Top Banner
Vol. V Januari - Februari 2011 Edisi 63 Gerbang Emas Sebuah Upaya Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Nusa Tenggara Barat Mengarusutamakan Praktik Cerdas Green-PNPM Menyiasati Tantangan Geografis Pegunungan Tengah Papua Dengan Teknologi Informasi & Komunikasi
32

BaKTI News Edisi 63

Mar 24, 2016

Download

Documents

Yayasan BaKTI

Terimakasih telah setia mengikuti dan mengkontribusikan artikel mengenai perkembangan pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Kami sangat senang karena setiap bulannya permintaan berlangganan BaKTINews terus bertambah dan redaksi juga menerima banyak sekali artikel dari berbagai pihak dan daerah di KTI. Karenanya kami semakin bersemangat untuk menampilkan yang terbaik bagi para pembaca. Anda telah melihat beberapa perubahan pada edisi ini. Kami menyajikan beberapa rubrik baru dengan informasi terkini mengenai Pengelolaan Keuangan Publik, Praktik Cerdas, dan Revitalisasi Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan Pembangunan di Kawasan Timur Indonesia. Agar dapat mengakomodir banyaknya artikel yang kami terima, kami menyediakan lebih banyak ruang dengan mengurangi halaman bilingual. Semoga wajah baru BaKTINews dapat membawa semangat baru juga bagi para pembaca untuk terus berinovasi bagi kemajuan pembangunan di KTI. Teruslah berbagi informasi bersama BaKTINews!
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BaKTI News Edisi 63

Vol. V Januari - Februari 2011 Edisi 63

Gerbang Emas

Sebuah Upaya Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Nusa Tenggara Barat

Mengarusutamakan Praktik Cerdas Green-PNPM

Menyiasati Tantangan Geografis Pegunungan Tengah Papua Dengan Teknologi Informasi & Komunikasi

Page 2: BaKTI News Edisi 63

erimakasih telah setia mengikuti dan mengkontribusikan artikel mengenai perkembangan pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Kami sangat senang karena setiap bulannya Tpermintaan berlangganan BaKTINews terus bertambah dan redaksi juga menerima banyak

sekali artikel dari berbagai pihak dan daerah di KTI. Karenanya kami semakin bersemangat untuk menampilkan yang terbaik bagi para pembaca.

Anda telah melihat beberapa perubahan pada edisi ini. Kami menyajikan beberapa rubrik baru dengan informasi terkini mengenai Pengelolaan Keuangan Publik, Praktik Cerdas, dan Revitalisasi Sektor P e n g e t a h u a n u n t u k K e b i j a k a n P e m b a n g u n a n d i K a w a s a n T i m u r Indonesia. Agar dapat mengakomodir banyaknya artikel yang kami terima, kami menyediakan lebih banyak ruang dengan mengurangi halaman bilingual.

Semoga wajah baru BaKTINews dapat membawa semangat baru juga bagi para pembaca untuk terus berinovasi bagi kemajuan pembangunan di KTI. Teruslah berbagi informasi bersama BaKTINews!

Pembaca BaKTINews yang terhormat,

Thank you for your support and contribution of articles on development issues in eastern Indonesia. We are happy that requests to subscribe to BaKTINews continue to increase and that we receive more and more articles each month from our readers throughout eastern Indonesia. As a result we are even more inspired to present the best to our readers.

You will see a number of changes in this edition of BaKTINews. We have created a number of new columns with up-to-date information on Public Finance Management, Smart Practices, and Revitalizing the Knowledge Sector in Eastern Indonesia. To accommodate the increased number of articles we receive, we will be decreasing the amount of bilingual content in BaKTINews. Only certain feature articles will be translated into English.

We hope that this change will be well received by our readers and infuse them with a spirit to continue to innovate for development in eastern Indonesia. Please continue sharing your information with BaKTINews!

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20111 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 2

DAFTAR ISI CONTENTS

Yayasan Jalarambang

3

5

7

8

9

12

13

14

17

18

19

21

25

27

Website Bulan ini Website of the Month

27

29 Profil LSM NGO Profile

30

Batukar.info Update

Kegiatan di BaKTI Events in BaKTI

EditorMILA SHWAIKO

VICTORIA NGANTUNG

Forum KTIZUSANNA GOSALITA MASITA IBNU

Events at BaKTISHERLY HEUMASSE

Website of the MonthSTEVENT FEBRIANDY

Database & NGO ProfileAFDHALIYANNA MA’RIFAH

WebsiteAKRAM ZAKARIA

Smart PracticesCHRISTY DESTA PRATAMA

Design Visual & LayoutICHSAN DJUNAID

Pertanyaan dan TanggapanRedaksi

JI. DR.Sutomo No.26Makassar 90113

P : 62-411-3650320-22F :62-411-3650323

SMS BaKTINews 085255776165E-mail: [email protected]

Anda juga bisa menjadi penggemar BaKTINews di Facebook :

www.facebook.com/yayasanbakti

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia.Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.

BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.org dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.

BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia [BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTJNews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTJNews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTJNews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTJNews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakri.org and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

Berkontribusi untuk BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang informasi program pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan,dan teknologi tepat guna dari berbagai kalangan dan daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000-1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris,ditulisdengan gaya populer. Artikel sebaiknya dilengkapi dengan foto-foto penunjang. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuksetiapartikel dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style. Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors ofBaKT/News will edit every article for reasons of space and style. BaKT/News does not provide payment to writers for articles.

Menjadi Pelanggan BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silakan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan ala mat pos yangjelas dan disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau SMS 085255776165. Bagi yang berdomisili di Makassar, kami menganjurkan Anda untuk dapat mengambil sendiri BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKT/News please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or SMS to 085255776165. For those living in Makassar,please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

Info BookSumarni Ariyanto

BaKTINews diterbitkan oleh Yayasan BaKTI dengan dukungan Pemerintah Australia dan Kanada. BaKTINews is published by The BaKTI Foundation with support of the Government of Australia and Canada.

Pandangan yang dikemukakan tak sepenuhnya mencerminkan pandangan Yayasan BaKTI maupun Pemerintah Australia dan Kanada.

The views expressed do not necessarily reflect the views ofYayasan BaKTI, the Australia Indonesia Partnership, the Australian Government, Canadian International Development Agency or the

Canadian Goverment.

Gerbang Emas

Sebuah Upaya Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Nusa Tenggara Barat

Pesisir, Di Saat Siklus Badai Dan Gelombang Yang Tidak Bersahabat Tiba

When The Unfriendly Storm And Wave Cycle Arrives In Coastal Regions

Kemitraan Antara Kelompok Nelayan Keramba Jaring Apung Dengan Lembaga Mina Karya Lestari di Polewali Mandar, Sulawesi Barat

Al GoreMelatih Presenter Penanganan Perubahan Iklim

Mengarusutamakan Praktik Cerdas Green-PNPMMainstreaming The Green PNPM Smart Practices

Menyiasati Tantangan Geografis Pegunungan Tengah Papua Dengan Teknologi Informasi & Komunikasi

Pengembangan Sektor Pengetahuan Untuk Kebijakan

Selamat Datang Program Kinerja USAID Di Sulsel

Peach Update

Workshop Dan Gathering Mitra Pembangunan Internasional Sulawesi Bersatu Hati Membangun Sulawesi

Peran Perempuan dan Anak Dalam Musrenbang di Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara

Butuh Kemauan Politik Kembangkan Energi Terbarukan

Membawa Pesan Praktik Cerdas: Dari Forum KTI Ke Penjuru KTISending the Messages of Smart Practices: From The EI Forum To The Corners of Eastern Iindonesia

Kemampuan Pasir, Arang Tempurung, Ijuk Dalam Kualitas Kimia Air Dan Fisik

Pada Daerah Aliran Sungai Tondano

Peluang

Wajah KTI

16

25

Opportunity

Face of EI

Lampu tenaga surya yang akan memudahkan anak-anak ini belajar di malam hari. Domi, seorang bocah Papua dari Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena bersama dua rekannya dengan bangga memamerkan lampu yang akan menemaninya belajar.

Harry Waromi, Kopernik MonitorFOTO SAMPUL

23

Page 3: BaKTI News Edisi 63

erimakasih telah setia mengikuti dan mengkontribusikan artikel mengenai perkembangan pembangunan Kawasan Timur Indonesia. Kami sangat senang karena setiap bulannya Tpermintaan berlangganan BaKTINews terus bertambah dan redaksi juga menerima banyak

sekali artikel dari berbagai pihak dan daerah di KTI. Karenanya kami semakin bersemangat untuk menampilkan yang terbaik bagi para pembaca.

Anda telah melihat beberapa perubahan pada edisi ini. Kami menyajikan beberapa rubrik baru dengan informasi terkini mengenai Pengelolaan Keuangan Publik, Praktik Cerdas, dan Revitalisasi Sektor P e n g e t a h u a n u n t u k K e b i j a k a n P e m b a n g u n a n d i K a w a s a n T i m u r Indonesia. Agar dapat mengakomodir banyaknya artikel yang kami terima, kami menyediakan lebih banyak ruang dengan mengurangi halaman bilingual.

Semoga wajah baru BaKTINews dapat membawa semangat baru juga bagi para pembaca untuk terus berinovasi bagi kemajuan pembangunan di KTI. Teruslah berbagi informasi bersama BaKTINews!

Pembaca BaKTINews yang terhormat,

Thank you for your support and contribution of articles on development issues in eastern Indonesia. We are happy that requests to subscribe to BaKTINews continue to increase and that we receive more and more articles each month from our readers throughout eastern Indonesia. As a result we are even more inspired to present the best to our readers.

You will see a number of changes in this edition of BaKTINews. We have created a number of new columns with up-to-date information on Public Finance Management, Smart Practices, and Revitalizing the Knowledge Sector in Eastern Indonesia. To accommodate the increased number of articles we receive, we will be decreasing the amount of bilingual content in BaKTINews. Only certain feature articles will be translated into English.

We hope that this change will be well received by our readers and infuse them with a spirit to continue to innovate for development in eastern Indonesia. Please continue sharing your information with BaKTINews!

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20111 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 2

DAFTAR ISI CONTENTS

Yayasan Jalarambang

3

5

7

8

9

12

13

14

17

18

19

21

25

27

Website Bulan ini Website of the Month

27

29 Profil LSM NGO Profile

30

Batukar.info Update

Kegiatan di BaKTI Events in BaKTI

EditorMILA SHWAIKO

VICTORIA NGANTUNG

Forum KTIZUSANNA GOSALITA MASITA IBNU

Events at BaKTISHERLY HEUMASSE

Website of the MonthSTEVENT FEBRIANDY

Database & NGO ProfileAFDHALIYANNA MA’RIFAH

WebsiteAKRAM ZAKARIA

Smart PracticesCHRISTY DESTA PRATAMA

Design Visual & LayoutICHSAN DJUNAID

Pertanyaan dan TanggapanRedaksi

JI. DR.Sutomo No.26Makassar 90113

P : 62-411-3650320-22F :62-411-3650323

SMS BaKTINews 085255776165E-mail: [email protected]

Anda juga bisa menjadi penggemar BaKTINews di Facebook :

www.facebook.com/yayasanbakti

BaKTINews adalah media pertukaran pengetahuan tentang pembangunan di Kawasan Timur lndonesia.Tujuan BaKTINews adalah mempromosikan praktik cerdas pembangunan dari berbagai daerah di Kawasan Timur Indonesia agar dapat diketahui oleh khalayak luas dan menginspirasi pelaku pembangunan di berbagai daerah dalam upaya menjawab berbagai tantangan pembangunan. BaKTINews terbit setiap bulan dalam dua bahasa, Indonesia dan lnggris, untuk memudahkan pembaca dalam mendapatkan informasi pembangunan dari Kawasan Timur Indonesia.

BaKTINews disirkulasi melalui pos kepada pembaca dengan target utama adalah para pelaku pembangunan yang berdomisili di daerah kepulauan dan daerah terpencil. Tidak dikenakan biaya apapun untuk berlangganan BaKTINews agar lebih banyak masyarakat yang dapat mengakses informasi pembangunan melalui majalah ini. Selain dalam bentuk cetak, BaKTINews juga dapat diakses di website BaKTI: www.bakti.org dan dikirimkan melalui email kepada pelanggan yang dapat mengakses internet.

BaKTINews dikelola oleh Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia [BaKTI). Seluruh artikel BaKTINews adalah kontribusi sukarela para pelaku pembangunan dari berbagai kalangan dan daerah yang ingin berbagi pengetahuan dengan khalayak luas.

BaKTINews is a knowledge exchange media platform for development issues in eastern Indonesia. BaKTINews aims to promote development smart practices from different regions in eastern Indonesia so that the practices become known to a wider audience and inspire development stakeholders in other regions in their efforts to answer development challenges. BaKTJNews is published monthly in two languages, Indonesian and English, to facilitate readers who don't understand indonesian to gain a better understanding of development in eastern Indonesia. BaKTJNews is sent by post to readers and rhe main target is development stakeholders living in isolated regions and island regions. BaKTJNews is provided free of charge so the development community can access relevant development information easily. BaKTJNews is also provided in an electronic version that can be accessed on www.bakri.org and can be sent electronically to subscribers with internet access. BaKTINews is managed by the Eastern Indonesia Knowledge Exchange (BaKTI). All articles are contributed voluntarily by development stakeholders from different areas in eastern Indonesia who wish to share their information with a wider audience.

Berkontribusi untuk BaKTINews

BaKTINews menerima artikel tentang informasi program pembangunan, pembelajaran dari suatu kegiatan, praktik cerdas pembangunan, hasil-hasil penelitian yang dapat diaplikasikan,dan teknologi tepat guna dari berbagai kalangan dan daerah di Kawasan Timur Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua). Panjang artikel adalah 1.000-1.100 kata,menggunakan Bahasa Indonesia maupun lnggris,ditulisdengan gaya populer. Artikel sebaiknya dilengkapi dengan foto-foto penunjang. Tim editor BaKTINews akan melakukan edit terhadap setiap artikel yang akan dimuat untuk kesesuaian tempat dan gaya bahasa. Redaksi BaKTINews tidak memberikan imbalan kepada penulis untuksetiapartikel dimuat.

BaKTINews accepts articles about development programs, lessons learnt from an activity, development smart practices, research results that can be applied, and applied technology from different stakeholders and regions in eastern Indonesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, and Papua). Articles should be 1,000-1, 100 words, in either Indonesian or English, and written in a popular style. Articles should also be sent with photos that illustrate the article. The editors ofBaKT/News will edit every article for reasons of space and style. BaKT/News does not provide payment to writers for articles.

Menjadi Pelanggan BaKTINews Subscribing to BaKTINews

Untuk berlangganan BaKTINews, silakan mengirimkan data diri anda (organisasi, posisi, nomor HP, alamat email) lengkap dengan ala mat pos yangjelas dan disertai dengan kode pos melalui email [email protected] atau SMS 085255776165. Bagi yang berdomisili di Makassar, kami menganjurkan Anda untuk dapat mengambil sendiri BaKTINews di Display Corner Gedung BaKTI pada setiap hari kerja.

To subscribe to BaKT/News please send us your full contacts details (including organization. position, HP number and email address) with full postal address to [email protected] or SMS to 085255776165. For those living in Makassar,please stop by the BaKTI office and pick up your copy from the display corner from Monday to Friday.

Info BookSumarni Ariyanto

BaKTINews diterbitkan oleh Yayasan BaKTI dengan dukungan Pemerintah Australia dan Kanada. BaKTINews is published by The BaKTI Foundation with support of the Government of Australia and Canada.

Pandangan yang dikemukakan tak sepenuhnya mencerminkan pandangan Yayasan BaKTI maupun Pemerintah Australia dan Kanada.

The views expressed do not necessarily reflect the views ofYayasan BaKTI, the Australia Indonesia Partnership, the Australian Government, Canadian International Development Agency or the

Canadian Goverment.

Gerbang Emas

Sebuah Upaya Revitalisasi Komoditas Unggulan Perkebunan Nusa Tenggara Barat

Pesisir, Di Saat Siklus Badai Dan Gelombang Yang Tidak Bersahabat Tiba

When The Unfriendly Storm And Wave Cycle Arrives In Coastal Regions

Kemitraan Antara Kelompok Nelayan Keramba Jaring Apung Dengan Lembaga Mina Karya Lestari di Polewali Mandar, Sulawesi Barat

Al GoreMelatih Presenter Penanganan Perubahan Iklim

Mengarusutamakan Praktik Cerdas Green-PNPMMainstreaming The Green PNPM Smart Practices

Menyiasati Tantangan Geografis Pegunungan Tengah Papua Dengan Teknologi Informasi & Komunikasi

Pengembangan Sektor Pengetahuan Untuk Kebijakan

Selamat Datang Program Kinerja USAID Di Sulsel

Peach Update

Workshop Dan Gathering Mitra Pembangunan Internasional Sulawesi Bersatu Hati Membangun Sulawesi

Peran Perempuan dan Anak Dalam Musrenbang di Kecamatan Bikomi Utara, Kabupaten Timor Tengah Utara

Butuh Kemauan Politik Kembangkan Energi Terbarukan

Membawa Pesan Praktik Cerdas: Dari Forum KTI Ke Penjuru KTISending the Messages of Smart Practices: From The EI Forum To The Corners of Eastern Iindonesia

Kemampuan Pasir, Arang Tempurung, Ijuk Dalam Kualitas Kimia Air Dan Fisik

Pada Daerah Aliran Sungai Tondano

Peluang

Wajah KTI

16

25

Opportunity

Face of EI

Lampu tenaga surya yang akan memudahkan anak-anak ini belajar di malam hari. Domi, seorang bocah Papua dari Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena bersama dua rekannya dengan bangga memamerkan lampu yang akan menemaninya belajar.

Harry Waromi, Kopernik MonitorFOTO SAMPUL

23

Page 4: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20113 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 4

ulisan ini diilhami oleh sebuah oleh buku yang ditulis Profesor Rudi Wibowo yang membahas revitalisasi Tkomoditas unggulan perkebunan Jawa Timur. Dalam

buku itu Profesor Wibowo menekankan bahwa pada dasarnya semua provinsi di Indonesia memiliki potensi yang sama di dalam bidang perkebunan karena sumberdaya lahan dan plasma nutfahnya luar biasa kaya.

Saat ini provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) didominasi oleh lahan kering. Ini merupakan potensi yang besar untuk

mengembangkan usaha perkebunan. Betapa tidak, dari total luas daratan di provinsi ini 2.015.315 hektar, sekitar 83,25% di antaranya adalah lahan kering yang terdiri atas lahan hutan 1.057.054 ha, lahan pertanian 395.118 ha, semak 117.996 ha, padang rumput 72.694 ha, alang-alang 4.024 ha, dan perkampungan 26.066 ha, dan penggunaan lahan lainnya 28693 Penulis adalah petani yang berasal dari Lombok, dapat dihubungi di [email protected]

Oleh Maharani

ha. Selebihnya merupakan lahan basah seperti sawah beririgasi 94.741 ha, perikanan 6.996 ha, embung/waduk 4.322 ha, dan danau 1.755 ha (Bappeda NTB, 2003).

Menyadari potensi pengembangan lahan kering di NTB yang cukup besar, terutama potensinya bagi pengembangan keanekaragaman komoditi pangan, industri, dan ekspor, ditambah dengan fakta tentang banyaknya kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami masyarakat yang bermukim di lahan kering, pemerintah provinsi NTB melansir Gerakan

Pembangunan Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas). Program ini memprioritaskan lahan kering sebagai salah satu bidang unggulan pembangunan dengan harapan, pemanfaatan optimal lahan kering dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan m e m b a w a t r i c l e d o w n e f f e c t t e r h a d a p perkembangan dan laju pembangunan dalam bidang-bidang lain di seluruh wilayah provinsi NTB ini.

Sektor perkebunan memang menjadi bagian penting kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Barat. Akan tetapi hanya beberapa komoditas saja yang dianggap penting, seperti kopi, kakao, tembakau. Akibatnya strategi pengembangan perkebunan masih berfokus pada komoditas tertentu s a j a t a n p a a d a u p a y a u n t u k m e n c o b a mengembangkan beberapa komoditas lain yang juga berpotensi.

Untuk mengoptimalkan pembangunan di bidang perkebunan, diperlukan gerakan yang menyeluruh dan strategi yang tuntas dari hulu sampai hilir. Penanganan pada sektor hulu perlu berfokus pada peningkatan produksi, penguatan kelembagaan, dan penanganan infrastruktur yang berkaitan dengan teknologi pengolahan. Dengan kata lain yang menjadi landasan menyeluruh dari strategi ini adalah konsolidasi kelembagaan dan tata nilai, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berinteraksi secara positif dan dinamis (Wibowo, 2007).S a t u p e n d e k a t a n p e n t i n g l a i n ny a d a l a m pembangunan perkebunan adalah melalui kegiatan agribisnis yang berorientasi pada peningkatan daya saing, pengembangan usaha ekonomi rakyat yang berkelanjutan, serta dilaksanakan dalam kerangka otonomi untuk memperkuat perekonomian daerah. Secara umum sistem agribisnis mencakup subsistem mulai dari pemasok sarana produksi, usaha pertanian (farming), pengolahan, hingga pemasaran (Baga, 2003). Untuk menunjang eksistensi subsistem agribisnis, diperlukan dukungan penelitian dan pengembangan, informasi, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, konsultasi, asuransi, dan regulasi.

Inovasi teknologi mutlak diperlukan dalam upaya memacu pengembangan sistem agribisnis.

Terkait hal tersebut, terdapat dua desain model inovasi, yaitu model introduksi dan model renovasi (Badan Litbang Pertanian, 2004a). Model introduksi adalah rancangan agribisnis teknologi berikut subsistem pendukungnya. Model ini mengakomodasi inovasi teknologi yang memerlukan rancangan model agribisnis yang baru pula. Sementara itu, model renovasi merupakan

penyempurnaan dari model agribisnis yang ada, sehingga mencerminkan suatu revitalisasi inovasi.

Prinsip dasar dari model pertama ini adalah bersifat penyelidikan kembali (reinventing system) terhadap usaha agribisnis yang ada melalui reformasi sistem, usaha, pelayanan publik, dan kelembagaan. Prinsip dasar berikutnya adalah renovasi dan revitalisasi teknologi dan kelembagaan. Melalui kedua prinsip dasar tersebut, diharapkan inovasi dapat diadopsi oleh masyarakat.

O t o n o m i d a e r a h m e m b e r i d a m p a k t e r h a d a p perkembangan model introduksi dengan adanya tumpang tindih aturan antara pemerintah pusat dan daerah, tidak hanya pada sektor perkebunan saja namun pada semua sektor. Bustanul Arifin (2010) juga menegaskan ketidakpaduan peraturan pemerintah pusat dan daerah turut menyebabkan antiklimaks pembangunan industri hilir.

Kondisi tersebut di atas memerlukan perhatian khusus, baik dalam jangka waktu menengah maupun panjang. Pada kondisi semacam ini, lembaga pembiayaan perbankan dan non-bank menjadi salah satu motor penggerak pengembangan industri hilir perkebunan ke depan.

Selain input teknologi, kebijakan yang menunjang revitalisasi sektor perkebunan di NTB juga mutlak diperlukan. Menurut Wibowo (2007) kebijakan dan strategi yang harus ada dalam revitalisasi perkebunan yaitu kebijakan dan strategi untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan daya saing, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, menjaga kelestraian lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Kebijakan dan strategi operasional yang sangat diperlukan seperti

PERTANIAN AGRICULTURE

investasi dan pembiayaan, manajemen pertanahan dan tata ruang, infrastruktur, sumberdaya manusia, riset dan teknologi, kebijakan perdagangan yang adil dan transparan, promosi dan pemasaran, perpajakan dan retribusi, dukungan langsung bagi petani-pekebun dan agroindustrialisasi pedesaan.

Jika selama ini perhatian Pemerintah Provinsi NTB hanya diberikan pada beberapa komoditas unggulan saja, maka diperlukan kebijakan yang dapat mendukung pengembangan komoditas perkebunan lainnya agar dapat terus meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu juga diperlukan kebijakan-kebijakan untuk mendorong kelembagaan publik di bidang perkebunan utamanya yang mencakup dalam lingkup perekonomian yang inklusif dengan kesejahtraan masyarakat.Upaya nyata dari pemerintah adalah faktor penenti keberhasilan revitalisasi sektor perkebunan di NTB. Sinergi antar berbagai sektor dan badan pemerintah sangat diperlukan dalam mengembangkan sektor perkebunan ini. Sebaiknya semua pihak dapat saring rangkul jika memang ingin NTB lebih maju lagi dan berdaya saing.

Seperti yang ditulis oleh Wilson Therik (2010), perusahaan daerah perlu berada di garis depan, dengan dukungan koperasi komoditi di belakangnya. Investor berskala menengah dan besar dipersilakan berinvestasi agar tercipta daya saing yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan daerah dan koperasi. Tidak hanya pada sektor perkebunan, pada sektor lainnya investor selayaknya dipandang sebagai teman yang perlu dirangkul untuk menguatkan barisan pembangunan daerah. Pengembangan sektor perkebunan adalah tanggung jawab bersama.

saranaproduksi usaha pertanian

pengolahan pemasaran

Tanaman Pangan,Holtikultura PenangananPerkebunan, Perikanan,Peternakan, dan Kehutanan

pupuk, pestisida, mesin,peralatan, benih/pakaian,dan transportasi

Seleksi, Penanganan Pengelolaan,

pengemasan & pengimpanan

iklan, promosi,negosiasi dan distribusi

penelitian dan pengembangan, informasi, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, konsultasi, asuransi, dan regulasi

Sistem Agribisnis di Indonesia (Baga, 2003)

Page 5: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20113 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 4

ulisan ini diilhami oleh sebuah oleh buku yang ditulis Profesor Rudi Wibowo yang membahas revitalisasi Tkomoditas unggulan perkebunan Jawa Timur. Dalam

buku itu Profesor Wibowo menekankan bahwa pada dasarnya semua provinsi di Indonesia memiliki potensi yang sama di dalam bidang perkebunan karena sumberdaya lahan dan plasma nutfahnya luar biasa kaya.

Saat ini provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) didominasi oleh lahan kering. Ini merupakan potensi yang besar untuk

mengembangkan usaha perkebunan. Betapa tidak, dari total luas daratan di provinsi ini 2.015.315 hektar, sekitar 83,25% di antaranya adalah lahan kering yang terdiri atas lahan hutan 1.057.054 ha, lahan pertanian 395.118 ha, semak 117.996 ha, padang rumput 72.694 ha, alang-alang 4.024 ha, dan perkampungan 26.066 ha, dan penggunaan lahan lainnya 28693 Penulis adalah petani yang berasal dari Lombok, dapat dihubungi di [email protected]

Oleh Maharani

ha. Selebihnya merupakan lahan basah seperti sawah beririgasi 94.741 ha, perikanan 6.996 ha, embung/waduk 4.322 ha, dan danau 1.755 ha (Bappeda NTB, 2003).

Menyadari potensi pengembangan lahan kering di NTB yang cukup besar, terutama potensinya bagi pengembangan keanekaragaman komoditi pangan, industri, dan ekspor, ditambah dengan fakta tentang banyaknya kemiskinan dan keterbelakangan yang dialami masyarakat yang bermukim di lahan kering, pemerintah provinsi NTB melansir Gerakan

Pembangunan Ekonomi Masyarakat (Gerbang Emas). Program ini memprioritaskan lahan kering sebagai salah satu bidang unggulan pembangunan dengan harapan, pemanfaatan optimal lahan kering dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan m e m b a w a t r i c l e d o w n e f f e c t t e r h a d a p perkembangan dan laju pembangunan dalam bidang-bidang lain di seluruh wilayah provinsi NTB ini.

Sektor perkebunan memang menjadi bagian penting kehidupan masyarakat di Nusa Tenggara Barat. Akan tetapi hanya beberapa komoditas saja yang dianggap penting, seperti kopi, kakao, tembakau. Akibatnya strategi pengembangan perkebunan masih berfokus pada komoditas tertentu s a j a t a n p a a d a u p a y a u n t u k m e n c o b a mengembangkan beberapa komoditas lain yang juga berpotensi.

Untuk mengoptimalkan pembangunan di bidang perkebunan, diperlukan gerakan yang menyeluruh dan strategi yang tuntas dari hulu sampai hilir. Penanganan pada sektor hulu perlu berfokus pada peningkatan produksi, penguatan kelembagaan, dan penanganan infrastruktur yang berkaitan dengan teknologi pengolahan. Dengan kata lain yang menjadi landasan menyeluruh dari strategi ini adalah konsolidasi kelembagaan dan tata nilai, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia, serta ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berinteraksi secara positif dan dinamis (Wibowo, 2007).S a t u p e n d e k a t a n p e n t i n g l a i n ny a d a l a m pembangunan perkebunan adalah melalui kegiatan agribisnis yang berorientasi pada peningkatan daya saing, pengembangan usaha ekonomi rakyat yang berkelanjutan, serta dilaksanakan dalam kerangka otonomi untuk memperkuat perekonomian daerah. Secara umum sistem agribisnis mencakup subsistem mulai dari pemasok sarana produksi, usaha pertanian (farming), pengolahan, hingga pemasaran (Baga, 2003). Untuk menunjang eksistensi subsistem agribisnis, diperlukan dukungan penelitian dan pengembangan, informasi, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, konsultasi, asuransi, dan regulasi.

Inovasi teknologi mutlak diperlukan dalam upaya memacu pengembangan sistem agribisnis.

Terkait hal tersebut, terdapat dua desain model inovasi, yaitu model introduksi dan model renovasi (Badan Litbang Pertanian, 2004a). Model introduksi adalah rancangan agribisnis teknologi berikut subsistem pendukungnya. Model ini mengakomodasi inovasi teknologi yang memerlukan rancangan model agribisnis yang baru pula. Sementara itu, model renovasi merupakan

penyempurnaan dari model agribisnis yang ada, sehingga mencerminkan suatu revitalisasi inovasi.

Prinsip dasar dari model pertama ini adalah bersifat penyelidikan kembali (reinventing system) terhadap usaha agribisnis yang ada melalui reformasi sistem, usaha, pelayanan publik, dan kelembagaan. Prinsip dasar berikutnya adalah renovasi dan revitalisasi teknologi dan kelembagaan. Melalui kedua prinsip dasar tersebut, diharapkan inovasi dapat diadopsi oleh masyarakat.

O t o n o m i d a e r a h m e m b e r i d a m p a k t e r h a d a p perkembangan model introduksi dengan adanya tumpang tindih aturan antara pemerintah pusat dan daerah, tidak hanya pada sektor perkebunan saja namun pada semua sektor. Bustanul Arifin (2010) juga menegaskan ketidakpaduan peraturan pemerintah pusat dan daerah turut menyebabkan antiklimaks pembangunan industri hilir.

Kondisi tersebut di atas memerlukan perhatian khusus, baik dalam jangka waktu menengah maupun panjang. Pada kondisi semacam ini, lembaga pembiayaan perbankan dan non-bank menjadi salah satu motor penggerak pengembangan industri hilir perkebunan ke depan.

Selain input teknologi, kebijakan yang menunjang revitalisasi sektor perkebunan di NTB juga mutlak diperlukan. Menurut Wibowo (2007) kebijakan dan strategi yang harus ada dalam revitalisasi perkebunan yaitu kebijakan dan strategi untuk mengurangi kemiskinan, meningkatkan daya saing, meningkatkan produktivitas dan nilai tambah, menjaga kelestraian lingkungan hidup dan sumberdaya alam. Kebijakan dan strategi operasional yang sangat diperlukan seperti

PERTANIAN AGRICULTURE

investasi dan pembiayaan, manajemen pertanahan dan tata ruang, infrastruktur, sumberdaya manusia, riset dan teknologi, kebijakan perdagangan yang adil dan transparan, promosi dan pemasaran, perpajakan dan retribusi, dukungan langsung bagi petani-pekebun dan agroindustrialisasi pedesaan.

Jika selama ini perhatian Pemerintah Provinsi NTB hanya diberikan pada beberapa komoditas unggulan saja, maka diperlukan kebijakan yang dapat mendukung pengembangan komoditas perkebunan lainnya agar dapat terus meningkatkan perekonomian masyarakat. Selain itu juga diperlukan kebijakan-kebijakan untuk mendorong kelembagaan publik di bidang perkebunan utamanya yang mencakup dalam lingkup perekonomian yang inklusif dengan kesejahtraan masyarakat.Upaya nyata dari pemerintah adalah faktor penenti keberhasilan revitalisasi sektor perkebunan di NTB. Sinergi antar berbagai sektor dan badan pemerintah sangat diperlukan dalam mengembangkan sektor perkebunan ini. Sebaiknya semua pihak dapat saring rangkul jika memang ingin NTB lebih maju lagi dan berdaya saing.

Seperti yang ditulis oleh Wilson Therik (2010), perusahaan daerah perlu berada di garis depan, dengan dukungan koperasi komoditi di belakangnya. Investor berskala menengah dan besar dipersilakan berinvestasi agar tercipta daya saing yang dapat meningkatkan kinerja perusahaan daerah dan koperasi. Tidak hanya pada sektor perkebunan, pada sektor lainnya investor selayaknya dipandang sebagai teman yang perlu dirangkul untuk menguatkan barisan pembangunan daerah. Pengembangan sektor perkebunan adalah tanggung jawab bersama.

saranaproduksi usaha pertanian

pengolahan pemasaran

Tanaman Pangan,Holtikultura PenangananPerkebunan, Perikanan,Peternakan, dan Kehutanan

pupuk, pestisida, mesin,peralatan, benih/pakaian,dan transportasi

Seleksi, Penanganan Pengelolaan,

pengemasan & pengimpanan

iklan, promosi,negosiasi dan distribusi

penelitian dan pengembangan, informasi, pendidikan, pelatihan, penyuluhan, konsultasi, asuransi, dan regulasi

Sistem Agribisnis di Indonesia (Baga, 2003)

Page 6: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20115 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 6

PESISIR, DI SAAT SIKLUS BADAI DAN GELOMBANG YANG TIDAK

BERSAHABAT TIBA

Oleh Medy Ompi

WHEN THE UNFRIENDLY ARRIVES IN COASTAL REGIONS

STORM AND WAVE CYCLE

Salah satu langkah yang perlu diambil dalam aktivitas pembangunan di pesisir dan pulau-pulau adalah mempertimbangkan lokasi-lokasi yang rentan terhadap badai dan gelombang. Penerapan pembatasan ataupun larangan pembangunan di daerah-daerah yang rentan ini juga perlu dilakukan di daerah pegunungan khususnya pada daerah yang rentan mengalami longsor. Selain itu bangunan yang telah berada pada daerah yang rentan perlu memiliki konstruksi yang tahan terhadap terpaan gelombang. Bangunan yang berada dekat daerah rentan sedapat mungkin adalah bangunan yang mudah dipindahkan (knock down) System evakuasi dan tanggap bencana juga mutlak diperlukan di daerah pesisir yang rentan terpaan badai dan gelombang. Ini sangat penting dan dibutuhkan terutama pada daerah-daerah populasi penduduknya terus menigkat.

Pembangunan pelindung pantai seperti dinding beton, penumpukan batuan, dan pemecah gelombang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif untuk melindungi pantai dari pengikisan pantai serta resiko lainnya. Namun demikian ada dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh adanya konstruksi pelindung-pelindung tersebut, seperti arus balik yang ditimbulkan dapat menggali lebih dalam dan membawa pasir yang ada jauh dari tempat awal, sehingga dapat membuat pantai tersebut menjadi lebih dalam.

Gelombang-gelombang yang datang tidak searah ataupun severtikal dengan pantai juga dapat terus memacu pengikisan, terlebih pada tempat-tempat yang tidak memiliki pelindung. Dengan demikian diperlukan perlakuan lain seperti dengan membuat semacam saluran dan penyediaan tempat-tempat bebas aktivitas manusia, yang memungkinkan gelombang laut melepaskan energinya. Diperlukan beberapa langkah lain, seperti konstruksi pelindung yang tidak hanya dapat menahan materi-materi pengikisan untuk tetap terendap di daerah tersebut, tetapi juga memperkecil pengikisan di daerah ini. Memang biaya yang diperlukan untuk membangun ini tidaklah sedikit dan dapat membuat pantai kita terlihat tidak alamiah.

