Nasional Bali Barat.

Proyek Pengembangan Taman nasional bali Barat Tahun Anggaran 1995 / 1996. Bali.

Bismark, M. 1993. Ekologi Makan Primata. Program Studi Pengelolaan Satwa Liar.

Pasca Sarjana. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Caesariantika, E. 2004. Kemungkinan Penggunaan Berbagai Jenis Pohon yang

Berfungsi sebagai Habitat Burung Jalak Putih (Sturnus melanopterus Daudin, 1800) untuk Pengembangan Hutan Kota. Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna III. Badan Penelitian dan Pengembangan

Departemen Kehutanan. Bogor. Setyawan, Koen. 1996. Interaksi Antara Monyet Ekor Panjang (Macaca

fascicularis) dan Lutung (Presbytis cristata) di TN Baluran. FMIPA. Universitas Brawijaya. Malang.

Steenis van, C.G.G.J. 1997. Flora untuk Sekolah di Indonesia. PT. Pradnya Paramita.

jakarta