BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Target Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Belitung dan Pertumbuhannya pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 IV.1.1. Target Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten Belitung dan Pertumbuhannya pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011 Target penerimaan Pajak Hotel dan pertumbuhannya dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.1.1 di bawah ini: Tabel 4.1.1 Target Penerimaan Pajak Hotel dan Pertumbuhannya Tahun 2009 - 2011 Tahun Anggaran Target Penerimaan Pajak Hotel Pertumbuhan Target Pajak Hotel Persentase Pertumbuhan Target Pajak Hotel 2009 Rp 184.287.765,00 - - 2010 Rp 345.828.568,00 Rp 161.540.803,00 87,66% 2011 Rp 614.390.182,00 Rp 268.561.614,00 77,66% Rata-rata Pertumbuhan 82,66% Sumber : Data Olahan Berdasarkan tabel 4.1.1 di atas, pertumbuhan target penerimaan Pajak Hotel terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2009, target penerimaan Pajak Hotel adalah sebesar Rp 184.287.765,00 yang meningkat sebesar Rp 161.540.803,00 menjadi Rp 345.828.568,00 atau meningkat 87,66% pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 target penerimaan Pajak Hotel meningkat sebesar Rp
49
Embed
BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Target Penerimaan Pajak Hotel ...thesis.binus.ac.id/doc/Bab4/2012-1-00558-AK Bab4001.pdf · Melihat nilai target dan realisasi dari tahun-tahun sebelumnya
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
PEMBAHASAN
IV.1. Target Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Belitung dan Pertumbuhannya
pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
IV.1.1. Target Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten Belitung dan
Pertumbuhannya pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Target penerimaan Pajak Hotel dan pertumbuhannya dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.1.1 di bawah ini:
Tabel 4.1.1 Target Penerimaan Pajak Hotel dan Pertumbuhannya Tahun 2009 -
2011
Tahun
Anggaran Target Penerimaan
Pajak Hotel Pertumbuhan Target
Pajak Hotel
Persentase Pertumbuhan
Target Pajak Hotel
2009 Rp 184.287.765,00 - -
2010 Rp 345.828.568,00 Rp 161.540.803,00 87,66%
2011 Rp 614.390.182,00 Rp 268.561.614,00 77,66%
Rata-rata Pertumbuhan 82,66%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.1.1 di atas, pertumbuhan target penerimaan Pajak Hotel
terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Pada tahun 2009, target penerimaan
Pajak Hotel adalah sebesar Rp 184.287.765,00 yang meningkat sebesar Rp
161.540.803,00 menjadi Rp 345.828.568,00 atau meningkat 87,66% pada tahun
2010 dan pada tahun 2011 target penerimaan Pajak Hotel meningkat sebesar Rp
268.561.614,00 dari tahun 2010 menjadi sebesar Rp 614.390.182,00 atau
meningkat 77,66%. Target penerimaan Pajak Hotel dari tahun ke tahun terus
mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari tahun sebelumnya dengan rata-
rata pertumbuhan sebesar 82,66% meskipun secara persentase pertumbuhan target
penerimaan mengalami penurunan antara tahun 2009 ke tahun 2010 dengan tahun
2010 ke tahun 2011 sebesar 10%.
IV.1.2. Target Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten Belitung dan
Pertumbuhannya pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Target penerimaan Pajak Restoran dan pertumbuhannya pada tahun 2009
sampai dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.1.2 di bawah ini:
Tabel 4.1.2 Target Penerimaan Pajak Restoran dan Pertumbuhannya Tahun 2009 -
2011
Tahun
Anggaran Target Penerimaan
Pajak Restoran Pertumbuhan Target
Pajak Restoran
Persentase Pertumbuhan Target
Pajak Restoran
2009 Rp 525.601.372,00 - -
2010 Rp 720.997.010,00 Rp 195.395.638,00 37,18%
2011 Rp 999.317.384,00 Rp 278.320.374,00 38,60%
Rata-rata Pertumbuhan 34,89%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.1.2 di atas, pertumbuhan target penerimaan Pajak Restoran
juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan dari tahun 2009 adalah
sebesar Rp 195.395.638,00 menjadi Rp 720.997.010,00 atau meningkat 37,18%
pada tahun 2010 dan peningkatan dari tahun 2010 adalah sebesar Rp
278.320.374,00 menjadi Rp 999.317.384,00 atau meningkat 38,60% pada tahun
2011. Target penerimaan Pajak Restoran dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan dari tahun sebelumnya dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 34,89%.
Secara persentase pertumbuhan target penerimaan juga mengalami peningkatan
antara tahun 2009 ke tahun 2010 dengan tahun 2010 ke tahun 2011 sebesar 1,42%.
Penetapan target penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran tiap tahunnya
didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Melihat nilai target dan realisasi dari tahun-tahun sebelumnya sebagai bahan
perhitungan dalam menetapkan target penerimaan. Dikarenakan realisasi
penerimaan pada tahun sebelumnya cukup signifikan terus melampaui target,
maka di tahun-tahun berikutnya penetapan target penerimaan terus
meningkat.
2. Penerimaan dari sektor Pajak Hotel dan Pajak Restoran dinilai berpotensi
akan terus meningkat. Dengan mengandalkan sektor pariwisata, sejak tahun
2007, Pulau Belitung terpilih sebagai daerah destinasi Sail Indonesia tiap
tahunnya yang merupakan kesempatan pengenalan pariwisata, budaya,
maupun kuliner Pulau Belitung kepada turis mancanegara. Selain itu, upaya
yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk memperkenalkan pariwisata,
budaya dan kuliner kepada turis domestik adalah dengan program Visit Babel
Archipelago pada tahun 2010 dengan harapan arus kunjungan wisatawan
asing maupun domestik tiap tahunnya mengalami peningkatan, meskipun
arus kedatangan wisatawan bisa dipengaruhi oleh faktor iklim baik di daerah
asal wisatawan maupun di Belitung sendiri, masa liburan sekolah, hingga
harga tiket penerbangan yang masih tinggi. Dengan begitu, ada sedikit
gambaran untuk menetapkan target penerimaan Pajak Hotel dan Pajak
Restoran di tahun berikutnya.
3. Kemungkinan adanya calon wajib pajak baru maupun adanya perubahan
dikarenakan adanya wajib pajak yang tutup. Dengan nilai realisasi yang terus
melebihi target penerimaan tiap tahunnya serta upaya Pemerintah Daerah
mengenalkan pariwisata untuk menarik minat turis asing maupun domestik
terus ditingkatkan, diharapkan berpotensi menarik calon wajib pajak baru
yang ingin memanfaatkan peluang bisnis hotel dan restoran.
IV.1.3. Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
Kabupaten Belitung dan Pertumbuhannya pada Tahun 2009 sampai
dengan Tahun 2011
Target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan
pertumbuhannya pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel
4.1.3 di bawah ini:
Tabel 4.1.3 Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan dan
Pertumbuhannya Tahun 2009 - 2011
Tahun
Anggaran
Target Penerimaan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
Pertumbuhan Target Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan
Persentase Pertumbuhan Target Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan
2009 Rp 6.553.759.025,00 - -
2010 Rp 9.211.733.245,00 Rp 2.657.974.220,00 40,56%
2011 Rp 12.644.175.090,00 Rp 3.432.441.845,00 37,26%
Rata-rata Pertumbuhan 38,91%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.1.3 di atas, pertumbuhan target penerimaan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan juga mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan
dari tahun 2009 adalah sebesar Rp 2.657.974.220,00 menjadi Rp 9.211.733.245,00
atau meningkat 87,66% pada tahun 2010 dan peningkatan dari tahun 2010 adalah
sebesar Rp 3.432.441.845,00 menjadi Rp 12.644.175.090,00 atau meningkat
77,66% pada tahun 2011. Target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan terus mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan rata-rata
pertumbuhan sebesar 38,91%. Secara persentase pertumbuhan target penerimaan
mengalami penurunan antara tahun 2009 ke tahun 2010 dengan tahun 2010 ke
tahun 2011 sebesar 3,30%.
Penetapan target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan tiap
tahunnya didasari oleh beberapa pertimbangan, yaitu:
1. Melihat nilai target dan realisasi dari tahun-tahun sebelumnya sebagai bahan
perhitungan dalam menetapkan target penerimaan.
2. Faktor-faktor ekonomi yang sedang berkembang saat ini maupun yang akan
datang yang akan mempengaruhi permintaan pasar serta nilai harga jual.
3. Potensi yang dapat dihasilkan tiap tahunnya yang tergantung pada luasnya
lahan galian dan target produksi yang akan direalisasikan perusahaan.
Target penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terlihat jauh lebih
besar dibandingkan dengan kedua target penerimaan pajak lainnya. Hal ini
dikarenakan memang sektor pertambangan sudah lama dioptimalisasi oleh
Pemerintah Daerah karena Pulau Belitung memang dari dulu terkenal sebagai
daerah penghasil tambang terutama timah dan kaolin. Oleh sebab itu penerimaan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan penyumbang penerimaan
Pajak Daerah terbesar dibandingkan dengan kedua pajak lainnya, terutama Pajak
Hotel yang baru dianggap memiliki potensi bagus di masa yang akan datang
mengingat mulai terkenalnya Pulau Belitung sebagai salah satu tempat tujuan
wisata terutama lima tahun belakangan ini dan sekarang masuk ke dalam kategori
empat besar penyumbang terbesar penerimaan Pajak Daerah bersama Pajak
Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan.
