Top Banner
Bahan Bakar Nabati Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Energi dan Konversi Dosen : Hasbullah, S.PD.,MT Agi Hutama P (0706929) Deky Noparianto (0707012) Gita Ambar Dini (1003189) Hasan Nur Arifin (1002853) Satria Nugraha (0707270) JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN
40

BAHAN BAKAR NABATI

Jun 27, 2015

Download

Documents

Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAHAN BAKAR NABATI

Bahan Bakar Nabati

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Energi dan Konversi

Dosen : Hasbullah, S.PD.,MT

Agi Hutama P (0706929)

Deky Noparianto (0707012)

Gita Ambar Dini (1003189)

Hasan Nur Arifin (1002853)

Satria Nugraha (0707270)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTROFAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA2010

Page 2: BAHAN BAKAR NABATI

LATAR BELAKANG

Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewabel

disebabkan  dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Hal tersebut mengakibatkan meningkatnya

harga bahan bakar minyak (BBM). Kondisi ini memicu kenaikan biaya hidup dan naiknya  biaya

produksi. Oleh karena itu perlu dicari sumber-sumber bahan bakar alternatif yang bersifat renewable

(terbaharukan).

Dunia sedang dilanda demam penggunaan bahan bakar nabati sebagai pengganti bahan bakar

minyak Bahan bakar nabati adalah minyak yang dapat diekstrak dari produk tumbuh-tumbuhan dan

limbah biomassa. Ada beberapa tananaman yang bisa digunakan sebagai bahan bakar nabati misal :

tebu, jagung, dan ketela yang mampu menghasilkan bahan bakar sekelas premium, sedangkan minyak

buah jarak sebagai pengganti minyak tanah dan solar.

Khusus untuk minyak tanah, masyarakat secara umum selalu memahami bahwa penggunaannya

pasti lebih banyak oleh masyarakat berpendapatan rendah, dan oleh karenanya perlu terus disubsidi. Hal

ini tidak sepenuhnya benar. Minyak tanah umumnya dikonsumsi oleh rumah tangga untuk memasak dan

untuk penerangan, terutama di daerah yang belum tersedia listrik.

Di antara masalah yang berkenaan dengan energy nasional antara lain adanya kecenderungan

konsumsi energi fosil yang semakin besar, energi mix yang masih timpang, dan harga minyak dunia yang

tidak menentu. Energi mix mencerminkan proporsi berbagai jenis energi yang digunakan secara nasional.

Oleh karena itu, adanya ketimpangan energi mix berarti juga terjadinya penggunaan salah satu jenis

energi yang terlalu dominan. Contohnya penggunaan energi secara nasional pada tahun 2003 yang berasal

dari minyak bumi masih sekitar 54,4%, sedangkan porsi sisanya menggunakan lebih dari empat jenis

energy lainnya, yaitu gas bumi, batubara dan lainnya. Secara lebih rinci, proporsi penggunaan gas bumi

adalah 26,5%, batubara 14,1%, tenaga air 3,4%, panas bumi 1,4 %, sedangkan penggunaan energy

lainnya termasuk bahan bakar nabati atau biofuel hanya sekitar 0,2 % (Menteri Koordinator Bidang

Perekonomian, 2006). Hal ini juga berarti bahwa Indonesia sangat tergantung terutama pada ketersediaan

minyak bumi. Selain itu, penggunaan energi nasional juga masih sangat boros. Hal ini ditunjukkan

dengan masih tingginya perbandingan antara tingkat pertumbuhan konsumsi energi dibandingkan dengan

tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau biasa disebut elastisitas energi. Dibandingkan dengan negara-

negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat yang elastisitas energinya hanya 0,10 dan 0,26, elastisitas

Page 3: BAHAN BAKAR NABATI

energy nasional Indonesia masih tinggi, yaitu sekitar 1,84. Ketimpangan energi mix dan masih tingginya

elstisitas energi secara nasional ini mengakibatkan beban nasional semakin berat, sehingga memerlukan

langkah-langkah strategis untuk mengatasinya.

Pada tahun 2006 Pemerintah Indonesia melalui Perpres No 5 Tahun 2006 perihal Kebijakan

Energi Nasional yang bertujuan mengembangkan energi yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat

secara murah dan terjangkau. Dunia usaha diharapkan bisa bersaing di pasar dalam dan luar negeri.

Pemanfaatan bahan bakar nabati atau bahan bakar dari tanaman ini sebagai energi alternatif yang

terbarukan.

Agenda nasional mengenai pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam jangka pendek

5 tahun ke depan juga telah menyinggung masalah energi , terutama adalah pengembangan energi

terbarukan. Hal ini tentu sejalan dengan langkah - langkah strategis untuk mengatasi masalah energi

nasional. Jika disinggung masalah energy terbarukan, maka selain sumber energi alternative seperti angin,

surya, gelombang dan lainnya, tentu juga akan mengarah kepada sumber alternatif lainnya yaitu Bahan

Bakar Nabati (BBN), khususnya komoditas asal tanaman perkebunan. Seperti juga saat Indonesia

mengalami krisis moneter, maka pertanian masih menjadi andalan dalam mengatasi masalah energi secara

nasional.

Page 4: BAHAN BAKAR NABATI

LANDASAN TEORI

Bahan bakar nabati (BBN) adalah semua bahan bakar yang berasal dari minyak nabati. Oleh

karena itu, BBN dapat berupa biodiesel, bioetanol, bio-oil (minyak nabati murni). Biodiesel merupakan

bentuk ester dari minyak nabati setelah adanya perubahan suifat kimia karena proses transesterifikasi

yang memerlukan tambahan metanol. Bioetanol merupakan anhydrous alkohol yang berasal dari

fermentasi jagung, sorgum, sagu atau nira tebu (tetes) dan sejenisnya. Bio-oil merupakan minyak nabati

murni atau dapat disebut minyak murni, tanpa adanya perubahan kimia, dan dapat disebut juga ”pure

plant oil” atau ”straight plant oil”, baik yang belum maupun sudah dimurnikan atau disaring. Bio-oil

dapat disebut juga minyak murni. Oleh karena itu, bahan bakar nabati adalah semua bentuk minyak

nabati, yang dapat

dimanfaatkan untuk bahan bakar, baik dalam bentuk esternya (biodiesel) atau anhydrous alkoholnya

(bioetanol) maupun minyak nabati murninya (Pure Plant Oil atau PPO). Dengan beberapa persyaratan

tertentu, biodiesel dapat menggantikan solar, bioetanol dapat menggantikan premium, sedangkan bio-oil

dapat menggantikan minyak tanah. Ketersediaan energi fosil yang semakin langka juga menyebabkan

prioritas mengarah kepada penggunaan energi asal tanaman atau bahan bakar nabati. Cukup banyak

tanaman perkebunan penghasill minyak lemak nabati di Indonesia. Bahan bakar nabati (BBN) yang

berasal dari tanaman penghasil lemak, misalnya kelapa, kelapa sawit, jarak pagar, bunga matahari dan

lainnya. Yang dapat dimanfaatkan dari minyak hasil tanaman-tanaman tersebut dapat berupa minyak asli

atau minyak kasarnya (crude oil), atau dapat juga berupa biodiesel, yaitu minyak kasar tersebut yang

sudah melalui proses transesterifikasi menggunakan metanol. Minyak kasar murni umumnya dapat

digunakan untuk pengganti minyak tanah dan sejenisnya, melalui peralatan atau kompor khusus,

sedangkan biodiesel digunakan sebagai bahan bakar langsung maupun campuran untuk otomotif.

