46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total jumlah siswa perempuan adalah 21 siswa dan siswa laki-laki adalah 17 siswa. Penelitian dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09 disebabkan kondisi ketuntasan belajar yang dialami oleh siswa ini. 4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Kondisi Awal Kondisi awal merupakan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan. Pada kondisi awal, diketahui bahwa dari total jumlah siswa yaitu 38 siswa, 28 siswa (73.7%) siswa belum lulus KKM =70 dan hanya 10 siswa (36.3%) yang dinyatakan lulus KKM. Berikut ini akan disajikan tabel 4. 1 perolehan nilai siswa berdasarkan interval kriteria ketuntasan, yaitu: Tabel 4. 1 Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan No Interval Nilai Sebelum Tindakan Keterangan Jumlah (%) 1 < 50 2 5.3 Belum tuntas 2 50 – 59 8 21 Belum tuntas 3 60 – 69 18 47.4 Belum tuntas 4 70 – 79 7 18.4 Tuntas 5 80 – 89 3 7.9 Tuntas 6 90 – 100 - - - Jumlah 38 100 Rata-rata 62.9 Nilai tertinggi 85 Nilai terendah 45 Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa jumlah siswa yang belum tuntas yang mendapatkan nilai pada interval < 50 adalah 2 siswa (5.3%), 8 siswa (21%), mendapatkan nilai pada interval nilai 50 – 59; 18 siswa (47.4%) mendapatkan nilai pada interval nilai 60 – 69. Sedangkan siswa yang tuntas yang mendapatkan nilai pada interval nilai 70 – 79 adalah 7 siswa (18.4%); dan 3 siswa (7.9%) mendapatkan nilai pada interval nilai 80 – 89; dan tidak ada siswa yang
27
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 jek …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/3904/5/T1_292009365_BAB IV.pdf · memberikan motivasi tentang pentingnya menjadi berani dalam
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09. Total
jumlah siswa di kelas 4 berjumlah 38 siswa, dengan total jumlah siswa
perempuan adalah 21 siswa dan siswa laki-laki adalah 17 siswa. Penelitian
dilaksanakan pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 09 disebabkan kondisi ketuntasan
belajar yang dialami oleh siswa ini.
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1 Kondisi Awal
Kondisi awal merupakan kondisi sebelum dilaksanakan tindakan. Pada
kondisi awal, diketahui bahwa dari total jumlah siswa yaitu 38 siswa, 28 siswa
(73.7%) siswa belum lulus KKM =70 dan hanya 10 siswa (36.3%) yang
dinyatakan lulus KKM. Berikut ini akan disajikan tabel 4. 1 perolehan nilai siswa
berdasarkan interval kriteria ketuntasan, yaitu:
Tabel 4. 1
Hasil Belajar Siswa Sebelum Tindakan
No Interval Nilai Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah (%)
1 < 50 2 5.3 Belum tuntas
2 50 – 59 8 21 Belum tuntas
3 60 – 69 18 47.4 Belum tuntas
4 70 – 79 7 18.4 Tuntas
5 80 – 89 3 7.9 Tuntas
6 90 – 100 - - -
Jumlah 38 100
Rata-rata 62.9
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Berdasarkan tabel 4.1. diketahui bahwa jumlah siswa yang belum tuntas
yang mendapatkan nilai pada interval < 50 adalah 2 siswa (5.3%), 8 siswa (21%),
mendapatkan nilai pada interval nilai 50 – 59; 18 siswa (47.4%) mendapatkan
nilai pada interval nilai 60 – 69. Sedangkan siswa yang tuntas yang mendapatkan
nilai pada interval nilai 70 – 79 adalah 7 siswa (18.4%); dan 3 siswa (7.9%)
mendapatkan nilai pada interval nilai 80 – 89; dan tidak ada siswa yang
47
mendapatkan nilai pada interval nilai 90 – 100. Dari tabel 4.1 juga diketahui
perolehan nilai rata-rata yaitu 67.5, dimana perolehan nilai terendah yaitu 45 dan
nilai tertinggi 85.
Berikut ini disajikan dalam diagram 4. 1 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval nilai
Gambar 4. 1 Perolehan Nilai Berdasarkan Interval Nilai Sebelum Tindakan
Pada tabel 4.2 dan diagram 4.2 berikut ini akan disajikan jumlah total dan
persentase siswa yang tuntas dan belum tuntas belajar sebelum diberikan
tindakan.
Tabel 4. 2
Total Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum
Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan
Keterangan Jumlah Siswa (%)
1 < 70 28 73.7 Belum tuntas
2 ≥ 70 10 36.3 Tuntas
Jumlah 38 100
Rata-rata 62.9
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 45
Gambar 4. 2 Total Jumlah Siswa Tuntas dan Belum Tuntas Belajar Sebelum
Tindakan
0
10
20
<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
2
8
18
7 3
Jumlah Perolehan Nilai Berdasarkan
Interval
0
10
20
30
Jumlah Siswa Tuntas Sebelum
Tindakan
28
10 Belum Tuntas
Tuntas
48
Gambar 4. 3 Persentase Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan
Berdasarkan tabel 4.2., gambar 4.2. dan gambar 4.3. diketahui bahwa
jumlah siswa yang belum mencapai ketuntasan < 70 adalah 28 siswa (73.7%),
sedangkan jumlah siswa yang mencapai ketuntasan ≥ 70 adalah 10 siswa (36.3%).
Hasil ini memberikan gambaran bahwa perlu dilakukan tindakan untuk
memperbaiki ketuntasan belajar guna mencapai kriteria yang ditetapkan sekolah
yaitu minimal 75% dari total siswa tuntas KKM = 70.