IV.2. Target Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Belitung dan
Pertumbuhannya Dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Target penerimaan Pajak Daerah dan pertumbuhannya dari tahun 2009 sampai
dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.2.1 berikut ini:
Tabel 4.2.1 Target Penerimaan Pajak Daerah dan Pertumbuhannya Tahun 2009 -
2011
Tahun
Anggaran Target Penerimaan
Pajak Daerah Pertumbuhan Target
Pajak Daerah
Persentase Pertumbuhan Target
Pajak Daerah
2009 Rp 9.429.146.759,00 - -
2010 Rp 12.909.309.649,00 Rp 3.480.162.890,00 36,91%
2011 Rp 18.352.301.467,00 Rp 5.442.991.818,00 42,16%
Rata-rata Pertumbuhan 39,54%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.2.1 di atas, pertumbuhan target penerimaan Pajak Daerah
terus mengalami peningkatan tiap tahunnya. Peningkatan dari tahun 2009 adalah
sebesar Rp 3.480.162.890,00 menjadi Rp 12.909.309.649,00 atau meningkat 36,91%
pada tahun 2010 dan peningkatan dari tahun 2010 adalah sebesar Rp
5.442.991.818,00 menjadi Rp 18.352.301.467,00 atau meningkat 42,16% pada tahun
2011. Target penerimaan Pajak Daerah dari tahun ke tahun terus mengalami
peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 39,54%. Secara persentase
pertumbuhan target penerimaan juga mengalami peningkatan antara tahun 2009 ke
tahun 2010 dengan tahun 2010 ke tahun 2011, yaitu sebesar 5,25%.
Rincian target penerimaan Pajak Daerah periode tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011 dapat dilihat pada tabel 4.2.1 berikut ini:
Tabel 4.2.2 Rincian Target Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2009 - 2011
Jenis Pajak Kabupaten 2009 2010 2011
Pajak Hotel Rp 184.287.765 Rp345.828.568 Rp614.390.182
Pajak Restoran Rp 525.601.372 Rp720.997.010 Rp999.317.384
Pajak Hiburan Rp 170.000.000 Rp187.767.752 Rp179.379.800
Pajak Reklame Rp 433.908.597 Rp520.257.359 Rp410.727.846
Pajak Penerangan Jalan Rp 1.503.590.000 Rp1.837.913.215 Rp2.146.000.000
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Rp 6.553.759.025 Rp9.211.733.245 Rp12.644.175.090
Pajak Parkir Rp 28.000.000 Rp28.000.000 Rp33.600.000
Pajak Sarang Burung Walet Rp 30.000.000 Rp56.812.500 Rp60.000.000
Pajak Air Tanah - - Rp33.624.000
Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan - - Rp1.231.087.165
Sumber : Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kabupaten
Belitung
Berdasarkan tabel 4.2.2 di atas, empat target penerimaan yang meningkat paling
besar dari tahun 2009 ke tahun 2010 adalah Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
sebesar Rp 2.657.974.220,00 atau sebesar 40,56%, Pajak Penerangan Jalan sebesar
Rp 334.323.215,00 atau sebesar 22,23%, Pajak Restoran sebesar Rp 195.395.638,00
atau sebesar 37,18%, dan Pajak Hotel sebesar Rp 161.540.803,00 atau sebesar
87,66%.
Dan juga, empat target penerimaan yang meningkat paling besar dari tahun 2010
ke tahun 2011 adalah Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar Rp
3.432.441.845,00 atau sebesar 37,26%, Pajak Penerangan Jalan sebesar Rp
308.086.785,00 atau sebesar 16,76%, Pajak Restoran sebesar Rp 278.320.374,00 atau
sebesar 38,60%, dan Pajak Hotel sebesar Rp 268.561.614,00 atau sebesar 77,66%.
Pertimbangan kenaikan target penerimaan Pajak Daerah didasari oleh:
1. Intensifikasi, yaitu mengoptimalisasi objek pajak yang sudah ada. Dalam hal
ini adalah Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan karena dinilai berpotensi terus meningkat
tiap tahunnya serta penyumbang terbesar bagi penerimaan Pajak Daerah.
2. Ekstensifikasi, yaitu menggali objek pajak baru yang bisa dijadikan sumber
pendapatan daerah.
Ketiga pajak yang menjadi konsentrasi peneliti masuk dalam empat besar target
penerimaan yang meningkat paling besar baik dari tahun 2009 ke tahun 2010
maupun dari tahun 2010 ke tahun 2011. Ketiga pajak ini memang merupakan target
pengoptimalan Pemerintah Daerah karena angka realisasinya tiap tahun terus
meningkat.
Pajak Penerangan Jalan juga masuk ke dalam empat besar target penerimaan
yang meningkat paling besar dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011. Dengan
meningkatnya angka target penerimaan Pajak Penerangan Jalan dari tahun ke tahun,
diharapkan angka realisasi penggunaan tenaga listrik di Kabupaten Belitung terus
meningkat dan dimanfaatkan oleh masyarakat secara merata.
IV.3. Target Penerimaan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung dan
Pertumbuhannya Dari Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Target penerimaan Pendapatan Asli Daerah dan pertumbuhannya dari tahun
2009 sampai dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.3.1 berikut ini:
Tabel 4.3.1 Target Pendapatan Asli Daerah dan Pertumbuhannya Tahun 2009 -
2011
Tahun
Anggaran
Target Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah
Pertumbuhan Target Pendapatan Asli
Daerah
Persentase Pertumbuhan Target
Pendapatan Asli Daerah
2009 Rp 47.880.374.449,00 - -
2010 Rp 43.782.205.537,00 (Rp 4.098.168.912,00) (9,36%)
2011 Rp 50.552.273.953,00 Rp 6.770.068.416,00 15,46%
Rata-rata Pertumbuhan 3,05%
Sumber : Data Olahan
Berdasarkan tabel 4.3.1 di atas, rata-rata pertumbuhan target penerimaan
Pendapatan Asli Daerah tahun 2009-2011 adalah sebesar 3,05%. Rata-rata
pertumbuhan target penerimaan yang kecil disebabkan karena adanya penurunan
target penerimaan pada tahun 2010 dibanding tahun 2009. Target penerimaan
Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan dari tahun 2009 sebesar Rp
4.098.168.912,00 menjadi Rp 43.782.205.537,00 atau menurun 9,36% pada tahun
2010. Sedangkan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah dari tahun 2010 ke
tahun 2011 meningkat sebesar Rp 6.770.068.416,00 menjadi Rp 50.552.273.953,00
atau meningkat 15,46%. Secara persentase pertumbuhan target penerimaan juga
mengalami peningkatan antara tahun 2009 ke tahun 2010 dengan tahun 2010 ke
tahun 2011 sebesar 6,1%.
Penurunan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2010
dikarenakan adanya penurunan target penerimaan Retribusi Daerah tahun 2009
karena realisasi penerimaan Retribusi Daerah pada tahun 2009 tidak mencapai target
penerimaan.
Pada tahun 2009, realisasi penerimaan Retribusi Daerah yang tidak mencapai
target penerimaan adalah Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Retribusi Perizinan
Tertentu. Sesuai pengertiannya, Retribusi Pelayanan Kesehatan merupakan pungutan
daerah sebagai pembayaran atas pelayanan kesehatan di tempat pelayanan kesehatan,
pungutan ini diperoleh dari masyarakat yang memanfaatkan jasa yang disediakan
oleh tempat pelayan kesehatan tersebut, maka realisasi penerimaan Retribusi
Pelayanan Kesehatan yang tidak mencapai target penerimaan bisa dibilang
dikarenakan menurunnya angka masyarakat yang memanfaatkan jasa pelayanan
kesehatan tersebut sehingga target penerimaan yang sudah ditetapkan realisasinya
tidak mencapai target penerimaan.
Kemudian penetapan menurunkan target penerimaan untuk Retribsi Perizinan
Tertentu salah satunya dilakukan untuk menurunkan ekonomi biaya yang tinggi bagi
masyarakat yang bisa mengganggu iklim usaha, memperlemah daya saing, dan
menghambat perkembangan investasi dan perekonomian daerah. Dengan penurunan
target penerimaan Retribusi Daerah pada tahun 2010, justru realisasi penerimaannya
melebihi target sebesar 1,5% dibandingkan dengan tahun 2009 dan 2011 yang tidak
mencapai target penerimaan.
Penyebab lainnya penurunan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah pada
tahun 2010 adalah adanya penurunan target penerimaan Lain-lain PAD yang Sah.
Hal ini bisa disebabkan oleh menurunnya hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak
dipisahkan secara tunai atau angsuran/cicilan yang akan terjadi pada tahun 2010 dan
faktor penyebab lainnya.
IV.4. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Kabupaten Belitung pada
Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
IV.4.1. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Kabupaten Belitung
pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berikut ini merupakan grafik target dan realisasi penerimaan Pajak Hotel
Kabupaten Belitung pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang diolah dari
data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset
Daerah Kabupaten Belitung:
Berdasarkan grafik 2 di atas, target dan realisasi penerimaan Pajak Hotel pada
tahun 2009 masing-masing sebesar Rp 184.287.765,00 dan Rp 334.328.508,00.
