12 BAB 2 LANDASAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut UU No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah merupakan Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas Desentralisasi. 2.2 Pajak 2. 2. 1 Pengertian Pajak Menurut Rochmat Soemitro (Zuraida dan Advianto, 2011 : 1) dalam bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksa) dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dapat dipaksakan artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan; walaupun atas pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu.
33
Embed
BAB2 LANDASANPUSTAKA MenurutUUNo ...eprints.mercubuana-yogya.ac.id/1784/3/BAB 2.pdf16 Pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan uang sebanyak-banyaknyakedalamkasnegarayangpadawaktunyaakandigunakan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
12
BAB 2
LANDASAN PUSTAKA
2.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Menurut UU No. 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan Asli Daerah merupakan
Pendapatan Daerah yang bersumber dari hasil Pajak Daerah, hasil Retribusi
Daerah, hasil pengelolaan kekayaan Daerah yang dipisahkan, dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan
kepada Daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah
sebagai perwujudan asas Desentralisasi.
2.2 Pajak
2. 2. 1 Pengertian Pajak
Menurut Rochmat Soemitro (Zuraida dan Advianto, 2011 : 1) dalam
bukunya Dasar-Dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan, pajak adalah iuran
rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksa)
dengan tidak mendapat jasa imbal (kontraprestasi), yang langsung dapat
ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Dapat
dipaksakan artinya bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan
menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan;
walaupun atas pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukan jasa timbal balik tertentu.
13
Hal ini berbeda dengan retribusi, dimana jasa timbal balik dapat langsung dapat
langsung dirasakan atau dapat ditunjuk oleh pembayar retribusi.
Menurut Dr. Soeparman Soemahamidjaja (Ilyas, 2010 : 6), pajak adalah
iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan
snorma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa
kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.
Menurut Undang-Undang pasal 1 angka 1 Undang-Undang nomor 6 tahun
1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah
diubah beberapa kali dengan Undang-Undang nomor 16 tahun 2009, pajak adalah
kontribusi wajib pajak kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung.
Dari pengertian pajak diatas, dapat disimpulkan bahwa ada 5(lima) unsur
yang melekat dalam pengertian pajak yaitu (Ilyas, 2010 : 7) :
1. Pembayaran pajak harus berdasarkan Undang-Undang
2. Sifatnya dapat dipaksakan
3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh
pembayar pajak
4. Pemungut pajak dilakukan oleh negara, baik oleh pemerintah pusat maupun
daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta)
14
5. Pajak digunakan untuk membiayai berbagai pengeluaran pemerintah (rutin dan
pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.
2.2.2 Pembagian Pajak
Pembagian jenis pajak dikelompokan menjadi 3(tiga) yaitu menurut
golongan, menurut sifat, dan menurut lembaga pemungut (Mardiasmo, 2009 : 5)
1. Menurut Golongan
Menurut golongan pajak dibagi menjadi 2(dua) kelompok, yaitu pajak langsung
dan pajak tidak langsung.
a. Pajak langsung yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak
dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan
atau dilimpahkan kepada orang lain.
2. Menurut Sifat
Menurut sifatnya pajak dikelompokan menjadi pajak subjektif dan pajak objektif.
a. Pajak subjektif yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
b. Pajak objektif yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa
memperhatikan keadaan diri wajib pajak.
3. Menurut Lembaga Pemungut
Menurut lembaga pemungutnya pajak dikelompokan menjadi pajak pusat dan
pajak
15
a. Pajak pusat yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak daerah yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Pajak daerah terbagi
lagi menjadi 2(dua) yaitu pajak propinsi dan pajak kabupaten.
2.2.3 Tujuan dan Fungsi Pajak
Secara umum tujuan diberlakukannya pajak adalah untuk mencapai
kondisi meningkatnya ekonomi suatu Negara (1) untuk membatasi konsumsi dan
dengan demikian mentransfer sumber dari konsumsi (2) untuk mendorong
tabungan dan menanam modal (3) untuk mentransfer sumber dari tangan
masyarakat ketangan pemerintah sehingga memungkinkan adanya investasi
pemerintah (4) untuk memodifikasi pola investasi (5) untuk mengurangi
ketimpangan ekonomi (6) untuk memobilisasi surplus ekonomi (Muklis, 2010).
