Top Banner
34 BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang terdiri dari sebaran dan peningkatan pemahaman siswa dengan penjabaran masing-masing indikator baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol serta perbandingan peningkatan pemahaman kelas eksperimen dengan kelas kontrol. A. Temuan Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal dan tes akhir. Soal evaluasi yang diberikan merujuk pada indikator-indikator pemahaman (C2) yaitu menjelaskan, membandingkan dan menafsirkan pada topik minyak bumi. 1. Pemahaman Siswa pada Kelas Eksperimen Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi kimia. Gambaran mengenai pemahaman siswa pada kelas eksperimen terdiri dari skor tes awal dan tes akhir yang ditampilkan secara umum melalui Tabel 4.1. Tabel 4.1 Rata-rata Skor Tes awal dan Tes akhir Eksperimen Skor Ideal Skor Maksimum Skor Minimum Rata-rata (Mean) Gain Ternomalisasi Tes awal 12 8 3 5,61 0,46 Tes akhir 11 6 8,14 Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa dari skor ideal sebesar dua belas, pencapaian kelas eksperimen pada tes akhir lebih baik dibandingkan pada tes
23

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

Nov 11, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

34

BAB IV

TEMUAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan temuan penelitian dan pembahasan yang

terdiri dari sebaran dan peningkatan pemahaman siswa dengan penjabaran

masing-masing indikator baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol serta

perbandingan peningkatan pemahaman kelas eksperimen dengan kelas kontrol.

A. Temuan

Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

dan tes akhir. Soal evaluasi yang diberikan merujuk pada indikator-indikator

pemahaman (C2) yaitu menjelaskan, membandingkan dan menafsirkan pada topik

minyak bumi.

1. Pemahaman Siswa pada Kelas Eksperimen

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe

Think-Pair-Square yang bertujuan untuk membantu meningkatkan pemahaman

siswa dan memotivasi siswa untuk mempelajari materi kimia. Gambaran

mengenai pemahaman siswa pada kelas eksperimen terdiri dari skor tes awal dan

tes akhir yang ditampilkan secara umum melalui Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Rata-rata Skor Tes awal dan Tes akhir Eksperimen

Skor Ideal

Skor Maksimum

Skor Minimum

Rata-rata (Mean)

Gain Ternomalisasi

Tes awal 12

8 3 5,61 0,46 Tes akhir 11 6 8,14

Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa dari skor ideal sebesar dua belas,

pencapaian kelas eksperimen pada tes akhir lebih baik dibandingkan pada tes

Page 2: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

35

awal, baik untuk skor maksimum maupun skor minimum. Rata-rata yang

diperoleh pada tes akhir (8,14) lebih besar dibandingkan pada tes awal (5,61).

Rata-rata gain ternormalisasi yang diperoleh dengan pembelajaran kooperatif tipe

TPSq sebesar 0,46. Pada penelitian kelas eksperimen dikembangkan tiga indikator

yaitu indikator pemahaman menjelaskan, indikator pemahaman membandingkan,

dan indikator pemahaman menafsirkan. Sebaran jawaban siswa kelas eksperimen

pada ketiga indikator tersebut ditunjukkan pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2 Sebaran Jawaban Siswa Kelas Eksperimen Berdasarkan Indikator Pemahaman

Indikator

Pemahaman Nomor

Soal Tes awal

Tes akhir

%

Gain ∑siswa Rata-

rata ∑siswa Rata-

rata Menjelaskan 1 19 45,83 27 70,14 24,31

4 8 32 11 25 25 12 14 17

Membandingkan 2 27 50,69 35 75,69 25 5 6 21 7 8 18 8 32 35

Menafsirkan 3 6 43,06 6 59,03 15,97 6 17 30 9 28 36

10 11 13

Hasil sebaran jawaban siswa pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa

siswa telah mampu mengembangkan pemahamannya dalam bentuk menjelaskan,

membandingkan dan menafsirkan setelah diterapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Think-Pair-Square. Siswa kelas eksperimen, lebih mampu

mengembangkan pemahaman membandingkan bila dibandingkan dengan

menjelaskan dan menafsirkan, meskipun jumlah siswa yang mampu

mengembangkan pemahaman membandingkan (25%), tidak jauh berbeda dengan

Page 3: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

36

jumlah siswa yang mampu mengembangkan pemahaman menjelaskan (24,31%).

Dari data Tabel 4.2 juga diperoleh informasi bahwa pemahaman menafsirkan

yang paling sedikit dikembangkan oleh siswa (15,97%).