Untuk menghindari efek-efek negatif yang berkepanjangan, maka pembatasan aktivitas-aktivitas, pembuatan konstruksi-konstruksi pelindung pantai, konstruksi bangunan yang tahan badai gelombang, serta mobilitas suatu bangunan, sepertinya belum memadai. Khusus bagi daerah-daerah yang beresiko berbahaya saat badai yang disertai dengan naiknya air laut, serta yang rentan mengalami pengikisan, relokasi aktivitas pembangunan perlu dipertimbangkan. Dalam kondisi ini, kita perlu memahami akan perlunya ruang yang bebas bangunan, sebagai kawasan alami di sepanjang pantai.

Jarak daerah bebas bangunan dari pantai ke arah daratan bervariasi menurut rata-rata tinggi pasang surut, gelombang, ataupun rata-rata pengikisan sepanjang tahun. Garis hijau dapat menjadi pelindung utama bagi daerah-daerah yang rentan terkena gelombang dan badai, khususnya pada pesisir dengan teluk, selat, dan pulau-pulau, memiliki ragam ekosistem seperti karang, manggrove, serta payau.

Ekosistem karang dan mangrove yang menjadi garis hijau yang mestinya melindungi populasi penduduk pesisir dari bencana alam, justru terus menerus mengalami kerusakan. Di sulawesi Utara, hanya 5-10% wilayah perairannya yang masih memiliki terumbu karang dengan kondisi sangat baik. Lahan-lahan mangrove, baik yang ada di pesisir maupun di kepulauan, terus dieksploitasi. Saat badai dan gelombang, penduduk daerah pesisir dan kepulauan yang pantainya tetap dilindungi mangrove dan terumbu karangnya baik, boleh berlega hati dan merasa lebih aman dari badai dan hempasan gelombang.

Menjaga dan merehabilitasi ekosistem mangrove dan karang harus dilakukan. Kita perlu memanfaatkan teknologi dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, dan budaya lokal. Ini dapat meningkatkan keberhasilan merehabilitasi ekosistem-ekosistem ini. Kebutuhan ruang untuk ragam aktivitas memacu kita untuk menetap di daerah pesisir dan bersinggungan langsung dengan perairan tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang dapat terjadi. Mewaspadai dan mengantisipasi berbagai tantangan hidup di daerah pesisir dengan memahami dinamika alam pesisir dan pulau-pulau dapat membantu kita menentukan solusi dalam mengambil langkah-langkah yang tepat bagi pembangunan di daerah pesisir. Dengan demikian kita dapat memperkecil kegaduhan, kerisauan, terlebih kerugian saat alam laut menunjukkan salah satu karakteristiknya pada siklus yang tidak bersahabat.

One such step is the identification of vulnerable locations when planning development activities in coastal regions and islands. Establishing boundaries or even bans on development of vulnerable areas is needed and should also be implemented in mountainous areas vulnerable to landslides. Buildings in these regions should also be built so they are storm ‘proof’. Buildings in the vicinity should be easily moveable or collapsible. A evacuation system is absolutely needed in vulnerable areas, especially in areas where the population is growing.

Protective beach structures such as walls, rock piles and wave breakers can all be weighed as alternatives for coastal and erosion protection. There are also other effects that should be considered if these protective measures are taken, such as the effect on currents, which can reverse and go deeper and carry sand further away, therefore making the water deeper.

Waves that come at an angle, or vertically, will also cause erosion, especially in unprotected areas. Therefore, perhaps a canal or an area free of human activity can be considered to ensure the waves have a place to expend energy. Protective structures can not only ensure eroded material stays in the area but also can reduce the amount being eroded. However, the amount of money needed for this sort of construction is not insignificant and the structures can also disturb the natural beauty of a beach.

To avoid long-term negative effects, limitation of activity, protective structures on the beach, storm-proof construction, and building mobile structures, is not sufficient. Especially for regions prone to storm-related flooding and erosion, relocation of activities should be considered. We need to understand the need for development-free areas or nature zones along the coasts.

The distance of buildings from the beach varies, depending on the height of the tides, waves and the rate of erosion each year. The green line can be the first line of defense for vulnerable regions, especially in places with bays, straits, and on islands, each with diverse ecosystems, including coral, mangroves and brackish areas.

Coral and mangrove ecosystems are green areas which should protect the coastal populations from natural disasters but are constantly being damaged. In North Sulawesi, only 5-10% of marine areas still have coral in very good condition. Mangroves, in coastal and island regions, are being exploited. People living in coastal areas and islands protected by reefs and mangroves should be relieved and feel safer during storms and wave season.

Efforts to guard and rehabilitate mangrove and coral ecosystems must be undertaken. We need to use technology wisely but take into account local cultural and environmental conditions. This can boost the success of rehabilitation efforts.

The need for space drives us to settle in coastal areas without weighing the risks. Being alert and anticipating the obstacles of coastal regions by understanding the dynamics of coastal and islands regions can help us find solutions and take appropriate steps for coastal development. With this we can reduce erosion and damage caused by the ocean when it enters an unfriendly part of its cycle.

PEMBANGUNAN DAERAH REGIONAL DEVELOPMENT

udah tak asing lagi bagi masyarakat pesisir mengalami berbagai tantangan yang disebabkan oleh beragam aktivitas di antaranya gelombang dan badai sebagai bagian dari proses-proses alamiah. S

Menjadi pemandangan yang indah dan menyejukkan jika air laut begitu tenang dengan angin yang sepoi-sepoi, namun sebaliknya angin yang bertiup dengan keras serta gelombang yang tinggi terasa sangat tidak menyenangkan yang terjadi di pesisir kita. Adanya siklus angin yang bertiup dengan kuat yang disertai dengan badai di Sulawesi Utara biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari.

Tingginya aktivitas di wilayah pesisir, seperti juga yang di kepulauan, saat angin yang bertiup dengan kuat disertai dengan tingginya gelombang, yang menghempas ke pantai, tidak hanya dapat menghentikan aktivitas yang ada di pesisir, tetapi secara bersamaan dapat menghancurkan pembangunan yang ada di daerah-daerah ini. Badai dan gelombang ini adalah suatu fenomena alam, yang dapat terjadi secara musiman.

Badai disertai dengan gelombang ini berakibat pada naiknya air laut ke daerah-daerah pemukiman yang tinggi permukaan daratannya hampir sama dengan ketinggian air laut, ataupun menerpa ragam aktivitas yang berhubungan langsung dengan perairan. Terpaan gelombang dan banjir ini tidak hanya merusak pemukiman-pemukiman yang ada, tetapi juga menyebabkan kerugian bagi penduduk yang tinggal di wilayah ini. Badai yang terjadi pada Desember 2008 hingga Februari 2009 telah merusak beberapa bangunan yang berada di pantai Kalasei, Kabupaten Minahasa, di Sulawesi Utara. Kerusakan bangunan terjadi juga di sepanjang pantai Desa Matani, Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Belang Kabupaten Minahasa Tenggara, serta Tagulandang, Kabupaten Sitaro, pada waktu yang bersamaan.

Fenomena alam yang tidak kalah pentingnya yang biasa terjadi di pesisir adalah adanya penambahan, pengecilan, ataupun hilangnya lahan sebagai akibat dari interaksi yang kompleks di antara angin, gelombang, dan juga transportasi materi di daerah pesisir. Sistem gelombang yang menyebabkan adanya arus sepanjang pantai adalah gelombang yang mendekati pantai dengan sudut yang tidak horisonatal dan juga vertikal. Pergerakan massa air ini dapat menyebabkan pengikisan daratan atau penambahan daratan, dan dapat dikurangi dengan kehadiran pemecah gelombang yang dibangun di pantai.

Kita perlu memahami dinamika daerah pesisir, agar dapat menjadikannya sebagai bagian penting dalam beraktivitas, dan mengurangi kerusakan yang dapat terjadi masa yang akan datang. Diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi apa yang dapat terjadi di siklus badai dan gelombang yang tidak bersahabat di masa-masa yang akan datang.

It’s well known that coastal communities experience many challenges directly caused by storms and waves and other natural processes. The views by the seaside are beautiful and it’s cool with gentle breezes when the sea is calm , but when the wind blows hard and the waves are big, it’s not pleasant for those on our coasts. The strong wind and storm cycle in Sulawesi Utara falls in the months of December and February.

There is a high level of activity on the coast and the islands; when the wind and waves arrive they don’t only affect these activities but also damage existing development in these regions. Tropical storms and waves are natural phenomena that occur seasonally.

The storms and the waves raise the level of water in settled areas, which are usually at sea level, and directly affect water-related activities. The waves and floods don’t only damage houses but also cost the residents of these areas greatly. The storms between December 2008 and February 2009 destroyed buildings on Kalasei Beach, Minahasa District, Sulawesi Utara. The damage also occurred along the beaches of Matani, Amurang, in Minahasa Selatan District, Belang in Minahasa Tenggara District, and Tagulandang, in Sitaro District, at the same time.

A natural phenomenon of similar importance that occurs in coastal areas is the addition, reduction, or loss of land as a result of the complex interaction between wind, waves, and as a result of excavation and extraction of materials from coastal areas.

The wave system that can cause a beach-long current is one that approaches a beach from a non-horizontal angle and is also vertical. This mass movement of water causes land erosion or deposit and can be decreased by installing breakers .

We need to understand the dynamics of coastal regions in order to include them in our activities and reduce damage that will occur in the future. Steps are needed to anticipate the storm and wave cycle in the future.

Penulis adalah staff Laboratori Biologi Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu kelautanUniversitas Sam Ratulangi, Manado/ The writer is a staff member of the Marine Biology Laboratory, Marine and Fisheries Faculty, Sam Ratulangi University, Manado. email : [email protected]

PESISIR, DI SAAT SIKLUS BADAI DAN GELOMBANG YANG TIDAK

BERSAHABAT TIBA

Page 7: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20115 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 6

PESISIR, DI SAAT SIKLUS BADAI DAN GELOMBANG YANG TIDAK

BERSAHABAT TIBA

Oleh Medy Ompi

WHEN THE UNFRIENDLY ARRIVES IN COASTAL REGIONS

STORM AND WAVE CYCLE

Salah satu langkah yang perlu diambil dalam aktivitas pembangunan di pesisir dan pulau-pulau adalah mempertimbangkan lokasi-lokasi yang rentan terhadap badai dan gelombang. Penerapan pembatasan ataupun larangan pembangunan di daerah-daerah yang rentan ini juga perlu dilakukan di daerah pegunungan khususnya pada daerah yang rentan mengalami longsor. Selain itu bangunan yang telah berada pada daerah yang rentan perlu memiliki konstruksi yang tahan terhadap terpaan gelombang. Bangunan yang berada dekat daerah rentan sedapat mungkin adalah bangunan yang mudah dipindahkan (knock down) System evakuasi dan tanggap bencana juga mutlak diperlukan di daerah pesisir yang rentan terpaan badai dan gelombang. Ini sangat penting dan dibutuhkan terutama pada daerah-daerah populasi penduduknya terus menigkat.

Pembangunan pelindung pantai seperti dinding beton, penumpukan batuan, dan pemecah gelombang dapat dipertimbangkan sebagai alternatif-alternatif untuk melindungi pantai dari pengikisan pantai serta resiko lainnya. Namun demikian ada dampak lain yang dapat ditimbulkan oleh adanya konstruksi pelindung-pelindung tersebut, seperti arus balik yang ditimbulkan dapat menggali lebih dalam dan membawa pasir yang ada jauh dari tempat awal, sehingga dapat membuat pantai tersebut menjadi lebih dalam.

Gelombang-gelombang yang datang tidak searah ataupun severtikal dengan pantai juga dapat terus memacu pengikisan, terlebih pada tempat-tempat yang tidak memiliki pelindung. Dengan demikian diperlukan perlakuan lain seperti dengan membuat semacam saluran dan penyediaan tempat-tempat bebas aktivitas manusia, yang memungkinkan gelombang laut melepaskan energinya. Diperlukan beberapa langkah lain, seperti konstruksi pelindung yang tidak hanya dapat menahan materi-materi pengikisan untuk tetap terendap di daerah tersebut, tetapi juga memperkecil pengikisan di daerah ini. Memang biaya yang diperlukan untuk membangun ini tidaklah sedikit dan dapat membuat pantai kita terlihat tidak alamiah.

Untuk menghindari efek-efek negatif yang berkepanjangan, maka pembatasan aktivitas-aktivitas, pembuatan konstruksi-konstruksi pelindung pantai, konstruksi bangunan yang tahan badai gelombang, serta mobilitas suatu bangunan, sepertinya belum memadai. Khusus bagi daerah-daerah yang beresiko berbahaya saat badai yang disertai dengan naiknya air laut, serta yang rentan mengalami pengikisan, relokasi aktivitas pembangunan perlu dipertimbangkan. Dalam kondisi ini, kita perlu memahami akan perlunya ruang yang bebas bangunan, sebagai kawasan alami di sepanjang pantai.

Jarak daerah bebas bangunan dari pantai ke arah daratan bervariasi menurut rata-rata tinggi pasang surut, gelombang, ataupun rata-rata pengikisan sepanjang tahun. Garis hijau dapat menjadi pelindung utama bagi daerah-daerah yang rentan terkena gelombang dan badai, khususnya pada pesisir dengan teluk, selat, dan pulau-pulau, memiliki ragam ekosistem seperti karang, manggrove, serta payau.

Ekosistem karang dan mangrove yang menjadi garis hijau yang mestinya melindungi populasi penduduk pesisir dari bencana alam, justru terus menerus mengalami kerusakan. Di sulawesi Utara, hanya 5-10% wilayah perairannya yang masih memiliki terumbu karang dengan kondisi sangat baik. Lahan-lahan mangrove, baik yang ada di pesisir maupun di kepulauan, terus dieksploitasi. Saat badai dan gelombang, penduduk daerah pesisir dan kepulauan yang pantainya tetap dilindungi mangrove dan terumbu karangnya baik, boleh berlega hati dan merasa lebih aman dari badai dan hempasan gelombang.

Menjaga dan merehabilitasi ekosistem mangrove dan karang harus dilakukan. Kita perlu memanfaatkan teknologi dengan bijaksana, dengan mempertimbangkan kondisi lingkungan, dan budaya lokal. Ini dapat meningkatkan keberhasilan merehabilitasi ekosistem-ekosistem ini. Kebutuhan ruang untuk ragam aktivitas memacu kita untuk menetap di daerah pesisir dan bersinggungan langsung dengan perairan tanpa mempertimbangkan resiko-resiko yang dapat terjadi. Mewaspadai dan mengantisipasi berbagai tantangan hidup di daerah pesisir dengan memahami dinamika alam pesisir dan pulau-pulau dapat membantu kita menentukan solusi dalam mengambil langkah-langkah yang tepat bagi pembangunan di daerah pesisir. Dengan demikian kita dapat memperkecil kegaduhan, kerisauan, terlebih kerugian saat alam laut menunjukkan salah satu karakteristiknya pada siklus yang tidak bersahabat.

One such step is the identification of vulnerable locations when planning development activities in coastal regions and islands. Establishing boundaries or even bans on development of vulnerable areas is needed and should also be implemented in mountainous areas vulnerable to landslides. Buildings in these regions should also be built so they are storm ‘proof’. Buildings in the vicinity should be easily moveable or collapsible. A evacuation system is absolutely needed in vulnerable areas, especially in areas where the population is growing.

Protective beach structures such as walls, rock piles and wave breakers can all be weighed as alternatives for coastal and erosion protection. There are also other effects that should be considered if these protective measures are taken, such as the effect on currents, which can reverse and go deeper and carry sand further away, therefore making the water deeper.

Waves that come at an angle, or vertically, will also cause erosion, especially in unprotected areas. Therefore, perhaps a canal or an area free of human activity can be considered to ensure the waves have a place to expend energy. Protective structures can not only ensure eroded material stays in the area but also can reduce the amount being eroded. However, the amount of money needed for this sort of construction is not insignificant and the structures can also disturb the natural beauty of a beach.

To avoid long-term negative effects, limitation of activity, protective structures on the beach, storm-proof construction, and building mobile structures, is not sufficient. Especially for regions prone to storm-related flooding and erosion, relocation of activities should be considered. We need to understand the need for development-free areas or nature zones along the coasts.

The distance of buildings from the beach varies, depending on the height of the tides, waves and the rate of erosion each year. The green line can be the first line of defense for vulnerable regions, especially in places with bays, straits, and on islands, each with diverse ecosystems, including coral, mangroves and brackish areas.

Coral and mangrove ecosystems are green areas which should protect the coastal populations from natural disasters but are constantly being damaged. In North Sulawesi, only 5-10% of marine areas still have coral in very good condition. Mangroves, in coastal and island regions, are being exploited. People living in coastal areas and islands protected by reefs and mangroves should be relieved and feel safer during storms and wave season.

Efforts to guard and rehabilitate mangrove and coral ecosystems must be undertaken. We need to use technology wisely but take into account local cultural and environmental conditions. This can boost the success of rehabilitation efforts.

The need for space drives us to settle in coastal areas without weighing the risks. Being alert and anticipating the obstacles of coastal regions by understanding the dynamics of coastal and islands regions can help us find solutions and take appropriate steps for coastal development. With this we can reduce erosion and damage caused by the ocean when it enters an unfriendly part of its cycle.

PEMBANGUNAN DAERAH REGIONAL DEVELOPMENT

udah tak asing lagi bagi masyarakat pesisir mengalami berbagai tantangan yang disebabkan oleh beragam aktivitas di antaranya gelombang dan badai sebagai bagian dari proses-proses alamiah. S

Menjadi pemandangan yang indah dan menyejukkan jika air laut begitu tenang dengan angin yang sepoi-sepoi, namun sebaliknya angin yang bertiup dengan keras serta gelombang yang tinggi terasa sangat tidak menyenangkan yang terjadi di pesisir kita. Adanya siklus angin yang bertiup dengan kuat yang disertai dengan badai di Sulawesi Utara biasanya terjadi pada bulan Desember sampai dengan Februari.

Tingginya aktivitas di wilayah pesisir, seperti juga yang di kepulauan, saat angin yang bertiup dengan kuat disertai dengan tingginya gelombang, yang menghempas ke pantai, tidak hanya dapat menghentikan aktivitas yang ada di pesisir, tetapi secara bersamaan dapat menghancurkan pembangunan yang ada di daerah-daerah ini. Badai dan gelombang ini adalah suatu fenomena alam, yang dapat terjadi secara musiman.

Badai disertai dengan gelombang ini berakibat pada naiknya air laut ke daerah-daerah pemukiman yang tinggi permukaan daratannya hampir sama dengan ketinggian air laut, ataupun menerpa ragam aktivitas yang berhubungan langsung dengan perairan. Terpaan gelombang dan banjir ini tidak hanya merusak pemukiman-pemukiman yang ada, tetapi juga menyebabkan kerugian bagi penduduk yang tinggal di wilayah ini. Badai yang terjadi pada Desember 2008 hingga Februari 2009 telah merusak beberapa bangunan yang berada di pantai Kalasei, Kabupaten Minahasa, di Sulawesi Utara. Kerusakan bangunan terjadi juga di sepanjang pantai Desa Matani, Amurang, Kabupaten Minahasa Selatan, Belang Kabupaten Minahasa Tenggara, serta Tagulandang, Kabupaten Sitaro, pada waktu yang bersamaan.

Fenomena alam yang tidak kalah pentingnya yang biasa terjadi di pesisir adalah adanya penambahan, pengecilan, ataupun hilangnya lahan sebagai akibat dari interaksi yang kompleks di antara angin, gelombang, dan juga transportasi materi di daerah pesisir. Sistem gelombang yang menyebabkan adanya arus sepanjang pantai adalah gelombang yang mendekati pantai dengan sudut yang tidak horisonatal dan juga vertikal. Pergerakan massa air ini dapat menyebabkan pengikisan daratan atau penambahan daratan, dan dapat dikurangi dengan kehadiran pemecah gelombang yang dibangun di pantai.

Kita perlu memahami dinamika daerah pesisir, agar dapat menjadikannya sebagai bagian penting dalam beraktivitas, dan mengurangi kerusakan yang dapat terjadi masa yang akan datang. Diperlukan langkah-langkah untuk mengantisipasi apa yang dapat terjadi di siklus badai dan gelombang yang tidak bersahabat di masa-masa yang akan datang.

It’s well known that coastal communities experience many challenges directly caused by storms and waves and other natural processes. The views by the seaside are beautiful and it’s cool with gentle breezes when the sea is calm , but when the wind blows hard and the waves are big, it’s not pleasant for those on our coasts. The strong wind and storm cycle in Sulawesi Utara falls in the months of December and February.

There is a high level of activity on the coast and the islands; when the wind and waves arrive they don’t only affect these activities but also damage existing development in these regions. Tropical storms and waves are natural phenomena that occur seasonally.

The storms and the waves raise the level of water in settled areas, which are usually at sea level, and directly affect water-related activities. The waves and floods don’t only damage houses but also cost the residents of these areas greatly. The storms between December 2008 and February 2009 destroyed buildings on Kalasei Beach, Minahasa District, Sulawesi Utara. The damage also occurred along the beaches of Matani, Amurang, in Minahasa Selatan District, Belang in Minahasa Tenggara District, and Tagulandang, in Sitaro District, at the same time.

A natural phenomenon of similar importance that occurs in coastal areas is the addition, reduction, or loss of land as a result of the complex interaction between wind, waves, and as a result of excavation and extraction of materials from coastal areas.

The wave system that can cause a beach-long current is one that approaches a beach from a non-horizontal angle and is also vertical. This mass movement of water causes land erosion or deposit and can be decreased by installing breakers .

We need to understand the dynamics of coastal regions in order to include them in our activities and reduce damage that will occur in the future. Steps are needed to anticipate the storm and wave cycle in the future.

Penulis adalah staff Laboratori Biologi Kelautan, Fakultas Perikanan & Ilmu kelautanUniversitas Sam Ratulangi, Manado/ The writer is a staff member of the Marine Biology Laboratory, Marine and Fisheries Faculty, Sam Ratulangi University, Manado. email : [email protected]

PESISIR, DI SAAT SIKLUS BADAI DAN GELOMBANG YANG TIDAK

BERSAHABAT TIBA

Page 8: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20117 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 8

Lestari. Kedua pola kemitraan itu adalah pola inti plasma dan pola dagang umum.

Pola inti plasma adalah pola kemitraan dimana usaha menengah/besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil bertindak sebagai plasma. Peran perusahaan inti, dalam hal ini Lembaga Mina Karya Lestari, adalah menyediakan sarana produksi dan memberikan bimbingan. Sedangkan kelompok nelayan jaring apung menyediakan bahan baku yang dibutuhkan oleh usaha besar sebagai inti. Oleh karenanya dalam model inti plasma ada saling ketergantungan dan saling menguntungkan.

Sedikit berbeda dengan pola inti plasma, kemitraan dengan pola dagang umum dibangun atas dasar kesepakatan antara pembeli dan penjual dimana perusahaan yang satu berperan sebagai pembeli dan perusahaan yang lain berperan sebagai penjual. Kemitraan antara Lembaga Mina Karya Lestari dengan

beberapa kelompok nelayan keramba jaring apung juga mengadopsi pola ini. Hasil tangkapan bibit anggota kelompok dijual kepada ketua kelompok untuk dibesarkan dan pada saat panen ketua kelompok nelayan menjual hasil panennya kepada Lembaga Mina Karya Lestari.

Pada masa yang akan datang, kemitraan antara Lembaga Mina Karya Lestari dan berbagai kelompok nelayan jaring apung akan terus berupaya meningkatkan produksi dengan cara menambah unit porduksi dan meningkatkan kapasitas nelayan melalui berbagai pelatihan budidaya dan pemasaran. Pengurus lembaga maupun anggota kelompok nelayan meyakini bahwa nelayan merupakan salah satu unsur penggerak ekonomi perikanan yang perlu mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah namun perlu dibarengi dengan upaya-upaya swadaya untuk meningkatkan kualitas produksi perikanan dan kesejahteraan masyarakat.

emenang Hadiah Nobel bidang Perdamaian tahun 2007 Al Gore telah berkunjung ke Indonesia. Bertempat di Jakarta, pada 8 - 10 Januari 2011, beliau memberikan pelatihan tentang penanganan perubahan iklim bagi peserta dari kawasan Asia Pasifik.

Bagi Al Gore yang mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, ini adalah kali pertama baginya memberi pelatihan tentang perubahan iklim di Indonesia. Di kawasan Asia Pasifik, sebelumnya beliau melatih di Melbourne, Beijing dan New

Delhi. Bersama beberapa pakar pakar internasional lainnya seperti Dr. Hanry Pollack, Al Gore memberi pelatihan yang diselenggarakan oleh The Climate Project Indonesia.

Pelatihan ini diikuti 350 individu yang terseleksi dari 21 negara. Profesi dan aktivitas mereka beragam, mulai dari akademisi, aktivis lingkungan, artis, pengusaha, pejabat pemerintah, mahasiswa dan lainnya. Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta menyandang predikat The Climate Project Presenter dan berkewajiban memberi pemahaman ke warga

tentang dampak dan upaya menghadapi perubahan iklim di lingkungan masing-masing.

Salah satu peserta utusan Indonesia, Marlon Kamagi yang juga adalah anggota Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JIKTI) akan bergabung dengan gerakan akar rumput bercorak global. Tujuan gerakan ini adalah membangkitkan kembali fokus dan respon kawasan Asia Pasifik terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Setelah mengikuti pelatihan ini Marlon berharap dapat memberi inspirasi, menciptakan perubahan dan membantu warga dari dampak negatif perubahan iklim di Sulawesi Utara. Bersama dengan the grEEn foundation Sulut, sebuah lembaga independen yang bergerak dalam

bidang pongelolaan limbah organik dan pemberdayaan masyarakat, Marlon akan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengatasi bencana iklim melalui kegiatan yang dapat berdampak langsung kepada masyarakat dengan memanfaatkan limbah organik menjadi produk yang bermanfaat dan ramah lingkungan.

KEMITRAAN ANTARA KELOMPOK NELAYAN KERAMBA JARING APUNG DENGAN LEMBAGA MINA KARYA LESTARIDI POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT

udah menjadi fakta bahwa 70 persen nelayan hidup dengan pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang masih rendah atau dikategorikan miskin (Kusuma, S

2004). Kemiskinan yang dimaksud terjadi karena beberapa sebab. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya akses terhadap modal dan tidak adanya link kerjasama dengan stakeholder yang dapat membantu proses perkembangan pengetahuan maupun teknologi. Nasib yang sama juga dialami nelayan di Kelurahan Wattang, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar. Bedanya, para nelayan di daerah ini ingin mengakhiri siklus kemiskinan dengan cara yang unik, yaitu dengan membangun kemitraan.

Pada tahun 2003 nelayan di Kelurahan Wattang bermitra dengan Lembaga Mina Karya Lestari. Model kemitraan diyakini mereka sebagai sebuah cara kerjasama yang dibangun atas dasar saling menguntungkan dan menjadi salah satu solusi menjawab ketimpangan sosial ekonomi yang dialami. Kemitraan ini pun kemudian memanfaatkan potensi ikan kerapu dengan metode keramba jaring apung.

Lembaga Mina Karya Lestari merupakan lembaga swadaya masyarakat yang lahir dari keinginan masyarakat nelayan di Kelurahan Wattang. Kehadiran lembaga ini diprakarsai oleh Jufri (42) seorang pemilik warung bernama Kopi Dangdut yang dirintisnya sejak tahun 1990. Tahun 1992 Jufri mulai menggeluti ke usaha perikanan dengan menjadi pedagang perantara yang menyalurkan teripang di Makassar.

Setelah usahanya berjalan selama enam bulan, lahirlah ide untuk berusaha secara berkelompok. Pada tahun 1996, Jufri melakuan survey lokasi di perairan Sulawesi Barat b e r s a m a b e b e r a p a n e l a y a n s e t e m p a t u n t u k mengindetifikasi potensi komoditas perikanan laut di Sulawesi Barat. Dua tahun kemudian, Jufri mengajak nelayan setempat bekerja sama mengekspor hasil laut dengan mendirikan CV. Plaminggo. Usaha mereka diawali dengan berdagang udang dan ikan hidup yang memiliki

nilai ekonomi tinggi seperti kerapu. Jufri pun menjadi koordinator pembeli ikan hidup di Polewali Mandar.

Sayang sekali, CV Plaminggu tidak bertahan lama. Konflik internal membuat perusahaan itu terpaksa gulung tikar di tahun 2000. Sejak itu, Jufri yang pantang menyerah kembali membangun perusahaan dan merintis beberapa kerja sama lain. Tiga tahun kemudian, permintaan komoditas ikan hidup jenis kerapu meningkat tajam. Tingginya permintaan ikan kerapu mendorong Jufri untuk merintis kelompok usaha nelayan untuk meningkatkan kapasitas wirausaha mereka sekaligus mendekatkan mereka dengan akses permodalan. Kelompok usaha inilah yang menjadi cikal bakal Lembaga Mina Karya Lestari.

Merasakan manfaat berusaha dalam kelompok, pada tahun 2003 Lembaga Mina Karya Lestari kemudian membentuk Kelompok Nelayan Keramba Jaring Apung. Sebelumnya kelompok nelayan ini adalah nelayan tangkap yang sangat tradisional. Mereka sangat bergantung pada kondisi alam dan alat tangkap yang sangat sederhana.

Pada awalnya, kelompok nelayan yang pertama kali terbentuk adalah kelompok nelayan yang hanya berorientasi penangkapan ikan semata. Namun kemiskinan yang menghimpit dan keterbatasan mereka untuk menambah pendapatan pada musim tertentu mendorong m e r e k a u n t u k m e n i n g k a t k a n k a p a s i t a s d a n mengembangkan jaringan mereka. Bersamaan dengan itu, Lembaga Mina Karya Lestari juga terus mendorong terbentuknya kelompok-kelompok nelayan keramba jaring apung lainnya seperti kelompok Sumber Rezeki pada tahun yang sama, dan pada tahun berikutnya Karya Bersama, Tangnga-Tangnga, dan Kebun Laut.

Kelompok-kelompok nelayan kelompok jaring apung ini meyakini dengan bermitra dengan Lembaga Mina Karya Lestari, meeka dapat mengembangkan diri agar mampu memanfaatkan potensi laut dengan lebih baik. Dalam membina kelompok nelayan jaring apung, terdapat dua pola kemitraan yang dijalankan oleh Lembaga Mina Karya

Oleh Ahdiat, S.Pi

Penulis aktif dalam mengelola berbagai pelatihan kemahasiswaan dan kemasyarakatan di Lembaga Margin Society Institute (MSI) dan Forum Komunikasi Pemuda Majene (FKPM) dan dapat dihubungi pada:Website : http://www.kacocicci.blogspot.com/http://marginsociety.blogspot.com/http://fkpmmajene.blogspot.com/

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT COMMUNITY EMPOWERMENT

Al Gore Melatih Presenter Penanganan Perubahan Iklim

P

www.facebook.com/tcpindonesia atau email: [email protected]

Page 9: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20117 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 8

Lestari. Kedua pola kemitraan itu adalah pola inti plasma dan pola dagang umum.

Pola inti plasma adalah pola kemitraan dimana usaha menengah/besar bertindak sebagai inti dan usaha kecil bertindak sebagai plasma. Peran perusahaan inti, dalam hal ini Lembaga Mina Karya Lestari, adalah menyediakan sarana produksi dan memberikan bimbingan. Sedangkan kelompok nelayan jaring apung menyediakan bahan baku yang dibutuhkan oleh usaha besar sebagai inti. Oleh karenanya dalam model inti plasma ada saling ketergantungan dan saling menguntungkan.

Sedikit berbeda dengan pola inti plasma, kemitraan dengan pola dagang umum dibangun atas dasar kesepakatan antara pembeli dan penjual dimana perusahaan yang satu berperan sebagai pembeli dan perusahaan yang lain berperan sebagai penjual. Kemitraan antara Lembaga Mina Karya Lestari dengan

beberapa kelompok nelayan keramba jaring apung juga mengadopsi pola ini. Hasil tangkapan bibit anggota kelompok dijual kepada ketua kelompok untuk dibesarkan dan pada saat panen ketua kelompok nelayan menjual hasil panennya kepada Lembaga Mina Karya Lestari.

Pada masa yang akan datang, kemitraan antara Lembaga Mina Karya Lestari dan berbagai kelompok nelayan jaring apung akan terus berupaya meningkatkan produksi dengan cara menambah unit porduksi dan meningkatkan kapasitas nelayan melalui berbagai pelatihan budidaya dan pemasaran. Pengurus lembaga maupun anggota kelompok nelayan meyakini bahwa nelayan merupakan salah satu unsur penggerak ekonomi perikanan yang perlu mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah namun perlu dibarengi dengan upaya-upaya swadaya untuk meningkatkan kualitas produksi perikanan dan kesejahteraan masyarakat.

emenang Hadiah Nobel bidang Perdamaian tahun 2007 Al Gore telah berkunjung ke Indonesia. Bertempat di Jakarta, pada 8 - 10 Januari 2011, beliau memberikan pelatihan tentang penanganan perubahan iklim bagi peserta dari kawasan Asia Pasifik.

Bagi Al Gore yang mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, ini adalah kali pertama baginya memberi pelatihan tentang perubahan iklim di Indonesia. Di kawasan Asia Pasifik, sebelumnya beliau melatih di Melbourne, Beijing dan New

Delhi. Bersama beberapa pakar pakar internasional lainnya seperti Dr. Hanry Pollack, Al Gore memberi pelatihan yang diselenggarakan oleh The Climate Project Indonesia.

Pelatihan ini diikuti 350 individu yang terseleksi dari 21 negara. Profesi dan aktivitas mereka beragam, mulai dari akademisi, aktivis lingkungan, artis, pengusaha, pejabat pemerintah, mahasiswa dan lainnya. Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta menyandang predikat The Climate Project Presenter dan berkewajiban memberi pemahaman ke warga

tentang dampak dan upaya menghadapi perubahan iklim di lingkungan masing-masing.

Salah satu peserta utusan Indonesia, Marlon Kamagi yang juga adalah anggota Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JIKTI) akan bergabung dengan gerakan akar rumput bercorak global. Tujuan gerakan ini adalah membangkitkan kembali fokus dan respon kawasan Asia Pasifik terhadap mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

Setelah mengikuti pelatihan ini Marlon berharap dapat memberi inspirasi, menciptakan perubahan dan membantu warga dari dampak negatif perubahan iklim di Sulawesi Utara. Bersama dengan the grEEn foundation Sulut, sebuah lembaga independen yang bergerak dalam

bidang pongelolaan limbah organik dan pemberdayaan masyarakat, Marlon akan mengajak masyarakat untuk bersama-sama mengatasi bencana iklim melalui kegiatan yang dapat berdampak langsung kepada masyarakat dengan memanfaatkan limbah organik menjadi produk yang bermanfaat dan ramah lingkungan.

KEMITRAAN ANTARA KELOMPOK NELAYAN KERAMBA JARING APUNG DENGAN LEMBAGA MINA KARYA LESTARIDI POLEWALI MANDAR, SULAWESI BARAT

udah menjadi fakta bahwa 70 persen nelayan hidup dengan pendapatan dan tingkat kesejahteraan yang masih rendah atau dikategorikan miskin (Kusuma, S

2004). Kemiskinan yang dimaksud terjadi karena beberapa sebab. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya akses terhadap modal dan tidak adanya link kerjasama dengan stakeholder yang dapat membantu proses perkembangan pengetahuan maupun teknologi. Nasib yang sama juga dialami nelayan di Kelurahan Wattang, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar. Bedanya, para nelayan di daerah ini ingin mengakhiri siklus kemiskinan dengan cara yang unik, yaitu dengan membangun kemitraan.

Pada tahun 2003 nelayan di Kelurahan Wattang bermitra dengan Lembaga Mina Karya Lestari. Model kemitraan diyakini mereka sebagai sebuah cara kerjasama yang dibangun atas dasar saling menguntungkan dan menjadi salah satu solusi menjawab ketimpangan sosial ekonomi yang dialami. Kemitraan ini pun kemudian memanfaatkan potensi ikan kerapu dengan metode keramba jaring apung.

