Top Banner
77 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Melalui tinjauan literatur yang telah dilakukan, ada beberapa perubahan taraf hidup yang terjadi pada masyarakat yang direlokasi. Perubahan atau transformasi tersebut diantaranya dapat terlihat pada kondisi ekonomi, sosial, serta persepsi responden terhadap kondisi perumahan dan penggunaan fasilitas. Berbagai komponen tersebut diuraikan lebih lanjut dalam sejumlah sub-bab yang ada pada pembahasan ini. Dalam hal ekonomi, diantaranya dijelaskan mengenai perubahan pendapatan dan juga perubahan pengeluaran rumah tangga dalam memenuhi berbagai kebutuhannya serta kepemilikan aset yang kesemuanya merupakan cerminan bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian warga paska relokasi. Sementara dalam sub-bab sosial, dijelaskan mengenai perubahan- perubahan yang terjadi dalam kondisi kesehatan, kondisi pendidikan, aktivitas kemasyarakatan dan relasi sosial, dari analisis sosial ini dapat diketahui perubahan yang terjadi pada kondisi sosial warga yang direlokasi. Kemudian dalam sub-bab persepsi responden terhadap kondisi perumahan dijelaskan mengenai tanggapan responden mengenai berbagai kondisi di lingkungan yang baru (rumah, air bersih, listrik, sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari banjir, kebakaran dan kriminalitas, serta penggunaan fasilitas). Dari persepsi tersebut dapat pula diketahui bagaimana kepuasan responden terhadap kondisi lingkungan perumahan mereka. 5.1 Analisis Data 5.1.1. Perbandingan Kondisi Permukiman Sesuai dengan Penjelasan atas Undang Undang No. 4, 1992 bahwa Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan
72

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

Mar 10, 2019

Download

Documents

vuongque
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

77

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Melalui tinjauan literatur yang telah dilakukan, ada beberapa perubahan

taraf hidup yang terjadi pada masyarakat yang direlokasi. Perubahan atau

transformasi tersebut diantaranya dapat terlihat pada kondisi ekonomi, sosial,

serta persepsi responden terhadap kondisi perumahan dan penggunaan fasilitas.

Berbagai komponen tersebut diuraikan lebih lanjut dalam sejumlah sub-bab

yang ada pada pembahasan ini. Dalam hal ekonomi, diantaranya dijelaskan

mengenai perubahan pendapatan dan juga perubahan pengeluaran rumah tangga

dalam memenuhi berbagai kebutuhannya serta kepemilikan aset yang kesemuanya

merupakan cerminan bagaimana sebenarnya kondisi perekonomian warga paska

relokasi.

Sementara dalam sub-bab sosial, dijelaskan mengenai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam kondisi kesehatan, kondisi pendidikan, aktivitas

kemasyarakatan dan relasi sosial, dari analisis sosial ini dapat diketahui

perubahan yang terjadi pada kondisi sosial warga yang direlokasi. Kemudian

dalam sub-bab persepsi responden terhadap kondisi perumahan dijelaskan

mengenai tanggapan responden mengenai berbagai kondisi di lingkungan yang

baru (rumah, air bersih, listrik, sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

banjir, kebakaran dan kriminalitas, serta penggunaan fasilitas). Dari persepsi

tersebut dapat pula diketahui bagaimana kepuasan responden terhadap kondisi

lingkungan perumahan mereka.

5.1 Analisis Data

5.1.1. Perbandingan Kondisi Permukiman

Sesuai dengan Penjelasan atas Undang Undang No. 4, 1992 bahwa

Perumahan dan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia dan

mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembentukan watak serta

kepribadian bangsa, dan perlu dibina serta dikembangkan demi kelangsungan dan

Page 2: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

78

penghidupan masyarakat. Untuk itu perumahan dan permukiman tidak dapat

dilihat sebagai sarana kehidupan semata-mata, tetapi lebih dari itu merupakan

proses bermukim manusia dalam menciptakan ruang kehidupan untuk

memasyarakatkan dirinya, dan menampakkan jati diri. Oleh karena itu relokasi

permukiman diharapkan dapat memberikan perubahan pada permukiman

masyarakat korban bencana alam menjadi kondisi yang lebih baik daripada

sebelum terjadi bencana alam atau setidaknya tidak lebih buruk daripada sebelum

dipindahkan.

Berikut ini merupakan analisa perbandingan kondisi permukiman sebelum

terjadi bencana alam dengan lokasi permukiman baru. Untuk standart penilaian

kondisi permukiman menggunakan Comminity Maping Laboratorium Perkim

Jurusan Arsitektur ITS.

1. Kondisi Rumah

Kondisi rumah sebelum relokasi dan sesudah relokasi diukur dengan 6

parameter yaitu kondisi bangunan, lantai, ventilasi, genangan air hujan/kotor,

kepadatan bangunan dan kepadatan hunian. Perbandingan kondisi rumah sebelum

relokasi dengan sesudah relokasi dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

0

0.5

1

1.5

2

2.5

3

Kondisi

Bangunan

Rumah

Kondisi

Lantai

Kondisi

Ventilasi

Genangan

Hujan

Kepadatan

Bangunan

Pembagian

Ruang

Kepadatan

Hunian

Kondisi Rumah

Permukiman Lama

Permukiman Baru

Gambar 5.1 Grafik Kondisi Permukiman Lama dan Permukiman Baru

Page 3: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

79

- Pengukuran kondisi bangunan rumah dilakukan terhadap kualitas bahan

bangunan yang dominan digunakan dan kondisinya (terawat/tidak)

menghasilkan nilai sebelum relokasi 2.1 adalah kategori sedang dan nilai

setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik.

- Pengukuran kondisi lantai rumah dilakukan terhadap penyelesaian lantai

yang dominan digunakan menghasilkan nilai sebelum relokasi 1.9 adalah

kategori sedang dan nilai setelah relokasi 2.4 adalah kategori buruk.

- Pengukuran kondisi ventilasi dilakukan terhadap kondisi penghawaan

ruangan yang dominan menghasilkan nilai sebelum relokasi 1.3 adalah

kategori baik dan nilai setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik.

- Pengukuran genangan air hujan dan atau air kotor di halaman rumah

dilakukan terhadap luas dan lama halaman dan atau rumah yang tergenang

menghasilkan nilai sebelum relokasi 2.7 adalah kategori buruk dan nilai

setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik.

- Pengukuran kondisi kepadatan bangunan dilakukan terhadap luas rumah

perluasan halaman yang tersisa menghasilkan nilai sebelum relokasi 1.9

adalah kategori sedang dan nilai setelah relokasi 2.9 adalah kategori buruk.

- Pengukuran kondisi pembagian ruang dilakukan terhadap ada tidaknya

ruangan bagi tiap aktivitas yang dilakukan di rumah menghasilkan nilai

sebelum relokasi 2.4 adalah kategori buruk dan nilai setelah relokasi 1.9

adalah kategori sedang.

- Pengukuran kondisi kepadatan hunian dilakukan dengan membagi luasan

rumah (tidak termasuk teras/serambi./beranda) dengan jumlah penghuni

menghasilkan nilai sebelum relokasi 2 adalah kategori buruk dan nilai

setelah relokasi 1.9 adalah kategori sedang.

Analisa Kondisi Rumah

- Kondisi bangunan rumah permukiman baru bagi sebagian besar masyarakat

korban bencana alam adalah bagus terbuat dari bahan yang awet, dirawat

dan tahan terhadap cuaca dari bahan permanen.

Page 4: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

80

- Kondisi lantai rumah di permukiman baru hanya sebagian saja yang

diperkeras (diplester) dan masih ada lantai yang belum diperkeras.

- Ventilasi rumah di permukiman yang baru mempunyai jendela atau lubang

angin di kedua sisi ruang sehingga terjadi pergantian udara didalam ruangan

tersebut, untuk sebagian masyarakat kondisi ini lebih bagus dibandingkan

permukiman lama mereka.

- Genangan air hujan di permukiman lama lebih buruk karena apabila terjadi

genangan di seluruh halaman rumah dan seluruh ruangan di dalam rumah

tergenang air surutnya lebih dari 3 jam.

- Ketidak puasan masyarakat berpenghasilan menengah terhadap luas rumah

yang dibangun lebih dari 70% luas halaman Rumah yang berada di

permukiman baru mempunyai 2 kamar tidur dan 1 ruang untuk ruang tamu

yang juga difungsikan sebagai ruang makan dan ruang keluarga

2. Jenis Prasarana

Ketersediaan prasarana diukur dengan 5 parameter yaitu ketersediaan air

terutama untuk konsumsi sehari-hari, sanitasi/air limbah, sampah, drainase/got

serta jalan lingkungan. Perbandingan jenis prasarana sebelum relokasi dengan

sesudah relokasi dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

-

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

Sumber Air Sanitasi/Air

Limbah

Sampah Drainase/Got Jalan

Jenis Prasarana

Permukiman Lama

Permukiman Baru

Gambar 5.2 Grafik Jenis Prasarana Permukiman Lama dan Permukiman Baru

Page 5: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

81

- Seringkali rumah tangga memiliki beberapa sumber air untuk konsumsi,

untuk pendataan ini dipilih salah satu yang paling dominan . Pengukuran

dilakukan terhadap kualitas air menghasilkan nilai sebelum relokasi 1.9

adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 2.75 adalah kategori buruk.

- Pengukuran ketersediaan sanitasi/air limbah dilakukan dengan melihat

ketersediaan dan kualitas sanitasi di masing-masing rumah menghasilkan

nilai sebelum relokasi 0.9 adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 0.9

adalah kategori baik.

- Ketersediaan prasarana pembuangan sampah di rumah diukur dengan melhat

ketersediaan dan kualitas pembuangan di masing-masing rumah

menghasilkan nilai sebelum relokasi 2.4 adalah kategori buruk dan nilai

setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik.

- Prasarana drainase di lingkungan diukur dengan melihat ketersediaaan dan

berfungsi/tidaknya drainase di setiap rumah menghasilkan nilai sebelum

relokasi 2.5 adalah kategori buruk dan nilai setelah relokasi 1.4 adalah

kategori sedang.

- Prasarana jalan lingkungan diukur dengan melihat material dan kondisi fisik

jalan menghasilkan nilai sebelum relokasi 2.5 adalah kategori buruk dan

nilai setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik.

Analisa Jenis Prasarana

- Ketersediaan prasarana peribadatan di permukiman yang baru sama dengan

permukiman lama masyarakat korban bencana

- Untuk prasarana pendidikan, kesehatan dan ekonomi belum dapat dipenuhi

oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo di dalam membangun permukiman

baru masyarakat korban bencana alam. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi

sebelum mereka dipindahkan atau di permukiman yang lama. Karena di

permukiman yang lama semua fasilitas ada dan berfungsi

- Tersedianya ruang terbuka di permukiman yang baru lebih baik daripada

sebelumnya.Ini dikarenakan permukiman baru ada taman terbuka yang

memang disediakan tempat bermain sedangkan di bermain Sedangkan di

Page 6: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

82

permukiman yang lama tidak ada tempat bermain (lapangan/ruang terbuka)

dan atau jalan/gang sebagai tempat bermain

3. Jenis Sarana

Ketersediaan sarana permukiman diukur dengan ketersediaan 5 jenis

sarana utama yang tersedian, yaitu ketersediaan sarana ibadah, pendidikan,

kesehatan, ekonomi dan ruang terbuka. Perbandingan jenis sarana sebelum

relokasi dengan sesudah relokasi dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Ibadah Pendidikan Kesehatan Ekonomi Ruang Terbuka

Jenis Sarana

Permukiman Lama

Permukiman baru

Gambar 5.3 Grafik Jenis Sarana di Permukiman Lama dan Permukiman Baru

- Pengukuran sarana tempat ibadah menghasilkan nilai sebelum sama dengan

nilai setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik Artinya di permukiman

tersedia tempat beribadatan masjid relokasi.

- Pengukuran sarana pendidikan menghasilkan nilai sebelum relokasi 0.9

adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 1.9 adalah kategori buruk.

- Pengukuran sarana kesehatan menghasilkan nilai sebelum relokasi 0.9

adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 1.9 adalah kategori buruk.

Page 7: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

83

- Pengukuran sarana ekonomi menghasilkan nilai sebelum relokasi 0.9 adalah

kategori baik dan nilai setelah relokasi 1.9 adalah kategori buruk.

- Pengukuran sarana ruang terbuka menghasilkan nilai sebelum relokasi 2.4

adalah kategori buruk dan nilai setelah relokasi 0.9 adalah kategori baik.

Analisa Jenis Sarana

- Dalam hal ketersediaan prasarana peribadatan di permukiman yang baru

sama dengan permukiman lama masyarakat korban bencana Untuk

prasarana pendidikan, kesehatan dan Pendidikan ekonomi belum dapat

dipenuhi oleh Pemerintah Kabupaten Situbondo di dalam membangun

permukiman baru masyarakat korban bencana alam.Hal ini tidak sesuai

dengan kondisi sebelum mereka dipindahkan atau di permukiman yang

lama. Karena di permukiman yang lama semua fasilitas ada dan berfungsi

- Tersedianya ruang terbuka di permukiman yang baru lebih baik daripada

sebelumnya.Ini dikarenakan permukiman baru ada taman terbuka yang

memang disediakan tempat bermain Sedangkan di permukiman yang lama

tidak ada tempat bermain (lapangan/ruang terbuka) dan atau jalan/gang

sebagai tempat bermain

4. Status Penduduk

Kerentanan status penduduk diukur melalui 5 aspek yang menggambarkan

kerentanan status lahan dan rumah, status/asal penduduk, pekerjaan dan

pendapatan. Perbandingan jenis sarana sebelum relokasi dengan sesudah relokasi

dapat dilihat pada diagram batang berikut ini :

Page 8: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

84

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

Status

Lahan

Status

Bangunan

Asal

Penduduk

Pekerjaan Pendapatan

Status Penduduk

Permukiman Lama

Permukiman Baru

Gambar 5.4 Grafik Status Penduduk di Permukiman Lama dan Baru

- Pengukuran status lahan dimana bangunan rumah diukur dari segi legalitas

(surat-surat lahan) menghasilkan nilai sebelum relokasi 1.2 adalah kategori

baik artinya rumah sebelum relokasi pada daerah perkampungan dan sudah

menjadi hak milik. Nilai setelah relokasi 1.9 adalah kategori sedang artinya

rumah relokasi tersebut hanya mempunyai hak untuk menempati

- Status bangunan diukur dari segi legalitas/perijinan bangunan menghasilkan

nilai sebelum relokasi 0.9 adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 0.9

adalah kategori baik.

- Asal penduduk diukur dengan melihat legalitas penduduk tersebut sebagai

warga (KTP) menghasilkan nilai sebelum relokasi sam dengan nilai setelah

relokasi 0.9 adalah kategori baik.

- Pekerjaan warga diukur dengan melihat kemapanan pekerjaan menghasilkan

nilai sebelum relokasi 0.9 adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 1.9

adalah kategori buruk.

- Pendapatan diukur dengan melihat kemampuan warga untuk memenuhi

kebutuhan primer, sekunder atau tersier keluarga menghasilkan nilai

sebelum relokasi 1.9 adalah kategori sedang dan nilai setelah relokasi 2.0

adalah kategori buruk.

Page 9: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

85

Analisa Status Penduduk

- Skor hasil perhitungan menunjukkan penurunan dalam masalah status lahan

karena status lahan masyarakat korban bencana sebelum dipindahkan atau

sudah menjadi hak milik. Tetapi setelah dipindahkan ke permukiman yang

baru status lahan tersebut adalah permukiman yang baru milik pemerintah

kabupaten Situbondo. Sebagaian besar masyarakat menginginkan adanya

kepasatian hukum status lahan yang mereka huni, karena lahan perumahan

yang dulu yang sudah menjadi hak milik habis terkena bencana banjir

- Dalam hal status bangunan sebelum relokasi adalah rumah yang berdiri di

atas lahan perkampungan tetapi tidak Memiliki IMB, keadaan ini sama

dengan permukiman yang baru di lokasi perumahan tetapi juga tidak

memiliki IMB baru di lokasi perumahan tetapi juga tidak memiliki IMB

Kepastian status bangunan atau kepemilikan IMB oleh masyarakat korban

bencana alam tidak terlalu penting bagi mereka.

- Asal Penduduk yang dipindahkan merupakan penduduk asli Situbondo.

Kesamaan asal, bahasa dan budaya salah satu faktor penting memudahkan

didalam sosialisasi atau interaksi di permukiman yang baru.

- Mayoritas pekerjaan masyarakat korban bencana alam adalah pekerjaan

informaltidak tetap (penjual, petani, kuli pasar, kuli bangunan, sopir, tukang

becak), sedangkan sisanya adalah pekerjaan informal tetap (buruh pabrik)

dan pekerjaan formal tetap (ABRI dan PNS). Setelah dipindah ke

permukiman yang baru, masyarakat tidak mengalami perubahan.

- Nilai pendapatan mengalami penurunan, karena sebagaian besar pendapatan

total masyarakat korban bencana alam mempunyai pekerjaan informal tidak

tetap belum dapat memenuhi kebutuhan primer dan sekunder. Permasalahan

Ini karena kesulitan aksesbilitas dalam mencapai tempat bekerja

Tabel berikut ini merupakan perbandingan kondisi permukiman dengan peraturan

Permen PU No. 54/PRT/1991 tentang pembangunan rumah sehat sederhana. :

Page 10: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

86

Tabel 5.1 Kaidah Permukiman Menurut PERMEN PU

No Indikator Permukiman Baru Permen PU

No. 54/PRT/1991 Keterangan

1. Status Lahan Daerah perumahan Daerah perumahan, hak milik, HGB,

Petok

Belum Memenuhi

2. Status Bangunan Milik Pemkab Situbondo Milik Sendiri, ber-IMB Belum Memenuhi

3.. Kondisi Bangunan Awet, dirawat, tahan cuaca, permanen.