Kemudian target dan realisasi penerimaan pada tahun 2010 masing-masing sebesar
Rp 345.828.568,00 dan Rp 593.776.941,00. Dan, target dan realisasi penerimaan
Rp0.00
Rp100,000,000.00
Rp200,000,000.00
Rp300,000,000.00
Rp400,000,000.00
Rp500,000,000.00
Rp600,000,000.00
Rp700,000,000.00
Rp800,000,000.00
Rp900,000,000.00
2009 2010 2011
Grafik 2
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Tahun 2009 -
2011
Target
Realisasi
pada tahun 2011 masing-masing sebesar Rp 614.390.182,00 dan Rp
798.340.028,00.
Pada tahun 2009, realisasi penerimaan Pajak Hotel melebihi target penerimaan
sebesar Rp 150.040.743,00 atau sebesar 81,42%. Pada tahun 2010 realisasi
penerimaan melebihi target penerimaan sebesar Rp 247.948.373,00 atau sebesar
71,70%. Dan pada tahun 2011, realisasi penerimaan melebihi target penerimaan
sebesar Rp 183.949.846,00 atau sebesar 29,94% dengan rata-rata pertumbuhan
sebesar 61,02% tiap tahunnya.
Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pajak Hotel terus melebihi target
penerimaan meskipun secara persentase mengalami penurunan. Pencapaian
realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2010, yaitu
sebesar Rp 247.948.373,00. Sedangkan secara persentase, pencapaian realisasi
terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2009, yaitu sebesar
81,42%.
Berikut ini merupakan grafik perbandingan antara realisasi penerimaan pada
tahun 2009 dengan tahun 2010 dan antara tahun 2010 dan tahun 2011:
Rp0.00
Rp100,000,000.00
Rp200,000,000.00
Rp300,000,000.00
Rp400,000,000.00
Rp500,000,000.00
Rp600,000,000.00
Rp700,000,000.00
Rp800,000,000.00
Rp900,000,000.00
Tahun 2009-2010 Tahun 2010-2011
Grafik 2.1
Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Tahun
2009-2010 dan 2010-2011
Realisasi Tahun Lalu
Realisasi Tahun Ini
Berdasarkan grafik 2.1 di atas, realisasi penerimaan Pajak Hotel pada tahun
2009 adalah Rp 334.328.508,00 yang kemudian meningkat menjadi Rp
593.776.941,00 pada tahun 2010 atau meningkat Rp 259.448.433,00 atau 77,60%
dari tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011, realisasi penerimaan Pajak Hotel
kembali meningkat menjadi Rp 798.340.028,00 atau meningkat Rp 204.563.087,00
atau 34,45% dari tahun 2010. Jumlah ini menurun sebesar Rp 54.885.346,00 atau
43,15% dari peningkatan yang terjadi antara tahun 2009 dan 2010.
Realisasi penerimaan Pajak Hotel terus melebihi realisasi penerimaan tahun
sebelumnya meskipun secara persentase mengalami penurunan. Pencapaian
realisasi terbesar yang melebihi realisasi penerimaan tahun sebelumnya baik secara
nominal maupun persentase terjadi pada perbandingan antara tahun 2009 dan tahun
2010, yaitu sebesar Rp 259.448.433,00 dan 77,60%.
IV.4.2. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Kabupaten Belitung
pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berikut ini merupakan grafik target dan realisasi penerimaan Pajak Restoran
Kabupaten Belitung pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang diolah dari
data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset
Daerah Kabupaten Belitung:
Berdasarkan grafik 3 di atas, target dan realisasi penerimaan Pajak Restoran
pada tahun 2009 masing-masing sebesar Rp 525.601.372,00 dan Rp
1.069.877.123,00. Kemudian target dan realisasi penerimaan pada tahun 2010
masing-masing sebesar Rp 720.997.010,00 dan Rp 1.129.380.531,00. Dan, target
dan realisasi penerimaan pada tahun 2011 masing-masing sebesar Rp
999.317.384,00 dan Rp 1.471.158.202,54.
Pada tahun 2009, realisasi penerimaan Pajak Restoran melebihi target
penerimaan lebih dari dua kali lipat dari target penerimaan, yaitu sebesar Rp
544.275.751,00 atau sebesar 103,55%. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan
melebihi target penerimaan sebesar Rp 408.383.521,00 atau sebesar 56,64%. Dan
pada tahun 2011, realisasi penerimaan melebihi target penerimaan Rp
471.840.818,54 atau sebesar 47,22% dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 69,14%
tiap tahunnya.
Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pajak Restoran terus melebihi target
penerimaan meskipun secara persentase juga mengalami penurunan seperti Pajak
Rp0.00
Rp200,000,000.00
Rp400,000,000.00
Rp600,000,000.00
Rp800,000,000.00
Rp1,000,000,000.00
Rp1,200,000,000.00
Rp1,400,000,000.00
Rp1,600,000,000.00
2009 2010 2011
Grafik 3
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Tahun
2009 - 2011
Target
Realisasi
Hotel. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan terjadi pada
tahun 2009, yaitu sebesar Rp 544.275.751,00 atau 103,55%.
Di bawah ini merupakan grafik perbandingan antara realisasi penerimaan pada
tahun 2009 dengan tahun 2010 dan antara tahun 2010 dan tahun 2011:
Berdasarkan grafik 3.1 di atas, realisasi penerimaan Pajak Restoran pada tahun
2009 adalah Rp 1.069.877.123,00 yang kemudian meningkat menjadi Rp
1.129.380.531,00 pada tahun 2010 atau meningkat Rp 59.503.408,00 atau 5,56%
dari tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011, realisasi penerimaan Pajak Restoran
kembali meningkat menjadi Rp 1.471.158.202,54 atau meningkat Rp
341.777.671,54 atau 30,26% dari tahun 2010. Jumlah ini meningkat sebesar Rp
282.274.263,54 atau 24,70% dari peningkatan yang terjadi antara tahun 2009 dan
2010.
Realisasi penerimaan Pajak Restoran juga terus melebihi realisasi penerimaan
tahun sebelumnya baik secara persentase maupun secara nominal. Pencapaian
realisasi terbesar yang melebihi realisasi penerimaan tahun sebelumnya baik secara
Rp0.00
Rp200,000,000.00
Rp400,000,000.00
Rp600,000,000.00
Rp800,000,000.00
Rp1,000,000,000.00
Rp1,200,000,000.00
Rp1,400,000,000.00
Rp1,600,000,000.00
Tahun 2009-2010 Tahun 2010-2011
Grafik 3.1
Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Restoran Tahun
2009-2010 dan 2010-2011
Realisasi Tahun Lalu
Realisasi Tahun Ini
nominal maupun persentase terjadi pada perbandingan antara tahun 2010 dan tahun
2011, yaitu sebesar Rp 341.777.671,54 dan 30,26%.
Realisasi penerimaan Pajak Hotel dan Pajak Restoran yang melebihi target
penerimaan ini bisa disebabkan oleh beberapa hal, di antaranya:
1. Jumlah wisatawan yang datang ke Belitung
Tingginya angka realisasi penerimaan Pajak hotel dan Pajak Restoran
tidak terlepas dari tingginya angka wisatawan yang memanfaatkan jasa hotel
dan restoran. Dengan terpilihnya sebagai daerah destinasi Sail Indonesia
sejak tahun 2007 serta adanya program Visit Babel Archipelago pada tahun
2010 merupakan salah satu faktor penyebab arus kunjungan wisatawan ke
Belitung tiap tahunnya yang terus meningkat.
Tabel 4.4.1 berikut ini menunjukkan pertumbuhan arus kunjungan
wisatawan yang berkunjung ke Belitung dari tahun 2009 sampai dengan
tahun 2011:
Tabel 4.4.1 Pertumbuhan Arus Kunjungan Wisatawan di Kabupaten Belitung
Keadaan Tahun 2009 – 2011
Tahun Jumlah Wisatawan
Pertumbuhan Jumlah
Wisatawan
Persentase Pertumbuhan Jumlah
Wisatawan
2009 42.233 - -
2010 50.501 8.268 19,56%
2011 83.893 33.392 66,12%
Rata-rata Pertumbuhan 42,84% Sumber : Data Olahan
Dari tabel 4.4.1 tersebut, arus kunjungan wisatawan ke Belitung terus
meningkat terutama dari tahun 2010 ke tahun 2011 yang meningkat
signifikan. Pada tahun 2009, tercatat jumlah wisatawan yang berkunjung ke
Belitung sebanyak 42.233 wisatawan. Jumlah ini meningkat 19,56% dari
tahun 2009 atau sebanyak 8.268 wisatawan menjadi 50.501 wisatawan pada
tahun 2010. Pada tahun 2011, peningkatan jumlah wisatawan yang
berkunjung sebesar 66,12% atau sebanyak 33.392 wisatawan menjadi 83.893
wisatawan dari tahun 2010 dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 42,84% tiap
tahunnya.
2. Promosi yang ditawarkan pihak hotel dan travel
Meningkatnya jumlah wisatawan tiap tahunnya yang berkunjung ke
Belitung tidak lepas dari peran pihak hotel dan travel yang ikut membantu
Pemerintah Daerah mempromosikan pariwisata Belitung. Terbukti, dengan
gencarnya pihak hotel dan travel menawarkan promosi paket liburan dengan
harga murah yang akan menarik minat wisatawan untuk datang ke Belitung
terutama wisatawan domestik, tiap tahunnya jumlah wisatawan terus
meningkat terutama wisatawan domestik dan peningkatan ini terjadi tiap
bulannya yang sebelumnya pada tahun 2009, wisatawan yang berkunjung
terbanyak hanya terjadi pada bulan-bulan tertentu saja.
