Top Banner

of 28

Bahan Seminar Partner 6

Oct 19, 2015

Download

Documents

Jessy Fransiska

bahan seminar

Jessy fransiska
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Tujuan

Pembuatan suspensi yang terflokulasi dengan Aluminium klorida sebagai bahan pemflokulasi

Pengamatan pengaruh flokulasi konsentrasi aluminium klorida terhadap stabilitas fisik suspensi

Pengamatan pengaruh konsentrasi aluminium klorida terhadap kemudahan dispersi ulang suspensi

1.2 Prinsip

Pembuatan suspensi terflokulasi dengan menggunakan pemflokulasi yaitu aluminium klorida (AlCl3) sebagai salah sati elektrolit dengan jalan mengurangi kurva linier, kontak kinetik anatara partikel-partikel suspensi dan membentuk suatu jembatan yang menghubungkan partkel-partikel tersebut dimana valensi ion-ion mempunyai muatan yang berlawanan. Muatan partikel hidrofilik tampak menentukan keefektifan elektrolit dalam partikel yang mengagregasi AlCl3 akan mengurangi gaya elektris tolak menolak sehingga gaya tarik menarik lebih kuat partikel-partikel nya membentuk agregat longgar yang disebut flok, kemudian diuji stabilitas fisik nya yaitu pengaruh konsentrasi AlCl3 terhadap kemudahan dispersi ulang suspensi.

1.3 Latar Belakang

Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa atau sediaan padat terdiri dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempurna dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Ditjen POM, 1978).

Dalam pembuatan suspensi diperlukan partikel dengan ukuran yang sesuai, distribusi ukuran partikel, dan stabilitas fase dispersi. Interaksi antar partikel yang sama, partkel yang tidak sama dan medium fase kontiniu merupakan hal kompleks dan bagian essensial dari teknologi dispersi (Agoes, 2009).

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair (martin,2008). partikel dari fase terdispersi biasanya ukurannya sangat berbeda-beda, dari partikel besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang sampai ke partikel dari ukuran koloid; jatuh antara 1 milikikron dan kira-kira 500 milimikron atau 0,5 mikron. Dispersi yangberisi partikel-partikel kasar, biasanya dengan ukuran 1-100 mikron, disebut sebagai dispersi kasar dan mencakup suspensi dan emulsi. Dispersi yang mengandung partikel dengan ukuran yang lebih kecil disebut dispersi halus dan bila partikel-partikel yang ada dalam batas koloid disebut dispersi koloid. Magma dan gel adalah dispersi halus (Ansel,2008).

Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat dan terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secaramerata dalam pembawadimana obat menunjukkan kelarutan sangat minim (Ansel,2008).

Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral, salah satu adalah karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan,tetapi stabil bila disuspensi. Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan. Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (kapsul atau tablet),karena mudahnya menelan cairan dan keluesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudahuntuk memberikan dosis yang relatif besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak dan juga diatur untuk penyesuaian dosisnya. Formulasi suspensi untuk membuat suspensi stabilsecara fisik ada 2cara, yaitu; 1. penggunaan "struktur vehicle" untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi. Struktur vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti tilose,gom, bentonit, dan lain-lain. 2.Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun cepat terjadi pengendapan, tetapidengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali (Syamsuni,2007).

Gliserin dan zat higroskopis yang serupa juga berguna dalam menggiling zat-zat yang tidak larut. Secara nyata gliserin mengalir antara partikel untuk menggantikan udara dan selama berlangsungnya penyampuran, melapisi dan memisahkan zat tersebut sehingga air dapat mempenetrasi dan membasahi masing-masing partikel tersebut. Selain gliserin, alkohol dan propilenglikol juga dapat membiarkan air berpenetrasi ke cela-cela partikel (Martin,2008).

Untuk tujuan farmasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata diseluruh sistem dispersi. Jika partikel -partikel tersebut mengendap makapartikel-partikel tersebut harus dengan mudah disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan (Martin, 2008).

Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspensi darisediaan farmasi kelihatan paling cocok disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase terdispersi dan bahan pada medium dispersi. Dalam banyak hal medium dispersi menyokong fase terdispersi yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian terutama mengenai ukuran partikel, keserangan ukuran partikel dan pemisahan partikel - partikel tersebut sehingga tidak mungkin menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada pendiaman (Rawlins,2002).

