Top Banner
Bab VI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH 6.1 Latar Belakang Masalah Pada saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung siswa seringkali mengalami kesulitan dalam menerapkan ketrampilan yang mereka dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari, hal ini dikarenakan ketrampilan yang diberikan dalam pembelajaran lebih banyak diterima dalam konteks sekolah daripada konteks kehidupan nyata. (Nur dan Wikandari,1998:39). Sementara itu Semiawan dalam Wulandari (2002:1) menyatakan pendapatnya, meskipun para siswa mendapatkan nilai-nilai yang tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap ke dalam situasi lain. Para siswa memang memiliki sejumlah pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu tidak bermakna dalam kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan. Salah satu faktor penyebab yang mempengaruhi hal tersebut adalah berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan sekolah masih berjalan konvensional dan banyak di dominasi guru. Guru cenderung memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep, prinsip dan aturan-aturan terkesan saling terisolasi dan kurang bermakna. Banyak pihak merasa tidak puas lagi dengan model pembelajaran konvensional. (Sinaga, 1999:1).
39

BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Jun 25, 2018

Download

Documents

NguyễnKhánh
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Bab VI PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH

6.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat kegiatan pembelajaran matematika berlangsung siswa

seringkali mengalami kesulitan dalam menerapkan ketrampilan yang mereka

dapatkan di sekolah ke dalam kehidupan nyata sehari-hari, hal ini dikarenakan

ketrampilan yang diberikan dalam pembelajaran lebih banyak diterima dalam

konteks sekolah daripada konteks kehidupan nyata. (Nur dan

Wikandari,1998:39). Sementara itu Semiawan dalam Wulandari (2002:1)

menyatakan pendapatnya, meskipun para siswa mendapatkan nilai-nilai yang

tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka tampak kurang mampu

menerapkan perolehannya, baik berupa pengetahuan, ketrampilan, maupun

sikap ke dalam situasi lain. Para siswa memang memiliki sejumlah

pengetahuan, namun banyak pengetahuan itu tidak bermakna dalam

kehidupan sehari-hari dan cepat terlupakan.

Salah satu faktor penyebab yang mempengaruhi hal tersebut adalah

berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan sekolah masih

berjalan konvensional dan banyak di dominasi guru. Guru cenderung

memindahkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa sehingga konsep,

prinsip dan aturan-aturan terkesan saling terisolasi dan kurang bermakna.

Banyak pihak merasa tidak puas lagi dengan model pembelajaran

konvensional. (Sinaga, 1999:1).

Untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran matematika, guru

dituntut mencari dan menemukan suatu cara yang dapat menumbuhkan

ketrampilan-ketrampilan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya guru diharapkan dapat mengembangkan suatu model

pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuam mengembangkan,

Page 2: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

menemukan, menyelidiki dan mengungkapkan ide siswa sendiri.(Abbas,

2000:3). Dengan kata lain seorang guru diharapkan mampu meningkatkan

kemampuan berpikir dan memecahkan masalah

siswa dalam matematika.

Leitze dan Mau dalam Abbas (2000:4) mengatakan : guru dapat

menggunakan kegiatan pemecahan masalah untuk beberapa tujuan, seperti

meningkatkan ketrampilan berpikir kritis, ketrampilan mengorganisasikan

data, ketrampilan berkomunikasi dan pengambil keputusan yang tepat, dan

membuat hubungan antar topik pada matematika. Jadi tugas guru tidak hanya

menuangkan informasi kepada siswa, tetapi mengusahakan agar konsep-

konsep penting tertanam kuat dalam benak siswa. Belajar yang hanya

menuangkan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa tanpa memaknai

perolehan informasi itu tidak bermakna bagi siswa sehingga perlu alternatif

lain pembelajaran. Salah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah

( Problem-Based Instruction ).

Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang

sangat efektif untuk mengajarkan proses-proses berpikir tingkat tinggi,

membantu siswa memproses pengetahuan yang telah dimiliki dan membantu

siswa membangun sendiri pengetahuan tentang dunia sosial dan fisik di

sekelilingnya. (Kardi dan Nur, 1999:16). Ibrahim dan Nur (2000:7) mengatakan

pembelajaran berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa

mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan ketrampilan

intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka

dalam pengalaman nyata dan menjadi pebelajar yang mandiri.

Resnick dalam Ibrahim dan Nur (2000:11), mengemukakan bahwa

bentuk pembelajaran berdasarkan masalah penting untuk menjembatani dua

kesenjangan antara pembelajaran sekolah formal dan aktivitas mental yang

61

Page 3: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

lebih praktis dijumpai di luar sekolah. Pembelajaran berdasarkan masalah

sesuai dengan aktivitas mental di luar sekolah, seperti mendorong kerjasama

dalam menyelesaikan tugas, mendorong pengamatan dan dialog, melibatkan

siswa dalam penyelidikan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sinaga (1999:133) pada siswa

kelas I SMUN 3 Ambon didapatkan bahwa siswa yang diajar dengan model

pembelajaran berdasarkan masalah secara signifikan memperoleh hasil yang

lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional

dan pembelajaran berdasarkan masalah efektif dalam mengajarkan bahan

kajian Fungsi Kuadrat. Wulandari (2002:36) yang melakukan penelitian pada

siswa kelas I SLTP Raden Rahmat Surabaya menemukan bahwa hasil belajar

siswa yang diajar dengan model pembelajaran berdasarkan masalah lebih baik

dari hasil belajar yang diajar dengan model pembelajaran konvensional. Dan

dapat dikatakan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah positif dari segi

aktivitas guru dan siswa, kemampuan mengelola pembelajaran, dan respon

siswa terhadap pembelajaran pada bahan kajian ukuran pemusatan.