Sebelumnya, banyaknya wisatawan yang berkunjung tiap bulannya ke
Belitung tergantung pada masa liburan, seperti memilih waktu berkunjung
pada saat libur sekolah, libur lebaran, dan libur natal dan tahun baru. Selain
itu bisa juga dipengaruhi oleh musim yang sedang terjadi baik di Belitung
sendiri maupun di tempat asal para wisatawan terutama wisatawan asing,
seperti memilih waktu berkunjung pada saat tidak terjadi musim hujan di
Belitung, atau untuk menghindari musim panas maupun musim dingin di
daerah asalnya. Hal ini menyebabkan jumlah wisatawan yang berkunjung
hanya tinggi pada bulan-bulan tertentu saja. Namun, dengan adanya upaya
promosi yang ditawarkan pihak hotel maupun travel, bisa mendatangkan
wisatawan tidak hanya pada bulan-bulan tertentu saja sehingga rata-rata
wisatawan yang berkunjung tiap bulannya bisa ditingkatkan tiap tahunnya.
Pada tahun 2009, rata-rata kunjungan wisatawan ke Belitung tiap bulannya
sebanyak 3.519 wisatawan. Jumlah ini meningkat 19,58% atau sebesar 689
dari tahun 2009 menjadi 4.208 wisatawan per bulannya pada tahun 2010 dan
kembali meningkat 66,14% atau sebesar 2.783 dari tahun 2010 menjadi 6.991
wisatawan per bulannya pada tahun 2011.
3. Peran penduduk lokal sebagai konsumen pun menjadi faktor lainnya
Selain wisatawan asing maupun domestik yang memanfaatkan jasa
restoran-restoran dengan kuliner khas Belitung, penduduk lokal pun mulai
berpengaruh dalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan restoran-restoran
dengan jenis kuliner baik kuliner khas Belitung maupun jenis kuliner yang
sudah umum di luar kuliner khas Belitung sendiri.
4. Jumlah wajib pajak yang terus bertambah
Seiring dengan jumlah wisatawan yang terus meningkat, jumlah wajib
pajak juga terus meningkat untuk mengimbangi jumlah wisatawan serta
memberikan pilihan kepada para wisatawan. Peningkatan jumlah wajib pajak
dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 bisa dilihat pada tabel 4.4.2 di
berikut ini:
Tabel 4.4.2 Jumlah Wajib Pajak Hotel dan Pajak Restoran Tahun 2009 - 2011
Tahun Anggaran Jumlah Wajib Pajak Hotel Jumlah Wajib Pajak Restoran
2009 17 192
2010 19 215
2011 22 243
Sumber: Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah Kabupaten
Belitung
Berdasarkan tabel 4.2.2 di atas, terlihat perbedaan jauh antara jumlah
wajib Pajak Hotel dan wajib Pajak Restoran. Hal ini membuktikan penyebab
tingginya angka realisasi penerimaan Pajak Restoran serta peran penduduk
lokal dalam memanfaatkan jasa restoran meskipun saat ini peran dari
wisatawan sudah mulai berpengaruh.
Jumlah wajib Pajak Hotel dan Pajak Restoran tiap tahunnya terus
mengalami peningkatan. Pada tahun 2009, jumlah wajib Pajak Hotel dan
Pajak Restoran masing-masing sebanyak 17 dan 192. Jumlah ini meningkat
pada tahun 2010 masing-masing sebanyak 2 dan 31 menjadi 19 untuk wajib
Pajak Hotel dan 215 untuk wajib Pajak Restoran. Pada tahun 2011, jumlah ini
kembali meningkat masing-masing sebesar 2 dan 25 menjadi 21 untuk wajib
Pajak Hotel dan 243 untuk wajib Pajak Restoran. Meskipun jumlah wajib
Pajak Hotel cenderung masih sedikit, namun diperkirakan akan terus
bertambah tiap tahunnya.
IV.4.3. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan Kabupaten Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun
2011
Berdasarkan grafik 4 di atas, target dan realisasi Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan pada tahun 2009 masing-masing sebesar Rp 6.553.759.025,00 dan Rp
6.466.132.276,00. Kemudian target dan realisasi pada tahun 2010 masing-masing
sebesar Rp 9.211.733.245,00 dan Rp 11.179.664.733,00. Dan target dan realisasi
pada tahun 2011 masing-masing sebesar Rp 12.664.175.090,00 dan Rp
17.368.563.724,96.
Pada tahun 2009, realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan tidak mencapai target penerimaan, yaitu kurang Rp 87.626.749,00 atau
kurang 1,34% dari target penerimaan. Pada tahun 2010, realisasi penerimaan
melebihi target penerimaan sebesar Rp 1.967.931.488,00 atau sebesar 21,36%. Dan
pada tahun 2011, realisasi penerimaan melebihi target penerimaan Rp
4.704.388.634,96 atau sebesar 37,15% dan sekaligus menjadi periode pencapaian
Rp0.00
Rp2,000,000,000.00
Rp4,000,000,000.00
Rp6,000,000,000.00
Rp8,000,000,000.00
Rp10,000,000,000.00
Rp12,000,000,000.00
Rp14,000,000,000.00
Rp16,000,000,000.00
Rp18,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
2009 2010 2011
Grafik 4
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan Tahun 2009 - 2011
Target
Realisasi
realisasi terbesar yang melebihi target penerimaan baik secara nominal maupun
persentase .
Pada tahun 2009, realisasinya tidak mencapai target penerimaan, hal ini bisa
disebabkan oleh tiga faktor, yaitu :
1. Kontrak permintaan yang sudah habis atau permintaan pasar yang menurun
sehingga produksi pun ikut menurun;
2. Perusahaan sudah kehabisan lahan untuk digali atau belum menemukan lahan
baru, dan
3. Perusahaan sudah menutup usahanya.
Di bawah ini merupakan grafik perbandingan antara realisasi penerimaan pada
tahun 2009 dengan tahun 2010 dan antara tahun 2010 dan tahun 2011:
Berdasarkan grafik 4.1 di atas, realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan pada tahun 2009 adalah Rp 6.466.132.276,00 yang kemudian
meningkat menjadi Rp 11.179.664.733,00 pada tahun 2010 atau meningkat Rp
4.713.532.457,00 atau 72,90% dari tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011,
Rp0.00
Rp2,000,000,000.00
Rp4,000,000,000.00
Rp6,000,000,000.00
Rp8,000,000,000.00
Rp10,000,000,000.00
Rp12,000,000,000.00
Rp14,000,000,000.00
Rp16,000,000,000.00
Rp18,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Tahun 2009-2010 Tahun 2010-2011
Grafik 4.1
Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan Tahun 2009-2010 dan 2010-2011
Realisasi Tahun Lalu
Realisasi Tahun Ini
realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan kembali meningkat
menjadi Rp 17.368.563.724,96 atau meningkat Rp 6.188.898.991,96 atau 55,36%
dari tahun 2010. Jumlah ini meningkat secara nominal sebesar Rp 1.475.366.534,96
dari peningkatan yang terjadi antara tahun 2009 dan 2010 dan menurun secara
persentase sebesar 17,54% dari peningkatan yang terjadi antara tahun 2009 dan
2010.
Realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan juga terus
melebihi realisasi penerimaan tahun sebelumnya meskipun mengalami penurunan
secara persentase. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi realisasi penerimaan
tahun sebelumnya secara nominal terjadi pada perbandingan antara tahun 2010 dan
tahun 2011, yaitu sebesar Rp 6.188.898.991,96 dan Pencapaian realisasi terbesar
yang melebihi realisasi penerimaan pada tahun sebelumnya secara persentase
terjadi pada perbandingan antara tahun 2009 dan tahun 2010 72,90%.
Realisasi penerimaan yang melebihi target penerimaan bisa disebabkan oleh:
1. Permintaan pasar yang tinggi, kaolin merupakan komoditi ekspor India,
Bangladesh, Ras Al Khaimah, dan UAE, dan kaolin asal Belitung adalah
satu-satunya jenis kaolin yang digunakan perusahaan keramik dengan nama
dagang Essenza karena kaolin asal Belitung merupakan jenis kaolin yang
terbaik dibandingkan dengan kaolin asal daerah lain. Selain itu, pasir
bangunan dari Belitung juga menjadi komoditi ekspor ke Singapura untuk
perluasan wilayahnya.
2. Harga jual perusahaan atas jenis-jenis mineral bukan logam dan batuan. Sejak
tahun 2010 harga jual jenis-jenis mineral bukan logam dan batuan ditetapkan
naik karena nilai pasar tambang mineral bukan logam dan batuan di
Kabupaten Belitung tergolong rendah sehingga tarif Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan pun ditetapkan naik pada tahun 2010 menjadi 25% dari
20% yang menyebabkan nilai objek pajak menjadi tinggi.
3. Luas areal galian yang terus meningkat dari tahun sebelumnya. Luas areal
galian pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 masing-masing adalah
1.417.500 M2, 2.140.150 M2, dan 5.121.128 M2.
IV.5. Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten Belitung
pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berdasarkan grafik 5 di atas, target dan realisasi penerimaan Pajak Daerah pada
tahun 2009 masing-masing sebesar Rp 9.429.146.759,00 dan Rp 10.472.707.615,00,
Rp 1.043.560.856,00 atau sebesar 11,07% melebihi target penerimaan. Kemudian
target dan realisasi penerimaan pada tahun 2010 masing-masing sebesar Rp
12.909.309.649,00 dan Rp 16.073.621.467,12, Rp 3.164.311.818,12 atau sebesar
24,51% melebihi target. Dan, target dan realisasi penerimaan pada tahun 2011
masing-masing sebesar Rp 18.352.301.467,00 dan Rp 28.593.342.027,30, Rp
10.241.040.560,30 atau sebesar 55,80% melebihi target.