4.2.2 Siklus I
a) Perencanaan
Perencanaan merupakan tahap untuk menyusun strategi dalam rangka
menyelesaikan masalah ketuntasan belajar siswa yang dialami. Setelah melakukan
konsultasi dengan guru kelas, maka hal-hal yang direncanakan untuk selanjutnya
dilaksanakan dalam pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
1) Menentukan upaya-upaya tindakan dengan menerapkan model
pembelajaran time token.
2) Melaksanakan tindakan dalam dua siklus, masing-masing siklus akan
dilaksanakan dalam dua pertemuan.
3) Memantau proses perkembangan siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar dengan menerapkan model pembelajaran time token.
4) Memantau kinerja guru dalam menerapkan pembelajaran dengan model
time token.
73,7
36,3
Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Sebelum Tindakan
Belum Tuntas
Tuntas
49
5) Menyusun lembar kerja siswa dan menyiapkan alat peraga berdasarkan
materi yang akan diajarkan dengan menerapkan model pembelajaran time
token.
b) Pelaksanaan
Pertemuan 1
1) Kegiatan Awal
Kegiatan diawali dengan mempersiapkan siswa, berdoa dan absensi. Setelah
itu, guru mengajak siswa untuk membentuk kelompok. Kelompok yang dibagi
didasarkan pada pertimbangan heterogenitas yaitu kemampuan akademik, usia,
dan jenis kelamin. Selanjutnya, guru memberikan apersepsi dalam bentuk
pertanyaan “siapa yang pernah pergi ke laut? pernahkah kalian melihat pasang dan
surut di laut? bagaimana volume air saat pasang naik atau pasang surut? Guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab apersepsi yang diberikan
guru. Setelah siswa menjawab apersepsi dengan benar, guru menjelaskan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai pada pertemuan itu dan menjelaskan langkah-
langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
time token.
2) Kegiatan Inti
Sebelum siswa diminta untuk melakukan diskusi kelompok, siswa diminta
mengamati gambar-gambar tentang perubahan daratan yang disebabkan oleh
banjir, erosi, abrasi, air laut pasang dan naik, kebakaran hutan. Sambil siswa
mengamati, untuk menggali pemahaman siswa pada gambar yang disajikan, guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa yang terkait dengan gambar-gambar yang
disajikan. Selama proses tanya jawab untuk menggali pemahaman siswa, tampak
bahwa siswa tidak memiliki keberanian untuk mengemukakan pendapatnya,
hingga kelas cenderung hening.setelah diminta oleh guru untuk memberikan
tanggapan, ada beberapa siswa memberanikan diri memberikan tanggapan.
Setelah ada tanggapan dari siswa, guru memberikan penjelasan materi tentang
pengaruh bumi berputar pada porosnya. Setelah memaparkan materi, guru
membagikan kupon bicara kepada masing-masing anggota kelompok. Setiap
kupon bicara diisi waktu kurang lebih 15 detik. Setelah mendapatkan kupon,
50
masing-masing kelompok diberikan tugas untuk berdiskusi mencari jawaban atas
pertanyaan yang diajukan. Selama proses diskusi untuk menyatukan pendapatnya,
tampak bahwa diskusi hampir tidak berjalan seimbang. Dalam kelompok yang ada
perempuan, hampir tidak ada siswa perempuan mengeluarkan pendapatnya.
Demikian juga ada beberapa siswa laki-laki yang belum memiliki keberanian
untuk bicara. Diskusi akhirnya didominasi oleh yang berani semata.
Mengantisipasi hal tersebut, guru membimbing kelompok, untuk memberikan
kesempatan kepada anggota kelompok lainnya untuk terlibat. Namun, situasi
berubah. Setelah kelompok yakin mendapatkan jawaban yang benar, kelompok
memberitahukan kepada anggota kelompok lain tentang jawaban dari tugas yang
diberikan guru. Setelah masing-masing anggota kelompok diyakinkan tentang
jawaban, guru menunjuk salah satu anggota kelompok untuk memaparkan
jawaban yang ditemukan oleh kelompok, dengan waktu 15 detik. Setelah
waktunya selesai, siswa memberikan kepada anggota kelompok lain untuk
melanjutkan memaparkan pendapatnya. Selama memaparkan hasil diskusi
kelompok, tampak ada siswa yang enggan dan merasa malu untuk tampil di depan
kelas membacakan hasil. Ada juga siswa yang membacakan dengan sangat
terburu-buru membacakan hasil diskusi kelompoknya. Namun, ada juga siswa
yang waktunya telah habis sementara hasil diskusi belum selesai dibahas.
Meskipun suasana pembelajaran berjalan baik, suasana menjadi agak gaduh
karena ada siswa yang belum mendapatkan giliran presentasi, sementara waktu
yang diberikan hampir selesai. Untuk mengantipasi agar tidak berlangsung
keributan, guru memberikan penguatan bahwa masih ada pertemuan berikutnya,
dan siswa yang belum mendapatkan kesempatan pada hari itu, akan diberikan
kesempatan pada waktu mendatang untuk presentasi di depan kelas. Selanjutnya,
guru dan siswa membahas hasil kerja kelompok secara keseluruhan. Guru juga
memberikan motivasi agar siswa tetap bersemangat belajar, dan terlebih lagi
bersemangat dalam menyampaikan pendapatnya.
