Top Banner
BAGUS SYAK DH 9.2 PERKEMBANGAN SENI LUKIS DI INDONESIA TUGAS SENI RUPA
13

Bagus Syak Dh 9

Dec 29, 2015

Download

Documents

Solihah Soly

A
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: Bagus Syak Dh 9

BAGUS SYAK DH 9.2

PERKEMBANGAN SENI LUKIS DI INDONESIA

TUGAS SENI RUPA

Page 2: Bagus Syak Dh 9

Seni Lukis Zaman Prasejarah Indonesia

Pada zaman prasejarah, seni lukis memegang peranan penting karena setiap lukisan mempunyai makna dan maksud tertentu. Pada zaman tersebut lukisan dibuat pada dinding-dinding gua. Ditandai dengan menempelkan tangan di dinding gua, lalu disemprotkan dengan kunyahan daun-daunan atau batu mineral berwarna. Teknik menyemprot ini dikenal dengan nama aerograph. Selain itu, media lain dalam pembuatan seni lukis menggunakan media tanah liat. Pewarna yang digunakan berasal dari bahan-bahan alami seperi mineral dan lemak binatang. Pada umumnya tujuan dari pembuatan seni rupa pada zaman ini adalah bersifat magis.

Salah satu conoth karya lukis yang dihasilkan pada zaman prasejarah dapat dilihat di Gua Leang-Leang Pattakere di Maros, Sulawesi Selatan. Lukisan tersebut menggambarkan adegan perburuan . selain itu, ada juga lukisan pada dinding-dinding gua di pantai selatan Irian Jaya (papua). Lukisan yang terdapat pada tempat tersebut menggambarkan tentang nenek moyang. Hal yang menarik perhatian pada lukisan di tempat tersebut yang tersebar di daerah yang am,at luas itu adlah siluet tangan yang terdapat di manamana. Cap tangan ini terdapat pula di Sulawesi Selatan, pada lukisan di tebing batu diteluk Sulaeman Seram, di teluk Berau Papua, dan di pulau Arguni dan kepulauan Kei. Selain motif bayngan tangan, motif yang terdapat di banyak tempat ialah sosok maunisa, perahu, matahaari, bulan, burung, ikan, kura-kura-manusia, kadal kaki, dan babi rusa.

2. Seni Lukis Zaman Hindu Klasik Indoensia

Setelah zaman prasejarah berkhir, bangsa Indonesia telah memiliki berbagai macam keahlian seperti pembuatan batu besar berbentuk piramida beurndak, seni tuang logam, pertanian dan peralatannya, seni pahat, serta pembuatan batik yang dikembangkan dengan menambah unsur-unsur baru pada awal masuknya pengaruh Hindu. Zaman ini meupakan babak baru dalam periodisasi kebudayaan Indonesia dan dapat dikatakan sebagia zaman sejarah karena pada zaman ini telah ditemukan peninggalan berupa tulisan. Hal inio terjadi karena kebudayaan di Indonesia telah terjadi kontak dengan kebudayaan di India. Tema agama merupakan tema yang umum dijumpai pada masa ini, selain tema mitologi, legenda dan cerita sejaarah. Contohnya adalah lukisan Bali Klasik yang berisis cerita Ramayana dan Mahabarata. Gaya yang dipakai pada pahatan dinding candizaman Majapahit adalah gaya eayang dengan komposisi bidang mendatar yang padat dan sarat akan stilasi. Warna lukisan terbatas pada warna-warna yang dapat dicapai bahan alami seperti kulit penyu, daun-daunan, tanah dan jelaga. Lukisan

Page 3: Bagus Syak Dh 9

pada umumnya dibuat pada kain memanjang tanpa bingkai, dan tampak seprti gulungan. Seperti juga pahatan dinding candi dan gambar lontar, fungsi dari lukisan Bali Klasik adalah sebagai media pendidikan sesuai dengan ajaran agama atau falsafah hidup zaman Hindu.

Seni lukis di Bali mulai berlangsung ketika kebudayaan Hindu Jawa Timur terdesak oleh kebudayaan Islam. Keberadaan seni lukis yang menyatu dan berakulturasi dengan kebudayaan Hindu menjadi khas dan dikenal oleh berbagai negara hingga kini. Perkembangan seni lukis Hindu-Bali dapat diuraikan dalam tiga bagian, yaitu seni lukis Kamasan, seni lukis Pita Maha, dan seni lukis Seniman Muda.