Berdasarkan latar belakang dan hasil penelitian yang dikemukakan di

atas, maka dapat dikatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga penulis tertarik untuk

melakukan penelitian pada materi yang berbeda, guna mengetahui apakah

model pembelajaran berdasarkan masalah efektif diterapkan untuk

mengajarkan subpokok bahasan jajargenjang dan belahketupat.

Sub pokok bahasan jajargenjang dan belahketupat merupakan pokok

bahasan yang diajarkan pada siswa kelas II SLTP semester 3. Dalam kehidupan

sehari-hari sering dijumpai bentuk-bentuk segiempat, misalnya jendela,

layang-layang, papan rambu lalu lintas, kaca dan sebagainya, sehingga

diharapkan siswa mampu untuk membedakan dan menentukan luas dari

62

Page 4: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

masing-masing bentuk bangun tersebut dari masalah-masalah dalam

matematika itu sendiri maupun masalah-masalah yang ditemuinya dalam

kehidupan sehari-hari.

6.2 Hakikat Belajar Matematika

Matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur dan hubungan-

hubungannya yang diatur menurut aturan yang logis, sehingga matematika

berkenaan dengan konsep-konsep yang abstrak. Suatu kebenaran matematika

dikembangkan berdasarkan alasan logis dengan menggunakan pembuktian

deduktif. Hudoyo (1988:3).

Dengan demikian matematika merupakan disiplin ilmu yang mempunyai

sifat khas. Karena itu dalam mengajar matematika sebaiknya tidak disamakan

dengan ilmu yang lain. Selain itu karena siswa yang belajar matematika

berbeda-beda kemampuannya, maka kegiatan belajar dan mengajar haruslah

diatur dengan memperhatikan kemampuan masing-masing siswa.

Dalam proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

kegiatan yang paling pokok. Belajar adalah suatu proses atau usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam

berinteraksi dengan lingkungan. (Slamento dalam Lastiningsih, 1995:2)

Hudoyo (1988:1) menjelaskan bahwa seseorang dikatakan belajar bila

dalam diri orang itu terjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu

perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati

dan berlaku dalam dalam waktu yang relatif lama. Perubahan tingkah laku

yang relatif lama itu disertai usaha orang tersebut, sehingga orang itu dari

tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakannya. Tanpa

usaha, walaupun terjadi perubahan tingkah laku, bukanlah belajar.

63

Page 5: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Mempelajari matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan

serta operasinya, melainkan juga berkenaan dengan ide-ide abstrak yang

diberi simbol-simbol dan tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.

Bruner dalam Hudoyo (1988:43) berpendapat bahwa belajar

matematika ialah belajar tentang konsep-konsep dan struktur matematika

yang terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara

konsep-konsep dan struktur matematika tersebut.

Uraian di atas memberi petunjuk bahwa hakikat belajar matematika

merupakan suatu kegiatan mental untuk memahami obyek-obyek dalam

struktur matematika serta hubungan-hubungannya sehingga didapatkan

pengetahuan baru.

6.3 Model Pembelajaran

Saripuddin dalam Abbas (2000:17) mendefinisikan model pembelajaran

sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan

pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang dan

para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas belajar

mengajar.

Kardi dan Nur (1999:9) menjelaskan bahwa model pembelajaran

mempunyai 4 (empat) ciri khusus, yaitu : rasional teoritis yang logis yang

disusun oleh para pencipta atau pengembangnya, landasan pemikiran tentang

bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), tingkah

laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan

dengan berhasil, dan lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan

pembelajaran itu dapat tercapai.

64

Page 6: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Arends dalam Abbas (2000:18) menyatakan bahwa model pembelajaran

mengacu kepada pendekatan pembelajaran termasuk di dalamnya tujuan

pembelajaran, tahap-tahap kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran,

dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan penjelasan para ahli tersebut dapat dikatakan bahwa

model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang

menggambarkan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan

pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Penerapan setiap model

pembelajaran dapat menentukan keberhasilan tujuan pembelajaran. Model

pembelajaran tertentu dapat diterapkan pada materi tertentu sesuai dengan

tujuan pengajaran. Salah satu model pembelajaran yang bertujuan agar siswa

memiliki ketrampilan berpikir dan pemecahan masalah serta dapat

menerapkan dalam kehidupan sehari-hari adalah pembelajaran berdasarkan

masalah.

6.4 Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based

Instruction)

Model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM) merupakan pola

pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalaah nyata yang dijumpai

dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran berdasarkan masalah

dicirikan oleh penggunaan masalah nyata. Model ini tidak dirancang untuk

membantu siswa menerima informasi sebanyak-banyaknya, tetapi

dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan ketrampilan berpikir

dan ketrampilan memecahkan masalah. Selain itu, belajar berbagai peran

orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau

simulasi, dan menjadi pembelajar yang mandiri. Lingkungan belajar dan sistem

manajemen pada PBM dicirikan oleh lingkungan kelas yang terbuka dan

65

Page 7: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

peranan aktif siswa, sehingga guru dalam PBM ini berperan sebagai penyaji

masalah, penanya, mengadakan dialog dan pemberi fasilitas penelitian.

(Ibrahim dan Nur, 2000:7).

