131 BAB V STATUS KEBERLANJUTAN DAS CILIWUNG HULU 5.1 Pendahuluan Pengelolaan DAS Ciliwung dilakukan oleh berbagai stakeholders dengan berbagai kepentingan dan pengaruh yang dimiliki terhadap interaksi antar pelaku. DAS memiliki berbagai produk barang dan jasa yang diperlukan bagi pemenuhan kebutuhan masyarakat yang ada di atasnya. Namun demikian sebaliknya, DAS juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat akibat memburuknya kualitas dan fungsi DAS. Manfaat yang diberikan oleh DAS diantaranya manfaat ekologis, ekonomis, maupun sosial dan budaya. Dalam perkembangannya, diantara manfaat tersebut juga terjadi adanya tolak angsur (trade off) sesuai dengan interaksi antar pelaku di dalam DAS. Dalam suatu periode waktu manfaat ekonomi menjadi penting bagi masyarakat, namun pada saat yang berbeda manfaat ekologis menjadi sangat penting dan melebihi kepentingannya daripada manfaat sosial maupun ekonomi. Tingkat manfaat yang diperoleh sangat ditentukan oleh permasalahan yang dihadapi bersama dan hasil interaksi antar pelaku di dalam DAS dan dipengaruhi oleh kondisi biofisik DAS. DAS Ciliwung hulu merupakan bagian dari DAS yang termasuk dalam kategori kritis dan memerlukan prioritas penanganan yang lebih baik. Perilaku sungai Ciliwung ini telah mengakibatkan banjir di wilayah hilir pada musim hujan. Akibat banjir telah menimbulkan kerugian baik moril maupun materiil yang terus berlangsung secara periodik tahunan pada musim hujan, penurunan kualitas air sungai, longsor pada beberapa titik maupun kejadian kekeringan pada musim kemarau. Secara teknis hidrologi, kondisi demikian dapat terjadi akibat tingginya limpasan air permukaan dan berlangsungnya erosi. Kondisi hidrologi DAS Ciliwung Hulu ditunjukkan oleh ketidakstabilan debit air maksimum dan minimum sungai Ciliwung Hulu. Debit maksimum selama 1989 s/d 2009 mencapai maksimum pada tahun 1996 sebesar 743,33 m3/detik dan terendah terjadi pada tahun 2005 sebesar 26,8 m3/detik. Debit minimum tertinggi berlangsung pada tahun 2009 sebesar 7,29 m3/detik dan terendah pada tahun 2007
28
Embed
BAB V INSTITUSI LOKAL DAS CILIWUNG HULU · Pangrango, suhu udara sejuk, wisata agro perkebunan teh, , obyek wisata alam maupun obyek wisata buatan lainnya. Jumlah obyek wisata alam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
131
BAB V STATUS KEBERLANJUTAN DAS CILIWUNG HULU
5.1 Pendahuluan
Pengelolaan DAS Ciliwung dilakukan oleh berbagai stakeholders dengan
berbagai kepentingan dan pengaruh yang dimiliki terhadap interaksi antar pelaku.
DAS memiliki berbagai produk barang dan jasa yang diperlukan bagi pemenuhan
kebutuhan masyarakat yang ada di atasnya. Namun demikian sebaliknya, DAS
juga memberikan dampak negatif bagi masyarakat akibat memburuknya kualitas
dan fungsi DAS. Manfaat yang diberikan oleh DAS diantaranya manfaat
ekologis, ekonomis, maupun sosial dan budaya. Dalam perkembangannya,
diantara manfaat tersebut juga terjadi adanya tolak angsur (trade off) sesuai
dengan interaksi antar pelaku di dalam DAS. Dalam suatu periode waktu manfaat
ekonomi menjadi penting bagi masyarakat, namun pada saat yang berbeda
manfaat ekologis menjadi sangat penting dan melebihi kepentingannya daripada
manfaat sosial maupun ekonomi. Tingkat manfaat yang diperoleh sangat
ditentukan oleh permasalahan yang dihadapi bersama dan hasil interaksi antar
pelaku di dalam DAS dan dipengaruhi oleh kondisi biofisik DAS.