Rp0.00
Rp5,000,000,000.00
Rp10,000,000,000.00
Rp15,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp25,000,000,000.00
Rp30,000,000,000.00
Rp35,000,000,000.00
2009 2010 2011
Grafik 5
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun
2009 - 2011
Target
Realisasi
Setiap tahunnya, realisasi penerimaan Pajak Daerah terus melebihi target
penerimaan baik secara nominal maupun persentase. Pencapaian realisasi terbesar
yang melebihi target penerimaan terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp
28.593.342.027,30 atau 55,80%.
Peningkatan penerimaan tiap tahunnya ini disebabkan oleh realisasi penerimaan
Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Penerangan Jalan, dan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan melebihi target penerimaan tiap tahunnya, kecuali realisasi
penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan pada tahun 2009 yang tidak
mencapai target penerimaan. Khusus pada tahun 2011, realisasi penerimaan Pajak
Daerah yang begitu tinggi melebihi target penerimaan juga dikarenakan oleh adanya
mutasi dua jenis Pajak Provinsi ke Pajak Kabupaten, yaitu Pajak Air Tanah dan Bea
Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan menjadi faktor tingginya angka
penerimaan Pajak Daerah.
Di bawah ini merupakan grafik perbandingan antara realisasi penerimaan pada
tahun 2009 dengan tahun 2010 dan antara tahun 2010 dan tahun 2011:
Rp0.00
Rp5,000,000,000.00
Rp10,000,000,000.00
Rp15,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp25,000,000,000.00
Rp30,000,000,000.00
Rp35,000,000,000.00
Tahun 2009-2010 Tahun 2010-2011
Grafik 5.1
Perbandingan Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Tahun
2009-2010 dan 2010-2011
Realisasi Tahun Lalu
Realisasi Tahun Ini
Berdasarkan grafik 5.1 di atas, realisasi penerimaan Pajak Daerah pada tahun
2009 adalah Rp 10.472.707.615,00 yang kemudian meningkat menjadi Rp
16.073.621.467,12 pada tahun 2010 atau meningkat Rp 5.600.913.852,12 atau
53,48% dari tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011, realisasi penerimaan Pajak
Daerah kembali meningkat menjadi Rp 28.593.342.027,30 atau meningkat Rp
12.519.720.560,18 atau 77,89% dari tahun 2010. Jumlah ini meningkat sebesar Rp
6.918.806.708,06 atau 24,41% dari peningkatan yang terjadi antara tahun 2009 dan
2010.
Realisasi penerimaan Pajak Daerah juga terus melebihi realisasi penerimaan
tahun sebelumnya baik secara persentase maupun secara nominal. Pencapaian
realisasi terbesar yang melebihi realisasi penerimaan tahun sebelumnya baik secara
nominal maupun persentase terjadi pada perbandingan antara tahun 2010 dan tahun
2011, yaitu sebesar Rp 12.519.720.560,18 dan 77,89%.
Langkah-langkah yang ditempuh untuk mengoptimalkan realisasi penerimaan
semua Pajak Daerah adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan wajib pajak, dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan memeriksa SSPD dan pembukuan dengan
tingkat nilai kewajaran pajak terutang.
2. Pembinaan wajib pajak, para wajib pajak yang memliki kewajiban
perpajakannya terutama untuk sektor Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Mineral Bukan Logan dan Batuan diberikan pembinaan agar kinerja
wajib pajak dalam kewajiban perpajakannya lebih dapat ditingkatkan.
3. Sosialisasi wajib pajak, dalam pelaksanaan sosialisasi bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran dan kepedulian wajib pajak.
4. Uji petik wajib pajak, selama kegiatan proses kerja perusahaan dari segala
sektor, dapat dilakukan pemantauan terus-menerus sepanjang kegiatan kerja.
IV.6. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung pada
Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berikut ini merupakan grafik target dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Belitung pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang
diolah dari data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan
Aset Daerah Kabupaten Belitung:
Berdasarkan grafik 6 di atas, target dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli
Daerah pada tahun 2009 masing-masing sebesar Rp 47.880.374.449,00 dan Rp
50.474.195.340,00, Rp 2.593.820.891,00 atau 5,42% melebihi target penerimaan.
Kemudian target dan realisasi penerimaan pada tahun 2010 masing-masing sebesar
Rp 43.782.205.537,00 dan Rp 50.051.051.036,12, Rp 6.268.845.499,12 atau
Rp0.00
Rp10,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp30,000,000,000.00
Rp40,000,000,000.00
Rp50,000,000,000.00
Rp60,000,000,000.00
Rp70,000,000,000.00
2009 2010 2011
Grafik 6
Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Tahun
2009 - 2011
Target
Realisasi
14,32% melebihi target penerimaan. Dan target dan realisasi penerimaan pada
tahun 2011 masing-masing sebesar Rp 50.552.273.953,00 dan Rp
61.999.396.401,13, Rp 11.447.122.448,13 atau 22,64%. Meskipun pada tahun 2010
mengalami penurunan target penerimaan Pendapatan Asli Daerah, namun ternyata
realisasinya justru hampir menyamai realisasi pendapatan pada tahun 2009 dan
menjadi satu-satunya periode dari tiga periode penelitian yang realisasinya
melampaui target penerimaan, yaitu dari sektor Pajak Daerah 25% melebihi target
penerimaan, sektor Retribusi Daerah 1,5% melebihi target penerimaan, sektor Hasil
Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 59,82% melebihi target
penerimaan, dan sektor Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 9,95%
melebihi target penerimaan. Pencapaian realisasi terbesar yang melebihi target
penerimaan terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar Rp 61.999.396.401,13 atau
22,64%.
Di bawah ini merupakan grafik perbandingan antara realisasi penerimaan pada
tahun 2009 dengan tahun 2010 dan antara tahun 2010 dan tahun 2011:
Rp0.00
Rp10,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp30,000,000,000.00
Rp40,000,000,000.00
Rp50,000,000,000.00
Rp60,000,000,000.00
Rp70,000,000,000.00
Tahun 2009-2010 Tahun 2010-2011
Grafik 6.1
Perbandingan Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli
Daerah Tahun 2009-2010 dan 2010-2011
Realisasi Tahun Lalu
Realisasi Tahun Ini
Berdasarkan grafik 6.1 di atas, realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah
pada tahun 2009 adalah Rp 50.474.195.340,00 yang kemudian mengalami
penurunan menjadi Rp 50.051.051.036,36 pada tahun 2010 atau menurun Rp
423.144.303,88 atau minus 0,84% dari tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011,
realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah kembali meningkat menjadi Rp
61.999.396.401,13 atau meningkat Rp 11.948.345.365,01 atau 23,87% dari tahun
2010.
Realisasi penerimaan pada tahun 2010 meskipun melebihi target penerimaan
namun tidak melebihi realisasi penerimaan pada tahun 2009, hal ini dikarenakan
adanya penurunan juga dari realisasi penerimaan Retribusi Daerah dan Lain-lain
Pendapatan Asli Daerah yang Sah dari tahun 2009.
Realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah yang melebihi target penerimaan
disebabkan oleh:
1. Realisasi penerimaan Pajak Daerah yang tiap tahunnya terus melebihi target
penerimaan serta realisasi penerimaannya terus meningkat dari realisasi
tahun-tahun sebelumnya.
2. Pendapatan dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang
diterima dari hasil penyertaan modal tiap tahunnya terus melebihi target
penerimaan meskipun target penerimaannya mengalami penurunan tiap
tahunnya.
3. Pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah tiap tahunnya
juga terus melebihi target penerimaan meskipun realisasi penerimaannya
mengalami penurunan tiap tahunnya.
Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Belitung merupakan PAD tertinggi yang
diperoleh dibandingkan dengan 6 Kabupaten lainnya yang ada di Provinsi Bangka
Belitung dengan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan masih menjadi
penyumbang terbesar penerimaan PAD, diikuti oleh Pajak Penerangan Jalan, Pajak
Restoran, dan Pajak Hotel.
Melihat dari realisasi penerimaan baik Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak Daerah, dan Pendapatan Asli Daerah
yang terus melebihi target penerimaan kecuali realisasi Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan pada tahun 2009, penentuan target penerimaan terlihat
ditetapkan sedikit lebih kecil. Hal ini disebabkan karena menetapkan target
penerimaan harus berdasarkan beberapa pertimbangan seperti yang sudah
dijelaskan sebelumnya. Penetapan target penerimaan harus disesuaikan dengan
rencana anggaran pengeluaran dan belanja daerah. Penetapan target penerimaan
yang berlebihan dikhawatirkan akan mengurangi nilai efektifitas kinerja daerah
dalam mengoptimalisasi seluruh potensi yang ada dalam rangka menunjang
pendapatan yang bisa diterima daerah apabila realisasi penerimaannya tidak
mencapai target penerimaan.
IV.7. Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan Terhadap Penerimaan Pajak Daerah Kabupaten
Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berikut ini merupakan grafik kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan penerimaan Pajak
Kabupaten Belitung pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang diolah dari
data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset Daerah
Kabupaten Belitung:
Berdasarkan grafik 7 di atas, pada tahun 2009 total penerimaan Pajak Hotel,
Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah sebesar Rp
7.870.337.907,00 dan jumlah penerimaan Pajak Daerah adalah sebesar Rp
10.472.707.615,00. Artinya, 75,15% dari Pajak Daerah dihasilkan dari penerimaan
ketiga pajak ini. Dengan rincian sebesar 3,19% kontribusi dari Pajak Hotel, 10,26%
kontribusi dari Pajak Restoran, dan 61,74% kontribusi dari Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan. Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan merupakan
kontribusi terbesar terhadap penerimaan Pajak Daerah pada tahun 2009.
