1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam industri pertambangan sering dijumpai sifat batuan yang relatif keras dan untuk memberaikan batuan tersebut perlu proses peledakan. Proses peledakan ini bertujuan untuk menghancurkan batuan agar lebih mudah untuk digali dan dimuat kedalam alat angkut. Sehingga operasi penambangan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Pada proses peledakan ada beberapa macam indicator keberhasilan dari peledakan itu sendiri, salah satunya adalah fragmentasi. Dimana ukuran frag mentasi yang dihasilkan berpengaruh untuk proses penggalian dan pemuatan batuan/Ore yang terledakkan. Oleh karena itu diperlukannya rancangan modifikasi geometri peledakan yang optimal dengan mengkaji geometri peledakan yang telah digunakan dan fragmentasi yang dihasilkan agar tujuan dari adanya proses peledakan tersebut sesuai dengan sasaran. PT. Semen Padang adalah perusahaan yang memproduksi semen di Indonesia sejak 1910 terletak di bukit Karang Putih, Indarung, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Salah satu bahan baku semen adalah batu kapur. Batu kapur merupakan bahan galian industri yang ditambang dengan metode quarry. Penambangan batu kapur membutuhkan aktivitas pengeboran dan peledakan untuk memenuhi target peroduksi tersebut.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam industri pertambangan sering dijumpai sifat batuan yang relatif
keras dan untuk memberaikan batuan tersebut perlu proses peledakan. Proses
peledakan ini bertujuan untuk menghancurkan batuan agar lebih mudah untuk
digali dan dimuat kedalam alat angkut. Sehingga operasi penambangan dapat
berjalan secara efektif dan efisien.
Pada proses peledakan ada beberapa macam indicator keberhasilan
dari peledakan itu sendiri, salah satunya adalah fragmentasi. Dimana ukuran frag
mentasi yang dihasilkan berpengaruh untuk proses penggalian dan pemuatan
batuan/Ore yang terledakkan. Oleh karena itu diperlukannya rancangan
modifikasi geometri peledakan yang optimal dengan mengkaji geometri
peledakan yang telah digunakan dan fragmentasi yang dihasilkan agar tujuan dari
adanya proses peledakan tersebut sesuai dengan sasaran.
PT. Semen Padang adalah perusahaan yang memproduksi semen di
Indonesia sejak 1910 terletak di bukit Karang Putih, Indarung, Kecamatan Lubuk
Kilangan, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat. Salah satu bahan baku semen
adalah batu kapur. Batu kapur merupakan bahan galian industri yang ditambang
dengan metode quarry. Penambangan batu kapur membutuhkan aktivitas
pengeboran dan peledakan untuk memenuhi target peroduksi tersebut.
2
Pada kegiatan observasi lapangan aktifitas penambangan di PT. Semen
Padang pada Front II didapatkan batuan yang berongga (kekar batuan) yang
mengakibatkan pemborosan pada pengisian bahan peledak dan mengakibat kan
hasil dari fragmentasi batuan masih banyak terdapat bongkahan batuan (boulders).
Selain itu terdapat juga genangan air di area Front VII pada lokasi penambangan,
sehingga mengganggu proses jalan hauling yang mengakibatkan produktifitas alat
berat tidak stabil.
Berdasarkan hasil penelitian dari beberapa peneliti sebelumnya (Waluyo,
Taufik Toha, Endang Wiwik, JP Vol.1 No.4 Agustus 2017.ISSN2549-1008) yang
terkait pada review jurnal yang dilakukan di PT. Semen Padang (Persero) Tbk.
hard limestone pada Quarry Batu Kapur Bukit Karang Putih Menerapkan
nonelectric blasting. Pada hasil fragmentasi peledakan masih terdapat banyak
ditemukan boulders (bongkah >60 cm). Boulders tersebut akan mempengaruhi
produktivitas excavator yang digunakan.
Disamping itu juga penggunaan backhoe sebagai excavator akan
mengakibatkan fragmentasi batu kapur sebagian hancur dikarenakan backhoe
bekerja di atas tumpukan pecahan batuan, maka hal ini dibutuhkan perhitungan
yang cermat untuk memperkirakan ukuran batu pecah dengan melakukan
observasi terhadap operasi peledakan yang ada saat ini meliputi geometri, pola
lubang ledak, dan penggunaan bahan peledak, serta pengaruhnya terhadap kondisi
batuan, orientasi joints (dip, strike, dan joint spasing) sebagai pertimbangan
rancangan peledakan (modifikasi) dalam rangka mengurangi boulders untuk
meningkatkan produktifitas alat gali muat yang optimal.