Lembaga Mina Karya Lestari merupakan lembaga swadaya masyarakat yang lahir dari keinginan masyarakat nelayan di Kelurahan Wattang. Kehadiran lembaga ini diprakarsai oleh Jufri (42) seorang pemilik warung bernama Kopi Dangdut yang dirintisnya sejak tahun 1990. Tahun 1992 Jufri mulai menggeluti ke usaha perikanan dengan menjadi pedagang perantara yang menyalurkan teripang di Makassar.

Setelah usahanya berjalan selama enam bulan, lahirlah ide untuk berusaha secara berkelompok. Pada tahun 1996, Jufri melakuan survey lokasi di perairan Sulawesi Barat b e r s a m a b e b e r a p a n e l a y a n s e t e m p a t u n t u k mengindetifikasi potensi komoditas perikanan laut di Sulawesi Barat. Dua tahun kemudian, Jufri mengajak nelayan setempat bekerja sama mengekspor hasil laut dengan mendirikan CV. Plaminggo. Usaha mereka diawali dengan berdagang udang dan ikan hidup yang memiliki

nilai ekonomi tinggi seperti kerapu. Jufri pun menjadi koordinator pembeli ikan hidup di Polewali Mandar.

Sayang sekali, CV Plaminggu tidak bertahan lama. Konflik internal membuat perusahaan itu terpaksa gulung tikar di tahun 2000. Sejak itu, Jufri yang pantang menyerah kembali membangun perusahaan dan merintis beberapa kerja sama lain. Tiga tahun kemudian, permintaan komoditas ikan hidup jenis kerapu meningkat tajam. Tingginya permintaan ikan kerapu mendorong Jufri untuk merintis kelompok usaha nelayan untuk meningkatkan kapasitas wirausaha mereka sekaligus mendekatkan mereka dengan akses permodalan. Kelompok usaha inilah yang menjadi cikal bakal Lembaga Mina Karya Lestari.

Merasakan manfaat berusaha dalam kelompok, pada tahun 2003 Lembaga Mina Karya Lestari kemudian membentuk Kelompok Nelayan Keramba Jaring Apung. Sebelumnya kelompok nelayan ini adalah nelayan tangkap yang sangat tradisional. Mereka sangat bergantung pada kondisi alam dan alat tangkap yang sangat sederhana.

Pada awalnya, kelompok nelayan yang pertama kali terbentuk adalah kelompok nelayan yang hanya berorientasi penangkapan ikan semata. Namun kemiskinan yang menghimpit dan keterbatasan mereka untuk menambah pendapatan pada musim tertentu mendorong m e r e k a u n t u k m e n i n g k a t k a n k a p a s i t a s d a n mengembangkan jaringan mereka. Bersamaan dengan itu, Lembaga Mina Karya Lestari juga terus mendorong terbentuknya kelompok-kelompok nelayan keramba jaring apung lainnya seperti kelompok Sumber Rezeki pada tahun yang sama, dan pada tahun berikutnya Karya Bersama, Tangnga-Tangnga, dan Kebun Laut.

Kelompok-kelompok nelayan kelompok jaring apung ini meyakini dengan bermitra dengan Lembaga Mina Karya Lestari, meeka dapat mengembangkan diri agar mampu memanfaatkan potensi laut dengan lebih baik. Dalam membina kelompok nelayan jaring apung, terdapat dua pola kemitraan yang dijalankan oleh Lembaga Mina Karya

Oleh Ahdiat, S.Pi

Penulis aktif dalam mengelola berbagai pelatihan kemahasiswaan dan kemasyarakatan di Lembaga Margin Society Institute (MSI) dan Forum Komunikasi Pemuda Majene (FKPM) dan dapat dihubungi pada:Website : http://www.kacocicci.blogspot.com/http://marginsociety.blogspot.com/http://fkpmmajene.blogspot.com/

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT COMMUNITY EMPOWERMENT

Al Gore Melatih Presenter Penanganan Perubahan Iklim

P

www.facebook.com/tcpindonesia atau email: [email protected]

Page 10: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20119 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 10

lam yang rapuh akan mengundang bencana yang menghancurkan seluruh kemajuan dan investari pembangunan. AKita bisa melihat atau mungkin merasakan bagaimana bencana

alam yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kesemuanya itu seharusnya memberikan pelajaran terhadap pentingnya penguatan daya dukung lingkungan seiring dengan pelaksanaan pembangunan.

Tahun 2007, Direktorat Sumderdaya Alam dan Teknologi Tepat Guna, Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam Negeri menginisiasi sebuah pilot program yang pada waktu itu bernama PPK-Hijau. Program ini merupakan kerjasama dengan Bank Dunia dengan dukungan dana hibah dari Canadian International Development Agency (CIDA). Setahun kemudian, program ini berganti nama menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP) atau PNPM Hijau.

Operation Wallacea Trust (OWT), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pelestarian lingkungan yang misinya ‘Bersama Masyarakat Melestarikan Alam’, mulai akhir tahun 2007 hingga April 2011 mendapat kepercayaan dari Bank Dunia untuk memberikan pendampingan masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Hijau. Kegiatan pendampingan diberikan dalam bentuk penyadaran dan pelatihan lingkungan.

PNPM Hijau dilaksanakan di empat provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengara. OWT menjadi pendamping PNPM Hijau di tiga provinsi yaitu Sulawesi Barat (Kabupaten Mamasa), Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu Utara dan Toraja Utara) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Buton, Muna dan Kolaka). Di Sulawesi Tenggara, terdapat tiga kecamatan yang menjadi lokus PNPM Hijau yaitu Mawasangka, Sampolawa dan Pasarwajo di Kabupaten Buton, Tongkuno, Lawa dan Napabalano di Kabupaten Muna, Ladongi, Baula dan Watubangga di Kabupaten Kolaka.

A compromised environment invites natural disasters which destroy all progress and development investment. We have all seen or maybe even experienced the natural disasters that occurred in recent years. All of them should teach us lessons on the importance of strengthening environmental capacity in line with development.

In 2007, the Directorate of National Resources and Appropriate Technology, the Directorate General of Village ad Community Empowerment, Ministry of Home Affairs, initiated a pilot program then called Green-KDP (Kecamatan Development Program). This program was implemented in cooperation between the World Bank through a grant from the Canadian International Development Agency (CIDA). A year later, the program changed its name to the National Program for Community Empowerment- Rural Environment (PNPM-LMP) or Green PNPM.

Operation Wallacea Trust (OWT), an NGO active in environmental conservation with the mission of “Preserving Nature with the Community”, from the beginning of 2007 to April 2011, was entrusted by the World Bank to provide support to the community during the implementation of Green PNPM. This support is provided in the form of awareness-raising and environmental training.

Green PNPM is implemented in 4 provinces in Sulawesi: Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat and Sulawesi Tenggara; OWT supports Green PNPM in 3 provinces Sulawesi Barat (Kabupaten Mamasa), Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu Utara and Toraja Utara) and Sulawesi Tenggara (Kabupaten Buton, Muna and Kolaka). In

Jenis usulan masyarakat yang dapat didanai oleh program PNPM Hijau harus merupakan usulan yang memberikan manfaat bagi pelestarian dan peningkatan daya dukung sumberdaya alam, penggunaan energi terbarukan ramah lingkungan, perbaikan lingkungan yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Karena selama ini masyarakat telah terbiasa mengusulkan pembangunan infrastruktur dalam program PNPM Perdesaan, maka dalam PNPM Hijau, OWT membantu masyarakat untuk memutuskan kegiatan terkait dengan pelestarian lingkungan yang dapat mereka usulkan.

Strategi Penyadaran LingkunganMenumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarian

lingkungan bukanlah hal yang mudah. Apalagi memulai suatu hal baru bagi masyarakat miskin di perdesaan. Dengan segala keterbatasannya mereka akan berpikir panjang sebelum memilih kegiatan baru yang belum jelas manfaatnya.

Secara rutin kami mengadakan penyuluhan dan membangun percontohan untuk menunjukkan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Sedapat mungkin kami mengupayakan agar contoh yang kami berikan bersifat ramah lingkungan dan meningkatkan pendapatan atau menghemat pengeluaran masyarakat. Dengan demikian ada ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan inisiatif percontohan, baik dengan menggunakan biaya sendiri maupun dengan dana dari program PNPM HIjau.

Setelah melakukan berbagai percontohan perbaikan lingkungan dan teknologi tepat guna dalam pemanfaatan energi terbarukan, kami berhasil meyakinkan masyarakat bahwa usulan pembangunan yang mereka butuhkan adalah bukan semata pembangunan fisik. Kegiatan pembangunan non-fisik pro-pelestarian lingkungan terbukti tidak kalah manfaatnya. Kegiatan ramah lingkungan yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat ini kami sebut sebagai Praktik Cerdas.

Menemukenali Praktik Cerdas Untuk merumuskan berbagai pilihan praktik cerdas, kami perlu

mengenali betul budaya masyarakat dan potensi alamnya sebelum menawarkan pilihan. Kami melakukan survei pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum memulai penyadaran lingkungan. Dari survei ini kami mengetahui kebiasaan masyarakat dan latar belakangnya, kapan masyarakat memiliki waktu luang untuk memperhatikan lingkungan, bagaimana praktik beternak, bertani, dan mengelola sumberdaya alam, siapa yang lebih dominan dalam merumuskan pengelolaan sumberdaya alam, dan pada sisi mana masyarakat perlu ditingkatkan kapasitasnya.

Berikutnya kami melakukan survei untuk menggali potensi dan permasalahan sumberdaya alam desa. Survei ini kami lakukan bersama masyarakat agar mereka mampu mengenali potensi dan permasalahan lingkungan sekaligus memetakannya. Melalui survei ini kami mengetahui potensi sumberdaya alam yang penting di desa.

Kedua survei di atas, selain bermanfaat dalam merumuskan program perbaikan lingkungan yang bersifat khas di setiap desa sasaran, juga penting sebagai data dasar yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas kegiatan penyadaran di kemudian hari.Bebekal hasil analisa data dari kedua survei tersebut kami melakukan kegiatan penyadaran. Kegiatan ini dimulai dari sosialisasi di tingkat kecamatan, penggalian gagasan, musyawarah desa perencanaan, penulisan usulan, verifikasi usulan, hingga penetapan usulan. Kami juga melakukan pembangunan demplot untuk menginspirasi perumusan usulan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa.Sebagai contoh, pada tahun 2009, kami mengetahui seluruh hutan magrove di wilayah pesisir Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton telah rusak. Menyikapi ini kami melakukan penyuluhan tentang pentingnya rehabilitasi hutan mangrove sebagai pelindung

Sulawesi Tenggara, three sub-districts were the locus of Green PNPM: Mawasangka, Sampolawa and Pasarwajo in Kabupaten Buton; Tongkuno, Lawa and Napabalano in Kabupaten Muna; Ladongi, Baula and Watubangga in Kabupaten Kolaka.

The community proposals able to be funded through Green PNPM must be in the form of preservation and increased support for natural resources, environmentally-friendly renewable energy and environmental rehabilitation to increase community incomes. Because the community was used to creating proposals for infrastructure through Rural PNPM, OWT helped communities plan activities for environmental conservation that could be submitted to Green PNPM.

Environmental Awareness Strategy Increasing awareness in the community for environmental

conservation is not easy; even less so in poor, rural communities. With their many limitations, they think for a long time before choosing an activity without clear benefits.

We routinely provide advice and develop examples to demonstrate the direct benefits for the community. We try, to the best of our ability, to ensure the examples we provide are environmentally friendly and can increase incomes or help save on costs for the community. With this support, the community expressed interest in developing the pilots, using their own funds and the grants from Green PNPM.

After demonstrating the ways to rehabilitate the environment and the appropriate technology for renewable energy, we were successful in convincing the community that the proposals for development they needed were more than physical. Non-physical and pro-conservation development activities have been proven to be just as valuable. We call these environmentally friendly activities, which are also able to increase community incomes, Smart Practices.

Uncovering Smart Practices For these smart practices, we need to properly understand

the community’s culture and natural potential before offering choices. We created a knowledge, attitude and behavior survey before starting the awareness campaign. From this survey we discovered community habits and backgrounds; when communities had time to dedicate to environmental care; livestock farming and natural resource management practices; who is more dominant in deciding natural resource management; and where the community had to increase capacity.

Then we implemented a survey to uncover the potential and issues related to village natural resources. We implemented this survey in cooperation with the community so they would learn how to identify their own potential and environmental issues and map them. From the survey we learnt the important natural resource potential in the villages.

The two surveys, aside from being useful in planning a tailored environmental rehabilitation program for each village, also provided basic data to evaluate the effectiveness of future awareness raising activities.

Based on the data analysis from the two surveys we implemented awareness activities. This began with socialization at kecamatan level, unearthing of ideas, planning consultations in the villages, proposal writing, proposal verification, and proposal finalization. We also developed sampling plots to inspire proposals during community village planning consultations.

For example, in 2009, we found out a mangrove forest in the coastal area of Mawasangka, Buton district was damaged. We then began out-reach counseling regarding the importance of

Oleh Edi Purwanto

MAINSTREAMING THE GREEN PNPM SMART PRACTICES

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT COMMUNITY EMPOWERMENT

Mengarusutamakan Praktik Cerdas Green-PNPM

Page 11: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 20119 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 10

lam yang rapuh akan mengundang bencana yang menghancurkan seluruh kemajuan dan investari pembangunan. AKita bisa melihat atau mungkin merasakan bagaimana bencana

alam yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir. Kesemuanya itu seharusnya memberikan pelajaran terhadap pentingnya penguatan daya dukung lingkungan seiring dengan pelaksanaan pembangunan.

Tahun 2007, Direktorat Sumderdaya Alam dan Teknologi Tepat Guna, Direktorat Jendral Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, Kementerian Dalam Negeri menginisiasi sebuah pilot program yang pada waktu itu bernama PPK-Hijau. Program ini merupakan kerjasama dengan Bank Dunia dengan dukungan dana hibah dari Canadian International Development Agency (CIDA). Setahun kemudian, program ini berganti nama menjadi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat-Lingkungan Mandiri Perdesaan (PNPM-LMP) atau PNPM Hijau.

Operation Wallacea Trust (OWT), sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) pelestarian lingkungan yang misinya ‘Bersama Masyarakat Melestarikan Alam’, mulai akhir tahun 2007 hingga April 2011 mendapat kepercayaan dari Bank Dunia untuk memberikan pendampingan masyarakat dalam pelaksanaan PNPM Hijau. Kegiatan pendampingan diberikan dalam bentuk penyadaran dan pelatihan lingkungan.

PNPM Hijau dilaksanakan di empat provinsi di Sulawesi, yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tengara. OWT menjadi pendamping PNPM Hijau di tiga provinsi yaitu Sulawesi Barat (Kabupaten Mamasa), Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu Utara dan Toraja Utara) dan Sulawesi Tenggara (Kabupaten Buton, Muna dan Kolaka). Di Sulawesi Tenggara, terdapat tiga kecamatan yang menjadi lokus PNPM Hijau yaitu Mawasangka, Sampolawa dan Pasarwajo di Kabupaten Buton, Tongkuno, Lawa dan Napabalano di Kabupaten Muna, Ladongi, Baula dan Watubangga di Kabupaten Kolaka.

A compromised environment invites natural disasters which destroy all progress and development investment. We have all seen or maybe even experienced the natural disasters that occurred in recent years. All of them should teach us lessons on the importance of strengthening environmental capacity in line with development.

In 2007, the Directorate of National Resources and Appropriate Technology, the Directorate General of Village ad Community Empowerment, Ministry of Home Affairs, initiated a pilot program then called Green-KDP (Kecamatan Development Program). This program was implemented in cooperation between the World Bank through a grant from the Canadian International Development Agency (CIDA). A year later, the program changed its name to the National Program for Community Empowerment- Rural Environment (PNPM-LMP) or Green PNPM.

Operation Wallacea Trust (OWT), an NGO active in environmental conservation with the mission of “Preserving Nature with the Community”, from the beginning of 2007 to April 2011, was entrusted by the World Bank to provide support to the community during the implementation of Green PNPM. This support is provided in the form of awareness-raising and environmental training.

Green PNPM is implemented in 4 provinces in Sulawesi: Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat and Sulawesi Tenggara; OWT supports Green PNPM in 3 provinces Sulawesi Barat (Kabupaten Mamasa), Sulawesi Selatan (Kabupaten Luwu Utara and Toraja Utara) and Sulawesi Tenggara (Kabupaten Buton, Muna and Kolaka). In

Jenis usulan masyarakat yang dapat didanai oleh program PNPM Hijau harus merupakan usulan yang memberikan manfaat bagi pelestarian dan peningkatan daya dukung sumberdaya alam, penggunaan energi terbarukan ramah lingkungan, perbaikan lingkungan yang mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Karena selama ini masyarakat telah terbiasa mengusulkan pembangunan infrastruktur dalam program PNPM Perdesaan, maka dalam PNPM Hijau, OWT membantu masyarakat untuk memutuskan kegiatan terkait dengan pelestarian lingkungan yang dapat mereka usulkan.

Strategi Penyadaran LingkunganMenumbuhkan kesadaran masyarakat untuk melestarian

lingkungan bukanlah hal yang mudah. Apalagi memulai suatu hal baru bagi masyarakat miskin di perdesaan. Dengan segala keterbatasannya mereka akan berpikir panjang sebelum memilih kegiatan baru yang belum jelas manfaatnya.

Secara rutin kami mengadakan penyuluhan dan membangun percontohan untuk menunjukkan manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Sedapat mungkin kami mengupayakan agar contoh yang kami berikan bersifat ramah lingkungan dan meningkatkan pendapatan atau menghemat pengeluaran masyarakat. Dengan demikian ada ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan inisiatif percontohan, baik dengan menggunakan biaya sendiri maupun dengan dana dari program PNPM HIjau.

Setelah melakukan berbagai percontohan perbaikan lingkungan dan teknologi tepat guna dalam pemanfaatan energi terbarukan, kami berhasil meyakinkan masyarakat bahwa usulan pembangunan yang mereka butuhkan adalah bukan semata pembangunan fisik. Kegiatan pembangunan non-fisik pro-pelestarian lingkungan terbukti tidak kalah manfaatnya. Kegiatan ramah lingkungan yang mampu meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat ini kami sebut sebagai Praktik Cerdas.

Menemukenali Praktik Cerdas Untuk merumuskan berbagai pilihan praktik cerdas, kami perlu

mengenali betul budaya masyarakat dan potensi alamnya sebelum menawarkan pilihan. Kami melakukan survei pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum memulai penyadaran lingkungan. Dari survei ini kami mengetahui kebiasaan masyarakat dan latar belakangnya, kapan masyarakat memiliki waktu luang untuk memperhatikan lingkungan, bagaimana praktik beternak, bertani, dan mengelola sumberdaya alam, siapa yang lebih dominan dalam merumuskan pengelolaan sumberdaya alam, dan pada sisi mana masyarakat perlu ditingkatkan kapasitasnya.

Berikutnya kami melakukan survei untuk menggali potensi dan permasalahan sumberdaya alam desa. Survei ini kami lakukan bersama masyarakat agar mereka mampu mengenali potensi dan permasalahan lingkungan sekaligus memetakannya. Melalui survei ini kami mengetahui potensi sumberdaya alam yang penting di desa.

Kedua survei di atas, selain bermanfaat dalam merumuskan program perbaikan lingkungan yang bersifat khas di setiap desa sasaran, juga penting sebagai data dasar yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas kegiatan penyadaran di kemudian hari.Bebekal hasil analisa data dari kedua survei tersebut kami melakukan kegiatan penyadaran. Kegiatan ini dimulai dari sosialisasi di tingkat kecamatan, penggalian gagasan, musyawarah desa perencanaan, penulisan usulan, verifikasi usulan, hingga penetapan usulan. Kami juga melakukan pembangunan demplot untuk menginspirasi perumusan usulan dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa.Sebagai contoh, pada tahun 2009, kami mengetahui seluruh hutan magrove di wilayah pesisir Kecamatan Mawasangka Kabupaten Buton telah rusak. Menyikapi ini kami melakukan penyuluhan tentang pentingnya rehabilitasi hutan mangrove sebagai pelindung

Sulawesi Tenggara, three sub-districts were the locus of Green PNPM: Mawasangka, Sampolawa and Pasarwajo in Kabupaten Buton; Tongkuno, Lawa and Napabalano in Kabupaten Muna; Ladongi, Baula and Watubangga in Kabupaten Kolaka.

The community proposals able to be funded through Green PNPM must be in the form of preservation and increased support for natural resources, environmentally-friendly renewable energy and environmental rehabilitation to increase community incomes. Because the community was used to creating proposals for infrastructure through Rural PNPM, OWT helped communities plan activities for environmental conservation that could be submitted to Green PNPM.

Environmental Awareness Strategy Increasing awareness in the community for environmental

conservation is not easy; even less so in poor, rural communities. With their many limitations, they think for a long time before choosing an activity without clear benefits.

We routinely provide advice and develop examples to demonstrate the direct benefits for the community. We try, to the best of our ability, to ensure the examples we provide are environmentally friendly and can increase incomes or help save on costs for the community. With this support, the community expressed interest in developing the pilots, using their own funds and the grants from Green PNPM.

After demonstrating the ways to rehabilitate the environment and the appropriate technology for renewable energy, we were successful in convincing the community that the proposals for development they needed were more than physical. Non-physical and pro-conservation development activities have been proven to be just as valuable. We call these environmentally friendly activities, which are also able to increase community incomes, Smart Practices.

Uncovering Smart Practices For these smart practices, we need to properly understand

the community’s culture and natural potential before offering choices. We created a knowledge, attitude and behavior survey before starting the awareness campaign. From this survey we discovered community habits and backgrounds; when communities had time to dedicate to environmental care; livestock farming and natural resource management practices; who is more dominant in deciding natural resource management; and where the community had to increase capacity.

Then we implemented a survey to uncover the potential and issues related to village natural resources. We implemented this survey in cooperation with the community so they would learn how to identify their own potential and environmental issues and map them. From the survey we learnt the important natural resource potential in the villages.

The two surveys, aside from being useful in planning a tailored environmental rehabilitation program for each village, also provided basic data to evaluate the effectiveness of future awareness raising activities.

Based on the data analysis from the two surveys we implemented awareness activities. This began with socialization at kecamatan level, unearthing of ideas, planning consultations in the villages, proposal writing, proposal verification, and proposal finalization. We also developed sampling plots to inspire proposals during community village planning consultations.

For example, in 2009, we found out a mangrove forest in the coastal area of Mawasangka, Buton district was damaged. We then began out-reach counseling regarding the importance of

Oleh Edi Purwanto

MAINSTREAMING THE GREEN PNPM SMART PRACTICES

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT COMMUNITY EMPOWERMENT

Mengarusutamakan Praktik Cerdas Green-PNPM

Page 12: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201111 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 12

pantai dan tempat budidaya kepiting bakau. Upaya ini kami lakukan di setiap desa pesisir dan berhasil memotivasi terbangunnya kesepakatan di tingkat kecamatan untuk merehabilitasi magrove.

Selanjutnya kami memfasilitasi gerakan penanaman mangrove di Desa Oengkolaki yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, kepala desa hingga muspika. Inisiatif ini berhasil menginspirasi masyarakat Kecamatan Mawasangka, untuk memanfaatkan seluruh dana BLM tahun 2008 (sebesar sekitar 500 juta) di kecamatan ini untuk merehabilitasi mangrove di Desa Terapung, Banga, Tanailandu, Kanapa-napa dan Wakabungura. Hal yang sama juga kami lakukan di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna, dimana BLM tahun 2008 dimanfaatkan untuk penanaman mangrove di Desa Tampo, Renda dan Bahari. Puluhan hektar hutan mangrove yang hancur mulai hijau kembali dan usaha kepiting bakau yang dulu menghilang kini bangkit kembali. Sebuah bukti bahwa penguatan daya dukung lingkungan dapat membangun sumber penghasilan.

Strategi Pengarusutamaan Praktik Cerdas Strategi kami dalam membangun praktik cerdas dimulai dengan

sosialisai secara bertahap mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi. Beberapa praktik cerdas yang telah berhasil kami fasilitasi adalah rehabilitasi lahan sekitar mata air, rehabilitasi hutan magrove, pembuatan persemaian pohon buah-buahan, pembangunan hutan rakyat, budidaya lebah madu, pembuatan biogas, pembuatan briket arang tempurung kelapa, pembuatan tungku hemat energi, penanaman rumput laut, penggunaan kompor jarak, penanaman jeruk, penanaman jarak, pembuatan pupuk organik, pengolahan mete, dan sebagainya.

Kami juga melakukan upaya pengarusutamaan praktik cerdas PNPM Hijau dengan memfasilitasi perumusan Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Seluruh praktik cerdas, sesuai rona lingkungan, telah masuk sebagai usulan desa yang layak mendapat pembiayaan. Mulai tahun 2011, seluruh usulan pembiayan pembangunan desa akan mengacu pada dokumen RPJM Desa.

Upaya mengarusutamakan praktik cerdas di tingkat kabupaten dan provinsi dilakukan melalui berbagai pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai upaya mempengaruhi kebijakan. Kini Kabupaten Kolaka akan mengembangkan briket arang tempurung kelapa sebagai salah satu program unggulan kabupaten, Kabupaten Muna akan mengembangkan biogas permanen untuk desa-desa yang memiliki banyak ternak sapi, dana hibah provinsi (Bahteramas) akan diarahkan untuk mereplikasi praktik cerdas PNPM Hijau.

Sehubungan dengan exit strategy, kami juga melakukan pelatihan kepada seluruh pelaku kunci PNPM. Pelatihan kita adakan secara masif setelah banyak memakan asam garam praktik cerdas, sehingga pelatihan kami bukan sekedar teori atau kami bukan sekedar penyelenggara kegiatan), namun benar-benar memegang kunci berbagi dan belajar dari lapangan.

Keberhasilan PNPM Hijau ditentukan oleh seberapa besar kegiatan penyadaran lingkungan mampu merubah pola pikir masyarakat. Indikatornya adalah semkain banyaknya program perbaikan lingkungan yang diusulkan dalam rencana pembangunan desa. Untuk itu setelah berhasil menginspirasi, memfasilitasi dan mereplikasi praktik cerdas di tingkat desa, kami berupaya untuk mengarusutamakan praktik cerdas ini di luar wilayah pilot PNPM Hijau dengan harapan desa-desa lain juga dapat mereplikasi praktik cerdas. Impian kami, suatu saat nanti usulan pembangunan masyarakat perdesaan akan didominasi oleh usulan pembangunan ramah lingkungan yang mampu meningkatkan kesejahteraan sebagian besar masyarakat miskin perdesaan secara cepat !

mangrove forest rehabilitation for beach protection and cultivation of mangrove crabs. We did this in every village and were successful in motivating the creation of an agreement at sub-district level for mangrove rehabilitation.

We then facilitated a mangrove planting movement in Oengkolaki village which was attended by community members, village heads and the leadership of the district. This inspired the people of Mawasangka to use all the BLM funds for 2008 (around Rp 500 million) in this sub-district for mangrove rehabilitation in the villages of Terapung, Banga, Tanailandu, Kanapa-napa and Wakabungura. This was repeated again in Napabalano sub-district, Muna district, where BLM funds were used in 2008 to plant mangroves in Tampo, Renda and Bahari villages. Tens of hectares of mangroves which were destroyed were re-greened and the crab cultivation businesses which had once died out were revitalized. This is proof that strengthening the environment can create income sources.

Mainstreaming Smart Practices Strategy Our strategies in developing smart practices began with

socializing in stages, from sub-district, to district and finally provincial level. Smart practices that were successful in facilitating include rehabilitation of water-source areas, developing community forests, honey cultivation, biogas, charcoal briquette from coconut shell development, energy-saving stove development, seaweed planting, jarak biogas stoves, citrus cultivation, jarak cultivation, organic fertilizer production, cashew processing, and more.

We also focused on mainstreaming Green PNPM smart practices by facilitating the drafting of a Village Regulation on Medium-term Village Development Plans (RPJM). All the smart practices, in accordance with the environmental context, became part of village proposals that would be funded. In 2011, all proposals for village development will use the RPJM document.

Efforts to mainstream the development practices at district and provincial level were undertaken during meetings held by the government in an effort to influence policy. The district of Kolaka will develop coconut shell charcoal briquettes as a prime commodity of the district. Muna will development permanent biogas for villages with lots of cattle and the provincial grants (Bahteramas) will be used to replicate the smart practices from Green PNPM.

In terms of an exit strategy, we also provided training for all key Green PNPM stakeholders. We held large-scale trainings after developing the smart practices, so our training was not just theory, nor were we just trainers; we had the key of lessons learnt from the field.

The success of Green PNPM is determined by how much the awareness raising activities were able to change the mindset of the community. The indicator was how many environmental rehabilitation programs were suggested in the village development plans. After we successfully inspired, facilitated and replicated smart practices at the village level, we turned to mainstreaming the smart practices in areas outside the Green PNPM pilot locations with the hope that other villages would also replicate the smart practices. Our dream is that one day development proposals from village communities will be dominated by environmentally friendly suggestions able to improve the prosperity of poor rural communities quickly!.

dalah sebuah paradoks, ketika kita menyaksikan alam yang kaya raya tetapi masyarakatnya miskin, tentu dibutuhkan Asebuah kebijakan yang mampu mendobrak paradoks

tersebut. Dalam beberapa kesempatan kunjungan ke kampung melalui Program Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK), Gubernur Papua, Barnabas Suebu, SH menegaskan kemauannya untuk membangun dari kampung. Pegunungan Tengah mempunyai prospek bagi masa depan papua, dibutuhkan sebuah komitmen bersama untuk membangun Pegunungan Tengah kearah kemandirian.

Memang menjadi Pemimpin di Papua adalah sebuah tantangan yang memiliki konsekuensi tersendiri. Inilah keunikan membangun Papua. Dari sisi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, komunikasi pedesaan memegang peran penting, terutama dalam arus komunikasi data bagi kebutuhan pembangunan di daerah, bagi pemerintah daerah. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi taelah menjadi agenda pemerintah dan sudah terealisasi melalui beberapa kerja sama dengan badan PBB urusan Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui Program Jaringan Pendidikan Nasional (JARDIKNAS) yang telah efektif dilaksanakan di Indonesia, termasuk di Papua.

Dalam beberapa best practice yang diterapkan di benua Afrika, teknologi informasi dan komunikasi telah membantu mendorong kemajuan daerah dan merangsang pertumbuhan sektor lain sebesar lima persen dari pertumbuhan teknologi informasi komunikasi adalah satu persen. Bagi masyarakat awam, pemanfaatan teknologi biasanya membutuhkan investasi yang besar dan mahal. Ini tidak sepenuhnya benar karena yang dibutukan adalah kemampuan menganalisa kebutuhan dan teknologi yang tepat dan memadai. Jika ada yang murah, mengapa harus menggunakan yang mahal?

Salah satu alternatif pemanfaatan teknologi adalah penggunaan komputer. Ini bisa saja menjadi alternatif terbaik terutama karena teknologi komputer mengarah kepada teknologi hijau yang ramah lingkungan dan kebutuhan energinya lebih sedikit. Tengok saja CISCO, perusahaan teknologi informasi komunikasi terbesar dari Amerika Serikat yang telah berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk ramah lingkungan yang juga dikenal dengan istilah green computer atau komputer hijau. Karena lebih hemat energi baik dalam produksi maupun penggunaannya, perangkat komunikasi yang diproduksinya menjadi lebih murah sehingga dapat membantu masyarakat dalam menghemat biaya bagi keperluan komunikasi data dan persuratan. Anda bisa membandingkan sendiri besarnya biaya yang dikeluakan untuk mengirimkan faksimili dibandingkan dengan mengirimkan email. Ini dapat memacu kinerja aparatur di daerah pedesaan.

Di banyak negara berkembang di Afrika dan Asia, pemanfaatan komputer telah menjadi pilihan bagi pemangku kepentingan di negara tersebut. Di Bangladesh, penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi terbukti mampu menekan angka kemiskinan.Tengok saja bagaimana penerima nobel Muhammad Yunus menggunakannya untuk membangun ekonomi perdesaaan dengan membuka akses yang lebih besar pada masyarakat miskin.

Kendala utama dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah kapasitas yang berbeda-beda dari sumberdaya manusia. Untuk dapat mengakses teknologi, kita perlu mengenalinya dengan baik. Di sinilah peran penting pendidikan dan pelatihan dibutuhkan. Berbagai pelatihan yang berfokus pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat sangat membantu pemerintah dalam menyusun alokasi dana pembangunan dan memprofilkan daerahnya untuk mendorong investasi yang lebih baik. Pada tingkat masyarakat, penggunaan teknologi informasi komunikasi dapat sangat membantu masyarakat terutama di daerah pedesaaan untuk memajukan perekonomian mereka. Sebut saja penggunaan internet untuk memasarkan produk lokal, menjangkau lebih banyak pembeli dari daerah lain, dan untuk meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan produk yang lebih baik.

Pemerintah secara konsisten terus mendorong pemanfaatan teknologi informasi komunikasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memajukan perekonomian lokal. Departemen Komunikasi dan Informasi melakukan program pendidikan formal yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dimanfaatkan oleh mereka yang ingin mengenyam pendidikan tinggi di tengah kesibukan mereka bekerja . Program semacam ini mengilangkan sekat jarak dan waktu dan memungkinkan siapa saja untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama baiknya, di manapun mereka berada.

Sayangnya sejauh ini belum banyak kerja sama lainnya antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah untuk memajukan penggunaan teknologi informasi komunikasi untuk penguatan perekonomian lokal. Belum ada perencanaan yang jelas tentang bagaimana menyiapkan kebutuhan peningkatan sumberdaya manusia para aparatur khususnya tenaga teknis dan manajerial bidang teknologi informasi bagi pembangunan di daerah. Dengan menaruh perhatian yang lebih baik pada pemanfaatan teknologi informasi komunikasi, e-Governance dapat tercapai dengan merata di seluruh Indonesia.

Oleh Edison Koibur

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI IT& COMMUNICATION

Penulis adalah Mahasiswa Studi Akhir Magister Teknologi Informasi – Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Koordinator Studi Telematika Bumi Cenderawasih www.maykoedison.wordpress.com

MENYIASATI TANTANGAN GEOGRAFIS PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI

Penulis adalah Direktur Operation Wallacea Trust/The writer is the Director of Operation Wallacea Trust:, Jl. La Balawo No. 25, Bau-Bau, Buton. HP: 081 296 55 233. E-mail: [email protected]; [email protected]. Website: http://www.walaceatrustindonesia.org

Page 13: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201111 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 12

pantai dan tempat budidaya kepiting bakau. Upaya ini kami lakukan di setiap desa pesisir dan berhasil memotivasi terbangunnya kesepakatan di tingkat kecamatan untuk merehabilitasi magrove.

Selanjutnya kami memfasilitasi gerakan penanaman mangrove di Desa Oengkolaki yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, kepala desa hingga muspika. Inisiatif ini berhasil menginspirasi masyarakat Kecamatan Mawasangka, untuk memanfaatkan seluruh dana BLM tahun 2008 (sebesar sekitar 500 juta) di kecamatan ini untuk merehabilitasi mangrove di Desa Terapung, Banga, Tanailandu, Kanapa-napa dan Wakabungura. Hal yang sama juga kami lakukan di Kecamatan Napabalano Kabupaten Muna, dimana BLM tahun 2008 dimanfaatkan untuk penanaman mangrove di Desa Tampo, Renda dan Bahari. Puluhan hektar hutan mangrove yang hancur mulai hijau kembali dan usaha kepiting bakau yang dulu menghilang kini bangkit kembali. Sebuah bukti bahwa penguatan daya dukung lingkungan dapat membangun sumber penghasilan.

Strategi Pengarusutamaan Praktik Cerdas Strategi kami dalam membangun praktik cerdas dimulai dengan

sosialisai secara bertahap mulai dari tingkat kecamatan, kabupaten, hingga provinsi. Beberapa praktik cerdas yang telah berhasil kami fasilitasi adalah rehabilitasi lahan sekitar mata air, rehabilitasi hutan magrove, pembuatan persemaian pohon buah-buahan, pembangunan hutan rakyat, budidaya lebah madu, pembuatan biogas, pembuatan briket arang tempurung kelapa, pembuatan tungku hemat energi, penanaman rumput laut, penggunaan kompor jarak, penanaman jeruk, penanaman jarak, pembuatan pupuk organik, pengolahan mete, dan sebagainya.