Umur 10 tahun

Awet, dirawat, tahan cuaca, permanen.

Umur 9-15 tahun

Memenuhi

4. Kondisi Lantai Lantai diplester Lantai dikeramik Belum Memenuhi

5. Kondisi Ventilasi Ada jendela di kedua sisi ruang Ada jendela di kedua sisi ruang Memenuhi

6. Kepadatan Bangunan Bangunan diatas 70% halaman kurang dari

30% dari luas lahan

Bangunan kurang dari 60% dari luas

lahan

Kurang memenuhi

7. Pembagian Ruang Ada Ruang Tamu, 2 Ruang Tidur Ada sendiri-sendiri untuk tiap kegiatan Belum Memenuhi

6. Kepadatan Hunian 6 m²/orang Diatas 9(m²/org) Belum Memenuhi

7. Genanagan Air Hujan Tidak ada genangan Tidak ada genangan Memenuhi

8. Air Bersih a. Hidran Umum, kapasitas 30 l/org/hr a. Sumur untuk umum atau kran umum a. Belum berfungsi

9. Saluran a. Sepanjang tepi jalan, dikedua tepi sisi

jalan (konstrusi pasangan batu kali)

b. Diperhitungkan secara teknis dan

daerah bebas dari banjir

a. Sepanjang jalan, disalah satu tepi jalan

atau di kedua tepi sisi jalan

b. Diperhitungkan secara teknis, sehingga

lingkungan bebas dari genangan air,

a. Memenuhi

b. Memenuhi

Page 11: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

87

c. Pada crossing jalan dilengkapi dengan

gorong-gorong

sekurang-kurangnya dengan lebar atas

30 cm, bawab 20 cm, tinggi 30 cm

10. Jalan Jalan lingkungan :

a. Menghubungkan rumah-rumah di

relokasi

b. Perkerasan (agregat B dan pasangan

batu kali) lebar 3 m

c. Bahu jalan masing-masing 1 meter

Jalan Akses :

a. Jalan utama menghubungkan relokasi

dengan jalan utama

b. Perkerasan (agregat B, dan pasangan

batu kali) lebar 4 m

c. Bahun jalan masing-masing 1 meter

d. Saluran tanah dikeraskan pada kedua

sisi jalan

Jalan Lingkungan :

a. Berfungsi sebagai jalan untuk

kendaraan roda empat dan kendaraan

dalam keadaan darurat

b. Lebar penampang sebesar-besarnya 6

m dan mempunyai lebar perkerasan ≥ 3

m dengan konstruksi dari bahan lokal

yang dinyatakan layak sebagai jalan

lingkungan untuk kendaraan

c. Mempunyai bahu jalan dengan lebar

penampung sekurang-kurangnya 40

cm, yang harus dapat digunakan untuk

penempatan tiang listrik, jaringan

utilitas dan jaringan prasaranan

lainnya.

a. Memenuhi (lebih bagus)

b. Memenuhi (lebih bagus)

11. MCK Ditempatkan di fasillitas Umum dan

Fasilitas sosial yang ada

a. Pada tahap awal disediakan sekurang-

kurangnya secara terpusat untuk

Memenuhi (lebih bagus)

Page 12: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

88

a. 2 (Dua) kamar mandi dan 2 (dua)

closet, 1 (satu) tempat cuci.

b. Pasangan batu bata diplester dan dicat

c. On site (septic tank)

melayani umum, sebelum dapat

dibuat MCK yang ada di setiap

rumah.

b. Untuk 50 unit rumah dibuat sekurang-

kurangnya 8 kakus, 4 kamar mandi

dan 4 tempat cuci dibuat dengan

dinding setinggi 150 cm tanpa atap.

Fasilitas Sosial dan

Fasilitas Umum

Fasilitas sosial lain dapat disediakan

sesuai dengan kebutuhan penghuni serta

memperhitungkan upaya pemanfaatan

keberadaan fasilitas sosial yang telah ada

di sekitar lokasi perumahan sangat

sederhana, serta harus mengikuti

ketentuan pedoman teknik pembangunan

perumahan sederhan yang berlaku.

1. Sekolah SD (*) a. 1 unit TK untuk setiap 1.000 penduduk

b. 1 unit SD untuk setiap 5.000 penduduk

c. 1 unit SLTP untuk setiap 25.000

pendd.

Tidak Tersedia

Page 13: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

89

2. Pasar (*) a. Minimal satu pasar untuk 1 (satu) desa Tidak Tersedia

3. Balai Desa (*) --- Tidak Tersedia

4. Puskesmas Pembantu

(*)

a. 1 unit Balai Pengobatan/3.000 jiwa

b. 1 unit BKIA/10.000 sd. 30.000 jiwa

c. 1 unit Puskesmas/120.000 jiwa

Tidak Tersedia

5. Tempat Peribadatan

Masjid

Luas bangunan 10x10 m2. a. Minimal 1 unit/2.500 jiwa Memenuhi (lebih bagus)

Page 14: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

90

Dari hasil penilaian diatas dan merujuk pada Peraturan Menteri Pekerjaan

Umum nomor 18/PRT/M/2007 tentang penyelenggaraan pengembangan sistem

penyediaan air minum bahwa penyediaan air minum adalah kegiatan

menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar

mendapatkan kehidupan yang sehat dan bersih, dalam masalah sarana air bersih

dan jaringan listrik di tempat relokasi belum memenuhi persyaratan. Masyarakat

masih harus mengambil air bersih dari tempat yang lumayan jauh. Selain itu,

sarana pedidikan dan kesehatan juga belum tersedia. Sehingga pelajar masih harus

menempuh perjalanan yang jauh untuk mencapai sekolah. Pemenuhan kebutuhan

aka pekerjan juga belum sepenuhnya terjamin. Banyak masyarakat yang

pendapatannya berkurang sedangkan pengeluaran semakin bertambah. Hal inilah

yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk dicarikan solusinya. Misalnya

dengan memberdayakan masyarakat atau mendaftar potensi masyarakat yag bisa

dimanfaatkan untuk menjadikan relokasi permukiman bencana menjadi lebih

baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembangunan permukiman baru untuk

korban bencana alam banjir di Situbondo belum sesuai dengan kaidah-kaidah

permukiman.

5.1.2. Aspek Fisik

Aspek fisik dalam penelitian ini adalah kondisi perumahan. Perumahan

dalam arti luas meliputi rumah dan segala fasilitas pendukungnya yang

bersama merupakan suatu lingkungan perumahan. Fasilitas lingkungan

perumahan mencakup aneka ragam, antara lain penyediaan air minum,

jaringan saluran pembuangan, jalan lingkungan dan sebagainya yang

kesemuanya penting bagi pemeliharaan lingkungan. Dalam sub-bab ini akan

dijelaskan mengenai persepsi responden terhadap kondisi perumahan yang

diantaranya kondisi rumah, air bersih, listrik dan sanitasi; kondisi jalan angkutan

umum; keamanan lingkungan dari banjir, kebakaran dan kriminalitas serta;

penggunaan fasilitas yang tersedia di wilayah studi.

Page 15: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

91

A. Persepsi terhadap Tanah, Bangunan, Sarana dan Prasarana

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi rumah saat ini dapat

dilihat pada Gambar 5.5 berikut:

Gambar 5.5 Persepsi Responden terhadap Kondisi Rumah Saat Ini

Persepsi responden terhadap kondisi rumah yang mereka huni

sekarang pada Gambar 5.5 di atas sebanyak 32% (32 orang) menyatakan baik

dibandingkan saat mereka masih di bantaran sungai Sampeyan, d a n 2 0 % n ya

m e n ya t a k a n s a n ga t b a i k . P ersepsi ini timbul karena para responden

menganggap bahwa mereka sekarang lebih tenang dengan kondisi lahan dan

bangunan mereka yang kuat. Tempat tinggal sebelum adanya bencana menurut

responden terbuat dari bahan banguan seadanya yang disesuaikan dengan

kemampuan ekonomi mereka. Umumnya rumah yang dibangun di bantaran

sungai Sampeyan tersebut terbuat dari kayu dan batu bata, dan bahkan ada yang

hanya terbuat dari kayu saja. Sedangkan sebanyak 17% (17 orang) responden

menyatakan tidak baik dan 31% menyatakan sangat tidak baik. Persepsi ini

timbul karena mereka menganggap rumah yang diberikan oleh pemerintah

kabupaten lebih buruk dari rumah mereka ketika masih berdomisili di bantaran

sungai Sampeyan, dan mereka harus mengadakan perbaikan atau peningkatan

Page 16: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

92

rumah mereka sendiri, karena rumah yang diberikan lebih kecil, lebih sempit

dan tidak indah (karena dinding rumah tidak diberi cat). Menurut responden

rumah yang dihuni sebelumnya adalah rumah yang mereka bangun sendiri

meskipun dengan bantuan tukang bangunan akan tetapi mereka juga ikut andil

dalam pembangunan tersebut sehingga mereka dapat mengontrol setiap tahap

pembangunan, akan tetapi untuk rumah relokasi ini menurut responden tidak lebih

baik dari rumah mereka sebelumnya. Ketidak lebih baikan ini mungkin dikarena

pembangunan rumah yang dilakukan secara serentak sehingga kurang

mendapatkan pengawasan dari pihak pimpinan, akibatnya terdapat beberapa

rumah yang masih harus direnovasi ulang oleh para penghuninya.

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi air bersih saat ini dapat

dilihat pada Gambar 5.6 berikut:

Gambar 5.6 Persepsi Responden terhadap Kondisi Air Bersih Saat Ini

Untuk persepsi responden terhadap kondisi air bersih pada Gambar 5.6

di atas sebanyak 17% menganggap kondisi air bersih di lokasi baru baik

dibandingkan saat mereka menetap di bantaran sungai Sampeyan, dan 19%nya

menyatakan sangat baik. di mana persepsi ini muncul karena mereka bersedia

menempuh jarak 4 km untuk mendapatkan air bersih. Menurut masyarakat

sebelum adanya jaringan air mereka harus mengambil air bersih dari sungai yang

Page 17: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

93

ada lalu di bawa ke rumah, tetapi saat ini menurut mereka jauh lebih baik,.

Responden yang menjawab kodisi air bersih tidak baik sebanyak 29% da sangat

tidak baik sebanyak 35%, di mana persepsi ini muncul karena menurut mereka

untuk mendapatkan air bersih mereka harus berjalan jauh 4 km yang membuat

mereka segan. Bencana banjir tersebut membuat sumber air bersih yang sudah

ada sebelumnya menjadi berkurang, menurut responden sebelum bencana terjadi

mereka dapat dengan mudah memperoleh air bersih meskipun jarak tempuh untuk

mengambil air tersebut tidaklah dekat. Jaringan air yang ada pada tempat relokasi

permukiman tidak seperti sebelumnya.

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi listrik saat ini dapat dilihat

pada Gambar 5.7 berikut:

Gambar 5.7 Persepsi Responden terhadap Kondisi Listrik Saat Ini

Untuk persepsi responden terhadap kondisi listrik pada Gambar 5.7 di atas

sebanyak 15% yang menyatakan sangat baik dan 21% yang menyatakan baik

sebab mereka menganggap kondisi penerangan di lokasi baru lebih baik

dibandingkan saat mereka menetap di bantaran sungai Sampeyan, di mana

persepsi ini muncul karena meskipun tidak tersedia jaringan listrik mereka

Page 18: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

94

bersedia mengadakan penerangan sendiri dengan menggunakan petromak dan

lampu tempel di lokasi baru. Menurut beberapa responden jaringan listrik yang

tersedia sekarang dapat merata, sehingga setiap rumah terdapat jaringan listrik

sendiri. Responden yang menjawab tidak baik sebanyak 27% dan sangat tidak

baik sebanyak 37% karena menurut mereka di bantaran sungai Sampeyan dahulu

sudah ada jaringan listrik sedangkan saat ini di permukiman yang baru belum

terdapat jaringan listrik.

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi sanitasi (MCK) saat ini

dapat dilihat pada Gambar 5.8 berikut:

Gambar 5.8 Persepsi Responden terhadap Kondisi Sanitasi (MCK) Saat Ini

Persepsi responden terhadap kondisi sanitasi yang ada di lokasi yang baru pada

Gambar 5.8 di atas, sebanyak 18% menyatakan sangat baik dan 27% menyatakan

baik. Hal ini disebabkan ketika mereka masih bermukim di bantaran sungai

Sampeyan, untuk keperluan mandi mencuci dan buang hajat menggunakan air

sungai yang mudah didapat. Yang menurut responden air yang berasal dari sungai

tersebut mulai kurang bersih daripada sebelumnya, akan tetapi sungai tersebut

merupakan satu-satunya sumber air yang paling dekat dengan permukiman

Page 19: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

95

mereka sehingga mau tidak mau mereka harus menggunkaan air sungai tersebut

meskipun tidak terlalu bersih. Sebanyak 31% responden menyatajkan tidak baik

dan 24% menyatakan sangat tidak baik. Responden ini beralasan bahwa kondisi

sanitasi di lokasi yang baru lebih buruk dibandingkan ketika masih bermukim di

bantaran sungai Sampeyan karena menurut mereka air bersih sangat berpengaruh

terhadap kondisi sanitasi dan kenyatannya air bersih sangat sulit didapat dan itu

membuat mereka malas. Sulitnya memperoleh air bersih membuat masyarakat

kesulitan untuk melakukan memenuhi kebutuhan air sehari-hari, mereka harus

mengantri air bersih atau mengambil air bersih di daerah yang jauh dari tempat

tinggal.

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi jalan saat ini dapat dilihat

pada Gambar 5.9 berikut:

Gambar 5.9 Persepsi Responden terhadap Kondisi Jalan Saat Ini

Pada Gambar 5.9 di atas terlihat bahwa 17% responden menyatakan sangat

baik dan 31% responden yang menyatakan kondisi jalan baik. Sebab dari

keterangan yang mereka berikan bahwa semenjak menetap di wilayah relokasi

permukiman tersebut banyak sekali adanya upaya perbaikan terhadap jalan akses

menuju ke perumahan mereka. Pasca terjadinya bencana alam tersebut kondisi

jalan menjadi tidak teratur sehingga banyak perbaikan yang harus dilakukan untuk

Page 20: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

96

memperlancar akses masuknya ke wilayah tersebut dan juga untuk memperlancar

kegiatan perekonomian wilayah tersebut. Sebanyak 29% responden menyatakan

sangat tidak baik dan 23% menyatakan tidak baik, karena meskipun jalan sudah

diperkeras dan bisa dilewati masyarakat namun aksesabilitas masih kurang.

Penyediaan transportasi masih belum memadai aktivitas masyarakat.

B. Persepsi terhadap Keamanan Lingkungan

Kondisi permukiman yang baik tidak hanya ditentukan oleh kondisi fisik

semata, tetapi salah satunya juga dari keamanan lingkungan yang terdapat di

permukiman tersebut. Keamanan yang diutarakan dalam penelitian ini adalah

keamanan lingkungan dari bahaya banjir, kebakaran dan kriminalitas. Ketenangan

dan kenyamanan warga yang hidup di dalamnya sangat bergantung pada

tingkat keamanan ketiga hal tersebut. Barang-barang kepemilikan warga akan

aman bila lingkungan tersebut terhindar dari bahaya banjir, kebakaran dan

kriminalitas.

1. Kebanjiran

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi banjir saat ini dapat dilihat

pada Gambar 5.10 berikut :

Gambar 5.10 Persepsi Responden terhadap Kondisi Banjir Saat Ini

Page 21: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

97

Dari hasil survey yang dilakukan mengenai kebanjiran yang pernah

dialami ketika bermukim saat ini pada Gambar 5.10 di atas sebanyak 20% yang

menyatakan sangat baik dan 37% responden yang menyatakan baik. Maksudny

adalah bahwa mereka tidak pernah mengalami kebanjiran dibandingkan ketika

mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Hal ini bisa dimaklumi karena

kondisi area studi terletak di dataran tinggi dan bebas banjir sehingga mereka

bersepakat bulat kondisi perumahan saat ini lebih baik. Dengan kondisi area yang

berada di tempat yang lebih tinggi responden merasa keamanan tempat tinggal

yang sekarang jauh lebih baik dari ancaman bencana banjir susulan atau banjir

yang akan datang. Keadaan yang lebih baik ini membuat masyarakat merasa

nyaman untuk tinggal dan tidak merasa was-was atau khawatir jika ada bencana

banjir lagi.

2. Kebakaran

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi kebakaran saat ini dapat

dilihat pada Tabel 5.7 berikut:

Gambar 5.11 Persepsi Responden terhadap Kondisi Kebakaran Saat Ini

Page 22: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

98

Dari hasil survey yang dilakukan mengenai kondisi kebakaran yang

pernah dialami ketika bermukim saat ini pada Gambar 5.11 di atas sebanyak

35% menyatakan baik dan 19% menyatakan sangat baik. Maksudnya mereka

belum mengalami kebakaran dibandingkan ketika mereka bermukim di bantaran

sungai Sampeyan. Hal ini bisa dimaklumi karena kondisi perumahan saat ini

merupakan tembok permanen dan mempunyai jarak antar rumah yang aman dari

bahaya kebakaran sehingga mereka bersepakat bulat kondisi perumahan saat ini

lebih baik. Dengan adanya jarak antar rumah tersebut dapat membuat api yang

menjalar ketika ada kebakaran tidak dapat secara langsung dapat merembet ke

rumah yang lainnya. Sehingga jika terjadi kebakaran masyarakat sekitar

kebakaran tersebut dapat mengantisipasi terlebih dahulu sebelum merembet ke

rumah mereka.