3
Fragmentasi besar dipengaruhi oleh adanya pengurangan bahan peledak
atau bisa juga karena pada saat charging bahan peledak, oleh karena itu untuk
mendapatkan fragmentasi yang maksimal sesuai dengan kondisi batuan di
lapangan, adanya pengurangan bahan peledak atau bisa juga karena pada saat
charging bahan peledak dalam hal ini Ammonium Nitrate and Fuel Oil (ANFO)
dan Bulk Emulsion tidak masuk secara optimal ke dalam lubang ledak dan sangat
dibutuhkan rancangan modifikasikan geometri peledakan agar sesuai dengan
kondisi jenjang di lapangan lebih optimal dari hasil sebelumnya yang
menghambat aktivitas peledakan selanjutnya agar dapat lebih mudah melakukan
prepare lokasi peledakan selanjutnya.
Metode dalam menentukan hasil fragmentasi pada penelitian ini dapat
dilakukan dengan cara menggunakan metode Kuz Ram dan Software Split
Desktop 2.0. Software ini merupakan aplikasi untuk analisis fotometri dengan
memperhitungkan besaran ukuran fragmentasi batuan berdasarkan visual gambar
yang diambil dengan cara membandingkannya melalui scale image. Hal inilah
yang melatar belakangi untuk pengambilan judul tentang “Analisa Perancangan
Geometri Peledakan Untuk Mendapatkan Hasil Fragmentasi Yang Optimum
di PT Semen Padang (Persero), Quarry Batu Kapur Bukit Karang Putih PT.
Semen Padang, Indarung”.
1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang di atas dapat di identifikasi masalahnya sebagai berikut:
1. Geometri peledakan kurang tepat sehingga fragmentasi yang dihasilkan
tidak sesuai dengan kebutuhan crusher (>60 cm).
4
2. Masih banyak boulder (bongkahan) yang terbentuk dari hasil kegiatan
peledakan.
3. Masih banyak terdapat kekar batuan yang berongga di front II.
4. Perlunya merancangan kembali modifikasi geometri peledakan guna
mengurangi boulders.
1.3 Batasan Masalah
Dalam penelitian ini dibatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Fragmentasi peledakan diameter (2,5 cm-100 cm) dari hasil kegiatan
peledakan di front II pada Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.
2. Geometri peledakan aktual di front II pada Quarry Bukit Karang Putih
PT. Semen Padang.
3. Modifikasi rancangan geometri peledakan yang ideal di front II pada
Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang ada maka masalah tersebut dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Berapa fragmentasi batuan yang dihasilkan pada kegiatan peledakan di
front II pada kegiatan peledakan Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen
Padang?
2. Berapa geometri peledakan aktual di front II pada kegiatan peledakan
Quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang?
3. Bagaimana modifikasi rancangan geometri peledakan yang ideal di front II
Quarry Bukit karang Putih PT. Semen padang?
5
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian analisis fragmentasi hasil
peledakan ini bertujuan untuk:
1. Menganalisa fragmentasi batuan dari hasil kegiatan peledakan di front II
Quarry Bukit karang Putih PT. Semen padang.
2. Menganalisa geometri peledakan aktual di front II Quarry Bukit karang
Putih PT. Semen padang.
3. Mendapatkan modifikasi rancangan geometri peledakan untuk
menghasilkan fragmentasi yang ideal di front II Quarry Bukit karang Putih
PT. Semen padang..
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan
ke dalam bentuk penelitian, meningkatkan kemampuan peneliti dalam
menganalisa dan memecahkan suatu permasalahan, menambah wawasan
dan pengetahuan, merobah pola berfikir dan memperoleh ilmu lapangan
yang tidak peneliti peroleh dari perkuliahan serta penelitian yang
dilakukan ini dapat dijadikan modal berharga bagi peneliti menuju dunia
kerja nantinya agar dapat bersaing dalam memperoleh pekerjaan setelah
selesai dibangku perkuliahan.
6
2. Bagi Institusi STTIND Padang
Penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan wawasan
mahasiswa/mahasiswi yang membacanya, dapat dijadikan sebagai salah
satu masukan untuk pembuatan jurnal sebagai referensi dan pedoman bagi
mahasiswa yang akan melakukan penelitian selanjutnya di bidang yang
sama dengan penelitian yang penulis lakukan.
3. Bagi Perusahaan
Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah memberikan masukan untuk
mendapatkan fragmentasi peledakan yang baik dan rekomendasi tersebut
dapat digunakan untuk kegiatan peledakan kedepannya.
