Page 1
BAB IV
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
CV. Parta Jaya adalah perusahaan swasta berbentuk persekutuan komanditer,
didirikan pada hari Rabu 14 Mei 1997 di Jalan Ngagel no. 121 Surabaya. CV. Parta
Jaya yang berada di Surabaya merupakan cabang perusahaan dari CV. Parta Jaya
Kalimantan Tengah, yang berdiri pada tahun 1990.
CV. Parta Jaya merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkayuan,
mulai dari kayu kild dry (KD) atau kayu yang sudah dikeringkan, kemudian diolah
menjadi berbagai bentuk kayu sesuai dengan permintaan pelanggan. Produk kayu
CV. Parta Jaya dipasarkan di luar negeri. Produksi CV. Parta Jaya dibuat berdasarkan
permintaan pelanggan. Proses produksi dilakukan dari pukul 8.00 WIB sampai pukul
5.00 WIB subuh, yang dibagi dalam 3 shift, shift pertama dimulai pukul 8.00 sampai
pukul 15. , shift kedua mulai pukul 15. sampai pukul 23. , shift ketiga mulai pukul
23. sampai pukul 5. ,denganjumlahkaryawanpabrikkuranglebih300orang.
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Bahan Baku Proses Produksi
Bahan baku yang dipergunakan dalam produksi berupa kayu saun timber atau
KD, kayu yang sudah dikeringkan, terdiri dari 2 jenis, yaitu: kayu ramin dan pulai.
34
Page 2
35
Bahan baku dibedakan berdasarkan grade tertentu. Grade adalah suatu
standar kualitas yang terdiri dari 3 tipe, yaitu:
a. Grade A, syarat-syaratnya :
• Tidak ada. plan hole atau lubang.
o Tidak blue stain atau berwarna biru.
• Tidak pecan
• Tidak ada mata mati.
b. Grade B, syarat-syaratnya :
o Tidak ada lubang atau plan hole.
• Tidak pecah
• Tidak ada mata mati
c. Grade B/C, syarat-syaratnya:
• Tidak lubang
<» Tidak ada mata mati.
4.2.2. Hasil Produksi
Dalam proses produksi, dihasilkan 7 produk barang jadi, yaitu:
1. Side 2 side (SIS)
S2S adalah kayu yang dihaluskan hanya pada kedua sisinya. Kayu S2S dapat
digunakan untuk bagian dalam dari perabot.
Page 3
36
2. Side A side (SAS)
S4S adalah kayu yang dihaluskan pada keempat sisinya. Kegunaan kayu S4S
xxntvkflooring, perabot, dan Iain-lain.
3. Profile
Profile adalah kayu yang memiliki bentuk atau ukiran tertentu. Kegunaan dari
kayu profile misalnya untuk kaki meja, bingkai foto, dan Iain-lain.
4. Finger joint sticks
Finger joint stick adalah kayu sisa yang berasal dari hasil pemotongan kemudian
digabungkan atau dilem menjadi kayu balok panjang.
5. Solid laminating board
Solid laminating board adalah papan-papan seperti ply wood yang dibuat dengan
menggabungkan batangan-batangan kayu S4S menggunakan lem. Kegunaan dari
laminating board adalah untuk meja, lemari, pintu dan Iain-lain.
6. Finger joint board
Finger joint board adalah laminating board yang berbahan baku finger joint stick.
7. Block board
Block board adalah laminating board yang dibuat dari potongan sisa kayu yang
tidak difinger joint.
Page 4
37
4.2.3. Proses Produksi
Kegiatan proses produksi dimulai dari pengolahan bahan baku sampai menjadi
barang jadi. Tahap-tahap proses produksi CV. Parta Jaya tampak pada Gambar 4.1.
sebagai berikut:
Gambar 4.1. Proses produksi
Bahan baku
Planer
Kayu yang dipotongmenurut tebal
Kayu yang dipotongmenurut panjang
Sisakayu
Sisa Kayu
Rip
Kayu yang dipotongmenurut lebar
S2S, Profile
Laminated Board
Laminated Board
Barang jadi
Gudang A Gudang B Gudang pengepakan
Sumber: Data Internal Perusahaan, yang diolah oleh penulis.
Page 5
38
1. Tahap proses planer atau ketam.
Pada tahap proses planer dilakukan kegiatan melihat warna dan keadaan kayu
bercacat atau tidak. Kayu yang telah dinyatakan baik kemudian diserut atau
dilakukan pemotongan terhadap tebal sebagai perencanaan untuk proses cross cut.
2. Tahap proses cross cut atau pemotongan.
Setelah tahap proses planer, kayu diproses cross cut atau pemotongan. Sebelum
memulai proses pemotongan, kayu dikelompokkan berdasarkan panjang dan
grade. Kemudian, kayu dipotong sesuai dengan panjang permintaan pelanggan.
3. Tahap proses rip atau pemotongan lebar.
Pada tahap proses rip, dilakukan pembelahan kayu sesuai dengan lebar
permintaan pelanggan sebagai perencanaan sebelum memasuki tahap moulding.
Tahap planer sampai dengan tahap rip dinamakan tahap pembahanan, proses
produksinya dilakukan pada gudang A.
4. Tahap proses finger joint atau penggabungan.
Pada proses cross cut, terdapat sisa potongan kayu. Sisa potongan kayu digabung
dengan menggunakan lem. Proses penggabungan dinamakan proses finger joint.
Namun sebelum dilakukan proses finger joint, sisa kayu terlebih dahulu
memasuki proses rip untuk merapikan potongan. Bentuk yang dihasilkan dalam
proses finger joint adalah kayu panjang, dinamakan finger joint stick. Setelah
melalui proses finger joint, ada yang berhenti menjadi finger joint stick, namun
ada yang berlanjut ke proses laminating.
Page 6
39
Tidak semua sisa potongan kayu yang berasal dari proses cross cut memasuki
proses finger joint. Sisa potongan kayu yang tidak difmger joint langsung
memasuki proses laminating setelah dirip. Tahap proses finger joint dilakukan
pada gudang A.
5. Tahap proses moulding atau pembentukan model.
Tahap berikutnya adalah proses moulding. Pada tahap moulding, kayu
dipindahkan ke gudang B. Proses moulding melakukan pembentukan kayu sesuai
dengan model permintaan pelanggan. Model kayu yang dihasilkan pada proses
mouding adalah profile, S2S, dan S4S, namun proses produksi tidak berhenti
sampai disini. Untuk bentuk S4S dilanjutkan ke tahap berikutnya yaitu proses
laminating.
6. Tahap proses laminating atau bentuk papan.
Pada tahap proses laminating, kayu diproses lebih lanjut menjadi bentuk
laminating board, yaitu papan-papan seperti ply wood. Bentuk kayu yang
diproses laminating adalah kayu S4S hasil dari proses moulding, kayu finger joint
stick dari proses finger joint, dan sisa kayu dari proses cross cut yang tidak
melalui proses finger joint. Laminating board dari kayu S4S dinamakan solid
laminating, sedangkan hasil laminating finger joint stick dan sisa kayu yang tidak
melalui proses finger joint dinamakan finger joint board dan block board.
7. Tahap proses sanding atau penghalusan.
Pada tahap proses sanding dilakukan penghalusan untuk bentuk kayu yang
melalui proses laminating. Setiap kayu yang diproses laminating harus memasuki
Page 7
40
proses sanding sebelum dipacking. Tahap moulding sampai pada tahap sanding
dilakukan pada gudang B.
8. Tahap quality controlampirantau pemeriksaan kualitas.
Pada tahap quality control dilakukan pemeriksaan terhadap hasil produksi barang
jadi untuk mengetahui antara barang jadi yang cacat dengan yang baik atau
memenuhi syarat. Tahap quality control dilakukan pada gudang pengepakan.
Setelah diperiksa, barang yang cacat dipisahkan untuk diproduksi ulang,
sedangkan barang jadi yang telah memenuhi syarat kemudian dipacking.
9. Tahap packing atau pengepakan.
Tahap pengepakan merupakan tahap akhir dari proses produksi. Pada tahap ini
dilakukan pengepakan barang jadi yang telah memenuhi syarat. Setelah melalui
proses pengepakan, barang jadi disimpan dalam gudang pengepakan sampai pada
saat pengiriman barang jadi kepelanggan.
4.2.4. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan alat penting yang dapat membantu aliran
wewenang dan tanggung jawab dalam perusahaan. Struktur organisasi CV. Parta Jaya
adalah fungsional, yaitu berdasarkan fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan, dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
Tugas, tanggung jawab dan wewenang masing-masing bagian yang terlibat
diperinci sebagai benkut
Page 8
41
1. Direktur
Pemilik CV. Parta Jaya menjabat sebagai direktur, bertanggung jawab penuh
terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Tugas dan wewenangnya antara lain:
a. Menentukan kebijaksanaan perusahaan yang akan ditempuh.
b. Membuat rencana kerja setiap tahun.
c. Mengkoordinir rencana kerja untuk masing-masing bagian.
d. Mengawasi pelaksanaan rencana kerja.
e. Mewakili perusahaan kedalam dan keluar.
Gambar 4.2. Struktur Organisasi CV. Parta Jaya
Sumber: data internal perusahaan.
2. Manajer Umum.
Manajer umum bertanggung jawab kepada direktur. Tugas dan wewenang
manajer umum antara lain:
Page 9
42
a. Melakukan hubungan dengan pihak luar atau pelanggan.
b. Mengatur dan mengontrol tugas untuk tiap departemen dibawahnya.
c. Membawahi departemen pemasaran, produksi, dan keuangan.
3. Manajer Pemasaran.
Bertanggung jawab kepada manajer umum. Tugas dan wewenang manajer
pemasaran, yaitu:
a. Merumuskan periklanan dan promosi penjualan.
b. Mencari dan menyampaikan pesanan kepada manajer umum.
c. Bertanggung jawab dalam memenuhi permintaan pelanggan.
d. Mengurus pengiriman barang kepada pelanggan.
4. Manajer Produksi.
Bertanggung jawab kepada manajer umum. Manajer Produksi mempunyai tugas
dan wewenang sebagai berikut:
a. Mengetahui segala aktivitas yang berhubungan dengan proses produksi
b. Mengawasi jalannya proses produksi.
c. Membuat jadwal produksi setiap bulan yang dirundingkan dengan pengawas
produksi.
d. Mengawasi perpindahan dan pergerakan barang.
e. Membawahi bagian teknik, PPC, gudang bahan baku, gudang A, gudang B,
dan gudang pengepakan.
5. Bagian Teknik.
Bertanggung jawab kepada manajer produksi. Tugas dan wewenangnya adalah:
Page 10
43
a. Memelihara mesin dan peralatan.
b. Merencanakan mesin dan peralatan yang akan digunakan untuk proses
produksi.
c. Melaporkan kepada manajer produksi jika terdapat kerusakan pada mesin atau
peralatan.
6. Bagian Gudang Bahan Baku.
Bertanggung jawab kepada manajer produksi. Tugas dan wewenangnya adalah:
a. Menjaga dan mengamankan persediaan bahan baku.
b. Mengawasi pengeluaran bahan baku dan gudang bahan baku.
c. Mengirim bahan baku ke bagian produksi untuk proses produksi.
7. Gudang A.
Bertanggung jawab kepada manajer produksi. Tugas dan tanggung jawabnya
adalah melaksanakan proses produksi mulai dari proses planer sampai dengan
proses rip dan finger joint.
8. Gudang B.
Bertanggung jawab kepada manajer produksi. Tugas dan tanggung jawabnya
adalah melaksanakan proses moulding dan laminating.
9. Bagian Gudang Pengepakan.
Bertanggung jawab kepada manajer produksi. Tugas dan wewenangnya adalah:
a. Melakukan quality control pada hasil produksi barang jadi.
b. Mengatur pengepakan barang j adi.
Page 11
44
c. Menyimpan barang j adi sampai pada waktu pengiriman.
10. Bagian perencanaan dan pengawasan produksi (PPC)
Bertanggung jawab kepada manajer produksi. Tugas dan wewenangnya adalah:
a. Membantu manajer produksi dalam mengawasi pemakaian bahan baku, proses
dan hasil produksi, serta proses pengepakan.
b. Membuat perencanaan surat perintah kerja.