Pada tahun 2010, total penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah sebesar Rp 12.902.822.205,00 atau
meningkat Rp 5.032.484.298,00 dari tahun 2009 dan jumlah penerimaan Pajak
Daerah adalah sebesar Rp 16.073.621.467,12. Artinya, 80,27% dari Pajak Daerah
dihasilkan dari penerimaan ketiga pajak ini. Sebesar 3,69% kontribusi dari Pajak
Hotel, 7,03% kontribusi dari Pajak Restoran, dan 69,55% kontribusi dari Pajak
Rp0.00
Rp5,000,000,000.00
Rp10,000,000,000.00
Rp15,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp25,000,000,000.00
Rp30,000,000,000.00
Rp35,000,000,000.00
2009 2010 2011
Grafik 7
Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Peningkatan
Penerimaan Pajak Daerah Tahun 2009 - 2011
Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan
Pajak Daerah
Mineral Bukan Logam dan Batuan. Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan masih memiliki kontribusi terbesar terhadap penerimaan Pajak Daerah pada
tahun 2010.
Pada tahun 2011, total Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan pajak Mineral bukan
Logam dan Batuan adalah sebesar Rp 19.638.061.955,50 atau meningkat Rp
6.735.239.750,50 dari tahun 2010 dan jumlah penerimaan Pajak Daerah adalah
sebesar Rp 28.593.342.027,30. Artinya, 68,68% dari Pajak Daerah dihasilkan dari
penerimaan ketiga pajak ini. Sebesar 2,79% kontribusi dari Pajak Hotel, 5,16%
kontribusi dari Pajak Restoran, dan 60,74% kontribusi dari Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan. Penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan masih juga
menjadi kontribusi terbesar terhadap penerimaan Pajak Daerah pada tahun 2011.
Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan terhadap penerimaan Pajak Daerah terus mengalami peningkatan tiap
tahunnya. Peningkatan ini disebabkan oleh realisasi penerimaan Pajak Hotel sebesar
81,42% melebihi target penerimaan dan Pajak Restoran sebesar 103,55% melebihi
target penerimaan meskipun realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan tidak mencapai target penerimaan serta realisasi penerimaan Pajak Kabupaten
lainnya yang semuanya melebihi target penerimaan.
Di bawah ini merupakan grafik perbandingan antara realisasi penerimaan pada
tahun 2009 dengan tahun 2010 dan antara tahun 2010 dan tahun 2011:
Berdasarkan grafik 7.1 di atas, kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan penerimaan Pajak Daerah
pada tahun 2009 adalah Rp 7.870.337.907,00 yang kemudian meningkat menjadi Rp
12.902.822.205,00 pada tahun 2010 atau meningkat Rp 5.032.484.298,00 atau
63,94% dari tahun 2009. Kemudian pada tahun 2011, kontribusi Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap peningkatan
penerimaan Pajak Daerah kembali meningkat menjadi Rp 19.638.061.955,50 atau
meningkat Rp 6.735.239.750,50 atau 52,20% dari tahun 2010. Jumlah ini meningkat
sebesar Rp 1.702.755.452,50 atau 33,84% dari peningkatan yang terjadi antara tahun
2009 dan 2010.
Peningkatan dan penurunan kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap penerimaan Pajak Daerah antara tahun
2009-2010 dan 2010-2011 bisa dilihat pada tabel 4.7.1 berikut ini:
Rp0.00
Rp5,000,000,000.00
Rp10,000,000,000.00
Rp15,000,000,000.00
Rp20,000,000,000.00
Rp25,000,000,000.00
2009-2010 2010-2011
Grafik 7.1
Perbandingan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan Terhadap Pajak Daerah Tahun 2009-2010
dan 2010-2011
Realisasi Penerimaan Tahun
Lalu
Realisasi Penerimaan Tahun Ini
Ta
bel 4
.7.1
P
eni
ngka
tan
dan
Pe
nuru
nan
Kon
trib
usi
Paj
ak
Hot
el,
Pa
jak
Re
stor
an,
da
n
Pa
jak
Min
era
l Buk
an
Loga
m t
erh
ada
p P
ene
rima
an P
aja
k D
ae
rah
ant
ara
Tah
un 2
009
- 20
10 d
eng
an
Ta
hun
2010
-
2011
Pe
nin
gka
tan/
(P
enu
runa
n)
Ko
ntri
busi
(%
) -
7,81
%
(9,8
1%)
Sum
ber:
Da
ta O
laha
n
Pa
jak
Min
era
l B
uka
n L
oga
m
dan
Ba
tua
n
61,7
4%
69,5
5%
60,7
4%
Pe
ning
kata
n/(
Pe
nur
unan
) K
ontr
ibus
i (%
) -
(3,2
3%)
(1,8
7%)
Paj
ak
Re
stor
an
(%)
10,2
6%
7,03
%
5,16
%
Pe
ning
kata
n/(
Pe
nur
unan
) K
ontr
ibus
i (%
) -
0,50
%
(0,9
0%)
Pa
jak
Hot
el
(%)
3,19
%
3,69
%
2,79
%
Pe
ning
kata
n/(
Pe
nur
unan
) K
ontr
ibus
i (%
) -
5,12
%
(11,
59%
)
Kon
trib
usi P
aja
k H
ote
l, P
aja
k R
est
ora
n, d
an
Pa
jak
Min
era
l Bu
kan
Log
am
da
n B
atua
n (%
)
75,1
5%
80,2
7%
68,6
8%
Ta
hun
Ang
gara
n
2009
2010
2011
Berdasarkan tabel 4.7.1 tersebut, kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan secara persentase mengalami peningkatan
dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 5,12% dan mengalami penurunan dari tahun
2010 ke tahun 2011 sebesar 11,59%.
IV. 8. Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berikut ini adalah grafik kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Belitung pada tahun 2009:
Berdasarkan grafik 8 tersebut, dari jumlah PAD pada tahun 2009 yaitu sebesar
Rp 50.474.195.340,00, bisa dilihat kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
15%
5%
24%
3%
53%
Grafik 8
Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Tahun 2009
Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan
Pajak Kabupaten Lainnya
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar 15% atau sebesar Rp 7.870.337.907,00,
kontribusi Pajak Kabupaten lainnya sebesar 5% atau sebesar Rp 2.602.369.708,00,
kontribusi Retribusi Daerah sebesar 24% atau sebesar 12.053.085.241,45, kontribusi
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 3% atau sebesar Rp
1.340.285.419,58, dan kontribusi Lain-lain PAD yang Sah sebesar 53% atau sebesar
Rp 26.608.117.063,79. Dari 20% jumlah penerimaan Pajak Daerah, sebanyak 15%
merupakan penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan
Logam dan Batuan sebagai penyumbang terbesar dari sektor pajak terhadap PAD.
Pada tahun 2009 ini, penyumbang terbesar bagi PAD secara berurutan adalah:
1. Lain-lain PAD yang Sah 53% atau sebesar Rp 26.608.117.063,79
2. Restribusi Daerah 24% atau sebesar Rp 12.053.085.241,45
3. Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan 15% atau sebesar Rp 7.870.337.907,00.
Berikut ini adalah grafik kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Belitung pada tahun 2010:
Berdasarkan grafik 9 di atas, dari jumlah PAD pada tahun 2010 yaitu sebesar Rp
50.051.051.036,12, bisa dilihat kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar 26% atau sebesar Rp 12.902.822.205,00,
kontribusi Pajak Kabupaten lainnya sebesar 6% atau sebesar Rp 3.170.799.262,12,
kontribusi Retribusi Daerah sebesar 17% atau sebesar Rp 8.598.332.416,77,
kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 5% atau
sebesar Rp 2.397.348.427,47, dan kontribusi Lain-lain PAD yang Sah sebesar 46%
atau sebesar Rp 22.981.748.724,76. Dari 32% jumlah penerimaan Pajak Daerah,
sebanyak 26% merupakan penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagai penyumbang terbesar dari sektor pajak
terhadap PAD.
Terjadi peningkatan dan penurunan kontribusi pada tahun 2010 dari tahun 2009
seperti yang terlihat pada tabel 4.8.1 berikut ini:
26%
6%
17%
5%
46%
Grafik 9
Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Tahun 2010
Pajak Hotel, Pajak
Restoran, dan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan
Pajak Kabupaten Lainnya
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
Tabel 4.8.1 Peningkatan dan Penurunan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran,
dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Tahun 2009 - 2010
PAD yang diperoleh dari Besarnya
Kontribusi (2009)
Besarnya Kontribusi
(2010)
Peningkatan /
(Penurunan)
Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
15% 26% 11%
Pajak Kabupaten lainnya 5% 6% 1%
Retribusi Daerah 24% 17% (7%)
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
3% 5% 2%
Lain-lain PAD yang Sah 53% 46% (7%)
Sumber: Data Olahan
Selain itu, penyumbang terbesar bagi PAD pada tahun 2010 juga mengalami
perubahan, yaitu:
1. Lain-lain PAD yang Sah 46% atau sebesar Rp 22.981.748.724,76
2. Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan 26% atau sebesar atau sebesar Rp 12.902.822.205,00.