2. Pemahaman Siswa pada Kelas Kontrol

Untuk mengetahui pemahaman siswa pada topik minyak bumi

menggunakan metode pembelajaran konvensional, dilakukan dua kali tes, yaitu

tes awal dan tes akhir. Gambaran tentang pemahaman siswa pada kelas kontrol

ditampilkan melalui Tabel 4.3.

Tabel 4.3 Rata-rata Skor Tes awal dan Tes akhir Kelas Kontrol

Skor Ideal

Skor Maksimum

Skor minimum

Rata-rata (Mean)

Gain Ternormalisasi

Tes awal 12

10 0 5,23 0,19 Tes akhir 9 1 6,85

Berdasarkan Tabel 4.3 diketahui bahwa rata-rata skor tes awal kelas

kontrol sebesar 5,23 dengan pencapaian skor maksimum sebesar sepuluh

sedangkan skor minumumnya sebesar nol. Rata-rata skor tes akhir lebih besar

dibandingkan rata-rata skor pada tes awal yaitu sebesar 6,85 dengan pencapaian

skor tertinggi yang diperoleh siswa kelas kontrol sebesar sembilan sedangkan skor

terendahnya sebesar satu. Dari perolehan skor gain ternormalisasi masing-masing

siswa, diperoleh rata-rata gain ternormalisasi kelas kontrol sebesar 0,19. Sebaran

jawaban siswa berdasarkan ketiga indikator pemahaman siswa ditunjukkan pada

Tabel 4.4

Page 4: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

37

Tabel 4.4 Sebaran Jawaban Siswa Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator Pemahaman

Indikator Pemahaman

Nomor Soal

Tes awal

Tes akhir

% Gain

∑ siswa Rata-rata

∑ siswa Rata-rata

Menjelaskan 1 25 44,23 30 60,9 16,67 4 21 28 11 11 19 12 12 18

Membandingkan 2 15 44,87 24 60,26 15,39 5 15 26 7 15 12 8 25 32

Menafsirkan 3 10 42,31 5 49,36 7,05 6 23 28 9 21 31 10 12 13

Hasil sebaran jawaban siswa berdasarkan indikator pemahaman,

menjelaskan, membandingkan dan menafsirkan, diperoleh gambaran bahwa

setelah proses pembelajaran dilakukan ternyata siswa kelas kontrol mampu

mengembangkan pemahamannya dalam bentuk menjelaskan, membandingkan

dan menafsirkan. Hasil ini diperoleh dari perhitungan jumlah siswa yang mampu

menjawab benar dari soal tes berdasarkan indikator menjelaskan,

membandingkan dan menafsirkan. Indikator yang paling baik dikembangkan

adalah menjelaskan, kemudian membandingkan dan menafsirkan dengan

persentase gain secara berurutan sebesar 16,67%, 15,39% dan 7,05%

3. Peningkatan Pemahaman Siswa melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe

TPSq

Untuk mengukur peningkatan pemahaman siswa, sesuai dengan penjelasan

pada bab III, maka dilakukan perhitungan skor rata-rata gain ternormalisasi pada

siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Berdasarkan analisis terhadap hasil

Page 5: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

38

skor rata-rata gain ternormalisasi yang diperoleh, secara rinci ditunjukkan pada

Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Perbandingan Skor Rata-rata Tes awal, Tes akhir dan Gain Ternormalisasi pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas Skor Rata-rata Kriteria

Tes awal

Tes akhir

Gain ternormalisasi

Kontrol 5,23 6,85 0,19 Sangat Rendah Eksperimen 5,61 8,14 0,46 Sedang

Berdasarkan Tabel 4.5 ditunjukkan bahwa skor rata-rata gain ternomalisasi

kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol, meskipun skor

rata-rata tes awal kelas kontrol tidak jauh berbeda dengan skor rata-rata tes awal

kelas eksperimen, tetapi pada skor akhir tes yang diberikan setelah pembelajaran,

ditunjukkan bahwa skor tes akhir kelas eksperimen (8,14) lebih besar

dibandingkan kelas kontrol (6.85). Untuk mengetahui apakah perbedaan nilai

rata-rata gain ternormalisasi antara siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

