LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017 BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta xv BADAN PEMERIKSA KEUANGAN RESUME HASIL PEMERIKSAAN ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan serta undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Provinsi DKI Jakarta per 31 Desember 2017, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas serta Catatan atas Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. BPK telah menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017 yang memuat Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Nomor 08.A/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2018 tanggal 25 Mei 2018 dan Laporan Hasil Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Nomor 08.C/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2018 tanggal 25 Mei 2018. Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut di atas, BPK mempertimbangkan sistem pengendalian intern Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menentukan prosedur pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak ditujukan untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern. BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ditemukan BPK antara lain sebagai berikut: 1. Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan dan Pengembangan Gedung Rumah Sakit Umum Kelas D Kecamatan dan Pembangunan dan Rehab Total Gedung Puskesmas Tidak Didukung dengan Perencanaan yang Memadai; 2. Pemprov DKI Jakarta Belum Optimal Dalam Menagih Kewajiban Fasos Fasum dan Belum Mengoptimalkan Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Menatausahakan Aset Fasos Fasum. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Gubernur antara lain agar: 1. Memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan supaya: a. Memberikan peringatan atau teguran sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK lalai dalam menyusun klausul kontrak terkait pengenaan nilai denda keterlambatan
385
Embed
BADA N PEMERIKSA KEUANGAN RESUME HASIL PEMERIKSAAN€¦ · LHP atas LK PD Provinsi DKI Jakarta TA 201 7 BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta xv BADA N ... untuk merancang mekanisme
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta xv
BADAN PEMERIKSA KEUANGAN
RESUME HASIL PEMERIKSAAN
ATAS SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006
tentang Badan Pemeriksa Keuangan serta undang-undang terkait lainnya, Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) telah memeriksa Neraca Pemerintah Provinsi DKI Jakarta per 31
Desember 2017, Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih,
Laporan Operasional, Laporan Arus Kas dan Laporan Perubahan Ekuitas serta Catatan atas
Laporan Keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. BPK telah
menerbitkan Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta Tahun 2017 yang memuat Opini Wajar Tanpa Pengecualian dengan Nomor
08.A/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2018 tanggal 25 Mei 2018 dan Laporan Hasil
Pemeriksaan Kepatuhan terhadap Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Nomor
08.C/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2018 tanggal 25 Mei 2018.
Sesuai Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN), dalam pemeriksaan atas Laporan
Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tersebut di atas, BPK mempertimbangkan
sistem pengendalian intern Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menentukan prosedur
pemeriksaan dengan tujuan untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan dan tidak
ditujukan untuk memberikan keyakinan atas sistem pengendalian intern.
BPK menemukan kondisi yang dapat dilaporkan berkaitan dengan sistem pengendalian
intern dan operasinya. Pokok-pokok kelemahan dalam sistem pengendalian intern atas
Laporan Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang ditemukan BPK antara lain
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan dan Pengembangan Gedung Rumah Sakit
Umum Kelas D Kecamatan dan Pembangunan dan Rehab Total Gedung Puskesmas
Tidak Didukung dengan Perencanaan yang Memadai;
2. Pemprov DKI Jakarta Belum Optimal Dalam Menagih Kewajiban Fasos Fasum dan
Belum Mengoptimalkan Pemanfaatan Sistem Informasi dalam Menatausahakan Aset
Fasos Fasum.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, BPK merekomendasikan kepada Gubernur
antara lain agar:
1. Memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan supaya:
a. Memberikan peringatan atau teguran sesuai ketentuan yang berlaku kepada PPK
lalai dalam menyusun klausul kontrak terkait pengenaan nilai denda keterlambatan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 1
HASIL PEMERIKSAAN
ATAS
SISTEM PENGENDALIAN INTERN
Hasil pemeriksaan atas Sistem Pengendalian Intern pada Pemerintah Provinsi
(Pemprov) DKI Jakarta Tahun Anggaran (TA) 2017 mengungkapkan sebanyak 49
temuan pemeriksaan terkait kelemahan sistem pengendalian intern di lingkungan
Pemprov DKI Jakarta, dengan rincian sebagai berikut:
1. Pendapatan
1.1. Rekonsiliasi Data Payment Online System (POS) dengan Data Rekening Koran
Badan Pengelola Keuangan Daerah atas Penerimaan Pajak Daerah Belum
Optimal
Pemprov DKI Jakarta Pada Laporan Keuangan TA 2017 (Audited) mencatat
Pendapatan Pajak Daerah senilai Rp36.500.782.266.176,00 dan Piutang Pajak
Daerah senilai Rp8.330.819.399.093,00.
Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas Laporan Keuangan Pemprov DKI
Jakarta TA 2016 Nomor 16.B/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2017 tanggal 29 Mei
2017, BPK telah mengungkapkan permasalahan rekonsiliasi data Payment Online
System (POS) dengan data Rekening Koran di Badan Pengelola Keuangan Daerah
(BPKD) atas penerimaan Pajak Daerah yang belum optimal. Atas permasalahan
tersebut, BPK merekomendasikan Gubernur Provinsi DKI Jakarta agar
memerintahkan:
a. Kepala Badan Pajak dan Retribusi Daerah (BPRD), Kepala BPKD, Kepala Dinas
Komunikasi dan Informatika (Diskominfotik) dan Bank Persepsi yang ditunjuk
untuk merancang mekanisme rekonsiliasi yang memadai dan menerapkan
prosedur rekonsiliasi secara periodik antara data POS dengan data Sistem
Informasi Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD);
b. Kepala BPRD dan Kepala BPKD berkoordinasi dengan Kepala Diskominfotik
untuk mendesain dan membangun modul aplikasi dalam bentuk portal yang dapat
memudahkan Wajib Pajak (WP) melaporkan secara online pembayaran pajak
yang dibayar melalui transfer bank atau Real Time Gross Settlement (RTGS); dan
c. Kepala BPRD berkoordinasi dengan Kepala Diskominfotik untuk memperbaiki
kondisi infrastruktur jaringan internet agar tidak mengganggu pengiriman data
pembayaran antara Bank Persepsi yang ditunjuk dengan POS.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas proses rekonsiliasi data POS dengan
rekening koran BPKD diketahui bahwa BPRD belum menindaklanjuti rekomendasi
BPK terkait dengan permasalahan rekonsiliasi data POS sehingga masih ditemukan
permasalahan yang sama dengan tahun sebelumnya. Permasalahan rekonsiliasi data
POS dikarenakan BPKD belum memiliki sistem untuk mengontrol pembayaran pajak
ke kas daerah. Sampai saat ini masih ditemukan pembayaran pajak yang tidak
dilakukan melalui mekanisme POS, melainkan melalui mekanisme RTGS langsung
ke rekening Kas Daerah. BPRD tidak memiliki data atas pembayaran yang dilakukan
melalui mekanisme RTGS tersebut.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 2
Pada akhir Tahun 2017, diketahui bahwa terdapat pembayaran pajak pada
rekening kas daerah yang tidak melalui POS senilai Rp5.345.272.223.797,00. Data
pembayaran tersebut kemudian dimintakan validasi secara manual kepada Unit
Pelayanan Pajak dan Retribusi Daerah (UPPRD). Untuk pembayaran yang
teridentifikasi, UPPRD akan melakukan update data pembayaran pada masing-
masing sistem pajak. Data hasil validasi akan menjadi dasar bagi BPRD dan BPKD
dalam melaksanakan rekonsiliasi data pembayaran pajak menurut penerimaan kas di
rekening koran dan data pembayaran pajak menurut sistem POS.
Hasil rekonsiliasi menyatakan bahwa terdapat selisih perbedaan senilai
Rp2.278.331.068,00 yang merupakan pembayaran pajak di kas daerah yang belum
diketahui informasi pajaknya, dengan rincian termuat dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1. Selisih Pencatatan Data SIPKD dan Data POS
No Jenis Pajak Data SIPKD (Rp) Data POS (Rp) Selisih (Rp)
d. Pemprov DKI Jakarta belum memiliki pedoman dan standar dalam
Perhitungan Pajak atas sumur tak berizin sehingga terdapat 127 temuan
belum dikenakan PAT dan 87 diantaranya belum ditindaklanjuti dengan
pemasangan meter/pengecoran/ penutupan sumur dan proses izin
WP yang telah memperoleh izin pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah wajib mendaftarkan diri dan melaporkan pengambilan dan/atau
pemanfaatan air tanah dengan menggunakan Surat Pendaftaran Objek Pajak
Daerah (SPOPD) ke Kepala BPRD atau pejabat yang ditunjuk sesuai dengan
tempat kedudukan WP dalam jangka waktu paling lambat 15 hari kalender
sebelum pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah. Untuk WP yang tidak
melaporkan diri dan menjadi temuan di lapangan oleh UPPRD dan Dinas PE
maka proses penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dilakukan secara jabatan
yaitu penetapan besarnya pajak terutang yang dilakukan oleh Gubernur atau
pejabat yang ditunjuk berdasarkan data yang ada atau keterangan lain yang
dimiliki oleh Gubernur atau pejabat yang ditunjuk.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 17
Hasil pengawasan Dinas PE Pemprov DKI Jakarta menemukan adanya 127
sumur yang tidak berizin. Atas pemanfaatan air tanah dari awal sampai dengan
tanggal ditemukan sumur belum diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah secara
jabatan. Hasil konfirmasi kepada staf UPPRD, diketahui bahwa Pemprov DKI
Jakarta belum memiliki pedoman dan standar yang jelas untuk menetapkan
perhitungan pajak terhadap temuan-temuan sumur tidak berizin sehingga tidak
diketahui debit air yang telah digunakan.
Hasil konfirmasi kepada Dinas PE, diketahui bahwa sejak bulan Maret 2018
telah dilakukan rapat koordinasi untuk membahas tidak lanjut atas temuan sumur
tidak berizin tersebut. Namun demikian, sampai dengan pemeriksaan berakhir,
masih terdapat temuan yang belum ditindaklanjuti dengan memasang meter,
penutupan sumur dan proses perizinan pengambilan dan/atau pemanfaatan air
tanah dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.8. Sumur Tidak Berizin yang Belum Memiliki Surat Ketetapan Pajak Daerah
No Wilayah Jumlah Sumur
Tindak lanjut Belum
ditindaklanjuti Pasang Meter
Cor /Penutupan
Sumur
Proses Izin/Terbit
Izin
1 Jakarta Pusat 18 3 2 1 12
2 Jakarta Timur 58 11 10 4 33
3 Jakarta Barat 7 2 0 2 3
4 Jakarta Utara 22 0 2 0 20
5 Jakarta Selatan 22 0 3 0 19
Jumlah 127 16 17 7 87
Rincian dalam lampiran 1.4.3
e. Pengelolaan Piutang PAT pada BPRD belum memadai
Pemprov DKI Jakarta menyajikan Piutang PAT dalam Laporan Keuangan
per 31 Desember 2017 2017 (Audited) dan 2016 (Audited) masing-masing senilai
Rp572.309.739.813,00 dan Rp80.602.138.853,00 dengan rincian mutasi Piutang
PAT sebagai berikut: a. Mutasi Piutang Tahun 2016 Piutang per 31 Desember 2016 Rp 80.602.138.853,00 Koreksi Rp 488.247.899.868,00 Penerimaan Pembayaran pada TA 2017 atas Piutang
Tahun 2016 Rp (9.139.530.233,00)
Saldo Piutang Tahun 2016 Rp 559.710.508.488,00 b. Mutasi Piutang Pajak Tahun 2017 Penambahan Piutang Tahun Berjalan Rp 99.951.467.776,00 Penerimaan Pembayaran (87.352.543.883,00) Utang Kelebihan Pembayaran Pajak Rp 307.432,00
Saldo Piutang Tahun 2017 Rp 12.599.231.325,00
c. Piutang per 31 Desember 2017 (a+b) Rp 572.309.739.813,00
Terkait penyajian nilai Piutang PAT per 31 Desember 2017 diatas terdapat
beberapa permasalahan sebagai berikut:
1) Terdapat Piutang Pengambilan dan/atau Pemanfaatan Air Tanah yang
termasuk dalam Pengecualian Objek PAT senilai Rp2.097.157.549,00
Hasil analisis data rincian Piutang PAT, diketahui terdapat WP yang
seharusnya tidak dikenakan pajak, dengan rincian sebagai berikut:
a) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah Daerah
berupa SKPD di lingkungan Pemprov DKI Jakarta senilai
Rp1.909.236.862,00, yang terdiri dari:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 18
(1) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Dinas Pertanian
dan Kehutanan Provinsi DKI Jakarta senilai Rp1.903.573.911,00;
(2) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Dinas Kesehatan
senilai Rp5.662.951,00.
b) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh rumah peribadatan
senilai Rp187.920.687,00.
2) Pencatatan Piutang PAT belum sepenuhnya akurat
Atas Piutang PAT senilai Rp572.309.739.813,00 tersebut, BPK telah
melakukan konfirmasi nilai piutang secara uji petik kepada 100 WP yang
mempunyai nilai tunggakan pajak cukup material dengan jumlah senilai
Rp179.561.071.062,00. Hasil konfirmasi menunjukkan bahwa 39 WP
dengan saldo Piutang PAT senilai Rp103.348.767.172,00 (57,56%) telah
mengirimkan surat balasan konfirmasi dengan jawaban yang diantaranya
terdapat WP yang tidak sesuai/tidak mengakui/menolak piutang yang
dikonfirmasi dan tidak melampirkan bukti pembayaran yang memadai senilai
Rp92.887.543.239,00 dengan jumlah 3977 Surat Ketetapan Pajak Daerah.
Dari hasil analisis atas jawaban dari WP yang nilai piutangnya “tidak
sesuai/tidak mengakui/menolak” dengan data piutang pada BPRD, diketahui
bahwa WP memberikan penjelasan beragam antara lain:
a) WP telah membayar tunggakan pajak, namun tidak memberikan bukti
pembayaran yang memadai dari seluruh nilai piutang yang dikonfirmasi;
b) WP telah membayar tunggakan pajak, namun hanya melampirkan bukti
pembayaran sebagian dari nilai piutang yang dikonfirmasi;
c) WP tidak mengakui jumlah piutang yang dikonfirmasi karena
penanggung jawab pajak (subjek pajak) sudah berganti;
d) WP tidak mengakui jumlah piutang yang dikonfirmasi karena sudah
tidak menggunakan air tanah sejak Tahun 2012.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Umum Pajak Daerah, pada:
1) Pasal 11 ayat (1) yang menyatakan bahwa Pajak ditetapkan oleh Gubernur
dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang
dipersamakan;
2) Pasal 13 ayat (2) yang menyatakan bahwa Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 huruf b, membayar pajaknya dengan menggunakan
Surat Ketetapan Pajak Daerah;
b. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pajak Air
Tanah, pada:
1) Pasal 1 ayat (9) yang menyatakan bahwa Pajak Air Tanah adalah Pajak atas
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah;
2) Pasal 3:
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Objek Pajak Air Tanah adalah
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah;
b) Ayat (2) huruf a, b dan c yang menyatakan bahwa Dikecualikan dari
objek Pajak Air Tanah adalah:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 19
(1) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
(2) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar
rumah tangga, pengairan, pertanian dan perikanan rakyat, serta
peribadatan;
(3) Pengambilan, atau pemanfaatan, atau pengambilan dan pemanfaatan
air tanah untuk keperluan pemadaman kebakaran
3) Pasal 4 yang menyatakan bahwa Subjek Pajak Air Tanah adalah orang
pribadi atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pengambilan air
tanah;
4) Pasal 5 yang menyatakan bahwa Wajib Pajak Air Tanah adalah orang pribadi
atau badan yang melakukan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah;
5) Pasal 11 yang menyatakan Pajak terutang terjadi pada saat pengambilan, atau
pemanfaatan, atau pengambilan dan pemanfaatan air tanah.
c. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 86 Tahun 2012 tentang Nilai
Perolehan Air Tanah Sebagai Dasar Pengenaan Pajak Air Tanah, pada:
1) Pasal 9 ayat (3) yang menyatakan bahwa cara perhitungan pajak pengambilan
dan/atau pemanfaatan air tanah tanpa kelebihan debit menggunakan rumus
sebagai berikut:
Pajak PABT = Tarif Pajak x NPA x Volume Pemakaian
2) Pasal 10:
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Besarnya PAT dewatering dihitung
berdasarkan potensi air tanah yang diambil dan/atau dipindahkan di
dalam lapisan tanah akibat aktifitas dewatering di lokasi tersebut;
b) Ayat (3) huruf c yang menyatakan bahwa cara perhitungan PAT
dewatering sebagai berikut:
PAT Dewatering = Tarif Pajak x NPA Tarif Non Niaga x Volume
Dewatering
d. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 142 Tahun 2013 tentang Sistem
dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah, pada:
1) Pasal 129:
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Setiap piutang daerah diselesaikan
seluruhnya dengan tepat waktu;
b) Ayat (2) yang menyatakan bahwa PPK-SKPD melakukan penatausahaan
atas penerimaan piutang atau tagihan daerah yang menjadi tanggung
jawab SKPD; dan
c) Ayat (3) yang menyatakan bahwa PPK-SKPD wajib melaporkan setiap
transaksi penerimaan piutang atau tagihan daerah kepada PPKD.
2) Pasal 130:
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Piutang atau tagihan daerah yang tidak
dapat diselesaikan seluruhnya pada saat jatuh tempo, diselesaikan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 20
b) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Piutang daerah jenis tertentu seperti
piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah merupakan prioritas
untuk didahulukan penyelesaiannya sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3) Pasal 132:
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa PPKD selaku BUD melaksanakan
penagihan dan menatausahakan piutang daerah; dan
b) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Untuk melaksanakan penagihan
piutang daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), PPKD menyiapkan
bukti dan administrasi penagihan.
4) Pasal 133,
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa PPKD selaku BUD setiap bulan
melaporkan realisasi penerimaan piutang kepada Gubernur; dan
b) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Bukti penerimaan piutang dari pihak
ketiga harus dipisahkan dengan bukti penerimaan kas atas pendapatan
pada tahun anggaran berjalan;
e. Peraturan Gubernur Nomor 38 Tahun 2017 tentang Pemungutan Pajak Air Tanah
pada:
1) Pasal 3:
a) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Termasuk dalam kegitatan
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) adalah dewatering;
b) Ayat (4) huruf a, b dan c yang menyatakan bahwa Objek Pajak Air Tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikecualikan terhadap hal sebagai
berikut:
(1) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah oleh Pemerintah Pusat
dan Pemerintah Daerah;
(2) Pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah untuk keperluan dasar
rumah tangga, pengairan pertanian dan perikanan rakyat,
peribadatan; dan
(3) Pengambilan atau pemanfaatan atau pengambilan dan pemanfaatan
air tanah untuk keperluan pemadaman kebakaran.
2) Pasal 5 ayat (2) yang menyatakan bahwa Penetapan Pajak Air Tanah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Surat Ketetapan
Pajak Daerah;
3) Pasal 12 yang menyatakan bahwa Pajak Air Tanah terutang pada saat
pengambilan dan/atau pemanfaatan air;
4) Pasal 15:
a) Ayat (1) yang menyatakan bahwa Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan
dan melaporkan pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah,
diterbitkan NPWPD dan/atau NOPD secara jabatan dan dikenakan sanksi
administrasi;
b) Ayat (2) yang menyatakan bahwa Penerbitan NPWPD dan/atau NOPD
secara jabatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), didasarkan pada
laporan hasil temuan lapangan Dinas Sumber Daya Air dan/atau laporan
hasil pendataan objek pajak yang dilakukan oleh Badan Pajak dan
Retribusi Daerah;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 21
5) Pasal 22 yang menyatakan bahwa Berdasarkan data pemakaian air tanah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), UPPRD melakukan
penelitian, menghitung Pajak Air Tana terutang dan menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah Pajak Air Tanah.
f. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 16 tentang Akuntansi
Piutang Berbasis Akrual, Bab III Piutang Berdasarkan Pungutan, Angka 3.1.1.3,
Paragraf 2 antara lain menyatakan bahwa nilai piutang pajak yang dicantumkan
dalam laporan keuangan adalah sebesar nilai yang tercantum dalam SKP yang
hingga akhir periode belum dilunasi oleh Wajib Bayar.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Terdapat potensi penerimaan daerah yang berasal dari kekurangan penetapan
PAT dari 67 Pemegang Surat Izin Penguasaan Air Tanah baru untuk kegiatan
Dewatering pada Tahun 2017, kekurangan penetapan PAT dari 65 Pemegang
Izin SIPA pada Tahun 2017, dan kekurangan penetapan PAT dari 127 sumur
tidak berizin yang telah mengambil dan/atau memanfaatkan air tanah;
b. Piutang PAT tidak dapat diyakini keakuratannya senilai Rp92.887.543.239,00
dan berpotensi lebih saji senilai Rp2.097.157.549,00 yaitu Piutang PAT yang
termasuk dalam Pengecualian Objek PAT.
Hal tersebut disebabkan:
a. BPRD/UPPRD kurang optimal melakukan kegiatan pendataan objek pajak atas
pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah;
b. Dinas PE belum optimal melaksanakan inventarisasi penerbitan izin
perpanjangan SIPA dan Surat Izin Penguasaan Air Tanah baru untuk kegiatan
Dewatering dari penyelenggaran perizinan;
c. Petugas Pajak pada Suku Badan kurang cermat mengelola catatan piutang pajak;
dan
d. Belum adanya pedoman dan petunjuk pelaksanaan yang ditetapkan oleh BPRD
terkait dengan penetapan PAT untuk kegiatan Dewatering, penetapan PAT
Pemegang Izin SIPA, serta penetapan PAT dari sumur tidak berizin yang telah
mengambil dan/atau memanfaatkan air tanah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPRD akan berkoordinasi dengan Dinas PE
terkait dengan 57 Pemegang Surat Izin Penguasaan Air Tanah untuk kegiatan
Dewatering, dan 86 Pemegang Izin SIPA serta 127 Sumur Tidak Berizin yang telah
mengambil dan atau memanfaatkan air tanah. Apabila dari hasil koordinasi tersebut
ditemukan adanya kurang penetapan Pajak Air Tanah, maka BPRD akan segera
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Pajak Air Tanah dan melakukan koreksi
atas Piutang Pajak Air Tanah per 31 Desember 2017.
BPK merekomendasikan Gubernur agar menginstruksikan:
a. Kepala BPRD untuk:
1) Berkoordinasi dengan Dinas PE untuk segera melakukan kegiatan pendataan
objek pajak atas pengambilan dan/atau pemanfaatan air tanah dan
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Pajak Air Tanah;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 22
2) Menetapkan dan menagih kekurangan penetapan PAT dari 67 Pemegang
Surat Izin Penguasaan Air Tanah baru untuk kegiatan Dewatering pada
Tahun 2017;
3) Menetapkan dan menagih kekurangan penetapan PAT dari 65 Pemegang Izin
SIPA pada Tahun 2017;
4) Menetapkan dan menagih kekurangan penetapan PAT dari 127 sumur tidak
berizin yang telah mengambil dan/atau memanfaatkan air tanah;
5) Melakukan penelitian status piutang PAT yang tidak dapat diyakini
keakuratannya senilai Rp92.887.543.239,00 dan Piutang PAT yang termasuk
dalam Pengecualian Objek PAT senilai Rp2.097.157.549,00;
6) Menetapkan petunjuk pelaksanaan terkait dengan penetapan PAT untuk
kegiatan Dewatering, penetapan PAT Pemegang Izin SIPA, serta penetapan
PAT dari sumur tidak berizin yang telah mengambil dan/atau memanfaatkan
air tanah.
b. Kepala Dinas PE segera melaksanakan inventarisasi izin perpanjangan SIPA dan
Surat Izin Penguasaan Air Tanah baru untuk kegiatan Dewatering dari
penyelenggara perizinan dan melaporkan kepada BPRD.
1.5. Pengendalian Pengelolaan Piutang Pajak Hotel, Piutang Pajak Restoran, dan
Piutang Pajak Hiburan Belum Optimal
Dalam Laporan Keuangan per 31 Desember 2017 (Audited), Pemprov DKI
Jakarta menyajikan tiga jenis Piutang Pajak yang terdiri dari Pajak Hotel, Pajak
Restoran, Pajak Hiburan, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 1.9. Piutang Pajak Hotel, Piutang Pajak Restoran, dan Piutang Pajak Hiburan TA 2017
No Uraian Pokok Pajak (Rp) Sanksi Pajak (Rp)
1. Piutang Pajak Hotel 28.620.071.963,00 55.008.763.688,00
pendaftaran/pembayaran yang tidak diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah-
KB, akan digabungkan dengan nilai pokok BPHTB yang harus dibayar.
Berdasarkan hasil pemeriksaan lebih lanjut, diketahui bahwa berdasarkan
Peraturan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Nomor 3 Tahun 2013 tentang
Penyampaian atau Pelaporan SSPD BPHTB dan Pengenaan Sanksi Administrasi
BPHTB pada Pasal 9 ayat (5) disebutkan bahwa apabila WP melakukan sendiri
pembetulan SSPD BPHTB dengan melakukan pembayaran atas kekurangan
pembayaran SSPD BPHTB yang telah disampaikan terlebih dahulu, tidak
dikenakan sanksi administrasi sepanjang kepada WP belum dilakukan
pemeriksaan.
e. Terdapat SSPD BPHTB yang telah divalidasi namun masih memiliki
tunggakan PBB-P2 senilai Rp16.496.384.298,00
Berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Nomor 2927
Tahun 2015 tentang Standarisasi Persyaratan Administrasi dalam rangka
Pelayanan Pemungutan Pajak Daerah, salah satu syarat validasi BPHTB adalah
lunas tidak memiliki tunggakan PBB-P2 tahun-tahun pajak sebelumnya. Hasil
analisa data SSPD Tahun 2017 pada Sistem BPHTB disandingkan dengan data
Piutang PBB-P2, diketahui terdapat 1.124 NOP yang transaksi BPHTB-nya telah
divalidasi namun masih memiliki tunggakan PBB-P2 senilai
Rp16.496.384.298,00 dengan rincian pada lampiran 1.6.4.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah pada:
1) Pasal 21 ayat (1) yang menyatakan bahwa Kegiatan Pengendalian atas
pengelolaan sistem informasi dilakukan untuk memastikan akurasi dan
kelengkapan informasi;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 29
2) Pasal 32 yang menyatakan bahwa Pengendalian akurasi sekurang-kurangnya
mencakup: Penggunaan desain entri data untuk mendukung akurasi data;
Pelaksanaan validasi data untuk mengidentifikasi data yang salah;
Pencatatan, pelaporan, investigasi, dan perbaikan data yang salah dengan
segera; dan Reviu atas laporan keluaran untuk mempertahankan akurasi dan
validitas data.
b. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 6 Tahun 2010 tentang Ketentuan
Umum Pajak Daerah pada:
1) Pasal 6 ayat (1) yang menyatakan bahwa WP yang pajaknya dibayar sendiri
wajib menghitung, memperhitungkan, dan melaporkan sendiri pajak yang
terhutang dengan menggunakan SPTPD;
2) Pasal 8 ayat (2) yang menyatakan bahwa Dalam hal WP atau Penanggung
Pajak membetulkan sendiri SPTPD yang mengakibatkan utang pajak
menjadi lebih besar, maka kepadanya dikenakan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas jumlah pajak yang kurang
dibayar, dihitung sejak saat berakhirnya penyampaian SPTPD sampai dengan
tanggal pembayaran karena pembetulan SPTPD;
3) Pasal 9 ayat (1) huruf a. poin 1 yang menyatakan bahwa Dalam jangka waktu
5 (lima) tahun sesudah saat terhutangnya pajak, Gubernur dapat menerbitkan
Suart Ketetapan Pajak Daerah-KB dalam hal apabila berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan lain, pajak yang terhutang tidak atau kurang
dibayar.
c. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta Nomor 18 Tahun 2010 tentang Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan pada:
1) Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan bahwa Dalam hal Nilai Perolehan Objek
Pajak (NPOP) tidak diketahui atau lebih rendah daripada NJOP yang
digunakan dalam pengenaan PBB pada tahun terjadinya perolehan, besaran
pokok BPHTB yang terhutang dihitung dengan cara mengalikan tarif dengan
NJOP setelah dikurangi NPOPTKP;
2) Pasal 10 ayat (2) yang menyatakan bahwa SSPD juga juga merupakan Surat
Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).
d. Lampiran Surat Keputusan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Nomor 2927 Tahun
2015 tentang Standarisasi Persyaratan Administrasi dalam Rangka Pelayanan
Pemungutan Pajak Daerah, Jenis Pelayanan Pajak BPHTB, Persyaratan
Dokumen validasi BPHTB pada poin 7 yang menyatakan bahwa Lunas tidak
memiliki tunggakan PBB-P2 tahun-tahun pajak sebelumnya.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. SI BPHTB tidak dapat digunakan untuk memonitor SSPD BPHTB yang kurang
bayar sebagai dasar penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah-KB;
b. Kekurangan penetapan BPHTB senilai Rp4.506.580.284,00, yaitu:
1) Kurang bayar BPHTB yang belum ditetapkan Surat Ketetapan Pajak Daerah-
KB-nya senilai Rp398.792.449,00;
2) Dasar pengenaan pajak yang belum menggunakan NJOP sesuai tahun
terutang senilai Rp4.107.787.835,00.
c. Kekurangan penetapan sanksi BPHTB senilai Rp12.460.832.555,00; dan
d. Piutang PBB-P2 senilai Rp16.496.384.298,00 berpotensi tidak tertagih.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 30
Hal tersebut disebabkan:
a. SI BPHTB belum dapat memenuhi kebutuhan UPPRD dalam mengawasi kurang
bayar SSPD;
b. Pengenaan sanksi atas pembetulan SSPD pada Peraturan Kepala Dinas Pelayanan
Pajak Nomor 3 Tahun 2013 bertentangan dengan Perda Nomor 6 Tahun 2010
Pasal 8 ayat (2);
c. Petugas Peneliti UPPRD tidak cermat dalam menghitung BPHTB menggunakan
NJOP sesuai tahun terutang dan tidak cermat dalam melakukan verifikasi
tunggakan PBB-P2.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPRD menyatakan akan melakukan
konfirmasi atas kekurangan pembayaran BPHTB yang belum diterbitkan Surat
Ketetapan Pajak Daerah-KB, kekurangan penetapan BPHTB dan keterlambatan
pendaftaran atau pembayaran BPHTB yang belum dikenakan sanksi administrasi,
BPHTB telah tervalidasi namun masih memiliki tunggakan PBB-P2. Apabila hasil
konfirmasi tersebut menunjukkan adanya kekurangan penetapan baik pokok pajak
maupun sanksi administrasi, maka BPRD akan segera menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Daerah Kurang Bayar-KB dan STPD. Selanjutnya, BPRD akan melakukan
perbaikan dan penyempurnaan SI BPHTB serta mekanisme kegiatan pemungutan
BPHTB.
BPK merekomendasikan Gubernur agar menginstruksikan Kepala BPRD untuk:
a. Memperbaiki SI BPHTB supaya dapat memenuhi kebutuhan UPPRD dalam
mengawasi kurang bayar SSPD;
b. Mengkaji ketentuan dalam hal pengenaan sanksi atas pembetulan SSPD pada
Peraturan Kepala Dinas Pelayanan Pajak Nomor 3 Tahun 2013 yang
bertentangan dengan Ketentuan Umum Pajak Daerah;
c. Memberikan peringatan atau teguran sesuai dengan ketentuan yang berlaku
kepada Petugas Peneliti pada UPPRD untuk lebih cermat dalam menghitung
BPHTB menggunakan NJOP sesuai tahun terutang dan lebih cermat dalam
melakukan verifikasi tunggakan PBB-P2;
d. Melakukan verifikasi atas kekurangan penetapan BPHTB senilai
Rp4.506.580.284,00 dan kekurangan penetapan sanksi BPHTB senilai
Rp12.460.832.555,00, serta Piutang PBB-P2 senilai Rp16.496.384.298,00.
Apabila hasil verifikasi telah sesuai, agar segera ditetapkan dan ditagihkan
kepada wajib pajak.
1.7. Pengendalian Pengelolaan Piutang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
Perkotaan Belum Optimal
Pemprov DKI Jakarta menyajikan saldo akun Piutang Pajak Bumi dan Bangunan
Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dalam Neraca (Audited) per 31 Desember 2017
senilai Rp6.835.709.020.886,00 atau meningkat 13,69% dari tahun sebelumnya
senilai Rp6.012.430.026.283,00. Dari Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
diketahui mutasi piutang PBB-P2 adalah sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 31
Tabel 1.13. Mutasi Piutang PBB-P2
a. Mutasi Piutang 2016
Piutang per 31 Desember 2016 Rp 6.012.430.026.283,00
Koreksi Rp 23.551.350.899,00
Penerimaan Pembayaran pada Tahun Anggaran 2017 atas Piutang 2016
Rp (580.575.674.332,00)
Keputusan Keberatan atas Piutang 2016 Rp (56.234.865.009,00)
Kompensasi & Pemindahbukuan (566.528.642,00)
Pembetulan (14.174.191.089,00)
Utang Kelebihan Pembayaran pajak Rp 226.572.632,00
Saldo Piutang 2016 Rp 5.384.656.690.742,00
b. Mutasi Piutang Pajak Tahun 2017
Penambahan Piutang Tahun Berjalan Rp 9.017.549.485.385,00
Penerimaan Pembayaran (Januari – Desember 2017)
Rp (7.025.484.449.497,00)
Keputusan Keberatan Tahun Berjalan Rp (541.909.487.555,00)
Kompensasi dan Pemindahbukuan Rp (505.716.488,00)
Utang Kelebihan Pembayaran Pajak Rp 1.402.498.299,00
Saldo Piutang Tahun 2017 Rp 1.451.052.330.144,00
c. Piutang per 31 Desember 2017 (a + b) Rp 6.835.709.020.886,00
Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Sistem Pengendalian Intern atas
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016 Nomor
16.B/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2017 tanggal 29 Mei 2017, BPK telah
mengungkapkan permasalahan tentang pengelolaan Piutang PBB-P2 yang belum
didukung Sistem Pengendalian Intern yang memadai karena permasalahan saldo
piutang yang disajikan dalam laporan keuangan TA 2016 belum seluruhnya akurat,
koreksi saldo awal tanpa didukung alasan yang memadai, penyajian piutang bersaldo
negatif, dan tata cara pembatalan SPPT PBB-P2 belum diatur dalam Peraturan
Gubernur. Atas permasalahan tersebut BPK merekomendasikan kepada Gubernur
agar memerintahkan Kepala BPRD, antara lain supaya memutakhirkan data
pelimpahan Piutang PBB-P2 dari DJP di SIM-PBB agar tercatat dengan baik dan
akurat sesuai dengan kondisi data subjek dan objek PBB-P2 yang seharusnya, serta
mengembangkan Sistem Informasi PBB-P2 agar mampu memberikan laporan
Piutang PBB-P2 berbasis akrual. Sampai dengan kegiatan pemantauan tindak lanjut
LHP BPK untuk Semester II Tahun 2017, BPRD belum menindaklanjuti
rekomendasi tersebut.
Pemeriksaan atas pengelolaan Piutang PBB-P2 TA 2017 masih menemukan
permasalahan yang sama terkait kelemahan pengendalian Piutang PBB-P2, karena
Kepala BPRD belum optimal dalam menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK sesuai
dengan rekomendasi dalam LHP atas Laporan Keuangan Pemprov DKI Jakarta TA
2016, dengan uraian permasalahan sebagai berikut:
a. Pemuktahiran data objek PBB-P2 pelimpahan dari Ditjen Pajak Kemenkeu
atas 4.300 wajib pajak belum selesai dilaksanakan dan tunggakan PBB-P2
yang dinyatakan tidak valid senilai Rp431.416.220.111,00 belum selesai
ditindaklanjuti
Dalam rangka optimalisasi penerimaan Pajak Daerah, menindaklanjuti LHP
BPK Tahun 2015, serta percepatan pengelolaan Piutang PBB-P2, Pemprov DKI
Jakarta mengeluarkan Instruksi Gubernur (Ingub) Nomor 68 Tahun 2017 tanggal
12 Mei 2017 tentang Percepatan Pengelolaan Piutang PBB-P2 Hasil Pelimpahan
dari Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan (Ditjen Pajak Kemenkeu)
dan Ingub Nomor 128 Tahun 2017 tanggal 13 Oktober 2017 tentang Penelitian
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 32
Lapangan dan Pemuktahiran Data Objek PBB-P2 Hasil Pelimpahan dari Ditjen
Pajak Kemenkeu. Dalam Ingub tersebut, Kepala BPRD, Kepala Biro Tata
Pemerintahan (Tapem) Setda, Camat dan Lurah diinstruksikan untuk mengambil
tindakan dan langkah-langkah dengan cepat, benar dan akurat dalam rangka
terlaksananya pemutakhiran data objek PBB-P2 yang memiliki tunggakan pajak
sejak pelimpahan dari Direktorat Jenderal Pajak.
Berdasarkan kedua Ingub tersebut sejak bulan Juli 2017, UPPRD bersama-
sama dengan Camat dan Lurah pada 43 Kecamatan telah melakukan penelitian
lapangan untuk memutakhirkan data objek PBB-P2. Masing-masing UPPRD
melakukan penelitian lapangan atas 100 objek pajak yang memiliki tunggakan
pajak tertinggi per 31 Desember 2016 di wilayahnya. Jumlah objek pajak yang
dilakukan penelitian sebanyak 4.300 objek pajak dengan jumlah nilai tunggakan
per 31 Desember 2016 senilai Rp1.916.581.801.407,00.
Berdasarkan Laporan Hasil Kegiatan Penelitian Lapangan dan
Pemuktahiran Data Objek PBB-P2 per 9 April 2018, telah dilakukan penelitian
lapangan atas 4.141 objek pajak dan telah menghasilkan 3.822 Laporan Hasil
Penelitian (LHP) untuk jumlah tunggakan senilai Rp1.656.580.688.969,00,
sehingga masih terdapat 159 (4.300 - 4.141) objek pajak yang belum dilakukan
penelitian lapangan dan 319 (4.141 - 3.822) LHP yang belum diterbitkan dengan
jumlah tunggakan senilai Rp260.001.112.438,00 (Rp1.916.581.801.407,00 -
Rp1.656.580.688.969,00).
Berdasarkan hasil penelitian lapangan, UPPRD bersama-sama dengan
Camat dan Lurah memuktahirkan data objek PBB-P2 ke dalam kategori sebagai
berikut:
Tabel 1.14.Kode Kategori Objek PBB - P2
a. Kategori 1 : Objek PBB-P2 yang telah terdaftar dan secara nyata ada dan ditemukan lokasinya;
b. Kategori 2 : Objek PBB-P2 yang telah terdaftar namun secara nyata tidak dapat ditemukan lokasinya di lapangan;
c. Kategori 3 : Objek PBB-P2 yang memiliki 2 (dua) atau lebih NOP sehingga SPPT PBB-P2nya diterbitkan lebih dari 1 (satu) kali pada tahun pajak yang sama;
d. Kategori 4 : Objek PBB-P2 yang identitas subjek pajaknya tidak jelas dengan nama XX, NN, NA, dan lain-lain;
e. Kategori 5 : Objek PBB-P2 yang secara nyata telah menjadi sarana, prasarana/utilitas yang telah dibebaskan dan diserahkan kepada Pemerintah/Pemda; dan
f. Kategori 6 : Objek PBB-P2 yang bermasalah/disengketakan kepemilikannya oleh beberapa pihak.
Rincian LHP penelitian lapangan dan pemuktahiran data objek PBB-P2 hasil
pelimpahan dari Ditjen Pajak Kemenkeu per kategori per 9 April 2018 disajikan
pada tabel di bawah ini:
Tabel 1.15. Rincian LHP per Kategori per 9 April 2018
No Jenis Kategori Jumlah LHP Terbit
(unit) Nilai Tunggakan
(Rp)
1 Kategori 1 2680 1.105.726.266.244,00
2 Kategori 2 609 231.598.129.919,00
3 Kategori 3 152 67.753.441.356,00
4 Kategori 4 34 20.990.001.341,00
5 Kategori 5 220 132.064.648.836,00
6 Kategori 6 127 98.448.201.273,00
Jumlah 3822 1.656.580.688.969,00
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 33
Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa dari obyek pajak yang telah
dilakukan penelitian lapangan, sebanyak 2.680 objek pajak senilai
Rp1.105.726.266.244 atau sebesar 70,12 % telah terdaftar dan secara nyata ada
dan ditemukan lokasinya oleh UPPRD. Selain itu, terdapat tunggakan pajak yang
sudah tidak valid karena objek pajaknya tidak ditemukan, memiliki dua atau lebih
Nomor Objek Pajak (NOP), atau objek pajak telah berubah fungsi menjadi fasos
dan fasum. Objek pajak tersebut berada dalam kategori 2, 3, dan 5 dengan jumlah
11. Lantai dasar 0,00 139.155.600,00 37.362.924,00 0,00
Jumlah 3368 184.361.975,00 4.643.529.444,00 264.916.094,00 41.851.010.505,00
Dari hasil pemeriksaan, diketahui bahwa terdapat piutang atas Pendapatan
Angsuran/Cicilan Penjualan Rusunami yang seharusnya sudah lunas di tahun 2017.
Pemeriksaan atas dokumen rincian piutang rusunami dari Bendahara Penerimaan
DPRKP, diketahui bahwa Pendapatan Angsuran/Cicilan Penjualan Rusunami pada
sembilan rusunami senilai Rp32.960.854.270,00 seharusnya sudah lunas di Tahun
2017 yaitu:
Tabel 1.24. Rincian Piutang pada 9 Rusunami yang Seharusnya Lunas Tahun 2017 (dalam rupiah)
No Rusun Piutang TA 2017
1. Tambora III 2.059.918.154,00
2. Bendungan Hilir II 4.083.212.263,00
3. Jatibunder 248.500.119,00
4. Tanah tinggi 2.495.778.082,00
5. Karet Tengsin I 516.232.205,00
6. Petamburan 15.751.095.688,00
7. Tebet Barat I 1.389.182.796,00
8. Tebet Barat II 735.890.260,00
9. Bidaracina 5.681.044.703,00
Jumlah 32.960.854.270,00
Hasil wawancara dengan Kepala Seksi Penghunian DPRKP diperoleh informasi
sebagai berikut:
a. Pendapatan tersebut merupakan pendapatan dari angsuran/cicilan penjualan
sepuluh rusunami yang dibangun sejak Tahun 1992 untuk Tambora II dan sisanya
dibangun Tahun 1995. Prioritas rusunami diperuntukkan antara lain kepada
penduduk yang terkena penataan kawasan kumuh dan korban kebakaran.
Terhadap penempatan hunian pada rusun tersebut, calon penghuni diwajibkan
membayar tanda jadi (uang muka) dicicil selama dua tahun dan diberikan bukti
hak huni berupa Surat Penetapan Penunjukkan Penghunian/Penggunaan
Perumahan (SP5) sedangkan sisanya harus dilunasi sampai dengan tahun kedua
puluh atau pada tahun 2017 karena cicilan sudah dimulai kurang lebih sejak tahun
1996 dan apabila sudah melunasi akan mendapatkan bukti pemilikan berupa
Buku Tanda Pemilikan Perumahan (BTPP) Rumah Susun Sederhana.
b. Sejak tahun 2003 terhadap bukti hak huni yang selama ini dituangkan dalam SP5
diganti dengan Perikatan Perjanjian Jual beli (PPJB) antara Kepala DPRKP
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 52
dengan penghuni lama maupun penghuni baru sesuai Instruksi Gubernur (Ingub)
Provinsi DKI Jakarta Nomor 139 Tahun 2003 tentang Pengikatan Jual Beli dan
Penghunian Rumah Susun Sederhana Milik Pemprov DKI Jakarta.
c. Prioritas calon penghuni di rusunami tersebut dibagi mejadi tiga klasifikasi,
yaitu:
1) Terprogram: orang yang berdampak pembebasan (kumuh dan kebakaran).
2) Terprogram tambahan:
a) Pemilik 1-50 m2 mendapat satu unit program;
b) Pemilik 51-100 m2 mendapat satu tambahan, satu unit terprogram;
c) Pemilik 101-150 m2 mendapat satu tambahan, satu unit terprogram.
3) Tidak terprogram (umum)
d. Penjualan rusunami pada TA 2017 seharusnya seluruh kewajiban sudah lunas
namun masih terdapat kewajiban yang belum lunas. Untuk yang belum lunas
Kepala DPRKP memberi kebijakan berupa memberikan kesempatan untuk
melunasi selambat-lambatnya pada bulan Desember 2018 dengan melakukan
pemanggilan kepada penghuni yang menunggak.
e. Atas piutang tersebut, dari DPRKP sudah melakukan upaya pemanggilan namun
secara bertahap dan yang sudah dilakukan pemanggilan yaitu di Rusun Bidara
Cina dan dilakukan secara bertahap karena kurangnya SDM yang menangani hal
tersebut serta untuk rencana selanjutnya yaitu di Rusun Karet Tengsin I (ke
rusun-rusun lama).
f. Untuk melakukan penertiban seharusnya menerbitkan Surat Peringatan (SP)
sampai dengan tiga kali untuk mengingatkan terhadap penghuni yang belum
melunasi. Namun hal tersebut belum dilakukan oleh DPRKP disebabkan jumlah
SDM yang terbatas.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 161 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Akuntansi dalam Lampiran 1.1 pada Kerangka Konseptual Paragraf
38 yang menyatakan bahwa Informasi dalam laporan keuangan bebas dari
pengertian yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta
secara jujur, serta dapat diverifikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika
hakikat atau penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi
tersebut secara potensial dapat menyesatkan;
b. Keputusan Kepala Dinas Perumahan Provinsi DKI Jakarta Nomor 162 Tahun
2001 tentang Penunjukan UPT Pengelola Rumah Susun Dinas Perumahan
Provinsi DKI Jakarta Untuk Menandatangani Perikatan Jual Beli,
Menagih/Menerima Uang Sewa, Uang Cicilan/Angsuran Sataun Rumah Susun
Sistim Sewa Beli Yang Dibangun Oleh Dinas Perumahan Provinsi DKI Jakarta
pada Ketetapan Pertama: Menunjuk UPT Pengelola Rumah Susun Dinas
Perumahan Provinsi DKI Jakarta pada poin 4 untuk Membuat dan
menandatangani Surat Teguran, Peringatan dan Panggilan kepada penghuni yang
melanggar isi Surat Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun Sederhana;
c. Perjanjian Perikatan Jual Beli Satuan Rumah Susun antara Kepala Dinas
Perumahan dan Gedung Provinsi DKI Jakarta dengan masing-masing pihak
pembeli, pada Pasal 7 ayat (2) yang menyatakan bahwa apabila Pihak Kedua lalai
melakukan pembayaran angsuran beserta dendanya hingga tiga kali angsuran
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 53
berturut-turut, dimana kelalaian cukup dibuktikan dengan lewatnya waktu saja
sehingga tidak diperlukan teguran tertulis atau surat peringatan dari Pihak
Pertama, maka Pihak Kedua dan Pihak Pertama sepakat bahwa Perjanjian ini
menjadi batal dengan sendirinya dan atau dibatalkan oleh Pihak Pertama.
Permasalahan tersebut mengakibatkan tertundanya penerimaan pendapatan
senilai Rp32.960.854.270,00 sehingga tidak bisa segera dimanfaatkan.
Hal tersebut disebabkan Kepala DPRKP tidak optimal dalam melakukan
pengawasan pengelolaan termasuk pendapatan pada seluruh rusunami yang menjadi
tanggung jawabnya.
Atas permasalahan tersebut Kepala DPRKP menjelaskan bahwa DPRKP melalui
Bidang Pembinaan dan Peran Serta Masyarakat sejak Tahun 2016 telah melakukan
upaya optimalisasi penagihan tunggakan cicilan KPR Rusunami dengan melakukan
sosialiasi dan pemanggilan, serta akan meneruskan pemanggilan secara bertahap
kepada penghuni Rusunami yang belum melakukan kewajiban pembayaran cicilan
KPR Rusunami.
BPK merekomendasikan Gubernur agar menginstruksikan Kepala DPRKP untuk
menyusun langkah-langkah strategis penagihan supaya lebih optimal dalam
melakukan penagihan tunggakan cicilan KPR Rusunami senilai
Rp32.960.854.270,00.
2. Belanja
2.1. Pelaksanaan Program Pemberian Bantuan Personal Pendidikan Melalui Kartu
Jakarta Pintar (KJP) dan Pemberian Bantuan Biaya Peningkatan Mutu
Pendidikan Melalui Kartu Jakarta Mahasiswa Unggul (KJMU) Belum Optimal
Pemprov DKI Jakarta telah mengalokasikan anggaran untuk dua Program
Bantuan Pendidikan pada TA 2017, yaitu:
a. Program Bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP dengan anggaran
senilai Rp3.174.562.200.000,00 dan realisasi senilai Rp3.174.521.640.000,00
atau 99,99% dari anggaran;
b. Program Bantuan Biaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui KJMU dengan
anggaran senilai Rp56.088.000.000,00 dan realisasi senilai Rp26.019.000.000,00
atau 46,39%.