Jadi, pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pembelajaran yang

dicirikan penggunaan masalah nyata dan siswa dilibatkan untuk melakukan

penyelidikan sehingga mereka mampu menemukan sendiri penyelesaian dari

masalah yang diberikan.

Ciri-ciri Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM)

Pengembang pembelajaran berdasarkan masalah seperti Madden,

Dollan dan Wasik, Krajcik, Blumenfield, Mark dan Soloway, Slavin, Varderbitl

dalam Ibrahim dan Nur (2000:5-7) memerikan model PBM itu memiliki

karakteristik sebagai berikut.

a. Pengajuan pertanyaan atau masalah

PBM mengorganisasikan pengajaran di sekitar pertanyaan dan masalah

yang dua-duanya secara sosial penting dan secara pribadi bermakna untuk

siswa. Mereka mengajukan situasi kehidupan nyata otentik, menghindari

jawaban sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk

situasi itu.

Menurut Arends dalam Abbas (2000:23) pertanyaan atau masalah itu

haruslah memenuhi kriteria sebagai berikut :

1. Otentik , yaitu masalah didasarkan dan diambil dari kehidupan

sehari-hari, sesuai dengan pengalaman siswa dan sesuai dengan prinsip-

prinsip akademik.

2. Jelas , yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak

menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan

penyelesaian siswa.

66

Page 8: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

3. Mudah dipahami , yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah

dipahami siswa. Selain itu, masalah disusun dan dibuat sesuai dengan

tingkat perkembangan siswa.

4. Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran , yaitu masalah yang

disusun dan dirumuskan hendaknya bersifat luas, artinya masalah tersebut

mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan

waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah

disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran telah

ditetapkan.

5. Bermanfaat , yaitu masalah yang disusun dan dirumuskaan haruslah

bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecah masalah maupun guru

sebagai pemilik masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang

dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah

siswa, serta membangkitkan motivasi belajar siswa.

b. Keterkaitan dengan disiplin ilmu.

Meskipun pembelajaran berdasarkan masalah mungkin berpusat pada

mata pelajaran tertentu (IPA, matematika, ilmu-ilmu sosial), masalah yang

akan diselidiki telah dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya,

siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.

c. Penyelidikan otentik.

PBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan otentik untuk

mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata. Siswa harus

menganalisis dan mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan

membuat ramalan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan

eksperimen (jika diperlukan), membuat inferensi, dan merumuskan

kesimpulan. Sudah barang tentu, metode penyelidikan yang digunakan,

bergantung kepada masalah yang sedang dipelajari.

67

Page 9: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

d. Memamerkan hasil kerja.

PBM mengajak siswa menyusun dan memamerkan hasil kerja sesuai

dengan kemampuannya. Setelah selesai mengerjakan, beberapa kelompok

menyajikan hasil kerjanya di depan kelas dan siswa pada kelompok lain

memberikan tanggapan, kritik terhadap pemecahan masalah yang disajikan

oleh temannya. Dalam hal ini guru mengarahkan, membimbing, memberi

petunjuk kepada siswa agar aktivitas siswa menjadi terarah.

e. Kerjasama / Kolaborasi

PBM dicirikan dengan kerjasama antar siswa dalam satu kelompok kecil.

Kerjasama dalam menyelesaikan tugas-tugas kompleks dapat meningkatkan

ketrampilan berpikir dan ketrampilan sosial.

Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, Arends dalam Ibrahim dan Nur

(2000:13) menjelaskan pengelolaan PBM mengikuti 5 (lima) langkah pokok

yang diawali dengan orientasi siswa pada masalah dan diakhiri dengan

menganalisis dan mengevaluasi hasil kerja siswa. Kelima langkah tersebut

disajikan pada tabel 2.1 sebagai berikut :

Tabel 2.1

Lima Langkah Pokok

Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Langkah Kegiatan Guru

Langkah-1

Orientasi siswa kepada

masalah

Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskaan sarana dan prasarana yang

dibutuhkan, memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah.

Langkah-2 Guru membantu siswa mendefinisikan dan

mengorganisasikan tugas belajar yang

68

Page 10: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Mengorganisasikan

siswa untuk belajar

berhubungan dengan masalah tersebut.

Langkah-3

Membimbing

penyelidikan individual

maupun kelompok

Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan

informasi yang sesuai, melaksanakan

eksperimen, dan penyelidikan untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan

masalah.

Langkah-4

Mengembangkan dan

menyajikan hasil karya

Guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,

video, dan model serta membantu mereka untuk

berbagi tugas dengan temannya.

Langkah-5

Menganalisis dan

mengevaluasi proses

pemecahan masalah

Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi

atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan

proses-proses yang mereka gunakan.

6.5 Teori Belajar Yang Mendukung Pembelajaran Berdasarkan

Masalah

Teori yang mendukung PBM salah satunya adalah teori konstruktivisme.

Von Glasersferd dan Matthew dalam Suparno (1997:18) menjelaskan bahwa

69

Page 11: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan

bahwa pengetahuan seseorang merupakan konstruksi diri mereka sendiri.

Dalam pembelajaran, teori konstruktivis memandang siswa secara

terus-menerus memeriksa informasi-informasi baru yang berlawanan dengan

aturan-aturan lama dan memperbaiki aturan-aturan tersebut jika tidak sesuai

lagi. Teori ini menganjurkan peranan aktif siswa. Karena penekanannya pada

siswa sebagai siswa yang aktif, starategi konstruktivis sering disebut

pengajaran berpusat pada siswa (student-centered instruction). Di dalam kelas

yang berpusat pada siswa peran guru bukan memberikan ceramah atau

mengendalikan seluruh kegiatan kelas melainkan membantu siswa

menemukan informasi-informasi penting bagi siswa. (Nur dan Wikandari,

1998:3).

Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada

pengajaran top-down daripada bottom-up. Top-down berarti siswa mulai

dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya

memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) ketrampilan-

ketrampilan dasar yang diperlukan. Di dalam pengajaran top-down, siswa

mulai dengan suatu tugas yang kompleks, lengkap dan otentik. Otentik artinya

bahwa tugas-tugas itu bukan merupakan bagian atau penyederhanaan dari

tugas-tugas yang diberikan kepada siswa, melainkan tugas itu merupakan

tugas yang sebenarnya. Sedangkan di dalam pengajaran bottom-up,

ketrampilan-ketrampilan dasar secara bertahap dilatihkan kepada siswa untuk

mewujudkan ketrampilan-ketrampilan yang kompleks.( Nur dan Wikandari,

1998:6).

Teori-teori pembelajaran yang mendasarkan pada pandangan

konstruktivis antara lain adalah teori Piaget, teori Vygotsky, teori Ausubel, dan

teori Bruner.

70

Page 12: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

a. Teori Piaget

Piaget adalah salah seorang pioner konstruktivis. Piaget dalam Hudoyo

(1988:45), menyatakan bahwa proses berpikir manusia sebagai suatu

perkembangan yang bertahap dari berpikir intelektual konkrit ke abstrak

berurutan melalui empat periode. Urutan periode itu tetap bagi semua orang,

namun usia kronologis pada setiap orang yang memasuki setiap periode

berpikir lebih tinggi berbeda-beda tergantung pada masing-masing individu.

Piaget dalam Suparno (1997:47) menyebutkan bahwa perkembangan

struktur kognitif hanya berjalan bila anak mengasimilasikan dan

mengakomodasikan rangsangan dalam lingkungannya. Ini terjadi mugkin bila

nalar anak dibawa ke situasi lingkungan tertentu sehingga ia bisa berinteraksi

dengan objek, mengamati dan meneliti, serta berpikir.

Piaget dalam Ibrahim dan Nur (2000:17), mengatakan bahwa

pengetahuan tidak statis tetapi secara terus-menerus tumbuh dan berubah

pada saat siswa menghadapi pengalaman baru yang memaksa mereka

membangun dan memodifikasi pengetahuan awal mereka. Pembelajaran yang

baik harus melibatkan pemberian anak dengan situasi-situasi sehingga anak

dapat mandiri melakukan eksperimen, mencoba segala sesuatu untuk melihat

apa yang terjadi, memanipulasi simbol-simbol, mengajukan pertanyaan dan

menemukan sendiri jawabannya. Selain itu, juga mencocokkan apa yang ia

temukan pada suatu saat dengan apa yang ia temukan pada saat yang lain,

membandingkan temuan-temuannya dengan temuan anak lain.

Pemanfaatan teori Piaget dalam PBM adalah guru memusatkan pada

proses berpikir anak atau proses mental anak lebih utama daripada sekedar

hasil. Peran aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk

perkembangan intelektualnya.

71

Page 13: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

b. Teori Vygotsky

Ide-ide konstruktivis modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky

yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan

pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis proyek dan penemuan.

(Karpov dalam Nur dan Wikandari, 1998:3). Nur dan Wikandari (1998:3-5),

menyebutkan bahwa ada empat prinsip kunci yang diturunkan dari teori-

teorinya, antara lain :

1. Menekankan pada hakikat sosial dari pembelajaran. Vygotsky percaya

bahwa interaksi sosial dengan orang dewasa atau teman sebaya lebih

mampu memacu terbentukanya ide baru dan memperkaya perkembangan

intelektualnya siswa.

2. Siswa belajar konsep paling baik apabila konsep itu berada dalam zona

perkembangan terdekat mereka. Anak sedang bekeja di dalam zona

perkembangan terdekat mereka pada saat mereka terlibat dalam tugas-

tugas yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri tetapi dapat

menyelesaikannya bila dibantu oleh teman sebaya atau orang dewasa.

3. Menekankan pada pemagangan kognitif (Gardner dalam Nur dan Wikandari,

1988:40). Istilah ini mengacu kepada proses ketika seseorang yang sedang

belajar tahap demi tahap memperoleh keahlian dalam interaksinya dengan

seorang pakar. Pakar itu bisa orang dewasa atau orang yang lebih tua atau

kawan sebaya yang telah menguasai permasalahannya. Mengajar siswa di

kelas adalah suatu bentuk pemagangan. Penganut teori konstruktivis

menganjurkan penggunaan model pembelajaran melibatkan aktivitas

sehari-hari di kelas, baik dengan cara melibatkan siswa dalam tugas-tugas

kompleks maupun membantu mereka mengatasi tugas-tugas tersebut dan

melibatkannya dalam kelompok pembelajaran heterogen di mana siswa

72

Page 14: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

yang lebih pandai membantu siswa yang kurang pandai dalam

menyelesaikan tugas-tugas kompleks tersebut.

4. Menekankan pada scaffolding sebagai satu hal yang penting dalam

pemikiran teori konstruktivis modern. Interpretasi terkini terhadap ide-ide

Vygotsky adalah siswa diberikan tugas-tugas kompleks, sulit dan realistik

dan kemudian diberi bantuan secukupnya untuk menghasilkan tugas-tugas

ini.

