BAB IV UNPACKER BOTOL LINE V 4.1 Perkembangan Unpacker Pengertian unpacker dalam laporan ini adalah sebuah alat yang digunakan dalam proses mengeluarkan botol dari krat/case. Penggunaan unpacker dalam proses di line V/Line Frestea merupakan sebuah inovasi baru yang digagas oleh tim Management Engineering/ME di PT. CCBI Central Java untuk lebih mengefisienkan hasil produksi. Dalam perkembangannya, pengadaan unpacker mengalami proses yang tidak mudah. Terdapat pro dan kontra yang menyertai gagasan pengadaan perangkat unpacker ini. Mereka yang pro utamanya melihat dari sisi ekonomis dan efisiensi waktu produksi, sedangkan mereka yang kontra melihat dari sisi kemanusiaan. Dengan adanya perangkat unpacker ini, maka sumber daya manusia/pekerja akan terpaksa tidak dioperasikan aktif. Namun pada akhirnya diambil jalan tengah di mana sumber daya manusia tetap diperlukan, yaitu pada pengawasan operasional alat. Hal ini diperlukan karena masih ada beberapa kekurangan pada perangkat yang membutuhkan bantuan tangan manusia. Hal ini akan dibahas pada subbab tersendiri dalam bab ini. 28
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
UNPACKER BOTOL LINE V
4.1 Perkembangan Unpacker
Pengertian unpacker dalam laporan ini adalah sebuah alat yang
digunakan dalam proses mengeluarkan botol dari krat/case. Penggunaan
unpacker dalam proses di line V/Line Frestea merupakan sebuah inovasi baru
yang digagas oleh tim Management Engineering/ME di PT. CCBI Central
Java untuk lebih mengefisienkan hasil produksi.
Dalam perkembangannya, pengadaan unpacker mengalami proses
yang tidak mudah. Terdapat pro dan kontra yang menyertai gagasan
pengadaan perangkat unpacker ini. Mereka yang pro utamanya melihat dari
sisi ekonomis dan efisiensi waktu produksi, sedangkan mereka yang kontra
melihat dari sisi kemanusiaan. Dengan adanya perangkat unpacker ini, maka
sumber daya manusia/pekerja akan terpaksa tidak dioperasikan aktif. Namun
pada akhirnya diambil jalan tengah di mana sumber daya manusia tetap
diperlukan, yaitu pada pengawasan operasional alat. Hal ini diperlukan karena
masih ada beberapa kekurangan pada perangkat yang membutuhkan bantuan
tangan manusia. Hal ini akan dibahas pada subbab tersendiri dalam bab ini.
Penggunaan PLC (Programmable Logic Controller) dalam proses
produksi pada waktu lampau masih sangat awam, sehingga untuk melakukan
proses produksi harus menggunakan kemampuan manusia secara aktif.
Misalnya yaitu dengan melakukan unpacker dengan tangan 4 sampai 5 orang
pekerja Hal ini jelas sangat dirasa kurang optimal untuk proses produksi.
Penggunaan sensor yang masih sangat minimal juga sangat mempengaruhi
proses automasi dalam industri di PT. CCBI Central Java.
Sejak tahun 2001, penggunaan PLC yang mulai digunakan dalam
proses packer dan unpacker mengubah era teknologi sebelumnya. Proses
produksi kini beralih pada automasi yang lebih banyak mengandalkan
kemampuan mesin dan elektronik. Dalam bahasan utama laporan ini, yaitu
unpacker Line V, PLC yang digunakan adalah PLC Siemens S7. Tentu saja
PLC tidak bekerja sendiri. Bersama dengan penggunaan PLC ini digunakan
28
29
pula inverter untuk pengaturan kecepatan motor. Selain itu perangkat-
perangkat input dan output/actuator lainnya, diantaranya seperti sensor, relay,
lampu, switch dan solenoide juga akan dipaparkan dalam laporan ini.