Hasil pemeriksaan dari kedua program bantuan pendidikan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Program Pemberian Bantuan Personal Pendidikan Melalui KJP
Pemberian bantuan biaya personal pendidikan melalui KJP bertujuan untuk
mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 tahun, meningkatkan akses
pelayanan pendidikan secara adil dan merata, menjamin kepastian mendapatkan
layanan pendidikan, dan meningkatkan kualitas pendidikan. Sasaran penerima
bantuan Biaya Personal Pendidikan yaitu peserta didik dari keluarga tidak
mampu yang berdomisili dan bersekolah pada satuan pendidikan di Provinsi DKI
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 54
Jakarta. Adapun besaran bantuan Biaya Personal Pendidikan yang diterima
masing-masing jenjang pendidikan pada Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1. Biaya Personal Pendidikan untuk Sekolah Negeri (dalam rupiah)
No Jenjang Pendidikan Biaya Personal
Pendidikan/Bulan
1 SD/Sederajat 210.000,00
2 SMP/Sederajat 260.000,00
3 SMA/Sederajat 375.000,00
4 SMK/Sederajat 390.000,00
5 PKBM 210.000,00
Tabel 2.2. Biaya Personal Pendidikan untuk Sekolah Swasta
(dalam rupiah)
No Jenjang Pendidikan Biaya Personal
Pendidikan/Bulan SPP
1 SD/Sederajat 210.000,00 130.000,00
2 SMP/Sederajat 260.000,00 170.000,00
3 SMA/Sederajat 375.000,00 290.000,00
4 SMK/Sederajat 390.000,00 240.000,00
Mekanisme penetapan penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan
melalui KJP melibatkan beberapa pihak dari tingkat provinsi hingga orang tua
siswa. Proses penetapan penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan
melalui KJP dimulai dari pendataan calon penerima dana bantuan Biaya Personal
Pendidikan melalui KJP di satuan pendidikan (sekolah) dengan tahapan sebagai
berikut:
Tabel 2.3. Mekanisme Penetapan Penerima Bantuan Biaya Personal Pendidikan
No Tahap Pelaksanaan Penanggung jawab
1 Sekolah mendata peserta didik miskin sesuai standar format data individu
Kepala Sekolah
2 Sekolah mengusulkan peserta didik calon penerima bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP, yang memenuhi persyaratan ditandatangani oleh Kepala Sekolah
Kepala Sekolah
3 Data peserta didik calon penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP, selanjutnya diverifikasi oleh Kasi Dikdas/Dikmen kecamatan setempat
Kasi Dikdas/ Dikmen Kec
4 Rekapitulasi data berdasarkan kelompok jenjang pendidikan tersebut selanjutnya dikirim ke Sudin Dikdas/Dikmen masing-masing wilayah
Kepala Sekolah
5 Suku Dinas Pendidikan setempat mengesahkan jumlah penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP untuk SD/SDLB/MI,SMP/SMPLB/MTs, SMA/SMALB/SMK/SMKLB/MA
Kasudin Pendidikan
6 Suku Dinas Pendidikan mengajukan daftar nama-nama siswa penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP ke Dinas Pendidikan (UPT P4OP)
Kasudin Pendidikan
7 Penetapan penerima dana bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP
Dinas Pendidikan (UPT P4OP)
Berdasarkan Pergub DKI Jakarta Nomor 174 Tahun 2015 sebagaimana telah
diubah menjadi Pergub DKI Jakarta Nomor 141 Tahun 2016 tentang Bantuan
Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta Didik dari Keluarga Tidak Mampu
Melalui KJP, pendataan dilakukan 2 tahap (Semester 1 dan Semester 2), dengan
jumlah penerima KJP sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 55
Tabel 2.4. Rekapitulasi Penerima KJP Tahun 2017 Tahap 1 dan 2
No Jenjang Pendidikan Status Sekolah
Total Penerima Sekolah Negeri
Sekolah Swasta
I Tahap I
1 SD 328.265 42.006 370.271
2 SMP 94.806 65.639 160.445
3 SMA 13.959 16.065 30.024
4 SMK 22.804 104.311 127.115
5 MI 3.317 61.453 64.770
6 MTS 7.292 24.579 31.871
7 MA 3.300 3.622 6.922
8 PKBM A, B, & C 411 666 1.077
Jumlah Tahap I 474.154 318.341 792.495
II Tahap II
1 SD 296.910 39.361 336.271
2 SMP 107.053 70.366 177.419
3 SMA 13.892 16.563 30.455
4 SMK 22.580 107.774 130.354
5 MI 3.097 57.274 60.371
6 MTS 8.207 26.670 34.877
7 MA 3.361 3.872 7.233
8 PKBM A, B, & C 412 666 1078
Jumlah Tahap II 455.512 322.546 778.058
Penyaluran dana bantuan personal pendidikan bagi keluarga tidak mampu
melalui KJP TA 2017 tersebut dilaksanakan dalam dua tahap yaitu Tahap I
(Januari-Juni) dan Tahap II (Juli-Desember). Dalam Tahap I dana masuk ke
dalam rekening escrow Dinas Pendidikan di Bank DKI dengan Nomor Rekening
No.101.16.09282.6 senilai Rp1.587.282.840.000,00 untuk 792.495 peserta didik
melalui Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) Nomor 3010/SP2D/VI/2017
tanggal 2 Juni 2017 dan Tahap II senilai Rp1.587.238.800.000,00 untuk 778.058
peserta didik dengan SP2D Nomor 009376/SP2D/XI/2017 tanggal 21 November
2017.
Hasil pemeriksaan terhadap pelaksanaan program pemberian bantuan biaya
personal pendidikan bagi peserta didik dari keluarga tidak mampu melalui KJP
TA 2017, diketahui permasalahan sebagai berikut:
1) Pencairan KJP untuk peserta didik kelas 12 dilakukan setelah peserta didik
lulus
Tujuan KJP adalah mendukung terselenggaranya wajib belajar 12 tahun,
meningkatkan akses layanan pendidikan secara adil dan merata, menjamin
kepastian mendapatkan layanan pendidikan, dan meningkatkan kualitas hasil
pendidikan. Tujuan tersebut akan bermanfaat apabila dana bantuan biaya
personal pendidikan melalui KJP dapat dicairkan tepat waktu. Hasil
pemeriksaan atas proses pencairan dana KJP untuk Periode I adalah sebagai
berkut:
a) Pencairan dana KJP periode I ke rekening escrow Nomor 101.16.09282.6
dilaksanakan pada tanggal 2 Juni 2017 senilai Rp1.587.282.840.000,00
untuk 792.495 peserta didik melalui SP2D Nomor 3010/SP2D/VI/2017.
Dari sebanyak 792.495 peserta didik diantarannya sebanyak 31.119
peserta didik merupakan kelas 12;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 56
b) Selanjutnya Pihak Bank DKI mentransfer dana tersebut ke rekening
masing-masing peserta didik. Pencairan ke rekening masing-masing
perseta didik dilakukan secara bertahap oleh Bank DKI, dikarenakan
jumlah penerima KJP tahap I TA 2017, cukup banyak yaitu 792.495
peserta didik sehingga perlu dilakukan verifikasi terhadap nomor
rekening penerima KJP supaya tidak terjadi kesalahan di dalam
penyaluran dana.
Transfer ke rekening peserta didik oleh Pihak Bank DKI untuk tahap I TA
2017 baru dilakukan pada tanggal 13 Juni 2017, sehingga dana tersebut akan
kurang memberi manfaat bagi perserta didik kelas 12 (terutama SMA dan
Sederajat Negeri) yang tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu
Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Kurangnya manfaat tersebut dikarenakan
perserta didik kelas 12 (terutama SMA dan Sederajat) pada bulan April 2017
telah lulus sekolah, sedangkan dana baru ditransfer ke rekening peserta didik
pada bulan Juni 2017.
2) Terdapat penerima KJP yang juga menerima KIP dalam periode yang sama
sebanyak 387 siswa.
Berdasarkan Pergub DKI Jakarta Nomor 174 Tahun 2015 Pasal 49
dinyatakan bahwa peserta didik penerima bantuan personal pedidikan
dilarang menerima bantuan biaya personal pemerintah lainnya, baik dari
Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Pemerintah Pusat melalui
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga memiliki
program bantuan tunai pendidikan yang dikenal dengan Program Indonesia
Pintar yang diberikan melalui Kartu Indonesia Pintar (KIP). Peserta didik
yang menerima KIP berasal dari Basis Data Terpadu yang dikeluarkan oleh
Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K). Besarnya
dana KIP yang diterima peserta didik masing-masing jenjang pendidikan
adalah sebagai berikut:
Tabel 2.5. Besaran Dana Bantuan KIP (dalam rupiah)
No. Uraian Besaran Pertahun
1. Peserta didik SD/MI/Paket A 450.000,00
2. Peserta didik SMP/MTs/Paket B 750.000,00
3. Peserta didik SMA/SMK/MA/Paket C 1.000.000,00
Hasil pengujian secara uji petik atas data pendistribusian dan pencairan KIP
tahun 2017 yang diperoleh dari Sistem Informasi Program Indonesia Pintar
(SiPintar) yang dikelola oleh Kemendikbud dan data penyaluran Kartu
Jakarta Pintar (KJP) Tahap 1 dan 2 Tahun 2017 untuk jenjang pendidikan
tingkat SD, SMP, SMA dijumpai adanya peserta didik yang menerima KJP
dan KIP sebanyak 387 peserta didik.
Berdasarkan konfirmasi dengan Dinas Pendidikan dhi. Kepala UPT Pusat
Pelayanan Pendanaan Personal dan Operasional Pendidikan (P4OP)
diketahui bahwa mekanisme pengendalian atas penerimaan bantuan personal
pendidikan terdapat di pihak sekolah. Apabila peserta didik terdaftar sebagai
penerima KJP dan juga penerima KIP maka yang bersangkutan harus
memilih salah satu bantuan tersebut. Namun dalam pelaksanaannya
mekanisme tersebut belum dilaksanakan secara optimal sehingga masih
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 57
terdapat peserta didik yang tercatat menerima KJP dan KIP secara
bersamaan.
3) Terdapat sisa dana KJP Tahun 2017 masih berada di rekening escrow senilai
Rp2.841.914.511,00 dan masih berada di rekening peserta didik belum
dimanfaatkan senilai Rp16.518.468.000,00.
Pemeriksaan atas dana KJP Tahun 2017, dijumpai dana KJP belum
seluruhnya disalurkan ke rekening masing-masing peserta didik. Posisi per
28 Februari 2018 masih terdapat sisa dana KJP di rekening escrow Bank DKI
No.101.16.09282.6 atas nama Dinas Pendidikan senilai Rp2.841.914.511,00.
Hasil konfirmasi kepada pihak Bank DKI melalai Diknas diperoleh
informasi bahwa dana tersebut belum disalurkan ke masing-masing rekening
peserta karena masih dalam proses melengkapi data administrasi (customer
information file) yang belum lengkap, sehingga belum dapat dibuatkan
rekeningnya. Dengan demikian buku tabungan dan ATM belum dibuatkan
juga sehingga dapat dipastikan terlambat didistribusikan.
Pemeriksaan lebih lanjut atas dana KJP Tahun 2017, dijumpai bahwa sampai
dengan tanggal 29 Maret 2018 masih terdapat sisa buku tabungan dan kartu
ATM yang belum disalurkan sebanyak 6.167 peserta didik senilai
Rp16.518.468.000,00, terdiri dari KJP 2017 Tahap I sebanyak 3.477 peserta
didik senilai Rp11.459.338.000,00 dan KJP 2017 Tahap II sebanyak 2.690
peserta didik senilai Rp5.059.130.000,00. Hasil konfirmasi kepada pihak
Bank DKI melalui Dinas Pendidikan diperoleh informasi bahwa dana KJP
2017 yang sudah berada di rekening perserta didik namun buku tabungan dan
kartu ATM belum diterima oleh peserta didik dikarenakan peserta didik atau
orang tua peserta didik tidak hadir memenuhi undangan Bank DKI pada hari
dan tanggal yang ditentukan. Selanjutnya menurut informasi Dinas
Pendidikan menyatakan bahwa Bank DKI sudah melakukan pemanggilan
peserta didik atau orang tua peserta didik lebih dari tiga kali. Terhadap hal
ini Dinas Pendidikan belum memerintahkan Bank DKI untuk
mengembalikan dana KJP yang sudah berada di rekening peserta didik ke kas
daerah.
4) Terdapat Dana KJP TA 2015 s.d. 2016 pada Rekening Peserta Didik
sebanyak 11.181 senilai Rp51.155.670.898,00 yang Belum Dimanfaatkan.
Setelah peserta didik melengkapi syarat-syarat berupa data pribadi nasabah,
data keuangan nasabah, dan data lain terkait nasabah, kemudian pihak Bank
DKI menerbitkan buku tabungan dan kartu ATM peserta didik. Selanjutnya,
pihak bank DKI telah mengirim undangan kepada orang tua wali murid atau
siswa perserta didik melalui sekolah untuk menyampaikan buku tabungan
dan kartu ATM KJP tersebut pada hari dan tanggal yang telah ditentukan.
Namun orang tua siswa atau siswa peserta didik tidak hadir. Kehadiran
diperlukan karena buku tabungan perlu ditandatangani (spesimen tanda
tangan). Terhadap mereka yang tidak hadir maka buku tabungan dan ATM
akan ditahan oleh pihak Bank DKI. Dari hasil rekonsiliasi antara Dinas
Pendidikan dengan Bank DKI diketahui bahwa pada posisi tanggal 29 Maret
2018 masih terdapat dana KJP tahun 2015 dan TA 2016 pada sebanyak
11.181 peserta didik senilai Rp51.155.670.898,00 belum dimanfaatkan.
Hasil konfirmasi dengan pihak Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dhi
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 58
UPT P4OP diperoleh informasi bahwa Bank DKI telah melakukan
pemanggilan para peserta didik dan atau orang tua peserta didik dimaksud
lebih dari tiga kali namun baik peserta didik maupun orang tua peserta didik
tidak hadir. Dengan demikian buku tabungan dan ATM persrta didik tersebut
masih berada di Bank DKI. Dana KJP tersebut hingga pemeriksaan
berlangsung tanggal 11 April 2018 masih berada di masing-masing rekenig
peserta didik dan belum dilakukan pengembalian ke kas daerah.
Tabel 2.6. Jumlah Peserta Didik dan Dana KJP TA 2015 dan 2016 yang belum disalurkan per 29 Maret 2018
(dalam rupiah)
No. Tahun Peserta Didik Nilai
1. 2015 Tahap 2 2.065 8.337.521.474,00
2. 2016 Tahap I 3.900 16.348.472.588,00
3. 2016 Tahap 2 5.216 26.469.676.836,00
Jumlah 11.181 51,155,670.898,00
5) Terdapat Sisa dana KJP dari TA 2013 s.d TA 2016 yang masih berada di
rekening SS dan escrow Dinas Pendidikan senilai Rp984.486.267,00
Dalam pelaksanaan penyaluran Bantuan Personal Pendidikan melalui KJP,
Dinas Pendidikan bekerja sama dengan Bank DKI melalui Perjanjian Kerja
Sama. Setiap melakukan penyaluran bantuan Personal Pendidikan melalui
KJP pihak Bank DKI setiap tahun membuka rekening penampungan
(escrow) untuk menampung dana KJP tersebut. Hasil pemeriksaan atas
rekening escrow per tanggal 29 Maret 2018 diketahui masih terdapat sisa
dana KJP dari TA 2013 s.d TA 2016 senilai Rp984.486.267,00 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 2.7. Dana KJP di Rekening SS dan Escrow per 29 Maret 2018 (dalam rupiah)
No. Tahun Nilai No. Rekening Escrow
1. 2013 – 2014 781.562.678,00 101.92.25349.5
2. 2015 193.704.494,00 101.16.00164.2
3. 2016 9.219.095,00 101.16.76016.1
Jumlah 984.486.267,00
Saldo KJP TA 2013 s.d TA 2016 senilai Rp984.486.267,00 tersebut adalah
hasil pengembalian. Hasil konfirmasi dengan Dinas Pendidikan dhi. Kepala
UPT P4OP, diketahui bahwa pengembalian dana tersebut antara lain karena
siswa mengundurkan diri, pindah keluar daerah, siswa yang bersangkutan
tidak dapat dihubungi dan sudah dilakukan pemanggilan lebih dari tiga kali
oleh Bank DKI. Atas dana yang berada di rekening SS dan escrow pihak
Dinas Pendidikan dhi UPT P4OP hingga pemeriksaan berlangsung tanggal
11 April 2018 belum melakukan penyetoran kembali ke kas daerah dan
belum mengambil langkah-langkah penelusuran serta memutuskan langkah
selanjutnya.
Hasil konfirmasi dengan Dinas Pendidikan dhi. Kepala UPT P4OP diperoleh
informasi bahwa untuk menyetorkan sisa dana KJP Tahun 2013 s.d 2015
belum diatur batas waktunya. Aturan pengembalian sisa dana KJP yang tidak
terpakai ke kas daerah baru dibuatkan aturannya dalam Perjanjian Kerja
Sama (PKS) antara Dinas Pendidikan dan PT Bank DKI pada tahun 2016
melalui Addendum PKS No. 174/-720 dan No. 1.4/PKS/DIR/2016 Tanggal
21 Oktober 2016 Pasal 10 yang antara lain menyatakan bahwa bilamana
masih terdapat dana yang tidak tersalurkan pada rekening penampungan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 59
(escrow account) pihak kedua (PT Bank DKI) berkewajiban mengembalikan
dana tersebut ke rekening kas daerah. Selanjutnya terkait pengembalian ke
kas daerah, sesuai PKS antara Dinas Pendidikan dan PT Bank DKI Nomor
7159/-072 dan Nomor 06/PKS/DIR/V/2017 Tanggal 30 Mei 2017 Pasal 5
Huruf f menyatakan bahwa pihak pertama (Dinas Pendidikan)
memerintahkan Pihak Kedua (PT Bank DKI) untuk melakukan pemblokiran
rekening peserta didik yang tidak hadir setelah dllakukan pemanggilan ketiga
oleh pihak kedua. Huruf g menyatakan bahwa pihak pertama wajib
memerintahkan pihak kedua untuk mengembalikan dana tersebut ke rekening
kas daerah.
b. Dana bantuan biaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui KJMU Tahun
2017 masih di rekening Escrow
Pemprov DKI Jakarta membuat program untuk menunjang peningkatan
pendidikan siswa lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Provinsi DKI
Jakarta dengan mengeluarkan KJMU. Program ini diperuntukan bagi siswa
lulusan tingkat SMA yang sebelumnya telah memiliki KJP. Program ini
merupakan program pemberian bantuan Biaya Peningkatan Mutu Pendidikan
bagi calon/mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dari keluarga tidak
mampu secara ekonomi dan memiliki potensi akademik yang baik untuk
meningkatkan akses dan kesempatan belajar di PTN dengan dibiayai penuh dari
dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI Jakarta.
Besaran Bantuan Biaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui KJMU yang
diberikan kepada siswa lulus SMA yang melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi di PTN sebesar Rp9.000.000,00 per semester. TA 2017 mahasiswa
yang mendapatkan Bantuan Biaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui KJMU
sebanyak 2.891 mahasiswa dengan total pengeluaran sebesar
Rp26.019.000.000,00 dengan rincian dalam tabel berikut:
Tabel 2.8. Jumlah Realisasi Bantuan Biaya Peningkatan Mutu Pendidikan melalui KJMU Tahun 2017
No. Tahap Pencairan Penerima Nilai Satuan (Rp)
Jumlah (Rp)
1 Tahap I SP2D No.3011/SP2D/VI/ 2017, Tgl 2 Juni 2017
700 9.000.000,00 6.300.000.000,00
2. Tahap II SP2D N0. 9375/SP2D /XI/ 2017, Tgl 21 Nov 2017
2.191 9.000.000,00 19.719.000.000,00
Jumlah 2.891 26.019.000.000,00
Mekanisme pencairan dana KJMU mulai dari Dinas Pendidikan bersurat ke
BPKD disertai dengan dokumen pendukung untuk meminta pencairan dana
tersebut ke rekening escrow atas nama Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
dengan nomor rekening 103.16.00355.2. Selanjutnya, pihak dinas berkirim surat
ke Bank DKI untuk memindahbukukan ke rekening masing masing mahasiswa
penerima KJMU. Penyaluran bantuan untuk mahasiswa dilaksanakan dengan
mekanisme pemindahbukuan/transfer tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:
a. penyaluran ke rekening PTN sebagai biaya penyelenggaraan pendidikan
dengan melampirkan Surat Kuasa Pendebetan Biaya Penyelenggaraan
Pendidikan; dan
b. penyaluran ke rekening mahasiswa sebagai bantuan biaya pendukung.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 60
Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen-dokumen dan hasil konfirmasi
kepada pihak Dinas Pendidikan dhi, UPT P4OP diketahui bahwa dari total 2.891
mahasiswa penerima bantuan KJMU senilai Rp26.019.000.000,00, diantaranya
sampai dengan tanggal 26 April 2018 masih terdapat 73 mahasiswa penerima
KJMU senilai Rp657.000.000,00 belum dapat memanfaatkan bantuan sosial
tersebut, karena buku tabungan dan kartu ATM belum diterima mahasiswa dan
PT Bank DKI telah melakukan pemanggilan kepada mahasiswa namun baru satu
kali.
Hasil pengujian lebih lanjut terhadap dokumen diketahui Posisi per 31
Desember 2017 masih terdapat dana KJMU di rekening escrow Bank DKI
No.103.16.00355.2 atas nama Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta senilai
Rp3.700.886.222,00. Menurut informasi dari pihak Bank DKI melalui UPT
P4OP, dana tersebut belum disalurkan ke masing-masing rekening mahasiswa
peserta KJMU karena masih dalam proses melengkapi data administrasi
(customer information file) yang belum lengkap, sehingga belum dapat dibuatkan
rekeningnya.
Selanjutnya hasil pengujian lebih lanjut terhadap dokumen diketahui Posisi
per 28 Februari 2018 masih terdapat sisa dana KJMU di rekening escrow Bank
DKI No.103.16.00355.2 sebesar Rp658.086.222,00.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 174 Tahun 2015 yang telah
dirubah dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 141 Tahun
2016 pada:
1) Pasal 3 yang menyatakan bahwa pemberian bantuan personal pendidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 bertujuan antara lain untuk: huruf a.
mendukung terselenggarakannya wajib belajar 12 (dua belas) tahun dan
huruf c. menjamin kepastian mendapatkan layanan pendidikan;
2) Pasal 49 yang menyatakan bahwa peserta didik penerima bantuan personal
pendidikan dilarang menerima bantuan biaya personal pemerintah lainnya,
baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.
b. Perjanjian Kerja Sama antara Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dengan PT
Bank DKI tentang Penyaluran Bantuan Biaya Personal Pendidikan Bagi Peserta
Didik dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Pintar (KJP) TA 2017
Nomor: 7159/-072 dan Nomor: 06/PKS/DIR/V/2017 tanggal 30 Mei 2017 Pasal
5 tentang Hak dan Kewajiban, pada Angka (2):
1) Huruf f, yang menyatakan bahwa Pihak Pertama memerintahkan kepada
Pihak Kedua untuk Melakukan Pemblokiran rekening peserta didik yang
setelah dilakukan pemanggilan ketiga oleh Pihak Kedua;
2) Huruf g, yang menyatakan bahwa apabila masih terdapat dana yang tidak
tersalurkan pada Rekening Penampungan (escrow account) Pihak Pertama
berkewajiban memerintahkan Pihak Kedua untuk mengembalikan dana
tersebut ke rekening Kas Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Adendum Perjanjian Kerja Sama No. 174/-720 dan No. 1.4/PKS/DIR/2016
Tanggal 21 Oktober 2016, pada Pasal 10 antara lain menyatakan bahwa
bilamana masih terdapat dana yang tidak tersalurkan pada rekening
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 61
penampungan (escrow account) Pihak Kedua (PT Bank DKI) berkewajiban
mengembalikan dana tersebut ke rekening Kas Daerah;
d. Perjanjian Kerja Sama antara Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta dengan PT
Bank DKI tentang Penyaluran Bantuan Biaya Peningkatan Mutu Pendidikan
Bagi Mahasiswa Dari Keluarga Tidak Mampu Melalui Kartu Jakarta Mahasiswa
Unggul (KJMU) TA 2017 Nomor: 7180/-072 dan Nomor: 07/PKS/DIR/V/2017
tanggal 30 Mei 2017 Pasal 5 tentang Hak dan Kewajiban, pada Angka (2):
1) Huruf f, yang menyatakan bahwa Pihak Pertama memerintahkan kepada
Pihak Kedua untuk Melakukan Pemblokiran rekening mahasiswa yang tidak
hadir setelah dilakukan pemanggilan ketiga oleh Pihak Kedua;
2) Huruf g, yang menyatakan bahwa apabila masih terdapat dana yang tidak
tersalurkan pada Rekening Penampungan (escrow account) Pihak Pertama
berkewajiban memerintahkan Pihak Kedua untuk mengembalikan dana
tersebut ke rekening Kas Daerah sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Tujuan pemberian bantuan personal pendidikan melalui KJP dan KJMU menjadi
tidak optimal;
b. Terdapat 387 peserta didik penerima KJP berpotensi juga menerima KIP secara
bersamaan;
c. Dana KJP Tahun 2013 s/d 2016 senilai Rp984.486.267,00 dan Dana KJP Tahun
2017 senilai Rp2.841.914.511,00 yang tersimpan di Rekening SS dan escrow
tidak dimanfaatkan;
d. Dana KJP Tahun 2015 dan 2016 senilai Rp51.155.670.898,00 dan Dana KJP
Tahun 2017 senilai Rp16.518.468.000,00 yang sudah berada di rekening peserta
didik tidak dapat dimanfaatkan oleh peseta didik; dan
e. Penerima dana KJMU sebanyak 73 mahasiswa senilai Rp657.000.000,00 belum
dapat memanfaatkan dana tersebut dan Dana KJMU yang tersimpan di rekening
escrow senilai Rp Rp658.086.222,00 belum dapat disalurkan.
Hal tersebut disebabkan:
a. Satuan Pendidikan (sekolah) kurang optimal dalam melakukan verifikasi
penerimaan dana KJP dan KIP;
b. Kepala Satuan Pendidikan dan Operator Satuan Pendidikan kurang cermat dalam
melakukan pendataan dan penginputan data peserta didik calon penerima bantuan
biaya personal pendidikan;
c. Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan, Kepala Sudin Pendidikan
Wilayah dan Kepala UPT P4OP kurang optimal dalam melakukan pengendalian
dan verifikasi berjenjang atas data peserta didik calon penerima bantuan biaya
personal pendidikan;
d. Pemprov DKI Jakarta tidak mempunyai kebijakan atas dana KJP Tahun 2013 s.d
2015 yang masih berada pada rekening penampungan (Escrow) dan di rekening
peserta didik; dan
e. Bank DKI belum optimal dalam pembuatan dan pendistribusian buku tabungan
dan kartu ATM kepada peserta KJP dan KJMU.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 62
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan menjelaskan:
a. Pergub mengatur periode pendataan secara bertahap, sehingga pencairan KJP
Tahap I pada bulan Juni;
b. pendataan KIP oleh Kemendikbud. Dinas Pendidikan melalui sudin dan satlak
kecamatan telah mensosialisakan kepada satuan Pendidikan terkait hal ini;
c. Dari 6.167 perserta didik yang belum mendapat buku tabungan dan ATM
sebanyak 1.023 peserta didik yang yang telah dibuatkan rekeningnya dan sedang
didistribusikan buku dan ATM nya. Terhadap 3.477 peserta didik penerima KJP
2017 Tahap I telah dilakukan pemanggilan sebanyak 3 kali. Tahap II sebanyak
2.690 perserta didik baru dilakukan pemanggilan satu kali. Penyetoran Tahap I
ke kas daerah belum akan dilakukan karena masih akan memberikan kesempatan
pada tahap dua;
d. Sisa dana KJP 2015 tahap 2 sebanyak 2.065 peserta didik belum dapat dilakukan
penyetoran ke kasda karena dalam PKS belum diatur. Sedangkan sisa dana KJP
2016 tahap 1 dan 2 akan dikembalikan ke kasda sesuai dengan tanggal cut off
yang disepakati bersama;
e. Sisa dana KJP 2013 senilai Rp 984.486.267,00 akan memerintahkan Bank DKI
untuk mengembalikan dana tsb ke kasda.
f. Per tgl 26 April 2018, masih terdapat 73 mahasiswa telah dibuatkan rekening,
namun belum didistribusikan buku tabungan dan ATM nya.
BPK merekomendasikan Gubernur agar:
a. Memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan supaya menginstruksikan kepada:
1) Kepala UPT P4OP dan Kepala Satuan Pendidikan terkait untuk melakukan
verifikasi penerima dana KJP dan KIP secara cermat dan membuat surat
konfirmasi kepada peserta didik yang mendapatkan KJP sekaligus KIP agar
memilih salah satu dari program tersebut;
2) Kepala Satuan Pendidikan dan Operator Satuan Pendidikan untuk lebih
cermat dalam melakukan pendataan dan penginputan data peserta didik calon
penerima bantuan biaya personal pendidikan;
3) Kepala Satuan Pelaksana Pendidikan Kecamatan, Kepala Sudin Pendidikan
Wilayah dan Kepala UPT P4OP untuk lebih optimal dalam melakukan
pengendalian dan verifikasi berjenjang atas data peserta didik calon penerima
bantuan biaya personal pendidikan;
b. Membuat kebijakan atas dana KJP Tahun 2013 s.d 2015 yang masih berada pada
Rekening Penampungan (Escrow) dan di Rekening Peserta Didik namun belum
dimanfaatkan;
c. Memerintahkan Kepala Dinas Pendidikan supaya berkoordinasi dengan Bank
DKI untuk:
1) Mempercepat proses pendistribusian dana KJP dan KJMU TA 2017;
2) Memgembalikan dana KJP Tahun Anggaran 2016 sebesar Rp9.219.095,00 ke
kas daerah atas dana yang belum tersalurkan sesuai dengan PKS.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 63
2.2. Penetapan Penerima Bantuan Biaya Personal Pendidikan Melalui Kartu
Jakarta Pintar (KJP) dari Peserta Didik dari Keluarga Tidak mampu Belum
Memadai
Hasil pemeriksaan atas penetapan penerima Bantuan Biaya Personal Pendidikan
melalui KJP, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Pemprov DKI belum menetapkan kriteria yang jelas terkait penerima
bantuan biaya personal pendidikan melalui KJP
Sasaran penerima bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP yaitu
Peserta Didik dari keluarga tidak mampu. Berdasarkan Keputusan Gubernur
Nomor 174 Tahun 2015 dan Perubahannya Nomor 141 Tahun 2016 Tentang
Bantuan Biaya Personil Pendidikan Bagi Peserta Didik dari Keluarga Tidak
Mampu Melalui KJP, pada Pasal 1 menyatakan bahwa Keluarga Tidak Mampu
adalah keluarga sangat miskin, miskin, hampir miskin dan rentan miskin sesuai
dengan kriteria Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) dari Badan Pusat
Statistik (BPS) dan/atau berdasarkan fakta sosial dan ekonomi yang ditemukan
secara nyata di masyarakat.
BPS telah menetapkan 14 (empat belas) kriteria keluarga tidak mampu
(sangat miskin, miskin, hampir miskin dan rentan miskin) dengan kriteria sebagai
berikut:
1) Luas lantai bangunan tempat tinggal kurang dari 8 m2 per orang;
2) Jenis lantai bangunan tempat tinggal terbuat dari tanah/bambu/kayu
murahan;
3) Jenis dinding tempat tinggal terbuat dari bambu/rumbai/kayu berkualitas
rendah/tembok tanpa diplester;
4) Tidak memiliki fasilitas buang air besar/bersama-sama dengan rumah tangga
lain;
5) Sumber penerangan rumah tangga tidak menggunakan listrik;
6) Sumber air minum berasal dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai/air
hujan;
7) Bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak
tanah;
8) Hanya mengkonsumsi daging/susu/ayam satu kali dalam satu minggu;
9) Hanya membeli satu stel pakaian baru dalam setahun;
10) Hanya sanggup makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari;
11) Tidak sanggup membayar biaya pengobatan di puskesmas/poliklinik;
12) Sumber penghasilan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan
0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau
pekerjaan lainnya dengan pendapatan dibawah Rp 600.000 per bulan;
13) Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah/tidak tamat
SD/hanya SD; dan
14) Tidak memiliki tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp 500.000
seperti sepeda motor, (kredit/non kredit), emas, ternak, kapal motor, atau
barang modal lainnya.
Dalam pelaksanaannya, Dinas Pendidikan dalam melakukan seleksi
penerima bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP tidak menggunakan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 64
kriteria PPLS dari BPS, namun menggunakan kriteria yang telah disesuaikan
berdasarkan kondisi masyarakat Provinsi DKI Jakarta. Hasil konfirmasi dengan
Kepala UPT (P4OP) diperoleh penjelasan bahwa kebijakan tersebut diambil
karena kriteria keluarga tidak mampu yang ditetapkan BPS sudah tidak relevan
lagi dengan kondisi warga DKI Jakarta. Oleh karena itu Dinas Pendidikan
memberikan kelonggaran kriteria keluarga tidak mampu supaya dapat menjaring
peserta didik yang layak menerima KJP lebih banyak.
Hasil pemeriksaan atas dokumen dan wawancara pada tanggal 7 Maret 2018
dengan UPT P4OP Dinas Pendidikan, menunjukkan hal sebagai berikut:
1) Pelaksanaan pendataan dan verifikasi oleh Satuan Pendidikan menggunakan
Form Instrumen Kunjungan Sekolah untuk Tinjauan Lapangan/Verifikasi
Faktual Calon Penerima Bantuan Biaya Personal Pendidikan melalui KJP TA
2017 yang dibuat atas inisiatif dari Dinas Pendidikan;
2) Form Instrumen Kunjungan tersebut sama dengan form instrumen verifikasi
diisi oleh guru/wali kelas atau tim yang ditunjuk oleh Kepala Satuan
Pendidikan pada saat pendataan dengan mengunjungi rumah orang tua
peserta didik calon penerima KJP;
3) Form Instrumen Kunjungan antara lain berisikan kriteria keluarga tidak
mampu yang telah disesuaikan dari kriteria miskin (tidak mampu) standar
BPS.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut kriteria peserta didik dari keluarga tidak
mampu yang telah disesuaikan oleh pihak Dinas Pendidikan berdasarkan fakta
sosial ekonomi namun belum ditetapkan dengan keputusan Gubernur. Kepala
Dinas Pendidikan menjelaskan bahwa Pemprov DKI Jakarta saat ini sedang
melakukan Mekanisme Pemutakhiran Mandiri (MPM) atas Basis Data Terpadu
(BDT) bekerja sama dengan TNP2K dengan kriteria yang ditetapkan oleh
Kementerian Sosial yang nantinya menjadi dasar penetapan kriteria penerima
KJP. Dinas Pendidikan akan menggunakan MPM atas BDT sebagai dasar
penetapan kriteria penerima KJP.
BPK melakukan uji petik pada 2.456 peserta didik penerima KJP di 17
sekolah SLTP dan SLTA Negeri di wilayah DKI Jakarta melalui metode
pemberian kuesioner dengan menggunakan kriteria keluarga tidak mampu
menurut BPS. Hasil analisis menunjukkan terdapat 1.382 peserta didik penerima
KJP (57,61%) senilai Rp5.327.340.000,00 yang tidak layak menerima KJP
dengan menggunakan kriteria PPLS dari BPS, yaitu dengan rincian pada tabel
berikut:
Tabel 2.9. Hasil Analisa Penerima KJP berdasarkan Kriteria PPLS dari BPS
No Sekolah Jumlah
Kuesioner
Status Jumlah
Dianalisis
KJP %
Dana KPJ per Tahun
(Rp)
Jumlah Dana KJP tidak Layak
(Rp) Kembali Belum Layak Tidak
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1 SMAN 8 Jakarta Selatan 7 7 7 7 100.00 4,500,000.00 31,500,000.00
2 SMAN 3 Jakarta Selatan 48 37 11 37 17 20 54.05 4,500,000.00 90,000,000.00
3 SMAN 6 Jakarta Selatan 45 30 15 30 3 27 90.00 4,500,000.00 121,500,000.00
4 SMAN 70 Jakarta Selatan 27 17 10 17 5 12 70.59 4,500,000.00 54,000,000.00
5 SMAN 14 Jakarta Timur 45 24 21 24 9 15 62.50 4,500,000.00 67,500,000.00
Berdasarkan surat dari Nindya LTM KSO dengan No. 179/Nindya-
LTM/PUSK.DKI/09/2017 tanggal 4 September 2017 tentang permohonan
perpanjangan waktu pelaksanaan. Konsultan Manajemen Konstruksi PT
CCM menyusun Justifikasi Teknis tanggal 16 Oktober 2017 yang
disampaikan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) diketahui hal-hal
sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 117
a) Kegiatan Pembangunan dan Rehab Total Gedung Puskesmas di 34 lokasi
(5 lokasi Puskesmas Kecamatan dan 29 lokasi Puskesmas Kelurahan)
merupakan kegiatan usulan dari Puskesmas terkait atau Suku Dinas
(Sudin) Kesehatan setempat. Kegiatan tersebut dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan penghapusan aset. dengan rincian sebagai berikut:
(1) Lokasi dengan kegiatan penghapusan aset di 31 lokasi Puskesmas;
(2) Lokasi yang tidak ada kegiatan penghapusan aset adalah Puskesmas
Kelurahan Cempaka Putih Timur. Puskesmas Kebon Melati dan
Puskesmas Kelurahan Manggarai Selatan.
b) PPK diketahui melakukan penyerahan lahan kepada perusahaan
pelaksana pekerjaan berkisar antara tanggal 5 Juli s.d. 28 Juli 2017
dengan rincian terlampir pada lampiran 2.10.1.
Atas dasar justifikasi teknis yang disampaikan oleh PT CCM. PPK
berdasarkan surat Nomor 165/PPK-PGKDK/DKI/X/2017 tanggal 16
Oktober 2017 menyetujui perpanjangan waktu pelaksanaan pekerjaan yang
diajukan oleh Nindya LTM KSO sampai dengan 29 Desember 2017. Pada
pelaksanaannya. diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Laporan progres kemajuan pekerjaan yang ditandatangani oleh PPK. PT
CCM (sebagai MK) dan pada tanggal 29 Desember 2017 pada 34
Puskesmas diketahui progres pekerjaan sebagai berikut: Tabel 2.34. Rincian Progres Kemajuan Pekerjaan Per 29 Desember 2017
Lokasi Puskesmas Progress s.d. 29 des (%)
1. Johar Baru 83,035
2. Kebon Sirih 76,072
3. Cempaka putih timur 94,292
4. Pasar Baru 66,116
5. Kebon Melati 75,479
6. Pademangan Timur 75,197
7. Semper Barat III 56,348
8. Kalibaru 75,384
9. Semper Barat II 59,833
10. Tegal Alur 1 75,532
11. Kelapa dua 75,002
12. Tomang 16,939
13. Kalideres II 93,336
14. Meruya Utara 67,494
15. Tegal Alur III 75,525
16. Rawa Buaya 92,208
17. Kemanggisan 75,322
18. Pinang Ranti 75,631
19. Kelapa Dua Wetan 75,069
20. Ceger 94,45
21. Lubang Buaya 75,111
22. Bidara Cina 75,756
23. Cililitan 92,133
24. Cakung Timur 75,374
25. Klender III 75,222
26. Jatinegara 75,021
27. Duren Sawit 75,833
28. Mampang Prapatan 69,539
29. Jagakarsa 75,254
30. Manggarai 75,446
31. Manggarai Selatan 76,159
32. Menteng Atas 75,037
33. Lebak Bulus 76,407
34. Pulo 66,097
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 118
b) Saat dilakukan pengamatan fisik oleh tim BPK antara tanggal 28 Februari
2018 – 6 Maret 2018 pada 10 lokasi Puskesmas. yaitu diketahui progress
pekerjaan sebagai berikut:
Tabel 2.35. Rincian Hasil Pemeriksaan Fisik
No Lokasi Progress
(%) Keterangan
1 Puskesmas Pulo
96,017 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : peredam petir. fire alarm. floor drain. lift belum di uji coba
2 Puskesmas Kelurahan Pasar Baru
85,604 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : genset. sanitary. pompa. lift belum di uji coba
3 Puskesmas Kecamatan Johar Baru
98,785 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : outdoor ac. clean out. gate valve. check valve dan terdapat item pekerjaan yang belum datang : kran taman. clean out. electrode water level control. saftey valve.
4 Puskesmas Kelurahan Semper Barat III
80,369 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : armetuer kebakaran. busbar support. PABX
5 Puskesmas Kelurahan Semper Barat II
79,554 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : PABX dan DVR belum terpasang armateurnya. fasilitas penyandanng cacat. paving block. Lift.
6 Puskesmas Kecamatan Jatinegara
98,472 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : pengecatan dinding dan plafond lantai 4 dan 5. kloset. kran wastafel. wastafel. CCTV. APAR. penangkal petir
7 Puskesmas Kecamatan Mampang
93,563 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : genset. fire alarm. packaged booster pump. elektrode water level control. gate valve. check valve. floor drain. foot valve dan terdapat item pekerjaan yang belum datang : box hydrant. pillar hydrant. clean out. kran taman
8 Puskesmas Kelurahan Manggarai
95,830 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : pemasangan kloset pada masing-masing lantai. penempatan APAR.
9 Puskesmas Kelurahan Meruya
84,39 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : sanitary. pintu besi tahan api. water tank. kusen dan pintu km mandi. armateur sound system dan CCTV. PABX.
10 Puskesmas Kelurahan Tomang
50,141 Masih terdapat beberapa item belum terpasang/tersambung. seperti : lift. AC. Water tank.
c) Konfirmasi yang dilakukan kepada Pejabat Pembuat Komitmen
diketahui:
1) Tidak terdapat addendum lain atas Pembangunan dan Rehab Total
Gedung Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta selain addendum I. II.
III dan IV sesuai yang telah diterima oleh BPK;
2) Justifikasi teknis yang dibuat oleh PT CCM merupakan dasar dari
pemberian kompensasi kepada kontraktor pelaksana dan addendum
III yang dibuat merupakan kompensasi yang telah diberikan oleh
PPK.
Atas hal tersebut di atas Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) tidak
melakukan addendum lain terkait perpanjangan masa kontrak atas
kontrak Pembangunan dan Rehab Total Gedung Puskesmas di Provinsi
DKI Jakarta. Sehingga pelaksanaan pekerjaan yang sampai dengan saat
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 119
dilakukan pengamatan fisik di lapangan masih dikerjakan tidak
dilindungi oleh kontrak pelaksanaan pekerjaan.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik di lapangan diatas diketahui
penyelesaian pekerjaan pada Pembangunan dan Rehab Total Gedung
Puskesmas di Provinsi DKI Jakarta mengalami keterlambatan terhitung sejak
tanggal 30 Desember 2017 sampai dengan progres pekerjaan per tanggal 19
Maret 2018 sehingga denda yang dikenakan adalah minimal selama 80 hari
atau senilai Rp4.947.045.835,45, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 2.36. Rincian Nilai Denda Pembangunan Puskesmas
No Lokasi
Nilai BoQ dalam Kontrak
termasuk PPN (Rp)
Sisa Pekerjaan
(%)
Jumlah Hari
Keterlambatan
Nilai Sisa Pekerjaan
(Rp)
Nilai Denda Keterlambatan
(Rp)
1 Johar Baru 14.541.969.758,80 16,965 80 2.467.045.169,58 197.363.613,57
Rp6.863.510.986,00+Rp59.775.370.647,00) yang belum disalurkan kepada
pihak yang berkepentingan dan tidak diungkapkan pada Laporan Keuangan;
b. Dana yang belum tersalurkan per 31 Desember 2017 tidak dapat segera
dimanfaatkan baik oleh penerima hibah/bansos atau Pemprov DKI Jakarta atas
belanja daerah sebelum TA 2017 yang belum tersalurkan namun tidak jelas pihak
penerimanya.
Hal tersebut disebabkan:
a. Bidang Perbendaharaan BPKD tidak berkoordinasi dengan Bank DKI dan SKPD
terkait atas pembayaran belanja daerah yang belum tersalurkan yang masih
terdapat dalam Rekening SS pada akhir tahun anggaran;
b. Belum adanya perjanjian dengan Bank DKI terkait jangka waktu pengembalian
ke rekening Pemprov DKI Jakarta atas dana yang gagal salur atau ketentuan yang
mengatur jangka waktu pengembalian dana yang tidak dapat disalurkan ke
rekening Kas Daerah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPKD menyatakan atas dana yang belum
tersalurkan akan berkoordinasi dengan Bank DKI untuk segera disalurkan atau
dikembalikan ke kas daerah serta atas dana yang belum tersalurkan akan diungkapkan
pada CaLK Pemprov DKI Jakarta TA 2017. Selain itu, Kepala Dinas Pendidikan
menyatakan :
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 144
a. Dalam mengawasi dan mengelola rekening BOS akan lebih ditingkatkan kembali
dengan cara lebih meningkatkan koordinasi dengan Bank DKI dalam mengelola
keuangan hibah. Untuk pengembalian dana BOS Dinas Pendidikan telah bersurat
ke Bank DKI untuk menyalurkan kembali dana yang gagal salur sebesar
Rp324.960.000,00 dan mengembalikan dana sebesar Rp2.925.680.000,00 ke kas
daerah;
b. Untuk selanjutnya NPHD yang dipergunakan untuk pencairan dana akan
ditandatangani oleh PPKD dengan pihak penerima hibah;
c. Dinas Pendidikan akan melakukan revisi Perjanjian Kerjasama (PKS) dengan
Bank DKI terkait jangka waktu pengembalian dana yang tidak tersalurkan ke
rekening kas daerah yaitu untuk tahun berikutnya maksimal dua bulan setelah
tutup tahun.
d. Atas sisa dana KJP dari tahun 2013 sampai dengan 2016 dan dana KJMU yang
masih berada di rekening penampungan, Dinas Pendidikan akan memerintahkan
Bank DKI untuk mengembalikan dana tersebut ke kas daerah. Selain itu, atas sisa
dana KJP tahun 2017, Dinas Pendidikan akan berkoordinasi dengan Bank DKI
untuk menyelesaikan pembuatan rekening peserta didik dan menyalurkan ke
rekening masing-masing peserta didik serta segera mendistribusikan buku
tabungan dan kartu ATM kepada penerima KJP.
BPK merekomendasikan Gubernur agar menginstruksikan kepada:
a. Kepala BPKD selaku PPKD berkoordinasi dengan Bank DKI dan SKPD terkait
untuk melakukan inventarisasi pembayaran belanja daerah yang belum
tersalurkan dan atas pembayaran yang tidak dapat disalurkan untuk disetorkan
kembali ke kas daerah;
b. Kepala Dinas Pendidikan selaku SKPD teknis atas belanja hibah, bantuan sosial
dan belanja pegawai untuk mereviu dan merevisi perjanjian dengan bank atas
penyaluran hibah, bantuan sosial dan belanja pegawai (tambahan penghasilan
guru sertifikasi) terkait jangka waktu pengembalian dana yang gagal salur ke
rekening Kas Daerah.
3.3. Pengelolaan dan Penatausahaan Kas atas Dana Bantuan Operasional Sekolah
(BOS) Belum Memadai
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) adalah program Pemerintah Pusat untuk
penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar dan
menengah. BOS disalurkan dari Rekening Kas Umum Negara (RKUN) ke Rekening
Kas Umum Daerah (RKUD) setiap triwulan pada waktu yang ditentukan. Bendahara
Umum Daerah (BUD) harus menyalurkan BOS secara langsung ke rekening sekolah
dengan mekanisme Uang Persediaan/Tambahan Uang (UP/TU) melalui Bendahara
Pengeluaran SKPD Dinas Pendidikan.
Petunjuk teknis BOS telah ditetapkan dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI Nomor 26 Tahun 2017 tanggal 31 Juli 2017 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Pendidikan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2017 tentang Petunjuk
Teknis Bantuan Operasional Sekolah. Sedangkan petunjuk teknis pengelolaan dana
BOS ditetapkan dengan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri RI Nomor 903/1043/SJ
tanggal 24 Februari 2017 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 145
Operasional Sekolah Satuan Pendidikan Menengah Negeri dan Satuan Pendidikan
Khusus Negeri yang Diselenggarakan Pemerintah Provinsi pada Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan
Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 105 Tahun 2017 tanggal 27 Juli
2017 tentang Tata Cara Pembayaran Melalui Uang Persediaan, Ganti Uang
Persediaan, Tambahan Uang Persediaan dan Mekanisme Langsung.
Pada Tahun Anggaran 2017 realisasi Belanja BOS berdasarkan Laporan
Keuangan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Audited) sebesar Rp782.683.114.471,00
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.13. Rincian Realisasi Belanja BOS TA 2017
Kode Akun Nama Akun Realisasi Belanja (Rp)
5.1.01.15.01 Honorarium Operasional Pengelolaan Dana BOS 19.197.195.082,00
5.1.02.28.01 Belanja Barang dan Jasa Dana BOS 404.705.293.841,00
5.2.02.37.01 Belanja Modal Dana BOS 242.121.624.911,00
5.1.01.01.01.004 Honorarium Pegawai Honorer/Tidak Tetap 116.659.000.637,00
Total 782.683.114.471,00
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran Pemerintah Provinsi DKI Jakarta TA 2017 (Audited)
Hasil reviu dokumen rekening koran Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan,
rekening koran Bendahara BOS Dinas Pendidikan, sampel rekening koran sekolah
penerima dana BOS dan bukti pengembalian dana BOS dapat dijelaskan mekanisme
penyaluran dana BOS adalah sebagai berikut :
a. Rekening bank untuk penyaluran dana BOS terdiri dari enam rekening pada
Bank DKI dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.14. Rincian Rekening pada Bank DKI yang Dipergunakan Dalam Penyaluran Dana BOS
No Nomor Rekening Nama Rekening Keterangan
1 40402416059 Suku Badan Pengelola Keuangan Jaksel
Rekening Pengeluaran KPKD Kota Administrasi Jakarta Selatan untuk pencairan SP2D(SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 1545 Tahun 2016)
2 10302001641 Dinas Pendidikan Rekening Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan (SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 2360 Tahun 2017)
3 90092253625 S.S. Gaji Via Cms Rekening simpanan sementara Bank DKI untuk pembayaran melalui CMS dengan jumlah rekening tujuan lebih dari satu rekening penerima
4 10302004012 Bendahara Bos Dinas Pendidikan
Rekening penampungan dana BOS (SK Gubernur DKI Jakarta Nomor 2360 Tahun 2017)
5 10316003625 Bendahara Bos Dinas Pendidikan
Rekening penampungan dana BOS (belum ditetapkan dengan SK Gubernur)
6 Nomor rekening pada masing-masing sekolah
Rekening Sekolah Penerima BOS
Rekening atas nama sekolah yang khusus untuk menampung dana BOS (belum ditetapkan dengan SK Gubernur)
Sumber : Rekening koran Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan, Rekening koran kuasa BUD, Rekening koran Bendahara BOS Dinas Pendidikan dan Rekening koran sampel sekolah penerima BOS (diolah)
b. Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan melakukan pengajuan SPP dan SPM
TU terkait pencairan dana BOS per triwulan. Suku Badan Pengelola Keuangan
Daerah Kota Administrasi Jakarta Selatan selaku kuasa BUD menerbitkan SP2D
TU berdasarkan SPP dan SPM TU tersebut.
c. Pencairan SP2D oleh Suku Badan Pengelola Keuangan Daerah Kota
Administrasi Jakarta Selatan melalui rekening nomor 40402416059 yang
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 146
kemudian ditransfer ke rekening nomor 10302001641 merupakan rekening
Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan.
d. Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan menyalurkan dana BOS dari rekening
nomor 10302001641 langsung ke rekening-rekening sekolah penerima dana BOS
dengan menggunakan CMS sehingga dana BOS tersebut masuk ke rekening SS
Gaji via CMS (nomor rekening 90092253625), baru kemudian masuk ke
rekening masing-masing sekolah dari rekening SS tersebut. Untuk penyaluran
akhir tahun atas pengembalian sisa dana BOS yang terlanjur disetor ke Kas
Daerah, dari rekening Bendahara Pengeluaran nomor rekening 10302001641
ditransfer ke rekening Bendahara BOS Dinas Pendidikan nomor rekening
10302004012, baru kemudian disalurkan ke sekolah-sekolah melalui Rekening
SS Gaji via CMS.
Sedangkan mekanisme pengembalian dana BOS dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. Sisa dana BOS yang masih ada di rekening masing-masing sekolah sampai
dengan akhir bulan atas bulan terakhir pada triwulan I dan II yaitu akhir bulan
April dan Agustus 2017 dilakukan penarikan otomatis oleh Bank DKI atas
perintah Dinas Pendidikan.
b. Penarikan otomatis dari rekening masing-masing sekolah penerima BOS ke
rekening Bendahara BOS nomor rekening 10316003625 untuk triwulan I dan
nomor rekening 10302004012 untuk triwulan II.
c. Hasil penarikan otomatis oleh Bank DKI yang masuk ke rekening Bendahara
BOS nomor 10316003625 dan 10302004012 dilakukan pemindahbukuan ke
rekening Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan nomor rekening
10302001641.
d. Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan kemudian melakukan transfer atas sisa
dana BOS triwulan I dan II ke rekening induk BUD nomor 13902015759 atas
nama Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah.
e. Namun selain itu terdapat sekolah penerima BOS yang secara langsung
menyetorkan sisa dana BOS secara tunai atau transfer ke rekening Bendahara
Pengeluaran Dinas Pendidikan nomor rekening 10302001641 atau rekening
induk BUD nomor 13902015759. Pengembalian sisa dana BOS tersebut selain
atas sisa dana BOS triwulan I dan II, juga terdapat sisa dana BOS triwulan III
atau IV.
f. Atas penarikan otomatis sisa dana BOS triwulan I dan II, pihak Dinas Pendidikan
mendapat teguran dari Kementerian Dalam Negeri dikarenakan sesuai dengan SE
Menteri Dalam Negeri Nomor 903/1043/SJ dinyatakan bahwa dalam hal sampai
dengan berakhirnya tahun anggaran terdapat sisa dana BOS pada sekolah, maka
sisa dana BOS tetap berada di rekening bendahara Dana BOS dan dilaporkan
kepada PPKD melalui SKPD Dinas Pendidikan Provinsi.
g. Sehingga pada akhir tahun dilakukan pengembalian sisa dana BOS yang sudah
terlanjur disetorkan ke Kas Daerah kepada masing-masing sekolah dengan
mekanisme TU.