3) Kegiatan Akhir
Sebelum menutup pelajaran, guru mengajak siswa untuk mengambil
kesimpulan mengenai materi yang dipelajari pada hari itu. Guru juga
51
mengingatkan siswa untuk belajar terlebih dahulu di rumah, karena akan ada
pertemuan lagi berikutnya. Guru mengucapkan terimakasih atas kerjasama siswa
dan menutup pelajaran.
Pertemuan 2
1) Kegiatan Awal
Pada pertemuan kedua kegiatan diawali dengan mempersiapakan siswa,
berdoa dan mengabsensi siswa. Setelah itu, guru melakukan apersepsi dengan
bertanya kepada siswa siapa yang pernah menonton berita di TV tentang banjir,
atau bencana karena gempa bumi? apa yang terjadi ketika bencana-bencana itu
terjadi? Kali ini untuk membangkitkan semangat siswa dalam belajar, guru
meminta siswa yang pada pertemuan sebelumnya belum mendapatkan
kesempatan untuk presentasi, menjawab pertanyaan apersepsi yang diajukan.
Namun, karena siswa yang diberikan kesempatan hanya diam, guru melemparkan
pertanyaan apersepsi kepada seluruh kelas, dan mempersilakan siswa untuk
menjawab. Untuk memudahkan siswa menjawab apersepsi, guru mempersilakan
siswa membuka buku IPA dan menemukan jawaban aperspsi yang diberikan.
Setelah siswa menjawab apersepsi dengan benar, selanjutnya guru menjelaskan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada hari itu. Setelah menjelaskan tujuan
pembelajaran, guru mengecek pemahaman siswa mengenai tujuan pembelajaran,
guru meminta siswa menyebutkan ulang tujuan pembelajaran yang hendak
dicapai. Setelah siswa memamparkan ulang tujuan pembelajaran yang dicapai,
guru menanyakan apakah siswa masih ingat langkah-langkah pembelajaran,
seperti yang telah dilakukan sebelumnya. Untuk mengingatkan siswa lagi, guru
menjelaskan lagi langkah-langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran hari itu.
2) Kegiatan Inti
Sebelum masuk dalam pemaparan materi, guru meminta siswa mengamati
gambar-gambar yang disajikan yaitu gambar-gambar tentang pengaruh
penampakan bumi akibat hujan dan bencana alam lainnya. Untuk menggali
kemampuan dan pemahaman siswa terhadap materi yang akan diajarkan, guru
mengadakan tanya jawab dengan siswa. Kali ini, guru sekali lagi mempersilakan
52
siswa yang belum mendapatkan kesempatan presentasi pada pertemuan
sebelumnya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Ada beberapa siswa
akhirnya memberanikan diri untuk menjawab. Agar siswa menjadi berani, guru
memberikan motivasi tentang pentingnya menjadi berani dalam mengemukakan
pendapat. Selanjutnya, guru menjelaskan materi tentang pengaruh kenampakan
bumi akibat hujan dan bencana alam lainnya. Tampak bahwa ada beberapa siswa
yang kurang menyimak penjelasan guru. Ada beberapa siswa yang saling
berbisik-bisik selama guru menjelaskan materi pelajaran. Setelah selesai
pemaparan materi, guru meminta siswa untuk bergabung dengan kelompok yang
telah dibentuk pada pertemuan sebelumnya, dan membagikan kupon bicara
kepada kelompok. Setelah semua kelompok mendapatkan kupon bicara,
selanjutnya guru memberikan tugas tentang pengaruh kenampakan bumi akibat
hujan dan bencana alam lainnya. Setelah semua kelompok mendapatkan tugas,
guru meminta siswa untuk mendiskusikan jawaban atas tugas yang diberikan.
Selama proses diskusi, agar menghindari hal-hal seperti pada pertemuan pertama,
guru mengkoordinasi kelompok agar ada siswa yang mencatat dan ada siswa yang
menyampaikan ide-idenya. Guru juga membimbing siswa agar selama proses
bertukar pikiran, siswa dapat belajar menghargai pendapat temannya dan
mendengarkan pendapat temannya. Guru juga membimbing agar siswa jangan
dulu terburu-buru memotong pembicaraan salah seorang anggota kelompoknya.
Meskipun telah terbagi tugas, tetap saja, diskusi masih didominasi oleh siswa
yang berani berpendapat. Setelah kelompok yakin akan jawaban atas tugas yang
diberikan, selanjutnya, guru menunujuk salah satu anggota kelompok untuk maju.
Agar tidak terjadi kejadian seperti pertemuan sebelumnya, guru meminta siswa
yang belum presentasi untuk maju presentasi. Sama seperti pertemuan
sebelumnya, waktu yang terbatas, menyebabkan ada siswa yang belum
mendapatkan giliran untuk preesentasi di depan kelas. Setelah itu, guru bersama
siswa membahas hasil kerja dari masing-masing kelompok, dan memberikan
motivasi kepada siswa yang masih pasif dalam mengikuti pembelajaran.
53
3) Kegiatan Akhir
Sebelum menutup pelajaran, untuk menguji pemahaman siswa terhadap
materi yang telah diajarkan, sekaligus untuk melihat efektivitas penerapan mode
kooperatif time token dalam pembelajaran, guru memberikan evaluasi berupa tes.
Setelah siswa mengumpulkan evaluasi, guru mengucapkan terimakasih, dan
mengingatkan akan ada lagi pertemuan berikutnya. Setelah itu, guru menutup
pelajaran.
c) Pengamatan
Pengamatan atau observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran yang
terjadi, diantaranya adalah kinerja guru dalam menerapkan model time token,
aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, termasuk keaktifan siswa selama proses
pembelajaran, dan implikasi dari menerapkan pembelajaran time token pada hasil
belajar siswa.