Pemanfaatan dari teori Vygotsky dalam pembelajaran berdasarkan

masalah adalah guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok belajar,

kemudian menciptakan suasana kelas yang memungkinkan pertukaran ide

yang terbuka dan memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan kepada

siswa untuk menyelesaikan atau memecahkan masalah.

c. Teori belajar Ausubel

Menurut Ausubel, Novak dan Hanesian dalam Suparno (1997:53-54),

ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna (meaningfull learning) dan

belajar menghapal (rote learning). Belajar bermakna adalah suatu proses

belajar yang menghubungkan informasi baru dengan struktur pengertian yang

sudah dipunyai seseorang yang belajar. Belajar bermakna terjadi jika pelajar

mencoba menghubungkan fenomena baru ke dalam struktur pengetahuan

mereka. Ini terjadi melalui belajar konsep. Jika pengetahuan baru tidak

dihubungkan dengan pengetahuan yang sudah ada, maka pengetahuan baru

itu akan dipelajari melalui belajar hafalan. Hal ini disebabkan pengetahuan

yang baru tidak diasosiasikan dengan pengetahuan yang ada.

Dukungan penting teori belajar bermakana Ausubel pada PBM adalah

dalam hal menghubungkan pengetahuan yang sudah dipunyai siswa dengan

masalah yang akan diselesaikan. Untuk menyelesaikan masalah yang

diberikan, siswa harus mampu menghubungkan pengetahuan yang ia miliki

73

Page 15: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

dengan permasalahan yang dihadapi. Bila pengetahuan atau konsep yang

dimiliki siswa belum dapat digunakan untuk memecahkan masalah maka guru

perlu membimbing siswa untuk menemukan konsep tersebut.

Dengan demikian siswa akan mampu memecahkan masalah yang

diajukan apabila ia cukup memiliki pengetahuan yang terkait dengan masalah

itu sehingga pengetahuan baru yang didapatkan akan lebih bermakna.

d.Teori Bruner

Jerome Bruner merupakan ahli psikologi yang menganjurkan

pembelajaran dengan penemuan. Pembelajaran dengan penemuan

merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang

telah memiliki sejarah panjang dalam inovasi pendidikan (Nur dan Wikandari,

1998:7). Pembelajaran penemuan merupakan suatu pembelajaran yang

menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci

dari suatu disiplin ilmu. Dalam pembelajaran tersebut siswa perlu aktif terlibat

dalam proses pembelajaran dan suatu keyakinan bahwa pembelajaran yang

sebenarnya terjadi melalui penemuan. (Ibrahim dan Nur, 2000:20-21). Belajar

dengan penemuan mempunyai beberapa keuntungan antara lain: memacu

keingintahuan siswa, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaannya

sehingga mereka menemukan jawaban, dan belajar memecahkan masalah

secara mandiri serta melatih ketrampilan berpikir kritis. Hal tersebut terjadi,

karena mereka harus selalu menganalisis dan memanipulasi informasi.

Kaitan antara pembelajaran penemuan dan PBM sangat jelas. Pada

kedua model ini guru menekankan keterlibatan siswa secara aktif, orientasi

induktif lebih ditekankan daripada deduktif, dan siswa menemukan atau

mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri.

74

Page 16: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Guru yang menganut teori Bruner harus menjadikan siswa mampu

mandiri. Guru mendorong siswa untuk memecahkan masalah yang

dihadapinya sendiri atau memecahkan masalah secara berkelompok, sehingga

siswa akan mendapat keuntungan jika mereka dapat “ melihat “ dan

“melakukan” sesuatu daripada hanya sekedar mendengarkan ceramah.

6.6 Pelaksanaan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah

Pelaksanaan model pembelajaran berdasarkan masalah, meliputi :

Pendahuluan

Pada kegiatan ini guru mengingatkan siswa tentang materi pelajaran

yang lalu (membahas PR), memotivasi siswa, menyampaikan TPK, dan

menjelaskan model pembelajaran yang akan digunakan.

Kegiatan Inti

Tahap 1: Mengorientasikan siswa pada masalah

Pada kegiatan ini, guru menyajikan masalah, kemudian meminta siswa

mencermati dan mengidentifikasi masalah. Guru memberikan penjelasan

mengenai prosedur-prosedur apa yang dilakukan untuk menyelesaikan

masalah tersebut. Guru juga menegaskan bahwa siswa dalam penyelidikannya

akan didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mengumpulkan informasi.

Guru akan bertindak sebagai pembimbing, namun siswa harus berusaha

memecahkan masalah yang diberikan dengan teman dalam kelompoknya.

Tahap 2 : Mengorganisasikan siswa untuk belajar

Pada kegiatan ini, siswa dikelompokkan secara bervariasi baik dalam

tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang didasarkaan pada tujuan yang

ditetapkan. Setelah kelompok terbentuk, guru meminta siswa untuk berbagi

tugas sehingga semua siswa dalam kelompok-kelompok terlibat aktif dalam

kegiatan penyelidikan (pengumpulan data) yang akan dilakukan. Dengan

bekerjasama diharapkan siswa dapat menyelesaikan masalah yang diberikan.