DAS Ciliwung hulu merupakan bagian dari DAS yang termasuk dalam
kategori kritis dan memerlukan prioritas penanganan yang lebih baik. Perilaku
sungai Ciliwung ini telah mengakibatkan banjir di wilayah hilir pada musim
hujan. Akibat banjir telah menimbulkan kerugian baik moril maupun materiil
yang terus berlangsung secara periodik tahunan pada musim hujan, penurunan
kualitas air sungai, longsor pada beberapa titik maupun kejadian kekeringan pada
musim kemarau. Secara teknis hidrologi, kondisi demikian dapat terjadi akibat
tingginya limpasan air permukaan dan berlangsungnya erosi. Kondisi hidrologi
DAS Ciliwung Hulu ditunjukkan oleh ketidakstabilan debit air maksimum dan
minimum sungai Ciliwung Hulu. Debit maksimum selama 1989 s/d 2009
mencapai maksimum pada tahun 1996 sebesar 743,33 m3/detik dan terendah
terjadi pada tahun 2005 sebesar 26,8 m3/detik. Debit minimum tertinggi
berlangsung pada tahun 2009 sebesar 7,29 m3/detik dan terendah pada tahun 2007
132
sebesar 0,61 m3
DAS Ciliwung hulu merupakan wilayah yang telah berkembang dengan
aktivitas jasa wisata sejak tahun 1980-an. Kondisi tahun 2009 menunjukkan
bahwa jumlah wisatawan di wilayah ini mencapai lebih dari 50% dari jumlah
wisatawan yang berkunjung di Kabupaten Bogor. Potensi wisata yang ada berupa
keindahan bentang alam dengan latar belakang Gunung Gede dan Gunung
Pangrango, suhu udara sejuk, wisata agro perkebunan teh, obyek wisata alam,
maupun obyek wisata buatan lainnya. Jumlah obyek wisata alam dan buatan
unggulan mencapai 12 obyek, disamping keberadaan villa yang yang dimiliki
pribadi maupun instansi. Aktivitas pemanfaatan jasa wisata ini didukung oleh
tingginya tingkat akses jalan yang menghubungkan antar titik di wilayah hulu dan
dapat dijangkau pada segala cuaca. Kemudahan mengakses dan keamanan akses
pada segala cuaca maka mampu mendorong tingginya daya tarik aktivitas wisata.
/detik. Selama periode 1992-2002 koefisien rejim sungai Ciliwung
menunjukkan nilai di atas 50 yang berarti kondisi DAS Ciliwung Hulu yang
semakin buruk.
Tingginya aktivitas wisata di DAS Ciliwung hulu telah mendorong
semakin tingginya perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun untuk
kegiatan wisata. Kondisi demikian memberikan tingginya tekanan masyarakat
terhadap sumberdaya lahan, tingginya intensitas jual beli lahan, dan pada akhirnya
menyebabkan rendahnya kepemilikan lahan pertanian sehingga pendapatan
masyarakat dari kegiatan budidaya pertanian semakin rendah. Akibat lain adalah
tingginya tingkat erosi lahan, sedimentasi pada badan air, tingginya fluktuasi debit
air maksimum dan minimum, serta menurunnya kualitas air sungai Ciliwung
Hulu. Kondisi DAS perlu dilakukan analisis daya dukung melalui penilaian status
keberlanjutannya dari berbagai dimensi pengelolaan DAS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keberlanjutan DAS
Ciliwung Hulu dari dimensi ekologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial dan
budaya, dimensi kelembagaan, dan dimensi aksesibilitas dan teknologi
konservasi. Penilaian status keberlanjutan DAS dilakukan melalui penilaian
keberlanjutan masing-masing dimensi dengan analisis terhadap atribut-atribut
133
penyusunnya dengan metoda multidimensional scaling menggunakan RapDAS-
Ciliwung Hulu yang merupakan modifikasi dari Rapfish (A Rapid Appraisal
Technique for Fisheries) yang biasa digunakan untuk menduga tingkat
keberlanjutan dari berbagai dimensi pada kegiatan perikanan tangkap.
5.2 Hasil dan Pembahasan
Tingkat keberlanjutan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu dapat diduga
dengan menganalisis terhadap beberapa dimensi yaitu dimensi ekonomi, dimensi
ekologi, dimensi sosial dan budaya, dimensi kelembagaan, dan dimensi
aksesibilitas dan teknologi konservasi. Terhadap semua dimensi tersebut telah
dievaluasi dan ditetapkan atribut-atribut penyusunnya. Hasil penetapan atribut
dimensi keberlanjutan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu diperoleh 53 atribut yaitu
dimensi Ekologi sebanyak 9 atribut, dimensi Ekonomi 10 atribut, dimensi Sosial 9
atribut, dimensi Kelembagaan 13 atribut, dan dimensi Aksesibilitas dan Teknologi
Konservasi 12 atribut. Berdasarkan data pada kondisi eksisting, setiap atribut
pada masing-masing dimensi tersebut telah dinilai dan dianalisis untuk
menentukan nilai indeks keberlanjutan masing-masing dimensi. Indeks
keberlanjutan gabungan antar dimensi ditentukan melalui proses pembobotan
terhadap masing-masing dimensi. Pembobotan dilakukan oleh stakeholders
didasarkan pada scientific judgement sesuai dengan karakteristik DAS yang
dianalisis yaitu DAS Ciliwung Hulu.
