Top Banner

of 20

Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

Feb 17, 2018

Download

Documents

Toni
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    1/20

    Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

    Republik Indonesia

    PAKET KEBIJAKAN EKONOMI

    Pekanbaru, 4 Desember 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    2/20

    2

    Sumber: BPS

    6.3 6.4

    6.17

    6.11

    6.02

    5.81

    5.62

    5.72

    5.22

    5.12

    5.01 5.01

    4.724.67

    4

    4.5

    5

    5.5

    6

    6.5

    7

    Q12012

    Q22012

    Q32012

    Q42012

    Q12013

    Q22013

    Q32013

    Q42013

    Q12014

    Q22014

    Q32014

    Q42014

    Q12015

    Q22015

    Pertumbuhan Ekonomi (%)

    104.00

    106.00

    108.00

    110.00

    112.00

    114.00

    116.00118.00

    120.00

    122.00

    Indeks Harga Konsumen (IHK)

    2014 - Juni 2015 (2012=100)

    100

    105

    110

    115

    120

    125

    Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun

    Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen(IKK), 2014 - Juni 2015

    20,14%

    7%

    PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL

    Ekonomi Indonesia Q-II/2015 tumbuh 4.67%, melambat dibanding capaian Q-II/2014 yang tumbuh 5.03% dan Q-I/2015 yang tumbuh 4.72%.

    Konsumsi rumah tangga Q-I/2015 tumbuh 4,70% yoy, Q-II/2015 tumbuh 4,97% yoy, menurun dibandingkan denganrata-rata tingkat pertumbuhan 5,3% tahun 2014. Padahal porsi kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap PDBsebesar 55%, sehingga menjadi mesin penggerak perekonomian nasional.

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    3/20

    3

    MENURUNNYA PERANAN EKSPOR TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

    Ekspor menurun relatif tajam selama SI/2015 sebesar -11,86% (yoy) Surplus perdagangan pada SI/2015 sebesarUSD 4,35 Milyar atau meningkat 485,34% (yoy)

    disebabkan oleh tingginya penurunan impor pada periode yang sama sebesar -17,81% (yoy).

    Ekspor : tidak berperan banyak dalam surplus perdagangan, bahkan trend neraca perdagangan

    non migas selama 2010-2014 adalah -21,17%. tidak berperan dalam meningkatkan volume perdagangan karena trend volume

    perdagangan sebesar 3,53% lebih banyak dikontribusi oleh trend impor sebesar 6,14%. Share volume perdagangan Indonesia sejak dulu masih rata-rata 1% dari volume

    perdagangan dunia.

    Rasio Ekspor Non Migas Terhadap PDB Indonesia (%)

    32.10 34.10 31.00 29.40 29.80 24.14 24.58 26.36 24.59 23.98 23,78

    2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

    Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    4/20

    4

    PERTUMBUHAN KONSUMSI PEMERINTAH, RUMAH TANGGA,

    DAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO

    Q-I/2012

    Q-II/2012

    Q-III/2012

    Q-IV/2012

    Q-I/2013

    Q-II/2013

    Q-III/2013

    Q-IV/2013

    Q-I/2014

    Q-II/2014

    Q-III/2014

    Q-IV/2014

    Q-I/2015

    Q-II/2015

    Konsumsi Pemerintah 7.7% 16.8% -2.0% -0.1% 3.0% 3.2% 12.4% 7.9% 6.1% -1.5% 1.3% 2.8% 2.2% 2.3%PMTB 7.0% 10.1% 9.5% 9.8% 7.9% 5.5% 6.0% 2.1% 4.7% 3.7% 3.9% 4.3% 4.3% 3.6%

    Konsumsi RT 12.0% 13.0% 12.1% 10.8% 11.8% 10.9% 12.9% 13.2% 11.9% 11.7% 8.9% 9.4% 7.9% 8.4%

    -5.0%

    0.0%

    5.0%

    10.0%

    15.0%

    20.0%

    Selama S-I/2015 pertumbuhan konsumsi Rumah Tangga dan PMTB mengalami penurunan.