Pembeda dalam memilih tanaman penghasil BBN antara lain nilai-nilai bakar hasil minyaknya, yang

parameternya dapat berupa : titik bakar, kekentalan, nilai kalori dan lainnya. Selain nilai bakar minyak

tersebut, pemilihan jenis tanaman penghasil BBN juga atas pertimbangan penggunaan sehari-hari hasil

tanaman tersebut, antara lain pilihan antara untuk pangan atau pakan dan lainnya. Berdasarkan hal ini

maka BBN asal jarak pagar memiliki beberapa kelebihan. Keuntungan yang dimiliki jarak pagar

dibandingkan dengan tanaman lainnya karena tanaman ini hanya memiliki sedikit fungsi lain dan terbatas,

sehingga persaingan penggunaanya juga terbatas. Berbeda dengan tanaman lainnya seperti kelapa sawit,

ubikayu, sorgum dan kelapa, memiliki fungsi lain yang sangat penting.

Page 5: BAHAN BAKAR NABATI

Tabel 1. Sifat fisik beberapa minyak nabati dan minyak fosil

Jenis Minyak Titik Bakar (oC) Kekentalan Angka Iodine * Saponification Value * Nilai Kalori (10 -6 m2/s) (MJ/Kg) *

Jarak Pagar 340 75,7 103,0 198,0 39,65Kelapa 270-300 51,9 10,4 268,0 37,54Kelapa Sawit 314 88,6 54,2 199,1 39,54Rapeseed 317 97,7 98,6 174,7 40,56Bunga Matahari 316 65,8 132,0 190,0 39,81Minyak Tanah 50-55 2,2 - - 43,50Minyak Solar 55 2-8 - - 45,00

BIODIESEL

Biodiesel berasal dari biji tanaman jarak. Tanaman jarak banyak berasal dari daerah NTT,

Sumbawa, dan NTB. Pemerintah daerah setempat disana telah mencanangkan program

penanaman jarak secara besar-besaran. Program penanaman jarak sebagai bagian dari upaya

pemerintah Indonesia mencari sumber energi alternatif. Indonesia mengenal jarak sebagai

sumber energi sejak dari jaman penjajahan Jepang. Jarak pada masa itu diambil minyaknya

sebagai bahan bakar lampu minyak, juga sebagai pelumas. Beberapa alasan mengapa Indonesia

sudah harus mulai mengembangkan biodiesel atau bahan bakart nabati diantaranya sebagai

berikut :

1. Harga BBM semakin meningkat dan persediaannya di dalam negeri terus menurun. Sementara

konsumsi tiap tahun terus meningkat sehingga dampak negatifnya terasa di berbagai bidang

kehidupan.

2. Indonesia memiliki potensi lahan yang sangat luas berupa lahan kritis, lahan marginal, lahan

tidur, dan lahan milik yang belum dimanfaatkan.

3. Daya adaptasi tanaman jarak sangat tinggi terhadap jenis tanah dan kondisi iklim yang

ekstrim.

Page 6: BAHAN BAKAR NABATI

4. Produksi biodiesel dari tanaman jarak lebih menguntungkan karena harganya murah, ramah

lingkungan, melibatkan rakyat banyak, teknologinya sederhana, tanaman sudah dikenal sejak

lama, serta potensi bahan baku dan pangsa pasar cukup besar.

5. Pasar biodiesel secara potensial cukup besar, antara lain masyarakat luas pemakai minyak

tanah, minyak residu, dan solar, seperti PLN, Pertamina, dan industri dalam jumlah yang sangat

besar.

6. Pengembangan biodiesel jarak pagar akan memperluas kesempatan kerja bagi masyarakat

sekitarnya sekaligus mengurangi kemiskinan dan membangun tumbuhnya ekonomi pedesaan

7. Pengembangan tanaman jarak pagar untuk biodiesel akan memperkuat ekonomi pedesaan

karena masyarakat bisa menanam dan memanfaatkannya sendiri, jadi tidak harus bergantung

pada BBM.

8. Dampak yang bersifat makro pada pembangunan Negara adalah menghemat devisa,

meningkatkan daya saing industri di dalam negeri, pemerataan pembangunan ekonomi, dan

memperkuat ketahanan sosial.

Proses biji jarak menjadi biodiesel adalah sebagai berikut : Biji jarak yang akan diproses

dikukus terlebih dulu, kemudian biji jarak dipecahkan kulitnya menggunakan mesin/tenaga

manusia. Kulit dan isi biji jarak lalu dipisahkan. Isi/daging biji jarak kemudian

dirajang/dihancurkan menjadi kecil-kecil, setelah itu serpihan kecil tadi dipres untuk diambil

minyaknya. Minyak jarak yang telah diperoleh difilter agar bersih dari kotoran. Penambahan

bahan kimia dan proses kimia tertentu dapat mengubah minyak jarak menjadi biodiesel Selama

ini masyarakat awam belum mengerti tentang pengolahan biji jarak. Padahal dengan hanya

mengolahnya sampai pada tingkat minyak jarak saja sudah dapat memberikan manfaat dan nilai

ekonomis yang lumayan. Salah satu contoh penggunaan minyak jarak adalah sebagai pelumas

Page 7: BAHAN BAKAR NABATI

substitusi minyak tanah, minyak bakar. Pemakaian mesin mutlak diperlukan untuk peningkatan

efisiensi dan peningkatan hasil produksi.

Minyak Jarak

Berikut adalah penjelasan cara pemrosesan biji jarak menjadi minyak jarak. Sebelum

diolah biji jarak dikukus secara manual. Lama pengukusan 1 jam dan menjadikan biji tampak

kusam. Sebelum dikukus biji jarak lebih mengkilap. Biji jarak yang siap kupas dimasukkan ke

mesin pemecah kulit jarak, di mesin ini kulit jarak dipecah. Kulit dan daging biji jarak akan

keluar melalui jalur yang berbeda. Daging biji jarak kemudian dimasukkan mesin penghancur

untuk dirajang menjadi serpihan kecil agar lebih mudah dipres. Hasil gilingan daging biji

kemudian dikempa menggunakan sistem screw atau hidrolik. Pada waktu bersamaan daging biji

itu dipanaskan hingga suhu 60 derajat.