3. Seni Lukis Islam Indonesia

Seperti pada zaman Hindu, kesenian Islam di Indonesia berpusat di istana. Seorang seniman tugasnya tidak semata-mata menciptakan karya seni, akan tetapi ia juga seorang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan dan filsafat, di samping mengenal cabang seni lainnya. Pada seni Islam, terdapat suatu pantangan untuk melukiskan motif makhluk hidup dalam bentuk realistis. Para seniman melakukan upaya kompromistis dengan kebudayaan sebelumnya. Dalam hal ini toleransi Islam mendukung proses kesinambungan tradisi seni rupa sebelumnya, tetapi dengan nafas baru, seperti hiasan dengan motif stilasi binatang dan manusia dipadukan dengan huruf Arab, baik dalam penerapan elemen estetis pada mesjid, penggarapan seni kriya, lukisan atau kaligrafi. Adapun pembuatan patung, dibuat demikian tersamar sehingga seolah-olah gambaran ini hanya berupa hiasan dedaunan atau flora. Biasanya lukisan dibuat sebagai hiasan yang menggambarkan cerita-cerita tokoh dalam pewayangan atau lukisan binatang candra sangkala dan tentang riwayat nabi. Adapun bentuk lukisan yang disamarkan seperti lukisan kaca yang berasal dari Cirebon.

4. Seni Lukis Indonesia Baru

Seni lukis Indonesia baru yang berkembang di Indonesia seperti juga kesenian pada umumnya tidak dapat sepenuhnya dipahami tanpa menempatkannya dalam keseluruhan kerangka masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Perkembangan karya seni lukis Indonesia dipengaruhi kuat oleh kekuatan sejarah. Seni lukis Indonesia baru berkembang setelah masa seni lukis Islam. dan seni lukis pada masa ini mengalami perkembangan yang sangat pesat seiring dengan

Page 4: Bagus Syak Dh 9

perkembangan senirupa indonesia dimana tokohnya seperti Raden Saleh, Affandi, Basuki

Seni Rupa Masa Perintis

Masa Perintis dimulai dari prestasi Raden Saleh Syarif Bustaman (1807 – 1880), seorang seniman Indonesia yang belajar kesenian di eropa dan sekembalinya di Indonesia ia menyebarkan hasil pendidikannya. Kemudian Raden Saleh dikukuhkan sebagai bapak perintis seni lukisan modern.

Raden Saleh Syarief Bustaman dilahirkan tahun 1807 di Terbaya dekat Semarang, meninggal di Bogor tanggal 23 April 1880. Ia mendapat didikan dasar menggambar dan melukis dari seorang pelukis Belgia, A.A.J. Payen antara tahun 1817 dan 1820. Sebenarnya Raden Saleh dipersiapkan oleh pemerintah ‘Hindia-Belanda’ menjadi calon pegawai pada Badan Penyelidikan Ilmu Pengetahuan dan Kesenian yang dikepalai oleh Prof. C.G.C. Reinwardt, di Bogor. Pada tahun 1829 Raden saleh mengiringi Inspektur Kesenian Belanda de Linge dalam perjalanannya ke Belanda.

Page 5: Bagus Syak Dh 9

Di Belanda, atas anjuran Payen, Raden saleh diperbolehkan belajar melukis pada pelukis-pelukis Belanda, seperti; Cornelius Krusemen dan Andreas Schelfhout. Ditahun 1839 ia meninggalkan Belanda dan pergi ke Jerman kekota Berlin, Dresden dan Coburg. Disini Raden saleh melukis potret-potret kuda dari orang-orang yang berkuasa, di tahun 1845 ia mengunjungi bekas gurunya, Payen di Doornik, Belanda dan dari situ ia menuju Paris dan berkenalan dengan pelukis Prancis kenamaan Horace Vernet. Bersama Vernet ia pernah mengunjungi Aljazair. –

