Top Banner
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pra Survey Data prasurvey diperoleh dari hasil penyebaran angket, hasil dari wawancara dan observasi sesuai dengan masalah yang teliti. Penyebaran angket dilakukan terhadap siswa Sekolah Dasar kelas VI yang tersebar di 7 Kecamatan Kabupaten Sumedang yang masing-masing kecamatan diwakili oleh dua SD sesuai dengan sample penelitian yang telah ditetapkan. Selain melalui angket, kegiatan prasurvey juga dilakukan melalui observasi dan wawancara. Observasi dilakukan kepada subjek penelitian sesuai dengan jumlah sample yang telah direncanakan, yaitu 14 Sekolah Dasar. Wawancara dilakukan kepada 14 orang guru pendidikan jasmani dan 14 orang Kepala Sekolah SD yang tersebar di 7 Kecamatan Kabupaten Sumedang. Hasil dari pengolahan data kegiatan pra survey dari setiap instrument penelitian seperti angket, observasi, dan wawancara tersebut sesuai dengan permasalahan penelitian, kemudian dijadikan dasar pertimbangan untuk pengembangan model pembelajaran kuantum dalam pendidikan jasmani yang berbasis kompetensi. Hasil penelitian ini difokuskan untuk melihat enam hal berikut: (1) Kondisi pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar saat ini, (2) Proses pengembangan model pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, (3) Model Pembelajaran Kuantum Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, (4) Implementasi Pembelajaran Kuantum pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, (5) Dampak pembelajaran kuantum terhadap peningkatan hasil belajar pendidikan jasmani, dan (6) Efektivitas Pembelajaran Kuantum dalam pendidikan jasmani.
118

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

Dec 08, 2016

Download

Documents

dangthien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian Pra Survey

Data prasurvey diperoleh dari hasil penyebaran angket, hasil dari wawancara dan

observasi sesuai dengan masalah yang teliti. Penyebaran angket dilakukan terhadap

siswa Sekolah Dasar kelas VI yang tersebar di 7 Kecamatan Kabupaten Sumedang yang

masing-masing kecamatan diwakili oleh dua SD sesuai dengan sample penelitian yang

telah ditetapkan.

Selain melalui angket, kegiatan prasurvey juga dilakukan melalui observasi dan

wawancara. Observasi dilakukan kepada subjek penelitian sesuai dengan jumlah sample

yang telah direncanakan, yaitu 14 Sekolah Dasar. Wawancara dilakukan kepada 14

orang guru pendidikan jasmani dan 14 orang Kepala Sekolah SD yang tersebar di 7

Kecamatan Kabupaten Sumedang.

Hasil dari pengolahan data kegiatan pra survey dari setiap instrument penelitian

seperti angket, observasi, dan wawancara tersebut sesuai dengan permasalahan

penelitian, kemudian dijadikan dasar pertimbangan untuk pengembangan model

pembelajaran kuantum dalam pendidikan jasmani yang berbasis kompetensi.

Hasil penelitian ini difokuskan untuk melihat enam hal berikut: (1) Kondisi

pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar saat ini, (2) Proses pengembangan

model pembelajaran pendidikan jasmani di Sekolah Dasar, (3) Model Pembelajaran

Kuantum Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, (4) Implementasi Pembelajaran

Kuantum pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, (5) Dampak pembelajaran kuantum

terhadap peningkatan hasil belajar pendidikan jasmani, dan (6) Efektivitas Pembelajaran

Kuantum dalam pendidikan jasmani.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...
Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

193

Secara rinci hasil penelitian sekaligus disertakan pembahasannya, seperti

terangkum pada uraian berikut ini:

1. Kondisi Pembelajaran Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar saat ioi

Hasil pra survei lapangan menunjukan bahwa: Pertama, kondisi Sekolah Dasar

hampir sepenuhnya menjalankan kebijakan pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan

seperti pelaksanaan kurikulum 2004 (KBK) bagi siswa kelas 1, 2, 4, dan 5, sedangkan

kelas 3 dan kelas 6 masih melaksanakan kurikulum 1994. Tenaga pengajar di Sekolah

Dasar sebagai guru kelas dan guru bidang studi seperti Agama dan Penjas dengan latar

belakang pendidikan rata-rata D2, dan sebagian SI. Rata-rata jumlah siswa setiap

Sekolah Dasar dari tahun ke tahun ada peningkatan antara 10 - 15 %. Kondisi Sekolah

Dasar seperti ruangan kelas cukup memadai namun lapangan olahraga sangat terbatas

dan rata-rata halaman sekolah digunakan untuk praktek pembelajaran pendidikan

jasmani.

Peralatan olahraga seperti bola voli, sepak bola, bola basket, kayu pemukul kasti,

matras, dan raket Bulutangkis relatif masih bagus dan memiliki standar tertentu. Setiap

Sekolah Dasar berupaya memiliki peralatan dan media pembelajaran termasuk

pendidikan jasmani yang memadai walaupun sekolah sangat terbatas pendanaannya.

Adanya keterbatasan dana diupayakan oleh sekolah melalui pengadaan sarana dan

prasarana pembelajaran Bantuan Operasional Sekolah (BOS) seperti alat-alat olahraga

dan pembinaan olahraga pada program ekstrakurikuler. Sedangkan pengadaan alat-alat

olahraga yang dapat dimodifikasi seperti bola voli dari plastik, bola kasti dari kertas,

pemukul dari kayu yang lebar dapat diperoleh hasil kerjasama antara guru Penjas

dengan siswa dan mendapat dukungan dari orang tua murid-

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

194

Kedua, Sekolah Dasar telah melakukan penyempurnaan dan pengembangan

kurikulum yang dilakukan setiap 3-5 tahun sekali. Latar belakang dilaksanakannya

pengembangan kurikulum adalah terjadinya perubahan masyarakat, perkembangan ilmu

pengetahuan, perubahan kebijakan baru pemerintah. Pengembangan kurikulum

dilakukan dengan melibatkan pakar pendidikan, tokoh masyarakat, lembaga swadaya

masyarakat, alumni dan kalangan perguruan tinggi. Waktu yang dibutuhkan untuk

mengembangan kurikulum sekitar 2 -3 tahun. Pengembangan kurikulum dilaksanakan

sekaligus dengan evaluasi kurikulum, sehingga hasil evaluasi tersebut dijadikan

masukan untuk menyempurnakan dan mengembangkan kurikulum baru.

Ketiga, Guru Sekolah Dasar rata-rata berlatar belakang pendidikan D2 PGSD guru

kelas dan PGSD Pendidikan Jasmani, namun saat ini banyak diantara mereka yang

melanjutkan studi ke program SI berbagai jurusan di luar PGSD dan program SI PGSD

guru kelas dan guru Penjas. Mereka juga sering mengikuti pelatihan dan penataran yang

diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten atau Kota dan Propinsi walaupun

belum pernah menulis buku tentang materi bidang studi yang diajarkannya yang

dipublikasikan secara luas.

Pada awal semester sebelum hari belajar efektif dimulai, biasanya para guru

melakukan diskusi untuk memahami kurikulum dan silabus, kemudian dilanjutkan

dengan penyusunan program semester dan satuan pelajaran dalam suatu forum yang

dinamakan forum guru Penjas. Hal yang paling dirasakan hambatan dalam

mempersiapkan pembelajaran adalah keterbatasan sumber belajar. Umumnya mereka

dalam mengelola pembelajaran mengutamakan pengalaman pada masa pendidikan

dibandingkan dengan informasi baru hasil penataran dan pelatihan tadi.

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

195

Pada guru merasa senang mengajar mata pelajaran pendidikan jasmani karena

sesuai dengan keahlian dan merasa dipercaya mengajar mata pelajaran Penjas apalagi

dapat mengangkat martabat sekolah dalam Pekan Olahraga dan Seni (PORSENI) yang

setiap tahun diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten. Sebelum mengajar

guru berupaya mempersiapkan diri agar pelaksanaan pembelajaran berjalan lancar dan

baik. Pada saat mengajar, mereka berusaha menyajikan materi pembelajaran sebaik-

baiknya walaupun dengan keterbatasan sarana dan prasarana yang ada. Lapangan

terbuka untuk praktek pembelajaran sepak bola, bola voli dan bermain kasti rata-rata

berada jauh dari sekolah karena ikut menumpang bersama masyarakat sehingga sering

kehilangan waktu efektif belajar pendidikan jasmani. Belum lagi guru Penjas

dipusingkan oleh peralatan praktek yang jumlahnya sangat terbatas dan kualitas

peralatan praktek tersebut berstandarkan orang dewasa dan sangat sulit digunakan oleh

anak-anak Sekolah Dasar. Metode belajar yang banyak digunakan adalah demonstrasi

dengan pendekatan dril] berulang-ulang disertai dengan penjelasan (ekspositori) dan

penugasan. Sistematika pembelajaran Pendidikan Jasmani yang rata-rata dilakukan guru

Penjas diawali dari pemanasan, inti, dan berakhir dengan penutup. Pada kegiatan

pemanasan berisikan senam-senam khusus dan permainan tanpa alat, sedangkan pada

inti bermaterikan atletik, senam lantai, senam kebugaran jasmani, senam si buyung,

beladiri pencak silat, permainan tradisional, permainan bola kecil dan permainan bola

besar terutama sepakbola dan bola voli yang paling disenangi oleh siswa Sekolah Dasar.

Pada kegiatan penutup sering guru Penjas hanya menyampaikan umpan balik pada

materi inti melalui penjelasan ulang dan kadang-kadang berisikan kegiatan selingan

dengan menyanyi, setelah itu membereskan alat-alat langsung anak-anak kembali ke

kelas masing-masing.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

196

Guru Penjas rata-rata menggunakan gaya mengajar komando dengan guru sebagai

pusat kegiatan mulai persiapan mengajar, mempersiapkan peralatan, menentukan tempat

belajar, pelaksanaan di lapangan, dan mengevaluasi, keseluruhannya dilaksanakan

penuh oleh guru Penjas. Saat survei dilakukan, dari 14 orang guru Penjas yang

dijadikan subjek penelitian masih sebagian besar menggunakan pendekatan

konvensional seperti metode praktek berlatih berulang-ulang (drill) secara bagian,

keseluruhan, campuran bagian-keseluruhan, latihan berdistribusi dan latihan padat

Mayoritas tanggapan siswa terhadap guru Penjas bahwa sejak memulai pembelajaran,

menerapkan metode belajar, menyampaikan materi pelajaran, penggunaan media

belajar, hubungan dan komunikasi dengan siswa, mengelola kelas, melaksanakan

penilaian proses dan akhir kegiatan memberikan respon sangat baik (80%- 100%).

Tanggapan siswa pada guru Penjas sudah berkatagori baik (70%-80%) pada aspek-

aspek pelibatan siswa dalam setiap kegiatan, memberikan keleluasan waktu untuk

belajar keterampilan gerak, dan pernyataan siswa memberikan penilaian yang

bervareasi.

Kelima, masih ada tanggapan siswa kurang baik terhadap guru Penjas berkaitan

dengan pernyataan mengkaitkan materi pelajaran dengan pengalaman siswa sehari-hari.

Tanggapan kurang baik siswa dengan materi pelajaran yang menarik perhatian dan

kebutuhan siswa. Tanggapan kurang baik siswa terhadap metode yang menarik

perhatian pembelajaran berkaitan dengan pernyataan mengenai beragam bentuk

kegiatan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Tanggapan kurang baik siswa

terhadap manfaat pembelajaran berkaitan dengan pernyataan tentang kemampuan

menarik perhatian siswa mengikuti pembelajaran dan pernyataan keberanian

mendemonstrasikan kemampuan dihadapan sesama teman, kemampuan menggunakan

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

197

metode pembelajaran yang tepat, meningkatkan motivasi membantu teman yang

kesulitan, suasana menyenangkan selama pembelajaran, kemampuan menciptakan

tantangan untuk menguji keberanian siswa, sikap saling menghargai sesama teman yang

keinginan yang kurang menguasai dan meningkatkan prestasi melalui perlombaan antar

siswa.

Keenam, harapan siswa terhadap guru Penjas adalah penggunaan metode

pembelajaran yang menarik dan tidak membosankan, membangkitkan rasa ingin tahu,

penggunaan variasi metode mengajar yang disesuaikan dengan materi pelajaran,

pengembangan metode mengajar yang mampu meningkatkan kemampuan siswa untuk

menganalisis, berpikir kritis dan memecahkan masalah. Menggunakan metode yang

memberikan kesempatan kepada banyak siswa untuk melakukan aktivitas yang tinggi,

mengulang-ngulang gerakan hingga terampil, memberikan kesempatan bertanya dan

mengemukakan pendapat; terjalin interaksi dan saling membelajarkan di antara siswa,

serta penyajian materi pelajaran yang mengkaitkan konsep teori dengan kondisi nyata di

masyarakat melalui praktek pembelajaran pendidikan jasmani di lapangan.

2. Pembahasan Hasil Prasurvey

Hasil penelitian prasurvey tersebut, pada intinya menunjukkan bahwa

pembelajaran pendidikan jasmani selama ini belum mampu secara optimal memenuhi

hasrat bergerak peserta didik yang merupakan karateristik utama pelajaran pendidikan

jasmani. Hal ini dapat dapat diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dari subjek

penelitian dan hasilnya dapat dirangkum seperti berikut ini:

Pertama, guru Penjas sebagai leading sektor pembelajaran belum mampu

bertindak sebagai fasilitator belajar yang efektif bagi siswa, sehingga kurang memahami

kebutuhan dan karakteristik siswa Sekolah Dasar yang sebagian besar hidupnya

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

198

memenuhi hasrat bergerak sebab energi yang diperolehnya untuk kebutuhan bergerak.

Bagi guru Penjas, memahami kebutuhan dan karakteristik siswa merupakan modal dasar

untuk melakukan pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif.

Kedua, guru Penjas belum mampu menelaah kurikulum pembelajaran pendidikan

jasmani menjadi materi pembelajaran yang operasional dan fleksibel, karena yang

dilakukan hanya mengajarkan berbagai keterampilan gerak berdasarkan pengalaman

yang diperolehnya pada masa pendidikan dahulu ditambah hasil diskusi sesama guru

Penjas dan buku-buku teks pendidikan jasmani untuk SD yang dijadikan sumber belajar,

kemudian dipelajari, membuat ringkasan dan menyampaikan pada siswa dan memberi

contoh sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya. Guru Penjas belum

memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, berkolaborasi dengan nara sumber

belajar yang ada di lingkungan masyarakat, menjadikan lingkungan sekolah sebagai

laboratorium belajar seperti pembuatan peralatan olahraga hasil modifikasi. Pemahaman

esensi sumber belajar masih bersifat sempit yakni terbatas pada buku paket, guru Penjas

belum memanfaatkan sumber belajar yang tersebar luas di tengah masyarakat Sehingga

sinergitas hasil belajar dengan kehidupan sehari-hari siswa masih sangat jauh.

Pembelajaran pendidikan jasmani diartikan sebatas formal mempelajari teknik cabang-

cabang olahraga yang akibatnya aktivitas belajar pada diri siswa cenderung rendah dan

monoton. Pembelajaran Penjas kering dari nilai-nilai kehidupan sehari-hari di

masyarakat.

Ketiga, guru Penjas belum mampu membelajarkan siswa secara optimal, karena

guru hanya melaksanakan empat aktivitas yaitu: membuka pelajaran, menyajikan materi

mulai pemanasan sampai penutup, memberi kesempatan tanya jawab, dan menutup

pembelajaran. Aktivitas guru Penjas saat membuka pembelajaran adalah memberikan

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

199

salam, mengingatkan kembali materi yang telah dibahas sebelumnya, dan

menginformasikan materi yang akan disajikan. Aktivitas guru Penjas saat menyajikan

materi adalah penyampaian materi dengan metode demonstrasi yang selalu memberikan

contoh gerak ideal yang harus ditiru anak didik. Dalam kegiatan belajar mengajar,

sebagian besar guru Penjas menggunakan alat praktek seperti bola kasti atau bola voli

sudah standar, namun ada pula yang tidak samakah menggunakan media apapun seperti

belajar lompat jauh di rumput yang rawan cidera di bagian tungkai terus dipaksakan.

Aktivitas guru Penjas saat melakukan kegiatan pokok adalah memberi kesempatan

pada siswa melakukan latihan berulang dan bergiliran sesama temannya kemudian ada

siswa yang bertanya tentang materi atau cara melakukan yang belum jelas dan memberi

kesempatan bagi siswa lain untuk menjawab melalui contoh demonstrasi gerak tertentu.

Setelah itu, guru Penjas memberikan jawaban terhadap pertanyaan yang belum

mendapat jawaban optimal dan menyempurnakan gerakan yang dilakukan siswa melalui

contoh gerak ideal ditambah koreksi atas kesalahan gerak yang sering dilakukan siswa.

Pada penutupan pembelajaran, guru Penjas menyimpulkan materi yang disajikan,

menginformasikan materi berikutnya, mengecek kehadiran siswa, dan memberi salam

perpisahan. Jadi rangkaian pembelajaran yang diperankan oleh guru Penjas memberikan

pemanasan sebagai kegiatan awal, menyajikan materi yang diambil dari bahan dari buku

sumber, kemudian menyampaikan kepada siswa, dan menduga kira-kira siswa sudah

menguasainya, diakhiri kegiatan penutup maka selesai kegiatan belajar mengajar untuk

setiap kali pertemuan dan terus diulang pada pertemuan berikutnya. Dominasi kegiatan

belajar mengajar pendidikan jasmani masih berpusat pada guru dan sebagian kecil anak

didik, maka sumber pembelajaran utama adalah materi dari guru Penjas dan sebagaian

lain dari buku-buku teks. Namun sayangnya, buku teks yang tersedia dirasakan masih

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

200

terbatas ditambah penguasaan siswa terhadap pengalaman belajar sebelumnya minim,

maka pembelajaran Penjas memberikan kesan sebuah kegiatan rutin yang

membosankan siswa. Hal itu menunjukan bahwa sumber pembelajaran yang lain belum

digali secara optimal, padahal banyak sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan

seperti; kolaborasi sekolah dengan masyarakat, top-top organisasi olahraga, instansi

pemerintah maupun swasta serta lingkungan tempat tinggal siswa.

Pembelajaran pendidikan jasmani dirasakan siswa sebagai pengalihan

pengetahuan yang lebih menekankan pada aspek teori dan kurang membahas kondisi

aktual masyarakat maupun aplikasi teori ke dalam praktek. Tingkat penguasaan siswa

terhadap materi pembelajaran pendidikan jasmani dititikberatkan pada sejauhmana

penguasaan cara-cara melakukan suatu keterampilan bukan pada pemahaman mengapa

gerak itu dilakukan. Mestinya pengembangan aspek psikomotor itu tidak hanya dalam

bentuk kegiatan praktek sebagai fungsi gerak dinamis, akan tetapi dikembangkan

sebagai refleksi kekuatan jiwa dan pemantapan sistim keyakinan diri siswa. Hal itu

dapat dilihat dari aktivitas siswa yang ditampilkan selama pembelajaran pendidikan

jasmani yaitu: hadir, melakukan keterampilan sesuai dengan contoh guru,

mendengarkan/ memperhatikan, mencatat hal-hal penting, kalau belum mengerti

bertanya, mengerjakan tugas, dan mengikuti tes praktek. Aktivitas tersebut

menggambarkan bahwa guru berperan sebagai subyek dan siswa adalah obyeknya.

Komunikasi pembelajaran 90% didominasi guru, sisanya diberi kesempatan kepada

siswa melakukan pengulangan gerak dan bertanya pada akhir kegiatan. Tidak semua

siswa mempunyai kesempatan bertanya atau mengemukakan pendapat, karena

kekurangberanian mengemukakan persoalan pembelajaran. Pembelajaran pendidikan

jasmani kurang menggambarkan interaksi yang kuat antara guru Penjas dengan siswa

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

yang seimbang, apalagi interaksi yang tinggi antar siswa dengan siswa lain daf£3«mp^^--

belajar masih dalam wacana. Proses pembelajaran Penjas dirasakan belum mampu

membelajarkan siswa, karena dianggap sebagai pelaksanaan target tugas yang harus

dicapai oleh guru pada setiap kali pertemuan belajar.

Keempat, guru Penjas belum menguasai model pembelajaran yang sesuai dengan

minat siswa. Metode pembelajaran pendidikan jasmani yang sering digunakan adalah

metode demonstrasi drill dan ceramah atau ekspositori, walaupun ada juga yang

menggunakan metode kelompok Metode kelompok yang dipergunakan adalah dengan

membagi kelas ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok diberi tugas dan

melakukan latihan suatu keterampilan secara berulang-ulang sesuai instruksi guru tanpa

inovasi bentuk gerak yang lainnya, kemudian mendemonstrasikan dihadapan guru dan

teman sekelasnya. Tugas-tugas yang harus dikerjakan tersebut disajikan pada

pembelajaran Penjas untuk mendapat tanggapan dari kelompok lain. Cara ini dirasakan

masih kurang, karena siswa yang aktif orangnya tetap, siswa lain hanya ikut-ikutan

sehingga penguasaan materi pelajaran tarasa dangkal dan kurang jelas, terkesan siswa

merasa tidak menguasai materi. Interaksi pembelajaran lebih condong dari guru kepada

siswa karena pola inipun peran guru sangat dominan. Guru masih sebagai subyek yang

mengatur dan menentukan segala hal, sedang siswa berperan sebagai obyek, pendengar,

pencatat, penanya dan pelaku, penghafal, dan pengingat. Siswa juga sebagai penerima

yang pasrah atas penilaian guru dan pelayanan yang diberikan sekolah.

Kelima, guru belum memanfaatkan media belajar yang bersumber dari lingkungan

secara optimal. Hasil observasi menunjukan tidak semua guru memahami bahwa

lingkungan dapat dimanfaatkan sebagai media belajar, seperti bola kasti dari gulungan

kertas, bat tenis meja dari kayu, bola sepak dari plastik, dan matras yang terbuat dari

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

202

kumpulan sabut kelapa. Guru belum meyakinkan siswa bahwa belajar dengan peralatan

yang dimodifikasi selain memudahkan menguasai materi juga memerlukan aktivitas

gerak yang tinggi. Hal yang sering terjadi sebagian besar guru Penjas berpendapat

bahwa belajar menggunakan peralatan Penjas yang sudah standar, para siswa lebih

senang dan lebih cepat menguasai materi sehingga lebih berprestasi, walaupun kondisi

belajar mereka tidak semua siswa harus memahami secara keseluruhan dengan alasan

kesempatan belajar siswa untuk berlatih berkurang.

Keenam, guru Penjas memahami konsep tiga hasil belajar yakni kognitif, afektif

dan psikomotor cenderung bervareasi dan berbeda. Pandangan yang berbeda terletak

pada sudut pandang masing-masing yang satu melihat dari aspek proses dan lainnya

melihat dari hasil, padahal ketiga aspek potensial itu dapat dilihat dari fungsi hubungan

yang saling berpengaruh dan membentuk sinergitas potensi hasil belajar Penjas. Dalam

pembelajaran Penjas ketiga hasil belajar tersebut terangkum dalam sebuah penguasaan

sebuah keterampilan yang mampu anak didik kuasai, dan tidak dalam bentuk parsial

penampakan masing-masing. Ketujuh, guru kurang memberikan umpan balik segera,

khususnya mengenai kesalahan permanen yang dialami oleh siswa. Hal itu

menyebabkan siswa tidak mengetahui segera kelebihan dan kekurangannya, sehingga

motivasi untuk belajar lebih baik berkurang pada pembelajaran berikutnya. Apabila

kesalahan gerak sudah permanen yang dilakukan sejak dini, maka gerak yang benar

akan sulit dibetulkan, kalaupun bisa memerlukan jangka waktu yang lama.

Uraian di atas menjelaskan bahwa kurangnya pemahaman guru Penjas terhadap

karakteristik siswa dan cara merancang pembelajaran Penjas yang efektif dengan

memanfaatkan berbagai sumber belajar, menyebabkan pembelajaran pendidikan

jasmani dirasakan siswa sebagai pengalihan pengetahuan dan pelaksanaan tugas.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

203

Pembelajaran tidak mampu menarik perhatian dan minat siswa serta belum mampu

meningkatkan motivasi dan aktivitas belajar. Hasil belajar siswa yang tidak pernah

dievaluasi secara objektif dan terus menerus serta tidak ada tindak lanjut yang jelas

menyebabkan siswa tidak mengetahu kelebihan dan kekurangannya. Siswa tidak

termotivasi menampilkan perilaku belajar selama pembelajaran berlangsung dan tidak

berupaya memperbaiki diri dalam pembelajaran berikutnya.

Berdasarkan uraian tersebut siswa sebenarnya memerlukan model pembelajaran

yang baru karena memiliki beberapa alasan; Pertama, adanya kesadaran guru

pendidikan jasmani untuk berusaha meningkatkan kualitas pembelajaran yang sesuai

dengan karakteristik dan menyenangkan siswa. Kedua, adanya tanggapan siswa yang

menyatakan bahwa kualitas pembelajaran pendidikan jasmani masih kurang baik dan

metode mengajar yang digunakan guru monoton dan menjemukan. Ketiga, munculnya

keinginan siswa untuk memenuhi hasrat belajar melalui pembaharuan model

pembelajaran yang baru dan mampu : a) menambah jumlah model pembelajaran

pembelajaran pendidikan jasmani yang sudah ada, b) meningkatkan kualitas hasil

belajar dengan harapan saling melengkapi diantara model-model pembelajaran yang

dipergunakan, c) mendorong siswa belajar mempersiapkan diri sebelum pembelajaran

pendidikan jasmani dilaksanakan, senantiasa aktif belajar selama pembelajaran Penjas

berlangsung dan mendalami materi yang telah diajarkan setelah pembelajaran beratur,

d) meningkatkan jumlah siswa yang aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran

seperti aktif bertanya, menjawab, berdiskusi sesama teman, bergilir mendemontrasikan

keterampilan gerak dan dapat berargumentasi, e) menciptakan proses interaksi dan

saling membelajarkan diantara siswa, f) meningkatkan kepekaan siswa terhadap

masalah kesulitan belajar Penjas baik di dalam maupun di luar sekolah, g) memberikan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

204

penghargaan terhadap hasil belajar siswa. Keempat, adanya harapan siswa agar materi

pembelajaran tidak bersifat formal hanya dipenuhi sejumlah prinsip-prinsip dan konsep-

konsep teknik gerak cabang olahraga tetapi memperbesar bobot empirik prakrik lebih

berorientasi pada gerak yang dibutuhkan anak didik sehari-hari yang cenderung lebih

praktis. Kelima, kondisi Sekolah Dasar saat ini khususnya pembelajaran pendidikan

jasmani memerlukan pembenahan terutama dalam mengelola mata pelajaran pendidikan

jasmani agar menarik minat dan perhatian siswa. Karena itu, model pembelajaran

kuantum dalam pendidikan jasmani yang berbasis kompetensi memungkinkan untuk

dapat diimplementasikan pada siswa Sekolah Dasar, walaupun pemahaman terhadap

kompetensi oleh guru pendidikan jasmani di lapangan cenderung bervariasi. Namun

demikian semua pihak sepakat bahwa kompetensi hasil belajar merupakan sinergisilas

tiga aspek potensi belajar siswa, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

B. Proses Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Pendidikan Jasmani

Sesuai dengan prosedur penelitian, serta memperhatikan kajian pra survey tentang

model pembelajaran Penjas yang selama ini dilakukan, maka dalam proses perencanaan

pengembangan model diawali dengan melakukan diskusi dengan para pengajar Penjas

di SD. Diskusi ini bertujuan untuk menyamakan persepsi tentang hakekat pembelajaran

Pendidikan jasmani sebagai mata pelajaran kemampuan motorik dan dapat digunakan

untuk mengembangkan prilaku sikap yang dilandasi kemampuan berfikir siswa. Mata

pelajaran Pendidikan jasmani dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas hidup

bangsa terutama peningkatan sumber daya manusia yang bermartabat.

