Bab Tigapuluh-Tiga (Chapter Thirty-Three) Rahasia-Rahasia Penginjilan (Secrets of Evangelism) Ketika Abraham membuktikan kesediaannya untuk memberikan anak yang dikasihinya, Ishak, Allah berjanji kepadanya: Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firman-Ku." (Kejadian 22:18). Rasul Paulus menekankan bahwa janji itu dibuat kepada Abraham dan kepada keturunannya (kata benda tunggal), bukan keturunan-keturunannya (kata benda jamak); dan keturunannya (kata benda tunggal) adalah Kristus (lihat Galatia 3:16). Dalam Kristus, semua bangsa, atau lebih tepatnya, semua kelompok etnis di seluruh bumi akan diberkati. Janji kepada Abraham itu menubuatkan tentang dimasukkannya ribuan kelompok etnis bukan Yahudi di seluruh dunia menjadi berkat-berkat dalam Kristus. Kelompok-kelompok itu saling berbeda karena mereka hidup dalam wilayah-wilayah geografi yang berbeda, berasal dari ras-ras berbeda, mengikuti budaya-budaya yang berbeda dan bertutur bahasa-bahasa yang berbeda. Allah inginkan mereka semua diberkati dalam Kristus, yang oleh karena itu Yesus mati untuk dosa-dosa seluruh dunia (lihat 1 Yohanes 2:2). Walaupun Yesus berkata bahwa jalan menuju kehidupan adalah sempit, dan sedikit orang yang mencarinya (lihat Matius 7:14), rasul Yohanes memberikan alasan tepat untuk kita percayai bahwa akan ada wakil dari semua kelompok etnis di dunia dalam Kerajaan Allah kelak: Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!" (Wahyu 7:9-10, tambahkan penekanan).
21
Embed
Bab Tigapuluh-Tiga (Chapter Thirty-Three) Rahasia-Rahasia ... fileBab Tigapuluh-Tiga (Chapter Thirty-Three) Rahasia-Rahasia Penginjilan (Secrets of Evangelism) ... Rasul adalah ungkapan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Bab Tigapuluh-Tiga (Chapter Thirty-Three)
Rahasia-Rahasia Penginjilan (Secrets of Evangelism)
Ketika Abraham membuktikan kesediaannya untuk memberikan anak yang
dikasihinya, Ishak, Allah berjanji kepadanya:
Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau
mendengarkan firman-Ku." (Kejadian 22:18).
Rasul Paulus menekankan bahwa janji itu dibuat kepada Abraham dan kepada
keturunannya (kata benda tunggal), bukan keturunan-keturunannya (kata benda jamak);
dan keturunannya (kata benda tunggal) adalah Kristus (lihat Galatia 3:16). Dalam
Kristus, semua bangsa, atau lebih tepatnya, semua kelompok etnis di seluruh bumi akan
diberkati. Janji kepada Abraham itu menubuatkan tentang dimasukkannya ribuan
kelompok etnis bukan Yahudi di seluruh dunia menjadi berkat-berkat dalam Kristus.
Kelompok-kelompok itu saling berbeda karena mereka hidup dalam wilayah-wilayah
geografi yang berbeda, berasal dari ras-ras berbeda, mengikuti budaya-budaya yang
berbeda dan bertutur bahasa-bahasa yang berbeda. Allah inginkan mereka semua
diberkati dalam Kristus, yang oleh karena itu Yesus mati untuk dosa-dosa seluruh dunia
(lihat 1 Yohanes 2:2).
Walaupun Yesus berkata bahwa jalan menuju kehidupan adalah sempit, dan sedikit
orang yang mencarinya (lihat Matius 7:14), rasul Yohanes memberikan alasan tepat
untuk kita percayai bahwa akan ada wakil dari semua kelompok etnis di dunia dalam
Kerajaan Allah kelak:
Kemudian dari pada itu aku melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang
banyak yang tidak dapat terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan
kaum dan bahasa, berdiri di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai
jubah putih dan memegang daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara
nyaring mereka berseru: "Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta
dan bagi Anak Domba!" (Wahyu 7:9-10, tambahkan penekanan).
