32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting Penelitian 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan Ngawen, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan mempunyai tugas pokok dan fungsi, yaitu sebagai rumah sakit khusus yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita penyakit Paru. Dengan ini diharapkan Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga mampu berkembang menjadi rumah sakit, dengan cakupan wilayah yang lebih luas yaitu wilayah Jawa Tengah. 4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian 4.1.2.1. Persiapan Penelitian Peneliti menyiapakan beberapa hal yang menunjang pelaksanaan penelitian. Peneliti terlebih dahulu menentukan karakteristik partisipan yang terdiagnosis awal TB Paru,
17
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Setting ... …...32 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . 4.1. Setting Penelitian . 4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
32
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Setting Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga terletak
di jalan Hasanuddin No. 806, Kelurahan Ngawen,
Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga, Provinsi Jawa
Tengah.
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan mempunyai
tugas pokok dan fungsi, yaitu sebagai rumah sakit khusus
yang menyelenggarakan pelayanan terhadap penderita
penyakit Paru. Dengan ini diharapkan Rumah Sakit Paru
dr. Ario Wirawan Salatiga mampu berkembang menjadi
rumah sakit, dengan cakupan wilayah yang lebih luas
yaitu wilayah Jawa Tengah.
4.1.2. Proses Pelaksanaan Penelitian
4.1.2.1. Persiapan Penelitian
Peneliti menyiapakan beberapa hal yang
menunjang pelaksanaan penelitian. Peneliti
terlebih dahulu menentukan karakteristik
partisipan yang terdiagnosis awal TB Paru,
33
memiliki keluarga/tinggal bersama keluarga,
pasien rawat jalan, bisa membaca dan menulis,
dan bersedia menjadi partisipan. Peneliti mulai
mempersiapkan berbagai surat untuk ijin
penelitian pada tanggal 1 April 2013 dan
mendapatkan ijin penelitian dari rumah sakit
pada tanggal 10 April 2013. Penelitian ini mulai
dilakukan pada bulan Januari 2014. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teknik
wawancara.
Peneliti menyiapkan panduan wawancara.
Selain itu peneliti juga menyediakan informed
consent yang berisi penjelasan penelitian dan
surat persetujuan menjadi partisipan. Dalam
proses wawancara, peneliti juga menggunakan
alat perekam untuk merekam hasil wawancara
serta alat tulis untuk mencatat hasil wawancara
atau data-data tambahan dalam bentuk tertulis
yang berasal dari partisipan. Penggunaan alat
perekam dilakukan apabila mendapat ijin dari
partisipan dan tidak keberatan.
34
4.1.2.2. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini mulai dilakukan pada tanggal 2
Januari 2014 setelah mendapat surat ijin dari
Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan Salatiga.
Tabel 4.1. Kegiatan Penelitian
Partisipan Waktu Tanggal Kegiatan
1
2
3
4
5
09.01
10.47
10.34
09.35
10.53
3 januari
9 januari
10 januari
20 januari
27 januari
Mengucapkan salam
pada partisipan
Memberikan
penjelasan penelitian
Penandatanganan
pada informed
concent
Melakukan
wawancara
Mengucapkan terima
kasih kerena sudah
meluangkan waktu
untuk wawancara.
Pada bulan Januari 2014 melakukan
wawancara dengan partisipan di ruang poli TB
Paru Rumah Sakit Paru dr. Ario Wirawan
Salatiga. Sebelum melakukan wawancara
35
peneliti memberikan penjelasan kepada
partisipan tujuan dari penelitian ini. Setelah
partisipan menyetujui kemudian melakukan
tanda tangan pada informed concent. Kemudian
peneliti melakukan kontrak waktu untuk
wawancara dan melakukan member check
dengan partisipan. Selama proses penelitian,
peneliti mengalami kesulitan dalam menggali
perasaan partisipan. Beberapa partisipan
menjawab pertanyaan secara singkat.
36
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Gambaran Umum Partisipan
Tabel 4. 2
Partisipan Nama Jenis kelamin Usia Pekerjaan Pendidikan Keterangan
P 1 Bp. M Laki-laki 46 Swasta SMA Tinggal satu rumah bersama istri dan anak.
P 2 Sdr. A Laki-laki 23 Swasta SMA Anak kedua dari tiga bersaudara, tinggal bersama kedua orang tua dan dua saudaranya.
P 3 Ibu W Perempuan 34 Pedagang SMP Tinggal bersama suami dan dua anaknya.
P 4 Bp. S Laki-laki 26 Guru Sarjana Tinggal bersama istri, anak, kedua orang tua, dan nenek.