    Sumber Data: BPS diolah Kemenko Perekonomian

    RATA-RATA SHARE

    TERHADAP PDB

    KonsumsiPemerintah

    8.8%

    KonsumsiRumah Tangga

    55.5%

    PMTB 32.1%

    RATA-RATA

    PERTUMBUHAN

    PDB 5.5%

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    5/205

    PELUANG INDONESIA DALAM PERKEMBANGANPEREKONOMIAN GLOBAL

    Pertumbuhan ekonomi global masih melambat meskipunekonomi USA telah pulih, namun beberapa negara majutahun 2016 akan tumbuh mendekati rata-ratapertumbuhannya dalam 10 tahun terakhir.

    Dalam Q-II/2015, pertumbuhan ekonomi Jepangmengalami peningkatan menjadi 0.7% dari sebelumnya -0.8% sedangkan untuk Tiongkok tetap 7% dan AmerikaTurun menjadi 2.7% dari sebelumnya 2.9%.

    Unemployment rate Q-II/2015, Tiongkok dan Amerikamasing masing menurun menjadi 4.04% dan 5.3% danJepang tetap 3.5%.

    Pemulihan ekonomi global kedepan menjadi peluangbagi ekspansi ekonomi Indonesia.

    Pertumbuhan ekonomi negara berkembang

    utama berada di bawah rata-rata angka

    pertumbuhan 10 tahun terakhir

    Meskipun proyeksi pertumbuhan ekonomi

    nasional terkoreksi sebesar 4,7% tahun 2015,

    turun dari proyeksi sebelumnya 5,2% karena

    pertumbuhan output riil melambat menjadi

    4,7% yoy pada Q-I/2015 dan 4,67% pada Q-

    II/2015 (laju pertumbuhan paling lambat sejak

    2009)

    Diperkirakan pertumbuhan tahun 2015 dapat

    mencapai 4,9% - 5%, dan apabila kebijakan

    deregulasi cepat efektif maka pertubuhan mulai

    tahun 2016 akan meningkat signifikan

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    6/206

    I. Mengembangkan Ekonomi Makro yang Kondusif

    1. Stabilisasi Fiskal dan Moneter (termasuk Pengendalian Inflasi)2. Percepatan Belanja

    3. Penguatan Neraca Pembayaran

    II. Menggerakkan Ekonomi Nasional (Sektor Rill)

    1. Mendorong Daya Saing Industri Nasional (Deregulasi, Debirokratisasi,Kepastian hukum, dan Insentif)

    2. Mempercepat Proyek Strategis Nasional3. Meningkatkan Investasi di Sektor Properti4. Percepatan Pencairan Dana Desa5. Memperluas kesempatan berusaha

    III. Melindungi Masyarakat Berpendapatan Rendah dan Jaminan Sosial

    1. Stabilisasi Harga Pangan2. Penambahan Rastera 13 dan 14

    3. Peningkatan kesejahteraan masyarakat (jaminan peningkatan pengupahan,perumahan murah, kartu pintar, kartu sehat dsb)

    IRESPON TERHADAP PERLAMBATAN PERTUMBUHAN EKONOMI DAN DEPRESIASI RUPIAH

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    7/207

    SASARAN KEBIJAKAN EKONOMI:

    PENINGKATAN KETAHANAN DAN KEKUATAN EKONOMI NASIONAL

    I

    PeningkatanPertumbuhan

    Ekonomi

    PeningkatanDaya Beli

    Masyarakat

    PeningkatanDaya SaingIndustri dan

    PerluasanBasis Produksi

    Nasional

    Peningkatan

    Ekspor

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    8/20

    8

    1. Tujuan: Kebijakan Deregulasi ini diarahkan untuk mendorong daya saing industri, dengan

    a. Pemulihan Efisiensi:

    Memulihkan dan meningkatkan kegiatan industri/utilisasi kapasitas industri,

    Menghilangkan distorsi industri akibat beban regulasi dan birokrasi bagi industri, seperti:

    mempermudah pengadaan bahan baku hasil pertanian, perikanan, perkebunan, dan

    pertambangan; menghilangkan kewajiban pendaftaran produk jadi; uji teknik produkjadi;

    mendorong perluasan kegiatan industri baru melalui pengembangan kawasan industri;

    kemudahan investasi sektor industri; memperlancar pengadaan impor

    komponen/kelengkapan untuk keperluan ekspor industri; menghilangkan duplikasipemeriksaan fisik untuk kelancaran ekspor dan distribusi produk industri, dsb;