Di Eropa Raden Saleh terkenal sebagai pelukis kehidupan hewan, pada tahun 1851 ia kembali ke Indonesia dan banyak melukis orang-orang berpangkat dan kaya. Di Jakarta ia membangun rumah mewah di pinggir kali Ciliwung, yang kini menjadi Rumah Sakit Cikini.”Sebagian tanah miliknya pernah menjadi kebon binatang, yang”kini menjadi Pusat Kesenian Jakarta-Taman Ismail Marzuki

Raden Saleh beristrikan V. Winkelman, seorang wanita Belanda Indo yang kaya raya, tetapi akhirnya bercerai. Raden Saleh tidak melukis potret-potret saja, tetapi juga melukis pemandangan dan berbagai jenis hewan. Ia pernah kembali ke Eropa di antara tahun 1875-1879. Sepulang dari Eropa ia tinggal di Bogor hingga akhirnya tutup usia di sana pada tanggal 23 April 1880, istri keduanya ialah Raden Ayu Danudirdjo.

MASA MOOI INDIE

Pada mulanya istilah Mooi Indie pernah dipakai untuk memberi judul reproduksi sebelas lukisan pemandangan cat air Du Chattel yang diterbitkan dalam bentuk portfolio di Amsterdam tahun 1930. Namun demikian istilah itu menjadi popular di Hindia Belanda semenjak S. Sudjojono memakainya untuk mengejek pelukis-pelukis pemandangan dalam tulisannya pada tahun 1939. Dia mengatakan bahwa lukisan-lukisan pemandangan yang serba bagus, serba enak, romantis bagai di surga, tenang dan damai, tidak lain hanya mengandung satu arti: Mooi Indie (Hindia Belanda yang Indah).

Page 6: Bagus Syak Dh 9

Berawal dari para pelukis yang karena kelahiran dan tempat tinggalnya di Indonesia (Hindia Belanda) menjadi para pelukis Indo Belanda atau biasa disebut Indische Schilderer, serta ditambah para pelukis asing yang datang dari berbagai negara Eropa. Sehingga ada proses asimilasi dan alkulturasi yang kental yang mempengaruhi corak mooi indie.

Lukisan-Iukisan Mooi Indie dapat dikenali dari penampilan fisiknya. Bentuk atau subyek maternya adalah pemandangan alam yang dihiasi gunung, sawah, pohon penuh bunga, pantai atau telaga. Selain itu kecantikan dan eksotisme wanita-wanita pribumi, baik dalam pose keseharian, sebagai penari, atau pun dalam keadaan setengah busana. Laki-Iaki pribumi juga sering muncul sebagai obyek lukisan, biasanya sebagai orang desa, penari atau bangsawan yang direkam dalam setting suasana Hindia Belanda.

Menurut M. Agoes Burhan, wama yang dipakai untuk mengungkapkan obyek-obyek itu kebanyakan cerah dan mengejar cahaya yang menyala. Karakter garisnya lembut sebagaimana lukisan Du Chattel, sampai lincah dan spontan seperti Isaac Israel, tetapi tidak ada yang sampai liar sebagaimana goresan orang-orang ekspresionis. Mereka menempatkan obyek-obyek dalam komposisi yang formal, seimbang, sehingga menghasilkan suasana tenang. Konsekuensinya, komposisi yang mengarah pada struktur diagonal atau bloking objek-objek dari sudut kanvas untuk menimbulkan suasana tegang dan dramatis jarang dipakai. Ciri-ciri fisik yang demikian itu merupakan manifestasi dari ide pelukisnya yang ingin merealisasikan impian untuk melihat negeri Timur, yang bagi pelukis-pelukis Belanda merupakan dunia dongeng sejak masa kanak-kanak mereka. Terdapat empat kelompok pelukis dari aliran Indie Mooi ini yang mulai berkembang pada awal abad ke-20 ini, yaitu:

Orang asing yang datang dari luar negeri yang jatuh cinta pada keindahan negeri ini dan menemukan obyekobyek yang cocok di tanah Hindia. Misalnya F.J. du Chattel, Manus Bauer, Nieuwkamp, Isaac Israel, PAJ Moojen, Carel Dake, Romualdo Locatelli (Itali), dll.