3. Kriminalitas

Gambaran persepsi responden terhadap kondisi kriminalitas saat ini dapat

dilihat pada Gambar 5.12 berikut:

Gambar 5.12 Persepsi Responden terhadap Kriminalitas Saat Ini

Page 23: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

99

Dari hasil survey yang dilakukan mengenai kriminalitas yang pernah

dialami ketika bermukim saat ini pada Gambar 5.12 di atas sebanyak 17%

menyatakan baik dan 19% menyatakan sangat baik karena mereka tidak pernah

mengalami tindakan kriminalitas dibandingkan ketika bermukim di bantaran

sungai Sampeyan. Berkurangnya tindak kriminal menurut beberapa responden

mungkin dikarenakan orang yang melakukan tindak kriminal tersebut juga ikut

mengalami musibah bencana tersebut, sehingga mungkin untuk sementara

kriminalitas berkurang dibandingkan dengan sebelum adanya bencana banjir.

Terdapat 34 responden yang menyatakan sangat tidak baik dan 30% yang

menyatakan tidak baik. Hal ini disebabkan barang mereka pernah kecurian

padahal sewaktu di bantaran sungai Sampeyan barang-barang mereka tidak

pernah dicuri. Kriminalitas yang terjadi pasca bencana tersebut masih tetap ada

meskipun tidak sesering dan sebesar sebelum bencana banjir.

4. Senang/tidak bermukim di wilayah studi

Gambaran persepsi responden terhadap senang tidaknya bermukim saat ini

dapat dilihat pada Gambar 5.13 berikut:

Gambar 5.13 Persepsi Responden terhadap Senang Tidaknya Bermukim

Saat Ini

Page 24: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

100

Dari hasil survey yang dilakukan mengenai senang atau tidak senang

bermukim di wilayah studi pada Gambar 5.13 di atas responden yang menyatakan

sangat senang tinggal di wilayah studi ada sebanyak 19 orang dan 21% yag

menyatakan senang, persepsi ini muncul karena menurut responden kondisi saat

ini lebih baik dari kondisi sebelumnya yang serba kesulitan misalnya akses

fasilitas rumah, dan keamanan dari bencana banjir. Responden menyatakan bahwa

keadaan saat ini berbeda dengan keadaan sebelumnya, saat ini berbagai failitas

tersedia. Sedangkan yang menyatakan tidak senang bermukim di wilayah studi

ada sebanyak 23% dan yag menyatakan sangat tidak senang sebanyak 37%.

menurut responden keadaan saat ini tidak lebih baik dari keadaan sebelumnya.

Mereka merasa tidak senang dengan relokasi yang ada sekarang, mereka lebih

senang dengan permukiman sebelumnya yang dekat dengan sanak saudara dan

kerabat dekat, akan tetapi di relokasi permukiman yang baru ini jauh dengan

kerabat dekat yang dulu rumahnya berdekatan.

Responden yang diambil untuk persepsi ini sebanyak 100 orang meliputi

korban yang tinggal ditempat relokasi dan juga yang belum mau menempati.

Korban yang belum mau menempati daerah relokasi memiliki persepsi-persepsi

tertentu sehingga menyebabkan korban tersebut masih mempertimbangkan untuk

pindah ke relokasi ataukah tidak.

C. Penggunaan Fasilitas

Ketersediaan fasilitas, lengkap tidaknya fasilitas yang ada dapat

mencerminkan perkembangan keadaan masyarakat di lokasi yang

bersangkutan. Pada umumnya makin berkembang suatu masyarakat makin

lengkap fasilitas sosial-ekonomi yang dimilikinya, sesuai dengan meningkatnya

kebutuhan pelayanan. Kemudahan hubungan dan komunikasi, memiliki

keterkaitan yang sangat erat dengan faktor kelengkapan fasilitas. Karena

kemudahan hubungan dan komunikasi akan berjalan dengan baik seiring dengan

kelengkapan fasilitas seperti jaringan utilitas dan jalan yang makin baik, serta

tidak lupa pula sarana pendidikan, kesehatan, dan perbelanjaan. Akan sangat

membantu penghuni pemukiman tersebut guna keberlangsungan hidup mereka.

Page 25: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

101

Tetapi, karena terbatasnya dana di dalam pembangunan relokasi permukiman

maka oleh Pemerintahan Propinsi Jawa Timur hanya membangun fasilitas

Peribadatan atau masjid. Pembangunan Masjid ini didasari oleh mayoritas

penghuni relokasi permukiman adalah beragama Islam. Di dalam mengatasi

kebutuhan pendidikan dan kesehatan, penduduk relokasi permukiman

menggunakan fasilitas di pusat kota Situbondo.

5.1.3. Aspek Non Fisik

5.1.3.1.Kondisi Sosial

Dalam sub-bab ini akan dijelaskan mengenai perubahan yang terjadi pada

kondisi sosial rumah tangga di wilayah studi. Kehidupan sebuah rumah tangga

di suatu lingkungan permukiman tidak hanya berkaitan dengan pemenuhan

kebutuhan terhadap tuntutan ekonomi mereka. Karena tanpa adanya kondisi-

kondisi sosial yang menunjang seperti kondisi kesehatan, pendidikan dan relasi

sosial yang dimiliki suatu rumah tangga, maka kegiatan rumah tangga untuk

memenuhi tuntutan ekonomi juga akan mengalami gangguan. Tanpa adanya

kondisi kesehatan yang baik seseorang tidak beraktifitas secara optimal, begitu

pula halnya dengan kondisi pendidikan yang merupakan modal utama dalam

membentuk kemampuan manusia, dan relasi sosial yang dimiliki suatu

rumah tangga akan menunjang kehidupan mereka di suatu lingkungan.

A. Kesehatan

Dalam menganalisa kondisi kesehatan warga yang direlokasi dari

bantaran sungai Sampeyan, data yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan data primer (berasal dari jawaban responden). Pemilihan untuk

menggunakan data primer ini disebabkan karena sulitnya untuk mendapatkan

data sekunder untuk mendukungnya, dan para responden berasal dari berbagai

kelurahan dan waktu pindah yang berbeda-beda yang mengakibatkan sulitnya

mencari data pada waktu yang sesuai.

Untuk mengetahui bagaimana kondisi kesehatan dari para responden

pada saat di sungai Sampeyan maupun ketika telah bermukim di lokasi yang

Page 26: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

102

baru, maka dalam penelitian ini diajukan pertanyaan mengenai pengalaman dari

para responden dan anggota keluarganya tentang penyakit yang pernah mereka

alami. Jenis penyakit yang ditanyakan di dalam penelitian ini hanyalah

penyakit-penyakit yang umum terjadi di bantaran sungai yang airnya sudah tidak

layak untuk dikonsumsi (tercemar). Dan karena peneliti mendapatkan kesulitan

dalam memperoleh data-data sekunder maka data yang digunakan hanyalah

menggunakan data primer (berdasarkan jawaban dari responden).

Gambaran perubahan penyakit yang diderita responden sebelum dan

sesudah relokasi dapat dilihat pada Tabel 5.10 berikut:

Tabel 5.2

Perubahan Penyakit yang Diderita Responden Sebelum dan Sesudah

Relokasi

No. Penyakit Sebelum

Relokasi

Sesudah

Relokasi

1. Diare 18 12 2. Muntaber 12 4 3. Kulit 10 20 4. Tidak Menderita Penyakit 10 14

Sumber: Dinas Kesehatan

Dari hasil analisis jawaban responden pada Tabel 5.10 di atas diketahui

bahwa untuk penyakit diare dan muntaber terjadi penurunan dibandingkan

pada saat para responden masih bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Akan

tetapi untuk penyakit kulit dan tidak menderita penyakit terjadi peningkatan

dibandingkan pada saat mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan.

Terjadinya penurunan dan peningkatan terhadap orang yang menderita suatu

penyakit yang umumnya diderita oleh masyarakat, menurut responden

diakibatkan karena keadaan kebersihan yang ada sekarang sudah lebih baik dari

sebelumnya. Tempat pembuangan sampah dan saluran air limbah yang saat ini

sudah teratur membuat berbagai penyakit yang umumnya diderita tersebut

menjadi berkurang. Akan tetapi untuk penderita penyakit kulit yang semakin

meningkat mungkin diakibatkan karena kurangnya air bersih yang digunakan oleh

masyarakat, sehingga menyebabkan berbagai macam penyakit kulit yang diderita.

Page 27: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

103

Responden yang diambil dalam masalah kesehatan ini sebanyak 50 orang

dan hanya berasal dari tempat relokasi. Hal ini dilakukan karena data ini tidak

berkaitan dengan persepsi masyarakat tetapi berkaitan dengan data real yang ada

di daerah relokasi. Karena itu korban yang tidak menempati daerah relokasi tidak

dimasukkan sebagaimana analisis persepsi sebelumnya.

B. Relasi Sosial

Rumah tidak hanya menjadi kebutuhan individual melainkan

kebutuhan masyarakat pada umumnya. Seseorang yang telah terpenuhi kebutuhan

akan rumah tidak berdiri sendiri, melainkan hadir bersama-sama dengan

orang lain yaitu masyarakat lingkungannya. Karena orang tidak mungkin

hidup sendirian, maka kehadirannya ke dalam suatu rumah mau tidak mau

dipengaruhi oleh masyarakat lingkungan sekelilingnya. Gambaran kegiatan

masyarakat sebelum relokasi dapat dilihat pada Gambar 5.4 berikut:

Gambaran perubahan kegiatan masyarakat sebelum dan sesudah relokasi

dapat dilihat pada Tabel 5.3 berikut:

Tabel 5.3

Perubahan Kegiatan Masyarakat Sebelum dan Sesudah Relokasi

No. Kegiatan Masyarakat Sebelum

Relokasi

Sesudah

Relokasi

1. Gotong royong Kebersihan 9 10 2. Pengajian 12 9 3. Siskamling 13 12 4. Posyandu 5 7 5. Arisan 6 9 6. Tidak Aktif 5 3

Sumber: Hasil Analisa

Dari hasil analisis jawaban responden pada Tabel 5.3 di atas diketahui

bahwa untuk pengajian dan yang tidak aktif dalam kegiatan apapun terjadi

penurunan dibandingkan pada saat para responden masih bermukim di bantaran

sungai Sampeyan. Untuk kegiatan masyarakat seperti gotong royong kebersihan,

siskamling, posyandu dan arisan terjadi peningkatan dibandingkan pada saat

mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Banyaknya peningkatan pada

Page 28: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

104

kegiatan masyarakat tersebut mungkin diakibatkan keadaan sosial dan ekonomi

mereka yang juga ikut berubah, sehingga mereka perlu untuk menjalin suatu

silaturahmi antara tetangga baru yang harus dijalin guna membangun suatu

komunitas baru dengan keadaan yang baru.

5.1.3.2.Kondisi Ekonomi

Perubahan pada kondisi perekonomian rumah tangga adalah salah satu

determinan penting dalam menjelaskan perubahan taraf hidup rumah tangga

yang direlokasi. Dengan segala faktor-faktor yang menjadi nilai lebih maupun

nilai kurang dari suatu lokasi permukiman, seseorang maupun suatu rumah

tangga tentu membutuhkan dukungan perekonomian yang kuat untuk dapat

menyesuaikan diri pada suatu permukiman. Ketika suatu rumah tangga

diharuskan untuk meninggalkan lingkungan permukiman yang sudah ada menuju

suatu lingkungan yang baru, maka kondisi perekonomian yang sudah stabil

tersebut akan dipaksa untuk kembali menyesuaikan diri lagi terhadap kondisi

yang baru tersebut. Dalam sub-bab ini akan dijelaskan mengenai perubahan apa

saja yang terjadi pada kondisi perekonomian rumah tangga akibat relokasi

permukiman bantaran sungai.

A. Pendapatan

Pendapatan rumah tangga adalah pendapatan yang dapat dibelanjakan.

Pendapatan rumah tangga merupakan sarana untuk memenuhi kebutuhan dan

keinginan rumah tangga. Pada tingkat pendapatan rumah tangga yang sangat

rendah maka pengeluaran rumah tangga adalah lebih besar dari

pendapatannya. Ini berarti bahwa pengeluaran konsumsi bukan saja dibiayai

oleh pendapatannya tetapi juga dari sumber-sumber lain, seperti tabungan yang

dibuat di masa lalu, dengan menjual harta kekayaannya, atau dari meminjam.

Pada suatu tingkat pendapatan rumah tangga yang cukup tinggi, konsumsi

rumah tangga akan sama besarnya dengan pendapatan rumah tangganya. Apabila

pendapatan rumah tangga mencapai tingkatan yang lebih tinggi lagi, maka

rumah tangga tidak akan menggunakan seluruh pendapatan yang dapat

Page 29: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

105

dibelanjakan tersebut. Ini berarti pengeluaran rumah tangga adalah lebih

rendah dari pendapatan rumah tangga. Pendapatan yang tidak digunakan

untuk belanja tersebut merupakan tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga.

Gambaran perubahan pendapatan responden sebelum dan sesudah

relokasi dapat dilihat pada Tabel 5.4 berikut:

Tabel 5.4

Perubahan Pendapatan Responden Sebelum dan Sesudah Relokasi

No. Pendapatan Sebelum

Relokasi

Sesudah

Relokasi

1. < Rp.400.000 35 39 2. Rp.500.000-Rp.600.000 11 9 3. Rp.700.000- Rp.800.000 3 1 4. Rp.900.000-Rp.1.000.000 1 1

Sumber: hasil jawaban responden

Dari hasil analisis jawaban responden pada Tabel 5.4 di atas diketahui

bahwa untuk pendapatan < Rp.400.000 terjadi peningkatan dibandingkan pada

saat para responden masih bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Untuk

pendapatan Rp.500.000-Rp.600.000 terjadi penurunan dibandingkan pada saat

mereka bermukim di bantaran SS. Untuk pendapatan Rp.700.000-Rp.800.000

terjadi penurunan dibandingkan pada saat mereka bermukim di bantaran sungai

Sampeyan. Untuk pendapatan Rp.900.000-Rp.1.000.000 tidak terjadi penurunan

maupun peningkatan dibandingkan pada saat mereka bermukim di bantaran

sungai Sampeyan. Banyaknya terjadi penurunan pada jumlah pendapatan pada

setiap jenjang yang dikategorikan oleh peneliti yang diterima oleh masyarakat

perbulan mungkin diakibatkan oleh perubahan keadaan perekonomian yang

berubah dan sempat tidak ada kegiatan perekonomian pasca bencana alam banjir

tersebut. Dan perubahan tersebut mungkin juga disebabkan karena sebagian

masyarakat tidak masuk kerja karena memperbaiki keadaan rumah atau

mengungsi sementara sehingga berakibat pada pemotongan gaji yang dilakukan

oleh perusahaan sebagai sanksi dari ketidakhadiran di tempat kerja.

Page 30: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

106

B. Pengeluaran

Pengeluaran suatu rumah tangga akan menunjukkan tingkat

konsumsinya, Aktivitas konsumsi dapat digambarkan sebagai pemuasan dari

keinginan dan kebutuhan materi melalui penyediaan barang-barang seperti

makanan, pakaian, pelayanan kesehatan, hiburan, dan lainnya. Aktivitas

konsumsi secara umum tidak diharapkan sebagai suatu kontribusi terhadap

sumber daya keuangan atau fisik suatu rumah tangga, terkecuali konsumsi

untuk barang tertentu yang tahan lama bagi penggunaan di masa akan datang.

Gambaran pengeluaran responden sebelum relokasi dapat dilihat pada Gambar

5.10 berikut:

Gambaran perubahan pengeluaran responden sebelum dan sesudah

relokasi dapat dilihat pada Tabel 5.5 berikut:

Tabel 5.5

Perubahan Pengeluaran Responden Sebelum dan Sesudah Relokasi

No. Pengeluaran Sebelum

Relokasi

Sesudah

Relokasi

1. < Rp.400.000 34 40 2. Rp.500.000-Rp.600.000 12 5 3. Rp.700.000- Rp.800.000 2 2 4. Rp.900.000-Rp.1.000.000 2 3

Dari hasil analisis jawaban responden pada Tabel 5.5 di atas diketahui

bahwa untuk pengeluaran < Rp.400.000 terjadi peningkatan dibandingkan pada

saat para responden masih bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Untuk

pengeluaran Rp.500.000-Rp.600.000 terjadi penurunan dibandingkan pada saat

mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Untuk pengeluaran

Rp.700.000-Rp.800.000 tidak terjadi penurunan maupun peningkatan

dibandingkan pada saat mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Untuk

pengeluaran Rp.900.000-Rp.1.000.000 terjadi penurunan dibandingkan pada saat

mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Semakin meningkatnya

pengeluaran yang dikeluarkan oleh masyarakat yang terkena bencana terutama

yang menjadi responden, mungkin disebabkan keterbatasan kebutuhan yang

Page 31: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

107

tersedia sehingga jika tersedia harganyapun lebih mahal dari sebelumnya

sehingga pengeluaran pun juga ikut bertambah.