Setelah dilakukan diskusi, selanjutnya peneliti bersama guru Penjas di SD

melakukan pengkajian dan review desain model pembelajaran kuantum pendidikan

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

205

jasmani. Model pembelajaran ini merupakan model belajar pendidikan jasmani yang

berisikan aktivitas jasmani yang bernuansa penuh kegembiraan dalam mempelajari

materi gerak jasmani agar siswa memiliki kompetensi dalam melakukan kehidupan

sehari-hari. Akan tetapi sesuai dengan karakteristik kuantum Penjas, terdapat modifikasi

terutama dalam pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang lebih berorientasi

pada peningkatan kemampuan motorik dasar siswa. Modifikasi KBM Penjas dilakukan

terhadap peraturan permainan dan perlombaan, peralatan standar yang biasa digunakan

dan sarana prasarana yang disederhanakan.

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, review dilakukan pada tiga bentuk

desain pembelajaran yaitu desain perencanaan pembelajaran, desain pelaksanaan, dan

desain evaluasi. Hasil review terhadap model pembelajaran selanjutnya menghasilkan

model pembelajaran awai kuantum pendidikan jasmani yang berbasis kompetensi bagi

siswa SD. Model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani ini merupakan draf awal

yang akan dikembangkan lebih lanjut dalam tahapan uji coba terbatas. Dari review

bersama guru Penjas tadi diperoleh desain awal model pembelajaran kuantum Penjas,

yaitu model perencanaan, model pelaksanaan dan model evaluasi.

1. Desain Awal Perencanaan Model Pembelajaran Kuantum Penjas

Komponen-komponen pada model perencanaan pembelajaran kuantum Penjas

mengacu pada kerangka rancangan belajar kuantum yang berisikan tumbuhkan, alami,

namai, demostrasikan, ulangi, dan rayakan disingkat TANDUR. Tumbuhkan berisikan

kegiatan mengungkapkan apersepsi, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan

Rancangan model pembelajaran kuantum Penjas ini diharapkan guru Penjas mampu

mengelola suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik untuk

berkonsentrasi belajar. Suasana akan terwujud apabila dalam proses pembelajaran

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

206

terjadi interaksi yang harmonis antara komponen-komponen yang terlibat seperti guru,

siswa dan lingkungan sekitar.

Memanfaatkan lingkungan sekitar dalam pembelajaran kuantum Penjas ini

berisikan iringan musik sesuai dengan karakteristik siswa dan materi pembelajaran

Penjas di SD dengan maksud sebagai media dalam proses pembelajaran yang bertujuan

untuk menumbuhkan semangat dan gairah dalam melakukan kegiatan pendidikan

jasmani. Iringan musik yang dimaksud seperti musik dan lagu anak-anak, lagu-lagu

perjuangan, musik Senam Aerobik, musik Senam Kebugaran Jasmani, Senam Poco-

Poco dan musik lain yang disenangi oleh anak-anak Sekolah Dasar. Pertimbangan

penggunaan musik ini berdasarkan pada hampir di setiap Sekolah Dasar tipe recorder

selalu ada karena terbiasa digunakan pada pelaksanaan senam kesegaran jasmani yang

dilaksanakan setiap pagi sebelum masuk jam pelajaran. Model Pembelajaran Kuantum

Penjas digambarkan pada bagan di bawah ini.

a. Tahapan Kegiatan Tumbuhkan (Apersepsi}

Tahapan kegiatan apersepsi dimaksudkan agar siswa didorong untuk

mengemukakan pengetahuan awalnya tentang konsep yang akan dibahas. Tahapan ini

diawali memberikan pertanyaan-pertanyaan yang problematik tentang pengalaman

belajar yang telah dimiliki siswa yang berkaitan dengan tema yang dibahas. Siswa

diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan, mengilustrasikan dan menghayati

pemahaman tentang konsep gerak yang dilakukan. Kemudian melalui pengalaman

belajar dari hasil interaksi dengan lingkungan akan tumbuh keinginan dan hasrat untuk

melakukan aktivitas gerak.

b. Tahapan Kegiatan Eksplorasi {Mengalami/Namai)

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

207

Tahapan berikutnya adalah mengadakan penyelidikan untuk menemukan konsep

yang benar melalui kegiatan pengumpulan, pengorganisasian, menginterprestasikan dan

mencari alternatif yang tepat untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Kegiatan bisa

dilakukan secara berkelompok untuk mendiskusikan, mendemontrasikan tentang materi

dan topik gerak yang baru dipelajarinya. Materi pembelajaran dirancang dan ditentukan

oleh guru, bersumber dari pokok bahasan dan sub pokok bahasan seperti tercantum

pada kurikulum khususnya Garis Besar Program Pengajaran (GBPP).

c. Tahapan Kegiatan Demonstrasikan

Pada komponen ini dirumuskan dan menerapkan model pembelajaran kuantum

pendidikan jasmani dengan empat tahapan kegiatan yaitu kegiatan pembukaan,

pengembangan fitness, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Sistematika pembelajaran

Penjas ini berdasarkan pada model-model pembelajaran Penjas yang ada dengan

beberapa inovasi terhadap kelemahan yang dimilikinya. Pada setiap tahapan kegiatan

tersebut guru memberikan bimbingan belajar ketika siswa menemukan kesulitan untuk

melakukan sua tu gerak yang dipelajarinya. Disini guru berperan hanyalah sebagai

fasilitator terhadap belajar siswa. Diharapkan melalui pengalaman belajar siswa akan

menyelesaikan permasalahan yang dihadapi sendiri atau bersama-sama kelompok

mendemonstrasikan tentang konsep yang dipelajari. Dari hasil pengalaman belajar itu

maka dapat menemukan bagaimana sebaiknya gerak itu dilakukan dengan baik.

d. Tahapan Kegiatan Ulangi (Mengulang-ulang)

Pada tahapan ini siswa mengulang bahan pelajaran yang telah dikuasai

sebelumnya dan mendemontrasikan hasil belajar yang baru diperolehnya secara

berulang-ulang hingga menguasai gerak yang dipelajarinya dilakukan secara otomatis.

Setelah itu siswa memberikan penjelasan tentang kegiatan yang berhasil diperolehnya

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

208

kemudian diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa memiliki

pengalaman belajar dan tidak meragukan lagi tentang konsepnya. Peran pendidik

berusaha menciptakan iklim pembelajaran yang memungkinkan siswa dan

mengaplikasikan serta mengembangkan pemahaman konseptualnya, baik melalui

kegiatan maupun pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-

hari. Melalui pengalaman belajar yang direncanakan diharapkan siswa memiliki

keterampilan untuk meningkatkan gerak dasar yang harus dikuasainya

e. Tahapan Kegiatan Rayakan (Refleksi dan Revisi)

Tahapan terakhir rencana kegiatan pembelajaran adalah guru memacu anak untuk

melakukan perbaikan terhadap struktur pengetahuan dan keterampilan yang telah

diperolehnya sehingga mencapai keberhasilan belajar. Apabila proses kegiatan

pembelajaran yang telah dilaksanakan sesuai dengan rancangan yang telah dibuat tapi

masih ada kekurangan maka dilakukan perbaikan. Sebaliknya apabila mereka berhasil

mencapai tujuan maka dilakukan penguatan (reinfocement) melalui "tepuk tangan" dari

teman-teman dan pujian dari guru seperti acungan jempol atau ucapan bagus. Namun

bagi mereka yang belum berhasil mendemonstrasikannya maka diberikan suport "pasti

kamu bisa", demikian keberartian dari konsep "rayakan" keberhasilan.Revisi dalam arti

perbaikan, dilakukan untuk pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model

kuantum pendidikan jasmani, sebagai model pembelajaran yang lebih menekankan

kepada suasana pembelajaran yang menyenangkan (joyful) siswa. Alat evaluasi yang

menggunakan observasi penampilan dengan memperhatikan deskriptor dan tes

perbuatan dengan menggunakan skala penilaian.

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

209

Bagan 4-1

Desain Awal Perencanaan Model Pembelajaran Kuantum Penjas

Tahapan Kegiatan Tujuan Uraian Kegiatan Tumbuhkan • Mengungkapkan pengalaman

belajar siswa sebagai apersepsi • Menanamkan pentingnya materi

pelajaran yang dibahas • Memotivasi siswa untuk

memusatkan perhatian kepada topik yang akan dibahas

• Pertanyaan permasalahan dikaitkan dengan kegiatan sehari-hari

• Siswa menanggapi topik yang dibahas

• Menugaskan siswa menjawab permasalahan dengan berbagai alternatif jawaban

Alami dan Namai • Mengadakan penyelidikan dengan berbagai alternatif sehingga menemukan jawaban

• Melalaikan berbagai upaya mulai pengumpulan data, mengorganisasikan dan menerapkan sendiri materi pelajaran

• Pembentukan kelompok diskusi membahas masing-masing materi pelajaran

• Presentasi hasil diskusi kelompok dan mendemonstrasikan gerak djhadapan teman-temannya

Demonstrasikan • Siswa memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah melalui berbagai tahapan belajar

• Kemampuan menjelaskan materi, mendemontrasikannya dan menemukan sendiri gerakan yang harus dilakukan

• Memberi kesempatan kepada kelompok untuk mengulang gerakan yang ditemukannya

• Menyusun penjelasan sendiri tentang materi yang didemonstrasikan hasil penemuannya

Ulangi • Siswa dapat mengaplikasikan pemahaman konseptualnya ke dalam pengalaman belajar sehari-hari

• Menguasai materi melalui pengulangan belajar yang cukup hingga menjadi gerak otomatis

• Tiap kelompok bergiliran untuk mendemontrasikan hasil pengalaman belajarnya

• Mengkombinasikan antara pengalaman belajar yang baru dikuasai dengan sebelumnya

• Setiap individu menunjukan gerak yang berhasil dikuasai

Rayakan • Mengevaluasi keberhasilan belajar dan penyebab yang belum dikuasai siswa

• Melakukan umpan balik terhadap siswa yang belum berhasil melalui perbaikan belajar

• Memberikan penguatan kepada siswa yang telah berhasil menguasai materi pelajaran

• Secara bergiliran dan bersifat perorangan melakukan demontrasi gerak yang dipelajari untuk dinilai

• Penilaian penampilan hasil belajar siswa secara perorangan

• Terhadap siswa yang berhasil diberikan penguatan dan sebaliknya yang belum berhasil diberikan suport

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

210

2. Desain Awal Model Implementasi Pembelajaran Kuantum Penjas

Desain awal model implementasi pembelajaran kuantum Penjas terdiri dari empat

tahapan kegiatan pokok, yaitu tahap kegiatan pembukaan (Introductory activity),

pengembangan fitness (Fitness development activity), kegiatan inti (Lesson focus), dan

kegiatan penutup (Clossing Activity). Untuk lebih jelasnya desain awal implementasi

model pembelajaran kuantum Penjas dapat dilihat pada bagan berikut ini:

Bagan 4-2

Desain Awal Model Implementasi Kuantum Penjas

TAHAPAN KEGIATAN KEGIATAN GURU KEGIATAN SISWA

KEGIATAN PENDAHULUAN

Mengemukakan topik pembelajaran, mengajukan berbagai pertanyaan, merencanakan tugas-tugas, dan menyusun kriteria keberhasilan pelaksanaan tugas, serta mempersiapkan alat peraga

Menerima pemberian tugas, menjawab pertanyaan yang diajukan, memilih tugas yang tersedia, melakukan penafsiran sendiri, melakukan persiapan menuju inti pembelajaran

PENGEMBANGAN FFTNESS

Merancang kegiatan yang mengarah berbagai vareasi latihan kondisi fisik, menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan melalui musik pengiring latihan, melakukan pengulangan latihan dan membimbing pelaksanaan tugas gerak

Melakukan berbagai vareasi latihan yang mengarah kepada fungsional penampilan fisik, mengikuti irama musik dengan gerak, melakukannya dengan penuh semangat dan menyenangkan

KEGIATAN INTI Menyampaikan pokok bahasan, mengelompokan siswa, memberikan bahkan terhadap gerak yang benar, memberikan penjelasan/peragaan dengan iringan musik dan berusaha agar siswa berhasil mencapai tujuan

Menerima pembelajaran, menerima umpan balik, mengulang latihan, berusaha memperbaiki penampilan dan membandingkan dengan kriteria yang ada, dan aktif melakukan diskusi dengan sesama teman kelompoknya

KEGIATAN PENUTUP Menyimpulkan materi pelajaran, menyatakan penghargaan kepada siswa yang berhasil, melakukan umpan balik, dan mengomunikasikan kepada siswa hal-hal yang harus dilakukan sesuai dengan kriteria

Menerima kriteria untuk memperbaiki penampilan, menerima umpan balik, menyediakan waktu belajar sendiri, memverifikasi pemecahan yang telah dilakukan denga kriteria yang dimiliki guru, dan mempersiapkan pelajaran berikutnya

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

211

Berdasarkan bagan tersebut, desain awal implementasi model pembelajaran

kuantum Penjas terdiri dari empat tahapan kegiatan pokok, yaitu tahapan kegiatan

pendahuluan, kegiatan pengembangan fitness, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

Selanjutnya setiap tahapan kegiatan model kuantum pembelajaran pendidikan

jasmani dijelaskan sbb.:

a. Tahap kegiatan pendahuluan

Pada langkah kegiatan pendahuluan merupakan langkah awal dalam model

kuantum Penjas. Pada tahap ini peranan guru memberikan motivasi pada siswa melalui

membangkitkan minat, kemauan, dan keinginan agar tercipta kondisi belajar yang

sungguh-sungguh. Latihan-latihan yang ditugaskan guru untuk melakukan pemanasan,

pertanyaan yang diajukan guru untuk direspons oleh anak, balikan anak yang sesuai

dengan kriteria dan permasalahan yang harus dijawab oleh siswa. Rangkaian kegiatan

ini harus dipersiapkan sebelumnya baik oleh guru maupun anak dalam menghadapi

kegiatan berikutnya,

b. Tahap pengembangan fisik

Kegiatan ini dilakukan hampir sama dengan kegiatan pendahuluan hanya berbeda

dari segi pembobotan atau pengulangan, karena yang menjadi sasaran adalah

meningkatkan kondisi tubuh agar memiliki komponen-komponen kesegaran jasmani.

Jika dalam pendahuluan diberikan tugas lari keliling lapangan maka latihan lari tersebut

dilakukan secara berulang. Begitu juga latihan permainan dilakukan dalam waktu

tertentu dan tidak hanya cukup satu kali saja. Latihan kekuatan baring duduk dalam

waktu satu menit atau mencapai hitungan tertentu dengan maksud adanya peningkatan

kemampuan fisik khususnya kekuatan dan daya tahan yang merupakan bagian dari

kebugaran jasmani.

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

212

c Tahapan kegiatan inti

Dalam tahap ini guru berusaha untuk mengeksplorasi kemampuan anak melalui

multi kegiatan dalam upaya penguasaan materi pelajaran. Menggali potensi anak

dilakukan dengan cara menggunakan multi metode, teknik bertanya, situasi menantang

siswa, pemberian contoh peragaan, mengulang-ngulang gerakan yang sudah dikuasai,

dan mempelajari gerak yang baru dengan alur kegiatan yang dikontrol dan mendapat

balikan dari guru. Siswa secara maksimal melakukan aktivitas gerak dan diperlakukan

sebagai seorang yang berposisi sebagai decision maker. Mereka mengambil keputusan

sendiri untuk melakukan gerak yang sesuai dengan tugas yang dihadapinya. Siswapun

mendapat kesempatan untuk; menilai dirinya sendiri dan masukan dari teman sebaya

tentang gerak yang dilakukannya, apakah sesuai dengan acuan kriteria yang dibuatkan

guru atau belum memperolehnya. Kegiatan belajar sambil bermain menjadi semboyan

pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar. Guru Penjas hanya berperan membantu siswa

ketika siswa menemukan gerak yang sukar untuk dipecahkan. Selama siswa belum

menemukan alternatif terbaik terhadap gerak yang dilakukan selama itu pula siswa

harus terus menerus mengadakan pembelajaran yang tepat.

d.Tahap kegiatan penutup

Pada tahapan ini guru menilai penampilan dan umpan balik yang dilakukan

selama atau sesudah pelaksanaan tugas-tugas yang telah diberikan. Guru berusaha

mengumpulkan keterangan dan informasi lain lalu membandingkan dengan kriteria

yang telah ditentukan. Pemberian penilaian positif atau negative terhadap penampilan

siswa, harus dimaksudkan dalam umpan balik yang bersifat korektif agar ada gunanya

bagi kemajuan siswa. Guru menyimpulkan apakah1 penampilan benar atau salah dan

menyampaikan hal-hal tentang penilaian penampilan kepada siswa.

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

u u

v

3. Desain Awal Model Evaluasi Pembelajaran Kuantum Penjas

Sesuai dengan prinsip pedoman model pembelajaran kuantum Penjas yaitu

segalanya berbicara, segalanya bertujuan, pengalaman belajar, akui setiap usaha dan

merayakan keberhasilan, maka model evaluasi diarahkan untuk menilai kemampuan

siswa dalam keterampilan gerak dasar, pemahaman kognitif terhadap persoalan yang

diajukan, dan sikap positif terhadap aktivitas jasmani serta kepribadian yang mantap.

Evaluasi dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung dengan menggunakan

deskritor hasil observasi, sedangkan penilaian akhir dilakukan dengan menggunakan

skala penilaian yang disusun berdasarkan pertimbangan kualitas gerak yang

ditampilkan.

Kriteria peningkatan keterampilan gerak dasar siswa dalam penelitian ini ditinjau

dari aspek pola gerak lokomotor, pola gerak non lokomotor, dan pola gerak manipulatif.

Gerak lokomotor adalah gerak berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain,

diantaranya: jalan, lari, lompat dan lainnya. Gerak non lokomotor adalah gerakan tubuh

ke berbagai arah tapi tetap di tempat, antara lain gerakan meliukan badan,

membungkuk, memutar dan lain sebagainya. Sedangkan gerak manipulatif merupakan

keterampilan yang berhubungan dengan benda di luar dirinya yang harus dimanipulasi

sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah keterampilan, seperti melempar,

menendang, menyetop, dan memukul dengan raket Melakukan keterampilan gerak

tidak dapat dipisahkan dari kemampuan kognitif seperti kemampuan dan kelancaran

berfikir. Aspek kemampuan kognitif adalah kemampuan siswa mengeluarkan gagasan

dan ide-ide secara verbal yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang sedang

dibahas. Selain itu kelancaran berfikir yang menekankan kemampuan memberikan

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

214

ke berbagai arah tapi tetap di tempat, antara lain gerakan meliukan badan,

membungkuk, memutar dan lain sebagainya. Sedangkan gerak manipulatif merupakan

keterampilan yang berhubungan dengan benda di luar dirinya yang harus dimanipulasi

sedemikian rupa sehingga terbentuk sebuah keterampilan, seperti melempar,

menendang, menyetop, dan memukul dengan raket. Melakukan keterampilan gerak

tidak dapat dipisahkan dari kemampuan kognitif seperti kemampuan dan kelancaran

berfikir. Aspek kemampuan kognitif adalah kemampuan siswa mengeluarkan gagasan

dan ide-ide secara verbal yang berhubungan dengan materi pembelajaran yang sedang

dibahas. Selain itu kelancaran berfikir yang menekankan kemampuan memberikan

jawaban dengan kata-katanya sendiri dengan memperjelas jawaban melalui ilustrasi

contoh-contoh yang sesuai dengan taraf berfikir anak-anak.

Sikap positif terhadap pendidikan jasmani dapat digambarkan saat siswa belajar

dalam situasi senang, memiliki kemauan untuk berpartisipasi aktif, kreatif, dan kritis.

Dengan demikian proses evaluasi yang diterapkan harus dilakukan secara kontinuitas

disertai pengamatan untuk mencapai sasaran kemampuan gerak dasar, kecakapan

berfikir serta prilaku positif terhadap pelajaran Pendidikan jasmani.

Bagan 4-3

Desain Awal Model Evaluasi Pembelajaran Penjas

PROSEDUR EVALUASI

Dilakukan menggunakan kegOiatan pengamatan,

pencatatan dan dokumentasi. Komponen yang dievaluasi

meliputi kemampuan fisik-motorik, kognitif, sosial dan

emosional pada setiap tahapan proses pembelajaran

Pendidikan jasmani. Jenis penilaian yang dikembangkan

cenderung pada penilaian kualitatif dengan penjelasan

deskriftor pada gerak yang dilakukan.

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

215

ALAT/TEKNIK

Menggunakan pedoman observasi(daftar cek)pada

deskriptor dalam bentuk rating scale sebagai patokan

penilaian Penjas

SASARAN Keterampilan gerak dasar, kecakapan berfikir, dan sikap

positif terhadap pembelajaran Penjas

C. Hasil Uji Coba Terbatas

Uji coba terbatas adalah uji coba yang dilakukan untuk mengembangkan model

awal seperti yang telah dirancang sebelumnya. Tujuan penelitian pada tahap ini adalah

untuk menemukan sosok model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan

berfikir siswa yang dianggap memadai sesuai dengan kondisi lapangan dan kurikulum

saat ini. Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, proses uji cobapun berguna untuk

meningkatkan kemampuan gerak siswa ditinjau dari segi keterampilan melakukan gerak

dasar, kecerdasan berfikir memecahkan permasalahan dan sikap positif dalam

melakukan pendidikan jasmani.

Uji coba terbatas dilaksanakan di SD Negeri Sukamaju kelas VI dalam beberapa

kali putaran. Penentuan banyakna putaran tersebut didasarkan kepada keberhasilan guru

Penjas mengimplementasikan model pembelajaran kuantum Penjas berbabasis

kompetensi sesuai dengan tujuan pengembangan model yang telah ditentukan, hingga

pada akhirnya ditemukan model pembelajaran yang dianggap memadai. Hasil penelitian

setiap putaran dalam uji coba terbatas, hasilnya diuraikan di bawah ini.

1. Uji coba Terbatas Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Pendidikan

Jasmani Berbasis Kompetensi Putaran Pertama

a. Perencanaan Pembelajaran

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

216

Sesuai dengan model awal pembelajaran kuantum Penjas yang telah ditentukan,

komponen-komponen model perencanaan terdiri dari komponen menumbuhkan, alami,

namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan.

Komponen tumbuhkan berisi tentang konsep pengetahuan awal yang akan dibahas

berisikan bahan apersepsi yang berkaitan dengan kenyataan sehari-hari. Komponen

alami memberikan pengalaman nyata pada siswa untuk mencoba berbagai kebutuhan

gerak, komponen namai berisikan uraian kegiatan mencari, menyelidiki dan

menemukan cara melakukan materi pendidikan jasmani melalui belajar gerak secara

mencoba langsung merasakan kompleksitas gerak hingga memperoleh alternatif gerak

ideal yang dimginkan. Komponen demonstrasikan berisi tentang kegiatan interaksi guru

dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang terdiri dari empat langkah kegiatan

yaitu kegiatan pendahuluan, pengembangan fitness, inti, dan penutup. Komponen ulangi

berisikan kegiatan membangun pengetahuan dan keterampilan gerak yang dipelajarinya

secara berulang-ulang hingga siswa merasakan konsep yang telah dipelajarinya untuk

digunakan pada kondisi kehidupan sehari-hari. Komponen rayakan berisikan tentang

kegiatan umpan balik langsung atau tidak langsung pada belajar keterampilan gerak

yang telah dimilikinya sesuai dengan yang telah direncanakan, sebagai respon

pengakuan yang proporsional,

b. Implementasi uji coba terbatas putaran pertama

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Model Pembelajaran Kuantum

Pendidikan Jasmani Berbasis Kompetensi (MPKPK) terdiri dari empat langkah pokok

yaitu langkah kegiatan pendahuluan, pengembangan fitness, inti dan penutup.

Tahap kegiatan pendahuluan

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

217

Tahap kegiatan pendahuluan yang dilakukan guru pada putaran ini, tidak berjalan

sesuai dengan harapan. Pada tahap ini, guru tidak dapat membangkitkan semangat siswa

untuk mencoba memahami permasalahan yang diajukan. Hal ini disebabkan teknik

bertanya guru tidak mencerminkan sebagai teknik bertanya yang dapat merangsang

hasrat bergerak siswa, kemudian guru juga belum biasa menggunakan model

pembelajaran seperti MPKPK. Misalkan ketika tidak ada seorangpun siswa yang

menjawab atas pertanyaan yang diajukan guru tentang siapa yang bisa

mendemonstrasikan gerak langkah kaki dan tangan sesuai dengan irama musik yang

diperdengarkan kepada siswa, maka guru menjawab dan menunjukan sendiri

pertanyaan dan mendemonstrasikan dihadapan siswa. Beberapa kali guru melakukan

pengulangan semacam ini tanpa disadari bahwa hal itu menyalahi skenario

pembelajaran yang telah ditentukan. Malahan guru ketika siswa berfikir mencari

jawaban melalui peragaan gerak tersebut tidak sabar untuk segera menjawab sendiri

pertanyaan dan mendemonstrasikan gerakan yang dimaksudkan.

Tahap kegiatan pengembangan fitness

Seperti pada tahap pendahuluan, pada tahap inipun guru menemui kesulitan

mengajak siswa untuk melakukan latihan gerak secara berulang-ulang sebagai latihan

pemanasan yang bertujuan meningkatkan suhu tubuh, meregang otot-otot agar siap

melakukan aktivitas berikutnya. Kesulitan ini terjadi disebabkan kelemahan guru dalam

meyakinkan siswa untuk berlatih secara intensif dan kelemahan lain guru terlalu

terburu-buru tidak sabar menunggu bangkitnya respon gerak yang dimiliki siswa.

Misalkan ketika guru meminta pendapat dan menunjukkan gerakan peregangan (senam

khusus), teknik berlari yang benar, siswa acuh tak acuh kurang memperhatikan bentuk

gerak yang benar itu. Akhirnya guru menunjukkan demonstrasi gerak seperti

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

218

peregangan otol-otot tungkai, badan, tangan dan leher yang benar, setelah siswa tidak

ada seorangpun yang berminat melaksanakannya.

Tahap kegiatan fokus/inti pelajaran

Pada tahap ini, nampaknya guru juga gagal menggali potensi kemampuan dan

hasrat bergerak siswa yang sebenarnya. Sebetulnya siswa menginginkan kebebasan

bergerak secara lebih leluasa, namun guru seolah-olah mempatok gerak yang benar

seperti dicontohkan guru. Misalkan ketika guru memberikan teknik dan menangkap

bola kasti menunjukan sikap kaki, tangan, badan, dan koordinasi mata tangan melalui

bola, guru asik sendiri mendemonstrasikan gerak yang benar sesuai yang diharapkan.

Kondisi siswa saat itu bermain sendiri-sendiri seperti memainkan bola kasti dengan

sesama temannya, saling kejar mengajar dan tak mau diberhentikan oleh guru. Akhirnya

guru kembali mengumpulkan siswa memberikan penjelasan ulang tanpa memahami apa

kesulitan sebenarnya yang dialami siswa tersebut.