Orang-orang Belanda kelahiran Hindia Belanda, misalnya Henry van Velthuijzen, Charles Sayers, Ernest Dezen~e, Leonard Eland, Jan Frank, dll

Orang pribumi yang berbakat melukis dan mendapat ketrampilan dari dua kelompok di atas, misalnya Raden Saleh, Mas Pirngadi, Abdullah Surisubroto, Wakidi, Basuki Abdullah, Mas Soeryo Soebanto, Henk Ngantunk

Orang-orang Cina yang mulai muncul pada dasawarsa ketiga abad 20, khususnya Lee Man Fong, Oei Tiang Oen dan Biau Tik Kwie. Pada umurnnya, dalam melakukan publikasi karya-karyanya mereka mengadakan pameran selama di Jakarta bertempat di Bataviasche Kuntkringgebouw, Theosofie Vereeniging, Kunstzaal Kolff & Co, Hotel Des Indes, dll.

Page 7: Bagus Syak Dh 9

Yang saya simpulkan ada 5 penggerak aliran lukis dimasa ini, yakni: A. A. J Payen (1792-1853), Raden Saleh (1807-1880), Abdullah Suryobroto (1878-1941), Wakidi (1888-1979), dan Mas Pirngadi (1875-1936)

SENI LUKIS MASA INDO MERDEKA

Masa Cita Nasional Bangkitanya kesadaran nasionalyang dipelopori oleh Boedi Oetomo pada Th.1908. Seniman S. Sudjojono, Surono, Abd. Salam, Agus Djajasumita medirikan PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia).Perkumpulan pertama di Jakarta ini, berupaya mengimbangi lembaga kesenian asing Kunstring yang mampu menghimpun lukisan-lukisan bercorak modern. PERSAGI berupaya mencari dan menggali nilai-nilai yang mencerminkan kepribadian Indonesia yang sebenarnya.Karya-karya seni lukis masa PERSAGI antara lain :

•Agus Djajasumita : Barata Yudha, Arjuna Wiwaha, Nirwana, Dalam Taman Nirwana

•S. Sudjojono: Djongkatan, Didepan Kelambu Terbuka, Mainan, Cap Go meh.

•Otto Djaya: Penggodaan, Wanita Impian

Hasil karya mereka mencerminkan :

•Mementingkan nilai-nilai psikologis;

•Tema perjuangan rakyat ;

•Tidak terikat kepada obyek alam yang nyata;

•Memiliki kepribadian Indonesia ;

•Didasari oleh semangat dan keberanian

SENI LUKIS MASA PENDUDUKAN JEPANG

Masa Pendudukan Jepang

Cita PERSAGI masih melekat pada para pelukis, serta menyadari pentingnya seni lukis untuk kepentingan revolusi.

Pemerintah Jepang mendirikan KEIMIN BUNKA SHIDOSO,Lembaga Kesenian Indonesia –Jepang ini pada dasarnya lebih mengarah pada kegiatan propaganda Jepang.

Tahun 1943 berdiri PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) oleh Bung Karno, Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara dan KH Mansur. Tujuannya memperhatikan dan memperkuat perkembangan seni dan budaya. Khusus dalam seni lukis dikelola oleh S. Sudjojono dan Afandi,

Page 8: Bagus Syak Dh 9

selanjutnya bergabung pelukis Hendara, Sudarso, Barli, Wahdi dan sebagainya Hasil karya mereka mencerminkan kelanjutan dari masa cita Nasional

Tokoh utama pada masa ini antara lain:

S. Sudjojono

Basuki Abdullah, Emiria Surnasa

Agus Djajasumita, Barli

Affandi , Hendra dan lain-lain

SENI LUKIS MASA SESUDAH KEMERDEKAAN

Setelah Jepang keluar dari bumi Indonesia, dunia seni lukis mendapatkan angin segar. Masa kemerdekaan benar-benar mendapatkan kebebasan yang sesungguhnya. Hal ini ditandai dengan munculnya berbagai kelompok atau perkumpulan seniman,yaitu antara lain : Pada tahun 1950 di Bandung berdiri Balai Perguruan Tinggi Guru Gambaryang dipelopori oleh Prof. Syafei Sumarja dibantu oleh Muhtar Apin, Ahmad Sadali, Sudjoko, Edi Kanta Subraka dan lain-lain. Pada tahun 1946 berdiri SIM (Seniman Indonesia Muda) yang sebelumnya bernama “Seniman masyarakat”. Dipimpin oleh S. Sudjojono, anggotanya : Affandi, Sudarso, Gunawan, Abdus Salam, Trubus dan sebagainya.