1) Kinerja Guru
Kinerja guru yang dimaksudkan adalah kinerja guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif time token dalam pembelajaran. Hal-hal yang
diamati dari kinerja guru adalah kesesuaian antara langkah-langkah pembelajaran
kooperatif time token dengan pelaksanaan pembelajaran. Hasil pengamatan
kinerja guru disajikan dalam tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4. 3
Hasil Pengamatan Kinerja Guru Menerapkan Model Pembelajaran Time
Token
Siklus Indikator Total skor Nilai
kinerja Kriteria
I 1) Membuka pelajaran
2) Penyampaian materi dan strategi
pembelajaran
3) Penggunaan model pembelajaran
dan pemanfaatan sumber belajar
4) Penilaian hasil belajar
5) Penutup
67 88.2% Baik
Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 19 item dalam lembar
observasi, mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe time token. Setiap item diberikan skor mulai dari
54
skor terendah 0 hingga tertinggi 4. Skor 0 adalah terendah yaitu skor yang tidak
dilaksanakan sama sekali, 1 adalah skor dilaksanakan tapi masuk dalam kategori
sangat kurang, diikuti 2 dilaksanakan tapi masuk kategori kurang, 3 dilaksanakan
dan masuk pada kategori cukup baik dan 4 dilaksanakan dan masuk pada kategori
sangat baik.
Kinerja guru dalam menerapkan model time token pada siklus I dihitung
dengan cara sebagai berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
Adapun skor perolehan dan pelaksanaan langkah ini mencapai 67 dari 100
atau 88.2%. Artinya dalam penerapan model pembelajaran kooperatif time token
mencapai skor 3 pada skor yang cukup dan skor 4 sangat baik. Hal ini nampak
pada aktivitas guru memeriksa kesiapan siswa, membuka pelajaran meliputi
berdoa dan presensi guru menyampaikan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyampaikan materi perubahan kenampakan bumi, menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran time token, bertanya jawab dengan siswa,
memberikan permasalahan kepada siswa, membagi siswa dalam kelompok,
membagikan kupon bicara kepada setiap kelompok, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi, menugaskan kelompok untuk menemukan
jawaban atas permasalahan yang diberikan, memberiakn kesempatan kelompok
untuk presentasi, menunjuk salah satu anggota kelompok menajwab soal yang
telah diberikan guru dalam waktu 15 detik, menyimpulkan materi, memberikan
tes, memberikan penghargaan secara individual maupun kelompok, memberikan
penguatan dan menutup pelajaran. Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru
pada siklus I, maka kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran time
token berada pada kategori baik dengan perolehan skor 67 dan persentase 88.2%.
55
2) Keaktifan Belajar
Keaktifan belajar siswa yang diamati adalah keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token. adapun aspek-
aspek yang diamati dalam keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut:
menjawab pertanyaan, mengerjakan tugas dengan baik, mengajukan pertanyaan,
menyatakan pendapat, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh,
menunjukkan antusias dalam pembelajaran, menunjukkan ketertarikan dalam
pembelajaran, menunjukkan rasa senang dalam pembelajaran, melakukan
interaksi dengan anggota kelompok, mengeluarkan pendapat saat diskusi,
menghargai pendapat orang lain, menunjukkan kekompakan dalam diskusi,
melaporkan hasil diskusi di depan kelas, mengerjakan tugtas mandiri dengan
antusias, mengoreksi hasil pekerjaan teman dengan baik.
Keseluruhan keaktifan yang diamati tersebut diberikan skor terndah dan
tertingi. 1 untuk skor terendah dengan kategori sangat kurang, 2 untuk masuk
kategori hampir cukup, 3 masuk dalam kategori cukup dan 4 masuk dalam
kategori baik.
Mengukur skala keaktifan belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA
materi perubahan kenampakan bumi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
time token, digunakan skala menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3
kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat keaktifan
belajar siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003) yaitu:
Dengan ketentuan sebagai berikut:
≥ 80 ke atas : tinggi
60 – 79 : sedang
≤ 59 : rendah
Berdasarkan hasil total penghitungan untuk setiap aspek yang disebutkan di
atas, diperoleh hasil sebagai berikut:
x100
56
Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model time token
pada siklus I berada pada kategori sedang dengan nilai 73.7
3) Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan hasil belajar yang diperoleh siswa setelah
mendapatkan pembelajaran model time token. Menyajikan hasil belajar adalah
untuk mengamati apakah model time token mampu memberikan pengaruh dalam
memperbaiki ketuntasan belajar siswa setelah tindakan. Berikut disajikan tabel 4.
4 hasil belajar siswa setelah tindakan pada siklus I
Tabel 4. 4
Hasil Belajar Siswa Siklus I No Interval Nilai Siklus I Keterangan
Jumlah (%)
1 < 50 - - Belum tuntas
2 50 – 59 3 8 Belum tuntas
3 60 – 69 9 23.7 Belum tuntas
4 70 – 79 8 21 Tuntas
5 80 – 89 14 36.8 Tuntas
6 90 – 100 4 10.5 Tuntas
Jumlah 38 100
Rata-rata 74.3
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 50
Berdasarkan tabel 4.4. diketahui bahwa jumlah siswa yang belum tuntas,
tidak ada yang mendapatkan nilai pada interval < 50; 3 siswa (8%), mendapatkan
nilai pada interval nilai 50 – 59; 9 siswa (23.7%) mendapatkan nilai pada interval
nilai 60 – 69. Sedangkan siswa yang tuntas yang mendapatkan nilai pada interval
nilai 70 – 79 adalah 8 siswa (21%); dan 14 siswa (36.8%) mendapatkan nilai pada
interval nilai 80 – 89; dan 4 siswa (10.5%) yang mendapatkan nilai pada interval
nilai 90 – 100. Dari tabel 4.4 juga diketahui perolehan nilai rata-rata yaitu 74.3,
dimana perolehan nilai terendah yaitu 50 dan nilai tertinggi 95.