7
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Profil Perusahaan
PT. Semen Padang (Perusahaan) didirikan pada tanggal 18 Maret 1910
dengan nama NV Nederlandsch Indische Portland Cement Maatschapij (NV
NIPCM) yang merupakan pabrik semen pertama di Indonesia. Kemudian pada
tanggal 5 Juli 1958 Perusahaan dinasionalisasi oleh Pemerintah Republik
Indonesia dari pemerintah Belanda. Selama periode ini, Perusahaan mengalami
proses kebangkitan kembali melalui rehabilitasi dan pengembangan kapasitas
pabrik Indarung I menjadi 330,000 ton/tahun. Selanjutnya pabrik melakukan
transformasi pengembangan kapasitas pabrik dari teknologi proses basah menjadi
proses kering dengan dibangunnya pabrik Indarung II, III, dan IV untuk
menambah jumlah produksi, maka PT. Semen Padang membagun unit Indarung
V sehingga kapasitas terpasang sampai saat ini total keseluruhan adalah 5,360,000
ton/tahun dan sekarang PT. Semen Padang sudah membangun Unit Indarung VI,
dengan spesifikasi pabrik adalah sebagai berikut:
1. Pabrik Indarung I (wet procces) menghasilkan 120,000 ton per tahun,
dibangun pada tahun 1910. Pabrik ini distop sejak tahun 1998.
2. Pabrik Indarung II (dry procces) menghasilkan 660,000 ton per tahun,
dibangun pada tahun 1978.
8
3. Pabrik Indarung III (dry procces) menghasilkan 660,000 ton per tahun,
dibangun pada tahun 1985.
4. Pabrik Indarung IV (dry procces) menghasilkan 1,620,000 ton per tahun,
dibangun pada tahun 1987.
5. Pabrik Indarung V (dry procces) menghasilkan 2,300,000 ton per tahun,
dibangun pada tahun 1998.
6. Pabrik Indarung VI (dry procces) menghasilkan 3.000.000 ton per tahun,
dibangun pada tahun 2014.
2.1.2. Lokasi dan Kesampian Daerah
PT. Semen Padang berlokasi di kelurahan Indarung, kecamatan Lubuk
Kilangan, Kota madya Padang, Sumatera Barat. ±15 km di sebelah timur kota
Padang yang terletak pada koordinat 100°28ʹ05ʺ BT–100°28ʹ55ʺ BT dan 00°57ʹ50ʺ
LS–00°58ʹ55ʺLS dengan Ketinggian 225 m dari permukaan laut dengan puncak
tertinggi mencapai 549 m dari permukaan laut. Indarung terletak di kaki
Pegunungan Bukit Barisan, di daerah ini mengalir beberapa sungai antara lain
Sungai Batang Kuranji, Sungai Batang Idas, Sungai Batang Kasumba dan Sungai
Batang Arau. Quarry batugamping (Bukit Karang Putih) terletak di Kelurahan
Batu Gadang, Kecamatan Lubuk Kilangan ±2 Km dari pabrik Semen Padang ke
arah selatan Indarung yang dihubungkan dengan sebuah jalan yang terbuat dari
beton. lokasi penambangan di Quarry Karang Putih ini berbatas dengan beberapa
wilayah diantaranya:
1. Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman.
2. Sebelah timur berbatasan dengan Kotamadya Solok dan Kabupaten Solok.
9
3. Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Pesisir Selatan.
4. Sebelah barat berbatasan dengan Lautan Hindia, Kotamadya Padang
merupakan salah satu Daerah tingkat II di wilayah Propinsi Sumatera
Barat dengan luas 694,96 Km² meliputi wilayah kecamatan dan terdiri
dari 193 wilayah kelurahan.
PT. Semen Padang merupakan BUMN dibawah Dirjen Industri Logam,
Mesin dan Kimia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan. Kegiatan-kegiatan
perusahaan dikendalikan oleh putra-putri Indonesia dengan berbagai latar
belakang pendidikan. Untuk lokasi PT. Semen Padang dapat dilihat pada gambar
2.1.
Sumber Devisi: Google Map
Gambar 2.1 Lokasi PT. Semen Padang
Komplek Perkantoran
10
2.1.3.Keadaan Geologi Regional
Secara regional daerah penelitian terletak pada lereng sebelah barat dari
jalur pegunungan Bukit Barisan. Dari hasil penyelidikan Kastowo dan Gerhard
(1972) diketahui bahwa daerah batuan yang tertua dan tersingkap disekitar
Indarung dan sekitarnya berumur tersierjura, terdiri dari kelompok batuan
metamorf yang umumnya mendasari perbukitan dan pegunungan–pegunungan.
Kelompok batuan ini terdiri dari batuan metamorf, batu lanau yang berasosiasi
dengan filit dan batu lempung tufa yang bersifat marmeran kristalin.