Neraca Pemerintah Provinsi DKI Jakarta per 31 Desember 2017 (Audited)
menyajikan Kas di Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk dana BOS sebesar
Rp62.659.228.773,00, yang merupakan nilai sisa dana BOS per 31 Desember 2017
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 147
yang masih berada di sekolah. Berdasarkan pemeriksaaan atas pengelolaan dan
penatausahaan Dana BOS, ditemukan permasalahan sebagai berikut:
a. Penetapan Bendahara Dana BOS dan Rekening Dana BOS belum sesuai
ketentuan
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa jumlah sekolah penerima Dana
BOS dan rekening Dana BOS yang digunakan oleh sekolah tidak dapat
dipastikan. Sesuai Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta
Nomor 1394 Tahun 2016 tanggal 6 Desember 2016 tentang Penetapan Pembantu
Bendahara Pengeluaran Pembantu pada TK, SD, PLB, SMP, SMA dan SMK
Negeri Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017, ditunjuk Pembantu Bendahara
Pengeluaran Pembantu sebanyak 2023 orang dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 3.15. Jumlah Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu Sekolah Per Suku Dinas Pendidikan di Wilayah Kota/Kabupaten Administrasi Provinsi DKI Jakarta Untuk SD, PLB,
SMP, SMA dan SMK Negeri
No. Nama Suku Dinas Pendidikan Jumlah Pembantu Bendahara
Pengeluaran Pembantu
1 Kota Administrasi Jakarta Pusat 250
2 Kota Administrasi Jakarta Timur 612
3 Kota Administrasi Jakarta Barat 407
4 Kota Administrasi Jakarta Utara 250
5 Kota Administrasi Jakarta Selatan 481
6 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 23
Total 2.023
Sumber : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nomor 1394 Tahun 2016 (diolah)
Berdasarkan Laporan Penyaluran Dana BOS Tahun 2017 yang disusun Dinas
Pendidikan diketahui jumlah sekolah penerima dana BOS sebanyak 2.094
sekolah dengan penyaluran melalui 2.050 rekening sekolah karena terdapat
sekolah terbuka dan sekolah luar biasa penyaluran pada rekening yang sama.
Sedangkan Kas di Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk Dana BOS yang
disajikan pada Neraca per 31 Desember 2017 (Audited) terdiri dari 2064 sekolah.
Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan, belum ada penetapan Bendahara
Dana BOS dan nomor rekening pada masing-masing sekolah penerima dana BOS
oleh Gubernur DKI Jakarta.
b. Ketidaksesuaian Laporan Penyaluran dan Realisasi Dana BOS Dinas
Pendidikan dengan Pihak Sekolah Penerima Dana BOS
Berdasarkan register SP2D TU dan GU atas kegiatan dana BOS, Dinas
Pendidikan telah menerima pencairan Dana BOS sebesar Rp886.798.691.671,00
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3. 16. Rincian SP2D TU dan GU TA 2017 atas Kegiatan BOS pada Dinas Pendidikan
Sumber : Register SP2D dan BKU Bendahara Pengeluaran Dinas Pendidikan TA 2017 (diolah)
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 148
Pencairan SP2D TU dan GU tersebut tidak seluruhnya disalurkan ke sekolah
namun ada yang dikembalikan ke Kas Daerah. Selain itu, pada akhir triwulan I
dan II telah dilakukan penarikan sisa Dana BOS oleh Dinas Pendidikan yang
kemudian di setor ke Kas Daerah. Secara keseluruhan atas dana yang tidak
disalurkan dan sisa dana triwulan I dan II yang ditarik Dinas Pendidikan telah
disetor sampai dengan 31 Desember 2017 sebesar Rp41.464.695.177,00.
Dengan adanya Surat Edaran Nomor 903/1043/SJ yang menyatakan bahwa
dalam hal sampai dengan berakhirnya tahun anggaran, terdapat sisa Dana BOS
maka sisa tetap berada di rekening bendahara Dana BOS. Maka Dinas Pendidikan
melakukan penyaluran kembali atas sisa Dana BOS triwulan I dan II yang telah
disetorkan ke Kas Daerah. Namun atas penyaluran tersebut terdapat selisih
kekurangan penyaluran sebesar Rp216.985.230,00 dengan rincian sebagai
berikut :
Pencairan SP2D TU dan GU selama TA 2017 Rp886.798.611.671,00 STS pengembalian Dana BOS sampai dengan 31 Desember 2017
(Rp 41.464.695.177,00)
Dana BOS yang riil disalurkan Rp845.333.996.494,00 Dana BOS yang disalurkan (sesuai Laporan Penyaluran dan Realisasi Dana BOS Dinas Pendidikan)
(Rp845.550.981.724,00)
Selisih Penyaluran Dana BOS (Rp216.985.230,00)
Atas selisih tersebut, Dinas Pendidikan tidak dapat merinci sekolah-sekolah mana
yang belum menerima kembali atas sisa Dana BOS triwulan I dan II.
Dari Laporan Realisasi Dana BOS yang disusun oleh Dinas Pendidikan
berdasarkan Surat Pernyataan Tanggung Jawab Mutlak (SPTJM) masing-masing
sekolah penerima Dana BOS diketahui bahwa nilai realisasi Belanja BOS TA
2017 untuk 2.094 sekolah sebesar Rp779.411.827.863,00. Selain itu, hasil
konfirmasi saldo rekening sekolah penerima Dana BOS diketahui terdapat saldo
per 01 Januari 2017 sebesar Rp16.753.632,00 yang merupakan sisa dana BOS
tahun sebelumnya.
Maka dapat diperhitungkan sisa dana BOS yang seharusnya masih terdapat
di sekolah penerima dana BOS sebagai berikut :
Saldo Awal (per 01 Januari 2017) Rekening Sekolah Penerima Dana BOS
Rp16.753.632,00
Dana BOS yang disalurkan (sesuai Laporan Penyaluran dan Realisasi Dana BOS Dinas Pendidikan)
Rp845.550.981.724,00
Total Dana BOS yang dikelola sekolah Rp845.567.735.356,00 Realisasi BOS TA 2017 (sesuai SPTJM) (Rp779.411.827.863,00) Sisa Dana BOS TA 2017 di Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk Dana BOS per 31 Desember 2017 (seharusnya)
Rp66.155.907.493,00
Saldo Kas di Bendahara Pengeluaran per 31 Desember 2017 (pada rekening masing-masing sekolah )
Rp61.711.692.303,00
Selisih kekurangan fisik Kas di Bendahara Pengeluaran (Rp4.444.215.190,00)
Selisih kekurangan fisik Kas di Bendahara Pengeluaran tersebut terdiri dari
selisih kurang Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp6.512.105.779,00 dan
selisih lebih Kas di Bendahara Pengeluaran sebesar Rp2.067.890.589,00 dengan
rincian terdapat pada lampiran 3.3.1.
Atas selisih kas tersebut, BPK telah melakukan konfirmasi kepada Dinas
Pendidikan untuk memperoleh keyakinan yang memadai atas penyajian Kas di
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 149
Bendahara Pengeluaran untuk Dana BOS. Namun dari pihak Dinas Pendidikan
memberikan perubahan data realisasi belanja BOS dengan melakukan perubahan
SPTJM pada beberapa sekolah. Hal tersebut mengakibatkan BPK tidak dapat
menyakini nilai realisasi belanja BOS yang dapat dipergunakan sebagai dasar
penghitungan sisa Kas di Bendahara Pengeluaran di masing-masing sekolah
dengan adanya data realisasi belanja BOS dan SPTJM yang berubah-ubah.
Dari wawancara dengan Kepala Subbagian Keuangan Dinas Pendidikan dan
Bendahara BOS Dinas Pendidikan diketahui bahwa penyajian nilai Kas di
Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk Dana BOS pada Neraca per 31 Desember
2017 (Audited) sebesar Rp62.659.228.773,00 merupakan hasil konfirmasi saldo
kas di rekening sekolah penerima dana BOS sebanyak 2.064 rekening sekolah.
Untuk penyajian realisasi Belanja BOS pada LRA sampai dengan 31 Desember
2017 (Audited) dengan cara mengakui besarnya realisasi belanja sebesar seluruh
nilai penyaluran dana BOS kemudian dilakukan koreksi pengurangan belanja
pada saat terdapat pengembalian sisa dana BOS.
Hasil analisa perhitungan sisa kas atas pengelolaan dana BOS, BPK hanya
menyakini nilai Kas di Bendahara Pengeluaran pada 1.396 sekolah sebesar
Rp39.282.935.483,00 yang disajikan wajar per 31 Desember 2017 dengan rincian
terdapat pada lampiran 3.3.2.
Hasil uji petik pada 109 sekolah menunjukkan saldo kas pada rekening
sekolah per 31 Desember 2017 belum tentu merupakan sisa dana BOS pada
masing-masing sekolah, dikarenakan masih memungkinkan terdapat pembayaran
pihak ketiga yang gagal transfer atau belum dibayarkan, terdapat sisa kas yang
masih disimpan secara tunai dan terdapat sisa kas yang masih dalam penguasaan
pihak ketiga misalnya kelebihan transfer kepada rekanan namun dikembalikan ke
sekolah pada Tahun 2018. Selain itu, atas uji petik pada 109 sekolah diketahui
terdapat beberapa permasalahan pelaporan dana BOS dengan rincian sebagai
berikut :
1) Terdapat perbedaan nilai penyaluran pada Laporan Penyaluran dan Realisasi
Belanja BOS yang disusun oleh Dinas Pendidikan dengan dana BOS yang
riil diterima pada rekening sekolah sebesar Rp118.243.130,00 dengan rincian
terdapat pada Lampiran 3.3.3;
2) Terdapat perbedaan nilai realisasi Belanja BOS antara laporan dinas dengan
SPTJM beberapa sekolah sebesar Rp25.133.248,00 dengan rincian terdapat
pada Lampiran 3.3.3;
3) Nilai penyaluran pada laporan dinas belum mencatat penambahan dan
pengurangan dana yang disalurkan ke sekolah dikarenakan adanya penarikan
dan penyaluran kembali sisa dana BOS per triwulan yang terlanjur disetorkan
ke Kas Daerah. Dari hasil uji petik terdapat terdapat tujuh sekolah yang
kelebihan dalam penyaluran kembali dana BOS dengan nominal sebesar
Rp83.939.861,00 dan 19 sekolah yang masih belum menerima kembali sisa
dana BOS yang terlanjur ditarik otomatis atau disetorkan ke Kas Daerah
dengan nominal sebesar Rp174.052.640,00. Rincian kelebihan dan
kekurangan penyaluran kembali sisa dana BOS terdapat pada Lampiran
3.3.3;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 150
4) Terdapat selisih kurang atas sisa dana BOS pada 12 sekolah sebesar
Rp16.328.123,00 dan selisih lebih atas sisa dana BOS pada 18 sekolah
sebesar Rp49.124.786,00 dengan rincian terdapat pada Lampiran 3.3.3.
c. Kelemahan Pengendalian atas Transaksi Pengeluaran Kas pada Sekolah
Penerima Dana BOS
Reviu dokumen rekening koran atas uji petik pada 109 sekolah diketahui
terdapat transaksi penerimaan uang melalui rekening sekolah dengan mekanisme
setoran tunai. Setoran tunai tersebut antara lain dikarenakan pengembalian dari
pihak ketiga/rekanan atas kelebihan pembayaran oleh Bendahara Pengeluaran
Sekolah untuk Dana BOS. Transaksi penerimaan melalui setoran tunai dari pihak
ketiga/rekanan selama tahun 2017 atas 38 sekolah diketahui sebesar
Rp600.673.758,00 dengan rincian terdapat pada lampiran 3.3.4.
Mekanisme pembayaran kepada pihak ketiga/rekanan pada masing-masing
sekolah menggunakan bilyet giro dan slip transfer untuk pemindahbukuan ke
rekening pihak ketiga/rekanan. Selain itu, terdapat beberapa sekolah dalam
melakukan transfer ke pihak ketiga dengan memindahkan dana ke rekening SS
Tabungan Bank DKI baru kemudian ditransfer ke masing-masing rekening pihak
ketiga/rekanan oleh Bank DKI atas perintah dari pihak sekolah.
Dari reviu uji petik dokumen pertanggungjawaban sekolah diketahui terdapat
perbedaan antara nilai tagihan/invoice/kuitansi yang dibuat oleh pihak
ketiga/rekanan dengan slip transfer dan bilyet giro yang dibuat oleh Bendahara
Pengeluaran Sekolah untuk pembayaran kepada pihak ketiga/rekanan. Hasil
wawancara dengan Bendahara Pengeluaran Sekolah diketahui hal tersebut
dikarenakan kekurangcermatan Bendahara Pengeluaran Sekolah dalam membuat
bilyet giro dan slip transfer, Bendahara Pengeluaran Sekolah melakukan
pengeluaran kas untuk pembayaran kepada pihak ketiga tidak berdasarkan
tagihan/invoice/kuitansi yang sah serta belum optimalnya verifikasi yang
dilakukan Bendahara Pengeluaran Sekolah atas bukti transaksi pengeluaran kas.
Hal tersebut juga mengakibatkan pada akhir tahun terdapat sisa dana BOS yang
masih berada dalam penguasaan pihak ketiga/rekanan dan baru disetorkan pada
tahun 2018 pada sembilan sekolah sebesar Rp349.696.905,00 dengan rincian
pada lampiran 3.3.4.
d. Jasa giro pada Rekening Sekolah Penerima Dana BOS Belum Disetorkan ke
Kas Daerah Sebesar Rp7.637.792,00
Hasil konfirmasi atas rekening sekolah penerima Dana BOS diketahui
terdapat 102 sekolah yang menerima jasa giro selama tahun 2017 sebesar
Rp10.245.680,00. Atas jasa giro tersebut terdapat koreksi kesalahan perhitungan
jasa giro oleh Bank DKI dengan pendebitan saldo sebesar Rp588.573,00 dan
telah dikenakan pajak jasa giro selama tahun 2017 sebesar Rp2.019.315,00,
sehingga pendapatan jasa giro atas rekening sekolah penerima Dana BOS yang
diterima sekolah sebesar Rp7.637.792,00 ((Rp10.245.680,00 - Rp588.573,00) -
Rp2.019.315,00). Pendapatan jasa giro tersebut sampai dengan pemeriksaan
berakhir belum dilakukan penyetoran ke Kas Daerah. Rincian besaran jasa giro
per sekolah terdapat pada Lampiran 3.3.5.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 151
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan :
a. Surat Edaran Nomor 903/1043/SJ tanggal 24 Februari 2017 tentang Petunjuk
Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Sekolah Satuan Pendidikan
Menengah Negeri dan Satuan Pendidikan Khusus Negeri yang Diselenggarakan
Pemerintah Provinsi Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pada :
1) Poin B.5 yang menyatakan bahwa Untuk menyelenggarakan fungsi
perbendaharaan Dana BOS, atas usul Kepala SKPD Dinas Pendidikan
melalui PPKD, Gubernur menetapkan Bendahara Dana BOS pada masing-
masing Satdikmen Negeri dan Satdiksus Negeri yang ditetapkan dengan
Keputusan Gubernur.
2) Poin B.6 yang menyatakan bahwa Bendahara Dana BOS pada masing-
masing Satdikmen Negeri dan Satdiksus Negeri sebagaimana dimaksud pada
angka 5, membuka rekening Dana BOS atas nama Satdikmen Negeri atau
Satdiksus Negeri sesuai Peraturan Perundangundangan pada Bank yang
ditetapkan oleh Gubernur.
3) Poin B.8 yang menyatakan bahwa Dalam hal terdapat bunga dan/ atau jasa
giro dalam pengelolaan Dana BOS, bunga dan/ atau jasa giro tersebut disetor
langsung ke RKUD Provinsi sesuai peraturan perundang-undangan.
4) Poin C.6 yang menyatakan bahwa Berdasarkan Laporan Realisasi Belanja
Dana BOS yang disampaikan oleh masing-masing Satdikmen
Negeri/Satdiksus Negeri sampai dengan Semester II tahun berkenaan
sebagaimana dimaksud pada angka 3 dan bukti penyaluran Dana BOS
sampai dengan akhir tahun anggaran oleh Bendahara Pengeluaran SKPD
Dinas Pendidikan Provinsi sebagaimana dimaksud pada huruf B angka 4,
Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD Dinas Pendidikan Provinsi
melakukan rekonsiliasi sebagai bahan penyusunan Laporan Keuangan SKPD
Dinas Pendidikan Provinsi.
b. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2017 tentang
Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah yang diubah dengan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 26 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 8 Tahun 2017
tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Sekolah Bab VII
Pertanggungjawaban Keuangan, A. Pembukuan, Laporan dan Transparansi di
Sekolah poin g. Bukti Pengeluaran yang menyatakan bahwa 1) Setiap transaksi
pengeluaran harus didukung dengan bukti kuitansi yang sah dan 5) Setiap bukti
pembayaran harus disetujui kepala sekolah dan dibayar lunas oleh Bendahara.
c. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 161 Tahun 2017 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada :
1) Lampiran 1.10 Akuntansi Belanja-Pengakuan Belanja poin 10 yang
menyatakan bahwa Belanja diakui pada saat b. Khusus pengeluaran melalui
bendahara pengeluaran (Uang Persediaan/Ganti Uang Persediaan/Tambahan
Uang Persediaan atau UP/GU/TU) pengakuannya terjadi pasa saat
pertanggungjawaban atas pengeluaran (SPJ) tersebut disahkan oleh PA/KPA.
2) Lampiran 1.15 Akuntansi Kas dan Setara Kas-Definisi poin 4 yang
menyatakan bahwa Kas di Bendahara Pengeluaran mencakup seluruh kas,
baik itu saldo rekening di bank maupun saldo uang tunai, yang berada di
bawah tanggung jawab bendahara pengeluaran yang sumbernya berasal dari
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 152
pelaksanaan tugas pemerintahan, meliputi Sisa Pengisian Kas dan Potongan
PFK di Bendahara Pengeluaran. Sisa Pengisian Kas adalah kas di bendahara
pengeluaran, baik berupa uang tunai ( cash on hand ), uang di bank maupun
uang panjar yang belum disetor ke Kas Daerah, meliputi sisa uang dari
pencairan UP/GU/TU dan LS.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Potensi terjadinya kekurangan/kelebihan fisik Kas di Bendahara Pengeluaran
Sekolah untuk Dana BOS per 31 Desember 2017;
b. Terdapat potensi penyalahgunaan Dana BOS atas pengeluaran kas yang
kemudian dana tersebut dikembalikan lagi ke rekening sekolah.
c. Kekurangan penerimaan Pendapatan Jasa Giro sebesar Rp7.637.792,00.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Dinas Pendidikan tidak menyampaikan usulan Bendahara Dana BOS dan
nomor rekening pada masing-masing sekolah penerima BOS melalui PPKD,
namun hanya menetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan atas
nama-nama Bendahara Dana BOS untuk masing-masing sekolah penerima BOS;
b. Kurang optimalnya Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD Dinas
Pendidikan dalam melakukan rekonsiliasi antara Laporan Realisasi Belanja Dana
BOS yang disampaikan masing-masing sekolah dengan bukti penyaluran dana
BOS sampai dengan akhir tahun anggaran sebagai bahan penyusunan Laporan
Keuangan SKPD Dinas Pendidikan;
c. Kepala Subbagian Keuangan Dinas Pendidikan kurang cermat dalam membuat
laporan realisasi penyaluran dana BOS dan mengumpulkan serta merekapitulasi
laporan penggunaan dana BOS;
d. Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk dana BOS tidak cermat dalam melakukan
pengeluaran kas dan menyusun Laporan Realisasi Belanja Dana BOS;
e. Kurangnya pengawasan Kepala Sekolah atas pengeluaran kas yang dilakukan
oleh Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk dana BOS.
Atas permasalahan tersebut, Kepala Dinas Pendidikan menyatakan:
a. Dinas Pendidikan akan berkoordinasi dengan BKPD terkait penetapan PBPP
melalui keputusan gubernur;
b. Terkait ketidakcermatan Bendahara Pengeluaran Sekolah dalam menyusun
Laporan Realisasi Belanja BOS, Dinas Pendidikan akan melakukan pembinaan
agar tidak terulang di masa yang akan datang;
c. Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) Dinas Pendidikan belum optimal dalam
melakukan rekonsiliasi namun kedepannya akan dilakukan rekonsiliasi secara
periodik;
d. Kepala Subbagian Keuangan Dinas Pendidikan kurang cermat dalam membuat
laporan realisasi penyaluran dana BOS dan mengumpulkan serta merekapitulasi
laporan penggunaan dana BOS karena kurang tertibnya sekolah dalam
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 153
melakukan pelaporan. Untuk itu Dinas Pendidikan akan melakukan pembinaan
terhadap sekolah;
e. Ketidakcermatan Bendahara Sekolah dalam melakukan pengeluaran kas
disebabkan masih minimnya pengetahuan pada bendahara terkait laporan
keuangan sekolah. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Dinas Pendidikan
akan bekerjasama dengan BPSDM Provinsi DKI Jakarta untuk meningkatkan
kompetensi SDM di sekolah terutama Bendahara Pengeluaran Sekolah;
f. Kepala sekolah yang belum melakukan pengawasan akan diberikan sanksi sesuai
ketentuan yang berlaku.
BPK merekomendasikan kepada Gubernur agar memerintahkan Kepala Dinas
Pendidikan supaya:
a. Menyusun dan menyampaikan usulan Bendahara Sekolah untuk Dana BOS dan
nomor rekening pada masing-masing sekolah penerima BOS melalui PPKD
untuk kemudian ditetapkan dengan keputusan gubernur;
b. Melakukan koordinasi dengan Bank DKI untuk melakukan revisi pemberian
nama rekening Bendahara BOS yang telah ditetapkan dengan keputusan
gubernur agar memudahkan identifikasi peruntukan rekening sekolah tersebut;
c. Menginstruksikan Kepala Sekolah penerima BOS untuk:
1) Memerintahkan Bendahara Sekolah untuk dana BOS supaya lebih cermat
dalam melakukan pengeluaran kas dan lebih cermat dalam menyusun
Laporan Realisasi Belanja Dana BOS;
2) Meningkatkan pengawasan atas pengeluaran kas oleh Bendahara Sekolah
untuk dana BOS antara lain melakukan pemeriksaan kas sesuai ketentuan
yang berlaku;
3) Menginstruksikan Bendahara Pengeluaran untuk Dana BOS menyetorkan
jasa giro sebesar Rp7.637.792,00 ke Kas Daerah
d. Menyusun, menetapkan dan mensosialisasikan Standar Operasional Prosedur
(SOP) terkait mekanisme rekonsiliasi antara Laporan Realisasi Belanja Dana
BOS yang disampaikan masing-masing sekolah dengan bukti penyaluran dana
BOS sampai dengan akhir tahun anggaran;
e. Menginstruksikan Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) dan Kepala
Subbagian Keuangan Dinas Pendidikan untuk lebih cermat dalam melakukan
rekonsiliasi dan membuat laporan realisasi penyaluran dana BOS serta
merekapitulasi laporan penggunaan dana BOS;
f. Menginstruksikan Kepala UPT P4OP dan Kepala Seksi Monitoring dan Evaluasi
untuk melakukan monitoring dan evaluasi dana BOS secara periodik;
g. Berkoordinasi dengan Inspektur, Kepala BPKD dan Kepala Sekolah penerima
dana BOS untuk menyajikan nilai realisasi belanja BOS TA 2017 dan sisa Kas
di Bendahara Pengeluaran Sekolah per 31 Desember 2017 sebagai dasar saldo
awal Kas di Bendahara Pengeluaran Sekolah untuk Dana BOS TA 2018 serta
memastikan apabila terdapat kekurangan/kelebihan fisik kas telah disetor
kembali ke rekening sekolah serta mengakui kelebihan fisik kas sebagai lain-lain
pendapatan.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 154
3.4. Pengelolaan dan Penatausahaan Kas atas Dana Biaya Operasional Pendidikan
(BOP) Belum Memadai
BOP diberikan kepada Sekolah Negeri/Madrasah Negeri dengan tujuan untuk
membiayai kegiatan operasional pendidikan pada Sekolah Negeri/Madrasah Negeri
dalam rangka wajib belajar 12 (dua belas) tahun. Tujuan khusus pemberian dana BOP
bagi Sekolah Negeri/Madrasah Negeri adalah untuk:
a. Membebaskan seluruh peserta didik jenjang pendidikan dasar dan menengah dari
segala bentuk pungutan, termasuk untuk biaya kegiatan ekstrakurikuler pada
Sekolah Negeri/Madrasah Negeri;
b. Meningkatkan kinerja tenaga pendidik dan tenaga kependidikan pada Sekolah
Negeri/Madrasah Negeri;
c. Melengkapi kebutuhan untuk kegiatan pembelajaran pada Sekolah
Negeri/Madrasah Negeri;
d. Memelihara sarana dan prasarana pendidikan Sekolah Negeri/Madrasah Negeri;
e. Meningkatkan pengelolaan administrasi Sekolah Negeri/Madrasah Negeri; dan
f. Meningkatkan mutu pendidikan melalui peningkatan proses pembelajaran yang
berpusat pada peserta didik.
Pemberian dana BOP merupakan pendukung atas kegiatan operasional Sekolah
Negeri/Madrasah Negeri yang belum tercukupi dari pendanaan yang bersumber dari
dana BOS. BOP adalah alokasi dana yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kepada
sekolah/madrasah berdasarkan jumlah peserta didik terdaftar. Sasaran Penerima dana
BOP adalah Sekolah Negeri yang terdiri dari TK Negeri, SD Negeri, SMP Negeri,
SMP Terbuka, SMA Negeri, SMK Negeri dan SLB Negeri.
Pada Tahun Anggaran 2017 Anggaran dan Realisasi Belanja BOP untuk sekolah
negeri berdasarkan Laporan Keuangan Provinsi DKI Jakarta (Audited) masing-
masing sebesar Rp1.497.236.216.951,00 dan Rp1.225.259.690.475,00 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 3.17. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja BOP Sekolah Negeri TA 2017
No. SKPD Anggaran Realisasi
1. Dinas Pendidikan 5.476.030.125,00 4.429.557.995,00
2. Sudin Pendidikan Kab. Kepulauan Seribu 8.284.692.312,00 6.780.374.662,00
3. Sudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Barat 134.524.953.557,00 113.881.208.076,00
4. Sudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Pusat 82.673.616.000,00 67.331.997.916,00
5. Sudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Selatan 167.142.417.864,00 140.792.828.689,00
6. Sudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Timur 246.625.408.000,00 199.264.275.462,00
7. Sudin Pendidikan Wilayah 1 Jakarta Utara 89.446.634.047,00 76.554.974.005,00
8. Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Barat 112.215.230.160,00 103.216.142.296,00
9. Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Pusat 99.248.202.886,00 77.772.217.971,00
10. Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Selatan 191.502.360.000,00 139.586.558.109,00
11. Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Timur 234.276.408.000,00 194.186.273.992,00
12. Sudin Pendidikan Wilayah 2 Jakarta Utara 125.820.264.000,00 101.463.281.302,00
Jumlah 1.497.236.216.951,00 1.225.259.690.475,00
Sumber : Laporan Realisasi Anggaran TA 2017 (Audited)
Mekanisme pengusulan, penganggaran, pencairan dan penyaluran dana BOP
adalah sebagai berikut:
a. Kepala Sekolah mengajukan kebutuhan dana per triwulan kepada Kepala Suku
Dinas Pendidikan sesuai dengan Rencana Kerja Anggaran
Sekolah/Madrasah(RKAS/M) yang diajukan dan program kegiatan serta kode
rekening yang tercantum dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) Suku
Dinas Pendidikan;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 155
b. Pengajuan kebutuhan dana menjadi dasar bagi Bendahara Pengeluaran Pembantu
pada Suku Dinas Pendidikan untuk mencairkan dana BOP melalui mekanisme
Surat Permintaan Pembayaran/Surat Perintah Membayar Tambahan Uang
(SPP/SPM-TU);
c. Bendahara Pengeluaran Pembantu mengajukan SPP dan SPM TU terkait
pencairan dana BOP per triwulan. Suku Badan Pengelola Keuangan Daerah
menerbitkan SP2D TU berdasarkan SPP dan SPM TU tersebut.
d. Pencairan SP2D oleh Suku Badan Pengelola Keuangan Daerah ditransfer ke
rekening Bendahara Pengeluaran Pembantu Suku Dinas Pendidikan. Bendahara
Pengeluaran Pembantu Sudin Pendidikan menyalurkan dana BOP langsung ke
rekening-rekening sekolah penerima dana BOP;
e. Apabila ada sisa dana, sekolah menyetorkan ke rekening Sudin Pendidikan, dan
menyerahkan bukti transfer manual ke Sudin Pendidikan. Dari pengembalian
sekolah tersebut, Bendahara Pengeluaran Pembantu Sudin Pendidikan membuat
rekap untuk disetor ke Kas Daerah.
Dari hasil pemeriksaan atas pengelolaan dan penatausahaan kas Dana BOP di
wilayah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017, diketahui permasalahan sebagai berikut:
a. Penetapan Bendahara Dana BOP dan Rekening Dana BOP belum sesuai
ketentuan
Berdasarkan pemeriksaan diketahui bahwa jumlah sekolah penerima Dana
BOP dan rekening Dana BOP yang digunakan sekolah tidak dapat dipastikan.
Sesuai Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi DKI Jakarta Nomor 1394
Tahun 2016 tanggal 6 Desember 2016 tentang Penetapan Pembantu Bendahara
Pengeluaran Pembantu pada TK, SD, PLB, SMP, SMA dan SMK Negeri
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2017, ditunjuk Pembantu Bendahara Pengeluaran
Pembantu sebanyak 2023 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3. 18. Jumlah Pembantu Bendahara Pengeluaran Pembantu Sekolah Per Suku Dinas Pendidikan di Wilayah Kota/Kabupaten Administrasi Provinsi DKI Jakarta Untuk SD, PLB, SMP,
SMA dan SMK Negeri
No. Nama Suku Dinas Pendidikan Jumlah Pembantu Bendahara
Pengeluaran Pembantu
1 Kota Administrasi Jakarta Pusat 250
2 Kota Administrasi Jakarta Timur 612
3 Kota Administrasi Jakarta Barat 407
4 Kota Administrasi Jakarta Utara 250
5 Kota Administrasi Jakarta Selatan 481
6 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu 23
Total 2023
Sumber : Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Nomor 1394 Tahun 2016 (diolah)
Berdasarkan Laporan Penyaluran Dana BOP Tahun 2017 yang disusun Dinas
Pendidikan diketahui jumlah sekolah penerima dana BOP sebanyak 2.111
sekolah.
Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan, belum ada penetapan Bendahara Dana
BOP dan nomor rekening pada masing-masing sekolah penerima dana BOP oleh
Gubernur DKI Jakarta.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 156
b. Ketidaksesuaian Laporan Penyaluran dan Realisasi Dana BOP Dinas
Pendidikan, Sudin Pendidikan dengan Pihak Sekolah Penerima Dana BOP
Berdasarkan register SP2D TU atas kegiatan Penyediaan BOP Dinas
Pendidikan dan Sudin Pendidikan telah menerima pencairan dana BOP sebesar
Rp1.340.662.550.494,00. Realisasi belanja untuk dana BOP TA 2017 sebesar
Rp1.225.259.690.475,00 sehingga sisa belanja sebesar Rp115.402.860.019,00.
Dari sisa belanja tersebut sudah dilakukan penyetoran ke kas daerah oleh Dinas
Pendidikan dan Sudin Pendidikan sebesar Rp105.637.044.641,00. Sehingga
masih terdapat sisa dana BOP sebesar Rp10.939.276.636,00 dengan rincian
untuk masing-masing Dinas dan Sudin Pendidikan sebagai berikut:
Tabel 3. 19. Rincian SP2D, Realisasi Belanja, Pengembalian dan Sisa Kas atas Dana BOP
No. Nama SKPD Total SP2D Realisasi Belanja
Sisa Belanja BOP
Pengembalian Sisa BOP
Sisa BOP Belum Disetor
1 Dinas Pendidikan 4.968.518.472 4.429.557.995 538.960.477 538.960.477
tersebut diantaranya senilai Rp155.789.578.624,00 berasal dari 5 SKPD. Rincian
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.7. Rincian Beban Persediaan di 5 SKPD dan Jajarannya per 31 Desember 2017 (Audited) (dalam rupiah)
No Nama SKPD dan UKPD Nilai Beban Persediaan
1 Dinas PE 45.008.980.839,00
2 DPRKP 17.768.754.913,00
3 Dinas CKTRP 2.801.730.380,00
4 Dinas SDA 60.676.738.253,00
5 Dinas Pemuda dan Olah Raga 29.533.374.239,00
Total 155.789.578.624,00
Beban persediaan disajikan dengan cara menginput data persediaan ke dalam
rumus yang telah dibuat oleh BPKD pada Kertas Kerja LK 2017. Rumusan
perhitungan Beban Persediaan adalah sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 199
BEBAN PERSEDIAAN:
Belanja pada LRA 2017 (belanja barang persediaan) Ditambah: Persediaan per 31 Des 2016 Utang Belanja Persediaan per 31 Desember 2017 Koreksi Lebih Catat Utang per 31 Desember 2016 Transfer Keluar Utang Tahun 2016 Belanja Persediaan Dibayar Dimuka per 31 Desember 2016 Reklasifikasi Belanja Modal ke Persediaan Reklasifikasi Aset Tetap/Lain-lain ke Persediaan Transfer Masuk Persediaan dari SKPD Lain Donasi/Hibah Persediaan dari Luar Provinsi DKI Jakarta Persediaan yang diperoleh dari Belanja BLUD Reklasifikasi dari Belanja Non Persediaan Hasil perkembangbiakan untuk diserahkan ke Pihak Lain/Dijual Kurang Catat Persediaan Awal Dikurang: Kapitalisasi Belanja Persediaan ke Aset Tetap/Lain-lain Utang Belanja Persediaan per 31 Desember 2016 Koreksi Kurang Catat Utang per 31 Desember 2016 Transfer Masuk Utang per 31 Desember 2016 Belanja Persediaan Dibayar Dimuka per 31 Desember 2017 Transfer Keluar Persediaan ke SKPD Lain Reklasifikasi Belanja Persediaan ke Beban Non Persediaan Lebih Catat Persediaan Awal Koreksi Beban Persediaan Menjadi Uang Muka Koreksi Pengembalian Belanja Persediaan per 31 Desember 2017
Hasil pemeriksaan terhadap Kertas Kerja LK 2017 pada beberapa SKPD/UKPD
diketahui bahwa beban persediaan belum dicatat sebesar pemakaian persediaan
seperti yang diatur dalam Kebijakan Akuntansi. Permasalahan ini terjadi pada
beberapa SKPD/UKPD yang dilakukan uji petik, sebagai berikut:
a. Dinas PE
Hasil pemeriksaan pada Kertas Kerja LK 2017 Dinas PE (Gabungan)
diketahui bahwa Beban Persediaan pada LO (Unaudited) adalah senilai
Rp44.718.251.197,00 dengan rincian sebagai berikut. Belanja Persediaan dalam LRA 648.247.816.761 Mutasi tambah: Persediaan Awal (1 Januari 2017) 99.923.476.673 + Reklas aset tetap ke persediaan 778.000 + Transfer Masuk Persediaan dari SKPD Lain 556.843.998.296 + Mutasi kurang: Kapitalisasi Belanja Persediaan ke Aset Tetap 528.176.850.122 - Transfer Keluar Persediaan ke SKPD Lain 556.092.074.541 - Reklasifikasi Belanja Persediaan ke Beban Non Persediaan 864.463.544 - Persediaan Akhir (31 Desember 2017) 175.164.430.326 -
Beban Persediaan tahun 2017 44.718.251.197
Pemeriksaan atas Beban Persediaan secara sampel diketahui bahwa:
1) Kertas kerja beban persediaan belum seluruhnya memperhitungkan mutasi
persediaan antar suku dinas
Persediaan pada Suku Dinas (Sudin) Perindustrian dan Energi dapat berasal
dari pengadaan Sudin, pengadaan Dinas yang ditransfer ke Sudin dan transfer
dari Sudin lain. Dalam Kertas Kerja Beban Persediaan, transfer masuk
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 200
persediaan dicatat sebagai mutasi tambah, sedangkan transfer keluar
persediaan dicatat sebagai mutasi kurang.
Berdasarkan pengecekan atas Kertas Kerja Beban Persediaan diketahui
bahwa transfer persediaan dari Dinas ke Sudin yang telah dicatat dalam
Kertas Kerja Beban Persediaan, namun untuk transfer antar Sudin belum
seluruhnya dicatat dalam Kertas Kerja Beban Persediaan. Terdapat mutasi
persediaan di Sudin Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Sudin
Kepulauan Seribu yang belum masuk dalam perhitungan Beban Persediaan
sebagaimana dijelaskan dalam tabel berikut:
Tabel 4. 8. Mutasi keluar dan masuk persediaan Sudin Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Jakarta
Timur dan Kepulauan Seribu (dalam rupiah)
SKPD/UKPD Transfer Keluar/Masuk Jumlah Kertas Kerja Beban Persediaan
SDPE Jakarta Barat Ke SDPE Jakarta Selatan 41.900.000 0
Dari SDPE Jakarta Pusat 340.087.550 0
Dari Dinas PE 164.687.484.760 164.687.484.760
SDPE Jakarta Selatan Ke SDPE Kep. Seribu 3.135.000 0
Dari SDPE Jakarta Barat 41.900.000 0
Dari Dinas PE 1.565.205.919 1.565.205.919
SDPE Jakarta Timur Ke SDPE Kep. Seribu 6.391.000 0
Dari Dinas PE 225.883.754.402 225.883.754.402
Dari SDPE Jakarta Pusat 921.798.273 921.798.273
Dari SDPE Jakarta Utara 863.029.200 863.029.200
SPDE Kep. Seribu Dari SDPE Jakarta Selatan 3.135.000 0
Dari SPDE Jakarta Timur 6.391.000 0
Dari tabel tersebut di atas diketahui bahwa beban persediaan pada Kertas
Kerja Beban Persediaan tidak dicatat berdasarkan jurnal transaksi masuk dan
pengeluaran persediaan dari Dinas maupun antar Sudin.
2) Terdapat pengadaan aset tetap senilai Rp73.656.000,00 yang menggunakan
anggaran belanja habis pakai, belum diperhitungkan dalam Kertas Kerja
Beban Persediaan Sudin Perindustrian dan Energi Kepulauan Seribu
Berdasarkan pengecekan atas dokumen SPK dan pembayaran diketahui
terdapat pembelian aset tetap pada Sudin Perindustrian dan Energi
Kepulauan Seribu dengan menggunakan kode rekening belanja habis pakai
yaitu:
Tabel 4.9. Nilai Pembelian Aset Tetap menggunakan Belanja Pakai Habis
Kode Rekening
Nama Barang Jumlah Harga Satuan
(blm PPN) Nilai (Rp)
5.2.2.01.14 Katrol takel 12 2.140.000 25.680.000
5.2.2.01.17 Mesin Las IGBT 120 A 12 2.550.000 30.600.000
5.2.2.01.17 Tang Press Schoon 300 mm 12 890.000 10.680.000
66.960.000
+ PPN 73.656.000
Atas pembelian aset tetap tersebut, sebagian telah digunakan dan terdapat
sisa yang belum digunakan per 31 Desember 2017 dan dicatat sebagai
persediaan yaitu:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 201
Tabel 4.10. Nilai Aset Tetap Dalam Laporan Stock Opname Akhir Tahun
Nama Barang Jumlah Harga Satuan Nilai (Rp)
Katrol takel 2 2.140.000 4.280.000
Mesin Las LGBT 120 A 1 2.550.000 2.550.000
Tang Press Schoon 300 mm 4 890.000 3.560.000
10.390.000
3) Belum dilakukan reklas atas pembelian aset tersebut dalam Kertas Kerja
Beban Persediaan menyebabkan nilai beban persediaan lebih catat.
Kondisi di atas menunjukan bahwa Subbag Keuangan Dinas PE dan Subbag
TU Sudin PE Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Kepulauan
Seribu dalam menghitung Beban Persediaan hanya menggunakan rumusan
dalam Kertas Kerja dan tidak berdasarkan pencatatan transaksi barang
persediaan sehingga nilai Beban Persediaan pada Laporan Keuangan Dinas
PE per 31 Desember 2017 (Unaudited), menjadi tidak akurat dan bukan nilai
beban persediaan yang sebenarnya. Atas mutasi transfer persediaan dan
Belanja Persediaan yang dibebankan sebagai Beban Persediaan telah
dilakukan koreksi terhadap Laporan Keuangan Unaudited 2017.
b. DPRKP
Hasil pemeriksaan pada Kertas Kerja LK 2017 DPRKP (Gabungan)
diketahui bahwa Beban Persediaan pada LO adalah senilai Rp17.838.136.340,00.
Pemeriksaan atas Beban Persediaan secara sampel dilakukan pada:
1) DPRKP
Penghitungan Beban Persediaan pada DPRKP adalah sebagai berikut:
Belanja Persediaan dalam LRA 779.311.055 Persediaan Awal (1 Januari 2017) 90.279.631.490 + Mutasi tambah: Reklas aset tetap ke persediaan 2.233.000 + Reklasifikasi dari Belanja Non Persediaan 51.619.295.000 + Mutasi kurang: Persediaan Akhir (31 Desember 2017) 131.728.234.187 -
Beban Persediaan tahun 2017 10.952.236.358
Penjelasan atas nilai dalam perhitungan beban persediaan tersebut adalah
sebagai berikut:
a) Belanja LRA Tahun 2017 terdiri atas Belanja Bahan Pakai Habis
b) Mutasi tambah berupa reklas aset tetap ke persediaan senilai
Rp2.233.000,00 terdiri atas Belanja Modal Pengadaan Jaringan
Teknologi Informasi senilai Rp1.045.000,00 (2 buah Modem Wifi) dan
Belanja Modal Kelengkapan Komputer senilai Rp 1.188.000,00 (6 buah
Mouse Optical Wireless);
c) Mutasi tambah senilai Rp51.619.295.000,00 merupakan realisasi
Belanja Barang yang diserahkan kepada Pihak Ketiga berupa Kegiatan
Pembangunan Rusun Polri Pesing sesuai Realisasi Belanja dalam
Formulir 50, senilai Rp51.619.295.000,00 terdiri atas pekerjaan fisik
senilai Rp50.714.891.500,00 dan konsultan senilai Rp904.403.500,00.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 202
Berdasarkan pemeriksaan kertas kerja perhitungan beban dan bukti
pendukungnya diketahui:
a) Dalam Realisasi Belanja Perkakas Kerja, termasuk di dalamnya Belanja
Perkakas Kerja Kegiatan Pengadaan Sarana dan Prasarana Kerja (009)
senilai Rp7.940.000,00, yaitu pembelian aset tetap berupa TV Sony LED
32 Inch sebanyak 2 buah (harga satuan Rp3.970.000,00). Belanja
Perkakas Kerja atas pembelian TV ini seharusnya tidak menjadi Beban
Persediaan dan berdasarkan pengecekan dalam KIB B, barang tersebut
belum dicatat;
b) Sisa deposit BBM per 31 Desember 2017 senilai Rp7.908.881,00. Sisa
Deposit BBM tidak masuk sebagai mutasi kurang dalam Kertas Kerja
Beban Persediaan sehingga Beban Persediaan lebih catat senilai
Rp7.908.881,00;
c) Nilai realisasi Belanja yang akan diserahkan kepada Pihak Ketiga
(Kegiatan Pembangunan Rusun Polri Pesing) senilai
Rp51.619.295.000,00 merupakan realisasi progress sampai dengan
tanggal 20 Desember 2017. Nilai progress dari tanggal 21 sd. 31
Desember 2017 senilai Rp7.750.835.680,00 belum dicatat dalam nilai
persediaan. Sehingga nilai realisasi belanja yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga kurang dicatat senilai Rp7.750.835.680,00.
Atas kelebihan catat beban persediaan tersebut telah dilakukan koreksi
terhadap Laporan Keuangan Unaudited 2017 .
2) Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Marunda
Penghitungan Beban Persediaan pada UPRS Marunda adalah sebagai
berikut:
Belanja Persediaan dalam LRA 2.282.300.500 Persediaan Awal (1 Januari 2017) 0 + Mutasi tambah: Utang Belanja Persediaan per 31 Des 2017 1.258.730 + Reklasifikasi dari Belanja Non Persediaan 15.328.740 + Mutasi kurang: Reklasifikasi Belanja Persediaan ke Beban Non Persediaan 15.328.740 - Persediaan Akhir (31 Desember 2017) 853.230.115 -
Beban Persediaan tahun 2017 1.430.329.115
Penjelasan terkait penghitungan beban persediaan tersebut sebagai berikut:
a) Mutasi tambah Utang Belanja Persediaan per 31 Des 2017 senilai
Rp1.258.730,00 merupakan utang belanja BBM karena pengeluaran
BBM oleh Pertamina akhir tahun 2017 melebihi deposit yang ada.
b) Menurut penjelasan pihak UPRS Marunda mutasi tambah Reklasifikasi
dari Belanja Non Persediaan senilai Rp15.328.740,00 merupakan belanja
BBM yang belum masuk dalam Belanja Persediaan, sedangkan mutasi
kurang Reklasifikasi Belanja Persediaan ke Beban Non Persediaan
senilai Rp15.328.740,00 merupakan persediaan BBM yang dimasukan
dalam drum dan masuk dalam Laporan Stok Opname 31 Desember 2017.
Berdasarkan pemeriksaan kertas kerja perhitungan beban dan bukti
pendukungnya diketahui:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 203
a) Mutasi tambah senilai Rp15.328.740,00 tidak diperlukan dalam Kertas
Kerja Beban Persediaan karena realisasi Belanja Persediaan dalam LRA
senilai Rp2.282.300.500,00 sudah termasuk nilai Belanja BBM tersebut,
sedangkan mutasi kurang senilai Rp15.328.740,00 seharusnya tidak
dimasukan dalam Kertas Kerja Beban Persediaan karena dalam nilai
Persediaan Akhir sudah termasuk di dalamnya BBM senilai
Rp15.328.740,00;
b) Terdapat Belanja dengan Kode Akun Belanja Persediaan yang tidak
digunakan untuk membeli barang persediaan, tetapi menjadi beban
persediaan yaitu:
(1) Belanja Alat Rumah Tangga Kantor (5.2.2.01.11) senilai
Rp17.325.000,00 digunakan untuk membeli 5 buah Lemari Besi
(c) Rp34.650.000,00 digunakan untuk membeli 9 buah Mesin Bor
(Aset tetap/Harga Satuan senilai Rp3.850.000,00)
(d) Rp12.375.000,00 digunakan untuk membeli 9 buah Mesin
Gerinda Tangan (Aset Tetap/Harga Satuan senilai
Rp1.375.000,00)
Berdasarkan Laporan Stock Opname 31 Desember 2017 diketahui
bahwa untuk HT GP 338 masih ada 11 buah di gudang dan sebanyak
19 buah sudah terpakai senilai Rp90.810.500,00 (19 x
Rp4.779.500,00). Sedangkan untuk Alat Potong Keramik, Mesin
Bor dan Mesin Gerinda Tangan masih ada seluruhnya digudang
(belum terpakai).
Atas pemakaian HT GP 338 tersebut, telah dibebankan dalam kertas
kerja beban persediaan seharusnya beban tersebut tidak dicatat
karena merupakan aset tetap. HT GP 388, Alat Potong Keramik,
Mesin Bor dan Mesin Gerinda Tangan tersebut juga belum dicatat
dalam KIB B.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 204
Atas Belanja Persediaan yang tidak digunakan untuk membeli
barang persediaan telah dilakukan koreksi terhadap Laporan
Keuangan Unaudited 2017 .
c) Hasil cek fisik pada tanggal 14 Februari 2018, menunjukkan terdapat
barang dari pihak ketiga yaitu PT Av berupa cat tembok Avitex sebanyak
188 kaleng dan cat pelapis anti bocor No Drop sebanyak 44 kaleng yang
merupakan sisa pelatihan pengecatan di rumah susun yang tidak
dimasukkan dalam persediaan. Persediaan yang diperoleh dari pihak
ketiga, seharusnya diakui sebagai mutasi tambah dalam Kertas Kerja
Beban Persediaan.
3) Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) Penjaringan
Penghitungan Beban Persediaan di UPRS Penjaringan adalah sebagai
berikut:
Belanja Persediaan dalam LRA 436.228.070 Persediaan Awal (1 Januari 2017) 0 + Mutasi tambah: 0 + Mutasi kurang: Reklasifikasi Belanja Persediaan ke Beban Non Persediaan 3.372.598 - Persediaan Akhir (31 Desember 2017) 16.788.805 -
Beban Persediaan tahun 2017 416.066.667
Penjelasan atas nilai dalam perhitungan Beban Persediaan adalah sebagai
berikut:
a) Belanja LRA Tahun 2017 terdiri atas Belanja Bahan Pakai Habis
pertanggungjawaban penggunaan hibah dengan melampirkan surat
pernyataan tanggung jawab bermaterai cukup yang menyatakan bahwa hibah
yang diterima telah digunakan sesuai Naskah Perjanjian Hibah Daerah
(NPHD) sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua kepada Gubernur
melalui Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi DKI Jakarta dengan tembusan Kepala Badan Pengelola Keuangan
Daerah selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) paling lambat 1
(satu) bulan setelah pelaksanaan penyerahan hibah.
b. Permendagri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman Pengelolaan Barang Milik
Daerah.
1) Menimbang Angka 8 menjelaskan Pengelola Barang Milik Daerah yang
selanjutnya disebut Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan
bertanggung jawab melakukan koordinasi pengelolaan barang milik daerah;
2) Menimbang Angka 8 menjelaskan Barang Milik Daerah adalah semua
barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari
perolehan lainnya yang sah;
3) Paragraf 6 mengenai Tata Cara pengamanan Barang Milik Daerah Berupa
Barang Persediaan Pasal 318 ayat 2 menyatakan Pengamanan administrasi
barang persediaan dilakukan, antara lain (a) buku persediaan, (b) kartu
barang, (c) Berita Acara Serah Terima (BAST), (d) berita acara pemeriksaan
fisik barang, (e) Surat Perintah Penyaluran Barang (SPPB), (f) laporan
persediaan Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang semesteran/tahunan,
dan (g) dokumen pendukung terkait lainnya yang diperlukan.