5.2.1 Status Keberlanjutan Dimensi Ekologi
Hasil analisis Rap-DAS Ciliwung Hulu terhadap 9 atribut diperoleh bahwa
nilai indeks tingkat keberlanjutan pada dimensi ekologi sebesar 44,74 (berada di
bawah 50,00 berarti kurang berkelanjutan. Nilai indeks keberlanjutan kurang
dari 50,00 ini menunjukkan semakin memburuknya kondisi ekologi wilayah DAS
Ciliwung Hulu. Kemampuan ekologi wilayah untuk mendukung aktivitas di
wilayah tersebut semakin berkurang. Bilamana daya dukung ekologis ini
dibiarkan maka berpengaruh terhadap keberlanjutan dimensi lainnya sehingga
134
pengelolaan DAS Ciliwung Hulu semakin tidak berkelanjutan. Hasil analisis
keberlanjutan dimensi ekologi disajikan pada Gambar 16.
Berdasarkan analisis leverage terhadap atribut ekologi diperoleh 6
atribut yang sensitif terhadap tingkat keberlanjutan dari dimensi ekologi yaitu (1)
Perubahan penutupan lahan bervegetasi menjadi non vegetasi maupun menjadi
lahan terbangun (RMS=5,40), (2) Tingkat penutupan lahan bervegetasi
(RMS=4,06), (3) Tingkat konservatif pengelolaan lahan garapan (RMS=3,86), (4)
Kualitas air Sungai Ciliwung (RMS=3,57), (5) Luas kecukupan kawasan hutan
(RMS= 3,57), (6) Luas dan penyebaran lahan kritis (RMS=2,79). Perubahan
terhadap ke-6 leverage factor ini akan mudah berpengaruh terhadap kenaikan atau
penurunan terhadap nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi. Hasil analisis
leverage disajikan pada Gambar 17.
RAPDAS Ciliwung Hulu Ordination
44,74
DOWN
UP
BAD GOOD
-60
-40
-20
0
20
40
60
0 20 40 60 80 100 120
Ecology Sustainability
Oth
er D
istin
gish
ing
Feat
ures
Real Sustainability References Anchors
Gambar 16 Nilai indeks keberlanjutan dimensi ekologi DAS Ciliwung Hulu
135
Gambar 17 Hasil analisis leverage pada dimensi ekologi
Kualitas air Sungai Ciliwung hulu. Dengan menggunakan metode
Storet, Sistem Penilaian Environmental Protection Agency (EPA US) dan kriteria
Lingkungan Hidup (PP No. 82 tahun 2001 tentang Kualitas Air dan Perlindungan
Pencemaran Air), bahwa kualitas air Sungai Ciliwung sudah tidak dapat
dimanfaatkan secara langsung sebagai air minum (kelas I) karena tergolong sudah
tercemar berat (kualitas buruk). Air tercemar berat karena adanya pembatas
utama pencemaran ini adalah tingginya kadar BOD (biological oxiygen demand)
antara 16-23 mg/lt dan kadar COD (chemical oxygen demand) sebesar 42-47
mg/lt. Pemanfaatan air untuk bahan baku air minum maka harus dilakukan
Leverage of Attributes
1.49
2.79
3.86
3.57
5.40
4.06
1.70
3.57
0.43
0 1 2 3 4 5 6
Produktivitas lahan pertanian
Lahan kritis
Tingkat konservatif pengelolaan lahanpertanian garapan
Luas Kecukupan Kawasan Hutan
Perubahan penggunaan lahan menjadi lahanterbangun
Penutupan Lahan Bervegetasi
Tata Air Sungai Ciliwung Hulu
Kualitas air Sungai Ciliwung
Kegiatan Pemeliharaan DTAir
Attr
ibut
e
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed (on Sustainability scale 0 to 100)
136
pengolahan atau pemberian perlakuan (treatment) dengan aerasi untuk
menghilangkan kandungan BOD tersebut (SLHD Bogor 2010).