Di atas batuan Pra-Tersier tersebut secara tidak selaras diendapkan
kelompok batuan Vulkanik Tersier Kuarter dan endapan Kuarter ini terdiri dari
aliran–aliran (lahar, konglomerat), persilangan antara andesit dan tufa kristal yang
sangat keras. Untuk endapan kuarter terdiri dari endapan kipas alluvial yang
merupakan hasil rombakan dari endapan gunung api dan sebagian kelompok
batuan paling mudah adalah endapan aluvial, terdiri dari bongkah–bongkah
batuan beku, kerikil, pasir dan lanau yang bersifat lepas. Keadaan geologi daerah
ini merupakan bukit yang sangat terjal dengan sudut lereng alami mencapai lebih
dari 450.
Bukit Karang Putih umumnya ditempati oleh batu gamping atau marmer
dan terobosan–terobosan batuan beku (basalt, andesit dan granitis). Lapisan batu
gamping terletak diatas batu lempung tufaan dengan ketebalan 100–350 m. Di
sebelah selatan lokasi penambangan ditemukan batuan basalt. Hal ini dapat
diperkirakan bahwa di daerah ini terdapat ekstruksi basalt, ekstruksi inilah yang
menyebabkan terjadinya penghabluran batugamping menjadi kalsit dengan kristal
11
yang besar–besar. Batuan tertua yang dijumpai pada Bukit Karang Putih ialah
batuan kerisikan yang sebenarnya terdiri dari lempung tufaan yang berasosiasi
dengan rijang chert. Dinding–dinding bukit batu ini memperlihatkan gejala
pelarutan melalui kekar–kekar yang terlihat dari adanya gua–gua di daerah
tersebut.
2.1.4.Keadaan Morfologi
Bukit Karang Putih yang merupakan lokasi penambangan batugamping
untuk pabrik PT. Semen Padang mempuyai luas kurang dari 1,6 Km2. Morfologi
daerah didominasi oleh perbukitan lereng terjal sekitar 65%-70% dan mempuyai
punggung kearah selatan dengan puncak yang melandai dan bergelombang
umumnya ditempati oleh batugamping atau marmer dan terobosan–terobosan
batuan beku.
Lokasi penambangan yang berada dikelurahan Indarung dan Batu Gadang
yang secara fisiografis termasuk dalam sistem penghubung Bukit Barisan Van
Bemmelen, Lang yang memanjang dari Barat laut ke Tenggara di sepanjang
Pulau Sumatera dan ditempati oleh Pra Tersier sampai Kuarter. Satuan morfologi
yang membentuk daerah penambangan bervariasi dari perbukitan landai
bergelombang sampai terjal.
Pada daerah indarung dan sekitarnya terdiri dari dataran rendah, daerah
perbukitan rendah dan daerah perbukitan tinggi. Dataran rendah keadaan
morfologinya pada umumnya hampir rata dengan variasi sedikit merupakan
perbukitan landai dengan ketinggian antara 130 m–250 m diatas permukaaan laut.
Daerah ini terletak di bagian timur laut Bukit Karang Putih, berbatuan alluvial
12
berupa pasir sungai, lempung agak keras dan lempung dari hasil endapan Sungai
Idas dan Sungai Sako berupa pasir, lanau, kerikil dan bongkahan–bongkahan
batuan vulkanik. Daerah perbukitan tinggi terdiri dari puncak–puncak yang
menonjol berupa karang berwarna putih dengan ketinggian 450 m diatas
permukaan laut, berwarna putih dan batuanya terdiri dari batugamping dan andesit
yang membentuk dinding–dinding terjal dan banyak ditumbuhi pepohonan (pohon
jati, pinus dan lain–lain), disertai kontrol patahan berarah laut–tenggara tampak
cukup jelas.
2.1.5. Keadaan Litologi
Secara umum litologi penyusun satuan batuan ini di dominasi oleh batuan
rijang (Chert), Filit (sekisan), batu sabak dan konglomerat, yang hanya tersingkap
setempat-setempat pada alur sungai batang Idas arah ke hulu. Di lapangan tidak di
jumpai kontak yang jelas di antara litologi di atas. Secara umum hanya di jumpai
perubahan secara berangsur dari Batugamping kristalin menjadi marmer,
sedangkan batugamping hablur di jumpai pada zona sesar atau hancuran.
Batugamping hablur (sugary limestone) berwarna putih keabu-abuan, putih
kecoklatan, dan mengandung mineral kalsit 95% hingga 100%. Stratigrafi daerah
lubuk kilangan dapat dilihat pada gambar 2.2.
Sumber Devisi: PT. Semen Padang
Gambar 2.2 Stratigrafi Daerah Lubuk Kilangan, Bukit Karang Putih
13
2.1.6. Struktur Geologi
Struktur geologi yang ada yaitu, kekar, bidang sesar dan hancuran atau
bereaksiasi. Gejala struktur geologi atau bantuan untuk mengarah ke terjadinya
struktur geologi yang lain adalah kelurusan sungai.