11. Manajer Keuangan.
Bertanggung jawab kepada manajer umum. Tugas dan wewenang manajer
keuangan adalah:
a. Merencanakan kebijakan keuangan perusahaan dan membuat anggaran setiap
tahun.
b. Mengatur dan mengamankan keuangan.
c. Mengawasi pekerjaan dari bagian akuntansi, personalia, dan pembelian.
12. Bagian Akuntansi.
Bertanggung jawab kepada manajer keuangan. Tugas dan wewenangnya adalah:
a. Mencatat setiap tranksasi keuangan.
b. Menyusun neraca dan laporan keuangan setiap tahun.
13. Bagian Personalia.
Bertanggung jawab kepada manajer keuangan. Tugas dan wewenang personalia
mengurus kartu absen karyawan setiap minggu, memeriksa dan mengotorisasi,
kemudian diteruskan ke bagian akuntansi untuk perhitungan gaji setiap minggu.
Page 12
45
14. Bagian Pembelian.
Bertanggung jawab kepada manajer keuangan. Tugas dan wewenangnya
melakukan pembelian bahan baku berdasarkan permintaan dari manajer produksi.
4.2.5. Dokumen
Dokumen-dokumen prosedur akuntansi yang digunakan dalam proses
produksi adalah:
1. Surat Pesanan Pembelian (SPP)
SPP berisi informasi mengenai pesanan kayu yang diinginkan oleh pelanggan.
SPP diterima oleh bagian pemasaran dari pelanggan sebanyak satu lembar,
kemudian diberikan kepada bagian PPC sebagai dasar untuk membuat SPK.
Salah satu contoh SPP dapat dilihat pada lampiran L-l
Keterangan:
o Seller : nama dan alamat Penjual (CV. Parta Jaya).
• Buyer : nama dan alamat Pemesan.
« Specie/Wood : jenis kayu yang diinginkan oleh pemesan.
o Grade : kondisi kayu yang diinginkan oleh pemesan.
• Size : ukuran kayu yang diinginkan oleh pemesan.
• Quantity : jumlah kayu yang diinginkan oleh pemesan dalam
pieces.
• Price/pcs : harga kayu perpieces.
Page 13
46
• Total price
• Payment
• Shipment
• Special clause
o Kota & Tanggal
• Pembuat
: total harga pesanan.
: syarat pembayaran.
: tanggal pengiriman barang yang diinginkan pemesan.
: tambahan syarat-syarat.
: kota tempat di buatnya SPP dan tanggal pembuatan
SPP.
: tanda tangan pembuat SPP.
2. Kartu Bahan Baku (KBB).
KBB dibuat oleh bagian gudang bahan baku untuk mencatat pemasukan dan
pengeluaran barang dari gudang bahan baku. KBB dibuat sebanyak 1 rangkap dan
diarsip oleh gudang bahan baku. KBB dapat dilihat pada lampiran L-2.
Keterangan:
: nama jenis kayu.
: ketebalan kayu.
: tanggal pencatatan keluar masuk bahan baku.
: nama supplier bahan baku
: memuat data mengenai besarnya saldo atau persediaan
bulan lalu dalam satuan.
o Jenis kayu
o Tebal
o Tanggal
• Uraian
• Saldo awal
Penerimaan : memuat informasi mengenai bahan baku yang masuk
atau diterima dari supplier.
Page 14
47
• Pengembalian : memuat data mengenai bahan baku yang tidak
terpakai dan dikembalikan dari proses produksi.
• Pemakaian : memuat data tentang pengeluaran atau pemakaian
bahan baku.
• Saldo akhir : memuat data sisa persediaan pada akhir bulan.
• Pcs : satuan kuantitas dalambentukjumlah.
© M3 : satuan kuantitas dalam bentuk volume.
3. Laporan Pemakaian Bahan Baku (LPBB).
LPBB dibuat oleh gudang bahan baku setiap bulan, untuk melaporkan
pengeluaran bahan baku. LPBB dibuat sebanyak 4 rangkap, dibenkan kepada:
- Lembar pertama kepada bagian pembelian.
- Lembar kedua kepada bagian PPC.
- Lembar ketiga kepada bagian akuntansi.
- Lembar keempat diarsip oleh gudang bahan baku.
LPBB dapat dilihat pada lampiran L-3.
Keterangan:
• Bulan dan tahun : memuat bulan dan tahun pembuatan dokumen LPBB.
• Jenis kayu : memuat informasi mengenai jenis kayu yang dipakai
dalam proses produksi.
Page 15
48
• Ukuran : memuat data mengenai ukuran kayu yang dipakai
selama satu bulan tersebut dalam satuan inchi.
• Jumlah : memuat jumlah kayu yang dipakai dalam proses
produksi (dalam pieces).
• Jumlah : memuat jumlah kayu yang dipakai dalam proses
produksi (dalam M3, satuan volume).
• Total : merupakan jumlah kayu (dalam pieces dan M3).
4. Surat Perintah Kerja (SPK).
SPK dibuat oleh bagian PPC yang mencantumkan perincian pesanan pelanggan
yang harus diproduksi. SPK dibuat sebanyak 3 rangkap, diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manajer produksi.
- Lembar kedua diarsip oleh bagian PPC.
- Lembar ketiga kepada manajer umum.
SPK lembar pertama dibuat salinan untuk diberikan kepada pengawas produksi.
SPK dapat dilihat pada lampiran L-4.
Keterangan:
o Identitas perusahaan : nama dan alamat perusahaan.
• PO.NO. : nomer surat pesanan pembelian dari pembeli.
o commodity : merupakan informasi mengenai jenis, bentuk dan
grade kayu yang diminta oleh pembeli.
Page 16
49
• Size & Qtt : data mengenai ukuran panjang, lebar, dan tinggi kayu
yang diminta, serta jumlah pesanan kayu dalam
pieces dan M3.
: merupakan jumlah kayu (dalam pieces dan M3).
: merupakan kelebihan ukuran tinggi, lebar dan panjang
yang ditoleransi oleh pembeli.
: informasi mengenai tanggal pengiriman pesanan
tersebut.
: merupakan informasi mengenai bentuk akhir yang
diinginkan oleh pembeli.
• Tanggal : tanggal pembuatan SPK.
o Otorisasi : diotorisasi oleh manajer umum.
5. Jadwal Produksi (JP).
JP dibuat oleh manajer produksi untuk mengontrol kegiatan proses produksi. JP
dibuat sebanyak 1 rangkap dan diarsip oleh manajer produksi, kemudian JP dibuat
salinan dan diberikan kepada pengawas produksi. JP dapat dilihat pada lampiran
L-5.
« Total
• Tolerance
• Shipment
• Finishing
Keterangan:
o No. : nomer urutan item
Pemesan : nama pelanggan yang memesan produk.
Page 17
50
• Ukuran : berisi informasi tentang ukuran dari jenis pesanan
yang diminta.
• Waktu : informasi tanggal pengiriman barang.
• Jenis : berisi informasi mengenai jenis kayu yang diminta
oleh pelanggan untuk diproduksi.
6. Laporan Hasil Produksi (LHP).
LHP dibuat oleh pengawas gudang B untuk melaporkan hasil produksi yang telah
selesai. LHP dapat dilihat pada lampiran L-6. LHP dibuat sebanyak 3 rangkap,
diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manajer produksi.
- Lembar kedua kepada bagian PPC.
- Lembar ketiga diarsip oleh pengawas gudang B.
Keterangan:
« Identitas perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
o Tanggal : tanggal pembuatan LHP
o No. : nomer shift
o Jenis kayu : memuat informasi mengenai jenis kayu yang dicatat
pada LHP.
• Asal : Departemen yang menghasilkan barang jadi tersebut.
• Tebal : berisi data mengenai tebal kayu.
Page 18
51
• Lebar : berisi data mengenai lebar kayu.
o Panjang : berisi data mengenai panjang kayu.
• Pcs : jumlah pcs kayu yang dihasilkan.
• M3 : jumlah ND kayu yang dihasilkan.
• Ket : berisi informasi mengenai kekurangan barang jadi
dalam memenuhi pesanan pembeli.
• Oleh : tanda tangan pembuat LHP.
7. Laporan Pengepakan (LP).
LP dibuat oleh pengawas gudang pengepakan untuk melaporkan jumlah barang
baik yang siap untuk di packing. LP dapat dilihat pada lampiran L-7. LP dibuat
sebanyak 4 rangkap, diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manaj er produksi.
- Lembar kedua kepada bagian PPC
- Lembar ketiga kepada bagian akuntansi
- Lembar keempat diarsip oleh bagian gudang pengepakan.
Keterangan:
• Identitas perusahaan : nama dan alamat perusahaan.
o Tanggal : tanggal pembuatan LP
• No. : nomer shift
Page 19
52
• Jenis kayu
• Asal
• Tebal
• Lebar
• Panjang
• Pcs
• M3
• Ket
• Oleh
• Mengetahui
: memuat informasi mengenai jenis kayu yang dicatat
pada LP.
: departemen yang menghasilkan barang jadi tersebut.
: berisi data mengenai tebal kayu.
: berisi data mengenai lebar kayu.
: berisi data mengenai panjang kayu.
: jumlah pcs kayu yang dihasilkan.
: jumlah M3 kayu yang dihasilkan.
: berisi informasi pembeli yang melakukan pemesanan.
: tanda tangan pembuat LP.
: diperiksa oleh manajer produksi.
4.2.6. Context Diagram Sistem Produksi
Context diagram prosedur akuntansi sistem produksi CV. Parta Jaya
ditunjukkan pada Gambar 4.3. sebagai berikut:
Gambar 4.3. Context Diagram Sistem Produksi
BagianPemasaran
/ Sstem \[ Akuntansi 1
—\ Produksi /•• Penninlaan pembelianbahan baku
IManajerUmum
SPP" "LPBB Bagian ]Pembelian
Sumber : narasi perusahaan, diolah oleh penulis.
Page 20
53
Seperti terlihat pada Gambar 4.3., proses produksi dimulai pada saat bagian
pemasaran menginformasikan SPP ke sistem akuntansi produksi. SPK yang dibuat
oleh sistem akuntansi produksi bersama dengan SPP diinformasikan kepada manajer
umum. Saat persediaan bahan baku pada produksi tidak mencukupi, maka sistem
akuntansi produksi menginformasikan kepada bagian pembelian untuk melakukan
pembelian bahan baku. Sistem akuntansi produksi membuat LPBB setiap bulan dan
diinformasikan kepada bagian pembelian.
4.2.7. DFD Sistem Produksi
Sedangkan aktivitas sistem produksi dapat dilihat pada Gambar 4.5. Siklus
produksi CV. Parta Jaya dapat dibagi kedalam 5 aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas perencanaan dan penjadwalan.
2. Aktivitas operasi produksi.
3. Aktivitas penyimpanan dan pengepakan.
4. Aktivitas pencatatan.
5. Aktivitas pengontrolan.
Aktivitas perencanaan dan penjadwalan merencanakan proses produksi
sefisien mungkin, guna memenuhi permintaan pelanggan. Aktivitas perencanaan dan
penjadwalan menerima dokumen SPP dari bagian pemasaran. Seperti terlihat pada
Gambar 4.5, aktivitas perencanaan dan penjadwalan raendokumentasi surat perintah
kerja dan jadwal produksi. SPK dan SPP diserahkan oleh aktivitas perencanaan dan
penjadwalan kepada manajer umum. SPK dan JP diserahkan kepada aktivitas operasi
Page 21
54
produksi. Aktivitas perencanaan dan penjadwalan melakukan permintaan bahan baku
dan permintaan pembelian bahan baku secara lisan.
Gambar 4.4 DFD Sistem produksi
Permintaanpembelianbahan bakusecara lisan
Permintaanbahan bakusecara lisan
LPBB
Sumber: Narasi perusahaan, diolah oleh penulis.
Aktivitas operasi produksi menjalankan proses produksi sesuai dengan SPK
dan JP yang diterima dari aktivitas perencanaan dan penjadwalan. Aktivitas operasi
produksi mendokumentasi laporan hasil produksi. LHP diserahkan kepada aktivitas
penyimpanan dan pengepakan serta aktivitas pengontrolan.