cukup signifikan atau tidak, maka data diuji dengan menggunakan uji perbedaan

dua rata-rata (Independent Sample Test) yang diawali dengan uji normalitas dan

uji homogenitas dari masing-masing data yang diperbandingkan. Hasil uji

normalitas data rata-rata gain ternormalisasi menggunakan uji kecocokan Chi-

kuadrat menunjukkan bahwa nilai gain ternormalisasi kelas eksperimen dan kelas

kontrol berdistribusi normal sehingga dilanjutkan dengan Uji t. Namun sebelum

itu, terlebih dahulu dilakukan Levene’s test untuk pengujian homogenitas. Hasil

analisis Levene’s test menunjukkan bahwa data yang diperbandingkan tidak

homogen. Analisis berikutnya dilakukan Uji t menggunakan asumsi pengambilan

data signifikansi yang tidak homogen dengan keterangan lebih lanjut ada pada

Page 6: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

39

bab III dan perhitungan pada lampiran. Hasil perhitungan menggunakan software

SPSS versi 12, menunjukkan bahwa nilai signifikansi hitung (0,027) lebih kecil

dibandingkan dengan nilai alfa (0,05). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata skor

gain ternormalisasi pemahaman siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

berbeda atau dengan kata lain kelas eksperimen memiliki perbedaan pemahaman

yang signifikan dengan kelas kontrol.

Untuk mengetahui sebaran siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

berdasarkan kategori indeks gain, dilakukan perhitungan gain ternormalisasi dari

masing-masing siswa kemudian dikelompokkan menurut Meltzer (2003). Data

perbedaan peningkatan pemahaman pada siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen terdiri dari persentase gain yang sesuai dengan kategori rentang

indeks gain beserta jumlah siswa pada kategori yang dimaksud. Perbedaan

kategori peningkatan nilai gain ternormalisasi kelas kontrol dan kelas eksperimen

ditampilkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Perbedaan Kategori Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kategori

Indeks Gain Kelas kontrol Kelas eksperimen

Jumlah siswa

% Jumlah siswa

%

Sangat rendah 14 35,89 5 0,14 Rendah 6 15,38 8 22,22 Sedang 11 28,21 19 52,78 Tinggi 8 20,51 3 8,33

Sangat tinggi 0 0 1 0,03

Pada Tabel 4.6 diperoleh gambaran bahwa setelah dilakukan proses

pembelajaran, 14 siswa dari jumlah keseluruhan siswa pada kelas kontrol

Page 7: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

40

(35,89%) mengalami peningkatan pemahaman sangat rendah sedangkan pada

kelas eksperimen bisa dikatakan tidak ada siswa dengan peningkatan pemahaman

sangat rendah karena persentasenya nol persen. Sebagian kecil siswa pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen mengalami peningkatan pemahaman yang

rendah, yang ditunjukkan persentase secara berturut-turut 15,38% dan 22,22%.

Hampir separuh siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen mengalami

peningkatan pemahaman kategori sedang dengan persentase kelas eksperimen

lebih besar dibandingkan kelas kontrol. Sebagian kecil siswa kelas kontrol dan

kelas eksperimen mengalami peningkatan pemahaman tinggi dengan persentase

secara berturut-turut sebesar 20,51% dan 8,33%. Pada peningkatan pemahaman

sangat tinggi, tidak ada siswa kelas kontrol yang mencapainya, namun untuk kelas

eksperimen terdapat satu siswa yang mencapai peningkatan kategori tersebut.

4. Pengembangan Pemahaman Siswa pada Setiap Indikator

Pada Tabel 4.7 dapat diperoleh informasi bahwa siswa pada kelas kontrol

maupun kelas eksperimen dapat mengembangkan indikator pemahaman

menjelaskan, membandingkan dan menafsirkan. Meskipun sama-sama

dikembangkan oleh sebagian kecil siswa saja, tetapi terdapat perbedaan

persentase gain antara kelas kontrol dan kelas eksperimen yang secara umum

diketahui dari data bahwa kelas eksperimen memiliki persentase gain yang lebih

besar dibandingkan kelas kontrol. Perbandingan indikator pemahaman siswa

yang dikembangkan pada kelas kontrol dan eksperimen disajikan pada Tabel 4.7.

Page 8: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

41

Tabel 4.7 Perbandingan Indikator Pemahaman Siswa yang Dikembangkan pada Kelas kontrol dan Eksperimen