Kami juga melakukan upaya pengarusutamaan praktik cerdas PNPM Hijau dengan memfasilitasi perumusan Peraturan Desa tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa. Seluruh praktik cerdas, sesuai rona lingkungan, telah masuk sebagai usulan desa yang layak mendapat pembiayaan. Mulai tahun 2011, seluruh usulan pembiayan pembangunan desa akan mengacu pada dokumen RPJM Desa.

Upaya mengarusutamakan praktik cerdas di tingkat kabupaten dan provinsi dilakukan melalui berbagai pertemuan yang diselenggarakan oleh pemerintah sebagai upaya mempengaruhi kebijakan. Kini Kabupaten Kolaka akan mengembangkan briket arang tempurung kelapa sebagai salah satu program unggulan kabupaten, Kabupaten Muna akan mengembangkan biogas permanen untuk desa-desa yang memiliki banyak ternak sapi, dana hibah provinsi (Bahteramas) akan diarahkan untuk mereplikasi praktik cerdas PNPM Hijau.

Sehubungan dengan exit strategy, kami juga melakukan pelatihan kepada seluruh pelaku kunci PNPM. Pelatihan kita adakan secara masif setelah banyak memakan asam garam praktik cerdas, sehingga pelatihan kami bukan sekedar teori atau kami bukan sekedar penyelenggara kegiatan), namun benar-benar memegang kunci berbagi dan belajar dari lapangan.

Keberhasilan PNPM Hijau ditentukan oleh seberapa besar kegiatan penyadaran lingkungan mampu merubah pola pikir masyarakat. Indikatornya adalah semkain banyaknya program perbaikan lingkungan yang diusulkan dalam rencana pembangunan desa. Untuk itu setelah berhasil menginspirasi, memfasilitasi dan mereplikasi praktik cerdas di tingkat desa, kami berupaya untuk mengarusutamakan praktik cerdas ini di luar wilayah pilot PNPM Hijau dengan harapan desa-desa lain juga dapat mereplikasi praktik cerdas. Impian kami, suatu saat nanti usulan pembangunan masyarakat perdesaan akan didominasi oleh usulan pembangunan ramah lingkungan yang mampu meningkatkan kesejahteraan sebagian besar masyarakat miskin perdesaan secara cepat !

mangrove forest rehabilitation for beach protection and cultivation of mangrove crabs. We did this in every village and were successful in motivating the creation of an agreement at sub-district level for mangrove rehabilitation.

We then facilitated a mangrove planting movement in Oengkolaki village which was attended by community members, village heads and the leadership of the district. This inspired the people of Mawasangka to use all the BLM funds for 2008 (around Rp 500 million) in this sub-district for mangrove rehabilitation in the villages of Terapung, Banga, Tanailandu, Kanapa-napa and Wakabungura. This was repeated again in Napabalano sub-district, Muna district, where BLM funds were used in 2008 to plant mangroves in Tampo, Renda and Bahari villages. Tens of hectares of mangroves which were destroyed were re-greened and the crab cultivation businesses which had once died out were revitalized. This is proof that strengthening the environment can create income sources.

Mainstreaming Smart Practices Strategy Our strategies in developing smart practices began with

socializing in stages, from sub-district, to district and finally provincial level. Smart practices that were successful in facilitating include rehabilitation of water-source areas, developing community forests, honey cultivation, biogas, charcoal briquette from coconut shell development, energy-saving stove development, seaweed planting, jarak biogas stoves, citrus cultivation, jarak cultivation, organic fertilizer production, cashew processing, and more.

We also focused on mainstreaming Green PNPM smart practices by facilitating the drafting of a Village Regulation on Medium-term Village Development Plans (RPJM). All the smart practices, in accordance with the environmental context, became part of village proposals that would be funded. In 2011, all proposals for village development will use the RPJM document.

Efforts to mainstream the development practices at district and provincial level were undertaken during meetings held by the government in an effort to influence policy. The district of Kolaka will develop coconut shell charcoal briquettes as a prime commodity of the district. Muna will development permanent biogas for villages with lots of cattle and the provincial grants (Bahteramas) will be used to replicate the smart practices from Green PNPM.

In terms of an exit strategy, we also provided training for all key Green PNPM stakeholders. We held large-scale trainings after developing the smart practices, so our training was not just theory, nor were we just trainers; we had the key of lessons learnt from the field.

The success of Green PNPM is determined by how much the awareness raising activities were able to change the mindset of the community. The indicator was how many environmental rehabilitation programs were suggested in the village development plans. After we successfully inspired, facilitated and replicated smart practices at the village level, we turned to mainstreaming the smart practices in areas outside the Green PNPM pilot locations with the hope that other villages would also replicate the smart practices. Our dream is that one day development proposals from village communities will be dominated by environmentally friendly suggestions able to improve the prosperity of poor rural communities quickly!.

dalah sebuah paradoks, ketika kita menyaksikan alam yang kaya raya tetapi masyarakatnya miskin, tentu dibutuhkan Asebuah kebijakan yang mampu mendobrak paradoks

tersebut. Dalam beberapa kesempatan kunjungan ke kampung melalui Program Rencana Strategis Pembangunan Kampung (RESPEK), Gubernur Papua, Barnabas Suebu, SH menegaskan kemauannya untuk membangun dari kampung. Pegunungan Tengah mempunyai prospek bagi masa depan papua, dibutuhkan sebuah komitmen bersama untuk membangun Pegunungan Tengah kearah kemandirian.

Memang menjadi Pemimpin di Papua adalah sebuah tantangan yang memiliki konsekuensi tersendiri. Inilah keunikan membangun Papua. Dari sisi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, komunikasi pedesaan memegang peran penting, terutama dalam arus komunikasi data bagi kebutuhan pembangunan di daerah, bagi pemerintah daerah. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi taelah menjadi agenda pemerintah dan sudah terealisasi melalui beberapa kerja sama dengan badan PBB urusan Teknologi Informasi dan Komunikasi melalui Program Jaringan Pendidikan Nasional (JARDIKNAS) yang telah efektif dilaksanakan di Indonesia, termasuk di Papua.

Dalam beberapa best practice yang diterapkan di benua Afrika, teknologi informasi dan komunikasi telah membantu mendorong kemajuan daerah dan merangsang pertumbuhan sektor lain sebesar lima persen dari pertumbuhan teknologi informasi komunikasi adalah satu persen. Bagi masyarakat awam, pemanfaatan teknologi biasanya membutuhkan investasi yang besar dan mahal. Ini tidak sepenuhnya benar karena yang dibutukan adalah kemampuan menganalisa kebutuhan dan teknologi yang tepat dan memadai. Jika ada yang murah, mengapa harus menggunakan yang mahal?

Salah satu alternatif pemanfaatan teknologi adalah penggunaan komputer. Ini bisa saja menjadi alternatif terbaik terutama karena teknologi komputer mengarah kepada teknologi hijau yang ramah lingkungan dan kebutuhan energinya lebih sedikit. Tengok saja CISCO, perusahaan teknologi informasi komunikasi terbesar dari Amerika Serikat yang telah berkomitmen untuk menghasilkan produk-produk ramah lingkungan yang juga dikenal dengan istilah green computer atau komputer hijau. Karena lebih hemat energi baik dalam produksi maupun penggunaannya, perangkat komunikasi yang diproduksinya menjadi lebih murah sehingga dapat membantu masyarakat dalam menghemat biaya bagi keperluan komunikasi data dan persuratan. Anda bisa membandingkan sendiri besarnya biaya yang dikeluakan untuk mengirimkan faksimili dibandingkan dengan mengirimkan email. Ini dapat memacu kinerja aparatur di daerah pedesaan.

Di banyak negara berkembang di Afrika dan Asia, pemanfaatan komputer telah menjadi pilihan bagi pemangku kepentingan di negara tersebut. Di Bangladesh, penggunaan

teknologi informasi dan komunikasi terbukti mampu menekan angka kemiskinan.Tengok saja bagaimana penerima nobel Muhammad Yunus menggunakannya untuk membangun ekonomi perdesaaan dengan membuka akses yang lebih besar pada masyarakat miskin.

Kendala utama dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi adalah kapasitas yang berbeda-beda dari sumberdaya manusia. Untuk dapat mengakses teknologi, kita perlu mengenalinya dengan baik. Di sinilah peran penting pendidikan dan pelatihan dibutuhkan. Berbagai pelatihan yang berfokus pada penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat sangat membantu pemerintah dalam menyusun alokasi dana pembangunan dan memprofilkan daerahnya untuk mendorong investasi yang lebih baik. Pada tingkat masyarakat, penggunaan teknologi informasi komunikasi dapat sangat membantu masyarakat terutama di daerah pedesaaan untuk memajukan perekonomian mereka. Sebut saja penggunaan internet untuk memasarkan produk lokal, menjangkau lebih banyak pembeli dari daerah lain, dan untuk meningkatkan kemampuan dalam menghasilkan produk yang lebih baik.

Pemerintah secara konsisten terus mendorong pemanfaatan teknologi informasi komunikasi untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memajukan perekonomian lokal. Departemen Komunikasi dan Informasi melakukan program pendidikan formal yang bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM), Institut Teknologi Surabaya (ITS) dan Institut Teknologi Bandung (ITB) yang dimanfaatkan oleh mereka yang ingin mengenyam pendidikan tinggi di tengah kesibukan mereka bekerja . Program semacam ini mengilangkan sekat jarak dan waktu dan memungkinkan siapa saja untuk mendapatkan kualitas pendidikan yang sama baiknya, di manapun mereka berada.

Sayangnya sejauh ini belum banyak kerja sama lainnya antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah untuk memajukan penggunaan teknologi informasi komunikasi untuk penguatan perekonomian lokal. Belum ada perencanaan yang jelas tentang bagaimana menyiapkan kebutuhan peningkatan sumberdaya manusia para aparatur khususnya tenaga teknis dan manajerial bidang teknologi informasi bagi pembangunan di daerah. Dengan menaruh perhatian yang lebih baik pada pemanfaatan teknologi informasi komunikasi, e-Governance dapat tercapai dengan merata di seluruh Indonesia.

Oleh Edison Koibur

TEKNOLOGI INFORMASI KOMUNIKASI IT& COMMUNICATION

Penulis adalah Mahasiswa Studi Akhir Magister Teknologi Informasi – Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Koordinator Studi Telematika Bumi Cenderawasih www.maykoedison.wordpress.com

MENYIASATI TANTANGAN GEOGRAFIS PEGUNUNGAN TENGAH PAPUA DENGAN TEKNOLOGI INFORMASI & KOMUNIKASI

Penulis adalah Direktur Operation Wallacea Trust/The writer is the Director of Operation Wallacea Trust:, Jl. La Balawo No. 25, Bau-Bau, Buton. HP: 081 296 55 233. E-mail: [email protected]; [email protected]. Website: http://www.walaceatrustindonesia.org

Page 14: BaKTI News Edisi 63

PERTEMUAN JiKTI GORONTALO25 Oktober 2010

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201113 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 14

ertemuan Focal Point (FP) JiKTI diadakan di kantor BaKTI dihadiri oleh seluruh Focal Point JiKTI. Pertemuan Ptersebut menyepakati perlunya untuk memperkuat

orientasi kelembagaan JiKTI agar potensi yang dimiliki dapat dikelola lebih efektif. Dibutuhkan sebuah kerangka kerja organisasi dan beberapa upaya peningkatan kapasitas anggota JiKTI. Upaya peningkatan kapasitas anggota JiKTI dapat melalui workshop penelitian dan penyusunan lembar kebijakan. JiKTI sebagai satu-satunya jaringan peneliti di Kawasan Timur Indonesia semakin dikenal luas tidak hanya dalam negeri tetapi juga oleh mitra pembangunan luar negeri.

Kerangka kerja organisasi bagi Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia telah disusun dan telah melalui pengayaan dari anggota JiKTI pada Desember 2010. Kerangka kerja organisasi ini telah disepakati menjadi landasan bagi seluruh anggota JiKTI dalam bekerja. Kerangka kerja tersebut dapat terus diperkaya di masa depan agar tetap relevan dengan perkembangan JiKTI dan selaras dengan kebutuhan pembangunan.

Pengembangan Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan

iKTI Gorontalo mengadakan diskusi bertema ‘Menggagas sinergitas peneliti dalam membantu sektor pengetahuan’ bertempat di Universitas J

Gorontalo dan dihadiri oleh 45 anggota JiKTI yang berasal dari berbagai bidang ilmu, lembaga penelitian, dan instansi pemerintahan.

Hadir juga dalam pertemuan JiKTI ini, Kepala BAPPEDA Provini Gorontalo, Ibu Winarni Monoarfa yang memberi dukungan kepada JIKTI dan berharap jaringan ini dapat mendukung kebijakan pembangunan dan menjawab kebutuhan pembangunan.

Hasil pertemuan antara lain adalah kesepahaman dan kebulatan tekad para anggota JiKTI untuk dapat membina hubunga baik dan kerjasama mutualisme dengan pemerintah daerah. Dengan berjejaring para peneliti dapat meningkatkan kapasitasnya dan memiliki peluang yang lebih baik untuk memberikan rekomendasi ilmiah bagi kebijakan pembangunan di Gorontalo.

JiKTI TERKINI JiKTI UPDATES

IKTI bersama delapan lembaga penelitian di Indonesia tengah melakukan studi mengenai Pengembangan Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan. Program ini mendukung upaya penguatan kapasitas kelembagaan yang bergerak di sektor pengetahuan dan penguatan kapasitas teknis dalam menghasilkan pengetahuan yang berguna bagi pembuatan kebijakan J

(perencanaan pembangunan). Melalui JIKTI, program yang merupakan dukungan dari AusAID melalui The Asia Foundation (TAF), dilaksanakan di lima

provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Kelima provinsi tersebut adalah Papua, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo. Program ini telah dimulai pada Juli 2010 dan akan terlaksana hingga November 2011.

Apa itu JiKTI?

Gabung di sini, yuk!

Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) adalah sebuah jaringan yang beranggotakan para peneliti dari Kawasan Timur Indonesia. Jaringan ini terbentuk pada Juli 2007 di Makassar dan bernaung di bawah Forum Kawasan Timur Indonesia. JiKTI berfungsi mendorong upaya-upaya kolaboratif di antara para peneliti di KTI untuk mengisi kebutuhan kebijakan dan perencanaan pembangunan agar bertumpu pada hasil-hasil penelitian. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan capaian pembangunan, khususnya dalam mendorong optimalisasi dan percepatan otonomi daerah.

Selain melakukan pertemuan di setiap provinsi, JiKTI juga aktif berdiskusi secara online, baik melalui mailing list maupun forum diskusi online di Batukar.Info. Jika Anda tertarik untuk berinteraksi dengan para peneliti di KTI, mari bergabung dalam komunitas online JiKTI di http://www.batukar.info/forums/diskusi-jaringan/jaringan-peneliti-kti-jikti

novasi pada pelayanan publik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Inovasi dapat Imuncul dari kreativitas para pelayan publik, dapat didorong

dengan insentif, dan dapat pula direplikasi dari sektor atau daerah lainnya. Sulawesi Selatan juga akan melakukan semakin banyak inovasi dalam meningkatkan pelayanan publik. Mulai bulan Oktober 2010 hingga Februari 2015, Pemerintah daerah ini bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) dalam sebuah program bertajuk Kinerja.

Pendekatan Program KinerjaProgram Kinerja bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

publik di Indonesia melalui peningkatan pengelolaan pelayanan,dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas pelayanan pemerintah daerah. Kinerja didukung USAID dengan total anggaran 24,7 juta dolar Amerika dengan sasaran program empat provinsi Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pada masing-masing provinsi ada lima Kabupaten/Kota yang menjadi penerima bantuan teknis.

Kinerja akan memfokuskan bantuan teknis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di tiga sektor yaitu sektor pendidikan, kesehatan, dan peningkatan iklim usaha. Penyediaan dukungan yang dimaksud terkait dengan pelayanan pendidikan dasar di sektor pendidikan, pelayanan ibu dan anak, pelayanan kesehatan dasar serta peningkatan iklim usaha yang baik. Pemerintah daerah dapat memilih program yang menjadi prioritas sesuai dengan RPJMD, Renstra dan KUA serta APBD. Kinerja akan mendukung inisiatif yang sudah dimulai pemerintah daerah dan membantu meningkatkannya dalam pelaksanaan sehari-hari. Pada awal program, Kinerja akan mendukung kegiatan di satu sektor sebagai titik awal di setiap kabupaten/kota berdasarkan komitmen dari pemerintah daerah dan sumber daya yang tersedia jika berhasil maka program dapat diperluas kepada sektor yang lain di tahun-tahun berikutnya.

Program Kinerja terdiri dari beberapa komponen, yaitu inovasi pelayanan publik di tiga sektor pilihan; insentif (kepedulian pemangku kepentingan) untuk mendorong inovasi

terpilih; dan replikasi inovasi di tempat/sektor lainnya. Beberapa contoh inovasi adalah memfasilitasi pemda untuk perubahan dalam manajemen implementasi pelayanan publik, dan respons pemerintah terhadap umpan balik masyarakat. Contoh insentif termasuk terjadinya pengukuran kinerja dan publikasi hasil pelayanan publik serta pengawasan alokasi anggaran untuk pelayaan publik. Sedangkan contoh replikasi termasuk dokumentasi praktek pelayanan publik yang baik, kunjungan antar pemerintah daerah atau institusi daerah untuk memahami inovasi pelayanan publik, dan penyebar-luasan praktek yang baik.

Dasar penentuan daerah penerima bantuan teknis program Kinerja adalah dengan berdasar pada kondisi riil atas data yang dikumpulkan seperti kesenjangan antara indeks pembangunan manusia (IPM), produk domestik regional bruto (PDRB), pertumbuhan penduduk, serta daerah perbatasan. Proses seleksi penentuan daerah kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan metode acak melalui komputerisasi sesuai dengan data-data yang dikumpulkan dari Bappeda dan BPS, seperti hasil Susenas 2010.

Proses Seleksi Daerah Beberapa tahap pemilihan yang telah dilakukan oleh

Kinerja Sulsel adalah roadshow, diseminasi, dan seleksi. Kegiatan roadshow ditujukan utamanya untuk memperkenalkan program kepada para eksekutif, legislatif, perguruan tinggi dan organisasi non pemerintah di tingkat Provinsi. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 16 dan 17 Desember silam diadakan kegiatan penjelasan umum kepada SKPD terkait di ruang sidang kantor Gubernur Sulsel, hadir dalam pertemuan tersebut adalah BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD), Biro Organisasi Setda, Ketua Komisi A DPRD Provinsi dan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri serta USAID. Kegiatan ini memberikan gambaran umum kepada SKPD tentang Kinerja dan ruanglikup bantuan teknis yang akan dilakukan pada Kabupaten/Kota. Pertemuan selanjutnya dilakukan juga dengan Ketua dan Unsur Ketua DPRD Provinsi

PROFIL PROGRAM PROGRAM PROFILE

PERTEMUAN FOCAL POINT JiKTI27-28 Sept 2010

SELAMAT DATANG PROGRAM KINERJA USAID DI SULSEL Oleh Herry Susanto

SELAMAT DATANG PROGRAM KINERJA USAID DI SULSEL

Page 15: BaKTI News Edisi 63

PERTEMUAN JiKTI GORONTALO25 Oktober 2010

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201113 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 14

ertemuan Focal Point (FP) JiKTI diadakan di kantor BaKTI dihadiri oleh seluruh Focal Point JiKTI. Pertemuan Ptersebut menyepakati perlunya untuk memperkuat

orientasi kelembagaan JiKTI agar potensi yang dimiliki dapat dikelola lebih efektif. Dibutuhkan sebuah kerangka kerja organisasi dan beberapa upaya peningkatan kapasitas anggota JiKTI. Upaya peningkatan kapasitas anggota JiKTI dapat melalui workshop penelitian dan penyusunan lembar kebijakan. JiKTI sebagai satu-satunya jaringan peneliti di Kawasan Timur Indonesia semakin dikenal luas tidak hanya dalam negeri tetapi juga oleh mitra pembangunan luar negeri.

Kerangka kerja organisasi bagi Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia telah disusun dan telah melalui pengayaan dari anggota JiKTI pada Desember 2010. Kerangka kerja organisasi ini telah disepakati menjadi landasan bagi seluruh anggota JiKTI dalam bekerja. Kerangka kerja tersebut dapat terus diperkaya di masa depan agar tetap relevan dengan perkembangan JiKTI dan selaras dengan kebutuhan pembangunan.

Pengembangan Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan

iKTI Gorontalo mengadakan diskusi bertema ‘Menggagas sinergitas peneliti dalam membantu sektor pengetahuan’ bertempat di Universitas J

Gorontalo dan dihadiri oleh 45 anggota JiKTI yang berasal dari berbagai bidang ilmu, lembaga penelitian, dan instansi pemerintahan.

Hadir juga dalam pertemuan JiKTI ini, Kepala BAPPEDA Provini Gorontalo, Ibu Winarni Monoarfa yang memberi dukungan kepada JIKTI dan berharap jaringan ini dapat mendukung kebijakan pembangunan dan menjawab kebutuhan pembangunan.

Hasil pertemuan antara lain adalah kesepahaman dan kebulatan tekad para anggota JiKTI untuk dapat membina hubunga baik dan kerjasama mutualisme dengan pemerintah daerah. Dengan berjejaring para peneliti dapat meningkatkan kapasitasnya dan memiliki peluang yang lebih baik untuk memberikan rekomendasi ilmiah bagi kebijakan pembangunan di Gorontalo.

JiKTI TERKINI JiKTI UPDATES

IKTI bersama delapan lembaga penelitian di Indonesia tengah melakukan studi mengenai Pengembangan Sektor Pengetahuan untuk Kebijakan. Program ini mendukung upaya penguatan kapasitas kelembagaan yang bergerak di sektor pengetahuan dan penguatan kapasitas teknis dalam menghasilkan pengetahuan yang berguna bagi pembuatan kebijakan J

(perencanaan pembangunan). Melalui JIKTI, program yang merupakan dukungan dari AusAID melalui The Asia Foundation (TAF), dilaksanakan di lima

provinsi di Kawasan Timur Indonesia. Kelima provinsi tersebut adalah Papua, Maluku, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Tenggara, dan Gorontalo. Program ini telah dimulai pada Juli 2010 dan akan terlaksana hingga November 2011.

Apa itu JiKTI?

Gabung di sini, yuk!

Jaringan Peneliti Kawasan Timur Indonesia (JiKTI) adalah sebuah jaringan yang beranggotakan para peneliti dari Kawasan Timur Indonesia. Jaringan ini terbentuk pada Juli 2007 di Makassar dan bernaung di bawah Forum Kawasan Timur Indonesia. JiKTI berfungsi mendorong upaya-upaya kolaboratif di antara para peneliti di KTI untuk mengisi kebutuhan kebijakan dan perencanaan pembangunan agar bertumpu pada hasil-hasil penelitian. Upaya ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses dan capaian pembangunan, khususnya dalam mendorong optimalisasi dan percepatan otonomi daerah.

Selain melakukan pertemuan di setiap provinsi, JiKTI juga aktif berdiskusi secara online, baik melalui mailing list maupun forum diskusi online di Batukar.Info. Jika Anda tertarik untuk berinteraksi dengan para peneliti di KTI, mari bergabung dalam komunitas online JiKTI di http://www.batukar.info/forums/diskusi-jaringan/jaringan-peneliti-kti-jikti

novasi pada pelayanan publik sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas layanan yang diberikan. Inovasi dapat Imuncul dari kreativitas para pelayan publik, dapat didorong

dengan insentif, dan dapat pula direplikasi dari sektor atau daerah lainnya. Sulawesi Selatan juga akan melakukan semakin banyak inovasi dalam meningkatkan pelayanan publik. Mulai bulan Oktober 2010 hingga Februari 2015, Pemerintah daerah ini bekerja sama dengan United States Agency for International Development (USAID) dalam sebuah program bertajuk Kinerja.

Pendekatan Program KinerjaProgram Kinerja bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

publik di Indonesia melalui peningkatan pengelolaan pelayanan,dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap kualitas pelayanan pemerintah daerah. Kinerja didukung USAID dengan total anggaran 24,7 juta dolar Amerika dengan sasaran program empat provinsi Aceh, Kalimantan Barat, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pada masing-masing provinsi ada lima Kabupaten/Kota yang menjadi penerima bantuan teknis.

Kinerja akan memfokuskan bantuan teknis untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik di tiga sektor yaitu sektor pendidikan, kesehatan, dan peningkatan iklim usaha. Penyediaan dukungan yang dimaksud terkait dengan pelayanan pendidikan dasar di sektor pendidikan, pelayanan ibu dan anak, pelayanan kesehatan dasar serta peningkatan iklim usaha yang baik. Pemerintah daerah dapat memilih program yang menjadi prioritas sesuai dengan RPJMD, Renstra dan KUA serta APBD. Kinerja akan mendukung inisiatif yang sudah dimulai pemerintah daerah dan membantu meningkatkannya dalam pelaksanaan sehari-hari. Pada awal program, Kinerja akan mendukung kegiatan di satu sektor sebagai titik awal di setiap kabupaten/kota berdasarkan komitmen dari pemerintah daerah dan sumber daya yang tersedia jika berhasil maka program dapat diperluas kepada sektor yang lain di tahun-tahun berikutnya.

Program Kinerja terdiri dari beberapa komponen, yaitu inovasi pelayanan publik di tiga sektor pilihan; insentif (kepedulian pemangku kepentingan) untuk mendorong inovasi

terpilih; dan replikasi inovasi di tempat/sektor lainnya. Beberapa contoh inovasi adalah memfasilitasi pemda untuk perubahan dalam manajemen implementasi pelayanan publik, dan respons pemerintah terhadap umpan balik masyarakat. Contoh insentif termasuk terjadinya pengukuran kinerja dan publikasi hasil pelayanan publik serta pengawasan alokasi anggaran untuk pelayaan publik. Sedangkan contoh replikasi termasuk dokumentasi praktek pelayanan publik yang baik, kunjungan antar pemerintah daerah atau institusi daerah untuk memahami inovasi pelayanan publik, dan penyebar-luasan praktek yang baik.

Dasar penentuan daerah penerima bantuan teknis program Kinerja adalah dengan berdasar pada kondisi riil atas data yang dikumpulkan seperti kesenjangan antara indeks pembangunan manusia (IPM), produk domestik regional bruto (PDRB), pertumbuhan penduduk, serta daerah perbatasan. Proses seleksi penentuan daerah kabupaten/kota dilakukan dengan menggunakan metode acak melalui komputerisasi sesuai dengan data-data yang dikumpulkan dari Bappeda dan BPS, seperti hasil Susenas 2010.

Proses Seleksi Daerah Beberapa tahap pemilihan yang telah dilakukan oleh

Kinerja Sulsel adalah roadshow, diseminasi, dan seleksi. Kegiatan roadshow ditujukan utamanya untuk memperkenalkan program kepada para eksekutif, legislatif, perguruan tinggi dan organisasi non pemerintah di tingkat Provinsi. Kegiatan ini dilakukan pada tanggal 16 dan 17 Desember silam diadakan kegiatan penjelasan umum kepada SKPD terkait di ruang sidang kantor Gubernur Sulsel, hadir dalam pertemuan tersebut adalah BAPPEDA, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD), Biro Organisasi Setda, Ketua Komisi A DPRD Provinsi dan Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri serta USAID. Kegiatan ini memberikan gambaran umum kepada SKPD tentang Kinerja dan ruanglikup bantuan teknis yang akan dilakukan pada Kabupaten/Kota. Pertemuan selanjutnya dilakukan juga dengan Ketua dan Unsur Ketua DPRD Provinsi

PROFIL PROGRAM PROGRAM PROFILE

PERTEMUAN FOCAL POINT JiKTI27-28 Sept 2010

SELAMAT DATANG PROGRAM KINERJA USAID DI SULSEL Oleh Herry Susanto

SELAMAT DATANG PROGRAM KINERJA USAID DI SULSEL

Page 16: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201115 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 16

Sulawesi Selatan dan Fakultas FISIP Universitas Hasanuddin serta beberapa organisasi non pemeritnah seperti Kopel, Fik Ornop, YASMIB, Unmuh, dan Fatayat NU. Selain itu juga dilakukan diskusi terbatas dengan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) dan the Fajar Institute of Pro Otonomy (FIPO).

Tahap berikutnya adalah diseminasi yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2011 di Ruang Data Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Setda Provinsi Sulawesi Selatan, H.A.Muallim, SH.MSi. dan diikuti oleh 19 Kabupaten/Kota. Beberapa Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota turut hadir dalam pertemuan tersebut. Setelah pertemuan berakhir kepada Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan penawaran untuk melakukan penyampaian surat minat kepada Gubernur untuk menerima bantuan teknis program Kinerja dengan batasan waktu tiga hari. Tahap terakhir adalah seleksi Kabupaten/Kota yang telah menyampaikan surat minat kepada Gubernur melalui Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Sebanyak 13 Pemerintah Kabupaten dan 2 Pemerintah Kota telah menyampiakan surat minat. Dari data surat minat tersebut oleh Tim Kinerja Jakarta kemudian diolah dan kelimabelas pemerintah Kabupaten/Kota dipilih secara komputerisasi dengan menggunakan sistem acak. Sebuah pertemuan teknis di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Gubernur dilakukan untuk memilih lima dari limabelas Kabupaten/Kota yang akan menerima bantuan teknis Kinerja USAID. Hadir dalam pertemuan teknis adalah unsur SKPD terkait, wakil dari Fakultas FISIP Universitas Hasanuddin, dan organisasi non pemerintah. Kelima Kabupaten/Kota yang terpilih secara acak adalah Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, Kabupaten Barru, Kabupaten Bulukumba, dan Kota Makassar.

Program KolaborasiProgram Kinerja USAID berkerja sama dengan pemerintah, baik pada

tingkat pusat maupun daerah. Pada tingkat pusat, Kinerja bekerja sama dengan BAPPENAS melalui Deputi Kerjasama Bilateral dan Deputi Otonomi Daerah dan dengan Kemendagri melalui Ditjen PUM, Ditjen OTDA. Kinerja juga bekerjasama dengan kementerian terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, BKPM, dan Kementerian Pertanian.

Pada tingkat provinsi, program Kinerja USAID bekerja sama dengan Gubernur, Setda, SKPD terkait, DPRD, OMS, dan media. Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota program ini akan bekerja sama dengan Bupati/Walikota, DPRD, Setda, BAPPEDA, SKPD terkait, OMS, dan media. Pelaksana Kinerja adalah Konsorsium yang terdiri dari Research Triangle Institute (RTI), Social Impact, The Asia Foundation (TAF), SMERU, Universitas Gajah Mada (UGM), dan Kemitraan (Partnership).

PEACH TERKINI PEACH UPDATE

idak heran, kalau salah satu fase penting dari program PEACH adalah fase penelitian. Sebab program ini merupakan kajian Tpengeluaran publik dan peningkatan kapasitas. Program ini

dirancang untuk mendukung pemerintah daerah yang b e r k o m i t m e n m e n i n g k a t k a n e fe k t i f i t a s p e re n c a n a a n pembangunan secara khusus melalui penganggaran dan pembelajaan APBDnya.Alat analisa dan metode yang digunakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas proses perencanaan dan penganggaran APBD, termasuk juga mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas para pemeluk kepetingan dalam menjawab tantangan yang dihadapi setiap daerah di Indonesia setelah pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, yakni bagaimana mendorong pembangunan ekonomi yang lebih baik dan menyediakan layanan public yang berkualitas. Dua tantangan ini menjadi bagian terpenting dari analisis PEACH.

It should come as no surprise that one of the most important phases of the PEACH program is the research phase as this program is one of public expenditure analysis and capacity building. This program is designed to support the commitment of a particular regional government to improve its development planning through budgeting and expenditure. Analytical tools and methods are applied in an attempt to improve the quality of the planning and budgeting process and to identify stakeholders’ capacity improvement needs in response to the challenges faced by every province of Indonesia after decentralization and regional autonomy- how to enhance economic growth and provide better public services. These two challenges are the most significant element of the PEACH analysis.

eperti headlines surat kabar harian yang selalu berganti, “wajah” PFM dalam liputan media di provinsi Sulut, Sulsel, Sultra, agak berubah di bulan S

awal 2011. Bila triwulan terakhir 2010, porsi terbesar liputan media adalah pada dinamika APBD, maka pada awal tahun ini, liputan terkait PFM lebih pada porsi kinerja eksekutif yang berelasi dengan produk APBD 2010 dan RAPBD 2011, hingga realisasi atau posisi proyek-proyek tahun anggaran sebelumnya.Di dalamnya ada kebijakan mengenai gaji dan insentif di seluruh lini struktural pemerintahan, performa kabupaten kota dalam menghimpun PAD, keberlanjutan proyek jangka panjang yang telah dianggarkan pada APBD tahun sebelumnya serta biaya pilkada yang makin membengkak.

Headlines change every day and with it so did the ‘face’ of the media coverage of public financial management (PFM) issues in provinces of North, South and South East Sulawesi in the early months of 2011. In the last three months of 2010 APBD dynamics received the greatest coverage in the provinces above; news coverage in these first months of 2011 is focused on the executive’s performance as related to the 2010 APBD and 2011 RAPBD products and to the realization of infrastructure projects from previous year. Issues include remuneration and incentive policies at every level of government, the districts/municipalities’ performances in raising the PAD, the continuity of long term projects budgeted in previous year’s APBD, and the increasing costs of regional elections.

News at glance

USAID Bantu Lima Daerah di SulSelMAKASSAR-United States Agency for International Development (USAID) memberikan bantuan kepada lima kabupaten di SulSel Bantuan tersebut berupa teknis dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Lima daerah itu rnasing-masing, Kota Makassar, Barru, Luwu Utara, Luwu, dan Bulukurnba. Hal itu disampaikan publik relation USAID, Mustajib Billa didampingi Mark Fiorella dari tim kinerja sosial impact, Kamis, 20 Januari.

Mustajib mengatakan, di talmn pertarna, USAID konsentrasi pada tiga sektor yakni, pendidikan, kesehatan, dan peningkatan iklim usaha. "Program ini bertujuan menguatkan kapasitas lokal dengan strategi pendampingan dan akan berjalan hinggatahun 2015," katanya.

Khusus di Makassar akan fokus kepada sektor bidang usaha. Salah satunya soal pintu perizinan, menghilangkan kendala-kendala yang menghambat, scmentara daerah lain fokus pendidikan.

Mark Fiorella menambahkan, tujuan program ini adalah peningkatkan pelayanan publik melalui pengelolaan pelayanan, dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pemerintah daerah. Di Indonesia ada empat provinsi dipilih bekerja sama USAID yakni, Sulsel, Aceh, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

USAID melihat empat daerah ini terdapat kesenjangan yang signifikan antara indeks pernbangunan man usia (IPM) dan produk domestik regional bruto (PDRB). (aci)

LIMA kabupaten se-Sulsel terpilih sebagai mitra kerja Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat(AS)UnitedStatesAgency for International Develop-ment (USAlD). Daerah yang akan menjadi sasaran program Kinerja USAlD tersebut di antaranya: Bulukumba, Barru, Luwu, dan Luwu Utara (Lutra).

Pemilihan daerah tersebut dilakukan secara acak dengan menggunakan sistem komputerisasi.

Sebelumnya, dalam penemuanawal sosislisasi program, 4 januar lalu, sebanyak 15 kabupaten/kota dari 24 daerah se-Sulsel hadir dan menyampaikan surat minat ke Gubernur Sulsel untuk bekerja sama dengan pihak USAID. :Mereka sudah menyerahkan data yang terkait dengan sektor pendidikan, kesehatan, jumlah penduduk, hingga pendapatan domestik regional brutto (PDRB).

Tim Kinerja USAID /Muntajid Billah bersama lmpact Evaluation Manager

Mark Fiorello di kantor Gubernur Sulsel, Kamis (20/ l), mengatakan, daerah yang terpilih akan bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemprov, dan konsorsium pelaksana program untuk mengoptimalkan bantuan teknis dan peningkatan pelayanan publik di tiga sektor.