C. Kepemilikan Aset

Kepemilikan aset merupakan salah satu indikator yang mencerminkan

kondisi perekonomian suatu rumah tangga. Karena dengan bertambahnya

aset suatu rumah tangga dapat menunjukkan bahwa tingkat konsumsinya juga

mengalami peningkatan. Bahkan kepemilikan aset dapat dikatakan sebagai

salah satu bentuk investasi yang dilakukan suatu rumah tangga, dimana investasi

dalam bentuk ini dapat bermanfaat bagi suatu rumah tangga bila mereka sedang

sangat membutuhkan dana yang mendesak. Aset yang ditanyakan dalam

penelitian ini adalah aset yang berupa sepeda motor, televisi dan tabungan.

Gambaran perubahan kepemilikan aset responden sebelum dan sesudah

relokasi dapat dilihat pada Tabel 5.6 berikut:

Tabel 5.6

Perubahan Kepemilikan Aset Responden Sebelum dan Sesudah Relokasi

No. Aset Sebelum

Relokasi

Sesudah

Relokasi

1. Sepeda Motor 10 10 2. Televisi 35 25 3. Tabungan 3 3 4. Tidak Memiliki Satupun 2 12

Sumber: hasil jawaban responden

Dari hasil analisis jawaban responden pada Tabel 5.6 di atas diketahui

bahwa untuk aset sepeda motor tidak terjadi peningkatan maupun penurunan

dibandingkan pada saat para responden masih bermukim di bantaran sungai

Sampeyan. Untuk aset televisi terjadi penurunan dibandingkan pada saat mereka

bermukim di bantaran sungai Sampeyan. Untuk aset tabungan tidak terjadi

peningkatan maupun penurunan dibandingkan pada saat mereka bermukim di

bantaran sungai Sampeyan. Untuk tidak memiliki satupun terjadi peningkatan

dibandingkan pada saat mereka bermukim di bantaran sungai Sampeyan.

Penurunan dan peningkatan yang besar terdapat pada kepemilikan televisi dan

Page 32: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

108

yang tidak memiliki aset satupun. Hal ini mungkin di karenakan pada saat

bencana tersebut terjadi beberapa responden tidak sempat untuk menyelamatkan

benda berharganya termasuk televisi sehingga saat ini mereka tidak memilikinya,

dan terdapat beberapa responden yang hingga saat ini masih belum mampu untuk

membeli televisi yang baru untuk menggantikan televisi yang tidak terselamatkan

tersebut.

5. 3 Hasil Pengujian Tentang Perubahan Kondisi Ekonomi dan Sosial bagi

Korban Bencana Alam

Metoda analisis data merupakan teknik penelaahan dampak kebijakan

program relokasi penduduk bantaran Sungai Sampeyan terhadap taraf hidup

rumah tangga berdasarkan data yang diperoleh dari survey yang dilakukan.

Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis

statistic Chi Square Test.

1. Chi Square Test

Uji Chi-Square (independent test) berfungsi untuk mengetahui ada tidaknya

hubungan antara dua peubah kategorik atau bisa juga antara peubah respon

dengan masing-masing peubah penjelas tanpa bisa menjelaskan sesuatu tentang

tingkat hubungan maupun arah hubungannya. Uji Chi-Square menggunakan

teknik tipe goodness of fit yaitu uji tersebut dapat digunakan untuk mengetahui

apakah ada perbedaan yang signifikan antara observasi yang di amati dengan

banyaknya harapan berdasarkan hipotesis nol.

Pengujian ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel

kesejahteraan masyarakat relokasi bencana alam terhadap penyelenggaraan sarana

yang telah diberikan. Sarana tersebut antara lain pengadaan rumah, air bersih,

listrik, sanitasi, jalan, banjir, kebakaran dan kriminalitas.

Hipotesis yang bisa diterapkan dalam masalah ini adalah

Ho : Tidak terdapat hubungan antara ketersediaan sarana dengan persepsi

kesejahteraan oleh masyarakat.

H1 : Terdapat hubungan antara ketersediaan sarana dengan persepsi

Page 33: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

109

kesejahteraan

oleh masyarakat

Dengan menggunakan alpha sebesar 10%, maka tabel 5.15 berikut

menjelaskan tingkat signifikansi hubungan antara variabel – variabel tersebut

diatas. Output secara keseluruhan bisa dilihat pada Lampiran C-J.

Tabel 5.7

Nilai Signifikansi Uji Chi Square

Sarana Nilai Chi Square Korelasi Signifikansi Kondisi Rumah 0,356 0,206 Tidak Signifikan Air Bersih 0,001 0,436 Signifikan Listrik 0,000 0,483 Signifikan Jalan 0,000 0,376 Signifikan Banjir 0,002 0,389 Signifikan Kebakaran 0,027 0,321 Signifikan Kriminalitas 0,004 0,349 Signifikan

A. Faktor yang signifikan

Hubungan yang signifikan terdapat pada kondisi Air bersih, listrik, jalan, banjir, kebakaran, kriminalitas. Lokasi pemukiman harus aman dari potensi bencana alam, seperti gempa, badai, tsunami banjir, longsor. Serta aman dari bencana lingkungan, seperti pencemaran udara, air dan tanah (akibat industri, transportasi, industri listrik, pembuangan sampah, kebakaran dan kerugian berbahaya lain), kebakaran dan kriminalitas. Pemilihan lokasi pemukiman harus memperhatikan potensi tersebut. Keamanan dari faktor lingkungan juga dapat diartikan sebagai kualitas dari bahan bangunan, bangunan tersebut harus kokoh, kuat dan mampu mengampu beban-beban yang diterima, baik beban-beban yang diterima, baik beban bangunan itu sendiri, maupun beban yang ditimbulkan akibat dari adanya fungsi dari rumah. Selain segi kualitas bahan bangunan yang dipakai, faktor keamanan juga dilihat dari segi kepastian hukum dari kepemilikan rumah.

Lokasi permukiman korban bencana alam banjir terletak di Desa Sumber

Kolak berada dalam radius alam dari Sungai Sampeyan. Untuk segi keamanan

dari ancaman tindak kriminal, pihak pengembang belum membangun pos satpam

Page 34: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

110

di depan pintu gerbang lokasi pemukiman.

Salah satu faktor utama adalah faktor kemanan dalam relokasi penduduk

yang kawasan tempat tinggalnya terkena hempasan bencana alam banjir.

Sebaiknya pemerintah mempertimbangkan relokasi penduduk dengan aspirasi

masyarakat yang hendak tetap tinggal. Sesuai dengan teori yang berkaitan faktor

keselamatan menyebutkan bahwa lokasi pemukiman harus aman dari potensi

bencana alam seperti banjir, gempa bumi, tanah longsor, dan bencana alam

lainnya. Apalagi untuk lingkungan pemukiman yang memang diperuntukkan bagi

korban bencana. Jadi diharuskan untuk memilih lokasi pemukiman yang

mempunyai radius cukup jauh dari ancaman bencana serupa, selain untuk

mencegah terjadinya bencana alam serupa juga untuk meminimalkan timbulnya

kerugian yang diterima korban baik dari segi fisik maupun psikis. Selain itu lokasi

pemukiman juga harus aman dari tindak kriminal, kualitas bangunan dan juga

status hukum kepemilikan rumah di lokasi pemukiman tersebut. maka dalam

pengembangan pemukiman bagi korban bencana sebaiknya dilengkapi dengan

sistem keamanan yang cukup tinggi seperti disediakannya pos-pos keamanan di

tiap-tiap cluster rumah mereka sebelum terkena bencana, disediakan lampu

penerangan di sepanjang jalan diluar lingkungan pemukiman maupun di

sepanjang jalan di perumahan tersebut untuk menghindari ancaman tindak

kriminal serta diposisikan di daerah yang cukup aman dari ancaman serupa atau

potensi bencana alam lainnya sehingga tidak akan menimbulkan kerugian lagi

baik itu moriil maupun materiil.

Dalam hal ketersediaan air minum, memang menurut permen PU No.20

Tahun 2006, air minum adalah merupakan kebutuhan dasar yang sangat

diperlukan bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan dalam rangka

peningkatan derajat kesehatan masyarakat; untuk memenuhi kebutuhan dasar

tersebut diperlukan sistem penyediaan air minum yang berkualitas, sehat, efisien

dan efektif, terintegrasi dengan sektor-sektor lainnya terutama sektor sanitasi

sehingga masyarakat dapat hidup sehat dan produktif. Sumber air bersih berasal

Page 35: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

111

dari air pemukaan (sungai, danau, waduk , dan lain-lain) dan air tanah (sumur,

pemompaan, dan lain-lain).

Kondisi di dalam permukiman korban bencana alam di Kabupaten

Situbondo belum dilengkapi dengan fasilitas air bersih. Untuk mengatasi

persoalan tersebut, masyarakat mengambil air di Dinas Kebersihan Kota

Situbondo yang berjarak 4 km dengan lokasi permukiman korban bencana alam.

Sama seperti air bersih, pengadaan listrik juga belum ada di kawasan

relokasi ini. Akhirnya masyarakat menggunakan lilin atau petromaks. Sistem

sanitasi yang ada juga tidak memadai, sehingga masyarakat merasa dirinya tidak

sejahtera dibandingkan dengan kondisi sebelum relokasi dilakukan.

Untuk masalah kondisi jalan, memang jalan yang ada di daerah relokasi

kondisinya lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Begitupula dengan

kondisi banjir. Kawasan ini bukanlah kawasan rawan banjir. Sehingga meskipun

sarana prasarana yang ada kurang memadai, namun masyarakat merasa cukup

tenang karena merasa aman, jauh dari banjir.

Inilah keunikan masyarakat yang ada. Meskipun dari sarana prasarana tidak

memadai untuk hidup layak, seperti tidak tersedianya air bersih dan listrik, namun

masyarakat merasa hidupnya sudah lumayan. Ketika ditanya secara mayoritas

apakah sudah merasa sejahtera, mereka mengatakan sudah. Meskipun sarana air

bersih dan listrik tidak terdapat disana. Tapi kepuasan batin, berhubungan dengan

aman dari terkena banjir, membuat mereka mengatakan bahwa mereka telah

sejahtera.

B. Faktor yang tidak signifikan

Faktor yang tidak signifikan dalam hal ini adalah kondisi rumah. Maksud dari

tidak signifikan adalah tidak ada hubungan antara persepsi sejahtera ataukah tidak

dengan kondisi rumah mereka. Meskipun dari sisi kondisi rumah mereka memang

sudah membaik namun tidak berhuungan dengan persepsi sejahtera ataukah

tidaknya mereka secara keseluruhan.

Page 36: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

112

C. Perbedaan Pendapatan dan Pengeluaran Sebelum dan Sesudah Relokasi

Pendapatan dan pengeluaran masyarakat sebelum dan sesudah relokasi juga

patut untuk diteiliti. Karena dua variabel ini mampu menggambarkan seberapa

besar tingkat kesejahteraan yang dialami oleh masyarakat yang direlokasi.

H0 : Tidak ada perbedaan antara pendapatan dan pengeluaran baik sebelum

maupun sesudah relokasi.

Ha : Ada perbedaan antara pendapatan dan pengeluaran baik sebelum

maupun sesudah relokasi

Hasil Pengujian

Dari Sign Test pada Lampiran A diperoleh bahwa Pendapatan masyarakat

sebelum dan sesudah relokasi berbeda. Perbedaannya bernilai negatif, artinya

bahwa pendapatan sebelum direlokasi lebih besar dibandingkan dengan setelah

direlokasi. Sedangkan untuk pengeluaran, tidak mengalami perubahan yang

signifikan. Hal ini bisa dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.8 Signifikansi Perbedaan Pendapatan dan Pengeluaran Sebelum dan

Sesudah Relokasi

Faktor Signifikansi Perbedaan

Pendapatan 0,004 Negatif Pengeluaran 0,312 Sama

Dari hasil statistik menunjukkan bahwa pendapatan sebelum adanya

bencana tersebut lebih baik daripada pendapatan sebelum terjadi bencana.

Perubahan yang terjadi ini mungkin disebabkan karena berkurangnya sektor

pertanian akibat banjir, sehingga lahan untuk bertani menjadi berkurang dan hal

ini mempengaruhi tingkat pendapatan masyarakat. Berdasarkan hasil observasi

dua sektor ekonomi utama adalah sektor pertanian dan sektor perdagangan.

Struktur ekonomi Kabupaten Situbondo masih didominasi oleh sektor pertanian.

Hal ini dipengaruhi kondisi alam dan potensi ekonomi yang bersifat agraris.

Dominasi sektor pertanian banyak disumbang dari tanaman bahan pangan,

perkebunan, perikanan laut. Akibat dari dampak bencana tersebut membuat

Page 37: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

113

masyarakat yang sebelumnya memiliki lahan pertanian atau peternakan, setelah

terjadi bencana menjadi berkurang atau kehilangan lahan tersebut sehingga

menyebabkan pendapatan yang diperoleh juga ikut berkurang. Hal inilah yang

dapat menjadi penyebab perbedaan pendapat yang diterima oleh masyarakat yang

menjadi korban bencana banjir tersebut.

Dari hasil statistik yang menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan pada

pengeluaran tersebut, mungkin disebabkan adanya masyarakat yang tingkat

pengeluarannya bertambah dan diimbangi oleh masyarakat yang tingkat

pengeluarannya menurun, sehingga tidak terjadi perbedaan tingkat pengeluaran

antara sebelum dan sesudah terjadi bencana. Bertambahnya tingkat pengeluaran

pada beberapa masyarakat kemungkinan terjadinya peningkatan harga barang

akibat membengkaknya permintaan di pasar terhadap material dan bahan baku

bangunan. Untuk mengatasi persoalan ini maka pemerintah juga akan

menerapkan kebijakan impor bahan baku untuk menyeimbangkan antara

permintaan dan pasokan bahan baku yang tersedia di pasar.

5. 3 Pembahasan Hasil Penelitian

5.3.1 Kondisi Permukiman

Kenyataan yang berbeda dari kondisi permukiman lama dan permukiman

baru, mempengaruhi kehidupan pemukimnya. Permukiman lama yang berada di

pusat kota memudahkan aksesbilitas pemukimnya, sebaliknya letak permukiman

pasca relokasi yang relative jauh sangat menyulitkan pemukim yang umumnya

berpenghasilan rendah. Demikian pula lingkungan di tepi sungai pada

permukiman lama selain kemudahan mendapatkan air bersih dengan sumur

gali/sungai untuk kebutuhan harian, masyarakat juga dapat memancing secara

tradisional untuk menambah penghasilan. Sedangkan di lingkungan permukiman

baru di daerah dataran tinggi sangat menyulitkan masyarakat untuk memperoleh

air bersih, kondisi tersebut sesuai dengan pernyataan responden sebanyak 62%

atau 31 orang yang menyatakan bahwa kondisi air bersih di permukiman baru

lebih buruk. Perhitungan dengan uji statistik chi square menunjukkan juga bahwa

fasilitas air bersih merupakan faktor yang tidak signifikan terhadap kesejahteraan

Page 38: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

114

mereka.

Tampak bahwa kondisi lingkungan permukiman lama lebih baik

dibanding lingkungan permukiman baru. Jika persiapannya cukup secara teknis

sesungguhnya permukiman baru dapat ditempati. Terutama dalam pengelolaan air

bersih dan pemanfaatan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian masyarakat

akan lebih terikat dengan permukiman baru karena dukungan lingkungan

sekitarnya cukup memadai.

Selanjutnya akan dibahas hasil kondisi fisik bangunan, kondisi prasarana

lingkungan dan kondisi sarana penunjang permukiman. Pembahasan lebih

difokuskan pada pemukiman paska relokasi. Beberapa data diantaranya

disandingkan dengan kondisi permukiman lama yang berada di bantaran sungai

sampeyan.

5.3.2 Kondisi Fisik Bangunan

Jika dilihat dari kondisi rumah, stuktur dan konstruksi, genangan air

maupun tingkat kepadatan rumah dan penghuni sesuai dengan standar dalam

community maping (Tabel 4.1) secara keseluruhan kondisi fisik bangunan

permukiman paska relokasi relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi fisik

bangunan permukiman lama, termasuk rumah yang dibangun oleh masyarakat

paska relokasi di dekat bantaran sungan sampeyan. Pernyataan responden yang

signifikan pada uji statistik chi square terhadap kondisi rumah dengan

kesejahteraan menunjukkan bahwa kondisi permukiman yang baru lebih baik

daripada permukiman lama pada saat tinggal di bantaran sungai sampeyan. Hal

ini diperkuat dengan tabel persepsi masyarakat tentang senang tidaknya

bermukim saat ini (lihat tabel 5.9) sebanyak 40% menyatakan senang sekali dan

50% cukup senang. Kondisi fisik rumah yang lebih bagus dibandingkan

sebelumnya juga merupakan harapan masyarakat korban bencana alam banjir

untuk meningkatkan kesejahteraan mereka, ini dapat dilihat dalam uji statistik chi

square bahwa kondisi rumah signifikan dengan kesejahteraan kehidupan mereka

di permukiman yang baru.

Page 39: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

115

5.3.3 Kondisi Prasarana Lingkungan Permukiman

Berdasarkan persepsi responden dan standar dari community maping

tampak bahwa prasarana lingkungan paska relokasi belum memadai. Umumnya

responden menyatakan prasarana air bersih (Tabel 5.2) dan listrik (Tabel 5.3)

perlu mendapat perhatian . Di dalam pengujian statistik chi square juga

memperlihatkan bahwa prasarana air bersih dan listrik menunjukkan hasil yang

tidak signifikan dengan kesejahteraan mereka. Kondisi ini memberi gambaran

bahwa kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat di permukiman baru belum

mencukupi. Berdasarkan wawancara dengan responden pada permukiman lama

mereka dapat menggunakan air dari beberapa sumber dengan gratis, baik melalui

sungai maupun sumur yang mereka buat. Sedangkan di permukiman paska

relokasi air untuk mendapatkan minumpun harus berjalan 4 km.