Page 22
55
Aktivitas penyimpanan dan pengepakan memenuhi permintaan bahan baku
yang dilakukan secara lisan oleh aktivitas perencanaan dan penjadwalan serta
mencatat pemakaian bahan baku pada KBB. Aktivitas penyimpanan dan pengepakan
juga melakukan proses pengepakan. Aktivitas penyimpanan dan pengepakan
mendokumentasi pemakaian bahan baku dan pengepakan. LPBB diserahkan kepada
bagian pembelian, aktivitas pencatatan, dan aktivitas pengontrolan. LP diserahkan
kepada aktivitas pencatatan dan aktivitas pengontrolan.
Aktivitas pencatatan menerima LPBB dan LP dari aktivitas penyimpanan
pengepakan dan aktivitas pengontrolan, untuk mencatat pemakaian bahan baku dan
persediaan barang jadi.
Aktivitas pengontrolan menerima semua dokumen dari aktivitas operasi
produksi serta aktivitas penyimpanan dan pengepakan, sebagai pengontrol terhadap
aktivitas sistem produksi.
5.2.8. Prosedur Sistem Produksi
Prosedur sistem produksi berfungsi untuk merencanakan bahan baku dan
kegiatan produksi sampai pada penyimpanan barang jadi. Prosedur sistem produksi
dapat dilihat pada Gambar 4.5 dan 4.6. dan penjelasannya adalah:
1. Prosedur sistem produksi dimulai pada saat bagian pemasaran menyerahkan SPP
ke bagian PPC. Berdasarkan SPP dari bagian pemasaran, maka bagian PPC
membuat SPK 3 rangkap.
Page 23
56
2. SPP dan SPK 3 rangkap diberikan kepada manajer umum untuk diperiksa dan
diotorisasi, kemudian SPK lembar 1 dan 2 dikembalikan ke bagian PPC,
sedangkan SPK lembar ketiga dan SPP diarsip oleh manajer umum. SPK lembar
pertama diberikan kepada manajer produksi dan SPK lembar kedua diarsip oleh
bagian PPC.
3. Berdasarkan SPK, manajer produksi meminta bahan baku yang diperlukan dalam
proses produksi ke bagian gudang bahan baku secara lisan. Bagian gudang bahan
baku memeriksa persediaan bahan baku yang ada.
4. Jika bahan baku yang tersedia tidak mencukupi, bagian gudang bahan baku
menginformasikan kepada manajer produksi, kemudian manajer produksi akan
meminta secara lisan kepada bagian pembelian untuk melakukan pembelian
bahan baku.
5. Sedangkan jika bahan baku yang diminta tersedia, bagian gudang bahan baku
mengirimkan bahan baku ke bagian produksi. Pengeluaran bahan baku dari
gudang bahan baku dicatat dalam kartu bahan baku, dan setiap bulan dibuat
LPBB rangkap 4, lembar pertama diberikan kepada bagian pembelian, lembar
kedua diberikan kepada bagian PPC, lembar ketiga diberikan ke bagian akuntansi
dan lembar keempat diarsip oleh bagian gudang bahan baku. Berdasarkan LPBB,
bagian akuntansi menjurnal pemakaian bahan baku.
6. Sebelum memulai proses produksi, manajer produksi membuat JP berdasarkan
SPK, kemudian SPK dan JP dibuat salinan dan diberikan kepada setiap pengawas
produksi.
Page 24
57
7. Berdasarkan SPK, JP, dan bahan baku yang telah tersedia, maka proses produksi
dimulai. Proses produksi pertama dilakukan dalam gudang A. Setelah itu, kayu
yang telah melalui tahap pembahanan dibawa ke gudang B.
8. Sisa bahan baku yang tidak terpakai dalam proses produksi, dikembalikan ke
gudang bahan baku tanpa disertai dengan dokumen apapun.
9. Setelah proses produksi selesai dilakukan, maka pengawas gudang B membuat
LHP 3 rangkap. LHP lembar pertama diberikan kepada manajer produksi, LHP
lembar kedua diberikan kepada bagian PPC, dan lembar ketiga dipegang oleh
pengawas gudang B. Kemudian pengawas gudang B mengirim hasil produksi
beserta LHP lembar ketiga ke bagian pengepakan.
10. Pada bagian proses pengepakan masih dilakukan pemeriksaan kembali, untuk
dipisahkan antara barang yang baik dan yang cacat.
11. Produk yang telah memenuhi syarat dipacking dan dibuat LP 4 rangkap. LP 4
rangkap diberikan kepada manajer produksi untuk diperiksa dan diotorisasi. LP
lembar pertama diarsip oleh manajer produksi. LP lembar kedua, ketiga dan
keempat dikembalikan kepada bagian gudang pengepakan. LP lembar kedua
diberikan kepada bagian PPC, lembar ketiga diberikan kepada bagian akuntansi
dan lembar keempat diarsip oleh gudang pengepakan. Bagian akuntansi meneatat
LP dalam jurnal persediaan barang jadi.
Page 25
Gam
bar
4.5.
Pro
sedu
r Si
stem
Pro
duks
i
Sum
bcr:
nar
asi
poru
saha
an d
iola
h ol
eh p
cnul
is.
oo
Page 26
Gam
bar
4.6.
Pro
sedu
r Si
stem
Pro
duks
i (l
anju
tan)
Man
ajer
Um
umP
PC
Man
ajer
Pro
duks
iG
udan
g B
ahan
Bak
uG
udan
gAG
udan
g B
Aku
ntan
sl
LLL
Page 27
60
4.2.9 Kebiiakan Akuntansi Sistem Produksi.
Perusahaan mencatat pemakaian bahan baku dalam jurnal pemakaian bahan
baku berdasarkan LPBB yang diterima setiap minggu oleh bagian akuntansi dari
bagian gudang bahan baku. Jurnal yang dibuat untuk mencatat pemakaian bahan baku
adalah sebagai berikut:
Barang dalam proses xxx
Persediaan bahan baku xxx
Pada saat proses produksi selesai dilakukan, dengan menggunakan bukti
pendukung LP, bagian akuntansi akan melakukan jurnal sebagai berikut:
Persediaan barang jadi xxx
Barang dalam proses xxx
43 Analisa dan Pembahasan
Penulis melakukan analisa atas siklus produksi didalam CV. Parta Jaya.
Berdasarkan analisa tersebut, penulis menemukan adanya beberapa kekurangan
dalam prosedur sistem produksi, antara lain: adanya perangkapan tugas, wewenang,
dan tanggung jawab dalam struktur organisasi perusahaan, adanya dokumen yang
kurang pada departemen atau bagian yang seharusnya memerlukan dan prosedur
sistem produksi yang belum benar. Oleh karena itu penulis memberikan usulan
perbaikan pada sistem produksi dalam struktur organisasi, dokumentasi dan prosedur
guna membantu perusahaan dalam menunjang pengendalian internal.
Page 28
61
43.1 Evalnasi dan Usulan Atas Struktnr Organisasi dan Job Description
4.3.1.1 Evaluasi Atas Struktur Ornganisasi
Struktur organisasi CV. Parta Jaya belum memadai, karena terdapat tanggung
jawab yang terlalu luas oleh manajer produksi. Manajer produksi mengawasi dan
mengontrol bagian produksi, bagian PPC, bagian teknis dan bagian gudang pada
waktu bersamaan. Dengan adanya tanggung jawab yang terlalu luas tersebut, fungsi
manajer produksi menjadi tidak efektif.
Pada struktur organisasi CV. Parta Jaya terdapat nama bagian yang tidak
sesuai dan menggambarkan fungsi dari bagian tersebut, seperti: gudang A, gudang B,
dan gudang pengepakan yang berfungsi melakukan proses produksi bukan sebagai
tempat penyimpanan. Selain tidak menggambarkan fungsinya, juga terdapat nama
bagian yang tidak seragam, seperti: PPC, teknis, pembelian, personalia, dan gudang
bahan baku.
Dengan adanya nama bagian yang tidak mencerminkan fungsi sebenarnya,
fungsi gudang barang jadi menjadi tidak kelihatan, karena pada struktur organisasi
CV. Parta Jaya, barang jadi yang telah dipacking disimpan pada tempat pengepakan
sampai pada waktu pengiriman.
4 J.I.2 Evaluasi Atas Job Description
Job description CV. Parta Jaya masih belum baik. Pembuatan JP dan
pemesanan bahan baku ke bagian pembelian dilakukan oleh manajer produksi,
Page 29
62
seharusnya manajer produksi hanya berfungsi sebagai pengawas dan pengontrol
proses produksi, bukan sebagai perencana.
4.3.1.3 Usulan Atas Struktur Organisasi
Berdasarkan evaluasi pada struktur organisasi CV. Parta Jaya, penulis
memberikan usulan-usulan perbaikan yang dapat diterapkan oleh CV Parta Jaya
dalam menunjang pengendalian internal. Usulan struktur organisasi dapat dilihat pada
Gambar4.8.
Gambar4.7. Usulan Struktur Organisasi
Direktur
ManajerUmum
Manajer ;
Pemasaran :
BagianTeknis
ManajerProduksi
BagianPPIC
BagianGudang
ManajerKeuangan
KepalaProduksi
_! Bagian |I Pembahanan ii I
. j Bagian i[ J Akuntansi j
| j Bagian iI | Personalia •
rBagian
Pemodelan
i Bagian~j Pembelian
Bagian QualityControl &
: Pengepakan
Page 30
63
Untuk membatasi tanggung jawab manajer produksi dan untuk merencanakan
bahan baku dalam proses produksi, maka diusulkan agar bagian gudang dipindahkan
di bawah tanggung jawab PPC, sehingga bagian PPC berganti nama menjadi PPIC
{Production planning inventory control). Penulis juga mengusulkan untuk dibentuk
kepala produksi yang berfungsi mengawasi operasional proses produksi. Kepala
produksi dan bagian PPIC dibawah tanggung jawab manajer produksi. Diusulkan
pula agar dibentuk gudang barang jadi sebagai tempat penyimpanan sementara
barang jadi yang telah dipacking sampai pada waktu pengiriman.
Untuk menggambarkan fungsi bagian dari struktur organisasi, penulis
mengusulkan untuk mengganti nama gudang A menjadi bagian pembahanan, gudang
B menjadi bagian pemodeian, dan gudang pengepakan menjadi bagian quality control
dan pengepakan. Juga diusulkan penyeragaman nama-nama bagian, seperti PPC
menjadi bagian PPIC, teknis menjadi bagian teknis, pembelian menjadi bagian
pembelian, akuntansi menjadi bagian akuntansi, gudang bahan baku dan barang jadi
menjadi bagian gudang bahan baku dan barang jadi.
4.3,1.4 Usulan Atas Job Description
Berdasarkan usulan struktur organisasi CV. Parta Jaya, maka. Job descrption
perlu diusulkan. Dengan dipindahnya bagian gudang dibawah tanggung jawab PPIC,
maka tugas PPIC tidak hanya menangani perencanaan produk dan mencocokan
jalannya produksi dengan perencanaan, tetapi juga merencanakan, mengawasi dan
mengontrol bahan baku dan barang jadi di gudang.
Page 31
64
Dengan terbentuknya gudang barang jadi, bagian gudang bertanggung jawab
tidak hanya atas keamanan persediaan bahan baku, tetapi juga atas persediaan barang
jadi, serta mengawasi penerimaan dan pengeluaran bahan baku dan barang jadi.
Berdasarkan evaluasi atas job description, penulis mengusulkan agar
pembuatan JP dan pemesanan pembelian bahan baku ke bagian pembelian dilakukan
oleh bagian PPIC
Usulan struktur organisasi dan job description membawa perubahan dalam
tugas, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing bagian. Usulan pada struktur
organisasi menambah satu bagian, yaitu kepala produksi yang berfungsi sebagai
pengawas operasional produksi dan dipindahkannya bagian gudang dibawah
tanggung jawab bagian PPIC. Dengan adanya perubahan struktur organisasi dan job
description yang mengikutinya, akan menimbulkan biaya namun biaya tersebut tidak
akan berarti bila dibandingkan dengan keuntungan yang dihasilkan melalui sistem
pengendalian internal yang baik bagi CV. Parta Jaya...
Tugas, wevyenang dan tanggung jawab masing-masing bagian untuk struktur
organisasi usulan adalah:
1. Manajer Produksi.
a. Manajer produksi bertanggung jawab kepada manajer umum.
b. Mengontrol barang jadi sesuai/iengan SPK.
c. Bertanggung jawab untuk menyelesa,ikan pesanan pembeli.
d. Membawahi danrnengawasi bagian teknik, bagian PPIC, dan kepala produksi.