Sektor prioritas itu yakni pendidikan, kesehatan, dan peningkatan iklim usaha. USAID bersama sejumlah lembaga akan mendampingi pemerintah daerah (pemda) selama 4,5 tahun. Proses koordinasi ke pusat hingga daerah mulai berlangsung Februari nanti, sehingga program sudah bisa berjalan per April 2011. "Pemilihan dilakukan secara acak dengan komputer jadi obyektif dan jauh dari pertimbangan politis. Daerah

lain yang tidak terpilih tetap diberi kesempatan berpartisipasi mereplikasi program.Kami harap ada peningkatan layanan publik setelah program berakhir" jelas Muntajid.

USAlD disebutkan memberi bantuan dana senilai 29 juta US Dolar atau mencapai Rp. 290 Miliar (kurs Rp 10 ribu) untuk pelaksanaan program di empat provinsi se-Indonesia. Selain Sulsel, Aceh, Jawa Timur (Jatim), dan Kalimantan Barat, selama empat tahun.

Muntajid, menjeiaskan, Untuk tahun pertama di Sulsel fokus mendampingi satu sektor saja, sedangkan tahun kedua dan seterusnya tetgantung dinamika yang berkembang ditiap daerah.

Di Bulukumba, Barru, Luwu, dan Lutra di sektor pendidikan melalui pendampingan perencanaan sekolah, penyusunan rencana anggaran belanja sekolah, hingga pemerataan dan pelatihan guru. Sedangkan, Makassar fokus sektor lingkungan usaha melalui-pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).(axa)

sasaran usaid Makassar (peningkataniklim investasi) Bulukumba

BulukumbaLuwuLuwu Utara

(pendidikan)(pendidikan)(pendidikan)(pendidikan)

JUMAT21JANUARI 20114

rogram PEACH terdiri dari tahap PEA dan CH. Tahap pertama, PEA adalah tahap penelitian dan analisa terhadap pengeluaran publik suatu provinsi. Kemudian tahap PCH yaitu Capacity Harmonization atau penyelarasan kapasitas. Program PEACH di

Sulawesi Utara, hampir rampung menyesaikan tahapan PEA-nya. Pelaporan ini merangkum pengumpulan data dari 15 kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Pelaporan hasil analisa pengeluaran publik Provinsi Sulawesi Utara ini direncanakan akan diluncurkan awal bulan April yang akan datang.

Strategi dan kegiatan tahap penyelarasan kapasitas ditujukan kepada para pendukung kepentingan pengelolaan keuangan publik dalam hal ini pemerintah, lembaga peneliti, organisasi kemasyarakatan dan media.Secara umum kegiatan pada tahap ke dua ini merujuk pada pelaporan PEA. Laporan PEA, akan menjadi wajah kualitas manajemen keuangan publik provinsi Sulawesi Utara, sekaligus penegasan komitment Provinsi Sulawesi Utara dalam menjawab tantangan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu bagaimana mendorong pembangunan ekonomi yang lebih baik dan menyediakan layanan public yang berkualitas bagi masyarakat Sulawesi Utara.

The PEACH program consists of two stages: the PEA and the CH. The first one, the PEA, is when a particular province’s expenditure is analyzed. Then comes the second one, the CH stage, which stands for capacity harmonization. The North Sulawesi PEACH program is now at the end of its PEA stage. The report will include survey results of the 15 districts /cities in North Sulawesi and will be launched in April.

The strategy and activities of the Capacity Harmonization stage will serve the stakeholders of public financial management: government, research institutions, CSOs and media. In general, the strategies and activities of this second stage are included in the PEA report. The PEA report will become the face of North Sulawesi public financial management and represent the North Sulawesi Government’s commitment to enhance its economic growth and to provide better public services for the people of North Sulawesi.

PEACH di Sulawesi Utara

My (financial) problem lies in reconciling my gross habits with my net income. Masalah (keuangan) saya terletak pada bagaimana menyepakatkan kebiasaan belanja

dengan penghasilan bersih saya.Errol Flynn

PEA data collection phase, conducted by PSKMP- UNHAS

Sulawesi @ BaKTI’s News Café-a bimonthly discussion on PFM issues

North Sulawesi PEA launch

Januari - Agustus

Maret

April

2011Event Calendar

Penulis adalah South Sulawesi Provincial Coordinator (SSPO) KinerjaTelp.: 081146 8643Email: [email protected] ; [email protected]

Jumat, 21 Januari 2010

Maret

Page 17: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201115 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 16

Sulawesi Selatan dan Fakultas FISIP Universitas Hasanuddin serta beberapa organisasi non pemeritnah seperti Kopel, Fik Ornop, YASMIB, Unmuh, dan Fatayat NU. Selain itu juga dilakukan diskusi terbatas dengan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) dan the Fajar Institute of Pro Otonomy (FIPO).

Tahap berikutnya adalah diseminasi yang dilakukan pada tanggal 4 Januari 2011 di Ruang Data Kantor Gubernur Sulawesi Selatan. Kegiatan ini secara resmi dibuka oleh Setda Provinsi Sulawesi Selatan, H.A.Muallim, SH.MSi. dan diikuti oleh 19 Kabupaten/Kota. Beberapa Bupati/Walikota dan Wakil Bupati/Wakil Walikota turut hadir dalam pertemuan tersebut. Setelah pertemuan berakhir kepada Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan penawaran untuk melakukan penyampaian surat minat kepada Gubernur untuk menerima bantuan teknis program Kinerja dengan batasan waktu tiga hari. Tahap terakhir adalah seleksi Kabupaten/Kota yang telah menyampaikan surat minat kepada Gubernur melalui Setda Provinsi Sulawesi Selatan. Sebanyak 13 Pemerintah Kabupaten dan 2 Pemerintah Kota telah menyampiakan surat minat. Dari data surat minat tersebut oleh Tim Kinerja Jakarta kemudian diolah dan kelimabelas pemerintah Kabupaten/Kota dipilih secara komputerisasi dengan menggunakan sistem acak. Sebuah pertemuan teknis di Ruang Rapat Pimpinan Kantor Gubernur dilakukan untuk memilih lima dari limabelas Kabupaten/Kota yang akan menerima bantuan teknis Kinerja USAID. Hadir dalam pertemuan teknis adalah unsur SKPD terkait, wakil dari Fakultas FISIP Universitas Hasanuddin, dan organisasi non pemerintah. Kelima Kabupaten/Kota yang terpilih secara acak adalah Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu, Kabupaten Barru, Kabupaten Bulukumba, dan Kota Makassar.

Program KolaborasiProgram Kinerja USAID berkerja sama dengan pemerintah, baik pada

tingkat pusat maupun daerah. Pada tingkat pusat, Kinerja bekerja sama dengan BAPPENAS melalui Deputi Kerjasama Bilateral dan Deputi Otonomi Daerah dan dengan Kemendagri melalui Ditjen PUM, Ditjen OTDA. Kinerja juga bekerjasama dengan kementerian terkait seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan Nasional, BKPM, dan Kementerian Pertanian.

Pada tingkat provinsi, program Kinerja USAID bekerja sama dengan Gubernur, Setda, SKPD terkait, DPRD, OMS, dan media. Sedangkan pada tingkat Kabupaten/Kota program ini akan bekerja sama dengan Bupati/Walikota, DPRD, Setda, BAPPEDA, SKPD terkait, OMS, dan media. Pelaksana Kinerja adalah Konsorsium yang terdiri dari Research Triangle Institute (RTI), Social Impact, The Asia Foundation (TAF), SMERU, Universitas Gajah Mada (UGM), dan Kemitraan (Partnership).

PEACH TERKINI PEACH UPDATE

idak heran, kalau salah satu fase penting dari program PEACH adalah fase penelitian. Sebab program ini merupakan kajian Tpengeluaran publik dan peningkatan kapasitas. Program ini

dirancang untuk mendukung pemerintah daerah yang b e r k o m i t m e n m e n i n g k a t k a n e fe k t i f i t a s p e re n c a n a a n pembangunan secara khusus melalui penganggaran dan pembelajaan APBDnya.Alat analisa dan metode yang digunakan diarahkan untuk meningkatkan kualitas proses perencanaan dan penganggaran APBD, termasuk juga mengidentifikasi kebutuhan peningkatan kapasitas para pemeluk kepetingan dalam menjawab tantangan yang dihadapi setiap daerah di Indonesia setelah pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, yakni bagaimana mendorong pembangunan ekonomi yang lebih baik dan menyediakan layanan public yang berkualitas. Dua tantangan ini menjadi bagian terpenting dari analisis PEACH.

It should come as no surprise that one of the most important phases of the PEACH program is the research phase as this program is one of public expenditure analysis and capacity building. This program is designed to support the commitment of a particular regional government to improve its development planning through budgeting and expenditure. Analytical tools and methods are applied in an attempt to improve the quality of the planning and budgeting process and to identify stakeholders’ capacity improvement needs in response to the challenges faced by every province of Indonesia after decentralization and regional autonomy- how to enhance economic growth and provide better public services. These two challenges are the most significant element of the PEACH analysis.

eperti headlines surat kabar harian yang selalu berganti, “wajah” PFM dalam liputan media di provinsi Sulut, Sulsel, Sultra, agak berubah di bulan S

awal 2011. Bila triwulan terakhir 2010, porsi terbesar liputan media adalah pada dinamika APBD, maka pada awal tahun ini, liputan terkait PFM lebih pada porsi kinerja eksekutif yang berelasi dengan produk APBD 2010 dan RAPBD 2011, hingga realisasi atau posisi proyek-proyek tahun anggaran sebelumnya.Di dalamnya ada kebijakan mengenai gaji dan insentif di seluruh lini struktural pemerintahan, performa kabupaten kota dalam menghimpun PAD, keberlanjutan proyek jangka panjang yang telah dianggarkan pada APBD tahun sebelumnya serta biaya pilkada yang makin membengkak.

Headlines change every day and with it so did the ‘face’ of the media coverage of public financial management (PFM) issues in provinces of North, South and South East Sulawesi in the early months of 2011. In the last three months of 2010 APBD dynamics received the greatest coverage in the provinces above; news coverage in these first months of 2011 is focused on the executive’s performance as related to the 2010 APBD and 2011 RAPBD products and to the realization of infrastructure projects from previous year. Issues include remuneration and incentive policies at every level of government, the districts/municipalities’ performances in raising the PAD, the continuity of long term projects budgeted in previous year’s APBD, and the increasing costs of regional elections.

News at glance

USAID Bantu Lima Daerah di SulSelMAKASSAR-United States Agency for International Development (USAID) memberikan bantuan kepada lima kabupaten di SulSel Bantuan tersebut berupa teknis dan peningkatan kualitas pelayanan publik.

Lima daerah itu rnasing-masing, Kota Makassar, Barru, Luwu Utara, Luwu, dan Bulukurnba. Hal itu disampaikan publik relation USAID, Mustajib Billa didampingi Mark Fiorella dari tim kinerja sosial impact, Kamis, 20 Januari.

Mustajib mengatakan, di talmn pertarna, USAID konsentrasi pada tiga sektor yakni, pendidikan, kesehatan, dan peningkatan iklim usaha. "Program ini bertujuan menguatkan kapasitas lokal dengan strategi pendampingan dan akan berjalan hinggatahun 2015," katanya.

Khusus di Makassar akan fokus kepada sektor bidang usaha. Salah satunya soal pintu perizinan, menghilangkan kendala-kendala yang menghambat, scmentara daerah lain fokus pendidikan.

Mark Fiorella menambahkan, tujuan program ini adalah peningkatkan pelayanan publik melalui pengelolaan pelayanan, dan peningkatan kepedulian masyarakat terhadap pemerintah daerah. Di Indonesia ada empat provinsi dipilih bekerja sama USAID yakni, Sulsel, Aceh, Jawa Timur, dan Kalimantan Barat.

USAID melihat empat daerah ini terdapat kesenjangan yang signifikan antara indeks pernbangunan man usia (IPM) dan produk domestik regional bruto (PDRB). (aci)

LIMA kabupaten se-Sulsel terpilih sebagai mitra kerja Badan Bantuan Pembangunan Internasional Amerika Serikat(AS)UnitedStatesAgency for International Develop-ment (USAlD). Daerah yang akan menjadi sasaran program Kinerja USAlD tersebut di antaranya: Bulukumba, Barru, Luwu, dan Luwu Utara (Lutra).

Pemilihan daerah tersebut dilakukan secara acak dengan menggunakan sistem komputerisasi.

Sebelumnya, dalam penemuanawal sosislisasi program, 4 januar lalu, sebanyak 15 kabupaten/kota dari 24 daerah se-Sulsel hadir dan menyampaikan surat minat ke Gubernur Sulsel untuk bekerja sama dengan pihak USAID. :Mereka sudah menyerahkan data yang terkait dengan sektor pendidikan, kesehatan, jumlah penduduk, hingga pendapatan domestik regional brutto (PDRB).

Tim Kinerja USAID /Muntajid Billah bersama lmpact Evaluation Manager

Mark Fiorello di kantor Gubernur Sulsel, Kamis (20/ l), mengatakan, daerah yang terpilih akan bekerja sama dengan pemerintah pusat, pemprov, dan konsorsium pelaksana program untuk mengoptimalkan bantuan teknis dan peningkatan pelayanan publik di tiga sektor.

Sektor prioritas itu yakni pendidikan, kesehatan, dan peningkatan iklim usaha. USAID bersama sejumlah lembaga akan mendampingi pemerintah daerah (pemda) selama 4,5 tahun. Proses koordinasi ke pusat hingga daerah mulai berlangsung Februari nanti, sehingga program sudah bisa berjalan per April 2011. "Pemilihan dilakukan secara acak dengan komputer jadi obyektif dan jauh dari pertimbangan politis. Daerah

lain yang tidak terpilih tetap diberi kesempatan berpartisipasi mereplikasi program.Kami harap ada peningkatan layanan publik setelah program berakhir" jelas Muntajid.

USAlD disebutkan memberi bantuan dana senilai 29 juta US Dolar atau mencapai Rp. 290 Miliar (kurs Rp 10 ribu) untuk pelaksanaan program di empat provinsi se-Indonesia. Selain Sulsel, Aceh, Jawa Timur (Jatim), dan Kalimantan Barat, selama empat tahun.

Muntajid, menjeiaskan, Untuk tahun pertama di Sulsel fokus mendampingi satu sektor saja, sedangkan tahun kedua dan seterusnya tetgantung dinamika yang berkembang ditiap daerah.

Di Bulukumba, Barru, Luwu, dan Lutra di sektor pendidikan melalui pendampingan perencanaan sekolah, penyusunan rencana anggaran belanja sekolah, hingga pemerataan dan pelatihan guru. Sedangkan, Makassar fokus sektor lingkungan usaha melalui-pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).(axa)

sasaran usaid Makassar (peningkataniklim investasi) Bulukumba

BulukumbaLuwuLuwu Utara

(pendidikan)(pendidikan)(pendidikan)(pendidikan)

JUMAT21JANUARI 20114

rogram PEACH terdiri dari tahap PEA dan CH. Tahap pertama, PEA adalah tahap penelitian dan analisa terhadap pengeluaran publik suatu provinsi. Kemudian tahap PCH yaitu Capacity Harmonization atau penyelarasan kapasitas. Program PEACH di

Sulawesi Utara, hampir rampung menyesaikan tahapan PEA-nya. Pelaporan ini merangkum pengumpulan data dari 15 kabupaten/kota di Sulawesi Utara. Pelaporan hasil analisa pengeluaran publik Provinsi Sulawesi Utara ini direncanakan akan diluncurkan awal bulan April yang akan datang.

Strategi dan kegiatan tahap penyelarasan kapasitas ditujukan kepada para pendukung kepentingan pengelolaan keuangan publik dalam hal ini pemerintah, lembaga peneliti, organisasi kemasyarakatan dan media.Secara umum kegiatan pada tahap ke dua ini merujuk pada pelaporan PEA. Laporan PEA, akan menjadi wajah kualitas manajemen keuangan publik provinsi Sulawesi Utara, sekaligus penegasan komitment Provinsi Sulawesi Utara dalam menjawab tantangan pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah, yaitu bagaimana mendorong pembangunan ekonomi yang lebih baik dan menyediakan layanan public yang berkualitas bagi masyarakat Sulawesi Utara.

The PEACH program consists of two stages: the PEA and the CH. The first one, the PEA, is when a particular province’s expenditure is analyzed. Then comes the second one, the CH stage, which stands for capacity harmonization. The North Sulawesi PEACH program is now at the end of its PEA stage. The report will include survey results of the 15 districts /cities in North Sulawesi and will be launched in April.

The strategy and activities of the Capacity Harmonization stage will serve the stakeholders of public financial management: government, research institutions, CSOs and media. In general, the strategies and activities of this second stage are included in the PEA report. The PEA report will become the face of North Sulawesi public financial management and represent the North Sulawesi Government’s commitment to enhance its economic growth and to provide better public services for the people of North Sulawesi.

PEACH di Sulawesi Utara

My (financial) problem lies in reconciling my gross habits with my net income. Masalah (keuangan) saya terletak pada bagaimana menyepakatkan kebiasaan belanja

dengan penghasilan bersih saya.Errol Flynn

PEA data collection phase, conducted by PSKMP- UNHAS

Sulawesi @ BaKTI’s News Café-a bimonthly discussion on PFM issues

North Sulawesi PEA launch

Januari - Agustus

Maret

April

2011Event Calendar

Penulis adalah South Sulawesi Provincial Coordinator (SSPO) KinerjaTelp.: 081146 8643Email: [email protected] ; [email protected]

Jumat, 21 Januari 2010

Maret

Page 18: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201117 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 18

TATA KELOLA PEMERINTAHAN GOVERNANCE

usyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan proses perencanaan dan penganggaran Myang diakui oleh pemerintah dan diatur secara khusus

dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) serta beberapa ketentuan pemerintah lainnya. Proses Musrenbang wajib melibatkan seluruh kelompok masyarakat dari berbagai tingkatan, mulai dari tingkat komunitas masyarakat yang terkecil, yakni tingkat Dusun/RW, hingga tingkat Nasional. Namun tidak semua daerah benar-benar melaksanakan proses Musrenbang dari tingkat yang paling bawah serta belum semua masyarakat ikut terlibat, terutama perempuan dan anak.

Dahulu, pelaksanaan Musrenbang di kecamatan Bikomi Utara, di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, juga belum mengikuti ketentuan untuk melibatkan seluruh kelompok masyarakat. Biasanya yang hadir dalam kegiatan Musrenbang hanyalah aparat desa dan para elit desa. Kaum

2perempuan dan anak-anak di kecamatan seluas 70, 64 km ini belum dilibatkan dalam Musrenbang sehingga perencanaan pembangunan belum berhasil menyentuh kebutuhan perempuan dan juga anak secara menyeluruh.

Januari 2010 mengawali perubahan proses perencanaan pembangunan di Kecamatan Bikomi Utara. Kecamatan berpenduduk 6.156 jiwa dimana setengah di antaranya adalah perempuan, mengimplementasikan pelaksanaan Musrenbang yang lebih partisipatif dengan melibatkan perempuan dan anak agar aspirasi dari semua unsur komunitas dapat diakomodir dalam proses perencanaan dan penganggaran.

Upaya tersebut mendapatkan dukungan dari Plan Indonesia Program Unit Kefamenanu dan para fasilitator dari Yayasan SUTRA Kupang. Lembaga ini mengajak para staf kantor desa dan anggota masyarakat lainnya untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dasar yang diperlukan memfasilitasi proses Musrenbang. Pelatihan juga diikuti dengan sebuah latihan di Desa Napan untuk mempraktikkan upaya kajian desa, membuat perengkingan dan prioritas permasalahan serta kerangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa. Pada akhir pelatihan peserta menyusun sebuah rencana tindak lanjut yang menyepakati pelaksanaan Musrenbang secara partisipatif di Desa Sainoni dan Desa Napan.

Selepas pelatihan, Yayasan SUTRA terus mendampingi masyarakat dalam semua tahapan Musrenbang. Pendampingan diawali sebuah pertemuan koordinasi dengan aparat desa, BPD, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Selain berkoordinasi, pertemuan ini menyepakati terbentuknya Tim Pelaksana Musrenbang. Tim inilah yang kemudian melakukan persiapan administrasi dan logistik untuk Musrenbang tingkat dusun dan desa.

Setelah semua persiapan selesai, Musrenbang dilanjutkan dengan pelaksanaan musyawarah di tingkat dusun sesuai dengan jadwal yang disepakati. Masyarakat tampak sangat antusias menghadiri Musrenbang tingkat dusun karena ini adalah pertama kalinya kaum perempuan dan anak-anak terlibat langsung dalam proses Musrenbang. Kegiatan Musrenbang diawali dengan pembukaan oleh kepala desa dilanjutkan dengan penjelasan tentang proses Musrenbang. Selanjutnya peserta dibagi menjadi kelompok Bapak yang terdiri dari semua laki-laki yang hadir, kemudian kelompok Ibu dan kelompok Anak.

Setiap kelompok didampingi oleh seorang fasilitator utama dan fasilitator pendamping untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di dusun dengan menggunakan alat kajian partisipatif (kalender musim, sejarah dusun, sketsa dusun dan bagan kelembagaan). Khusus untuk kelompok anak

digunak an alat Urutan Waktu yang membantu mereka dalam menemukenali permasalahan yang mereka hadapi di sekolah, di rumah maupun di lingkungan mereka. Alasan mengapa peserta dibagi berdasarkan gender dan umur ini agar peserta dapat leluasa untuk melakukan kajian dan juga sebagai upaya untuk menghindari dominasi dari kaum laki-laki dewasa yang biasa terjadi di desa.

Setelah berdiskusi, setiap kelompok memaparkan hasil kajian mereka dan bersama-sama merumuskan permasalahan

Oleh Zainal Asikin

emajuan pembangunan nasional tak lepas dari kontribusi pembangunan daerah. Keberhasi lan Indonesia Kmeningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagai sebuah

bangsa juga merupakan bagian dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagai sebuah negara kepulauan, tentunya bukanlah hal yang mudah untuk memadukan kekuatan bersama untuk mendorong pembangunan daerah yang lebih baik.

Adalah menarik bahwa inisiatif untuk bekerja sama demi meningkatkan pembangunan berdasarkan kewilayahan telah direalisasikan oleh para Gubernur di Sulawesi sejak sepuluh tahun yang lalu dengan membentuk sebuah Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS). Beberapa kegiatan BKPRS seperti mengadakan expo Sulawesi di beberapa negara dinilai berhasil dalam mendatangkan lebih banyak investor ke Sulawesi. Selain itu secara regional, Badan ini juga berhasil mendorong beberapa kerjasama lintas provinsi dalam hal pemasaran komoditas unggulan lokal.

Pada 16 Februari 2011 silam, sebagai bagia dari upaya meningkatkan kerjasama regional dan mengharmonisasikan upaya-upaya pembangunan di Sulawesi, Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS), Pemerintah Provinsi Gorontalo, dan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) menyelenggarakan Workshop dan Gathering Mitra Pembangunan Internasional Sulawesi di Hotel Quality, Gorontalo.

Ini adalah pertama kalinya pihak Pemerintah se-Sulawesi bertemu dengan seluruh badan mitra pembangunan internasional yang bekerja di Sulawesi dan yang berminat bekerja di Sulawesi. Dalam acara ini, selain memaparkan capaian pembangunan di daerahnya, para Gubernur dari enam provinsi di Sulawesi memaparkan prioritas program pembangunan mereka yang berpotensi untuk mendapatkan dukungan dari mitra pembangunan internasional. Di lain pihak, para mitra

p e m b a n g u n a n i n t e r n a s i o n a l j u g a b e r k e s e m p a t a n menginformasikan capaian dari beberapa pekerjaan mereka dan memberikan respon terhadap paparan prioritas pembangunan di Sulawesi.

Perwakilan dari Kementrian Dalam Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang juga hadir dalam acara ini turut memberikan arahan terhadap bagaimana hubungan kerja sama antar pemerintah di Sulawesi ini dapat ditingkatkan di masa depan, termasuk dalam hal bagaimana mitra pembangunan internasional dapat mendukung pembangunan di provinsi-provinsi Sulawesi.

Salah satu isu yang diangkat dalam pertemuan ini adalah ketidakmerataan dukungan mitra pembangunan internasional di Sulawesi. Selama ini hanya beberapa provinsi mendapatkan banyak dukungan. Walaupun demikian, dapat dipahami bahwa tidak semua daerah dapat dijangkau oleh satu badan bantuan pembangunan. Karenanya informasi dari paparan para gubernur mengenai prioritas program pembangunan mereka menjadi masukan yang sangat berharga bagi mitra pembangunan internasional dalam mendesain rencana dukungan mereka bagi Sulawesi di masa depan.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, para mitra pembangunan internasional dan pemerintah daerah se-Sulawesi bersepakat untuk melakukan pemetaan aktivitas mitra pembangunan internasional di daerah ini dan mereplikasi atau menindaklanjuti beberapa program yang telah berhasil di beberapa provinsi. (kk)

MITRA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL SULAWESI

Bersatu Hati Membangun Sulawesi

WORKSHOP DAN GATHERING

anitia pengelola program PEACH di Sulawesi Selatan merekomendasikan beberapa arah penelitian untuk analisa pengeluaran publik Provinsi Sulawesi Selatan. Selain pendidikan gratis, kesehatan gratis, dan infrastruktur, Ppenelitian di 24 Kabupaten/Kota Sulsel juga akan meneliti sektor pertanian. Selain empat arah penelitian tadi, tim

peneliti PSKMP (Pusat Studi Kebijakan Manajemen Pembangunan) juga diminta oleh Panitia program untuk secara khusus meneliti sinergitas program pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, tren efektifitas program SKPD, tingkat pertumbuhan sektor unggulan, pola kerjasama program dengan perbankan serta tumpang tindih anggaran diberbagai sektor. Kalender kerja tim peneliti dari PSKMP Unhas di 24 Kabupaten/Kota Provinsi Sulsel, berjalan sejak Januari 2011 dan diperkirakan berakhir pada Agustus 2011

The South Sulawesi Program Management Committee recommended several directions for public expenditure analysis in the province. Besides the usual elements of education, health services, and infrastructure, the survey in the 24 districts/cities of South Sulawesi will also include study of the agriculture sector. In addition to those four areas, the Center for Development Management Policy Studies (PSKMP) has also been advised to study the synergy between national government and regional government programs, the effectiveness of SKPD programs, the growth rate of province priority sectors, joint programs between government and banks, and also overlapping budget allocation in many sectors. The work calendar for the research team of PSKMP in 24 districts/cities will last from January 2011 to August 2011.

PEACH di Sulawesi Selatan

Luna Vidya (PEACH Communications) Email : [email protected]

[email protected]

PERAN PEREMPUAN DAN ANAK MUSRENBANG DALAM DI KECAMATAN BIKOMI UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Page 19: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201117 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 18

TATA KELOLA PEMERINTAHAN GOVERNANCE

usyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) merupakan proses perencanaan dan penganggaran Myang diakui oleh pemerintah dan diatur secara khusus

dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistim Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) serta beberapa ketentuan pemerintah lainnya. Proses Musrenbang wajib melibatkan seluruh kelompok masyarakat dari berbagai tingkatan, mulai dari tingkat komunitas masyarakat yang terkecil, yakni tingkat Dusun/RW, hingga tingkat Nasional. Namun tidak semua daerah benar-benar melaksanakan proses Musrenbang dari tingkat yang paling bawah serta belum semua masyarakat ikut terlibat, terutama perempuan dan anak.

Dahulu, pelaksanaan Musrenbang di kecamatan Bikomi Utara, di Kabupaten Timor Tengah Utara, Nusa Tenggara Timur, juga belum mengikuti ketentuan untuk melibatkan seluruh kelompok masyarakat. Biasanya yang hadir dalam kegiatan Musrenbang hanyalah aparat desa dan para elit desa. Kaum

2perempuan dan anak-anak di kecamatan seluas 70, 64 km ini belum dilibatkan dalam Musrenbang sehingga perencanaan pembangunan belum berhasil menyentuh kebutuhan perempuan dan juga anak secara menyeluruh.

Januari 2010 mengawali perubahan proses perencanaan pembangunan di Kecamatan Bikomi Utara. Kecamatan berpenduduk 6.156 jiwa dimana setengah di antaranya adalah perempuan, mengimplementasikan pelaksanaan Musrenbang yang lebih partisipatif dengan melibatkan perempuan dan anak agar aspirasi dari semua unsur komunitas dapat diakomodir dalam proses perencanaan dan penganggaran.

Upaya tersebut mendapatkan dukungan dari Plan Indonesia Program Unit Kefamenanu dan para fasilitator dari Yayasan SUTRA Kupang. Lembaga ini mengajak para staf kantor desa dan anggota masyarakat lainnya untuk mengikuti pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

dasar yang diperlukan memfasilitasi proses Musrenbang. Pelatihan juga diikuti dengan sebuah latihan di Desa Napan untuk mempraktikkan upaya kajian desa, membuat perengkingan dan prioritas permasalahan serta kerangka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Desa. Pada akhir pelatihan peserta menyusun sebuah rencana tindak lanjut yang menyepakati pelaksanaan Musrenbang secara partisipatif di Desa Sainoni dan Desa Napan.

Selepas pelatihan, Yayasan SUTRA terus mendampingi masyarakat dalam semua tahapan Musrenbang. Pendampingan diawali sebuah pertemuan koordinasi dengan aparat desa, BPD, tokoh masyarakat, dan tokoh agama. Selain berkoordinasi, pertemuan ini menyepakati terbentuknya Tim Pelaksana Musrenbang. Tim inilah yang kemudian melakukan persiapan administrasi dan logistik untuk Musrenbang tingkat dusun dan desa.

Setelah semua persiapan selesai, Musrenbang dilanjutkan dengan pelaksanaan musyawarah di tingkat dusun sesuai dengan jadwal yang disepakati. Masyarakat tampak sangat antusias menghadiri Musrenbang tingkat dusun karena ini adalah pertama kalinya kaum perempuan dan anak-anak terlibat langsung dalam proses Musrenbang. Kegiatan Musrenbang diawali dengan pembukaan oleh kepala desa dilanjutkan dengan penjelasan tentang proses Musrenbang. Selanjutnya peserta dibagi menjadi kelompok Bapak yang terdiri dari semua laki-laki yang hadir, kemudian kelompok Ibu dan kelompok Anak.

Setiap kelompok didampingi oleh seorang fasilitator utama dan fasilitator pendamping untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di dusun dengan menggunakan alat kajian partisipatif (kalender musim, sejarah dusun, sketsa dusun dan bagan kelembagaan). Khusus untuk kelompok anak

digunak an alat Urutan Waktu yang membantu mereka dalam menemukenali permasalahan yang mereka hadapi di sekolah, di rumah maupun di lingkungan mereka. Alasan mengapa peserta dibagi berdasarkan gender dan umur ini agar peserta dapat leluasa untuk melakukan kajian dan juga sebagai upaya untuk menghindari dominasi dari kaum laki-laki dewasa yang biasa terjadi di desa.

Setelah berdiskusi, setiap kelompok memaparkan hasil kajian mereka dan bersama-sama merumuskan permasalahan

Oleh Zainal Asikin

emajuan pembangunan nasional tak lepas dari kontribusi pembangunan daerah. Keberhasi lan Indonesia Kmeningkatkan pertumbuhan ekonominya sebagai sebuah

bangsa juga merupakan bagian dari meningkatnya pertumbuhan ekonomi daerah. Sebagai sebuah negara kepulauan, tentunya bukanlah hal yang mudah untuk memadukan kekuatan bersama untuk mendorong pembangunan daerah yang lebih baik.

Adalah menarik bahwa inisiatif untuk bekerja sama demi meningkatkan pembangunan berdasarkan kewilayahan telah direalisasikan oleh para Gubernur di Sulawesi sejak sepuluh tahun yang lalu dengan membentuk sebuah Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS). Beberapa kegiatan BKPRS seperti mengadakan expo Sulawesi di beberapa negara dinilai berhasil dalam mendatangkan lebih banyak investor ke Sulawesi. Selain itu secara regional, Badan ini juga berhasil mendorong beberapa kerjasama lintas provinsi dalam hal pemasaran komoditas unggulan lokal.

Pada 16 Februari 2011 silam, sebagai bagia dari upaya meningkatkan kerjasama regional dan mengharmonisasikan upaya-upaya pembangunan di Sulawesi, Badan Kerjasama Pembangunan Regional Sulawesi (BKPRS), Pemerintah Provinsi Gorontalo, dan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) menyelenggarakan Workshop dan Gathering Mitra Pembangunan Internasional Sulawesi di Hotel Quality, Gorontalo.

Ini adalah pertama kalinya pihak Pemerintah se-Sulawesi bertemu dengan seluruh badan mitra pembangunan internasional yang bekerja di Sulawesi dan yang berminat bekerja di Sulawesi. Dalam acara ini, selain memaparkan capaian pembangunan di daerahnya, para Gubernur dari enam provinsi di Sulawesi memaparkan prioritas program pembangunan mereka yang berpotensi untuk mendapatkan dukungan dari mitra pembangunan internasional. Di lain pihak, para mitra

p e m b a n g u n a n i n t e r n a s i o n a l j u g a b e r k e s e m p a t a n menginformasikan capaian dari beberapa pekerjaan mereka dan memberikan respon terhadap paparan prioritas pembangunan di Sulawesi.

Perwakilan dari Kementrian Dalam Negeri dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional yang juga hadir dalam acara ini turut memberikan arahan terhadap bagaimana hubungan kerja sama antar pemerintah di Sulawesi ini dapat ditingkatkan di masa depan, termasuk dalam hal bagaimana mitra pembangunan internasional dapat mendukung pembangunan di provinsi-provinsi Sulawesi.

Salah satu isu yang diangkat dalam pertemuan ini adalah ketidakmerataan dukungan mitra pembangunan internasional di Sulawesi. Selama ini hanya beberapa provinsi mendapatkan banyak dukungan. Walaupun demikian, dapat dipahami bahwa tidak semua daerah dapat dijangkau oleh satu badan bantuan pembangunan. Karenanya informasi dari paparan para gubernur mengenai prioritas program pembangunan mereka menjadi masukan yang sangat berharga bagi mitra pembangunan internasional dalam mendesain rencana dukungan mereka bagi Sulawesi di masa depan.

Sebagai tindak lanjut dari pertemuan ini, para mitra pembangunan internasional dan pemerintah daerah se-Sulawesi bersepakat untuk melakukan pemetaan aktivitas mitra pembangunan internasional di daerah ini dan mereplikasi atau menindaklanjuti beberapa program yang telah berhasil di beberapa provinsi. (kk)

MITRA PEMBANGUNAN INTERNASIONAL SULAWESI

Bersatu Hati Membangun Sulawesi

WORKSHOP DAN GATHERING

anitia pengelola program PEACH di Sulawesi Selatan merekomendasikan beberapa arah penelitian untuk analisa pengeluaran publik Provinsi Sulawesi Selatan. Selain pendidikan gratis, kesehatan gratis, dan infrastruktur, Ppenelitian di 24 Kabupaten/Kota Sulsel juga akan meneliti sektor pertanian. Selain empat arah penelitian tadi, tim

peneliti PSKMP (Pusat Studi Kebijakan Manajemen Pembangunan) juga diminta oleh Panitia program untuk secara khusus meneliti sinergitas program pemerintah pusat, propinsi dan kabupaten/kota, tren efektifitas program SKPD, tingkat pertumbuhan sektor unggulan, pola kerjasama program dengan perbankan serta tumpang tindih anggaran diberbagai sektor. Kalender kerja tim peneliti dari PSKMP Unhas di 24 Kabupaten/Kota Provinsi Sulsel, berjalan sejak Januari 2011 dan diperkirakan berakhir pada Agustus 2011

The South Sulawesi Program Management Committee recommended several directions for public expenditure analysis in the province. Besides the usual elements of education, health services, and infrastructure, the survey in the 24 districts/cities of South Sulawesi will also include study of the agriculture sector. In addition to those four areas, the Center for Development Management Policy Studies (PSKMP) has also been advised to study the synergy between national government and regional government programs, the effectiveness of SKPD programs, the growth rate of province priority sectors, joint programs between government and banks, and also overlapping budget allocation in many sectors. The work calendar for the research team of PSKMP in 24 districts/cities will last from January 2011 to August 2011.