Tahap kegiatan penutup

Pada tahap ini, nampaknya guru kurang berhasil memberikan penguatan tentang

penting dan manfaat melakukan suatu keterampilan pendidikan jasmani untuk

kehidupan sehari-hari. Saat guru menutup pelajaran, sebagian siswa masih aktif bermain

sesama temannya dan kurang perhatian terhadap penyampaian pentingnya pembahasan

materi pelajaran tersebut Misalkan ketika guru mengoreksi kesalahan gerak secara

umum, sebahagian siswa tanpa memperdulikan penjelasan guru. Malahan siswa

bercengkrama dengan temannya dan menginginkan cepat dibubarkan karena meminta

izin ganti pakaian dan pergi ke kantin sekolah.

c Hasil observasi dan rekomendasi uji coba terbatas pada putaran pertama

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

219

Hasil observasi dan diskusi dengan guru Penjas sebagai subjek penelitian,

pengembangan model pada tahap uji coba terbatas putaran pertama dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Ditinjau dari proses pembelajaran yang dilakukan guru Penjas, maka sosok model

MPKPK, sebagai suatu model yang diharapkan untuk memperbaiki proses pembelajaran

Penjas di Sekolah Dasar saat ini belum dapat dikembangkan, artinya sosok model

pembelajaran yang diinginkan belum secara menyeluruh dapat ditemukan.

Ketidakberhasilan ini disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak berfungsinya

rencana pembelajaran yang telah disusun sebagai pedoman pembelajaran. Proses

belajar mengajar berlangsung seperti sebelum adanya model ini. Tahapan-tahapan

pembelajaran seperti yang sudah direncanakan tidak berjalan sebagaimana seharusnya.

Kedua, gaya guru dalam mengembangkan pembelajaran masih dipengaruhi oleh

model pembelajaran yang selama ini digunakan di lapangan. Guru masih terlalu

dominan berperan sebagai penyampai informasi dan pelatih atau instruktur seperti yang

ditunjukkan dari kebiasaan guru menjawab dan sekaligus memberikan contoh serta

menjelaskan sendiri pertanyaan yang diajukan kepada siswa. Guru juga tidak berusaha

mendorong siswa untuk dapat mengembangkan kemampuan dan keterampilan gerak

melalui pemberian pengalaman belajar seluas mungkin.

Ketiga, penggunaan media pembelajaran sebagai salah satu sumber belajar tidak

diarahkan untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan gerak secara

penuh. Media lebih cenderung difungsikan sebagai pajangan yang hanya digunak

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

220

Keempat, desain evaluasi yang telah direncanakan tidak berjalan secara mulus,

oleh karena kemampuan dan penampilan gerak siswa tidak muncul secara optimal

sehingga kesulitan untuk mendeskripsikannya.

Sebagai konsekuensi peran dan gaya guru dalam pembelajaran, maka pada putaran

pertama ini keterlibatan siswa dalam setiap tahapan pembelajaran sama sekali belum

nampak. Siswa tidak berperan sebagai subjek belajar, akan tetapi lebih dominan sebagai

objek yang siap menerima informasi dan intruksi dari guru. Kemampuan siswa baik

dilihat dari aspek berfikir sistimatis maupun penampilan keterampilan gerak sama sekali

belum nampak. Hal ini bukan karena disebabkan oleh tidak adanya upaya guru untuk

memberikan semangat dan meningkatkan hasrat bergerak siswa, akan tetapi nampak ada

keraguan siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal ini dianggap wajar

mengingat model pembelajaran ini bagi siswa tidak biasa melakukan berbeda dengan

sebelumnya.

Berdasarkan hasil observasi seperti yang telah dijelaskan di atas, maka untuk

memperbaiki desain mode) pembelajaran disarankan sebagai berikut:

Pertama, khusus untuk aspek perencanaan dalam komponen kegiatan belajar

mengajar sebaiknya guru membuat skenario pembelajaran yang akan dilakukan secara

lengkap dan rinci. Hal ini dimaksudkan agar guru memahami benar tindakan apa yang

akan dilakukan manakala terjadi kemacetan pembelajaran, misalkan apa yang akan

dilakukan ketika diantara siswa tidak seorangpun yang tahu bagaimana meniru gerak

seperti lari kijang. Ini harus diantisipasi mengingat proses pembelajaran tetap harus

berlangsung.

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

221

Kedua, guru juga disarankan untuk memfungsikan perencanaan yang telah disusun

rapih sebagai pedoman pembelajaran. Hal ini sangat penting agar proses pembelajaran

terkontrol dan berlangsung secara efektif dan efisien.

Ketiga, dalam proses pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan MPKPK,

sebaiknya didahului dengan langkah apersepsi sebagai pendahuluan. Pada langkah ini

guru perlu menjelaskan kepada siswa tentang tujuan pembelajaran serta apa yang harus

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Langkah ini dimaksudkan agar siswa

memahami tugas pembelajaran, sehingga diharapkan mereka siap untuk berperan secara

aktif dalam proses pembelajaran selanjutnya.

Keempat, guru perlu meningkatkan kemampuannya dalam menggunakan teknik-

teknik penguatan pada siswa baik yang dapat menjawab maupun yang tidak terhadap

pertanyaan yang diajukan guru, dan perlu diupayakan agar guru tidak menjawab sendiri

pertanyaan yang diberikan kepada siswa tesebut.

2. Uji Coba Terbatas Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Penjas

Berbasis Kompetensi Putaran kedua

a. Perencanaan Pembelajaran

Sesuai dengan model awal pembelajaran kuantum Penjas pada putaran pertama,

ada beberapa penyempurnaan pada aspek perencanaan model pembelajaran yang telah

direkomendasikan yaitu pendeskripsian pada langkah apersepsi, eksplorasi,

demonstrasi, pengembangan aplikasi, refleksi dan revisi.

Komponen apersepsi berisi tentang konsep pengetahuan awal yang akan dibahas

berisikan problema yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Komponen diskoveri dan

eksplorasi berisikan uraian kegiatan latihan materi pendidikan jasmani yang baru

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

222

dikaitkan dengan materi belajar pendidikan jasmani yang telah dikuasai sebelumnya

kemudian dilakukan secara berulang-ulang, hingga menguasai keterampilan gerak

tersebut Komponen penjelasan konsep dan demonstrasi berisi tentang kegiatan guru

dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang terdiri dari empat langkah kegiatan

yaitu kegiatan pendahuluan, pengembangan fitness, inti, dan penutup. Komponen

pengembangan aplikasi berisikan kegiatan dalam bentuk kompetisi baik beregu maupun

perorangan atau pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk yang sebenarnya sesuai

peraturan baik perlombaan maupun pertandingan. Komponen refleksi dan revisi

berisikan tentang kegiatan umpan balik langsung atau tidak langsung pada belajar

keterampilan gerak yang telah dimilikinya sesuai dengan yang telah direncanakan,

kemudian mengklasifikasikan mana siswa yang sudah menguasai, belum sepenuhnya

menguasai, dan sama sekali belum menguasai tentang materi pendidikan jasmani.

b. Implementasi Uji Coba Terbatas Putaran Kedua

Berdasarkan perencanaan model tersebut, desain awal implementasi model

pembelajaran kuantum Penjas terdiri empat tahapan pokok, yaitu tahapan kegiatan

pendahuluan, kegiatan pengembangan fitness, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada

putaran kedua ini topik yang akan dijadikan bahan pembelajaran adalah tentang

"Aktivitas Ritmik".

Selanjutnya setiap tahapan kegiatan model pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani dijelaskan sbb.:

Tahap kegiatan pendahuluan

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

223

Pada langkah kegiatan pendahuluan merupakan langkah awal dalam model

kuantum Penjas. Pada tahap ini guru memberikan motivasi pada siswa melalui iringan

musik yang dapat membangkitkan minat, kemauan, dan keinginan agar dapat

melakukan gerak sesuai ritme musik tersebut. Belajar langkah kaki, ayunan tangan dan

gerakan ditempat, diikuti gerak maju mundur, kanan kiri dalam iringan musik yang

lambat Dijelaskan oleh guru bahwa belajar topik ini, pada siswa dianjurkan mengikuti

gerak instruktur dahulu, kemudian melakukannya sendiri. Rangkaian kegiatan ini harus

dilakukan secara bertahap mulai irama tepukan tangan kemudian menggunakan musik

pengiring dalam tempo yang lambat Program ini dipersiapkan sebelumnya baik oleh

guru maupun siswa agar menghadapi kegiatan berikut sudah siap.

Prosedur pembelajaran yang harus ditempuh siswa pada tahapan pendahuluan ini,

nampaknya ada kemajuan yang semula selalu bergantung sepenuhnya kepada guru,

namun kali ini secara kuantitatif jumlah yang berpartisipasi dalam melakukan gerak

sudah ada peningkatan, walaupun belum maksimal. Kesan masih canggung, malu-malu

meliukan badan sesuai irama musik sangat jelas terlihat.

Tahap pengembangan fisik

Kegiatan ini dilakukan hampir sama dengan kegiatan pendahuluan hanya berbeda

dari segi pembobotan atau pengulangan, karena yang menjadi sasaran adalah

meningkatkan kondisi tubuh agar memiliki komponen-komponen kesegaran jasmani.

Jika dalam pendahuluan diberikan latihan pemanasan untuk gerakan ditempat, maka

latihan tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Begitu juga latihan gerak yang lambat

maka ditingkatkan porsi latihan menjadi gerak melompat yang dilakukan dalam waktu

dan frekuensi yang ditambah serta tidak hanya cukup satu kali saja. Latihan kekuatan

ditingkatkan menjadi latihan daya tahan dalam kualitas dan kuantitas baik penambahan

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

224

waktu maupun penambahan freuensi latihan mutlak diperlukan dengan maksud adanya

peningkatan kemampuan fisik khususnya kekuatan dan daya tahan yang merupakan

bagian dari kebugaran jasmani.

Tahapan kegiatan inti

Dalam tahap ini guru berusaha untuk mengeksplorasi kemampuan anak melalui

multi kegiatan dalam upaya penguasaan materi pelajaran. Menggali potensi anak

dilakukan dengan cara menggunakan multi metode, teknik bertanya, situasi menantang

siswa, pemberian contoh peragaan, mengulang-ngulang gerakan yang sudah dikuasai,

dan mempelajari gerak yang baru dengan alur kegiatan yang dikontrol dan mendapat

balikan dari guru. Siswa secara maksimal melakukan aktivitas gerak ritmik dimulai

pengenalan, pelaksanaan gerakan dengan iringan musik, dilakukan baik secara

berkelompok maupun perorangan. Guru memberikan keleluasaan untuk berinisiatif

sendiri baik meniru gerakan maupun menciptakan gerakan sendiri, posisi siswa

diperlakukan sebagai seorang yang decision maker. Mereka mengambil keputusan

sendiri untuk melakukan gerak yang sesuai dengan tugas yang dihadapinya. Siswapun

mendapat kesempatan untuk menilai dirinya sendiri dan masukan dari teman sebaya

tentang gerak yang dilakukannya, apakah sesuai dengan acuan kriteria yang dibuatkan

guru atau belum memperolehnya. Kegiatan belajar sambil bermain menjadi semboyan

pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar. Guru Penjas hanya berperan membantu siswa

ketika siswa menemukan gerak yang sukar untuk dipecahkan. Selama siswa belum

menemukan alternatif terbaik terhadap gerak yang dilakukan selama itu pula siswa

harus terus menerus mengadakan pembelajaran yang tepat.

Prosedur seperti ini sayang guru tidak berusaha keras untuk memahami kesulitan

siswa agar dapat mengikuti gerakan sesuai dengan patokan, misalkan gerak yang

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

225

dilakukan sesuai dengan ketukan atau ritme musik pengiring dilakukan secara perlahan-

lahan sesuai tuntutan musik tadi. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran selanjutnya

nampaknya guru mengalami kesulitan untuk mengaitkan gerak yang dilakukan siswa

dengan musik pengiring, sehingga masih ada kerancuan dalam aktivitas ritmik.

Tahap kegiatan penutup

Setelah kegiatan inti dilakukan yang menuntut aktivitas gerak yang dominan,

maka dalam kegiatan penutup grafiknya menurun (cooling down). Karena itu latihan

yang mesti dilakukan biasanya tidak memerlukan tenaga yang besar, maka kandungan

materi pada kegiatan penutup harus dilakukan dengan senang dan gembira sehingga

tenaganya pulih untuk siap-siap menuju pada kegiatan berikutnya.

Pada tahapan ini guru menilai penampilan dan umpan balik yang dilakukan

selama atau sesudah pelaksanaan tugas-tugas yang telah diberikan. Guru berusaha

mengumpulkan keterangan dan informasi lain lalu membandingkan dengan kriteria

yang telah ditentukan. Pemberian penilaian positif atau negative terhadap penampilan

siswa, harus dimaksudkan dalam umpan balik yang bersifat korektif agar ada gunanya

bagi kemajuan dan mengelompokan siswa.

c. Hasil Observasi dan Rekomendasi Uji Coba Terbatas Putaran Kedua

Berdasarkan hasil observasi, pada uji coba terbatas pengembangan model

pembelajaran tahap kedua dijelaskan sebagai berikut:

Ditinjau dari cara guru mengembangkan model pembelajaran, maka pola

pembelajaran mulai berubah, walaupun pola model pembelajaran kuantum Penjas

sebagai model pembelajaran yang memiliki suasana yang menyenangkan untuk

meningkatkan kemampuan gerak siswa Sekolah Dasar masih belum dapat terlihat

dengan sempurna. Adanya perubahan model pembelajaran ini nampak dan proses

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

226

pembelajaran yang tidak lagi sepenuhnya berpusat pada guru, siswa melakukan

berbagai aktivitas inisistif sendiri, serta ada upaya guru untuk mengembangkan dialog

melalui proses pemecahan masalah bersama. Beberapa kelemahan yang nampak

berdasarkan hasil observasi yang memberi kesan bahwa model ini tidak nampak

berjalan mulus adalah pertama guru masih kurang memfungsikan rencana pembelajaran.

Proses pembelajaran sering keluar dari skenario yang telah disusun, akibatnya

pembahasan persoalan inti menjadi sedikit sedangkan persoalan penunjang menjadi

melebar. Kedua, dalam pelaksanaan setiap tahapan proses guru nampaknya masih

kurang mampu menggunakan sistematika yang sesuai dengan tuntutan model akan

tetapi berkutat pada paradigma lama dimana mode! konvensional kadang-kadang

digunakan tanpa disadari. Ketiga, guru masih kurang mampu untuk menunggu respon

siswa sehingga guru masih banyak memberikan contoh karena siswa belum berani

menampilkan kemampuannya padahal sebenarnya mereka bisa hanya masih penuh

keraguan untuk menampilkannya. Keempat, penggunaan sarana dan media

pembelajaran dirasakan masih tidak berfungsi sebagai pembentukan keterampilan akan

tetapi masih bersifat sebagai ajang pencapaian prestasi dalam perlombaan bukan

memenuhi sifat hasrat bergerak siswa.'

Dilihat dari kepentingan siswa, nampak ada sedikit peningkatan keterampilan dan

keberanian untuk melakukan walaupun belum sempurna. Posisi siswa mulai ada

perubahan dari yang bersifat hanya sebagai objek belajar, akan tetapi sudah mulai

bergeser sebagai subjek belajar. Beberapa orang siswa nampak mulai menunjukkan

keberaniannya untuk bertanya tentang bagaimana seharusnya keterampilan gerak

tertentu dilakukan, memberikan jawaban ketika ditanya, walaupun masih kurang

nyambung antara pertanyaan dengan jawaban yang sesuai dengan inti permasalahan.

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

Hal ini adanya kemajuan yang disebabkan siswa sudah mulai memahami apa

mereka lakukan dalam proses pembelajaran seperti yang diutarakan guru pada tahapan

eksplorasi.

Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa pandangan peneliti yang perlu

dijelaskan untuk mengembangkan model pembelajaran kuantum Penjas yang berbasis

kompetensi sebagai berikut:

Pertama, pola pembelajaran sudah mulai ada perubahan dengan adanya kegiatan

pelibatan siswa dalam proses pemecahan masalah. Namun masih nampak guru kesulitan

memerankan sistematika pembelajaran yang sesuai dengan model pembelajaran

kuantum, sehingga mengakibatkan proses pembelajaran sering terhambat. Hal ini

mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya guru tidak bisa langsung begitu

saja mampu merubah dari model yang biasa dilakukan pada model yang baru tentunya

perlu waktu dan kesempatan untuk terus dilakukan secara berulang-ulang. Kesulitan

lain datang dari siswa kurang memahami persoalan yang dijelaskan oleh guru

dikarenakan bahan pembelajaran mungkin terlalu sulit jauh dari pengalaman belajar

siswa sehingga tidak dapat terjangkau oleh kemampuan mereka. Atas dasar itulah agar

model pembelajaran ini yang merupakan model pembelajaran yang menyenangkan

suasana belajar siswa dapat diterapkan, maka sebaiknya guru memahami terlebih dahulu

pengalaman belajar siswa. Pemahaman akan pengalaman belajar siswa itu selanjutnya

dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah berikutnya. Untuk memahami

pengalaman dan kemampuan siswa berdasarkan kesepakatan hasil diskusi sebelum

melakukan tahap penjelasan konsep melalui demonstrasi perlu dilakukan tahapan

pelacakan pengalaman secara lebih mendalam tentang kemampuan siswa.

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

228

.f ' Kedua, dalam proses implementasi model untuk merealisasikan penambahan

komponen atau langkah eksplorasi, guru perlu meningkatkan kemampuan bertanya

terutama teknik pertanyaan yang bersifat terbuka, disamping melatih kesabaran untuk

menahan jawaban sendiri atas pertanyaan yang diajukan kepada siswa serta menahan

diri untuk tidak serta merta menampilkan gerak sebagai contoh. Di samping itu pula,

guru perlu memberikan penguatan terahadap respons yang diberikan siswa baik

penguatan dengan ucapan maupun dengan isyarat atau gerakan.

Ketiga, media dan sumber belajar perlu dipersiapkan lebih matang dan digunakan

bukan hanya untuk kepentingan sumber belajar akan tetapi juga untuk kepentingan

peningkatan keterampilan siswa. Keempat, guru perlu memfungsikan rencana

pembelajaran dengan lebih cermat, agar proses pembelajaran dengan model kuantum

Penjas berbasis kompetensi tidak keluar dari tema pembelajaran.

3. Uji Coba Terbatas Pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Penjas

Berbasis Kompetensi Putaran Ketiga

a. Perencanaan Pembelajaran

Secara umum perencanaan pembelajaran tidak mengalami perubahan sesuai

dengan model awal pembelajaran kuantum Penjas pada putaran pertama dan kedua,

namun ada sedikit penyempurnaan pada aspek perencanaan model pembelajaran yang

telah direkomendasikan yaitu pada kompetensi yang harus dicapai dan penekanan

pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari siswa khususnya pada kegiatan

apersepsi. Kegiatan eksplorasi, demonstrasi, pengembangan aplikasi, refleksi dan revisi

seperti model awal pembelajaran kuantum Penjas pada putaran sebelumnya.

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

229

Komponen apersepsi berisi tentang konsep pengetahuan awal yang akan dibahas

berisikan problema yang berkaitan dengan topik yang dibahas. Komponen diskoveri dan

eksplorasi berisikan uraian kegiatan latihan materi pendidikan jasmani yang baru

dikaitkan dengan materi belajar pendidikan jasmani yang telah dikuasai sebelumnya

kemudian dilakukan secara berulang-ulang, hingga menguasai keterampilan gerak

tersebut Komponen penjelasan konsep dan demonstrasi berisi tentang kegiatan guru

dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran yang terdiri dari empat langkah kegiatan

yaitu kegiatan pendahuluan, pengembangan fitness, inti, dan penutup. Komponen

pengembangan aplikasi berisikan kegiatan dalam bentuk kompetisi baik beregu maupun

perorangan atau pelaksanaan pembelajaran dalam bentuk yang sebenarnya sesuai

peraturan baik perlombaan maupun pertandingan. Komponen refleksi dan revisi

berisikan tentang kegiatan umpan balik langsung atau tidak langsung pada belajar

keterampilan gerak yang telah dimilikinya sesuai dengan yang telah direncanakan,

kemudian mengklasifikasikan mana siswa yang sudah menguasai, belum sepenuhnya

menguasai, dan sama sekali belum menguasai tentang materi pendidikan jasmani,

b. Implementasi Uji Coba Terbatas Putaran Ketiga

Berdasarkan perencanaan model tersebut, desain awal implementasi model

pembelajaran kuantum Penjas terdiri empat tahapan pokok, yaitu tahapan kegiatan

pendahuluan, kegiatan pengembangan fitness, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada

putaran ketiga ini tema yang akan dijadikan bahan pembelajaran adalah tentang

"Aktivitas Uji diri dan Ritmik7'.

Selanjutnya setiap tahapan kegiatan model pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani dijelaskan sbb.:

Tahap kegiatan pendahuluan

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

230

Pada langkah kegiatan pendahuluan merupakan langkah awal dalam model

kuantum Penjas. Pada tahap ini guru memberikan motivasi pada siswa melalui iringan

musik yang dapat membangkitkan minat, kemauan, dan keinginan agar dapat

melakukan gerak sesuai ritme musik tersebut. Belajar melompat-lompat di tempat,

kemudian melompat-lompat di tempat dengan mengubah arah, meragakan meliukan

tubuh, membungkukan badan, meragakan gerakan berjalan, berlari, berhenti, merobah

arah kecepatan dan berbagai latihan keseimbangan. Dijelaskan oleh guru bahwa belajar

topik ini, pada siswa dianjurkan mengikuti irama musik dan lakukan sesuai dengan

apresiasi sendiri tanpa selalu diberikan istruksi atau contoh dari guru tetapi inisiatif

sendiri. Rangkaian kegiatan ini harus dilakukan secara bertahap mulai irama tepukan

tangan kemudian menggunakan musik pengiring dalam tempo yang lambat. Program ini

dipersiapkan sebelumnya baik oleh guru maupun siswa agar menghadapi kegiatan

berikut sudah siap.

Langkah-langkah pembelajaran yang harus ditempuh siswa pada tahapan

pendahuluan ini, nampaknya sudah ada kemajuan yang semula selalu bergantung

sepenuhnya kepada instruksi guru, namun kali ini mereka sudah memahami kegiatan

yang mesti dilakukan dan sudah sebagian tugas diambil alih mereka. Secara kualitas

gerakan yang dilakukannya sudah ada peningkatan, walaupun mereka melakukannya

masih bersifat kelompok- Kesan kurang rasa percaya diri masih nampak dan belum

berani tampil ke depan masih menghinggapi pikiran siswa, seperti mengkoordinasikan

gerak tangan, kaki, dan meliukan badan sesuai irama musik belum dilakukan secara

optimal.

Tahap pengembangan fisik

Page 41: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

231

Kegiatan ini dilakukan hampir sama dengan kegiatan pendahuluan hanya berbeda

dari segi kualitas dan kuantitas gerak yang dilakukannya. Segi kualitas gerakan

dilakukan dengan benar-benar dan terasa manfaatnya karena yang menjadi sasaran

adalah meningkatkan kondisi tubuh agar fit atau kesegaran jasmani. Jika dalam

pendahuluan diberikan Latihan pemanasan untuk gerakan ditempat, maka latihan

tersebut dilakukan secara berulang-ulang. Begitu juga latihan gerak berjalan atau berlari

mulai lambat dahulu maka ditingkatkan menjadi cepat dan frekuensi yang ditambah

menjadi beberapa kali sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Melakukan

gerakan kekuatan, kelentukan, kelincahan, daya tahan dan keseimbangan ditingkatkan

jumlah latihannya seperti penambahan waktu dan penambahan hitungan. Latihan

pengembangan fisik diperlukan dengan maksud adanya peningkatan kemampuan fisik

khususnya kekuatan, kelentukan, kelincahan, daya tahan dan keseimbangan yang

merupakan bagian dari kebugaran jasmani.

Tahapan kegiatan inti

Dalam tahap ini guru berusaha untuk mengeksplorasi kemampuan anak melalui

multi kegiatan dalam upaya penguasaan materi pelajaran. Menggali potensi anak

dilakukan dengan cara menggunakan berbagai kegiatan dengan variasi metode, teknik

bertanya, situasi menantang siswa, demonstrasi berbagai gerakan, mengulang-ngulang

gerakan yang sudah dikuasai, dan mempelajari gerak yang baru dengan alur kegiatan

yang dikontrol dan mendapat balikan dari guru. Siswa secara maksimal melakukan

bentuk-bentuk ketangkasan yang lebih kompleks dimulai pengenalan, pelaksanaan dan

kontrol gerakan dengan iringan musik, dilakukan baik secara berkelompok maupun

perorangan. Guru memberikan keleluasaan untuk berinisiarif sendiri baik meniru

Page 42: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

232

gerakan maupun menciptakan gerakan sendiri, posisi siswa diperlakukan sebagai subjek

belajar. Mereka mengambil keputusan sendiri untuk melakukan gerak yang sesuai

dengan tugas yang dihadapinya. Siswapun mendapat kesempatan untuk menilai dirinya

sendiri dan masukan dari teman sebaya tentang gerak yang dilakukannya, apakah sesuai

dengan acuan kriteria yang dibuatkan guru atau belum sesuai. Kegiatan belajar sambil

bermain menjadi semboyan pembelajaran Penjas di Sekolah Dasar. Guru Penjas hanya

berperan membantu siswa ketika siswa menemukan gerak yang sukar untuk dipecahkan.

Selama siswa belum menemukan alternatif terbaik terhadap gerak yang dilakukan

selama itu pula siswa harus terus menerus mengadakan pembelajaran yang tepat.

Prosedur pembelajaran melakukan observasi, mencoba sendiri gerakan yang

sesuai dengan materi yang dibahas baik dilakukan secara kelompok maupun individu.

Siswa berusaha mencatat hal-hal yang mereka temukan di lapangan dengan pengalaman

belajar yang telah mereka tentukan sebelumnya merupakan kegiatan yang harus

dilakukan dalam model ini, walaupun prosedur ini belum sepenuhnya dilakukan siswa.

Pada tahapan ini nampaknya guru tidak berusaha keras untuk memahami kesulitan

siswa agar dapat mengikuti gerakan sesuai dengan patokan, misalkan gerak yang

dilakukan sesuai dengan ketukan atau ritme musik pengiring dilakukan secara perlahan-

lahan sesuai tuntutan musik tadi. Oleh karena itu, pada proses pembelajaran selanjurnya

nampaknya guru mengalami kesulitan untuk mengaitkan gerak yang dilakukan siswa

dengan musik pengiring, sehingga masih ada kerancuan dalam melakukan aktivitas

ritmik.

Tahap kegiatan penutup

Setelah kegiatan inti dilakukan yang menuntut aktivitas gerak yang dominan,

maka dalam kegiatan penutup grafiknya menurun (cooling down). Karena itu latihan

Page 43: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

233

yang mesti dilakukan biasanya tidak memerlukan tenaga yang besar, maka kandungan

materi pada kegiatan penutup harus dilakukan dengan senang dan gembira sehingga

tenaganya pulih untuk siap-siap menuju pada kegiatan berikutnya.