Jadi, dengan sangat bersemangat, anak-anak Allah menantikan saat untuk bergabung
dengan orang banyak dari latar-belakang etnis yang sangat beragam untuk datang di
hadapan Tahta Allah suatu hari kelak!
Banyak ahli strategi misi kontemporer memberikan penekanan besar kepada
penjangkauan ribuan kelompok etnis yang masih “tersembunyi” di seluruh dunia, demi
melakukan perintisan gereja yang layak di setiap etnis. Tindakan ini tentu dianjurkan,
karena Yesus memerintahkan kita untuk pergi ke seluruh dunia dan “melakukan
pemuridan kepada semua bangsa (atau arti sebenarnya, kelompok etnis)” (Matius 28:19).
Tetapi, rencana-rencana manusia, sebaik apapun maksudnya, bisa menimbulkan lebih
banyak bahaya daripada kebaikan bila tanpa bimbingan Roh Kudus. Sangatlah penting
kita mengikuti hikmat Allah di saat kita berupaya membangun KerajaanNya. Roh Kudus
memberi lebih banyak informasi dan petunjuk mengenai bagaimana kita harus melakukan
pemuridan di seluruh dunia dibandingkan dengan hal-hal yang ada dalam Matius 28:19.
Mungkin fatkta yang paling sering diabaikan oleh mereka yang berupaya memenuhi
Amanat Agung adalah bahwa Allah adalah penginjil terbesar dari semuanya, dan kita
harus bekerja-sama denganNya, bukan untukNya. Dibandingkan siapapun, Ia jauh lebih
peduli dalam menjangkau dunia dengan Injil, dan Ia bekerja sampai tuntas yang jauh
lebih tekun dibandingkan siapapun. Ia dulu dan sekarang sangat seirus dengan maksud itu
sehingga Ia mati untuk itu, dan Ia memikirkan tentang hal itu bahkan sebelum Ia
menciptakan manusia, dan kini Ia masih memikirkannya! Itulah komitmen!
“Jamulah Dunia untuk Kristus” (“Wining the World For Christ”)
Adalah menarik bahwa ketika membaca suratan-suratan dalam Perjanjian Baru, kita
tak temukan permohonan yang sungguh-sungguh (seperti sering kita lakukan kini) bagi
orang-orang percaya untuk “keluar dan menjangkau dunia untuk Kristus!” Orang-orang
Kristen dan para pemimpin Kristen yang mula-mula menyadari bahwa Allah bekerja
berat untuk menebus dunia, dan tugas mereka adalah bekerjasama denganNya ketika Ia
membimbing mereka. Jika orang yang tahu tentang hal itu adalah rasul Paulus, yang tak
seorangpun “membawanya kepada Tuhan.” Sebaliknya, ia bertobat melalui tindakan
langsung Allah ketika ia dalam perjalanan ke Damaskus. Dan di seluruh kitab Kisah Para
Rasul, kita dapati pertumbuhan gereja karena orang-orang yang diurapi dan dipimpin
oleh Roh Kudus yang bekerjasama dengan Roh Kudus. Kitab Kisah Para Rasul itu,
walaupun sering disebut sebagai “Kisah Perbuatan-Perbuatan Para Rasul”, sebenarnya
disebut sebagai “Kisah Perbuatan-Perbuatan Allah.” Pada pendahuluan kitab Kisah Para
Rasul oleh Lukas, ia menyatakan bahwa kisahnya yang pertama (Injil yang sesuai
namanya) adalah catatan mengenai “segala sesuatu yang Yesus mulai kerjakan dan
ajarkan” (Kisah Para Rasul 1:1, tambahkan penekanan). Lukas percaya bahwa Kisah Para
Rasul adalah ungkapan tentang hal yang Yesus terus lakukan dan ajarkan. Ia bekerja
melalui hamba-hambaNya yang diurapi dan dipimpin oleh Roh Kudus yang bekerja-sama
denganNya.
Jika orang-orang Kristen yang mula-mula tidak merasa terdorong untuk “keluar dan
bersaksi kepada sesamanya dan membantu memenangkan dunia untuk Kristus,” apakah
tanggung-jawab mereka dalam membangun Kerajaan Allah? Orang-orang yang tidak
secara khusus dipanggil dan diberikan karunia untuk memberitakan Injil kepada orang
banyak (para rasul dan penginjil) dipanggil untuk hidup taat dan suci, dan selalu siap
membuat pertahanan terhadap siapapun yang menghina atau menyangsikan mereka.