Indikator Pemahaman

Nomor Soal

% Gain Kelas

Kontrol Kelas

Eksperimen Menjelaskan 1

16,67

24,31 4 11 12

Membandingkan 2

15,39

25 5 7 8

Menafsirkan 3 7,05

15,97 6

9 10

Berdasarkan Tabel 4.7 diperoleh informasi bahwa indikator pemahaman

yang paling besar dikembangkan oleh siswa kelas kontrol adalah menjelaskan,

sedangkan indikator pemahaman yang paling besar dikembangkan oleh kelas

eksperimen adalah membandingkan. Indikator pemahaman menafsirkan paling

kecil dikembangkan oleh siswa pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen

dengan persentase masing-masing secara berurutan sebesar 7,05% dan 15,97%.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square

a. Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPSq pada Guru

Pada pembelajaran kooperatif tipe TPSq, guru bertindak sebagai fasilitator

yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri. Kegiatan guru

dalam proses pembelajaran tipe TPSq berkurang dibandingkan dengan

pembelajaran konvensional. Selain mensosialisasikan tahap-tahap pembelajaran

TPSq yang dilalui siswa, guru juga berperan penting dalam pengaturan waktu

sehingga pembelajaran bisa terlaksana dengan efektif. Hasil observasi

keterlaksanaan pembelajaran TPSq pada guru, diperlihatkan pada Tabel 4.8.

Page 9: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

42

Tabel 4.8 Hasil Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square

No Fase Pembelajaran

Pertemuan 1 Pertemuan 2

Obsr 1

Obsr 2

Obsr 1

Obsr 2

1. Tahap Pendahuluan a. Memeriksa kehadiran siswa

√ √ √ √

b. Melakukan apersepsi yang sesuai dengan materi √ √ √ √

c. Memberikan motivasi awal pada siswa agar berminat untuk belajar

√ √ √ √

d. Menyampaikan kompetensi yang harus dicapai X X √ √ 2. Tahap THINK

a. Membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) tahap THINK kepada setiap siswa

√ √ √ √

b. Memberikan petunjuk pengisian LKS √ √ √ √

c. Memberikan jawaban terhadap pertanyaan siswa √ √ √ √

3. Tahap PAIR a. Menggabungkan siswa dengan teman sebangkunya

√ √ √ √

b. Membagikan LKS tahap PAIR kepada setiap siswa √ √ √ √

c. Memberikan petunjuk pengisian LKS √ √ √ √

d. Memberikan jawaban terhadap pertanyaan siswa √ √ √ √

4.

Tahap SQUARE a. Menggabungkan siswa dengan teman bangku yang lain

menjadi 4 orang siswa √ √ √ √

b. Membagikan LKS tahap SQUARE kepada setiap siswa √ √ √ √

c. Memberikan petunjuk pengisian LKS √ √ √ √

d. Memberikan jawaban terhadap pertanyaan siswa √ √ √ √

5. Tahap Evaluasi a. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengajukan pertanyaan √ √ √ √

b. Memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok siswa yang berkerjasama dengan baik. √ √ √ √

c. Memberikan Tes awal dan Tes akhir

√ √ √ √

Berdasarkan hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Square pada guru yang ditunjukkan pada Tabel 4.8,

secara keseluruhan guru telah melakukan tahapan pelaksanaan pembelajaran

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square ini dengan baik.

Pada awal pembelajaran TPSq pertemuan pertama, guru tidak menyampaikan

Page 10: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

43

kompetensi yang akan dicapai pada saat pembelajaran topik minyak bumi ini.

Namun, untuk aktivitas yang lain, dapat dilihat dari data hasil observasi bahwa

guru yang bersangkutan telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan

tipe Think-Pair- Square ini.

b. Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPSq pada Siswa

Observasi keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe TPSq juga

dilakukan pada siswa menggunakan lembar observasi (lampiran). Persentase ini

diperoleh setelah dilakukan perhitungan rata-rata pada pertemuan I dan pertemuan

II. Berdasarkan hasil pengolahan lembar observasi didapat persentase seperti yang

tersaji pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9 Persentase Rata-Rata Pada Keterlaksanaan Tahapan TPSq

Tahapan TPSq

Persentase

Rata-rata Keterlaksanaan

Nilai Kategori

Think 100 Sangat Baik

Pair 95,0 Sangat Baik

Square 94,1 Sangat Baik

Rata-rata 96,4 Sangat Baik

Berdasarkan data pada Tabel 4.9 dapat terlihat keterlaksanaan tahap-tahap

TPSq oleh siswa. Secara umum ditunjukkan bahwa keterlaksanaan pembelajaran

menggunakan tipe Think-Pair-Square telah dilakukan dengan sangat baik hampir

seluruh siswa (96,4%). Tahap Think dapat dilakukan oleh seluruh siswa dengan

kategori sangat baik (100%), tahap Pair dilakukan oleh hampir seluruh siswa

Page 11: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

44

dengan kategori sangat baik (95,0%) dan tahap Square dilakukan oleh hampir

seluruh siswa dengan kategori sangat baik (94,1%).