    b. Penyelesaian Kesenjangan Daya Saing: Mempercepat penyelesaian kesenjangan daya saing

    industri dibandingkan dengan kondisi daya saing negara lain, seperti mempermudah birokrasi

    pengadaan lahan, memperkuat sistem pembiayaan usaha, memperkuat fungsi ekonomi

    koperasi, meningkatkan kegiatan wisata, membenahi sistem pengupahan, penurunan harga

    gas, konversi BBM ke BBG untuk nelayan, percepatan izin investasi listrik 35.000 MW, dsb;c. Mendorong Keunggulan: Menciptakan inisiatif baru untuk mendorong keunggulan daya saing

    industri, seperti: fasilitas perpajakan untuk mendorong sektor angkutan, pengembangan pusat

    logistik berikat, inland FTA, dsb, sehingga industri nasional mampu bertahan di pasar domestik

    dan berekspansi ke pasar ekspor.

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP I9 SEPTEMBER 2015:

    Mendorong DayaSaingIndustriNasional(Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)

    I.1

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    9/20

    9

    2. Bentuk Kebijakan Deregulasi:

    a. Mengurangi Peraturan (Deregulasi):

    Merasionalisasi peraturan dengan menghilangkan duplikasi/redundansi/irrelevant regulations.

    Melakukan keselarasan antar peraturan. Melakukan konsistensi peraturan.

    b. Mempermudah Pelayanan Birokrasi (Debirokratisasi):

    Simplifikasi perizinan seperti satu identitas pelaku usaha/profile sharing, sedikit persyaratanperizinan, dan sebagainya.

    Adanya SOP dan SLA yang jelas dan tegas dalam mekanisme dan prosedur perizinan sertapenyediaan help desk dan pengawasan internal yang berkelanjutan.

    Menganut sistem pelimpahan kewenangan kepada PTSP (tempat, bentuk, waktu, biaya). Penerapan Risk Management yang selaras dalam proses perizinan. Pelayanan perizinan dan non perizinan melalui sistem elektronik.

    c. Meningkatkan Penegakan Hukum dan Kepastian Usaha:

    Adanya saluran penyelesaian permasalahan regulasi dan birokrasi (damage control channel). Pengawasan, pengamanan dan kenyamanan, serta pemberantasan pemerasan dan pungli. Membangun ketentuan sanksi yang tegas dan tuntas dalam setiap peraturan.

    3. Cakupan Kegiatan Industri yang Direlaksasi:a. Kemudahan Investasi;

    b. Efisiensi Industri;

    c. Kelancaran Perdagangan dan Logistik;

    d. Kepastian Pengadaan Bahan Baku Sumber Dalam Negeri, terutama untuk sektor pertanian kelautan dan

    perikanan, hasil hutan, dan barang tambang.

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP I9 SEPTEMBER 2015: MENGGERAKKAN EKONOMI NASIONAL

    Mendorong DayaSaingIndustriNasional(Deregulasi, Debirokratisasi, Insentif Fiskal)

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    10/20

    10

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP II -29 SEPTEMBER 2015

    1. Kemudahan Layanan Investasi 3 Jam

    Memberikan layanan cepat dalam bentuk pemberian izin investasi dalam waktu

    tiga jam Pemegang Izin Investasi sudah bisa langsung melakukan kegiatan investasi diKawasan Industri.

    2. Pengurusan Tax Allowance dan Tax Holiday Lebih Cepat

    Tax Allowance

    Pemerintah memberikan atau menolak tax allowance kepada investor, setelah

    25 hari syarat dan aplikasi dipenuhi. Tax Holiday

    Pemerintah mengesahkan pemberian tax holiday, maksimun 45 hari setelahsemua persyaratan dipenuhi.

    3. Pemerintah Tak Pungut PPN Untuk Alat Transportasi

    Tidak memungut PPN untuk beberapa alat transportasi, terutama adalahgalangan kapal, kereta api, pesawat, dan termasuk suku cadangnya

    Kebijakan ini telah tertuang dalam PP No. 69/ 2015 tentang impor danpenyerahan alat angkutan tertentu dan penyerahan jasa kena pajak, terkaitangkutan tertentu yang tidak dipungut PPN.