Misalnya, Petrus menuliskan,
Tetapi sekalipun kamu harus menderita juga karena kebenaran, kamu akan
berbahagia. Sebab itu janganlah kamu takuti apa yang mereka takuti dan janganlah
gentar. Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang
ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat, dan dengan hati
nurani yang murni, supaya mereka, yang memfitnah kamu karena hidupmu yang
saleh dalam Kristus, menjadi malu karena fitnahan mereka itu. (1 Petrus 3:14-16).
Perlu dicatat, orang-orang Kristen, yang disurati oleh Petrus, mengalami aniaya.
Tetapi, jika orang-orang Kristen tak berbeda dengan dunia, dunia (sudah tentu) tak akan
menganiaya mereka. Itulah alasannya kini ada penganiayaan terhadap orang-orang
Kristen di banyak tempat —karena orang-orang yang konon menyebut diri Kristen
bertindak tidak berbeda dengan orang lain. Ternyata, mereka bukanlah orang-orang
Kristen, sehingga tak seorangpun menganiaya mereka. Namun banyak jenis “orang
Kristen” seperti itu didesak-desak pada hari-hari Minggu untuk “berbagi iman mereka
dengan sesamanya.” Ketika mereka bersaksi kepada sesamanya, sesamanya terkejut
mengetahui bahwa mereka adalah orang-orang Kristen yang (diduga) lahir baru. Yang
lebih buruk, “injil” yang mereka ceritakan tidak lebih dari cerita “kabar baik” kepada
sesamanya, sehingga mereka keliru jika menganggap perbuatan baik atau ketaatan
kepada Allah terkait dengan keselamatan. Masalahnya adalah mereka hanya “menerima
Yesus sebagai Juruselamat pribadi mereka.”
Berbeda dengan hal itu, orang-orang Kristen mula-mula (Tuhan mereka adalah Yesus)
berdiri bagaikan cahaya dalam kegelapan, sehingga mereka tak perlu mengikuti pelajaran
untuk bersaksi atau membangkitkan keberanian untuk bercerita kepada sesama mereka
bahwa mereka adalah pengikut Kristus. Dan, mereka punya banyak kesempatan untuk
berbagi Injil ketika mereka difitnah atau dihina karena kebenaran. Juga, mereka hanya
perlu menguduskan Yesus sebagai Tuhan di dalam hati dan siap sedia dalam segala
waktu untuk memberi pertangung-jawaban, sesuai kata Petrus.
Mungkin perbedaan utama antara orang-orang Kristen modern dan orang-orang
Kristen mula-mula adalah: Orang-orang Kristen modern cenderung berpikir bahwa
seorang Kristen ditandai dengan pengetahuan dan keyakinannya —kita menyebutnya
“doktrin”, sehingga mereka fokus pada mempelajarinya. Sebaliknya, orang-orang Kristen
mula-mula percaya bahwa seorang Kristen ditandai dengan perbuatannya —sehingga
mereka fokus pada menaati perintah-perintah Kristus. Perlu disadari bahwa, selama
empat-belas abad awal, praktis tak ada orang Kristen yang memiliki Alkitab secara
pribadi, sehingga mustahil baginya untuk “membaca Alkitab setiap hari”; kejadian ini
menjadi salah satu aturan terpenting dari tanggung-jawab orang Kristen masa kini. Saya
tentu tidak berkata bahwa orang-orang Kristen masa kini tak boleh membaca Alkitab
setiap hari. Saya hanya ingin berkata bahwa terlalu banyak orang Kristen telah
menjadikan pelajaran Alkitab lebih penting dibandingkan menaati Alkitab. Pada
akhirnya, kita menyombongkan diri kita karena memiliki doktrin yang benar
(bertentangan dengan para anggota dari 29,999 denominasi lain yang tidak sesuai dengan
level kita) namun masih bergosip, berbohong dan mengumpulkan harta di bumi.