B. Pembahasan

1. Peningkatan Pemahaman Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen

Perbandingan peningkatan pemahaman siswa kelas kontrol dan kelas

eksperimen diperlihatkan pada Gambar 4.1. Pada masing-masing kelas

ditampilkan grafik skor tes awal, tes akhir dan N-gain. Pada grafik ini

ditunjukkan skor tes awal kelas eksperimen dan kelas kontrol yang tidak jauh

berbeda, namun hasil skor tes akhir menunjukkan perbedaan. Secara keseluruhan

dapat disebutkan bahwa pemahaman siswa mengalami peningkatan baik kelas

eksperimen maupun kelas kontrol yang ditunjukkan dari hasil uji perbedaan rata-

rata soal tes awal 5,23 menjadi 6,85 untuk kelas kontrol dan 5,51 menjadi 8,32

untuk kelas eksperimen. Peningkatan pemahaman yang terjadi pada kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (Tabel 4.6).

Page 12: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

45

Gambar 4.1

Perbandingan Skor Pemahaman Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Kelas eksperimen memiliki skor tes akhir yang lebih besar dibandingkan

dengan kelas kontrol dan juga skor rata-rata gain ternormalisasi yang lebih besar.

Hal ini disebabkan dengan adanya tahapan pair dan square terjadi lebih banyak

diskusi sehingga dapat lebih meningkatkan dan pengoptimalisasian partisipasi

siswa dalam kelompok, seperti yang diungkapkan oleh Lie (2002) bahwa dengan

penggunaan model pembelajaran tipe Think-Pair-Square memberikan sedikitnya

delapan kali lebih banyak kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan

partisipasi mereka kepada orang lain.

Pada tahapan pair, masing-masing siswa memiliki partner satu orang

siswa lain untuk bekerjasama mendiskusikan penyelesaian soal yang dihadapi.

Pada tahapan square, masing-masing siswa memiliki partner tiga orang siswa lain

untuk bekerjasama mendiskusikan persoalan yang difasilitasi dengan media

pembelajaran berupa lembar kerja siswa. Pada tahapan Think, siswa dilatih untuk

Page 13: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

46

mengembangkan pengetahuan yang ada pada dirinya dengan membaca, melihat

sumber secara mandiri, sehingga siswa memiliki modal pemahaman yang

kemudian dapat ditransfer kepada siswa lain dalam kelompoknya saat tahapan

pair dan square. Dari ketiga tahapan tersebut, memberikan banyak pengalaman

pada siswa untuk berpikir sekaligus berbagi ide. Senada dengan pendapat Lie

(2002) bahwa model pembelajaran TPSq memberikan kesempatan yang lebih

untuk melatih pemahaman dalam belajar.

Pada model pembelajaran tipe TPSq siswa diberi kesempatan berbicara

sekaligus mengkontruksikan ide untuk dikemukakan melalui percakapan, baik

pada tahap pair maupun square, siswa akan mengkontruksi sendiri

pengetahuannya yang memuat pemahamannya. Aktivitas siswa lebih dominan

dibandingkan aktivitas guru dalam menyampaikan informasi dengan berceramah.

Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Redhana (2003) yang menyatakan bahwa

adanya interaksi sosial dengan teman sebaya (tutor sebaya) dapat optimal dalam

pembelajaran kooperatif. Oleh karena itu, melalui pembelajaran IPA guru

hendaknya dapat mengkondisikan dan memotivasi siswa untuk belajar berpikir

(teaching for thinking) bukan mengajarkan untuk berpikir (Costa, 1985).

Dengan pembelajaran kooperatif siswa dilatih untuk bertanya, berdiskusi,

menjadi tutor sebaya, dalam memahami konsep-konsep yang ada. Disaat

berdiskusi aktif tersebut, komunikasi secara lisan dengan hubungan timbal balik

antar siswa semakin membantu dalam pematangan pemahaman. Seseorang akan

lebih paham dengan sesuatu bila dia mengungkapkan hal tersebut kepada pihak

lain terlebih bisa langsung dipraktekkan, dibanding dengan hasil mendengar. Pada

Page 14: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

47

pembelajaran kooperatif tipe TPSq ini, siswa mengalami peningkatan pemahaman

karena siswa dilatih pula untuk mengkomunikasikan pemahamannya kepada

siswa lain, yang berbeda dengan pembelajaran konvensional, dimana siswa hanya

mendengar penjelasan guru, tidak terlibat aktif dalam meningkatkan

pemahamannya. Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran tipe Think-

Pair-Square merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang

memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kecakapan sosial

dalam proses pembelajaran (Iskandar, 2007). Pendapat ini didukung oleh Hulten

& Devries (Kagan, 2000) bahwa kerja kelompok membuat siswa bersemangat

untuk belajar, aktif untuk saling menampilkan diri atau berperan dengan teman

sebayanya. Pembelajaran yang menyenangkan dan penuh semangat juga

diungkapkan siswa pada saat wawancara.