75

Page 17: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Tahap 3 : Membimbing penyelidikan secara mandiri atau kelompok

Pada tahap ini, guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan

mendorong siswa untuk melaksanakan kerja mental (eksperimen) sampai

mereka betul-betul memahami situasi masalah yang diberikan. Tujuannya

adalah agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan

membangun ide mereka sendiri. Setelah siswa mengumpulkan data yang

diperlukan dan telah melakukan eksperimen, guru mendorong siswa untuk

memberikan penjelasan mengapa mereka berpikir seperti itu. Guru bisa

mengajukan pertanyaan yang membuat siswa memikirkan tentang kelayakan

hipotesis dan pemecahan masalah mereka. Selama tahap penyelidikan, guru

memberikan bantuan yang dibutuhkan siswa tanpa mengganggu untuk

sampai pada pemecahan masalah yang dapat dipertahankan.

Tahap 4 : Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Pada kegiatan ini, guru meminta 2 orang siswa dari 1 atau 2 kelompok

untuk mempresentasikan hasil pemecahan masalah kelompoknya dan guru

membantu jika siswa mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk

mengetahui hasil sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap

materi jajargenjang dan belahketupat yang diberikan.

Tahap 5 : Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pada kegiatan ini, guru membantu siswa menganalisis dan

mengevaluasi proses berpikir mereka. Guru meminta siswa untuk melakukan

rekonstruksi pemikiran dan kegiatan selama tahap-tahap pembelajaran yang

telah dilewatinya.

76

Page 18: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Penutup

Guru membimbing siswa menyimpulkan pembelajaran dan memberikan

soal-soal untuk dikerjakan di rumah.

6.7 Kelebihan dan Kekurangan PBM

Beberapa kelebihan model PBM adalah :

1. Siswa lebih memahami konsep matematika yang diajarkan, sebab

mereka sendiri yang menemukan konsep tersebut.

2. Melibatkan siswa secara aktif memecahkan masalah dan menuntut

ketrampilan berpikir siswa yang lebih tinggi.

3. Siswa dapat merasakan manfaat pembelajaran matematika, sebab

masalah-masalah yang diselesaikan dikaitkan dengan kehidupan nyata.

Hal ini dapat meningkatkan motivasi dan ketertarikan siswa terhadap

matematika.

4. Menjadikan siswa lebih mandiri dan lebih dewasa.

Kekurangan Model PBM

1. Tidak dapat diterapkan untuk semua materi pelajaran matematika. Hanya

materi tertentu saja yang dapat diajarkan dengan pembelajaran

berdasarkan masalah.

2. Membutuhkan persiapan yang matang.

3. Memakan waktu yang relatif lama, sehingga dapat berakibat materi

pembelajaran kadang-kadang tidak tuntas penyelesaiannya.

77

Page 19: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Dengan adanya PBM diharapkan efektifitas pembelajaran dapat dibentuk.

Suharman (2000:1), mengatakan bahwa kefektifan belajar terjadi bila siswa

secara aktif dilibatkan dalam mengorganisasikan dan menemukan hubungan-

hubungan informasi. Berbeda dengan belajar yang pasif, siswa hanya

menerima pengetahuan dari guru yang sudah siap diberikan. Kegiatan belajar

yang efektif tidak hanya meningkatkan pemahaman dan daya serap siswa

pada materi pembelajaran tetapi juga melibatkan ketrampilan berpikir.

Menurut Slavin dalam Sinaga (1999:20) keefektifan pengajaran dapat

ditinjau dari 4 (empat) aspek, yaitu:

1. Kualitas pembelajaran , yaitu seberapa besar informasi atau ketrampilan

yang disajikan sehingga siswa dapat dengan mudah mempelajarinya. Kualitas

pembelajaran sebagian besar merupakan hasil dari kualitas kurikulum dan

pembelajaran itu sendiri.

2. Kesesuaian tingkat pembelajaran , yaitu sejauh mana guru memastikan

tingkat kesiapan siswa untuk mempunyai informasi baru (yakni harus memiliki

ketrampilan dan pengetahuan yang perlu berkaitan dengan informasi itu).

Dengan kata lain masalah yang dibicarakan tidak terlalu sulit dan tidak terlalu

mudah.

3. Insentif , yaitu seberapa besar usaha guru memotivasi siswa untuk

mengerjakan tugas-tugas belajar dan mempelajari materi yang disajikan.

4. Waktu , yaitu banyaknya waktu yang diberikan kepada siswa untuk

mempelajari materi yang disajikan.

Pembelajaran yang aktif terjadi apabila siswa terlibat aktif dalam

menemukan sendiri konsep dan aktif memecahakan masalah dengan bantuan

guru sebagai fasilitator. Guru tidak boleh mendominasi siswa dalam belajar

dan tidak boleh sekedar memberi ceramah. Akan tetapi, guru dituntut untuk

mendorong siswa berpikir, memotivasi, memberi petunjuk dan mengamati

78

Page 20: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

siswa bekerja. Sehingga, dalam kegiatan mengajar perlu diperhatikan

bagaimana keterlibatan siswa dalam pengorganisasian dan pengetahuannya,

apakah mereka aktif ataukah pasif ?.