Berikut ini disajikan dalam diagram 4. 4 siswa yang mendapatkan nilai pada
interval nilai.
57
Gambar 4. 4 Perolehan Nilai Berdasarkan Interval Nilai Pada Siklus I
Pada tabel 4. 5 dan diagram 4. 5 berikut ini akan disajikan jumlah total dan
persentase siswa yang tuntas dan belum tuntas belajar setelah siklus I.
Tabel 4. 5
Total Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Setelah Siklus I
No Nilai Siklus I
Keterangan Jumlah Siswa (%)
1 < 70 12 31.6 Belum tuntas
2 ≥ 70 26 68.4 Tuntas
Jumlah 38 100
Rata-rata 74.3
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 50
Gambar 4. 5 Total Jumlah Siswa Tuntas dan Belum Tuntas Setelah Siklus I
Gambar 4. 6 Persentase Ketuntasan Belajar Setelah Siklus I
0
20
<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
3 9 8
14
4
Jumlah Perolehan Nilai Berdasarkan Interval
Nilai
0
10
20
30
Jumlah Siswa Tuntas Siklus I
12
26
Belum Tuntas
Tuntas
31,6
68,4
Persentase Ketuntasan Setelah Siklus I
Belum Tuntas
Tuntas
58
Berdasarkan tabel 4.5, gambar 4.5 dan gambar 4.6 diketahui bahwa jumlah
siswa yang tuntas belajar dengan perolehan nilai ≥ 70 pada siklus I adalah 26
siswa (68.4%), dan siswa yang belum tuntas belajar dengan perolehan nilai < 70
pada siklus I adalah 15 siswa (31.6%).
4) Perbandingan Ketuntasan Belajar Sebelum Tindakan dengan Siklus I
Membandingkan ketuntasan belajar sebelum tindakan dengan setelah
tindakan pada siklus I dimaksudkan untuk melihat apakah penerapan model time
token, memberikan pengaruh dalam meningkatkan ketuntasan belajar siswa pada
mata pelajaran IPA materi perubahan kenampakan pada bumi. Berikut ini
disajikan dalam tabel 4. 6 perbandingan ketuntasan belajar siswa sebelum
tindakan dan setelah tindakan pada siklus I.
Tabel 4. 6
Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Sebelum Tindakan
dengan Siklus I
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I
Jumlah siswa % Jumlah siswa %
1 Tuntas 10 36.3 26 68.4
2 Belum tuntas 28 73.7 12 31.6
Total 38 100 38 100
Berikut ini disajikan dalam diagram 4. 7 perbandingan jumlah siswa yang
tuntas dan belum tuntas belajar sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan
pada siklus I.
Gambar 4. 7 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Sebelum Tindakan dengan
Siklus I
Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.7 diketahui bahwa terjadi peningkatan
jumlah maupun persentase ketuntasan belajar siswa. Jika sebelum tindakan, siswa
0
5
10
15
20
25
30
Sebelum Tindakan
Siklus I
28
12 10
26
Belum Tuntas, Tuntas
Series2
59
yang tuntas belajar adalah 10 siswa (36.3%) dari total jumlah siswa, terjadi
peningkatan setelah diberikan tindakan pada siklus I, dimana siswa yang tuntas
menjadi 28 siswa (68.6%) dari total jumlah siswa. Hasil ini memberikan gambaran
bahwa terjadi peningkatan jumlah ketuntasan belajar siswa yaitu 18 siswa (32.3%).
Jumlah siswa yang belum tuntas sebelum tindakan adalah 28 siswa (73.7%) dan
berkurang setelah diberikan tindakan pada siklus I menjadi 12 siswa (31.6%). Hasil
ini memberikan gambaran bahwa terjadi penurunan jumlah siswa yang belum
tuntas yaitu 8 siswa (32.3%).
Berdasarkan hasil ini dapat disimpulkan bahwa dengan demikian model
kooperatif efektif dalam meningkatkan hasil dan ketuntasan belajar siswa kelas 4
SDN Salatiga 09. Namun demikian, peningkatan jumlah ketuntasan hasil belajar
belum memberikan hasil sesuai yang diharapkan; dimana diharapkan bahwa
minimal 75% dari total siswa tuntas KKM ≥ 70. Dengan demikian perlu tindakan
lanjutan yang akan dilaksanakan pada siklus II.
d) Refleksi
Setelah dilaksanakan tindakan, maka dilakukan refleksi mengenai
kekurangan-kekurangan selama proses pembelajaran pada siklus I. Adapun hal-
hal yang ditemui untuk dilakukan analisis agar menjadi masukan pada tindakan
siklus II adalah sebagai berikut:
1) Diskusi dan tanya jawab yang dilakukan dalam kelompok, masih
didominasi oleh siswa yang berani dalam berpendapat, bertanya atau
memberikan tanggapan, sehingga anggota kelompok lain yang belum
berani, tetap menjadi pasif selama proses pembelajaran.
2) Meskipun guru telah memberikan kesempatan yang sama kepada semua
siswa baik untuk bertanya, berpendapat ataupun memberikan tanggapan,
guru belum mengkoordinir secara baik, sehingga pembelajaran masih
didominasi oleh beberapa siswa.