Permasalahan tersebut mengakibatkan barang yang akan diserahkan kepada
pihak ketiga senilai Rp131.702.830.540,00 (Rp5.032.469.200,00 +
Rp126.670.361.340,00) belum jelas kepemilikan dan statusnya.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 215
Hal tersebut disebabkan Kepala DPRKP belum menindaklanjuti LHP BPK
LKPD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2016 dan kurang aktif berkoordinasi dengan
BPAD dan pihak ketiga penerima barang dalam mengurus dokumen penyerahan
barang-barang yang diserahkan kepada pihak ketiga
Atas permasalahan tersebut, Kepala DPRKP sependapat dengan temuan BPK,
dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Meubelair STIKES Pondok Karya Pembangunan (PKP) Provinsi DKI Jakarta
senilai Rp5.032.469.200;
b. DPRKP akan melakukan koordinasi dengan sasaran terbitnya BAST atas
penyerahan meubelair untuk STIKES Jayakarta PKP kepada BPAD.
c. Barang yang Akan Diserahkan kepada Pihak Ketiga senilai Rp126.670.361.340
Atas rincian daftar aset yang belum memenuhi ketentuan aturan hibah PRKP
akan berusaha untuk dapat memenuhi ketentuan aturan yang berlaku serta
melaksanakan langkah tindak lanjut yang direkomendasikan oleh BPK.
BPK merekomendasikan kepada Gubernur agar menginstruksikan kepada
Kepala DPRKP untuk melakukan koordinasi dengan BPAD dan pihak ketiga
penerima barang supaya segera mengurus dokumen yang diperlukan untuk serah
terima asset persediaan yang diserahkan kepada pihak ketiga.
4.4. Penatausahaan dan Pengelolaan Barang Persediaan pada Empat SKPD di
lingkungan Pemprov DKI Jakarta Belum Tertib
Hasil pemeriksaan yang dilaksanakan secara uji petik atas pengelolaan dan
penatausahaan barang persediaan pada beberapa SKPD di lingkungan Provinsi DKI
Jakarta, menunjukkan bahwa penatausahaan dan pengelolaan barang persediaan yang
dilakukan pada Dinas maupun UKPD/UPT yang berada dibawahnya belum
dilaksanakan secara tertib dan memadai. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
a. DPRKP
Laporan Keuangan Gabungan DPRKP per 31 Desember 2017 (Audited)
menyajikan Laporan Persediaan per 31 Desember 2017 senilai
Rp141.018.878.356,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.17. Nilai Persediaan Gabungan DPRKP per 31 Desember 2017
(dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai (Rp)
Persediaan Barang Pakai Habis 1.259.355.688,00
Persediaan Bahan/Material 100.434.425,00
Persediaan Barang Lainnya 139.659.088.243,00
Nilai Persediaan 141.018.878.356.00
Pemeriksaan atas Laporan Stock Opname Persediaan per 31 Desember 2017,
catatan persediaan, catatan penerimaan baik berupa BAST maupun buku manual
atas pengadaan barang persediaan, surat keluar barang dari gudang, serta laporan
persediaan pada lima Unit Pengelola Rumah Susun (UPRS) yang menjadi UKPD
DPRKP, menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 216
1) UPRS Marunda
Laporan Stock Opname per 31 Desember 2017 Unaudited menunjukan
bahwa barang persediaan UPRS Marunda senilai Rp853.230.115,00, terdiri
dari:
Tabel 4.18. Nilai Persediaan UPRS Marunda per 31 Desember 2017 (dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai (Rp)
Persediaan Barang Pakai Habis 833.831.190
Persediaan Bahan/Material 1.365.525
Persediaan Barang Lainnya 18.033.400
Nilai Persediaan 853.230.115
Pemeriksaan lebih lanjut atas persediaan UPRS Marunda diketahui hal-hal
sebagai berikut:
a) Pemeriksaan atas Laporan Stock Opname Barang Persediaan per 31
Desember 2017, diketahui terdapat barang persediaan berupa aset tetap
dan barang pecah belah yang seharusnya masuk dalam ekstra komptabel,
tercatat dalam barang persediaan senilai Rp200.915.850,00, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.19. Aset Tetap dan Ekstra Komptabel dalam Laporan Persediaan per 31 Desember 2017
No Nama Barang Jumlah HargaSatuan
(Rp) Nilai (Rp)
Aset Tetap
1 Alat Potong Keramik 2 buah 4.620.000 9.240.000
2 Mesin Bor 9 buah 3.850.000 34.650.000
3 Mesin Gerinda Tangan 9 buah 1.375.000 12.375.000
4 Pesawat HT CP 1660 30 buah 2.905.000 87.150.000
5 Pesawat HT GP 338 11 buah 4.779.500 52.574.500
Jumlah Aset Tetap 195.989.500
ekstra komptabel
6 Cangkir 3 lusin 298.100 894.300
7 Garpu 1 lusin 159.500 159.500
8 Gelas 36 buah 36.300 1.306.800
9 Mangkok keramik motif 30 buah 22.000 660.000
10 Piring kecil 2 lusin 231.000 462.000
11 Piring makan 4 lusin 242.000 968.000
12 Sendok 2,5 lusin 71.500 178.750
13 Tutup gelas 30 buah 9.900 297.000
Jumlah ekstra komptabel 4.926.350
Total 200.915.850
Atas pencatatan aset tetap dan barang pecah belah dalam barang
persediaan akhir tahun, maka persediaan 31 Desember 2017 UPRS
Marunda lebih saji.
b) Terdapat armature lampu sorot sebanyak 5 buah senilai Rp3.190.000,00
yang bohlamnya telah rusak. Armature lampu sorot jika tidak disertai
dengan bohlam, maka tidak bisa digunakan. Atas barang yang tidak dapat
digunakan tersebut seharusnya tidak tercatat dalam barang persediaan
per 31 Desember 2017, namun dijelaskan dalam Catatan atas Laporan
Keuangan (CaLk).
c) Berdasarkan cek fisik tanggal 14 Februari 2018, diketahui bahwa
terdapat barang dari pihak luar berupa cat tembok Avitex sebanyak 188
kaleng dan cat pelapis anti bocor No Drop sebanyak 44 kaleng yang
merupakan sisa hasil pelatihan pengecatan di rumah susun dari PT Av
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 217
yang tidak dimasukkan dalam persediaan karena tidak ada BAST
penyerahan atas barang tersebut dari PT Av. Jumlah dan harga satuan
barang juga belum diketahui. Sisa barang yang masih ada di gudang
tersebut, dipakai untuk pemeliharaan/perbaikan insidentil di rusun.
UPRS Marunda tidak melakukan pencatatan atas barang yang diterima
dari pihak lain. Persediaan yang diperoleh dari pihak ketiga dan masih
ada dalam gudang seharusnya dimasukkan dalam Laporan Stock Opname
31 Desember 2017.
d) Dokumen pencatatan persediaan tidak dapat mengambarkan jumlah
barang yang diterima dan sisa barang pada akhir tahun.
Berdasarkan penjelasan Pengurus Barang terkait pencatatan penerimaan dan
penyaluran barang persediaan di UPRS Marunda diketahui bahwa:
a) Pencatatan penerimaan persediaan dilakukan secara manual dalam satu
buku dan catatan dalam Ms. Excel untuk barang-barang yang datang
hasil pengadaan tahun 2017 yang dibuat oleh Petugas Harian Lepas
(PHL);
b) Buku manual tersebut mencatat penerimaan barang sejak bulan April
2017, sementara catatan dalam Ms. Excel mencatat penerimaan barang
dari Maret s.d Desember 2017;
c) Pengurus Barang dan PHL hanya mencatat barang yang diterimanya
tanpa mengetahui jumlah pengadaan dan harga barang sebenarnya sesuai
kontrak.
d) Penyaluran barang persediaan dicatat dalam beberapa dokumen, yaitu
dua buku catatan manual tanda terima pengambilan barang, dan satu
odner berisi tanda terima pengambilan barang dan dokumen surat
pemakaian Handy Talky (HT).
e) Atas kondisi penerimaan dan penyaluran barang persediaan, Pengurus
Barang tidak membuat Kartu Barang dan Laporan Mutasi Persediaan.
Sementara itu jumlah barang dalam Laporan Stock Opname per 31
Desember 2017 merupakan jumlah barang hasil perhitungan fisik di
gudang pada akhir tahun. Hal ini menunjukan bahwa barang hasil
Pengadaan dan penyaluran/penggunaan persediaan Tahun 2017 tidak
dapat diketahui secara pasti baik jumlah barang maupun nilai
persediaannya.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap buku catatan manual dan catatan dalam
Ms Excel diketahui bahwa jumlah barang yang diterima dari hasil pengadaan
tidak cocok dengan jumlah yang tercantum dalam BAST hasil pengadaan.
Pengecekan secara sampel atas beberapa barang dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Tabel 4.20. Pengecekan dokumen catatan persediaan secara sampel
Nama Barang Stok
31/12/2016 SPK/BAST
Catatan Barang datang
dalam Ms. Excel
Catatan dalam Buku Manual
BA Stok opname 31 Des 2017
Cek Fisik 6 Feb 2018
Kloset Jongkok (Harga: Rp495.000,00)
* 400 buah Tidak ada Terima tidak ada. Pengeluaran tahun 2017 sebanyak 3 buah
144 buah 54 buah
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 218
Meteran Air (Harga: Rp797.500,00)
* 55 buah 50 buah Terima tidak ada. Pengeluaran tahun 2017 sebanyak 3 buah
50 buah 50 buah
Stok awal tidak ada data karena UPRS Marunda baru memiliki DIPA sendiri di tahun 2017, sebelumnya tergabung dalam UPRS Wilayah I. Dalam saldo persediaan 2016 (Audited), persediaan UPRS Wilayah 1 adalah NOL.
Dari penjelasan dan data tabel di atas menunjukkan bahwa catatan
penerimaan barang dari hasil pengadaan dan penyaluran selama tahun 2017
tidak dapat digunakan untuk menyakini jumlah barang yang diterima dan sisa
barang yang seharusnya dilaporkan pada 31 Desember 2017.
2) UPRS Pinus Elok
Barang Persediaan UPRS Pinus Elok yang disajikan dalam Laporan Stock
Opname per 31 Desember 2017 Unaudited senilai Rp235,587,533,00 terdiri
dari: Tabel 4. 21. Nilai Persediaan UPRS Pinus Elok per 31 Desember 2017
(dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai (Rp)
Persediaan Barang Pakai Habis 53,574,610.00
Persediaan Bahan/Material 0
Persediaan Barang Lainnya 182,012,923.00
Nilai Persediaan 235,587,533.00
Hasil pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaaan persediaan diketahui hal-
hal sebagai berikut:
a) Pemeriksaan atas Laporan Stock Opname Barang Persediaan per 31
Desember 2017, diketahui terdapat barang persediaan berupa aset tetap
dan barang pecah belah yang seharusnya masuk dalam ekstrakomptabel,
tercatat dalam barang persediaan senilai Rp231.914.923,00
(Rp182.012.923,00/Aset + Rp49.902.000,00/ekstrakomptabel), dengan
rincian dalam lampiran 4.4.1. Aset tetap tersebut telah dicatat juga
dalam KIB.
b) Dalam pengelolaan barang persediaan, Pengurus Barang tidak
melaksanakan pencatatan penerimaan barang persediaan maupun barang
yang keluar dari tempat penyimpanan. Barang persediaan yang keluar
tidak menggunakan surat permintaan barang. UPRS Pinus Elok juga
tidak memiliki gudang penyimpanan, sehingga barang persediaan yang
diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan dapat langsung diambil dalam
lemari penyimpanan barang, yang tidak terkunci. Kondisi ini dapat
berisiko hilangnya barang persediaan yang ada, serta tidak dapat
diketahui secara pasti jumlah dan nilai penerimaan dan penyaluran
barang persediaan yang merupakan pengadaan belanja barang persediaan
senilai Rp450.811.649,00 yang telah dilaksanakan selama Tahun 2017;
Kondisi di atas menunjukkan bahwa dengan tidak adanya pencatatan
penerimaan barang dari hasil pengadaan dan penyalurannya, maka tidak ada
data yang dapat digunakan untuk menyakini jumlah barang yang diterima
dan sisa barang yang seharusnya dilaporkan pada laporan persediaan per 31
Desember 2017.
3) UPRS Penjaringan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 219
Laporan Stock Opname per 31 Desember 2017 (Unaudited)
menunjukkan bahwa barang persediaan UPRS Penjaringan senilai
Rp16.788.805,00 terdiri dari:
Tabel 4.22. Nilai Persediaan UPRS Penjaringan per 31 Desember 2017 (dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai
Persediaan Barang Pakai Habis 6,880,555.00
Persediaan Bahan/Material 5,768,400.00
Persediaan Barang Lainnya 4,139,850.00
Nilai Persediaan 16,788,805,00
Hasil pemeriksaan cek fisik yang dilaksanakan pada tanggal 7 Pebruari
2018, atas pengelolaan persediaan, penyimpanan dan pengeluaran barang
persediaan diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Dalam pengelolaan barang persediaan, pengurus tidak melaksanakan
pencatatan penerimaan dan pengeluaran barang. Pengadaan atas barang
persediaan yang telah dilaksanakan langsung didistribusikan habis pada
unit-unit kerja dengan bukti pengambilan barang. Pemeriksaan lebih
lanjut atas SPK Pengadaan barang persediaan TA 2017, diketahui
terdapat sisa persediaan berupa barang perlengkapan pakaian dinas
harian, pakaian dinas lapangan dan atribut seragam keamanan yang tidak
ditemukan di gudang, terdiri dari:
Tabel 4. 23. Sisa persediaan yang tidak ditemukan di gudang UPRS Penjaringan
Nama/Jenis Barang Pengadaan Penyaluran Sisa
Borgol 55 50 5
Ikat pinggang 55 50 5
Jas hujan 55 50 5
Kaos kaki 110 100 10
Pakaian Dinas Harian 21 20 1
Pakaian Dinas Lapangan 21 20 1
b) Pemeriksaan atas pelaksanaan pendistribusi persediaan barang,
menunjukkan terdapat pendistribusian yang dilaksanakan mendahului
BAST atas Hasil Pengadaan barang persediaan senilai Rp42.210.550,00
yaitu:
Tabel 4.24. Pendistribusian yang mendahului BAST (UPRS Penjaringan) (dalam rupiah)
No. Uraian Tgl
Pendistribusian Tgl. BAST Nilai Pengadaan
1 Barang keamanan dan ketertiban Juli 2017 22 September 2017 25.333.550
2. Barang cetakan umum Agustus 2017 5 September 2017 16.877.000
Nilai pengadaan 42.210.550
Berdasarkan Berita Acara cek fisik pada UPRS Penjaringan, diketahui
bahwa persediaan yang ada hanya berupa 2 buah ban kendaraan. Dari kondisi
diatas menunjukkan bahwa bukti penyaluran yang dilakukan mendahului
BAST hasil pengadaan, tidak dapat diyakini pelaksanaannya, disamping itu
dengan tidak adanya pencatatan penerimaan barang dari hasil pengadaan dan
penyalurannya, mengakibatkan tidak ada data yang dapat digunakan untuk
menyakini jumlah barang yang diterima dan sisa barang yang seharusnya
dilaporkan pada Laporan Persediaan per 31 Desember 2017.
4) UPRS Muara Baru
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 220
Laporan Keuangan per 31 Desember 2017 (Audited), nilai persediaan
UPRS muara baru per 31 Desember 2017 adalah Nol. Berdasarkan BA
pemeriksaan fisik yang dilaksanakan pada 7 Februari 2018, diketahui bahwa:
a) Pengadaan barang persediaan dan penyalurannya hanya dicatat dalam
kartu barang, yang dilaksanakan tidak secara berkala dan tertib,
sementara itu hasil pengadaan didistribusikan habis. Pemeriksaan atas
SPK Pengadaan barang persediaan Tahun 2017, diketahui terdapat sisa
persediaan berupa barang perlengkapan yang tidak ditemukan di
gudang, yang dirinci dalam tabel berikut.
Tabel 4.25. Sisa Persediaan yang tidak ditemukan di gudang UPRS Muara Baru
No Nama/Jenis Barang BAST Penyaluran Sisa Harga Satuan
(Rp)
Selisih Kurang (Rp)
1 Kertas F 4 80 gram 90 79 11 42,500 467,500
2 Keset karet 18 10 8 91,500 732,000
3 Palu karet 10 3 7 42,000 294,000
4 Toples 6 3 3 88,000 264,000
5 Kertas post it 25 5 5 6,300 6,900,000
6 Amplop putih 15 10 5 14,600 73,000
7 Tinta stempel 7 7 7 3,850 53,900
Total 8,784,400
b) Pemeriksaan lebih lanjut atas pelaksanaan pendistribusi persediaan
barang, juga ditemukan bahwa terdapat pendistribusian yang
dilaksanakan mendahului BAST atas hasil pengadaan barang persediaan
senilai Rp27.549.500,00 yaitu:
Tabel 4.26. Pendistribusian yang mendahului BAST (UPRS Muara Baru)
Nomor BAST Tgl BAST Tgl
Pendistribusian Nilai (Rp)
No. 275.2/-077.143 28 Agustus 2017 13 Juli 2017 23,497,500
No. 441/-077.143 10 Nopember 2017 13 Juli 2017 4,052,000
Total 27,549,500
c) Pemeriksaan cek fisik pada gudang penyimpanan persediaan
menunjukan bahwa pada UPRS Muara Baru masih terdapat barang
persediaan yang merupakan hasil pengadaan 2017, yang tersimpan pada
Subbagian Mechanical Electric senilai Rp59.348.525,00 seperti
dijelaskan dalam Lampiran 4.4.2.
Dari kondisi diatas menunjukan bahwa barang persediaan pada UPRS
Muara Baru memiliki risiko kehilangan, sementara itu bukti penyaluran yang
dilakukan mendahului BAST hasil pengadaan, sehingga tidak dapat diyakini
pelaksanaannya, dan dengan tidak adanya pencatatan penerimaan barang dari
hasil pengadaan dan penyalurannya, maka tidak ada data yang dapat
digunakan untuk menyakini jumlah barang yang diterima serta terdapat sisa
barang yang seharusnya dilaporkan pada Laporan Persediaan per 31
Desember 2017 senilai Rp59.348.525,00.
5) UPRS Pulogebang
Laporan Stock Opname per 31 Desember 2017 (Unaudited)
menunjukkan bahwa saldo barang persediaan UPRS Penjaringan senilai
Rp117.212.779,00, terdiri dari Persediaan Barang Pakai Habis.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 221
Berdasarkan BA cek fisik yang dilaksanakan pada 6 Februari 2018,
diketahui bahwa pencatatan mutasi barang masuk dan keluar persediaan di
UPRS Pulogebang telah dilakukan dalam kartu barang, namun
pelaksanaannya tidak dilakukan pencatatan secara berkala dan tertib. Barang
persediaan pada UPRS Pulogebang tersimpan pada unit kerja dalam lemari
penyimpan. Penyaluran yang dilaksanakan atas barang persediaan tidak
selalu dilaksanakan dengan bukti penyaluran. Pemeriksaan atas Laporan
Stock Opname Barang Persediaan per 31 Desember 2017, diketahui terdapat
barang persediaan berupa aset tetap yang tercatat dalam barang persediaan
senilai Rp15.644.200,00 yang dirinci dalam tabel berikut.
Tabel 4.27. Aset Tetap yang terdapat dalam Laporan Stock Opname UPRS Pulogebang (dalam rupiah)
No Nama barang Jumlah Harga satuan Nilai Barang
1 Meja alat 2 3.900.600 7.801.200
2 Mesin las 2 3.245.000 6.490.000
3 Multi PurposeWrench 20 67.650 1.353.0000
Total 15.644.200
Dengan tidak adanya pencatatan penerimaan barang dari hasil pengadaan
dan penyalurannya yang dilaksanakan secara tertib dan baik, maka tidak ada
data yang dapat digunakan untuk menyakini jumlah barang yang diterima
dan sisa barang yang seharusnya dilaporkan pada laporan persediaan UPRS
Pulogebang per 31 Desember 2017.
b. Dinas PE
Laporan Keuangan Gabungan Dinas PE per 31 Desember 2017 (Audited)
menyajikan Persediaan senilai Rp175.140.132.234,00. Rincian dapat dilihat pada
tabel berikut: Tabel 4.28. Nilai Persediaan Dinas PE per 31 Desember 2017
(dalam rupiah)
No NAMA SKPD/UKPD Nilai (Rp)
1. Dinas PE 72.406.367.284
2. Unit Industri Kerajinan dan Tekstil 152.725.606
3. Unit Industri Bahan dan Barang Teknik 124.617.180
4. Sudin PE -Jakarta Pusat 10.477.924.221
5. Sudin PE -Jakarta Utara 18.426.519.903
6. Sudin PE -Jakarta Barat 10.694.839.884
7. Sudin PE -Jakarta Selatan 12.712.157.884
8. Sudin PE -Jakarta Timur 48.463.307.471
9. Sudin PE – Kepulauan Seribu 1.681.672.801
Jumlah 175.140.132.234
Sumber: Matriks Neraca Gabungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Audited)
Berdasarkan pemeriksaan atas kegiatan penatusahaan persediaan pada
Dinas PE diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sudin PE Kepulauan Seribu
Berdasarkan Laporan Stock Opname per 31 Desember 2017, barang
persediaan Sudin PE Kepulauan Seribu senilai Rp1.711.201.393,00 terdiri
dari alat listrik elektronik, ATK dan cetakan, dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.29. Nilai Persediaan Sudin PE Kepulauan Seribu per 31 Desember 2017 (dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai (Rp)
Persediaan Barang Pakai Habis 1.607.831.213
Persediaan Bahan/Material 29.443.950
Persediaan Barang Lainnya 73.926.230
1.711.201.393
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 222
Berdasarkan pemeriksaan dan cek fisik yang dilaksanakan tanggal 9
Februari 2018, atas persediaan pada Sudin PE Kepulauan Seribu diketahui
hal-hal sebagai berikut:
a) Jumlah sisa barang dalam Laporan Stock Opname akhir tahun berbeda
dengan jumlah sisa barang dalam Kartu Barang
Mutasi barang masuk dan keluar persediaan pada Sudin PE Kepulauan
Seribu telah tercatat dalam Kartu Barang. Penyaluran persediaan
dilaksanakan melalui mekanisme pengajuan permintaan dari pengguna
kepada Pengurus Barang.
Berdasarkan pengecekan secara sampel atas beberapa barang dalam
Laporan Stock Opname akhir tahun dibandingkan dengan sisa barang
dalam Kartu Barang diketahui bahwa terdapat jumlah sisa persediaan
dalam Laporan Stock Opname akhir tahun atas beberapa barang berbeda
dengan jumlah sisa persediaan dalam Kartu Barang, seperti dijelaskan
dalam lampiran 4.4.3.
b) Terdapat selisih jumlah persediaan yang harus disajikan pada akhir tahun
2017
Stock Opname persediaan akhir tahun dilakukan pada tanggal 29
Desember 2017. Nilai persediaan hasil stock opname tanggal 29
Desember 2017 tersebut menjadi nilai persediaan dalam Laporan
Keuangan Unaudited tahun 2017. Berdasarkan penjelasan Pengurus
Barang, stock opname barang dilakukan kembali pada tanggal 4 Januari
2018 untuk memulai administrasi persediaan yang di kelola. Dari hasil
stock opname tersebut, diketahui terdapat perbedaan jumlah barang
untuk beberapa jenis barang sebagaimana dijelaskan dalam lampiran
4.4.4. Penjelasan lebih lanjut oleh Pengurus Barang, diketahui bahwa
selama periode tanggal 29 Desember 2017 sampai dengan tanggal 4
Januari 2018 tidak ada pengeluaran barang.
c. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Laporan Keuangan Gabungan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan Provinsi DKI Jakarta per 31 Desember 2017 (Audited) menyajikan
Persediaan senilai Rp27.067.056.794,00, dengan rincian dalam tabel berikut:
Tabel 4.30. Nilai Persediaan Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan per 31 Desember 2017
Sumber: Matriks Neraca Gabungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Audited)
No Nama SKPD/UKPD Nilai (Rp)
1. Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan 16.581.390.362
2. Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
130.602.383
3. Laboratorium Kebakaran dan Penyelamatan 58.078.600
4. Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan -Jakarta Pusat 2.520.812.225
5. Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan -Jakarta Utara 561.224.120
6. Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan -Jakarta Barat 2.731.692.985
7. Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan -Jakarta Selatan 1.190.282.856
8. Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan -Jakarta Timur 3.292.973.263
Jumlah 27.067.056.794
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 223
Berdasarkan pemeriksaan atas pengelolaan dan penatausahaan persediaan
pada Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan diketahui hal-hal
berikut:
1) Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan
Pemeriksaan atas prosedur penyaluran barang persediaan di Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan,
diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Untuk pengambilan/distribusi barang tidak selalu disertai surat
permintaan/pengeluaran barang (terutama jika Pengurus Barang tidak
ada di tempat). Surat permintaan/pengeluaran barang dibuat menyusul;
b) Pencatatan di kartu barang untuk pengambilan/distribusi barang tahun
2017 tidak segera dilakukan dan bukti pengeluaran barang harus
dikumpulkan terlebih dahulu pada unit yang membutuhkan barang;
c) Kartu Barang tahun 2017 belum seluruhnya ada (baru sebagian dibuat);
d) Pemeriksaan secara sampel atas pencatatan mutasi keluar di Kartu
Barang dibandingkan dengan Surat Permintaan Barang atau Surat
Perintah Penyaluran barang, diketahui bahwa pada tanggal yang sama
terdapat jumlah mutasi keluar yang berbeda antara catatan pada kartu
barang dan surat permintaan barang.
Hasil cek fisik yang dilaksanakan pada tanggal 13 Maret 2018 menunjukkan
bahwa terdapat selisih antara Laporan Persediaan dengan fisik barang di
gudang, sebagai berikut:
Tabel 4.31. Selisih catatan dan fisik persediaan di Pusdiklat Kebakaran dan Penyelamatan
Nama Barang 31/12/2017 Penyaluran
Jan – 13 Maret 2018 13/03/2018 (Catatan)
13/03/2018 (Fisik)
Selisih (kurang)
Lampu LED 18 W 77 0 77 72 (5)
Lampu Mercury 160 W 10 0 10 0 (10)
Lampu TL 36 W 34 13 21 0 (21)
Lampu TL 18 W 17 4 13 3 (10)
Kertas A4 24 0 24 13 (11)
Kertas F4 534 10 524 188 (336)
Tinta Printer (black) 67 10 57 29 (28)
Tinta Printer (colour) 27 0 27 15 (12)
Pembersih porselin 145 0 145 92 (53)
Sapu lidi 321 32 289 146 (143)
Garpu Sampah 2 0 2 1 (1)
Floor Cleaner 60 11 49 18 (31)
Tempat sampah besar 5 0 5 0 (5)
Alat Pel 95 0 95 53 (42)
Pengurus Barang menyatakan bahwa selisih tersebut sebagian besar
disebabkan tanda terima penyaluran terlambat disampaikan kepada Pengurus
Barang, sedangkan untuk kertas F4, selisih antara lain disebabkan karena
kertas tersebut dipakai untuk kegiatan penggadaan modul diklat dan saat itu
belum disertai surat permintaan/pengeluaran barang karena kebutuhan yang
mendesak. Namun sampai dengan pemeriksaan berakhir, tanda terima
penyaluran atas barang persediaan yang selisih belum diterima oleh BPK.
Dengan tidak adanya bukti penyaluran atas barang persediaan yang
selisih tersebut, maka tidak dapat diyakini penggunaannya dan tidak ada data
yang dapat digunakan untuk menyakini jumlah sisa barang yang seharusnya
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 224
dilaporkan pada Laporan Persediaan per 31 Desember 2017. Kondisi ini
menunjukan bahwa Laporan Persediaan per 31 Desember 2017 pada Pusat
Pendidikan dan Pelatihan Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
belum sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
2) Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan
Pemeriksaan atas prosedur penyaluran barang persediaan pada Sudin
Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan Jakarta Selatan, diketahui
hal-hal sebagai berikut:
a) Pengurus Barang hanya mencatat penerimaan barang dan pengeluaran
barang ATK, Alat Kebersihan, Cetakan. Untuk pencatatan penerimaan
dan pengeluaran peralatan pemadam dan alat listrik, dilakukan oleh Seksi
Prasarana dan Sarana;
b) Untuk pelaporan persediaan, Seksi Prasarana dan Sarana tidak
melaporkan penerimaan dan pengeluaran serta sisa barang kepada
Pengurus Barang, sehingga untuk pelaporan persediaan, Pengurus
Barang menghitung fisik seluruh barang persediaan (stok opname) yang
ada di gudang;
c) Mutasi masuk dan keluar barang untuk persediaan yang dikelola Seksi
Prasarana dan Sarana belum diperoleh;
d) Bukti pengeluaran barang yang masih tersimpan dalam map belum
diinput ke dalam Kartu Barang tahun 2017.
Berdasarkan cek fisik yang dilakukan pada tanggal 15 Maret 2018
diketahui terdapat barang yang tidak masuk dalam Laporan Stok opname
akhir tahun karena pengelolaannya dilakukan oleh Seksi Sarana dan
Prasarana. Barang persediaan yang belum masuk dalam Laporan Stock
opname per 31 Desember 2017 tersebut dijelaskan dalam Lampiran 4.4.5.
Hal tersebut menunjukan bahwa Laporan Stock Opname per 31
Desember 2017 pada Sudin Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan
Jakarta Selatan belum menyajikan jumlah dan nilai persediaan yang
sebenarnya.
d. Dinas CKTRP
Laporan Keuangan Gabungan Dinas CKTRP per 31 Desember 2017
(Audited) menyajikan Persediaan senilai Rp37.173.105.044,00, dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 4.32. Nilai Persediaan Dinas CKTRP per 31 Desember 2017 (dalam rupiah)
No NAMA SKPD/UKPD Nilai (Rp)
1. Dinas Cipta Karya 36.821.874.297
2. Sudin Cipta Karya-Jakarta Pusat 77.677.563
3. Sudin Cipta Karya-Jakarta Utara 8.235.000
4. Sudin Cipta Karya-Jakarta Barat 15.586.298
5. Sudin Cipta Karya-Jakarta Selatan 105.350.906
6. Sudin Cipta Karya-Jakarta Timur 93.659.056
7. Sudin Cipta Karya-Kepulauan Seribu 50.721.924
Jumlah 37.173.105.044
Sumber: Matriks Neraca Gabungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (Audited)
Pemeriksaan lebih lanjut atas Laporan Stock Opname Persediaan per 31
Desember 2017, catatan persediaan, catatan penerimaan baik berupa BAST
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 225
maupun buku manual atas pengadaan barang persediaan, surat keluar barang dari
gudang, serta laporan persediaan terkait lainnya pada Dinas CKTRP dan
beberapa UKPD di bawah Dinas CKTRP, diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Sudin CKTRP Jakarta Selatan
Berdasarkan Laporan Stock Opname per 31 Desember 2017, barang
persediaan Sudin CKTRP Jakarta Selatan senilai Rp105.350.906,00 terdiri
dari:
Tabel 4.33. Nilai Persediaan Sudin CKTRP Jaksel per 31 Desember 2017 (dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai
Persediaan Barang Pakai Habis 95.868.356
Persediaan Bahan/Material 0
Persediaan Barang Lainnya 9.482.550
Nilai Persediaan 105.350.906
Hasil pemeriksaan atas laporan persediaan dan pemeriksaan fisik yang
dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2018, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Terdapat barang persediaan yang dikeluarkan dari Laporan Persediaan
senilai Rp84.668.231,00 yang belum diungkapkan dalam CaLK. Barang
persediaan tersebut dikeluarkan dari laporan persediaan karena dianggap
sudah tidak digunakan/tidak dibutuhkan lagi di Sudin CKTRP sesuai
perubahan organisasi yang baru. Atas barang-barang tersebut belum
diajukan untuk dihapuskan;
b) Hasil cek fisik yang dilaksanakan pada tanggal 20 Maret 2018 atas
barang-barang tersebut diketahui kondisi barang masih baik. Jumlah
barang persediaan yang dihapuskan tersebut sebanyak 21 jenis senilai
Rp84.668.231,00 seperti dijelaskan dalam Lampiran 4.4.6.
Barang persediaan yang tidak dipergunakan lagi dapat dikelompokkan dalam
persediaan slow moving/usang dan sesuai kebijakan akuntansi persediaan,
atas persediaan yang sudah usang tersebut disajikan sebagai beban
persediaan dan dijelaskan dalam Calk. Jika ada penjualan atas barang-barang
yang usang tersebut, maka diakui sebagai Lain-lain pendapatan Asli Daerah.
Hal ini menunjukkan terdapat barang persediaan yang tidak tercatat dalam
laporan persediaan per 31 Desember 2017 Unaudited pada Sudin CKTRP
Jakarta Selatan dan nilai persediaan tersebut bukan nilai persediaan yang
sebenarnya.
2) Sudin CKTRP Jakarta Timur
Berdasarkan Laporan Stock Opname per 31 Desember 2017, Barang
Persediaan Sudin Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta Timur
senilai Rp181.133.653,00 terdiri dari:
Tabel 4.34. Nilai Persediaan Sudin CKTRP Jaktim per 31 Desember 2017 (dalam rupiah)
Jenis Persediaan Nilai
Persediaan Barang Pakai Habis 77.450.553
Persediaan Bahan/Material 0
Persediaan Barang Lainnya 103.683.100
181.133.653
Berdasarkan pemeriksaan dan cek fisik yang dilaksanakan pada tanggal 21
Maret 2018 atas persediaan pada Sudin CKTRP Jakarta Timur diketahui
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 226
terdapat barang persediaan usang senilai Rp90.465.850,00 yang belum
diungkapkan dalam CaLK.
Dalam Laporan Stock Opname 31 Desember 2017 terdapat barang persediaan
yang sudah tidak dipakai karena adanya perubahan organisasi yang terdiri
dari 19 jenis barang senilai Rp90.465.850 seperti dijelaskan dalam
Lampiran 4.4.7.
Barang-barang yang tidak dipakai lagi seharusnya dikelompokkan dalam
persediaan slow moving/usang dan sesuai kebijakan akuntansi persediaan,
atas persediaan yang sudah usang tersebut disajikan sebagai beban
persediaan dan dijelaskan dalam CaLK. Jika ada penjualan atas barang-
barang yang usang tersebut, maka diakui sebagai Lain-lain pendapatan asli
daerah.
Hal ini menunjukan bahwa nilai persediaan yang dilaporkan dalam Laporan
Persediaan Sudin CKTRP Jakarta Timur per 31 Desember 2017 bukan nilai
persediaan yang sebenarnya.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 161 Tahun 2017 yang mengatur tentang
Kebijakan Akuntansi Pemprov DKI Jakarta, pada:
1) Kebijakan Akuntansi Persediaan
a) Angka 5 mengenai definisi persediaan. Persediaan adalah aset lancar
dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk
mendukung kegiatan operasional pemerintah provinsi DKI Jakarta, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan
dalam rangka pelayanan kepada masyarakat;
b) Angka 8 menyatakan Persediaan juga mencakup Barang atau
perlengkapan yang diperoleh selain dari Belanja persediaan, misalnya
yang bersumber dari hibah dan reklasifikasi aset yang diperoleh dari
Belanja modal yang tidak memenuhi kualifikasi sebagai aset tetap;
c) Angka 14 menyatakan Persediaan dalam kondisi sudah layak
pakai/usang/rusak/sejenisnya tidak dilaporkan dalam neraca, tetapi
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
d) Angka 15 menyatakan Persediaan dalam kondisi sudah tidak layak
pakai/usang/rusak/sejenisnya adalah persediaan yang sudah tidak dapat
difungsikan.
e) Angka 16 menyatakan Barang yang memiliki kriteria barang pecah belah
seperti gelas dan piring tidak diperlakukan sebagai persediaan pakai
habis, tetapi dicatat sebagai barang ekstra komptabel dengan
pertimbangan barang tersebut relative mudah tidak berfungsi karena
mudah pecah atau rusak
f) Angka 40 menyatakan Persediaan dalam kondisi sudah tidak layak
pakai/using/rusak/sejenisnya berdasarkan hasil verifikasi/pengecekan/
inventarisasi yang dituangkan dalam Berita Acara Stock Opname,
disajikan sebagai beban persediaan dan dilaporkan dalam laporan
operasional serta diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 227
g) Angka 41 menyatakan jika ada hasil penjualan atas persediaan yang telah
using atau rusak diakui sebagai Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang
sah-LRA dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah-LO.
b. Keputusan Gubernur Nomor 315 tahun 2017 tentang Penunjukkan Pengurus
Barang, Pengurus Barang Pembantu dan Atasan Langsungnya Tahun Anggaran
2017, pada diktum kedua: Tugas dan tanggung jawab Pengurus Barang dan
Pengurus Barang Pembantu antara lain:
1) Melaksanakan pencatatan dan inventarisasi Barang Milik Daerah
2) Melakukan stock opname barang persediaan
3) Membuat Laporan mutasi barang setiap bulan yang disampaikan kepada
Pengelola Barang melalui Pengguna Barang/Kuasa Pengguna Barang setelah
diteliti oleh Pejabat Penatausahaan Pengguna Barang
Permasalahan tersebut mengakibatkan nilai persediaan DPRKP, Dinas PE serta
Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan serta Dinas CKTRP per 31
Desember 2017 tidak akurat dan tidak menggambarkan nilai persediaan yang
sebenarnya.
Hal tersebut disebabkan:
a. Pengurus Barang tidak optimal dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, yaitu
mengadministrasikan barang persediaan;
b. Kepala UPRS Marunda, UPRS Pinus Elok, UPRS Penjaringan, UPRS Muara
Baru, UPRS Pulo Gebang, Kepala Sudin Perindustrian dan Energi Kepulauan
Seribu, Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan, Kepala
Sudin Diskar Jakarta Selatan, Kepala Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan
Penyelamatan, Kepala Sudin Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta
Selatan dan Kepala Sudin Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta Timur
lemah dalam melakukan pengendalian dan pengawasan atas pengelolaan,
penatausahaan dan penyajian barang persediaan.
Atas permasalahan tersebut Kepala SKPD terkait sepakat dengan penjelasan
sebagai berikut.
a. Kepala UPRS Marunda sependapat dengan BPK dan akan menindaklanjuti
dengan melakukan perbaikan administrasi dan mengadakan penyediaan sarana
dan prasarana untuk menyimpan barang persediaan yang memadai;
b. Kepala UPRS Pinus Elok sependapat dengan BPK dan akan menindaklanjuti
dengan melakukan perbaikan administrasi dan mengadakan penyediaan sarana
dan prasarana untuk menyimpan barang persediaan;
c. Kepala UPRS Penjaringan sependapat dengan BPK dan akan menindaklanjuti
dengan melakukan perbaikan administrasi dan mengadakan penyediaan sarana
dan prasarana untuk menyimpan barang persediaan;
d. Kepala UPRS Muara Baru sependapat dengan BPK dan akan menindaklanjuti
dengan melakukan perbaikan administrasi dan mengadakan penyediaan sarana
dan prasarana untuk menyimpan barang persediaan
e. Kepala UPRS Pulo Gebang sependapat dengan BPK dan akan menindaklanjuti
dengan mematuhi ketentuan yang berlaku;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 228
f. Kepala Sudin PE Kepulauan Seribu sependapat dengan BPK dan akan
menindaklanjuti dengan melakukan perbaikan administrasi pencatatan
persediaan;
g. Kepala Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan sependapat dengan
BPK dan akan menindaklanjuti dengan melakukan perbaikan administrasi
pencatatan persediaan serta Pengurus Barang akan berkoordinasi dengan Seksi
Prasarana dan Sarana untuk memperoleh bukti keluar masuk barang persediaan;
h. Kepala Sudin Diskar Jakarta Selatan sependapat dengan BPK dan akan
menindaklanjuti dengan melakukan perbaikan administrasi pencatatan
persediaan;
i. Kepala Pusdiklat Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan sependapat
dengan BPK dan akan menindaklanjuti dengan melakukan perbaikan
administrasi pencatatan persediaan;
j. Kepala Sudin Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta Selatan
sependapat dengan BPK dan akan menindaklanjuti dengan mengajukan usulan
penghapusan barang; dan
k. Kepala Sudin Cipta Karya, Tata Ruang dan Pertanahan Jakarta Timur sependapat
dengan BPK dan akan menindaklanjuti dengan mengajukan usulan penghapusan
barang.
BPK merekomendasikan Gubernur agar menginstruksikan kepada:
a. Sekretaris Daerah supaya membentuk Tim yang dikoordinasikan oleh Kepala
BPAD yang bertanggungjawab untuk:
1) Membuat peraturan terkait pengelolaan persediaan termasuk penghapusan
persediaan sebagai turunan dari Permendagri nomor 19 Tahun 2016; dan
2) Menyusun dan menetapkan SOP terkait mekanisme pencatatan persediaan
yang dikelola oleh Bidang/Satuan Pelaksana;
b. Kepala Dinas terkait untuk:
1) Melakukan Pengendalian dan pengawasan atas pelaksanaan penatausahaan
dan pengelolaan persediaan di instansinya sesuai ketentuan yang telah
ditetapkan;
2) Memerintahkan Pengurus Barang agar melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam penatausahaan dan pengelolaan persediaan sesuai ketentuan
yang berlaku.
4.5. Penatausahaan Persediaan pada Dinas Bina Marga dan Dinas SDA Tidak
Tertib
Tiga SKPD Pemprov DKI Jakarta yaitu Sudin Bina Marga Jakarta Utara, Sudin
SDA Jakarta Barat dan Sudin SDA Jakarta Timur menyajikan Persediaan dalam
Neraca (Audited) per 31 Desember 2017 sebesar Rp16.612.742.520,00 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.35. Rincian Persediaan Suku Dinas Bina Marga Jakarta Utara, Suku Dinas SDA Jakarta Barat dan Suku Dinas SDA Jakarta Timur per 31 Desember 2017
(dalam rupiah)
No Nama SKPD/UKPD Persediaan
Bahan Pakai Habis
Persediaan Bahan/Material
Persediaan Barang Lainnya
Nilai Persediaan
1 2 3 4 5 6=3+4+5
1 Sudin Bina Marga Jakarta Utara 10.699.403,00 4.575.065.185,00 7.141.530,00 4.592.906.118,00
2 Sudin SDA – Jakarta Barat - 5.296.206.261,00 - 5.296.206.261,00
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 229
No Nama SKPD/UKPD Persediaan
Bahan Pakai Habis
Persediaan Bahan/Material
Persediaan Barang Lainnya
Nilai Persediaan
3 Sudin SDA – Jakarta Timur 2.753.300,00 6.720.876.841,00 - 6.723.630.141,00
Jumlah Persediaan 13.452.703,00 16.592.148.287,00 7.141.530,00 16.612.742.520,00
Pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan persediaan pada ketiga suku dinas
tersebut diketahui permasalahan sebagai berikut:
a. Sudin Bina Marga Jakarta Utara
Sudin Bina Marga Jakarta Utara menyajikan Persediaan dalam Neraca
(Unaudited) per 31 Desember 2017 sebesar Rp4.592.906.118,00 dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 4.36. Rincian Persediaan Sudin Bina Marga Jakarta Utara (Audited) 2017 (dalam rupiah)
No. Jenis Persediaan Jumlah
1 Persediaan Bahan Pakai Habis 10.699.403,00
2 Persediaan Bahan/Material 4.575.065.185,00
3 Persediaan Barang Lainnya 7.141.530,00
Nilai Persediaan 4.592.906.118,00
Pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan persediaan pada Sudin Bina Marga
Jakarta Utara diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Pengelolaan Persediaan Material di Gudang Belum Tertib dan tidak
dilakukan oleh Pengurus Barang
Pelaksanaan pengadaan barang persediaan bahan habis pakai berupa ATK
dan barang lainnya dilaksanakan oleh Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan
(PPTK) Kepala Seksi Perencanaan, sedangkan untuk pelaksanaan
pengadaan persediaan barang material dilaksanakan oleh Kepala Seksi Jalan
dan Jembatan. Berdasarkan Daftar Penerimaan Barang Persediaan tahun
2017 diketahui bahwa jumlah persediaan yang diterima digudang senilai
Rp12.210.959.912,00 dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 4.37. Pengadaan Persediaan Diterima di Gudang Tahun 2017 (dalam rupiah)
Nomor Uraian Jumlah SPK/SP Nilai (Pajak)
1. Persediaan Bahan Pakai Habis 2 75,327,912
2. Persediaan Barang Material 53 11,567,851,168
3. PersediaanBarang Lainnya 8 567,780,832
Jumlah Pengadan persediaan 12,210,959,912
Pengadaan atas Belanja Barang Persediaan Bahan Pakai Habis (ATK) dan
persediaan barang lainnya tersimpan dalam gudang yang berada di Kantor
Sudin Bina Marga Jakarta Utara, sementara hasil pengadaan barang
persediaan material di diterima di gudang penyimpanan yang dimiliki Sudin
Bina Marga Jakarta Utara, yaitu Gudang Cilincing, Loadan dan Gudang
BMW (gudang milik Pemprov DKI Jakarta, yang ditempati bersama dinas
lain). Pemeriksaan atas pengelolaan persediaan barang material tersebut
diketahui permasalahan sebagai berikut.
a) Penerimaan material di gudang:
(1) Penyerahan hasil pengadaan tahun 2017, untuk barang habis pakai
dan barang lainnya, diterima di kantor Sudin Bina Marga Jakarta
Utara oleh Panitia Penerima Hasil Pekerjaan (PPHP). Setelah
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 230
dilakukan pengecekan apabila telah sesuai dengan pesanan,
barang disimpan dan PPHP menyerahkan barang tersebut kepada
Pengurus Barang kemudian disimpan di gudang kantor dan
dikelola oleh Pengurus Barang;
(2) Persediaan barang material diterima oleh PPHP di gudang sudin.
Namun barang seringkali datang dan diterima hanya oleh Penjaga
Gudang, karena barang datang ke gudang pada malam hari
mengingat barang material merupakan barang besar dan berat yang
tidak boleh diangkut pada siang hari, sehingga seringkali PPHP
tidak mengikuti penerimaan barang digudang. Laporan atas barang
masuk ke gudang disampaikan oleh penjaga gudang kepada Seksi
Jalan dan Jembatan sementara itu laporan barang material yang
masuk ke gudang tidak disampaikan ke Pengurus Barang
sehingga Pengurus Barang tidak mengetahui jumlah barang dan
jenis barang yg telah masuk dalam gudang
(3) Surat jalan penerimaan barang ditandatangani oleh penerima
barang (Penjaga Gudang), pengawas lapangan dan pengemudi dari
supplier;
(4) Selanjutnya material disimpan sesuai dengan jenis barang.
b) Pengelolaan dan pencatatan barang di gudang
(1) Pencatatan barang di gudang baik jenis maupun jumlah barang
didasarkan pada SPK ataupun SP Pengadaan.
(2) Penggunaan barang di gudang persediaan dilaksanakan oleh
Pengurus Barang dan Penjaga Gudang yang merupakan staf dari
Seksi Jalan dan Jembatan. Barang persediaan yang keluar dari
gudang dicatat berdasarkan surat permohonan permintan barang,
namun sering pula dilakukan secara lisan dan surat permohonan
diajukan setelah barang keluar dari gudang.;
(3) Surat permohonan barang ditandatangani oleh Kepala Satuan
Pelaksana, kooordinator kepala dan seksi. Surat permohonan yang
sudah ditandatangani diajukan ke gudang untuk permintaan dan
pengeluaran barang dari gudang;
(4) Pencatatan pengeluaran barang oleh penjaga gudang diserahkan
kepada Seksi Jalan dan Jembatan dan dibuat rekap pengeluaran
barang;
(5) Kartu barang dibuat oleh Seksi Jembatan dan Jalan selaku
pelaksanaan pengadaan dan pengguna barang;
(6) Dari laporan rekapan Seksi Jembatan dan Jalan, setiap semester
diberikan kepada Pengurus Barang untuk dibuat Laporan
Persediaan secara keseluruhan
(7) Penggunaan barang persediaan diketahui oleh Seksi Pemeliharaan,
selaku pelaksana pengadaan barang dan selaku pemilik serta
pengguna barang persediaan.
Kondisi diatas menunjukkan bahwa penatausahaan persediaan belum
dilaksanakan secara tertib, dimana pencatatan surat jalan dan pengeluaran
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 231
persediaan tidak langsung dilakukan pada saat terjadi mutasi barang, surat
jalan hanya ditandatangani oleh penjaga gudang dan penerima/pengguna
barang (PHL Kecamatan), sementara itu barang keluar dari gudang dapat
dilakukan walau tidak mengunakan surat permohonan dan permintaan
dilakukan secara lisan;
Pemeriksaan juga menunjukkan bahwa tidak terdapat kartu kendali atas
penggunaan barang di gudang, sebagai bukti mutasi persediaan, selain surat
jalan dan buku catatan penjaga gudang. Pencatatan buku penjaga gudang
tidak dilaksanakan secara berkala dan tertib. Rekapitulasi pengeluaran
barang persediaan yang dibuat berdasarkan surat jalan tidak dilaksanakan
setiap bulan. Kondisi di atas juga menunjukkan bahwa pelaksanaan
pengelolaan di gudang persediaan barang material tidak dilaksanakan oleh
Pengurus Barang selaku penanggung jawab gudang, yang telah ditetapkan
berdasarkan Ketetapan Gubernur, namun dilaksanakan oleh Seksi
Pemeliharan Jalan dan Jembatan selaku pelaksana pengadaan dan pengguna
barang.
2) Terdapat Selisih antara Catatan Persediaan Tahun 2017 dengan Jumlah
Barang di Gudang sebanyak 1.826 Buah Kansteen Tali Air
Berdasarkan Berita Acara Stock Opname Sudin Bina Marga Jakarta Utara,
diketahui nilai persediaan per 31 Desember 2017 senilai
Rp12.210.959.912,00 yang terdiri dari 3 macam persediaan, sebagaimana
tabel di atas. Hasil pemeriksaan fisik persediaan di Gudang Material
Cilincing, Lodan dan Gudang BMW pada tanggal 6 Maret 2018 yang
dilaksanakan oleh BPK didampingi oleh Pengurus Barang dan Penanggung
Jawab Gudang, diketahui bahwa terdapat selisih atas persediaan barang
material berupa Kansteen Tali Air yang ada di gudang dengan jumlah
persediaan yang sesunguhnya.