Aktivitas siswa diklasifikasikan menjadi 2 (dua) bagian:

(1). Aktivitas Aktif

Indikator aktivitas siswa yang dikategorikan aktivitas aktif adalah jika

siswa melakukan aktivitas sebagai berikut :

a. Membaca atau mencermati (buku siswa, LKS, pemecahan masalah)

b. Bekerja dalam memecahkan masalah

c. Berdiskusi atau bertanya antar siswa atau kelompok atau guru

d. Menyajikan hasil pemecahan masalah

e. Mengkaji ulang proses atau hasil pemecahan masalah

f. Menyimpulkan hasil pembelajaran

(2). Aktivitas Pasif

Indikator aktivitas siswa yang dikategorikan aktivitas pasif adalah jika

siswa melakukan aktivitas sebagai berikut :

a. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru atau siswa

b. Kegiatan yang tidak relevan dengan KBM

Pembelajaran efektif menghendaki guru agar melibatkan siswa secara

aktif dalam pembelajaran sehingga siswa mampu menemukan hubungan

antara informasi baru dengan informasi yang telah ia punya dan akhirnya ia

mampu memahami informasi yang diberikan guru. Semakin aktif siswa akan

semakin efektif pembelajarannya.

Kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sangat berpengaruh

terhadapa proses kegiatan belajar dan hasil belajar siswa. Guru sebagai

penyampai informasi tidak hanya memberikan informasi sebanyak-banyaknya

kepada siswa, akan tetapi guru diharapkan mampu mengelola pembelajaran

79

Page 21: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

yang dapat meningkatkan kemampuan erpikir siswa. Keeektifan dari

kemampuan guru mengelola pembelajaran, apabila nilai dari indikator-

indikator pada setiap tahap pembelajaran yang diberikan telah memenuhi

criteria yang telah ditetapkan. Dalam PBM ini, guru dalam mengelola

pembelajaran dikaatakan memenuhi eektivitas jika nilai retaa-rata indikator

pada setiap tahap pengelolaan pembelajaran yang diberikan oleh pengamat

cukup baik atau baik ( 3).

Respon siswa merupakan salah satu indikator keefektifan suatu

rancangan pembelajaran. Respon siswa dapat diekspresikan melalui suatu

pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai sesuatu hal

daripada hal lainnya. Dapat pula dilihat melalui partisipasi dalam suatu

aktivitas dan cenderung memberikan perhatian yang lebih besar terhadap

obyek tersebut. (Slamento dalam Siswono, 1999:17).

Dengan demikian perlu diungkap tanggapan siswa terhadap model PBM

tersebut apakah mereka berminat atau punya harapan positif dan suka

terhadap model PBM tersebut. Siswa dikatakan berminat terhadap model

pembelajaran tersebut, bila rata-rata persentase jawaban “ ya” dan

“berminat” harus lebih besar dari 80 %.

Dalam kegiatan pembelajaran, guru perlu memotivasi, memfasilitasi dan

membantu siswa dalam belajar. Untuk mengetahui bagaimana hasil belajar

siswa maka diadakan tes. Tes hasil belajar berkaitan erat dengan pencapaian

tujuan belajar. Jika hasil tes belajar tinggi, maka menunjukkan tingkat

pencapaian tujuan belajar yang tinggi pula. Tingkat pencapaian tujuan belajar

tidak lepas dari ketuntasan belajar. Belajar dikatakan tuntas jika apa yang

dipelajari siswa dapat dikuasai sepenuhnya atau siswa mencapai taraf

penguasaan tertentu mengenai tujuan pembelajaran yang ditetapkan dengan

standar norma tertentu pula. (Abdullah dalam Siswono, 1999:14).

80

Page 22: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Selanjutnya pengajaran dikatakan efektif apabila mampu mencapai

sasaran yang diinginkan baik dari segi tujuan pembelajaran maupun dari

prestasi belajar siswa yang maksimal. Berdasarkan hasil analisis deskriptif,

dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah ditinjau dari

aktivitas guru dan siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

dan respon siswa memenuhi kriteria efektifitas. Akan tetapi hasil belajar siswa

belum mencapai ketuntasan belajar baik secara klasikal maupun ketuntasan

tujuan pembelajaran .

Berdasarkan pada kriteria efektifitas pembelajaran berdasarkan

masalah disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan masalah tidak

efektif dalam pembelajaran pada sub pokok bahasan jajargenjang dan

belahketupat. Kemungkinan tidak efektifnya model PBM disebabkan karena

siswa- terbiasa untuk meniru atau menerima apa yang diajarkan oleh guru

atau meniru teman yang lebih pintar darinya. Beberapa siswa cenderung

meniru cara penyelesaian masalah yang ditemukan temannya.

81

Page 23: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Daftar Bacaan

Nurhayati Abbas. 2000. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(Problem-Based Instruction) pada Pembelajaran Matematika di SMU.

Tesis yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana

Universitas Negeri Surabaya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Wahyudin Djumanta. 1999. Matematika Untuk SLTP Jilid 2. Bandung:

Multi Trust.

Herman Hudojo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP

Malang.

M. Ibrahim dan M. Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Syamsul Junaidi dan Eko Siswono. 2002. Matematika Untuk SLTP Jilid 2

Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta: ESIS Erlangga.

Kardi S., dan M. Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.

82

Page 24: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Jerold Kemp. 1994. Proses Perancangan Pengajaran (terjemahan Asril

Marjohan). Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Netti Lastiningsih. 1996. Studi Korelasi antara Alih Bahasa dengan

Prestasi Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas V SD Negeri Ketintang

Surabaya, Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Mustangin. 2001. Pengantar Metodologi Penelitian. Malang: Iniversitas

Islam Malang.

M. Nur dan Wikandari P.R. 1998. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan

Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Bornok Sinaga. 1999. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(PBI) pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, Tesis

Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Tatag YE Siswono. 2003. Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan

Masalah (Problem Posing) Matematika. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstrukitvis dalam Pendidikan. Jakarta:

Kanisius.