BIOETANOL

Etanol merupakan salah satu bahan bakar alternatif yang mempunyai kelebihan dibandingkan

BBM. Berdasarkan siklus karbon, etanol dianggap lebih ramah lingkungan karena CO2 yang dihasilkan

oleh hasil buangan mesin akan diserap oleh tanaman. Selanjutnya tanaman tersebut digunakan sebagai

bahan baku pembuatan bahan bakar mesin, dan seterusnya sehingga tidak terjadi akumulasi karbon di

atmosfer seperti yang ditimbulkan oleh penggunaan minyak bumi sebagai bahan bakar. Keunggulan

lainnya adalah etanol mempunyai angka oktan tinggi (118) dan digunakan sebagai pengganti

Metil Tersier-Butil Eter (MTBE). Etanol dapat juga meningkatkan efisiensi pembakaran karena

mengandung 35 % oksigen dan ramah lingkungan karena emisi gas buangnya seperti kadar karbon

monoksida, nitrogen oksida, dan gas-gas lain rendah (19-25%) (Indartono, 2005). Etanol, sering juga

disebut etil alkohol (C2 H5OH) adalah alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari-

hari.

Etanol dapat diproduksi secara fermentasi dari bahan baku yang mengandung gula atau secara

sintetis dapat juga diproduksi dari turunan minyak bumi. Hampir 93% produksi etanol di dunia diproduksi

secara fermentasi. Selama ini etanol diproduksi dari molase (limbah proses produksi gula) ataupun bahan

berpati (singkong atau jagung). Penggunaan molase dan bahan berpati sebagai bahan baku pembuatan

etanol akan berkompetisi dengan bahan baku pembuatan MSG (monosodium glutamate) dan berkompetisi

Page 8: BAHAN BAKAR NABATI

dengan kebutuhan sumber pangan di Indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut, maka perlu ditemukan

sumber bahan baku lain yang mengandung polisakarida dan tidak dimanfaatkan sebagai bahan pangan.

Salah satu bahan yang mengandung rantai polisakarida adalah selulosa.

Selulosa banyak terdapat dalam limbah pertanian atau kehutanan dan belum banyak

dimanfaatkan. Limbah ini merupakan salah satu sumber energy yang cukup potensial dan pada umumnya

merupakan bahan berselulosa yang dapat dikonversi menjadi etanol. Salah satu limbah pertanian yang

dapat digunakan sebagai bahan baku etanol adalah bagas (ampas tebu). Bagas merupakan limbah padat

industri gula tebu yang mengandung serat selulosa yang biasanya digunakan sebagai bahan baku industri

kertas dan sering digunakan sebagai bahan bakar (Kuo dan Lee, 2008).

Potensi di Indonesia cukup besar. Menurut data statistik Indonesia tahun 2002, luas tanaman tebu

di Indonesia 395.399,44 ha, yang tersebar di Pulau Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi.

Diperkirakan setiap ha tanaman tebu mampu menghasilkan 100 ton bagas, sehingga potensi bagas

nasional yang dapat tersedia dari total luas tanaman tebu mencapai 39.539.944 ton per tahun. Limbah

bagas yang begitu melimpah di Indonesia dan kandungan selulosa yang tinggi pada bagas mendorong

para peneliti untuk memanfaatkan bagas sebagai bahan baku alternatif pembuatan etanol.

BIO-OIL

Bio Oil adalah bahan bakar cair berwarna gelap beraroma seperti asap dan diproduksi dari

biomassa seperti kayu, kulit kayu, kertas atau biomassa lainnya melalui teknologi pirolisa atau pirolisa

cepat. Bio oil adalah oxygenated molecule dan bersifat water soluble. Di Indonesia sendiri pengembangan

bio oil sangat minim sekali. Hal ini dikerenakan kebanyakan untuk bioenergi modern yang lebih dikenal

dan sudah berkembang adalah bioetanol, biodiesel dan biogas. Dengan kata lain bio oil kalah populer

dibandingkan dengan ketiga bioenergi modern tersebut. Padahal jika ditinjau dari ketersediaan bahan

baku dan nilai jual bio oil, bioenergi ini tidak kalah bagusnya dibanding dengan tiga bioenergi alternative

tang telah disebutkan sebelumnya. Pabrik bio oil Dyna Motive Technologies Corporation yang terdapat di

Vancouver, Canada memproduksi bio oil menggunakan proses “piroisis cepat” yang telah dikembangkan

dan berhasil didemonstrasikan dalam basis yang terus-menerus. Pabrik ini memiliki kapasitas 2 ton/hari.

Pabrik ini dibangun dengan kapasitas 10 ton/hari yang akan dipersiapkan akhir tahun ini, dan kapasitas

desainnya 25 ton/hari yang telah dibangun tahun 2001 lalu. Dalam skala besar pabrik ini mampu

menghasilkan 100-200 ton/hari bio oil. Pabrik bio oil DynaMotive telah menggunakan teknologi bubbling

fluidized bed dikombinasikan dengan sistem recovery bio oil yang telah dipatenkan oleh Resource

Page 9: BAHAN BAKAR NABATI

Transforms International Ltd. Secara keseluruhan proses bio oil DynaMotive memberikan keuntungan

yang kompetitif dengan menggunakan teknologi pirolisis termasuk kecilnya modal dan biaya operasi,

tingginya nilai produk, tingginya kuaitas bio oil dan proses yang fleksibel untuk bermacam-macam

variasi dari feedstock. Feedstock untuk proses pirolisis cepat dapat menggunakan berbagai macam limbah

bahan biomassa termasuk sisa pengolahan kayu dan limbah agricultural. Tahap persiapan termasuk

pengeringan feedstock dan penghancuran feed menjadi partikel-parikel yang lebih kecil.

Page 10: BAHAN BAKAR NABATI

PENGGUNAAN TEKNOLOGI

Energi nabati dihasilkan dari fotosintesis yang kemudian melalui rantai makanan dibawa ke

energi akhir.  Secara filosofis, energi hewan atau manusia adalah nabati.  Bahan bakar fossil (minyak dan

batubara) pun adalah energi nabati yang terpendam jutaan tahun.  Namun kalau orang bicara bioenergy,

umumnya yang dimaksud adalah kayu bakar, bahan nabati yang dibuat bahan bakar cair (biofuel) atau gas

methan hasil pembusukan limbah organik (biogas).  Biofuel yang didesain untuk mesin diesel disebut

biodiesel.  Dan biodiesel yang dicampur solar olahan minyak bumi disebut biosolar.

BIOFUEL

Bahan bakar hayati atau biofuel adalah setiap bahan bakar baik padatan, cairan ataupun gas yang

dihasilkan dari bahan-bahan organik. Biofuel dapat dihasilkan secara langsung dari tanaman atau secara

tidak langsung dari limbah industri, komersial, domestik atau pertanian. Ada tiga cara untuk pembuatan

biofuel: pembakaran limbah organik kering (seperti buangan rumah tangga, limbah industri dan

pertanian); fermentasi limbah basah (seperti kotoran hewan) tanpa oksigen untuk menghasilkan biogas

(mengandung hingga 60 persen metana), atau fermentasi tebu atau jagung untuk menghasilkan alkohol

dan ester; dan energi dari hutan (menghasilkan kayu dari tanaman yang cepat tumbuh sebagai bahan

bakar).