3) Terbatasnya waktu sehingga tidak semua siswa mendapatkan kesempatan
untuk melakukan presentasi di depan kelas.
60
4) Terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan,
namun ketuntasan belajar yang dicapai belum mencapai kriteria yang
diharapkan yaitu minimal 75% dari total siswa tuntas KKM ≥ 70.
4.2.3 Siklus II
a) Perencanaan
Sebelum melaksanakan tindakan pada siklus II, maka disusun perencanaan
yang nantinya akan dilaksanakan selama dilangsungkan tindakan pada siklus II.
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I, maka hal-hal yang menjadi perencanaan
untuk dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1) Membentuk kelompok, mengkoordinir jalannya diskusi, memberikan tugas
yang berbeda-beda pada tiap-tiap anggota dalam kelompok, agar semua
anggota kelompok dapat aktif dalam pembelajaran.
2) Mengatur agar siswa yang dominan tidak terlalu mendominasi jalannya
diskusi kelompok, maupun melakukan tanya jawab.
b) Pelaksanaan
Pertemuan 1
1) Kegiatan Awal
Pada pertemuan pertama siklus II ini, guru mengawali kegiatan
pembelajaran dengan mempersiapkan siswa, mengajak berdoa bersama menurut
agama dan kepercayaan dan mengabsensi siswa. Sebelum melakukan apersepsi,
guru terlebih dahulu membagi siswa dalam kelompok. Setelah siswa dibagi dalam
kelompok, sebelum guru memberikan apersepsi dalam bentuk pertanyaan, guru
memberikan tugas kepada setiap anggota kelompok. Bagi siswa yang berani dan
dominan, diminta untuk mendampingi siswa yang pasif dan membantu siswa yang
pasif dalam memberikan jawaban apersepsi. Setelah itu, guru memberikan
apersepsi dalam bentuk pertanyaan, pernah pergi ke laut, apa akibat abrasi bagi
pantai? Kali ini guru memberikan kesempatan kepada siswa yang kurang aktif
untuk memberikan jawaban pada apersepsi, sambil tetap mengawasi dan meminta
agar siswa yang aktif dan berani untuk memberitahukan kemungkinan jawaban
atas apserspsi. Dengan cara ini, siswa yang pasif mulai berani mengemukakan
61
pendapat berdasarkan bantuan dari rekannya. Sedangkan siswa yang aktif mulai
berupaya untuk menjadi pendengar bagi rekan-rekannya yang lain. Setelah siswa
berhasil menjawab apersepsi dengan benar, guru menjelaskan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai pada pembelajaran hari itu. Agar mengantisipasi siswa yang
kurang menyimak penjelasan yang diberikan guru, setelah guru menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran, guru mempersilakan siswa yang kurang
menyimak mengulang langkah-langkah pembelajaran yang disampaikan guru.
Strategi guru masih sama yaitu meminta siswa yang aktif menjadi pendamping
untuk memberikan kemungkinan jawaban. Sebelum masuk dalam kegiatan inti,
guru meminta siswa yang pandai, untuk berperan mencatat dan menjadi
moderator bagi anggota yang lain, sedangkan siswa yang lain diminta untuk
memberikan tanggapan atas tugas kelompok yang nanti akan diberikan guru.
2) Kegiatan Inti
Sebelum memaparkan materi, guru meminta siswa mengamati gambar-
gambar yang disediakan, yaitu gambar-gambar tentang dampak perubahan
lingkungan akibat erosi dan abrasi. Sambil siswa mengamati gambar-gambar,
guru menuntun siswa untuk melakukan tanya jawab dalam rangka menguji
pemahaman siswa pada materi yang akan diberikan. Sama seperti pada apersepsi,
dalam tanya jawab tentang materi yang akan disajikan ini, guru meminta siswa
yang aktif dan berani berpendapat untuk mendampingi siswa yang pasif dan
memberikan kemungkinan-kemungkinan jawaban. Awalnya, siswa yang aktif dan
berani, tampak enggan melakukan hal tersebut, namun diiringi motivasi guru
bahwa berhasil belajar bersama dan dapat membantu teman untuk dapat berhasil
adalah hal yang membanggakan, siswa yang aktif dan berani berpendapat mulai
menerima dan mendampingi siswa, sambil mencatat pertanyaan yang
disampaikan guru. Setelah dilaksanakan tanya jawab, guru memaparkan materi
tentang dampak perubahan lingkungan akibat erosi dan abrasi. Guru meminta agar
siswa yang kurang menyimak, mencatat apa yang disampaikan guru. Hal ini
dimaksudkan agar perhatiannya dialihkan pada materi pelajaran yang sedang
diberikan. Sambil memaparkan materi, guru juga berjalan berkeliling diantara
kelompok dan memperhatikan adakah siswa yang tidak mencatat apa yang
62
disampaikan. Setelah memberikan paparan materi, guru membagikan kupon
bicara kepada masing-masing kelompok, dan memberikan tugas. Dalam diskusi
kali ini, guru meminta siswa yang aktif dan berani berpendapat, mencatat dan
mendengarkan pendapat dari siswa yang pasif Juga siswa yang pasif didampingi
untuk disampaikan mengenai kemungkinan-kemungkinan jawaban atas tugas
yang diberikan guru. Sambil mencatat, guru meminta siswa yang aktif dan berani,
untuk menyampaikan kepada rekan lain jawaban-jawaban tersebut, dan meminta
siswa yang berani untuk memimpin dengan meminta ulang kepada anggota
kelompok untuk menyampaikan lagi apa yang telah dihasilkan dalam diskusi.