PEACH di Sulawesi Selatan

Luna Vidya (PEACH Communications) Email : [email protected]

[email protected]

PERAN PEREMPUAN DAN ANAK MUSRENBANG DALAM DI KECAMATAN BIKOMI UTARA, KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA

Page 20: BaKTI News Edisi 63

atang Uru, sebuah desa di Sulawesi Barat, terletak sekitar enam kilometer dari jaringan PLN. Namun,sejak puluhan tahun, Batang Uru di malam hari nyaris gelap gulita.B

Beruntung, ada Pak Linggi, mantan kepala desanya yang berhasil memanfaatkan air sungai menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kini Batang Uru adalah sedikit dari desa di Indonesia yang bisa memenuhi 100% kebutuhan listriknya secara mandiri. Tak ada lagi byar-pet, termasuk untuk berbagai kegiatan ekonomi yang membutuhkan listrik, siang dan malam.

Saat ini harga minyak mentah di bursa internasional berada pada kisaran USD 94-95 per barel. Tren penguatan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga menembus batas psikologis USD100 per barel. Harga minyak yang tinggi, diakui pemerintah, telah menyebabkan pembengkakan anggaran dan menekan nilai tukar rupiah. Sebuah lembaga penelitian menghitung bahwa setiap USD1 kenaikan harga minyak di atas asumsi APBN USD 80 per barel akan memperbesar defisit APBN setidaknya Rp 550 miliar.

Hal yang mendesak setelah terjadi perubahan status kita sebagai negara yang pernah menjadi salah satu pengekspor minyak terbesar menjadi negara pengimpor adalah memanfaatkan potensi energi terbarukan milik kita yang belum banyak diupayakan pemanfaatannya. Kebijakan energi nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 5/2006 menempatkan penggunaan energi baru dan energi terbarukan pada prioritas keempat setelah batubara, gas, dan BBM. Energi baru yang dimaksud adalah energi yang dihasilkan teknologi baru, termasuk nuklir. Namun, sebagai negara yang sering diguncang gempa, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbilang rawan.

Energi Terbarukan Sementara energi terbarukan adalah sumber energi yang

dihasilkan sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis seperti aliran sungai di Desa Batang Uru, panas bumi, biofuel, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut. Bagi negeri tropis seperti Indonesia, salah satu energi alternatif yang tak terbatas adalah sinar matahari.

Saat ini energi sinar matahari yang dipancarkan ke planet bumi 15.000 kali lebih besar dibandingkan penggunaan energi global dan 100 kali dibandingkan cadangan batu bara, gas, dan minyak bumi. Sementara teknologi mutakhir telah mampu mengubah 10 hingga 20% pancaran sinar matahari tersebut menjadi energi. Secara teoritis, untuk mencukupi kebutuhan energi global, penempatan peralatan tersebut, hanya memerlukan kurang dari 1% permukaan bumi. Sebuah besaran yang jauh lebih kecil dibandingkan lahan yang dibutuhkan bendungan pembangkit tenaga listrik.

Sayangnya, meski Indonesia memiliki energi matahari berlimpah ruah berikut seabrek kelebihannya, toh pemanfaatannya saat ini masih

Oleh Ivan A Hadarsangat minim. Ironisnya, negara-negara di belahan utara yang relatif miskin matahari lebih banyak memanfaatkan sumber energi terperbaharui, ramah lingkungan, dan aman ini dibandingkan kita di kawasan tropis. Mulanya sumber energi ini dikembangkan penggunaannya bagi satelit ruang angkasa.Kini pemanfaatannya mulai menyebar ke kawasan industri, rumah pribadi,dan bahkan ke pelosok desa. Tak lama lagi ia diramalkan akan menjadi sumber energi pada pembangkit tenaga listrik kapasitas besar. Ketika harga minyak pasar internasional mencapai USD 60 per barel, minat industri pembangkit tenaga listrik pada sumber energi terbarukan semakin membesar.

Pertimbangan ekonomi menjadi alasan pertama. Kini persaingan ini telah terjadi di negara-negara industri, khususnya di sektor industri kecil dan menengah. Menurut Report on World Development (UN, 1992), kebutuhan energi global dalam 30 tahun ke depan meningkat dua kali lipat per tahun. Dan, 40 tahun mendatang, kebutuhan tersebut menjadi tiga kali lipat atau sepadan dengan energi 20 miliar ton minyak bumi. Perkembangan ini ditaksir bakal mahal karena eksploitasi dan eksplorasinya lebih sulit. Ada baiknya kita bayangkan bahwa penggunaan 20 miliar ton energi per tahun itu memerlukan biaya US D4,5 triliun. Separuhnya adalah pengeluaran negara-negara berkembang. Indonesia yang setiap tahun disinari energi matahari sebesar 2500 kw/hrs berpotensi besar untuk keluar dari ketergantungan pada energi fosil seperti BBM.

Kelebihan Energi Matahari Kelebihan energi matahari yang sering diungkapkan

adalah pembakarannya tidak menghasilkan CO2, SO2, dan gas racun lainnya. Uraian singkat tentang dua pembangkit energi dari sinar matahari, yaitu solar thermal dan photo galvanic, berikut ini menggambarkan hal tersebut. Keduanya tidak membutuhkan areal yang luas bagi peralatannya. Ide awal tentang pembangkit tenaga listrik solar thermal sudah sangat tua. Pembangkit listrik pertama dibangun di Mesir pada 1912, tetapi ditutup saat usai Perang Dunia I karena rendahnya harga minyak. Prinsipnya, sederhana.

S i n a r m a t a h a r i d i p e r k u a t o l e h c e r m i n y a n g mengalihkannya ke alat penyerap berisi cairan. Cairan ini memanas dan menghasilkan uap yang membangkitkan generator turbo pembangkit tenaga listrik. Di California, AS, alat ini telah mampu menghasilkan 354 megawatt listrik. Dengan memproduksinya secara massal,harga satuan energi matahari ini-di AS, sekitar Rp 100 per kwh-lebih murah dibandingkan energi nuklir dan sama dengan energi dari tenaga pembangkit dengan bahan baku energi fosi l . Sementara itu,

pengembangan pembangkit l istrik

Harga peralatannya merosot tajam berkat keberhasilan teknologi, padahal kebijakan energi nasional maupun internasional sama sekali tidak mendukung. Subsidi besar-besaran hanyalah untuk pembangkit tenaga listrik dengan sumber energi fosil dan nuklir. Energi photo electric pertama k a l i d iungk apk an Edmond Bacquerel pada 1839. Penggunaannya yang terbaru menggunakan sel-sel photo galvanic. Akibat sengatan sinar matahari, sel-sel tersebut melepaskan elektron yang dipaksa berputar dengan dampak terjadinya aliran listrik. Sel-sel tersebut dikemas dan dijual dalam bentuk modul yang dapat digunakan pada teknologi tegangan tinggi. Awal 70-an, harga per modul masih sangat mahal, yaitu USD 300.000. Kini harganya sekitar USD 5.000. Masih relatif mahal memang. Tetapi, melihat pesatnya perkembangan pasar, harganya akan terus menukik turun. Salah satu pasar potensial adalah mobil bertenaga listrik yang diramal bakal menjadi mobil massal di abad mendatang.

Kemauan Politik Menilik berbagai kelebihan energi terbarukan, pertanyaan

y a n g k e m u d i a n t i m b u l , a p a k a h c a r a m e n u n j a n g pengembangan dan perluasan penggunaan energi ini sehingga sinkron dengan kebijakan energi nasional dan global? Pertama, harus ada diversifikasi penelitian dan pengembangan. Dana penelitian energi ramah lingkungan ini, sayangnya, dari tahun ke tahun menyusut. Di negara-negara industri, hanya sekitar 5% dana penelitian yang diperuntukkan bagi sektor energi.

Darinya, sebagian besar untuk jenis energi fosil. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,hal tersebut lebih memprihatinkan. Kedua, dengan perkembangan teknologi saat ini, biaya produksi energi terbarukan ini bisa bersaing dengan harga energi fosil. Namun, tentu saja, untuk memproduksi energi matahari dengan solar thermal technical dan PV technical dalam kategori massal diperlukan kemauan politik. Ketika Indonesia masih menjadi produsen dan eksportir minyak dan di dalam negeri harga jualnya masih sepenuhnya disubsidi, mungkin terkesan tidak realistis untuk mendudukkan energi terbarukan pada posisi penting. Namun, kini keadaan sudah s a n g a t m e n d e s a k u n t u k b e r p i k i r d a n b e r t i n d a k mengantisipasinya. Semoga!

Email: [email protected]

photo galvanic berkembang cepat sejak dua dasawarsa terakhir.

Penulis adalah Koordinator Nasional Target MDGs, Pokja Forum KTI Wilayah Maluku Utara

yang dihadapi di tingkat dusun, apa saja yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. Seluruh peserta Musrenbang bersama-sama juga mengurutkan permasalahan berdasarkan kriteria yang disepakati bersama. Hasil diskusi inilah yang kemudian diajukan untuk Musrenbang di tingkat desa.

Setelah semua dusun menyelesaikan Musrenbang maka kegiatan selanjutnya adalah Musrenbang tingkat desa. Musrenbang Desa dilaksanakan selama dua hari dan dihadiri oleh Camat beserta jajarannya, perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerja di desa, perwakilan dari masing-masing dusun, tokoh masyarakat, tokoh agama, juga perwakilan kelompok anak dan perempuan.

Pada hari pertama Musrenbang Desa dipaparkan rencana kerja dan strategi program dari berbagai organisasi yang ada seperti LSM yang bekerja di desa, perwakilan dari PNPM M a n d i r i P e d e s a a n , d a n p e m a p a r a n permasalahan yang dihadapi oleh tiap dusun. Semua permasalahan yang ada dibahas sebagai permasalahan desa dan selanjutnya dilakukan perengkingan.

Pada hari kedua peserta Musrenbang menyusun prioritas permasalahan yang dihadapi berdasarkan rangking masalah yang ditentukan pada hari sebelumnya. Para peserta mempelajari setiap permasalahan dengan menggunakan alat bantu pohon masalah dan menentukan alternatif program yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Setelah menyusun program atau solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah diidentifikasi, pertemuan Musrenbang Desa dilanjutkan dengan menentukan sumber anggaran. Hasilnya, Musrenbang Desa menyepakati beberapa sumber pendanaan seperti Alokasi Dana Desa (ADD); swadaya dari masyarakat; dan pendanaan dari pihak ketiga seperti LSM, PNPM Mandiri Perdesaan. Musrenbang Desa juga menyepakati beberapa usulan perencanaan yang akan diajukan ke Musrenbang Kecamatan untuk mendapatkan dana dari APBD dan APBN. Kegiatan Musrenbang Desa diakhiri dengan memilih wakil tim delegasi tingkat desa yang akan membawa hasil Musrenbang Desa ke tingkat kecamatan.

Pemerintah Kecamatan Bikomi Utara senantiasa mengikuti proses pendampingan proses Musrenbang yang dilakukan Yayasan SUTRA. Mereka menilai kegiatan ini sangat positif dan membuat proses Musrenbang menjadi lebih partisipatif. Pemerintah Kecamatan Bikomi Utara juga meminta agar proses pendampingan Musrenbang juga dapat dilakukan di seluruh desa di kecamatan tersebut.

BUTUH KEMAUAN POLITIK KEMBANGKAN ENERGI TERBARUKAN

FKTI WILAYAH REGIONAL EI FORUM

Penulis adalah Direktur Yayasan SUTRA dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201119 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 20

Page 21: BaKTI News Edisi 63

atang Uru, sebuah desa di Sulawesi Barat, terletak sekitar enam kilometer dari jaringan PLN. Namun,sejak puluhan tahun, Batang Uru di malam hari nyaris gelap gulita.B

Beruntung, ada Pak Linggi, mantan kepala desanya yang berhasil memanfaatkan air sungai menjadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Kini Batang Uru adalah sedikit dari desa di Indonesia yang bisa memenuhi 100% kebutuhan listriknya secara mandiri. Tak ada lagi byar-pet, termasuk untuk berbagai kegiatan ekonomi yang membutuhkan listrik, siang dan malam.

Saat ini harga minyak mentah di bursa internasional berada pada kisaran USD 94-95 per barel. Tren penguatan ini diperkirakan akan terus berlanjut hingga menembus batas psikologis USD100 per barel. Harga minyak yang tinggi, diakui pemerintah, telah menyebabkan pembengkakan anggaran dan menekan nilai tukar rupiah. Sebuah lembaga penelitian menghitung bahwa setiap USD1 kenaikan harga minyak di atas asumsi APBN USD 80 per barel akan memperbesar defisit APBN setidaknya Rp 550 miliar.

Hal yang mendesak setelah terjadi perubahan status kita sebagai negara yang pernah menjadi salah satu pengekspor minyak terbesar menjadi negara pengimpor adalah memanfaatkan potensi energi terbarukan milik kita yang belum banyak diupayakan pemanfaatannya. Kebijakan energi nasional yang tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 5/2006 menempatkan penggunaan energi baru dan energi terbarukan pada prioritas keempat setelah batubara, gas, dan BBM. Energi baru yang dimaksud adalah energi yang dihasilkan teknologi baru, termasuk nuklir. Namun, sebagai negara yang sering diguncang gempa, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) terbilang rawan.

Energi Terbarukan Sementara energi terbarukan adalah sumber energi yang

dihasilkan sumber daya energi yang secara alamiah tidak akan habis seperti aliran sungai di Desa Batang Uru, panas bumi, biofuel, panas surya, angin, biomassa, biogas, ombak laut, dan suhu kedalaman laut. Bagi negeri tropis seperti Indonesia, salah satu energi alternatif yang tak terbatas adalah sinar matahari.

Saat ini energi sinar matahari yang dipancarkan ke planet bumi 15.000 kali lebih besar dibandingkan penggunaan energi global dan 100 kali dibandingkan cadangan batu bara, gas, dan minyak bumi. Sementara teknologi mutakhir telah mampu mengubah 10 hingga 20% pancaran sinar matahari tersebut menjadi energi. Secara teoritis, untuk mencukupi kebutuhan energi global, penempatan peralatan tersebut, hanya memerlukan kurang dari 1% permukaan bumi. Sebuah besaran yang jauh lebih kecil dibandingkan lahan yang dibutuhkan bendungan pembangkit tenaga listrik.

Sayangnya, meski Indonesia memiliki energi matahari berlimpah ruah berikut seabrek kelebihannya, toh pemanfaatannya saat ini masih

Oleh Ivan A Hadarsangat minim. Ironisnya, negara-negara di belahan utara yang relatif miskin matahari lebih banyak memanfaatkan sumber energi terperbaharui, ramah lingkungan, dan aman ini dibandingkan kita di kawasan tropis. Mulanya sumber energi ini dikembangkan penggunaannya bagi satelit ruang angkasa.Kini pemanfaatannya mulai menyebar ke kawasan industri, rumah pribadi,dan bahkan ke pelosok desa. Tak lama lagi ia diramalkan akan menjadi sumber energi pada pembangkit tenaga listrik kapasitas besar. Ketika harga minyak pasar internasional mencapai USD 60 per barel, minat industri pembangkit tenaga listrik pada sumber energi terbarukan semakin membesar.

Pertimbangan ekonomi menjadi alasan pertama. Kini persaingan ini telah terjadi di negara-negara industri, khususnya di sektor industri kecil dan menengah. Menurut Report on World Development (UN, 1992), kebutuhan energi global dalam 30 tahun ke depan meningkat dua kali lipat per tahun. Dan, 40 tahun mendatang, kebutuhan tersebut menjadi tiga kali lipat atau sepadan dengan energi 20 miliar ton minyak bumi. Perkembangan ini ditaksir bakal mahal karena eksploitasi dan eksplorasinya lebih sulit. Ada baiknya kita bayangkan bahwa penggunaan 20 miliar ton energi per tahun itu memerlukan biaya US D4,5 triliun. Separuhnya adalah pengeluaran negara-negara berkembang. Indonesia yang setiap tahun disinari energi matahari sebesar 2500 kw/hrs berpotensi besar untuk keluar dari ketergantungan pada energi fosil seperti BBM.

Kelebihan Energi Matahari Kelebihan energi matahari yang sering diungkapkan

adalah pembakarannya tidak menghasilkan CO2, SO2, dan gas racun lainnya. Uraian singkat tentang dua pembangkit energi dari sinar matahari, yaitu solar thermal dan photo galvanic, berikut ini menggambarkan hal tersebut. Keduanya tidak membutuhkan areal yang luas bagi peralatannya. Ide awal tentang pembangkit tenaga listrik solar thermal sudah sangat tua. Pembangkit listrik pertama dibangun di Mesir pada 1912, tetapi ditutup saat usai Perang Dunia I karena rendahnya harga minyak. Prinsipnya, sederhana.

S i n a r m a t a h a r i d i p e r k u a t o l e h c e r m i n y a n g mengalihkannya ke alat penyerap berisi cairan. Cairan ini memanas dan menghasilkan uap yang membangkitkan generator turbo pembangkit tenaga listrik. Di California, AS, alat ini telah mampu menghasilkan 354 megawatt listrik. Dengan memproduksinya secara massal,harga satuan energi matahari ini-di AS, sekitar Rp 100 per kwh-lebih murah dibandingkan energi nuklir dan sama dengan energi dari tenaga pembangkit dengan bahan baku energi fosi l . Sementara itu,

pengembangan pembangkit l istrik

Harga peralatannya merosot tajam berkat keberhasilan teknologi, padahal kebijakan energi nasional maupun internasional sama sekali tidak mendukung. Subsidi besar-besaran hanyalah untuk pembangkit tenaga listrik dengan sumber energi fosil dan nuklir. Energi photo electric pertama k a l i d iungk apk an Edmond Bacquerel pada 1839. Penggunaannya yang terbaru menggunakan sel-sel photo galvanic. Akibat sengatan sinar matahari, sel-sel tersebut melepaskan elektron yang dipaksa berputar dengan dampak terjadinya aliran listrik. Sel-sel tersebut dikemas dan dijual dalam bentuk modul yang dapat digunakan pada teknologi tegangan tinggi. Awal 70-an, harga per modul masih sangat mahal, yaitu USD 300.000. Kini harganya sekitar USD 5.000. Masih relatif mahal memang. Tetapi, melihat pesatnya perkembangan pasar, harganya akan terus menukik turun. Salah satu pasar potensial adalah mobil bertenaga listrik yang diramal bakal menjadi mobil massal di abad mendatang.

Kemauan Politik Menilik berbagai kelebihan energi terbarukan, pertanyaan

y a n g k e m u d i a n t i m b u l , a p a k a h c a r a m e n u n j a n g pengembangan dan perluasan penggunaan energi ini sehingga sinkron dengan kebijakan energi nasional dan global? Pertama, harus ada diversifikasi penelitian dan pengembangan. Dana penelitian energi ramah lingkungan ini, sayangnya, dari tahun ke tahun menyusut. Di negara-negara industri, hanya sekitar 5% dana penelitian yang diperuntukkan bagi sektor energi.

Darinya, sebagian besar untuk jenis energi fosil. Di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia,hal tersebut lebih memprihatinkan. Kedua, dengan perkembangan teknologi saat ini, biaya produksi energi terbarukan ini bisa bersaing dengan harga energi fosil. Namun, tentu saja, untuk memproduksi energi matahari dengan solar thermal technical dan PV technical dalam kategori massal diperlukan kemauan politik. Ketika Indonesia masih menjadi produsen dan eksportir minyak dan di dalam negeri harga jualnya masih sepenuhnya disubsidi, mungkin terkesan tidak realistis untuk mendudukkan energi terbarukan pada posisi penting. Namun, kini keadaan sudah s a n g a t m e n d e s a k u n t u k b e r p i k i r d a n b e r t i n d a k mengantisipasinya. Semoga!

Email: [email protected]

photo galvanic berkembang cepat sejak dua dasawarsa terakhir.

Penulis adalah Koordinator Nasional Target MDGs, Pokja Forum KTI Wilayah Maluku Utara

yang dihadapi di tingkat dusun, apa saja yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah tersebut. Seluruh peserta Musrenbang bersama-sama juga mengurutkan permasalahan berdasarkan kriteria yang disepakati bersama. Hasil diskusi inilah yang kemudian diajukan untuk Musrenbang di tingkat desa.

Setelah semua dusun menyelesaikan Musrenbang maka kegiatan selanjutnya adalah Musrenbang tingkat desa. Musrenbang Desa dilaksanakan selama dua hari dan dihadiri oleh Camat beserta jajarannya, perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang bekerja di desa, perwakilan dari masing-masing dusun, tokoh masyarakat, tokoh agama, juga perwakilan kelompok anak dan perempuan.

Pada hari pertama Musrenbang Desa dipaparkan rencana kerja dan strategi program dari berbagai organisasi yang ada seperti LSM yang bekerja di desa, perwakilan dari PNPM M a n d i r i P e d e s a a n , d a n p e m a p a r a n permasalahan yang dihadapi oleh tiap dusun. Semua permasalahan yang ada dibahas sebagai permasalahan desa dan selanjutnya dilakukan perengkingan.

Pada hari kedua peserta Musrenbang menyusun prioritas permasalahan yang dihadapi berdasarkan rangking masalah yang ditentukan pada hari sebelumnya. Para peserta mempelajari setiap permasalahan dengan menggunakan alat bantu pohon masalah dan menentukan alternatif program yang dapat mengatasi masalah tersebut.

Setelah menyusun program atau solusi untuk mengatasi permasalahan yang telah diidentifikasi, pertemuan Musrenbang Desa dilanjutkan dengan menentukan sumber anggaran. Hasilnya, Musrenbang Desa menyepakati beberapa sumber pendanaan seperti Alokasi Dana Desa (ADD); swadaya dari masyarakat; dan pendanaan dari pihak ketiga seperti LSM, PNPM Mandiri Perdesaan. Musrenbang Desa juga menyepakati beberapa usulan perencanaan yang akan diajukan ke Musrenbang Kecamatan untuk mendapatkan dana dari APBD dan APBN. Kegiatan Musrenbang Desa diakhiri dengan memilih wakil tim delegasi tingkat desa yang akan membawa hasil Musrenbang Desa ke tingkat kecamatan.

Pemerintah Kecamatan Bikomi Utara senantiasa mengikuti proses pendampingan proses Musrenbang yang dilakukan Yayasan SUTRA. Mereka menilai kegiatan ini sangat positif dan membuat proses Musrenbang menjadi lebih partisipatif. Pemerintah Kecamatan Bikomi Utara juga meminta agar proses pendampingan Musrenbang juga dapat dilakukan di seluruh desa di kecamatan tersebut.

BUTUH KEMAUAN POLITIK KEMBANGKAN ENERGI TERBARUKAN

FKTI WILAYAH REGIONAL EI FORUM

Penulis adalah Direktur Yayasan SUTRA dan dapat dihubungi melalui email [email protected]

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201119 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 20

Page 22: BaKTI News Edisi 63

PRAKTIK CERDAS TERKINI SMART PRACTICES UPDATE

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201121 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 22

orum Kawasan Timur Indonesia memang sudah berakhir, namun gaung dan kenangannya masih bisa dirasakan. Untuk para peserta, Fmungkin bernyanyi bersama Alex Retraubun, Wakil Menteri

Perindustrian, yang rela ditinggal pesawat daripada tidak selesai bernyanyi. Untuk para penampil praktik cerdas, mungkin pengalaman berada di panggung di hadapan orang banyak yang penuh dengan rasa penasaran mendengar cerita keberhasilan dari sudut- sudut di timur Indonesia. Untuk panitia, mungkin rasa lelah yang terobati dengan melihat tawa para peserta di hari terakhir. Untuk kota Ambon, mungkin kebanggaan bahwa pada hari itu, para pembaharu dari 12 provinsi hadir di tanah Ambon.

Untuk BaKTI sendiri, yang masih terasa adalah semangat berbagi pengetahuan. Perasaan ikut gembira saat setiap penampil di panggung mendapat sambutan yang baik, dan segera dikerubungi oleh peserta yang ingin tahu lebih jauh mengenai keberhasilan mereka. Perasaan lega mengetahui para peserta terpuaskan dahaganya akan pembelajaran baru yang bisa mereka terapkan di daerah asal.

Pada Forum KTI 2010, ada enam pelaku praktik cerdas dan sembilan orang inspirator yang mencerahkan semua peserta yang hadir dengan kisah-kisah inspiratif mereka. Praktik-praktik cerdas itu adalah rumah aman bagi perempuan di Kupang, sekolah kampung di Sarmi, Desa Sehat di Enrekang, perang melawan malaria di Halmahera Selatan, dan pengelolaan sumber air di Lombok Timur. Sementara, para inspirator adalah para kepala daerah dengan ide-ide kreatif mereka, seorang pahlawan lingkungan, seorang gadis dari pelosok timur yang menjadi juara olimpiade fisika, para wanita pejuang, dan seorang sutradara yang tidak ragu untuk membagi mimpinya dengan seluruh orang yang hadir di sana.

The Eastern Indonesia Forum annual meeting has been and gone, but the memories still echo. For the participants, it might be the image of Alex Retraubun, the Deputy of the Minister of Industry, who would rather miss his flight than forego the chance to sing along with everyone to close the Forum in the spirit in which it was held. For the presenters, it might be the experience of speaking to an audience eager to learn from their stories. For the organizing committee, it might be the joy of seeing the audience’s emotions at the end of the event. For Ambon City, it might be the pride of having reformers from all 12 provinces coming to their city.

For BaKTI, it is the spirit of sharing that resonates, the feeling of joy when the presenters received so many questions and requests from people wanting to learn more about the smart practices. It is also the relief knowing that at the end of the day, the participants can go home with knowledge that could be directly applied.

At the Forum, six smart practice presenters and nine inspirational people shared their stories. The smart practices include a safe house for women in Kupang, a village school for early education in Sarmi, the healthy village in Enrekang, the fight against malaria in South Halmahera, and water resource management in East Lombok. Meanwhile, the inspirators were local heads of government with creative ideas on governance, an

BaKTI berkomitmen untuk mengangkat dan mempromosikan praktik-praktik cerdas ini dan mendukung upaya-upaya replikasinya di berbagai daerah di KTI. Praktik-praktik cerdas ini adalah inisiatif yang sudah terbukti mampu menjawab tantangan pembangunan di masyarakatnya. Orang-orang yang memulai inisiatif-inisiatif tersebut adalah sumber inspirasi di daerahnya masing-masing, tapi lebih dari itu, mereka tidak enggan untuk berbagi ilmu agar semakin banyak orang yang juga bisa menjadi sumber inspirasi. Karena itu BaKTI percaya, bahwa praktik-praktik cerdas ini juga akan mampu menjawab tantangan pembangunan yang serupa yang ada di berbagai daerah di KTI.

Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Dalam enam tahun perjalanannya di KTI, BaKTI menjalankan fungsi pengelolaan pengetahuan. M e m p e r te m u k a n p e n c a r i i n fo r m a s i d e n g a n s u m b e r ny a . Mengumpulkan ide-ide kreatif dari masyarakat di KTI. Sama seperti pasokan informasi yang tidak pernah habis, demikian pula permintaan akan informasi.

Setiap bulan BaKTI menerima banyak kiriman artikel mengenai berbagai inisiatif lokal. Pasokan informasi ini berasal dari para pelakunya maupun dari masyarakat yang sudah merasakan manfaat dari inisiatif tersebut. Pada saat yang bersamaan, BaKTI juga menerima puluhan permintaan informasi. Dari sini BaKTI melihat bahwa banyak pertanyaan dari satu daerah, jawabannya bisa dipenuhi dari daerah yang lain. Ada tantangan pembangunan di satu daerah, yang bisa dijawab dengan solusi yang sudah diterapkan di daerah lain.

Pembaca BaKTI News tidak jarang menanyakan mengenai sebuah kegiatan atau program saat mereka membacanya di buletin ini. Mereka melihat bahwa kegiatan tersebut sangat mungkin dilakukan juga di daerah mereka. Dan BaKTI akan dengan senang hati menghubungkan mereka dengan inisiator kegiatan tersebut.

Demikian pula lewat Forum KTI yang lalu. Jam makan siang dimanfaatkan betul oleh para peserta yang ingin tahu lebih jauh mengenai praktik-praktik cerdas ini. Sementara, hari terakhir Forum dimanfaatkan untuk saling bertukar nomor kontak dan kartu nama.

Dalam periode dua bulan setelah Forum, BaKTI mencatat bahwa ada banyak kelanjutan dari saling bertukar informasi tersebut. Program tinggal bersama orang miskin yang dilakukan di Kabupaten Boalemo, yang ditampilkan dalam Forum, kemudian dilakukan juga di Enrekang. Apa yang dilakukan di desa Bone bone, menarik perhatian desa-desa di Kabupaten Luwu untuk belajar. Bank Perkreditan Rakyat di Halmahera Selatan mendapat dukungan finansial dari beberapa perusahaan swasta nasional, sementara program perang melawan malaria-nya menginspirasi pemerintah Provinsi Sulawesi Barat untuk mengadopsi pendekatan serupa.

Koperasi perempuan di Buton, yang sudah 15 tahun berhasil menggulirkan dana lebih dari 2 miliar rupiah dengan tingkat pengembalian yang sangat baik, menarik minat koperasi serupa di kota Ambon, NTT dan NTB untuk belajar. Rumah aman perempuan di Kupang kini memulai kerjasama dengan beberapa lembaga di NTT untuk permasalahan anak dan perempuan. Sementara, praktik-praktik cerdas lainnya membuka mata pemerintah daerah masing-masing yang sebelumnya tidak mengetahui keberadaan mereka.

BaKTI berkomitmen untuk menghubungkan pihak-pihak yang memiliki ketertarikan dengan satu praktik cerdas tertentu, dan mendukung upaya-upaya untuk mereplikasinya. Pada saat yang bersamaan, BaKTI menjalin kerjasama dengan berbagai media cetak dan elektronik untuk mengangkat praktik-praktik cerdas ini ke khalayak yang lebih luas.

Kekuatan terbesar sebuah praktik cerdas adalah kesederhanaannya. Praktik-praktik cerdas yang sudah terbukti berhasil adalah solusi skala kecil yang memiliki potensi untuk berdampak lebih besar. Ketertarikan untuk belajar mengenai praktik cerdas adalah pijakan awal dalam menjawab tantangan pembangunan di daerah masing-masing, sementara kemauan untuk mereplikasinya adalah langkah berikutnya.

environmental hero, a girl from eastern Indonesia who then became a Physics Olympiad gold medal winner, women activists, and a movie director willing to share his dream with the audience.

BaKT is committed to following the progress of and promoting the smart practices and also supporting the efforts to replicate them throughout eastern Indonesia. The smart practices are local initiatives that were developed to answer local development challenges. The people who initiated these smart practices are local figures who are more than willing to share their knowledge so that others can pass the message on. BaKTI believes that the smart practices are able to play a role in answering similar challenges in different places in eastern Indonesia.

And that belief is not without foundation. In its six years working in eastern Indonesia, BaKTI has played a role as a knowledge management institution, linking knowledge seekers with those who possess knowledge, and at the same time collecting creative ideas from all around eastern Indonesia.

As supply of information keeps coming, so does the demand for it. Every month BaKTI receives many articles on local initiatives. This supply of information comes from the people running the initiatives or people receiving benefits from them. At the same time, BaKTI also receives a lot of requests for information. This helps BaKTI to see that in many cases, development challenges in one place can be answered with a solution that has been applied in another place.

Readers of BaKTI News often ask about a particular activity or program when they read about it in the bulletin. They see that the activity or program could perhaps be applied in their region as well. And BaKTI is more than happy to link them with the initiator of the activity directly. During the Forum, lunch time was used to learn more about the smart practices as participants asked questions of the initiators. The last day of the Forum was used as a chance to exchange contact numbers and business cards.

In the two months after the Forum, BaKTI documented a number of follow ups, cooperation and replication of the initiatives presented at the Forum. The ‘living with the poor’ program which was initiated by Kabupaten Boalemo Government, was then practiced in Kabupaten Enrekang. The initiative from Desa Bone Bone received interest from Kabupaten Luwu Government. The micro credit scheme from the 2009 Forum in South Halmahera reported they received significant financial support from a number of private companies. Meanwhile, the fight against malaria scheme inspired the provincial government of West Sulawesi to adopt a similar method. The women cooperative in Buton, which for 15 years has managed to lend more than Rp 2 billion of funds to its members, captured the interest of similar cooperatives in Ambon, NTT and NTB. The safe house for women in Kupang is now starting to join with other institutions to cope with child and women’s issue. And for the other smart practices, they managed received attention from their local governments who did not have much knowledge of their activities before.

The greatest strength of a smart practice is its simplicity. It is a proven local scale solution that has the potential to give greater impacts when replicated. Wanting to know more about the smart practices is a good start to answer local development challenges. Wanting to replicate them is a great next step forward.

DARI FORUM KTI KE PENJURU KTI

MEMBAWA PESAN PRAKTIK CERDAS:

Oleh Christy Desta Pratama

Penulis adalah Development Analyst di BaKTI. Email: [email protected]. If you have a smart practice to share please send it to BaKTINews at [email protected]

Ilustrasi Kartun : Deny Rodendo

Sending the Messages of Smart Practices: From The EI Forum To The Corners of Eastern Indonesia

Page 23: BaKTI News Edisi 63

PRAKTIK CERDAS TERKINI SMART PRACTICES UPDATE

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201121 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 22

orum Kawasan Timur Indonesia memang sudah berakhir, namun gaung dan kenangannya masih bisa dirasakan. Untuk para peserta, Fmungkin bernyanyi bersama Alex Retraubun, Wakil Menteri

Perindustrian, yang rela ditinggal pesawat daripada tidak selesai bernyanyi. Untuk para penampil praktik cerdas, mungkin pengalaman berada di panggung di hadapan orang banyak yang penuh dengan rasa penasaran mendengar cerita keberhasilan dari sudut- sudut di timur Indonesia. Untuk panitia, mungkin rasa lelah yang terobati dengan melihat tawa para peserta di hari terakhir. Untuk kota Ambon, mungkin kebanggaan bahwa pada hari itu, para pembaharu dari 12 provinsi hadir di tanah Ambon.

Untuk BaKTI sendiri, yang masih terasa adalah semangat berbagi pengetahuan. Perasaan ikut gembira saat setiap penampil di panggung mendapat sambutan yang baik, dan segera dikerubungi oleh peserta yang ingin tahu lebih jauh mengenai keberhasilan mereka. Perasaan lega mengetahui para peserta terpuaskan dahaganya akan pembelajaran baru yang bisa mereka terapkan di daerah asal.

Pada Forum KTI 2010, ada enam pelaku praktik cerdas dan sembilan orang inspirator yang mencerahkan semua peserta yang hadir dengan kisah-kisah inspiratif mereka. Praktik-praktik cerdas itu adalah rumah aman bagi perempuan di Kupang, sekolah kampung di Sarmi, Desa Sehat di Enrekang, perang melawan malaria di Halmahera Selatan, dan pengelolaan sumber air di Lombok Timur. Sementara, para inspirator adalah para kepala daerah dengan ide-ide kreatif mereka, seorang pahlawan lingkungan, seorang gadis dari pelosok timur yang menjadi juara olimpiade fisika, para wanita pejuang, dan seorang sutradara yang tidak ragu untuk membagi mimpinya dengan seluruh orang yang hadir di sana.

The Eastern Indonesia Forum annual meeting has been and gone, but the memories still echo. For the participants, it might be the image of Alex Retraubun, the Deputy of the Minister of Industry, who would rather miss his flight than forego the chance to sing along with everyone to close the Forum in the spirit in which it was held. For the presenters, it might be the experience of speaking to an audience eager to learn from their stories. For the organizing committee, it might be the joy of seeing the audience’s emotions at the end of the event. For Ambon City, it might be the pride of having reformers from all 12 provinces coming to their city.

For BaKTI, it is the spirit of sharing that resonates, the feeling of joy when the presenters received so many questions and requests from people wanting to learn more about the smart practices. It is also the relief knowing that at the end of the day, the participants can go home with knowledge that could be directly applied.