Berdasarkan rekapitulasi penerimaan barang persediaan Tahun 2017
diketahui bahwa jumlah pengadaan kansteen tali air dilaksanakan
berdasarkan tiga SPK yang dilaksanakan oleh dua rekanan. Keseluruhan
pengadaan persediaan kansteen tali air Tahun 2017, telah dibayar lunas oleh
Sudin Bina Marga Jakarta Utara. Berdasarkan data rekapitulasi penerimaan
barang persediaan, jumlah pengadaan kansteen tali air Tahun 2017
sebanyak 2.500 buah, sedangkan sisa persediaan tahun 2016 sebanyak 16
buah, sehingga jumlah stock kansteen tali air tahun 2017 sebanyak 2.516
buah. Rekapitulasi pengeluaran barang Tahun 2017 dari gudang sebanyak
269 buah. Hasil cek fisik pada tanggal 6 Maret 2018 pada ketiga gudang
tersebut sebanyak 165 buah. Rekapitulasi penerimaan dan pengeluaran atas
kansteen tali air dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.38. Pengadaan dan Pengeluaran Persediaan Kasteen Tali Air
No Rekanan SPK/SP Tgl . Bayar
SP2D Jumlah (batang)
Harga Satuan
Pajak Nilai
A. Saldo Kansteen Tali-tali Air berdasarkan stock opname per 31 Desember 2016
16.00
B. Pengadaaan Kansteen Tali Air Tahun 2017
CV. Danil Riani Mandiri 227/1.792.1 tgl. 17 April 2017
2007028 tgl. 20 Juni 2017
200 71,000 1,420,000 15,620,000
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 232
No Rekanan SPK/SP Tgl . Bayar
SP2D Jumlah (batang)
Harga Satuan
Pajak Nilai
PT. Fajar Cemerlang 1577/1.792.1 tgl. 6 Okt. 2017
2020303 tgl. 27 Des. 2017
1,500 62,000 9,300,000 102,300,000
PT. Fajar Cemerlang 1616/1.792.1 tgl. 13 Okt. 2017
2020304 tgl. 27 Des. 2017
800 62,000 4,960,000 54,560,000
Jumlah Pengadaaan Kansteen Tali Air 2017 2,500
Jumlah Kasteen Tali Air Tahun 2017 2,516
C. Jumlah Pengeluaran Tahun 2017 berdasarkan Rekapitulasi pengeluaran
( 269 )
D. Saldo Kansteen per 31 Desember 2017 2,247
F. Januari - Maret 2018
- Barang masuk ke gudang pada tanggal 10 Januari 2018 60
- Pengeluaran berdasarkan Bukti surat keluar dan catatan (126)
G. Saldo kansteen tali Air seharusnya per Maret 2018 2,181
H. Cek Fisik di Gudang per Maret 2018 (165)
Kansteen Tali Air yang dititipkan pada gudang rekanan (190)
Nilai Selisih Persediaan atas Kasteen tali air 1,826 62,000 11,321,200 124,533,200
Dari tabel di atas diketahui bahwa saldo kansteen tali air per 31 Desember
2017 seharusnya sebanyak 2.247 buah, jumlah pengeluaran Januari sampai
dengan 6 Maret 2018 sebanyak 126 buah, sehingga jumlah kansteen tali air
seharusnya yang tersimpan digudang sebanyak 2.181 buah. Namun
berdasarkan hasil cek fisik hanya sebanyak 165 buah dan yang dititipkan
pada gudang rekanan sebanyak 190 buah. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat selisih pencatatan persediaan atas barang persediaan kansteen tali
air sebanyak 1.826 buah atau senilai Rp124.533.200,00.
b. Sudin SDA Jakarta Barat
Sudin SDA Jakarta Barat dan Jakarta Timur menyajikan Persediaan dalam
Neraca (Audited) per 31 Desember 2017 sebesar Rp12.019.836.402,00 dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.39. Rincian Persediaan Suku Dinas SDA Jakarta Barat dan Jakarta Timur Unaudited 2017
(dalam rupiah)
No Nama SKPD/UKPD Persediaan
Bahan Pakai Habis
Persediaan Bahan/Material
Persediaan Barang Lainnya
Nilai Persediaan
1 2 3 4 5 6=3+4+5
1 Sudin SDA – Jakarta Barat - 5.296.206.261,00 - 5.296.206.261,00
2 Sudin SDA – Jakarta Timur 2.753.300,00 6.720.876.841,00 - 6.723.630.141,00
Jumlah Persediaan 2.753.300,00 12.017.083.102,00 12.019.836.402,00
Pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan persediaan pada Sudin tersebut
diketahui hal-hal sebagai berikut:
1) Pengelolaan Persediaan Material di Gudang Belum Tertib dan Tidak
Dilaksanakan oleh Pengurus Barang
Pengadaan barang persediaan bahan material dilakukan dalam rangka
pemeliharaan saluran air di Wilayah Jakarta Barat, dilaksanakan oleh Seksi
Pemeliharaan Saluran Air Sudin SDA Jakarta Barat. Barang persediaan
material tersebut diterima di gudang penyimpanan yang dimiliki Sudin SDA
Jakarta Barat, yaitu Gudang eks Kantor Kecamatan Kembangan dan Gudang
Mercu Buana.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 233
Hasil pemeriksaan cek fisik tanggal 20 Februari 2018 di gudang
penyimpanan material menunjukkan penatausahaan dan pengelolaan
persediaan belum dilaksanakan secara tertib, sebagai berikut :
a) Penerimaan material di gudang:
(1) Penerimaan barang persediaan pengadaan tahun 2017 dilaksanakan
oleh Seksi Pemeliharaan (sebagai pelaksana pengadaan barang) dan
Sub Bagian Tata Usaha, selaku Panitia Penerima Barang Tahun
2017, namun tidak disaksikan oleh Pengurus Barang;
(2) Setelah dilakukan pengecekan kesesuaian antara barang yang datang
dengan pesanan, maka barang akan disimpan di gudang. Untuk
pasir, batu belah, kayu dolken disimpan di Gudang Mercu Buana,
sedangkan triplek, karung, kayu, paku dan bahan materil lainnya
disimpan di Gudang eks Kantor Kecamatan Kembangan;
(3) Surat jalan dari rekanan ditandatangani oleh Panitia Penerima
barang, dan pengemudi dari supplier (Pengurus barang tidak ikut
serta dalam panitia penerima barang maupun pada saat barang
diterima di gudang).
b) Pencatatan dan Pengelolaan barang di gudang
(1) Pencatatan barang di gudang baik jenis maupun jumlah barang
didasarkan pada Surat Perintah Kerja (SPK) ataupun Surat Pesanan
(SP) Pengadaan;
(2) Pengelolaan barang di gudang dilaksanakan oleh Penjaga Gudang,
yang merupakan Pekerja Lepas Harian/Penyedia Jasa Lainnya
Perorangan (PLH/PJLP) staf Seksi Pemeliharaan. Barang
persediaan yang keluar dari gudang dicatat dalam surat jalan
(rangkap 4) atau buku catatan Penjaga Gudang. Lampiran putih dari
surat jalan diberikan oleh Penjaga Gudang ke Kantor Sudin SDA
Jakarta Barat setiap akhir bulan untuk direkap oleh pengurus barang
dan staf, dan berdasarkan rekap surat jalan tersebut Pengurus Barang
membuat Laporan Barang Persediaan Tahun 2017;
c) Pencatatan surat jalan dan pencatatan pengeluaran persediaan tidak
langsung dilakukan pada saat terjadi mutasi barang, surat jalan hanya
ditandatangani oleh Penjaga Gudang dan penerima/pengguna barang
PJLP Kecamatan. Seharusnya Pengurus Barang selaku penggungja wab
gudang ikut menandatangani surat keluar. Pengeluaran barang tidak
langsung dicatat dalam buku pencatatan persediaan gudang ataupun
diinput dalam kartu barang;
d) Pada saat permintaan barang yang dibutuhkan untuk pekerjaan, Kepala
Satuan Pelaksanaan di kecamatan akan meminta barang kepada Seksi
Pemeliharaan tanpa form permintaan barang maupun surat permohonan
pengeluaran barang, dimana permintaan dilakukan secara lisan, dan surat
jalan baru dibuatkan setelah beberapa hari barang keluar dari gudang.
Permintaan barang maupun pengeluaran barang tidak disampaikan dan
tanpa persetujuan Pengurus Barang selaku penanggung jawab gudang;
e) Setelah permohonan barang disetujui oleh Seksi Pemeliharaan, penjaga
gudang membuat surat jalan pengeluaran barang dari gudang.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 234
f) Tidak terdapat kartu kendali atas mutasi barang di gudang selain faktur
surat jalan dan buku catatan penjaga gudang;
g) Sudin SDA Jakarta Barat belum memiliki SOP pengelolaan dan
penatausahaan barang persediaan;
h) Terdapat barang persediaan berupa congkrang yang tidak dimasukkan
dalam Laporan Persediaan Barang per 31 Desember 2017 sebanyak 35
buah senilai Rp14.621.728,00;
i) Rekapitulasi pengeluaran barang persediaan yang dibuat berdasarkan
surat jalan tidak dilaksanakan setiap bulan, hal ini diketahui dengan
adanya perbedaan jumlah pada pengeluaran barang persediaan berupa
multiplek dan kayu dolken, yang berdasarkan rekapitulasi pengeluaran
kartu barang persediaan dan surat jalan terdapat selisih masing-masing
sebanyak 485 lembar multiplek dan 1.028 batang kayu dolken, dengan
rincian sebagai berikut:
Tabel 4.40. Selisih Pengeluaran Persediaan
No. Bulan Jumlah Pengeluaran Multiplek Jumlah Pengeluaran Kayu Dolken
Kartu Barang Surat Jalan Kartu Barang Surat Jalan
1 Januari
2 Februari 270
3 Maret 875
4. April
5. Mei 60 200 200
6. Juni 330 330
7. Juli 367 676 150 150
8. Agustus 231 231
9. September 213 229
10. Oktober 157 142 7
11. Nopember 84 110
12. Desember 31
Catatan buku
Jumlah 968 1.453 1.825 797
Selisih 485 1.028
2) Terdapat Selisih Catatan Persediaan Tahun 2017 dengan Jumlah Barang di
Gudang sebanyak 2.006 Lembar Multiplek dan 4.255 Kayu Dolken
Berdasarkan Berita Acara Stock Opname Sudin SDA Jakarta Barat, diketahui
bahwa persediaan per 31 Desember 2017 senilai Rp5.296.206.261,00. Hasil
pemeriksaan fisik yang dilaksanakan oleh BPK didampingi Pengurus Barang
dan Penanggung Jawab Gudang atas barang persediaan di Gudang Material
eks Kantor Kecamatan Kembangan dan Gudang Mercu Buana yang berlokasi
di daerah Kembangan Jakarta Barat pada tanggal 20 Februari 2018,
diketahui bahwa terdapat selisih persediaan barang material. Pemeriksaan
lebih lanjut atas pengadaan barang persediaan berupa multipleks dan kayu
dolken Tahun 2017 yang menjadi stok barang persediaan Tahun 2017,
diketahui hal-hal sebagai berikut:
a) Pengadaan persediaan multiplek dilaksanakan oleh 5 (lima) rekanan
dengan total pengadaan sebanyak 2.787 lembar multiplek dan telah
dibayar lunas oleh Sudin SDA Jakarta Barat. Pemeriksaan atas bukti
pengeluaran barang persediaan berupa surat jalan dan buku catatan
Penjaga Gudang, diketahui bahwa jumlah pengeluaran barang persediaan
multiplek berdasarkan surat jalan, buku catatan penjaga gudang serta
pelaksanaan pekerjaan adalah sebanyak 1.570 lembar Hasil cek fisik
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 235
pada tanggal 20 Februari 2018 diketahui jumlah multiplek hanya 20
lembar. Perhitungan lebih lanjut atas pengadaan dan pengeluaran
multiplek dapat diuraikan sebagai berikut:
Tabel 4.41. Pengadaan dan Pengeluaran Persediaan Multiplek
No. Rekanan SPK/SP Tgl.
Pembayaran Jumlah (lembar)
Harga Satuan
(Rp) Nilai (Rp)
A. Saldo Kayu Lapis Multiplek berdasarkan stock opname per 31 Desember 2016
830 102,993,000
B. Surat Pesanan Pengadaaan Multiplek Uk. 9mm Tahun 2017
CV. Putri Bersinar SPK No.4075/-076.542 tgl. 10 Februari 2017
8 Mar 2017 153 133,100 20,364,300
PT. Aldonial Putra Perkasa SPK No. 4787 /-076.542 tgl. 10 April 2017
28 Apr2017 684 133,100 91,040,400
CV. Putri Bersinar SPK No. 4973/-076.542 tgl. 23 Maret 2017
5 Apr 2017 1,000 133,100 133,100,000
PT. Rapindo Jaya Abadi SP No. 346/Pemerl/VII/2017 tgl. 31 Agustus 2017 27 Sep. 2017 250 102,410 25,602,500
PT. Rapindo Jaya Abadi SP No. 433/Pemerl/IX/2017 tgl. 11 September 2017
10 Okt. 2017 250 102,410 25,602,500
PT. Landuru Berlian SP No.547/Pemerl/X/2017 tgl. 11 Oktober 2017 30 Okt 2017 250 102,410 25,602,500
PT. Nagaraja Sakti SP No. 734/Pemerl/XI/2017 tgl.2 November 2017 17 Nov 2017 100 102,410 10,241,000
PT. Nagaraja Sakti SP No.588/Pemerl/IX/2017 tgl. 8 September 2017
17 Nov 2017 100 102,410 10,241,000
Jumlah Pengadaaan Multiplek 2017 2,787
Jumlah Saldo awal + Pengadaan Tahun 2017 3,617 444,787,200
C. Jumlah Pengeluaran Tahun 2017 berdasarkan Bukti surat keluar dan Buku Catatan Penjaga Gudang
(1,570)
D. Saldo Kayu Lapis Multiplek seharusnya per 31 Desember 2017 2,047
F. Januari -Feb 2018 - Pengeluaran berdasarkan Bukti surat keluar dan catatan (21)
G. Saldo Kayu Lapis Multiplek seharusnya per Februari 2018 2,026
H. Cek Fisik di Gudang per 20 Februari 2018 (20)
Nilai Selisih Persediaan atas Multiplek 2,006 102,410 205.434.460
Dari tabel di atas diketahui bahwa saldo kayu lapis multiplek per 31
Desember 2017 seharusnya sebanyak 2.047 lembar, sementara itu jumlah
pengeluaran Januari sampai dengan 20 Februari 2018 sebanyak 21
lembar, sehingga jumlah multiplek seharusnya yang tersimpan di gudang
sebanyak 2.006 lembar, namun berdasarkan cek fisik diketahui
multiplek yang ada di gudang hanya 20 lembar. Hal ini menunjukan
bahwa terdapat selisih persediaan atas barang persediaan multiplek
sebanyak 2.006 lembar senilai Rp205.434.460,00.
b) Pengadaan persediaan kayu dolken dilaksanakan oleh satu rekanan
sebanyak 4.400 batang dan telah dibayar lunas oleh Sudin SDA Jakarta
Barat. Pemeriksaan lebih lanjut atas bukti pengeluaran barang persediaan
berupa faktur surat jalan dan buku catatan Penjaga Gudang diketahui
bahwa jumlah pengeluaran barang persediaan kayu dolken berdasarkan
surat jalan, buku catatan penjaga gudang dan laporan pekerjaan waduk
sebanyak 2.914 batang. Hasil cek fisik pada tanggal 20 Februari 2018
di gudang penyimpanan Sudin SDA Jakarta Barat, diketahui jumlah
kayu dolken yang ada digudang sebanyak 922 batang. Perhitungan lebih
lanjut atas pengadaan dan pengeluaran kayu dolken dapat diuraikan
sebagai berikut:
Tabel 4.42. Pengadaan dan Pengeluaran Persediaan Kayu Dolken
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 236
No. Rekanan SPK/SP Tgl . Bayar
(SP2D) Jumlah (batang)
Harga Satuan
(Rp)
Pajak (Rp)
Nilai+Pajak (Rp)
A. Saldo Kayu Dolken berdasarkan stock opname per 31 Desember 2016
3,741 141,970,950
B. Surat Pesanan Pengadaaan kayu dolken Tahun 2017
CV. Tri Cahaya Artha SPK No. 5081/-76.542 tgl.31 Juli 2017
6 Des 2017 400 31,500 1,260,000 13,860,000
CV. Tri Cahaya Artha SPK No. 624/076.542 tgl. 20 Sept. 2017
19 Des 2017 600 31,500 1,890,000 20,790,000
CV. Tri Cahaya Artha SPK No. 6917/-76.542 tgl. 27 Sept. 2017
16 Des 2017 2,800 31,500 8,820,000 97,020,000
CV. Tri Cahaya Artha (untuk pekerjaan Waduk)
SP No.626/Pemel/XI /2017 tgl.15 Nov 2017
18 Des 2017 600 31,500 1,890,000 20,790,000
Jumlah Pengadaaan Kayu Dolken 2017 4,400 152,460,000
Jumlah saldo awal + Pengadaan Kayu Dolken Tahun 2017 8,141 294,430,950
C. Jumlah Pengeluaran Tahun 2017 berdasarkan Bukti surat keluar dan Buku Catatan Penjaga Gudang
Barang SMAN 90 tidak memiliki data pendukung atas nilai
bangunan tersebut.
(4) SMPN 107 senilai Rp126.116.000.000,00
Terdapat dua unit aset SMPN 107 yaitu Gedung sekolah
(2002) dengan luas 3.469 m2 (3 lantai) senilai
Rp104.076.000.000,00 dan Bangunan sarana olahraga
(2002) dengan luas 1.920 m2 berupa lapangan senilai
Rp22.040.000.000,00. Pengurus Barang tidak memiliki data
pendukung atas nilai bangunan tersebut .
(5) SDN Sukabumi Utara 07 Pagi senilai Rp11.946.510.554,00
Nilai gedung sekolah dicatat pada KIB sekolah (2016)
sebesar Rp11.946.510.554,00. Berdasarkan Register SP2D
BM Gedung pada Dinas Pendidikan untuk Rehab Total SDN
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 279
Sukabumi Utara 07 Pagi pada TA 2013 terealisasi sebesar
Rp3.879.278.444,00 dan TA 2015 terealisasi sebesar
Rp11.332.000.000,00 sehingga total aset gedung SDN
Sukabumi Utara 07 Pagi seharusnya sebesar
Rp15.211.278.444,00.
(g) Terdapat aset bangunan milik 41 sekolah yang belum tercatat
atau kurang catat minimal senilai Rp146.886.954.400,00 karena
hasil validasi aset tidak sesuai dengan KIB manual sekolah dan
kondisi riil di lapangan (Rincian lampiran 6.2.5).
4) Terdapat aset gedung bangunan di bawah nilai kapitalisasi bangunan
sebanyak 354 unit dengan total sebesar Rp2.762.652.371,00.
Berdasarkan penelusuran KIB C diketahui terdapat aset-aset yang
berada di bawah nilai kapitalisasi yang merupakan aset-aset milik
UPB atau sekolah negeri yang berada di bawah Dinas Pendidikan
dengan total senilai Rp2.762.652.371,00 (Rincian lampiran 6.2.6).
d) Pencatatan dan penyajian aset Konstruksi dalam Pengerjaan (KDP) di
KIB F Dinas Pendidikan tidak memadai dan belum menggambarkan nilai
serta rincian yang sebenarnya
1) 37 unit KDP (KIB F) Gedung bangunan Tahun 2015 dengan total
nilai Rp227.979.857.845,00 belum menggambarkan nilai yang
sebenarnya.
Berdasarkan perbandingan data realisasi belanja TA 2015, dapat
diketahui hal-hal sebagai berikut:
(a) Terdapat perbedaan nilai 4 unit aset senilai Rp7.772.466.162,00,
antara KIB F senilai Rp43.965.606.638,00 dengan realisasi BM
TA 2015 senilai Rp51.738.072.800,00, sebagai berikut.
Tabel 6. 6. Selisih Nilai KIB F dan Realisasi Belanja Modal 4 Unit Aset
No Uraian Nilai di KIB F
(Rp) Realisasi
BM TA 2015 (Rp) Keterangan
1 SDN Petukangan Utara 01/04
5.988.885.200,00 5.389.966.800,00 Selisih tidak dapat dijelaskan
2 SMPN 97 7.088.476.000,00 6.338.134.000,00 Selisih tidak dapat dijelaskan
3 Puslatdikjur Jaktim 28.296.675.038,00 28.350.534.000,00 Selisih tidak dapat dijelaskan
4 SMPN 164 2.591.570.400,00 11.659.438.000,00 Angka yang tersaji di KIB merupakan angka realisasi BM bulan Jan sd. November, belum termasuk realisasi bulan Desember.
Total 43.965.606.638,00 51.738.072.800,00
(b) Nilai aset yang tersaji sebesar Rp227.979.857.845,00 belum
menggambarkan nilai konstruksi bangunan secara utuh
Berdasarkan penelusuran pada register SP2D untuk 37 unit aset
tersebut, diketahui bahwa atas beberapa kegiatan pembangunan
gedung sekolah merupakan kegiatan lanjutan atau penyelesaian
atas pembangunan tahun-tahun sebelumnya.
Dari register SP2D dari tahun 2011 s.d 2015 menunjukkan
bahwa total nilai realisasi BM untuk kegiatan pembangunan
yang dilaksanakan pada tahun-tahun sebelumnya yang dapat
diidentifikasi dan belum tercatat di KIB F minimal sebesar
Rp292.946.391.635,00 (Rincian lampiran 6.2.7). Nilai tersebut
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 280
belum termasuk biaya jasa konsultasi perencanaan dan jasa
konsultasi pengawasan.
(c) KDP sebanyak 37 unit dengan Tahun Perolehan 2015 di KIB F
belum dikapitalisasikan ke aset induknya di KIB C.
Berdasarkan keterangan dari pengurus barang diketahui bahwa
pengurus barang belum memperoleh dokumen BAST maupun
BAPP dari pihak ketiga kepada Dinas Pendidikan atau dari
Dinas Pendidikan ke Pengurus Barang.
2) 48 unit KDP (KIB F) Gedung bangunan Tahun 2017 dengan total
nilai Rp680.245.946.369,00 belum menggambarkan rincian nilai
yang sebenarnya.
Sesuai dengan BA Rekon Unaudited 2017 diketahui bahwa realisasi
BM TA 2017 yang tersaji menjadi nilai KDP adalah sebesar
Rp680.245.946.369,00 termasuk pengakuan hutang daerah TA 2017
menjadi penambah aset KDP sekolah terkait, dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 6. 7. Pencatatan 48 unit aset KDP tahun 2017
No Nama Barang Nilai Keterangan
1 47 unit aset KDP Rp629.454.683.403,00 angka realisasi pembayaran per 20 Desember 2017 (dicatat rinci di 47 sekolah)
2 1 unit aset KDP Rp50.791.262.966,00 Progress pekerjaan tanggal 20 Des s.d 31 Des 2017 (dicatat gelondongan)
Total Rp680.245.946.369,00
Berdasarkan rincian data pembayaran dari Bidang Prasardik
diketahui bahwa realisasi per 20 Desember 2017 untuk 47 sekolah
seharusnya adalah sebesar Rp628.018.108.677,00. Sehingga terdapat
selisih lebih di KIB senilai Rp1.436.574.726,00
(Rp629.454.683.403,00 - Rp628.018.108.677,00).
Di samping itu dari 47 lokasi sekolah yang tercatat di KDP,
diantaranya sebanyak 22 lokasi telah dibayarkan 100% pada tanggal
20 Desember 2017 meskipun progress pekerjaannya belum
mencapai 100%. Sisa progress pekerjaan sampai dengan 31
Desember 2017 dijamin dengan bank garansi. Pada tanggal 31
Desember 2017 ternyata progress pekerjaan atas 22 lokasi tersebut
tidak mencapai 100%, sehingga atas sisa pekerjaan yang tidak
terselesaikan oleh rekanan telah dikembalikan dalam bentuk tunai ke
Kasda sebesar Rp7.665.988.427,00.
e) Aset dari realisasi kode rekening Belanja Modal (BM) Gedung Bangunan
Tahun 2011 s.d Tahun 2015 minimal 126 unit aset sekolah dengan nilai
minimal Rp1.016.111.508.255,00 belum tersaji dalam aset gedung
bangunan Dinas Pendidikan.
Penelusuran lebih lanjut pada register SP2D Belanja Modal Dinas
Pendidikan Tahun 2011 s.d 2015 diketahui bahwa terdapat minimal 126
unit aset dari realisasi BM dengan nilai yang dapat diidentifikasi minimal
sebesar Rp1.016.111.508.255,00 belum tersaji dalam KIB C maupun F
Dinas Pendidikan. Nilai tersebut belum memperhitungkan belanja Jasa
Konsultasi Perencanaan maupun Jasa Konsultasi Pengawasan yang telah
terealisasi pada tahun bersangkutan.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 281
Nilai aset yang belum tersaji tersebut masih merupakan angka minimal
yang dapat ditelusuri, karena diketahui bahwa realisasi BM di Tahun
2011 untuk beberapa kegiatan menggunakan nomenklatur Penyelesaian
Rehab Total, sehingga terindikasi bahwa kegiatan di Tahun 2011 tersebut
merupakan lanjutan dari tahun sebelumnya.
f) Dinas Pendidikan belum melakukan kapitalisasi belanja barang dan jasa
berupa kegiatan Jasa Konsultasi Manajemen Konstruksi Rehab Total
Gedung Sekolah untuk TA 2016 dan 2017 senilai Rp22.480.437.453,00
Berdasarkan penelusuran pada KIB dan SPJ Fungsional Tahun 2016 dan
2017 diketahui bahwa pengurus barang belum mengkapitalisasi belanja
barang dan jasa menjadi aset tetap untuk Kegiatan Jasa Konsultasi
Manajemen Konstruksi Rehab Total Gedung Sekolah dengan rincian
sebagai berikut:
Tabel 6. 8. Belanja Manajemen Konstruksi yang Belum Dikapitalisasi
(3) melaksanakan inventarisasi/sensus barang milik daerah sekali dalam
5 (lima) tahun serta melaporkan hasilnya; dan
(4) mencatat dalam Daftar Barang Pengelola/ Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna.
c. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2004 tentang Pengelolaan Barang Daerah
Pasal 30 ayat (2) yang menyatakan bahwa Pengamanan Barang Daerah dapat
dilakukan secara fisik, administratif, pengasuransian dan tindakan hukum yang
dalam penjelasan disebutkan bahwa pengamanan administratif dilakukan dengan
melengkapi sertifikat dan kelengkapan bukti pemilikan/penguasaan;
d. Peraturan Gubernur Nomor 55 Tahun 2012 tentang Pemanfaatan Barang Milik
Daerah
1) Pasal 1:
a) angka 12 yang menyatakan bahwa Pemanfaatan adalah Pendayagunaan
Barang Milik Daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi SKPD/UKPD dalam bentuk sewa, pinjam pakai, kerja
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 330
sama pemanfaatan, bangun serah guna dan bangun guna serah dengan
tidak mengubah status kepemilikan;
b) angka 13 yang menyatakan bahwa Sewa adalah Pemanfaatan Barang
Milik Daerah oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dengan
menerima imbalan uang tunai;
c) angka 15 yang menyatakan bahwa Kerja Sama Pemanfaatan adalah
Pendayagunaan Barang Milik Daerah oleh pihak lain dalam jangka
waktu tertentu dalam rangka peningkatan penerimaan daerah bukan
pajak/ pendapatan daerah dan sumber pembiayaan lainnya;
2) Pasal (2) yang menyatakan bahwa Pemanfaatan Barang Milik Daerah
bertujuan untuk:
a) mendukung kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan daerah;
b) tidak membebani anggaran belanja daerah khususnya untuk
pemeliharaan;
c) meningkatkan penerimaan daerah dengan memberikan kontribusi
terhadap pendapatan hasil daerah (PAD);
d) pengamanan Barang Milik Daerah;
e) meringankan beban pemeliharaan/perawatan atas Barang Milik Daerah;
dan
f) meningkatkan pendapatan masyarakat dan membuka lapangan kerja;
3) Pasal 9 ayat (1) yang menyatakan bahwa Barang Milik Daerah baik barang
bergerak maupun tidak bergerak yang belum dimanfaatkan oleh Pemerintah
Daerah, dapat disewakan kepada pihak lain sepanjang menguntungkan
daerah;
4) Pasal 10 ayat (2) yang menyatakan bahwa Pelaksanaan penyewaan Barang
Milik Daerah dilakukan dengan Perjanjian Sewa Menyewa yang dibuat
antara Pemerintah Daerah dengan Pihak Penyewa yang bersangkutan;
5) Pasal 17 yang menyatakan bahwa Untuk mengoptimalkan daya guna dan
hasil guna barang milik daerah dan meningkatkan penerimaan daerah dapat
dilakukan kerja sama pemanfaatan barang milik daerah dengan pihak ketiga
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Potensi kurang saji aset tetap dan aset lainnya yang berlokasi di Kelurahan
Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur dalam Neraca per 31
Desember 2017;
b. Aset tanah seluas ±18 Ha yang berlokasi di Kelurahan Kelapa Dua Wetan
Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur berpotensi digugat oleh pihak lain;
c. Pemprov DKI Jakarta tidak memperoleh penerimaan daerah atas pemanfaatan
lahan yang berlokasi di Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo
Jakarta Timur oleh Yayasan PKP tanpa didukung perjanjian kerja sama.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala BPAD belum memprioritaskan upaya pengamanan administrasi atas
Barang Milik Daerah seluas ±18 Ha yang berlokasi di Kelurahan Kelapa Dua
Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 331
b. Kepala Bidang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Aset kurang optimal
dalam melaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi optimalisasi pemanfaatan
aset daerah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPAD menyatakan sependapat dengan
temuan BPK dan menjelaskan bahwa BPAD bersama dengan SKPD terkait, akan
mengkoordinasikan, menginventarisasi, mengevaluasi dan melaksanakan
optimalisasi barang milik daerah dalam rangka pemanfaatan aset dengan Yayasan
PKP.
BPK merekomendasikan Gubernur agar memerintahkan Kepala BPAD supaya:
a. Melakukan pengamanan administrasi dan hukum atas tanah seluas ±18 Ha yang
berlokasi di Kelurahan Kelapa Dua Wetan Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur
dengan melengkapi bukti kepemilikan, mencatatnya dalam Daftar Barang
Pengelola/Pengguna Barang/Kuasa Pengguna, dan mensertifikatkan tanah
tersebut; dan
b. Mengikat dengan perjanjian kerja sama atas pemanfaatan tanah dan bangunan
milik daerah oleh Yayasan PKP.
7.5. Penatausahaan dan Pencatatan Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga Belum
Memadai
Pemprov DKI Jakarta menyajikan akun Kemitraan dengan Pihak Ketiga - Aset
Kekayaan Daerah yang Disewakan dalam Neraca per 31 Desember 2017 senilai
Rp2.034.296.585.918,00 atau naik 3,29% jika dibandingkan dengan saldo Kemitraan
dengan Pihak Ketiga - Aset Kerjasama Pihak Ketiga Lainnya per 31 Desember 2016
senilai Rp1.969.555.686.398,00. Dalam Kebijakan Akuntansi Aset Lainnya, pada
Lampiran 1.22 Kemitraan Dengan Pihak Ketiga merupakan perjanjian antara dua
pihak atau lebih yang mempunyai komitmen untuk melaksanakan kegiatan yang
dikendalikan bersama dengan menggunakan aset dan/atau hak usaha yang dimiliki
oleh Pemprov DKI Jakarta.
Dalam Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemprov DKI Jakarta
Tahun 2016 telah diungkap temuan pelaksanaan pemanfaatan kerjasama pihak ketiga
lainnya belum sepenuhnya sesuai ketentuan, antara lain terdapat sembilan aset
perjanjian kerjasama yang telah habis jangka waktunya dan telah diajukan
perpanjangan sewanya oleh pihak ketiga, namun sampai dengan akhir pemeriksaan
belum selesai diproses, dan terdapat 13 aset perjanjian kerja sama yang telah habis
jangka waktunya dan tidak diperpanjang oleh pihak ketiga namun proses
penyelesaian BAST pengembalian aset belum dilaksanakan. Atas temuan tersebut
BPK merekomendasikan kepada Gubernur DKI Jakarta agar menginstruksikan
Kepala BPAD antara lain supaya memproses penarikan dan penetapan aset atau
melakukan optimalisasi melalui pemanfaatan aset atas 22 Perjanjian Kerjasama Sewa
yang telah berakhir masa kerjasamanya. Berdasarkan data tindak lanjut Semester II
Tahun 2017 rekomendasi tersebut belum selesai ditindaklanjuti. Untuk permasalahan
aset kerjasama yang telah habis jangka waktunya dan dalam proses perpanjangan,
BPAD telah menindaklanjutinya berupa perpanjangan kerjasama dengan PT HAJ,
namun masih terdapat delapan kerjasama lainnya yang belum selesai proses
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 332
perpanjangan pemanfaatannya maupun BAST penarikan/pengambilalihan. Untuk
permasalahan aset perjanjian kerjasama yang telah habis jangka waktunya dan tidak
diajukan perpanjangan oleh pihak ketiga, BPAD telah menindaklanjutinya dengan
menyelesaikan BAST penarikan aset yang sebelumnya dikerjasamakan dengan PT
KW Joint Operation, atas aset yang sebelumnya dikerjasamakan dengan Yayasan NH
telah dijadikan RPTRA, dan atas sebelas kerjasama lainnya yang telah berakhir belum
selesai BAST-nya.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut atas pengelolaan pengelolaan kerjasama pihak
ketiga menunjukkan penatausahaan dan pencatatan aset kemitraan dengan pihak
ketiga belum memadai yang ditunjukkan dengan kondisi sebagai berikut:
a. Terdapat 29 Pemanfaatan Aset yang sudah berakhir masa PKS dengan
potensi penerimaan daerah minimal Senilai Rp4.243.075.436,00
Sebagaimana tertuang dalam perjanjian kerja sama (PKS) antara Pemprov
DKI Jakarta dengan masing-masing Pihak Ketiga, permohonan perpanjangan
kerja sama harus disampaikan oleh Pihak Ketiga kepada Pemprov DKI Jakarta
paling lambat empat bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sampai dengan pemeriksaan
lapangan berakhir tanggal 30 April 2018 terdapat 29 pemanfaatan aset daerah
yang sudah berakhir masa perjanjian kerja samanya. Aset tersebut masih
dimanfaatkan oleh Pihak Ketiga terdiri dari:
1) 23 PKS yang telah diajukan perpanjangan sewa oleh Pihak Ketiga, namun
s.d. tanggal 30 April 2018, perpanjangan PKS tersebut belum selesai diproses
oleh BPAD.
Atas belum selesainya proses perpanjangan PKS tersebut, terdapat potensi
penerimaan daerah yang seharusnya diterima s.d. 30 April 2018 minimal
sebesar Rp2.720.476.670,00, dengan rincian pada lampiran 7.5.1.
2) Empat PKS belum diajukan perpanjangan sewa oleh tiga Pihak Ketiga, yakni
Kadin Jakarta Barat, PT XLA (Gedung Walikota Jaktim), PT XLA (Gedung
Walikota Jakbar), dan PT XLA (Balai Kota Blok G Jakarta Pusat)
Potensi penerimaan atas pemanfaatan aset daerah yang seharusnya diterima
s.d. 30 April 2018 minimal sebesar Rp691.333.332,00 dengan rincian pada
lampiran 7.5.2.
3) Dua PKS telah diajukan perpanjangan sewa oleh Pihak Ketiga, yakni Perum
DAMRI dan PT DMG, namun perpanjangan PKS tersebut belum diproses
oleh BPAD. Potensi penerimaan atas pemanfaatan aset daerah yang
seharusnya diterima s.d. 30 April 2018 minimal sebesar Rp831.265.434,00,
dengan rincian pada lampiran 7.5.3.
Hasil konfirmasi dengan pihak Perum DAMRI dan PT DMG diketahui hal-
hal sebagai berikut:
a) Perum DAMRI
Perjanjian kerjasama Pemprov DKI Jakarta dengan Perum DAMRI
berupa pemanfaatan lahan seluas ±11.200m2 (merupakan bagian dari
lahan seluas ±18.427m2) di Jalan Daan Mogot No. 94 – 95 Pesing,
Kelurahan Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat
untuk Pool Busway koridor 1 dan koridor 8 dengan jangka waktu lima
tahun sejak 1 November 2012 s.d. 1 November 2017. Sampai dengan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 333
pemeriksaan BPK tanggal 8 Mei 2018, Perum DAMRI masih menempati
lahan tersebut. Perum DAMRI telah mengajukan perpanjangan sewa atas
aset yang digunakan, namun BPAD tidak mengizinkan karena Pemprov
DKI Jakarta akan menginbrengkan aset tersebut kepada PT Trans Jakarta.
Sampai dengan pemeriksaan BPK tanggal 8 Mei 2018 proses inbreng
tersebut belum selesai.
b) PT DMG
Perjanjian kerjasama Pemprov DKI Jakarta dengan PT DMG berupa
pemanfaatan lahan seluas ±2.586m2 (merupakan bagian dari lahan seluas
±18.427m2) di Jalan Daan Mogot Nomor 94 – 95 Pesing, Kelurahan
Kedaung Kali Angke, Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat dengan
jangka waktu lima tahun sejak 15 Maret 2007 s.d. 14 Maret 2012.
Selanjutnya, atas perjanjian tersebut diperpanjang dengan jangka waktu
lima tahun, dimulai tanggal 15 Maret 2012 s.d. 14 Maret 2017. Sampai
dengan pemeriksaan BPK tanggal 9 Mei 2018 PT DMG masih
menempati lahan tersebut sebagai SPBG. PT DMG telah mengajukan
perpanjangan sewa atas aset yang digunakan tersebut, namun BPAD
tidak mengizinkan karena Pemprov DKI Jakarta akan melakukan
penyertaan modal aset tersebut lewat inbreng kepada PT Trans Jakarta.
Namun sampai dengan saat pemeriksaan BPK tanggal 9 Mei 2018 proses
inbreng tersebut belum selesai.
Potensi penerimaan daerah minimal sebesar Rp4.243.075.436,00
(Rp2.720.476.670,00 + Rp691.333.332,00 + Rp831.265.434,00) dihitung dari
tanggal berakhirnya perjanjian s.d. 30 April 2018 berdasarkan tarif dalam PKS
sebelumnya. Kepala Subbagian Pemanfaatan Aset menjelaskan bahwa kewajiban
membayar sewa selama masa perpanjangan akan diperhitungkan pada saat
perjanjian kerjasama selesai ditandatangani dengan tanggal mulai kerjasama
yang dihitung mundur.
b. Terdapat 14 Aset Kerjasama yang telah selesai jangka waktunya dan tidak
diperpanjang namun belum diproses pengembaliannya
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa sampai dengan pemeriksaan tanggal
30 April 2018, masih terdapat 14 aset perjanjian kerjasama yang telah habis
jangka waktunya dan tidak diperpanjang oleh Pihak Ketiga namun belum
diproses pengembaliannya dengan rincian sebagai berikut.
Tabel 7. 9. Perjanjian Kerjasama yang Telah Berakhir Masa Kerjasamanya namun Belum Diproses Pengembaliannya
No. Nama Aset Pihak Ketiga
1 Lahan/danau dan fasilitasnya (sebagian lahan) CV SN
2 Sarana Pendidikan Yayasan PA
3 Sarana Pendidikan Yayasan PI AH
4 Ruang gedung/bangunan (sebagian bangunan) Koppeg Dinas Pariwisata
5 Tanah belakang terminal sisi timur kalideres (sebagian lahan)
PT. PS
6 Tanah dan bangunan eks bengkel PPD H PT HTI
7 Tanah UD RI
8 Tanah dan Bangunan PT RGB
9 Tanah PT WS
10 Tanah dan gedung PT IAP
11 Sebagian gedung Koperasi Pegawai DKUKM Provinsi DKI Jakarta
12 Sebagian tanah PT FKS
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 334
13 Sebagian bangunan PT JJ
14 Sebagian tanah jalan dan jembatan PT DGK
Hasil monitoring Suku Badan Pengelola Aset Daerah atas aset yang telah
selesai dikerjasamakan namun belum diproses pengembaliannya dimuat pada
lampiran 7.5.3.
c. Terdapat Aset Kerjasama yang merupakan bagian dari aset yang dikelola
SKPD yang tidak dicatat senilai Rp0,00
CaLK mengungkapkan bahwa atas kerjasama sebagian aset tanah dan
bangunan yang merupakan bagian dari aset tanah dan bangunan yang dikelola
oleh SKPD seperti pemanfaatan ruang untuk ATM, pemanfaatan ruang melalui
pinjam pakai kepada organisasi masyarakat antara lain Korpri, Dharma Wanita,
Bawaslu, Kadin, dan Koperasi Karyawan, dicatat senilai Rp0,00 karena sudah
dicatat sebagai satu kesatuan aset di SKPD Pengguna Barang.
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas rincian aset kerjasama TA 2017
diketahui masih terdapat aset kerjasama yang merupakan bagian dari aset yang
dikelola SKPD tidak dicatat senilai Rp0,00 dengan rincian pada tabel berikut:
Tabel 7.10. Aset Kerjasama yang Merupakan Bagian dari Aset Tanah dan Bangunan yang Dikelola oleh SKPD Tidak Dicatat Senilai Rp0,00
No Pihak Ketiga
Alamat SKPD Pencatat
Jenis Aset yang
dimanfaat kan
Status Kerjasama
(berakhir/ aktif)
Nilai Aset yang Tercatat di SKPD
Nilai Aset Kerjasama yang tercatat di BPAD
(Rp)
1 Koppeg Dinas Pariwisata
Jalan Kuningan Barat I, Jakarta Selatan
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Ruang gedung/ bangunan
PKS Berakhir Tanggal 30 Desember 2013
21.025.830.000,00 532.350.000,00
2 UD RI Areal Pasar Ikan Luar Batang
Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan
Tanah PKS Berakhir Tanggal 5 Desember 2013
3.457.200.000,00 793.125.000,00
3 PT FKS Sebagian tanah di depan kantor Walikota Jaksel
Kota Administrasi Jakarta Selatan
Tanah PKS Berakhir Tanggal 10 Desember 2017
178.197.625.000,00 471.900.000,00
4 PT SKU Sebagian tanah di SMK 29 Jl. Prof. Sutono, Petogogan
SMK Negeri 29 (SMTN. Penerbangan)
Tanah PKS Berakhir Tanggal 13 Oktober 2016
106.893.100.000,00 509.500.000,00
Jumlah 2.306.875.000,00
d. Terdapat lima aset kerjasama seluas 5.924m2 yang tidak tercatat dalam KIB
Berdasarkan dokumen mutasi aset kerjasama tahun 2017 dan dokumen PKS
Pemprov DKI Jakarta dengan pihak ketiga diketahui terdapat lima aset Pemprov
DKI Jakarta yang dikerjasamakan seluas 5.924m2 yang belum tercatat dalam KIB
dengan rincian pada tabel berikut:
Tabel 7.11. Aset Kerjasama yang Tidak Tercatat dalam KIB
No. Nama Aset Pihak Ketiga Luas
Tanah Keterangan
1 Tanah di Jalan Tari Klasik RT:005/08 Kel. Kelapa Gading Timur, Kec. Kelapa Gading
Yayasan AH 1.186 Tidak tercatat di KIB A
2 Jalan Otista Raya Nomor 64, Kelurahan Bidara Cina Kecamatan Jatinegara Kota Administrasi Jakarta Timur
Yayasan Rumah Bersalin BM
340 Tidak tercatat di KIB A
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 335
3 Kawasan Rumah Susun Cengkareng Nomor 2, Kelurahan Cengkareng Timur, Kecamatan Cengkareng, Kota Administrasi Jakarta Barat
YP Cengkareng 1 3.696 Tanah belum tercatat di KIB A
4 Taman Meruya Ilir Utara, Blok I-8, Kelurahan Meruya Utara, Kecamatan Kembangan, Kota Administrasi Jakarta Barat
Yayasan AI Meruya 702,1 Tidak tercatat di KIB A
5
Jaringan Distribusi Kabel Listrik Bawah Laut untuk distribusi listrik yang terletak di Pulau Kaliage, Kelurahan Pulau Kelapa, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, kabupaten administrasi kepulauan seribu
PT IC - Tidak tercatat di KIB D
Jumlah 5.924
e. Terdapat Aset yang dikerjasamakan seluruhnya namun masih tercatat
sebagai Aset Tetap SKPD senilai Rp513.117.547.252,98 dan luasan asetnya
berbeda antara data dalam PKS dengan data pada KIB
CaLK mengungkapkan bahwa atas kerjasama sebagian aset tanah dan
bangunan yang merupakan bagian dari aset tanah dan bangunan yang dikelola
oleh SKPD dinilai sebesar Rp0,00 karena sudah dicatat sebagai satu kesatuan aset
di SKPD Pengguna Barang. Dengan demikian untuk aset kerjasama yang
digunakan seluruhnya seharusnya tercatat di BPAD – Aset Kerjasama.
Berdasarkan pemeriksaan terhadap dokumen mutasi aset kerjasama 2017
diketahui bahwa terdapat aset yang seluruhnya dikerjasamakan dengan Pihak
Ketiga masih tercatat sebagai Aset Tetap SKPD senilai Rp513.117.547.252,98,
yakni:
1) Aset yang dikerjasamakan dengan MUI senilai Rp633.250.000,00
Aset tersebut berupa tanah dan bangunan yang terletak di Jalan Melur I/4 RT.
006/013, Kelurahan Koja, Kecamatan Koja Jakarta Utara. Aset tersebut
masih tercatat di KIB sebagai aset tanah (KIB A) dan bangunan (KIB C)
Walikota Administrasi Jakarta Utara. Selain itu terdapat perbedaan luasan
aset yang tercantum dalam perjanjian kerja sama sewa Nomor 1740/-076.11
tanggal 5 Mei 2015 yang ditandatangani oleh Kepala Badan Pengelola
Keuangan dan Aset Daerah dan Ketua Dewan Pimpinan MUI Kota
Administrasi Jakarta Utara, dibandingkan dengan luasan aset yang tercatat
pada KIB Walikota. Luas tanah dan bangunan dalam PKS dengan MUI
masing-masing seluas 472m2 dan 280m2, sedangkan yang tercatat di KIB
Walikota Administrasi Jakarta Utara, yakni KIB A seluas 250m2 senilai
Rp393.250.000,00 dan KIB C seluas 260m2 senilai Rp240.000.000,00.
2) Aset yang dikerjasamakan dengan PT SUI senilai Rp104.156.971.930,00.
Aset tersebut berupa kabel sepanjang 34.239m beserta mesin genset yang
dikerjasamakan berdasarkan perjanjian yang ditandatangani oleh Kepala
Badan Pengelola Keuangan Daerah dengan Direktur Utama PT SUI
tertanggal 20 Oktober 2014. Aset tersebut masih tercatat sebagai aset
jaringan (KIB D) di Sudin PE Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu
senilai Rp104.156.971.930,00.
3) Aset yang dikerjasamakan dengan PD PAL senilai Rp408.327.325.322,98
Aset kerjasama dengan PD PAL didasarkan pada Perjanjian Sewa Menyewa
tanggal 1 Februari 2016 dengan jangka waktu satu tahun sejak
ditandatanganinya perjanjian. Obyek kerja sama pemanfaatan BMD berupa
lahan kantor dan lahan jalan, inventaris peralatan dan mesin, bangunan
gedung kantor, jalan irigasi dan jaringan, tanaman perkebunan dan kendaraan
dinas operasional sebagaimana dirinci dalam Keputusan Gubernur Nomor
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 336
1977 Tahun 2015 tanggal 18 September 2015 sebesar Rp408.327.325.322,98
dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 7.12. Aset yang Dikerjasamakan dengan PD PAL
No Nama Aset Jumlah Nilai (Rp)
1 Lahan Kantor dan Lahan Jalan 3 268.501.492.000,00
2 Inventaris Peralatan dan Mesin 111 78.046.257.172,00
3 Bangunan Gedung Kantor 51 41.714.953.606,00
4 Jalan Irigasi dan Jaringan 13 9.925.053.174,98
5 Tanaman Perkebunan 1 4.262.733.211,00
6 Kendaraan Dinas Operasional 14 5.876.836.159,00
Jumlah 408.327.325.322,98
Aset yang dikerjasamakan dengan PD PAL senilai Rp408.327.325.322,98
masih tercatat dalam KIB Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta.
Berdasarkan Notulen Rapat BPAD Nomor 16/NA/PA/III/2017 tanggal
27 Februari 2017 diketahui bahwa aset kerjasama dengan PD PAL masih dalam
proses permohonan perpanjangan sewa lahan.
Atas aset kerjasama dengan MUI Kota Administrasi Jakarta Utara dan aset
kabel dan genset yang dikerjasamakan dengan PT SUI dicatat di BPAD senilai
Rp0,00 sedangkan atas aset kerjasama dengan PD PAL belum tercatat dalam aset
kerjasama yang dikelola BPAD.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 157 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Pelaksanaan Sewa Barang Milik Daerah pada:
1) Pasal 29, pada:
a) ayat (1) yang menyatakan bahwa Jangka waktu sewa Barang Milik
Daerah dapat diperpanjang dengan persetujuan:
(1) Gubernur untuk Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang berada pada Pengelola; dan
(2) Pengelola untuk Barang Milik Daerah berupa sebagian tanah
dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh Pengguna dan/atau
selain tanah dan/atau bangunan
b) ayat (2) yang menyatakan bahwa pengajuan permohonan perpanjangan
jangka waktu sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan sebagai berikut:
(1) untuk jangka waktu sewa lebih dari atau sama dengan 1 (satu) tahun,
permohonan perpanjangan harus disampaikan paling lambat 4
(empat) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu sewa; dan
(2) untuk jangka waktu sewa per bulan, permohonan harus disampaikan
paling lambat 10 (sepuluh) hari sebelum berakhirnya jangka waktu
sewa.
2) Pasal 33 ayat (7) yang menyatakan bahwa dalam hal pelaksanaan sewa
berakhir, penyewa menyerahkan Barang Milik Daerah yang disewa kepada
Pengelola/Pengguna a untuk Barang Milik Daerah berupa tanah dan/atau
bangunan yang berada pada Pengelola; Pengguna untuk Barang Milik Daerah
berupa sebagian tanah dan/atau bangunan yang masih digunakan oleh
Pengguna dan/atau selain tanah dan/atau bangunan, dan dituangkan dalam
Berita Acara Serah Terima (BAST).
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 337
b. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 161 tahun 2017 tentang Kebijakan
Akuntansi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Lampiran 1.22 – Akuntansi Aset
Lainnya, Penyajian dan Pengungkapan Aset Lainnya – Kemitraan dengan Pihak
Ketiga pada angka 57 yang menyatakan bahwa Aset kerjasama/kemitraan
disajikan dalam neraca sebagai aset lainnya. Dalam hal sebagian dari luas aset
kemitraan (tanah dan atau gedung/bangunan), sesuai perjanjian, digunakan untuk
kegiatan operasional Pemerintah Daerah, harus diungkapkan dalam CaLK.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Tertundanya potensi penerimaan daerah atas pemanfaatan aset yang sudah
berakhir masa perjanjian kerja samanya minimal senilai Rp4.243.075.436,00;
b. Aset perjanjian kerjasama yang belum diproses BAST dan BA pengambilalihan
aset tidak dapat segera dioptimalkan pemanfaatannya dalam rangka
meningkatkan penerimaan daerah;
c. Potensi lebih saji atas aset kerjasama yang merupakan bagian dari aset yang
dikelola Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Kelautan, Pertanian dan
Ketahanan Pangan, Kota Administrasi Jakarta Selatan dan SMKN 29 Jakarta;
d. Potensi lebih saji pada Aset Tetap Walikota Jakarta Utara, Sudin Perindustrian
dan Energi Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu dan DLH dan Kurang Saji
Aset Kerjasama pada BPAD.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Bidang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan BPAD tidak optimal
memproses perpanjangan kerjasama pemanfaatan aset serta tidak segera
melakukan pengakhiran dan penarikan atas aset yang telah selesai
dikerjasamakan.
b. Kepala Subbidang Pemanfaatan Aset kurang cermat dalam menghimpun,
mencatat, dan menyajikan aset kerjasama sesuai kebijakan akuntansi; serta belum
optimal melaksanakan rekonsiliasi aset yang dikerjasamakan bersama SKPD
terkait.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPAD menyatakan sependapat dengan
temuan BPK dan menjelaskan bahwa:
a. Terhadap perjanjian kerja sama yang telah berakhir akan dilakukan percepatan
proses perpanjangan kerja sama;
b. Terhadap aset kerja sama yang telah selesai jangka waktunya dan tidak
diperpanjang akan dilakukan proses BAST pengembalian asetnya;
c. Terhadap aset kerja sama yang merupakan bagian dari aset yang dikelola SKPD
yang tidak dicatat senilai Rp0,00 BPAD akan melakukan koreksi terhadap
pencatatan asetnya;
d. Terhadap aset kerja sama seluas 5.924 m2 yang tidak tercatat dalam KIB akan
menjadi perhatian dan bahan masukan untuk pengembangan KIB di masa yang
akan datang.