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    11/20

    11

    4. Insentif fasilitas di Kawasan Pusat Logistik Berikat

    Pembangunan dua pusat logistik berikat, di Cikarang terkait sektor manufaktur dan di Merak

    terkait BBM, yang direncanakan siap beroperasi menjelang akhir tahun.

    Manfaat: perusahaan manufaktur tidak perlu impor dan tidak perlu mengambil barang dari luar

    negeri, cukup mengambil dari gudang berikat.

    5. Insentif pengurangan pajak bunga deposito

    Pengurangan pajak bunga deposito diberikan kepada Eksportir yang berkewajiban melaporkan

    devisa hasil ekspor (DHE) ke BI.

    DHE yang disimpan dalam bentuk deposito: (i) 1 bulan diturunkan 10 persen, (ii) 3 bulan menjadi7,5 persen, (iii) 6 bulan menjadi 2,5 persen dan (iv) di atas 6 bulan 0 persen.

    Jika dikonversi ke rupiah: (i) 1 bulan 7,5 persen, (ii) 3 bulan 5 persen, dan (iii) 6 bulan langsung 0

    persen.

    6. Perampingan Izin Sektor Kehutanan

    Mempercepat Izin investasi dan produksi sektor kehutanan dengan mengurangi dari 14 izinmenjadi 6 izin

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP II -29 SEPTEMBER 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    12/20

    12

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III7 OKTOBER 2015

    I. Paket Kebijakan Otoritas Jasa Keuangan

    1. Relaksasi ketentuan persyaratan kegiatan usaha dan penitipan valuta asing dan pengelolaan

    (trust) bank.

    2. Rancangan skema asuransi pertanian.

    3. Revitalisasi Modal ventura.

    4. Pembentukan konsorsium pembiayaan industri berorientqsi ekspor dan ekonomi kreatif serta

    usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.

    5. Pemberdayaan lembaga pembiayaan ekspor Indonesia.

    6. Penegasan implementasi one project concept dalam penetapan kualitas kredit.

    II. Penurunan Harga BBM, Listrik Dan Gas

    1 Harga BBM

    Harga Avtur, LPG 12 kg, Pertamax, dan Pertalite efektif turun sejak 1 Oktober 2015.

    Harga BBM jenis solar diturunkan sebesar Rp 200 per liter, sehingga harga eceran BBM

    jenis solar bersubsidi akan menjadi Rp 6.700 per liter. Penurunan harga BBM jenis solar

    juga akan berlaku untuk BBM jenis solar non-subsidi. Keputusan ini berlaku 3 hari sejak

    pengumuman ini.

    Harga BBM jenis premium tetap, yakni Rp 7.400 per liter di Jawa, Madura, dan Bali

    (Jamali) dan Rp 7.300 (di luar Jamali).

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    13/20

    13

    III. PENURUNAN HARGA BBM, LISTRIK DAN GAS

    2 Harga Gas

    Harga gas untuk pabrik dari lapangan gas baru ditetapkan sesuai dengan kemampuan

    daya beli industri pupuk, yakni sebesar US$ 7 mmbtu (Million British Thermal Unit). Untuk

    industri lainnya (seperti petrokimia, keramik, dsb) akan diturunkan sesuai dengan

    kemampuan industri masing-masing.

    Penurunan harga gas untuk industri tersebut akan efektif berlaku mulai 1 Januari 2016.

    3 Harga Listrik

    Tarif listrik untuk pelanggan industri I3 dan I4 akan mengalami penurunan tarif mengikuti

    turunnya harga minyak bumi (Automatic Tariff Adjustment).

    Diskon tarif hingga 30% untuk pemakaian listrik mulai tengah malam pukul 23:00 hingga

    pagi hari pukul 08:00, pada saat beban sistem ketenagalistrikan rendah.

    Penundaan pembayaran tagihan rekening listrik hingga 60% dari tagihan selama

    setahun dan melunasi 40% sisanya secara angsuran pada bulan ke-13, khusus untuk

    industri padat karya

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III7 OKTOBER 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    14/20

    14

    IV. PERLUASAN WIRAUSAHAWAN PENERIMA KUR

    Para keluarga yang memiliki penghasilan tetap atau pegawai, dapat menerima KUR untuk

    sektor usaha produktif.