3. Restribusi Daerah 17% atau sebesar Rp 8.598.332.416,77
Perubahan ini menyebabkan Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan naik ke peringkat kedua sebagai salah satu
penyumbang terbesar Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2010 karena mengalami
peningkatan 11% atau sebesar Rp 5.032.484.298,00 dari tahun 2009 ke tahun 2010.
Kontribusi Lain-lain PAD yang Sah dan Retribusi Daerah mengalami penurunan
masing-masing 7% atau sebesar Rp 3.626.368.339,03 dan Rp 3.454.752.824,68 dari
tahun 2009 dikarenakan adanya penurunan target dan realisasi penerimaan dari tahun
2009 ke tahun 2010, selain itu penyebab menurunnya kontribusi Lain-lain PAD yang
Sah dan Retribusi Daerah adalah karena meningkatnya kontribusi Jumlah Pajak
Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan, Pajak
Kabupaten lainnya, dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan yang
meningkat masing-masing sebesar 11%, 1%, dan 2% dari tahun 2009 ke tahun 2010.
Namun, kontribusi Lain-lain PAD yang Sah tetap menjadi penyumbang terbesar bagi
Pendapatan Asli Daerah dan Retribusi Daerah turun ke peringkat ketiga penyumbang
terbesar bagi Pendapatan Asli Daerah.
Berikut ini adalah grafik kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Belitung pada tahun 2011:
Berdasarkan grafik 10 di atas, dari jumlah PAD pada tahun 2011 yaitu sebesar
Rp 61.999.396.401,13, bisa dilihat kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan sebesar 32% atau sebesar Rp 19.638.061.955,50,
kontribusi Pajak Kabupaten lainnya sebesar 14% atau sebesar Rp 8.955.280.071,80,
32%
14%
17%
6%
31%
Grafik 10
Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan Terhadap Pendapatan
Asli Daerah Tahun 2011
Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan
Pajak Kabupaten Lainnya
Retribusi Daerah
Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan
Lain-lain PAD yang Sah
kontribusi Retribusi Daerah sebesar 17% atau sebesar Rp 10.326.029.803,29,
kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan sebesar 6% atau
sebesar Rp 3.601.867.511,19, dan kontribusi Lain-lain PAD yang Sah sebesar 31%
atau sebesar Rp 19.478.157.059,35. Dari 32% jumlah penerimaan Pajak Daerah,
sebanyak 26% merupakan penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan sebagai penyumbang terbesar dari sektor pajak
terhadap PAD.
Peningkatan dan penurunan kontribusi pada tahun 2010 bisa dilihat pada tabel
4.8.2 berikut ini:
Tabel 4.8.2 Peningkatan dan Penurunan Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran,
dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan Tahun 2010 - 2011
PAD yang diperoleh dari Besarnya
Kontribusi (2010)
Besarnya Kontribusi
(2011)
Peningkatan /
(Penurunan)
Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan 26% 32% 6%
Pajak Kabupaten lainnya 6% 14% 8%
Retribusi Daerah 17% 17% - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 5% 6% 1%
Lain-lain PAD yang Sah 46% 31% (15%) Sumber: Data Olahan
Selain itu, penyumbang terbesar bagi PAD pada tahun 2011 juga mengalami
perubahan, yaitu:
1. Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan 32% atau sebesar Rp 19.638.061.955,50.
2. Lain-lain PAD yang Sah 31% Rp 19.478.157.059,35
3. Restribusi Daerah 17% atau sebesar Rp 10.326.029.803,29
Perubahan ini menyebabkan Jumlah Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak
Mineral Bukan Logam dan Batuan naik ke peringkat pertama sebagai penyumbang
terbesar Pendapatan Asli pada tahun 2011 karena mengalami peningkatan 6% atau
sebesar Rp 6.735.239.750,00 dari tahun 2010 ke tahun 2011. Diikuti oleh kontribusi
Lain-lain PAD yang Sah di peringkat kedua karena mengalami penurunan lagi
sebesar 15% atau sebesar Rp 3.503.591.665,41 dari tahun 2010 dikarenakan adanya
penurunan target dan realisasi penerimaan lagi dari tahun 2010 ke tahun 2011, selain
itu juga karena adanya peningkatan penerimaan lagi dari Pajak Kabupaten lainnya
sebesar 8% atau sebesar Rp 5.784.480.809,68. Sedangkan kontribusi Retribusi
Daerah tetap berada di urutan ketiga penyumbang terbesar bagi Pendapatan Asli
Daerah dengan tidak adanya perubahan secara persentase dari tahun 2010 meskipun
mengalami penurunan target dan realisasi penerimaan dari tahun 2010 ke tahun
2011.
Kontribusi Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan terus meningkat tiap tahunnya, dari tahun 2009 ke tahun 2010 meningkat
sebesar 11% dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 meningkat sebesar 6%. Meskipun
secara persentase dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan pada tahun
2010 ke tahun 2011 sebesar 5%, namun kontribusi ini menjadi kontribusi terbesar
bagi PAD pada tahun 2011, bahkan penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan
Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan sendiri pada tahun 2011 bisa melebihi
penerimaan dari Retribusi Daerah.
IV.9. Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten
Belitung pada Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2011
Berikut ini merupakan grafik kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah Kabupaten Belitung pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2011 yang diolah
dari data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan, Pengelolaan Kekayaan dan Aset
Daerah Kabupaten Belitung:
Berdasarkan grafik 11 di atas, terlihat kontribusi Pajak Daerah terhadap
Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2009 adalah sebesar 20,75% atau sebesar Rp
10.472.707.615,00 dari Rp 50.474.195.340,00 PAD, lalu pada tahun 2010 sebesar
32,11% atau sebesar Rp 16.073.621.467,12 dari Rp 50.051.051.036,12 PAD, dan
pada tahun 2011 sebesar 46,19% atau sebesar Rp 28.593.342.027,30 dari Rp
61.999.396.401,13 PAD. Artinya, kontribusi Pajak Daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah mengalami peningkatan dari tahun 2009 ke tahun 2010 sebesar 11,36% atau
sebesar Rp 5.600.913.852,12 dan dari tahun 2010 ke tahun 2011 juga meningkat
sebesar 14,08% atau sebesar Rp 12.519.720.560,18. Peningkatan ini tidak terlepas
dari peran Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
yang realisasi penerimaan tiap tahunnya terus melebihi target penerimaan, kecuali
2009 2010 2011
Pendapatan Asli Daerah Rp50,474,195,340.00 Rp50,051,051,036.12 Rp61,999,396,401.13
Pajak Daerah Rp10,472,707,615.00 Rp16,073,621,467.12 Rp28,593,342,027.30
20,75%32,11%
46,19%
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
Grafik 11
Kontribusi Pajak Daerah Terhadap Pendapatan Asli
Daerah Tahun 2009 - 2011
realisasi penerimaan Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan pada tahun 2009 yang
tidak mencapai target.
Pada tahun 2009, sebesar 15% dari Pajak Daerah merupakan sumbangan dari
penerimaan Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral Bukan Logam dan
Batuan. Pada tahun 2010 sebesar 26%, dan pada tahun 2011 sebesar 32%. Artinya,
tiap tahun sumbangan yang diberikan Pajak hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Mineral
Bukan Logam dan Batuan terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 meningkat
sebesar 11% dari tahun 2009 dan pada tahun 2011 meningkat sebesar 6% dari tahun
2010 meskipun antara periode 2009-2010 dan 2010-2011 mengalami penurunan
sebesar 5%.
Meskipun dalam pengertiannya disebutkan bahwa pajak dipungut tanpa adanya
kontra prestasi secara langsung tetapi diterima secara kolektif bersama-sama dengan
masyarakat lainnya. Penerimaan pajak, selain digunakan untuk membiayai
kebutuhan rumah tangga daerah, juga digunakan untuk membiayai prasarana dan
pelayanan perkotaan yang memberikan manfaat bagi masyarakat umum yang biasa
disebut juga sebagai public goods.
Berikut adalah kontribusi riil yang diberikan Pajak Daerah melalui Pendapatan
Daerah yang dianggap bisa dirasakan langsung oleh masyarakat banyak selama
periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2011:
1. Di Dinas Pendidikan, ada beberapa proyek/kegiatan yang dianggap memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Pemeliharaan rutin/berkala dan rehabilitasi gedung-gedung sekolah
2. Pembangunan ruang kelas baru sekolah dasar
3. Pengadaan sarana tekhnologi informatika di sekolah-sekolah
4. Pembangunan toilet baru di sekolah-sekolah
5. Pembuatan sarana parkir SMAN 2 Tanjungpandan
6. Penyediaan alat peraga/bantu pendidikan bagi tiap-tiap sekolah
7. Pemberian bantuan beasiswa berprestasi dan kurang mampu serta beasiswa
berprestasi ke perguruan tinggi.
8. Penanganan putus sekolah
9. Pembangunan dan pengadaan aliran listrik rumah dinas guru
10. Dan lain-lain
2. Di Dinas Kesehatan, ada beberapa proyek/kegiatan yang dianggap memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Pembangunan sarana kesehatan baru
2. Rehabilitasi sarana lingkungan Rumah Sakit Umum Daerah
3. Pembangunan dan rehabilitasi gedung ALKES dan Non ALKES
4. Jaminan Kesehatan Masyarakat
5. Pengobatan masal penyakit kaki gajah
6. Pelayanan operasi katarak
7. Peningkatan perbaikan gizi masyarakat
8. Program pelaksanaan imunisasi dan BIAS
9. Peningkatan kesehatan ibu dan anak
10. Pemberantasan penyakit malaria dan DBD
11. Penyehatan lingkungan, pemeriksaan kualitas air dan pembakaran sampah
medis.