Prasarana lingkungan permukiman lainnya seperti persampahan, drainase

dan jalan lingkungan sesuai dengan community maping pada permukiman paska

relokasi tampak lebih baik dibandingkan permukiman lama (lihat Tabel 4.1).

Jalan lingkungan dengan perkerasan dan drainase/got cukup memadai pada

permukiman paska relokasi. Kemiringan tanah dan kondisi tanah yang berdaya

resap tinggi tidak memungkinkan terjadinya genangan sebagaimana pada

permukiman lama. Sampah bagi masyarakat lebih mudah di permukiman lama

karena langsung dibuang di sungai tanpa pertimbangan dampak lingkungan,

demikian pula dengan limbah rumah tangga lainnnya.

Salah satu sektor penting yang harus direhabilitasi dan rekonstruksi adalah

sektor infrastruktur yang meliputi pembangunan jalan, jaringan air bersih, irigasi,

dan pelabuhan laut dan udara. Pengadaan air bersih / minum dilakukan secara

sentral dan didistribusikan oleh PDAM. Meningkatkan kerjasama antara

pemerintah dengan developer maupun investor dalam upaya meningkatkan

jaringan air minum di kawasan tersebut.

Sehingga untuk merumuskan konsep relokasi pemukiman adalah

menunjang pengadaan air bersih / minum yang dilakukan secara sentral dan

didistribusikan ke tiap-tiap unit rumah. Meningkatkan kerjasama antara

Page 40: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

116

pemerintah dengan developer maupun investor dalam upaya meningkatkan

penyediaan jaringan air minum di kawasan.

Dari uraian diatas terlihat bahwa diantara prasarana air bersih dan

penerangan yang tersedia/dipersiapkan menjadi kendala utama bagi masyarakat

korban bencana alam banjir dalam beradaptasi di permukiman yang baru.

Ketersediaan/pengelolaan air bersih yang tidak memadai memberi pengaruh yang

besar bagi keberlangsungan hidup dan aktivitas keseharian masyarakatpaska

relokasi. Keadaan ini cenderung mendorong mereka untuk mencari/menuju

daerah permukiman dimana prasarana lingkungan permukiman cukup tersedia

dan diperoleh dengan mudah/murah.

5.3.4 Kondisi Sarana Permukiman

Berdasarkan pernyataan responden sarana yang paling

disediakan/diperbaiki adalah sarana transportasi. Jarak yang relatif jauh dari

tempat tinggal ke tempat bekerja bagi mereka yang umumnya berpengahasilan

rendah merupakan kendala yang serius, ini dapat dilihat pada tabel 5.14 (tabel

kepemilikan aset) yang menunjukkan bahwa dari 50 responden yang mempunyai

kendaraan pribadi atau sepeda motor hanya 10 orang saja. Pada permukiman

paska relokasi selain jarak yang relatif jauh sarana angkutan umum juga sangat

terbatas baik dari segi jumlah dan waktu. Masyarakat yang tidak memiliki

kendaraan pribadi harus berjalan kaki cukup jauh untuk mendapatkan angkutan

umum menuju pusat kota atau tempat lainya. Tampak pula mereka yang

mempunyai penghasilan kurang dari Rp. 400.000 sebanyak 40 orang.

Sebagaimana dikemukakan bahwa bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah

cenderung memilih tempat tinggal yang berdekatan dengan tempatnya bekerja.

Hal ini dimaksudkan agar waktu tempuh relatif cepat dan jika perlu tidak

mengeluarkan biaya tambahan.

Page 41: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

117

Tabel 5.9. Tabulasi Silang Pekerjaan Responden yang Menempati Permukiman Baru dan Kesesuaian Lokasi Rumah

Pekerjaan Lokasi rumah

Total pasca relokasi

Responden sesuai kehendak Ya Tidak

Pedagang Jumlah 4 15 19 21% 79% Petani Jumlah 1 8 9 11 89 Buruh/Kuli Jumlah 5 7 12 42 58 Sopir Jumlah 0 2 2 0 100 Ojeg Jumlah 0 2 2 0 100 Tukang Becak Jumlah 0 2 2 0 100 Karyawan Swasta Jumlah 1 1 2 50 50 TNI/ABRI Jumlah 1 0 1 100 0 PNS Jumlah 1 0 1 100 0 Total 13 37 50 Total dalam % 32.4 57,6 100

Tabel 5.9 adalah tabulasi silang antara pekerjaan dengan aksesbilitas

yang memberikan gambaran tentang pendapat responden tentang aksesbilitas

sesuai dengan mata pencaharian sebelum relokasi.

Aksesbilitas yang sulit bagi masyarakat paska relokasi dapat mendorong mereka mencari alternatif lain untuk memudahkan pencapaian mereka terutama ke tempat kerja semula di pusat kota. Jika tidak mereka akan beralih mencari pekerjaan lain yang menunjang kelangsungan hidupnya. Ketidaksesuaian lokasi di kelurahan Sumber Kolak berhubungan dengan alasan mereka yang menyatakan sulitnya transportasi untuk menunjang aktivitas mereka serta jauhnya jarak ke tempat kerja serta alasan lainnya mengenai kurangnya fasilitas penunjang pada permukiman baru

Page 42: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

118

5.3.5 Kondisi Sosial Ekonomi

Seperti dijelaskan sebelumnya umunya responden paska relokasi bekerja

di sektor informal. Pekerjaan warga diukur dengan melihat kemapanan pekerjaan,

pada pengukuran community maping menghasilkan nilai sebelum relokasi 0.9

adalah kategori baik dan nilai setelah relokasi 1.9 adalah kategori buruk. Hal ini

menunjukkan bahwa paska relokasi jumlah masyarakat yang tidak bekerja

meningkat lebih dari 10%. Peningkatan ini berhubungan dengan sulitnya lapangan

kerja di sekitar kawasan paska relokasi serta sulitnya mereka untuk kembali

bekerja di tempat semula. Dan sesuai dengan hasil uji statistik sign test

menunjukkan bahwa dari segi pendapatan masyarakat di permukiman yang baru

mengalami penurunan dibandingkan pada saat mereka menempati permukiman

yang lama. Hal ini juga dipengaruhi oleh pada umumnya masyarakat korban

bencana alam adalah mereka yang memilki latar balakang pendidikan yang

rendah (Gambar 4.6 diagram Pie Komposisi Penduduk Menurut Tingkat

Pendidikan).

Mereka yang bekerja sebagai pedagang di sekitar sungai sampayan paska

relokasi merasa sulit kembali berjualan di lokasi semula. Bagi mereka yang

mampu kembali menyewa lokasi dekat pusat kota tempat kerjanya untuk

menyimpan perlengkaan dasangannnya dan beristirahat jika tidak kembali

kerumahnya mengingat biaya dan transportasi yang sulit.

Sebagaimana dikemukakan bahwa mobilitas perekonomian akan

mempengaruhi proses perkembangan rumah. Dengan demikian kehidupan

masayarakat paska relokasi dalam proses pengembangan permukimamnya akan

mengalami hambatan. Hambatan secara ekonomi juga akan mempengaruhi ikatan

masyarakat dengan lahan yang mereka tempati. Keadaan ini dapat mendorong

masyarakat mencari permukiman dimaana dukungan terhadap aspek finansial

cukup bagi keberlangsungan hidupnya.

Beberapa kegiatan masyaraakat dikembangkan oleh masyarakat korban

bencana alam di permukiman paska relokasi, seperti gotong royong, pengajian,

siskamling, posyandu dan arisan PKK. Pada tabel 5.11 dapat dilihat pula

partisipasi masyarakat korban bencana alam banjir di permukiman paska relokasi

Page 43: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

119

dalam kegiatan sosial, tampak partisipasi responden yang ikut serta dalam

kegiatan sosial adalah 95%, kondisi ini dilatar belakangi oleh lingkungan sosial

mereka yang baru.

Relokasi permukiman juga menyebabkan berkurang atau terputusnya

ikatan keluarga dan sosial pada pemukiman paska relokasi. Mereka yang terpisah

dari keluarga dan kerabat di lingkungan permukiman paska relokasi kembali

menyesuaikan dengan lingkungan sosial yang baru.

5.3.6 Kondisi fisik dan non fisik

Sebagaimana ditegaskan dalam UU RI No. 4 Tahun 1992 bahwa tujuan penataan lingkungan permukiman adalah untuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar dalam rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat, mewujudkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional dan menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya serta bidang lain-lain. Juga disebutkan bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati dan/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur. Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah Nomer 21 Tahun 2008 tentang penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah rekonstruksi merupakan pembangunan kembali semua prasarana dan sarana, kelembagaan pada wilayah pasca bencana, baik pada tingkat pemerintahan maupun masyarakat dengan sasaran utama tumbuh dan berkembangnya kegiatan perekonomian, sosial dan budaya, tegaknya hukum dan ketertiban, dan bangkitnya peran serta masyarakat dalam segala aspek kehidupan bermasyarakat pada wilayah pasca bencana sedangkan relokasi di kabupaten Situbondo dilakukan karena tidak memungkinkan untuk memukimkan kembali warga bantaran sungai. Dengan demikian kebijakan relokasi hendaknya berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan pemukim dan peningkatan kualitas lingkungan permukiman. Jika dilihat keadaaan yang kontras antara permukiman lama dan permukiman paska relokasi tampak bahwa persiapan yang berkaitan dengan aspek fisik dan non fisik belum cukup memadai.

Page 44: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

120

Alasan sulitnya mata pencaharian paska relokasi juga mengindikasikan kurang siapnya sarana dan prasarana yang menunjang kehidupan masyarakat korban bencana alam di permukiman baru, utamanaya aksesbilitas mereka terhadap tempat kerja dan layanan publik.

5.3.7 Analisis Trianggulasi

Analisa trianggulasi yang dilakukan untuk menyusun konsep penanganan

lingkungan permukiman pengungsi setelah relokasi di Kabupaten Situbondo.

Menurut Singarimbun, 1989 dalam Rolalisasi, 2009, konsep adalah abstraksi

mengenai suatu fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah

karakteristik kejadian, keadaan pada kelompok atau individu tertentu. Agar tidak

terjadi kesalahan pengukuran maka konsep perlu didefinisikan dengan jelas, sebab

konsep berperan sebagai penghubung antara teori dengan observasi, antara

abstraksi dengan realitas. adalah menggabungkan substansi-substansi yang

berkesesuaian antara fakta empirik bentuk penanganan relokasi permukiman,

kajian pustaka/teori tentang penanganan relokasi permukiman dan penanganan

relokasi permukiman oleh pemerintah propinsi Jawa Timur dan pemerintah

kabupaten Situbondo. Proses kompilasi adalah dengan penyatuan substansi yang

saling berkesesuaian antara ketiganya yang disebut dengan analisa Trianggulasi

Skema analisis trianggulasi adalah sebagai berikut :

Page 45: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

121

Gambar 5.14 Skema Analisis Trianggulasi Sumber : Penulis A. Tinjauan Empiris Keberadaan Lingkungan Permukiman Pengungsi

akibat Bencana Alam Banjir Kabupaten Situbondo.

Bentuk penanganan lingkungan permukiman pengungsi akibat bencana

alam banjir di Kabupaten Situbondo bisa dilihat dari adanya fakta empiris.

Beberapa fakta empiris yang ada dalam lingkungan permukiman pengungsi

tersebut, antara lain :

1. Status lahan masyarakat korban bencana sebelum direlokasi adalah menjadi

hak milik. Namun setelah direlokasi status lahan tersebut adalah permukiman

yang baru milik pemerintah kabupaten Situbondo. Sebagian besar masyarakat

menginginkan adanya kepastian hukum status lahan yang mereka huni,

karena lahan perumahan yang dulu sudah menjadi hak milik, telah hilang

terkena bencana banjir.

Empiris keberadaan

relokasi lingk. permukiman

bencana banjir

Kajian pustaka/rekomendasi teori

tentang relokasi lingk. Permukiman bencana

Penanganan relokasi permukiman oleh Pemprop

Jawa Timur , Pemkab Situbondo dan penelitian

sebelumnya tentang relokasi bencana alam

Analisis

Trianggulasi

Konsep Penanganan Relokasi Lingkungan Permukiman

Pengungsi Akibat Bencana Alam Banjir

Page 46: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

122

2. Untuk status bangunan sebelum relokasi adalah rumah yang berdiri diatas

lahan perkampungan tetapi tidak memiliki IMB, keadaan ini sama dengan

permukiman yang baru dilokasi perumahan tetapi juga tidak memliki IMB.

Kepastian status bangunan atau kepemilikan IMB oleh masyarakat korban

bencana alam tidak terlalu penting bagi mereka.

3. Penduduk yang dipindahkan merupakan penduduk asli Situbondo. Kesamaan

asal, bahasa dan budaya salah satu faktor penting memudahkan sosialisasi

atau interaksi di permukiman yang baru.

4. Mayoritas pekerjaan masyarakat korban bencana alam adalah pekerjaan

informal tidak tetap (penjual, petani kuli pasar, kuli bangunan, sopir, tukang

becak) sedangkan sisanya adalah pekerjaan informal tetap (buruh pabrik) dan

pekerjaan formal tetap (ABRI dan PNS) setelah pindah ke permukiman yang

baru, masyarakat tidak mengalami perubahan.

5. Nilai pendapatan mengalami penurunan, karena sebagaian besar pendapatan

total masyarakat korban bencana alam mempunyai pekerjaan informal tidak

tetap belum dapat memenuhi kebutuha primer dan sekunder. Permasalahan

ini karena kesulitan aksesbilitas dala mncapai tempat bekerja.

6. Untuk prasarana pendidikan, kesehatan dan ekonomi belum dapat dipenuhi

oleh pemerintah Kabupaten Situbondo di dalam membangun permukiman

baru masyarakat korban bencana alam. Hal ini tidak sesuai dengan kondisi

sebelum mereka dipindahkan atau dipermukiman lama. Karena

dipermukiman yang lama semua fasilitas ada dan berfungsi.

7. Tersedianya ruang terbuka di permukiman yang baru lebih baik daripada

sebelumnya. Ini disebabkan pemukiman baru ada taman terbuka yang

memang disediakan tempat bermain. Sedangkan dipermukiman lama tidak

ada tempat bermain (lapangan/ruang terbuka) dan atau jalan/gang sebagai

tempat bermain.

8. Fasilitas sarana air bersih yang digunakan oleh masyarakat dipermukiman

yang baru adalah air sumur untuk yang berpenghasilan rendah dan

menggunakan jaringan PDAM untuk yang berpenghasilan menengah. Untuk

kualitas air sumur yang digunakan jernih, tidak berbau dan tidak berasa

Page 47: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

123

sedangkan untuk kualitas air PDAM dapat digunakan untuk minum, masak

mandi dan cuci. Di permukiman yang baru belum tersedia fasilitas sarana air

bersih yang dapat digunakan masyarakat baik itu air sumur atau PDAM.

9. Untuk fasilitas sanitasi/air limbah tidak ada perubahan, di setiap rumah

terdapat pasarana sanitasi idividual yang memadai (dilengkapi septictank).

Ketersediaan sarana tempat sampah dan selalu terangkut dipermukiman lama

berbeda dengan keadaan di permukiman baru yang tidak tersedia tempat

sampah disetiap rumah dan tidak ada pengelolaan sampah rumah tangga.

Untuk kondisi drainase/got di permukiman baru ada di setiap rumah dengan

kondisi yang bersih, begitu pula dengan kondisi jalan di depan rumah

permukiman yang baru sudah diperkeras. Kondisi bangunan rumah

permukiman baru bagi sebagian besar masyarakat korban bencana alam

adalah bagus terbuat dari bahan yang awet, dirawat, dan tahan terhadap cuaca

dari bahan permanen. Kondisi lantai rumah di permukiman baru hanya

sebagian saja yang diperkeras (diplester) dan masih ada lantai yang belum

diperkeras. Ventilasi rumah di permukiman yang baru mempunyai jendela

atau lubang angin dikedua sisi ruang sehingga terjadi pergantian udara

didalam ruangan tersebut, untuk sebagian masyarakat kondisi ini lebih bagus

dibandingkan dengan permukiman lama mereka. Genangan air hujan di

permukiman lama lebih buruk karena apabila terjadi genangan diseluruh

halaman rumah dan seluruh ruangan didalam rumah tergenang air surutnya

lebih dari 3 jam

10. Ketidakpuasan masyarakat berpenghasilan menengah terhadap luas rumah

yang dibangun lebih dari 70% luas. Halaman Rumah yang berada di

permukiman baru mempunyai 2 kamar tidur dan 1 ruang tamu yang juga

difungsikan sebagai ruang makan dan ruang keluarga.

B. Tinjauan Pustaka / Teori

Tinjauan pustaka yang dipakai dalam analisis ini adalah tentang bencana alam

banjir, perencanaan relokasi, rumah dan permukiman. Hal yang mendasar

berkenaan dengan bencana adalah peristiwa yang mengancam dan menganggu

Page 48: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

124

kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

dan/ atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan

timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan

dampak psikologis.

1. Thontowi (2005) menyatakan bahwa proses pelaksanaan Mitigasi bencana

alam, dilakukan melalui beberapa fase tingkatan, mulai kegiatan tanggap

darurat, fase Rekonstruksi, Rehabilitasi, dan Reintegrasi. Bagi para korban

bencana alam banjir perlu dilakukan relokasi karena tempat semula sudah

tidak memungkinkan lagi terkena untuk ditempati. Relokasi (resettlement)

adalah tindakan pemindahan suatu permukiman dari lokasi eksisting menuju

ke suatu lokasi baru yang telah ditentukan akibat dari suatu kebijakan atau

program yang dilaksanakan pemerintah.