Proses fermentasi menghasilkan dua tipe biofuel: alkohol dan ester. Bahan-bahan ini secara teori

dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil tetapi karena kadang-kadang diperlukan

perubahan besar pada mesin, biofuel biasanya dicampur dengan bahan bakar fosil. Uni Eropa

merencanakan 5,75 persen etanol yang dihasilkan dari gandum, bit, kentang atau jagung ditambahkan

pada bahan bakar fosil pada tahun 2010 dan 20 persen pada 2020. Sekitar seperempat bahan bakar

transportasi di Brazil tahun 2002 adalah etanol.

Biofuel menawarkan kemungkinan memproduksi energi tanpa meningkatkan kadar karbon di

atmosfir karena berbagai tanaman yang digunakan untuk memproduksi biofuel mengurangi kadar

karbondioksida di atmosfir, tidak seperti bahan bakar fosil yang mengembalikan karbon yang tersimpan

di bawah permukaan tanah selama jutaan tahun ke udara. Dengan begitu biofuel lebih bersifat carbon

neutral dan sedikit meningkatkan konsentrasi gas-gas rumah kaca di atmosfir (meski timbul keraguan

Page 11: BAHAN BAKAR NABATI

apakah keuntungan ini bisa dicapai di dalam prakteknya). Penggunaan biofuel mengurangi pula

ketergantungan pada minyak bumi serta meningkatkan keamanan energi.

Ada dua strategi umum untuk memproduksi biofuel. Strategi pertama adalah menanam tanaman

yang mengandung gula (tebu, bit gula, dan sorgum manis [2]) atau tanaman yang mengandung

pati/polisakarida (jagung), lalu menggunakan fermentasi ragi untuk memproduksi etil alkohol. Strategi

kedua adalah menanam berbagai tanaman yang kadar minyak sayur/nabatinya tinggi seperti kelapa sawit,

kedelai, alga, atau jathropa. Saat dipanaskan, maka keviskositasan minyak nabati akan berkurang dan bisa

langsung dibakar di dalam mesin diesel, atau minyak nabati bisa diproses secara kimia untuk

menghasilkan bahan bakar seperti biodiesel. Kayu dan produk-produk sampingannya bisa dikonversi

menjadi biofuel seperti gas kayu, metanol atau bahan bakar etanol.

Page 12: BAHAN BAKAR NABATI

Biodiesel

Biodiesel merupakan biofuel yang paling umum di Eropa. Biodiesel diproduksi dari minyak atau

lemak menggunakan transesterifikasi dan merupakan cairan yang komposisinya mirip dengan diesel

mineral. Nama kimianya adalah methyl asam lemak (atau ethyl) ester (FAME). Minyak dicampur dengan

sodium hidroksida dan methanol (atau ethanol_ dan reaksi kimia menghasilkan biodiesel (FAME) dan

glycerol. 1 bagian glycerol dihasilkan untuk setiap 10 bagian biodiesel.

Biodiesel dapat digunakan di setiap mesin diesel kalau dicampur dengan diesel mineral. Di

beberapa negara produsen memberikan garansi untuk penggunaan 100% biodiesel. Kebanyakan produsen

kendaraan membatasi rekomendasi mereka untuk penggunaan biodiesel sebanyak 15% yang dicampur

dengan diesel mineral. Di kebanyakan negara Eropa, campuran biodiesel 5% banyak digunakan luas dan

tersedia di banyak stasiun bahan bakar.

Di AS, lebih dari 80% truk komersial dan bis kota beroperasi menggunakan diesel. Oleh karena

itu penggunaan biodiesel AS bertumbuh cepat dari sekitar 25 juta galon per tahun pada 2004 menjadi 78

juta galon pada awal 2005. Pada akhir 2006, produksi biodiesel diperkirakan meningkat empat kali lipat

menjadi 1 milyar galon.

Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono--alkyl ester dari rantai

panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari

sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.

Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester

yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak

sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi,

dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus. Namun, dia lebih sering digunakan sebagai penambah

untuk diesel petroleum, meningkatkan bahan bakar diesel petrol murni ultra rendah belerang yang rendah

pelumas.

Biodiesel merupakan kandidat yang paling dekat untuk menggantikan bahan bakar fosil sebagai

sumber energi transportasi utama dunia, karena ia merupakan bahan bakar terbaharui yang dapat

menggantikan diesel petrol di mesin sekarang ini dan dapat diangkut dan dijual dengan menggunakan

infrastruktur sekarang ini.

Page 13: BAHAN BAKAR NABATI

Penggunaan dan produksi biodiesel meningkat dengan cepat, terutama di Eropa, Amerika Serikat,

dan Asia, meskipun dalam pasar masih sebagian kecil saja dari penjualan bahan bakar. Pertumbuhan

SPBU membuat semakin banyaknya penyediaan biodiesel kepada konsumen dan juga pertumbuhan

kendaraan yang menggunakan biodiesel sebagai bahan bakar.

Membuat biodiesel dari minyak sayur

Pada skala kecil dapat dilakukan dengan bahan minyak goreng 1 liter yang baru atau bekas.

Methanol sebanyak 200 ml atau 0.2 liter. Soda api atau NaOH 3,5 gram untuk minyak goreng bersih, jika

minyak bekas diperlukan 4,5 gram atau mungkin lebih. Kelebihan ini diperlukan untuk menetralkan asam

lemak bebas atau FFA yang banyak pada minyak goreng bekas. Dapat pula mempergunakan KOH namun

mempunyai harga lebih mahal dan diperlukan 1,4 kali lebih banyak dari soda. Proses pembuatan; Soda

api dilarutkan dalam Methanol dan kemudian dimasukan kedalam minyak dipanaskan sekitar 55 oC,

diaduk dengan cepat selama 15-20 menit kemudian dibiarkan dalam keadaan dingin semalam. Maka akan

diperoleh biodiesel pada bagian atas dengan warna jernih kekuningan dan sedikit bagian bawah campuran

antara sabun dari FFA, sisa methanol yang tidak bereaksi dan glyserin sekitar 79 ml. Biodiesel yang

merupakan cairan kekuningan pada bagian atas dipisahkan dengan mudah dengan menuang dan

menyingkirkan bagian bawah dari cairan. Untuk skala besar produk bagian bawah dapat dimurnikan

untuk memperoleh gliserin yang berharga mahal, juga sabun dan sisa methanol yang tidak bereaksi.