4.2 Komponen-komponen
Dalam subbab ini akan dipaparkan mengenai komponen-komponen
yang ada pada unpacker meliputi komponen input dan output serta perangkat
yang menyertai komponen input-output. Komponen-komponen itu antara
lain:
1. Sensor photoelectric
Sensor photoelectric yang digunakan pada unpacker merupakan
sensor yang dibuat oleh beberapa pabrikan, diantaranya adalah SenSick.
Sensor photoelectric memanfaatkan sinar gamma atau infra merah untuk
mendeteksi keberadaan benda. Terdapat 2 macam sensor, yaitu yang
menggunakan pemantul dan tidak menggunakan pemantul.
a. Sensor photoelectric tanpa reflector
Terhalang output sensor HIGH
Tak terhalang output sensor LOW
b. Sensor photoelectric dengan reflector
Terhalang output sensor LOW
Tak terhalang output sensor HIGH
Sensor ini menggunakan pantulan sinar infra merah untuk
mengetahui keberadaan benda. Ada tidaknya benda diketahui dengan
terhalang atau tidaknya sinar sensor yang dipancarkan.
Gb.Sensor dengan pemantul Gb.Sensor tanpa pemantul
30
Gb.Sensor saat tak terhalang dan terhalang
Penggunaan sensor photoelectric ini adalah pada:
- Keberadaan botol pada konveyor botol
o Sensor digunakan untuk mengetahui apakah botol yang ada pada
gripper telah dapat diletakkan pada konveyor botol atau tidak. Saat
botol di konveyor botol masih menutupi sensor, maka botol yang
ada pada gripper akan ditahan hingga botol pada konveyor tidak
menutupi sensor lagi dan botol pada gripper siap diletakkan pada
konveyor botol.
- Keberadaan Crate/Case pada konveyor
o Krat yang telah diambil botol kosongnya akan segera dibawa
kembali oleh konveyor krat menuju packer untuk diisi kembali.
Saat di jalur konveyor krat masih penuh dengan krat sehingga krat
menutupi sensor, maka stopper Case pada unpacker tidak akan
melepaskan krat yang telah kosong tadi.
- Pengaman lengan gripper
o Lengan gripper tersusun atas bagian lempeng di mana gripper akan
dipasang. Lempeng tadi ditahan dengan mur di sisi kanan dan
kirinya. Pengaman ini dipasang pada sisi penahannya.
Gb.Lengan Gripper tampak depan
Sensor
pengamaPenghalang
sensor
Gripper
31
2. Sensor Proximity Switch
Proximity Switch merupakan salah satu jenis sensor yang cara
kerjanya hampir mirip dengan sensor photoelectric, hanya saja untuk
sensor ini objek yang dideteksi haruslah mengandung unsur logam.
Sebenarnya jenis sensor ini ada 2 jenis, yaitu induktif dan kapasitif. Sensor
jenis kapasitif tak hanya dapat mendeteksi metal/logam tapi juga plastik
ataupun kayu. Sensor ini dilengkapi dengan nyala LED untuk
menunjukkan bahwa sensor ini aktif (mengeluarkan output HIGH/24V).
Ukuran sensor ini bermacam-macam tergantung kebutuhannya. Beberapa
proximity switch dapat diatur sensitifitasnya. Biasanya sensitifitas ini
merupakan jarak benda dari permukaan sensor. Jarak terdeteksi biasanya
kurang dari 5 mm.
Proximity Switch pada unpacker dipasang pada belt lengan gripper
untuk memberikan tanda pada PLC bahwa lengan gripper ada pada posisi
konveyor botol atau konveyor krat. Ada 2 Proximity Switch di setiap sisi.
Salah satu Proximity Switch digunakan untuk mulai pengereman pada
motor belt lengan gripper (warning) dan satunya digunakan untuk
menghentikan motor.
Gb.Proximity Swtch pada lengan gripper
Proximity switch
32
3. Limit switch
Limit switch merupakan saklar biasa yang memiliki keistimewaan
yaitu untuk menghubungkan konduktornya dibutuhkan gaya yang lebih
besar daripada untuk menahannya agar tetap terhubung atau dengan kata
lain, limit switch akan memberikan kondisi open atau closed hanya dengan
sedikit usaha atau gerakan. Limit switch digunakan berdampingan dengan
proximity switch sebagai pengaman akhir andaikan proximity switch tidak
bekerja dengan baik.