2. S e b e l u m d i l a k u k a n r e l o k a s i m a k a seluruh sarana dan prasarana

fisik dan sosial harus sudah siap sebelum pemukim diminta untuk pindah

ke lokasi. Organisasi masyarakat yang terkena dampak bencana dan

perkumpulan masyarakat harus diajak bermusyawarah dalam pembangunan

lokasi pemukiman kembali. (Davidson et al, , 1993).

3. Relokasi seringkali dikenal atas konsekuensi-konsekuensi buruk terhadap

pihak yang mengalaminya. Menurut Scudder dan Colson dalam Agbola

dan Jinadu (2002). Fried (1982) yang mengamati bahwa keluhan atas

hilangnya hunian masyarakat begitu tersebar luas dan fenomena sosial

serius yang seringkali menyertai proses dislokasi urban. Speare dalam

Clark dan Led (2005) menyatakan kepuasan residensial j u g a d i g u n a k a n

sebagai determinan kunci apakah seseorang akan pindah atau tetap di

kediamannya dilakukan. Karena itu proses relokasi masyarakat setalah

bencana alam banjir harusnya menjadi lebih baik. Terutama dalam masalah

pemenuhan kebutuhan dasar seperti perumahan, kesehatan, pendidikan dan

pekerjaan.

Page 49: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

125

Tabel 5.10 Rekomendasi Kajian Pustaka/Teori Sebagai Konsep Penanganan

Lingkungan

No. Uraian Kajian Pustaka Sumber Teori 1 Mitigasi Bencana Alam Hntowi 2005 2 Bencana alam banjir Kodoatie, 2002 3 Konsep Relokasi Rossi, 1986 4 Permasalahan Relokasi Fried, 1982 5 Konsep rumah Maslow, 1954

Silas, 1989 Sumber : Kajian Pustaka/Teori, 2009 C. Tinjauan Terhadap Penanganan Relokasi Lingkungan Permukiman

akibat Bencana Alam oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kabupaten Situbondo

Kegiatan program penanganan pengungsi ini dilaksanakan sesuai prioritas

kebutuhan antara lain, menyediakan barak-barak penampungan sesuai dengan

jumlah pengungsi dalam waktu yang singkat, penyediaan air bersih yang layak

dan terdistribusi secara merata di seluruh tempat-tempat penampungan dan

menyediakan tempat pembuangan (kakus) agar tidak menjadi sumber penyebaran

penyakit baru Penyelenggaraan program penanganan pengungsi tersebut pada

Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kabupaten Situbondo dengan penekanan pada sektor prasarana dan

sarana dasar permukiman serta air bersih.

I. Mitigasi Bencana Alam oleh Pemerintah

Dalam pelaksanaan program di lapangan, bentuk kegiatan penanganan

pengungsi bidang prasarana dan sarana dasar permukiman yang dilaksanakan oleh

Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Propinsi Jawa dilakukan melalui 3 (tiga)

tahapan, yaitu :

a. Tahap Tanggap Darurat

Pada tahap ini dikategorikan tahap penanganan darurat/emergency dimana

diperlukan penanganan secepatnya untuk dapat menampung dan menangani

Page 50: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

126

pengungsi dalam jumlah yang besar serta waktu yang singkat melalui pemenuhan

papan berupa pembuatan bedeng-bedeng darurat, barak-barak penampungan

sementara, pemasangan tenda-tenda, pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan

sanitasi (khususnya cubluk) pada tingkatan kebutuhan minimal yang harus

dipenuhi. Tahap tanggap darurat merupakan tahap awal penanganan pengungsi.

Pelaksanaan penanganan diawali dengan pendekatan pelayanan yang bertumpu

pada berkumpulnya kelompok kelompok pengungsi pada tempat-tempat/tanah-

tanah kosong yang sebagian mendirikan tenda-tenda yang dekat dengan fasilitasi-

fasilitas umum, sosial, tempat ibadah dan rumah penduduk.

Penanganan pengungsi pada tahap ini dilakukan pada sektor yang benar-

benar sangat dibutuhkan dan merupakan kebutuhan dasar manusia yang apabila

tidak dipenuhi dan diambil tindakan penanganannya dengan segera akan dapat

mempengaruhi kehidupannya atau akan dapat menyebabkan akibat negatif yang

lebih besar. Sektor-sektor yang dianggap penting pada tahap ini adalah :

- Sektor air bersih, mendistribusikan tempat-tempat penampungan air bersih

berupa jerigen-jerigen air dan ember-ember bertutup (portable kontainer)

kepada setiap Kepala Keluarga, menempatkan Hidran Umum/Terminal Air

ditempat kelompok-kelompok pengungsi, sedangkan suplai air bersihnya

dengan menggunakan mobil-mobil tangki dari Dinas PU Cipta Karya

Propinsi Jawa Timur.

- Sektor Sanitasi, menyediakan jamban-jamban/cubluk darurat komunal dalam

jumlah sesuai dengan jumlah tempat-tempat penampungan pengungsi yang

ada termasuk jamban/cubluk bagi prasarana umum yang untuk sementara

dimanfaatkan sebagai penampungan pengungsi. Jumlah dari jamban-

jamban/cubluk-cubluk darurat yang dibangun ini 1 jamban/cubluk darurat

untuk 5 KK (20 – 25 jiwa)

- Sektor Permukiman, karena tempat tempat pengungsi yang tersebar

diseluruh perbatasan dan tempat yang kosong maka penanganan pemenuhan

kebutuhan akan perumahan menjadi tersebar dan dengan jenis serta ukuran

perumahan yang bervariasi yaitu tenda plastik, penggunaan jenis ini

Page 51: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

127

dilakukan pada awal penanganan, dimana untuk membuat barak-barak

diperlukan waktu sedangkan situasi dan kondisi pengungsi dilapangan

sangat membutuhkan tempat untuk berteduh.

II. Tahap Pemantapan

Tahap ini memberikan peningkatan pelayanan dan perbaikan terhadap yang

telah dilaksanakan pada tahap tanggap darurat yaitu pada tenda-tenda

penampungan, peningkatan pelayanan sektor air bersih dan sanitasi. Tujuan dari

tahap ini adalah untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan memperkecil

timbulnya penyakit, yang bertumpu pada aspek sarana dan prasarana dasar

permukiman.

a. Sektor air bersih

Pada tahap ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas pelayanan dan

perluasan jaringan termasuk kepada penduduk lokal disekitar tempat

penampungan pengungsi : Mengembangkan sistem air bersih yang ada dengan

memperluas jaringan perpipaan bagi lokasi-lokasi penampungan dan

memanfaatkan sumur-sumur bor baru dengan perpipaan menuju hidran-hidran

umum.

- Menggadakan mobil tangki baru untuk meningkatkan pelayanan air

bersih dan daaerah-daerah yang tidak dapat dilayani melalui sistem

perpipaan.

- Memperluas pelayanan dan meningkatkan kapasitas pelayanan termasuk

penduduk disekitar penampungan pengungsi dengan menggunakan

perpipaan khususnya yang menggunakan sistem grafitasi dalam

pendistribusiannya.

b. Sektor Sanitasi

- Membuat saluran-saluran lingkungan dan drainase disekitar tempat

penampungan terutama tempat penampungan dalam jumlah besar yang

Page 52: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

128

kemungkinan akan dihuni untuk waktu yang cukup lama untuk

menghindari tergenangnya air pada musim hujan.

- Mengganti jamban-jamban/cubluk yang sudah penuh dengan yang

baru, serta dibeberapat tempat penampungan yang dianggap nantinya

dapat dimanfaatkan penduduk lokal atau sebagai sarana umum dengan

Mandi Cuci Kakus (MCK) permanent

c. Sektor Permukiman

Peningkatan tenda-tenda karena di beberapa lokasi tenda tergenang air pada

waktu hujan, maka diperlukan peningkatan kondisi fisik tenda.

III. Tahap Relokasi

Kegiatan yang dilakukan diprioritaskan pada penanganan Relokasi Warga

Daerah Bantaran yang rumahnya Rusak Berat/Hilang sejumlah 398 unit.

Adapun dengan keterbatasan anggaran dan ketersediaan lahan yang disediakan

oleh pemerintah kabupaten Situbondo rencana kegiatan yang akan dilaksanakan

adalah pembangunan rumah sebanyak 212 unit termasuk sarana dan prasarana

lingkungan baik di dalam maupun di luar kawasan perumahan.

a. Pelaksanaan Pembangunan

Pada tahap awal adalah menyiapkan lokasi-lokasi permukiman baru yang

terbagi dalam dua kategori yaitu kawasan pemukiman baru yang benar-benar baru

dalam artian pada awalnya berupa lahan kosong yang tidak produktif yang

kemudian dikembangkan menjadi suatu kawasan permukiman

Permasalahan yang timbul adalah dengan waktu yang singkat harus

mempersiapkan permukiman baru untuk korban bencana alam dan bagaimana

mencari lahan/tanah kosong yang cukup luas yang dapat dimanfaatkan sebagai

permukiman, karena dalam penanganan ini tidak disediakan dana khusus untuk

pembebasan tanah maka lahan yang digunakan untuk permukiman baru tersebut

adalah milik dari Pemerintah Kabupaten Situbondo

Page 53: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

129

Karena lahan yang digunakan berupa lahan tidak produktif sehingga

pertimbangan pertama dalam pemilihan lokasi adalah ketersediaan air baku untuk

kepentingan air minum dan apabila memungkinkan dapat digunakan sebagai

pertanian. Sedangkan pertimbangan kesulitan dalam penjangkauan (jauh dari jalan

yang ada) akan diupayakan dengan membangun jalan baru.

Meskipun dalam penanganan darurat proses sosialisasi program penting

juga dilakukan untuk memberikan gambaran tentang relokasi secara utuh kepada

pengungsi. Tetapi karena keterbatasan waktu dari Pemerintah Kabupaten

Situbondo maka proses memotivasi dan memfasilitasi masyarakat dan pengungsi

agar terlibat dan berperan aktif dalam proses perencanaan, yaitu apa yang

diinginkan warga penampung dan warga pengungsi, bentuk prasarana lingkungan

yang dibutuhkan serta berperan aktif dalam proses pelaksanaan sekaligus ikut

melibatkan diri dalam pelaksanaan pembangunan melalui rekanan yang ditunjuk

untuk pelaksanaan pembangunannya belum dapat dilakukan.

b. Hasil Pembangunan Permukiman

Hasil pembangunan yang dilaksanakan oleh Dinas PU Cipta Karya dan Tata

Ruang Propinsi Jawa Timur dengan Pemerintah Kabupaten Situbondo adalah:

- Kondisi Rumah

Lahan yang diperuntukkan sebagai permukiman untuk korban bencana

alam banjir adalah milik pemerintah kabupaten Situbondo dan sesuai dengan

Perda kab. Situbondo bahwa pemerintah kabupaten wajib menyediakan lahan

permukiman untuk korban bencana alam banjir dan kepemilikan dari lahan

permukiman tersebut adalah milik pemerintah kabupaten Situboondo.

Permukiman yang dibangun oleh Pemerintah Propinsi Jawa Timur dan

Pemerintah Kabupaten Situbondo adalah milik dari Pemerintah Kabupaten

Situbondo, Oleh karena itu masyarakat yang menghuni permukiman baru tersebut

tidak mempunyai hak memiliki dan membangun kembali rumah tersebut.

Page 54: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

130

Berkaitan dengan asal penduduk, sesuai dengan data korban bencana alam

yang ada di Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang kabupaten Situbondo bahwa

100% penduduk yang dipindahkan merupakan penduduk asli Situbondo.

Pemerintah Kab. Situbondo di dalam menangani korban bencana alam

banjir hanya berorientasi pada pengadaan permukiman perumahan. Sedangkan

untuk pekerjaan dari masing-masing korban bencana alam belum ada kebijakan

dari permerintah kabupataen Situbondo (staf DPU CK dan Tata Ruang Kab.

Situbondo)

Sesuai dengan kebijakan yang diambil dan dilaksanakan oleh Pemerintah

Kabupaten Situbondo di dalam penanganan korban bencana alam bahwa

pelaksanaan relokasi hanya memprioritaskan pembangunan permukiman.

- Jenis Prasarana

Keterbatasan anggaran APDB Pemerintah Propinsi Jawa Timur untuk

membangun permukiman baru korban bencana alam sehingga membuat skala

prioritas kebutuhan mendasar yang dibutuhkan masyarakat korban bencana alam.

Sesuai dengan skala prioritas dan anggaran yang ada Pemerintah Propinsi Jawa

Timur dan Pemerintah Kab. Situbondo lebih memprioritaskan pembangunan

perumahannya dan fasilitas peribadatannya. Luasnya lahan yang dimiliki oleh

Pemerintah Kabupaten Situbondo untuk permukiman baru memudahkan dalam

mendesign permukiman baru dengan dilengkapi fasilitas ruang terbuka.

Kondisi alam dari Situbondo yang rawan air bersih juga mempengaruhi di

dalam pelaksanaan pembangunan permukiman baru untuk korban bencana alam.

Karena pembangunan permukiman harus dilaksanakan dengan waktu yang cepat

maka pengadaan air bersih diakukan setelah pembangunan permukiman selesai.

(Staf PU CK dan Tata Ruang Kab. Stubondo)

- Status Bangunan

Untuk pembangunan kondisi fisik dari sampah, drainase, jalan, kondisi

bangunan rumah, kondisi lantai, kondisi ventilasi, genangan hujan, kepadatan

bangunan, pembagian ruang, kepadatan hunian mengacu pada Peraturan Mentri

PU 54/PRT/1991.

Page 55: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

131

Akan tetapi proses pengumpulan dan pengangkutan sampah dari rumah

tangga ke tempat pembuangan akhir belum dapat disediakan oleh Pemerintah

Kabupaten Situbondo. Kesulitan dan keterbatasan waktu di dalam mempersiapkan

lahan permukiman baru untuk korban bencana alam sehingga permukiman yang

baru jauh dari pusat perekonomian dan fasilitas pendidikan.

Kajian empirik pada kawasan lain yang sudah pernah dilaksanakan tentang

studi/penelitian penanganan lingkungan permukiman yang akan dikompilasi

untuk dirumuskan sebagai konsep penanganan lingkungan permukiman,

berdasarkan data sekunder yang merupakan hasil penelitian yaitu :

1. Pelaksanaan pembangunan kembali masyarakat Aceh dan Nias akibat bencana

alam Tsunami. Berikut adalah tahap-tahap di dalam penanggulangan korban

bencana alam oleh BRR :

Upaya penanggulangan dan pemulihan tersebut dilakukan dengan pendekatan

secara utuh dan terpadu melalui tiga tahapan, yaitu tanggap darurat, rehabilitasi

dan rekonstruksi yang harus berjalan secara bersamaan dalam pelaksanaan

penanggulangan dampak bencana :

- Tahap Tanggap Darurat (Januari 2005 – Maret 2005) bertujuan

menyelamatkan masyarakat yang masih hidup, mampu bertahan dan

segera terpenuhinya kebutuhan dasar yang paling minimal. Sasaran

utama dari tahap tanggap darurat ini adalah penyelamatan dan

pertolongan kemanusiaan. Dalam tahap tanggap darurat ini, diupayakan

pula penyelesaian tempat penampungan sementara yang layak, serta

pengaturan dan pembagian logistik yang cepat dan tepat sasaran kepada

seluruh korban bencana yang masih hidup.

- Tahap Rehabilitasi (April 2005 – Desember 2006) bertujuan mengembalikan

dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak

dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi

mesjid, rumah sakit, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana

perekonomian yang sangat diperlukan.

- Tahap Rekonstruksi (Juli 2005 – Desember 2009) bertujuan membangun

Page 56: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

132

kembali kawasan kota, desa dan aglomerasi kawasan dengan melibatkan

semua masyarakat korban bencana, para pakar, perwakilan lembaga

swadaya masyarakat, dan dunia usaha. Pembangunan prasarana dan

sarana akan dimulai dari sejak selesainya penyesuaian rencana tata ruang

baik di tingkat provinsi dan terutama di tingkat kabupaten dan kota yang

mengalami kerusakan, terutama di daerah pesisir. Sasaran akhir tahap

rekonstruksi ini adalah terbangunnya kembali kehidupan masyarakat

yang lebih baik di wilayah yang terkena bencana. Pada tahap ini juga

akan dibangun instalasi sistem peringatan dini bencana alam, yang

didukung dengan data dan riset ilmu kebumian, sehingga kejadian serupa

tidak menimbulkan korban yang besar di kemudian hari dan di berbagai

wilayah negara.

Permasalahan yang ada selama dilakukan pembangunan kembali permukiman dan

fasilitas lain untuk korban bencana, adalah :

- Persoalan pemilikan hak tanah dan tata guna lahan. Dalam hal ini

pemerintah telah mengeluarkan kebijakan yang mempersilakan pemilik

lahan untuk kembali ke tanah asalnya, tidak menerapkan upaya relokasi

kecuali untuk warga yang tanahnya tidak dapat lagi digunakan, dan bantuan

untuk pengurusan hak atas tanah oleh warga secara kolektif dan bebas biaya.

- Kurangnya ketersediaan bahan baku dan bangunan dalam jumlah besar

akibat rusaknya mata rantai distribusi dan penyimpanan di Aceh dan Nias.