BPK merekomendasikan Gubernur agar memerintahkan Kepala BPAD supaya
menginstruksikan:
a. Kepala Bidang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan BPAD untuk segera:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 338
1) memproses penyelesaian perpanjangan 23 PKS, memproses empat PKS yang
belum diajukan perpanjangan oleh Pihak Ketiga, serta menarik sewa atas
penggunaan aset daerah selama masa perpanjangan tersebut sesuai ketentuan
yang berlaku;
2) mengevaluasi dan memutuskan status permohonan perpanjangan PKS Perum
DAMRI dan PT DMG serta menarik sewa atas penggunaan aset daerah
selama masa perpanjangan tersebut sesuai ketentuan yang berlaku;
3) melakukan pengakhiran dan penarikan atas 14 aset yang telah selesai
dikerjasamakan sesuai ketentuan yang berlaku;
b. Kepala Subbidang Pemanfaatan Aset untuk segera menghimpun, mencatat,
merekonsiliasikan aset kerjasama serta menyajikannya sesuai kebijakan
akuntansi atas:
1) aset kerjasama yang merupakan bagian dari aset SKPD yang tidak dicatat
senilai Rp0,00;
2) aset kerjasama yang tidak tercatat dalam KIB; dan
3) aset yang dikerjasamakan seluruhnya namun masih tercatat sebagai aset tetap
SKPD serta luasan aset yang berbeda antara data dalam PKS dengan data
KIB.
7.6. Pengelolaan Aset Rusak Berat pada Tujuh UKPD/SKPD Provinsi DKI Jakarta
Belum Memadai
Laporan Keuangan Pemprov DKI Jakarta TA 2017 (Audited) menyajikan saldo
aset rusak berat per 31 Desember 2017 senilai Rp1.029.033.534.463,00 atau naik
13,43% dari saldo aset rusak berat per 31 Desember 2016 senilai
Rp907.176.584.877,00. Dari saldo senilai Rp1.029.033.534.463,00 tersebut
diantaranya merupakan aset rusak berat pada tujuh SKPD/UKPD dengan rincian
sebagai berikut: Tabel 7.13. Saldo Aset Rusak Berat TA 2017
No. SKPD/UKPD Saldo per 31
Desember 2016 Mutasi Tahun 2017
Saldo per 31 Desember 2017
1 Dinas Kehutanan 23.906.785.458,00 - 23.906.785.458,00
2 Dinas Lingkungan Hidup 101.557595.695,00 (27.070.825.536,00) 74.486.770.159,00
3 Dinas Sumber Daya Air 11.597.976.920,00 (3.136.940.000,00) 8.461.036.920,00
4 Dinas Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian 17.385.580.328,00 - 17.385.580.328,00
5 Suku Dinas Kehutanan Jakarta Barat 1.126.260.012,00 - 1.126.260.012,00
6 Suku Dinas Kehutanan Jakarta Selatan 2.165.965.402,00 910.962.500,00 3.076.927.902,00
7 Unit Pengelola Taman Marga Satwa 2.491.782.566,00 6.874.116.418,00 9.365.898.984,00
Aset Rusak Berat merupakan aset tetap yang telah rusak berat dan telah diusulkan
untuk segera dihapus dari neraca. Hasil wawancara dan pemeriksaan fisik atas
pengelolaan Aset Rusak Berat diketahui bahwa BPAD selaku Pembantu Pengelola
Barang belum memiliki Prosedur Operasional Standar (POS) untuk proses
penghapusan aset, namun telah terdapat alur proses penghapusan aset dengan urutan
sebagai berikut:
a. Pengguna Barang menyiapkan permohonan penjualan/penghapusan BMD untuk
diajukan kepada Gubernur.
Surat Usulan Penghapusan dari SKPD yang ditujukan kepada Pengelola Barang
akan dibuatkan Nota Dinas Sekretariat Daerah (Pengelola Barang) kepada
Gubernur untuk membentuk Tim Penelitian.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 339
b. Pembentukan Tim Penelitian oleh Gubernur.
Gubernur membentuk Tim Peneliti untuk meneliti dan meninjau apakah aset
yang diusulkan sudah memenuhi syarat untuk dihapuskan.
c. Pelaporan hasil Penelitian dalam Berita Acara Penelitian kepada Gubernur
melalui Pengelola Barang;
d. Gubernur menugaskan Penilai.
Berdasarkan laporan Tim Peneliti, Gubernur akan mendisposisi kepada
Pengelola Barang untuk membentuk Tim Penilai. Disposisi tersebut biasanya
ditujukan kepada Kepala BPAD selaku Pembantu Pengelola Barang. Atas
disposisi tersebut Kepala BPAD akan membentuk Tim Penilai atau membuat
Surat Permohonan Penilaian kepada Direktorat Jenderal Kekayaan Negara
(DJKN). Tim Penilai dari internal Pemprov DKI Jakarta dapat menggunakan
Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) untuk menaksir nilai ekonomis barang yang
akan dilelang sesuai fungsi aslinya atau menaksir berat dan sisa nilai barang yang
akan dijual/dilelang sebagai scrap. Sedangkan permintaan penilaian kepada
DJKN berkaitan dengan akan dilelangnya aset tersebut oleh DJKN;
e. Penetapan Nilai Limit Penjualan BMD
Tim Penilai akan melakukan peninjauan lapangan dan penilaian atas aset-aset
yang akan dihapuskan, yang dituangkan dalam Berita Acara Peninjauan.
f. Pengelola Barang mengajukan permohonan persetujuan kepada Gubernur dan
DPRD.
Berdasarkan BA Peninjauan dari Tim Penilai, Pengelola Barang mengajukan
permohonan persetujuan penghapusan kepada Gubernur dan DPRD.
g. Penetapan BMD yang akan dijual oleh Gubernur;
h. Penjualan barang, dapat berupa lelang (Risalah Lelang) dan Tanpa Lelang (AJB);
i. Serah Terima Barang dalam BAST;
j. Pengelola Barang menerbitkan keputusan penghapusan BMD;
Setelah proses lelang selesai dan barang telah beralih tangan atau telah
dibongkar/dimusnahkan, Pengelola Barang akan menerbitkan Surat Keputusan
penghapusan barang yang ditandatangani oleh Gubernur
k. Pengguna barang melaporkan penghapusan barang milik daerah kepada
Gubernur dengan melampirkan keputusan penghapusan dan BAST penyerahan
kepada Gubernur;
l. Pengguna barang menghapus barang milik daerah dari daftar BMD.
Dari keterangan di atas, terlihat banyaknya proses penghapusan yang harus
dilewati sebelum aset dapat dihapuskan. Namun untuk masing-masing tahapan
tersebut tidak ada batas waktu penyelesaian yang ditetapkan. Ketidakjelasan jangka
waktu penyelesaian proses penghapusan aset membuat banyaknya usulan
penghapusan yang belum ditindaklanjuti selama bertahun-tahun dan ketidakjelasan
sampai tahap dimana proses penghapusan tersebut telah berlangsung.
Hasil pemeriksaan secara uji petik diketahui terdapat surat usulan penghapusan
yang sampai dengan pemeriksaan BPK berakhir, belum terbit SK Penghapusannya.
Rincian disajikan dalam tabel berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 340
Tabel 7.14. Usulan Penghapusan Barang yang Belum Terbit SK Penghapusannya
No SKPD/UKPD Tanggal
Surat Usulan
Jenis barang Nilai Barang (Rp)
Jangka waktu s.d pemeriksaan
berakhir (20 April 2018)
1 Dinas Kehutanan 22 Des 2016 KDO 1.399.901.366,80 16 bulan
Bangunan 923.320.000,00
29 Agt 2017 Taman Lap. Banteng 88.560.000,00 8 bulan
23 Mar 2017 Taman Lap. Banteng 155.877.966,00 13 bulan
30 Juli 2017 KDO 1.722.633.900,00 9 bulan
Bangunan 235.378.783,00
04 Sep 2017 Fasos Fasum Pagar 899.405.877,00 7 bulan
2 Dinas SDA 29 Sep 2016 - 4.121.256.512,00 18 bulan
15 Nov 2017 KDO dan Alat berat 1.440.440.000,00 5 bulan
3 DKPKP 24 Agt 2016 Bangunan 12.712.641.366,00 20 bulan
Jalan dan Irigasi 2.290.455.395,00
Barang Inventaris 1.753.704.483,00
4 Sudin Kehutanan Jakarta Barat
12 Apr 2017 KDO dll 1.126.260.012,00 12 bulan
5 UP Taman Margasatwa Ragunan
27 Jan 2016 KDO 361.363.636,00 27 bulan
Selain itu hasil pemeriksaan atas SK Penghapusan Nomor 666 Tahun 2017
tanggal 28 Maret 2017 antara lain merupakan penghapusan atas Kendaraan Dinas
Operasional (KDO) yang sudah diusulkan penghapusannya oleh Dinas Kebersihan
(sekarang Dinas Lingkungan Hidup) sejak tahun 2013. Kepala Dinas Kebersihan
pada tanggal 26 Oktober 2015 telah mengirimkan surat kepada Gubernur Provinsi
DKI Jakarta u.p Kepala Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) untuk
mempercepat penyelesaian penghapusan aset barang inventaris berupa 63 kendaraan
angkutan sampah dan alat berat dan 10 unit toilet kontainer yang usulan
penghapusannya telah diajukan oleh Dinas Kebersihan sejak tahun 2013 dan diulangi
kembali pada tahun 2014 dan 2015. SK Penghapusan Gubernur atas usulan
penghapusan tersebut akhirnya terbit pada tahun 2017 melalui SK Gubernur Nomor
666 Tahun 2017 tanggal 27 Maret 2017, atau setelah menunggu selama ± 5 tahun.
Begitu juga halnya dengan usulan penghapusan oleh Dinas SDA yang diusulkan sejak
tanggal 26 Agustus 2016, SK Penghapusan BMD nya baru terbit pada tahun 2018
melalui SK Penghapusan Nomor 8 Tahun 2018 tanggal 11 April 2018 , atau setelah
menunggu selama ± 20 bulan.
Hasil pemeriksaan lebih lanjut menunjukkan bahwa aset rusak berat disimpan di
gudang atau halaman kantor/lapangan parkir dan sering kali disatukan tempat
penyimpanannya dengan aset tetap yang masih baik dan atau persediaan. Proses
penghapusan yang lama dan tempat penyimpanan yang terbatas mengakibatkan aset
rusak berat tidak dapat teridentifikasi pada saat pemeriksaan fisik.
Hasil pemeriksaan fisik pada beberapa SKPD/UKPD secara uji petik atas
keberadaan fisik barang rusak berat, diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Daftar aset rusak dalam KIB belum dapat teridentifikasi dengan fisik aset
rusak berat yang ada di tempat penyimpanan dan diantaranya aset
sebanyak 3789 unit belum ditemukan usulan penghapusannya
Berdasarkan pemeriksaan fisik dan dokumen diketahui terdapat aset rusak
berat di tiga SKPD/UKPD yang belum dapat teridentifikasi fisiknya, dengan
uraian sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 341
Tabel 7.15. Saldo Aset Rusak Berat yang Belum Dapat Teridentifikasi TA 2017
No. Nama SKPD Aset Rusak Berat
Aset Rusak Berat Belum Teridentifikasi
Nilai (Rp) Unit Nilai (Rp) Unit
1 Dinas Kehutanan 23.906.785.458,00 3.852 19.121.802.413,00 3.789
2 Dinas Lingkungan Hidup 74.486.770.159,00 446 43.414.656.445,00 106
3 Dinas Sumber Daya Air 8.461.036.920,00 2.307 2.307.338.000,00 466
Menurut penjelasan dari Pengurus Barang Dinas Kehutanan, terdapat
kesulitan dalam mengidentifikasi fisik aset rusak berat dengan catatan dalam KIB
Aset Rusak Berat karena Dinas Kehutanan merupakan SKPD baru yang
merupakan gabungan dari Dinas Pertamanan dan Pemakaman dengan Dinas
Kehutanan berdasarkan Perda Nomor 5 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta. Pengurus Barang tidak
mengetahui dan belum pernah melakukan pencacahan atas keberadaan fisik
sejumlah 3.789 unit barang dalam daftar rusak berat tersebut. Selain itu kondisi
penyimpanan yang menumpuk dan tidak beraturan juga semakin mempersulit
Pengurus Barang untuk mengidentifikasi per item aset rusak berat dibandingkan
dengan KIB nya. Selain itu atas 3.789 unit barang tersebut tidak ditemukan
dokumen usulan penghapusan asetnya oleh SKPD.
Pengurus Barang Dinas Lingkungan Hidup menjelaskan bahwa aset rusak
berat yang belum teridentifikasi keberadaan fisiknya berupa KDO yang dahulu
digunakan oleh masing-masing Suku Dinas Lingkungan Hidup. Pengurus barang
Dinas Lingkungan Hidup belum pernah melakukan pencacahan atas pencatatan
KIB Aset Rusak Berat berupa KDO sebanyak 106 unit senilai
Rp43.414.656.445,00 dengan keberadaan fisiknya.
Pengurus Barang Dinas Sumber Daya Air menjelaskan bahwa yang
bersangkutan kesulitan dalam mengidentifikasi fisik aset rusak berat dengan
catatan dalam KIB karena Dinas Sumber Daya Air merupakan SKPD baru yang
merupakan gabungan dari Dinas Bina Marga dan Dinas Tata Air. Pengurus
barang Dinas SDA tidak mengetahui keberadaan sebanyak 466 unit aset rusak
berat berupa peralatan dan mesin senilai Rp2.307.338.000,00 karena belum
pernah melakukan pencacahan secara fisik atas aset tersebut, yang menurut
penjelasan Pengurus Barang merupakan aset rusak berat yang dulunya
merupakan aset Dinas Bina Marga.
b. Aset rusak berat tidak ditemukan keberadaannya
Hasil wawancara dengan para pengurus barang dan pemeriksaan fisik di
lapangan diketahui terdapat aset rusak berat yang sudah tidak ditemukan fisik
barangnya, dengan uraian sebagai berikut:
Tabel 7.16. Aset Rusak Berat Yang Tidak Ditemukan Fisiknya
No. Dinas dan Suku Dinas Saldo Aset Rusak Berat
Aset rusak Berat Tidak Ditemukan
Nilai (Rp) Unit Nilai (Rp) Unit
1 Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP)
17.385.580.328,00 651 7.302.028.413,00 94
2 Sudin Kehutanan Jakarta Barat 1.126.260.012,00 139 148.331.071,00 6
3 Sudin Kehutanan Jakarta Selatan 3.076.927.902,00 333 294.550.413,00 186
4 UP Taman Margasatwa Ragunan 9.365.898.984,00 959 1.353.140.771,00 345
5 Dinas Kehutanan 23.906.785.458,00 3852 232.067.000,00 10
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 342
Dari tabel di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Aset rusak berat DKPKP yang tidak ditemukan sebanyak 94 unit yang terdiri
dari 6 unit aset berupa Jalan, Jaringan dan Irigasi (KIB D) senilai
Rp2.290.455.395,00; 8 unit aset berupa Gedung dan Bangunan (KIB C)
senilai Rp4.125.977.910,00 dan 80 unit aset peralatan dan mesin (KIB B)
senilai Rp885.595.108,00;
2) Aset rusak berat Sudin Kehutanan Jakarta Barat yang tidak ditemukan
sebanyak 6 unit, yang terdiri dari 2 unit kendaraan tangki dan pick up senilai
Rp120.000.000,00 dan 4 unit peralatan kantor senilai Rp28.331.071,00;
3) Aset rusak berat Sudin Kehutanan Jakarta Selatan yang tidak ditemukan
sebanyak 186 unit yang terdiri dari 5 unit KDO senilai Rp87.500.000,00 dan
181 unit peralatan kantor senilai Rp207.050.413,00;
4) Aset rusak berat di UP Taman Margasatwa Ragunan yang tidak ditemukan
sebanyak 345 unit yang seluruhnya merupakan aset peralatan dan mesin;
5) Aset rusak berat di Dinas Kehutanan yang tidak ditemukan sebanyak 10 unit
yang terdiri dari 8 unit peralatan dan mesin senilai Rp39.067.000,00 serta 2
unit kendaraan senilai Rp193.000.000,00. Berdasarkan penjelasan pengurus
barang, atas aset berupa kendaraan tersebut posisi saat ini dikuasai oleh
pensiunan Dinas Kehutanan dan sedang dalam proses penarikan oleh
pengurus barang Dinas Kehutanan.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah, pada:
1) Pasal 9:
a) ayat (1) yang menyatakan bahwa Gubernur/Bupati/Walikota adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan barang milik daerah;
b) ayat (2) yang menyatakan bahwa Pemegang kekuasaan pengelolaan
barang milik daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang
dan bertanggung jawab antara lain menyetujui usul pemindahtanganan,
pemusnahan, dan penghapusan barang milik daerah sesuai batas
kewenangannya;
2) Pasal 10 yang menyatakan bahwa Sekretaris daerah selaku Pengelola Barang,
berwenang dan bertanggung jawab antara lain mengatur pelaksanaan
penggunaan, pemanfaatan, pemusnahan, dan penghapusan barang milik
daerah;
3) Pasal 12:
a) ayat (1), yang menyatakan bahwa Kepala SKPD selaku Pengguna
Barang
b) ayat (2), yang menyatakan bahwa Pengguna Barang sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), berwenang dan bertanggung jawab antara lain
mengajukan usul pemusnahan dan penghapusan barang milik daerah;
4) Pasal 439:
a) ayat (1) yang menyatakan bahwa Penghapusan karena
pemindahtanganan atas barang milik daerah sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 433 ayat (1) huruf c dilakukan oleh Pengguna Barang/Kuasa
Pengguna Barang
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 343
b) ayat (2) yang menyatakan bahwa Penghapusan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan setelah Pengelola Barang menerbitkan keputusan
penghapusan barang milik daerah.
b. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 255 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Aset Daerah Bab II tentang
Kedudukan, Tugas dan Fungsi, pada Pasal 3:
1) ayat (1), BPAD mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan aset daerah.
2) ayat (2), Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat1
BPAD menyelenggarakan fungsi, antara lain:
a) Penyusunan bahan kebijakan, pedoman dan standar teknis pengelolaan
asset dan penyusunan harga satuan biaya barang;
b) Pengoordinasian pengamanan aset pada SKPD/UKPD;
c) Pengoordinasian dan pelaksanaan penatausahaan asset;
d) Pengoordinasian penyusunan laporan asset;
e) Pengadaan, penatausahaan, penyimpanan, pendistribusian dan
penghapusan asset yang tidak diserahkan pada SKPD/UKPD.
c. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 276 Tahun 2016 tentang
Penunjukan Pengurus Barang Milik Daerah Dan Atasan Langsungnya TA 2016
yang menyatakan bahwa tugas dan tanggung jawab Pengurus Barang antara lain:
menetapkan dokumen usulan pemusnahan dan penghapusan Barang Milik
Daerah yang rusak atau tidak dipergunakan lagi.
Permasalahan tersebut mengakibatkan aset rusak berat yang tidak dikelola dan
tidak segera dihapuskan sesuai ketentuan yang berlaku berpotensi hilang dan
membebani biaya pemeliharaan dan ruang penyimpanan.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala BPAD selaku pembantu Sekretaris Daerah selaku Pengelola Barang
kurang optimal dalam mengatur pelaksanaan penghapusan aset rusak berat yang
dikelola oleh UKPD/SKPD Provinsi DKI Jakarta;
b. Kepala SKPD selaku Pejabat Penatausahaan Barang belum optimal dalam
membantu Pengelola Barang dalam pelaksanaan koordinasi inventarisasi barang
milik daerah
c. Pengurus Barang kurang optimal dalam hal menetapkan dokumen usulan
pemusnahan dan penghapusan Aset rusak berat;
d. Tidak adanya jangka waktu yang jelas dalam tahapan proses penghapusan aset.
Atas permasalahan tersebut:
a. Kepala BPAD menyatakan sependapat dengan temuan BPK dan menjelaskan
bahwa:
1) Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Pedoman Pengelolaan Barang Milik Daerah, secara normatif, mekanisme
Penghapusan BMD membutuhkan waktu yang lama karena adanya proses
administrasi perbal dan ketergantungan dengan instasi di luar Pemda DKI
Jakarta. Untuk itu, BPAD akan lebih mengoptimalkan lagi koordinasi dengan
SKPD/UKPD di Provinsi DKI Jakarta dan juga meningkatkan koordinasi
yang lebih intens kepada instansi lain seperti Kanwil Direktorat Jenderal
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 344
Kekayaan Negara dan Lelang (DJKN) DKI Jakarta dan Kantor Jasa Penilai
Publik (KJPP) selaku instansi yang berwenang dalam melakukan penilaian
dan pelelangan terhadap aset yang akan dihapus. Pada prinsipnya BPAD
akan selalu menindaklanjuti secara cepat atas usulan pemindahtanganan dan
penghapusan dari SKPD/UKPD sesuai dengan aturan yang berlaku, namun
proses pemindahtanganan dan penghapusan terkendala dengan aturan dari
pihak Kanwil DJKN Provinsi DKI Jakarta yang menyatakan bahwa untuk
barang rusak berat, harus ada pernyataan skrap dan perolehan bobot aset dari
SKPD sehingga hal tersebut memberatkan bagi SKPD/UKPD karena selain
tidak mempunyai peralatan dan biaya juga bukan merupakan kewenangan
SKPD/UKPD untuk menentukan penilaian kondisi dan bobot atas aset
tersebut;
2) BPAD selaku pejabat penatausahaan barang akan segera menyelesaikan
temuan yang ada yaitu:
a) Terkait daftar aset rusak dalam KIB belum dapat teridentifikasi dengan
fisiknya di tempat penyimpanan dan diantaranya sebanyak 3.789 unit
belum ditemukan usulan penghapusannya, BPAD akan berkoordinasi
dengan SKPD/UKPD dalam rangka penelitian administrasi dan fisik aset
rusak berat, baik yang tercatat dalam KIB maupun dengan fisik aset rusak
berat yang ada di lapangan.
b) Terhadap aset rusak berat yang tidak ditemukan keberadaannya, BPAD
akan berupaya lebih intens lagi bersama SKPD/UKPD pengguna barang
terkait inventarisasi aset rusak berat tersebut dan menelusuri keberadaan
aset dimaksud serta mengetahui kronologisnya.
c) Terhadap aset rusak berat yang masih tercatat sebagai aset tetap akan
ditelusuri pencatatannya terhadap SKPD/UKPD terkait, apabila
diketahui aset tersebut masih dicatat pada aset tetap, maka akan
dilakukan koreksi ke akun rusak berat.
3) BPAD akan melakukan pembinaan dan sosialisasi terhadap para pengurus
barang terkait masalah pemusnahan dan penghapusan aset rusak berat;
4) Terhadap mekanisme penghapusan aset, BPAD sedang melakukan revisi
SOP Penghapusan BMD karena sudah tidak sesuai dengan kondisi saat ini
sehingga jangka waktu proses penghapusan aset menjadi lebih jelas.
b. Kepala Dinas Kehutanan menyatakan sependapat dengan temuan BPK. Dinas
Kehutanan akan mengajukan penghapusan kembali aset rusak berat kepada
Gubernur dan akan melakukan pencacahan terhadap aset rusak berat yang belum
dapat teridentifikasi fisiknya dan melakukan penelusuran kembali terhadap aset
rusak berat tidak ditemukan keberadaannya.
c. Kepala Dinas LH sependapat dengan temuan BPK dan akan mengajukan
penghapusan kembali terhadap aset rusak berat kepada Gubernur melalui BPAD.
d. Kepala Dinas Sumber Daya Air, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan
Pertanian, Kepala Suku Dinas Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Barat,
Kepala Sudin Dinas Kehutanan Kota Administrasi Jakarta Selatan, dan Kepala
UP Taman Margasatwa Ragunan sependapat dengan temuan BPK dan akan
melakukan penelusuran kembali terhadap aset rusak berat yang tidak ditemukan
keberadaannya.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 345
BPK merekomendasikan kepada Gubernur agar memerintahkan Sekretaris
Daerah selaku Pengelola Barang dan Kepala BPAD selaku Pembantu Pengelola
Barang supaya:
a. Menyusun dan menetapkan Prosedur Operasional Standar (POS) penghapusan
aset daerah yang mencakup antara lain jangka waktu penyelesaian masing-
masing tahapan;
b. Memproses penghapusan aset rusak berat sesuai ketentuan pada Dinas
Kehutanan, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Ketahanan
Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP), Sudin Kehutanan Jakarta Barat,
Sudin Kehutanan Jakarta Selatan, dan UP Taman Margasatwa Ragunan.
7.7. Penatausahaan dan Pengamanan Aset Fasos Fasum Belum Memadai
Pemprov DKI Jakarta menyajikan akun aset lain-lain – aset fasos fasum per 31
Desember 2017 dan 2016 (Audited) masing-masing senilai
Rp24.937.676.009.079,00 dan Rp21.417.935.080.907,00.
Fasos fasum merupakan kewajiban yang harus disediakan dan atau diserahkan
oleh para pengembang kepada Pemprov DKI Jakarta dalam rangka pelaksanaan Surat
Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT). SIPPT diberikan oleh Gubernur
Provinsi DKI Jakarta kepada swasta (perorangan/badan hukum) maupun instansi
pemerintah dalam rangka pengembangan suatu kawasan dan atau guna permohonan
hak atas tanah.
Dalam rangka penerimaan fasos fasum tersebut, sebagaimana diatur dalam
Keputusan Gubernur Nomor 228 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Keputusan
Gubernur Nomor 41 Tahun 2001 tentang Tata Cara Penerimaan Kewajiban dari Para
Pemegang SIPPT, Walikota/Bupati bertugas melakukan serah terima aset fasos
fasum dari pengembang yang dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST).
Setelah itu BPAD melakukan pencatatan fasos fasum/sarana prasarana dan utilitas
umum yang telah diserahkan ke dalam Buku Inventaris Pemprov DKI Jakarta.
Berdasarkan pemeriksaan atas pencatatan aset fasos fasum dan hasil pengamatan
fisik secara uji petik atas aset fasos fasum oleh BPK, Bidang P5H dan P3A BPAD,
Suku Badan Pengelola Aset Daerah beserta Tim TP3W Kota Administrasi Jakarta
Utara, Jakarta Timur, Jakarta Selatan, Jakarta Barat, serta pihak pengembang
menunjukkan masih terdapat kelemahan dalam penatausahaan aset fasos fasum
sebagai berikut:
a. Terdapat 1.172 lahan fasos fasum yang belum bersertifikat Hak Pakai atas
nama Pemprov DKI Jakarta
Hasil pemeriksaan atas KIB posisi 31 Desember 2016, menunjukkan terdapat
1.172 aset fasos fasum berupa lahan/tanah dengan total luas 8.000.093 m2 yang
seluruhnya belum bersertifikat Hak Pakai atas nama Pemprov DKI Jakarta.
Rincian dimuat pada lampiran 7.7.1. Kondisi tersebut sangat rawan untuk
digugat oleh pihak lain karena aset fasos fasum milik Pemprov DKI Jakarta
seringkali tidak dilakukan pengamanan secara fisik seperti tidak diberi pagar dan
tidak diberi plang yang menyatakan kepemilikan aset Pemprov DKI Jakarta. Data
monitoring aset fasos fasum di lapangan oleh pihak Suku Badan Aset Kota
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 346
Jakarta Timur menunjukkan terdapat dua lokasi aset fasos fasum yang sedang
dalam proses sengketa hukum. Aset fasos fasum tersebut yaitu:
1) Aset fasos fasum berupa lahan seluas 52.106 m² di Pondok Kelapa Jakarta
Timur yang merupakan penyerahan fasos fasum dari PT BM. Bidang tanah
tersebut rencananya akan dipergunakan untuk pelebaran kali. Hasil
pengamatan fisik di lapangan terdapat bangunan liar di lokasi tersebut. Dari
daftar monitoring aset bermasalah juga diketahui bahwa terdapat gugatan di
Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur pada tahun 2016 atas tanah seluas
1.500m². Berdasarkan data pada Sistem Informasi Penelusuran Perkara
(SIPP) PN Jakarta Timur diketahui Nomor Perkara 73/PDT.G/2016/PN
Jkt.Tim, Menghukum Tergugat VII (PT BM) untuk memberikan tanah
fasus/fasum seluas 1.500 m2 kepada Pemerintah DKI Jakarta
2) Aset fasos fasum berupa lahan seluas 20.000 m² di Jatinegara Jakarta Timur
yang merupakan penyerahan fasos fasum dari PT TI melalui BAST Nomor
1517 Tahun 1994. Atas lahan tersebut, seluas 8.220 m² saat ini sedang
digugat oleh pihak ketiga ke Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Hasil
pengamatan fisik di lapangan menunjukkan tanah tersebut dalam keadaan
terbengkalai dan tidak dimanfaatkan.
Berdasarkan data pada SIPP PN Jakarta Timur diketahui Nomor Perkara
219/Pdt.G/2017/PN Jkt.Tim nama penggugat BS, Pengadilan Negeri
mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya, menyatakan Penggugat
adalah sah sebagai pemilik atas tanah berdasarkan Girik C. Nomor 769 Persil
No. 10, Kls. S. I., seluas ± 8.220 m2 sesuai Akta Jual Beli tanggal 15 Juli
1995, yang terletak di Kampung Pulo Jahe, Jalan Rawa Kepiting RT. 007,
RW. 010, Kawasan Industri Pulogadung, Kelurahan Jatinegara, Kecamatan
Cakung, Kota Jakarta Timur, Propinsi Daerah Khusu Ibukota Jakarta.
b. Terdapat aset fasos fasum berupa konstruksi fisik yang sudah selesai
dibangun dan dimanfaatkan, namun pengembang belum menyerahkannya
ke Pemprov DKI Jakarta
Pengembang yang belum menyerahkan fasos fasum berupa konstruksi fisik
yang sudah selesai dibangun dan dimanfaatkan antara lain sebagai berikut:
1) PT BIG
Berdasarkan BAST Nomor 2998/-1.711.534 tanggal 28 Desember 2016 PT
BIG telah menyerahkan sebagian kewajiban yang berlokasi di Jalan Bukit
Hijau Utama, Komplek Perumahan Casa Goya Park Residence, Kebon Jeruk,
Jakarta Barat berupa lahan marga jalan (Mjl) seluas 20.678 m2, lahan
penyempurna hijau taman (Pht) seluas 1.474 m2 dan lahan suka (Suk) seluas
980 m2. Berdasarkan SIPPT Nomor 2120/-1.711.534 tanggal 14 Oktober
2011, selain menyerahkan kewajiban berupa lahan, PT BIG juga diwajibkan
untuk menyerahkan konstruksi di atas lahan Mjl, lahan Pht dan lahan Suk.
Hasil pemeriksaan atas lampiran BAST Nomor 2998/-1.711.534 diketahui
bahwa pada foto penyerahan lahan Suk sesuai tanggal yang tertera pada foto
yaitu tanggal 7 Desember 2016, sudah terdapat bangunan dua lantai.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik pada 9 Februari 2018 oleh BPK bersama
Bidang P5H BPAD, perwakilan dari Walikota Jakarta Barat dan perwakilan
dari PT BIG, diketahui bahwa pada lahan Suk telah terdapat bangunan dua
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 347
lantai yang difungsikan dan telah dimanfaatkan sebagai gedung pertemuan
warga Perumahan Casa Goya Park Residence (club house). Club house
tersebut dikelola oleh pengembang (PT BIG). Hal ini menunjukkan bahwa
kewajiban PT BIG berupa konstruksi di atas lahan Suk sudah selesai
dibangun dan sudah dapat diserahkan kepada Pemprov DKI. Apabila pihak
ketiga ingin memanfaatkan club house tersebut maka harus melakukan
perikatan kerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta dan memberikan
kontribusi berupa sewa.
Hasil pemeriksaan atas data Mutasi Nilai Aset Kerjasama Pihak Ketiga
Lainnya per 31 Desember 2017 menunjukkan bahwa tidak terdapat informasi
terkait kerjasama antara BPAD Subbidang Pemanfaatan Aset dengan pihak
ketiga atas club house yang berlokasi di Perumahan Casa Goya Park
Residence. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, PT BIG belum
menyerahkan bangunan di atas lahan Suk tersebut kepada Pemprov DKI
Jakarta.
2) PT CBL
Sejak tahun 2001 s.d. 2016, PT CBL telah menyerahkan secara bertahap
kewajibannya yang berlokasi di Perumahan Taman Palem Lestari,
Cengkareng, Jakarta Barat. Berdasarkan BAST Nomor 3638/-1.792.3
tanggal 23 Agustus 2016, sisa kewajiban yang belum diserahkan PT CBL
kepada Pemprov DKI Jakarta dimuat pada tabel berikut:
Tabel 7.17. Sisa Kewajiban PT CBL yang Belum Diserahkan
No. Jenis Kewajiban yang Belum Diserahkan Luas Lahan (m2)
1 Tanah Suka Pendidikan (Spd) 6.815,00
2 Tanah Penyempurna Hijau Rekreasi (Phr) 31.144,00
3 Tanah Penyempurna Hijau Taman (Pht) 111,00
4 Tanah Marga Jalan/Penyempurna Saluran Waduk (Mjl/Psw) 171.755,00
10 Konstruksi Fisik Marga Jalan/Penyempurna Saluran Waduk (Mjl/Psw)
*) SIPPT tidak mencatumkan kewajiban luas konstruksi fisik. Sumber: BAST No. 3638/-1.792.3 tanggal 23 Agustus 2016
Dari BAST disebutkan bahwa jangka waktu penyerahan sisa kewajiban
ditetapkan paling lambat satu tahun setelah BAST ini ditanda tangani.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik pada 8 Maret 2018 oleh BPK bersama
Bidang P5H BPAD, perwakilan dari Walikota Jakarta Barat dan perwakilan
dari PT CBL, diketahui bahwa pada lahan Phr telah terdapat bangunan yang
difungsikan sebagai sport center yang terdiri dari kolam renang dan tempat
fitness. Sport center tersebut dikelola oleh PT CBL dan telah dimanfaatkan
oleh warga Perumahan Taman Palem Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat dan
masyarakat umum. Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban PT CBL berupa
konstruksi di atas lahan Phr sudah selesai dibangun dan sudah dapat
diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta.
Hasil pemeriksaan atas data Mutasi Nilai Aset Kerjasama Pihak Ketiga
Lainnya per 31 Desember 2017 menunjukkan bahwa tidak terdapat informasi
terkait kerjasama antara BPAD Subbidang Pemanfaatan Aset dengan pihak
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 348
ketiga atas sport center yang berlokasi di Perumahan Casa Taman Palem
Lestari, Cengkareng, Jakarta Barat. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, PT
CBL belum menyerahkan bangunan di atas lahan Phr tersebut kepada
Pemprov DKI Jakarta.
3) PT THI
Pada tanggal 23 Februari 2018 BPK bersama dengan perwakilan dari
Walikota Jakarta Barat dan BPAD Pemprov DKI Jakarta serta perwakilan
dari PT THI (pengembang) melakukan pengamatan fisik aset fasos fasum
yang berasal dari kewajiban SIPPT atas nama PT THI yang berlokasi di
Komplek Taman Harapan Indah, Jelambar Baru, Grogol Petamburan, Jakarta
Barat.
Berdasarkan hasil pengamatan fisik atas aset fasos fasum, diketahui bahwa
pada lahan fasos fasum terdapat sekolah tingkat TK, SD dan SMP yang
dikelola oleh Yayasan Pendidikan Nasional THI. Hasil pemeriksaan atas data
Mutasi Nilai Aset Kerjasama Pihak Ketiga Lainnya per 31 Desember 2017
menunjukkan bahwa tidak terdapat informasi terkait kerjasama antara BPAD
Subbidang Pemanfaatan Aset dengan pihak ketiga atas sekolah yang
berlokasi di Komplek Taman Harapan Indah, Jelambar Baru, Grogol
Petamburan, Jakarta Barat.
Hal ini mengindikasikan bahwa Yayasan Pendidikan Nasional THI telah
memanfaatkan aset fasos fasum milik Pemprov DKI Jakarta tanpa perjanjian
kerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta (dhi. BPAD Subbidang
Pemanfaatan Aset).
4) PT MSS
Berdasarkan BAST Pemprov DKI Jakarta (tanpa nomor) tanggal 21 April
2016, PT MSS telah menyerahkan sebagian kewajibannya yang berlokasi di
Perumahan Jakarta Garden City di Jalan Tambun Rengas, Cakung, Jakarta
Timur. Sisa kewajiban yang belum diserahkan PT MSS kepada Pemprov
DKI Jakarta dimuat pada tabel berikut:
Tabel 7. 18. Sisa Kewajiban PT MSS yang Belum Diserahkan
No. Jenis Kewajiban yang Belum Diserahkan Luas Lahan (m2)
1 Tanah Suka Pendidikan (Spd) 168
3 Tanah Suka Rekreasi Olahraga (Sro) 1
4 Tanah Suka Sosial Budaya (Ssb) 2.260
5 Tanah Suka Fasilitas Umum (Sfu) 410
6 Tanah Suka Parkir (Spk) 4
7 Tanah Penyempurna Hijau Taman (Pht) 55.774
8 Tanah Marga Drainase dan Tata Air (Mdt) 2.121
9 Tanah Marga Jalan (Mjl) 340.698
10 Konstruksi Fisik Suka Pendidikan (Spd) *)
11 Konstruksi Fisik Suka Sosial Ibadah (Ssi)
12 Konstruksi Fisik Rekreasi Olahraga (Sro)
13 Konstruksi Fisik Suka Sosial Kesehatan (Ssk)
14 Konstruksi Fisik Suka Pelayanan Umum (Spu)
15 Konstruksi Fisik Suka Sosial Budaya (Ssb)
16 Konstruksi Fisik Suka Fasilitas Umum (Sfu)
17 Konstruksi Fisik Suka Parkir (Spk)
18 Konstruksi Fisik Penyempurna Hijau Taman (Pht)
19 Konstruksi Fisik Marga Drainase dan Tata Air (Mdt)
20 Konstruksi Fisik Marga Jalan (Mjl)
*) SIPPT tidak mencatumkan kewajiban luas konstruksi fisik. Sumber: BAST Pemprov DKI Jakarta (tanpa nomor) tanggal 21 April 2016
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 349
Berdasarkan Lampiran BAST Pemprov DKI Jakarta (tanpa nomor) tanggal
21 April 2016 diketahui bahwa pada foto penyerahan lahan suka pendidikan,
sudah terdapat bangunan satu lantai. Hasil pengamatan fisik pada 21 Maret
2018 oleh BPK bersama Bidang P5H BPAD, Kasubid Penerimaan dan
Kerjasama aset dan Pengelola Penerimaan dan Kerjasama Aset Suku Badan
BPAD Jakarta Timur, dan perwakilan dari PT MSS, menunjukkan bahwa
pada lahan suka pendidikan telah terdapat bangunan satu lantai yang telah
difungsikan dan dimanfaatkan sebagai sekolah GBS. Bangunan tersebut
merupakan salah satu kewajiban PT MSS sesuai SIPPT Nomor 075/5.7/31/-
1.711.534/2016.
Hal ini menunjukkan bahwa kewajiban PT MSS berupa konstruksi di atas
lahan suka pendidikan sudah selesai dibangun dan sudah dapat diserahkan
kepada Pemprov DKI Jakarta. Sampai dengan pemeriksaan berakhir, PT
MSS belum menyerahkan bangunan di atas lahan suka pendidikan tersebut
kepada Pemprov DKI Jakarta
Berdasarkan penelusuran lebih lanjut, terdapat Perjanjian Sewa Menyewa
Nomor 072/MSS-PD/X/2013 tanggal 28 Oktober 2013, yakni PT MSS telah
menyewakan tanah seluas 3.081m2 dan bangunan seluas 808m2 kepada Sdri.
HK selaku pengelola sekolah tingkat prasekolah dan taman kanak-kanak
GBS. Jangka waktu sewa selama tiga tahun terhitung sejak tanggal 15 Juli
2013 s.d. 14 Juli 2016.
Skema pembayaran sewa yaitu tahun pertama gratis, tahun kedua hingga
berakhirnya masa sewa sebesar Rp10.000.000,00 per bulan, dan pembagian
pendapatan sebesar 20% dari uang pangkal dan biaya sekolah bulanan atas
murid ke-42 dan seterusnya pada tahun tersebut.
Pada tanggal 25 Januari 2016, PT MSS dan Sdri. HK menandatangani
addendum Perjanjian Sewa Menyewa Nomor 001/MSS-PD/I/2016. Hal-hal
dalam Perjanjian Sewa Menyewa Nomor 072/MSS-PD/X/2013 yang
mengalami perubahan adalah sebagai berikut:
a) Masa sewa tanah dan bangunan diperpanjang selama lima tahun,
terhitung sejak tanggal 15 Juli 2016 s.d. 14 Juli 2021;
b) Nilai sewa sebesar Rp1.920.000.000,00 belum termasuk PPN dan air
namun sudah termasuk IPKL dan PPh, dengan skema pembayaran
dimuat pada tabel berikut:
Tabel 7.19. Skema Pembayaran dalam Perjanjian PT MSS dengan Sdri HK
Periode Harga Sewa per bulan (Rp)
Harga Sewa per Tahun (Rp)
Jul 2016 s.d. Juli 2017 20.000.000,00 240.000.000,00
Jul 2017 s.d. Juli 2018 30.000.000,00 360.000.000,00
Jul 2018 s.d. Juli 2019 30.000.000,00 360.000.000,00
Jul 2019 s.d. Juli 2020 40.000.000,00 480.000.000,00
Jul 2020 s.d. Juli 2021 40.000.000,00 480.000.000,00
c) PT MSS dan Sdri. HK sepakat bahwa apabila selama masa sewa atas
tanah dan bangunan tersebut akan diserahterimakan kepada Pemprov
DKI Jakarta, maka lokasi sekolah akan dipindahkan ke lokasi yang
ditentukan PT MSS.
Hal ini menunjukkan bahwa PT MSS masih menunda penyerahan kewajiban
fasos fasum berupa bangunan sekolah dan menyewakan lahan dan bangunan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 350
fasos fasum tersebut kepada pihak ketiga tanpa sepengetahuan Pemprov DKI
Jakarta.
Dengan mengacu Perjanjian Sewa Menyewa Nomor 072/MSS-
PD/X/2013 tanggal 28 Oktober 2013 beserta addendumnya dapat dihitung
potensi penerimaan s.d. 31 Desember 2017 minimal sebesar
Rp645.000.000,00 dengan perhitungan pada tabel berikut:
Tabel 7. 20. Perhitungan Potensi Penerimaan Sewa
No Perjanjian Periode Nilai Sewa (Rp)
1. No. 072/MSS-PD/X/2013
15 Juli 2013 s.d. 14 Juli 2014 0,00
15 Juli 2014 s.d.14 Juli 2015 120.000.000,00
15 Juli 2015 s.d. 14 Juli 2016 120.000.000,00
Jumlah 1 240.000.000,00
2. No.001/MSS-PD/I/2016
15 Juli 2016 s.d. 14 Juli 2017 240.000.000,00
15 Jul 2017 s.d. 31 Desember 2017 165.000.000,00
Jumlah 2 405.000.000,00
Jumlah Total (1 + 2) 645.000.000,00
Catatan: Nilai tersebut tidak termasuk pembagian pendapatan sebesar 20% atas uang pangkal dan biaya sekolah bulanan atas murid ke-42 dan seterusnya
c. Terdapat penyerahan aset fasos fasum yang belum tercatat dalam neraca
Pada tanggal 25 Januari 1991 Pemprov DKI Jakarta menerima sebidang
tanah terletak di Jalan Kelapa Gading Boulevard Kelurahan Kelapa Gading
Timur Kecamatan Koja Jakarta Utara seluas 23.520m2 dari PT NK berdasarkan
BAST Nomor 037/BPBDPK/BA/EPP/I/1991. Lebih lanjut sesuai BAST Nomor
1441/1992 tanggal 27 Februari 1992 Pemprov DKI Jakarta menerima bangunan
mesjid Raya seluas 1.615m2 dan Lapangan Tenis Mandiri seluas 3.785m2 dari PT
NK. Lahan dan bangunan tersebut merupakan bentuk pemenuhan kewajiban PT
NK atas SIPPT Nomor 4284/VII/1983 tanggal 7 Juli 1983.
Bidang tanah seluas 23.520m2 telah tercatat dalam Buku Inventaris Barang
Milik Daerah sebagai berikut:
Nomor Barang: 11.09.00.04.95.15.02.00
01.11.04.05.00001
Dari bidang tanah seluas 23.520m2 tersebut, sebagian telah dikerjasamakan
berupa Perjanjian Sewa Menyewa sebagai berikut:
1) Lahan seluas ±16.915m2 yang di dalamnya bangunan berupa masjid seluas
±.940m2 telah dikerjasamakan dengan Yayasan Masjid Raya Al Musyawarah
tanggal 14 Oktober 2014 yang berlaku 5 tahun atau berakhir 13 Oktober
2019. Bangunan mesjid telah tercatat dalam Buku Inventaris BMD sebagai
berikut:
Nomor Barang: 11.09.00.04.95.15.02.00 01.11.04.05.00001
2) Lahan seluas 3.785m2, terdiri dari empat bangunan lapangan tenis standar
beserta satu unit kamar ganti, telah dikerjasamakan dengan Yayasan PBAN
tanggal 31 Oktober 2014 yang berlaku 5 tahun atau berakhir 18 Oktober
2018. Bangunan lapangan tenis telah tercatat dalam Buku Inventaris BMD
sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 351
Nomor Barang: 11.9.3.09.02.00.00.006.1992 01.11.04.08.00003
Sisa Lahan seluas 6.605m² (23.520-16.915-3.785) saat ini dimanfaatkan
untuk bangunan Kantor Komando Rayon Militer (Koramil). Sampai dengan
pemeriksaan berakhir, atas lahan seluas 6.605m² tersebut belum tercatat di
neraca dan belum didukung perjanjian kerja sama pinjam pakai antara
Pemprov DKI Jakarta dengan Pihak Koramil. Lokasi aset sebagaimana
terlihat dalam Gambar 2 berikut:
Gambar 2. Aset Yang Belum Didukung PKS Keterangan gambar: (a) Garis Merah: Aset Kerjasama Yayasan Mesjid Al Musyawarah; (b) Garis Biru: Aset Kerjasama Yayasan Purna Bhakti Abadi; (c) Garis Hijau: Aset belum didukung Perjanjian
d. Terdapat pencatatan ganda antara BPAD dan BUMD atas aset fasos fasum
yang sama
1) Tanah dan bangunan Pasar Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara
Berdasarkan BAST Nomor 1370 Tahun 1995 tanggal 6 November 1995, PT
MP menyerahkan lahan seluas 5.485m2 dan bangunan seluas 1.200m2 yang
terletak di Jalan Pantai Indah Kapuk, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan
Penjaringan, Jakarta Utara kepada Pemprov DKI Jakarta. Penyerahan lahan
dan bangunan pasar tersebut merupakan sebagian kewajiban PT MP kepada
Pemprov DKI Jakarta sebagaimana ditetapkan dalam Surat Gubernur DKI
Jakarta Nomor 1763/-1.824.511 tanggal 18 Mei 1992.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 352
Berdasarkan Surat Kuasa Gubernur DKI Jakarta Nomor 4998/1997 tanggal
24 Juli 1997, PD Pasar Jaya menerima kuasa untuk bertindak atas nama
Gubernur DKI Jakarta untuk menandatangani perjanjian kerja sama
pengelolaan tanah dan bangunan pasar milik Pemprov DKI Jakarta (Pasar
PIK) sekaligus turut membantu pengawasan pelaksanaan kerja sama dengan
pihak ketiga. Sebagai tindak lanjut atas Surat Kuasa Gubernur tersebut,
PD Pasar Jaya menandatangani perjanjian tentang pengelolaan Pasar PIK
dengan PT MP. Kerjasama dengan PT MP telah berakhir pada tanggal
27 Oktober 2007 dan pengelolaan Pasar PIK sampai dengan saat ini
dilaksanakan oleh PD Pasar Jaya.
Perda Nomor 2 Tahun 2009 tentang PD Pasar Jaya, pada Pasal 9 menetapkan
bahwa modal PD Pasar Jaya senilai Rp500.000.000.000,00. Modal dasar
tersebut disetor dan dipisahkan dari kekayaan daerah senilai
Rp327.175.929.293,00 merupakan modal PD Pasar Jaya pada saat pendirian
ditambah penyetoran modal Pemerintah Daerah dan modal yang berasal dari
kekayaan Pasar Inpres yang dialihkan kepada PD Pasar Jaya. Pemenuhan
modal dasar yang telah ditetapkan, diperoleh dari laba bersih PD Pasar Jaya,
alokasi dana cadangan umum dan penyertaan modal Pemerintah Daerah
berupa aset. Berdasarkan penjelasan atas Perda Nomor 2 Tahun 2009 yang
dimaksud dengan penyertaan modal berupa aset adalah pasar yang berasal
dari pemenuhan kewajiban para investor atau sumbangan pihak ketiga
kepada Pemprov DKI Jakarta yang diserahkan pengelolaannya kepada PD
Pasar Jaya.
Pada tahun 2016, PD Pasar Jaya mengikuti program tax amnesty.
Berdasarkan Nota Dinas Nomor 517/073.526.4 tanggal 20 September 2016,
aset yang dideklarasikan dan perhitungan uang tebusan adalah sebagai
berikut.
Tabel 7.21. Perhitungan Uang Tebusan Tax Amnesty
No. Aset yang Dideklarasikan Nilai (Rp)
1. Tanah Pasar Jembatan Dua 40.677.765.000,00
2. Tanah Pasar Pantai Indah Kapuk 66.889.575.000,00
3. Bangunan Pasar Pantai Indah Kapuk 600.000.000,00
Dasar Pengenaan Uang Tebusan (DPUT) 108.167.340.000,00
Tarif Periode I (Juli – September 2016) sebesar 2%
Uang Tebusan Tax Amnesty (Rp 108.167.340.000,00 x 2%) 2.163.346.800,00
Sehubungan dengan selesainya program tax amnesty, Direktur Keuangan dan
Administrasi PD Pasar Jaya melalui Surat Nomor 3193/073.526 tanggal 8
Desember 2016 menginstruksikan Manager Area Utara PD Pasar Jaya untuk
mencatat tanah dan bangunan Pasar PIK masing-masing senilai
Rp66.889.575.000,00 dan Rp600.000.000,00 ke dalam pembukuan di Unit
Area Utara 1. Berdasarkan jawaban atas surat konfirmasi
Nomor 28/AL-LKPD2017/04/2018 tanggal 4 April 2018 kepada PD Pasar
Jaya diketahui bahwa PD Pasar Jaya telah mencatat lahan dan bangunan
Pasar PIK sebagai aset tetap.