Gb.Limit Switch dengan lengan
Limit switch memiliki 3 kaki. Satu kaki sebagai common, satu kaki
sebagai kaki normally closed, dan satu kaki sebagai normally open.
Berikut ini adalah instalasi limit switch pada lengan konveyor:
4. Solenoide Valve
Fungsi utama dari solenoide adalah membuka dan menutup
valve/katup udara secara elektronis. Konstruksi dari dari solenoide tidak
jauh berbeda dari katup-katup udara pada umumnya, namun yang
membedakan adalah adanya solenoide/kumparan yang secara
elektromagnetis akan menggerakkan katup terbuka saat kabelnya dikenai
tegangan sekitar 24V.
Bagian inlet dari solenoide merupakan jalur masuk udara yang akan
digunakan. Saat ada tegangan pada kabelnya, udara yang tertahan pada
jalur udara akan dikeluarkan melalui lubang keluaran (ada 2 lubang).
Gb. Solenoide valve
4
5 1
2
3
33
Gb.Skema solenoide valve
Pada gambar di atas terdapat 5 lubang yang terdiri dari lubang inlet,
output, dan exhaust. Pada keadaan normal (solenoide tidak dicatu) lubang
inlet ditandai dengan nomor 1, lubang output ditandai dengan nomor 2,
dan lubang exhaust ditandai dengan nomor 5. Saat solenoide mendapat
tegangan supply maka lubang inlet tetap pada nomor 1 namun kini lubang
output berada di nomor 4, dan lubang exhaust pada nomor 3.
Penggunaan solenoide valve pada unpacker adalah untuk mengatur
udara yang keluar dan masuk dari gripper serta lift cylinder.
5. Lift cylinder
Bagian ini adalah bagian yang akan mengangkat atau menurunkan
lengan gripper dengan bantuan tekanan angin/pneumatic. Lifter
berkoordinasi dengan solenoid dan reed switch untuk mengatur jauh
pergeseran lifter.
Pada lift cylinder terdapat 3 reed switch yang masing-masing
mewakili posisi atas/up, tengah/middle, dan bawah/bottom. Ketiga posisi
tersebut berkaitan erat dengan jauh penurunan lengan gripper. Hal ini
perlu diperhatikan karena tinggi konveyor krat dan konveyor botol yang
berbeda. Sehingga tinggi angkatan atau turunan gripper dapat ditentukan
dengan mengubah posisi reed switchnya
Saat lengan gripper akan mengambil botol kosong dari krat, lift
cylinder akan menurunkan lengan sampai ada sinyal kontak dari reed
switch bottom. Saat lengan gripper akan menaruh botol ke konveyor botol,
lift cylinder akan menurunkan lengan sampai sebatas reed switch bagian
tengah/middle.
Solenoide
Valve
34
Gb.Lift cylinder dan reed switch
6. Reed Switch
Reed switch merupakan saklar yang kontaktornya bekerja karena ada
pengaruh medan magnet di dekatnya. Ukuran saklar ini relatif kecil
pengemasannya. Ada yang hanya terbungkus dengan kaca tipis sehingga
rawan pecah, namun ada pula yang dikemas agak kuat menggunakan
plastik dan dilengkapi dengan LED untuk menandakan bahwa kontaktor
telah terhubung.
Gb.Reed Switch
7. Gripper
Gripper merupakan bagian yang berperan penting dalam unpacker
ini. Gripper digunakan untuk memegang (mencengkeram) kepala botol
sehingga dapat dipindahkan (angkat, letakkan, geser) sesuai pengarahnya.
Bahan penyusunnya terdiri dari bagian pembungkus yang terbuat dari
plastik dan bagian gripper-nya yang terbuat dari karet.