At the Forum, six smart practice presenters and nine inspirational people shared their stories. The smart practices include a safe house for women in Kupang, a village school for early education in Sarmi, the healthy village in Enrekang, the fight against malaria in South Halmahera, and water resource management in East Lombok. Meanwhile, the inspirators were local heads of government with creative ideas on governance, an

BaKTI berkomitmen untuk mengangkat dan mempromosikan praktik-praktik cerdas ini dan mendukung upaya-upaya replikasinya di berbagai daerah di KTI. Praktik-praktik cerdas ini adalah inisiatif yang sudah terbukti mampu menjawab tantangan pembangunan di masyarakatnya. Orang-orang yang memulai inisiatif-inisiatif tersebut adalah sumber inspirasi di daerahnya masing-masing, tapi lebih dari itu, mereka tidak enggan untuk berbagi ilmu agar semakin banyak orang yang juga bisa menjadi sumber inspirasi. Karena itu BaKTI percaya, bahwa praktik-praktik cerdas ini juga akan mampu menjawab tantangan pembangunan yang serupa yang ada di berbagai daerah di KTI.

Keyakinan itu bukan tanpa alasan. Dalam enam tahun perjalanannya di KTI, BaKTI menjalankan fungsi pengelolaan pengetahuan. M e m p e r te m u k a n p e n c a r i i n fo r m a s i d e n g a n s u m b e r ny a . Mengumpulkan ide-ide kreatif dari masyarakat di KTI. Sama seperti pasokan informasi yang tidak pernah habis, demikian pula permintaan akan informasi.

Setiap bulan BaKTI menerima banyak kiriman artikel mengenai berbagai inisiatif lokal. Pasokan informasi ini berasal dari para pelakunya maupun dari masyarakat yang sudah merasakan manfaat dari inisiatif tersebut. Pada saat yang bersamaan, BaKTI juga menerima puluhan permintaan informasi. Dari sini BaKTI melihat bahwa banyak pertanyaan dari satu daerah, jawabannya bisa dipenuhi dari daerah yang lain. Ada tantangan pembangunan di satu daerah, yang bisa dijawab dengan solusi yang sudah diterapkan di daerah lain.

Pembaca BaKTI News tidak jarang menanyakan mengenai sebuah kegiatan atau program saat mereka membacanya di buletin ini. Mereka melihat bahwa kegiatan tersebut sangat mungkin dilakukan juga di daerah mereka. Dan BaKTI akan dengan senang hati menghubungkan mereka dengan inisiator kegiatan tersebut.

Demikian pula lewat Forum KTI yang lalu. Jam makan siang dimanfaatkan betul oleh para peserta yang ingin tahu lebih jauh mengenai praktik-praktik cerdas ini. Sementara, hari terakhir Forum dimanfaatkan untuk saling bertukar nomor kontak dan kartu nama.

Dalam periode dua bulan setelah Forum, BaKTI mencatat bahwa ada banyak kelanjutan dari saling bertukar informasi tersebut. Program tinggal bersama orang miskin yang dilakukan di Kabupaten Boalemo, yang ditampilkan dalam Forum, kemudian dilakukan juga di Enrekang. Apa yang dilakukan di desa Bone bone, menarik perhatian desa-desa di Kabupaten Luwu untuk belajar. Bank Perkreditan Rakyat di Halmahera Selatan mendapat dukungan finansial dari beberapa perusahaan swasta nasional, sementara program perang melawan malaria-nya menginspirasi pemerintah Provinsi Sulawesi Barat untuk mengadopsi pendekatan serupa.

Koperasi perempuan di Buton, yang sudah 15 tahun berhasil menggulirkan dana lebih dari 2 miliar rupiah dengan tingkat pengembalian yang sangat baik, menarik minat koperasi serupa di kota Ambon, NTT dan NTB untuk belajar. Rumah aman perempuan di Kupang kini memulai kerjasama dengan beberapa lembaga di NTT untuk permasalahan anak dan perempuan. Sementara, praktik-praktik cerdas lainnya membuka mata pemerintah daerah masing-masing yang sebelumnya tidak mengetahui keberadaan mereka.

BaKTI berkomitmen untuk menghubungkan pihak-pihak yang memiliki ketertarikan dengan satu praktik cerdas tertentu, dan mendukung upaya-upaya untuk mereplikasinya. Pada saat yang bersamaan, BaKTI menjalin kerjasama dengan berbagai media cetak dan elektronik untuk mengangkat praktik-praktik cerdas ini ke khalayak yang lebih luas.

Kekuatan terbesar sebuah praktik cerdas adalah kesederhanaannya. Praktik-praktik cerdas yang sudah terbukti berhasil adalah solusi skala kecil yang memiliki potensi untuk berdampak lebih besar. Ketertarikan untuk belajar mengenai praktik cerdas adalah pijakan awal dalam menjawab tantangan pembangunan di daerah masing-masing, sementara kemauan untuk mereplikasinya adalah langkah berikutnya.

environmental hero, a girl from eastern Indonesia who then became a Physics Olympiad gold medal winner, women activists, and a movie director willing to share his dream with the audience.

BaKT is committed to following the progress of and promoting the smart practices and also supporting the efforts to replicate them throughout eastern Indonesia. The smart practices are local initiatives that were developed to answer local development challenges. The people who initiated these smart practices are local figures who are more than willing to share their knowledge so that others can pass the message on. BaKTI believes that the smart practices are able to play a role in answering similar challenges in different places in eastern Indonesia.

And that belief is not without foundation. In its six years working in eastern Indonesia, BaKTI has played a role as a knowledge management institution, linking knowledge seekers with those who possess knowledge, and at the same time collecting creative ideas from all around eastern Indonesia.

As supply of information keeps coming, so does the demand for it. Every month BaKTI receives many articles on local initiatives. This supply of information comes from the people running the initiatives or people receiving benefits from them. At the same time, BaKTI also receives a lot of requests for information. This helps BaKTI to see that in many cases, development challenges in one place can be answered with a solution that has been applied in another place.

Readers of BaKTI News often ask about a particular activity or program when they read about it in the bulletin. They see that the activity or program could perhaps be applied in their region as well. And BaKTI is more than happy to link them with the initiator of the activity directly. During the Forum, lunch time was used to learn more about the smart practices as participants asked questions of the initiators. The last day of the Forum was used as a chance to exchange contact numbers and business cards.

In the two months after the Forum, BaKTI documented a number of follow ups, cooperation and replication of the initiatives presented at the Forum. The ‘living with the poor’ program which was initiated by Kabupaten Boalemo Government, was then practiced in Kabupaten Enrekang. The initiative from Desa Bone Bone received interest from Kabupaten Luwu Government. The micro credit scheme from the 2009 Forum in South Halmahera reported they received significant financial support from a number of private companies. Meanwhile, the fight against malaria scheme inspired the provincial government of West Sulawesi to adopt a similar method. The women cooperative in Buton, which for 15 years has managed to lend more than Rp 2 billion of funds to its members, captured the interest of similar cooperatives in Ambon, NTT and NTB. The safe house for women in Kupang is now starting to join with other institutions to cope with child and women’s issue. And for the other smart practices, they managed received attention from their local governments who did not have much knowledge of their activities before.

The greatest strength of a smart practice is its simplicity. It is a proven local scale solution that has the potential to give greater impacts when replicated. Wanting to know more about the smart practices is a good start to answer local development challenges. Wanting to replicate them is a great next step forward.

DARI FORUM KTI KE PENJURU KTI

MEMBAWA PESAN PRAKTIK CERDAS:

Oleh Christy Desta Pratama

Penulis adalah Development Analyst di BaKTI. Email: [email protected]. If you have a smart practice to share please send it to BaKTINews at [email protected]

Ilustrasi Kartun : Deny Rodendo

Sending the Messages of Smart Practices: From The EI Forum To The Corners of Eastern Indonesia

Page 24: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201123 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 24

Gambar 2 Susunan Bahan Penyaring

100

75

50

25

A B C

Ijuk

Arang

Kerikil

KEMAMPUAN PASIR, ARANG TEMPURUNG, IJUK DALAM KUALITAS KIMIA AIR DAN FISIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANOOleh Rachmat Santoso

Gambar 1 Bagan Penyaringan

Filtrat

Bahan Penyaring

Air Sampel

Pengaduk

SahabatSahabatMari menjadi BaKTI kini semakin

dekat dengan Anda! Sebuah program keanggotaan bertajuk Sahabat BaKTI kami luncurkan pada Februari 2011 ini sebagai wujud kedekatan kami dengan Anda semua.

Untuk informasi lebih lanjut dan mendapatkan formulir keanggotaan, silakan menghubungi melalui telepon atau email ke

Sdri Marnie Ariyanto 0411 3650320–22 [email protected]

Siapa saja dapat menjadi Sahabat BaKTI dan menikmati layanan-layanan spesial dari BaKTI seperti

Mari menjadi Sahabat BaKTI dan nikmati kemudahan memanfaatkan berbagai layanan kami.

Akses ke ribuan koleksi buku perpustakaan dan layanan khusus pemesanan buku melalui email maupun telepon.

Prioritas mendapatkan publikasi-publikasi terbaru, baik publikasi BaKTI maupun mitra-mitra BaKTI seperti World Bank, Asian Development Bank, dan lainnya.

Prioritas mendapatkan undangan dalam berbagai kegiatan menarik yang diadakan BaKTI.

Akses internet dan penggunaan mesin fotocopy, scanner, dan printer untuk membantu para Sahabat BaKTI mengolah dan memperbanyak informasi dari berbagai publikasi yang tersedia di perpustakaan BaKTI.

Temu Sahabat BaKTI yang merupakan acara kreatif, fun, dan inspiratif yang diadakan untuk menjalin tali silaturahmi dan mendorong pertukaran informasi di antara para Sahabat BaKTI.

Informasi terkini tentang perkembangan pembangunan, beasiswa, peluang kerjasama, dan hal-hal menarik lainnya langsung ke email Anda.

Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia

P. +62 411 3650320 - 22 F. +62 411 3650323E. [email protected] website : www.bakti.org www.batukar.info

Jl. Dr. Sutomo No. 26 Makassar 90113Makassar-Sulawesi Selatan

ampir semua fase kehidupan manusia membutuhkan air. Namun saat ini, dalam air terdapat banyak sekali Hkontaminan, termasuk yang menimbulkan ancaman

terbesar pada lingkungan akuatik seperti air kotor, nutrient berlebih, senyawa organik sintetik, sampah, plastik, logam, dan hidrokarbon atau minyak.

Pencemaran air telah terjadi pada beberapa sungai di Indonesia khususnya pada sungai-sungai yang mengalir di daerah perkotaan padat penduduk dan daerah industri. Sebagian terbesar pencemaran air di Indonesia disebabkan oleh buangan Rumah tangga, walaupun di berbagai daerah diakibatkan oleh kemajuan pembangunan dan pengaruh buangan industri. Selain itu pada musim kemarau dimana debit air mulai menurun, kualitas air pun menurun dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Bagi golongan masyarakat menengah ke atas, masalah ini dapat diatasi dengan membeli air bersih atau air kemasan. Sedangkan masyarakat yang kurang mampu terpaksa harus berdamai dengan air yang tak layak dikonsumsi dengan segala akibatnya. Sebenarnya terdapat banyak cara yang relatif mudah dan murah untuk menjernihkan air agar layak untuk dikonsumsi.

Terdapat tiga tabung penyaring yang digunakan dalam penelitian ini. Tabung pertama berisi pasir (750 gram) dan ijuk (100 gram), tabung kedua berisi pasir (750 gram) dan arang tempurung (200 gram), dan tabung ketiga berisi pasir (750 gram), arang (200 gram), dan ijuk (100 gram). Seluruh bahan penyaring, dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu.

Air yang telah disaring kemudian dianalisa di L a b o ra to r i u m U n i k a D e l a s a l l e M a n a d o Jurusan dan jurusan Kmia FMIPA UNIMA Tondano, untuk melihat tingkat kekeruhannya, muatan pada tersuspensi, pH, d a y a h a n t a r l i s t r i k , kesadahan, dan besi.

Salah satunya adalah dengan menjernihkan air menggunakan pasir, ijuk, dan arang tempurung.

Masih banyak keraguan atas kualitas air yang dijernihkan menggunakan pasir, ijuk, dan arang tempurung. Karenanya sebuah penlitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan ketiga bahan tersebut untuk menjernihkan air Sungai Tondano yang diambil dari Kali Jengki Manado, muara sungai jembatan Megawati, jembatan Karame, dan jembatan Kairagi di Kota Manado. Secara sederhana tahapan penelitian dijelaskan dalam gambar berikut.

DHL

Filtrate Analisa

KekeruhanKesadahan

Air contoh

Tabung Penyaring

pH NH4+ Fe

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia dan Fisik Air

Satuan

Sebelumpenyaringan

Setelah penyaringan

PasirIjuk

- PasirArangTempurung

-

Kekeruhan NTU 14,00 6,58 2,75 4,50

pH

-

7,25 7,20 7,60 7,5

DH L 130,00 145,50 325,00 269,00

NH 4+ ppm 0,240 0,56 0,28 0,38

Kesadahan ppm 40,10 35,20 48,50 36,50

Fe ppm 0,34 0,15 0,19 0,13

Pasir-Ijuk-Arang Tempurung

Lokasi Jembatan Kairagi

NTU

-

ppm

ppm

ppm

Kekeruhan 18,30 5,68 3,40 3,0

pH

7,20

7,32

7,56

7,50

DHL

120,00

132,60

290,40

224,00

NH4+

0,17

0,39

0,23

0,26

Kesadahan 33,00 32,00 35,50 35,00

Fe 0,20 0,15 0,17 0,14

Lokasi Jembatan Karame

NTU

-

ppm

ppm

ppm

KekeruhanpH

DHL

NH4+

Kesadahan

Fe

28,00 8,30 4,20 3,50

7,20

7,30

7,50 7,60

131,40

120,30

240,15 350,25

1,10

0,60

0,28 0,53

40,30 36,00 50,25 38,00

0,35 0,18 0,22 0,21

Lokasi jembatan Megawati

Nilai rata-rata sifat kimia air Sungai Tondano sebelum dan sesudah penyaringan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Sifat Kimia dan Fisik Satuan A

GOLONGAN

NTU

-

ppm

ppm

ppm

KekeruhanpH

DHL

NH4+

Kesadahan

Fe

6,5 - 8,5

1

-

140

5 – 25

1.000

B C

5 - 9

1

-

-

1.000

6 - 9

1

-

-

-

1.000

Dari ketiga jenis penyaring, jenis saringan yang terbaik adalah yang terdiri dari pasir, ijuk, dan arang karena jenis penyaring ini dapat menurunkan tingkat kekeruhan, dan kadar besi (Fe). Guna peningkatan mutu hasil saringan, pasir diperlukan sebagai pengikat koloidal air menjadi koagulan-koagulan.

Sifat Kimia dan Fisik Air Satuan

Sebelumpenyaringan

Setelah penyaringan

PasirIjuk

- PasirArangTempurung

- Pasir-Ijuk-Arang Tempurung

Sifat Kimia dan Fisik Air

SatuanSebelumpenyaringan

Setelah penyaringan

PasirIjuk

- PasirArangTempurung

- Pasir-Ijuk-Arang Tempurung

Penulis adalah Staf Pengajar Mata Kuliah Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMA Tondano

JARINGAN PENELITI KTI EASTERN INDONESIA RESEARCHER NETWORK

Page 25: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201123 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 24

Gambar 2 Susunan Bahan Penyaring

100

75

50

25

A B C

Ijuk

Arang

Kerikil

KEMAMPUAN PASIR, ARANG TEMPURUNG, IJUK DALAM KUALITAS KIMIA AIR DAN FISIK PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI TONDANOOleh Rachmat Santoso

Gambar 1 Bagan Penyaringan

Filtrat

Bahan Penyaring

Air Sampel

Pengaduk

SahabatSahabatMari menjadi BaKTI kini semakin

dekat dengan Anda! Sebuah program keanggotaan bertajuk Sahabat BaKTI kami luncurkan pada Februari 2011 ini sebagai wujud kedekatan kami dengan Anda semua.

Untuk informasi lebih lanjut dan mendapatkan formulir keanggotaan, silakan menghubungi melalui telepon atau email ke

Sdri Marnie Ariyanto 0411 3650320–22 [email protected]

Siapa saja dapat menjadi Sahabat BaKTI dan menikmati layanan-layanan spesial dari BaKTI seperti

Mari menjadi Sahabat BaKTI dan nikmati kemudahan memanfaatkan berbagai layanan kami.

Akses ke ribuan koleksi buku perpustakaan dan layanan khusus pemesanan buku melalui email maupun telepon.

Prioritas mendapatkan publikasi-publikasi terbaru, baik publikasi BaKTI maupun mitra-mitra BaKTI seperti World Bank, Asian Development Bank, dan lainnya.

Prioritas mendapatkan undangan dalam berbagai kegiatan menarik yang diadakan BaKTI.

Akses internet dan penggunaan mesin fotocopy, scanner, dan printer untuk membantu para Sahabat BaKTI mengolah dan memperbanyak informasi dari berbagai publikasi yang tersedia di perpustakaan BaKTI.

Temu Sahabat BaKTI yang merupakan acara kreatif, fun, dan inspiratif yang diadakan untuk menjalin tali silaturahmi dan mendorong pertukaran informasi di antara para Sahabat BaKTI.

Informasi terkini tentang perkembangan pembangunan, beasiswa, peluang kerjasama, dan hal-hal menarik lainnya langsung ke email Anda.

Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia

P. +62 411 3650320 - 22 F. +62 411 3650323E. [email protected] website : www.bakti.org www.batukar.info

Jl. Dr. Sutomo No. 26 Makassar 90113Makassar-Sulawesi Selatan

ampir semua fase kehidupan manusia membutuhkan air. Namun saat ini, dalam air terdapat banyak sekali Hkontaminan, termasuk yang menimbulkan ancaman

terbesar pada lingkungan akuatik seperti air kotor, nutrient berlebih, senyawa organik sintetik, sampah, plastik, logam, dan hidrokarbon atau minyak.

Pencemaran air telah terjadi pada beberapa sungai di Indonesia khususnya pada sungai-sungai yang mengalir di daerah perkotaan padat penduduk dan daerah industri. Sebagian terbesar pencemaran air di Indonesia disebabkan oleh buangan Rumah tangga, walaupun di berbagai daerah diakibatkan oleh kemajuan pembangunan dan pengaruh buangan industri. Selain itu pada musim kemarau dimana debit air mulai menurun, kualitas air pun menurun dan tidak layak untuk dikonsumsi.

Bagi golongan masyarakat menengah ke atas, masalah ini dapat diatasi dengan membeli air bersih atau air kemasan. Sedangkan masyarakat yang kurang mampu terpaksa harus berdamai dengan air yang tak layak dikonsumsi dengan segala akibatnya. Sebenarnya terdapat banyak cara yang relatif mudah dan murah untuk menjernihkan air agar layak untuk dikonsumsi.

Terdapat tiga tabung penyaring yang digunakan dalam penelitian ini. Tabung pertama berisi pasir (750 gram) dan ijuk (100 gram), tabung kedua berisi pasir (750 gram) dan arang tempurung (200 gram), dan tabung ketiga berisi pasir (750 gram), arang (200 gram), dan ijuk (100 gram). Seluruh bahan penyaring, dicuci bersih untuk menghilangkan kotoran dan debu.

Air yang telah disaring kemudian dianalisa di L a b o ra to r i u m U n i k a D e l a s a l l e M a n a d o Jurusan dan jurusan Kmia FMIPA UNIMA Tondano, untuk melihat tingkat kekeruhannya, muatan pada tersuspensi, pH, d a y a h a n t a r l i s t r i k , kesadahan, dan besi.

Salah satunya adalah dengan menjernihkan air menggunakan pasir, ijuk, dan arang tempurung.

Masih banyak keraguan atas kualitas air yang dijernihkan menggunakan pasir, ijuk, dan arang tempurung. Karenanya sebuah penlitian dilakukan untuk mengetahui kemampuan ketiga bahan tersebut untuk menjernihkan air Sungai Tondano yang diambil dari Kali Jengki Manado, muara sungai jembatan Megawati, jembatan Karame, dan jembatan Kairagi di Kota Manado. Secara sederhana tahapan penelitian dijelaskan dalam gambar berikut.

DHL

Filtrate Analisa

KekeruhanKesadahan

Air contoh

Tabung Penyaring

pH NH4+ Fe

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia dan Fisik Air

Satuan

Sebelumpenyaringan

Setelah penyaringan

PasirIjuk

- PasirArangTempurung

-

Kekeruhan NTU 14,00 6,58 2,75 4,50

pH

-

7,25 7,20 7,60 7,5

DH L 130,00 145,50 325,00 269,00

NH 4+ ppm 0,240 0,56 0,28 0,38

Kesadahan ppm 40,10 35,20 48,50 36,50

Fe ppm 0,34 0,15 0,19 0,13

Pasir-Ijuk-Arang Tempurung

Lokasi Jembatan Kairagi

NTU

-

ppm

ppm

ppm

Kekeruhan 18,30 5,68 3,40 3,0

pH

7,20

7,32

7,56

7,50

DHL

120,00

132,60

290,40

224,00

NH4+

0,17

0,39

0,23

0,26

Kesadahan 33,00 32,00 35,50 35,00

Fe 0,20 0,15 0,17 0,14

Lokasi Jembatan Karame

NTU

-

ppm

ppm

ppm

KekeruhanpH

DHL

NH4+

Kesadahan

Fe

28,00 8,30 4,20 3,50

7,20

7,30

7,50 7,60

131,40

120,30

240,15 350,25

1,10

0,60

0,28 0,53

40,30 36,00 50,25 38,00

0,35 0,18 0,22 0,21

Lokasi jembatan Megawati

Nilai rata-rata sifat kimia air Sungai Tondano sebelum dan sesudah penyaringan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Sifat Kimia dan Fisik Satuan A

GOLONGAN

NTU

-

ppm

ppm

ppm

KekeruhanpH

DHL

NH4+

Kesadahan

Fe

6,5 - 8,5

1

-

140

5 – 25

1.000

B C

5 - 9

1

-

-

1.000

6 - 9

1

-

-

-

1.000

Dari ketiga jenis penyaring, jenis saringan yang terbaik adalah yang terdiri dari pasir, ijuk, dan arang karena jenis penyaring ini dapat menurunkan tingkat kekeruhan, dan kadar besi (Fe). Guna peningkatan mutu hasil saringan, pasir diperlukan sebagai pengikat koloidal air menjadi koagulan-koagulan.

Sifat Kimia dan Fisik Air Satuan

Sebelumpenyaringan

Setelah penyaringan

PasirIjuk

- PasirArangTempurung

- Pasir-Ijuk-Arang Tempurung

Sifat Kimia dan Fisik Air

SatuanSebelumpenyaringan

Setelah penyaringan

PasirIjuk

- PasirArangTempurung

- Pasir-Ijuk-Arang Tempurung

Penulis adalah Staf Pengajar Mata Kuliah Kimia pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam UNIMA Tondano

JARINGAN PENELITI KTI EASTERN INDONESIA RESEARCHER NETWORK

Page 26: BaKTI News Edisi 63

WEBSITE BULAN INI WEBSITE OF THE MONTH

HIV dan AIDS merupakan epidemi di dunia, termasuk di Indonesia. Angka penderita HIV dan AIDS terus meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Sayangnya masih banyak mitos ,salah kaprah bahkan pengucilan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di tengah masyarakat karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang epidemi ini. Komunitas AIDS Indonesia mengembangkan portal tentang HIV dan AIDS di Indonesia agar informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit HIV dan AIDS dapat tersebar dengan luas sehingga tidak terjadi salah paham dan salah perlakuan bagi penderita HIV dan AIDS.Dalam website ini terdapat informasi mengenai berbagai hal seputar HIV dan AIDS. Mulai dari istilah dan pengertian tentang IMS/RTI, adiksi, tes HIV, HIV dan AIDS dan harm reduction. Juga ada fitur untuk mendapatkan informasi dan direktori mengenai layanan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia serta layanan apa saja yang diberikan Rumah Sakit

Daerah atau LSM. Situs web ini juga menyediakan link ke beberapa situs lainnya yang menyediakan film pendidikan tentang HIV/AIDS. Situs web ini bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia, organisasi transgender, institusi penanggulangan AIDS di lembaga pemasyarakatan dan yang lainnya.

nterseksi adalah forum diskusi yang diadakan untuk membicarakan isu dan masalah yang Iterjadi dalam pembangunan di Indonesia.

Forum diskusi diikuti oleh akademisi dan profesional dan bertujuan memfasilitasi dan mendorong pertukaran ide diantara para pelaku pembangunan yang memiliki perhatian kepada isu politik dan kultural di Indonesia.Diskusi dalam forum ini biasanya membicarakan tulisan atau opini dari salah seorang peserta forum ini. Dengan semangat pengetahuan dan kemanusiaan, tulisan dan opini yang telah didiskusikan dimuat dalam situs web ini agar dapat didiseminasikan dengan baik. Anda dapat membaca essay atau working paper, melihat video pelatihan penelitian yang di situs web ini. Terdapat juga informasi mengenai kegiatan Forum Interseksi. Anda dapat membacar artikel dalam blog di situs web ini dan memberikan komentar serta bertukar pikiran dengan para pengunjung situs.

http://www.interseksi.org/

http://www.aids-ina.org/

Anggaran Kemiskinan Sulsel Naik 200 Persen

Pemkab Gratiskan Penerbitan KTP

Kerahasiaan Sangat Dijaga, Berlaku Internasional Skrining HIV/AIDS Dilarang Dalam Seleksi CPNS

Ribuan Profesor Kumpul di Sulut

Hanya Kota Manado dan Bitung yang Bertumbuh 13 Kab/Kota Sulut Tertinggal

Mendagri Setuju Penetapan APBD Sultra 2011

Banjir di Polman Akibat Pembalakan Hutan Perusahaan Besar

Jumlah Pengidap HIV/AIDS Mencapai 500

Pelabuhan Lembar Segera Terapkan E-Ticketing

Update

Batukar.info adalah bursa pengetahuan online yang menyediakan berita dan informasi seputar Kawasan Timur Indonesia (KTI).Di batukar.info Anda dapat :

Berinteraksi dengan kontributor informasi, menyampaikan ide dan berdiskusi seputar topik tertentu, berbagi informasi dengan cara menulis opini atau artikel tentang pembangunan KTI,

2. Memantau perkembangan diskusi dengan para pelaku pembangunan di KTI tentang suatu topik tertentu

3. Mengakses database informasi khusus dalam bentuk direktori, referensi, dan situs-situs yang berhubungan dengan kegiatan pembangunan di KTI

4. Mendapatkan lebih banyak informasi dengan menjadi anggota komunitas ini

187,653 Visits.

163,757 Absolute Unique Visitors.

Statistik Batukar.info tahun 2010

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201125 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 26

296,366 Pageviews.

1.58 Average Pageviews.

00:01:37 Time on Site.

81.94% Bounce Rate.

87.26% New Visits

Referensi Terbaru

Artikel

Portal Komunitas AIDS Indonesia

Interseksi, bagi Pengetahuan dan Kemanusiaan

Dan bisa bergabung dengan salah satu jaringan di bawah ini:Pengelolaan Keuangan Publik

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

JiKTI (Jaringan Peneleti Kawasan Timur Indonesia)

Mari bergabung dengan Komunitas Online KTI dan jangan ketinggalan dengan berita terkini dari KTI.

http://www.batukar.info/komunitas/groups/pfm-pengelolaan-keuangan-publik

http://www.batukar.info/komunitas/groups/jaringan-peneliti-kti-jikti

http://www.batukar.info/referensi/sehati-sesuara-membangun-ntt-baru-0

Sehati Sesuara Membangun NTT BaruUntuk meningkatkan pencapaian target RPJMD 2008-2013, masih dibutuhkan komitmen yang lebih baik disertai kesadaran untuk melakukan perubahan secara lebih nyata dari para penyelenggara pembangunan di daerah ini. Atas dasar itu, maka penerbitan Sehati Sesuara Membangun NTT Baru buku Satu Tahun Kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT dimaksudkan untuk memberikan gambaran nyata kepada masyarakat mengenai pencapaian target agenda pembangunan yang telah dijalankan oleh Pemerintah Provinsi NTT. Disamping itu juga sebagai bahan evaluasi dan umpan balik terhadap proses pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan ruang keterbukaan bagi masyarakat untuk menilai, mengawasi dan mengawal seluruh proses pembangunan yang sedang berlangsung di daerah ini.

Mari bergabung dengan komunitas Online KTI!Siapa yang tidak tahu dengan Komunitas Online terbesar di Indonesia yaitu Kaskus

Community Online. Disana user bisa bertukar informasi, berdiskusi dan bertukar pikiran tentang tema atau topik tertentu tanpa melihat jarak dan waktu yang memisahkan mereka. Semua anggota di suatu grup diskusi dapat menerima informasi-informasi yang hanya disiarkan di grup tersebut dan bisa mendiskusikannya dengan anggota lainnya dan tak jarang melahirkan pemikiran kreatif dan inovatif untuk sesuatu yang lebih baik. Disamping itu, para anggota grup akan selalu merasa terkinikan (up-to-date) dengan adanya diskusi berbasis web ini, yang membuat setiap berita yang masuk ke dalam grup menjadi pesan baru di setiap anggotanya.

Batukar.info sebagai bursa pengetahuan online pertama di KTI memiliki fitur grup atau jaringan dimana para pelaku pembangunan dapat bertukar ide serta pikiran dan dapat berdiskusi dengan anggota lainnya khususnya mengenai isu-isu pembangunan di KTI. Saat ini sudah ada beberapa grup/jaringan diskusi yang aktif di Batukar.info. Anda bisa melihat ke:

RPJMN BOOK 2010-2014 (English Version)The 2010-2014 National Medium-Term Development Plan (RPJMN 2010 2014) is the elaboration of the Vision, Mission, and Program of the President, the formulation of which is guided by 2005-2025 National Long-Term Development Plan (RPJPN 2005 2025). The Vision, Mission, and Programs of President Susilo Bambang Yudhoyono and Vice President Boediono explicitly state their aspiration and conviction for realizing an Indonesia that is more advanced and prosperous, more self reliant, more secure and peaceful, and more democratic.

Lesson Study (Lembar Informasi Praktik Cerdas Bidang Pendidikan Sulsel)Kunjungan Lapangan Bersama adalah inisiatif Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Mitra Pembanguan Internasional, dan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) yang bertujuan memfasilitasi koordinasi dan berbagi pengetahuan di antara para pemangku kepentingan dan praktisi bidang pendidikan melalui observasi langsung kegiatan-kegiatan program pendidikan. Kunjungan Lapangan Bersama untuk bidang pendidikan melibatkan pemangku kepentingan dari pemerintah, praktisi pendidikan senior, mitra pembangunan internasional (AusAID, HKI, ILO, JICA, UNICEF, dan USAID DBE), media, dan BaKTI. Kunjungan Lapangan Bersama juga mengangkat dan menyebarluaskan praktik cerdas untuk menjadi referensi dan direplikasi oleh berbagai pihak yang relevan di daerah lain.Melalui koordinasi ini BAKTI menyiapkan rangkaian dokumen Praktik Cerdas yang kami harap dapat berkelanjutan, dapat direplikasi, pengelolaan sekolah partisipatif, proses-proses belajar/mengajar, dan pendidikan di daerah ini. Tiga Kunjungan Lapangan Bersama yang telah dilaksanakan adalah (1) Lesson Study di Jeneponto (PRIMA Pendidikan JICA); (2) Paditungka di Bone (UNICEF); dan (3) Pendidikan Inklusi dan Pusat Layanan Dini (HKI).

http://www.batukar.info/referensi/rpjmn-book-2010-2014-english-version

http://www.batukar.info/referensi/lesson-study-lembar-informasi-praktik-cerdas-bidang-pendidikan-sulsel

Manado Menuju Kota EkowisataKota Manado di bawah kepemimpinan Wali Kota GS Vicky Lumentut dan Wakil Wali Kota Harley Mangindaan, telah menetapkan Grand Strategi dengan mengedepankan Visi: Menjadikan Manado Sebagai Kota Model Ekowisata sebagai konsep untuk dijadikan panduan dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan di Kota Manado untuk kurun waktu tahun 2010 s/d 2015. Agar pelaksanaan pembangunan daerah Kota Manado ke depan dapat berjalan lanjar, sukses dan tepat sasaran, maka tentunya baik pejabat pemerintah Kota Manado, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Manado, pelaku pariwisata dan pemerhati pariwisata di Kota Manado serta seluruh masyarakat Kota Manado sebaiknya lebih memahami akan visi : Menjadikan Manado Sebagai Kota Model Ekowisata.

70 Persen Buku Terserap di Jawa-BaliDistribusi buku fiksi dan nonfiksi di Indonesia tidak merata karena sekitar 70 persen buku terserap di Pulau Jawa-Bali. Tingginya biaya distribusi buku ke luar Pulau Jawa menjadi salah satu sebab timpangnya penyebaran buku.Selain menghadapi persoalan distribusi buku yang tidak merata, perbukuan di Tanah Air juga menghadapi persoalan rendahnya minat baca masyarakat.Berdasarkan kajian Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang punya minat baca tinggi. Satu buku rata-rata dibaca lima orang.

http://batukar.info/news/70-persen-buku-terserap-di-jawa-bali

http://www.batukar.info/komunitas/articles/manado-menuju-kota-ekowisata

Page 27: BaKTI News Edisi 63

WEBSITE BULAN INI WEBSITE OF THE MONTH

HIV dan AIDS merupakan epidemi di dunia, termasuk di Indonesia. Angka penderita HIV dan AIDS terus meningkat dengan pesat dari tahun ke tahun. Sayangnya masih banyak mitos ,salah kaprah bahkan pengucilan orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) di tengah masyarakat karena kurangnya informasi dan pengetahuan tentang epidemi ini. Komunitas AIDS Indonesia mengembangkan portal tentang HIV dan AIDS di Indonesia agar informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan penyakit HIV dan AIDS dapat tersebar dengan luas sehingga tidak terjadi salah paham dan salah perlakuan bagi penderita HIV dan AIDS.Dalam website ini terdapat informasi mengenai berbagai hal seputar HIV dan AIDS. Mulai dari istilah dan pengertian tentang IMS/RTI, adiksi, tes HIV, HIV dan AIDS dan harm reduction. Juga ada fitur untuk mendapatkan informasi dan direktori mengenai layanan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia serta layanan apa saja yang diberikan Rumah Sakit

Daerah atau LSM. Situs web ini juga menyediakan link ke beberapa situs lainnya yang menyediakan film pendidikan tentang HIV/AIDS. Situs web ini bekerja sama dengan Ikatan Dokter Indonesia, organisasi transgender, institusi penanggulangan AIDS di lembaga pemasyarakatan dan yang lainnya.

nterseksi adalah forum diskusi yang diadakan untuk membicarakan isu dan masalah yang Iterjadi dalam pembangunan di Indonesia.

Forum diskusi diikuti oleh akademisi dan profesional dan bertujuan memfasilitasi dan mendorong pertukaran ide diantara para pelaku pembangunan yang memiliki perhatian kepada isu politik dan kultural di Indonesia.Diskusi dalam forum ini biasanya membicarakan tulisan atau opini dari salah seorang peserta forum ini. Dengan semangat pengetahuan dan kemanusiaan, tulisan dan opini yang telah didiskusikan dimuat dalam situs web ini agar dapat didiseminasikan dengan baik. Anda dapat membaca essay atau working paper, melihat video pelatihan penelitian yang di situs web ini. Terdapat juga informasi mengenai kegiatan Forum Interseksi. Anda dapat membacar artikel dalam blog di situs web ini dan memberikan komentar serta bertukar pikiran dengan para pengunjung situs.

http://www.interseksi.org/

http://www.aids-ina.org/

Anggaran Kemiskinan Sulsel Naik 200 Persen

Pemkab Gratiskan Penerbitan KTP

Kerahasiaan Sangat Dijaga, Berlaku Internasional Skrining HIV/AIDS Dilarang Dalam Seleksi CPNS

Ribuan Profesor Kumpul di Sulut

Hanya Kota Manado dan Bitung yang Bertumbuh 13 Kab/Kota Sulut Tertinggal

Mendagri Setuju Penetapan APBD Sultra 2011

Banjir di Polman Akibat Pembalakan Hutan Perusahaan Besar

Jumlah Pengidap HIV/AIDS Mencapai 500

Pelabuhan Lembar Segera Terapkan E-Ticketing

Update

Batukar.info adalah bursa pengetahuan online yang menyediakan berita dan informasi seputar Kawasan Timur Indonesia (KTI).Di batukar.info Anda dapat :

Berinteraksi dengan kontributor informasi, menyampaikan ide dan berdiskusi seputar topik tertentu, berbagi informasi dengan cara menulis opini atau artikel tentang pembangunan KTI,

2. Memantau perkembangan diskusi dengan para pelaku pembangunan di KTI tentang suatu topik tertentu

3. Mengakses database informasi khusus dalam bentuk direktori, referensi, dan situs-situs yang berhubungan dengan kegiatan pembangunan di KTI

4. Mendapatkan lebih banyak informasi dengan menjadi anggota komunitas ini

187,653 Visits.