Agar menghindar dari waktu yang terbatas, guru meminta presentasi di depan
kelas dilakukan oleh siswa yang pasif. Sementara siswa yang aktif diminta untuk
mencatat, dan memberikan tanggapan pada hasil paparan dari kelompok lain.
Setelah siswa selesai memaparkan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas, guru
bersama siswa membahas hasil kerja masing-masing kelompok. Kali ini, guru
memberikan kesempatan kepada siswa yang aktif untuk menyampaikan apa saja
yang dihasilkan oleh kelompoknya, dan meminta siswa dari kelompok lain yang
aktif memberikan tanggapan, sementara siswa yang pasif diminta untuk mencatat,
dan kemudian nanti akan membacakan hasil tersebut sebagai kesimpulan. Setelah
selesai membahas, gur menyampaikan motivasi dalam bentuk pujian karena siswa
berhasil bekerjasama dengan rekan-rekannya secara baik.
3) Kegiatan Akhir
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru bersama siswa menarik kesimpulan.
Kesimpulan yang telah dicatat selama pembahasan tadi, diminta untuk dibacakan.
Setelah siswa selesai membacakan hasilnya, guru mengucapkan terimakasih atas
kerjasama siswa, juga atas partisipasi dan mengingatkan siswa untuk mempelajari
materi lagi di rumah, karena ada pertemuan pada waktu berikutnya. Guru juga
memberikan tugas individual untuk dikerjakan di rumah. Ini dilakukan untuk
menguji pemahaman siswa pada materi yang telah diberikan.
63
Pertemuan 2
1) Kegiatan Awal
Pada pertemuan 2 siklus II ini, kegiatan pembelajaran diawali dengan
mempersiapkan siswa agar siap belajar, berdoa dan mengabsensi. Sebelum
melanjutkan melakukan apersepsi, guru bertanya siapa yang mengerjakan PR,
silakan dikumpulkan. Setelah siswa mengumpulkan PR, guru melanjutkan, hari
ini pertemuan terakhir, karena kalian telah bekerjasama dengan baik pada
pertemuan sebelumnya, hari ini, kita bentuk lagi kelompok baru. Pembentukan
kelompok baru dimaksudkan agar siswa lebih meningkatkan kemampuan
bekerjasama dengan rekan-rekannya yang lain. Setelah itu, siswa dibagi dalam
kelompok-kelompok, dengan tetap mempertimbangkan heterogenitas siswa.
Setelah kelompok terbentuk, guru bertanya, “masih ingat kan peran kalian pada
pertemuan sebelumnya, nah hari ini kita akan berlatih dengan rekan yang berbeda,
namun dengan peran yang sama”. Selanjutnya guru memberikan apersepsi, apa
saja akibat tanah longsor? siswa lalu berbisik-bisik, ada juga yang menuliskan
jawaban di kertas dan meminta rekannya untuk menjawab pertanyaan apersepsi.
Setelah siswa menjawab apersepsi dengan benar, guru memberikan penguatan
dengan motivasi berupa pujian, bahwa kerjasama memiliki banyak manfaat, selain
manfaat akademik juga memiliki manfaat sosial, yaitu siswa akan memiliki
banyak sahabat. Selanjutnya, guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai pada hari itu. Tampak ada beberapa siswa yang mencatat tujuan
pembelajaran dan memberikan catatan itu kepada rekannya, mengantisipasi jika
guru meminta siswa yang kurang menyimak menjelaskan lagi tujuan
pembelajaran yang harus dicapai pada hari itu. Sebelum masuk dalam materi,
guru menanyakan, masih ingatkan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan dalam pembelajaran nanti? Serentak siswa memberikan jawaban,
iya, namun guru tetap menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan inti pembelajaran diawali dengan guru memberikan gambar-
gambar dan meminta siswa mengamati gambar-gambar tentang dampak
64
perubahan lingkungan akibat banjir dan tanah longsor. Siswa yang aktif dan
beberapa siswa lainnya, serentak membuka buku pelajaran mengenai materi dan
memberikan kepada rekan disampingnya. Selama siswa mengamati gambar-
gambar tersebut, guru melakukan tanya jawab untuk menggali kemampuan siswa
ke arah materi yang akan dipelajari. Siswa mencatat pertanyaan-pertanyaan guru,
dan menuliskan jawaban-jawaban untuk disampaikan oleh rekannya. Setelah
tanya jawab, guru memberikan materi tentang dampak perubahan lingkungan
akibat banjir dan tanah longsor. Setelah memaparkan materi, guru membagikan
kupon bicara kepada masing-masing kelompok sekaligus memberikan tugas untuk
dibahas bersama oleh kelompok. Tampak bahwa selama diskusi menemukan
jawaban atas tugas, siswa yang aktif dan berani lebih banyak mencatat dan
mendengarkan, juga memberikan masukan-masukan pada jawaban yang mungkin
benar. Setelah selesai diskusi, siswa yang aktif bertanya pada rekan kelompoknya
apakah sudah memahami dengan benar jawaban yang dihasilkan. Seperti
pertemuan sebelumnya, kelompok menyepakati untuk presentasi dilakukan oleh
perwakilan yaitu siswa yang kurang berani dan pasif dalam diskusi untuk
menyampaikan hasil diskusi kelompok. Setelah siswa selesai presentasi, guru
bersama-sama siswa yang aktif membahas hasil keseluruhan diskusi, sedangkan
siswa yang biasanya pasif, giliran untuk mencatat hasil pembahasan yang
nantinya dimasukkan sebagai kesimpulan.