Page 32
65
2. Bagian PPIC.
a. Bertanggung jawab kepada manajer produksi.
b. Merencdfiakan kegiatan produksi dan kebutuhan bahan baku.
c. Mencocokan jalannya produksi dengan perencanaan yang telah dibuat.
d. Mengawasi dan mengontrol persediaan bahan baku, bahan penolong, dan
barang jadi di gudang.
e. Melakukan usulan pembelian bahan baku ke bagian pembelian.
f. Membawahi bagian gudang.
3. Kepala Produksi.
a. Bertanggung jawab kepada manajer produksi.
b. Mengawasi jalannya operasional produksi.
c. Bertanggung jawab menyelesaikan produksi sesuai dengan perencanaan.
d. Membawahi bagian pembahanan, bagian pemodelan, serta bagian quality
control dan pengepakan.
4. Bagian Gudang.
a. Bertanggung jawab kepada bagian PPIC.
b. Menjaga dan mengamankan persediaan bahan baku, bahan penolong dan
barang jadi.
c. Mengawasi penerimaan dan pengeluaran bahan baku, bahan penolong, dan
barang jadi di gudang
d. Melaporkan pemakaian bahan baku dan bahan penolong, persediaan dan
pengeluaran barang jadi ke bagian PPIC
Page 33
66
5. Bagian Pembahanan.
a. Bertanggungjawab kepada kepala produksi.
b. Melaksanakan proses produksi mulai dari proses planer sampai dengan
proses rip dan finger joint.
6. Bagian Pemodelan.
a. Bertanggungjawab kepada kepala produksi.
b. Melaksanakan proses moulding dan laminating.
7. Bagian Quality Control dan Pengepakan.
a. Bertanggungjawab kepada kepala produksi.
b. Melakukan quality control dan pengepakan barang jadi.
4.3.2 Evaluasi dan Usulan Atas Dokumen
4.3.2.1 Evaluasi Atas Dokumen
Pada beberapa dokumen yang lama terdapat kekurangan dokumentasi
informasi, sehingga dapat mengakibatkan kesalahan dalam pemenuhan pesanan
pelanggan dan mengakibatkan kesalahan pengirimarL Berikut ini akan dijelaskan
mengenai informasi yang kurang pada setiap dokumen, yaitu:
1. Pada SPK tidak tercantum nomer SPK untuk penelusuran dokumen.
2. Pada LPBB tidak tercantum identitas perusahaan, nomer LPBB, kondisi kayu,
tanda tangan bagian gudang sebagai pembuat, dan tanda tangan bagian PPIC
sebagai penerima.
Page 34
67
3. JP yang lama Iebih merupakan rangkuman dari SPK-SPK yang telah diterima,
seharusnya JP dibuat untuk menjadwalkan proses produksi dari pesanan.
Informasi waktu pengiriman barang pada JP yang lama tidak perlu dicantumkan
karena pengawas hanya perlu mengetahui waktu penyelesaian proses produksi
pada suatu tahap produksi. Pada JP yang lama juga tidak tercantum identitas
perusahaan, nomer JP, tahap operasi, shift kerja, tanggal pembuatan JP, nomer
SPK, jumlah pesanan, waktu selesainya suatu proses produksi, dan tanda tangan
bagian PPIC sebagai pembuat.
4. Pada LHP tidak tercantum nomer LHP, nomer SPK, nomer bukti pemindahan
barang, nomer PO, model akhir yang diinginkan pemesan, kondisi kayu yang.
diinginkan pemesan, jumlah yang telah selesai diproduksi, dan otorisasi dari
kepala produksi.
5. Pada LP tidak tercantum nomer LP, nomer SPK, nomer PO, model akhir, kondisi
kayu, jumlah barang jadi yang baik maupun yang cacat dan jumlah sisa pesanan.
Pada LP juga terdapat nama kolom yang tidak tepat, yaitu pada keterangan no.
dan kolom keterangan yang tidak sesuai dengan informasi yang ditulis.
Pada dokumentasi yang lama juga terdapat kelebihan dan kekurangan
dokumen. Bagian PPC tidak memerlukan LHP dan LP karena tidak berfungsi sebagai
pengawas produksi. Bagian pembelian tidak memerlukan LPBB dari bagian gudang,
karena yang seharusnya mengontrol bahan baku adalah bagian PPIC bukan bagian
pembelian. Para pengawas dalam proses produksi tidak memerlukan dokumen SPK,
karena pekerjaan mereka telah tercantum dalam JP.
Page 35
68
Pada dokumentasi CV. Parta Jaya, juga terdapat beberapa aktivitas pada
sistem produksi yang tidak menggunakan dokumen. CV. Parta Jaya tidak
mendokumentasi kebutuhan bahan baku, jumlah mesin dan pekerja yang diperlukan
dalam melakukan proses produksi, sehingga bagian PPIC dan manajer produksi
kesulitan merencanakan dan mengontrol proses produksi dan bahan baku.
Persediaan bahan baku dan barang jadi di gudang tidak terkontrol dengan baik
karena terdapat beberapa aktivitas yang, tidak menggunakan dokumen sebagai bukti
pendukung, yaitu: permintaan bahan baku dan bahan penolong dari bagian produksi
ke bagian gudang, permintaan pembelian bahan bajcu ke bagian pembelian, bagian
PPIC tidak mempunyai catatan mengenai persediaan bahan baku, penyerahan dan
penyimpanan barang jadi di gudang.
Pengontrolan pada proses produksi juga belum benar, yaitu: tidak adanya
dokumen pemindahan barang dalam proses produksi, sehingga tidak dapat diketahui
jumlah barang yang dipindah. Tidak ada dokumen yang melaporkan barang cacat,
sehingga kesulitan dalam melakukan perencanaan ulang produksi. Tidak ada
dokumen yang mencatat jam kerja karyawan secara langsung dan tidak langsung
untuk perhitungan biaya produksi. Tidak ada dokumen yang berupa laporan hasil
proses produksi sebagai pertanggung jawaban manajer produksi kepada manajer
urn urn.
Page 36
69
4.3.2.2 Dokumen Usulan
Berdasarkan pada evaluasi atas dokumen, penulis mengusulkan agar diberi
beberapa tambahan informasi pada dokumen, sebagai berikut:
1. Pada SPK diberi nomer SPK yang merupakan identitas dokumen untuk
penelusuran dokumen.
2. Pada LPBB diberi tambahan informasi identitas perusahaan, nomer LPBB sebagai
identitas dokumen, informasi kondisi kayu, serta tanda tangan bagian gudang
sebagai pembuat dokumen, dan tanda tangan manajer PPIC sebagai penerima
dokumen.
3. Dokumen JP dibuat sebagai jadwal dari proses produksi. Informasi waktu
pengiriman barang pada JP tidak dicantumkan. Pada JP tersebut diberi tambahan
informasi identitas perusahaan, nomer JP, tahap operasi, shift kerja, tanggal
pembuatan JP, nomer SPK, dan waktu selesainya suatu proses produksi, dan
tanda tangan manjer PPIC sebagai pembuat.
4. Pada LHP diberi tambahan informasi nomer LHP, nomer SPK, nomer bukti
pemindahan barang, nomer PO, model akhir yang diinginkan pemesan, kondisi
kayu yang diinginkan pemesan, jumlah yang telah selesai diproduksi dan otorisasi
dari manajer produksi.
5. Pada LP diberi tambahan informasi nomer LP, nomer SPK, nomer PO, model
akhir kayu, kondisi kayu, jumlah barang jadi yang baik maupun yang cacat dan
jumlah sisa pesanan. Keterangan no diganti menjadi shift kerja dan nama kolom
keterangan diganti menjadi pemesan.
Page 37
70
Dengan adanya perubahan struktur organisasi dan job description, maka perlu
dilakukan penyesuaian jumlah rangkap dokumen CV. Parta Jaya. SPK dan JP
memerlukan penambahan 1 rangkap yang diberikan kepada kepala produksi. LP
memerlukan penambahan 1 rangkap yang diberikan kepada bagian gudang sebagai
pelaporan penyerahan barang jadi yang masuk ke gudang. Dokumen LHP dikurangi 1
rangkap yang diberikan kepada bagian PPIC. Dokumen LPBB dikurangi 1 rangkap,
yang diberikan kepada bagian pembelian.
Berdasarkan evaluasi atas aktivitas sistem produksi yang tidak mempunyai
bukti pendukung dokumen, penulis mengusulkan daftar kebutuhan bahan baku yang
berisi kebutuhan bahan baku yang diperlukan, sehingga dapat dihindarkan terjadinya
pengembalian bahan baku dari bagian produksi ke bagian gudang. Penulis juga
mengusulkan daftar kegiatan produksi yang berisi jumlah karyawan dan mesin yang
diperlukan dalam memproduksi suatu produk.
Untuk mengontrol bahan baku dan bahan penolong di gudang, diusulkan bukti
permintaan bahan baku dan bahan penolong serta catatan bahan baku yang xjisimpan
oleh bagian PPIC. Diusulkan pula bukti permintaan pembelian bahan baku ke bagian
pemhelian untuk mengontrol jumlah bahan baku yang akan dibeli. Begitu pula untuk
mengontol barang jadi di gudang, diusulkan laporan penyerahan barang dan kartu
barang jadi.
Penulis mengusulkan beberapa dokumen baru yang mengontrol kegiatan
proses produksi, antara lain: bukti perpindahan barang yang dilampirkan pada setiap
perpindahan barang dalam proses produksi, untuk mengontrol jumlah barang yang
Page 38
71
dipindahkan. Laporan barang cacat, sebagai dasar untuk memproduksi ulang. Kartu
jam kerja yang mencatat jam kerja karyawan secara langsung untuk kepentingan
perhitungan biaya produksi. Laporan pembayaran gaji dari bagian personalia kepada
bagian akuntansi sebagai perhitungan biaya tenaga kerja tidak langsung. Sebagai
pertanggung jawaban manajer produksi kepada manajer umum atas hasil proses
produksi, penulis mengusulkan agar manajer produksi membuat laporan barang jadi,
yang berisi jumlah barang jadi yang telah selesai dan siap dikirim.
Dokumen-dokumen yang diusulkan untuk diberi tambahan informasi adalah:
1. SPK
SPK dibuat oleh bagian PPIC. SPK berisi perincian pesanan pelanggan yang
harus diproduksi. Dokumen SPK usulan dapat dilihat pada Gambar 4.8. SPK
dibuat sebanyak 4 rangkap, diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manajer produksi.
- Lembar kedua kepada kepala produksi.
- Lembar ketiga diarsip oleh bagian PPIC.
- Lembar keempat kepada manajer umum.
Page 39
72
Gambar 4.8. Usulan Dokumen SPK
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. RayaNgagel 121
Surat Perintah KerjaPO. No.
Commodity
No.
123456789
10
Size Tolerance Finishing Grade QttPCS M3
Shipment :
TanggalDisetujui Diketahui Oleh
(Manajer Umum) (Manajer Produksi) (Bagian PPIC
Keterangan:
• Identitas perusahaan: nama dan aiamat perusahaan.
• No. dok : nomer SPK.
PO.NO. : nomer surat pesanan pembelian dari pembeli.
Page 40
73
© Commodity
© No.
• Size
• Tolerance
© Finishing
© Grade
• Shipment
© Tanggal
© Oleh
© Disetujui
: merupakan informasi mengenai jenis kayu yang
diminta oleh pemesan.
: nomer urutan item.
: data mengenai ukuran panjang, lebar, dan tinggi kayu
yang diminta oleh pemesan.
: merupakan kelebihan atau kekurangan ukuran tinggi,
lebar dan panjang yang ditoleransi oleh pembeli.
: model akhir yang diinginkan oleh pemesan.
: kondisi kayu yang diinginkan oleh pemesan.
: jumlah kayu yang diminta oleh pemesan (dalam PCS
danM3).
: informasi mengenai kapan pesanan tersebut harus
dikirim.
: tanggal pembuatan SPK.
: tanda tangan manajer PPIC yang membuat SPK.
: diotorisasi oleh manajer umum.