163,757 Absolute Unique Visitors.

Statistik Batukar.info tahun 2010

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201125 Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 26

296,366 Pageviews.

1.58 Average Pageviews.

00:01:37 Time on Site.

81.94% Bounce Rate.

87.26% New Visits

Referensi Terbaru

Artikel

Portal Komunitas AIDS Indonesia

Interseksi, bagi Pengetahuan dan Kemanusiaan

Dan bisa bergabung dengan salah satu jaringan di bawah ini:Pengelolaan Keuangan Publik

http://www.batukar.info/komunitas/jaringan

JiKTI (Jaringan Peneleti Kawasan Timur Indonesia)

Mari bergabung dengan Komunitas Online KTI dan jangan ketinggalan dengan berita terkini dari KTI.

http://www.batukar.info/komunitas/groups/pfm-pengelolaan-keuangan-publik

http://www.batukar.info/komunitas/groups/jaringan-peneliti-kti-jikti

http://www.batukar.info/referensi/sehati-sesuara-membangun-ntt-baru-0

Sehati Sesuara Membangun NTT BaruUntuk meningkatkan pencapaian target RPJMD 2008-2013, masih dibutuhkan komitmen yang lebih baik disertai kesadaran untuk melakukan perubahan secara lebih nyata dari para penyelenggara pembangunan di daerah ini. Atas dasar itu, maka penerbitan Sehati Sesuara Membangun NTT Baru buku Satu Tahun Kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur NTT dimaksudkan untuk memberikan gambaran nyata kepada masyarakat mengenai pencapaian target agenda pembangunan yang telah dijalankan oleh Pemerintah Provinsi NTT. Disamping itu juga sebagai bahan evaluasi dan umpan balik terhadap proses pelayanan di bidang pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan serta memberikan ruang keterbukaan bagi masyarakat untuk menilai, mengawasi dan mengawal seluruh proses pembangunan yang sedang berlangsung di daerah ini.

Mari bergabung dengan komunitas Online KTI!Siapa yang tidak tahu dengan Komunitas Online terbesar di Indonesia yaitu Kaskus

Community Online. Disana user bisa bertukar informasi, berdiskusi dan bertukar pikiran tentang tema atau topik tertentu tanpa melihat jarak dan waktu yang memisahkan mereka. Semua anggota di suatu grup diskusi dapat menerima informasi-informasi yang hanya disiarkan di grup tersebut dan bisa mendiskusikannya dengan anggota lainnya dan tak jarang melahirkan pemikiran kreatif dan inovatif untuk sesuatu yang lebih baik. Disamping itu, para anggota grup akan selalu merasa terkinikan (up-to-date) dengan adanya diskusi berbasis web ini, yang membuat setiap berita yang masuk ke dalam grup menjadi pesan baru di setiap anggotanya.

Batukar.info sebagai bursa pengetahuan online pertama di KTI memiliki fitur grup atau jaringan dimana para pelaku pembangunan dapat bertukar ide serta pikiran dan dapat berdiskusi dengan anggota lainnya khususnya mengenai isu-isu pembangunan di KTI. Saat ini sudah ada beberapa grup/jaringan diskusi yang aktif di Batukar.info. Anda bisa melihat ke:

RPJMN BOOK 2010-2014 (English Version)The 2010-2014 National Medium-Term Development Plan (RPJMN 2010 2014) is the elaboration of the Vision, Mission, and Program of the President, the formulation of which is guided by 2005-2025 National Long-Term Development Plan (RPJPN 2005 2025). The Vision, Mission, and Programs of President Susilo Bambang Yudhoyono and Vice President Boediono explicitly state their aspiration and conviction for realizing an Indonesia that is more advanced and prosperous, more self reliant, more secure and peaceful, and more democratic.

Lesson Study (Lembar Informasi Praktik Cerdas Bidang Pendidikan Sulsel)Kunjungan Lapangan Bersama adalah inisiatif Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, Mitra Pembanguan Internasional, dan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) yang bertujuan memfasilitasi koordinasi dan berbagi pengetahuan di antara para pemangku kepentingan dan praktisi bidang pendidikan melalui observasi langsung kegiatan-kegiatan program pendidikan. Kunjungan Lapangan Bersama untuk bidang pendidikan melibatkan pemangku kepentingan dari pemerintah, praktisi pendidikan senior, mitra pembangunan internasional (AusAID, HKI, ILO, JICA, UNICEF, dan USAID DBE), media, dan BaKTI. Kunjungan Lapangan Bersama juga mengangkat dan menyebarluaskan praktik cerdas untuk menjadi referensi dan direplikasi oleh berbagai pihak yang relevan di daerah lain.Melalui koordinasi ini BAKTI menyiapkan rangkaian dokumen Praktik Cerdas yang kami harap dapat berkelanjutan, dapat direplikasi, pengelolaan sekolah partisipatif, proses-proses belajar/mengajar, dan pendidikan di daerah ini. Tiga Kunjungan Lapangan Bersama yang telah dilaksanakan adalah (1) Lesson Study di Jeneponto (PRIMA Pendidikan JICA); (2) Paditungka di Bone (UNICEF); dan (3) Pendidikan Inklusi dan Pusat Layanan Dini (HKI).

http://www.batukar.info/referensi/rpjmn-book-2010-2014-english-version

http://www.batukar.info/referensi/lesson-study-lembar-informasi-praktik-cerdas-bidang-pendidikan-sulsel

Manado Menuju Kota EkowisataKota Manado di bawah kepemimpinan Wali Kota GS Vicky Lumentut dan Wakil Wali Kota Harley Mangindaan, telah menetapkan Grand Strategi dengan mengedepankan Visi: Menjadikan Manado Sebagai Kota Model Ekowisata sebagai konsep untuk dijadikan panduan dalam melaksanakan tugas-tugas pembangunan, pemerintahan dan kemasyarakatan di Kota Manado untuk kurun waktu tahun 2010 s/d 2015. Agar pelaksanaan pembangunan daerah Kota Manado ke depan dapat berjalan lanjar, sukses dan tepat sasaran, maka tentunya baik pejabat pemerintah Kota Manado, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Manado, pelaku pariwisata dan pemerhati pariwisata di Kota Manado serta seluruh masyarakat Kota Manado sebaiknya lebih memahami akan visi : Menjadikan Manado Sebagai Kota Model Ekowisata.

70 Persen Buku Terserap di Jawa-BaliDistribusi buku fiksi dan nonfiksi di Indonesia tidak merata karena sekitar 70 persen buku terserap di Pulau Jawa-Bali. Tingginya biaya distribusi buku ke luar Pulau Jawa menjadi salah satu sebab timpangnya penyebaran buku.Selain menghadapi persoalan distribusi buku yang tidak merata, perbukuan di Tanah Air juga menghadapi persoalan rendahnya minat baca masyarakat.Berdasarkan kajian Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), dari 1.000 orang Indonesia, hanya satu orang yang punya minat baca tinggi. Satu buku rata-rata dibaca lima orang.

http://batukar.info/news/70-persen-buku-terserap-di-jawa-bali

http://www.batukar.info/komunitas/articles/manado-menuju-kota-ekowisata

Page 28: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201127

WAJAH KTI FACE OF EASTERN INDONESIAPELUANG OPPORTUNITY

Please find updated information on the LOICZ Open Science Conference 2011 website!!http://www.loicz-osc2011.org/index.asp

Land-Ocean Interactions in the Coastal Zone (LOICZ) is pleased to announce the LOICZ Open Science Conference 2011 (LOICZ OSC 2011), to be held on 12-15 September, 2011, in Yantai, China. The conference is organized in close cooperation with the Yantai Institute of Coastal Zone Research, Chinese Academy of Sciences, and the LOICZ Regional Nodes in Yantai, Singapore and Chennai.The aim of the LOICZ OSC 2011 on “Coastal Systems, Global Change and Sustainability” is to bring together the international research community working on land-ocean issues, show-case the width and scope of ongoing research, help to build a community in this highly interdisciplinary field, and to inspire new research, theory building and applied science. The conference is integrative in nature, amalgamating different experiences and disciplinary “angles” worldwide to generate new levels of understanding and improve decision making in policy and practice. LOICZ particularly invites innovative approaches, coastal practitioners and early stage researchers (see the attachment).Important days of LOICZ OSC 2011 are listed as follows:Conference date [12-15 September, 2011]• Online registration [Open now!!]• Abstract and paper submission [Call for now!!]• Session proposals deadline [Open now!!]• Abstract and poster deadline [1 May, 2011]• Oral presentation, poster and paper acceptance notification [1 June, 2011]• Online hotel booking open [1 June, 2011]• Early bird registration closes [1 July, 2011]• Hotel booking closes [1 September, 2011]• On-site registration [12 September, 2011]Please find more details about the conference from our website, and circulate this mail to people who you think are interested in. Local Organizing Committee anticipates your participation to make friends, to introduce yourself and your works, to share ideas, and of course to enjoy staying in the beautiful coastal city, Yantai.

LOICZ OSC 2011 Conference Secretariat:Prof. Dongyan Liu and Mr Yang XiaoYantai Institute of Coastal Zone Research, Chinese Academy of SciencesChunhui Road 17#, Laishan DistrictYantai, Shandong, P.R. China, 264003Tel.: 86-535-2109023Fax: 86-535-2109000E-mail: [email protected] or [email protected]

Call for participation & Abstracts:

LOICZ 2011

Open Science Conference

Foto oleh Harry WaromiKopernik Monitor

Photos by Harry Waromi Kopernik Monitor

Baru-baru ini Kopernik mendukung the Lady Green Foundation

di Papua dengan menyediakan 300 lampu bertenaga surya bagi

masyarakat lokal di tempat organisasi tersebut bekerja.

Adanya lampu bertenaga surya tersebut menggantikan penggunaan lampu minyak

yang kotor, berbahaya, dan mahal-biasanya menghabiskan 20% dari pendapatan

keluarga. Dengan lampu bertenaga surya

ini, sekarang anak-anak dapat belajar di malam hari, dan orang dewasa dapat

bekerja di malam hari untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Mereka juga dapat menabung dana yang sebelumnya digunakan untuk membeli

minyak tanah.

Recently Kopernik supported the Lady Green Foundation in Papua by providing the

organization more than 300 solar lights for the remote indigenous communities they

work with.

The solar lights replace kerosene which is dirty, dangerous and expensive-typically

costing 20% of her household's income. With the solar lantern children are now

able to study in the evenings, and adults are able to work at night to earn extra

money. They also save money by not having to spend it on kerosene.

Cahayadi Pekat

Pedalaman

Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 28

Okama Mabel bersama keluarga dan lampu bertenaga surya baru miliknya. The Barefoot Firefly Mobile juga dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai telepon genggam. Desa Waga Waga (Distrik Kurulu), Wamena, Januari 2011Okama Mabel with family and his new solar lamp. The Barefoot Firefly Mobile also charges a mobile phone. Waga waga village (Kurulu district), WAMENA, January 2011

Lode, Mina, dan Baweli di depan honay (rumah adat) mereka. Mereka merasakan perubahan positif yang dibawa lampu

tenaga surya. Kata Mina: kami butuh lebih banyak lampu tenaga surya untuk menerangi lebih banyak honay.

Desa Pelima (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011.Lode, Mina and Baweli in front of their honay (traditional

house).They feel the positive change brought by solar lamps. Mina said: we need more solar lights to light even more honays.

Pelima village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Martina Faluk bersama lampu tenaga surya miliknya. Ia sangat senang karena sekarang dapat memasak di malam hari diterangi lampu tenaga surya. Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011Martina Faluk with her new solar lamp. She is very happy that she will now be able to cook at night by the light of the solar lamp. Ibele village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Kaitanus Hiluka, kepala suku muda bersama anggota sukunya duduk di lapangan.Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011Kaitanus Hiluka, the young chief with his tribe sitting in the field. Ibele village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Lampu tenaga surya akan memudahkan anak-anakini belajar di malam hari. Domi dengan bangga memamerkan lampu yang akan menemaninya belajar.Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011 The solar light will make it easier for these kids to study after dark. Domi is proudly showing off the lamp he will study by.Ibele village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Yosep Aropa sedang menunjukkan tangannya yang terbakar karena lampu minyak. Ia sangat senang dengan lampu tenaga surya karena lebih aman dari lampu minyak.Distrik Kurulu, Wamena, Januari 2011Yosep Aropa is about to show his arm that was burned by a kerosene lamp. He is very happy with his new solar lamp which is much safer than kerosene. Kurulu district WAMENA, January 2011

Enos Bonay baru selesai mengisi ulang baterai lampunya. Ia sedang bersiap untuk melaut di malam hari ditemani

lampu ini.Ambai village, Serui, Janiaro 2011

Enos Bonay has just finished charging the lamp. He is now preparing to go night fishing with the lamp

Ambai village SERUI, January 2011

Page 29: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201127

WAJAH KTI FACE OF EASTERN INDONESIAPELUANG OPPORTUNITY

Please find updated information on the LOICZ Open Science Conference 2011 website!!http://www.loicz-osc2011.org/index.asp

Land-Ocean Interactions in the Coastal Zone (LOICZ) is pleased to announce the LOICZ Open Science Conference 2011 (LOICZ OSC 2011), to be held on 12-15 September, 2011, in Yantai, China. The conference is organized in close cooperation with the Yantai Institute of Coastal Zone Research, Chinese Academy of Sciences, and the LOICZ Regional Nodes in Yantai, Singapore and Chennai.The aim of the LOICZ OSC 2011 on “Coastal Systems, Global Change and Sustainability” is to bring together the international research community working on land-ocean issues, show-case the width and scope of ongoing research, help to build a community in this highly interdisciplinary field, and to inspire new research, theory building and applied science. The conference is integrative in nature, amalgamating different experiences and disciplinary “angles” worldwide to generate new levels of understanding and improve decision making in policy and practice. LOICZ particularly invites innovative approaches, coastal practitioners and early stage researchers (see the attachment).Important days of LOICZ OSC 2011 are listed as follows:Conference date [12-15 September, 2011]• Online registration [Open now!!]• Abstract and paper submission [Call for now!!]• Session proposals deadline [Open now!!]• Abstract and poster deadline [1 May, 2011]• Oral presentation, poster and paper acceptance notification [1 June, 2011]• Online hotel booking open [1 June, 2011]• Early bird registration closes [1 July, 2011]• Hotel booking closes [1 September, 2011]• On-site registration [12 September, 2011]Please find more details about the conference from our website, and circulate this mail to people who you think are interested in. Local Organizing Committee anticipates your participation to make friends, to introduce yourself and your works, to share ideas, and of course to enjoy staying in the beautiful coastal city, Yantai.

LOICZ OSC 2011 Conference Secretariat:Prof. Dongyan Liu and Mr Yang XiaoYantai Institute of Coastal Zone Research, Chinese Academy of SciencesChunhui Road 17#, Laishan DistrictYantai, Shandong, P.R. China, 264003Tel.: 86-535-2109023Fax: 86-535-2109000E-mail: [email protected] or [email protected]

Call for participation & Abstracts:

LOICZ 2011

Open Science Conference

Foto oleh Harry WaromiKopernik Monitor

Photos by Harry Waromi Kopernik Monitor

Baru-baru ini Kopernik mendukung the Lady Green Foundation

di Papua dengan menyediakan 300 lampu bertenaga surya bagi

masyarakat lokal di tempat organisasi tersebut bekerja.

Adanya lampu bertenaga surya tersebut menggantikan penggunaan lampu minyak

yang kotor, berbahaya, dan mahal-biasanya menghabiskan 20% dari pendapatan

keluarga. Dengan lampu bertenaga surya

ini, sekarang anak-anak dapat belajar di malam hari, dan orang dewasa dapat

bekerja di malam hari untuk menghasilkan pendapatan tambahan.

Mereka juga dapat menabung dana yang sebelumnya digunakan untuk membeli

minyak tanah.

Recently Kopernik supported the Lady Green Foundation in Papua by providing the

organization more than 300 solar lights for the remote indigenous communities they

work with.

The solar lights replace kerosene which is dirty, dangerous and expensive-typically

costing 20% of her household's income. With the solar lantern children are now

able to study in the evenings, and adults are able to work at night to earn extra

money. They also save money by not having to spend it on kerosene.

Cahayadi Pekat

Pedalaman

Volume V - edisi 63Januari - Februari 2011 28

Okama Mabel bersama keluarga dan lampu bertenaga surya baru miliknya. The Barefoot Firefly Mobile juga dapat digunakan untuk mengisi ulang baterai telepon genggam. Desa Waga Waga (Distrik Kurulu), Wamena, Januari 2011Okama Mabel with family and his new solar lamp. The Barefoot Firefly Mobile also charges a mobile phone. Waga waga village (Kurulu district), WAMENA, January 2011

Lode, Mina, dan Baweli di depan honay (rumah adat) mereka. Mereka merasakan perubahan positif yang dibawa lampu

tenaga surya. Kata Mina: kami butuh lebih banyak lampu tenaga surya untuk menerangi lebih banyak honay.

Desa Pelima (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011.Lode, Mina and Baweli in front of their honay (traditional

house).They feel the positive change brought by solar lamps. Mina said: we need more solar lights to light even more honays.

Pelima village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Martina Faluk bersama lampu tenaga surya miliknya. Ia sangat senang karena sekarang dapat memasak di malam hari diterangi lampu tenaga surya. Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011Martina Faluk with her new solar lamp. She is very happy that she will now be able to cook at night by the light of the solar lamp. Ibele village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Kaitanus Hiluka, kepala suku muda bersama anggota sukunya duduk di lapangan.Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011Kaitanus Hiluka, the young chief with his tribe sitting in the field. Ibele village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Lampu tenaga surya akan memudahkan anak-anakini belajar di malam hari. Domi dengan bangga memamerkan lampu yang akan menemaninya belajar.Desa Ibele (Distrik Kurulu) Wamena, Januari 2011 The solar light will make it easier for these kids to study after dark. Domi is proudly showing off the lamp he will study by.Ibele village (Kurulu district) WAMENA, January 2011

Yosep Aropa sedang menunjukkan tangannya yang terbakar karena lampu minyak. Ia sangat senang dengan lampu tenaga surya karena lebih aman dari lampu minyak.Distrik Kurulu, Wamena, Januari 2011Yosep Aropa is about to show his arm that was burned by a kerosene lamp. He is very happy with his new solar lamp which is much safer than kerosene. Kurulu district WAMENA, January 2011

Enos Bonay baru selesai mengisi ulang baterai lampunya. Ia sedang bersiap untuk melaut di malam hari ditemani

lampu ini.Ambai village, Serui, Janiaro 2011

Enos Bonay has just finished charging the lamp. He is now preparing to go night fishing with the lamp

Ambai village SERUI, January 2011

Page 30: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201129

alarambang adalah sebuah kearifan lokal masyarakat Bantaeng berupa sebuah ilmu pemikat yang digunakan untuk urusan perjodohan dan kelancaran usaha dan bisinis. Konon menurut cerita ilmu ini berasa dari sembilan ilmu pemikat yang diramu menjadi satu. Jalarambang juga bisa diartikan sebagai J

sebuah jala besar yang dapat mengambil apa saja di dasar lautan dan daratan.

Makna yang kuat dari kata Jalarambang ini melatarbelakangi sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat di Bantaeng menjadikannya nama bagi lembaga ini. Yayasan Jalarambang Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Yajalindo lahir pada tahun 1999 yang bermula dari kepedulian sekelompok aktivis pro demokrasi dan pemerhati masalah-masalah sosial serta ekonomi kerakyatan di Kab. Bantaeng terhadap gejala global yang melahirkan isu-isu lingkungan, HAM, demokrasi, politik dan sosial ekonomi masyarakat seta anak-anak pengangguran yang umumnya tidak mengalami penigkatan kualitas hidup yang berarti.

Dengan menetapkan kehutanan, Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Pendidikan, dan kesehatan sebagai sektor kegiatan mereka, Yajalindo berusaha mewujudkan misi yang mereka emban, yakni melakukan partisipasi bersama masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta terciptanya iklim kehidupan yang demokratis.Kelompok target dari pekerjaan Yajalindo adalah masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar hutan, masyarakat pesisir, masyarakat miskin kota, lembaga desa dan pemerintah desa, kader pemberdayaan masyarakat, kaum perempuan, dan kaum marginal.

Selama 12 tahun mengabdi, Yajalindo telah melaksanakan berbagai macam kegiataan untuk mewujudkan tujuan mereka, yakni melakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kesejahteraan, penegakan hukum & dan Hak Azasi Manusia, pelestarian dan pengembangan lingkungan hidup. Beberapa kegiatan tersebut yang telah Yajalindo lakukan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Program Penjajagan & Perencanaan Kegiatan Bersama Masyarakat dengan metode CLAPP (Community Lead Assesment Proses Program), tahun 2003, kerjasama dengan ACCESS – AusAID.

2. Program Peningkatan Pendapatan Petani Peternak Desa Baruga Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng, tahun 2004- 2005, kerjasama ACCESS – AusAID.

3. Pengembangan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Multipihak di Kawasan Hutan kabupaten Bantaeng, tahun 2004 – 2005, kerja sama dengan Pemkab Bantaeng dan DFID Inggris.

4. Program Peningkatan Kapasitas Warga dan Inisiasi Kebijakan Publik untuk mendukung proses Pembangunan Daerah yang Partisipatif, Transparan dan Akuntabel di Kabupaten Bantaeng, tahun 2009 – 2011, kerja sama Pemkab Bantaeng dan ACCESS.

Saat ini juga, Yajalindo tengah menginisiasi perencanaan penganggaran desa pada dua desa, desa Rappoa dan desa Baruga, bekerja sama dengan Mitra Samya dan ACCESS.

Yayasan

Indonesia

PROFIL LSM NGO PROFILE

Husni Alam (Direktur Yajalindo) Jl. DR. Ratulangi No. 3 (Kompleks Ruko Stadion Mini Lamalaka), Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Tlp. 0413 22689 email [email protected]

JALARAMBANG

Lembaga Pers Mahasiswa Estetika Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar pada 7 Januari 2011. Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa yang mengikuti pelatihan diharapkan mampu membuat artikel sederhana mengenai kegiatan yang dilakukan pada lingkup kampus maupun masyarakat umum. Sebanyak tigapuluh mahasiswa mengikuti pelatihan ini.

Selama tahun 2011, Rumah Ide Makassar bekerjasama dengan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) mengadakan Pemutaran Film dan Diskusi bertajuk CINEMATICA. Kegiatan ini akan berlangsung setiap hari Jumat terakhir setiap bulannya. Pada bulan Januari, Pemutaran Film dan Diskusi Cinematica diadakan pada 28 Januari. Diskusi pertama di tahun 2011 mengangkat tema transgender. Diskusi ini bertujuan membuka mata dan hati kita untuk melihat lebih dalam dan bijak akan keberadaan individu-individu transgender dalam masyarakat, termasuk hak-hak azasi mereka sebagai manusia. Halaman belakang Kantor BaKTI, tempat diadakannya diskusi, dipadati oleh lebih dari 90 peseta yang berasal dari kalangan LSM, Jurnalis dan media, Mahasiswa, komunitas film dan fotografi serta masyarakat umum.

11 Februari 2011

BaKTI bekerjasama dengan Fajar Institute of Pro Otonomi mengadakan Presentasi dan Diskusi yang menghadirkan tema mengenai E-Procurement : Menutup Rapat Pintu Masuk KKN. Kegiatan ini menghadirkan Ir. Arief R. Pallalo, Kepala Layanan Pengadaan Secara elektronik (LPSE) Pemkab Luwu Utara, R. Suryanto, Kepala Sub Direktorat Pengembangan e-Procurement LKPP,Jakarta dan Andi Ahmad Yani, staf Edukasi Departemen Administrasi Publik FISIP, UNHAS dengan moderator A.M. Rezky Mulyadi dari BaKTI. Penerapan e-Government (yang lebih luas dari e-Procurement) diharapkan akan membuat pengaruh yang baik kepada pemerintah secara internal dan eksternal dalam hal pengadaan karena dapat menghindari duplikasi, mengurangi biaya operasional, efisiensi, mendorong transparansi dan memudahkan koneksi antar unit.

Presentasi dan DiskusiE-PROCUREMENT : Menutup Rapat Pintu Masuk KKN

28 Januari 2011

Pemutaran Film dan Diskusi (CINEMATICA)

7 Januari 2011

Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar

BaKTI menyediakan fasilitas Ruang Pertemuan bagi para pelaku pembangunan untuk Seminar, Workshop dan lain-lain. Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami di Kantor BaKTI, Jl. Dr. Sutomo no. 26, Makassar Telepon 0411-3650320-22 E-mail : [email protected]

Page 31: BaKTI News Edisi 63

Volume V - edisi 63Januari - Februari 201129

alarambang adalah sebuah kearifan lokal masyarakat Bantaeng berupa sebuah ilmu pemikat yang digunakan untuk urusan perjodohan dan kelancaran usaha dan bisinis. Konon menurut cerita ilmu ini berasa dari sembilan ilmu pemikat yang diramu menjadi satu. Jalarambang juga bisa diartikan sebagai J

sebuah jala besar yang dapat mengambil apa saja di dasar lautan dan daratan.

Makna yang kuat dari kata Jalarambang ini melatarbelakangi sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat di Bantaeng menjadikannya nama bagi lembaga ini. Yayasan Jalarambang Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Yajalindo lahir pada tahun 1999 yang bermula dari kepedulian sekelompok aktivis pro demokrasi dan pemerhati masalah-masalah sosial serta ekonomi kerakyatan di Kab. Bantaeng terhadap gejala global yang melahirkan isu-isu lingkungan, HAM, demokrasi, politik dan sosial ekonomi masyarakat seta anak-anak pengangguran yang umumnya tidak mengalami penigkatan kualitas hidup yang berarti.

Dengan menetapkan kehutanan, Pengembangan Ekonomi Masyarakat, Pendidikan, dan kesehatan sebagai sektor kegiatan mereka, Yajalindo berusaha mewujudkan misi yang mereka emban, yakni melakukan partisipasi bersama masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan meningkatkan kesejahteraan masyarakat serta terciptanya iklim kehidupan yang demokratis.Kelompok target dari pekerjaan Yajalindo adalah masyarakat yang bermukim di dalam dan di sekitar hutan, masyarakat pesisir, masyarakat miskin kota, lembaga desa dan pemerintah desa, kader pemberdayaan masyarakat, kaum perempuan, dan kaum marginal.

Selama 12 tahun mengabdi, Yajalindo telah melaksanakan berbagai macam kegiataan untuk mewujudkan tujuan mereka, yakni melakukan pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan kesejahteraan, penegakan hukum & dan Hak Azasi Manusia, pelestarian dan pengembangan lingkungan hidup. Beberapa kegiatan tersebut yang telah Yajalindo lakukan antara lain adalah sebagai berikut.

1. Program Penjajagan & Perencanaan Kegiatan Bersama Masyarakat dengan metode CLAPP (Community Lead Assesment Proses Program), tahun 2003, kerjasama dengan ACCESS – AusAID.

2. Program Peningkatan Pendapatan Petani Peternak Desa Baruga Kecamatan Pa’jukukang Kabupaten Bantaeng, tahun 2004- 2005, kerjasama ACCESS – AusAID.

3. Pengembangan Pengelolaan Hutan Kemasyarakatan Multipihak di Kawasan Hutan kabupaten Bantaeng, tahun 2004 – 2005, kerja sama dengan Pemkab Bantaeng dan DFID Inggris.

4. Program Peningkatan Kapasitas Warga dan Inisiasi Kebijakan Publik untuk mendukung proses Pembangunan Daerah yang Partisipatif, Transparan dan Akuntabel di Kabupaten Bantaeng, tahun 2009 – 2011, kerja sama Pemkab Bantaeng dan ACCESS.

Saat ini juga, Yajalindo tengah menginisiasi perencanaan penganggaran desa pada dua desa, desa Rappoa dan desa Baruga, bekerja sama dengan Mitra Samya dan ACCESS.

Yayasan

Indonesia

PROFIL LSM NGO PROFILE

Husni Alam (Direktur Yajalindo) Jl. DR. Ratulangi No. 3 (Kompleks Ruko Stadion Mini Lamalaka), Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Tlp. 0413 22689 email [email protected]

JALARAMBANG

Lembaga Pers Mahasiswa Estetika Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar mengadakan Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar pada 7 Januari 2011. Setelah mengikuti kegiatan ini, mahasiswa yang mengikuti pelatihan diharapkan mampu membuat artikel sederhana mengenai kegiatan yang dilakukan pada lingkup kampus maupun masyarakat umum. Sebanyak tigapuluh mahasiswa mengikuti pelatihan ini.

Selama tahun 2011, Rumah Ide Makassar bekerjasama dengan Bursa Pengetahuan Kawasan Timur Indonesia (BaKTI) mengadakan Pemutaran Film dan Diskusi bertajuk CINEMATICA. Kegiatan ini akan berlangsung setiap hari Jumat terakhir setiap bulannya. Pada bulan Januari, Pemutaran Film dan Diskusi Cinematica diadakan pada 28 Januari. Diskusi pertama di tahun 2011 mengangkat tema transgender. Diskusi ini bertujuan membuka mata dan hati kita untuk melihat lebih dalam dan bijak akan keberadaan individu-individu transgender dalam masyarakat, termasuk hak-hak azasi mereka sebagai manusia. Halaman belakang Kantor BaKTI, tempat diadakannya diskusi, dipadati oleh lebih dari 90 peseta yang berasal dari kalangan LSM, Jurnalis dan media, Mahasiswa, komunitas film dan fotografi serta masyarakat umum.

11 Februari 2011

BaKTI bekerjasama dengan Fajar Institute of Pro Otonomi mengadakan Presentasi dan Diskusi yang menghadirkan tema mengenai E-Procurement : Menutup Rapat Pintu Masuk KKN. Kegiatan ini menghadirkan Ir. Arief R. Pallalo, Kepala Layanan Pengadaan Secara elektronik (LPSE) Pemkab Luwu Utara, R. Suryanto, Kepala Sub Direktorat Pengembangan e-Procurement LKPP,Jakarta dan Andi Ahmad Yani, staf Edukasi Departemen Administrasi Publik FISIP, UNHAS dengan moderator A.M. Rezky Mulyadi dari BaKTI. Penerapan e-Government (yang lebih luas dari e-Procurement) diharapkan akan membuat pengaruh yang baik kepada pemerintah secara internal dan eksternal dalam hal pengadaan karena dapat menghindari duplikasi, mengurangi biaya operasional, efisiensi, mendorong transparansi dan memudahkan koneksi antar unit.

Presentasi dan DiskusiE-PROCUREMENT : Menutup Rapat Pintu Masuk KKN

28 Januari 2011

Pemutaran Film dan Diskusi (CINEMATICA)

7 Januari 2011

Pendidikan dan Pelatihan Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar

BaKTI menyediakan fasilitas Ruang Pertemuan bagi para pelaku pembangunan untuk Seminar, Workshop dan lain-lain. Informasi lebih lanjut silahkan menghubungi kami di Kantor BaKTI, Jl. Dr. Sutomo no. 26, Makassar Telepon 0411-3650320-22 E-mail : [email protected]

Page 32: BaKTI News Edisi 63

Tonggak-Tonggak Sejarah Pemikiran Ekonomi

Penulis Author Penerbit Publisher Deskripsi fisik Physical Description ISBN

Penerbit Publisher Deskripsi fisik Physical Description

METODE untuk Pelatih, Pengajar dan Fasilitator

Meneropong Kebutuhan Pencapaian MDGs di Nusa Tenggara Barat (NTB)

Penulis Author

Menurut John Kenneth Galbraith, seorang ahli ekonomi Amerika, tidak ada pemahaman tentang ekonomi tanpa kesadaran tentang sejarahnya. Masa lalu sangat panjang demikian pula dengan pemikiran ekonomi dari masa lalu sangat banyak sehingga perlu ada tindakan untuk memilih apa yang relevan untuk dikemukakan kembali sekarang, dimana sejarah potensiallah yang akan mempengaruhi pemikiran ekonomi masa depan. Dilihat dari sudut pandang sejarah ekonomi, masa lalu, masa kini dan masa depan, berada dalam satu sistem. Dalam buku ini, sistem tersebut dipilih untuk dimulai dari pemikiran pada zaman Yunani Kuno, zaman Skolastisi, Merkantilisme dan Fisiokrasi. Semua pemikiran tersebut turut melatarbelakangi lahirnya pemikiran Adam Smith, yang dilanjutkan dengan pemikiran Klasik, Marx, Neoklasik, Keynes dan pemikiran pasca-Keynes, yaitu pemikiran masa kini.

Prof. Dr. W.I.M. Poli Brilian Internasional xviii + 122 hal, 14 x 21 cm 978-602-98025-0-4

Konsep dasar pengajaran dalam buku yang diterbitkan oleh InWent ini menekankan relevansi yang sama dari kursus dan metode yang digunakan untuk pelatihan dan pengembangan yang efektif. Buku ini berisi panduan pendekatan langsung dengan hanya berisi sedikit informasi latar belakang teoritis tetapi lebih berkonsentrasi pada contoh-contoh dan saran-saran yang selanjutnya akan dapat dibentuk sendiri oleh tiap individu pelatih menurut konteks pelatihannya sehingga sebuah pelatihan dapat menjadi lebih menarik, interaktif dan efektif.

Alexander Loch InWent ix + 122 Hal, 14.5 x 20.5 cm

Penerbit Publisher Deskripsi fisik Physical Description

Laporan penelitian ini merupakan kajian komprehensif terkait berbagai persyaratan yang dibutuhkan oleh sebuah provinsi untuk pencapaian target MDGs di Indonesia. Laporan ini menyajikan berbagai temuan terkait kondisi dan kecenderungan, program serta usulan intervensi dari tujuh target MDGs 1-7. Hasil penelitian ini digunakan untuk memperoleh masukan yang terkait dengan kebutuhan-kebutuhan prioritas dalam rangka pencapaian target MDGs di NTB.

Kerjasama Pemerintah Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Proyek TARGET

xIx + 124 hal, 14,7 x 15 cm

Prakarsa Memintas Pembangunan, Hasil Monitoring Evaluasi dan Kinerja Pemerintah Kabupaten-Kota se Sulawesi Selatan

Monitoring dan evaluasi terhadap kinerja pemerintah kabupaten-kota se Sulawesi Selatan dalam konteks implementasi otonomi daerah dilakukan untuk menilai sejauh mana konsep tersebut dijalankan secara baik sebagai locus otonomi daerah. Buku ini merupakan bagian dari pertanggung jawaban publik sekaligus media diseminasi informasi bahwa otonomi daerah adalah keniscayaandi Indonesia. Objek monitoring dan evaluasi dilakukan terhadap kinerja ekonomi, pelayanan publik, performa politik, lingkungan hidup dan faktor penentu pencapaian otonomi daerah.

Penerbit Publisher Deskripsi fisik Physical DescriptionPenulis Author

Basir Kadir, Milawaty, Ahmad Syam, Andi Mattingaragau Tenrigau dan Sundari Usman

The Fajar Institute of Pro Otonomy (FIPO)

xi + 221 hal; 15.5 x 23 cm

ISBN978-602-95604-2-8