Untuk mengatasi hal ini maka pemerintah telah menetapkan kebijakan untuk

pembukaan akses transportasi di beberapa titik yang tidak terjangkau oleh

jalur darat melalui pembangunan landasan udara atau air-strip.

- Terjadinya peningkatan harga barang akibat membengkaknya permintaan di

pasar terhadap material dan bahan baku bangunan. Untuk mengatasi

persoalan ini maka pemerintah juga akan menerapkan kebijakan impor

bahan baku untuk menyeimbangkan antara permintaan dan pasokan bahan

baku yang tersedia di pasar.

2 . Hasil penelitian yang dilakukan oleh Miyata, tentang permukiman

Page 57: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

133

kembali pada area waduk Birecik, adalah :

- Gagal untuk memenuhi panduan internasional (yang mengharuskan taraf

hidup semula dari populasi yang terkena dampak bencana harus dapat

dipulihkan setelah permukiman kembali tersebut telah rampung)

- Kegagalan pemerintah juga berkaitan dengan kegagalannya dalam

memenuhi janji dalam pemberian kompensasi bagi mereka yang tidak

memiliki lahan.

- Setelah direlokasi, para warga yang terkena dampak proyek mengalami

penurunan jumlah ternak.

- Fasilitas rumah tangga mereka mengalami peningkatan

- Persepsi umum terhadap permukiman kembali menunjukkan lebih dari

80% responden menunjukkan kondisi yang lebih buruk. Perubahan pada

layanan publik, infrastruktur, pendidikan, dan lain-lain. Secara mayoritas

responden menganggap adanya penurunan pada pelayanan dasar seperti air

bersih, listrik dan layanan kesehatan, bahkan masjid yang merupakan

bagian dari budaya mereka juga mengalami penurunan.

- Perubahan pada layanan publik, infrastruktur, pendidikan, dan lain-lain.

Secara mayoritas responden menganggap adanya penurunan pada

pelayanan dasar seperti air bersih, listrik dan layanan kesehatan, bahkan

masjid yang merupakan bagian dari budaya mereka juga mengalami

penurunan. Tetapi selain ketidakpuasan tersebut, responden juga

memiliki kepuasan terhadap kondisi rumah mereka serta kondisi jalan di

lokasi yang baru.

- Pada kondisi ekonomi ditemukan bahwa setelah permukiman kembali,

para responden memiliki opsi pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan

pada daerah asal.

- Bahkan tingkat pengangguran (yang sebelumnya tidak terdapat di daerah

asal), mengalami peningkatan.

3. Penelitian tentang taraf hidup pasca relokasi juga dilakukan oleh Soussan,

Datta dan Clemett. Studi ini memaparkan perubahan taraf hidup pada

proyek relokasi Mirpur-Baunia, yaitu :

Page 58: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

134

- Tingkat pendidikan di Baunia (lokasi yang baru) menjadi lebih tinggi

dan rumah tangga merasa lebih aman untuk berinvestasi di lokasi yang

baru seperti dengan cara memperbagus rumahnya.

- Status lahan di Baunia menjadi sesuatu yang vital untuk diperhatikan

dan birokrasi dalam penyelesaiannya membutuhkan proses yang berbelit-

belit serta adanya pungutan-pungutan yang begitu besar.

- Perpindahan ke Baunia memiliki dampak terhadap pendapatan

rumah tangga, sebagian besar penduduk yang direlokasi mengalami

peningkatan pendapatan.

- Peningkatan keamanan baik fisik maupun sosial.

- Peningkatan kesehatan, merupakan refleksi dari peningkatan nutrisi

yang disebabkan oleh tingkat kemakmuran yang lebih baik.

- Kesehatan yang meningkat juga refleksi dari kondisi lingkungan yang

lebih baik, kondisi ini merupakan perpaduan dari akses terhadap suplai

air yang sehat serta pembuangan limbah yang lebih baik.

- Akses terhadap pelayanan-pelayanan yang lebih baik, seperti

kesehatan dan pendidikan.

- Peningkatan kapital sosial di Baunia, termasuk institusi formal dan

non formal, yang penting bagi pengembangan komunitas serta

signifikan dalam operasionalisasi berbagai aktivitas ekonomi.

- Persepsi penduduk (kualitas rumah, layanan pendidikan, kesehatan,

transportasi,air dan sanitasi) terhadap lingkungan barunya lebih baik

dibandingkan lokasi terdahulu.

D. Proses Analisis Trianggulasi

Berdasarkan ketiga komponen/tinjauan ketiga substansi penelitian ini,

maka akan dikompilasi untuk merumuskan konsep penanganan lingkungan

permukiman akibat bencana alam banjir kabupaten Situbondo. Proses analisis

trianggulasi dapat dilihat pada matriks analisis trianggulasi tabel 5.11 ini.

Page 59: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

135

Tabel 5.11 Analisis Triangulasi

NO. Variabel/Sub Variabel

Empiris Keberadaan Lingkungan Permukiman Kajian Pustaka/Teori Tentang Studi Kasus Penanganan Relokasi Konsep Penanganan Relokasi Daerah Relokasi Banjir Kabupaten Situbondo Penanganan Relokasi Bencana Permukiman di Situbomdo Korban Bencana Banjir Kabupaten

Aceh-Nias dan Baunia Situbondo

1 2 3 4 5 6

I. Mitigasi Bencana Alam

A. Tahap Tanggap Bencana alam banjir menyebabkan adanya Tanggap darurat bencana (Thontowi, 2005) : Pada tahap ini dikategorikan tahap Tahap tanggap darurat merupakan tahap Darurat kerusakan-kerusakan pada prasarana dan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan penanganan darurat/emergency dimana awal penanganan pengungsi. Tahap ini sarana permukiman penduduk baik di bantaran dengan segera pada saat kejadian bencana diperlukan penanganan secepatnya diawali dengan pendekatan pelayanan sungai Sampeyan ataupun di luar bantaran untuk menangani dampak buruk yang untuk dapat menampung dan menangani Yang bertumpu pada berkumpulnya sungai Sampeyan. Sehingga masyarakat yang ditimbulkan, meliputi kegiatan penyelamatan pengungsi dalam jumlah yang besar kelompok kelompok pengungsi pada kehilangan tempat tinggal dan mengungsi ke dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan serta waktu yang singkat melalui tempat-tempat/tanah-tanah kosong yang tenda-tenda penampungan yang dipersiapkan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pemenuhan papan penampungan sebagian mendirikan tenda yang dekat Pemerintah. Namun ketidak seimbangan dan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan sementara, pemasangan tenda-tenda, dengan fasilitas umum, tempat ibadah ketidak layakan jumlah tenda yang disediakan prasarana dan sarana pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan rumah penduduk. dengan jumlah pengungsi menyebabkan dan sanitasi (khususnya cubluk) pada sebagaian besar pengungsi tinggal di luar tenda tingkatan kebutuhan minimal yang harus dipenuhi. Pada bencana alam Aceh dan Nias, hal yang dilakukan pertama kali pada tahapan ini adalah menyelamatkan manusia yang masih hidup, penampungan sementara dan bantuan logistik.

Page 60: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

136

B. Tahap Perbaikan fasilitas prasarana dan sarana Rehabilitasi adalah perbaikan dan pemulihan Tahap ini memberikan peningkatan Perbaikan kondisi fasilitas prasarana dan Rehabilitasi penampungan sementara tidak dirasakan oleh semua aspek pelayanan publik dan masyarakat pelayanan dan perbaikan terhadap yang sarana penampungan sementara perlu masyarakat korban bencana alam. sampai tingkat yang memadai pada wilayah telah dilaksanakan pada tahap tanggap ditingkatkan untuk normalisasi Ketidak tersediaan fasilitas-fasilitas sosial dan paska bencana dengan sasaran utama untuk darurat yaitu pada tenda-tenda kehidupan masyarakat paska bencana kesehatan menyababkan sebagaian besar normalisasi atau berjalannya secara wajar penampungan, peningkatan pelayanan alam sehingga dapat meningkatkan masyarakat bencana alam mengalami aspek pemerintahan dan kehidupan masyarakat sektor air bersih dan sanitasi. Kualitas lingkungan dan memperkecil penurunan kesehatan baik secara fisk dan pada wilayah pascabencana Tujuan dari tahap ini adalah untuk dampak negatif dari bencana alam. psikis. meningkatkan kualitas lingkungan dan memperkecil timbulnya penyakit, yang bertumpu pada aspek sarana dan prasarana dasar permukiman. Tetapi karena keterbatasan dana . sehingga penanganannya tidak dapat merata. Pada bencana di Aceh dan Nias, hal yang dilakukan oleh pemerintah pada tahapan ini adalah mengembalikan dan memulihkan fungsi bangunan dan infrastruktur yang mendesak dilakukan untuk menindaklanjuti tahap tanggap darurat, seperti rehabilitasi mesjid, rumah sakit, infrastruktur sosial dasar, serta prasarana dan sarana perekonomian yang sangat diperlukan.

C. Tahap Relokasi Kehilangan tempat tinggal, prasana dan sarana Dalam penentuan relokasi perumahan selalu Pada tahap awal menyiapkan lokasi Tahap relokasi di laksanakan oleh membuat masyarakat korban bencana alam mewarnai dalam tiga besar pendekatan: permukiman baru yang terbagi dua pemerintah karena masyarakat korban tidak punya pilihan untuk bertempat tinggal. Pendekatan pertama memungkinkan kategori yaitu kawasan pemukiman baru bencana alam tidak mempunyai pilihan masyarakat membangun rumahnya kembali yang benar-benar baru dalam artian pada lain dalam beertempat tinggal.

Page 61: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

137

oleh dirinya sendiri dengan bantuan finansial, awalnya berupa lahan kosong yang tidak Oleh karena itu pemerintah wajib

material bangunan dan atau asistensi teknis. tidak produktif kemudian selanjutnya menyediakan lahan yang luas dan cepat Pendekatan kedua pemerintah memberikan dikembangkan menjadi suatu kawasan Untuk membangun permukiman baru. Bantuan dan korban bencana alam membagun permukiman. Permasalahan yang timbul sendiri perumahannnya Dalam pendekatan adalah dengan waktu yang singkat harus ketiga, pemerintah merancang dan mempersiapkan permukiman baru untuk membangunkan rumah bagi para korban korban bencana alam dan mencari setelah beberapa tahap sosialisasi dilakukan. lahan/ tanah kosong yang luas dapat dimanfaatkan sebagai permukiman Pembangunan prasarana dan sarana Aceh dan Nias, tahap relokasi akan dimulai dari sejak selesainya penyesuaian rencana tata ruang baik di tingkat provinsi dan terutama di tingkat kabupaten dan kota yang mengalami kerusakan, terutama di daerah pesisir. II. Pembangunan

Relokasi Permukiman

A. Kondisi Rumah Status Lahan Status lahan masyarakat korban bencana Tanah merupakan piagam satu-satunya yang Lahan yang diperuntukkan sebagai Lahan yang dibangun untuk korban sebelum direlokasi adalah menjadi hak milik. merupakan landasan dari budaya suatu suku permukiman untuk adalah milik bencana alam merupakan milik Namun setelah direlokasi status lahan tersebut bangsa, tempat beristirahat para leluhur dan Pemkab. Situbondo dan sesuai pemerintah yang kemudian digunakan milik pemerintah kabupaten Situbondo. sumber dari kekuatan spiritual dengan dengan perda Pemkab. SItubondo Oleh masyarakat korban bencana alam. Sebagian besar masyarakat menginginkan demikian tanah sering dianggap memberikan bahwa pemerintah wajib menyediakan Masyarakat merupakan pihak yang kepastian hukum status lahan yang mereka penghormatan. (Goldsmith, 1993) lahan permukiman bar u untuk Memiliki hak guna atas bangunan saja. huni, karena lahan perumahan yang dulu sudah korban bencana alam banjir dan

Page 62: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

138

menjadi. hak milik, habis terkena banjir. Kepemilikam dari lahan permukiman tersebut adalah milik pemkab Situbondo Status lahan di Baunia menjadi sesuatu yang vital untuk diperhatikan dan birokrasi dalam penyelesaiannya Membutuhkan proses yang berbelit-belit serta adanya pungutan-pungutan yang begitu besar.. Status Untuk status bangunan sebelum relokasi adalah Permukiman yang dibangun Pemprop Permukiman yang dibangun oleh Bangunan rumah yang berdiri diatas lahan perkampungan Jatim dan Pemkab. Situbondo. Pemerintah bagi korban bencana alam tetapi tidak memiliki IMB, keadaan ini sama Adalah milik Pemkab. Situbondo. Banjir adalah salah satu upaya permukiman yang baru dilokasi perumahan Oleh karena itu masyarakat yang Pemerintah untuk mengatasi masalah juga tidak memliki IMB. Kepastian status menghuni permukiman baru tidak ketidakjelasan status bangunan dan bangunan atau kepemilikan IMB oleh mempunyai hak memiliki dan tanah. masyarakat tidak terlalu penting bagi mereka. membangun kembali rumah tersebut. Asal Penduduk Penduduk yang dipindahkan merupakan Fried (1982) yang mengamati bahwa keluhan a -Berkaitan dengan asal penduduk, sesuai Karakteristik penduduk merupakan salah penduduk asli Situbondo. Kesamaan asal, hilangnya hunian mereka begitu tersebar luas dengan data korban bencana alam Satu faktor yang harus dipertimbangkan bahasa dan budaya salah satu faktor penting dan fenomena sosial serius yang seringkali di Dinas PU Cipta Karya dan Tata Ruang Dalam melakukan reloksi bencana alam memudahkan sosialisasi atau interaksi di menyertai proses dislokasi urban. Dislokasi kabupaten Situbondo bahwa 100% Bagi masyarakat agar sosialisasi dan permukiman yang baru. seringkali meningkatkan “patologi” sosial penduduk yang dipindahkan merupakan Interaksi yang ada dapat mempercepat Dan psikologis bagi beberapa pihak, tapi penduduk asli Situbondo Proses penanganan korban. hal tersebut dapat dilihat sebagai peluang baru dan peningkatan mobilitas sosial Relokasi Aceh dan Nias memiliki bagi pihak lainnya karakteristik penduduk yang hampir sama. Sehingga dalam melakukan relokasi tidak menglami kendala dalam masaah sosialisasi.

Page 63: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

139

Pekerjaan Mayoritas pekerjaan masyarakat korban Terhadap pengaadaan perumahan ada tiga Pemerintah Kab. Situbondo di dalam Faktor pekerjaan merupakan faktor bencana alam adalah pekerjaan informal tidak faktor kependudukan yang perlu diketahui menangani korban bencana alam banjir Penting yang juga diberikan perhatian tetap (pedagang petani, kuli bangunan, tukang secara jelas yaitu pendapatan, lapangan kerja berorientasi pada pengadaan Khusus bagi pemerintah karena becak) sedangkan sisanya adalah pekerjaan dan pendidikan (Silas , 1989) perumahan. Sedangkan untuk pekerjaan Ketiadaan pekerjaan bagi korban informal tetap (buruh pabrik) dan pekerjaan korban bencana alam tidak Akan mampu menimbulkan masalah formal tetap (ABRI dan PNS) setelah pindah Ada kebijakan dari permkab. Situbondo baru seperti stress karena beban hidup ke permukiman baru masyarakat tidak yang semakin berat. mengalami perubahan. Pada kondisi ekonomi ditemukan bahwa setelah permukiman kembali, para responden memiliki opsi pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan pada daerah asal. Shg tingkat pengangguran (yang sebelumnya tidak terdapat di daerah asal), mengalami peningkatan. Sebelum adanya proyek permukiman kembali, sebagian besar responden memiliki sumber pendapatan (pekerjaan) lebih dari satu sumber. Sedangkan setelah mereka dimukimkan kembali sebagian besar responden hanya memiliki sumber pendapatan dari satu sumber saja. (Aceh-Nias) Pendapatan Nilai pendapatan mengalami penurunan, karena Perpindahan ke Baunia memiliki Pendapatan korban bencana alam perlu Sebagaian besar pendapatan total masyarakat dampak terhadap pendapatan Dilakukan proses evaluasi mengingat korban bencana alam mempunyai pekerjaan rumah tangga, sebagian besar penduduk Kebutuhan hidup pastinya meningkat Informal tidak tetap belum dapat memenuhi yang direlokasi mengalami Disebabkan oleh kehilangan banyak Kebutuhan primer dan sekunder. peningkatan pendapatan bahkan hal pasca bencana alam penduduk yang melakukan perpindahan lebih dari 14 tahun mengalami

Page 64: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

140

peningkatan pendapatan dua kali lipat lebih besar dibandingkan di lokasi sebelumnya. B. Jenis Prasarana