Jika kita ingin melunakkan hati orang-orang sehingga mereka menjadi lebih terbuka
untuk menerima Injil, lebih besar kemungkinan kita melakukannya dengan perbuatan-
perbuatan kita daripada dengan doktrin-doktrin kita.
Allah, Penginjil Terbesar (God, the Greatest Evangelist)
Perhatikanlah lebih rinci pekerjaan Allah dalam membangun KerajaanNya. Semakin
kita mengerti pekerjaanNya, semakin baik kita dapat bekerjasama denganNya.
Ketika seseorang percaya kepada Yesus, itulah yang ia lakukan dengan hatinya (lihat
Roma 10:9-10). Ia percaya kepada Tuhan Yesus sehingga ia bertobat. Ia menurunkan
dirinya dari tahta keinginannya dan menaikkan Yesus ke atas tahta keinginannya.
Tindakan mempercayai tentu melibatkan perubahan hati.
Demikian juga, ketika seseorang tidak mempercayai Yesus, itulah yang ia lakukan
dengan hatinya. Ia melawan Allah, sehingga ia tidak bertobat. Dengan keputusan secara
sadar, ia menjauhkan Yesus dari tahta hatinya. Ketidakpercayaan menyebabkan lahirnya
keputusan untuk seterusnya tidak mengubah hati seseorang.
Yesus menunjukkan bahwa hati seseorang sangat keras sehingga tak seorangpun akan
datang padaNya jika ia tidak ditarik oleh sang Bapa (lihat Yohanes 6:44). Allah dengan
penuh kasih dan tak henti-hentinya menarik setiap orang kepada Yesus dengan berbagai
cara, semua caraNya menyentuh hatinya, dan melalui caraNya ia harus memutuskan
apakah melunakkan atau mengeraskan hatinya.
Apakah cara Allah untuk menyentuh hati orang agar ia dapat ditarik kepada Yesus?
Pertama, Ia memakai ciptaanNya. Paulus menulis,
Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman manusia,
yang menindas kebenaran dengan kelaliman. Karena apa yang dapat mereka
ketahui tentang Allah nyata bagi mereka, sebab Allah telah menyatakannya kepada
mereka. Sebab apa yang tidak nampak dari pada-Nya, yaitu kekuatanNya yang
kekal dan keilahian-Nya, dapat nampak kepada pikiran dari karyaNya sejak dunia
diciptakan, sehingga mereka tidak dapat berdalih. (Roma 1:18-20, tambahkan
penekanan).
Perhatikan Paulus berkata bahwa orang-orang “menindas kebenaran” yang “terbukti
ada di dalam diri mereka.” Yakni, kebenaran bertambah di dalam mereka dan menantang
mereka, namun mereka menahannya dan melawan keyakinan di dalam diri mereka.
Apa sebenarnya kebenaran yang ada di hati setiap orang? Paulus berkata kebenaran-
kebenaran dengan atribut-atribut yang tak terlihat dari Allah, kuasa kekal dan hakekat
ilahiNya”, yang terungkap melalui “apa yang telah dibuat.” Di dalam hati mereka, orang-
orang tahu melalui ciptaanNya bahwa Allah jelas ada,1 bahwa Ia sangat kuat, benar-benar
kreatif dan sangat berbudi dan bijak.
Kesimpulan Paulus, orang-orang tersebut “tak punya alasan”, dan ia benar. Allah
senantiasa berseru kepada setiap orang, mengungkapkan diriNya dan memohon mereka
untuk melembutkan hati mereka, tetapi sebagian besar tak mau mendengar. Tetapi, Allah
tak pernah berhenti berseru selama hidup mereka, dengan terus menunjukkan mujizat-
mujizat —melalui bunga, burung, bayi, hujan salju, pisang, apel, dan sejuta hal lain lagi.
Jika Allah ada dan Ia sama besarnya dengan ungkapan ciptaanNya, maka kita patut
menaatiNya. Pewahyuan di dalam diri menyerukan satu pesan: Bertobatlah! Karena itu,
Paulus menegaskan agar setiap orang mendengarkan panggilan Allah untuk bertobat:
Tetapi aku bertanya: Adakah mereka tidak mendengarnya? Memang mereka telah
mendengarnya: "Suara mereka sampai ke seluruh dunia, dan perkataan mereka
sampai ke ujung bumi." (Roma 10:18).