Dari analisis skor tes awal kelas kontrol dan eksperimen dengan

menggunakan software SPSS 12 Uji Mann-Whitney, terlihat bahwa hasil skor tes

awal dinyatakan tidak memiliki perbedaan atau dapat dikatakan pemahaman awal

siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama. Setelah dilakukan

pembelajaran, kemudian data yang diperoleh dianalisis menggunakan software

SPSS 12 Uji Mann-Whitney, diperoleh hasil bahwa skor tes akhir antara kelas

kontrol dan eksperimen adalah berbeda atau dapat dikatakan pemahaman akhir

siswa kelas kontrol dan eksperimen berbeda, dengan hasil kelas eksperimen lebih

tinggi dibandingkan kelas kontrol yang dapat dilihat dari data gain ternormalisasi.

Analisis data gain ternormalisasi pada kelas eksperimen dan kelas kontrol

memiliki rata-rata 0,46 dengan kriteria sedang sedangkan untuk kelas kontrol

Page 15: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

48

sebesar 0,19 dengan kriteria sangat rendah. Berdasarkan hasil uji t terhadap skor

gain ternormalisasi siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe TPSq memiliki pemahaman lebih baik dibandingkan dengan siswa

yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan demikian, model

pembelajaran kooperatif tipe Think-Pair-Square dapat meningkatkan pemahaman

siswa. Kondisi ini sejalan dengan pendapat Hanson dan Wolfskill (Redhana,

2003) bahwa pemecahan masalah melalui kerja tim dapat meningkatkan

keterampilan siswa dalam berpikir kritis, mengurangi miskonsepsi, mencari

informasi dan mengkontruksi pemahaman secara aktif.

2. Pemahaman yang dikembangkan Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas

Eksperimen pada setiap Indikator

Berdasarkan data dari Tabel 4.5 diperoleh perbedaan pemahaman yang

dikembangkan siswa pada kelas kontrol dan eksperimen pada indikator

pemahaman menjelaskan, membandingkan dan menafsirkan yang secara rinci

disajikan pada Gambar 4.2. Pada masing-masing indikator disajikan

perbandingan persentase gain dari kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Page 16: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

49

Keterangan : 1. Indikator Pemahaman Menjelaskan 2. Indikator Pemahaman Membandingkan 3. Indikator Pemahaman Menafsirkan

Gambar 4.2

Perbandingkan Peningkatan Pemahaman Siswa untuk Setiap Indikator

Gambar 4.2 menunjukkan perbandingan sebaran persentase pemahaman

pada kelas kontrol dan eksperimen berdasarkan tiga indikator pemahaman yaitu:

menjelaskan, membandingkan dan menafsirkan. Persentase indikator yang

dikembangkan pada kelas kontrol adalah menjelaskan sebesar 16,67%,

membandingkan sebesar 15,39%, dan menafsirkan sebesar 7,05%. Indikator

yang paling baik dikembangkan adalah menjelaskan. Indikator menjelaskan pada

nomor soal 1 (proses pembentukan minyak bumi), nomor 4 (Prinsip dasar

penyulingan minyak bumi), nomor 11 dan 12 (dampak pembakaran bahan bakar).

Pada kelas eksperimen indikator yang paling banyak dikembangkan adalah

membandingkan (25%), sedangkan tidak jauh dari persentase indikator

Page 17: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

50

membandingkan, siswa mampu mengembangkan indikator menjelaskan (24,31%)

kemudian indikator menafsirkan (15,97) yang paling sedikit dikembangkan siswa.

Pada umumnya, keterampilan menjelaskan lebih mampu dikembangkan

siswa, baik itu kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Meskipun untuk kelas

eksperimen persentase membandingkan (25%) lebih tinggi, namun perbedaan

persentase dengan indikator menjelaskan (24,31%) tidak memiliki selisih besar.