P 5 Sdr. K Laki-laki 19 Buruh SMP Anak pertama dari dua bersaudara dan tinggal bersama kedua orang tua.
37
4.2.2. Kategori Hasil Wawancara
Tabel 4. 3
Partisipan Tingkat Kecemasan Respon Kecemasan Keterangan
P 1 Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: Persepsi tentang penyakit luas Tidak merasa gagal Mengingat kembali informasi tentang kesembuhan Terlihat tenang Merasa percaya diri bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan
Emosional: tidak ada respon
P 1 (8-11), (20-24), (37-38), (44-57), (67-71, 77)
Sedang Fisik: tidak ada respon
Kognitif: tidak ada respon
Emosional: Cemas akan kemungkinan penularan Merasa tidak nyaman Menyendirikan alat makan dan menggunakan
masker di dalam rumah
P 1 (34-37), (65-66), (58-62)
Berat Fisik: gemetar
Kognitif: tidak ada respon
Emosional: tidak ada respon
P 1 (43-44)
38
P 2 Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: Tidak merasa gagal Persepsi tentang penyakit luas Merasa percaya diri bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan Mengingat kembali informasi tentang kesembuhan Terlihat tenang
Emosional: tidak ada respon
P 2 (12-15), (18-19), (24-27), (33-36), (66-67), (72-73), (76-78)
Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: tidak ada respon
Emosianal: Cemas akan penularan Merasa kaget saat dinyatakan TB Paru Tenang Merasa tidak nyaman
P 2 (23-24), (39-40), (43-46), (54-55), (58-62), (81-83)
P 3
Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: Memperhatikan tentang pencegahan penularan Mengingat kembali informasi tentang kesembuhan Persepsi tentang penyakit luas Terlihat tenang
Emosional: tidak ada respon
P 3 (17-18), (21-25), (28-30), (34-39), (42-44), (63-68)
Sedang Fisik: tidak ada respon
Kognitif: tidak ada respon
Emosional:
P 3 (6-8), (16-20), (42-51), (56-58), (71-75), (77-81)
39
Cemas akan penularan Merasa takut dan terkejut saat terdiagnosis Merasa tidak nyaman Menyendirikan peralatan makan dan minum
Berat Fisik: gemetar
Kognitif: tidak ada respon
Emosional: tidak ada respon
P 3 (55-59)
P 4
Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: Mempertimbangkan informasi yang diberikan Memperhatikan tentang pencegahan penularan
Emosional: tidak ada respon
P 4 (17-22), (33-35), (58-63)
Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: tidak ada respon
Emosional: Cemas akan penularan Merasa kaget dan takut akan penyakitnya Merasa tidak nyaman Menyendirikan peralatan makan dan minum
P 4 (28-29, 32), (39-46), (49-54)
P 5
Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: Persepsi tentang penyakit luas Tidak merasa gagal Mempertimbangkan informasi yang disampaikan Terlihat tenang
Emosional: tidak ada respon
P 4 (16-17), (26-28), (41-43), (47-50), (67-73)
40
Ringan Fisik: tidak ada respon
Kognitif: tidak ada respon
Emosional: Cemas akan penularan Merasa takut dan kaget akan penyakitnya Merasa tidak nyaman Menyendirikan peralatan makan dan minum
P 4 (25-26), (33-36), (39-40), (46-47), (94-97)
Berat Fisik: gemetar
Kognitif: tidak ada respon
Emosional: tidak ada respon
P 4 (91-93)
41
4.2.3. Hasil Data Dukung
4.2.3.1. Data pendukung observasi partisipan
Berdasarkan Observasi yang dilakukan pada
saat wawancara, partisipan 1, 2, 4, dan 5 tidak
menunjukkan ekspresi bahwa partisipan sedang
cemas, karena pada saat wawancara ekspresi
terlihat datar dan tenang. Sedangkan pada partisipan
3 saat dilakukan wawancara menunjukkan ekspresi
menangis, karena merasa takut dan khawatir dengan
apa yang terjadi.
4.2.4. Deskripsi Hasil Analisa
4.2.4.1. Partisipan 1
Partisipan 1 tidak merasa terbebani saat terdiagnosis
awal TB Paru, karena tahu bahwa penyakitnya dapat
disembuhkan. Namun demikian partisipan tetap
merasa khawatir akan kemungkinan menularkan
penyakitnya ke anggota keluarga.