Paulus sebenarnya mengutip ayat terkenal dari Mazmur 19, yang teksnya berbunyi,
Untuk pemimpin biduan. Mazmur Daud. Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya; hari meneruskan berita itu
kepada hari, dan malam menyampaikan pengetahuan itu kepada malam. Tidak ada
berita dan tidak ada kata, suara mereka tidak terdengar; tetapi gema mereka
terpencar ke seluruh dunia, dan perkataan mereka sampai ke ujung bumi. Ia
memasang kemah di langit untuk matahari, (Mazmur 19:1-4a, tambahkan
penekanan).
Hal itu menunjukkan bahwa Allah sedang berbicara kepada setiap orang, siang dan
malam, melalui ciptaanNya. Jika orang-orang bereaksi dengan benar kepada pesan
penciptaan Allah, mereka akan menundukkan wajahnya dan meratapi sesuatu seperti,
“Pencipta yang Agung, Engkau telah menciptakanku, tentunya untuk melakukan
kehendakMu. Jadi, saya berserah kepadaMu!”
Cara Lain Allah Berbicara (Another Means by Which God Speaks)
Kaitan dengan pewahyuan ke dalam/ke luar adalah pewahyuan lain ke dalam, 1 Itu sebabnya Alkitab menyatakan, “Orang bebal berkata dalam hatinya: "Tidak ada Allah." (Mazmur
14:1, tambahkan penekanan). Hanya orang bodoh yang menutup-nutupi kebenaran yang sudah jelas.
pewahyuan yang juga diberikan oleh Allah, dan pewahyuan yang tidak tergantung pada
orang yang mengalami mujizat-mujizat penciptaan. Pewahyuan ke dalam adalah kata-hati
setiap orang, yakni suara yang selalu menyatakan hukum Tuhan. Paulus menulis,
Apabila bangsa-bangsa lain yang tidak memiliki hukum Taurat oleh dorongan diri
sendiri melakukan apa yang dituntut hukum Taurat, maka, walaupun mereka tidak
memiliki hukum Taurat, mereka menjadi hukum Taurat bagi diri mereka sendiri.
Sebab dengan itu mereka menunjukkan, bahwa isi hukum Taurat ada tertulis di
dalam hati mereka dan suara hati mereka turut bersaksi dan pikiran mereka saling
menuduh atau saling membela. Hal itu akan nampak pada hari, bilamana Allah,
sesuai dengan Injil yang kuberitakan, akan menghakimi segala sesuatu yang
tersembunyi dalam hati manusia, oleh Kristus Yesus. (Roma 2:14-16).
Jadi, setiap orang tahu yang benar dari yang salah, atau lebih tegasnya, setiap orang
tahu hal yang menyenangkan Allah dan yang tidak menyenangkanNya, dan Ia akan
meminta pertanggung-jawaban setiap orang pada hari penghakiman atas perbuatannya
yang tak menyenangkan Dia. Ketika usia seseorang bertambah, ia tentu makin tahu
bagaimana memperbaiki dosanya dan mengabaikan suara kata-hatinya, tetapi Allah tak
pernah berhenti mengatakan hukum-hukumNya di dalam diri orang itu.
Cara Ketiga (A Third Means)
Tetapi, hal di atas belum lengkap. Allah, penginjil terbesar yang bekerja untuk
membimbing setiap orang agar bertobat, berbicara kepada orang-orang dengan cara lain.
Sekali lagi, bacalah kata-kata Paulus:
Sebab murka Allah nyata dari sorga atas segala kefasikan dan kelaliman
manusia, yang menindas kebenaran dengan kelaliman. (Roma 1:18, tambahkan
penekanan).
Perhatikan, Paulus berkata bahwa murka Allah diungkapkan, bukan akan diungkapkan
nanti. Murka Allah nyata pada orang-orang dalam banyak kejadian yang menyedihkan
dan tragis, besar dan kecil, yang melanda umat manusia. Jika Allah maha-kuasa, sanggup
melakukan dan mencegah apapun, maka hal-hal tersebut hanyalah wujud dari murkaNya,
ketika hal-hal itu melanda mereka yang mengabaikanNya. Hanya teolog tak berperasaan
dan filsuf bodoh tak mampu memahami hal itu. Namun, dalam murkaNya, belas-kasihan
dan kasih Allah dinyatakan, ketika obyek murkaNya sering mendapat murka jauh lebih
sedikit dibanding yang layak dia dapatkan, sehingga obyek itu diingatkan akan murka
kekal yang menanti orang yang tidak bertobat setelah ia mati. Itulah cara lain dari Allah
untuk menarik perhatian orang yang perlu bertobat.