Hasil pemeriksaan atas KIB Pemprov DKI Jakarta tahun 2017 menunjukkan
bahwa lahan seluas 5.485 m2 dan bangunan seluas 1.200 m2 yang terletak di
Jalan Pantai Indah Kapuk, Kelurahan Kapuk Muara, Kecamatan Penjaringan,
Jakarta Utara telah dicatat sebagai aset fasos fasum. Hal ini menunjukkan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 353
bahwa PD Pasar Jaya dan Pemprov DKI Jakarta telah melakukan pencatatan
atas aset yang sama.
2) Tanah di Jalan Danau Sunter Selatan, Sunter Agung Jakarta Utara
Berdasarkan BAST Nomor 023/PPB/BPP/IV/1991 tanggal 3 April 1991, PT
AP menyerahkan sebidang tanah seluas 6.675 m2 yang terletak di Jalan Danau
Sunter Selatan Blok M2 Nomor 7, Sunter Agung, Jakarta Utara yang di
atasnya terdapat bangunan satu buah rumah pompa (booster pump) dan satu
buah resevoir air kapasitas 1.500 m3 kepada Perusahaan Air Minum DKI
Jakarta (PAM Jaya). Dasar penyerahan lahan dan rumah pompa serta
resevoir air yaitu Surat Direktur PT AP
Nomor 096-U/AP/II/X/1990 tanggal 19 Oktober 1990 perihal hibah tanah
yang dipergunakan oleh PAM DKI dan Surat Kepala Itwilprop DKI Jakarta
Nomor 285/06-0.711 tanggal 26 Juli 1990 perihal masalah tanah Booster
Pump Sunter, Jakarta Utara.
Hasil pengamatan fisik pada tanggal 23 Maret 2018 atas lahan yang terletak
di Jalan Danau Sunter Selatan, Jakarta Utara menunjukkan bahwa pada lahan
tersebut telah terdapat plang papan atas nama PAM Jaya. Berdasarkan
jawaban atas surat konfirmasi Nomor 19/AL-LKPD2017/03/2018 tanggal 27
Maret 2018 kepada PAM Jaya diketahui bahwa:
a) tanah yang berlokasi di Jalan Sunter Selatan, Jakarta Utara seluas 6.675
m2 telah tercatat dalam aset dan pembukuan PAM Jaya;
b) Dokumen kepemilikan tanah tersebut berupa Akta Pelepasan dan
Pemindahan Hak atas Tanah Nomor 02 tanggal 4 Februari 2015 dari PT
AP kepada PAM Jaya yang diterbitkan Notaris IS, S.H, M.Kn.
Hasil pemeriksaan atas KIB tahun 2017 menunjukkan bahwa tanah seluas
6.675 m2 yang terletak di Jalan Sunter Selatan, Jakarta Utara telah dicatat
sebagai aset fasos fasum. Hal ini menunjukkan bahwa Pemprov DKI Jakarta
dan PAM Jaya dan telah melakukan pencatatan atas aset yang sama.
e. Terdapat pencatatan ganda antara BPAD dan SKPD atas aset fasos fasum
yang sama
1) Pencatatan ganda antara BPAD dan Dinas Pemuda dan Olahraga
Pada tanggal 7 April 1993, Pemprov DKI Jakarta dan PT IH menandatangani
perjanjian kerjasama pembangunan dan pengembangan serta optimalisasi
bidang tanah seluas ±141.775 m2 berupa pembangunan sarana rekreasi dan
olah raga berikut fasilitas penunjangnya. Lokasi tanah berada di Kelurahan
Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara yang berada dalam
wilayah kerja Badan Pengawas Pelaksanaan Pengembangan Lingkungan
Sunter (BP3L Sunter).
Berdasarkan perjanjian kerjasama tersebut PT IH akan membangun,
mengembangkan dan mengoptimalkan tanah seluas ±141.775 m2 dengan
rincian sebagai berikut.
a) Sarana rekreasi dan olahraga berikut fasilitas penunjangnya di atas tanah
seluas ±58.634 m2;
b) Prasarana lingkungan yaitu taman lingkungan, jalan dan saluran di atas
tanah seluas ±26.222 m2;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 354
c) Perumahan sesuai dengan peruntukan yang telah ditetapkan oleh
Pemprov DKI Jakarta di atas tanah seluas ±57.607 m2.
PT IH berkewajiban mengurus hak pengelolaan (HPL) untuk tanah seluas
±141.775 m2 atas nama Pemprov DKI Jakarta dan hak guna bangunan (HGB)
untuk tanah seluas ±57.607 m2 atas nama PT IH.
Berdasarkan BAST Nomor 1089 Tahun 1995 tanggal 28 September 1995,
PT IH telah menyerahkan bangunan sarana rekreasi dan olahraga berikut
fasilitas penunjangnya seluas 58.634 m2 dan prasarana lingkungan berupa
taman lingkungan, jalan, PJU dan saluran seluas 26.222 m2 dengan dengan
nilai total Rp18.754.396.627,99 kepada Pemprov DKI Jakarta. Untuk lebih
jelasnya, jenis aset yang diserahkan atas bangunan sarana rekreasi dan
olahraga berikut fasilitas penunjangnya serta prasarana lingkungan dapat
dijelaskan dalam tabel berikut.
Tabel 7.22. Jenis Aset yang Diserahkan atas Bangunan Sarana Rekreasi dan Olahraga Berikut
Fasilitas Penunjangnya serta Prasarana Lingkungan
No. Jenis Aset Luas Aset (m2)
1 Bangunan Tribun 544
2 Lapangan Sepak Bola dan Selokan 9.584
3 Gelangang Olahraga 745
4 Bangunan Serbaguna 1.099
5 Bangunan Kolam Renang 504
6 Kolam Renang 1.531
7 Teras Kolam Basah dan Kering 1.046
8 Bangunan Kantor Maintenance 311
9 Area Terbuka 531
10 Gazebo 122
11 Taman Bermain 4.790
12 Paving Play Ground 987
13 Jogging Track 144
14 Taman Sarana Lingkungan 17.579
15 Jalan Lingkungan, Penerangan Jalan Umum dan Parkir 15.705
16 Plaza Pengikat Massa Bangunan 2.472
17 Jalan, Penerangan Jalan Umum, Saluran dan Berm tepi pipa PAM 940
Total 58.634
18 Prasarana Lingkungan (taman lingkungan, jalan, penerangan jalan umum dan saluran)
26.222
Sumber: BAST No. 1089 Tahun 1995 tanggal 28 September 1995
Pemprov DKI Jakarta melalui Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 1146
Tahun 1995 tanggal 10 Oktober 1995 telah menyerahkan
penggunaan/pengelolaan aset berupa bangunan sarana rekreasi dan olahraga
di Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara kepada
Dinas Olahraga (saat ini Dinas Pemuda dan Olahraga). Luas bangunan sarana
rekreasi dan olahraga berikut fasilitas penunjangnya yang diserahkan seluas
58.634 m2 serta prasarana lingkungan berupa taman lingkungan, jalan,
penerangan jalan umum (PJU) dan saluran seluas 26.222 m2.
Hasil pemeriksaan atas Sistem Informasi Aset Pemprov DKI Jakarta posisi
31 Desember 2016 (KIB A, KIB C dan KIB D), menunjukkan hal-hal sebagai
berikut:
a) Lahan seluas 141.775 m2 yang terletak di Jalan Danau Sunter Selatan,
Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara telah
dicatat oleh BPAD sebagai aset fasos fasum. Hasil pemeriksaan lebih
lanjut menunjukkan bahwa UP Gelanggang Olahraga (GOR) Sunter. UP
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 355
GOR Sunter merupakan unit kerja dibawah Dinas Pemuda dan Olahraga.
UP GOR Sunter juga mencatat lahan yang sama pada KIB A, namun luas
lahan yang dicatat sebesar 58.634 m2 yaitu lahan yang di atasnya
dibangun sarana rekreasi dan olah raga berikut fasilitas penunjangnya;
b) BPAD telah mencatat bangunan yang terletak di Jalan Danau Sunter
Selatan, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara
seluas 84.856 m2, yaitu luas bangunan sarana rekreasi dan olahraga
berikut fasilitas penunjangnya seluas 58.634 m2 serta bangunan
prasarana lingkungan seluas 26.222 m2. Hasil pemeriksaan lebih lanjut
menunjukkan bahwa UP GOR Sunter telah mencatat pada KIB C,
bangunan tribun seluas 544 m2, gelanggang olahraga bulu tangkis seluas
745 m2, bangunan serbaguna seluas 1.099 m2, bangunan kolam renang
seluas 504 m2 dan bangunan kantor maintenance seluas 311 m2.
Bangunan-bangunan tersebut merupakan bagian dari bangunan sarana
rekreasi dan olahraga berikut fasilitas penunjangnya seluas 58.634 m2;
c) Hasil pemeriksaan BPK atas KIB D Suku Dinas Pemuda dan Olahraga
(Sudin Pora) Jakarta Utara per 31 Desember 2017 diketahui bahwa Jalan
Khusus yang beralamat di Jalan Danau Sunter Selatan Nomor 1 seluas
23.595 m2 atau senilai Rp6.606.600.000,00 berpotensi dicatat ganda
dengan Aset Lainnya – Aset Lain-lain Fasos Fasum) yang dicatat oleh
Pejabat Pengelola Aset Daerah (PPAD) yaitu Bangunan Gedung Tempat
Olahraga yang beralamat di Sunter, Sunter Jaya, Tanjung Priok, Jakarta
Utara seluas 84.856 m2 atau senilai Rp18.754.396.628,00.
Hasil penelusuran terhadap BAST Bangunan Sarana Rekreasi dan Olah
Raga yang Terletak di Kelurahan Sunter Jaya Kecamatan Tanjung Priok,
Kotamadya Jakarta Utara dari PT IH kepada Pemerintah Daerah Khusus
Ibukota Jakarta Nomor 1089/1995 tanggal 28/09/1995 diketahui bahwa
pencatatan pada rincian Aset Tetap Fasos Fasum senilai
Rp18.754.396.628,00 adalah data yang belum dirinci, diantaranya
termasuk aset jalan.
Berdasarkan keterangan dari Pengurus Barang Pembantu Sudin Pora
Jakut pada tanggal 9 April 2018 bahwa Aset Tetap Jalan Khusus yang
dicatat pada KIB D Sudin Pora Jakut per 31 Desember 2017 merupakan
jalan khusus yang sebelumnya dicatat di KIB D UP GOR Sunter tahun
2016, dan pada Tahun 2017 UP GOR Sunter tersebut sudah digabung
dengan Sudin Pora Jakut. Pencatatan aset jalan khusus tersebut
berdasarkan hasil sensus Tahun 2013, dimana sebelum tahun 2013 belum
dicatat oleh UP GOR Sunter.
Hal ini menunjukkan bahwa BPAD dan UP GOR Sunter telah melakukan
pencatatan atas aset yang sama
2) Pencatatan ganda antara BPAD dan Dinas Pendidikan
Hasil pemeriksaan atas KIB Pemprov DKI Jakarta posisi 31 Desember 2016
dan Laporan atas Daftar Aset yang Digunakan untuk Sarana Pendidikan dan
Kantor Pelayanan Masyarakat di Wilayah Kota Administrasi Jakarta Utara
serta KIB A Manual pada Dinas Pendidikan per 31 Desember 2017
menunjukkan hal-hal sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 356
a) Lahan seluas 2.510 m2 yang terletak di Kompleks Perumahan Graha
Sunter Pratama, Jalan Selat Sumba, Kelurahan Sunter Agung, Jakarta
Utara telah dicatat oleh BPAD sebagai aset fasos fasum, sedangkan
Dinas Pendidikan juga mencatat lahan dengan alamat yang sama sebagai
aset tetap yang digunakan sebagai sekolah negeri (SDN 013 Sunter
Agung) namun luas lahan yang dicatat seluas 1.815 m2;
b) Lahan seluas 3.025 m2 yang terletak di Jalan Metro Kencana, Kelurahan
Sunter Agung, Jakarta Utara telah dicatat oleh BPAD sebagai aset fasos
fasum, sedangkan Dinas Pendidikan juga mencatat lahan dengan alamat
yang sama sebagai aset tetap yang digunakan sebagai sekolah negeri
(SMPN 65 Sunter Agung) namun luas lahan yang dicatat seluas
3.330 m2;
c) Lahan seluas 3.315 m2 yang terletak di Wilayah Kerja BP3L Sunter,
Kelurahan Sunter Jaya, Jakarta Utara telah dicatat oleh BPAD sebagai
aset fasos fasum, sedangkan Dinas Pendidikan juga mencatat lahan
dengan luas yang sama yaitu 3.315 m2 dengan alamat di Jalan Danau
Indah 2, Kelurahan Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara
sebagai aset tetap yang digunakan sebagai sekolah negeri (SDN 09
Sunter Jaya);
d) Lahan seluas 2.328 m2 yang terletak di Jalan Danau Agung III, Kelurahan
Sunter Agung, Jakarta Utara telah dicatat oleh BPAD sebagai aset fasos
fasum, sedangkan Dinas Pendidikan juga mencatat lahan dengan alamat
yang sama sebagai aset tetap yang digunakan sebagai sekolah negeri
(SDN 07 Sunter Agung) namun luas lahan yang dicatat seluas 1.756 m2.
Hal ini mengindikasikan bahwa BPAD dan Dinas Pendidikan telah
melakukan pencatatan atas aset yang sama.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah, Bab VIII Pengamanan dan Pemeliharaan,
1) Pasal 296:
1) ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengelola, pengguna dan/atau kuasa
pengguna wajib melakukan pengamanan barang milik daerah yang
berada dalam penguasaannya.
2) ayat (2) yang menyatakan bahwa Pengamanan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. pengamanan fisik; b.
pengamanan administrasi; dan c. pengamanan hukum.
2) Pasal 299 ayat (4) yang menyatakan bahwa (4) Pengamanan hukum
dilakukan terhadap: a. tanah yang belum memiliki sertifikat; dan b. tanah
yang sudah memiliki sertifikat namun belum atas nama pemerintah daerah.
b. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Prasanana, Sarana, dan Utilitas
Umum,
1) Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 angka 14 yang menyatakan
bahwaPemanfaatan prasarana, sarana dan utilitas umum yang selanjutnya
disebut pemanfaatan adalah pihak yang diberikan hak untuk pemanfaatan
prasarana, sarana dan utilitas umum Pemerintah Daerah;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 357
2) Bab XI Larangan Pasal 25 ayat (1) menyatakan Pihak ketiga dilarang untuk
memindahtangankan sebagian atau seluruh kewajiban atau hak pengelolaan
prasarana, sarana dan utilitas umum sebagaimana tercantum dalam SIPPT
kepada pihak lain, tanpa ada persetujuan tertulis dari Gubernur.
c. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 255 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Aset Daerah pada
1) Pasal 17 ayat (2) huruf f, menyatakan bahwa Bidang Pembinaan,
Pengendalian dan Pemanfaatan Aset mempunyai tugas pelaksanaan,
monitoring dan evaluasi atas optimalisasi pemanfaatan aset daerah;
2) Pasal 28 ayat (3) huruf f, menyatakan bahwa Subbidang Inventarisasi Aset
mempunyai tugas melaksanakan koordinasi rekonsiliasi aset daerah pada
SKPD/UKPD bersama BPAD pada lingkup Provinsi;
3) Pasal 19 ayat (3) huruf e, menyatakan bahwa Subbidang Pengendalian Aset
pada BPAD mempunyai tugas melaksanakan monitoring proses
pensertifikatan aset oleh SKPD pada lingkup Provinsi;
4) Pasal 37 ayat (2) huruf k, menyatakan bahwa Subbidang Inventarisasi Aset
pada Suku Badan Kota mempunyai tugas melaksanakan monitoring proses
pensertifikatan aset daerah pada lingkup Kota Administrasi.
d. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 55 Tahun 2012 tentang
Pemanfaaatan Barang Milik Daerah:
1) Pasal 1;
a) angka 12 yang menyatakan bahwa Pemanfaatan adalah Pendayagunaan
Barang Milik Daerah yang tidak dipergunakan sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi SKPD/UKPD dalam bentuk sewa. pinjam pakai. kerja
sama pemanfaatan. bangun serah guna dan bangun guna serah dengan
tidak mengubah status kepemilikan
b) angka 14 yang menyatakan bahwa Pinjam Pakai adalah Penyerahan
penggunaan barang antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah
dan antar Pemerintah Daerah dalam jangka waktu tertentu tanpa
menerima imbalan dan setelah jangka waktu tersebut berakhir diserahkan
kembali kepada pengelola
2) Pasal 6 yang menyatakan bahwa Bentuk pemanfaatan Barang Milik Daerah,
meliputi :a.sewa, b. Pinjam pakai, c. Kerja Sama Pemanfaatan, dan d. Bangun
Guna Serah dan Bangun Serah Guna.
3) Pasal 2 yang menyatakan bahwa Pemanfaatan barang Milik Daerah bertujuan
untuk, antara lain pada angka a. Mendukung kelancaran penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan daerah; dan angka d. pengamanan Barang
Milik Daerah.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Meningkatnya resiko kehilangan aset fasos fasum yang belum bersertifikat dan
belum tercatat;
b. Hilangnya potensi penerimaan daerah atas aset fasos fasum yang tidak segera
diserahterimakan kepada Pemprov DKI Jakarta untuk dapat dikerjasamakan
dengan pihak ketiga, antara lain pada sekolah GBS minimal sebesar
Rp645.000.000,00;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 358
c. Lebih saji nilai aset fasos fasum dan kurang saji aset kemitraan dengan pihak
ketiga di neraca.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala Bidang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Aset BPAD belum
optimal dalam monitoring pensertifikatan tanah aset daerah yang bukan dalam
penguasaan SKPD/UKPD dan melaksanakan monitoring dan evaluasi atas
pemanfaatan aset fasos fasum;
b. Kepala BPAD dan Kepala Bidang Inventarisasi, Data, Informasi dan
Dokumentasi Aset belum optimal dalam melaksanakan koordinasi rekonsiliasi
aset daerah pada SKPD/UKPD dan BUMD;
c. Kepala BPAD selaku Pembantu Pengelola Barang belum optimal dalam fungsi
pengamanan, pengendalian dan pemanfaatan aset daerah.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPAD menyatakan bahwa:
a. Terhadap lahan fasos fasum yang belum bersertifikat Hak Pakai atas nama
Pemprov DKI Jakarta, BPAD menyatakan sependapat dengan temuan
pemeriksaan. Selanjutnya guna meningkatkan ketaatan pihak ketiga dalam
menyelesaikan kewajiban pensertifikatan aset Fasos Fasum, BPAD akan
berkoordinasi dengan Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup serta
DPMPTSP guna merancang skema perizinan yang mempersyaratkan
penyelesaian pensertifikatan aset Fasos Fasum sebagai syarat pemberian izin
Sertifikat Layak Fungsi (SLF) dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB);
b. Terhadap aset fasos fasum berupa konstruksi fisik yang sudah selesai dibangun
dan dimanfaatkan, namun pengembang belum menyerahkannya ke Pemprov DKI
Jakarta, BPAD menyatakan sependapat dengan temuan pemeriksaan.
Selanjutnya BPAD Provinsi DKI Jakarta telah mengirimkan surat kepada PT
BIG, PT CBL dan PT MSS untuk segera menyerahkan konstruksi bangunan yang
telah selesai dibangun kepada Walikota sesuai dengan Peraturan Gubemur
Nomor 228 Tahun 2016 yang mengatur tentang cara penerimaan kewajiban dari
para Pemegang SIPPT. Mengenai pemanfaatan aset fasos fasum oleh Yayasan
Pendidikan Nasional THI, BPAD Provinsi DKI Jakarta akan melakukan
pemanggilan kepada pengurus yayasan;
c. Terhadap penyerahan aset fasos fasum yang belum tercatat dalam neraca, BPAD
menyatakan sependapat dengan temuan pemeriksaan. Untuk kantor Koramil,
BPAD Provinsi DKI Jakarta akan bersurat ke Kasdam Jaya terkait keberadaan
kantor tersebut.
d. Terhadap pencatatan ganda antara BPAD dan BUMD atas aset fasos fasum yang
sama yaitu:
1) Tanah dan bangunan Pasar Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. BPAD
menyatakan sependapat dengan temuan pemeriksaan. Selanjutnya BPAD
Provinsi DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan PD Pasar Jaya untuk
membahas pencatatan aset fasos fasum berupa Tanah seluas 5.485 m2 dan
bangunan pasar seluas 1.200 m2 berlokasi di Pantai Indah Timur, Kel. Kapuk
Muara, Kec. Penjaringan, Jakarta Utara berdasarkan BAST Nomor 1370
tahun 1995 tanggal 6 November 1995 yang diserahkan oleh PT MP kepada
Pemprov DKI Jakarta, mengingat aset tersebut telah dicatat sebagai aset tetap
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 359
PD Pasar Jaya selaku BUMD berdasarkan jawaban atas surat konfirmasi
BPK RI nomor 28/AL-LKPD2017/04/2018 tanggal 4 April 2018 kepada PD
Pasar Jaya.
2) Tanah di Jalan Danau Sunter Selatan, Sunter Agung Jakarta Utara. BPAD
menyatakan sependapat dengan temuan pemeriksaan. Selanjutnya BPAD
Provinsi DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan PAM Jaya untuk membahas
pencatatan aset berupa lahan seluas 6.675 m2 berlokasi di Jalan Danau Sunter
Selatan, Kel. Sunter Agung, Kec. Tanjung Priok, Jakarta Utara yang
diserahterimakan berdasarkan BAST Nomor 023/PPBIBPPIIVI1991 tanggal
3 April 1991 dari PT AP kepada Perusahaan Air Minum DKI Jakarta (PAM
Jaya) mengingat aset sebagaimana dimaksud telah dicatat oleh PAM Jaya
berdasarkan jawaban atas surat konfirmasi BPK tanggal 27 Maret 2018.
e. Terhadap pencatatan ganda antara BPAD dan SKPD atas aset fasos fasum yang
sama yaitu:
1) Pencatatan ganda antara BPAD dan Dinas Pemuda dan Olahraga, BPAD
menyatakan sependapat dengan temuan pemeriksaan. Selanjutnya BPAD
Provinsi DKI Jakarta akan berkoordinasi dengan UP GOR Sunter dan Sudin
Olahraga Jakarta Utara untuk melakukan rekonsiliasi pencatatan aset berupa
Tanah dan Bangunan Sarana Rekreasi dan Olahraga yang terletak di Kel.
Sunter Jaya, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara sesuai BAST Nomor
681/K/Sekwilda/V1/1993 tanggal 15 Juni 1993 dan BAST Nomor 1089
Tahun 1995 tanggal 28 September 1995.
2) Pencatatan ganda antara BPAD dan Dinas Pendidikan, BPAD menyatakan
sependapat dengan temuan pemeriksaan. Selanjutnya, BPAD Provinsi DKI
Jakarta akan berkoordinasi dengan Dinas Pendidikan untuk melakukan
rekonsiliasi pencatatan aset berupa Lahan seluas 2.510 m2 yang terletak di
Kompleks Perumahan Graha Sunter Pratama, Jalan Selat Sumba, Kelu di
Jalan Metro Kencana, Kelurahan Sunter Agung, Jakarta Utara, dan Lahan
seluas 3.315 m2 yang terletak di Wilayah Kerja BP3L Sunter, Kelurahan
Sunter Jaya, Jakarta Utara.
BPK merekomendasikan Gubernur agar memerintahkan Kepala BPAD supaya
menginstruksikan:
a. Kepala Bidang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Aset BPAD supaya
menyusun dan melaksanakan rencana kerja pensertifikatan tanah fasos fasum
berdasarkan skala prioritas dan monitoringnya;
b. Kepala Bidang Perencanaan, Penerimaan, Penetapan Penggunaan dan Patokan
Harga BPAD berkoordinasi dengan Walikota Jakarta Barat dan Walikota Jakarta
Timur memproses penyerahan aset konstruksi fisik fasos fasum yang sudah
selesai dibangun dan dimanfaatkan oleh PT BIG, PT CBL, PT THI, dan PT MSS;
c. Kepala Bidang Inventarisasi, Data, Informasi dan Dokumentasi Aset BPAD
supaya berkoordinasi dengan SKPD dan BUMD terkait, dalam rangka
rekonsiliasi pencatatan aset aset fasos fasum yang belum tercatat dalam neraca
dan pencatatan ganda fasos fasum antara BPAD, SKPD, dan BUMD.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 360
7.8. Pemprov DKI Jakarta Belum Optimal Dalam Menagih Kewajiban Fasos Fasum
dan Belum Mengoptimalkan Pemanfaatan Sistem Informasi dalam
Menatausahakan Aset Fasos Fasum
Pemprov DKI Jakarta menyajikan akun aset lain-lain – aset fasos fasum per 31
Desember 2017 dan 2016 (Audited) masing-masing senilai
Rp24.937.676.009.079,00 dan Rp21.417.935.080.907,00.
Fasos fasum merupakan kewajiban yang harus disediakan dan atau diserahkan
oleh pemegang Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) kepada Pemprov
DKI Jakarta. SIPPT memuat ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang harus
dipenuhi oleh pemegang SIPPT dalam jangka waktu tertentu, termasuk kewajiban
untuk menyerahkan fasos fasum kepada pemerintah DKI Jakarta. Dokumen SIPPT
antara lain dilengkapi dengan peta yang menggambarkan letak, luas dan peruntukkan
tanah yang dimohon dalam SIPPT termasuk letak kewajiban fasos fasum.
Proses pengelolaan fasos fasum dimulai dari penerbitan SIPPT oleh Badan
Pelayanan Terpadu Satu Pintu (sekarang DPMPTSP), kemudian dilanjutkan dengan
penandatanganan Perjanjian Pemenuhan Kewajiban (PPK) antara Gubernur dan
Pemegang SIPPT. Kewajiban fasos fasum yang akan diserahkan oleh pemegang
SIPPT terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik oleh masing-masing
Walikota/Bupati administratif dibantu oleh Tim Pengendalian dan Pengawasan
Pembangunan Wilayah (TP3W) yang dituangkan dalam Dokumen Hasil Penelitian
Fisik, berupa Berita Acara Pemeriksaan Fisik/BAPF dan Berita Acara Pemeriksaan
Lapangan/BAPL. TP3W melaporkan Dokumen Hasil Penelitian Fisik kepada
Walikota/Bupati untuk diproses penerbitan BAST dalam bentuk akta notarial paling
sedikit memuat volume, kualitas dan nilai atas kewajiban. Walikota/Bupati
melaporkan BAST tersebut kepada Gubernur melalui Kepala BPAD paling lambat
satu bulan sejak diterbitkan dengan tembusan Asisten Pembangunan dan Lingkungan
Hidup. Berdasarkan BAST yang diterima dari Walikota/Bupati, BPAD melakukan
pencatatan atas kewajiban fasos fasum menjadi barang milik daerah. Selain itu BPAD
juga menerbitkan dan mendistribusikan Keputusan Penetapan Status Penggunaan
kepada SKPD/UKPD terkait.
Pengendalian pemenuhan kewajiban pemegang SIPPT meliputi pengendalian
teknis, umum dan administratif. Pengendalian teknis dilakukan oleh Walikota/Bupati
meliputi penagihan kewajiban kepada pemegang SIPPT. Pengendalian Umum
dilakukan oleh Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup dibantu Biro Penataan
Kota dan Lingkungan Hidup (Biro PKLH) meliputi penyusunan daftar kewajiban
pihak ketiga yang telah dan belum diserahkan. Pengendalian administratif dilakukan
oleh BPAD dan SKPD/UKPD. BPAD sebagai pelaksana pengendalian administratif
melakukan pencatatan fasos fasum yang telah diserahkan ke dalam Buku Inventaris
Pemprov DKI Jakarta, sedangkan SKPD/UKPD sebagai pelaksana pengendalian
administratif melakukan pencatatan fasos fasum ke dalam Daftar Barang Pengguna
berdasarkan Keputusan Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Daerah.
Berdasarkan pemeriksaan atas laporan monitoring atas fasos fasum dan hasil
reviu atas sistem informasi yang digunakan dalam menatausahakan aset fasos fasum
diketahui hal-hal sebagai berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 361
a. Masih terdapat kewajiban lahan seluas 9.368.138m2 atas 1.163 Pemegang
SIPPT yang belum diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta
CaLK mengungkapkan bahwa jumlah SIPPT yang terbit dari tahun 1971 s.d.
2017 sebanyak 3.603 SIPPT dengan jumlah yang efektif dan memiliki kewajiban
adalah sebanyak 1.517 SIPPT. Jumlah kewajiban yang harus diserahkan dari
1.517 SIPPT tersebut berupa lahan, seluruhnya seluas 20.078.508m2. Dari jumlah
kewajiban tersebut yang telah diserahterimakan berupa lahan aset fasos fasum
sebanyak 441 BAST dari 354 SIPPT dengan luas 10.710.370m2 sehingga masih
terdapat pemegang SIPPT yang belum memenuhi kewajibannya sebanyak 1.163
SIPPT seluas 9.368.138m2. Rincian dimuat pada tabel berikut:
Tabel 7.23. Jumlah Pemegang SIPPT yang Belum Menyerahkan Kewajiban Berupa Lahan per 31
Desember 2017
Wilayah Jumlah SIPPT Luas Lahan (m2)
Jakarta Pusat 196 608.247
Jakarta Utara 175 2.792.091
Jakarta Barat 190 2.160.885
Jakarta Selatan 377 1.861.511
Jakarta Timur 209 1.223.083
Kepulauan Seribu 16 722.321
Total 1.163 9.368.138
Namun demikian, atas kewajiban SIPPT berupa konstruksi bangunan,
Pemprov DKI Jakarta belum sepenuhnya melakukan inventarisasi dan penagihan
secara memadai. Selain itu Pemprov DKI Jakarta belum menerapkan sanksi yang
tegas terkait tidak dipenuhinya kewajiban penyerahan fasos fasum oleh
pengembang.
b. Terdapat lahan fasos fasum yang belum diserahkan oleh pengembang
kepada Pemprov DKI Jakarta tetapi sudah digunakan oleh pihak lain
Berdasarkan laporan penagihan fasos fasum pada Bagian Penataan Kota dan
Lingkungan Hidup Kota Administrasi Jakarta Timur diketahui bahwa terdapat
lahan fasos fasum yang belum diserahkan oleh pengembang kepada Pemprov
DKI Jakarta tetapi sudah digunakan oleh pihak lain dengan rincian sebagai
berikut:
1) SIPPT atas nama Ir AA Nomor 2677/-1.711 tanggal 26 Juli 1990 yang
berlokasi di Jalan DI Panjaitan Kel Cipinang Cempedak, Kec. Jatinegara
dengan kewajiban berupa tanah Mjl dengan luas 535m2. Lahan telah dijual
ke PT LU, tanpa seijin/ melapor ke Gubernur. Namun saat ini sedang
dibahas di Rapim BKPRD;
2) SIPPT atas nama PT DKS Nomor 4084/-1.711.5 tanggal 11 Oktober 1991
yang berlokasi di Jalan Matraman Raya No. 73-175, Kelurahan Balimester,
Kecamatan Jatinegara, dengan kewajiban berupa tanah Mjl dan Psw dengan
luas 2.085m2 dan 514m2. Lahan telah dijual ke PT JI tanpa seijin/melapor
Gubernur. Menurut keterangan PT JI akan mengajukan perubahan SIPPT ke
Gubernur. Saat ini Tim TP3W sedang menelusuri keberadaan PT DKS
melalui koordinasi dengan PT JI selaku pengelola City Plaza;
3) SIPPT atas nama PT KU Nomor 1832/-1.711.5 tanggal 21 Mei 1992 yang
berlokasi di Jalan Makmur, Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas dengan
kewajiban berupa tanah Mjl seluas 7.639 m2. Saat ini lahan telah dikuasai
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 362
oleh PT LM, SIPPT masih an. PT KU, saat ini sedang dilakukan koordinasi
dengan PT LM;
4) SIPPT atas nama Ketua Kopeng Batik Jakarta Nomor 2496/-1.711.5 tanggal
14 Juli 1992 yang berlokasi Jalan MT Haryono Kav 27, Kelurahan Cawang
Kecamatan Kramatjati lahan berupa Mjl dan Phu seluas 345m2 dan 250m2.
Saat ini lahan dikuasi PT AK dan diperoleh keterangan bahwa PT AK bahwa
Pihaknya membeli dari Kedutaan Besar Arab Saudi;
5) SIPPT atas nama PT TPI Nomor 4069/-1.711.5 tanggal 15 Desember 1994
yang berlokasi di Jalan Raya Bekasi Km.21.5 Kelurahan Rawaterate
Kecamatan Cakung dengan kewajiban berupa tanah Mjl seluas 833m2. Saat
ini PT TPI berubah menjadi PT TII dan sedang dilakukan koordinasi dengan
pihak PT TII;
6) SIPPT atas nama PT CSM Nomor 2309/-1.711.5 tanggal 24 September 1997
yang berlokasi di Jalan Jendral A Yani Nomor 37, Kelurahan Utan Kayu
Selatan, Kecamatan Matraman dengan kewajiban berupa tanah Mjl seluas
285m2. Saat ini lahan dikuasai PT K. Pihak Walikota sedang berkoordinasi
dengan PT K untuk mencari keberadaan pemegang SIPPT sebelumnya;
c. Terdapat pemegang SIPPT yang tidak diketahui keberadaannya
Berdasarkan laporan fasos fasum dari Walikota Jakarta Utara diketahui
bahwa terdapat empat pemegang SIPPT yang tidak diketahui keberadaannya
dengan rincian sebagai berikut.
1) SIPPT atas nama PT BPP c.q. RS Medistra Nomor 1005/-1.711.5 tanggal 12
April 2004. Lokasi kewajiban berada di Jalan Kelapa Nias Timur, Kelurahan
Pegangsaan Dua, Kecamatan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Berdasarkan
laporan monitoring SIPPT yang diperoleh dari Biro PKLH, kewajiban yang
harus diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta berupa Mjl seluas 6.051m2,
Psw 2.763m2 dan Pht seluas 1.743m2. Sampai dengan 31 Desember 2017, PT
BPP c.q. RS Medistra belum menyerahkan kewajiban fasos fasum kepada
Pemprov DKI Jakarta.
2) SIPPT atas nama NV GM Nomor 398/-1.711.5 tanggal 8 Februari 1995.
Lokasi kewajiban berada di Jalan Pejagalan, Kelurahan Pejagalan,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Berdasarkan laporan monitoring
SIPPT yang diperoleh dari Biro PKLH, kewajiban yang harus diserahkan
kepada Pemprov DKI Jakarta berupa Mjl seluas 1.142m2, Stk seluas 100m2,
Ssb seluas 600m2, dan Sro seluas 250m2. Sampai dengan 31 Desember 2017,
NV GM belum menyerahkan kewajiban fasos fasum kepada Pemprov DKI
Jakarta
3) SIPPT atas nama PT JGI Nomor 4334/-1.711.5 tanggal 17 November 1992.
Lokasi kewajiban berada di Jalan Cempaka Putih Barat III No. 16D, Jakarta
Utara. Berdasarkan laporan monitoring SIPPT yang diperoleh dari Biro
PKLH, kewajiban yang harus diserahkan kepada Pemprov DKI Jakarta
berupa Mjl seluas 2.671m2 dan Phu seluas 2.784m2. Sampai dengan 31
Desember 2017, PT JGI belum menyerahkan kewajiban fasos fasum kepada
Pemprov DKI Jakarta
4) SIPPT atas nama PT SEP Nomor 1278/-1.711 tanggal 30 Maret 1990. Lokasi
kewajiban berada di Jalan Pluit Timur Blok C & F, Kelurahan Pluit,
Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Berdasarkan laporan monitoring
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 363
SIPPT yang diperoleh dari Biro PKLH, kewajiban yang harus diserahkan
kepada Pemprov DKI Jakarta berupa Mjl seluas 1.964m2. Sampai dengan 31
Desember 2017, PT SEP belum menyerahkan kewajiban fasos fasum kepada
Pemprov DKI Jakarta.
d. Pemprov DKI Jakarta Belum Mengoptimalkan Pemanfaatan Sistem
Informasi dalam Menatausahakan Aset Fasos Fasum
Sistem informasi merupakan kombinasi atas teknologi informasi berupa
hardware dan software yang berfungsi untuk mengumpulkan dan menyimpan
data yang di-input oleh pengguna sistem informasi kemudian memproses data
tersebut untuk menghasilkan informasi yang dapat dimengerti oleh pengguna
sistem informasi. Sistem Informasi dapat membantu pengguna sistem informasi
dalam mengambil keputusan sehingga kegiatan operasional suatu
perusahaan/institusi akan berjalan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas CKTRP yang
didokumentasikan dalam Berita Acara Hasil Wawancara diketahui hal-hal
sebagai berikut
1) Sejak tahun 2017 Pemprov DKI Jakarta, melalui Dinas CKTRP telah
menggunakan aplikasi dengan nama Sistem Informasi Monitoring Perizinan
Pemanfaatan Tata Ruang, yakni aplikasi berbasis Microsoft Access yang
digunakan sebagai alat bantu dalam pengelolaan data SIPPT, termasuk
kewajiban dan pemenuhan kewajiban fasos fasum dari pemegang SIPPT.
Data SIPPT, luas lahan kewajiban, jumlah BAST dan luas lahan telah
diserahterimakan, serta sisa kewajiban sebagaimana Catatan atas Laporan
Keuangan, dihasilkan dari data tersebut. Tampilan interface pada Sistem
Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang dapat dilihat pada
lampiran 7.8.1.
2) Sistem Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang memiliki
dua menu yaitu Menu Update Data dan Menu Laporan. Pada Menu Update
Data, user dapat meng-update data berdasarkan tahun terbit, jangka waktu,
wilayah, kecamatan, wilayah dan tahun, kecamatan dan tahun. Pada Menu
Laporan, user dapat men-download laporan yang dibagi menjadi Laporan
Wilayah dan Laporan Kecamatan.
3) Pada Menu Laporan Wilayah, laporan-laporan yang dapat di-download yaitu:
a) Laporan Pemegang SIPPT yang Terkena Kewajiban RSM dan Sanksi
SP3L
b) Laporan kewajiban fasos fasum pemegang SIPPT;
c) Laporan rekap BAST per jenis Kartu Inventaris Barang (KIB A, B, C,
D);
d) Laporan rincian BAST per SIPPT;
e) Laporan daftar BAST SIPPT KIB A;
f) Laporan raftar BAST SIPPT KIB C.
4) Pada Menu Laporan Kecamatan, laporan yang dapat di-download yaitu:
a) Laporan daftar SIPPT yang masa berlakunya habis dalam waktu 2 tahun;
b) Laporan daftar SIPPT yang masa berlakunya habis dalam waktu 3 tahun;
c) Laporan daftar SIPPT yang masa berlakunya habis dalam waktu 5 tahun;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 364
d) Laporan daftar SIPPT yang masa berlakunya habis dalam waktu lebih
dari 5 tahun;
e) Laporan daftar SIPPT tanpa jangka waktu;
f) Laporan daftar SIPPT yang telah habis masa berlakunya.
5) Sistem Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang dapat
digunakan untuk menyimpan dokumen SIPPT, BAST dan Sertifikat (dalam
bentuk softcopy).
6) Saat ini sedang dikembangkan sistem aplikasi berbasis web agar updating
data dapat dilakukan oleh seluruh SKPD yang terkait dengan proses
pengelolaan fasos fasum. Aplikasi tersebut sudah dapat diakses dan
dilakukan updating dalam portal tataruang.jakarta.go.id/sipraja. Dengan
sistem aplikasi berbasis web diharapkan data dan informasi terkait dengan
SIPPT/IPPT dapat diperoleh secara cepat, efektif dan efisien serta akurat.
7) Hasil reviu atas Sistem Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata
Ruang menunjukkan sebagai berikut:
a) Sistem Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang dapat
digunakan untuk pengolahan data kewajiban dan pemenuhan kewajiban
fasos fasum dari pemegang SIPPT, penyimpanan dokumen SIPPT dan
BAST dalam bentuk softcopy. Namun sampai saat ini, belum seluruh
dokumen SIPPT dan BAST tersedia dan tersimpan dalam aplikasi
tersebut.
b) Data-data yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Monitoring Perizinan
Pemanfaatan Tata Ruang belum diintegrasikan ke dalam suatu database
yang dapat diakses dan pemangku kepentingan (stakeholder) maupun
dapat di update oleh BPTSP, Walikota, BPAD, dan Biro PKLH serta
Dinas Perpustakaan dan Kearsipan sesuai lingkup tugas dan fungsinya.
c) Saat ini peng-input-an data ke dalam Sistem Informasi Monitoring
Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang dilakukan oleh Dinas CKTRP
berdasarkan data yang diterima dari BPTSP, Biro PLKH dan BPAD.
Berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 228 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Keputusan Gubernur Nomor 41 Tahun 2001 tentang Tata
Cara Penerimaan Kewajiban dari Para Pemegang SIPPT kepada
Pemprov DKI Jakarta antara lain disebutkan bahwa setiap SIPPT
dan/atua IPPT dalam jangka waktu 14 hari kerja oleh BPTSP
didistribusikan kepada Biro PKLH, Walikota/Bupati dan Dinas Penataan
Kota. Namun demikian, belum seluruh dokumen SIPPT maupun BAST
diterima oleh Dinas CKTRP, sehingga data yang dikelola tersebut belum
mencakup seluruh data yang seharusnya.
d) Aplikasi telah dapat menyajikan data SIPPT, luas lahan kewajiban,
jumlah BAST dan luas lahan telah diserahterimakan, serta sisa kewajiban
berupa lahan sebagaimana disajikan dalam CaLK, namun belum
mencakup jumlah kewajiban berupa konstruksi di atas lahan maupun sisa
kewajiban konstruksi yang belum diserahkan para pemegang SIPPT
kepada Pemprov DKI Jakarta
e) Atas sistem informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang
tersebut belum diformalkan penggunaannya oleh Pemprov DKI Jakarta.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 365
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum,
1) Pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa Prasarana, sarana dan utilitas
umum yang sudah dikuasai dan dimiliki serta secara nyata menjadi kewajiban
dari Pihak Ketiga tetapi belum diserahkan namun sudah atau belum
dipergunakan dan/ atau dimanfaatkan oleh pihak lain secara otomatis dalam
penguasaan dan kepemilikan Pemerintah Daerah.
2) Penjelasan Pasal 14 ayat (1) yang menyatakan bahwa Prasarana, sarana dan
utilitas umum yang menjadi kewajiban Pihak Ketiga merupakan piutang
daerah. Dalam hal pengembang yang tidak diketahui kedudukan dan
keberadaannya dan belum melakukan serah terima administrasi dan/ atau
tidak memiliki surat kuasa pelepasan hak atas tanah dan atau bangunan,
Gubernur melalui pejabat yang ditunjuk dapat langsung membuat berita
acara perolehan prasarana, sarana dan utilitas umum.
3) Pasal 14 ayat (2) yang menyatakan bahwa Ketentuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berlaku terhadap Pihak Ketiga yang tidak diketahui
keberadaannya
4) Pasal 30 ayat (1) yang menyatakan bahwa kepada pihak ketiga yang tidak
melaksanakan kewajiban menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas
dikenakan sanksi sebagai berikut:
a) Sanksi teguran tertulis sebanyak 3 kali berturut-turut dengan selang
waktu masing-masing 14 hari kerja;
b) Dicabut izinnya;
c) Dihentikan kegiatannya.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, Pasal 1 ayat (24) yang menyatakan
bahwa penatausahaan adalah rangkaian kegiatan yang meliputi pembukuan,
inventarisasi dan pelaporan Barang Milik Negara/Daerah sesuai ketentuan
Peraturan Perundang-undangan;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pedoman
Pengelolaan Barang Milik Daerah, Bab VIII Pengamanan dan Pemeliharaan,
Pasal 296:
1) ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengelola, pengguna dan/atau kuasa
pengguna wajib melakukan pengamanan barang milik daerah yang berada
dalam penguasaannya.
2) ayat (2) yang menyatakan bahwa Pengamanan barang milik daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), meliputi: a. pengamanan fisik; b.
pengamanan administrasi; dan c. pengamanan hukum.
d. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 255 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengelola Aset Daerah pada
1) Pasal 14 ayat (3) huruf d, menyatakan bahwa Subbidang Penerimaan dan
Penetapan Penggunaan pada BPAD mempunyai tugas melaksanakan proses
penyerahan kewajiban yang berasal dari persetujuan prinsip, perjanjian dan
kontribusi tambahan lain-lain;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 366
2) Pasal 32 ayat (2) huruf c, menyatakan bahwa Suku Badan Kota
menyelenggarakan fungsi pelaksanaan monitoring pemenuhan kewajiban
pada lingkup Kota Administrasi.
e. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 228 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Keputusan Gubernur Nomor 41 Tahun 2001 tentang Tata Cara
Penerimaan Kewajiban dari Para Pemegang SIPPT kepada Pemprov DKI Jakarta
pada Pasal 18:
1) ayat (1):
a) huruf b yang menyatakan bahwa Pengendalian Teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf a dilakukan oleh Walikota/Bupati
meliputi penagihan kewajiban kepada Pemegang SIPPT dan/atau IPPT;
b) huruf e yang menyatakan bahwa Pengendalian Teknis sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf a dilakukan oleh Walikota/Bupati
meliputi pemantauan fisik fasos dan fasum/prasarana, sarana, dan utilitas
umum sampai dengan penandatanganan Berita Acara Serah Terima
(BAST);
2) ayat (2) yang menyatakan bahwa Pengendalian Umum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17 huruf b dilakukan oleh Asisten Pembangunan dan
Lingkungan Hidup dibantu Biro Penataan Kota dan Lingkungan Hidup
meliputi:
a) pembuatan daftar kewajiban Pihak Ketiga yang telah dan belum
diserahkan serta perjanjian;
b) mengoordinasikan pemenuhan kewajiban fasos fasum yang terkendala
proses penyerahannya;
c) pemantauan pelaksanaan pembangunan fisik terhadap kewajiban fasos
dan fasum/ prasarana, sarana dan utilitas umum ditetapkan dalam SIPPT
dan/atau IPPT.
f. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 250 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah pada Pasal 177 ayat (1) yang
menyatakan bahwa Bagian Pembangunan Kota merupakan Unit Kerja Biro
Penataan Kota dan Lingkungan Hidup dalam pelaksanaan perumusan,
pengoordinasikan, pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah
daerah dalam hal pemantauan program pembangunan, pemantauan fasilitas sosial
dan fasilitas umum serta pemenuhan kewajiban.
g. SIPPT Nomor 2677/-I.711 tanggal 26 Juli 1990 angka 21, SIPPT Nomor 4084/-
1.711.5 tanggal 11 Oktober 1991 angka 16, SIPPT Nomor 1832/1.711.5 tanggal
21 Mei 1992 angka 16, SIPPT Nomor 2496/-1.711.5 tanggal 14 Juli 1992 angka
21, SIPPT Nomor 4069/-1.711.5 tanggal 15 Desember 1994 angka 11, SIPPT
Nomor 2309/-1.711.5 tanggal 24 September 1997 angka 25 yang masing-masing
menyatakan bahwa peralihan hak-hak yang timbul dari surat ini dan atau
pembuatan perjanjian antara saudara dengan pihak lain sehubungan dengan
pemberian izin ini, baru boleh diadakan setelah mendapat persetujuan tertulis dari
Pemerintah DKI Jakarta
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Pemprov DKI Jakarta belum dapat segera memanfaatkan aset yang berasal dari
kewajiban Pemegang SIPPT;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 367
b. SKPD yang terkait pengelolaan fasos fasum tidak dapat segera memanfaatkan
data yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan
Tata Ruang secara cepat dan akurat.
Hal tersebut disebabkan:
a. Walikota dan Bupati belum optimal dalam melakukan monitoring pemenuhan
kewajiban Pemegang SIPPT pada lingkup Kota dan Kabupaten Administrasi;
b. Pemprov DKI Jakarta belum menerapkan sanksi yang tegas kepada pihak ketiga
yang tidak melaksanakan kewajiban menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas
sesuai ketentuan;
c. Pemprov DKI Jakarta belum mengintegrasikan data-data yang dihasilkan oleh
Sistem Informasi Monitoring Perizinan Pemanfaatan Tata Ruang ke dalam suatu
database yang dapat diakses oleh pemangku kepentingan/stakeholder.
d. Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup dan Kepala Biro PKLH DKI
Jakarta belum optimal dalam mengoordinasikan pemenuhan kewajiban fasos
fasum yang terkendala proses penyerahannya dan belum optimal dalam
memantau pelaksanaan pembangunan fisik terhadap kewajiban fasos dan fasum/
prasarana, sarana dan utilitas umum ditetapkan dalam SIPPT dan/atau IPPT.
Atas permasalahan tersebut:
a. Kepala Biro PKLH menyatakan bahwa sependapat dengan temuan BPK terkait
Pemprov DKI Jakarta belum optimal dalam menagih kewajiban fasos fasum.
Untuk selanjutnya:
1) Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Setda Provinsi DKI Jakarta
selaku Pengendali Umum dibantu Biro PKLH akan melakukan koordinasi
secara intensif dengan SKPD terkait, dalam hal meningkatkan penerimaan
kewajiban para pemegang SIPPT antara lain menindaklanjuti laporan
Walikota/Bupati Administrasi dengan memproses Surat Teguran kepada para
pemegang SIPPT yang belum melaksanakan kewajibannya, termasuk
terhadap kewajiban konstruksi yang belum dilaksanakan;
2) Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Setda Provinsi DKI Jakarta
selaku Pengendali Umum dibantu Biro PKLH akan mengkoordinasikan
SKPD terkait dalam hal perumusan kebijakan pemenuhan kewajiban para
pemegang SIPPT yang bertujuan untuk menyeragamkan dan
menyederhanakan prosedur serah terima kewajiban;
3) Biro PKLH akan lebih intensif berkoordinasi dengan DPMPTSP dalam hal
penundaan perizinan kepada Para Pemegang SIPPT yang belum
menyelesaikan kewajibannya.
b. Sekretaris Dinas CKTRP sependapat dengan temuan BPK terkait Pemprov DKI
Jakarta belum mengoptimalkan sistem informasi dalam menatausahakan aset
fasos fasum. Dinas CKTRP telah mengembangkan Sistem Informasi Spasial
berbasis web salah satunya aplikasi SIPPT yang sedang diuji coba pada Portal
http://tataruang.jakarta.go.id/sipraja. Sistem ini juga akan diintegrasikan
dengan Jakarta Satu.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 368
c. Walikota Kota Administrasi Jakarta Timur dan Walikota Kota Administrasi
Jakarta Utara sependapat dengan temuan BPK. Atas kewajiban lahan fasos fasum
yang belum diserahkan oleh pemegang SIPPT kepada Pemprov DKI Jakarta,
Walikota Kota Administrasi Jakarta Timur dan Walikota Kota Administrasi
Jakarta Utara akan: 1) melakukan inventarisasi secara lebih optimal terhadap
kewajiban SIPPT termasuk kewajiban SIPPT berupa konstruksi bangunan; 2)
mengintensifkan penagihan kepada pemegang SIPPT; dan 3) melakukan
langkah-langkah lain yang diperlukan sesuai ketentuan. Terhadap lahan fasos
fasum yang belum diserahkan oleh pengembang kepada Pemprov DKI Jakarta
tetapi sudah digunakan oleh pihak lain, Walikota Kota Administrasi Jakarta
Timur akan menindaklanjuti sesuai ketentuan. Terhadap pemegang SIPPT yang
tidak diketahui keberadaannya, Walikota Kota Administrasi Jakarta Utara akan
menindaklanjutinya sesuai ketentuan.