Pada bagian ini nantinya akan digunakan angin bertekanan (sekitar
3-4 bar) untuk membuat karet gripper mengembang sehingga mampu
mencengkeram kepala botol.
Reed switch
35
Gb.pembungkus gripper dan karetnya(biru)
8. Belt
Belt berfungsi sebagai penggerak lengan gripper. Belt terbuat dari
karet bergerigi dengan tujuan dapat melakukan transfer putaran secara
efisien dan tanpa slip. Slip dapat mengakibatkan kesalahan pergeseran
pada lengan gripper sehingga proses unpacker tidak berjalan semestinya.
Motor pada unpacker atau yang disebut dengan hoist merupakan
penggerak utama untuk lengan gripper yang pada ujungnya diberi cylinder
bergerigi yang disesuaikan dengan lebar belt.
Gb.Belt lengan gripper
9. Konveyor
Konveyor adalah jalur yang bergerak yang digerakkan oleh motor
serta dilengkapi belt konveyor yang terbuat dari plastik atau besi. Pada
konveyor, belt dapat diputar karena mirip seperti rantai sepeda. Rantai
pada belt konveyor pada unpacker terdapat pada konveyor krat. Untuk
konveyor botol, rantainya diintegrasikan dengan belt besi sehingga saat
berjalan hanya akan terlihat seperti pita besi berjalan.
Kerja konveyor utamanya menggunakan bantuan putaran dari hoist
yang dikendalikan oleh inverter.
36
Gb. konveyor
10. Filter angin
Filter angin berfungsi untuk menyaring angin yang akan digunakan
pada gripper dan lift cylinder. Udara dari kompresor masih megandung
debu, air, dan minyak sehingga perlu disaring agar bersih. Kotoran pada
udara dapat merusak perangkat gripper, utamanya karet.
Gb.Filter angin dan regulator
11. Relay
Relay adalah komponen elektronis yang digunakan untuk saklar
otomatis yang dipacu oleh pengaruh magnetis dari kumparan/coil. Pada
relay terdapat 2 macam saklar yaitu saklar normally open dan normally
clossed. Saklar normally open merupakan saklar yang pada keadaan
normal tanpa pengaruh magnet relay merupakan kontak hubung
buka(tidak terhubung), sedangkan saklar normally clossed adalah saklar
yang dalam keadaan normalnya merupakan kontak tertutup (terhubung).
Relay disusun oleh 2 bagian, yaitu kontaktor dan elektromagnet.
Elektromagnet dicatu oleh catu tersendiri. Catu relay ada yang 3V, 9V,
37
atau 12 V. Namun pada unpacker yang digunakan adalah relay yang dicatu
oleh tegangan 24V.
Pada unpacker, semua relay dicatu berdasarkan keluaran dari modul
output PLC Siemens S7-200. Hal ini dilakukan karena tanpa adanya relay
maka PLC akan bekerja terlalu berat yang dapat mengurangi umur PLC.
Penggunaan relay sangat beragam. Pada unpacker, relay digunakan
untuk driver motor dan pengendali kontaktor manual-automatic. Selain
itu, relay juga berfungsi untuk kontaktor solenoid pneumatic.
12. Inverter
Inverter merupakan perangkat/modul yang digunakan untuk
mengatur kecepatan motor pada lengan gripper dan konveyor.
Inverter digunakan karena, pada catu normal yaitu 380V, 3 fase,
motor pada lengan gripper memiliki putaran 2700 rpm. Tentu saja hal ini
tidak mungkin digunakan karena kecepatan 2700 rpm ini dapat membuat
lengan gripper bergerak terlalu cepat, sedangkan jarak yang ditempuh
lengan gripper dari konveyor krat ke konveyor botol dan sebaliknya
kurang dari 1 meter (kurang lebih 50 cm). Selain itu kecepatan yang terlalu
tinggi membuat keamanan menjadi kurang terjamin, khususnya untuk
botol. Untuk pengereman motor pun menjadi lebih sulit.