Dalam suspensi, suspending agent biasanya digunakan untuk penyususnan suspensi sehingga keseragaman dosis dapat tercapai. Massa yang sulituntuk didespersikan dan menjaga koagulasi dari resinus dan material - material yang berasal dari lemak. Sifat khas viskositas supensi dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan padatnya. Apabila proporsi partikel padat dinaikan maka viskositasnya juga akan meningkat. Dengan meningkatnya viskositas, juga memperlambat pembentukan endapan (Rawlins,2002).

Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspensi farmasi yang baik. Disamping khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan, sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi, dan sifat-sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi yaitu: 1.Suatu suspensi farmasi dibuat dengan tepat mengendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok. 2.Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak konstan untuk yang lama pada penyimpanan. 3. Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen. 4. Ciri utama dari suspensi ini, tergantung pada sifat fase terdispersi, medium pendispersi dan bahan pembantu farmasi (Ansel,2008).Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut:

a. Metode Dispersi

Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mucilago yang terbentuk, kemudian baru diencerkan. Kadang-kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa. Hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya serbuk dibasahi tergantung pada besarnya sudut kontak 90(, serbuk akan mengambang di atas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan permukaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent.

b. Metode Presipitasi

Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, larutan zat ini kemudian diencerka dengan larutan pensuspensi dalam air, sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensusupensi cairan organik tersebut adalah etanol, propilen glikol, dan polietilenglikol ( Syamsuni, 2007).

Persyaratan - persyaratan termodinamika diperlukan agar didapat suatu kestabilan dari partikel-partikel yang tersuspensi. Harus dilakukan suatu usaha (kerja) untuk memperkecil suatu padatan menjadi partikel-partikel kecil untuk mendispersikannya dalam suatu pembawa. Besarnya luas permukaan parikel yang diakibatkan oleh mengecilnya zat padat berhubungan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara termodinamik, simana dimaksudkan disini bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan cenderung untuk mengelompok kembali sedimikian rupa untuk mengurangi luas permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan. Oleh karena itu partikel-partikel dalam suspensi cair cenderung untuk berflokulasi, yakni membentuk suatu gumpalan yang lunak dan ringan yang bersatu karena gaya van der waals yang lemah ( Martin, 2008).

Pembentukan setiap jenis gumpalan ( agglomerate ), apakah itu flokulat atau agregat, dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem untuk mencapai keadaan termodinamika. Tegangan antarmuka dapat dikurangi dengan penambahan suatu surfaktan, tapi biasanya tdak dibuat sama dengan nol. Maka suatu suspensi dari partikel-partikel yang tidak larut biasanya mempunyai suatu tegangan antarmuka positif tertentu, dan partikel-partikel tersebut cenderung untuk berflokulasi ( Martin, 2008).

Agregat jaringan terbuka atau flokula dikarakteristikkan dengan suatu jaringan terbuka, lunak dan berserat dari partikel-partikel yang teragregasi, maka agregat agregat ini mengendap dengan cepat membentuk sedimen (endapan) yang tinggi dan mudahnya dapat didispersikan kembali, karena partikel-partikel yang membentuk agregat masing-masing cukup jauh terpisah satu dengan yang lainnya untuk menghindarkan caking (Lachmann,dkk., 2008).

Suatu cara umum untuk mencegah kohesi yang kuat dari partikel-partikel tersebut dengan menggunakan daya ikat antar partikel yang lemah. Penggumpalan partikel seperti ini disebut flok atau flokula, dimana partikel-partikel yang terflokulasi itu membentuk sejenis kisi yang dapat menghalangi pengendapan sempurna sehingga tidak mudah menjadi kompak dibandingkan dengan partikel-partikel yang tidak terflokulasi. Flok tersebut mengendap membentuk sedimen dengan volume yang lebih besar, struktur yang leih lemahmemungkinkan gumpalan tersebut pecah lagi dengan mudah dan tersebar lagi bila dikocok sedikit saja (Ansel, 2008).