Pada tahapan ini guru menilai penampilan dan umpan balik yang dilakukan

selama atau sesudah pelaksanaan tugas-tugas yang telah diberikan. Guru berusaha

mengumpulkan keterangan dan informasi lain lalu membandingkan dengan kriteria

yang telah ditentukan. Pemberian penilaian positif atau negative terhadap penampilan

siswa, harus dimaksudkan dalam umpan balik yang bersifat korektif agar ada gunanya

bagi kemajuan dan mengelompokan siswa. Kondisi seperti ini masih sebagaian

dilakukan oleh guru Penjas saat melakukan tahapan ini. Kampak sebagian siswa begitu

selesai bagian inti pelajaran mengiriginkan secepatnya selesai kembali ke kelas masing-

masing. Sebagian siswa masih beranggapam bahwa umpan balik dari guru, masukan

dari sesama teman tentang gerak yang mesti dilakukan belum menganggap penting

karena makna dari pembelajaran Penjas masih belum tertanam secara utuh.

c Hasil Observasi dan Rekomendasi Uji Coba Terbatas Putaran Ketiga

Berdasarkan hasil observasi, pada uji coba terbatas pengembangan model

pembelajaran tahap ketiga dijelaskan sebagai berikut:

Ditinjau dari cara guru mengembangkan model pembelajaran, maka pola

pembelajaran mulai berubah, walaupun pola model pembelajaran kuantum Penjas

sebagai model pembelajaran yang memiliki suasana yang menyenangkan untuk

meningkatkan kemampuan gerak siswa Sekolah Dasar masih belum dapat terlihat

dengan sempurna. Adanya perubahan model pembelajaran ini nampak dari proses

guru,

Page 44: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

234

untuk mengembangkan dialog melalui proses pemecahan masalah bersama. Beberapa

kelemahan yang nampak berdasarkan hasil observasi yang memberi kesan bahwa model

ini tidak nampak berjalan mulus adalah: Pertama guru masih kurang memfungsikan

rencana pembelajaran dalam pelaksaan proses sering keluar dari skenario yang telah

disusun, akibatnya pembahasan persoalan inti menjadi sedikit sedangkan persoalan

penunjang menjadi melebar. Kedua, dalam pelaksanaan setiap tahapan proses guru

nampaknya masih kurang mampu menggunakan sistematika yang sesuai dengan

tuntutan model akan tetapi berkutat pada paradigma lama dimana model konvensional

kadang-kadang digunakan tanpa disadari. Ketiga, guru masih kurang mampu untuk

menunggu respon siswa sehingga guru masih banyak memberikan contoh karena siswa

belum berani bertanya, kurang percaya diri dan menampilkan kemampuannya padahal

sebenarnya mereka bisa hanya masih penuh keraguan untuk menampilkannya.

Keempat, penggunaan sarana dan media pembelajaran dirasakan masih tidak berfungsi

sebagai pembentukan keterampilan akan tetapi masih bersifat sebagai ajang pencapaian

tujuan peningkatan prestasi dalam perlombaan bukan memenuhi sifat hasrat bergerak

yang dibutuhkan oleh siswa.

Dilihat dari kepentingan siswa; nampak ada sedikit peningkatan keterampilan dan

keberanian untuk melakukan walaupun belum sempurna. Posisi siswa mulai ada

perubahan dari yang bersifat hanya sebagai objek belajar, akan tetapi sudah mulai

bergeser sebagai subjek belajar. Beberapa orang siswa nampak mulai menunjukkan

keberaniannya untuk bertanya tentang bagaimana seharusnya keterampilan gerak

tertentu dilakukan, memberikan jawaban ketika ditanya, walaupun masih kurang

nyambung antara pertanyaan dengan jawaban yang sesuai dengan inti permasalahan.

Malahan pada putaran ketiga ini sebagian siswa sudah mulai berani menunjukkan

Page 45: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

235

menampilan gerak sambil dipadukan dengan irama musik, walaupun terkesan masih ada

ragu-ragu takut salah dan ditertawakan sesama teman belajar. Hal ini adanya kemajuan

yang disebabkan siswa sudah mulai memahami apa yang harus mereka lakukan dalam

proses pembelajaran seperti yang diutarakan guru pada tahapan eksplorasi.

Berdasarkan hasil observasi, ada beberapa pandangan peneliti yang perlu

dilakukan untuk mengembangkan model pembelajaran kuantum Penjas yang berbasis

kompetensi dijelaskan sebagai berikut:

Pertama, pola pembelajaran sudah mulai ada perubahan dengan adanya kegiatan

pelibatan siswa dalam proses pemecahan masalah. Namun masih nampak guru kesulitan

memerankan langkah-langkah pembelajaran antara persiapan pembelajaran dengan

pelaksanaan di lapangan seuai dengan skenario model pembelajaran kuantum, sehingga

mengakibatkan proses pembelajaran sering tersendat-sendat antara alur pertama dan

berikutnya oleh kebiasaan guru pada gaya lama yang masih konvensional. Hal ini

mungkin disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya guru tidak bisa langsung begitu

saja mampu merubah dari model yang biasa dilakukan pada model yang baru secara

tiba-tiba tentunya perlu waktu dan kesempatan untuk terus dilakukan secara berulang-

ulang. Kesulitan lain datang dari siswa belum biasa melakukan gerak atas dasar inisiatif

dan kreativitas sendiri, mengujicobakan dengan teman sebagai bagian jawaban terhadap

persoalan yang ditanyakan guru, mereka terbiasa selalu kegiatan pembelajaran atas

dasar instruksi, tidak percaya diri dan kurang berani menampilkan hasil belajar gerak

secara utuh. Jika mereka menampilkan kemampuan gerak masih belum optimal

dikarena pengalaman belajar geraknya masih terbatas. Atas dasar itulah agar model

pembelajaran kuantum yang merupakan model pembelajaran yang memiliki suasana

menyenangkan siswa tetap dapat diterapkan, maka sebaiknya guru memberikan terlebih

Page 46: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

236

dahulu pengalaman belajar siswa sebanyak-banyaknya. Pemahaman akan pengalaman

belajar siswa itu selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menentukan langkah

berikutnya. Untuk memahami pengalaman dan kemampuan siswa berdasarkan

kesepakatan hasil diskusi sebelum melakukan tahap penjelasan konsep melalui

demonstrasi perlu dilakukan tahapan pelacakan pengalaman secara lebih mendalam

tentang kemampuan siswa.

Kedua, dalam proses implementasi model untuk merealisasikan penambahan

komponen atau langkah eksplorasi, guru perlu meningkatkan kemampuan bertanya

terutama teknik pertanyaan yang bersifat terbuka, disamping melatih kesabaran untuk

menahan jawaban sendiri atas pertanyaan yang diajukan kepada siswa serta menahan

diri untuk tidak serta merta menampilkan gerak sebagai contoh. Di samping itu pula,

guru perlu memberikan penguatan terhadap respons yang diberikan siswa baik

penguatan dengan ucapan maupun dengan isyarat atau gerakan.

Ketiga, media dan sumber belajar perlu dipersiapkan lebih matang dan dignakan

bukan hanya untuk kepentingan sumber belajar akan tetapi juga untuk kepentingan

peningkatan keterampilan siswa. Keempat, guru perlu memfungsikan rencana

pembelajaran dengan lebih cermat, agar proses pembelajaran dengan model kuantum

Penjas berbasis kompetensi tidak keluar dari tema pembelajaran.

4. Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas

Berdasarkan data hasil uji coba terbatas yang diperoleh dari setiap putaran, maka

nampaknya bahwa model pembelajaran kuantum Penjas ini, sebagai model

pembelajaran yang dianggap baru baik bagi guru maupun siswa tidak serta merta dapat

dipahami dan dilakukan secara utuh. Hal ini disebabkan guru dan siswa seakan-akan

telah memiliki pola yang baku dan standar dalam pembelajaran Penjas. Dengan

Page 47: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

237

demikian untuk mengembangkan format model pembelajaran kuantum ini yang ideal

diperlukan proses adaptasi terlebih dahulu. Pada putaran pertama misalnya, walaupun

sebelum pelaksanaan proses pembelajaran berlangsung guru mengaku telah memahami

baik secara konseptual maupun secara operasional tentang model yang akan

dikembangkan, akan tetapi pada pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan baik

yang datang dari guru maupun siswa. Hambatan dari guru antara lain adalah kurangnya

kemampuan dalam mengembangkan dialog, komunikasi, membangkitkan motivasi, dan

penguatan keberhasilan yang dicapai siswa, yang merupakan kunci keberhasilan model

ini. Selain itu kelemhan lain, guru kurang mampu mengembangkan variasi jenis

pertanyaan termasuk pertanyaan yang dapat memancing siswa mengeluarkan

gagasannya sebagai jalan utama untuk membuka dialog, akan tetapi juga keterampilan

membagi pertanyaan dan kesabaran menunggu respon siswa. Oleh karena itu, suasana

pembelajaran kuantum Penjas yang dikondisikan menyenangkan dan menggairahkan

suasana tidak dapat dibangun secara sempurna. Hambatan yang datangnya dari siswa,

diantaranya adalah siswa merasa ragu, kurang percaya diri dan kurang berani

mengemukakan bahwa belajar Penjas tidak hanya semata-mata yang dipelajari bentuk-

bentuk keterampilan akan tetapi pelibatan unsur berfikir dan bersikap sangat dibutuhkan

dalam pembelajaran Penjas. Siswa sulit melepaskan diri dari pola pembelajaran lama,

yaitu pola pembelajaran yang sentralistik bergantung sepenuhnya pada instruksi dan

contoh guru dan menganggap sumber belajar hanya satu-satunya yakni guru. Mereka

tidak terbiasa membangun pengetahuan, bersikap dan bertindak atas inisiatif dari diri

sendiri, mereka terbiasa menghafalkan bahan pelajaran sampai tuntas.

Pada putaran kedua, setelah diadakan serangkaian diskusi dengan guru dan

observer lainnya sebagai bahan evaluasi untuk perbaikan putaran selanjutnya,

Page 48: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

238

kelemahan-kelemahan tersebut mulai dapat dipecahkan. Tahapan mendemonstrasikan

secara berulang-ulang yang dilakukan oleh siswa secara bertahap di bawah bimbingan

guru sebagai fasilitator pembelajaran menunjukkan kebermaknaan dalam pembelajaran

yang sangat berpengaruh positif terhadap keberhasilan belajar siswa. Hambatan

pembelajaran Penjas seperti masih ada miskomunikasi antara guru dan siswa,

kevakuman dialog, dan kurang percaya diiri sedikit demi sedikit dapat diatasi, sehingga

pada akhirnya pada putaran-putaran selanjutnya model pembelajaran kuantum im dapat

mewarnai dan terbangun secara utuh dalam proses pembelajaran Penjas. Apalagi

kemampuan gerak siswa dapat berkembang dengan baik dengan disediakan sejumlah

alat peraga yang sesuai dengan minat siswa, sehingga mereka melakukan peragaan

secara berulang kali.

Hal lain yang sangat penting adalah, bagaimana model pembelajaran kuantum

Penjas dapat mendorong siswa untuk mampu merumuskan kesimpulan dari topik yang

didiskusikan kemudian didemonstrasikan secara berulang-ulang dalam kegiatan inti.

Tahapan ini merupakan proses yang harus dilakukan siswa dalam rangka memenuhi

tujuan pembelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum pendidikan jasmani. Siswa

memiliki kemampuan meragakan suatu keterampilan gerak, nampaknya sesuai dengan

tuntutan tujuan pembelajaran pendidikan jasmani, bahwa mengandung sejumlah materi

pelajaran yang harus dikuasai siswa. Tahapan ini merupakan tahapan yang sangat

penting dan strategis dalam rangka penilaian keberhasilan belajar siswa.

Dalam proses pengembangan model pembelajaran kuantum, awal-awal

pelaksanaan uji coba terbatas memang merupakan langkah-langkah yang sangat kritis.

Sampai akhir putaran pertama, guru hampir menolak model kuantum ini sebagai model

pembelajaran dalam pendidikan jasmani. Karena pada awal pengembangan ini guru

Page 49: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

belum mendapatkan sosok utuh dan model yang diinginkan, sehingga guru q e M f t ^ ^ ^ ^ /

menangkap makna dan hakekat dari model itu sendiri. Ketika dilakukan wawancara

misalnya, guru mengatakan bahwa model pembelajaran kuantum dianggap sebagai

model yang hanya membuang waktu belajar siswa, oleh karena itu proses pembelajaran

hampir-hampir siswa tidak memiliki atau tidak mencapai tujuan yang diharapkan, baik

tujuan yang berhubungan dengan kemampuan berfikir maupun tujuan yang

berhubungan dengan hasil belajar. Hal ini menurut guru siswa tidak terbiasa untuk

belajar seperti itu. Menurut guru pula, pembelajaran kuantum lebih berorientasi pada

proses belajar dan tidak pada hasil khususnya apalagi dalam penguasaan materi

pelajaran sesuai dengan tuntutan kurikulum. Setelah selesai beberapa kali putaran,

lambat laun pembelajaran kuantum Penjas diakui oleh guru Penjas sebagai salah satu

model yang menyenangkan. Melalui model ini siswa menjadi semangat untuk

mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani. Hal ini dapat dilihat dari cara belajar

mereka, serta dari pengakuan mereka sendiri yang berhasil peneliti wawancarai. Pada

intinya siswa melalui pembelajaran kuantum, nampaknya mereka lebih bergairah,

bersemangat, dan menyenangkan dalam belajar. Menurut mereka pembelajaran

kuantum lebih memberikan kesempatan yang leluasa, tidak terikat dengan aturan yang

mengikat dari guru, tetapi guru memberi kesempatan untuk memperoleh pengalaman

belajar kepada siswa secara lebih mendalam. Malahan menurut guru, jika pembelajaran

kuantum diterapkan memiliki kecenderungan siswa akan lebih cepat menguasai materi

pelajaran karena lebih bersifat terbuka penuh dengan pengalaman praktik belajar gerak

yang dilakukan secara berulang-ulang.

D. Perbaikan Model Pembelajaran

Page 50: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

240

Pada awalnya, model pembelajaran yang bertumpu kepada peningkatan

kemampuan keterampilan motorik dikembangkan melalui tiga tahapan pokok yaitu

pendahuluan, inti dan penutup. Berdasarkan hasil uji coba terbatas, untuk memperoleh

sosok model yang dianggap memadai sesuai dengan kondisi yang ada dan sesuai dengan

kurikulum yang berlaku, dilakukan pengembangan tahapan model menjadi empat

tahapan, yaitu tahap pendahuluan, pengembangan fisik, inti dan penutup.

Pengembangan tahapan ini dilakukan oleh karena seperti telah digambarkan pada

hasil uji coba putaran pertama dengan pola tiga tahap, tampaknya model pembelajaran

kuantum Penjas tidak dapat berkembang dengan utuh. Ketidakutuhan itu disebabkan,

selama ini pembelajaran pendidikan jasmani di SD seakan-akan memiliki pola

pembelajaran yang baku, yaitu instruksi, melihat contoh, mencoba latihan secara

berulang-ulang, dan penutupan. Oleh karena itu, ketika guru dan siswa mencoba dengan

model pembelajaran yang baru tentunya berbeda pijakannya dengan selama ini

dilakukan, terjadilah keraguan, kegamangan dan kekakuan malahan kurang respon.

Siswa dan guru seakan akan tidak memahami apa yang mesti dilakukan dengan model

pembelajaran yang baru itu Untuk menghindari kesalahpahaman itu, diperlukan

tahapan sosialisasi model pembelajaran kuantum secara bertahap, dimulai dari

penjelasan konsep, penanaman konsep terlebih dahulu pada tiap-tiap kegiatan. Tahapan

ini bagi guru berfungsi untuk mengingatkan peran yang harus dilakukan selama proses

pembelajaran berlangsung, sedangkan bagi siswa berfungsi selain untuk mengarahkan

pembelajaran juga untuk memahami apa saja yang harus dicapai dari proses

pembelajaran itu. Oleh sebab itu, maka pada tahapan menumbuhkan berisikan tentang

penjelasan tujuan yang harus dicapai oleh siswa dan proses pembelajaran yang harus

Page 51: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

241

dijalankan. Tahapan ini penting, sebab penegasan proses pembelajaran kuantum Penjas,

berbeda dengan model pembelajaran yang selama ini dilakukan.

Berdasarkan pengamatan, perbaikan model melalui penambahan tahapan ini

nampaknya cukup efektif sebagai awal pengembangan model pembelajaran kuantum

Penjas. Hal ini dapat dilihat dari aktivitas siswa dan guru dalam proses pembelajaran,

seperti kondisi pembelajaran yang menyenangkan, terjadi tanya jawab guru dan siswa,

partisipasi belajar siswa meningkat, pembelajaran yang interaktif semakin nampak. Hal

ini disebabkan, adanya variasi belajar yang begitu hetrogen, disertai penjelasan tujuan

dan prosedur pembelajaran yang harus ditempuh, siswa menjadi faham apa yang hendak

dilakukan.

Tahapan alami dan namai dalam kegiatan pembelajaran inti, merupakan

penyisipan tahapan pembelajaran untuk perbaikan dan pengembangan model

pembelajaran kuantum Penjas. Penambahan tahapan ini dilakukan dengan tujuan agar

proses pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan kemampuan keterampilan

siswa berjalan lebih teratur dan terukur. Tahapan ini diperlukan, sebab ketika proses

kegiatan pembelajaran berlangsung, tanpa didasari pemahaman guru tentang

pengalaman belajar yang dimiliki siswa, maka proses pembelajaran menjadi kurang

efektif. Siswa nampaknya ragu bahkan tidak dapat mengikuti sepenuhnya proses

pembelajaran, karena guru sering memberikan tugas gerak di luar kemampuan dan

pengalaman siswa, bahkan guru memberikan tugas gerak yang dilakukan siswa keluar

dari konten pembelajaran, akibatnya guru menjawab sendiri dan melakukan sendiri

tugas gerak yang dilontarkannya. Oleh sebab itu, untuk meminimalisir kejadian

tersebut, guru Penjas terlebih dahulu memahami pengalaman belajar dan kemampuan

siswa melalui tahapan awal dalam kegiatan pendahuluan sebelum pada tahapan inti

Page 52: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

242

pembelajaran. Bertitik tolak dari itulah selanjutnya guru dapat mengembangkan

pengalaman belajar dan tugas gerak yang sesuai dengan kemampuan dan tingkat

keterampilan gerak yang dimiliki siswa.

Penyisipan tahapan demonstrasi dan ulangi nampaknya modei pembelajaran

kuantum Penjas berkembang lebih baik, karena tumpuan model pembelajaran ini

berusaha memperbaiki dan meningkatkan model yang sudah ada dan berupaya

meningkatkan keterampilan gerak siswa. Melalui pengulangan belajar dengan cara

diragakan, siswa tidak hanya mengingat konsep tetapi lebih jauh dari itu, yakni

melakukan gerak yang merupakan pengalaman hidup sehari-hari, sehingga akan lebih

tertanam dalam ingatan mereka. Karena itu melalui tahapan ini guru dapat memberikan

variasi belajar yang menarik siswa, kemudian menyesuaikan dengan kondisi belajar

siswa, maka akan melancarkan tahapan belajar berikutnya.

Sesuai dengan kurikulum yang berlaku saat ini, yaitu Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK), maka Penjaspun di SD berfungsi bukan hanya sekedar alat untuk

melatih keterampilan gerak saja, melainkan dapat melatih keterampilan berfikir dan

perilaku gerak yang harus dimiliki dan dipahami siswa. Karena itu pelajaran Penjas di

SD seharusnya dapat mengakomodir ketiga hal tersebut. Artinya mata pelajaran Penjas

tidak hanya berorientasi pada kemampuan dan keterampilan gerak akan tetapi

kemampuan berfikir dan perilaku gerak siswa merupakan hal-hal yang mesti berjalan

secara simultan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Atas dasar pertimbangan itu,

maka dalam proses pembelajaran kuantum Penjas diperlukan tahapan lain, yaitu tahapan

rayakan yang bertumpu pada penilaian keberhasilan belajar siswa. Tahapan ini peneliti

mengacu pada model sport education dari Siedentop (1995), dimana pemberian

penghargaan akan membangkitkan motivasi belajar siswa. Merayakan keberhasilan

Page 53: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

243

merupakan puncak kegiatan belajar setelah melakukan proses kegiatan belajar secara

berangkai dan bertahap dan melelahkan. Proses penilaian yang dilakukan selalu

menitikberatkan pada usaha memberikan penghargaan demi adanya perbaikan belajar

siswa. Tahapan pengembangan merayakan merupakan lanjutan dari tahapan mengulangi

dan demonstrasi. Pada tahapan ini diharapkan siswa membentuk pengetahuan baru

berdasarkan hasil pengalaman belajar pada tahapan demonstrasi. Melalui tahapan

merayakan diharapkan siswa lebih memahami arti dan makna setiap keterampilan yang

mereka dapatkan.

Selanjutnya secara sistimatis bentuk model pembelajaran kuantum pendidikan

jasmani yang berbasis kompetensi, sebagai hasil ujicoba terbatas digambarkan pada

bagan berikut:

Page 54: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

244

Teknologi Pembelajaran Desain Pengelolaan

Penggunaan Pengembangan Evaluasi

Strategi Pembelajaran Kuantum Tumbuhkan Alami

Ulangi Namai Ravakan Demonstrasikan

Kegiatan Pembelajaran Penjas

Tumbuhkan

4 Memberikan pertanyaan-pertanyaan tentang topik yang dibahas

• Mengungkapkan pengalaman belajar yang telah dimiliki siswa

* Memperlihatkan gambar-gambar aJctivitas penjas sesuai dengan topik yang dibahas

Alami

• Melakukan pengulangan gerak yang sudah dan pengenalan gerakan yang baru disajikan

4 Berusaha menjawab dengan cara mencari alternatif yang tepat dalam melakukan aktivitas gerak

* Mendiskusikan dan mendemonstrasikan tentang topik yang dibahas masing-masing kelompok

4 Setiap individu mencoba 4 Melakukan latihan yang baru melakukan aktivitas yang bani dipelajari secara berulang-ulang dipelajari 4 Mempelajari keterampilan gerak

* Mencari pgsisi dan yang baru secara sampai terampil Namai mengumpulkan sumber-

sumber belajar 4 Mencari informasi tentang

gerak ideal yang mesti dilakukan

Demonstrasikan 4 Mengapresiasi pengalaman belajar gerak secara bervariasi

Atomi

4 Melakukan pengulangan gerak yang sudah dan pengenalan gerakan yang baru disajikan

4 Berusaha menjawab dengan cara mencari alternatif yang tepat dalam melakukan aktivitas gerak

4 Mendiskusikan dan mendemonstrasikan tentang topik yang dibahas masing-masing kelompok

Utangi

4 Berusaha mengkordinasikan gerak baru dipelajari dengan kriteria gerak yang ideal

4 Mengulang-ulang gerakan yang bani dipelajari sampai otomatis dan terampil

Rayakan

4 Memberikan pujian atas keberhasilan yang dicapai siswa saat meragakan

4 Memberikan penghargaan hasil belajar yang telah diperolehnya 4 Merayakan keberhasilan belajar gerak dan berusaha memperbaiki

penampilan gerak sesuai dengan kriteria ideal

Bagan 4-4

Desain MPKPK Perbaikan Hasil Uji Coba Terbatas

Page 55: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

245

E. Hasil Uji Coba yang Lebih Luas

1. Deskripsi

Fokus uji coba yang lebih luas adalah proses pengembangan model yang

dilakukan oleh guru Penjas di lapangan sebagai bahan penyempurnaan dari model yang

sudah dihasilkan dari hasil uji coba terbatas serta pengaruhnya terhadap kemampuan

siswa dalam menguasai materi pelajaran.

Tujuan yang ingin dicapai pada uji coba yang lebih luas itu adalah menemukan

model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani sebagai suatu model standar yang

dapat digunakan dalam setiap kategori sekolah yang bukan saja memiliki pengaruh

positif terhadap kemampuan proses belajar, akan tetapi model yang memiliki pengaruh

positif terhadap kemampuan siswa dalam menguasai materi pelajaran melalui

kemampuan menampilkan keterampilan motorik dasar siswa SD.

Desain perencanaan, implementasi dan evaluasi dalam uji coba yang lebih luas ini

menggunakan pola seperti pada uji coba terbatas. Dengan demikian, dalam uji coba ini

analisis dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran siswa.

Uji coba yang lebih luas dilakukan di SD Babakan Hurip Kecamatan Sumedang

Utara Kabupaten Sumedang sebagai sekolah kategori baik, SD Negeri Cimalaka 3

Kecamatan Cimalaka Kabupaten Sumedang sebagai sekolah kategori sedang dan SD

Negeri Neglasari Kecamatan Situraja Kabupaten Sumedang sebagai sekolah kategori

kurang. Uji coba yang lebih luas dilakukan dalam tiga kali putaran. Penentuan

banyaknya putaran tersebut didasarkan kapada keyakinan peneliti baik berdasarkan

hasil pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran dan sikap guru maupun

berdasarkan hasil perhitungan statistik, model pembelajaran dianggap telah memadat

Page 56: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

246

sebagai model yang memiliki pengaruh positif terhadap proses pembelajaran maupun

terhadap hasil belajar.

Selanjutnya, secara lengkap hasil penelitian baik mengenai proses maupun hasil

pembelajaran pada setiap kategori sekolah diuraikan di bawah ini.

a. Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Sekolah Berkategori Baik

1) Hasil Uji Coba yang Lebib Luas pada Putaran Pertama

Analisis Proses pembelajaran

Pada uji coba di sekolah yang berkategori baik, topik yang dibahas adalah

"Aktivitas Ritmik" dengan sub topik "Melakukan gerak dengan Aba-aba Irama". Pada

putaran pertama ini, secara keseluruhan Model Pembelajaran Kuantum Penjas sebagai

model pembelajaran dalam penjas yang bertumpu kepada peningkatan keterampilan

gerak siswa sudah mewarnai proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran yang

dikembangkan guru sesuai dengan kekhasan Model Pembelajaran Kuantum Penjas.

Dalam setiap langkah tersebut guru berusaha untuk mendorong siswa mengembangkan

keterampilan motorik siswa disertai kemampuan berpikir dan bertindak. Dalam cara

meragakan gerak misalnya, guru mampu meyakinkan siswa sebelum melakukannya

dengan memberikan teknik-teknik bertanya dengan cukup baik, seperti dalam

mengembangkan berbagai jenis pertanyaan tertutup maupun pertanyaan terbuka.

Dalam cara memberikan pertanyaan dan cara menunggu respon siswa, sebelum

meragakan gerak nampaknya masih mengandung beberapa kelemahan. Dalam cara

memberi peluang melakukan pergerakan yang didahului dengan pertanyaan misalnya,

guru masih terfokus kepada orang-orang tertentu sehingga tidak seluruh terlebit dalam

proses pembelajaran secara aktif. Demikian juga dalam merespon siswa, nampak guru

masih belum sabar menunggu jawaban siswa, sehingga guru masih sering menjawab

Page 57: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

247

pertanyaan dan melakukan sendiri. Hal lain yang dianggap cukup menarikyang

ditemukan dalam putaran pertama adalah terletak pada langkah ekplorasi. Pada langkah

ini pertanyaan yang dibangun guru kurang mampu membimbing siswa untuk

menemukan sendiri gerak yang seharusnya dilakukan. Guru sering memberikan contoh

dan membuat kesimpulan terlebih dahulu tanpa menunggu respon siswa. Demikian juga

mengenai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru pada langkah ini cenderung terlalu

sempit yang terfokus kepada materi pembelajaran. Misalnya, ketika guru sampai pada

pembahasan bahwa lakukan gerak tadi sesuai dengan irama musik, guru bertanya seperti

di bawah ini."Anak-anak, lakukan gerakan secara bebas apa saja yang anda ketahui

dengan cara setiap gerak sesuaikan dengan irama musik, usahakan dilakukan dengan

semangat dan gerak yang tepat, coba ada diantara kalian yang dapat membuktikannya?"