Kemungkinan hal ini disebabkan karena untuk menjawab soal-soal dengan

indikator menjelaskan, siswa tidak memerlukan informasi baru artinya informasi

yang sudah diterima bisa digunakan untuk menjawab soal-soal dengan indikator

menjelaskan, berbeda dengan indikator membandingkan yang memerlukan

kecermatan untuk medeteksi perbedaan dan persamaan yang dimiliki dua obyek,

sehingga bila kurang cermat mengamati salah satu obyek, bisa jadi indikator

membandingkan ini kurang mampu dikembangkan. Terlebih lagi dengan indikator

menafsirkan, siswa harus terlebih dahulu mampu mengetahui sebuah informasi

awal yang diberikan sebelum siswa dapat mengubah informasi awal tersebut

menjadi menjadi informasi lain sehingga apabila siswa tidak mampu mengetahui

informasi awal, dia pun kurang mampu melihat hubungan-hubungan dengan

informasi selanjutnya yang berarti indikator ini kurang mampu dikembangkan.

Pembahasan lebih lanjut tentang masing-masing indikator disajikan dalam

penjelasan berikut:

Page 18: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

51

a. Indikator pemahaman menjelaskan

Indikator menjelaskan lebih dikembangkan siswa yang belajar dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square

dibandingkan menggunakan model pembelajaran konvensional. Indikator

menjelaskan dapat dikembangkan oleh siswa dengan persentase kelas eksperimen

(24,31%) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (16,67%) yang akan disajikan

pada Gambar 4.3

Gambar 4.3

Persentase Pemahaman Menjelaskan pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Hasil dari kelas eksperimen yang lebih tinggi menunjukkan adanya respon

terhadap indikator pemahaman menjelaskan yang berarti siswa dapat menjelaskan

karena telah memahami dengan jelas. Model pembelajaran kooperatif sebagai

media tutorial bagi siswa yang kurang pandai dalam memahami materi. Pada

proses tutorial tahapan pair dan square, siswa dapat meningkatkan

pemahamannya karena terjadi proses komunikasi antar anggota. Selain itu pada

tahapan think, saat siswa berpikir mandiri untuk berlatih menyelesaikan soal, dia

Page 19: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

52

menggali informasi yang telah dimilikinya, sehingga ketika tahap pair dan square,

informasi awal yang dimilikinya menajdi modal untuk diberikan pada siswa lain

dalam satu kelompoknya. Dimulai dari pair, dengan hanya memiliki satu tutor

sebaya, kemudian square, memiliki tiga tutor sebaya, kemungkinan untuk

menginformasikan dan menerima informasi dari kelompoknya lebih besar,

sehingga ketika dihadapkan pada soal-soal menjelaskan, siswa lebih mampu

memecahkan dibandingkan dengan siswa yang belajar konvensional, karena

hanya penjelasan dari guru (satu sumber) yang didapatkannya. Hal ini senada

dengan teori kontruktivisme (Arifin, 2000) bahwa belajar merupakan konteks

sosial yang menstimulasi untuk mendapat kejelasan.

b. Indikator pemahaman membandingkan

Persentase gain indikator membandingkan lebih tinggi pada kelas

eksperimen (25%) dibandingkan kelas kontrol (15,39%). Hal ini menunjukkan

bahwa indikator pemahaman membandingkan lebih mampu dikembangkan siswa

setelah belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair

Square dibandingkan dengan pembelajaran konvensional yang secara rinci

ditunjukkan pada Gambar 4.4

Page 20: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

53

Gambar 4.4

Persentase Pemahaman Membandingkan pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Ketika siswa mengerjakan soal seorang diri, siswa tidak bisa

mempertimbangkan jawaban dengan pihak lain, sehingga hasil yang diperoleh

benar-benar merupakan pengetahuannya, sedangkan pada model pembelajaran

kooperatif tipe Think Pair Square, siswa diberi kesempatan berbagi ide dan

bekerjasama untuk menentukan jawaban terbaik yang merupakan himpunan

pendapat dari masing-masing anggota. Bila dihubungkan dengan indikator

membandingkan, dibutuhkan kecermatan untuk melihat dari banyak sisi sehingga

bisa mendeteksi persamaan dan perbedaan dari suatu obyek. Siswa yang sudah

terbiasa mengetahui sudut pandang orang lain ketika mendeteksi persamaan dan

perbedaan, pembelajaran proses melihat dan mengamati bagaimana jalan berpikir

orang lain, hasil tutor sebaya ini yang kemudian membuat siswa lebih mampu

mengembangkan indikator membandingkan. Hal ini sesuai dengan pendapat

Kagan (Lie, 2002) bahwa teknik model pembelajaran kooeperatif tipe Think Pair

Page 21: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

54

Square memberikan kesempatan pada siswa untuk bekerjasama saling

membagikan ide untuk mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

c. Indikator pemahaman menafsirkan

Indikator menafsirkan memperoleh persentase yang paling kecil

dibandingkan dua indiaktor yang lain yaitu menjelaskan dan membandingkan,

terutama untuk soal nomor tiga tentang pembentukan minyak bumi yang

disajikan lebih jelas pada Gambar 4.5 yang berisi perbandingan pengambangan

pemahaman membandingkan siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen.