Penggunaan inverter yang dapat mengubah frekuensi arus AC ke
motor membuat kecepatan motor menjadi berkurang. Hal ini sesuai dengan
persamaan:
Ns = 120. f
p
Ns = kecepatan motor
f = frekuensi catu motor AC 3 fase
p = banyaknya kutub pada motor
Dengan menggunakan persamaan tersebut maka frekuensi arus AC
dapat dihitung sesuai dengan kebutuhan. Meskipun tentu saja masih
terdapat slip pada motor.
38
Gb.Inverter
13. Main Drive Motor/hoist
Hoist adalah motor penggerak utama yang digunakan untuk
menggerakkan lengan gripper dalam memindahkan botol dari krat ke
konveyor. Hoist adalah mesin AC 3 fase yang digerakkan oleh tegangan
AC keluaran dari inverter. Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari
kelebihan kecepatan putaran hoist yang mengakibatkan lengan gripper
bergerak terlalu cepat. Dari segi keamanan hal ini jelas tidak
diperkenankan. Dari segi teknik, hal ini mebuat mesin cepat rusak dan aus.
Proses pun menjadi kacau dan terkesan tak terkendali.
Hoist dihubungkan ke lengan menggunakan pulley (roda) bergerigi
dan transfer mekanis menggunakan belt bergerigi pula agar lebih efisien.
Gb.Motor Hoist
14. Panel
Panel di sini digunakan untuk pengaturan mesin unpacker secara
manual. Terdapat tombol-tombol yang mewakili gerakan lengan gripper.
Pengaktifan fungsi manual dari program mesin dilakukan dengan
memutar switch ke arah manual. Pengaturan manual sangat diperlukan
terutama untuk mengatasi kesalahan program karena adanya gangguan
baik secara hardware maupun software.
39
Gb.Panel unpacker
15. PLC Siemens S7-200
Perangkat yang terakhir ini adalah perangkat kendali yang utama
dari mesin unpacker. Pada PLC inilah semua input dan output
dikendalikan dengan melakukan pemrograman terhadap alat. PLC Siemens
S7-200 merupakan PLC dengan ukuran jumlah input dan output yang
relatif sedikit. Namun dapat dilakukan penambahan rack pada ekstensi
PLC sehingga input dan output module lebih banyak
PLC Siemens S7-200 diprogram menggunakan 3 bahasa yaitu
Ladder, Function Block, dan Statement List. Ketiganya dapat digunakan
untuk menganalisa, memperbaiki maupun, mengubah program PLC.
Software yang digunakan adalah Simatic Manager Step-7 yang memang
dibawa dari Jerman bersama dengan CPU PLC-nya.
PLC mengolah data masukan dari input-input berupa sensor menjadi
output yang akan mengendalikan aktuator-aktuatornya, seperti: solenoid,
inverter, relay, dan kontaktor motor.
Pemrograman dalam Siemens S7 menggunakan sistem Network
dimana setiap network akan dikerjakan secara simultan tergantung dari
parameter inputnya. Setiap network dapat diubah menjadi pemrograman
ladder, statement list, maupun functional block-nya.
Gb. Pemrograman Ladder Diagram
40
Gb. Pemrograman Statement List
Gb. Pemrograman Functional Block
Kelebihan dari PLC Siemens S7 yang digunakan PT. CCBI Central
Java yang lain salah satunya adalah mampu digunakan untuk mengolah
masukan/input berupa masukan analog, seperti: tegangan dan arus
disamping digunakan untuk mengolah masukan digital dari push button
dan sensor. Pada unpacker line V, PLC hanya digunakan untuk mengolah
masukan digital.
Gb. PLC Siemens S7
4.3 Cara Kerja
Dalam pengoperasiannya, unpacker di Line V menggunakan 2
metode, yaitu manual dan otomatis yang dapat dilakukan dengan memilih
pada panel dengan memutar switch ke penunjuk yang sesuai.
41
4.3.1 Menggunakan Panel secara manual
1. Switch untuk auto-manual (SW2)
Digunakan untuk mode pemilihan kerja mesin secara manual atau
otomatis. Untuk menggunakan mode manual, maka knob diputar
hingga menunjukkan mode manual. Mode manual membuat
program dapat dijalankan secara sekuensial/bertahap.