12. Optimalisasi pelayanan kesehatan masyarakat
13. Dan lain-lain
3. Di Dinas Pekerjaan Umum, ada beberapa proyek/kegiatan yang dianggap
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Peningkatan dan pelebaran jalan kabupaten
2. Pembangunan dan peningkatan dermaga/jembatan
3. Pembangunan prasarana air minum dan penyehatan lingkungan
4. Pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase
5. Pembangunan pagar fasilitas umum
6. Rehabilitasi dan pembangunan jalan setapak pemukiman
7. Pembangunan boulevard simpang lima Tanjungpandan untuk memperindah
pusat kota.
8. Optimalisasi SPAM Kota Tanjungpandan/penyehatan PDAM
9. Pembangunan rumah layak huni
10. Peningkatan dan normalisasi sungai Siburik
11. Pembangunan gedung baru DPRD Kabupaten Belitung pada tahun anggaran
2010-2011 guna peningkatan akselerasi seluruh bidang pembangunan.
12. Pembangunan jembatan Sungai Padang Kecamatan Sijuk pada tahun
anggaran 2011-2012 guna kelancaran transportasi dan percepatan
pertumbuhan perekonomian antara Kabupaten Belitung dengan Kabupaten
Belitung Timur.
13. Dan lain-lain
4. Di Dinas Perhubungan, ada beberapa proyek/kegiatan yang dianggap memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Penataan terminal bus Tanjungpandan
2. Rehabilitasi runag tunggu terminal bis Tanjungpandan
3. Pembangunan balai pengujian kendaraan bermotor
4. Pengadaan dan pemasangan guard rail untuk keselamatan pengguna jalan
5. Pemutakhiran traffic light simpang lima Kota Tanjungpandan
6. Pengadaan dan pemasangan rambu pendahulu penunjuk jurusan
7. Pengadaan dan pemasangan rambu lalu lintas
8. Pengadaan dan pemasangan lampu suar dan rambu laut untuk para nelayan
dan kapal-kapal dagang atau kapal pengangkut penumpang
9. Pengadaan dan pemasangan dermaga apung
10. Pembangunan dermaga Tanjung Batu tahap III
11. Penyusunan sistem transportasi lokal Kabupaten Belitung
12. Pengadaan dan pemasangan instalasi lampu penerangan sisi laut Pelabuhan
Tanjung Batu
13. Pembangunan dermaga apung Tanjung Nyato
14. Pengadaan dan pemasangan RPPJ
15. Pengadaan dan pemasangan papan nama jalan
16. Rehabilitasi dermaga dan fasilitas pendukung pelabuhan penyeberangan
Tanjung Ru.
17. Pengadaan sarana transportasi pedesaan untuk memudahkan masyarakat
18. Dan lain-lain
5. Di Dinas Lingkungan Hidup, ada beberapa proyek/kegiatan yang dianggap
memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Fasilitasi program pengelolaan dan pemanfaatan ekosistem terumbu karang di
Desa Tanjung Binga
2. Pengelolaan ruang terbuka hijau demi kenyamanan masyarakat
3. Penataan dan pemeliharaan lingkungan perkotaan
4. Dan lain-lain
6. Di Dinas Kebersihan, Pasar dan Pertamanan, ada beberapa proyek/kegiatan yang
dianggap memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Pembangunan pasar di kompleks pasar ikan (inpres)
2. Rehabilitasi dan pemeliharaan sarana kebersihan
3. Pengadaan sarana pertamanan
4. Pemeliharaan taman
5. Pengadaan tanaman hias dan pohon pelindung
6. Pengadaan sarana kebersihan
7. Pembangunan jembatan Pasar Ikan
8. Rehabilitasi Pasar Ikan Tanjungpandan
9. Peningkatan taman simpang Tanjung Kelayang dan Tanjung Binga
10. Pembuatan taman depan Museum Tanjungpandan
11. Pembuatan taman median sepanjang jalan Desa Buluh Tumbang sampai
dengan Simpang Badau.
12. Renovasi pasar bumbu demi kenyamanan penjual dan pembeli
13. Rehabilitasi Pasar Ikan Kampung Parit
14. Dan lain-lain
7. Di Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi, ada beberapa proyek/kegiatan
yang dianggap memberikan manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Pengadaan bahan bantuan untuk korban bencana sosial rakyat miskin
2. Pelayanan sosial anak kurang mampu
3. Perlindungan dan penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial
4. Pelayanan kesejahteraan sosial penyandang cacat
5. Penanggulangan masalah sosial dan masyarakat
8. Di Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan perlindungan masyarakat, ada beberapa
proyek/kegiatan yang dianggap memberikan manfaat langsung kepada
masyarakat, di antaranya:
1. Peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan
2. Pemeliharaan Kamtrantibnas dan pencegahan tindak kriminal
3. Pemberdayaan masyarakat untuk menjaga ketertiban dan keamanan
4. Peningkatan pemberantasan penyakit masyarakat
5. Pencegahan dini dan penanggulangan korban bencana alam
9. Di Sekretariat Daerah, ada beberapa proyek/kegiatan yang dianggap memberikan
manfaat langsung kepada masyarakat, di antaranya:
1. Pemekaran dan peningkatan status desa dan kelurahan
2. Pembentukan Desa Pelepak Putih dan Desa Tanjung Tinggi di Kecamatan
Sijuk, Desa Ibul di Kecamatan Badau, Desa Air Pelempang Jaya, Desa Air
Ketekok, dan Desa Air Raya di Kecamatan Tanjungpandan pada tahun 2011
berdasarkan aspirasi masyarakat dengan tujuan meningkatkan kemampuan
penyelenggaraan pemerintahan desa dengan peningkatan pelayanan
masyarakat, pemberdayaan masyarakat serta menumbuhkembangkan peran
serta dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa sehingga dapat
mempercepat kesejahteraan masyarakat desa.
3. Pembentukan Kelurahan Kampung Damai di Kecamatan Tanjungpandan
pada tahun 2011 berdasarkan pada aspirasi masyarakat dengan tujuan
meningkatkan kemampuan penyelenggaraan pemerintahan, pemberdayaan
masyarakat, serta untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
dengan tetap memperhatikan kondisi sosial masyarakat perkotaan.
4. Pemeliharaan rutin/berkala mess/asrama Belitung yang ada di luar daerah
seperti di Yogyakarta, Pangkalpinang, Bandung, Depok, dan daerah lainnya
yang berguna bagi anak daerah yang merantau untuk menuntut ilmu, atau
wakil Belitung yang mengikuti perlombaan dan sebagainya.
5. Penyediaan honorarium untuk pegawai tidak tetap untuk kesejahteraannya
Pada tahun 2009, sebanyak 1.765 proyek pembangunan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana, dan pelayanan perkotaan yang dilakukan oleh 61 Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD) dan realisasi penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp
10.472.707.615,00, maka dapat diasumsikan bahwa sebesar Rp 5.933.545,39
merupakan kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah bagi setiap proyek
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana umum, dan pelayanan
perkotaan yang dilakukan SKPD. Untuk tahun 2010, sebanyak 1.823 proyek
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, dan pelayanan perkotaan yang
dilakukan SKPD dengan realisasi penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp
16.073.621.467,12, maka dapat diasumsikan bahwa sebesar Rp 8.817.126,42
merupakan kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah bagi setiap proyek
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, dan pelayanan perkotaan yang
dilakukan SKPD. Kemudian untuk tahun 2011, sebanyak 1.842 proyek
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, dan pelayanan perkotaan yang
dilakukan SKPD dengan realisasi penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp
28.593.342.027,30, maka dapat diasumsikan bahwa sebesar Rp 15.522.987,00
merupakan kontribusi yang diberikan oleh Pajak Daerah bagi setiap proyek
pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana, dan pelayanan perkotaan yang
dilakukan SKPD.
Dari uraian di atas, setiap tahun kontribusi Pajak Daerah bagi pembangunan
yang terjadi di Belitung terus meningkat, pada tahun 2010 meningkat sebesar Rp
2.883.581,03 dari tahun 2009 untuk tiap proyek, dan pada tahun 2011 meningkat
sebesar Rp 6.705.860.58 dari tahun 2010.
Dengan pemerataan pembangunan dan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten
Belitung, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Belitung pun tiap
tahunnya mengalami peningkatan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) merupakan
suatu indikator yang menjelaskan bagaimana penduduk suatu wilayah mempunyai
kesempatan untuk mengakses hasil dari suatu pembangunan sebagai bagian dari
haknya dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya. Nilai
IPM ini menunjukkan seberapa jauh wilayah tersebut telah mencapai sasaran yang
ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan
masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah
mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap
angka 100, maka semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran
itu.
Pada tahun 2009, IPM Kabupaten Belitung adalah 73,01, kemudian meningkat
menjadi 73,36 pada tahun 2010 dan kembali meningkat menjadi 73,68 pada tahun
2011. Oleh karena itu, Kabupaten Belitung termasuk ke dalam wilayah tingkatan
menengah-atas di Indonesia karena nilai IPM berada di antara angka 66 dan 80, dan
merupakan Kabupaten dengan IPM tertinggi kedua di Provinsi Bangka Belitung di