2. JP
JP dibuat oleh manajer PPIC. JP berisi mengenai pekerjaan yang harus
dilakukan dalam suatu tahap proses produksi untuk menyelesaikan suatu
Page 41
74
produk. Dokumen JP usulan dapat dilihat pada Gambar 4.9. JP dibuat dalam 2
rangkap dan diberikan kepada:
Lembar pertama diberikan kepada kepala produksi untuk dibuat
salinan dan diberikan kepada tiap pengawas proses produksi.
- Lembar kedua diarsLp oleh bagian PP[C.
Gambar 4.9. Usulan Dokumen JP
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
JADWAL PRODUKSI
TahapOperasi : TanggalShift :
No.
123456789
10
No. SPK Pemesan JenisKayu
UkuranTebal |panjang( Lebar
JurrtahPCS M3
WaktuSelesai
Oleh:
(Bagian PPIC)
Keterangan :
• Identitas perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
Page 42
75
• No. dok
• Tanggal
« Tahap operasi
• Shift
• No.
o No. SPK
• Pemesan
<» Jenis kayu
• Tebal
• Panjang
• Lebar
• Jumlah
• Waktu selesai
• Oleh
: nomer dokumen JP.
: tanggal JP dibuat.
: nama tahap operasi.
: shift kerja pekerja.
: nomer urutan item.
: nomer SPK.
: nama pemesan yang memesan produk.
: nama jenis kayu dari pesanan.
: berisi informasi tentang tebal kayu.
: berisi informasi tentang panjang kayu.
: berisi informasi tentang lebar kayu.
: jumlah kayu yang harus diproses (dalam PCS dan
M3).
: waktu selesai menyelesaikan satu tahap operasi.
: tanda tangan manajer PPIC yang membuat JP.
3. Laporan Pemakaian Bahan Baku (LPBB).
LPBB dibuat oleh gudang bahan baku setiap bulan, untuk melaporkan
pengeluaran bahan baku. Dokumen LPBB usulan dapat dilihat pada Gambar
4.11. LPBB dibuat sebanyak 3 rangkap, diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada bagian PPC.
Page 43
76
Lembar kedua kepada bagian akuntansi.
Lembar ketiga diarsip oleh gudang bahan baku.
Gambar 4.10. Usulan Dokumen LPBB
CV. PARTA JAVAJl. Raya Ngagel 121
No. dok:
Laporan Pemakaian Bahan BakuBulan & Tahun
JenisKayu
Grade Ukuran JumlahPCS
(Total I!
M3
Yang Menerima: Oleh:
(Manajer PPIC) (Bagian Gudang)
Keterangan:
• Identitas perusahaan: nama perusahaan dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen LPBB
• Bulan dan tahun : memuat bulan dan tahun pembuatan dokumen LPBB.
Page 44
77
© Jenis kayu
• Grade
• Ukuran
o Jumlah
© Total
• Oleh© Yang menerima
: memuat informasi mengenai jenis kayu yang dipakai
dalam proses produksi.
: kondisi kayu.
: memuat data mengenai ukuran kayu yang dipakai
selama satu bulan tersebut dalam satuan inchi.
: memuat jumlah kayu yang dipakai dalam proses
produksi (dalam PCS dan M3).
: merupakan jumlah kayu (dalam pieces dan M3).
: tanda tangan bagian gudang yang membuat LPBB.
: tanda tangan manajer PPIC yang menerima LPBB.
4. LHP.
LHP dibuat oleh pengawas bagian yang merupakan akhir dari proses produksi
untuk suatu barang tertentu. Dokumen LHP usulan dapat dilihat pada Gambar
4.12. LHP dibuat sebanyak 2 rangkap, diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manajer produksi.
- Lembar kedua diarsip oleh pengawas.
Page 45
78
Gambar 4.11. Usulan Dokumen LHP
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
Laporan Hasil Produksi
Tanggal :Shift :No.
12
pj456789
10
No.KTPB
No.SPK
No.PO
JenisKayu
Finishing Grade UkuranTebaljPanjan^Lebar
Jurnlah selesaiPCS M3
Ket
Mengetahui Oleh
(Kepala Produksi) (Penga^g^ Praduksi)
Keterangan:
• Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen LHP.
• Tanggal
• Shift
• No.
• No. KTPB
: tanggal pembuatan LHP
: shift kerja.
: nomer urutan item.
: -nomer KTPB
Page 46
79
• No. SPK
• No. PO
• Jenis kayu
^ Finishing
o Grade
• Tebal
• Panjang
• Lebar
• Jumlah selesai
<» Ket
o Oleh
• Mengetahui
: nomer SPK.
: nomer SPP.
: memuat informasi mengenai jenis kayu.
: model akhir yang diminta oleh pemesan.
: kondisi kayu yang diminta oleh pemesan.
: berisi data mengenai tebal kayu.
: berisi data mengenai panjang kayu.
: berisi data mengenai lebar kayu.
: jumlah kayu yang selesai diproduksi (dalam PCS dan
M3).
: berisi informasi mengenai kekurangan barang jadi
dalam memenuhi pesanan pembeli.
: tanda tangan pengawas produksi yang membuat LHP.
: tanda tangan kepala produksi yang menyetujui LHP.
5. LP
LP dibuat oleh pengawas bagian pengepakan untuk melaporkan jumlah barang
baik yang di packing. Dokumen LP usulan dapat dilihat pada Gambar 4.12. LP
dibuat sebanyak 5 rangkap, diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manajer produksi.
- Lembar kedua kepada kepala produksi.
Page 47
80
Lembar ketiga kepada bagian akuntansi
Lembar keempat kepada ke bagian gudang.
Lembar kelima diarsip oleh bagian pengepakan
Gambar 4.13. Usulan Dokumen LP
CV. PARTA JAYA Na doleJI.RayaNgageM21
Lapcran Rertgepakan
Tanggal :Shift :
No.
123456789
10
NaSPK NaPO Perresan Finishing Grade UkranTebal Parjang Leber
JuriahBakPCS
JuniahCacatPCS m
9sa
Msngetahui Diterima Oeh
(Manajer Prockisi) (Bagian Gudang) (Pengawas Pengepakan)
Keterangan:
« Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen LP.
Tanggal : tanggal pembuatan LP
Page 48
81
• Shift
• No.
• No. SPK
• No. PO
• Pemesan
o Finishing
• Grade
o Tebal
o Panjang
o Lebar
o Jumlah baik
• Jumlah cacat
• Sisa
o Oleh
• Diterima
• Mengetahui
: shift kerja pekerja.
: nomer urutan item.
: nomer SPK.
: nomer SPP.
: nama pemesan.
: model akhir yang diminta oleh pemesan.
: kondisi kayu yang diminta oleh pemesan.
: berisi data mengenai tebal kayu.
: berisi data mengenai panjang kayu.
: berisi data mengenai lebar kayu.
: jumlah kayu baik yang telah dipacking (dalam PCS
danM3).
: jumlah kayu cacat (dalam PCS dan M3).
: sisa kayu yang hams diproduksi dalam memenuhi
pesanan.
: tanda tangan pengawas pengepakan yang membuat
LP.
: tanda tangan bagian gudang sebagai serah terima
barangjadi.
: tanda tangan manajer produksi yang menyetujui LP.
Page 49
82
Dokumen-dokumen baru yang diusulkan oleh penulis dalam sistem produksi
adalah:
1. Daflar Kebutuhan Bahan Baku (DKB)
DKB dibuat oleh bagian PPIC berdasarkan SPK. DKB berfungsi untuk
merencanakan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses produksi. Dokumen
DKB usulan dapat dilihat pada Gambar 4.13. DKB dibuat 2 rangkap dan
diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manajer produksi.
- Lembar kedua diarsip oleh bagian PPIC.
Keterangan:
• Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer DKB.
• Tanggal : tanggal DKB dibuat.
o Nomer SPK : nomer SPK.
• Jenis kayu : jenis kayu yang dibutuhkan.
• No. : nomer urutan item.
• Ukuran : ukuran kayu yang dibutuhkan.
• Grade : kondisi kayu yang diinginkan pemesan.
• Jumlah Jumlahkayuyangdibutuhkan (dalam PCS dan M3).
• Sisa produksi : jumlah sisa bahan yang ada di produksi.
• Oleh : tanda tangan bagian PPIC yang membuat DKB.
Page 50
83
• Diketahui
• Disetujui
: tanda tangan manajer produksi yang menyetujui DKB.
: tanda tangan manajer umum yang mengotorisasi
DKB.
Gambar 4.13. Usulan Dokumen DKB
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
Daftar Kebutuhan Bahan Baku
NomerSPK :Jenis Kayu :
Tanggal;
No.
123456789
10
Ukuran Grade Jumlah(PCS) (M3)
SisaProduksi
Disetujui Diketahui Oleh:
(Manajer Umum) (Manajer Produksi) (Bagian PPIC)
2. Daftar Kegiatan Produksi (DKP)
DKP dibuat oleh bagian PPIC berdasarkan SPK_ DKP merupakan perencanaan
jenis kegiatan produksi dan mesin yang digunakan untuk proses produksi.
Page 51
84
Dokumen DPK usulan dapat dilihat pada Gambar 4.15. DKP dibuar 2 rangkap
dan diberikan kepada:
- Lembar pertama kepada manaj er produksi.
- Lembar kedua diarsip oleh manajer PPIC.
Gambar 4.15. Usulan Dokumen DKP
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
Daftar Kegiatan Produksi
NomerSPK :Item SPK :Finishing
Tanggal:
No.123456789
10
Tahap Mesin Penjelasan
Disetujui Penerima Oleh:
(Manajer Umum) (Manajer Produksi) (Manajer PPIC)
Keterangan:
• Identitas Perusahaan : nama dan alamat perusahaan.
Page 52
85
• No. dok
• Tanggal
o Nomer SPK
o Item SPK
• Finishing
• No
© Tahap
© Mesin
• Penjelasan
• Oleh
© Penerima
© Disetujui
: nomer DKP.
: tanggal DKP dibuat.
: nomer SPK.
: nomer item yang ada pada SPK.
: model akhir kayu yang diinginkan oleh pemesan.
: nomer urutan item.
: tahap-tahap proses produksi yang hams dilakukan.
: mesin yang digunakan dalam proses produksi.
: penjelasan kegiatan produksi apabila diperlukan.
: tanda tangan manajer PPIC yang membuat DKP.
: tanda tangan manajer produksi yang menerima DKP.
: tanda tangan manajer umum yang mengotorisasi DKP.
3. Catatan Bahan Baku (CBB)
CBB dibuat oleh manajer PPIC sebagai catatan mengenai persediaan bahan
baku di gudang. CBB digunakan untuk mengontrol bahan baku digudang dan
sebagai informasi bahan baku yang tersedia saat itu di gudang. Dokumen CBB
usulan dapat dilihat pada Gambar 4.16. CBB dibuat sebanyak 1 rangkap dan
diarsip oleh manajer PPIC.
Page 53
86
Gambar 4.15. Usulan Dokumen CBB
JBISKAYU :
UKURAN TANQGALPCS M3
PENGB/EWLJANPCS M3
PEM4KAIANPCS M3
SALDO
PCS [ M3 J
Keterangan:
• Jenis kayu
• Ukuran
• Tanggal
: berisi informasi jenis kayu.
: ukuran kayu.
: tanggal bahan baku masuk dan keluar dari gudang.
Page 54
87
Terima
Pengembalian
Pemakaian
Saldo
: berisi informasi jumlah bahan baku yang diterima
(dalamPCSdanM3).
: berisi informasi jumlah bahan baku yang
dikembalikan kepada Supplier (dalam PCS dan M3).
: berisi informasi pemakaian bahan baku (dalam PCS
danM3).
: merupakan jumlah persediaan bahan baku yang ada di
gudang (dalam PCS dan M3).
4. Bukti Permintaan Pembelian (BPP)
BPP dibuat oleh manajer PPIC kepada bagian pembelian. BPP berisi data
mengenai bahan baku yang harus dibeli untuk memenuhi persediaan bahan baku
yang akan digunakan dalam proses produksi. Dokumen BPP usulan dapat
dilihat pada Gambar 4.17. BPP dibuat sebanyak 2 rangkap dan diberikan
kepada:
- Lembar pertama kepada bagian pembelian.
- Lembar kedua diarsip oleh manajer PPIC.
Page 55
88
Gambar4.16. Usulan Dokumen BPP
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
BUKTI PERMINTAAN PEMBELIAN
Tanggal :
No.