Dalam suspensi yang teragregasi, partikel-partikel terikat bersama-sama menjadi flok ( gumpalan yang terbentuk karena agregasi sejumlah partikel halus yang tersuspensi), yang mula-mula mengendap menurut ukuran flok dan porositas dar massa yang teragregasi. Selanjutnya laju diatur dengan proses pengompakan dan proses penyusunan kembali. Supernatan yang jernih dibentuk pada pengendapan, karena partikel-partikel kecil pun dikurung dalam jaringan seperti mesh dari flok tersebut. Keadaan pertengahan juga terjadi dimana semua partikel tidak dihubungkan dengan flok (Lachmann,dkk., 2008).Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Secara umum sifat partikel flokulasi adalah:

1. Partikel merupakan agregat yang bebas

2. Sedimen terjadi cepat dan terbentuk cepat

3. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat serta mudah didisperiskan kembali seperti semula

4. Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata

Pembuatan suspensi sistem flokulasi:

1. Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium

2. Setelah itu ditambahkan zat pemflokulasi, biasany larutan elektrolit, surfaktan dan polimer

3. Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir

4. Jika dikehendaki, agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap maka ditambahkan structured vehicle

5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam struktur vehicle

Bahan pemflokulasi yang dipergunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer untuk partikel bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contoh, untuk suspensi sulfonamida yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu Aluminium Triklorida, untuk susupensi bismuth subnitrat yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase (Syamsuni, 2007).

Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan mengurangi barrier elektrik antara partikel-partikel suspensoid, dapat dibuktikan oleh suatu pengurangan dalam potensial zeta dan pembentukan suatu jembatan antara partikel- partikel yang berdekatan sehingga terjadi ikatan-ikatan antar partikel suspensi dalam suatu struktur yang tersusun longgar ( Martin, 2008).

Polimer merupakan suatu senyawa berantai panjang dan mempunyai bobot molekul yang tinggi dan mengandung gugus-gugus aktif yang ditempatkan disepanjang panjangnya. Zat ini bekerja sebagai pemflokulasi karena sebagian dari rantai tersebut diabsorpsi pada permukaan partikel dengan bagian-bagian yang terakhir ini mengakibatkan terbentuknya flokulasi ( Martin, 2008).

Suspensi partikel terflokulasi dapat dikontrol dengan penambahan elektrolit atau surfaktan ionik yang menurunkan potensial zeta. Flokulasi dengan partikel terkontrol juga dapat digunakan polimer non ionik seperti gum (tragakan), polimer selluosa (Na CMC), dimana polimer ini meningkatkan viskositas dan juga membuat lapisan pada adsorpsi dan partikel yang stabil dan jembatan antar partikel (Attwood, 2008).

Dua parameter pengendapan (sedimentasi) adalah volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi . Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan dari volume akhir endapan (Vo) terhadap volume awal suspensi (Vo) sebelum mengendap.

F = Derajat flokulasi adalah suatu parameter yang lebih mendasar daripada F.

Derajat flokulasi (B) =

(Martin, 2008)

BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

3.1

ALAT

Neraca Analitik ( Boeco Germany)

Gelas Ukur 50 ml (Pyrex)

Beaker glass 50 ml ( Pyrex)

Labu tentukur 250 ml (Pyrex)

Matt pipet (Pyrex)

Lumpang

Stamper

Batang pengaduk

Sudip

Spatula

Kertas perkamen

Pipet tetes Serbet

Plastik wrapping Label

Tissue

3.2

BAHAN

Sulfamerazin

Pemerian : Serbuk atau bentuk hablur putih atau agak putih kekuningan; tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa agak pahit; stabil di udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap cahaya

Kelarutan: Sangat sukar larut dalam air; agak sukar larut dalam aseton; sukar larut dalam etanol; sangat sukar larut dalam eter dan kloroform (Ditjen POM, 1995).

Aluminium Klorida (AlCl3)

Pemerian: Massa hablur, berasap dalam udara lembab, abu-abu atau kuning (Ditjen POM, 1995).Gliserin

Pemerian: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwarna, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemah ( tajam atau tidak enak ). Higroskopis; netral terhadap lakmus

Kelarutan: Dapat bercampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap (Ditjen POM, 1995).Aquadest

Pemerian: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwarna (Ditjen POM, 1995).3.3 Prosedur percobaan

Pembuatan Larutan Aluminium Klorida 0,03M

Dilarutkan 1,8207 gram Aluminium Klorida dalam 250 ml air

Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 0,1 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 0,17 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 0,5 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 0,8 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 1 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 1,7 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 1,5 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 2,5 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 2,0 x 10-3

Dimasukkan Sulfamerazin kedalam lumpang lalu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 3,3 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml.