Struktur kekar yang pada umumnya masih terbuka dan pada beberapa
lokasi ada yang terisi oleh mineral kalsit atau mineral ubahan lainnya. Sesar
batang idas, diantara sesar yang ada, sebelah timur bukit batu putih, memiliki
bidang sesar yang arahnya N600E/710, netslip 600, N2080E dan rake 600. Sesar-
sesar yang lain adalah:
1. Sesar ngalau breasiasi berupa bidang sesar.
2. Sesar air luhung.
3. Sesar batu putih.
4. Sesar karang putih.
5. Sesar lubuak paraku.
2.1.7.Cadangan dan Sifat Fisik Gamping di Quarry Karang Putih
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh direktorat geologi tahun 1974,
bahwa cadangan batu gamping yang terdapat di Quarry Karang Putih adalah
sebesar 404,437,044 ton dengan luas daerah lebih kurang 1,65 x 0,6 km, dengan
ketebalan rata–rata 100-250 meter yang terletak diantara batu terkersikan, sebagai
batuan penutupnya adalah batu rijang. Cadangan batugamping ini adalah
cadangan yang terbesar di Indonesia yang mempuyai dua jenis batugamping
yaitu Hard Limstone.
14
Berdasarkan hasil analisis contoh permukaan dan inti bor dilaboratorium,
maka batugamping di daerah tersebut mempuyai sifat fisik, yaitu:
1. Warna : Putih susu / bening , abu–abu, terang, sampai abu gelap
2. Kekerasan : 3–5 Skala Mohs
3. Belahan : Bentuk sempurna
4. Pecahan : Kaca bentuk earthly
5. Sifat dalam : Keras, liat hingga yang brittle
6. Density : 2,5 ton / BCM : 1,6 ton/ LCM
7. Kandungan unsur kimia:
a. CaO : 52 %
b. SiO : 7%
c. FeO : 0,7 %
d. MgO : 0,44 %
e. H2O : 44 %
8. Ketahanan : Keras dan kompak
9. Sisipan: Lempung tufaan berasosiasi dengan rijang, kalsit dan marmer
10. Test Kompresor:
a. Hard Limestone : 570,4 – 810 kg/cm2
b. Test abrasive : 0,084 – 0,115 mm / mnt
c. Gelombang seismik : 2,2–4,7 km/s
d. Tahanan jenis : 480–2000 ohm/m
15
2.1.8.Genesa BatuGamping
Dikenal batugamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut
antara lain Coelenterata, Molusca, Protozoa, Foraminifera. Batugamping Koral
merupakan pertumbuhan/perkembangan koloni Koral. Batugamping klastik,
merupakan hasil rombakan jenis batugamping non klasik melalui proses erosi oleh
air, transportasi, sortasi, sedimentasi. Oleh karenanya selama proses tersebut
terikut jenis mineral lain yang merupakan pengotor dan memberi warna pada
batugamping yang bersangkutan. Dikenal jenis kalsidurit apabila batugamping
tersebut fragmental, kalkarenit apabila batugamping terebut berukuran pasir, dan
kalsilutit apabila batugamping tersebut berukuran lempung. Tingkat pengotoran/
kontaminasi oleh mineral asing berkaitan erat dengan ukuran butirnya. Pada
umumnya jenis batugamping ini di lapangan menunjukkan berlapis. Adanya
perlapisan dan struktur sedimen yang lain serta adanya kontaminasi mineral
tertentu yang akan memberi warna dalam beberapa hal memberikan nilai tambah
setelah batugamping tersebut terkena sentuhan teknologi.
Selain itu mata air mineral dapat pula mengendapkan batugamping yang
disebut sebagai endapan sinter kapur. Batugamping jenis ini terjadi karena proses
kimia di alam, peredaran air panas alam maka melarutlah batugamping di bawah
permukaan yang kemudian diendapkan kembali dipermukaan bumi.
Secara kimia batugamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam
tidak jarang pula dijumpai batugamping magnesium. Kadar magnesium yang
tinggi mengubah batugamping menjadi batugamping dolomitan dengan komposisi
kimia CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini meyebutkan bahwa kadar
burden 5 m dan spasi 5,5 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.12
dibawah ini.
Tabel 4.12 Rancangan Ulang Geometri Peledakan Usulan 3
4.2.3 Fragmentasi Hasil Peledakan
Untuk menghitung fragmentasi batuan hasil peledakan digunakan rumus
dari software Split dekstop 2.0. Dari fragmentasi batuan hasil geometri dan pola
peledakan aktual, dan rancangan ulang yang telah diolah dan di analisis tersebut
diolah dengan rumus Kuz Ram untuk menghitung fragmentasi batuan, Berikut
fragmentasi batuan dari masing-masing rancangan geometri peledakan.