Page 14: BAHAN BAKAR NABATI
Page 15: BAHAN BAKAR NABATI

Membuat biodisel dari biji jarak (Jathropa curcas)

Tanaman jarak (Jatropha curcas L) yang merupakan tanaman semak keluarga Euphorbiaceae.

Dalam waktu lima bulan tumbuhan yang tahan kekeringan ini mulai berbuah, produktif penuh

saatberumur lima tahun, dan usia produktifnya mencapai 50 tahun. Banyak di jumpai di Indonesia sebagai

tanaman pagar.

Buahnya tidak bisa dikonsumsi karena bisa menyebabkan keracunan. Masyarakat di daerah

pedesaan sering memanfaatkan tanaman ini untuk mengobati susah buang air besarpada anak bawah lima

tahun (balita) atau menghilangkan sakit gigi dengan meneteskan getahpohon jarak ke gigi yang

berlubang.

Page 16: BAHAN BAKAR NABATI

Dari hasil penelitian yang dilakukan Dr Ir Robert Manurung MEng, pengajar diJurusan Kimia

Industri Institut Teknologi Bandung (ITB), bersama timnya ( Eiichi Nagayama dan Masanori Kobayashi

dari NewEnergy and Industrial Technology Development Organization (NEDO- Jepang) :

"Minyak jarak bisa menggantikan minyak diesel untuk menggerakkan generator pembangkit

listrik. Karena pohon jarak bisa ditanam dihampir semua wilayah Indonesia, maka minyak jarak sangat

membantumembangkitkan energi listrik daerah terpencil dan minyak ini bisa diproduksi sendiri oleh

komunitas yang membutuhkan listrik,"

Menurut Manurung, proses penciptaan minyak jarak juga tidak terlalu rumit dan bisa dilakukanoleh

siapa saja dengan peralatan seadanya, caranya :

kukus buah jarak selama satu jam.

Lalu, daging dihancurkan dengan mesin blender.

Setelah itu, daging buah dan biji yang sudahdihancurkan dimasukkan ke dalam mesin tempa

minyak.

Dengan penekanan dongkrak hidrolik, ampas diperas hingga menghasilkan minyak.

Setiap 10 kilogram biji jarak yang sudah dihancurkan akan menghasilkan 3,5 liter minyak jarak

sebagaipengganti solar. Minyak ini berwujud seperti minyak goreng, yaitu kental, licin, dan baunya tidak

mencolok.

Potensi Pengembangan Biodiesel di Indonesia

Pemilihan biodiesel sebagai bahan bakar alternatif berbasis pada ketersediaan bahan baku.

Minyak rapeseed adalah bahan baku untuk biodiesel di Jerman dan kedelai di Amerika. Sedangkan bahan

baku yang digunakan di Indonesia adalah crude palm oil (CPO). Selain itu, masih ada potensi besar yang

ditunjukan oleh minyak jarak pagar (Jathropa Curcas) dan lebih dari 40 alternatif bahan baku lainnya di

Indonesia.

Indonesia adalah penghasil minyak sawit terbesar kedua setelah Malaysia dengan produksi CPO

sebesar 8 juta ton pada tahun 2002 dan akan menjadi penghasil CPO terbesar di dunia pada tahun 2012.

Page 17: BAHAN BAKAR NABATI

Dengan mempertimbangkan aspek kelimpahan bahan baku, teknologi pembuatan, dan

independensi Indonesia terhadap energi diesel, maka selayaknya potensi pengembangan biodiesel

merupakan potensi pengembangan biodiesel sebagai suatu alternatif yang dapat dengan cepat

diimplementasikan.

Walaupun pemerintah Indonesia menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap pengembangan

biodiesel, pemerintah tetap bergerak  pelan dan juga berhati-hati dalam mengimplementasikan hukum

pendukung bagi produksi biodiesel. Pemerintah memberikan subsidi bagi biodiesel, bio-premium, dan

bio-pertamax dengan level yang sama dengan bahan bakar fosil, padahal biaya produksi biodiesel

melebihi biaya produksi bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan Pertamina harus menutup sendiri sisa

biaya yang dibutuhkan.

Sampai saat ini,  payung hukum yang sudah disediakan oleh pemerintah untuk industri biofuel, dalam

bentuk Keputusan Presiden ataupun Peraturan Perundang-undangan lainny, adalah sebagai berikuti:

1. Peraturan Presiden No. 5/2006 tentang Kebijaksanaan Energi Nasional

2. Instruksi Presiden No. 1/2006 tentang Pengadaaan dan Penggunaan Biofuel sebagai Energi

Alternatif

3. Dektrit Presiden No. 10/2006 tentang Pembentukan team nasional untuk Pengembangan Biofuel

Peluang untuk mengembangkan potensi pengembangan biodiesel di Indonesia cukup besar,

mengingat saat ini penggunaan minyak solar mencapai sekitar 40 % penggunaan BBM untuk transportasi.

Sedang penggunaan solar pada industri dan PLTD adalah sebesar 74% dari total penggunaan BBM pada

kedua sektor tersebut. Bukan hanya karena peluangnya untuk menggantikan solar, peluang besar

biodiesel juga disebabkan kondisi alam Indonesia. Indonesia memiliki beranekaragam tanaman yang

dapat dijadikan sumber bahan bakar biodiesel seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Pada saat ini, biodiesel

(B-5) sudah dipasarkan di 201 pom bensin di Jakarta dan 12 pom bensin di Surabaya.

Page 18: BAHAN BAKAR NABATI

Bioalkohol

Alkohol yang diproduksi secarai biologi, yang umum adalah ethanol, dan yang kurang umum

adalah propanol dan butanol, diproduksi dengan aksi mikroorganisme dan enzym melalui fermentasi gula

atau starch, atau selulosa. Biobutanol seringkali dianggap sebagai pengganti langsung bensin, karena

dapat digunakan langsung dalam mesin bensin.

Butanol terbentuk dari ABE fermentation (acetone, butanol, ethanol) dan eksperimen modifikasi

dari proses tersebut memperlihatkan potensi yang menghasilkan energi yang tinggi dengan butanol

sebagai produk cair. Butanol dapat menghasilkan energi yang lebih banyak dan dapat terbakar "langsung"

dalam mesin bensin yang sudah ada (tanpa modifikasi mesin). Dan lebih tidak menyebabkan korosi dan

kurang dapat tercampur dengan air dibanding ethanol, dan dapat didistribusi melalui infrastruktur yang

telah ada. Dupont dan BP bekerja sama untuk menghasilkan butanol.

Bahan bakar ethanol merupakan biofuel paling umum di dunia, terutama bahan bakar ethanol di

Brazil. Bahan bakar alkohol diproduksi dengan cara fermentasi gula yang dihasilkan dari gandum,

jagung, sugar beet, sugar cane, molasses dan gula atau starch yang dapat dibuat minuman beralkohol

(seperti kentang dan sisa buah, dll). Produksi ethanol menggunakan digesti enzyme untuk menghasilkan

gula dari starch, fermentasi gula, distilasi dan pengeringan. Proses ini membutuhkan banyak energi untuk

pemanasan (seringkali menggunakan gas alam). Produksi ethanol selulosik menggunakan tanaman non-

pangan atau produk sisa yang tak bisa dikonsumsi, yang tidak mengakibatkan dampak pada siklus

makanan.