Cara Keempat (A Fourth Means)
Akhirnya, Allah tidak hanya menarik perhatian orang-orang melalui ciptaan, kata-hati
dan bencana, tetapi juga melalui panggilan Injil. Ketika hamba-hambaNya menaati Dia
dan mengabarkan kabar baik, pesan yang sama tentang ciptaan, kata-hati dan bencana
dipertegas sekali lagi: Bertobatlah!
Anda dapat saksikan bahwa hal yang kami lakukan dalam penginjilan tak sebanding
dengan perbuatan Tuhan. Hamba Tuhan terus-menerus menginjili setiap orang di setiap
saat setiap hari dalam hidupnya, sedangkan para penginjil besar dapat berbicara kepada
ratusan ribu orang selama puluhan tahun. Dan para penginjil itu biasanya mengabarkan
Injil kepada kelompok orang tertentu hanya sekali dalam waktu singkat. Ternyata, satu
kesempatan itulah yang seorang penginjil dapatkan untuk menginjili orang-orang sesuai
perintah Yesus untuk mengebaskan debu dari kaki mereka kapanpun sebuah kota, desa
atau rumah tidak menerima mereka (lihat Matius 10:14). Dengan kata lain, adalah benar-
benar tiada bandingan bila kita bandingkan antara penginjilan kita yang sangat terbatas
dan penginjilan Allah yang terus-menerus, universal, dramatik, dan menuntut batin
manusia.
Perspektif itu membantu kita untuk memahami lebih baik tentang tanggung-jawab
dalam penginjilan dan membangun Kerajaan Allah. Tetapi, sebelum kita memikul peran
itu secara lebih khusus, ada satu faktor penting lain yang tidak boleh kita abaikan.
Seperti dinyatakan sebelumnnya, yang dilakukan orang-orang dengan hati mereka
adalah bertobat dan percaya. Allah mau tiap orang untuk merendahkan diri, melembutkan
hati, bertobat dan percaya kepada Tuhan Yesus. Untuk mencapai hal itu, Allah terus
bekerja dalam hati setiap orang dalam banyak cara.
Tentunya, Allah juga tahu, kondisi hati setiap orang. Ia tahu hati siapa yang sedang
melunak dan hati siapa yang mengeras. Ia tahu siapa yang mendengarkan pesan-
pesanNya yang tak ada hentinya dan siapa yang mengabaikan pesan-pesanNya. Ia tahu
hati siapa yang merasakan bencana dalam hidupnya yang akan membuatnya membuka
hatinya dan bertobat. Ia tahu hati siapa yang sangat keras sehingga tak ada harapan untuk
bertobat. (Misalnya, Ia berkata kepada Yeremia tiga kali, tidak untuk berdoa bagi Israel
karena hati mereka jauh dari pertobatan; lihat Yeremia 7:16; 11:14; 14:11).2 Ia tahu hati
siapa yang sedang melunak sampai titik di mana hanya ada sedikit tuduhan dari RohNya
yang akan membuat orang itu bertobat.
Dengan mengingat semua hal, apa yang dapat kita pelajari tentang tanggung-jawab
gereja untuk mengabarkan Injil dan membangun Kerajaan Allah?
Prinsip #1 (Principle #1)
Pertama, sebagai sang Penginjil Agung yang melakukan 95% dari seluruh pekerjaan
dan yang sudah dari dulu terus-menerus berseru-seru kepada setiap orang setiap hari,
apakah tak sewajarnya bila Allah mengutus hamba-hambaNya untuk mengabarkan Injil
kepada mereka yang hatinya paling siap menerima Injil, bukannya mereka yang hatinya
tak mau menerima Injil? Saya sependapat.