69
1. Fragmentasi dari geometri peledakan aktual
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram,
fragmentasi batuan hasil peledakan aktual, maka didapat rata –rata
fragmentasi batuan 65,825 cm dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar
45.86 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar 54.14 % dengan powder factor
0,43 kg/m3. Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat dilihat pada
lampiran.
Tabel 4.13
Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Aktual
Sumber Devisi: Software Kuz Ram
Gambar 4.10 Distribusi Fragmentasi dari Geometri Aktual
70
2. Fragmentasi dari geometri peledakan C,J Konya
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram,
fragmentasi hasil peledakan C,J Konya, maka didapat rata-rata fragmentasi
batuan 36,520 cm dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar 84.59 %, dan
berdiameter ≥60 cm sebesar 15,41 % dengan powder factor 0,48 kg/m3.
Data hasil fragmentasi hasil peledakan dapat dilihat pada lampiran.
Tabel 4.14
Persentase (%) Fragmentasi Peledakan C,J Konya
Sumber Devisi: Software Kuz Ram
Gambar 4.11 Distribusi Fragmentasi dari Geometri C,J Konya.
71
3. Fragmentasi dari geometri peledakan usulan
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram,
fragmentasi hasil peledakan usulan 1, maka didapat rata-rata fragmentasi
batuan 49,710 cm dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar 60,94 %, dan
berdiameter ≥60 cm sebesar 39,06 % dengan powder factor 0,32 kg/m3.
Tabel 4.15
Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Usulan 1
Sumber Devisi: Software Kuz Ram
Gambar 4.12 Distribusi Fragmentasi dari Geometri Usulan 1
72
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram,
fragmentasi hasil peledakan usulan 2, maka didapat rata-rata
fragmentasi batuan 41,986 cm dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar
78,28 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar 21,72 % dengan powder factor
0,40 kg/m3.
Tabel 4.16
Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Usulan 2
Sumber Devisi: Software Kuz Ram.
Gambar 4.12 Distribusi Fragmentasi dari Geometri Usulan 2
73
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan software Kus Ram,
fragmentasi hasil peledakan usulan 3, maka didapat rata-rata
fragmentasi batuan 46,328 cm dimana yang berdiameter ≤60 cm sebesar
62,64 %, dan berdiameter ≥60 cm sebesar 37,36 % dengan powder factor
0,39 kg/m3.
Tabel 4.17
Persentase (%) Fragmentasi Peledakan Usulan 3
Sumber Devisi: Software Kuz Ram
Gambar 4.14 Distribusi Fragmentasi dari Geometri Usulan 3.
74
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Analisis Hasil Geometri Peledakan
Salah satu yang menentukan untuk melakukan desain waktu delay pada
proses peledakan adalah geometri peledakan. Dalam geometri peledakan yang
paling berpengaruh adalah spacing, burden, stemming dan subdrilling pada daerah
penelitian di front II di quarry Bukit Karang Putih PT. Semen Padang.
Spacing merupakan jarak antar lubang dalam satu baris. Dalam proses
desain waktu delay salah satu yang perlu diperhatikan adalah jarak spacing.
Dimana bila spacing lebih kecil maka dibutuhkan waktu tunda yang lebih kecil,
dan begitu juga sebaliknya, bila terdapat spacing yang besar maka waktu delay
dibuat sedikit lebih besar. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan waktu yang
diperlukan gelombang untuk merambat karena adanya perbedaan jarak antar
lubang.
Burden adalah dimensi yang terpenting dalam menentukan keberhasilan
suatu pekerjaan peledakan karena merupakan variabel yang utama dan kritis
dalam proses desain peledakan. Bila jarak burden semakin besar, gelombang
regangan tekan akan menempuh jarak yang lebih jauh terhadap bidang bebas. Bila
mencapai bidang bebas gelombang tersebut akan dipantulkan sebagai gelombang
tarik dan gelombang tersebut akan berasosiasi dengan gelombang berikutnya,
sehingga terlalu kecil untuk menimbulkan rekahan radial.
75
Berdasarkan dari hasil perhitungan pada geometri peledakan aktual beserta
rumus-rumus dan geometri usulan atau rancangan ulang geometri peledakan
untuk lebih terperincinya dapat dilihat pada tabel 5.1.
Tabel 5.1 Analisis Geometri Peledakan
Dari tabel 5.1 dapat dilihat geometri peledakan aktual dengan powder
factor 0,43 kg/m3 menghasilkan tonase peledakan sebesar 30,381 ton/hari
menghabiskan bahan peledak sebesar 3,390 kg, dari rumus-rumus yang diterapkan
dari nilai rancangan ulang geometri peledakan usulan III yang bisa
mengoptimumkan distribusi fragmentasi hasil peledakan dengan powder factor
0,39 kg/m3 menghasilkan tonase peledakan sebesar 33,921 ton/hari.