Pengamatan Stabilitas Suspensi

Dimasukkan masing masing kedalam gelas ukur 50 ml, ditutup dengan plastik wrapping lalu disimpan pada suhu kamar. Dicatat volume endapan dari masing-masing suspensi setelah 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 1-7 hari.

Pengamatan Kemudahan Dispersi Ulang Suspensi

Dibalikkan suspensi yang sudah didiamkan selama 1 minggu dengan tangan dengan kecepatan 20 kali permenit dan dihitung jumlah pembalikan (N) yang diperlukan sehingga diperoleh suspensi yang homogen kembali.BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1 PERHITUNGAN Suspensi SulfamerazinSulfamerazin 7 % dalam 50 ml = x 50 ml

= 3,5 gram

4.1.2 Konsentrasi LIB 1 Aluminium Klorida 0,03M dalam labu tentukur 250 ml

M = x 0,03 = x

= 1,8107 4.1.3 Konsentrasi Aluminium Klorida

0,1 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,0001)

V1 = 0,167 ml

0,5 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,0005)

V1 = 0,833 ml

1x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,001)

V1 = 1,67 ml

1,5 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,0015)

V1 = 2,5 ml

2 x 10-3 M

V1.M1 = V2 . M1

V1. 0,03 = (50) (0,002)

V1 = 3,33 ml

4.1.4. Volume sedimentasi (F)F = dimana: Vu : Volume akhir dari endapan

Vo : Volume awal dari suspensi (50ml)

Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 0,1 x 10-3 M F1 = = F2 = = F3 = = F4 = = F5 = = F6 = = F7 = = F8 = = F9 = = F10 = = F11 = = F12 = = F13 = = F14 = = Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 0,5 x 10-3 M F1 = = F2 = = F3 = = F4 = = F5 = = F6 = = F7 = = F8 = = F9 = = F10 = = F11 = = F12 = = F13 = = F14 = = Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 1 x 10-3 M F1 = = F2 = = F3 = = F4 = = F5 = = F6 = = F7 = = F8 = = F9 = = F10 = = F11 = = F12 = = F13 = = F14 = = Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 1,5 x 10-3 M F1 = = F2 = = F3 = = F4 = = F5 = = F6 = = F7 = = F8 = = F9 = = F10 = = F11 = = F12 = = F13 = = F14 = = Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 2 x 10-3 M F1 = = F2 = = F3 = = F4 = = F5 = = F6 = = F7 = = F8 = = F9 = = F10 = = F11 = = F12 = = F13 = = F14 = =4.2 Tabel