Pada tahun 1947 berdiri perkumpulan pelukis rakyatyang dipimpin oleh Affandi dan Hendra yang keluar dari perkumpulan SIM. Anggota dari pelukis rakyat antara lain : Hendra, Sasongko, Kusnadi dan sebagainya.

Pada tahun 1948 berdiri perkumpulan yang memberikan kursus menggambar, yaitu Prabangkara. Selanjutnya para tokoh SIM, Pelukis rakyat dkk. merumuskan pendirian lembaga pendidikan Akademi Seni Rupa.Tokoh perintisan lembaga tersebut antara lain S. Sudjojono, Hendra Gunawan, Djayengasmoro, Kusnadi, Sindusisworo dan lain-lain.Pada tahun 1959 Balai Perguruan Tinggi Guru Gambar berubah menjadi jurusan Seni Rupa pada Institut Teknologi Bandung

Page 9: Bagus Syak Dh 9

GERAKAN SENI RUPA INDONESIA

Gerakan seni rupa baru di Indonesia didirikan oleh beberapa tokoh diantaranya Ris Purnomo, S. Prinka, Anyool Soebroto, Satyagraha, Nyoman Nuarta, Pandu Sudewo, Dede Eri Supriya, Jim Supangkat, Siti Adiyati Subangun, F.X Harsono, Nanik Mirna, Hardi, Wagiono. S, Agus Tjahjono, B. Munni Ardhi dan Bachtiar Zainoel. Mereka membentuk gerakan seni rupa baru di Indonesia Sebagai sebuah usaha dari sekelompok akademisi atau mahasiswa seni rupa yang menentang monopoli seni oleh sekelompok seniman saja. Monopoli di sini adalah terlalu kuatnya pengaruh modern dari seniman senior mereka yang sekaligus menjadi pengajar mereka di kampus, yang dalam beberapa hal mengekang kemungkinan akan bentuk – bentuk baru dari kesenian itu sendiri. Hal tersebut mereka wujudkan dalam bentuk pameran bertajuk “ Pasaraya Dunia Fantasi “ di Taman Ismail Marzuki pada tanggal 2 hingga 7 agustus 1975, tepat delapan bulan setelah peristiwa Desember hitam. Adapun beberapa pendapat yang mengatakan bahwa peristiwa desember hitam adalah awal dari Gerakan Seni Rupa Baru itu sendiri. 4 tahun kemudian Gerakan Seni Rupa baru mendeklarasikan manifesto Gerakan Seni Rupa Baru atau yang biasa disingkat menjadi GSRB adalah salah satu penanda dari awal mula kelahiran dari seni rupa kontemporer di Indonesia.Teman- teman GSRB juga bias dimaknai sebagai penanda dari gelombang perkembangan seni rupa pada tahun 1974-1977 yang memasuki daerah pijak baru yaitu perubahan manifestasi secara fisik dan konsep secara besar – besaran. Bahkan ada sebagian pendapat yang menganggap bahwa GSRB menghasilkan denyut yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok seni rupa pendahulunya yaitu Persatuan Ahli Gambar Indonesia (PERSAGI) yang digawangi oleh Agus Djajadan S. Sudjojono. Karena GSRB menyodorkan permasalahan yang lebih kompleks melalui menifestonya dibandingkan dengan apa yang di sodorkanoleh PERSAGI. Manifesto GSRB bertujuan untuk menegaskan dengan tujuan meruntuhkan definisi seni rupa yang terkungkung kepada seni lukis, seni patung dan seni grafis. Keyakinannya: estetika seni rupa merupakan gejala jamak.Berikut ini adalah salah satu karyaseni pada periode gerakan seni rupa baru di Indonesia karya maryono setyawan

Page 10: Bagus Syak Dh 9

KARYA ABDULLAH S.R

KARYA S.SUJOYONO