Sedangkan rumus C,J. Konya dengan powder factor sebesar 0,48 kg/ton
menghasilkan tonase peledakan sebesar 16,865 ton/hari menghabiskan bahan
76
peledak sebesar 4,216 kg. Peneliti merancang geometri ini untuk tujuan
mengoptimumkan hasil peledakan dengan memperhatikan diameter dan distribusi
fragmentasi hasil peledakan. Namun analisis geometri peledakan jika di lihat dari
bahan peledak yang digunakan yang optimum adalah rumus geometri peledakan
Rancangan III dengan powder factor sebesar 0,39 km/m3 menghasilkan 33,921
ton/hari dengan bahan peledak sebesar 3.370 kg.
5.2 Analisis Hasil Fragmentasi Batuan Peledakan
Kepentingan dari fragmentasi tidak bisa diremehkan karena pada tingkat
yang luas fragmentasi merupakan suatu ukuran dari suksesnya kegiatan peledakan.
Fragmentasi yang buruk menghasilkan oversize atau bongkahan besar (boulder)
hal ini mempengaruhi semua bidang operasi sebuah tambang terutama crusher.
Oleh karena itu geometri peledakan sangat diperhatikan.
Maka dipilih fragmentasi batuan dari hasil geometri peledakan rancangan
ulang geometri peledakan. Kemudian dilakukan perhitung persentase besar
ukuran fragmentasi batuan dengan menggunakan rumus kuz Ram untuk
memenuhi kebutuhan crusher. Untuk lebih jelas tentang persentase (%) ukuran
fragmentasi batuan geometri peledakan dapat dilihat pada tabel 5.2 dibawah.
77
Tabel 5.2 Persentase Ukuran Fragmentasi
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat fragmentasi yang lebih baik dari
fragmentasi geometri peledakan aktual yaitu fragmentasi batuan hasil geometri
peledakan rancangan usulan III dengan rata-rata persentase fragmentasi yang
tertahan lebih kecil dari persentase fragmentasi aktual dan disamping itu dari hasil
pemakaian bahan peledakpun lebih kecil dibandingkan dengan geometri
peledakan aktual, sedangkan pada metode C,J. Konya tertahan lebih kecil hasil
persentasenya namun sangat lebih besar dalam pemakaian bahan peledak.
Perbedaan distribusi fragmentasi dari ke tiga geometri ini tidak terlalu jauh,
namun perbedaan atau selisih ketiganya sangat mempengaruhi produktifitas
crusher, dan dari distribusi fragmentasi ini dapat dilihat keberhasilan kegiatan
peledakan.
78
5.3 Analisis Uji Validasi Data
Berdasarkan hasil pengolahan data geometri peledakan aktual di lapangan
didapatkan nilai burden 5 m, nilai burden dari C,J. Konya 3,3 m dan nilai burden
pada geometri usulan 1 dengan nilai 4,15 m, geometri usulan 2 dengan nilai 3,3 m,
geometri usulan 3 dengan nilai 4,5 m dimana spasi dari masing-masing komponen
berbeda dengan spasi aktual 5 m, C,J. Konya 4,2 m dan nilai spasi dari geometri
usulan 1 dengan nilai 4,6 m, geometri usulan 2 dengan nilai 5 m , dan geometri
usulan 3 dengan nilai 5 m. Dilihat dari total bahan peledak dan total tonase hasil
peledakan nilai yang minimum terdapat pada geometri aktual, sedangkan dari
hasil fragmentasi nilai yang ideal didapat pada rancangan geometri usulan 3 yaitu
46,3284 cm .
Maka dari hasil perbandingan analisis data geometri rancangan usulan III
lebih ideal dari hasil presentase geometri yang lainnya, karena di lokasi Front II
tersebut didapatkan batuan yang berongga (kekar batuan) yang mengakibatkan
pemborosan pada pengisian bahan peledak.
79
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan analisa pengolahan data dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Fragmentasi batuan hasil geometri peledakan rumusan C,J. Konya dengan
rata-rata 36,520 cm dengan kriteria tertahan sebesar 15,41%, sedangkan
yang lolos ayakan sebesar 84,59 % menghabiskan bahan peledak 4.216 kg.
Disamping itu fragmentasi yang dihasilkan geometri usulan III atau
rancangan ulang yang ideal dengan rata-rata 46,328 cm dimana yang
tertahan sebesar 37,36%, sedangkan yang lolos ayakan sebesar 62,64%
menghabiskan bahan peledak 3.370 kg.
2. Berdasarkan geometri peledakan aktual front II quarry Bukit Karang Putih
PT. Semen Padang belum optimal dikarenakan masih banyak batuan yang
berongga yang akan menghasilkan banyak bongkahan (boulders)
disamping itu cukup banyak menghabiskan bahan peledak sebesar 3,390
kg dengan powder factor 0,43 kg/m3 menghasilkan tonase peledakan
sebesar 30,381 ton/hari.