Memproduksi ethanol dari selulosa merupakan langkah-tambahan yang sulit dan mahal dan

masih menunggu penyelesaian masalah teknis. Ternak yang memakan rumput dan menggunakan proses

digestif yang lamban untuk memecahnya menjadi glukosa (gula). Dalam laboratorium ethanol selulosik,

banyak proses eksperimental sedang dilakukan untuk melakukan hal yang sama, dan menggunakan cara

tersebut untuk membuat bahan bakar ethanol.

Beberapa ilmuwan telah mengemukakan rasa prihatin terhadap percobaan teknik genetika DNA

rekombinan yang mencoba untuk mengembangkan enzym yang dapat memecah kayu lebih cepat dari

alam, makhluk mikroskopik tersebut dapat tidak sengaja terlepas ke alam, tumbuh secara eksponensial,

disebarkan oleh angin, dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan struktur seluruh tanaman, yang dapat

mengakhiri produksi oksigen yang dilepaskan oleh proses fotosintesis tumbuhan.

Page 19: BAHAN BAKAR NABATI

Ethanol dapat digunakan dalam mesin bensin sebagai pengganti bensin; ethanol dapat dicampur

dengan bensin dengan persentase tertentu. Kebanyakan mesin bensin dapat beroperasi menggunakan

campuran ethanol sampai 15% dengan bensin. Bensin dengan ethanol memiliki angka oktan yang lebih

tinggi, yang berarti mesin dapat terbakar lebih panas dan lebih efisien.

Bahan bakar ethanol memiliki BTU yang lebih rendah, yang berarti memerlukan lebih banyak

bahan bakar untuk melakukan perjalan dengan jarak yang sama. Dalam mesin kompresi-tinggi,

dibutuhkan bahan bakar dengan sedikit ethanol dan pembakaran lambat untuk mencegah pra-ignisi yang

merusak (knocking).

Ethanol sangat korosif terhadap sistem pembakaran, selang dan gasket karet, aluminum, dan

ruang pembakaran. Oleh karena itu penggunaan bahan bakar yang mengandung alkohol ilegal bila

digunakan pesawat. Untuk campuran ethanol konsentrasi tinggi atau 100%, mesin perlu dimodifikasi.

Ethanol yang meyebabkan korosif tidak dapat disalurkan melalui pipa bensin, oleh karena itu

diperlukan truk tangki stainless-steel yang lebih mahal, meningkatkan konsumsi biaya dan energi yang

dibutuhkan untuk mengantar ethanol ke konsumen.

Banyak produsen kendaraan sekarang ini memproduksi kendaraan bahan bakar fleksibel, yang

dapat beroperasi dengan kombinasi bioethanol dan bensin, sampai dengan 100% bioethanol. Alkohol

dapat bercampur dengan bensin dan air, jadi bahan bakar ethanol dapat tercampur setelah proses

pembersihan dengan menyerap kelembaban dari atmosfer. Air dalam bahan bakar ethanol dapat

mengurangi efisiensi, menyebabkan mesin susah dihidupkan, menyebabkan gangguan operasi, dan

mengoksidasi aluminum (karat pada karburator dan komponen dari besi).

Page 20: BAHAN BAKAR NABATI

Membuat Bioethanol

Cara paling mudah membuat bioetanol adalah dengan bahan yang banyak mengandung gula,

contohnya adalah tetes tebu atau molases. Tetes tebu merupakan produk samping dari pabrik tebu yang

memiliki kadar gula sangat tinggi (>50%). Pembuatan bioetanol dari tetes tebu hanya melewati dua tahap

utama saja.

Tahapan utama pembuatan bioetanol dari tetes tebu

Bahan-bahan

Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioetanol dari tetes/molasses antara lain adalah:

1. tetes tebu/molasses (kadar gula 50%)

2. urea

3. NPK

4. Fermipan (ragi roti)

5. Air

Page 21: BAHAN BAKAR NABATI

Langkah-langkah pembuatan bioetanol

1. Pengenceran Tetes Tebu

Kadar gula dalam tetes tebu terlalu tinggi untuk proses fermentasi, oleh karena itu perlu

diencerkan terlebih dahulu. Kadar gula yang diinginkan kurang lebih adalah 14 %. Misal: larutkan 28 kg

(atau 22.5 liter) molasses dengan 72 liter air. Aduk hingga tercampur merata. Volume airnya kurang lebih

94.5 L. Masukkan ke dalam fermentor.

Catatan: jika kandungan gula dalam tetes kurang dari 50%, penambahan air harus disesuaikan dengan

kadar gula awalnya. Yang penting adalah kadar gula akhirnya kurang lebih 14%.

2. Penambahan Urea dan NPK

Urea dan NPK berfungsi sebagai nutrisi ragi. Kebutuhan hara tersebut adalah sebagai berikut:

a. Urea sebanyak 0.5% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.

b. NPK sebanyak 0.1% dari kadar gula dalam larutan fermentasi.

Untuk contoh di atas, kebutuhan urea adalah sebanyak 70 gr dan NPK sebanyak 14 gr. Gerus urea dan

NPK ini sampai halus, kemudian ditambahkan ke dalam larutan molasses dan diaduk.

3. Penambahan Ragi

Bahan aktif ragi roti adalah khamir Saccharomyces cereviseae yang dapat memfermentasi gula

menjadi etanol. Ragi roti mudah dibeli di toko-toko bahan-bahan kue atau di supermarket. Sebaiknya

tidak menggunakan ragi tape, karena ragi tape terdiri dari beberapa mikroba. Kebutuhan ragi roti adalah

sebanyak 0.2% dari kadar gula dalam larutan molasses.

Untuk contoh di atas kebutuhan raginya adalah sebanyak 28 gr.

Ragi roti diberi air hangat-hangat kuku secukupnya. Kemudian diaduk-aduk perlahan hingga tempak

sedikit berbusa. Setelah itu baru dimasukkan ke dalam fermentor. Fermentor ditutup rapat.

Page 22: BAHAN BAKAR NABATI

4. Fermentasi

Proses fermentasi akan berjalan beberapa jam setelah semua bahan dimasukkan ke dalam

fermentor. Kalau anda menggunakan fermentor yang tembus padang (dari kaca misalnya), maka akan

tampak gelembung-gelembung udara kecil-kecil dari dalam fermentor. Gelembung-gelembung udara ini

adalah gas CO2 yang dihasilkan selama proses fermentasi. Kadang-kadang terdengar suara gemuruh

selama proses fermentasi ini. Selama proses fermentasi ini usahakan agar suhu tidak melebihi 36oC dan

pH nya dipertahankan 4.5 – 5. Proses fermentasi berjalan kurang lebih selama 66 jam atau kira-kira 2.5

hari. Salah satu tanda bahwa fermentasi sudah selesai adalah tidak terlihat lagi adanya gelembung-

gelembung udara. Kadar etanol di dalam cairan fermentasi kurang lebih 7% – 10 %.