    V. PENYEDERHANAAN IZIN PERTANAHAN DALAM KEGIATAN PENANAMAN MODAL

    1. Revisi Permen ATR/BPNNomor 2 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan

    Agraria, Tata Ruang dan Pertanahan dalam Kegiatan Penanaman Modal, antara lain:

    Pemohon mendapatkan informasi tentang ketersediaan lahan (semula 7 hari menjadi 3

    jam); Seluruh permohonan didaftarkan sebagai bentuk kepastian bagi pemohon terhadap

    ketersediaan dan rencana penggunaan lahan. Surat akan dikeluarkan dalam waktu 3

    jam

    Percepatan Jangka Waktu pengurusan permohonan/perpanjangan/pembaharuan HGU

    .

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP III7 OKTOBER 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    15/20

    15

    I. PENGUPAHAN YANG ADIL, SEDERHANA DAN TERPROYEKSI.

    1. Formula penghitungan upah minimum Upah buruh akan naik setiap tahun, berdasarkan nilai inflasi dan pertumbuhan ekonomi.

    Sehingga upah tahun depan adalah upah minimum sekarang ditambah persentasekenaikan inflasi, ditambah pertumbuhan ekonomi

    Formula berlaku di seluruh Indonesia, kecuali di 8 provinsi yaitu NTB, NTT, PapuaBarat, Gorontalo, Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Maluku, dan Maluku Utara.Karena ke-8 provinsi tersebut belum bisa memenuhi ketentuan Kebutuhan Hidup Layak(KHL) dan akan diberikan masa transisi hingga 4 tahun.

    2. Terbitnya PP Pengupahan akan diikuti dengan 7 (tujuh) Peraturan Menteri

    Ketenagakerjaan tentang: Formula UM; Penetapan UMP/UMK; Penetapan UMS; StrukturSkala Upah; THR; Uang Service; KHL

    II. KUR YANG LEBIH MURAH DAN LUAS.

    Perubahan Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Nomor 6 Tahun 2015Tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha Rakyat, yaitu:

    1. Penerima KUR adalah individu/perseorangan atau badan hukum:

    Usaha mikro, kecil, dan menengah yang produktif; Calon Tenaga Kerja Indonesia yang akan bekerja pada sektor formal di luar negeri; Anggota keluarga dari karyawan/karyawati yang berpenghasilan tetap; Tenaga Kerja Indonesia yang purna dari bekerja di luar negeri; Tenaga Kerja Indonesia yang mengalami PHK

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV15OKTOBER 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    16/20

    16

    2. Usaha produktif meliputi sektor:

    a. Pertanian (padi, palawija, perkebunan kelapa, pembibitan dan budidaya unggas, pembibitandan budidaya sapi, jasa kehutanan)

    b. Perikanan (budidaya rumput laut, budidaya udang, penangkapan ikan, jasa sarana produksiperikanan)

    c. Industri Pengolahan (seluruh usaha di sektor Industri Pengolahan termasuk industri tempedan tahu, industri pakaian jadi, industr anyaman, kerajinan, industri kreatif di bidang mediarekaman, film, dan video)

    d. Perdagangan (seluruh usaha di sektor perdagangan, tidak termasuk perdagangan barang

    impor, seperti perdagangan ekspor hasil perikanan, perdagangan dalam negeri beras,perdagangan eceran makanan dan minuman)

    e. Jasa-Jasa (Seluruh sektor usaha yang masuk dalam penyediaan akomodasi danpenyediaan makanan; transportasi pergudangan - dan komunikasi; Real estate - usahapersewaan - jasa perusahaan; pendidikan)

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP IV15OKTOBER 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    17/20

    17

    1. Kebijakan Revaluasi Aset

    Besaran tarif khusus untuk PPh final revaluasi dari 10 persen menjadi 3 persen biladiajukan revaluasinya hingga 31 Desember 2015.

    Besaran tarif khusus untuk PPh final revaluasi menjadi 4 persen bila diajukan revaluasinyapada periode 1 Januari 2016-30 Juni 2016.

    Besaran tarif khusus untuk PPh final revaluasi menjadi 6 persen bila pengajuanrevaluasinya 1 Juli 2016-31 Desember 2016.

    2. Kebijakan menghilangkan pajak berganda dana investasi Real Estate, Properti dan

    Infrastruktur.