Pola pertanyaan yang bersifat deduktif seperti itu, jelas memiliki kecenderungan

berorientasi kepada materi pelajaran. Dalam pengembangan Model Pembelajaran

Kuantum Penjas pertanyaan dan pernyataan tersebut akan sulit ditangkap oleh siswa,

sebab kebebasan berfikir dan bertindak mereka akan terikat oleh kesimpulan yang

dibuat sebelumnya. Misalnya dalam langkah ekplorasi guru tidak membuat kesimpulan

terlebih dahulu seperti itu, akan tetapi siswa didorong untuk menemukan fakta-fakta

konkrit sesuai dengan pengalamannya melalui cara berpikir induktif. Contohnya, guru

dapat mengajukan pertanyaan tertutup: "Adakah diantara kalian yang bisa melakukan

gerak kaki, tangan, dan tubuh lainnya sesuai dengan ritme musik ini? Atau "Coba kalian

cari gerakan yang sesuai dengan irama musik, silahkan bebas lakukan? Atau"

Pernahkah kamu menonton pertunjukan joged dangdut di sekitar rumahmu? Dan lain

sebagainya. Dari perubahan pola bertanya semacam itu selanjutnya dapat dikembangkan

dialog hingga akhirnya siswa dapat menemukan sendiri berdasarkan pengalamannya

Page 58: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

248

bahwa gerak yang dilakukannya sesuai dengan ketukan irama musik. Perubahan pola

bertanya semacam itu bukan hanya dapat menggiring siswa untuk menemukan fakta

konkrit akan tetapi juga dapat memperbaiki proses keterampilan dan berpikir siswa. Hal

ini yang jarang malahan tidak dilakukan guru selama ini, walaupun demikian, seperti

yang telah dikemukakan pada putaran pertama ini secara keseluruhan proses

pembelajaran yang diperagakan guru mampu mendorong siswa untuk mengembangkan

kemampuan berfikirnya.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap uji coba yang lebih luas putaran

pertama di sekolah berkatagori baik, ternyata model pembelajaran kuantum Penjas yang

xxxdapat dilihat dalam perhitungan statistik di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 40 orang, dengan S impangan Baku (SB) = 4,35 diperoleh

skor rata-rata (x) hasil pra tes sebesar 6,1. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan SB

= 4,08 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca-tes menjadi 6,55.

Dilihat dari hasil perhitungan Simpangan Baku (SB), ternyata kemampuan siswa pada

pasca tes lebih homogin dibandingkan dengan pra-tes, oleh karena SB pasca-tes sebesar

4,08 , SB pra-tes sebesar 4,35 yang berarti pada putaran pertama ini, kenaikan tingkat

penguasaan materi pelajaran siswa diikuti juga oleh semakin meratanya tingkat

penguasaan materi tersebut.

Selain dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan menggunakan a2

dan uji F sebagai prasyarat pengujian sifhifikansi, selanjutnya dilakukan uji signifikansi

kenaikan skor setiap subjek dengan LTji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t

hitung = 4,64, sedangkan t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 diperoleh skor sebesar

Page 59: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

249

2,03 pada taraf kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor nilai pra-tes

terhadap skor nilai pasca-tes secara statistik adalah signifikan.

2) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Putaran Kedua

Analisis Proses Pembelajaran

Pada putaran ini topik yang dibahas adalah "Aktivitas Pengembangan" dengan sub

topik "Gerak Kombinasi Jalan-Lari-Lompat". Pada putaran kedua ini proses

pembelajaran dengan mengunakan MPKPK berkembang lebih baik. Kelemahan-

kelemahan yang didapatkan pada putaran sebelumnya telah mampu diperbaiki guru.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan keseluruhan siswa, membuat frekuensi

keterlibatan siswa dalam mengembangkan keterampilan gerak dan kemampuan

berpikirnya semakin tinggi. Melalui pertanyaan yang diajukan guru, guru mampu

melacak pengalaman dan kemampuan siswa sebagai bekal untuk memecahkan masalah

yang diajukan. Pola pikir deduktif dengan memberikan kesimpulan terlebih dahulu tidak

lagi banyak dipergunakan. Guru lebih banyak mengembangkan pola berpikir induktif,

yaitu proses berpikir yang menuntuk siswa untuk menemukan fakta-fakta lebih kongkrit

terlebih dahulu sebagai dasar menarik kesimpulan. Ternyata pola yang dikembangkan

guru membuat kemampuan anak dalam melakukan keterampilan gerak disertai

kemempuan berpikir ditinjau dari seluruh aspek, baik aspek kelancaran berpikir, aspek

keluwesan dan originalitas maupun aspek penghayatan gerak disertai kemampuan

berpikir lebih berkembang. Hal ini ditunjukan dengan semakin lancarnya proses

pembelajaran, beragam nya pendapat yang diajukan siswa serta meningkatkannya

kemampuan siswa ditunjukan dengan gerak yang efisien disertai dengan argumentasi

dan ilustrasi melalui bahasa verbal. Pada putaran ini siswa mampu menjawab

Page 60: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

250

pertanyaan guru sambil menunjukan kebiasaannya dengan lebih efektif dan efisien

sehingga guru tidak banyak ikut campur atau menunggu respon siswa.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada uji coba kedua MPKPK yang

dikembangkan guru pada sekolah berkategori baik memiliki pengaruh yang positif

terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan statistik seperti

dijelaskan di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 40 S impangan Baku (SB) = 4,16 diperoleh rata-rata (x)

skor hasil pra-tes siswa sebesar 7,98. pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan SB

secesar 4, 79 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca tes menjadi 8,65.

dilihat dari perhitungan S impangan Baku (SB), ternyata kemampuan siswa pada pra-tes

lebih homogin dibandingkan dengan pasca tes, oleh karena SB pra-tes sebesar 4,16 <

SB pasca-tes sebesar 4,79 yang bearti, pada putaran ini kenaikan tingkat penguasaan

materi pelajaran yang tercermin dari rata-rata skor yang diperoleh siswa diikuti juga

oleh kemampuan siswa yang semakin beragam.

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan menggunakan

x2 dan uji F sebagai pra syarat pengujian signifikansi, selanjurnya dilakukan uji

signifikansi perbedaan dua rata-rata dengan Uji t, berdasarkan perhitungan diperoleh

harga t = 5,20. Harga t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 sebesar 2,03. Oleh karena t

hitung sebesar 5,20 > t tabel sebesar 2,03 pada taraf kepercayaan 95%, dapat

disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya peningkatan skor nilai pra-tes terhadap

skor nilai pasca-tes secara statistik adalah signifikan.

Page 61: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

3) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas Putaran Ketiga

Analisis Proses Pembelajaran

Pada putaran ketiga, proses pembelajaran nampak semakin sempurna. Pada

putaran ini topik yang dibahas merupakan kelanjutan dari topik sebelumnya dengan sub

topik "latihan untuk mmmgkatkan kelenturan". Guru mampu memerankan tugasnya

dengan baik sebagai fasilitator belajar. Teknik bertanya dalam setiap tahapan model

yang diperagan guru juga semakin bervariasi. Sering juga guru berimprovisasi dengan

menampilkan peragaan-peragaan yang menarik sesuai dengan karakteristik anak SD

tanpa meninggalkan ola pembelajaran yang bertumpu kepada peningkatan kemampuan

bergerak yang efektif dan melibatkan aspek berpikir siswa. Misalkan, ketika guru mana

"Goyangan rubuhnya yang lentur" dipelesetkan menjadi "goyangan inul", hal ini

mampu mancairkan kebekuan pembelajaran siswa. Hal-hal yang dilakukan guru

semacam ini membuat suasana belajar menjadi menarik penuh riang gembira dan

menyenangkan. Siswa selain tampak bergairah dalam belajar juga membuat proses

pembelajaran menjadi lancar. Siswa semakin mantap melakukan gerakan kelenturan

tubuhnya sehingga mampu menjawab tantangan yang selama ini diragukan

keberhasilannya, karena penjas sudah pasti modelnya dari dulu seperti itu. Beberapa

orang siswa dapat menjawab dan menunjukkan kebolehannya dengan alur gerak yang

lancar dan sistematis. Demikian juga halnya dalam proses mengambil kesimpulan.

Mereka dapat menyimpulkan dengan tepat tanpa melalui arahan dari guru. Hal ini

menunjukkan kemajuan yang sangat bagus dalam proses keterampilan gerak dengan

melibatkan cara berfikir yang praktis dilihat dari asfek kelancaran, keluwesan dan

originalitas maupun dalam kombinasi gerak yang efektif.

Page 62: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

252

Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada uji coba putaran ketiga pada sekolah

berkategori baik, Model Pembelajaran Kuantum Penjas dikembangkan guru memiliki

pengaruh yang lebih baik lagi terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

perhitungan statistik di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 40 dengan Simpangan Baku (SB) = 4,73 diperleh rata-rata

(x) skor hasil pra-tes siswa sebesar 8,65. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan SB

= 4,88 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca-tes menjadi 12,58.

Dilihat dari hasil Simpangan Baku (SB), ternyata kemampuan siswa pada pra-tes lebih

homogin dibandingkan dengan pasca-tes, oleh karena SB pra- tes sebesar 4,73 < SB

pasca-tes sebesar 4,88 yang berarti pada putaran ini, kenaikan rata-rata tingkat

penguasaan materi pelajaran oleh siswa diikuti juga oleh tingkat keragaman siswa

dalam penguasaan materi pelajaran.

Selain dilakukan uji normalitas dan uji homoginitas data dengan menggunakan x2

dan uji F sebagai prasyarat pengujian signifikansi, selanjutnya dilakuan uji signifikansi

kenaikan skor setiap subjek dengan uji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t =

7,3; sedangkan t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 sebesar 2,05. Dengan demikian, oleh

karena t hitung sebesar 7,38 > t tabel sebesar 2,03 pada taraf kepercayaan 95%, dapat

disimpulkan bahwa kenaikan skor nilai pra-tes terhadap skor nilai pasca tes secara

statistik adalah signifikan,

b. Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Sekolah Berkategori Sedang

1) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Putaran Pertama

Page 63: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

253

Analisis Proses pembelajaran

Pada uji coba di sekolah yang berkategori sedang, topik yang dibahas adalah

"Aktivitas Pengembangan" dengan sub topik "Merencanakan dan melakukan program

kebugaran individu". Pada putaran pertama ini, secara keseluruhan Model Pembelajaran

Kuantum Penjas sebagai model pembelajaran dalam penjas yang bertumpu kepada

peningkatan keterampilan gerak siswa belum berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan guru belum sesuai dengan

kekhasan Model Pembelajaran Kuantum Penjas. Dalam setiap langkah tersebut guru

masih terpengaruh oleh model mengajar yang biasa dilakukannya. Ketika siswa tidak

ada yang melakukan gerakan awal yang benar, serta merta tanpa diminta guru langsung

memberikan contoh agar anak menirukan gerakan guru. Malahan dalam cara meragakan

gerak misalnya, guru belum mampu meyakinkan siswa untuk menarik perhatiannya dan

melakukannya sendiiri tanpa dikomando oleh guru.

Dalam cara memberikan pertanyaan dan cara menunggu respon siswa, sebelum

meragakan gerak nampaknya masih mengandung beberapa kelemahan. Dalam cara

memberi peluang melakukan pergerakan yang didahului dengan pertanyaan misalnya,

guru masih terfokus kepada orang-orang tertentu sehingga tidak seluruh terlibat dalam

proses pembelajaran secara aktif. Demikian juga dalam merespon siswa, nampak guru

masih belum sabar menunggu jawaban siswa, sehingga guru masih sering menjawab

pertanyaan dan melakukan sendiri. Hal lain yang dianggap kurang berhasil masih

banyak diantara siswa yang berperan sebagai objek pembelajaran bukan sebagai subjek

pembelajaran. Mereka masih bergantung pada instruksi guru, malahan bersifat

menunggu informasi dari guru baru mau melakukan kegiatan. Hal ini membuktikan

bahwa pemahaman guru dan siswa dalam model pembelajaran kuantum belum cukup

Page 64: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

254

baik. Hal ini wajar karena bagi mereka merubah pola pembelajaran perlu cukup waktu.

Namun yang menarik ditemukan dalam putaran pertama adalah terletak pada keberanian

guru untuk menerima dan mau diberikan saran-saran dan pendapat tentang kelemahan

model yang selama ini digunakan dan model kuantum sebagai salah satu alternatif untuk

mengatasi kelemahan tersebut.

Pada langkah pembelajaran memberikan pertanyaan yang diajukan oleh guru

kurang mampu membimbing siswa untuk menemukan sendiri gerak yang seharusnya

dilakukan. Guru sering memberikan contoh dan membuat kesimpulan terlebih dahulu

tanpa menunggu respon siswa. Demikian juga mengenai pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan guru pada langkah ini cenderung terlalu sempit yang terfokus kepada materi

pembelajaran. Misalnya, ketika guru sampai pada pembahasan bahwa lakukan gerak

tadi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, guru bertanya seperti di bawah ini

"Anak-anak, lakukan gerakan secara bebas apa saja yang anda ketahui dengan cara

setiap gerak sesuaikan dengan kemampuan masing-masing, usahakan dilakukan dengan

semangat dan gerak yang tepat, coba ada diantara kalian yang dapat membuktikannya?"

Pola pertanyaan yang bersifat deduktif seperti itu, jelas memiliki kecenderungan

berorientasi kepada materi pelajaran. Dalam pengembangan Model Pembelajaran

Kuantum Penjas pertanyaan dan pernyataan tersebut akan sulit ditangkap oleh siswa,

sebab kebebasan berfikir dan bertindak mereka akan terikat oleh kesimpulan yang

dibuat sebelumnya. Misalnya dalam langkah pembelajaran "Menamai" guru tidak

membuat kesimpulan terlebih dahulu seperti itu, akan tetapi siswa didorong untuk

menemukan fakta-fakta konkrit sesuai dengan pengalamannya melalui cara berpikir

induktif. Contohnya, guru dapat mengajukan pertanyaan tertutup: "Adakah diantara

kalian yang pernah melihat seekor binatang yang berkelahi mempertahankan diri

Page 65: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

255

dengan saling menarik dan mendorong? "Coba kalian lakukan saling berhadapan

diantara teman gerakan mendorong mobil mogok, silahkan bebas lakukan?. Dari

perubahan pola bertanya semacam itu selanjutnya dapat dikembangkan dialog hingga

akhirnya siswa dapat menemukan sendiri berdasarkan pengalamannya bahwa gerak

yang dilakukannya sesuai dan tepat. Perubahan pola bertanya semacam itu bukan hanya

dapat menggiring siswa untuk menemukan fakta konkrit akan tetapi juga dapat

memperbaiki proses keterampilan berpikir siswa. Hal ini yang jarang malahan tidak

dilakukan guru selama ini, walaupun demikian, seperti yang telah dikemukakan pada

putaran pertama ini secara keseluruhan proses pembelajaran yang diperagakan guru

belum mampu mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan meningkatkan

keterampilan gerak secara keseluruhan.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap uji coba yang lebih luas putaran

pertama di sekolah berkatagori sedang, ternyata model pembelajaran kuantum Penjas

yang dapat dilihat dalam perhitungan statistik di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 31 orang, dengan Smpangan Baku (SB) = 4,09 diperoleh

skor rata-rata (x) hasil pra tes sebesar 6,81. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan

SB = 4,01 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca-tes menjadi 9,27.

Dilihat dari hasil perhitungan Simpangan Baku (SB), ternyata skor rata-rata yang

diperoleh siswa pada pasca-tes lebih homogin dibandingkan dengan pra-tes, oleh karena

SB pasca-tes sebesar 4,01< SB pra-tes sebesar 4,09 yang berarti pada sekolah yang

berkatagori sedang, pada putaran pertama ini, kenaikan tingkat penguasaan materi

pelajaran siswa yang tercermin dari rata-rata skor yang diperoleh siswa diikuti juga oleh

semakin meratanya tingkat penguasaan materi tersebut.

Page 66: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

256

Selain dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan menggunakan x2

dan uji F sebagai prasyarat pengujian sifhifikansi, selanjutnya dilakukan uji signifikansi

kenaikan skor setiap subjek dengan Uji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t

hitung = 6,0. Sedangkan t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 diperoleh skor sebesar

2,03 pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan

skor nilai pra-tes terhadap skor nilai pasca-tes secara statistik adalah signifikan.

2) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Putaran Kedua

Analisis Proses Pembelajaran

Pada putaran ini topik yang dibahas adalah "Aktivitas Pengembangan" dengan sub

topik "Gerak Kombinasi Jalan-Lari-Lompat". Pada putaran kedua ini proses

pembelajaran dengan mengunakan MPKPK berkembang agak lebih baik. Kelemahan-

kelemahan yang didapatkan pada putaran sebelumnya perlahan-lahan telah mampu

diperbaiki guru. Kelemahan-kelemahan guru seperti kurang mampunya guru dalam

memberikan kesempatan yang luas kepada anak untuk menampilkan kemampuannya,

kurang sabarnya guru dalam memberikan contoh penampilan gerakan ideal, dan anak-

anak selalu bergantung instruksi dari guru seperti yang terjadi pada putaran pertama,

pada putaran kedua ini tidak nampak lagi. Guru mampu memperagakan model MPKPK

beserta langkah-langkahnya sebagai model pembelajaran yang berorientasi pada

peningkatan keterampilan gerak dasar siswa secara utuh dan menyeluruh. Aspek

keterlibatan siswa dalam mengembangkan keterampilan gerak dan kemampuan

berpikirnya sudah mulai nampak. Melalui pertanyaan yang diajukan guru, guru mampu

melacak pengalaman dan kemampuan siswa sebagai bekal untuk memecahkan masalah

yang diajukan. Pola pikir deduktif dengan memberikan kesimpulan terlebih dahulu yang

sering muncul pada putaran pertama tidak lagi banyak dipergunakan. Guru lebih banyak

Page 67: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

257

mengembangkan pola berpikir induktif, yaitu proses berpikir yang menuntut siswa

untuk menemukan fakta-fakta lebih kongkrit terlebih dahulu sebagai dasar menarik

kesimpulan. Ternyata pola yang dikembangkan guru membuat kemampuan anak dalam

melakukan keterampilan gerak disertai kemempuan berpikir ditinjau dari seluruh aspek,

baik aspek kelancaran berpikir, aspek keluwesan dan originalitas maupun aspek

penghayatan gerak disertai kemampuan berpikir lebih berkembang. Hal ini ditunjukan

dengan semakin lancarnya proses pembelajaran, beragamnya pendapat yang diajukan

siswa serta meningkatkannya kemampuan siswa ditunjukan dengan gerak yang efisien

disertai dengan argumentasi dan ilustrasi melalui bahasa verbal. Pada putaran ini siswa

mampu menjawab pertanyaan guru sambil menunjukan kebiasaannya dengan lebih

efektif dan efisien sehingga guru tidak banyak ikut campur atau menunggu respon

siswa.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada uji coba kedua MPKPK yang

dikembangkan guru pada sekolah berkategori baik memiliki pengaruh yang positif

terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari perhitungan statistik seperti

dijelaskan di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 31 Simpangan Baku (SB) = 4,08 diperoleh rata-rata (x)

skor hasil pra-tes siswa sebesar 6,61. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan SB

sebesar 4,02 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca tes menjadi

11,77. Dilihat dari perhitungan Simpangan Baku (SB), ternyata kemampuan siswa pada

pasca-tes lebih homogin dibandingkan dengan pra-tes, oleh karena SB pra-tes sebesar

4,02 < SB pra-tes sebesar 4,08 yang bearti, pada putaran ini kenaikan tingkat

penguasaan materi pelajaran yang tercermin dari kenaikan rata-rata skor yang diperoleh

Page 68: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

258

siswa diikuti juga oleh drmain meratanya setiap siswa menguasai materi pelajaran

tersebut.

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan menggunakan

x2 dan uji F sebagai pra syarat pengujian signifikansi, selanjutnya dilakukan uji

signifikansi perbedaan dua rata-rata dengan Uji t, berdasarkan perhitungan diperoleh

harga t = 15,18. Harga t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 sebesar 2,03. Dengan

demikian, oleh karena t hitung sebesar 15,18 > t tabel sebesar 2,03 pada taraf

kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima artinya peningkatan skor

nilai pra-tes terhadap skor nilai pasca-tes secara statistik adalah signifikan.

3) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas Putaran Ketiga

Analisis Proses Pembelajaran

Pada putaran ketiga, proses pembelajaran nampak semakin sempurna. Pada

putaran ini topik yang dibahas merupakan kelanjutan dari topik sebelumnya "Uji diri

atau Senam" dengan sub topik "Melakukan bentuk-bentuk ketangkasan dengan lancar".

Guru mampu memerankan tugasnya dengan baik sebagai fasilitator belajar. Proses

pembelajaran yang ditampilkan guru dengan menggunakan MPKPK sesuai dengan

tahapan-tahapannya dapat menjadikan siswa lebih bergairah dan senang dalam belajar

senam. Teknik bertanya dalam setiap tahapan model yang diperagan guru juga semakin

bervariasi. Sering juga guru berimprovisasi dengan menampilkan peragaan-peragaan

yang menarik sesuai dengan karakteristik anak SD tanpa meninggalkan ola

pembelajaran yang bertumpu kepada peningkatan kemampuan bergerak yang efektif

dan melibatkan aspek berpikir siswa. Misalkan, ketika guru memberikan umpan balik

"Mana gerakan tubuhnya yang lentur" dipelesetkan menjadi "gerakan tubuh meniru ular

kepanasan", hal ini mampu mancairkan kebekuan pembelajaran siswa. Hal-hal yang

Page 69: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

259

dilakukan guru semacam ini membuat suasana belajar menjadi menarik penuh riang

gembira dan menyenangkan. Siswa selain tampak bergairah dalam belajar juga

membuat proses pembelajaran menjadi lancar. Siswa semakin mantap melakukan

gerakan kelenturan tubuhnya sehingga mampu menjawab tantangan yang selama ini

diragukan keberhasilannya, karena senam kurang menarik dan membikin siswa jenuh

belajar dikarenakan sudah pasti modelnya dari dulu seperti itu. Beberapa orang siswa

dapat menjawab dan menunjukkan kebolehannya dengan alur gerak yang lancar dan

sistematis. Demikian juga halnya dalam proses mengambil kesimpulan. Mereka dapat

menyimpulkan dengan tepat tanpa melalui arahan dari guru. Hal ini menunjukkan

kemajuan yang sangat bagus dalam proses keterampilan gerak dengan melibatkan cara

menampilkan gerak yang praktis, efisien, dan beramakna.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada uji coba putaran ketiga pada sekolah

berkategori baik, Model Pembelajaran Kuantum Penjas dikembangkan guru memiliki

pengaruh yang lebih baik lagi terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

perhitungan statistik di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 31 dengan Simpangan Baku (SB) = 3,61 diperleh rata-rata

(x) skor hasil pra-tes siswa sebesar 8,06. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan SB

= 3,97 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca-tes menjadi 13,81.

Dilihat dari hasil Simpangan Baku (SB), ternyata kemampuan siswa pada pra-tes lebih

homogin dibandingkan dengan pasca-tes, oleh karena SB pra- tes sebesar 3,61 < SB

pasca-tes sebesar 3,97 yang berarti pada putaran ini, kenaikan rata-rata tingkat

penguasaan materi pelajaran oleh siswa diikuti juga oleh tingkat keragaman siswa

dalam penguasaan materi pelajaran.

Page 70: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

260

Selain dilakukan uji normalitas dan uji homoginitas data dengan menggunakan x

dan uji F sebagai prasyarat pengujian signifikansi, selanjutnya dilakuan uji signifikansi

kenaikan skor setiap subjek dengan uji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t =

18,32, sedangkan t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 sebesar 2,03. Dengan demikian,

oleh karena t hitung sebesar 18,32 > t tabel sebesar 2,03 pada taraf kepercayaan 95%,

dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor nilai pra-tes terhadap skor nilai pasca tes secara

statistik adalah signifikan.

c Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Sekolah Berkategori Kurang

1) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Putaran Pertama

Analisis Proses pembelajaran

Pada uji coba di sekolah yang berkategori kurang, topik yang dibahas adalah

"Aktivitas Putmik"dengan sub topik "Melakukan gerak terstruktur dengan aba-

aba/irama". Pada putaran pertama ini, secara keseluruhan Model Pembelajaran

Kuantum Penjas sebagai model pembelajaran dalam penjas yang bertumpu kepada

peningkatan keterampilan gerak siswa kurang berjalan sebagaimana yang diharapkan.

Langkah-langkah pembelajaran yang dikembangkan guru belum sesuai dengan

kekhasan Model Pembelajaran Kuantum Penjas. Dalam setiap langkah tersebut guru

masih terpengaruh oleh model mengajar yang biasa dilakukannya sehari-hari. Banyak

siswa seperti yang tidak paham apa yang harus dilakukan dalam setiap tahapan

pembelajaran. Akibatnya hanya sedikit siswa yang dapat mengikuti proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran yang baru. Banyaknya siswa tidak aktif

bukan karena tidak ada respons dari siswa, akan tetapi karena alur yang biasa

dibawakan guru belum dipahami secara utuh. Ketika siswa tidak ada yang melakukan

gerakan dengan irama musik yang benar, maka guru sering melakukan pengulangan

Page 71: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

261

kegiatan apa penjelasan lisan maupun penjelasan contoh gerakan, malahan dalam cara

meragakan gerak misalnya, guru belum mampu meyakinkan siswa untuk menarik

perhatiannya dan melakukannya sendiri tanpa dikomandoi oleh guru.

Dalam cara memberikan pertanyaan dan cara menunggu respon siswa, sebelum

meragakan gerak nampaknya masih mengandung beberapa kelemahan. Dalam cara

memberi pertanyaan untuk melakukan pergerakan yang didahului dengan pertanyaan

tertutup misalnya, guru masih terfokus perhatiannya pada metode, kegiatan dan evaluasi

pembelajaran Penjas.. Demikian juga dalam merespon siswa, nampak guru masih belum

sabar menunggu jawaban siswa, sehingga guru masih sering menjawab pertanyaan dan

melakukan sendiri. Hal lain yang dianggap kurang berhasil masih banyak diantara siswa

yang berperan sebagai objek pembelajaran bukan sebagai subjek pembelajaran. Mereka

masih bergantung pada instruksi guru, malahan bersifat menunggu informasi dari guru

baru mau melakukan kegiatan. Hal ini membuktikan bahwa pemahaman guru dan siswa

dalam model pembelajaran kuantum Jurang baik. Hal ini wajar karena bagi mereka

merubah pola pembelajaran perlu memerlukan cukup waktu yang disediakan. Namun

yang menarik ditemukan dalam putaran pertama adalah terletak pada keberanian guru

untuk menerima model pembelajaran kuantum Penjas sebagai salah satu model

pembelajaran Penjas yang akan dicobakan langsung kepada siswa. Dengan demikian

sudah ada tanda-tanda menerima pembaharuan yang kadang-kadang sulit dihilangkan,

mereka berani terus terang bahwa model yang selama ini digunakan sulit meningkatkan

kemampuan keterampilan siswa SD.

Pada langkah pembelajaran memberikan kebebasan kepada siswa untuk mencari

bahan seluas-luasnya agar menemukan gerak ideal yang dikehendakinya, ternyata tidak

berjalan sesuai yang diharapkan. Mereka masih terikat pada gerak-gerak yang sudah ada

Page 72: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

262

dalam Senam Kebugaran Jasmani, tanpa berkeinginan untuk kreatif mengembangkan

gerak yang ada, apalagi merubahnya dengan gerak lainnya. Rencana yang diajukan oleh

guru tentang keinginan siswa untuk bebas melakukan gerak tanpa terikat gerak yang

sudah dikondisikan kurang mampu direspons siswa secara sungguh-sungguh.Guru

sering memberikan contoh tanpa diminta oleh siswa dan membuat kesimpulan terlebih

dahulu tanpa implementasi yang nyata. Demikian juga mengenai pertanyaan-pertanyaan

yang diajukan guru pada langkah ini cenderung terlalu sempit yang terfokus kepada

materi pembelajaran. Misalnya, ketika guru sampai pada pembahasan bahwa lakukan

gerak tadi sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa, guru bertanya seperti di

bawah ini "Anak-anak, lakukan gerakan secara bebas apa saja yang anda ketahui

dengan cara setiap gerak sesuaikan dengan kemampuan masing-masing, usahakan

dilakukan dengan semangat dan gerak yang tepat, coba ada diantara kalian yang dapat

membuktikannya?"