“Saya ndak merasa terbebani, waktu saya terkena TB Paru. Iya mungkin karena bisa disembuhkan dan saya juga melakukan pengobatan.” “Iya saya khawatir kalau menularkan ke keluarga. Jadi, dari piring, gelas, sendok, saya sendirikan. Saya meladeni diri saya sendiri supaya keluarga tidak tertular”
42
4.2.4.2. Partisipan 2
Partisipan 2 cenderung merasa penyakitnya ini
membebani dan khawatir, bila aktivitas akan
memperparah penyakitnya. Selain itu partisipan juga
merasa khawatir menularkan penyakitnya ke anggota
keluarga.
“Kalau beraktivitas itu seperti ada yang membebani, kayak mau aktivitas berat itu takut kalau penyakitnya kambuh jadi merasa terbebani” “Iya rasa khawatir tetep ada, apalagi sakitnya bisa menular”
4.2.4.3. Partisipan 3
Partisipan 3 merasa penyakitnya ini mengerikan, dan
juga membebani. Rasa khawatir menularkan
penyakitnya ke anggota keluarga tetap ada,
walaupun sudah melakukan pencegahan dengan
cara menyendirikan alat makan.
”Iya mengerikan sekali, katanya bisa sampai meninggal. Saya takut, karena anak saya masih kecil”
“Iya terus terang saya terbebani, kalau dirumah itu saya tulang punggung keluarga” “Khawatir itu ada, kalau nanti anak saya tertular. Selama saya sakit ini makan dan minum saya sendirikan, demi keluarga supaya tidak tertular”
43
4.2.4.4. Partisipan 4
Penyakit TB Paru ini membuat partisipan 4 merasa
khawatir dan terbebani. Partisipan merasakan
kekhawatiran menularkan pada anggota keluarga
dan harus menjaga jarak dengan anggota keluarga,
terutama anaknya yang masih kecil.
“Iya khawatir, takut juga karena TB Paru ini kan penyakitnya parah ya, untuk kesembuhannya lama, menular juga”
“Iya kalau terbebani ada, terutama ini mengingat minum obat tiap hari”
“Iya khawatir, ini peralatan makan saya sendirikan. Trus sekarang saya minum juga saya sendirikan, kalau dulukan minum juga barengan. Apalagi sama anak, dulukan sering nyium-nyium tapi sekarang ndak pernah soalnya masih bayi”
4.2.4.5. Partisipan 5
Partisipan 5 merasa terbebani saat terdiagnosis awal
TB Paru, selain itu partisipan juga merasa khawatir
menularkan ke anggota keluarganya.
“Iya sebenarnya terbebani, tapi ya saya buat santai saja. Kalau banyak pikiran nanti malah ndak sembuh-sembuh, malah nambah penyakit”
“Iya pasti merasa khawatir, takut kalau keluarga tertular. Biar saya saja yang sakit, kalau keluarga jangan sampai”
44
4.3. Uji Keabsahan Data
4.3.1. Member Check Partisipan 1
Member Check pada partisipan 1 dilaksanakan pada
tanggal 3 Januari 2014 yaitu diruang tunggu Poli TB.
Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan
partisipan, partisipan setuju dengan hasil wawancara
yang sudah ditunjukkan tersebut. Karena menurut
partisipan hasil wawancara sudah sesuai dengan apa
yang ditanyakan oleh peneliti. Partisipan juga
memberikan saran agar dilakukan sosialisasi tentang
TB Paru kepada masyarakat.
4.3.2. Member Check Partisipan 2
Member Check pada partisipan 2 dilaksanakan pada
tanggal 20 Januari 2014 yaitu diruang tunggu Poli TB.
Peneliti menunjukkan hasil dari wawancara dengan
partisipan, partisipan setuju dengan hasil wawancara
yang sudah dilaksanakan sebelumnya. Tidak ada hasil
wawancara yang dikoreksi oleh partisipan.
4.3.3. Member Check Partisipan 3
Member Check pada partisipan 3 dilaksanakan pada
tanggal 22 Januari 2014 yaitu diruang tunggu Poli TB.
Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan
45
partisipan agar koreksi, dan partisipan menyetujui hasil
wawancara yang sudah dilaksanakan sebelumnya.
4.3.4. Member Check Partisipan 4
Member Check pada partisipan 4 dilaksanakan pada
tanggal 24 Januari 2014 yaitu diruang tunggu Poli TB.
Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan
partisipan agar dikoreksi. Partisipan menyetujui hasil
wawancara yang sudah dilaksanakan sebelumnya, tidak
ada yang dikoreksi oleh partisipan dari hasil
wawancara.