2. Up (PB3)
Mengangkat gripper head hingga shaft lifter mengaktifkan reed
switch bagian atas.
3. Down (PB4)
Menurunkan gripper head yang akan mengambil atau akan
melepaskan botol. Pada waktu di crate side, gripper akan turun
hingga mengaktifkan reed switch bawah. Hal ini disebabkan karena
posisi botol di crate side lebih rendah daripada bottle side,
sedangkan saat ada pada bottle side ,gripper head hanya akan turun
sebatas reed switch tengah/mid saja.
4. Gripper
Mengaktifkan solenoid untuk mengatur udara/angin yang menuju
maupun dari gripper. Saat ada di crate side, gripper akan
mencengkeram (udara dimasukkan ke dalam gripper) sedangkan
saat di bottle side maka gripper akan melepaskan
cengkeraman(udara di dalam gripper dikeluarkan)
5. Forward (PB1)
Mengarahkan gripper head melalui head cross travel ke bottle side.
Aktif saat gripper head ada di atas (reed switch atas aktif).
6. Reverse (PB2)
Mengarahkan gripper head melalui head cross travel ke crate side/
sisi krat dan hanya dapat digunakan saat reed switch atas
aktif/gripper head ada di atas.
7. Start (PB5)
42
Menjalankan program kembali (otomatis atau manual). Tombol ini
baru dapat digunakan setelah mesin dalam kondisi siap (setelah
direset atau dihidupkan kembali dan PLC telah siap)
8. Stop/Reset
Menghentikan program yang sedang berjalan jika dalam kondisi
otomatis. Mereset program dilakukan jika terjadi gangguan pada
proses unpacking ataupun error detection pada sensor-sensornya.
Setelah tombol reset ditekan maka program dapat dijalankan
kembali untuk melanjutkan proses.
9. Emegency (PB)
Tombol ini secara praktis digunakan untuk menghentikan program
dalam kondisi apapun. Tombol emergency tidak jauh berbeda
dengan tombol stop, namun tombol ini dibuat lebih mudah ditekan
sehingga operator akan lebih mudah menghentikan mesin saat
terjadi error. Berfungsi sebagai tombol interlock (mengunci
program sehingga tidak dapat dijalankan secara langsung tanpa
menekan tombol reset terlebih dahulu).
10. Switch-Stopper Open atau Close
Switch ini berbentuk switch putar yang berfungsi sebagai pembuka
atau penutup jalur krat menggunakan sepasang stopper berbentuk
segitiga siku-siku. Switch ini dapat digunakan baik pada fungsi
otomatis ataupun manual.
11. Indikator lampu Error, Run, dan manual
Lampu-lampu tersebut hanya digunakan sebagai indikator apakah
mesin dalam kondisi siap, dijalankan otomatis, atau manual.
Error fault condition pada mesin, interlock emergency
Run mesin sedang dijalankan dengan otomatis
Manualmesin sedang dijalankan secara manual
4.3.2 Cara Kerja Otomatis
Pada awal pengoperasian haruslah tidak terdapat botol pada
gripper head agar aman. Mula-mula switch diarahkan pada automatic
pada saat kondisi siap.
43
Saat tombol start ditekan, gripper head akan diangkat menuju
posisi atas oleh lift cylinder dan digerakkan ke crate side untuk posisi
pengambilan. Pada proses pengambilan, gripper head hanya dapat turun
jika telah terdapat 2 krat yang ditandai dengan 2 sensor crate present
mendeteksi adanya krat. Crate present terdapat pada sisi krat. Setelah itu
gripper head akan turun hingga reed switch bottom aktif dan PLC
mengaktifkan solenoid untuk membuka valve agar gas dapat masuk ke
dalam gripper (grip mencengkeram). Tekanan gas yang masuk adalah 3-
4 bar.