Gambar 4.5

Grafik Persentase Pemahaman Menafsirkan pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen

Pada hasil Tes akhir untuk kelas kontrol, hanya 5 orang yang mampu

menjawab benar, sedangkan untuk kelas eksperimen hanya 6 orang yang mampu

menjawab benar. Salah satu hal yang mempengaruhi hasil tersebut adalah daya

pembeda dan tingkat kesukaran soal, dari hasil analisis tingkat kemudahan

(lampiran), diperoleh bahwa untuk soal nomor 3 memiliki kategori sulit. Namun

Page 22: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

55

demikian, dari persentase secara keseluruhan, kelas eksperimen lebih mampu

mengembangkan indikator menafsirkan dibandingkan dengan kelas kontrol.

Serupa dengan kemungkinan proses pengembangan pada indikator yang lain,

indikator menafsirkan dapat dikembangkan lebih baik oleh siswa karena pada

proses pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Think Pair Square,

siswa dilatih untuk melihat dan mengamati bagaimana cara tutor sebayanya

menafsirkan sebuah obyek dengan komunikasi verbal. Hal ini kemudian bisa

dijadikan contoh atau ditiru sehingga lebih membantunya untuk memahami. Hal

ini senada dengan kogut (Hariyanto, 2001) bahwa beberapa kegiatan diskusi dapat

meningkatkan pemahaman siswa terhadap suatu isi materi.

3. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square

a. Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPSq pada Guru

Berdasarkan data hasil observasi aktivitas guru selama pembelajaran

berlangsung, diperoleh informasi bahwa hampir keseluruhan aktivitas guru

dilakukan selama proses pembelajaran. Pada pertemuan pertama, Guru tidak

menyampaikan kompetensi yang harus dicapai, sedangkan pada pertemuan

kedua, guru mampu memperbaiki aktivitas pembelajaran sehingga tahapan ini

terlaksana. Tidak ada kendala besar dalam pengkondisian siswa, tempat maupun

waktu selama proses pembelajaran. Meskipun model pembelajaran kooperatif

tipe Think Pair Square terhitung baru dikenal dan digunakan, tapi guru mampu

melaksanakan tahapan-tahapannya dan terlihat ada perbaikan dari pertemuan

pertama ke pertemuan ke dua.

Page 23: BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN - a-research.upi.edua-research.upi.edu/operator/upload/s_pkim_045081__bab__iv.pdf · Temuan mengenai pemahaman siswa diperoleh dari hasil skor tes awal

56

b. Keterlaksanaan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPSq pada Siswa

Berdasarkan data hasil observasi siswa, pada tahapan think, 84% siswa

melaksanakan tahapan-tahapannya, dan 100% siswa berada dalam kelompoknya,

dengan artian masing-masing siswa berusaha secara mandiri mengerjakan soal-

soal yang diberikan. Pada tahapan square terjadi peningkatan partisipasi siswa

dalam mengemukakan pendapatnya kepada teman satu kelompoknya

dibandingkan pada tahapan pair. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh

pengalaman tahap sebelumnya (pair), sehingga pada tahapan square siswa lebih

mampu aktif dalam kelompoknya. Selain itu juga, pada tahapan square, teman

untuk berdiskusi lebih banyak sehingga mampu menarik siswa menjadi lebih

aktif berdiskusi.

Pada tahap pair, diperoleh persentase 79% dari rata-rata aktivitas siswa,

sedangkan pada tahap think, justru diperoleh persentase yang lebih besar yaitu

84%. Hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh tingkat kesukaran soal pada tahap

pair lebih tinggi dibandingkan tahap think, dan juga memang beberapa tahapan

pair tidak ada pada tahapan think, seperti dalam tahap mengemukakan pendapat

yang pada teman satu kelompoknya, yang tidak terdapat pada tahapan think,

sehingga dalam hal ini, walaupun diperoleh persentase yang lebih kecil, tidak

berarti secara kasar disimpulkan bahwa pada tahapan pair, siswa tidak aktif.

Karena ketika dibandingkan dengan tahapan square, terjadi peningkatan aktivitas

siswa, yang dapat dilihat bahwa tahapan pair dan square memiliki aktivitas yang

sama, yang lebih bisa untuk dibandingkan hasilnya.