Pola pertanyaan dalam model pembelajaran Penjas yang bersifat terbuka seperti

itu, jelas memiliki kelemahan bagi siswa yang daya tangkapnya masih lemah.

Sebaiknya dalam pengembangan Model Pembelajaran Kuantum Penjas pertanyaan dan

tindakan yang diajukan bersifat sederhana seperti mulai dari pertanyaan tertutup dahulu

sampai siswa benar-benar memahami pokok permasalahan. Misalnya dalam langkah

pembelajaran "Mendemonstrasikan" guru tidak membuat kesimpulan terlebih dahulu

seperti itu, akan tetapi siswa didorong untuk menemukan fakta-fakta konkrit sesuai

dengan pengalamannya melalui cara langsung mencoba gerakan yang dipelajarinya

secara berulang-ulang. Contohnya, guru dapat mengajukan pertanyaan tertutup: "Siapa

yang pernah menonton musik dangdut?" Dapatkah kalian menirukan joged sesuai

dengan musik dangdut". Dilanjutkan dengan pertanyaan berikut "Coba kalian lakukan

Page 73: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

263

saling berhadapan di antara teman gerakan meliukan badan diikuti gerak tangan dan

kaki, silahkan bebas lakukan?. Dari perubahan pola bertanya semacam itu selanjutnya

dapat dikembangkan dialog hingga akhirnya siswa dapat menemukan sendiri

berdasarkan pengalamannya bahwa gerak yang dilakukannya sesuai dan tepat.

Perubahan pola bertanya semacam itu bukan hanya dapat menggiring siswa untuk

menemukan fakta konkrit akan tetapi juga dapat memperbaiki proses keterampilan

berpikir siswa. Hal ini yang jarang malahan tidak dilakukan guru selama ini, walaupun

demikian, secara keseluruhan proses pembelajaran yang diperagakan guru belum

mampu mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan meningkatkan

keterampilan gerak secara keseluruhan.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada tahap uji coba yang lebih luas putaran

pertama di sekolah berkatagori kurang, ternyata model pembelajaran kuantum Penjas

yang dapat dilihat dalam perhitungan statistik di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 35 orang, dengan Simpangan Baku (SB) = 3,71 diperoleh

skor rata-rata (x) hasil pra tes sebesar 6,66. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan

SB = 3,47, terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca-tes menjadi 7,09.

Dilihat dari hasil perhitungan Simpangan Baku (SB), ternyata skor rata-rata yang

diperoleh siswa pada pasca-tes lebih homogin dibandingkan dengan pra-tes, oleh karena

SB pasca-tes sebesar 3,47 < SB pra-tes sebesar 3,71 yang berarti pada sekolah yang

berkatagori kurang, pada putaran pertama ini, kenaikan tingkat penguasaan materi

pelajaran siswa yang tercermin dari rata-rata skor yang diperoleh siswa diikuti juga oleh

semakin meratanya tingkat penguasaan materi pelajaran.

Page 74: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

; • 264

Selain dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan menggunakan x2

dan uji F sebagai prasyarat pengujian sifhifikansi, selanjutnya dilakukan uji signifikansi

kenaikan skor setiap subjek dengan Uji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t

hitung =1,90. Sedangkan t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 diperoleh skor sebesar

2,03 pada taraf kepercayaan 95%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kenaikan

skor nilai pra-tes terhadap skor nilai pasca-tes secara statistik adalah signifikan.

2) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas pada Putaran Kedua

Analisis Proses Pembelajaran

Pada putaran ini topik yang dibahas adalah "Aktivitas Pengembangan" dengan sub

topik "Melakukan latihan untuk meningkatkan kekuatan dan kelenturan". Pada putaran

kedua ini proses pembelajaran dengan mengunakan MPKPK berkembang agak lebih

baik. Kelemahan-kelemahan yang didapatkan pada putaran sebelumnya perlahan-lahan

telah mampu diperbaiki guru. Kelemahan-kelemahan guru seperti siswa kurang

perhatiannya dalam proses pembelajaran, kurang sabarnya guru dalam memberikan

contoh penampilan gerakan ideal, dan anak-anak selalu bergantung instruksi dari guru

seperti yang terjadi pada putaran pertama, pada putaran kedua ini tidak nampak lagi.

Guru mampu memperagakan model MPKPK beserta langkah-langkahnya sebagai

model pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan keterampilan gerak dasar siswa

secara utuh dan menyeluruh. Aspek keterlibatan siswa dalam mengembangkan

keterampilan gerak dan kemampuan berpikirnya sudah mulai nampak. Melalui

pertanyaan yang diajukan guru, siswa memberikan respon melalui kemampuan

mendemonstrasikan gerak yang dimilikinya. Pola pikir deduktif dengan memberikan

kesimpulan terlebih dahulu yang sering muncul pada putaran pertama tidak lagi banyak

dipergunakan. Guru lebih banyak mengembangkan pola berpikir induktif, yaitu proses

Page 75: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

berpikir yang menuntut siswa untuk menemukan fakta-fakta lebih kongkrit

dahulu sebagai dasar menarik kesimpulan.

Secara perlahan-lahan dan bertahap siswa dapat menunjukkan keterampilannya

dihadapan temannya sendiri, yang asalnya enggan menampilkan keterampilannya

karena kurang percaya atas kemampuan yang dimilikinya. Model pembelajaran yang

dikembangkan guru membuat kemampuan anak dalam melakukan keterampilan gerak

disertai kemampuan berpikir secara keselurahan terus berkembang. Akhirnya tahapan

model pembelajaran kuantum Penjas dapat dilakukan sesuai dengan strategi yang

dikembangkannya, walaupun kebermaknaan pada setiap tahapan belum ditampilkan

secara utuh. Hal ini ditunjukan dengan semakin lancarnya proses pembelajaran,

beragamnya pendapat yang diajukan siswa serta meningkatkannya kemampuan siswa

ditunjukan dengan gerak yang efisien disertai dengan argumentasi dan ilustrasi melalui

bahasa verbal. Pada putaran ini siswa mampu menjawab pertanyaan guru sambil

menunjukan kebisaannya dengan melakukan alur gerak yang lebih efektif dan efisien

sehingga guru tidak banyak intervensi apalagi selalu memberikan instruksi yang lebih

dalam mengatur keinginan gerak siswa.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada uji coba, selanjurnya MPKPK yang

dikembangkan guru pada sekolah berkategori sedang Hal ini dapat dilihat dari

perhitungan statistik seperti dijelaskan di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 35 Simpangan Baku (SBJ = 4,64 diperoleh rata-rata (x)

skor hasil pra-tes siswa sebesar 6,83. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan SB

sebesar 4,14 terdapat kenaikan perolegana (x) skor hasil pasca tes menjadi 9,06. Dilihat

dari perhitungan Simpangan Baku (SB), ternyata skor siswa pada pasca-tes lebih

Page 76: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

266

homogin dibandingkan dengan pra-tes, oleh karena SB pra-tes sebesar 4,14 < SB pra-tes

sebesar 4,64 yang bearti, pada putaran ini kenaikan tingkat penguasaan materi pelajaran

siswa pada pasca-tes, juga diikuti oleh semakin meratanya skor atau kemampuan siswa

dalam penguasaan materi pelajaran.

Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data dengan menggunakan

x2 dan uji F sebagai pra syarat pengujian signifikansi, selanjutnya dilakukan uji

signifikansi perbedaan dua rata-rata dengan Uji t, berdasarkan perhitungan diperoleh

harga t = 5,82. Harga t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 sebesar 2,03. Dengan

demikian, oleh karena t hitung sebesar 5,82 > t tabel sebesar 2,03 pada taraf

kepercayaan 95%, dapat disimpulkan bahwa artinya peningkatan skor nilai pra-tes

terhadap skor nilai pasca-tes secara statistik adalah signifikan.

3) Hasil Uji Coba yang Lebih Luas Putaran Ketiga

Analisis Proses Pembelajaran

Pada uji coba putaran ketiga, proses pembelajaran dengan MPKPK nampak

semakin dapat mengembangkan kemampuan keterampilan motorik dasar siswa,

walaupun kemampuan itu dirasakan lambat. Pada putaran ini topik yang dibahas

merupakan kelanjutan dari topik sebelumnya "Aktivitas Pengembangan" dengan sub

topik "Melakukan bentuk-bentuk latihan untuk meningkatkan daya tahan". Guru

mampu memerankan tugasnya dengan baik selain sebagai pembimbing juga bertindak

sebagai fasilitator belajar. Proses pembelajaran yang ditampilkan guru dengan

menggunakan MPKPK sesuai dengan tahapan-tahapannya dapat menjadikan siswa lebih

bergairah dan senang dalam belajar Penjas. Teknik bertanya dalam setiap tahapan model

yang diperagan guru juga semakin bervariasi jenis-jenis pertanyaannya. Sering juga

guru berinovasi dengan menampilkan bentuk gerak yang dilakukan siswa sangat

Page 77: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

267

menarik dan tidak merasa jenuh karena menggunakan proses pembelajaran yang

bervareasi disesuaikan dengan karakteristik anak SD. Nampak model pembelajaran

yang dikembangkan bertumpu kepada peningkatan kemampuan bergerak yang efektif

dan melibatkan aspek berpikir siswa. Misalkan, ketika siswa melakukan latihan lari,

guru menyetel musik pengiring memberikan dorongan semangat seperti "Ayo pasti

kamu bisa lebih cepat sampai finish," sambil dilombakan. Setelah siapa siswa yang

lebih cepat datang ke finish akan mendapatkan hadiah. Kemudian dilanjutkan pada

latihan berikutnya dengan dikombinasikan setelah lari, diselingi latihan kelentukan di

tempat, kemudian latihan lari kembali secara berulang. Nampak anak-anak tidak

terkesan lelah atau bosan akan tetapi bersuka ria apalagi dengan musik pengiring yang

sangat mereka senangi.

Hal-hal yang dilakukan guru semacam ini membuat suasana belajar menjadi

menarik penuh riang gembira dan menyenangkan. Siswa selain tampak bergairah dalam

belajar juga membuat proses pembelajaran menjadi lancar. Siswa semakin mantap

melakukan gerakan kecepatan dan kelenturan tubuhnya sehingga mampu menjawab

tantangan yang selama ini diragukan keberhasilannya, karena Penjas apalagi latihan lari

kurang menarik dan membikin siswa jenuh belajar dikarenakan sudah pasti modelnya

dari dulu seperti itu. Beberapa orang siswa dapat merespons dan menunjukkan

kemampuannya dengan melakukan gerak yang cepat dan sistematis. Demikian juga

halnya dalam proses mengambil kesimpulan, mereka dapat menyimpulkan dengan tepat

tanpa melalui arahan dari guru, mana latihan yang hanya untuk kecepatan, kelenturan,

dan daya tahan tubuh. Mereka sendiri yang mengklasifikasikan beberapa bentuk latihan

dan kegunaannya, guru memberikan materi latihan, mereka sendiri yang mengatur

berlomba lari antara siswa yang satu dengan siswa yang lain. Hal ini menunjukkan

Page 78: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

268

kemajuan yang sangat bagus dalam proses keterampilan gerak dengan melibatkan cara

menampilkan gerak yang praktis, efisien, dan beramakna.

Analisis Hasil Pembelajaran

Berdasarkan data yang diperoleh pada uji coba putaran ketiga pada sekolah

berkategori kurang, Model Pembelajaran Kuantum Penjas dikembangkan guru memiliki

pengaruh yang lebih baik lagi terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

perhitungan statistik di bawah ini.

Dari jumlah siswa (n) = 35 dengan S impangan Baku (SB) = 3,32 diperoleh rata-

rata (x) skor hasil pra-tes siswa sebesar 7,25. Pada jumlah siswa (n) yang sama, dengan

SB - 3,42 terdapat kenaikan perolehan rata-rata (x) skor hasil pasca-tes menjadi 10,34.

Dilihat dari hasil Simpangan Baku (SB), ternyata kemampuan siswa pada pra-tes lebih

homogin dibandingkan dengan pasca-tes, oleh karena SB pra-tes sebesar 3,32 < SB

pasca-tes sebesar 3,42 yang berarti pada putaran ini, kenaikan rata-rata tingkat

penguasaan materi pelajaran oleh siswa diikuti juga oleh tingkat keragaman siswa

dalam penguasaan materi pelajaran.

Selain dilakukan uji normalitas dan uji homoginitas data dengan menggunakan x2

dan uji F sebagai prasyarat pengujian signifikansi, selanjurnya dilakuan uji signifikansi

kenaikan skor setiap subjek dengan uji-t. Berdasarkan perhitungan diperoleh harga t =

6,20, sedangkan t tabel dengan dk = n-1 pada a 0,05 sebesar 2,03. Dengan demikian,

oleh karena t hitung sebesar 6,20 > t tabel sebesar 2,03 pada taraf kepercayaan 95%,

dapat disimpulkan bahwa kenaikan skor nilai pra-tes terhadap skor nilai pasca tes secara

statistik adalah signifikan.

Ditinjau dari hasil belajar siswa berdasarkan hasil analisis data mulai putaran

pertama sampai putaran ketiga, maka nampaknya Model Pembelajaran Kuantum Penjas

Page 79: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

269

berbasis Kompetensi (MPKPK), memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan

penguasaan materi pelajaran pada setiap katagori sekolah. Terjadinya pengaruh yang

positif tersebut dapat dilihat dari perbandingan antara rata-rata hasil pra-tes dan pasca

tes dalam setiap kali putaran. Berdasarkan perhitungan statistik pada setiap kali putaran

pada sekolah berkatagori baik selalu menunjukkan t hitung > t tabel yang berarti

perbedaan tersebut adalah signifikan, seperti yang terlihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4-1

Hasil Uji Coba Pra dan Pasca-tes pada Sekolah Berkategori Baik

PUTARAN n X SB t hitung T tabel

a = 0,05 Keterangan

1.Pra-tes 40 6,1 4,35

Pasca-tes 40 6,55 4,08 6,64 2,03 Signifikan

2.Pra-tes 40 14,60 4,16

Pasca-tes 40 8,68 4,79 5,20 2,03 Signifikan

3.Pra-tes 40 8,65 4,73

Pasca-tes 40 12,58 4,88 7,38 2,03 Signifikan

Demikian juga halnya pada sekolah berkatagori sedang, ternyata dalam setiap kali

putaran menunjukkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan sekolah berkatagori baik,

dimana harga t hitung > t tabel yang artinya perbedaan hasil pra-tes dan pasca-tes

tersebut secara statistik adalah signifikan. Hasil analisis statistik pada sekolah yang

berkatagori sedang terangkum pada tabel berikut ini.

Page 80: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

270

Tabel 4-2

Hasil Uji Coba Pra dan Pasca-tes pada Sekolah Berkategori Sedang

PUTARAN n X SB t hitung T tabel

a =0,05 Keterangan

l.Pra-tes 31 6,81 4,09

Pasca-tes 31 9,27 4,01 6,0 2,03 Signifikan

2.Pra-tes 31 6,61 4,08

Pasca-tes 31 11,77 4,02 15,18 2,03 Signifikan

3.Pra-tes 31 8,06 3,61

Pasca-tes 31 13,81 3,07 18,32 2,03 Signifikan

Sama halnya dengan sekolah berkategori sedang, sekolah yang berkategori

kurangpun nampaknya ada kenaikan pada setiap kali putaran, walaupun skor yang

diperoleh tidak setinggi sekolah yang berkatagori baik dan sedang. Pada kelompok

sekolah berkatagori kurang ada kenaikan secara signifikan pada setiap kali putaran.

Hasil analisis secara statistik pada setiap kali putaran pada sekolah berkatagori kurang

terangkum dalam tabel statistik sebagai berikut:

Page 81: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

271

Tabel 4-3

Hasil Uji Coba Pra dan Pasca-tes pada Sekolah Berkategori Kurang

PUTARAN n X SB t hitung T tabel

a =0,05 Keterangan

l.Pra-tes 35 6,66 3,71

Pasca-tes 35 7,09 3,47 1,9 2,03 Signifikan

2.Pra-tes 35 6,83 4,64

Pasca-tes 35 9,06 4,14 5,82 2,03 Signifikan

3.Pra-tes 35 7,25 3,32

Pasca-tes 35 10,34 3,42 7,38 2,03 Signifikan

Data seperti terangkum dalam tabel statistik pada setiap kategori sekolah di atas,

menunjukkan pada putaran 1, 2, dan 3, hasil pasca-tes selalu memiliki perbedaan

dibandingkan dengan pra-tes, yang secara statistik perbedaan tersebut adalah signifikan,

artinya dapat meningkatkan hasil belajar melalui model pembelajaran kuantum Penjas.

2. Interpretasi Hasil Uji Coba yang Lebih Luas

Sesuai dengan fokus yang jadi perhatian penelitian dalam proses uji coba yang

lebih luas, maka dalam menginterpretasikan data hasil uji coba diarahkan pada dua hal,

yaitu: Pertama, interpretasi terhadap proses pembelajaran dan kedua, interpretasi

terhadap hasil pembelajaran.

Ditinjau dari sudut proses pembelajaran, nampak MPKPK dalam mata pelajaran

Penjas sebagai suatu model pembelajaran yang memiliki pengaruh positif terhadap

peningkatan keterampilan motorik siswa. Seperti halnya pada akhir proses pembelajaran

Page 82: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

272

dan akhir uji coba baik uji coba terbatas maupun uji coba yang lebih luas, nampak

proses pembelajaran yang dirancang oleh guru Penjas melalui tahapan MPKPK dapat

meningkatkan suasana pembelajaran yang bergairah dan menyenangkan yang pada

gilirannya dapat meningkatkan keterampilan motorik siswa, baik ditinjau dari

keterampilan motorik dasar maupun motorik secara umum.

Dalam aspek kemampuan meningkatkan keterampilan motorik dasar, dapat di

lihat setiap siswa mencoba melakukan aktivitas gerak berpindah tempat (lokomotor)

seperti: melompat, berjalan, berlari, dan berderap dengan berbagai variasi, siswa

melakukannya dengan semangat dan penuh gairah. Gerakan-gerakan lokomotor tadi

disajikan dalam beragam bentuk variasinya, seperti berlari dengan musik dapat

dibedakan dari yang pelan hingga yang tercepat, ketika musik lambat maka lari pelan-

pelan, tetapi ketika musik keras dan irama cepat maka lari kencang melalui bentuk

perlombaan sesama teman sekelasnya.

Begitu pula, gerak dasar non lokomotor dimana aktivitas gerak dilakukan tidak

menyebabkan berpindah tempat seperti: gerakan mengayun, meregang, menekuk dan

meluruskan, berputar sambil melayang dan menggoyang. Bentuk gerakan di atas

disampaikan melalui kegiatan pembelajaran yang bervariasi dan melibatkan seluruh

siswa. Sebab bentuk-bentuk gerakan tadi dapat dilakukan pada saat pemanasan dengan

menggunakan struktur bergerak bebas. Artinya dapat dimasukan dalam kegiatan inti

asalkan dilakukan dengan berbagai variasi yang sederhana ataupun kompleks,

bergantung pada kondisi siswa. Ketika siswa melakukan dengan mudah maka

dilanjutkan secara bertahap ke jenjang yang lebih kompleks, seperti coba ayunkan

lengan ke depan-belakang, lutut bengkok, badan/togok tetap rendah. Gerakan tadi

dilanjutkan pada ayunan silang, lengan direntangkan, kaki dibuka lebar, badan dan lutut

Page 83: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

273

tetap bengkon ketika dijatuhkan ke depan dan membuat posisi menyilang di depan

badan, ayunkan kembali kedua lengan untuk kembali ke semula.

Keterampilan motorik dasar manipulatif merupakan keterampilan dasar yang

harus dipelajari siswa bersama dengan keterampilan yang lain yaitu gerak lokomotor

dan non lokomotor, karena siswa pada kegiatan pembelajaran seperti ini harus

berhubungan dengan benda di luar dirinya yang harus dimanipulasi sedemikian rupa

sehingga terbentuk satu keterampilan. Keterampilan manipulatif contohnya melempar,

menangkap, menendang, dan menggiring. Disampaikan secara bervariasi melalui model

pembelajaran kuantum Penjas, yang diasumsikan dapat meningkatkan keterampilan

motorik dasar siswa SD. Berdasarkan peningkatan keterampilan dasar siswa yang secara

terus menerus ditambah, maka dapat dipastikan, MPKPK memiliki pengaruh yang

positif terahadap peningkatan keterampilan motorik dasar siswa SD.

Selain terhadap prose pembelajaran, berdasarkan hasil analisis statistik, ternyata

MPKPK yang dikembangkan juga memiliki pengaruh yang positif terhadap kemampuan

siswa dalam menguasai bahan pelajaran, seperti yang terlihat dari grafik di bawah ini.

S B ss SK S B SS SK SB SS SK

O Hasil pra-tes • Hasil Pasca-tes

Bagan 4 - 5 Grafik Perolehan Rata-rata Hasil Pra dan Pasca-tes

Sekolah berkategori Baik (SB), Sedang (SS), dan Kurang (SK Putaranl, 2. dan 3

Hasil yang diperoleh siswa pada setiap putaran di setiap kategori sekolah, seperti

tergambarkan pada grafik di atas, yang datanya bersumber dari rangkuman hasil

Page 84: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

274

perhitungan statistik pada setiap kategori sekolah seperti tergambar pada tabel 4-1, 4-2

dan 4-3, menunjukkan bahwa terdapat selisih yang cenderung semakin tinggi antar hasil

pra-tes dan pasca-tes pada setiap kategori sekolah, baok sekolah berkategori baik,

sedang, maupun kurang. Kenaikan pada sekolah berkategori kurang berbeda dengan

sekolah kategori baik dan sedang, hal ini menunjukkan bahwa MPKPK berhasil

meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran baik sekolah

berkategori baik, sedang, maupun kurang. Hal ini memungkinkan, karena dalam proses

pembelajaran guru tidak hanya memfokuskan pada keterampilan motorik saja, akan

tetapi keterampilan lain didorong agar siswa menguasai materi pelajaran.

F. Perbaikan Model Pembelajaran

Pada uji coba yang lebih luas, tidak ada perbaikan model yang prinsip. Tahapan-

tahapan model yang ditemukan pada uji coba terbatas, sudah dianggap memadai sebagai

sosok model MPKPK yang dapat dikembangkan dalam pemebalajaran Penjas di SD.

Perbaikan model pada setiap putaran selama uji coba yang lebih luas berlangsung hanya

dilakukan pada implementasi setiap tahapan, dengan tujuan untuk menambah ketajaman

model yang dikembangkan.

Perbaikan model yang dilakukan pada implementasi setiap tahapan, disesuaikan

dengan masalah yang dihadapi oleh masing-masing guru pada setiap kategori sekolah.

Oleh karena setiap sekolah yang dijadikan lokasi uji coba memiliki kategori berbeda,

yaitu kategori baik, sedang, dan kurang, maka kadar dan bobot perbaikanpun berbeda

pula. Pada sekolah berkataegori baik dan sedang, contohnya, perbaikan terjadi lebih

banyak pada masalah yang bersifat konseptual, misalkan mengapa guru Penjas perlu

mempertimbangkan pola gerak dasar yang disampaikan pada siswa SD berbentuk

Page 85: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

275

lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Bagaimana agar siswa dapat melakukan

berbagai gerakan dengan polanya sendiri-sendiri sesuai dengan keterbatasan

kemampuan masing-masing. Hal ini dilakukan oleh sebab pada sekolah berkategori baik

dan sedang, pengembangan model dipandang dari sudut teknis pelaksanaan sudah tidak

ada permasalahan. Artinya, kemampuan minimal guru untuk dapat mengembangkan

model dianggap sudah memadai, demikian juga dipandang dari hasil pembelajaran

dianggap sudah lebih baik.

Berbeda dengan sekolah yang berkategori kurang, pada sekolah ini perbaikan

model masih diarahkan pada teknis pelaksanaan. Hal ini disebabkan baik guru maupun

siswa dianggap masih kurang dalam mengembangkan model pembelajaran. Dari sudut

guru misalnya, kemampuan dalam keterampilan dasar bertanya masih belum dimiliki

sepenuhnya. Akibatnya MPKPK yang dikembangkan berjalan lebih lambat

dibandingkan dengan sekolah berkategori baik dan sedang. Demikian juga halnya dari

sudut siswa, siswa yang berada pada sekolah berkategori kurang, kondisi fasilitas Penjas

terbatas dan wawasan pengalaman belajar merekapun terbatas pula, sehingga

perbendaharaan gerak merekapun perlu mendapat intervensi dari guru Penjas. Oleh

sebab itu umpan balik segera dilakukan ketika mereka mendemonstrasikan gerak yang

agak kompleks. Alternatif yang dilakukan antara lain isi pertanyaan yang diberikan oleh

guru disederhanakan dengan cara merubah jenis dan strategi pertanyaan, sebelum

pelaksanaan gerak yang diinginkan dilakukan..

Perbaikan menyeluruh pada uji coba yang lebih luas ini justru terjadi pada desain

evaluasi. Perbaikan menyeluruh pada desain evaluasi ini dilakukan oleh karena proses

uji coba yang lebih luas evaluasi dilakukan bukan hanya pada proses pembelajaran,

akan tetapi juga pada hasil belajar. Dengan demikian strategi evaluasi dilakukan dengan

Page 86: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

276

dua bentuk, yaitu evaluasi proses melalui observasi dan evaluasi hasil atau penguasaan

isi pelajaran melalui tes.

G. Hasil Uji Validasi Model

1. Deskripsi

Uji validasi dilakukan untuk melihat efektifitas model yang dikembangkan

terhadap hasil belajar atau penguasaan materi pembelajaran oleh siswa. Oleh karena itu,

dalam uji validasi peneliti tidak lagi melihat perbedaan proses belajar, sebab data

tersebut sudah cukup diperoleh dalam proses uji coba baik terbatas maupun yang lebih

luas. Konsentrasi peneliti tertuju dalam uji validasi adalah perbandingan penguasaan

materi pelajaran oleh siswa antara siswa yang menggunakan Model Pembelajaran

Kuantum Penjas berbasis Kompetensi (MPKPK) sebagai kelompok eksperimen dengan

siswa yang menggunakan model pembelajaran yang selama ini digunakan sebagai

kelompok kontrol.

Subjek yang terlibat dalam uji validasi ini adalah 3 orang guru Penjas SD kelas 6

beserta siswanya yang terlibat pada uji coba sebagai kelompok eksperimen ditambah 3

orang guru Penjas SD beserta siswa kelas 6 dari sekolah lain yang tidak terlibat dalam

proses uji coba model sebagai kelompok kontrol. Seperti yang telah dijelaskan pada bab

sebelumnya, SD-SD yang menjadi kelompok kontrol sebagai SD berkategori baik,

sedang dan kurang tersebut adalah SD Negeri Sukaraja, SD Negeri Cibeureum 2 dan SD

Negeri Rancapurut.

Desain yang digunakan dalam uji validasi adalah Desain Statis Dua Kelompok

(Nana Sudjana dan Ibrahim, 1989:37). Sesuai dengan desain yang digunakan,

pelaksanaan eksperimen tidak didahului oleh pemberian pra-tes, baik pada kelompok

Page 87: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

277

eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Hal ini didasarkan kepada asumsi bahwa

kedua kelompok itu memiliki kemampuan awal yang sama. Asumsi tersebut adalah

hasil interpretasi peneliti yang didasarkan kepada perkiraan yang dikemukakan guru

pada masing-masing kategori sekolah adalah sama. Menurut guru penjas yang mengajar

di sekolah berkategori baik, baik untuk sekolah yang dijadikan kelompok eksperimen

maupun kelompok kontrol, masing-masing mengatakan bahwa rata-rata penguasaan

kurikulum penjas siswa di kelas 6 berkisar antara 70% sampai dengan 75%; sedangkan

di sekolah berkategori sedang dan berkategori kurang berkisar antara 60% sampai

dengan 65%; Dalam menentukan asumsi ini, peneliti sengaja tidak mengacu kepada

rata-rata prestasi belajar seperti nilai catur wulan sebelumnya, oleh sebab itu seperti

yang dikatakan guru nilai catur wulan yang tertera pada nilai raport merupakan nilai

akhir yang tidak semata-semata berdasarkan pada tingkat penguasaan materi saja, akan

tetapi nilai setelah mempertimbangkan berbagai faktor seperti kehadiran, kerjasama,

kedisiplinan, aktivitas dan lain sebagainya. Oleh sebab itu untuk menentukan tingkat

kemampuan awal sebagai asumsi bahwa antara kelompok kontrol memiliki kemampuan

awal yang sama, digunakan pendapat dan perkiraan guru seperti di atas.