    Menghilangkan pajak berganda untuk instrumen keuangan yang berbentuk kontrakinvestasi kolektif dari dana investasi real estate (DIRE) atau Real Estate Investment Trust(REIT)

    REIT ini adalah salah satu sarana investasi baru yang secara hukum di Indonesia akanberbentuk kontrak investasi kolektif.

    3. Deregulasi di bidang perbankan syariah.

    Menyederhanakan peraturan dan perizinan bagi produk-produk perbankan syariah,dimana perizinan tidak perlu lagi mengirim surat, tapi diberlakukan melalui kodefikasiproduk-produk syariah.

    KEBIJAKANEKONOMITAHAP V22OKTOBER 2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    18/20

    18

    1. Upaya Menggerakkan Perekonomian Di Wilayah Pinggiran Melalui Pengembangan KawasanEkonomi Khusus (KEK)

    Pengembangan pada 8 (delapan) KEK, antara lain: Tanjung Lesung (Banten), Sei Mangkei (Sumatera

    Utara), Palu (Sulawesi Tengah), Bitung (Sulawesi Utara), Mandalika (NTB), Morotai (Maluku Utara),Tanjung Api-Api (Sumatera Selatan) dan Maloi Batuta Trans Kalimantan/MBTK (Kalimantan). Pemberian fasilitas dan kemudahan yang diatur dalam PP tentang Fasilitas dan Kemudahan di KEK,

    antara lain di bidang PPh (tax holiday), PPN dan PPnBM, Kepabeanan, Pemilikan Properti bagi OrangAsing, Kegiatan Utama Pariwisata, Ketenagakerjaan, Keimigrasian, Pertanahan, dan Perizinan.

    2. Penyediaan air untuk masyarakat secara berkelanjutan dan berkeadilan

    a. Pengaturan tentang Pengusahaan Sumber Daya Air (SDA): Izin Pengusahaan Sumber Daya Airdiberikan kepada BUMN, BUMD, BUMDes, Badan Usaha Swasta,

    Koperasi, Perseorangan, dan Kerjasama Badan Usaha. Izin ini tidak dapat disewakan ataudipindahtangankan, sebagian atau seluruhnya kepada pihak lain. Izin ini juga harusmemperhatikanfungsi sosial dan lingkungan hidup, serta terjaminnya keselamatan kekayaan negara dan kelestarianlingkungan.

    Izin pengusahaan SDA kepada usaha swasta dapat dilakukan dengan tetap memperhatikan prinsip-prinsip yang tertuang dalam putusan MK dan sepanjang masih terdapat ketersediaan air.

    b. Pengaturan tentang Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM):

    penyelenggaraan SPAM dilaksanakan oleh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha MilikDaerah (BUMD), Unit Pelayanan Teknis (UPT)/Unit Pelayanan Teknis Daerah (UPTD), Kelompokmasyarakat,dan Badan Usaha Swasta Untuk Memenuhi Kebutuhan Sendiri.

    Dengan tetap menghormati putusan MK, peran swasta didalam penyelenggaraan SPAM diaturmenggunakan norma: (1) Investasi Pengembangan SPAM oleh badan usaha swasta mencakupkegiatan di Unit Air Baku, Unit Produksi,dan Unit Distribusi dan (2) Pengelolaan SPAM oleh badanusaha swasta mencakup kegiatan Unit Air Baku dan Unit Produksi

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP VI4NOVEMBER2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    19/20

    19

    3. Proses cepat (paperless)perizinan impor bahan baku obat di BPOM

    Transformasi debirokratisasi pelayanan dan pengwasan impor serta peredaran obat danmakanan yang terintegrasi dengan Indonesia National Single Window (INSW), antara lain:

    Penghilangan izin impor yang bersifat transaksional dan menggantinya dengan yangsifatnya periodik untuk mengurangi jumlah perizinan.

    Penerapan manajemen resiko berbasis data kepatuhan INSW untuk mengurangi jumlahinspeksi dokumen dan perizinan.

    Penerapan sistem pembayaran secara elektronik (e-payment) PNBP untuk percepatanlayanan perizinan.

    KEBIJAKAN EKONOMI TAHAP VI4NOVEMBER2015

  • 7/23/2019 Bahan Pembukaan Sosialisasi Paket Kebijakan Ekonomi

    20/20

    Kementerian Koordinator Bidang PerekonomianRepublik Indonesia

    www.ekon.go.id2015