5. Distilasi dan Dehidrasi

Setelah proses fermentasi selesai, masukkan cairan fermentasi ke dalam evaporator atau boiler.

Panaskan evaporator dan suhunya dipertahankan antara 79 – 81oC. Pada suhu ini etanol sudah menguap,

tetapi air tidak menguap. Uap etanol dialirkan ke distilator. Bioetanol akan keluar dari pipa pengeluaran

distilator. Distilasi pertama, biasanya kadar etanol masih di bawah 95%. Apabila kadar etanol masih di

bawah 95%, distilasi perlu diulangi lagi (reflux) hingga kadar etanolnya 95%.

Apabila kadar etanolnya sudah 95% dilakukan dehidrasi atau penghilangan air. Untuk

menghilangkan air bisa menggunakan kapur tohor atau zeolit sintetis. Tambahkan kapur tohor pada

etanol. Biarkan semalam. Setelah itu didistilasi lagi hingga kadar airnya kurang lebih 99.5%.

Page 23: BAHAN BAKAR NABATI

Bioetanol dari Gula Pasir

Jika anda kesulitasn mendapatkan tetes/molasses, bioetanol dapat juga dibuat dengan

menggunakan gula pasir. Prosedur umumnya sama seperti yang sudah dijelaskan di atas, hanya

mengganti tetes dengan gula pasir. Yang perlu diperhatikan adalah kadar gulanya kurang lebih 14%. Jadi

untuk setiap 1 kg gula pasir dapat ditambahkan kurang lebih 7.1 liter air.

Pencampuran Bioetanol dengan Bensin

Bioetanol yang bisa digunakan sebagai bahan bakar adalah bioetanol dengan kadar air 99.5%.

Bioetanol ini bisa dicampurkan dengan bensin dengan perbandingan bietanol : bensin sebesar 1 : 9 atau

2 : 8.

Page 24: BAHAN BAKAR NABATI

PEMBAHASAN

Nilai ekonomi suatu sumber energi tidak hanya ditentukan oleh besarnya energi yang dapat

diperoleh dari sumber itu, tetapi juga oleh bentuk final perniagaannya (penyerahannya) kepada konsumen

akhir. Dalam hal ini perlu dicatat bahwa dua bentuk final utama dari energy komersial adalah bahan bakar

dan listrik (kalor atau ”heat” juga dapat merupakan bentuk final, tetapi biasanya hanya dimanfaatkan

(ditransaksikan) di lokasi pembangkitan. Di antara aneka bahan bakar, yang berwujud fasa cair adalah

yang paling bernilai ekonomi tinggi, karena berenergi spesifik (energi/satuan volume) besar, mudah

ditangani, dibawa dan ditransportasikan secara efisien serta aman, sehingga berperan dominan dalam

sektor transportasi dan pembangkitan listrik dengan motor-motor bakar portabel. Berdasarkan pengertian

seperti ini, maka komoditas pertanian khususnya perkebunan memiliki banyak jenis yang dapat

dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif atau sebagai sumber bahan bakar nabati. Komoditas

tersebut terutama adalah tanaman yang dapat menghasilkan minyak lemak nabati, yang secara mudah

dapat diubah menjadi biodiesel maupun digunakan langsung.

Tabel 2. Beberapa jenis tanaman sumber minyak-lemak Nabati

Indonesia Inggris Latin

Sawit Oil Palm Elaeis guineensisKelapa Coconut Cocos nuciferaAlpukat Avocado Persea americanaKacang Brazil Brazil nut Bertholletia excelsaKacang Makadam Macadamia nut Macadamia ternif.Jarak Pagar Physic nut Jatropha curcasJojoba Jojoba Simmondsia californiaKacang Pekan Pecan nut Carya pecanJarak Kaliki Castor Ricinus communisZaitun Olive Olea europeaKanola Rapeseed Brassica napusOpium Poppy Papaver somniferum

Luas areal tanaman kelapa sawit adalah sekitar 5,5 juta ha, dengan total produksi CPO sekitar

13,6 juta ton. Konsumsi CPO di dalam negeri hanya sekitar 3,5 juta ton dan lainnya sekitar 8-10 juta

diekspor (Ditjenbun, 2006) . Saat ini diperkirakan ada sisa sekitar 1-2 juta ton CPO yang dapat dikonversi

menjadi biodiesel. Masalahnya, harga CPO di luar negeri yang bagus menyebabkan produsen enggan

mengubah CPO menjadi biodiesel. Hal ini memang menjadi salah satu kendala jika ingin

mengembangkan biodiesel asal kelapa sawit. Oleh karena itu, pengembangan areal khusus atau

Page 25: BAHAN BAKAR NABATI

”dedicated area” akan menjadi lebih baik, karena khusus menghasilkan bahan bakar nabati. Luas tanaman

kelapa di Indonesia adalah sekitar 3,875 juta ha, yang tersebar di seluruh wilayah nusantara.

Kurang berkembangnya harga kopra yang menguntungkan petani kelapa menambah besarnya

kesempatan pemanfaatan kelapa terutama minyak murninya atau minyak kelapanya untuk keperluan lain,

termasuk sebagai sumber BBN, khususnya pengganti minyak tanah untuk keperluan rumah tangga. Luas

tanaman jarak pagar di Indonesia secara tepat tidak diketahui, karena selama ini benar- benar hanya

sebagai tanaman pagar. Gencarnya wacana dan keinginan masyarakat untuk menanam jarak pagar

dimulai sekitar tahun 2005 dan diperkirakan luas pertanaman jarak pagar di lapangan sudah mencapai

ribuan ha tanaman muda yang belum berproduksi. Luas lahan yang berpotensi sangat cocok untuk

pertanaman jarak pagar di Indonesia adalah sekitar 14,2 juta ha.

Luasan tersebut tentu saja harus dikoreksi lagi dengan lahan yang sudah digunakan untuk

keperluan lain. Jenis tanaman perkebunan lainnya tidak diketahui secara pasti luasnya, tetapi secara

umum beberapa jenis tanaman pada Tabel 2 mudah

dijumpai di banyak tempat di Indonesia, kecuali kacang brazil, zaitun, kacang pekan, jojoba dan

makadamia. Di beberapa tempat bahkan ada yang sudah memanfaatkan tanaman perkebunan untuk

menghasilkan biodiesel maupun produk kesehatan. Pengertian ilmiah paling umum dari istilah ‘biodiesel’

mencakup sembarang (dan semua) bahan bakar mesin diesel yang terbuat dari sumber daya hayati atau

biomassa.