Peraturan pajak dibuat dengan didasarkan pada tujuan meningkatkan
kesejahteraan umum. Untuk meningkatkan kesejahteraan umum aturan pajak
tidak semata-mata dibuat untuk memasok uang sebanyak-banyaknya ke dalam kas
negara, akan tetapi harus memiliki sifat yang mengatur guna meningkatkan taraf
kehidupan masyarakat. Penerimaan atas uang untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat harus ditingkatkan lagi serta pemungutannya harus berdasarkan
aturan-aturan yang berlaku. Fungsi pajak menurut Mardiasmo (2009) dalam
bukunya yang berjudul “Perpajakan” adalah sebagai berikut :
(a) Fungsi Budgetair
16
Pemungutan pajak bertujuan untuk memasukkan uang
sebanyak-banyaknya ke dalam kas negara yang pada waktunya akan digunakan
oleh pemerintah untuk membiayai pengeluaran negara baik untuk pengeluaran
rutin dalam melaksanakan mekanisme pemerintahan maupun pengeluaran untuk
membiayai pembangunan.
(b) Fungsi Mengatur
Pada lapangan perekonomian, pengaturan pajak memberikan dorongan
kepada pengusaha untuk memperbesar produksinya, dapat juga memberikan
keringanan atau pembesaran pajak pada para penabung dengan maksud menarik
uang dari masyarakat dan menyalurkannya antara lain ke sektor produktif. Adanya
industri baru maka dapat menampung tenaga kerja yang lebih banyak, sehingga
pengangguran berkurang dan pemerataan pendapatan akan dapat terlaksana untuk
mencapai keadilan sosial ekonomi dalam masyarakat.
2.2.4 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi sebagai berikut,
(Mardiasmo, 2009 : 7) :
1. Official Assessment System
Merupakan suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada
pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib
pajak. Adapun ciri-cirinya adalah :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus , b.
Wajib pajak bersifat pasif, c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat
ketetapan pajak oleh fiskus
17
2. Self Assessment System
Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Adapun
ciri-cirinya adalah :
a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri
b. Wajib pajak aktif, mulai dari menghitung, menyetor, dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang
c. Fiskus tidak ikut campur dan hanya mengawasi
3. With Holding System
Merupakan suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang
kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan)
untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Adapun
ciri-cirinya adalah :
a. Wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak
ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak.
2.2.5 Asas pemungutan Pajak
Pemungutan pajak baik dikelola oleh pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak (Mardiasmo,2003)
yaitu :
a. Asas kebangsaan
18
Bahwa pajak pendapatan dipungut terhadap orang-orang bertempat tinggal di
Indonesia.
b. Asas tempat tinggal
Pajak pendapatan dipungut bagi orang-orang yang bertempat tinggal di
Indonesia di tentukan menurut keadaan.
c. Asas sumber penghasilan
Jika sumber penghasilan berada di Indonesia dengan tidak memperhatikan
subjek tempat tinggal. Selain asas-asas berpedoman kepada hal tersebut di atas,
ada asas-asas pemungutan pajak yang dilandasi oleh falsafah hukum. Ada
beberapa teori pajak yang dilancarkan dari jaman ke jaman yaitu :
1. Asas sumber penghasilan
Negara mempunyai fungsi melindungi rakyat dengan segala kepentingannya
seperti keselamatan jiwa dan harta. Untuk kepentingan tugas-tugas negara itu
seperti halnya dengan perusahaan asuransi, maka rakyat harus membayar
premi yang berupa pajak.
2. Teori kepentingan
Teori ini memperhatikan memungut pembagian beban penduduk seluruhnya
supaya adil. Akan tetapi karena teori ini membenarkan adanya hak
pemerintah untuk memungut pajak dari rakyat dapat pula digolongkan dalam
teori yang memperkuat beban pajak didasarkan atas kepentingan
masing-masing orang dalam tugas pemerintah termasuk dalam perlindungan
jiwa orang-orang berserta harta bendanya.