123456789
10
No. SPK JenisKayu
Grade Ukuran JumlahPCS M3
Disetujui Penerima Oleh
(Manajer Umum) (Bagian Pembelian) (Manajer PPIC)
Keterangan:
• identitas perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen BPP.
• Tanggal
• No
• No. SPK
: tanggal BPP dibuat
: nomer urutan item.
: nomer SPK.
Page 56
• Ukuran : memuat inforrriasi mengenai ukuran kayu yang
dibutuhkan untiik dibeli.
• Jumlah : jumlah bahan baku kayu yang dibutuhkan untuk dibeli
(dalam PCS dan M3).
• Oleh : tanda tangan bagian PPIC yang membuat BPP.
o Penerima : tanda tangan bagian pembelian yang menerima BPP.
• Disetujui : tanda tangan manajer produksi yang mengotorisasi
BPP.
5. Bukli Permintaan Bahan Baku. (BPBB)
BPBB dibuat oleh kepala produksi berdasarkan DKB. BPBB diberikan kepada
manajer produksi untuk diotorisasi kemudian diberikan kepada bagian gudang,
untuk mendokumentasi permintaan bahan baku yang dibutuhkan dalam proses
produksi. Dokurncn BPBB usulan dapat dilihat pada Gambar 4.17. BPBB
dibuat sehanyak 3 ran.gkap dan diberikan kepada:
Lembar pertarrsa diarsip oleh gudang bahan baku
Lembar keciua diberikan ke bagian produksi pada saat pengiriman
bahan baku.
Lembat ketiga kepada bagian PPIC.
Page 57
90
Gambar 4.17. Usulan Dokumen BPBB
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
Bukti Permintaan Bahan Baku
Tanggal:
No.
123456789
10
No. SPK JenisKayu
Ifauran Grade Jumlah DirrintaPCS M3
Jifrtah Diserahkan
PCS M3Jumlah SisaPCS | M3
Dikirim
L ke
Yang Menyerahkan: Oleh:
(Bagian Gudang) (Manner Produksi)
Keterangan:
• Identitas perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen BPBB.
• Tanggal
• No
• No SPK
: tanggal BPBB dibuat
: nomer urutan item.
: nomer SPK.
Page 58
91
• Jenis Kayu
• Ukuran
• Grade
: memuat informasi mengenai jenis kayu yang diminta.
: ukuran kayu yang diminta.
: kondisi kayu yang diminta oleh pemesan.
Jumlah diminta : jumlah bahan baku kayu yang diminta (dalam PCS
dan M3).
Jumlah diserahkan : jumlah bahan baku kayu yang diserahkan oleh bagian
gudang (dalam PCS dan M3)
: jumlah sisa bahan baku kayu yang belum dipenuhi
oleh bagian gudang (dalam PCS dan M3).
: tempat tujuan bahan baku dikirimkan
: tanda tangan manajer produksi yang pembuat BPBB.
• Jumlah sisa
• Dikirim ke
• Oleh
Yang menyerahkan : tanda tangan bagian gudang yang menyerahkan bahan
baku.
6. Bukti Permintaan Bahan Penolong (BPBP).
BPBP dibuat oleh kepada produksi. BPBP mencatat permintaan bahan penolong
yang dibutuhkan dalam proses produksi. BPBP diberikan kepada manajer
produksi untuk diotorisasi sebelum diberikan kepada bagian gudang. BPBP
dapat dilihat pada gambar 4.18. BPBP dibuat sebanyak 2 rangkap dan diberikan
kepada:
I^embar pertama diarsip oleh bagian gudang.
Page 59
92
Lembar kedua diberikan kepada bagian produksi bersamaan dengan
pengiriman bahan penolong.
Gambar 4.18 Usulan Dokumen BPBP
CV. PARTA JAVA NO. Dok.Jl. Raya Ngagel 121
Bukti Permintaan Bahan Penolong
Tanggal :
Yang Menyerahkan:
(Bagian Gudang)
No.
123456789
10
NamaBarang
Tipe Jumlah
Disetujui: Oleh:
(Manajer Produksi) (Kepala Produksi)
Keterangan:
• Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen BPBP.
• Tanggal
• No.
: tanggal BPBP dibuat.
: nomer urutan item.
Nama Barang : nama bahan penolong yang diminta.
Page 60
93
• Tipe : tipe bahan penolong yang diminta.
• Jumlah :jumlah bahan penolong yang diminta.
• Oleh : tanda tangan kepala produksi yang membuat BPPB.
• Disetujui : tanda tangan manajer produksi.
• Yang menyerahkan : tanda tangan bagian gudang.
7. Kartu Tenaga Kerja dan Perpindaban Barang (KTPB).
KTPB dibuat oleh kepala produksi. KTPB mencatat waktu dan jumlah barang
yang dipindahkan didalam proses produksi. KTPB dilampirkan pada setiap
pallet barang selama proses produksi. KTPB juga mencatat informasi mengenai
tenaga kerja secara langsung. Dokumen KTPB usulan dapat dilihat pada
Gambar 4.19. KTPB dibuat sebanyak 2 rangkap dan diberikan kepada:
- Lembar pertama diarsip oleh bagian PPIC
Lembar kedua diberikan kepada bagian akuntansi
Keterangan:
• Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen KTPB.
o Nomer SPK
o Tanggal
• Jenis kayu
• Grade
: nomer SPK.
: tanggal KTPB dibuat.
: nama jenis kayu yang dipindahkan
: kondisi kayu.
Page 61
94
Gambar 4.19. Usulan Dokumen KTPB
CV. PARTA JAYA No. dok :Jl Raya Ngagel 121
KARTU JAM KERJA & PEMINDAHAN BARANGJenis Kayu : Nomer SPKGrade : Tanggal :Ukuran :Finishing :
No.
123456789
10
Tahap Operasi JumlahPCS M3
MulaiTanggal| Waktu
SelesaiTanggal| Waktu
LamaKerja
JumlahSisa
JumlahPekerja
Pengawas
Oleh:
(Kepala Produksi)
• Ukuran
• Finishing
• No.
• Tahap operasi
o Jumlah
• Mulai
• Selesai
• Lama kerja
: ukuran kayu yang dipindahkan.
: jenis finishing yang tercatat pada SPK.
: nomer urutan item.
: tahap-tahap proses produksi yang dilakukan.
: jumlah barang yang dipindah (dalam PCS dan M3).
: tanggal dan waktu mulai suatu tahap proses produksi.
: tanggal dan waktu selesai suatu tahap proses produksi.
: waktu yang diperlukan dalam suatu tahap operasi
Page 62
95
• Jumlah sisa : jumlah sisa bahan dalam produksi.
• Jumlah pekerja : jumlah pekerja yang melakukan tahap operasi.
• Pengawas : nama pengawas yang mengisi KTPB.
• Oleh : tanda tangan kepala produksi yang membuat KTPB.
8. Laporan Pemakaian Bahan Penolong (LPBP).
LPBP dibuat oleh bagian gudang untuk melaporkan pemakaian bahan penolong.
LPBP dibenkan kepada bagian PPIC sebagai pengontrol bahan penolong. LPBP
dapat dilihat pada gambar 4.20. LPBP dibuat sebanyak 3 rangkap dan dibenkan
kepada:
- Lembar pertama kepada bagian PPIC.
Lembar kedua kepada bagian akuntansi.
- Lembar ketiga diarsip oleh bagian gudang.
Keterangan:
• Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen LPBP.
• Tanggal : tanggal LPBP dibuat.
• No. : nomer urutan item.
• Nama Barang : nama bahan penolong yang digunakan.
• Tipe : tipe bahan penolong yang digunakan.
• Jumlah : jumlah bahan penolong yang digunakan
Page 63
96
Gambar 4.20 Dokumen LPBP
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
Laporan Pemakaian Bahan PenolongBulan & Tahun
No
Yang
(Bagia
NamaBarang
Vlenerima:
n PPIC)
Tipe Jumlah
{{Total
Oleh:
(Bagian Gudang)
• Oleh : tanda tangan bagian gudang yang membuat LPPB.
• Yang menerima : tanda tangan bagian PPIC.
9. Laporan Pembayaran Gaji (LPG).
LPG dibuat oleh bagian personalia dan diberikan kepada bagian akuntansi
sebagai perhitungan biaya tenaga kerja tidak langsung. Dokumen LPG dapat
dilihat pada gambar 4.21.
Page 64
97
Gambar 4.21 Usulan Dokumen LPG
CV. PARTA JAVAJl. Raya Ngagel 121
Laporan Pembayaran Gaji
Tanggal:
No. dok:
No Keterangan Jumlah
||Total ||Yang Menerima: Oleh:
(Bagian Akuntansi) (Bagian Personalia)
Keterangan:
• Identitas Perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen LPG.
• Tanggal
• No.
• Keterangan
• Jumlah
: tanggal LPG dibuat.
: nomer urutan item.
: keterangan atau informasi mengenai pembayaran gaji.
: jumlah pembayaran gaji.
Page 65
98
o Oleh : tanda tangan bagian personalia yang membuat LPG.
• Yang Menerima : tanda tangan bagian akuntansi.
10. Kartu Barang Jadi. (KBJ)
KBJ dibuat oleh bagian gudang berdasarkan LP untuk mencatat jumlah barang
jadi yang ada di gudang, dikelompokkan berdasarkan SPK. KBJ digunakan
untuk mengontrol apakah produksi telah memenuhi suatu SPK. Dokumen KBJ
usulan dapat dilihat pada Gambar 4.22. KBJ dibuat sebanyak 1 rangkap dan
diarsip oleh bagian gudang.
Gambar 4.22. Usulan Dokumen KBJ
CV. PARTA JAVAJl. Raya Ngagel 121
Kartu Barang JadiNo. SPK :No. PO :Pemesan :Jenis Kayu :
UkuranTebal Panjangj Lebar
Finishing Grade TanggalMasuk
TanggalKeluar
JumlahPCS M3
Page 66
99
Keterangan:
o Identitas perusahaan : nama dan alamat perusahaan.
• No. SPK : nomer SPK.
• No. PO
• Pemesan
• Jenis kayu
• Tebal
• Panjang
• Lebar
• Finishing
• Grade
• Tanggal masuk
• Tanggal keluar
• Jumlah
: nomer SPP.
: nama pemesan.
: jenis kayu yang diminta oleh pemesan.
: tebal kayu yang diminta oleh pemesan sesuai SPK.
: panjang kayu yang diminta pemesan sesuai SPK.
: lebar kayu yang diminta pemesan sesuai SPK.
:model akhir yang tercatat pada SPK.
: kondisi kayu.
: tanggal barang jadi masuk ke gudang.
: tanggal barang jadi keluar dan gudang.
: jumlah barang jadi (dalam PCS dan M3).
11. Laporan Barang Jadi (LBJ).
LBJ dibuat oleh manajer produksi sebagai pertanggung jawaban kepada
manajer umum. LBJ berisi mengenai jumlah barang jadi sesuai dengan SPK.
Dokumen LBJ usulan dapat dilihat pada Gambar 4.23. LBJ dibuat 2 rangkap
dan diberikan kepada:
Iembar pertama kepada manajer umum.
Page 67
100
Lembar kedua diarsip oleh manajer produksi.
Gambar 4.23. Usulan Dokumen LBJ
CV. PARTA JAVA No. dok:Jl. Raya Ngagel 121
Laporan Barang Jadi
No. SPK : TanggalNo. POJenis KayuNo.
123456789
10
UkuranTebal Panjang Lebar
Finishing Grade Jumlah PesanPCS M3
Jumlah JadiPCS M3
Disetujui Oleh
(Manajer Umum) (Manajer Produksi)
Keterangan:
• Identitas perusahaan: nama dan alamat perusahaan.
• No. dok : nomer dokumen LBJ.
• Tanggal
• No. SPK
• No. PO
: tanggal LBJ dibuat.
: nomer SPK.
: nomer SPP.
Page 68
101
Jenis kayu
No.
Jumlah jadi
Oleh
Disetujui
: jenis kayu yang diminta oleh pemesan.
: nomer urulan item.
: jumlah kayu yang telah selesai (dalam PCS dan M3).
: tanda tangan manajer produksi yang membuat LBJ.
: tanda tangan manajer umum yang menyetujui LBJ.