Cara pembuatan biodiesel yang paling umum adalah reaksi transesterifikasi antara minyak-lemak

dengan suatu alkohol monohidrik dengan bantuan katalis yang bersifat basa seperti kalium (natrium)

metoksida atau hidroksida. Di antara alkohol-alkohol monohidrik yang menjadi kandidat sumber

(pemasok) gugus alkil, adalah metanol (metil alkohol) karena paling umum digunakan, harganya murah

dan reaktifitasnya paling tinggi. Jadi, biodiesel praktis identik dengan ester metil asam-asam lemak (fatty

acids methyl ester, FAME). Namun, jika etanol (kering) lebih mudah diperoleh (tersedia), seperti

misalnya di Brazil karena sudah sangat kuat dan majunya industri bioetanol di sana, biodiesel dapat juga

dibuat dari alkohol. Proses transesterifikasi untuk pembuatan biodiesel sangat mudah dilakukan, asalkan

minyak- lemaknya merupakan minyak (lemak) mulus (refined fatty oil, kadar air < 0,3 %-berat, angka

asam ≤ 1 mg-KOH/gram). Penggunaan Minyak Murni Sebagai Alternatif Pengganti Minyak Tanah untuk

Rumah Tangga Penggunaan langsung minyak murni maksudnya adalah penggunaan minyak hasil

tanaman (pure plant oil atau crude oil) tanpa perlu proses transesterifikasi. Proses transesterifikasi

Page 26: BAHAN BAKAR NABATI

memerlukan biaya tambahan dibandingkan jika hanya menggunakan minyak murni. Pembuatan biodiesel

melalui proses transesterifikasi memerlukan metanol sebagai katalisator. Semakin banyaknya produksi

biodiesel dan mahalnya metanol akan menjadi kendala tersendiri. Jika tujuannya adalah membantu

masyarakat kelas rendah pengguna minyak tanah, maka minyak murni menjadi pilihan, karena pengguna

utama biodiesel adalah sector transportasi, termasuk masyarakat kelas menengah ke atas penggunan

kendaraan bermotor. Secara nasional memang penggunaan bahan bakar minyak asal fosil (BBM) adalah

sektor transportasi. Jadi juga tidak salah jika pemerintah ingin mengatasi hal ini. Kedua pilihan di atas

masing-masing memiliki kendala dan persyaratan. Untuk menggantikan minyak tanah, penggunaan

minyak murni belum dikenal secara luas oleh masyarakat. Minyak murni terutama asal jarak pagar masih

mengandung ”gum” yang biasanya menghasilkan kerak sisa pembakaran yang cukup nyata, yang dapat

menyebabkan spuyer atau nozzle buntu. Titik bakar yang cukup tinggi dari minyak murni, memerlukan

proses pembakaran tertentu untuk menghasilkan penyalaan yang baik. Oleh karena itu, penggunaan

minyak murni memerlukan peralatan atau kompor khusus, yang sebenarnya tidak terlalu sulit untuk

dibuat dan dicoba-coba. Menurut sifatnya, maka minyak murni harus dalam bentuk kabut atau uap agar

dapat terbakar secara baik. Jadi minyak harus mendapat tekanan yang cukup sebelum pembakaran,

kemudian disemprotkan bersamaan dengan proses pemanasan awalnya sehingga kabut atau uap minyak

dapat terbakar secara baik. Hal ini memerlukan kompor yang memiliki tabung bertekanan cukup (sekitar

2 – 3 bar). Kompor semacam ini sudah banyak digunakan oleh para penjual jajanan atau kaki lima, tetapi

biasanya menggunakan minyak tanah. Sifat fisikokimia yang berbeda menyebabkan kompor semacam ini

harus dimodifikasi agar dapat digunakan untuk BBN dalam bentuk minyak murni.

Page 27: BAHAN BAKAR NABATI

KESIMPULAN

1. Bahan bakar nabati asal tanaman perkebunan tersedia cukup beragam, sehingga potensinya sangat

besar untuk dimanfaatkan oleh masyarakat luas sebagai alternatif pengganti bahan bakar minyak,

khususnya minyak tanah untuk rumah tangga.

2. Proses produksi minyak nabati murni atau minyak murni lebih murah dibandingkan biodiesel sehingga

akan sangat bermanfaat bagi daerah-daerah pedesaan dan masyarakat kelas bawah.

3. Khususnya bagi masyarakat di pedesaan, potensi minyak murni sebagai pengganti minyak tanah untuk

rumah tangga cukup tinggi, walaupun untuk itu memerlukan peralatan atau kompor khusus atau kompor

bertekanan.

4. Uji coba awal kompor bertekanan di Indonesia maupun di beberapa negara lain terbukti berhasil baik

sehingga risetnya perlu segera dituntaskan dan diformulasikan, agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

5. Fabrikasi kompor tersebut di daerah-daerah dengan menggunakan bahan lokal akan membuka

kesempatan kerja serta kesempatan berusaha bagi masyarakat di daerah.

6. Tanaman kelapa dan jarak pagar sebagai tanaman penghasil bahan bakar nabati, potensinya lebih baik

dibandingkan jenis

tanaman perkebunan lainnya, terutama penggunaan minyak murninya sebagai pengganti minyak tanah

dengan memanfaatkan kompor bertekanan yang sesuai.

Page 28: BAHAN BAKAR NABATI

DAFTAR PUSTAKA

Peluang Kelapa Untuk Pengembangan Produk Kesehatan dan Biodiesel. Dalam Elna K., Henky TL, Iis NM, Ketut Ardana dan Susilowati (Ed.). Konferensi Nasional Kelapa VI 2006. Gorontralo. Puslitbangbun Bogor.

Departemen Pertanian. Jakarta. Kadiman, Kusmayanto. 2006. Perspektif Tekno-logi untuk Energi Alternatif. Kementerian Riset dan Teknologi. Jakarta. Manggabarani, Achmad. 2006.

http://digilib.its.ac.id/public/ITS

http://www.energiterbarukan.net/index.php?Itemid=43&id=27&option=com_content&task=view

http://comes.umy.ac.id/file.php/1/arsip/Arsip%20Konsultasi%20TA/BAB_II_anyar_bgt.doc.

http://perkebunan.litbang.deptan.go.id

http://id.wikipedia.org/wiki/Biodiesel

http://utahbiodieselsupply.com/images/MakingBiodiesel2.gif

http://akhitochan.files.wordpress.com/2010/01/biofuel2.gif

http://id.wikipedia.org/wiki/Biofuel

http://majarimagazine.com/2009/06/potensi-pengembangan-biodiesel-di-indonesia/

http://belajarmengajar.blogspot.com/2008/09/cara-membuat-biodiesel-dari-biji-jarak.html

http://isroi.wordpress.com/2008/12/18/membuat-bioethanol-sendiri-di-rumah/

http://isroi.wordpress.com/2008/12/15/membuat-bioetanol-dari-tetes/

Page 29: BAHAN BAKAR NABATI