3. Teori bukti
19
Menurut teori ini seseorang tidak dapat berdiri artinya tanpa adanya
persekutuan dimana persekutuan ini menjelma menjadi negara. Bahkan
tiap-tiap individu menyadari tugas sosial sebagai tanda bukti kebaktian
kepada negara dalam bentuk iuran atau pajak. Teori gaya pikul pemungutan
pajak didasarkan pada gaya pikul individu dalam masyarakat yaitu dalam
tekanan pajak tidak harus sama besarnya untuk tiap orang, jadi beban pajak
harus sesuai pemikul beban. Ukuran kemampuan pikul antara lain
penghasilan, kekayaan, dan pengeluaran belanja seseorang.
Ada pula asas pemungutan pajak yang dikemukakan Adam Smith (dalam
Waluyo,2005) didasarkan pada asas berikut :
(a) Equality
Pemungutan pajak harus bersifat adil dan merata, yaitu pajak dikenakan
kepada orang atau pribadi yang harus sebanding dengan kemampuan
membayar pajak atau ability to pay dan sesuai dengan manfaat yang diterima.
(b) Certainty
Penetapan pajak itu tidak ditentukan sewenang-wenang. Oleh karena itu,
wajib pajak harus mengetahui secara jelas dan pasti besarnya pajak terutang,
kapan harus dibayar, serta batas waktu pembayaran.
(c) Convenience
Kapan wajib pajak itu harus membayar wajib pajak sebaiknya sesuai
dengan saat-saat yang tidak menyulitkan wajib pajak.
(d) Economy
20
Secara ekonomi bahwa biaya pemungutan dan biaya pemenuhan
kewajiban pajak bagi wajib pajak diharapkan seminimum mungkin, demikian
pula beban yang dipikul wajib pajak.
2.2.6 Syarat Pemungutan Pajak
Dalam pembayaran pajak agar tidak menimbulkan hambatan atau
perlawanan maka harus memenuhi beberapa syarat (Tarmudji.2001:12), yaitu :
a. Pemungutan pajak harus adil (syarat keadilan).
b. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang- undang (syarat yuridis).
c. Tidak menganggu perekonomian (syarat ekonomis).
d. Pemungutan pajak harus efisien (syarat finansial).
e. Sistem pemungutan pajak harus sederhana.
Disamping itu ada beberapa teori yang mendukung hak negara untuk
memungut pajak dari rakyatnya, sehingga secara teoritis pemungutan pajak yang
dilakukan negara itu dapat dibenarkan baik dipandang dari sisi yuridis maupun
sisi ilmiah (Prakoso, Kesit Bambang.2005:5).
a. Teori Asuransi
Pajak diasumsikan sebagai premi asuransi yang harus dibayar oleh
masyarakat (tertanggung) kepada negara (penanggung). Kelemahan teori
ini, jika rakyat mengalami kerugian seharusnya ada penggantian dari
negara kenyataannya tidak ada. Selain itu, besarnya pajak yang dibayar
dan jasa yang diberikan tidak ada hubungan langsung.
b. Teori kepentingan
21
Pajak dibebankan atas dasar kepentingan (manfaat) bagi masing-masing
orang. Teori ini dikenal sebagai Benefit Approach Theory.
c. Teori daya pikul
Kesamaan beban pajak untuk setiap orang sesuai daya pikul
masing-masing orang. Ukuran daya pikul ini dapat berupa penghasilan dan
kekayaan atau pengeluaran seseorang. Teori ini dikenal sebagai Ability to
Pay Approach Theory.
d. Teori Bakti
Pajak (kewajiban asli) merupakan bukti tanda bakti sesesorang kepada
negaranya.
d. Teori Asas Daya Beli
2.3 Pajak Daerah
2.3.1 Pengertian Pajak Daerah
Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 2000 dengan perubahan terakhir yaitu Undang-Undang
Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,yang mana
merupakan sumber pendapatan daerah yang digunakan untuk membiayai
pelaksanaan pemerintahan daerah. Peraturan daerah ini merupakan peraturan
perundang-undangan yang dibentuk oleh DPRD provinsi dan/atau daerah
kabupaten/kota dengan persetujuan bersama Kepala Daerah.
Pajak daerah yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib
kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
22
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun tujuan dari Undang-Undang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
adalah (Suandy, 2011 : 22) :
1. Menyederhanakan berbagai pungutan daerah dalam rangka mengurangi
ekonomi biaya tinggi.