Didasari, kelemahan yang mungkin terjadi dalam desain statis dua kelompok

adalah kurangnya kontrol terhadap variabel-variabel yang memungkinkan dapat

mengganggu hasil eksperimen, oleh sebab itu dalam proses pelaksanaan uji validasi

peneliti melakukan kontrol terhadap beberapa variabel yang dianggap dapat

mengganggu seperti variabel pengalaman guru dalam mengajar, materi yang disajikan

serta waktu yang digunakan. Statistik yang digunakan untuk pengolahan data dalam uji

validasi ini adalah pengujian perbedaan dua rata-rata pada kelompok sampel besar

dengan uji z pada a = 0,05 atau pada taraf signifikansi 95%. Sebagai persyaratan

Page 88: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

278

pengujian signifikansi, terlebih dahulu data diuji distribusi normalitas dengan

menggunakan Chiquadrat dan uji Homogenitas data dengan uji F dan uji Barlett (B).

Hasil dari uji validasi ini diuraikan di bawah ini.

a. Hasil Uji Validasi Pada Sekolah Berkategori Baik

Berdasarkan pengujian statistik, pada sekolah berkategori baik MPKPK

berpengaruh secara signifikan terhadap hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari

data yang diperoleh. Berdasarkan data, dari tiga kali putaran hasil tes kelompok

eksperimen selalu lebih unggul dibandingkan dengan kelompok kontrol. Pada putaran

pertama kelompok eksperimen dengan n = 40, SB = 4,25 diperoleh rata-rata (X) hasil

pasca-tes 14,82; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 38, SB = 4,35 diperoleh rata-

rata (X) hasil pasca-tes sebesar 8,58. Dilihat dari hasil perhitungan Simpangan Baku

(SB) skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih homogen dibandingkan dengan

kelompok kontrol, karena SB kelompok eksperimen sebesar 4,25 < SB kelompok

kontrol sebesar 4,35 yang berarti pada kelompok eksperimen tingkat penguasaan materi

pembelajaran lebih merata dibandingkan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 6,64. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0,05 sebesar 1,96. Oleh karena harga z

sebesar 6,64 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah signifikan.

Pada putaran kedua, kelompok eksperimen dengan n = 40, SB = 4,30 diperoleh

rata-rata hasil (X) pasca-tes sebesar 14.60; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 38,

SB = 4,25 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca tes sebesar 8,92. Dilihat dari hasil

perhitungan Simpangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok kontrol lebih

homogin dibandingkan dengan kelompok eksperimen, karena SB kelompok kontrol

sebesar 4,25 < SB kelompok eksperimen sebesar 4,30 yang berarti pada kelompok

Page 89: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

kontrol tingkat penguasaan materi pembelajaran lebih merata dibandingkan '^p^ '^^i 1

kelompok eksperimen.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 5,87. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a = 0,05 sebesar 1,96. Oleh karena harga

z sebesar 5,87 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah signifikan.

Pada putaran ketiga kelompok eksperimen dengan n = 40, SB = 4,32 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 14,80; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 38,

SB = 4,21 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 8,85. Dilihat dari hasil

perhitungan Simpangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok kontrol lebih

homogin dibandingkan dengan kelompok eksperimen, karena SB kelompok kontrol

sebesar 4,21<SB kelompok eksperimen sebesar 4,32 yang berarti pada kelompok

kontrol tingkat penguasaan materi pembelajaran lebih merata dibandingkan pada

kelompok eksperimen.

Berdasarkan pada kelompok statistik, diperoleh nilai z sebesar 6,13. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0.05 sebesar 1,96. Oleh karena harga

z sebesar 6,13 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah signifikan.

Selanjutnya, hasil perhitungan statistik setiap putaran pada sekolah berkategori

baik, terangkum pada tabel di bawah ini.

Page 90: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

280

Tabel 4-4

Hasil Uji Validasi Pengaruh Penggunaan MPKPK terhadap Hasil Belajar Siswa pada Sekolah Berkategori Baik

KELOMPOK n X SB t hitung T tabel

a =0,05 Keterangan

Eksperimen 40 14,82 4,20

kontrol 38 8,58 4,35 6,64 1,96 Signifikan

Eksperimen 40 14,60 4,30

kontrol 38 8,92 4,25 5,87 1,96 Signifikan

Eksperimen 40 14,80 4,32

kontrol 38 8,58 4,21 6,13 '1,96 Signifikan

b. Hasil Uji Validasi Pada sekolah Berkategori Sedang

Seperti halnya pada sekola berkategori baik, berdasarkan pengujian statistik, pada

sekolah berkategori sedang MPKPK juga memiliki pengaruh secara signifikan terhadap

hasil belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari data yang diperoleh dari tiga kali putaran

hasil tes kelompok eksperimen selalu lebih unggul dibandingkan dengan kelompok

kontrol. Pada putaran pertama kelompok eksperimen dengan n =31, SB =3,70 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 14,60; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 30,

SB = 3,90 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 8,10. Dilihat dari hasil

perhitungan Simpangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih

homogin dibandingkan dengan kelompok kontrol, karena SB kelompok eksperimen

sebesar 3,70 < SB kelompok kontrol sebesar 3,90, yang berarti pada kelompok

Page 91: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

281

eksperimen pada putaran ini tingkat penguasaan materi pembelajaran lebih merata

dibandingkan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 6,70. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0,05 sebesar 1,96. Oleh karena harga z

sebesar 6,64 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah signifikan.

Pada putaran kedua, kelompok eksperimen dengan n =31, SB = 3,25 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 14,20; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 30,

SB = 3,40 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 8,02. Dilihat dari hasil

perhitungan S impangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok eksperimen lebih

homogin dibandingkan dengan kelompok kontrol, karena SB kelompok eksperimen

sebesar 3,25 < SB kelompok kontrol sebesar 3,40 yang berarti pada kelompok

eksperimen pada putaran ini tingkat penguasaan materi pembelajaran lebih merata

dibandingkan pada kelompok kontrol.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 4,50. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada taraf nyata 0,05 adalah sebesar 1,96.

Oleh karena harga z sebesar 4,50 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah

signifikan.

Pada putaran ketiga kelompok eksperimen dengan n = 31, SB =3,60 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 14,50; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 30,

SB = 3,40 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 8,70. Dilihat dari hasil

perhitungan Simpangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok kontrol lebih

homogin dibandingkan dengan kelompok eksperimen, karena SB kelompok kontrol

sebesar 3,40 < SB kelompok eksperimen sebesar 3,60 yang berarti pada kelompok

Page 92: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

-282

kontrol tingkat penguasaan materi pembelajaran lebih merata dibandingkan pada

kelompok eksperiman.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 6,44. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0,05 sebesar 1,96. Oleh karena harga z

sebesar 6,44 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalh signifikan. Selanjutnya hasil

perhitungan statistik setiap putaran pada sekolah berkategori sedang adalah sbb.:

Tabel 4-5

Hasil Uji Validasi Pengaruh Penggunaan MPMK terhadap Hasil Belajar Siswa pada Sekolah Berkategori Sedang

KELOMPOK n X SB T hitung T tabel

a = 0,05 Keterangan

Eksperimen 31 14,60 3,70 6,70 1,96 Signifikan

Kontrol 30 8,10 3,90

Eksperimen 31 14,20 3,25 4,50 1,96 Signifikan

Kontrol 30 8,62 3,40

Eksperimen 31 14,50 3,60 6,40 1,96 Signifikan

Kontrol 30 8,70 3,40

c. Hasil Uji Validasi Pada Sekolah Berkategori Kurang

Berbeda dengan hasil validai pada sekolah berkategori baik dan sekolah

berkategori sedang, pada sekolah berkategori kurang, pada putaran pertama berdasarkan

pengujian statistik, MPKPK yang diterapkan guru tidak memiliki pengaruh yang berarti

terhadap penguasaan materi pelajaran oleh siswa. Pengaruh yang berarti baru diperoleh

Page 93: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

283

pada putaran kedua dan ketiga. Hasil perhitungan statistik, uji validasi pada sekolah

berkategori kurang ini digambarkan di bawah ini.

Pada putaran pertama kelompok eksperimen dengan n = 35, SB = 3,50 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 7,20; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 37,

SB = 3,40 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 6,80. Dilihat dari perhitingan

Simpangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok kontrol lebih homogin

dibandingkan dengan kelompok eksperimen, karena SB kelompok kontrol sebesar 3,40

< SB kelompok eksperimen sebesar 3,50, yang berarti pada kelompok kontrol tingkat

penguasaan materi pembelajaran lebih merata dibandingkan pada kelompok

eksperimen.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 0,49. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0,05 sebesar 1,96. Oleh karena harga z

sebesar 0,49 < t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah tidak signifikan.

Pada putaran kedua, kelompok eksperimen dengan n =35, SB = 3,32 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 8,92; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 37,

SB = 3,10 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 7,10. Dilihat dari hasil

perhitungan Simpangan Baku (SB) - skor yang diperoleh kelompok kontrol lebih

homogin dibandingkan dengan kelompok eksperimen, karena SB kelompok kontrol

sebesar 3,10 < SB kelompok eksperimen sebesar 3,32, yang berarti pada kelompok

kontrol tingkat penguasaan materi pembelajaran lebih merata dibandingkan pada

kelompok eksperimen.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 2,43. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0,05 adalah sebesar 1,96. Oleh karena

harga z sebesar 2,43 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah signifikan.

Page 94: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

284

Pada putaran ketiga kelompok eksperimen dengan n = 35, SB = 3,48 diperoleh

rata-rata (X) hasil pasca-tes 9,70; sedangkan kelompok kontrol dengan n = 37, SB =

3,12 diperoleh rata-rata (X) hasil pasca-tes sebesar 7,20. Dilihat dari hasil perhitungan

Simpangan Baku (SB) skor yang diperoleh kelompok kontrol lebih homogin

dibandingkan dengan kelompok eksperimen, karena SB kelompok kontrol sebesar 3,12

< SB kelompok eksperimen sebesar 3,48, yang berarti pada kelompok kontrol tingkat

penguasaan materi pembelajaran lebih merata dibandingkan pada kelompok

eksperimen.

Berdasarkan perhitungan statistik, diperoleh nilai z sebesar 3,25. Harga t tabel

sebagai batas kritis pada tabel distribusi t pada a 0,05 sebesar 1,96. Oleh karena harga z

sebesar 3,25 > t tabel, maka perbedaan skor tersebut adalah signifikan.

Hasil perhitungan statistik setiap putaran pada sekolah berkategori kurang,

terangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 4-6

Hasil Uji Validasi Pengaruh Penggunaan MPKPK terhadap Hasil Belajar Siswa pada Sekolah Berkategori Kurang

KELOMPOK n X SB T hitung T tabel

a = 0,05 Keterangan

Eksperimen 35 7,20 3,50 0,49 1,96 Tidak

Kontrol 37 6,80 3,40 Signifikan

Eksperimen 35 7,70 3,48 2,43 1,96 Signifkan

Kontrol 37 7,20 3,12

Eksperimen 35 8,92 3,32 3,25 1,96 Signifikan

Kontrol 37 7,10 3,10

Page 95: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

285

2. Interpretasi Hasil Penelitian Uji Validasi Model

Hasil penelitian prngujian validasi model membuktikan, bahwa Model

Pembelajaran Kuantum Pendidikan Jasmani berbasis Kompetensi (MPKPK) dalam

pelajaran Pendidikan jasmani, bukan hanya memiliki pengaruh positif terhadap proses

pembelajaran yang dapat mengembangkan peningkatan kemampuan keterampilan

gerak siswa, seperti data yang ditunjukkan dalam proses uji coba, akan tetapi juga

berpengaruh terhadap hasil pembelajaran penjas seperti yang ditunjukkan oleh data hasil

uji validasi.

Berdasarkan perhitungan statistik seperti yang terangkum pada tabel-tabel di atas

menggambarkan, pada sekolah berkategori baik dan sedang dalam tiga kali putaran,

ternyata kelompok eksperimen selalu lebih unggul dalam perolehan skor pasca-tes

dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pada sekolah

kategori ini MPKPK memiliki pengaruh yang positif dibandingkan dengan model

pembelajaran yang selama ini digunakan oleh guru. Pengaruh tersebut secara statistik

dianggap signifikan.

Pada sekolah berkategori kurang, rata-rata skor baik pada kelompok kontrol

maupun pada kelompok eksperimen sedikit lebih rendah dibandingkan dengan sekolah

berkategori baik dan sedang. Bahkan, pada sekolah berkategori kurang ini, pada putaran

pertama perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol,

secara statistik tidak signifikan. Baru pada putaran selanjurnya MPKPK memiliki

efektifitas yang lebih baik yang secara statistik signifikan.

Selanjutnya perbedaan perolehan skor rata-rata antara kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol dari ketiga kategori sekolah, dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Page 96: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

286

- -

- -

- -

1 A p1 p2 p3

Kategori Baik

p1 p2 p3

Kategori Sedang

Kelompok Bcsper imen

Kelompok Kontrol

p1 p2 p3

Kategori Kurang

Bagan 4 - 6 Grafik Rata-Rata Hasil Pasca-tes pada Setiap Putaran Uji Validasi

Kategori Sekolah Baik, Sedang, dan Kurang

Adanya perbedaan hasil belajar siswa antara siswa yang menggunakan MPKPK

dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran yang biasa digunakan selama ini

tidak terlepas dari adanya hubungan antar aspek yang terkait. Keterkaitan setiap aspek

itu diuraikan di bawah ini.

a. Temuan Hasil Penelitian tentang Hubungan Pencapaian Hasil Pembelajaran

dengan Usaha, Cara dan Gaya Mengajar Guru

MPKPK dalam pelajaran Pendidikan jasmani adalah model pembelajaran yang

menekankan kepada aktivitas guru untuk membelajarkan siswa secara optimal melalui

kegiatan yang bervariasi dan menyenangkan akan tetapi mengandung unsur kecepatan

berfikir dalam bertindak untuk mengambil keputusan secara tepat. Dalam konteks ini

mengajar adalah membelajarkan siswa, artinya keberhasilan mengajar diukur dari

keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu yang menjadi sasaran dan orientasi mengajar

Page 97: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

287

adalah siswa itu sendiri. Orientasi semacam itu menuntut guru untuk bekerja secara

optimal dan berkonsentrasi penuh terhadap keberhasilan siswa. Oleh karenanya gaya

dan cara membelajarkan itu harus disesuaikan dengan pengalaman dan tingkat

kemampuan yang dimiliki siswa. MPKPK, dalam implementasinya harus didasarkan

kepada prinsip ini. Artinya MPKPK, memerlukan keseriusan dan penyesuaian guru

dalam melaksanakan pembelajaran penjas di Sekolah Dasar.

Hasil penelitian membuktikan semua itu, semakin guru memiliki usaha, perhatian,

keseriusan gaya mengajar yang variatif dalam mengembangkan MPKPK, maka

memiliki kecendrungan semakin baik hasil belajar yang diperoleh siswa. Di sekolah

yang berkategori baik dan sedang, yang dinilai memiliki partisipasi dan perhatian yang

tinggi terhadap kepentingan sekolah serta guru-guru yang mengembangkan MPKPK

memiliki gaya mengajar yang bervariasi ditambah dukungan sekolah, orang tua siswa

yang mapan terutama peralatan penjas yang memungkinkan siswa berpartisipasi aktif

maka hasil yang diperoleh siswapun semakin tinggi.

b. Temuan Hasil Penelitian tentang Hubungan antara Proses Pembelajaran

dengan Hasil Pembelajaran

Proses yang baik dan terarah, dapat mengakibatkan hasil yang maksimal.

Sebaliknya proses yang tidak terarah dan terencana, tidak mungkin memperoleh hasil

yang maksimal. Keberhasilan MPKPK dalam meningkatkan penguasaan materi

pembelajaran berhubungan erat dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Walaupun

proses pembelajaran MPKPK tidak diarahkan secara khusus terhadap penguasaan

materi pembelajaran, akan tetapi pada gilirannya proses pembelajaran yang dibangun

untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan gerak dasar siswa, dapat

Page 98: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

288

mendorong mereka untuk melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat menunjang terhadap

penguasaan materi pembelajaran ikut terbangun pula ke arah yang lebih baik. Hal ini

seperti yang dilakukan oleh siswa pada beberapa putaran menunjukkan kekonsistenan

hasil belajar penjas, oleh karena guru memfungsikan arena belajar sebagai tempat untuk

melakukan uji coba kemampuan diri, dibarengi dengan diskusi kelompok dan tanya

jawab antara siswa dan guru mengenai suatu persoalan yang sulit dipecahkan, maka di

luar jam pelajaran penjas siswa terdorong untuk melakukan kegiatan antara lain

pengumpulan berbagai informasi dan pengetahuan dari berbagai sumber belajar di luar

guru contohnya dari buku bacaan atau dari hasil bertanya kepada orang lain dengan

maksud agar mereka dapat mengikuti jalannya diskusi atau proses pembelajaran.

Dengan demikian proses pembelajaran yang diarahkan untuk perbaikan dan

peningkatan keterampilan motorik disertai pengalaman berpikir yang beragam dapat

dipastikan berhubungan erat dengan hasil pembelajaran yang diperoleh siswa.

c. Temuan Hasil Penelitian tentang Hubungan Desain Perecanaan dengan

Implementasi Pembelajaran

Pada model pembelajaran yang dilakukan guru selama ini, ketika proses

pembelajaran berlangsung, sering guru tidak menggunakan perencanaan pembelajaran

sebagai pedoman. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah adanya persepsi

yang kurang sesuai terhadap hakekat mata pelajaran, seperti misalnya Penjas dianggap

hanya sebagai mata pelajaran kelas dua yang terpinggirkan, atau Penjas dianggap

sebagai mata pelajaran hanya pengisi waktu luang. Akibat persepsi tersebut, maka

perencanaan pembelajaran tidak pernah disusun dengan serius, karena hanya

Page 99: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

289

difungsikan sebagai syarat administrasi saja, akibatnya, hasil yang diperoleh siswa pun

tidak pernah berhasil secara optimal.

Proses pembelajaran melalui MPKPK, memerlukan perencanaan yang matang dan

terarah, sebab apa yang harus dilakukan guru tidak terlepas dari perencanaan yang

disusun itu. Oleh karenanya desain perencanaan yang dikembangkan akan

mempengaruhi proses pembelajaran sehingga pada gilirannya dapat mempengaruhi

hasil belajar yang diperoleh siswa.

H. Pembahasan Hasil Penelitian Model Pembelajaran Kuantum Penjas

I. Hakekat Pengembangan Model

Sebelum pembahasan penelitian diarahkan kepada sosok MPKPK sebagai model

pembelajaran yang bertumpu kepada peningkatan keterampilan motorik, terlebih dahulu

dibahas tentang proses pengembangan model itu sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk

memberikan gambaran bahwa MPKPK yang dihasilkan bukan hanya sekedar

modifikasi atau implementasi model yang sudah ada, akan tetapi merupakan hasil

proses pengembangan yang ditunjang oleh data-data empirik hasil penelitian.

Menurut Borg dan Gali (1979 : 624) Penelitian dan Pengembangan (Educational

Research and Development), merupakan pendekatan yang relatif baru dalam penelitian

pendidikan. Penelitian ini diarahkan untuk menghasilkan suatu produk atau strategi baru

dalam r^ningkatan pendidikan. Dilihat dari proses penelitian yang telah dilakukan, yang

diawali dengan studi pendahuluan, mendesain model, mengujicobakan model,

mengadakan perbaikan dan melaksanakan uji validasi, hingga dihasilkan suatu produk

pendidikan berupa model pembelajaran, seperti yang disarankan Borg dan Gali, maka

Page 100: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

290

MPKPK dalam pelajaran Penjas merupakan model pembelajaran yang dihasilkan dari

proses pengembangan.

Dilihat dari substansi pengembangan model, secara konseptual MPKPK dalam

pelajaran Penjas dikembangkan dan bertumpu kepada teori model pembelajaran

kuantum dari Bobbi DePorter (1999), tentang konsep belajar akselerasi dan konsep

belajar kuantum yang menunjang dan diperlukan dalam pembelajaran Penjas. MPKPK

sebagai model yang dikembangkan berdasarkan kajian kebutuhan lapangan, tujuan

MPKPK tidak hanya sekedar peningkatan kemampuan motorik, akan tetapi juga

kemampuan untuk mengkonstruksi pengetahuan baru yang diperoleh sebagai dasar

untuk menguasai materi pembelajaran. Oleh sebab itu kedua sisi yakni lingkungan

belajar dan penguasaan materi pembelajaran dalam MPKPK merupakan dua sisi yang

sama pentingnya dalam mencapai tujuan pembelajaran Penjas di SD.

Dilihat dari prosedur pembelajaran, kemampuan motorik meliputi kemampuan

perseptual dan kemampuan fisik. Kemampuan perseptual berhubungan erat dengan

visual, pengecapan, pendengaran, kinestetik dan koordinasi. Sedangkan kemampuan

fisik meliputi: daya tahan otot dan kardiovaskuler, kekuatan, kelentukan dan kelincahan.

Dalam hubungannya dengan pembelajaran terdapat tiga tahapan belajar gerak dasar

utama yang harus dilakukan yaitu gerak lokomotor, gerak nonlokomotor, dan gerak

manipulatif (Pangrazi, 1992). Sedangkan MPKPK terdiri dari 6 tahap yaitu, tumbuhkan,

alami, namai, demonstrasikan, ulangi, dan rayakan. Adanya tahapan ini didasari oleh

tujuan yang ingin dicapai bahwa strategi kuantum bertujuan untuk mengembangkan

iklim suasana pembelajaran yang menyenangkan siswa bukan hanya menguasai

sejumlah materi pembelajaran semata. Disamping mengembangkan faktor lain seperti

taraf berpikir siswa, maka proses pembelajaran kuantum berorientasi pada kondisi

Page 101: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

291

pembelajaran yang lebih bermakna dalam kehidupan keseharian siswa. Proses

pembelajaran kuantum, siswa dihadapkan kepada masalah yang perlu ada pemecahan,

maka siswa akan langsung melakukan tahap mengeksplorasi sebagai tahapan

penjelajahan untuk memecahkan masalah tersebut. Berbeda dengan proses belajar

keterampilan motorik dilakukan melalui proses belajar **trial and error" atau mencoba

dan salah dari Thorndike (1949) dalam Ruslt Lutan (2005). Maksudnya siswa mencari-

cari cara terbaik untuk melakukan gerakan yang diharapkan. Setelah berkali-kali latihan,

dan teknik-teknik yang salah ditinggalkan, untuk selanjurnya secara berangsur-angsur

diganti dengan gerakan yang benar sesuai dengan gerakan yang diharapkan sehingga

siswa yang bersangkutan dapat menguasai gerakkan yang dimaksud. Sejalan dengan

prinsip belajar "trial and error" tahapan belajar keterampilan motorik sebagai berikut: 1)

Pada awal belajar, sedikit sekali keberhasilan yang diperoleh diantara berbagai macam

kegiatan, 2) Sukses yang pertama itu agaknya lebih bersifat kebetulan dan masih belum

nampak asosiasi antara stimulus respons yang diharapkan, 3) Respons yang salah dan

aktivitas yang tak bermanfaat lambat laun semakin berkurang, 4) Siswa menjadi

semakin sadar akan koneksi antara stimulus dan respons, dan 5) Latihan memperkuat

respons yang tepat dan gerakan menjadi lancar.

Dalam MPKPK, siswa tidak langsung dihadapkan kepada suatu masalah, akan

tetapi siswa diberi penjelasan terlebih dahulu tentang tujuan yang harus dicapai serta

prosedur pembelajaran yang harus dilakukan, setelah itu baru diadakan proses tanya

jawab atau dialog untuk mengenal kemampuan dan pengalaman itulah selanjutnya guru

menyodorkan masalah yang menantang untuk dipecahkan. Untuk mencapai tujuan yaog

berhubungan dengan peningkatan dan penguasaan materi pembelajaran, MPKPK

melakukan tahapan demonstrasikan dalam bentuk pengulangan belajar yaitu tahapan

Page 102: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

292

untuk mengembangakan kemampuan keterampilan motorik siswa dalam

mengkonstruksikan pengetahuan baru sebagai hasil dari proses pemecahan masalah.

Tahapan pengulangan sesuai dengan hukum latihan yang mengacu pada teori

Koneksionisme Thorndike (Rusli Lutan, 2005) yaitu stimulus dan respons (S-R).

Asosiasi kedua elemen tersebut terjadi secara otomatis, karena itu penguasaan

keterampilan memerlukan pertautan antara stimulus dan respons yang serasi.

Sebenarnya istilah stimulus respons atau S-R sering juga dikatakan teori belajar

Behaviorisme yang menaruh perhatian pada proses pembelajaran yang berazaskan

perilaku yang dapat diamati, diukur dan diuji. Oleh sebab itu, perilaku lebih bersifat

objektif dan ilmiah dibanding kesadaran jiwa yang sifatnya subjektif dan dogmatis.

Ditinjau dari materi pembelajaran MPKPK, kurikulum yang dikembangkan oleh

Bobbi DePorter (1992) secara harmonis yang berisi kombinasi dari tiga unsur yaitu:

keterampilan akademik, prestasi dan tantangan fisik dan keterampilan dalam dalam

kehidupan. Implikasinya dalam pembelajaran kuantum Penjas ini, situasi dan kondisi

pembelajaran menjadi sesuatu yang menggembirakan dan bebas dari rasa tertekan

ketika guru menyajikan pembelajaran Penjas yang berisikan permainan dan aktivitas

lain, bermain peran, rileksasi dan rekreasi serta kompetisi yang penuh warna keceriaan

demi kesuksesan belajar. Hal ini dapat dilihat dari jenis-jenis tugas atau topik yang

diajukan untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar dan halus siswa SD usia

11-12 tahun atau setara dengan usia anak kelas 5 dan 6 SD. Bidang kajian MPKPK

memiliki garapan keterampilan dan kemampuan gerak yang dipilih adalah bidang

permainan atau game dengan topik-topik yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku.

Oleh karena itulah baik proses pembelajaran maupun kriteria keberhasilan dalam aspek

Page 103: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

293

peningkatan kemampuan gerak dasar maka MPKPK memiliki kriteria yang berbeda

dengan teori belajar motorik lain seperti teori operani conditioning dari Skinner (1953).