Ibadah Untuk prasarana pendidikan, kesehatan dan Alex Inkleles (1985) menyatakan faktor Keterbatasan anggaran Pemerintah Sarana kesehatan, pendidikan, ekonomi Pendidikan ekonomi belum dapat dipenuhi oleh pemkab kelengkapan fasilitas, lengkap tidaknya Propinsi Jawa Timur untuk membangun dan sosial merupakan kebutuhan dasar Ekonomi Situbondo di dalam membangun permukiman fasilitas. yang ada mencerminkan permukiman baru korban bencana alam Bagi masyarakat. Karena itu perlu Kesehatan baru masyarakat korban bencana alam. Hal ini perkembangan keadaan masyarakat di lokasi membuat skala prioritas kebutuhan penanganan khusus untuk menyelesaikan Sosial tidak sama dengan kondisi sebelum mereka yang bersangkutan. Pada umumnya makin yang dibutuhkan masyarakat. Sesuai Hal tersebut dengan membangun sarana

dipindahkan . Karena di permukiman yang berkembangnya suatu masyarakat maka makin dengan skala prioritas yang ada maka prasarana secara lengkap agar korban lama semua fasilitas ada dan berfungsi. lengkap fasilitas sosial, ekonomi yang Pemerintah Propinsi Jawa Timur paska bencana tidak mengalami trauma Kegiatan warga sebelum dilakukan relokasi dimilikinya, sesuai dengan meningkatnya Dan Pemerintah kabupaten Situbondo yang berkepanjangan. antara lain kegiatan gotong royong, ronda kebutuhan pelayanan. lebih memprioritaskan pembangunan arisan, posyandu dan kegiatan kampung yang perumahannya dan fasilitas ibadah. lain. Untuk penelitian pada area waduk Birecik, setelah direlokasi, para warga yang terkena dampak proyek mengalami penurunan jumlah ternak. Tetapi secara umum fasilitas rumah tangga mereka mengalami peningkatan, seperti kamar mandi. Sedangkan kepemilikan alat-alat elektronik mereka mengalami penurunan. Ruang Terbuka Tersedianya ruang terbuka di permukiman baru Johan Silas, rumusan permukiman yang Luasnya lahan yang dimiliki oleh Permukiman korban bencana alam lebih baik daripada sebelumnya. Ini disebabkan sesuai di Indonesia yaitu; sebuah teritorial Pemkab Situbondo untuk permukiman sebaiknya dilengkapi dengan ruang pemukiman baru ada taman terbuka disediakan habitat yaitu penduduknya masih dapat baru memudahkan dalam mendesign Terbuka karena masyarakat memerlukan

Page 65: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

141

tempat bermain. Sedangkan dipermukiman melaksanakan kegiatan biologis, sosial, Permukiman baru dengan dilengkapi Tempat untuk bersosialisasi dan juga lama tidak ada tempat bermain (lapangan/ruang ekonomis, politis, dan dapat menjamin fasilitas ruang terbuka. area yang luas untuk melepas penat terbuka) dan atau jalan/gang sebagai tempat kelangsungan lingkungan yang seimbang dan bermain serasi. Fasilitas ruang terbuka yang ada di Aceh setelah Tsunami diperbanyak, untuk memudahkan masyarakat melakukan refreshing karena stres akibat bencana alam. C. Jenis Sarana Sumber Air Fasilitas sarana air bersih yang digunakan oleh Unsur berikut dikaji dalam kaitan keadaan Kondisi alam dari Situbondo yang rawan Kebutuhan akan air merupakan masyarakat dipermukiman lama adalah air perumahan penduduk (Silas, 1989) air juga mempengaruhi di dalam kebutuhan urgen yang harus segera sumur dan jaringan PDAM. besar rumah dan tingkat hunian, pemilikan pembangunan permukiman baru. Dipenuhi pihak pemerintah. Sebab air Untuk kualitas air sumur yang digunakan keadaan struktur, keadaan fasilitas rumah Karena pembangunan permukiman merupakan kebutuhan mendasar warga jernih, tidak berbau dan berasa sedangkan dan penggunaan air harus dilaksanakan dengan waktu cepat Yang digunakan untuk aktivitas sehari- untuk kualitas. maka pengadaan air bersih diakukan hari. PDAM dapat digunakan untuk minum, masak setelah pembangunan selesai. Mandi dan cuci. Di permukiman yang baru belum tersedia fasilitas sarana air bersih yang Persepsi umum terhadap relokasi digunakan baik itu air sumur atau PDAM. menunjukkan lebih dari 80% responden menunjukkan kondisi yang lebih buruk. Perubahan pada layanan publik, infrastruktur, pendidikan, dan lain-lain. Sanitasi/Air Untuk fasilitas sanitasi/air limbah tidak ada Unsur berikut dikaji dalam kaitan keadaan Untuk pembangunan kondisi fisik dari Pembangunan fasilitas sanitasi atau air Limbah perubahan, di setiap rumah terdapat pasarana perumahan penduduk (Silas, 1989) Saampah drainase, jalan, kondisi Limbah merupakan serangkaian fasilitas sanitasi individual yang memadai (dilengkapi besar rumah dan tingkat hunian, pemilikan kondisi lantai, kondisi ventilasi, Yang dibangun oleh pemerintah untuk septictank) keadaan struktur, keadaan fasilitas rumah kepadatan bangunan, pembagian ruang, Melengkapi permukiman korban dan penggunaan air Bangunan rumah, genangan hujan bencana alam. kepadatan hunian mengacu pada

Page 66: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

142

Keputusan Mentri PU 54/PRT/1991 Persepsi penduduk (untuk isu-isu utama seperti kualitas rumah, layanan pendidikan, kesehatan, transportasi,air

Dan sanitasi) terhadap lingkngan barunya

lebih baik dibandingkan kondisi terdahulu (Baunia). Drainase/got Untuk kondisi drainase/got di permukiman baru Unsur berikut dikaji dalam kaitan keadaan Upaya relokasi bencana alam di setiap rumah dengan kondisi yang bersih. perumahan penduduk (Silas, 1989) Mengharuskan adanya permukiman besar rumah dan tingkat hunian, pemilikan Yang memiliki fasilitas dan sarana keadaan struktur, keadaan fasilitas rumah Lengkap bagi masyarakat. Agar upaya dan penggunaan air Pemulihan korban bencana alam dapat segera terselesaikan. Sarana seperti Jalan Begitu pula dengan kondisi jalan di depan Lokasi dan kualitas relokasi baru adalah hal Kesulitan di dalam penyediaan lahan luas Drainase/got, jalan, dan penanganan rumah permukiman yang baru sudah penting dalam perencanaan relokasi, karena dekat dengan pusat perekonmian dan sampah adalah salah satu sarana yang diperkeras. Meskipun kondisi fisik jalan lebih Menentukan hal-hal berikut ini : kemudahan sosial oleh pemkab Situbondo juga dilengkapi oleh pemerintah.. baik namun dari sisi aksesibilitas menuju menuju lahan usaha, jejaring sosial, pekerjaan menyebabkan lahan yang dibangun tempat kerja, sarana pendidikan, kesehatan dan peluang pasar (Davidson et all) untuk korban bencana alam jauh dari sarana lain sulit dijangkau. fasilitas dan pusat perkenomian Secara keseluruhan, bencana telah menghancurkan sebagian sistem sosial- ekonomi masyarakat di Aceh dan Nias. Aktivitas produksi, perdagangan dan perbankan mengalami stagnasi total dan perlu pemulihan dengan segera. Sistem Transportasi dan telekomunikasi juga mengalami gangguan yang serius dan

Page 67: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

143

bencana dapat segera diakses. Pemberian tanah oleh pemerintah dan berbagai macam LSM sudah mampu menghidupkan kembali aktivitas masyarakat. Sampah Ketersediaan sarana tempat sampah dan selalu Proses pengumpulan dan pengangkutan terangkut dipermukiman lama berbeda dengan sampah dari rumah tangga ke tpa di permukiman baru tidak tersedia tempat belum dapat disediakan oleh Pemerintah sampah disetiap rumah dan tidak ada Kabupaten Situbondo. pengelolaan sampah rumah tangga Kondisi Kondisi bangunan rumah permukiman baru Unsur berikut dikaji dalam kaitan keadaan Untuk pembangunan kondisi fisik dari Secara umum, kondisi rumah yang Bangunan bagi sebagian besar masyarakat korban perumahan penduduk (Silas, 1989) Saampah drainase, jalan, kondisi akan dibangun oleh pemerintah. Rumah bencana alam bagus terbuat dari bahan yang besar rumah dan tingkat hunian, pemilikan kondisi lantai, kondisi ventilasi, Bagi korban bencana alam adalah awet, dirawat, dan tahan terhadap cuaca dari keadaan struktur, keadaan fasilitas rumah kepadatan bangunan, pembagian ruang, Rumah yang permanent jika memang bahan permanent. dan penggunaan air Bangunan rumah, genangan hujan tanah yang dibangun merupakan tanah kepadatan hunian mengacu pada yang bebas dari bencana. Jika Kondisi Lantai Kondisi lantai rumah di permukiman baru Keputusan Mentri PU 54/PRT/1991. masih memungkinkan terjadinya sebagian saja yang diperkeras (diplester) dan bencana maka pemerintah membangun ada lantai yang belum diperkeras rumah darurat yang non permanen atau semi permanen. Hal lain yang Kondisi Ventilasi rumah di permukiman baru terdapat harus diperhatikan adalah kondisi lantai, Ventilasi jendela atau lubang angin dikedua sisi ruang ventilasi, dan genangan air hujan. terjadi pergantian udara didalam ruangan, untuk sebagian masyarakat kondisi ini lebih bagus dibandingkan dengan permukiman lama. Genangan Genangan air hujan sebelunnyalebih buruk Hujan karena apabila terjadi genangan diseluruh

Page 68: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

144

halaman rumah dan seluruh ruangan didalam rumah tergenang air surutnya lebih dari 3 jam D. Status Bangunan

Kepadatan Ketidak puasan masyarakat berpenghasilan Luas lahan untuk pembangunan rumah harus Bencana alam yang ada di Aceh, Pasca terjadinya bencana sering Bangunan. sedang terhadap luas rumah dibangun lebih Berdasarkan tempat tinggal sebelumnya dan menyebabkan kepadatan bangunan lebih mengakibatkan korban bencana alam 70% luas. kebutuhan di kawasan baru. Pemukim kembali padat dibandingkan dengan sebelumnya. Mengalami stress dan frustasi berat harus diijinkan membangun rumah sendiri Karena ada sebagian daerah yang habis Karena itu diperlukan tempat yang luas Pembagian Halaman Rumah yang berada di permukiman dari pada diberikan rumah yang sudah terkena Tsunami. Namun tidak terlalu Dengan kepadatan hunian yang rendah Ruang baru.mempunyai 2 kamar tidur dan 1 ruang disediakan oleh instansi pengelola. Seluruh padat karena masih ada pembukaan Agar kemungkinan konflik bisa tamu yang difungsikan sebagai ruang makan sarana dan prasarana fisik dan sosial harus siap lahan dan area yang digunakan sebagai Diminimalisasi. Selain itu kepadatan dan ruang keluarga. sebelum pemukim diminta untuk pindah ke tempat relokasi. Tempat terjadinya bangunan dan pembagian ruang yang lokasi. Organisasi masyarakat yang terkena bencana alam nantinya masih mungkin sesuai juga diperlukan agar masyarakat dampak bencana dan perkumpulan bisa ditinggali namun memerlukan korban bencana alam dapat tinggal Masyarakat diajak bermusyawarah dalam beberapa waktu untuk pemulihan. dengan nyaman. pembangunan lokasi Pemukiman kembali. (Davidson et al, , 1993)

Kepadatan Hunian Kepadatan hunian di permukiman baru adalah Variable yang melatar belakangi keinginan

4 s/d 6 m²/org pindah dari lingkungan tempat tinggal individu, variabel tersebut adalah teman dan kerabat, rasio kepadatan, usia kepala rumah tangga, dan kepemilikan properti. (Golant dan Spear dalam Savasdisara 1986, 252)

Sumber : Hasil Analisa, 2009

Page 69: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

145

5.5.2 Konsep Penanganan Lingkungan Relokasi Permukiman Korban Banjir

Kabupaten Situbondo.

Sesuai hasil analisis trianggulasi yang diuraikan, konsep penanganan

lingkungan relokasi permukiman korban banjir kabupaten Situbondo dapat

dirumuskan berdasarkan faktor-faktor yang berpengaruh. Dengan menggunakan

penggabungan beberapa konsep penanganan diharapkan dapat saling melengkapi

satu sama lain yang disesuaikan untuk menangani faktor-faktor yang berpengaruh.

Untuk itu konsep penanganan yang dapat mengakomodasikan dan menangani

faktor-faktor yang berpengaruh fakta empirik terhadap lingkungan permukiman

korban bencana alam banjir, yaitu : “Konsep Penanganan Lingkungan Relokasi

Permukiman korban bencana Alam Banjir Kabupaten Situbondo dengan

Memperbaiki/Meningkatkan Kondisi lingkungan Permukiman Berdasarkan

aturan-aturan Standar Permukiman”.

Konsep tersebut berupaya untuk memperbaiki serta meningkatkan tatanan

kehidupan masyarakat agar kehidupan mereka lebih baik dibandinkan dengan

sebelum dilakukan relokasi bencana alam banjir. Berikut ini secara detail konsep

penanganan lingkungan relokasi permukiman korban bencana alam banjir

kabupaten Situbondo, adalah :

a. Tahapan mitigasi bencana dilakukan sebagai berikut:

Rekonstruksi dilakukan dengan mengevakuasi korban ke tempat-tempat

yang aman. Pengevakuasian korban dilakukan dekat institusi pemerintahan

untuk memudahkan jangkauan bantuan kepada korban dan juga aktivitas

rekonstruksi yang lain seperti pencatatan dan identifikasi, baik korban

maupun bangunan fisik yang ada, melakukan prosesi pemakaman,

menyediakan informasi ke public, dapur umum, rumah sakit darurat dan

melakukan koordinasi antar lembaga terkait lainnya.

Pada tahapan rehabilitasi, aktivitas yang dilakukan antara lain pendataan

bantuan yang masuk kepada korban dan membangun tempat-tempat urgen

yang diperlukan dan dirasa penting bagi masyarakat seperti

tanggul/bendungan, serta memberikan recovery bagi para korban bencana

Page 70: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

146

alam, khususnya kurikulum disekolah atau peninjauan kembali tata ruang

kawasan.

Tahapan mitigasi bencana alam yang terakhir adalah tahapan rehabilitasi

dan repatriasi yaitu dengan membuka posko pusat kritis dan menyediakan

sarana dan prasarana hiburan bagi korban bencana alam. Sementara

korban bencana banjr berada di tempat penampungan sementara,

pemerintah melakukan pembangunan permukiman yang bersifat

permanent housing yang letaknya memang jauh dari tempat evakuasi

dilakukan. Namun tempat pembangunan permukiman ini tergolong aman

dari bencan alam seperti banjir sehingga dirasa sesuai untuk tempat

evakuasi permanent korban nantinya.

b. Penanganan dalam masalah status lahan dan bangunan bisa dilakukan hal-hal

sebagai berikut :

Pemerintah memberikan ganti rugi atas tanah warga yang terkena banjir,

sehigga tanah yang telah dibli tersebut menjadi hak pemeritah untuk

keudian pemerintah membangun kemali tanah akibat banjir untuk

dimanfaatkan sebagai kepemilikan negara. Sedangkan di tempat yang

baru, masyarakat mendapatkan hak guna bangunan.

Masyarakat diberikan kewenangan untuk melakukan hak guna bangunan

di tempat relokasi yang baru.

Pemerintah perlu mencari kembali lahan yang memungkinkan untuk

merelokasi sebagian masyarakat yang terkena bencana

Pemerintah perlu mencari kembali lahan yang memungkinkan untuk

merelokasi sebagian masyarakat yang terkena bencana agar kepadatan

hunian yang tinggi ini bisa diatasi.

c. Berkenaan dengan kondisi sosial dan ekonomi, maka hal – hal berikut dapat

dilakukan yaitu :

Kondisi yang hampir homogen ini harusnya dimanfaatkan oleh pemerintah

untuk membuka peluang partisipasi masyarakat dalam meningkatkan

lingkungan di kawasan bencana.

Page 71: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

147

Pemerintah dan stakeholder yang lain mengelompokkan kembali skil

masyarakat untuk bisa ikut berperan dalam peningkatan kesejahteraan

ekonomi

Pemerintah memberikan modal kepada pengusaha kecil dan menengah

karena memang mereka banyak yang bekerja di sektor informal sehingga

secara individu mereka sudah memiliki keahlian

Pemerintah memenuhi kebutuhan dasar masyarakat terkena bencana.

Khususnya dalam masalah pendidikan, kesehatan dan peribadahan ini.

Dengan cara membangun fasilitas tersebut agar mudah dijangkau dan

mengajak peran serta masyarakatyang kompeten dibidangnya.

d. Ketersediaan sarana prasarana yang bisa dilakukan antara lain dengan:

Membangun fasilitas umum seperti pengadaan sumber air. Karena tidak

mungkin selamanya masyarakat mencari sumber air bersih dengan jarak

yang cukup jauh. Hal ini akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat.

Meskipun sudah memiliki sanitasi dan pembuangan limbah rumah tangga,

namun karena sumber air bersihnya belum terlaksana dengan baik, maka

Pemerintah setempat harus juga memikirkan keterkaitan ini. Misal dengan

membangun sumber air bersih untuk umum terlebih dahulu.

Perlu diberikan tempat sampah di masing-masing rumah. Bisa dengan

membangun tempat sampah permanen atau dengan menggunakan tong

sampah.

Drainse, jalan, kondisi bangunan rumah,kondisi lantai, genangan air hujan,

kondisi ventilasi mengala perbaikan, sehingga upaya peningkatan

kesejahteraan ini bisa digunakan oleh pemerintah untuk menggerakkan

kembali aktivitas warga

Pembagian ruang dapat diatasi dengan adanya taman bersama sebagai

tempat berkumpulnya keluarga/masyarakat sekitar. Sehingga sesaknya

rumah tidak membuat semakin stres. Perlu diberikan beberapa fasilitas

umum yang cukup luas di beberapa sektor.

Page 72: BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - digilib.its.ac.id · HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Melalui tinjauan literatur yang telah. ... sanitasi, jalan, keamanan lingkungan dari

148

Halaman ini sengaja dikosongkan