4.3.3. Evaluasi dan Usulan Context Diagram Sistem Produksi
4.3.3.1 Evaluasi Context Diagram Sistem Produksi
Pada context diagram yang lama, permintaan pembelian bahan baku dari
sistem produksi ke bagian pembelian dilakukan secara lisan. Tidak terdapat laporan
mengenai hasu1 produksi ke manajer umum sebagai pertanggung jawaban sistem
produksi. Terdapat kelebihan informasi yang disampaikan sistem produksi ke bagian
pembelian.
4.3.3.2 Usulan Context Diagram Sistem Produksi.
Gambar 4.24 Usulan Context Diagram
Page 69
102
Berdasarkan pada evaluasi context diagram, maka usulan context diagram
dapat dilihat pada gambar 4.24. Penulis mengusulkan agar permintaan pembelian
bahan baku oleh sistem produksi ke bagian pembelian menggunakan BPP. LBJ
diusulkan untuk diberikan kepada manajer umum sebagai pertanggung jawaban
sistem produksi. Penulis juga mengusulkan untuk tidak memberikan LPPB kepada
bagian pembelian, karena bagian pembelian tidak mengontrol bahan baku di gudang.
Diusulkan pula agar LPG dari bagian personalia diberikan pada sistem akuntansi
produksi sebagai perhitungan biaya overhead.
4-3.4 Evaluasi dan Usulan PFD Sistem Produksi
4.3.4.1 Evaluasi DFD Sistem Produksi
Pada DFD CV. Parta Jaya, terdapat beberapa kelemahan. Aktivitas
perencanaan dan penjadwalan tidak menghasilkan dokumen perencanaan kebutuhan
bahan baku dan kegiatan produksi. Permintaan pembelian bahan baku dan permintaan
bahan baku serta bahan penolong dilakukan secara lisan pada aktivitas perencanaan
dan penjadwalan. Aktivitas operasi produksi tidak mendokumentasi perpindahan
barang dalam aktivitas operasi produksi, maupun dari aktivitas operasi produksi ke
aktivitas pengepakan. Aktivitas operasi produksi juga tidak mendokumentasi jam
kerja secara langsung. Aktivitas pengontrolan tidak mencatat persediaan bahan baku
untuk mengontrol bahan baku di gudang, dan melakukan dokumentasi atas barang
jadi sebagai pertanggung jawaban . kepada manajer umum. Tidak adanya
pendokumentasian jam tenaga kerja tidak langsung.
Page 70
103
Berdasarkan pada usulan struktur organisasi, job description, dan dokumen,
maka diusulkan pula perubahan pada DFD CV. Parta Jaya. Pada DFD yang lama
hanya terdapat 4 aktivitas, dimana penyimpanan dan pengepakan menjadi satu
aktivitas. Permintaan bahan baku kepada aktivitas penyimpanan dilakukan oleh
aktivitas perencanaan dan penjadwalan, dimana hal tersebut bukan tugas aktivitas
perencanaan dan penjadwalan.
Dokumen LPBB dari aktivitas penyimpanan tidak perlu diberikan kepada
bagian pembelian karena bagian pembelian, tidak berfungsi sebagai pengontroal
bahan baku. Aktivitas pengepakan tidak mendokumentasi penyerahan barang jadi ke
aktivitas penyimpanan sebagai dasar untuk manghasilkan KBJ.
4JA.2 Usulan DFD Sistem Produksi
Berdasarkan evaluasi atas DFD, penulis mengusulkan agar ditarabahkan satu
aktivitas pada DFD, sehingga DFD mempunyai 6 aktivitas, yaitu:
1. Aktivitas perencanaan dan penjadwalan.
2. Aktivitas operasi produksi.
3. Aktivitas pengepakan.
4. Aktivitas penyimpanan.
5. Aktivitas pencatatan.
6. AktiVitas.pengQntroIan.
Berdasatkan pada usulan strukturorganisasi, job description dan dokumen,
tugas dari masing-masing aktivitas pada DFD juga diusulkan berubah. Permfntaan
Page 71
104
bahan baku tidak lagi dilakukan pada aktivitas perencanaan dan penjadwalan, tetapi
dilakukan pada aktivitas operasi produksi.
Aktivitas perencanaan dan penjadwalan diusulkan untuk menghasilkan daftar
kebutuhan bahan baku (DKB) dan daftar kegiatan produksi (DKP) untuk
mendokumentasi permintaan bahan baku (BPBB), serta diusulkan untuk
mendokumentasi permintaan bahan penolong (BPBP). BPBB dan BPBP diserahkan
kepada aktivitas penyimpanan. Untuk mengurangi pemborosan dokumen, diusulkan
agar LPBB dari aktivitas penyimpanan tidak diberikan kepada bagian pembelian.
Penulis mengusulkan agar aktivitas operasi produksi mendokumentasi
perpindahan barang dan pencatatan jam kerja langsung dalam proses produksi
(KTPB). KTPB diberikan kepada aktivitas pengepakan dan diteruskan kepada
aktivitas pengontrolan sebagai pengontrolan bahwa proses produksi berjalan sesuai
dengan yang direncanakan. KTPB juga diberikan kepada bagian akuntansi sebagai
pencatatan biaya jam kerja langsung. Sebagai pencatatan jam kerja tidak langsung,
diusulkan agar mendokumentasi laporan pembayaran gaji dari bagian personalia ke
bagian akuntansi.
LP yang dihasilkan oleh aktivitas pengepakan diusulkan agar diserahkan
kepada aktivitas penyimpanan sebagai bukti penyerahan barang jadi. Untuk
mengontrol aktivitas penyimpanan, aktivitas pengontrolan mencatat persediaan bahan
baku pada CBB. Sebagai pertanggung jawaban kepada manajer umum, aktivitas
pengontrolan diusulkan untuk mendokumentasi laporan barang jadi kepada manajer
umum.
Page 72
105
Berdasarkan atas evaluasi dan usulan DFD, gambar usulan DFD dapat dilihat
pada Gambar 4.25. di bawah ini, penjelasan usulan DFD adalah sebagai berikut:
Gambar 4.25. Usulan DFD
r,BagianPemasaran
SPP
ManagerUmum
SPKdan SPP
1.0
- SPKDKP i - -
SPK-r- - T DKB
T /'—_•'—~y -»• BPBP
BPP " * — f Perencanaan&
yPenjadwalan/
BPP
SPK, DKB, / 2 0
"" DKP & JP •*! OperasiProduksi
BPBB
DKB
JP DKP
IPembelian
\ "*• LHP
\
^ /*-_L™B KTPB
KBJ „./ 3.0I Penyimpanan j
- A
\ \ Personalia J _ ^ G _
I ManagerUmum
Aktivitas perencanaan dan penjadwalan menerima SPP dari bagian
pemasaran. Berdasarkan SPP, aktivitas perencanaan dan penjadwalan
Page 73
106
mendokumentasi surat perintah kerja, kebutuhan bahan baku, kegiatan produksi dan
jadwal produksi, kemudian SPK dan SPP diserahkan kepada manajer umum. SPK,
DKB, DKP dan JP diserahkan kepada aktivitas operasi produksi. Aktivitas
perencanaan dan penjadwalan juga mendokumentasi permintaan pembelian bahan
baku. BPP diserahkan kepada bagian pembelian.
Berdasarkan DKB, aktivitas operasi produksi mendokumentasi permintaan
bahan baku dan bahan penolong. BPBB dan BPBP diserahkan kepada aktivitas
penyimpanan. Berdasarkan SPK, DKP, dan JP dari aktivitas perencanaan dan
penjadwalan, aktivitas operasi produksi melakukan proses produksi dan
mendokumentasi perpindahan barang, jam kerja langsung, dan hasil produksi.
Dokumen KTPB diberikan kepada bagian akuntansi sebagai perhitungan biaya tenaga
kerja langsung dan diberikan kepada aktivitas pengepakan sebagai pencatatan
perpindahan barang. Bagian akuntansi juga mencatat jam kerja tidak langsung
berdasarkan LPG dari bagian personalia. LHP diberikan kepada aktivitas
pengontrolan sebagai laporan hasil produksi dan melengkapi informasi pada LHP.
Berdasarkan pada BPB, aktivitas pengepakan mendokumentasi pengepakan
dan perpindahan barang. LP diberikan kepada bagian akuntansi, aktivitas
penyimpanan dan aktivitas pengontrolan. Begitu pula dengan KTPB diberikan kepada
aktivitas pengontrolan.
Berdasarkan BPBB dan BPSB dari aktivitas operasi produksi, aktivitas
penyimpanan mencatat pada KBB. Berdasarkan KBB, aktivitas penyimpanan
mendokumentasi pemakaian bahan baku. LPBB diserahkan kepada aktivitas
Page 74
107
pengontrolan. Rangkap BPBB dan BPSB dari aktivitas operasi produksi diserahkan
kepada aktivitas pengontrolan. Berdasarkan LP dari aktivitas pengepakan, aktivitas
penyimpanan mencatat pada KBJ.
Berdasarkan BPBB, BPSB dan LPBB, aktivitas pengontrolan
mendokumentasi persediaan bahan baku. CBB diarsip oleh aktivitas pengontrolan.
Berdasarkan LHP dan LP, aktivitas pengontrolan mendokumentasi hasil produksi.
Sebagai pertanggung jawaban manajer produksi, LBJ diserahkan kepada manajer
umum.
4.3.5. Evaluasi dan Usulan Prosedur Sistem Produksi
4J.S.I Evaluasi Prosedur Sistem Produksi
Prosedur lama tidak membuat perencanaan bahan baku dan kegiatan produksi,
sehingga manajer produksi mengalami kesulitan dalam melakukan proses produksi
secara efektif dan efisien. Manajer produksi meminta bahan baku dan bahan penolong
secara lisan kepada bagian gudang, tanpa menggunakan dokumen. Sehingga bahan
baku di gudang tidak terkontrol. Bagian PPIC sebagai pengontrol bahan baku tidak
memiliki catatan untuk memantau jumlah bahan baku yang tersedia di gudang. LPBB
yang dibuat oleh bagian gudang bahan baku tidak perlu diberikan kepada bagian
pembelian, karena bagian pembelian tidak bertugas untuk mengontrol bahan baku di
gudang.
Tugas manajer produksi yang membuat JP tidak sesuai dengan fungsi manajer
produksi. Seharusnya pembuatan JP dilakukan oleh bagian perencanaan. Prosedur
Page 75
108
permintaan pembelian bahan baku kepada bagian pembelian dilakukan oleh manajer
produksi. Hal ini tidak tepat, karena manajer produksi tidak memiliki informasi
persediaan bahan baku digudang. Lagi pula, aktivitas ini dilakukan secara lisan
sehingga tidak ada bukti tertuJis yang mendapat otorisasi dari atasan.
Pada prosedur lama manajer produksi membuat salinan SPK yang diberikan
kepada masing-masing pengawas. Dengan adanya JP dan usulan dokumen BPB,
informasi SPK tidak dipedukan lagi oleh pengawas. Perpindahan barang pada proses
produksi tidak disertai dokumen, sehingga tidak dapat mengetahui informasi jumlah
dan waktu menyelesaikan barang tersebut. Tidak terdapat informasi untuk
perhitungan jam tenaga kerja langsung dan tidak langsung.
SPK yang dibuat oleh bagian PPC tidak diketahui terlebih dahulu oleh
manajer produksi. Pembuatan LHP yang dilakukan oleh pengawas tidak diotorisasi
oleh atasan secara langsung. LHP dan LP yang pada diberikan kepada bagian PPC
tidak diperlukan, karena bagian PPIC tidak berfungsi untuk mengawasi proses
produksi. Penyerahan barang jadi dari bagian pengepakan ke bagian gudang pada
prosedur lama tidak ada bukti tertuJis. Tidak terdapat pencatatan jumlah barang jadi
di gudang. Tidak adanya pertanggung jawaban dari manajer produksi ke manajer
umum atas hasil produksi.
4.3.5.2 Usulan Prosedur Sistem Produksi
Penulis mengusulkan agar dilakukan perencanaan kebutuhan bahan baku dan
kegiatan produksi oleh bagian PPIC dan diotorisasi oleh manajer umum. DKB dan
Page 76
109
DKP sebagai acuan bagi manajer produksi dalam melakukan proses produksi.
Aktivitas permintaan bahan baku dan bahan penolong diusulkan agar disertai
dokumen pendukung yaitu BPBB dan BPBP. Penulis mengusulkan agar pcmbuatan
JP dilakukan oleh bagian PPIC sebagai pcrencanaan kegiatan produksi.