83

Page 25: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Turmudi. 2001. Matematika Untuk SLTP Kelas 2. Bandung: Grafindo

Media Pratama.

Emmy Nuniek Wulandari. 2002. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan

Masalah (Problem-Based Instruction) pada Ukuran Pemusatan Siswa

Kelas II SLTP Raden Rahmat Surabaya, Skripsi tidak dipublikasikan.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

84

Page 26: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Daftar Bacaan

85

Page 27: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

6 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran berdasarkan masalah ditinjau dari aktivitas guru dan

siswa, kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan respon

siswa memenuhi kriteria efektifitas. Akan tetapi hasil belajar siswa

belum mencapai ketuntasan belajar baik secara klasikal maupun

ketuntasan tujuan pembelajaran .

Berdasarkan pada kriteria efektifitas pembelajaran berdasarkan

masalah disimpulkan bahwa model pembelajaran berdasarkan

masalah tidak efektif dalam pembelajaran pada sub pokok bahasan

jajargenjang dan belahketupat. Kemungkinan tidak efektifnya model

PBM disebabkan karena siswa- terbiasa untuk meniru atau menerima

apa yang diajarkan oleh guru atau meniru teman yang lebih pintar

darinya. Beberapa siswa cenderung meniru cara penyelesaian masalah

yang ditemukan temannya.

7 Saran

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran

berdasarkan masalah belum dapat dikatakan efektif dalam

mengajarkan sub pokok bahasan jajargenjang dan belahketupat,

karena dari segi ketuntasan belajar belum memenuhi kriteria yang

telah ditetapkan. Namun, dari hasil analisis data mengenai aktivitas

guru dan siswa dan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran

didapatkan bahwa pembelajaran berdasarkan masalah mampu

mengaktifkan siswa dalam belajar dan guru tidak lagi mendominasi

pembelajaran. Untuk itu disarankan kepada :

86

Page 28: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

1. Guru

a. Untuk menerapkan atau mencoba lagi pembelajaran

berdasarkan masalah karena model ini dapat memotivasi siswa

aktif dalam belajar.

b. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran guru perlu

mempersiapkan kemampuan awal dan mengecek materi

prasyarat yang diperlukan siswa untuk belajar, sehingga siswa

mudah memahami materi yang diajarkan.

87

Page 29: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

c. Karena ketuntasan TPK dan ketuntasan belajar secara klasikal

belum tercapai maka hendaknya guru melihat kembali

kesulitan siswa dan mengadakan pengajaran ulang.

2. Siswa

Dari segi ketuntasan TPK dan ketuntasan belajar secara klasikal

belum memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, maka hendaknya

siswa mengikuti atau mencoba lagi pembelajaran berdasarkan

masalah dan bekerjasama dengan kelompok sehingga siswa dapat

aktif dalam belajar.

Daftar Bacaan

Nurhayati Abbas. 2000. Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(Problem-Based Instruction) pada Pembelajaran Matematika di SMU.

Tesis yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Program Pascasarjana

Universitas Negeri Surabaya.

Suharsimi Arikunto. 1996. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Wahyudin Djumanta. 1999. Matematika Untuk SLTP Jilid 2. Bandung:

Multi Trust.

88

Page 30: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Herman Hudojo. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Malang: IKIP

Malang.

M. Ibrahim dan M. Nur. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Syamsul Junaidi dan Eko Siswono. 2002. Matematika Untuk SLTP Jilid 2

Kurikulum 1994 Suplemen GBPP 1999. Jakarta: ESIS Erlangga.

Kardi S., dan M. Nur. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya.

Jerold Kemp. 1994. Proses Perancangan Pengajaran (terjemahan Asril

Marjohan). Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Netti Lastiningsih. 1996. Studi Korelasi antara Alih Bahasa dengan

Prestasi Menyelesaikan Soal Cerita di Kelas V SD Negeri Ketintang

Surabaya, Skripsi yang tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Mustangin. 2001. Pengantar Metodologi Penelitian. Malang: Iniversitas

Islam Malang.

89

Page 31: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

M. Nur dan Wikandari P.R. 1998. Pengajaran Berpusat pada Siswa dan

Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: Universitas

Negeri Surabaya.

Bornok Sinaga. 1999. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Masalah

(PBI) pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat, Tesis

Tidak Dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Tatag YE Siswono. 2003. Proses Berpikir Kreatif dalam Pengajuan

Masalah (Problem Posing) Matematika. Surabaya: Universitas Negeri

Surabaya.

Paul Suparno. 1997. Filsafat Konstrukitvis dalam Pendidikan. Jakarta:

Kanisius.

Turmudi. 2001. Matematika Untuk SLTP Kelas 2. Bandung: Grafindo

Media Pratama.

Emmy Nuniek Wulandari. 2002. Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan

Masalah (Problem-Based Instruction) pada Ukuran Pemusatan Siswa

Kelas II SLTP Raden Rahmat Surabaya, Skripsi tidak dipublikasikan.

Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

90

Page 32: BAB VI - Dwipurnomoikipbu's Blog | Just another … · Web viewSalah satunya adalah pembelajaran berdasarkan masalah ( Problem-Based Instruction ). Model pembelajaran berdasarkan

Daftar Bacaan

BAB VI

PENGELOLAAN KELAS

6.1 Definisi Pengelolaan Kelas

6.2 Masalah dalam Pengelolaan Kelas

6.3 Cara dalam Menghadapi Pengelolaan Kelas

6.4 Rangkuman

91