4.2.1.Tabel Pengamatan Volume SediaanLama PendiamanVolume Sedimen

0,1 x 10-30,5 x 10-31,0 x 10-31,5 x 10-32 x 10-3

10 Menit44423142,529302325

20 Menit393425,535,523271922

30 Menit3530213020241719

45 Menit3027192518201517

1 Jam2825182317181414

2 Jam2422162016181313

3 Jam242115,51915161313

1 Hari20,52015,3181415,51312

2 Hari201914,9171415,51212

3 Hari19,519141614151212

4 hari19,518141614151212

5 Hari19181415,514151212

6 Hari19181415,514151212

7 Hari1918141514151212

4.2.2 Tabel Volume Sediaan (F)

Lama PendiamanVolume Sediaan

0,1 x 10-30,5 x 10-31,0 x 10-31,5 x 10-32 x 10-3

10 Menit0,860,7350,50

20 Menit0,730,610,44

30 Menit0,650,510,38

45 Menit0,570,440,35

1 Jam0,530,28

2 Jam0,450,26

3 Jam0,4050,24

1 Hari0,390,24

2 Hari0,3850,24

3 Hari0,3850,24

4 hari0,3750,24

5 Hari0,370,24

6 Hari0,370,24

7 Hari0,370,290,290,240,24

4.2.3 Tabel Harga Angka Dispersi Ulang (N) VS Konsentrasi Aluminium Klorida Konsentrasi AlCl3 Angka Dispersi Ulang (N)

0,1 x 10-3

0,5 x 10-3

1 x 10-3

1,5 x 10-3

2 x 10-3

4.3 Grafik

Terlampir 4.4 Reaksi Percobaan

-

4.5 Pembahasan

Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan mengurangi barier elektrolit antara partikel-partikel, dapat dibuktikan oleh suatu pengurangan potensial zeta dan pembentukan suatu jembatan antara partikel partikel yang berdekatan sehingga terjadi ikatan antar partikel tersebut dalam struktur yang tersusun longgar. Jika aluminium klorida ditambahkan kedalam suatu suspensi sulfamerazin dalam air. Dalam sistem ini, potensial zeta mula mula dari partikel partikel sulfamerazin adalah negatif dan dikurangi secara nyata oleh adsorpsi dari kation aluminium bervalensi tiga. Jika ditambahkan elektrolit yang dalam jumlah yang cukup, potensial zeta mencapai nol dan kemudian naik dengan arah positif. Pada suatu potensial zeta positif, terjadi flokulasi maksimum. Onset flokulasi bersamaan dengan volume sedimentasi maksimum yang ditentukan F terhadap konstan selagi flokulasi masih ada, dan hanya jika potensial zeta menjadi cukup negatif untuk mengakibatkan dispersi kembali, maka volume sedimentasi mulai turun (martin,2008).

Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat dari sistem suspensi yang diatur oleh ukuran partikel, interaksi partikel, kerapatan partikel, medium dan viskositas fase kontinu. Partikel partikel besar mengendap kebawah lebih cepat daripada partikel partikel yang lebih kecil. Dalam suspensi teragregasi partikel partikel terikat bersama-sama menjadi flok (gumpalan yang terbentuk karena agregasi sejumlah partikel halus yang tersuspensi). Supernatan yang jernih dibentuk kembali pada pengendapan, karena Partikel partikel kecilpun dikurung dalam jaringan seperti mesh dari flok tersebut (Lachman,2008).

Dari hasil pengamatan pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa semakin tinggi konsentrasi aluminium klorida sedimentasi semakin cepat karena partikel partikel membentuk agregasi yang lebih cepat dan longgar, serta volume sedimentasi semakin menurun. Pada konsentrasi dan waktu pendiaman tertentu volume sedimentasi (F) menjadi konstan. Suspensi dengan aluminium klorida 0,1 x 10-3 M dan 0,5 x 10-3 M pada hari kelima volume sedimentasi (F) mulai konstan dan pada uspensi dengan aluminium klorida 1,0x 10-3 M dan 1,5 x 10-3 M dan 2,0x 10-3 M pada hari pertama volume sedimentasi (F) mulai konstan. Suspensi terflokulasi ini menunjukkan bahwa cairan diatas endapan jernih,karena partikel partikel kecil yang ada dalam sistem bergabung dengan flokulat. Suspensi juga dengan mudah dapat diredispersikan hanya dengan tiga kali pengocokan.BAB VKESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Suspensi sulfamerazin terflokulasi dibuat dengan menggunakan aluminium klorida sebagai bahan pemflokulasi dengan variasi konsentrasi dari aluminium klorida yaitu 0,1 x 10-3 M; 0,5 x 10-3 M ; 1,0x 10-3 M dan 1,5 x 10-3 M dan 2,0x 10-3 M yaitu ditambahkan kedalam sulfamerazin yang telah dibasahi dengan gliserin dan diencerkan dengan aquadest hingga mencukupi volume suspensi.

Semakin tinggi konsentrasi dari aluminium klorida yang digunakan dalam pembuatan suspensi maka stabilitas fisik suspensi semakin berkurang

Semakin tinggi konsentrasi dari aluminium klorida yang digunakan dalam pembuatan suspensi maka dispersi ulang suspensi akan sulit, tetapi pada konsentrasi tepat dispersi ulang akan mudah.

5.2 Saran

Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dibuat suspensi sulfamerazin terflokulasi dengan bahan pemflokulasi lain selain aluminium klorida, seperti polimer atau surfaktan (tween, polietilenglikol dan tragacant).Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan bahan obat yang lain , misalnya sulfacetamid, sulfadiazin, dan lain-lain agar dapat membandingkan pengaruh struktur terhadap aluminium klorida.

DAFTAR PUSTAKA