Dilihat dari aspek proses pembelajaran penjas, maka MPKPK hasil penelitian ini

juga dapat dikatakan sebagai suatu hasil dari proses pengembangan. Selama ini, seperti

yang dijelaskan Cholik Mutohir (2000), pembelajaran Pendidikan jasmani di sekolah

cenderung tradisional dan berpusat pada guru. Proses pembelajaran hampir tidak pernah

dilakukan atas inisiatif anak sendiri, akan tetapi anak sering dianggap sebagai "orang

dewasa kecil" yang mampu melakukan kegiatan layaknya orang dewasa. Para guru

mengajarkan olahraga baku kepada anak yang notabene belum mampu nelakukan

aktifitas sebagaimana dilakukan oleh orang dewasa. Padahal menurut Steinhard dalam

Adang Suherman (2005) keberhasilan pembelajaran pendidikan jasmani berawal dari

tertanamnya kesenangan siswa terhadap berbagai aktivitas fisik. Oleh karena itu,

berbagai pembekalan seperti skill, kebugaran jasmani, sikap, pengetahuan, dan perilaku

sehari-hari harus selalu berorientasi pada kesenangan dan keyakinan individu dalam

rangka pembentukan gaya hidup aktif yang sehat di masa yang akan datang.

MPKPK sebagai model pembelajaran yang berangkat dari fenomena kehidupan

anak sehari-hari berusaha mengikuti pola gaya hidup aktif seperti yang disarankan itu.

MPKPK dalam prakteknya tidak berangkat dari konsep-konsep umum yang mungkin

tidak dipahami anak, akan tetapi bertolak dari pengalaman-pengalaman anak yang nyata

untuk selanjutnya ditarik kepada konsep-konsep yang lebih umum. Oleh karena itulah,

maka dipandang dari sudut ke-Penjas-an, MPKPK merupakan model pembelajaran yang

lain dibandingkan dengan model pembelajaran yang selama ini digunakan.

MPKPK sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan motorik

dalam pelajaran Penjas di Sekolah Dasar, merupakan model yang dihasilkan dari proses

Page 104: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

294

pengembangan, bukan hanya sekedar modifikasi apalagi sekedar implementasi dari teori

belajar praktek physical fiines, walaupun diakui landasan berpikir dari pengembangan

model ini adalah teori-teori yang dikembangkan Siedentop (1995). Yang lebih penting

dari mata pelajaran Penjas suatu kesadaran pentingnya berolahraga, selain dapat

meningkatkan prestasi olahraga nasional dengan mengembangkan bibit-bibit unggul,

olahraga juga berperan menjaga keseimbangan tubuh.

2. Karakteristik MPKPK sebagai Model Pembelajaran Keterampilan Motorik

Kritik yang sering muncul ke permukaan sehubungan dengan proses pembelajaran

di sekolah akhir-akhir ini adalah adanya kecenderungan pengelolaan pembelajaran

dengan pola komunikasi satu arah. Artinya dalam setiap kegiatan belajar mengajar, guru

memandang siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi, yang suatu

saat siswa harus mampu mengeluarkan kembali informasi tersebut. Proses pembelajaran

semacam ini tidak atau kurang merangsang siswa untuk beraktivitas. Akibatnya, siswa

menjadi tidak kreatif dan bersifat pasif atau menunggu instruksi dari guru. Kemudian

apa yang mesti dilakukan guru untuk memperbaiki kondisi pemebalajaran seperti itu.

Mosston (1994) menyarankan untuk memilih model pembelajaran yang sesuai

dengan tujuan yang diinginkan, sepertirl) Perhatikan interaksi antara guru dan siswa

serta tujuan pada setiap tahapan pembelajaran, 2) Perhatikan rangkaian tahapan yang

membentuk satu proses pengajaran, 3) Rumuskan tujuan setiap tahap tugas apa yang

harus diselesaikan dan dilakukan siswa, standar kompetensi apa yang harus dicapai

siswa, tingkah laku siswa apa yang harus dikembangkan, dan tingkah laku manakah

yang layak untuk dinilai, 4) Tentukan apakah tugas-tugas tersebut bersifat reproduksi

(menirukan/mengulang) atau menemukan (produksi). Apabila reproduksi pilihlah model

Page 105: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

komando, latihan, resiprokal, periksa diri, dan inklusi. Tetapi bersifat produksi

model penemuan terbimbing, penemuan konvergen, dan penemuan divergen, 5)

Tentukan perilaku apa uang perlu dikembangkan atau perilaku siswa apa yang harus

dievaluasi, dan 6) Bandingkan antara tujuan pengajaran yang dikehendaki dengan

tujuan yang telah dicapai. Kecocokan antara tujuan yang diharapkan dan yang dicapai

menunjukkan kesesuaian model pengajaran yang diterapkan.

Model pembelajaran kuantum penjas yang berbasis kompetensi (MPKPK) yang

merupakan salah satu model pembelajaran yang bertumpu kepada proses perbaikan dan

peningkatan keterampilan motorik siswa, ternyata cukup efektif juga untuk

meningkatkan kemampuan siswa dalam penguasaan materi pembelajaran dalam

pelajaran penjas di SD. Belajar motorik merupakan proses hasil latihan yang

dikondisikan dan pengalaman. Artinya keterampilan gerak dikuasai karena memang

dipelajari bukan sebagai akibat perkembangan, pertumbuhan ataupun kematangan. Hasil

belajar motorik berupa kemampuan merespon dalam bentuk gerakan. Artinya hasil

akhir yang diharapkan adalah kemampuan merespons yang diaktualisasikan dalam

bentuk gerakan yang benar. Tolok ukur untuk mengetahui tingkat keterampilan yang

dikuasai oleh pembelajar adalah kualitas penampilan pada saat melakukan keterampilan

atau hasil suatu gerakan. Hal ini sangat mungkin terjadi, sebab kemampuan motorik

siswa diperlukan sebagai landasan peningkatan keterampilan lanjutan. Artinya belum

tentu seseorang yang memiliki kemampuan keterampilan dalam melakukan gerak

tertentu tidak dilandasi dengan kemampuan motorik yang kuat. Sebaliknya kemampuan

motorik yang baik sudah pasti diikuti dengan peningkatan keterampilan yang prima.

Kemampuan motorik dasar dan kemampuan motorik lanjut dalam proses pembelajaran

tidak hanya diperoleh dari hasil latihan secara fisik akan tetapi harus menggunakan

Page 106: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

kecerdasan berfikir. Hal ini seperti dikemukakan Peter Reason, bahwa berpikir tidak

akan mungkin terjadi tanpa adanya memori. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat

kerja (working memory), maka orang tersebut tidak mungkin sanggup menyimpan

masalah dan informasi yang cukup lama. Bila seseorang kurang memiliki daya ingat

jangka panjang (long term memory), maka orang tersebut dipastikan tidak akan

memiliki catatan masa lampau yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-

masalah yang dihadapi pada masa sekarang. Dengan demikian ketiga kemampuan

tersebut saling berkaitan dan saling memerlukan. Berpikir sebagai kegiatan yang

melibatkan proses mental memerlukan kemampuan mengingat dan memahami;

sebaliknya untuk dapat mengingat dan memahami itu diperlukan proses mental yang

disebut berpikir.

MPKPK dengan 6 tahapan pembelajaran membuktikan, bahwa sasaran utama

kemampuan motorik dasar siswa untuk dapat memecahkan suatu persoalan

keterampilan gerak yang lebih kompleks, juga memiliki pengaruh positif terhadap

kemampuan mengingat atau menguasai bahan pelajaran, seperti yang digambarkan

dalam pengujian validasi model.

Sebagai suatu model yang bertumpu kepada perbaikan dan peningkatan

kemampuan motorik dasar siswa, MPKPK hasil pengembangan merupakan model

pembelajaran yang memiliki dua karakteristik pokok. Pertama, dalam proses

pembelajaran Penjas, MPKPK merupakan model pembelajaran yang melibatkan tidak

hanya kemampuan fisik semata akan tetapi memerlukan proses mental siswa secara

maksimal. MPKPK bukan model pembelajaran yang hanya menuntut siswa sekedar

dapat menyelesaikan tugas, belajar menghafalkan gerak dan mencatat mana kesulitan

akan tetapi menghendaki aktifitas siswa dalam proses berpikir dan bertindak. Kedua,

Page 107: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

297

MPKPK dalam Penjas dibangun dalam suasana menyenangkan, dialogis dan penuh

keceriaan yang terus menerus. Proses pembelajaran yang menyenangkan karena

berisikan aktivitas bermain dalam setiap materi pelajaran yang bertujuan meningkatkan

kemampuan motorik dasar siswa SD. Suasana dialogis yang penuh keceriaan karena

MPKPK menyandarkan kepada proses belajar sebagai upaya meningkatkan kemampuan

motorik dasar dan hasil belajar untuk mengkonstruksi penguasaan materi pembelajaran

yang baru.

3. Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberhasilan Implementasi MPKPK

Ditinjau dari sudut guru, keberhasilan MPKPK sebagai suatu model pembelajaran

dalam Penjas di Sekolah Dasar ditentukan oleh faktor-faktor berikut:

a. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang demokratis,

transparan, saling menghargai dan menyenangkan, menempatkan siswa sebagai

subjek belajar dan guru sebagai fasilitator pembelajaran.

b. Keterampilan guru dalam menciptakan berbagai variasi belajar dengan melakukan

strategi, pendekatan dan teknik-teknik bertanya yang merangsang anak berfikir

kemudian ingin membuktikan melalui demonstrasi gerak. Kegiatan memberikan

pertanyaan untuk memancing jawaban atau menemukan respon siswa yang tepat,

maka di sini diperlukan kemampuan untuk bersabar menunggu jawaban siswa dan

selalu memberikan reinfocement.

c. Kemampuan guru dalam merangsang dan membangkitkan keberanian siswa untuk

menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan memberikan data dan

fakta empirik serta keberanian untuk mengeluarkan ide atau gagasan menyusun

kesimpulan dan mencari hubungan antar aspek yang dipermasalahkan.

Page 108: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

298

Sesuai dengan faktor-faktor di atas, beberapa hai yang harus diperhatikan oleh

guru dalam mengembangkan MPKPK dalam Penjas agar berhasil mencapai tujuan

diantaranya:

a. Guru jangan bertindak sebagai sumber belajar yang hanya berperan sebagai pemberi

informasi atau pengetahuan jadi kepada siswa, akan tetapi harus berperan sebagai

orang yang mengkondisikan lingkungan agar siswa mencari dan dapat

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri;

b. Guru jangan menempatkan siswa sebagai objek yang hanya berperan sebagai

penerima segala informasi dengan mendengar, mencatat dan menghafal materi

pelajaran yang diberikan guru; akan tetapi guru harus menempatkan mereka sebagai

subjek belajar yang aktif dalam setiap tahapan MPKPK yang dikembangkan;

c. Guru tidak merencanakan program pembelajaran sebagai syarat administrasi saja,

akan tetapi program pembelajaran disusun secara maksimal serta memfungsikannya

dalam kegiatan pembelajaran;

d. Guru dalam menentukan keberhasilan siswa tidak hanya dari sisi penguasaan materi

pelajaran saja, akan tetapi yang lebih penting adalah kemampuan siswa berpikir dan

bertindak baik dilihat dari aspek -kelancaran, keluwesan, dan originalitas maupun

dari kemampuan elaborasi berpikir.

4. Model Desain MPKPK dalam Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Sesuai dengan pokok pertanyaan penelitian tentang model MPKPK yang dapat

diterapkan di Sekolah Dasar, pembahasan selanjutnya diarahkan sasaran pokok, yaitu

pembahasan tentang desain perencanaan pembelajaran Penjas di SD yang sesuai dengan

MPKPK yang meliputi rancangan pembelajaran, pengembangan pembelajaran,

Page 109: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

299

penggunaan pembelajaran, pengelolaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran dalam

pendidikan jasmani di SD. Implementasi proses pembelajaran Penjas di SD yang

meliputi strategi tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan dan

proses pelaksanaan evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran pendidikan jasmani

di Sekolah Dasar yang bertumpu kepada MPKPK.

a. Model Desain Perencanaan Pembelajaran MPKPK dalam Pendidikan Jasmani di

Sekolah Dasar

Salah satu fungsi pembelajaran, menurut kurikulum yang berlaku adalah sebagai

pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Di dalamnya tidak hanya

berisi tentang rumusan tujuan yang harus dicapai, akan tetapi juga bagaimana cara

kegiatan yang harus diciptakan dan dikondisikan guru agar tujuan pembelajaran tercapai

secara optimal.

Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ekspositori seperti

yang seringa dilakukan oleh guru dewasa ini, sering perencanaan pembelajaran hanya

digunakan sebagai pelengkap administrasi saja, tidak digunakan sebagai pedoman

mengajar untuk mempertahankan atau meningkatkan kualitas proses pembelajaran. Hal

ini disebabkan interpretasi guru yang kurang tepat tentang hakekat mata pelajaran

pendidikan jasmani. Pendidikan jasmani sering dianggap sebagai pelajaran yang tentang

pengetahuan yang harus disampaikan kepada anak didik. Akibatnya, dalam setiap

implementasi, gaya mengajar guru tidak pernah mengalami perubahan yang berarti,

sehingga perencanaan pun tidak pernah mengalami perbaikan.

Berbeda dengan MPKPK, perencanaan harus disusun dan dijadikan pedoman

sepenuhnya dalam kegiatan pembelajaran siswa. Hal ini disebabkan MPKPK

menekankan kepada proses pembelajaran siswa bukan sekerdar aktifitas guru. MPKPK

Page 110: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

300

tidak menghendaki siswa hanya sekedar duduk, mendengarkan dan mencatat materi

pembelajaran untuk dihafal. MPKPK mengehendaki aktivitas siswa secara penuh untuk

melakukan aktivitas gerak, sambil berdialog dan tanya jawab sekitar topik yang dibahas.

Oleh karena itu, guru harus merencanakan sedikitnya 5 hal, yaitu pertama,

mempersiapkan desain sistem pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran dan

karakteristik pembelajaran.. Desain perencanaan ini semata-mata untuk dapat

meningkatkan keterampilan motorik siswa dalam melakukan berbagai aktivitas gerak

yang berkaitan dengan tema atau materi pembelajaran sebagai topik yang dibicarakan.

Kedua, mempersiapkan skenario strategi pembelajaran yang diantanya berisi kegiatan

atau jenis-jenis formasi belajar yang akan dikembangkan dalam setiap langkah

pembelajaran. Ketiga, memanfaatkan materi pembelajaran sebagai topik yang akan

dibahas sesuai dengan yang direncanakan. Keempat pengelolaan media dan sumber

belajar, pengelolaan sistim penyampaian informasi, dan mengendalikan pembelajaran

mulai perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian dan monitoring, dan kelima

mempersiapkan perangkat evaluasi baik jenis maupun prosedur evaluasi yang meliputi

analisis masalah, pengukuran acuan patokan, penilaian formatif dan penilaian sumatif.

b. Model Implementasi MPKPK dalam Pendidikan Jasmani dt Sekolah Dasar

Implementasi MPKPK seperti yang dilakukan oleh guru dalam penelitian ini,

menekankan kepada strategi pembelajaran yang melibatkan seluruh siswa untuk turut

berpartisipasi dalam pembelajaran Penjas. Sesuai dengan hakekat MPKPK yang tidak

megharapkan siswa sebagai objek belajar yang hanya duduk, melihat, mendengarkan

penjelasan guru kemudian mencatat untuk dihafalkan. Cara yang demikian bukan saja

tidak sesuai dengan hakekat belajar sebagai usaha memperoleh pengalaman, akan tetapi

juga dapat menghilangkan gairah dan motivasi belajar siswa. Dalam pengembangan

Page 111: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

301

MPKPK tidak hanya strategi dan materi belajar akan tetapi teknologi pembelajaran

yang berkaitan dengan alat peraga, sarana prasarana dan sumber pembelajaran mesti

diorganisasikan sedemikian rupa agar menjadi sebuah kekuatan yang menunjang

kelancaran pelaksanaan model pembelajaran ini.

Dalam implementasi MPKPK, guru tidak memberikan materi pelajaran secara

langsung, akan tetapi pengetahuan itu dikonstruksi oleh dirinya sendiri berdasarkan

hasil mereka ujicoba. Secara lengkap tahapan implementasi MPKPK dalam pelajaran

Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar, sesuai dengan hasil penelitian terdiri dari enam

tahapan yaitu, tahap menumbuhkan, tahap pengalaman kemampuan siswa, tahap

menanai pengalaman gerak siswa, tahap mendemonstrasikan kemampuan siswa, tahap

mengulangi tahapan belajar, dan tahap merayakan keberhasilan belajar siswa.

Tahap menumbuhkan merupakan tahap pendahuluan. Pada lahap ini guru

mengkondisikan siswa pada posisi siap untuk melakukan pembelajaran, melalui: 1)

Penjelasan tujuan yang harus yang berhubungan dengan penguasaan materi

pembelajaran maupun tujuan yang berhubungan dengan proses pembelajaran atau

kemampuan motorik dasar yang harus dimiliki siswa, 2) penjelasan proses pembelajaran

yang harus dilakukan siswa yaitu penjelasan tentang apa yang harus dilakukan siswa

dalam setiap tahapan proses pembelajaran.

Pemahaman siswa akan arah dan tujuan yang harus dicapai dalam proses

pembelajaran seperti yang djelaskan pada tahap menumbuhkan minat belajar sangat

menentukan keberhasilan MPKPK. Oleh sebab itu tahapan ini merupakan tahapan kunci

yang menentukan tahapan keberhasilan berikutnya dalam implementasi proses

pembelajaran. Untuk itulah saling pengertian melalui diskusi yang penuh keakraban

Page 112: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

302

yang dikembangkan guru pada tahapan ini harus mampu menggugah dan menumbuhkan

minat belajar siswa.

Tahapan mengalami aktivitas belajar kemampuan gerak dasar siswa, merupakan

tahapan penjajagan untuk memahami pengalaman-pengalaman yang dimiliki siswa

sesuai dengan tema atau pokok persoalan yang akan dibicarakan. Melalui tahapan

iniliha guru mengembangkan dialog dan tanya jawab untuk mengungkap pengalaman

apa saja yang telah dimiliki siswa yang dianggap relevan dengan tema yang akan dikaji.

Dengan berbekal pemahaman itulah selanjurnya guru menentukan bagaimana ia harus

mengembangkan dialog dan tanya jawab pada tahapan-tahapan selanjutnya.

Tahapan menamai pengalaman belajar siswa adalah sebuah tahapan penyajian

yang harus dipecahkan yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa.

Untuk merangsang peningkatan kemampuan siswa pada tahapan ini guru dapat

memberikan persoalan-persoalan yang dilematis yang memerlukan jawaban atau

percobaan sebagai alternatif solusi jalan keluar terhadap persoalan yang diberikan.

Persoalan yang diberkan sesuai dengan tema atau topik, itu tentu saja persoalan yang

sesuai dengan kemampuan dasar atau pengalaman siswa seperti yang dihasilkan di

tahap sebelumnya. Tahap mendemonstrasikan adalah tahapan pemecahan masalah. Pada

tahap ini guru menciptakan kondisi agar siswa mampu mengembangkan kemampuan

keterampilan yang diterimanya sebagai hasil dari pengamatan, indera berfikir melalui

diskusi, dialog dan tanya jawab. Melalui berbagai teknik bertanya, guru harus dapat

menumbuhkan keberanian siswa untuk dapat menjelaskan, meragakan, menunjukan

kebolehannya serta mengungkap fakta sesuai dengan pengalamannya, atau meyakinkan

jawaban yang diberikan siswa.

Page 113: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

303

Tahap mengulang-ngulang merupakan adalah tahapan pembentukan pengetahuan

baru yang harus dimiliki oleh siswa. Pada tahap ini siswa harus mampu menyimpulkan

apa yang mereka dapatkan dari belajar secara berulang kali, melakukan secara

perorangan dengan pengalaman sendiri, atau meyakinkan jawaban yang diberikan

siswaTahap mengulang-ulang ini sebagai tahapan pembentukan keterampilan baru

yang harus dimiliki siswa. Pada tahap ini siswa harus mampu menyimpulkan apa yang

mereka temukan dan mereka pahami sekitar topik yang dipermasalahkan.

Tahap merayakan adalah tahapan penyajian keberhasilan belajar siswa sebagai

upaya memberikan penguat atau reinfocemen agar tetap konsisten mempertahankan

prestasi belajar yang telah diperolehnya. Tahapan ini dimaksudkan untuk mengukur

kemampuan yang telah dimiliki selama ini yang selanjurnya mampu mentransfer

kemampuan keterampilannya dalam pemecahan masalah baru.

Kekhasan MPKPK sebagai model pembelajaran yang bertumpu kepada perbaikan

dan peningkatan kemampuan motorik siswa, harus tergambarkan dalam implementasi

pembelajaran dalam setiap tahapan model. Artinya, dalam membangun dialog,

kerjasama, bertindak, dan mengembangkan tanya jawab dalam setiap tahapan model

guru harus mampu meluruskan dan memberi peluang agar siswa dapat mengembangkan

dan meningkatkabn keterampilan motoriknya.

c. Model Desain Evaluasi MPKPK dalam Pendidikan Jasmani di Sekolah Dasar

Dalam model pembelajaran Pendidikan Jasmani yang biasa dilakukan oleh guru,

aspek yang dievaluasi terbatas pada penguasaan materi pelajaran. Hal ini disebabkan,

tujuan yang ingin dicapai oleh guru dalam pelajaran Pendidikan Jasmani sebatas agar

siswa dapat menguasai materi pelajaran sebanyak-banyaknya.

Page 114: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

^ . 304

Sesuai dengan tujuan dan karaktersistik model, desain evaluasi MPKPK diarahkan

tidak hanya untuk memperoleh data tentang penguasaan materi pelajaran akan tetapi

yang lebih utama adalah kemampuan melakukan gerak dasar sebagai bagian tak

terpisahkan dari keterampilan motorik siswa secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan

hakikat MPKPK sebagai model pembelajaran yang bertumpu kepada usaha

memperbaiki dan meningkatakan kemampuan melakukan motorik dasar siswa, yang

dapat dilihat dari 3 aspek, yaitu aspek kelancaran alur aktivitas keterampilan gerak,

keterampilan berpikir, keluwesan dan kontrol kendali emosi atau perasaan.

Selain evaluasi dalam MPKPK, digunakan untuk menentukan tingkat kemampuan

aktivitas gerak dan tingkat penguasaan materi pelajaran, juga evaluasi difungsikan

sebagai bahan umpan balik untuk perbaikan proses pembelajaran selanjutnya. Oleh

karena itulah evaluasi pembelajaran model ini bukan hanya berisi tentang item-item tes,

akan tetapi juga berupa alat observasi untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa

dalam setiap tahapan MPKPK.

5. Implementasi MPKPK ditinjau dari Kategorisasi Sekolah

Dilihat dari kategorisasinya, setiap sekolah memiliki kategorisasi yang berbeda,

yang dapat dikelompokkan pada sekolah berkategori baik, sedang dan kurang. Menurut

Dunkin dan Biddle (1987:30) perbedaan kualitas tersebut dapat dipengaruhi oleh faktor

guru, faktor siswa dan keadaan sekolah itu sendiri. Faktor guru yang menurut Dunkin

sebagai faktor bawaan meliputi latar belakang sosial ekonomi guru, pengalaman, dan

kemampuan guru. Faktor siswa yang diistilahkan sebagai variabel konteks meliputi latar

belakang sosial ekonomi, keadaan siswa baik dilihat dari kemampuan, sikap maupun

Page 115: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

pengetahuan (pengalaman) siswa; sedangkan keadaan atau kondisi sekolah mel

w

iklim sosial, kondisi sekolah setasarana dan prasarana yang menunjang.

MPKPK sebagai model pembelajaran dalam Pendidikan Jasmani yang

dikembangkan di sekolah berkategori sedang sampai akhirnya menjadi model

pembelajaran efektif untuk meningkatkan kemampuan motorik dasar siswa, ternyata

berdasarkan hasil uji validasi memiliki efektifitas yang berbeda pada sekian berkategori

baik dan kurang. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari kecepatan perolehan hasil antara

dua kategori sekolah tersebut. Pada sekolah berkategori baik, MPKPK dengan prosedur

standar seperti di atas lebih cepat diterima serta meningkatkan kemampuan berpikir dan

kemampuan penguasaan materi pembelajaran siswa; sedangkan untuk sekolah

berkategori kurang, ternyata MPKPK diterima lebih lambat. Hal ini disebabkan oleh

faktor keadaan siswa dan faktor keadaan sekolah yang berbeda. Misalkan pada sekolah

berkategori kurang, hampir seluruhnya siswa berasal dari tingkat kelas ekonomi yang

lebih rendah dibandingkan dengan sekolah berkategori sedang atau tinggi. Hal ini

nampak dari sulitnya orang tua siswa untuk memenuhi fasilitas belajar siswa. Misalkan

adanya keberatan orang tua untuk membeli buku-buku sumber yang dianggap dapat

menunjang terhadap keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu di sekolah-sekolah yang

demikian, buku sumber utama yang digunakan siswa adalah terbatas pada buku-buku

terbitan pemerintah. Dilihat dari tingkat pengalamannya pun, siswa-siswa yang ada di

kategori kurang memiliki pengalaman dan wawasan pengetahuan uang relatif lebih

rendah dibandingkan dengan siswa yang ada di sekolah berkategori baik atau sedang.

Rendahnya pengalaman ini dapat dilihat dari pengalaman belajar aktivitas gerak yang

kurang sama sekali, keseharian mereka menggunakan kendaraan dan jarang melakukan

Page 116: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

306

aktivitas fisik, mereka hanya mengandalkan aktivitas bermain di luar di sekolah

selebihnya mereka bersifat pasif dan jarang bepergian dengan jalan kaki.

Dilihat dari lokasi lingkungan sekolah, sekolah berkategori kurang, lebih

cenderung memiliki bangunan sekolah di lokasi perkampungan yang padat penduduk.

Di sekolah yang demikian selain ruang belajar yang kurang memadai juga tidak

ditunjang oleh fasilitas yang cukup, misalkan fasilitas untuk bermain, ruang

perpustakaan, tempat berolahraga dan lain sebagainya.

Untuk memperoleh tingkat efekttfitas yang tinggi penerapan MPKPK sebagai

desain standar, pada sekolah berkategori kurang dengan kondisi seperti di atas, terdapat

beberapa ketentuan yang harus diperhatikan:

a. Dalam desain perencanaan, khususnya pada awal-awal pertemuan, skenario

pembelajaran yang dirumuskan dalam komponen Kegiatan Belajar Mengajar harus

disusun secara rinci dan detail. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi

kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, contohnya kemungkinan kemandekan atau

kemacetan pembelajaran yang disebabkan oleh tingkat pengalaman siswa yang

kurang, atau kemampuan dasar siswa yang tidak memadai.

b. Dalam Implementasi model pembelajaran kuantum pendidikan jasmani berbasis

kompetensi alangkah lebih baik apabila: Pertama, dalam setiap tahapan proses

pembelajaran, pertanyaan-pertanyaan terbuka. Manakala melalui pertanyaan terbuka

terjadi kemacetan dialog yang disebabkan oleh pemahaman siswa yang kurang, guru

perlu mengembalikan lagi pada bentuk pertanyaan tertutup. Kedua, untuk membantu

kelancaran melakukan aktivitas gerak ideal, khususnya pada tahapan mengalami dan

menamai, guru dapat menggunakan media gambar yang bervareatif sebagai

bayangan melakukan gerak yang ideal. Ketiga, dalam menghadapai siswa pada

Page 117: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...

307

kelompok sekolah berkategori kurang, guru perlu memiliki tingkat kesabaran yang

lebih tinggi, oleh sebab pada umumnya siswa pada kelompok ini memiliki tingkat

pengalaman dan kemampuan dasar yang lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok siswa yang berada pada kategori baik dan sedang.

Pada asfek evaluasi baik evaluasi proses maupun evaluasi hasil, pada kategori

sekolah rendah, efektifitas MPKPK akan lebih lambat dibandingkan dengan kategori

sekolah baik dan sedang. Oleh sebab itu, diperlukan keuletan guru dalam proses

implementasi pembelajaranya. Guru sebaiknya memanfaatkan hasil evaluasi sebagai

umpan balik untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Page 118: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...