2. Menyederhanakan sistem dan administrasi perpajakan dan retribusi daerah
untuk memperkuat fondasi penerimaan daerah khususnya Dati II, dengan
mengefektifkan jenis pajak dan retribusi tertentu yang potensial.
Pajak daerah dibagi menjadi 2 bagian, yaitu:
1. Pajak propinsi, terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan kendaraan di atas air.
b. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor.
d.Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan air
permukaan.
2. Pajak kabupaten/kota terdiri dari:
a. Pajak Hotel
b. Pajak Restoran
c. Pajak Hiburan
d. Pajak Reklame
e. Pajak Penerangan Jalan
23
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C
g. Pajak Parkir
h. Pajak lain-lain
2.3.2 Cara Perhitungan Pajak Daerah
Pajak daerah dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x Tarif Pajak Daerah
2.3.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah dan Tata Cara Pemungutan
Pajak Daerah
Sistem pemungutan Pajak Daerah dapat dibagi menjadi 2(dua) yaitu sistem
official assessment dan sistem self assessment (Suandy, 2011 : 231).
1. Sistem Official Assessment
Pemungutan Pajak Daerah berdasarkan penetapan Kepala Daerah dengan
menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang
dipersamakan. Setelah wajib pajak menerima SKPD atau dokumen yang
dipersamakan lalu melakukan pembayaran dengan menggunakan Surat Setoran
Pajak Daerah (SSPD) pada kantor pos atau bank. Jika wajib pajak tidak
membayar atau kurang bayar maka wajib pajak akan ditagih menggunakan Surat
Tagihan Pajak Daerah (STPD).
2. Sistem Self Assessment
Pada sistem self assessment ini wajib pajak menghitung, membayar dan
melaporkan sendiri Pajak Daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan oleh
wajib pajak adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD). SPTPD
merupakan formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan
24
melaporkan pajak yang terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang bayar atau
salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih menggunakan
STPD.
2.3.4 Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada
walikota atau pejabat yang sudah ditunjuk atas kelebihan pembayaran pajak.
Walikota atau Pejabat yang ditunjuk dalam jangka waktu paling lama 12 (dua
belas) bulan, sejak diterimanya permohonan pengembalian kelebihan pembayaran
harus meberikan keputusan. Apabila melewati jangka waktu yang diberikan maka
Pejabat yang ditunjuk tidak memberikan suatu keputusan, permohonan
pengembalian pembayaran pajak diangap dikabulkan dan SKPDLB harus
diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan.
Pengembalian kelebihan pembayaran pajak dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) bulan sejak diterbitkannya SKPDLB. Jika pengembalian
kelebihan pembayaran pajak dilakukan setelah lewat 2 (dua) bulan, Walikota atau
Pejabat yang ditunjuk memberikan imbalan bunga sebesar 2 & (dua persen)
sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan pembayaran pajak. Tata cara
pengembalian kelebihan pembayaran pajak diatur dengan Peraturan Walikota.
2.3.5 Kadaluarsa Penagihan
Hak untuk melakukan penagihan pajak menjadi kadaluwarsa setelah waktu
5 (lima) tahun terhitung sejak saat terutangnya pajak, kecuali apabila wajib pajak
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan daerah. Kadaluwarsa penagihan
pajak tertangguh apabila :
25
a. Diterbitkan Surat Teguran dan/atau Surat Paksa
b. Ada pengakuan utang pajak dawi wajib pajak, baik langsung maupun tidak
langsung
Piutang pajak yang tidak mungkin lagi ditagih karena hak untuk melakukan
penagihan sudah kadaluwarsa dapat dihapuskan dan akan ditetapkan oleh
Walikota.
2.3.6 Pembukuan dan Pemeriksaan
Wajib Pajak yang melakukan usaha dengan omzet paling sedikit
Rp.300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) per tahun wajib menyelenggarakan
pembukuan atau pencatatan. Kriteria Wajib Pajak dan penentuan besaran omzet
serta tata cara pembukuan atau pencatatan diatur dengan Peraturan Walikota.
Walikota atau Pejabat yang ditunjuk berwenang melakukan pemeriksaan
untuk menguji kebenaran dan kepatuhan kewajiban perpajakan daerah dalam