Penulis mengusulkan agar permintaan pembelian bahan baku kepada bagian
pembelian dilakukan oleh bagian PPIC, dengan menggunakan dokumen BPP yang
diotorisasi oleh manajer umum. Bagian PPIC membuat BPP berdasarkan CBB yang
merupakan catatan jumlah bahan baku yang tersedia di gudang.
Salah satu rangkap LPBB yang diberikan kepada bagian pembelian diusulkan
untuk tidak dibuat. Begitu pula SPK tidak perlu dibuat salinan untuk setiap pengawas,
sebagai gantinya dibuat KTPB yang memuat informast barang yang harus diproduksi.
Penulis mengusulkan agar KTPB yang dibuat oleh kepala produksi disertakan
pada barang dan diisi oleh setiap pengawas mulai dari pengiriman bahan baku ke
bagian pembahanan sampai ke bagian pengepakan. Penulis juga mengusulkan agar
LPG dari bagian personalia diserahkan ke bagian akuntansi sebagai perhitungan biaya
tenaga kerja tidak langsung.
Penulis mengusulkan agar SPK diketahui terlebih dahulu oleh manajer
produksi sebelum diotorisasi oleh manajer umum. Begitu pula LP seharusnya ditanda
tangani oleh bagian gudang sebagai bukli penyerahan barang jadi. Penulis
mengusulkan agar dibuat langkah baru mengenai pcmbuatan LBJ sebagai
pertanggung jawaban manajer produksi kepada manajer umum Untuk pengontroi
barang jadi di gudang, diusulkan agar dibuat pencatatan barang jadi pada KBJ.
Page 77
110
Usulan prosedur sistem produksi dapat dilihat pada Gambar 4.25., 4.26., 4.27.,
dan 4.28. Penjelasan untuk gambar usulan prosedur sistem produksi adalah sebagai
berikut:
1. Sistem produksi dimulai pada saat bagian PPIC menerima SPP dari bagian
pemasaran. Bagian PPIC kemudian membuat perkiraan perencanaan kebutuhan
bahan baku secara garis besar. Perkiraan perencanaan bahan baku tersebut
dicocokan dengan CBB. Jika bahan baku mencukupi, maka bagian PPIC
membuat SPK 4 rangkap, DKB 2 rangkap, dan DKP 2 rangkap. Jika bahan baku
tidak mencukupi, bagian PPIC kemudian mengkonfirmasikan kepada bagian
pemasaran untuk diterukan ke pemesan. Jika pemesan setuju, maka bagian PPIC
membuat BPP 2 rangkap berdasarkan DKB.
2. SPK, DKB, DKP, SPP dan KTPB diserahkan kepada manajer produksi untuk
diketahui dan ditanda tangani, kemudian diserahkan kepada manajer umum untuk
diperiksa dan mengotorisasi SPK. Kemudian SPK lembar ketiga dan SPP diarsip
oleh manajer umum. SPK lembar pertama, kedua, dan ketiga, DKB, DKP, dan
BPP masing-masing 2 rangkap dikembalikan ke bagian PPIC.
3. BPP lembar pertama diberikan kepada bagian pembelian dan lembar kedua
diarsip oleh bagian PPIC. SPK, DKB dan DKP lembar pertama diberikan kepada
manajer produksi. SPK lembar kedua diberikan kepada kepala produksi.
4. Berdasarkan SPK, DKB, dan DKP lembar kedua, bagian PPIC membuat JP 2
rangkap. JP lembar pertama diberikan kepada kepala produksi dan lembar kedua
diarsip oleh bagian PPIC.
Page 78
11
5. Berdasarkan JP dari bagian PPIC, kepala produksi membuat salinan JP kepada
setiap pengawas proses produksi, sebagai acuan dalam melakukan proses
produksi.
6. Berdasarkan DKB lembar pertama, kepala produksi membuat BPBB 3 rangkap
yang dibenkan kepada bagian gudang untuk meminta bahan baku. Sebelum
diberikan kepada bagian gudang, BPBB beserta dengan BPP discrahkan kepada
manajer produksi untuk diotorisasi.
7. Berdasarkan pada BPBB, bagian gudang menyiapkan bahan baku yang diminta,
mencatat pengeluaran bahan baku pada KBB dan menginmkan bahan baku.
BPBB lembar pertama diarsip oleh bagian gudang, BPBB lembar kedua diberikan
kepada kepala produksi beserta dengan barangnya, BPBB lembar ketiga diberikan
kepada bagian PPIC.
8. Berdasarkan pada KBB, bagian gudang setiap bulan membuat LPBB 3 rangkap.
LPBB diberikan kepada bagian PPIC untuk diperiksa dan diotorisasi, kemudian
LPBB lembar pertama diarsip oleh bagian PPIC. LPBB lembar kedua dan ketiga
dikembalikan kepada bagian gudang. LPBB lembar kedua dibenkan kepada
bagian akuntansi dan lembar ketiga diarsip oleh bagian gudang.
9. Berdasarkan pada BPBB lembar kedua, kepala produksi membuat KTPB yang
dilampirkan pada bahan baku, kemudian bahan baku dikirim ke bagian
pembahanan beserta dengan KTPB 2 rangkap.
Page 79
12
10. Bcrdasarkan salinan JP, KTPB, dan bahan baku yang terscdia, bagian
pembahanan memulai proses produksi. KTPB diisi pada saat mulai dan selesai
suatu tahap proses produksi.
ll.Setelah proses produksi pembahanan selesai dilakukan, barang dalam proses
beserta dengan KTPB dikirim ke bagian pemodelan. Pada bagian pemodelan
dilakukan aktivitas yang sama seperti pada bagian pembahanan.
12. Setelah proses produksi selesai, pengawas produksi dimana proses produksi
berakhir membuat LHP 2 rangkap berdasarkan KTPB. LHP diberikan kepada
kepala produksi untuk meiengkapi informasi pada LHP dan mengotorisasi LHP.
Kemudian LHP lembar pertama diarsip oleh kepala produksi dan LHP lembar
kedua dikembalikan dan diarsip oleh pengawas produksi. KTPB dan barang jadi
dikirim ke bagian pengepakan.
13. Bagian pengepakan melakukan quality control pada barang jadi. Barang jadi yang
baik dipacking. Pengawas bagian pengepakan kemudian membuat LP 5 rangkap.
Pada LP dicatat informasi mengenai barang cacat.
14. LP diberikan kepada produksi untuk meiengkapi informasi, kemudian diberikan
kepada manajer produksi untuk diotonsasi. Kemudian LP lembar pertama diarsip
oleh manajer produksi LP lembar kcdua diberikan kepada kepala produksi. LP
lembar ketiga diberikan kepada bagian gudang beserta dengan barang jadi. LP
lembar keempat dan KTPB lembar kedua diberikan kepada bagian akuntansi. LP
lembar kelima diarsip oleh bagian pengepakan. KTPB lembar periama diberikan
kepada bagian PPIC.
Page 80
Man
ajei
Pro
duks
i •
Bag
ioni
PP
IC
I K
epal
a P
roci
uksi
0Jr
Gam
bar
4.26
. U
sula
n Pr
osed
ur S
iste
m P
rodu
ksi
TB
agia
n G
udan
gP
emba
hana
ni
Bag
ian
pem
odel
arB
agia
n Q
C &
Pen
gepa
kan
Bag
ian
Aku
ntan
si
Page 81
Gam
bar
4.27
. Usu
lan
Pros
edur
Sis
tem
Pro
duks
i (l
anju
tan)
Man
ajer
Um
um
Man
ajer
Pro
duks
iB
agia
n G
udan
gB
agia
nP
emba
hana
nB
agia
n pe
mod
elan
Bag
ian
QC
&P
enge
paka
nB
agia
n A
kunt
ansi
Page 82
Gam
bar
4.28
. Usu
lan
Pros
edur
Sis
tem
Pro
duks
i (l
anju
tan)
Man
ajer
Um
umM
anaj
er P
rodu
ksi
I B
agia
n P
PIC
Kep
ala
Pro
duks
iB
agia
n G
udan
gB
agia
nP
emba
hana
nB
agia
n p
emod
elan
Bag
ian
QC
&P
enge
paka
nB
agia
nA
kurr
tans
l
1 BP
BB
'
Mem
bu.
« K
TPS
,
KTP
B 6 uipe
rihaa
^ d
ioto
nta
ti/
LHP
|
Page 83
Gam
bar
4.29
. U
sula
n Pr
osed
ur S
iste
m P
rodu
ksi
(lan
juta
n)
Ma
na
jw
Um
um
M
anaj
or
Pro
du
ksi
Bag
ian
PP
ICK
epal
a P
rod
uks
iB
agla
n G
ud
ang
Bog
Ian
Pem
bah
anan
Bag
lan
pem
od
elan
Bag
ian
QC
&P
eng
epak
anB
agia
n A
kun
tan
si
KTP
B
Opn
tkis
t 7
© ©
LP
\at
BPB
P
t*n
»npt
ftOJO
Oht
bt*
BP
BP
1.P
LP
1 KTP
B
/Ju
nal
buy>
7
l«^8
/
Page 84
Gam
bar
4.30
. U
sula
n Pr
osed
ur S
iste
m P
rodu
ksi
(lan
juta
n)tf
anaj
er U
mum
Man
ajer
Pro
duks
i j
Bag
ian
PP
ICK
epal
a P
rodu
ksi
Bag
ian
Gud
ang
Bag
ian
Pem
baha
nan
Bag
ian
pem
odel
anB
agia
n Q
C &
Pen
gepa
kan
Bag
ian
Aku
ntan
si
\T7
I
LP
BP
'
BP
BP
BP
BP
1
T M#n
y*p
ktn
&m
tngW
mki
nb
ahtn
BP
BP
\
LPG
Jurn
aibt
oyi
ten
igt
ker]
a td
kla
ngsu
ng >
Page 85
118
15. Berdasarkan pada LP, manajer produksi membuat LBJ 2 rangkap. LBJ diberikan
kepada manajer umum untuk diotorisasi sebagai pertanggung jawaban manajer
produksi kepada manajer umum, kemudian LBJ lembar pertama diarsip oleh
manajer umum, sedangkan LBJ lembar kedua diberikan kepada manajer produksi.
4.3.6 Kebijakan Akuntansi
Kebijakan akuntansi pada CV. Parta Jaya masih terdapat kekurangan yaitu
tidak dilakukan pencatatan pada pemakaian bahan penolong, tenaga kerja langsung,
dan tenaga kerja tidak langsung. Berdasarkan pada usulan dokumen dan prosedur,
maka pencatatan yang diusulkan adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan LPBP, pencatatan pemakaian bahan penolong adalah:
Biaya overhead - bahan penolong xxx
Persediaan bahan penolong xxx
2. Berdasarkan KTPB, pencatatan tenaga kerja langsung adalah:
Barang dalam proses - biaya tenaga kerja langsung xxx
Gaji dan upah xxx
3. Berdasarkan LPG, pencatatan tenaga kerja tidak langsung adalah:
Biaya overhead - biaya tenaga kerja tidak langsung xxx
Gaji dan upah xxx
4.3.6 Penomeran Dokumen
CV. Parta Java tidak memben nomer pada dokumen. Dengan tidak adanya
penomeran dokumen, dapat mengakibatkan kesalahan dalam pengolahan dokumen
Page 86
19
dan kesulitan dalam mencari dokumen tertentu. Penomeran pada dokumen sangat
penting bagi aktivitas pengolahan data, seperti pencarian catatan tertentu,
penyimpanan catatan, dan pemutakhiran data dalam suatu arsip dokumen.
Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis mengusulkan agar CV. Parta Jaya
menggunakan penomeran pada dokumen internal sebagai berikut:
AAAA-HH-HHH
Keterangan:
- 4 digit pertama merupakan informasi nama dokumen.
- 2 digit pertama merupakan informasi tahun pembuatan dokumen yang diambil dari
2 angka tahun terakhir.
- 3 digit terakhir merupakan informasi nomer dokumen seeara berurutan mulai dari
001 sampai999.
Contoh:
- SPK ke-50, pembuatan tahun 2001 diberi nomer SPK-01050.
- LHP kc-123, pembuatan tahun 1999 diberi nomer LHP-99123.