Setelah botol tercengkeram, gripper head diangkat ke posisi
paling atas dan membuat PLC mengaktifkan hoist pada operasi forward
dengan bantuan inverter yang juga untuk mengatur kecepatan hoist
(frekuensi putar hoist kurang lebih 20Hz).
Sebelum operasi hoist itu dapat dijalankan, selanjutnya PLC akan
mengolah masukan dari sensor bottle present pada sisi botol. Kondisi
bottle present harus tidak aktif agar gripper head dapat diarahkan ke
bottle side, dalam artian botol tidak menutupi sensor (bottle side dapat
diisi baotol kosong yang dicengkeram gripper head). Setelah kondisi ini
tercapai maka head cross travel akan mengarahkan gripper head ke bottle
side hingga proximity atau limit switch aktif dan segera menurunkan
gripper head hingga shaft lifter mengaktifkan reed switch tengah. Ketika
gripper head dijalankan ke bottle side, stopper krat terbuka dan ditunda
selama 2 detik sebelum stopper menutup kembali dan menghentikan 2
krat baru.
Setelah gripper head turun, udara dari dalam gripper akan
dikeluarkan dengan membuaka valve sehingga tidak lagi mencengkeram.
Pada saat gripper head turun, konveyor pada sisi bottle side akan
berhenti agar tidak menyebabkan botol terjatuh di konveyor.
Kemudian gripper head akan dinaikkan lagi dan mengomando
PLC untuk menggerakkan hoist pada operasi reverse dengan dibantu oleh
inverter. Setelah siap, kemudian gripper head di bawa ke crate side
44
untuk melakukan pengambilan botol kembali dari krat. Demikian
seterusnya dan program akan dimulai kembali dari awal.
4.4 Permasalahan dan maintenance
Tak jarang dalam pengoperasian alat secara otomatis terdapat
kesalahan pengolahan data pada PLC karena pembacaan sensor yang tidak
benar. Tak hanya karena sensor, permasalahan pada fisik mesin pun
terkadang juga mejadi permaslahan. Berikut ini adalah beberapa
permasalahan yang ditemui penulis sewaktu Kerja Praktik:
1) Relay tidak kontak dengan benar sehingga mengganggu
pembacaan sensor atau pengiriman sinyal digital dari PLC ke
aktuator. Hal ini kemungkinan disebabkan karena coil yang tidak
aktif dengan benar(bouncing) ataupun kabel yang longgar yang
dapat menyebabkan pembacaan berulang pada PLC.
2) Botol tidak tercengkeram dengan baik sehingga jatuh dari gripper.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena karet gripper yang bocor
atau saluran selang gas bertekanan yang bocor.
3) Krat tidak bergeser atau terjepit pada jalur konveyor. Permasalahan
ini adalah salah satu permasalahan karena fisik mesin, yaitu jalur
krat yang sempit.
4) Gripper mengambil dari krat yang tidak ada botolnya. Hal ini
terjadi ketika crate present pada conveyor after unpacker masih
membaca adanya krat. Ketidaksinkronan pada mesin ini dapat
dihindari apabila terdapat sensor yang dapat membaca keberadaan
botol di dalam krat.
Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan di atas, salah satu jalan
yan bisa diambil adalah dengan mengarahkan mesin untuk operasi secara
manual. Kemudian mesin dioperasikan dengan prioritas mengosongkan botol
yang mungkin masih tertinggal pada gripper. Selain itu, botol botol yang
jatuh diberdirikan kembali. Langkah selanjutnya mengangkat gripper ke atas
agar tidak mengganggu botol. Jika permasalahan terjadi pada krat yang macet
maka krat penghalang diambil terlebih dahulu dan kemudian baru menekan
45
tombol reset untuk menyiapkan mesin. Setelah dirasa sudah siap, program
dapat dijalankan kembali secara otomatis.
Jalan kedua yang dapat diambila adalah jalan preventif atau yang
disebut dengan preventif maintenance. Pada preventif maintenance, tim dari
ME melakukan perawatan dan penggantian pada komponen mesin. Jadwal
maintenance dilakukan oleh bagian produksi. Beberapa maintenance