4.3.5. Member Check Partisipan 5
Member Check pada partisipan 5 dilaksanakan pada
tanggal 27 Januari 2014 yaitu, diruang tunggu Poli TB.
Peneliti menunjukkan hasil wawancara dengan
partisipan agar dikoreksi, tetapi tidak ada yang dikoreksi
oleh partisipan. Partisipan menyetujui hasil wawancara
yang sudah dilaksanakan sebelumnya dan tidak ada
yang ditambahkan lagi.
46
4.4. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat
kecemasan pada pasien yang terdiagnosis awal Tuberkulosis
Paru terhadap penularan ke anggota keluarga di Rumah Sakit
Paru dr. Ario Wirawan Salatiga. Videbeck (2001) menjelaskan
bahwa kecemasan merupakan perasaan takut yang tidak jelas
dan tidak didukung oleh situasi. Kecemasan menyebabkan
respon kognitif, psikomotor, dan fisiologis yang tidak nyaman.
Menurut Peplau dalam Videbeck (2008) ada empat tingkat
kecemasan, yaitu ringan, sedang, berat, dan panik.
Dari hasil analisis dapat dilihat dan diketahui bahwa saat
terdiagnosis awal TB Paru, pada ke 5 partisipan ini mengalami
respon fisik, respon kognitif, dan respon emosional pada
tingkat kecemasan yang berbeda. Hal ini terkait dengan
kemungkinan penularan terhadap anggota keluarga dan saat
partisipan terdiagnosis.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa manifestasi
kecemasan pada respon fisik berbeda-beda. Pada partisipan 1,
3, 5 menunjukkan respon tingkat kecemasan yang berat, yaitu
gemetar karena merasa takut dan khawatir dengan
penyakitnya. Partisipan 2 dan 4 juga merasa takut dan khawatir
tetapi tidak menunjukkan respon fisik seperti gemetar.
Berdasarkan hasil wawancara, ke 5 partisipan mengetahui
47
tentang penyakit TB Paru. Tetapi setelah terdiagnosis awal TB
Paru, partisipan merasa takut dan tidak percaya menderita TB
Paru. Hal ini dikarenakan dalam riwayat penyakit keluarga tidak
ada yang menderita TB Paru maupun merokok. Hasil penelitian
ini sesuai dengan pernyataan Priest (dalam Eva dan Kuncoro,
2006) yang menyatakan bahwa situasi pada diri individu yang
belum siap menghadapi kenyataan mempengaruhi kecemasan.
Partisipan 1, 2, 3, 4, 5 mengalami respon kognitif tingkat
kecemasan yang ringan. Berdasarkan teori Stuart & Sundeen,
2000 mengatakan bahwa ketidaktahuan dapat menyebabkan
kecemasan dan pengetahuan dapat digunakan untuk
mengatasi masalah. Hal ini sebanding dengan hasil penelitian
yang sudah dilakukan yaitu, ke 5 partisipan sudah memiliki
pengetahuan untuk pencegahan penularan penyakit, dengan
menyendirikan peralatan makan dan minum. Hal ini
menunjukkan bahwa partisipan memiliki pengetahuan yang
cukup dalam mengatasi masalah penularan penyakit terhadap
anggota keluarga.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
partisipan 2, 4, dan 5 memiliki respon emosional tingkat
kecemasan yang ringan. Sedangkan kecemasan sedang
dialami oleh partisipan 1 dan 3. Ke 5 partisipan tersebut
merasa khawatir jika menularkan penyakitnya ke anggota
48
keluarga. Selain itu partisipan juga merasa terbebani karena
aktivitasnya menjadi terganggu, misalnya takut melakukan
aktivitas yang berat karena akan menyebabkan kambuhnya
penyakit, serta harus minum obat setiap hari. Seluruh
partisipan memiliki mekanisme koping yang baik. Setelah
partisipan terdiagnosis awal TB Paru, partisipan tidak langsung
putus asa, tetapi berupaya melakukan pengobatan dan merasa
yakin bahwa akan mendapat kesembuhan. Kondisi ini seperti
yang diungkapkan oleh Stuart & Sundeen, 2000 bahwa
kelelahan fisik dan penyakit dapat menurunkan mekanisme
pertahanan alami seseorang.
4.5. Keterbatasan Penelitian
Dari awal penulisan skripsi berupa proposal sampai
penelitian, ada beberapa kekurangan dan keterbatasan
peneliti. Keterbatasan peneliti dalam mencari partisipan yang
bersamaan saat partisipan terdiagnosis awal TB Paru. Peneliti
juga tidak dapat melihat langsung respon kecemasan