Apakah tak mungkin Allah, sang Penginjil Agung yang telah mengabarkan Injil
kepada semua orang setiap saat dalam hidup mereka, memilih untuk tidak peduli pada
pengabaran Injil bagi mereka yang sungguh mengabaikan segala sesuatu yang
dikatakanNya kepada mereka selama bertahun-tahun? Mengapa Ia akan sia-siakan
upayaNya untuk mengatakan 5% terakhir kehendaknya kepada orang-orang agar mereka
tahu apakah mereka benar-benar mengabaikan 95% pertama hal yang hendak dikatakan
kepada mereka? Saya anggap, mungkin Allah akan menghukum orang-orang itu, sambil
berharap agar mereka melunakkan hatinya. Jika mereka melunakkan hati, wajarlah bila
kita anggap bahwa Ia akan utus hamba-hambaNya untuk mengabarkan Injil.
Sebagian orang berkata bahwa Allah akan mengutus hamba-hambaNya kepada mereka
yang, Ia tahu, tidak akan bertobat sehingga mereka tak punya alasan lagi saat berdiri di
hadapan penghakimanNya. Tetapi, ingat bahwa menurut Alkitab, orang-orang tersebut
tak punya alasan lagi di hadapan Allah karena pewahyuanNya yang terus-menerus
mengenai diriNya melalui ciptaanNya (lihat Roma 1:20). Jadi, jika Allah benar-benar
mengutus salah seorang hambaNya kepada orang-orang itu, mereka akan jadi lebih 2 Di luar ini, Alkitab mengajarkan bahwa Allah bahkan aktif mengeraskan hati orang yang terus
mengeraskan hatinya melawan Dia (seperti Firaun). Tidaklah mungkin ada harapan orang itu bertobat.
bertanggung-jawab.
Jika ternyata benar Allah akan memimpin hambaNya kepada orang yang mau
menerima Injil, lalu kita, hamba-hambaNya, akan sepenuh hati memohon hikmatNya
sehingga kita dapat dipimpin menjangkau mereka yang, Ia tahu, siap untuk dituai.
Teladan Alkitabiah (A Scriptural Example)
Prinsip itu tampak indah dalam pelayanan Filipus si penginjil seperti dalam kitab
Kisah Para Rasul. Filipus berkhotbah kepada banyak orang yang menerima Injil di
Samaria, tetapi kemudian diarahkan oleh malaikat untuk menuju arah tertentu. Filipus
dibimbing kepada orang yang sedang mencari berita Injil:
Kemudian berkatalah seorang malaikat Tuhan kepada Filipus, katanya: "Bangunlah
dan berangkatlah ke sebelah selatan, menurut jalan yang turun dari Yerusalem ke
Gaza." Jalan itu jalan yang sunyi. Lalu berangkatlah Filipus. Adalah seorang
Etiopia, seorang sida-sida, pembesar dan kepala perbendaharaan Sri Kandake, ratu
negeri Etiopia, yang pergi ke Yerusalem untuk beribadah. Sekarang orang itu
sedang dalam perjalanan pulang dan duduk dalam keretanya sambil membaca kitab
nabi Yesaya. Lalu kata Roh kepada Filipus: "Pergilah ke situ dan dekatilah kereta
itu!" Filipus segera ke situ dan mendengar sida-sida itu sedang membaca kitab nabi
Yesaya. Kata Filipus: "Mengertikah tuan apa yang tuan baca itu?" Jawabnya:
"Bagaimanakah aku dapat mengerti, kalau tidak ada yang membimbing aku?" Lalu
ia meminta Filipus naik dan duduk di sampingnya. Nas yang dibacanya itu
berbunyi seperti berikut:
Seperti seekor domba Ia dibawa ke pembantaian; dan seperti anak domba yang
kelu di depan orang yang menggunting bulunya, demikianlah Ia tidak
membuka mulut-Nya.
dalam kehinaanNya berlangsunglah hukuman-Nya; siapakah yang akan
menceriterakan asal-usul-Nya? Sebab nyawaNya diambil dari bumi. Maka kata
sida-sida itu kepada Filipus: "Aku bertanya kepadamu, tentang siapakah nabi
berkata demikian? tentang dirinya sendiri atau tentang orang lain?" Maka mulailah
Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu
kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"