BPK merekomendasikan Gubernur agar:
a. Menerapkan sanksi yang tegas kepada Pemegang SIPPT yang tidak
melaksanakan kewajiban menyerahkan prasarana, sarana dan utilitas sesuai
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Prasarana, Sarana dan Utilitas
Umum Pasal 30 ayat (1);
b. Menyusun aturan pelaksanaan pengambilalihan prasarana, sarana dan utilitas
umum atas pemegang SIPPT yang tidak diketahui kedudukan dan
keberadaannya yang belum melakukan serah terima;
c. Berkoordinasi dengan Kepala Kanwil BPN Jakarta dalam rangka mendukung
terlaksananya pengambilalihan prasarana, sarana dan utilitas umum dari
pemegang SIPPT yang tidak diketahui kedudukan dan keberadaannya.
d. Menyempurnakan dan memformalkan Sistem Informasi Monitoring Perizinan
Pemanfaatan Tata Ruang yang dapat diakses SKPD yang terkait dalam
pengelolaan fasos fasum secara cepat dan akurat, dan dapat dijadikan early
warning system dalam rangka pemberian ijin kepada Pemegang SIPPT yang
belum menyerahkan kewajiban fasos fasum;
e. Memerintahkan:
1) Walikota Jakarta Timur dan Walikota Jakarta Utara supaya melakukan
penelusuran atas pengembang yang sudah melaksanakan kegiatannya di
lahan SIPPT namun pengembang tidak diketahui keberadaannya.
2) Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup bersama Kepala Biro PKLH
DKI Jakarta agar membuat rencana aksi (action plan) penyelesaian terhadap
kendala-kendala penagihan fasos fasum yang dilaporkan oleh
Walikota/Bupati.
7.9. Pencatatan dan Pengelolaan Kerja Sama di atas Tanah Hak Pengelolaan Lahan
Pemprov DKI Jakarta Belum Memadai dan Terdapat Peralihan Status atas
Sebagian Tanah HPL No.2/Penggilingan Menjadi Hak Milik pada 23 Bidang
Tanah Dilakukan Tanpa Persetujuan Pemprov DKI Jakarta
Pemprov DKI Jakarta menyajikan nilai Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga
dalam Neraca per 31 Desember 2017 (Audited) senilai Rp6.498.705.739.298,00 atau
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 369
naik 1,78% jika dibandingkan dengan Aset Kemitraan dengan Pihak Ketiga per 31
Desember 2016 (Audited) senilai Rp6.385.119.814.778,00.
Dalam pelaksanaan kegiatan penatausahaan Aset Kemitraan Dengan Pihak
Ketiga tersebut di atas, Pemprov DKI Jakarta mendapatkan hak penguasaan atas
tanah negara dalam bentuk Hak Pakai yang berlangsung selama digunakan untuk
keperluan Pemprov DKI Jakarta. Apabila Pemprov DKI Jakarta menggunakan tanah
tersebut selain untuk kepentingan Pemprov DKI Jakarta, maka hak pakai dikonversi
menjadi Hak Pengelolaan Lahan (HPL). Atas bagian-bagian tanah HPL yang dimiliki
oleh Pemprov DKI Jakarta tersebut, di atasnya dapat diterbitkan Hak Guna Bangunan
(HGB) kepada pihak ketiga sesuai dengan rencana peruntukannya setelah mendapat
rekomendasi dari Pemprov DKI Jakarta.
BPK telah mengungkapkan permasalahan tanah HPL pada LHP atas LKPD
Pemprov DKI Jakarta TA 2013 Nomor 18.B/LHP/XVIII.JKT.2/06/2014 tanggal 19
Juni 2014. LHP tersebut mengungkapkan bahwa tanah dengan sertifikat HPL seluas
sekitar 6.811.544 m2 tidak tercatat dalam daftar inventaris dan administrasi atas tanah
dengan Sertifikat HGB di atas HPL seluas sekitar 5.820.892 m2 tidak memadai.
Rincian permasalahan sebagaimana dimuat dalam LHP adalah sebagai berikut:
a. Tanah yang bersertifikat HPL milik Pemprov DKI Jakarta tidak tercatat dalam
inventaris;
b. BPKAD tidak memiliki daftar HGB yang telah diterbitkan di atas HPL, copy
HGB di atas HPL yang telah dijadikan jaminan utang oleh pihak ketiga, dan data
lengkap jumlah sertifikat HPL dan luasannya;
c. Pemprov DKI Jakarta tidak memiliki fisik sertifikat atas tiga HPL yaitu HPL
Kamal Muara Nomor 1, HPL Mangga Dua Selatan atau 1998 dan HPL Senen
Nomor 1;
d. BPKAD tidak membuat pemantauan atau monitoring atas tanah-tanah yang
bersertifikat HPL yang sudah diterbitkan sertifikat HGB di atasnya.
Atas permasalahan tesebut, BPK merekomendasikan kepada Gubernur agar
segera membuat peraturan mengenai monitoring atas pemberian rekomendasi HGB
di atas HPL dan memerintahkan Kepala BPKAD untuk melaksanakan inventarisasi
atas aset tanah milik Pemprov DKI Jakarta dengan sertifikat HPL yang di atasnya
telah diterbitkan HGB.
Pada pemeriksaan LKPD TA 2014 BPK mengungkapkan permasalahan HPL
pada LHP Nomor 13.B/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/06/2015 tanggal
17 Juni 2015. LHP tersebut mengungkapkan terdapat bidang tanah dengan sertifikat
HPL minimal seluas 1.453.465 m2 tidak tercatat dalam Daftar Inventaris, diantaranya
seluas 1.169.464 m2 dengan HGB di atas HPL didokumentasikan secara tidak
memadai. BPK menemukan sebanyak 23 bidang tanah HPL seluas 1.453.465 m2 yang
telah dikerjasamakan dengan pihak ketiga belum dicatat dalam Neraca per 31
Desember 2014. Dari 23 bidang tanah bersertifikat HPL tersebut diketahui bahwa
BPKAD hanya menyimpan 13 sertifikat asli, satu sertifikat berupa fotokopi dokumen
dan sisanya sebanyak sembilan berupa fotocopy dokumen dan sisanya sebanyak
sembilan sertifikat tidak diketahui keberadaannya.
Atas permasalahan tersebut BPK merekomendasikan kepada Gubernur
menginstruksikan Kepala BPKAD melakukan penertiban dan pengamanan serta
inventarisasi atas aset tanah milik Pemprov DKI Jakarta yang bersertifikat HPL dan
HGB di atas HPL yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga serta membuat program
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 370
penyelesaian sertifikasi tanah yang jelas dan terukur; dan menerbitkan petunjuk
teknis pengelolaan arsip vital terkait dengan pengelolaan aset tanah.
Pada pemeriksaan LKPD TA 2015 BPK kembali mengungkapkan permasalahan
HPL pada LHP Nomor 10.B/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.2/05/2016 tanggal 31 Mei
2016. LHP tersebut mengungkapkan bahwa pengendalian, pengelolaan dan
pencatatan aset tanah dengan sertifikat HPL minimal seluas 1.453.465 m2 tidak
memadai, diantaranya seluas 79.945 m2 beralih hak kepemilikan tanpa persetujuan
Pemprov DKI Jakarta.
Atas permasalahan tersebut BPK merekomendasikan kepada Gubernur agar
memerintahkan Kepala BPKAD untuk.
a. Berkoordinasi dengan Kepala Kantor Pertanahan Wilayah sesuai ketentuan yang
berlaku untuk menertibkan dan mengamankan aset tanah milik Pemprov DKI
Jakarta dengan sertifikat HPL;
b. Mengajukan upaya hukum untuk mengembalikan status tanah milik Pemprov
DKI Jakarta yang telah berubah status menjadi SHM dan HGB murni pada status
semula yaitu HGB di atas HPL; dan
c. Memberi sanksi sesuai ketentuan kepada Kepala Bidang Pengendalian Aset yang
belum optimal dalam melaksanakan tugas pengendalian bukti kepemilikan aset
tanah yang menjadi wewenangnya.
Sampai dengan berakhirnya pemeriksaan, Pemprov DKI Jakarta belum selesai
menindaklanjuti rekomendasi BPK untuk melakukan penertiban, pengamanan serta
inventarisasi atas aset tanah milik Pemprov DKI Jakarta yang bersertifikat HPL.
Berdasarkan pemeriksaan atas pencatatan dan pengelolaan HPL Pemprov DKI
Jakarta diketahui bahwa pencatatan dan pengelolaan kerja sama di atas HPL Pemprov
DKI Jakarta belum memadai dan terdapat peralihan status atas sebagian tanah HPL
Nomor 2/Penggilingan menjadi hak milik dilakukan tanpa persetujuan Pemprov DKI
Jakarta dengan uraian sebagai berikut:
a. Pencatatan dan pengelolaan kerja sama di atas HPL Pemprov DKI Jakarta
belum memadai
Berdasarkan pemeriksaan data HPL di Bidang Inventarisasi, Data, Informasi
dan Dokumentasi Aset BPAD, diketahui terdapat 36 HPL atas nama Pemprov
DKI Jakarta dengan rincian 36 HPL tersebut disajikan pada Lampiran 7.9.1.
Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa pencatatan dan pengelolaan kerja
sama di atas HPL Pemprov DKI Jakarta belum memadai yang ditunjukkan
dengan kondisi sebagai berikut:
1) Sebanyak 13 sertifikat HPL Pemprov DKI Jakarta belum ditemukan
keberadaan fisiknya
Berdasarkan data pada Bidang Indidok BPAD diketahui bahwa dari 36 HPL
an. Pemprov DKI Jakarta, sampai dengan pemeriksaan tanggal 30 April 2018
terdapat 13 sertifikat HPL yang keberadaan fisik sertifikatnya belum
ditemukan di gudang penyimpanan dokumen BPAD DKI Jakarta Pulomas,
dengan rincian pada tabel berikut:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 371
Tabel 7.24. Rincian Sertifikat HPL Pemprov DKI Jakarta yang Keberadaaan Fisik Sertifikatnya Belum Ditemukan
No. Nomor Sertifikat Kelurahan Luas m2
1 HPL No.2 Pluit 752.000
2 HPL No.3 Pluit 24.880
3 HPL No.9 Pluit 2.230
4 HPL No.1 Kamal Muara 178.020
5 HPL No.16 Kapuk Muara 5.628
6 HPL No.3 Penjaringan 13.590
7 HPL No.1 Cikini 2.221
8 HPL No.2 Mangga Dua Selatan 14.790
9 HPL No.3 Mangga Dua Selatan 907
10 HPL No.4 Mangga Dua Selatan 333
11 HPL No.1 Wijaya Kusuma 86.074
12 HPL No.45 Kamal Muara 3.120.000
13 HPL No.46 Kamal Muara 1.093.580
2) Terdapat HPL atas nama Pemprov DKI Jakarta yang belum dicatat oleh
BPAD dan belum diungkap dalam CALK
Terkait pengelolaan HPL atas nama Pemprov DKI Jakarta, BPK telah
mengirimkan Surat Konfirmasi Tanah HPL atas nama Pemprov DKI Jakarta
kepada Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi DKI Jakarta melalui Surat
Nomor 41/S/XVIII.JKT/02/2018 tanggal 27 Februari 2018 dan Surat Nomor
80/S/XVIII.JKT/04/2018 tanggal 4 April 2018.
Berdasarkan jawaban konfirmasi dari BPN Kota Administrasi Jakarta
Selatan diketahui bahwa terdapat HPL atas nama Pemprov DKI Jakarta yang
belum dicatat oleh BPAD dan belum diungkapkan dalam CaLK, yakni HPL
Nomor 1/Tebet Barat dan HPL Nomor 2/Tebet Barat, dengan rincian sebagai
berikut:
Tabel 7.25. HPL Pemprov DKI Jakarta yang Terletak di Tebet Barat
No Kecamatan Kelurahan Hak Luas
m2 Pemegang Hak Alamat
Status No
1 Tebet Tebet Barat HPL 1 13.890 Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Jl. Tebet Barat Raya, Tebet Barat
2 Tebet Tebet Barat HPL 2 5.812 Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Jl. Tebet raya/Tebet Barat Raya, Tebet Barat
3) Pemprov DKI Jakarta belum selesai menginventarisasi aset-aset kerja sama
di atas tanah HPL
Berdasarkan data dan dokumen yang diperoleh dari Bidang Indidok BPAD
diketahui bahwa dari 36 HPL yang tercatat, terdapat 15 bidang HPL yang
teridentifikasi dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga. Dari 15 HPL yang
dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga tersebut, Subbidang Pemanfaatan Aset
pada Bidang Pembinaan, Pengendalian dan Pemanfaatan Aset (P3A) BPAD
hanya memiliki 13 dokumen perjanjian kerja sama, dengan rincian dimuat
pada tabel berikut:
Tabel 7.26. HPL Pemprov DKI Jakarta yang dikerjasamakan dengan Pihak Ketiga
No Nomor Sertifikat Kelurahan Nama Pihak
Ketiga Dokumen Perjanjian
Kerja Sama
1 HPL No.1 Karet Kuningan PT DAS 22-08-1992
2 HPL No.00001 Penggilingan UPK PPUKMP Pulogadung
1-12-2004
3 HPL No.1 Penggilingan PT CSP 27-10-1994
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 372
No Nomor Sertifikat Kelurahan Nama Pihak
Ketiga Dokumen Perjanjian
Kerja Sama
4 HPL No.2 Penggilingan PT CSP 27-10-1994
5 HPL No.4 Jatinegara PT CSP 27-10-1994
6 HPL No.10 Jatinegara PT CSP 27-10-1994
7 HPL No.11 Jatinegara PT CSP 27-10-1994
8 HPL No. 1 Kamal Muara PT WMC Tidak ada
9 HPL No.1 Mangga Dua Selatan
PT DP 6-6-1984
10 HPL No. 2 Mangga Dua Selatan
PT DP 6-6-1984
11 HPL No.1 Sunter PT IF 7-4-1993
12 HPL No.1 Papanggo PT SP Tidak ada
13 HPL No.45 Kamal Muara PT KNI 11-8-2017
14 HPL No.46 Kamal Muara PT KNI 5-10-2017
15 HPL No.1 Pluit PT DWL 30-6-1995
Bidang Indidok dan Bidang P3A belum melakukan inventarisasi dan
identifikasi lebih lanjut ada atau tidaknya kerja sama Pemprov DKI Jakarta
dengan Pihak Ketiga selain dari 15 HPL tersebut. Selain itu, Pemprov DKI
Jakarta juga belum memiliki mekanisme monitoring atas aset kerja sama di
atas tanah HPL Pemprov DKI Jakarta.
4) Pencatatan atas tanah HPL oleh Unit Pengelola Kawasan Pusat
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah serta Permukiman
Pulogadung (UPK PPUMKMP Pulogadung) belum sesuai ketentuan
Dalam laporan keuangan UPK PPUMKMP Pulogadung tercatat aset tetap
tanah senilai Rp540.823.284.000,00 diantaranya berupa tanah HPL Nomor
00001/Penggilingan seluas 371.480 m² senilai Rp426.087.560.000,00.
Selain itu terdapat juga aset lainnya berupa Kerjasama Operasi berupa tanah,
bangunan dan perumahan lainnya seluas 307.938m² senilai
Rp246.966.276.000,00. Hasil pemeriksaan terkait ketentuan pencatatan aset
menunjukkan permasalahan sebagai berikut:
a) Terdapat kesalahan dalam pencatatan aset tetap UPK PPUMKMP
Pulogadung
Berdasarkan LHP Pendapatan dan Belanja Daerah pada Dinas Koperasi
Usaha Kecil dan Menengah serta Perdagangan Provinsi DKI Jakarta,
Nomor 23/LHP/XVIII.JKT-XVIII.JKT.4/12/2016 diketahui bahwa atas
HPL Nomor 00001/Penggilingan seluas 371.480 m2, diantaranya seluas
10.506m2 dikerjasamakan dengan PT ASP dengan bentuk kerja sama
Bangun Serah Guna (BSG) tertanggal
1 Desember 2004, dengan jangka waktu lima tahun atau berakhir tanggal
30 November 2011. Di atas HPL tersebut, telah terbit HGB Nomor
02773/Penggilingan an. PT ASP. Sampai dengan pemeriksaan berakhir,
belum ada penyerahan aset BSG dari PT ASP ke Pemprov DKI Jakarta
karena masih terdapat kewajiban PT ASP yang belum dipenuhi. UPK
PPUMKMP Pulogadung mencatat aset tanah dalam KIB A seluas
371.480m2 senilai Rp426.087.560.000,00. Tanah KSO seluas 10.506m2
termasuk dalam pencatatan keseluruhan tanah HPL tersebut. Seharusnya
atas aset tanah yg dikerjasamakan dengan PT ASP dicatat sebagai aset
kerjasama di akun Aset Lainnya dan bukan di akun Aset Tetap.
b) Pencatatan Aset KSO di akun Aset Lainnya UPK PPUMKMP
Pulogadung tidak sesuai ketentuan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 373
Tanah HPL No.2/Penggilingan dan JPL No.10/Jatinegara, diantaranya
dikerjasamakan (KSO) seluas 307.938m2 dengan PT CSP. Tanah seluas
tersebut dicatat di UPK PPUMKMP Pulogadung pada akun Aset Lainnya
senilai Rp246.966.276.000,00. Seharusnya atas aset kerjasama KSO
tersebut dicatat sebagai Aset Kerjasama di PPAD sebagai Pengelola
Barang karena Perjanjian Kerja Samanya ditandatangani oleh Gubernur.
5) Status Aset yang dikelola PD Pasar Jaya yang terletak di atas HPL Nomor
1/Cideng Belum Jelas dan Kerjasama dengan PT GI di atas HPL Nomor
1/Cideng Belum Didukung Perjanjian Kerja Sama
Pada tahun tanggal 10 Februari 1981 Pemprov DKI Jakarta melalui Surat
Nomor 649/IIIB/1981 memberikan ijin kepada PT GI untuk mendirikan blok
pertokoan/perkantoran bertingkat tiga di atas hak tanah Negara, yang
terletak di Jalan Biak Gambir Jakarta Pusat. Dari dokumen tersebut
diketahui bahwa luasan tanah yang akan dimohonkan untuk dibangun di atas
tanah seluas 13.950 m2.
Berdasarkan Naskah Serah Terima Bangunan Pertokoan V.I.J di Jalan Biak
Nomor 18/SB-HK/PJ/BA/1981 tanggal 8 Desember 1981 diketahui bahwa
PT GI menyerahkan bangunan pertokoan V.I.J di Jalan Biak Jakarta Pusat
kepada PD Pasar Jaya. Penyerahan kepada PD Pasar Jaya didasarkan pada
Surat Kuasa Nomor 9080/XII/1981 tanggal 7 Desember 1981 dari Gubernur
kepada Direktur Utama PD Pasar Jaya untuk mewakili Gubernur DKI
Jakarta menerima gedung pertokoan V.I.J di Jalan Biak Jakarta Pusat berikut
seluruh harta kekayaan yang terdapat di dalamnya dari PT GI. Sampai
dengan pemeriksaan berakhir, BPK mendapat penjelasan dari pihak PD
Pasar Jaya bahwa tidak terdapat dokumen serah terima aset dari Pemprov
DKI Jakarta kepada PD Pasar Jaya.
Atas bidang tanah yang berlokasi di Jalan Biak tersebut telah diterbitkan
HPL Nomor 1/Cideng atas nama Pemprov DKI Jakarta seluas 13.395 m2
tanggal 7 September 1987, dengan penunjukan Tanah Negara, bekas
Big.Verp.No.8202-Seb. Di atas HPL tersebut telah terbit HGB
No.1519/Cideng an. PT GI seluas 1.472m2.
Berdasarkan hasil konfirmasi dengan BPN Kota Administrasi Jakarta Pusat
diketahui bahwa atas bidang tanah HPL Nomor 1/Cideng terdapat perjanjian
kerja sama Pemprov DKI Jakarta dengan PT GI Nomor 1 Tahun 1979
tanggal 3 Januari 1979. Namun demikian, sampai dengan pemeriksaan
berakhir, BPK tidak memperoleh Perjanjian Kerja Sama tersebut, sehingga
tidak dapat diketahui hak-hak dan kewajiban Pemprov DKI Jakarta dan
PT GI atas pengelolaan pertokoan tersebut.
Berdasarkan pengamatan fisik pada tanggal 10 April 2018 oleh BPK
bersama Subbidang Pemanfaatan Aset BPAD dan Pengurus Barang Unit
Pengelola Gelanggang Remaja Jakarta Pusat diketahui bahwa atas lokasi
HPL tersebut terdapat Stadion Sepakbola VIJ, pertokoan sisi selatan yang
dikelola oleh PD Pasar Jaya dan pertokoan sisi utara sebagaimana termuat
dalam gambar situasi pada Sertifikat HPL Nomor 1/Cideng seluas 1.472m2,
dikelola oleh perorangan dengan status hak belum diketahui.
Atas HPL Nomor 1/Cideng seluas 13.395 m2 UP Gelanggang Remaja
Jakarta Pusat mencatatnya sebagai aset tanah, Tanah Fasilitas Olahraga
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 374
Stadion Sepakbola VIJ dengan kode barang 01.01.13.01.005 seluas
13.393 m2 senilai Rp18.955.050.000,00.
b. Terdapat peralihan status atas sebagian tanah HPL nomor 2/Penggilingan
menjadi hak milik dilakukan tanpa persetujuan Pemprov DKI Jakarta
HPL merupakan hak menguasai dari negara yang kewenangan
pelaksanaannya sebagian dilimpahkan kepada pemegang yang mewakili negara.
Pemegang hak pengelolaan adalah instansi pemerintah, jawatan atau badan milik
negara.
Berdasarkan LHP LKPD TA 2015 Nomor 10.B/LHP/XVIII.JKT-
XVIII.JKT.2/05/2016 tanggal 31 Mei 2016 telah diungkap temuan terdapat
Pengendalian, pengelolaan dan pencatatan Aset Tanah dengan HPL minimal
seluas 1.453.465 m2 tidak memadai, diantaranya seluas 79.945 m2 beralih hak
kepemilikan tanpa persetujuan Pemprov DKI Jakarta. Dari tanah yang beralih
kepemilikan seluas 79.945 m2 tersebut terdapat peralihan tanah status HPL
1/Wijaya Kusuma menjadi HGB murni dan SHM seluas 61.149 m2 tanpa
Persetujuan Pemprov DKI Jakarta. Berdasarkan temuan dalam LHP tersebut
diperoleh informasi sebagai berikut
1) Pemprov DKI Jakarta telah melakukan kerjasama dengan PT CLS atas tanah
HPL seluas 8,6 Ha yang selanjutnya dimanfaatkan oleh PT CLS untuk
membangun perumahan dan pertokoan;
2) Sertifikat HPL Nomor 1 Wijaya Kusuma dikeluarkan oleh Kantor Agraria
Jakarta Barat pada tanggal 1 Juni 1988 dengan luas 86.074 m2;
3) Pada 23 Juni 1995 Kantor Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Barat
mengeluarkan sertifikat HGB tanpa status (HGB murni) di atas tanah HPL
tersebut;
4) Pada 31 Oktober 2008 pemilik sertifikat HGB murni tersebut meningkatkan
status HGB tersebut menjadi SHM dan disetujui oleh Kantor Pertanahan
Kota Administrasi Jakarta Barat;
5) Berdasarkan peta HPL yang dikeluarkan oleh Kantor Pertanahan Kota
Administrasi Jakarta Barat diketahui terdapat bangunan perumahan dan
pertokoan yang berdiri di atas tanah HPL minimal sebanyak 166 sertifikat
tanah dengan status kepemilikan Hak Milik perorangan dan sebanyak 143
sertifikat tanah dengan status HGB seluas 61.149 m2
Atas temuan tersebut di atas BPK merekomendasikan kepada Gubernur agar
memerintahkan Kepala BPKAD untuk:
1) Berkoordinasi dengan Kepala Kantor Pertanahan Wilayah sesuai ketentuan
yang berlaku untuk menertibkan dan mengamankan aset tanah milik
Pemprov DKI Jakarta dengan sertifikat HPL;
2) Mengajukan upaya hukum untuk mengembalikan status tanah milik pemprov
DKI Jakarta yang telah berubah status menjadi SHM dan HGB murni pada
status semula yaitu HGB di atas HPL; dan
3) Memberi sanksi sesuai ketentuan kepada Kepala Bidang Pengendalian Aset
yang belum optimal dalam melaksanakan tugas pengendalian bukti
kepemilikan aset tanah yang menjadi wewenangnya.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 375
Berdasarkan data tindak lanjut dengan posisi per 31 Desember 2017 Pemprov
DKI Jakarta belum menindaklanjuti rekomendasi tersebut.
Hasil reviu peta HPL Pemprov DKI Jakarta pada Badan Pertanahan Nasional
(BPN) yang diakses melalui website http://peta.bpn.go.id menunjukkan bahwa
terdapat indikasi adanya bidang tanah dengan status Hak Milik pada HPL Nomor
2/Penggilingan, Cakung, Jakarta Timur. Hasil konfirmasi dari BPN Kota
Administrasi Jakarta Timur dan pemeriksaan atas buku tanah pada tanggal 29
Maret 2018 dan 18 April 2018 diketahui sebagai berikut:
1) Pada HPL Nomor 2/Penggilingan telah terbit tujuh HGB seluas 157.825 m2,
lima diantaranya merupakan HGB atas nama PT CSP seluas 75.571 m2.
Sedangkan atas HPL Nomor 10/Jatinegara telah terbit dua HGB seluas
78.692 m2, seluruhnya atas nama PT CSP. Rincian dimuat pada tabel
berikut:
Tabel 7.27. HGB PT CSP di atas HPL Pemprov DKI Jakarta
No. Nomor Sertifikat HPL Luas (m2)
HGB an. CSP di atas HPL
1. HPL Nomor 2/ Penggilingan, Kec. Cakung, Jakarta Timur Tanggal 21 Oktober 1996
272.569 1. HGB Nomor 2027/Penggilingan tgl 11 Agustus 2005 seluas 61.850 m2;
2. HGB Nomor 2821/Penggilingan tgl 28 Juli 2005 seluas 3.081 m2
3. HGB Nomor 2822/Penggilingan tgl 28 Juli 2005 seluas 4.064 m2
4. HGB Nomor 2823/Penggilingan tgl 28 Juli 2005 seluas 3.972 m2
5. HGB Nomor 2824/Penggilingan tgl 28 Juli 2005 seluas 2.604 m2
2. HPL Nomor 10/ Jatinegara, Kec. Cakung, Jakarta Timur Tanggal 21 Oktober 1996
151.797 1. HGB Nomor 01337/Jatinegara tgl 31 Agustus 2006 seluas 69.594 m2
2. HGB Nomor 1638/Jatinegara tgl 15 Februari 2010 seluas 9.098 m2
2) Atas HGB Nomor 2027/Penggilingan atas nama PT CSP seluas 61.850m2 di
atas HPL Nomor 2/Penggilingan an. Pemprov DKI Jakarta, telah terbit
sebanyak 381 HGB seluas 53.732 m2, merupakan pemecahan atas HGB
No.2027/Penggilingan;
3) Berdasarkan peta bidang tanah yang dihasilkan dari aplikasi Geo KKP BPN
diketahui bahwa di atas HPL Nomor 2/Penggilingan telah terbit sebanyak 23
(dua puluh tiga) bidang tanah dengan status Hak Milik. Sebanyak 23 bidang
tanah Hak Milik tersebut terletak di Perumahan Jatinegara Baru, yang
berasal dari HGB induk Nomor 2027/Penggilingan an. PT CSP.
4) Dari sejumlah 23 bidang tanah dengan status Hak Milik tersebut, BPK telah
melakukan pemeriksaan terhadap 20 Buku Tanah Hak Milik dengan total
seluas 3.037 m2. Berdasarkan 20 Buku Tanah diketahui bahwa peningkatan
HGB menjadi Hak Milik terjadi atas 13 bidang tanah di tahun 1999, satu
bidang tanah di tahun 2000 dan 2001, dua bidang tanah di tahun 2005, satu
bidang tanah masing-masing di tahun 2007, 2008 dan 2017. Nomor Hak
Milik, Lokasi/Persil, Nama Pemegang Hak, dan keterangan lainnya atas 20
Buku Tanah tersebut dilihat pada lampiran 7.9.2;
Atas tiga buku tanah lainnya, yaitu Buku Tanah Nomor M.5100, M.5127,
dan M.5257 tidak dapat dilakukan pemeriksan dokumen karena dokumen
sedang dipinjam untuk kegiatan internal BPN Jakarta Timur;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 376
5) Kepala Sub Seksi Pemeliharaan Data Hak Tanah dan Pembinaan PPAT BPN
Kota Administrasi Jakarta Timur menjelaskan bahwa penyebab terbitnya
SHM di atas tanah HPL belum diketahui karena pejabat yang
menandatangani sertifikat dan buku tanah sudah berpindah tugas dari Kantor
Pertanahan Kota Administrasi Jakarta Timur;
6) Hasil pemeriksaan terhadap 20 Buku Tanah dan dokumen pendukungnya
menunjukkan bahwa tidak terdapat persetujuan tertulis dari pemegang Hak
Pengelolaan Nomor 2/Penggilingan dhi. Pemprov DKI Jakarta. Hal ini
menunjukkan bahwa telah terjadi pengalihan status tanah HPL
Nomor 2/Penggilingan menjadi Hak Milik tanpa persetujuan Pemprov DKI
Jakarta.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
a. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, yaitu:
1) Pasal 42:
a) ayat (1) yang menyatakan bahwa Pengelola Barang, Pengguna Barang
dan/atau Kuasa Pengguna Barang wajib melakukan pengamanan Barang
Milik Negara/Daerah yang berada dalam penguasaannya;
b) ayat (2) yang menyatakan bahwa Pengamanan barang milik
negara/daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pengamanan administrasi, pengamanan fisik, pengamanan hukum’; dan
2) Pasal 43 ayat (1) menyatakan Barang milik Negara/daerah berupa tanah harus
dilengkapi disertifikatkan atas nama Pemerintah Republik
Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 19 Tahun 2016 tentang Pengelolaan
Barang Milik Daerah, pada Pasal 179:
1) ayat (1) yang menyatakan bahwa pelaksanaan KSP dituangkan dalam
perjanjian KSP antara Gubernur/Bupati/Walikota atau Pengelola Barang
dengan mitra KSP setelah diterbitkan Keputusan Pelaksanaan KSP oleh
Gubernur/Bupati/Walikota;
2) ayat (2) yang menyatakan bahwa Perjanjian sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) ditandatangani oleh mitra KSP dan: huruf (a) Gubernur, Bupati atau
Walikota untuk BMD yang berada pada Pengelola Barang atau (b) Pengelola
Barang untuk BMD yang berada pada Pengguna Barang
c. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak
Guna Bangunan, dan Hak Pakai atas Tanah pada Pasal 34 Ayat (7) yang
menyatakan bahwa Peralihan Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan
harus dengan persetujuan tertulis dari pemegang Hak Pengelolaan;
d. Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan Nomor 15 Akuntansi Aset Tetap
Berbasis Akrual Bab II Nomor 2.3 tentang Pengakuan Tanah Halaman 4 Alinea
1 menyatakan lebih lanjut PSAP 07 Paragraf 19 mengatur bahwa pengakuan aset
tetap sangat andal bila aset tetap telah diterima atau diserahkan hak
kepemilikannya dan/atau pada saat penguasaannya berpindah. Hak kepemilikan
tanah didasarkan pada bukti kepemilikan tanah yang sah berupa sertifikat,
misalnya Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifkat Hak Pakai (SHP), Sertifikat Hak
Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat Hak Pengelolaan (SHPL).
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 377
e. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 204 Tahun 2016 tentang
Kebijakan Akuntansi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada Lampiran 1.19
Akuntansi Aset Tetap tentang Pengakuan Aset Tetap:
1) Butir 19 yang menyatakan bahwa Pengakuan aset tetap akan sangat andal bila
aset tetap telah diterima atau diserahkan hak kepemilikannya dan atau pada
saat penguasaannya berpindah;
2) Butir 24.d.2) yang menyatakan bahwa Dalam hal pemerintah belum
mempunyai bukti kepemilikan tanah yang sah, tanah tersebut dikuasai
dan/atau digunakan oleh pihak lain, maka tanah tersebut dicatat dan disajikan
sebagai aset tetap tanah pada neraca pemerintah, serta diungkapkan secara
memadai dalam Catatan atas Laporan Keuangan;
f. Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 255 Tahun 2016 tentang
Organisasi dan Tata Kelola Badan Pengelola Aset Daerah yaitu:
1) Pasal 3 ayat (2) pada:
a) huruf m: Untuk melaksanakan tugas pengelolaan aset daerah BPAD
menyelenggarakan fungsi pengoordinasikan pengamanan aset pada
SKPD /UKPD;
b) huruf n: Untuk melaksanakan tugas pengelolaan aset daerah BPAD
menyelenggarakan fungsi pengamanan aset yang berada di pengelola
barang;
2) Pasal 17 ayat (2) huruf l: Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) Bidang Pembinaan Pengendalian dan Pemanfaatan Aset
menyelenggarakan fungsi pengkoordinasian penanganan penyelesaian
permasalahan aset daerah;
3) Pasal 19 ayat (3) huruf d: Subbidang Pengendalian Aset mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan pensertifikatan aset daerah yang berada di luar
penguasaan dan penggunaan SKPD/UKPD;
4) Pasal 19 ayat (3) huruf h: mengkoordinasikan penyelesaian permasalahan aset
daerah;
5) Pasal 28 ayat (3) huruf e: Subbidang Inventarisasi Aset mempunyai tugas
menginventarisasi aset daerah berupa tanah yang tercatat dalam neraca SKPD
pada lingkungan Provinsi;
6) Pasal 29 ayat (3) huruf d: Subbidang Dokumentasi Aset mempunyai tugas
menyimpan dan mengadministrasikan dokumen aset daerah.
Permasalahan tersebut mengakibatkan:
a. Potensi sengketa dan permasalahan hukum yang dapat merugikan Pemprov DKI
Jakarta atas pengelolaan tanah HPL dan bangunan di atasnya;
b. Kehilangan potensi pendapatan karena adanya peluang bagi pihak-pihak lain
untuk menguasai dan memanfaatkan aset Pemprov DKI Jakarta tanpa membayar
kontribusi;
c. Pemprov DKI Jakarta kehilangan tanah HPL seluas 3.037 m2 yang telah beralih
dari HPL menjadi SHM atas nama pihak lain;
d. Potensi:
1) lebih saji pencatatan aset tetap berupa Stadion Sepakbola;
2) lebih saji pencatatan aset tetap dan aset lainnya UPK PPUMKMP
Pulogadung; dan
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 378
3) kurang saji pencatatan aset kerjasama BPAD sebagai PPAD.
Hal tersebut disebabkan:
a. Kepala BPAD belum optimal melakukan upaya penertiban dan pengamanan atas
aset tanah milik Pemprov DKI Jakarta dengan sertifikat HPL yang di atasnya
telah diterbitkan Hak Milik;
b. Kepala Bidang Inventarisasi, Data, Informasi dan Dokumentasi Aset belum
optimal dalam pelaksanaan inventarisasi, data, informasi dan dokumentasi aset;
c. Tugas pokok dan fungsi monitoring aset tanah berupa HPL belum diatur secara
jelas.
Atas permasalahan tersebut, Kepala BPAD menyatakan sependapat dengan
temuan BPK dan menjelaskan bahwa BPAD Provinsi DKI Jakarta akan:
a. Melakukan inventarisasi dokumen sertifikat HPL dan berkoordinasi dengan BPN
dan BPKD sehubungan dengan permasalahan-permasalahan HPL untuk
selanjutnya dilakukan koreksi pencatatan dan perbaikan pengungkapan dalam
CaLK;
b. Melakukan inventarisasi kembali terkait kerja sama aset yang ada di atas tanah
HPL dan membuat SOP yang rinci untuk mempermudah dan mempertegas
pelaksanaan monitoring HPL;
c. Konfirmasi kepada SKPD Pengguna dalam hal ini UPK PPUMKMP Pulogadung
untuk memastikan bahwa bidang tanah yang dikerjasamakan termasuk dalam
bidang tanah yang dicatat dalam KIB A PPUMKMP Pulogadung untuk
selanjutnya dilakukan koreksi dalam pencatatan dan laporan keuangan;
d. Melakukan koordinasi dan pemanggilan kepada PD Pasar Jaya dan Pihak Ketiga
untuk mendapatkan Perjanjian Kerja Sama atas aset yang dikerjasamakan
e. Berkoordinasi dengan Kepala Kantor Pertanahan Wilayah sesuai ketentuan yang
berlaku untuk menertibkan dan mengamankan aset tanah milik Pemprov DKI
Jakarta dengan sertifikat HPL, serta apabila diharuskan maka Pemprov DKI akan
mengajukan upaya hukum untuk mengembalikan status tanah milik pemprov
DKI Jakarta yang telah berubah status menjadi SHM pada status semula yaitu
HGB di atas HPL.
BPK merekomendasikan Gubernur agar memerintahkan:
a. Kepala BPAD supaya:
1) Mengajukan upaya hukum untuk mengembalikan status tanah Hak
Pengelolaan Pemprov DKI Jakarta yang telah berubah status menjadi SHM
dan HGB murni pada status semula yaitu HGB di atas HPL;
2) Menyusun Prosedur Operasional Standar (POS) monitoring kerja sama Pihak
Ketiga di atas tanah HPL Pemprov DKI Jakarta.
b. Kepala BPKD supaya menyusun Kebijakan Akuntansi terkait pencatatan dan
penyajian aset HPL Pemprov DKI Jakarta agar pemangku kepentingan memiliki
kesamaan pemahaman dan persepsi tentang HPL serta sebagai pedoman dalam
klasifikasi, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan HPL;
c. Kepala Bidang Inventarisasi, Data, Informasi dan Dokumentasi Aset supaya:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 379
1) Mengupayakan pemenuhan bukti sertifikat 13 HPL a.n. Pemprov DKI
Jakarta serta mengungkapkannya secara memadai dalam Catatan atas
Laporan Keuangan periode berikutnya;
2) Menginventarisasi kerja sama Pihak Ketiga di atas HPL Pemprov DKI
Jakarta serta mencatat dan menyajikannya sesuai Kebijakan Akuntansi
Pemerintah Daerah.
8. Dana Cadangan
8.1. Pembukaan Deposito Dana Cadangan Daerah Tidak Didukung dengan
Perjanjian Kerjasama dan Tujuan Pembentukan Dana Cadangan Daerah
Tidak Jelas
Pemprov DKI Jakarta menyajikan saldo Dana Cadangan Daerah (DCD) pada
Neraca (Audited) per 31 Desember 2017 senilai Rp1.207.183.241.669,00 yang
ditempatkan dalam bentuk deposito pada Bank DKI dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 8.1. Rincian Saldo Deposito DCD per 31 Desember 2017
No Nomor Rekening Nama Rekening Jangka Waktu Nilai (Rp)
1 139.2-25-00679-9 Pemprov DKI Jakarta 1 bulan (ARO) 329.191.299.049
2 139.2-25-01142.3 Pemprov DKI Jakarta 1 bulan (ARO) 674.633.449.959
3 139.2-25-01092.3 Pemprov DKI Jakarta 1 bulan (ARO) 151.250.284.028
4 139.2-25-00666.7 Pemprov DKI Jakarta 1 bulan (ARO) 52.108.208.633
Total 1.207.183.241.669
Dana cadangan tersebut dibentuk berdasarkan Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor
10 Tahun 1999 tentang DCD yang bertujuan untuk menanggulangi keadaan memaksa
yang tidak dapat diduga sebelumnya dan/atau membiayai pelaksanaan pembangunan
yang strategis dan berskala besar yang tidak dapat dibebankan dalam satu tahun
anggaran. Sebagai amanat perda tersebut, ditetapkan Instruksi Gubernur Kepala DKI
Jakarta Nomor 305 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Pengelolaan DCD Pemprov
DKI Jakarta TA 1999/2000 dengan pertimbangan dianggap perlu segera
merealisasikan pencairan DCD dari APBD TA 1999/2000 ke rekening Pengelola
Dana Cadangan. Pelaksanaan lebih lanjut pengelolaan DCD dilakukan dengan
menetapkan Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2000 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan DCD.
Dalam Keputusan Gubernur DKI Jakarta Nomor 3 Tahun 2000 tersebut,
Pengelola DCD adalah orang atau Badan yang diberi tugas dan tanggung jawab dalam
pengelolaan DCD yang terdiri dari Penanggung Jawab Umum dan Penanggung
Jawab Teknis. Perangkat Pengelola DCD adalah orang atau Badan yang ditunjuk dan
ditetapkan untuk membantu pelaksanaan tugas pekerjaan dalam rangka pengelolaan
DCD baik sebagai Pembantu Penanggung Jawab Umum maupun sebagai Pembantu
Penanggung Jawab Teknis. Penanggung Jawab Umum bertugas mempersiapkan
segala kebutuhan yang diperlukan bagi kelancaran tugas Perangkat DCD maupun
bagi unsur lainnya yang bahan-bahannya dipersiapkan oleh Penanggung Jawab
Teknis. Penanggung Jawab Teknis bertugas menyiapkan dokumen yang diperlukan
dalam rangka penempatan deposito DCD. Sekretaris Wilayah/Daerah ditetapkan
sebagai Penanggung Jawab Umum dan Kepala Kantor Kasda ditetapkan sebagai
Penanggung Jawab Teknis.
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 380
Berdasarkan hasil pemeriksaan atas peraturan dan penatausahaan deposito DCD
Pemprov DKI Jakarta TA 2017 diketahui hal-hal sebagai berikut:
a. Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 1999 tentang DCD tidak mengatur
program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan serta tahun
anggaran pelaksanaan dana cadangan;.
b. Penempatan DCD menjadi 4 (empat) deposito atas nama Pemprov DKI Jakarta
di Bank DKI tidak diketahui dasar pertimbangan maupun kebijakan
pembukaannya sementara dalam Instruksi Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor
305 Tahun 1999 tentang Pelaksanaan Pengelolaan DCD hanya mengatur 1 (satu)
rekening deposito atas nama Pengelola DCD. Selain itu keseluruhan pembukaan
rekening deposito DCD tidak didukung dengan perjanjian kerjasama dengan
Bank DKI;
c. Penatausahaan yang dilakukan berupa Buku Simpanan Bank dan Rincian
Penerimaan Bunga Deposito DCD Pemprov DKI Jakarta yang dicatat
berdasarkan surat pemberitahuan dari Bank DKI mengenai perpanjangan
deposito serta dianalisis kesesuaian perhitungan pembayaran bunga secara
manual oleh staf di kasda, kemudian dilaporkan oleh Kepala BPKD kepada
Gubernur setiap bulannya;
d. Tidak terdapat penetapan Perangkat Pengelola DCD;
e. Terdapat penutupan dan pembukaan deposito DCD hanya berdasarkan surat
pemberitahuan dari Bank DKI dan Berita Acara Pembayaran Selisih Bunga
Pembayaran Deposito tanpa adanya persetujuan dari Pemprov DKI Jakarta dalam
hal ini Pengelola DCD. Hal tersebut disebabkan karena kesalahan sistem Bank
DKI yang mengakibatkan kekurangan pembayaran bunga deposito. Hal ini dapat
terlihat dari tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 8.2. Penutupan dan Pembukaan Deposito DCD TA 2017
No Tanggal
Penutupan Pembukaan
No Rekening Saldo (Rp) Bunga
Kurang (Rp) No Rekening Saldo (Rp)
1 14 November 2017 139.25.00625.0 671.048.424.949 137.153.900 139.25.01142.3 671.185.578.849
2 16 Maret 2017 139.25.00680.2 143.642.020.721 273.275.478 139.25.01092.3 143.915.296.199
Pemeriksaan lebih lanjut dengan melakukan konfirmasi kepada Bank DKI sesuai
Surat Nomor 11/Investasi-LKPD2017/02/2018 Tanggal 22 Februari 2018 tentang
konfirmasi rekening/Deposito Dana Cadangan dan Dana Bergulir yang dibalas
dengan Surat Nomor 288/GAK/II/2018 diperoleh informasi bahwa Bank DKI tidak
menjawab mengenai perjanjian kerjasama yang melandasi pembukaan rekening
deposito dana cadangan.
Hasil klarifikasi kepada Kasubbid Kas Bank BPKD diketahui bahwa
penatausahaan DCD hanya melanjutkan pengadministrasian yang telah berjalan
sebelumnya tanpa dilakukan reviu maupun analisis kembali sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Selain itu diperoleh informasi bahwa perjanjian kerjasama penempatan
deposito masih berupa konsep yang tidak secara khusus untuk deposito DCD namun
untuk seluruh penempatan deposito yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta di
Bank DKI.
Kondisi tersebut tidak sesuai dengan:
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 381
a. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah pada pasal 122 ayat (3) yang menyatakan bahwa peraturan daerah
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup penetapan tujuan, besaran, dan
sumber dana cadangan serta jenis/program/kegiatan yang dibiayai dari dana
cadangan tersebut.
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No 13 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan
Permendagri No 59 tahun 2007 dan Permendagri No 21 tahun 2011 pada pasal
63:
1) Ayat 2 yang menyatakan bahwa pembentukan dana cadangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan peraturan daerah;
2) Ayat 3 yang menyatakan bahwa peraturan daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) mencakup penetapan tujuan pembentukan dana cadangan,
program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan, besaran dan
rincian tahunan dana cadangan yang harus dianggarkan dan ditransfer ke
rekening dana cadangan, sumber dana cadangan dan tahun anggaran
pelaksanaan dana cadangan.
c. Instruksi Gubernur Kepala DKI Jakarta Nomor 305 tahun 1999 tentang
Pelaksanaan Pengelolaan Dana Cadangan Pemerintah DKI Jakarta Tahun
Anggaran 1999/2000 yang menginstruksikan kepada:
1) Sekretaris Wilayah/Daerah segera memindahkan dana sebesar
Rp400.000.000.000 (empat ratus miliar rupiah) ke Bank DKI dari Rekening
Pemerintah DKI Jakarta atas nama Pengelola Dana Cadangan Daerah
sebagaimana dimaksud angka 2 sebagai deposito Pemerintah DKI Jakarta
atas nama Pengelola Dana Cadangan Daerah yang ditandatangani oleh
Sekretaris Wilayah/Daerah dan Kepala Kantor Kas Daerah yang selanjutnya
penyimpanan dana Cadangan Daerah ini dapat dievaluasi kembali;
2) Kepala Kantor Kas Daerah
a) Memindahkan Dana Cadangan Daerah ke Dalam Rekening Pemerintah
DKI Jakarta atas nama Pengelola Dana Cadangan Daerah;
b) Mempersiapkan perjanjian kerjasama yang materinya antara lain
mengatur penentuan jumlah nominal pada sertifikat deposito, lamanya
deposito, besarnya bunga deposito, serta hal-hal lain dengan
memperhitungkan keuntungan daerah.
d. Keputusan Gubernur Kepala DKI Jakarta nomor 3 Tahun 2000 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengelolaan Dana Cadangan Daerah DKI Jakarta pada:
1) Pasal 1 yang menyatakan bahwa:
a) ayat (11) dalam keputusan ini yang dimaksud dengan Pengelola DCD
adalah orang atau Badan yang diberi tugas dan tanggung jawab dalam
pengelolaan DCD yang terdiri dari Penanggung Jawab Umum dan
Penanggung Jawab Teknis;
b) ayat (14) Perangkat Pengelola DCD adalah orang atau Badan yang
ditunjuk dan ditetapkan untuk membantu pelaksanaan tugas pekerjaan
dalam rangka pengelolaan DCD baik sebagai Pembantu Penanggung
Jawab Umum maupun sebagai Pembantu Penanggung Jawab Teknis;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 382
2) Pasal 3 ayat (2) yang menyatakan bahwa kebijakan tentang penempatan
penyimpanan DCD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditetapkan
oleh Pengelola DCD;
3) Pasal 8 ayat (1) yang menyatakan bahwa dalam pengelolaan DCD, Sekretaris
Wilayah/Daerah ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Umum dan Kepala
Kantor Kasda ditetapkan sebagai Penanggung Jawab Teknis;
4) Pasal 9 ayat (2) yang menyatakan bahwa Penanggung Jawab Umum bertugas
mempersiapkan segala kebutuhan yang diperlukan bagi kelancaran tugas
perangkat DCD maupun bagi unsur lainnya yang bahan-bahannya
dipersiapkan oleh Penanggung Jawab Teknis;
5) Pasal 10 yang menyatakan bahwa Penanggung Jawab Teknis bertugas:
a) Ayat (2) menyiapkan dokumen yang diperlukan dalam rangka
penempatan deposito DCD sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 ayat
(1);
b) Ayat (3) membukukan setiap penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran uang pada Buku Kas Umum, Buku Pembantu perpasal dan
buku-buku lainnya yang berkenaan dengan setiap mutasi keuangan
DCD;
6) Pasal 13 ayat (6) yang menyatakan bahwa DCD yang akan disimpan dalam
bentuk deposito atau simpanan lainnya terlebih dahulu harus dilandasi
dengan Perjanjian antara penanggung jawab umum dengan Bank yang
ditunjuk atas usulan Penanggung Jawab Teknis.
Permasalahan tersebut mengakibatkan pembentukan dan pengelolaan serta
pembukaan deposito DCD tidak jelas peruntukannya.
Permasalahan tersebut disebabkan:
a. Penanggung Jawab Umum dan Teknis sebagai pengelola DCD dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya belum melaksanakan ketentuan
tentang pengelolaan DCD serta belum membuat perjanjian kerja sama dengan
pihak Bank DKI terkait hak dan kewajiban para pihak;
b. Perda Provinsi DKI Jakarta Nomor 10 Tahun 1999 tentang DCD belum mengatur
program dan kegiatan yang akan dibiayai dari dana cadangan serta tahun
anggaran pelaksanaan dana cadangan.
Atas permasalahan tersebut Kepala BPKD Jakarta sependapat dengan temuan
BPK terhadap pembukaan deposito DCD tidak di dukung dengan perjanjian akan
dilakukan koordinasi dengan Bank DKI dan dilakukan Perjanjian Kerja Sama dan
terkait kegiatan yang akan didanai dengan DCD sedang dilakukan inventarisasi oleh
Bappeda disesuaikan dengan program kegiatan RPJMD.
BPK merekomedasikan Gubernur agar:
a. Memerintahkan Pengelola DCD untuk:
1. Menetapkan SK tentang penempatan penyimpanan DCD;
2. Membuat perjanjian kerjasama pembukaan deposito DCD dengan PT. Bank
DKI;
3. Menetapkan SK tentang perangkat pengelola DCD;
LHP atas LKPD Provinsi DKI Jakarta TA 2017
BPK RI Perwakilan Provinsi DKI Jakarta 383
b. Melakukan pembahasan dengan DPRD mengenai program dan kegiatan yang
akan dibiayai dari dana cadangan serta tahun anggaran pelaksanaan dana