3. Desain modifikasi rancangan geometri peledakan yang ideal ialah
rancangan geometri peledakan usulan III yang menghasilkan 33,921
ton/hari dengan menghabiskan bahan peledak sebesar 3.370 kg dan
powder factor 0,39 kg/m3.
80
6.2 Saran
Dari kesimpulan di atas maka disarankan:
1. Saat inisiasi peledakan mohon sangat diperhatikan pengisian stemming,
karena stemming sangat mempengaruhi fragmentasi.
2. Sebaiknya PT Semen Padang menghimpun data rancangan geometri
peledakan setiap kali peledakan sebagai arsip dan sebagai dasar perbaikan
rancangan peledakan berikutnya.
3. Sebaiknya setiap fragmentasi batuan dari kegiatan peledakan langsung
dimuat, agar dapat memudah kan pekerjaan marking atau penentuan titik
bor sehingga geometri peledakan sesuai dengan geometri yang telah
direncanakan.
81
DAFTAR PUSTAKA
Alek Al Hadi, Redesign Geometri Peledakan Untuk Mendapatkan FragmentasiBatuan Yang Optimal Di Prebench PT Bukit Asam (Persero) TBK,Universitas Sriwijaya, Palembang,https://www.alekalhadi46/jurnal/filesrible/douwload/8730+itle. Diakses17Desember 2019.
Anonim, Reaksi bahan peledak memeberikan hasil yang berdebada dari yangdiharapkan karna tergantung pada kondisi eksternal. Diakses (1977)
_______, Analisa fotografi menggunakan program Split Dekstop 2.0. Diakses(1977)
Ansorpoun, Evaluasi Geometri Peledakan Batugamping Untuk MendapatkanFragmentasi Yang Optimum Pada Quarry Bukit Karang Putih PTSemen Padang Sumatera Barat, Universitas Sriwijaya, Palembang,https://www.alekalhadi46/jurnal/filepadang/semenpadang/douwload/3568+oubd. Diakses 17 Desember 2019.
Awang Suwandhi, Mengenal Tentang Pemberaian Batuan, Pusdiklat TeknologiMineral dan Batubara Bandung, Bandung. 2012.
______________, Powder factor didefinisiksan perbandingan jumlah bahanpeledakn yang dipakai dengan volume peledakan (Bandung. 2012)
Berthelot, Ledakan ekspansi seketika yang cepat dari gas menjadi volumeyang lebih besar dari sebelumnya.
C,J Konya 1972, RL Ash (1963) dan Langefors (1978) Rumus Mencari besarangeometri peledakan.
Desrizal, Optimasi Waktu Delay dengan I-KonTm Digital Energy Control SystemUntuk Mendapatkan Hasil Fragmentasi yang optimum Pada TambangGrasberg PT Freeport Indonesia, Trisakti, Jakarta. 2005.
Eduardo Marquina, Split Dekstop Engineering Tutorial,https://Engineering/LLC/vitacura/splitteng/206466/Arizona/78876/file/douwload/09875/vulcanionm. Diakses 19 Agustus 2011.
Effendi kadir, Modul Simulasi Teknik Peledakan, Teknik Pertambangan UniversitasSriwijaya, Palembang. 2013.
Hangan, Pola pemboran untuk menempatkan titik pemboran. Diakses (1983)
Jefri Hansen, Mekanisme Peledakan pada Batuan, Makasar. 2013.
Jimeno, et, Al, Kekerasan batuan dalam menyiapkan lubang peledakan. Diakses(1977)
Kastowo dan Gerhard, Keadaan Geologi Regional. Diakses (1972)
Langerfors dan kihlstrom, Panas dari gas yang dihasilkan reaksi peledakan. Diakses(1978)
Manual Book Kuz Ram, Blast tech Pusdiklat Teknologi Mineral dan Batubara Bandung,Bandung. 2013.
Riko Ervil, dkk, Penulisan Dan Ujian Skripsi, Sekolah Tinggi Teknologi IndustriPadang. 2019.
Tom Morris, Kajian Teknis Dan Ekonomis pemboran-peledakan untukmendapatkan fragmentasi yang diinginkan guna meningkatkanproduktifitas di lokasi pre-bench tambang PT Pama Persadanusantara job site tanjung enim sumatera barat, UniversitasSriwijaya, Palembang,http:/www./himatelunsri08/skrioup/dtcwe/douwload. Diakses 09September 2016.
Waluyo, Taufik Toha, Endang Wiwik. JP. PT Semen Padang tbk hard limestone pdaQuarry batu bukit karang putih menerapkan non electric blasting (4Agustus 2017).