3) Kegiatan Akhir
Sebelum mengakhiri pelajaran, guru meminta catatan selama pembahasan
dibacakan sebagai kesimpulan. Setelah selesai dibacakan, guru meluruskan
beberapa pemahaman yang keliru, dan memberikan evaluasi. Sebelum menutup
pelajaran, guru menyampaikan terimakasih kepada siswa telah bekerjasama
dengan baik, baik dengan rekannya, maupun dalam mengikuti proses
pembelajaran ini.
c) Pengamatan
Pengamatan atau observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran
berlangsung. Hal-hal yang diamati adalah keseluruhan proses pembelajaran yang
terjadi, diantaranya adalah kinerja guru dalam menerapkan model time token,
65
aktivitas siswa mengikuti pembelajaran, termasuk keaktifan siswa selama proses
pembelajaran, dan implikasi dari menerapkan pembelajaran time token pada hasil
belajar siswa.
1) Kinerja Guru
Kinerja guru yang dimaksudkan adalah kinerja guru dalam menerapkan
model pembelajaran kooperatif time token dalam pembelajaran. Hal-hal yang
diamati dari kinerja guru adalah kesesuaian antara langkah-langkah pembelajaran
kooperatif time token dengan pelaksanaan pembelajaran. Hasil pengamatan
kinerja guru disajikan dalam tabel 4. 7 berikut ini:
Tabel 4. 7
Hasil Pengamatan Kinerja Guru Menerapkan Model Kooperatif Time Token
pada Siklus II
Siklus Materi Total
skor
Nilai
kinerja Kriteria
II 1) Membuka pelajaran
2) Penyampaian materi dan strategi
pembelajaran
3) Penggunaan model pembelajaran
dan pemanfaatan sumber belajar
4) Penilaian hasil belajar 5) Penutup
68 89.5% Baik
sekali
Keseluruhan yang diamati dari kinerja guru ada 19 item dalam lembar
observasi, mengenai kegiatan yang dilaksanakan guru dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe time token. Setiap item diberikan skor mulai dari
skor terendah 0 hingga tertinggi 4. Skor 0 adalah terendah yaitu skor yang tidak
dilaksanakan sama sekali, 1 adalah skor dilaksanakan tapi masuk dalam kategori
sangat kurang, diikuti 2 dilaksanakan tapi masuk kategori kurang, 3 dilaksanakan
dan masuk pada kategori cukup baik dan 4 dilaksanakan dan masuk pada kategori
sangat baik. Kinerja guru dalam menerapkan model time token pada siklus II
dihitung dengan cara sebagai berikut:
Dengan kriteria nilai sebagai berikut:
>86% = baik sekali
70 – 85% = baik
55 – 69% = cukup baik
<54% = kurang
66
Adapun skor perolehan dan pelaksanaan langkah ini mencapai 68 dari 100
atau 89.5%. Artinya dalam penerapan model pembelajaran kooperatif time token
mencapai skor 3 pada skor yang cukup dan skor 4 sangat baik. Hal ini nampak
pada aktivitas guru memeriksa kesiapan siswa, membuka pelajaran meliputi
berdoa dan presensi guru menyampaikan apersepsi, menyampaikan tujuan
pembelajaran, menyampaikan materi perubahan kenampakan bumi, menjelaskan
langkah-langkah pembelajaran time token, bertanya jawab dengan siswa,
memberikan permasalahan kepada siswa, membagi siswa dalam kelompok,
membagikan kupon bicara kepada setiap kelompok, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berdiskusi, menugaskan kelompok untuk menemukan
jawaban atas permasalahan yang diberikan, memberiakn kesempatan kelompok
untuk presentasi, menunjuk salah satu anggota kelompok menajwab soal yang
telah diberikan guru dalam waktu 15 detik, menyimpulkan materi, memberikan
tes, memberikan penghargaan secara individual maupun kelompok, memberikan
penguatan dan menutup pelajaran. Berdasarkan penghitungan hasil kinerja guru
pada siklus I, maka kinerja guru dalam menerapkan model pembelajaran time
token berada pada kategori baik sekali dengan perolehan skor 67 dan persentase
89.5%.
2) Keaktifan Siswa
Keaktifan belajar siswa yang diamati adalah keaktifan siswa dalam
mengikuti pembelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe time token. adapun aspek-aspek
yang diamati dalam keaktifan belajar siswa adalah sebagai berikut: menjawab
pertanyaan, mengerjakan tugas dengan baik, mengajukan pertanyaan, menyatakan
pendapat, menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh, menunjukkan
antusias dalam pembelajaran, menunjukkan ketertarikan dalam pembelajaran,
menunjukkan rasa senang dalam pembelajaran, melakukan interaksi dengan
anggota kelompok, mengeluarkan pendapat saat diskusi, menghargai pendapat
orang lain, menunjukkan kekompakan dalam diskusi, melaporkan hasil diskusi di
depan kelas, mengerjakan tugtas mandiri dengan antusias, mengoreksi hasil
pekerjaan teman dengan baik.
67
Keseluruhan keaktifan yang diamati tersebut diberikan skor terendah dan
tertingi. 1 untuk skor terendah dengan kategori sangat kurang, 2 untuk masuk
kategori hampir cukup, 3 masuk dalam kategori cukup dan 4 masuk dalam
kategori baik.
Mengukur skala keaktifan belajar dalam mengikuti pembelajaran IPA
materi perubahan kenampakan bumi dengan model pembelajaran kooperatif tipe
time token, digunakan skala menggunakan rumus Likert yang terdiri dari 3
kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah. Untuk mengetahui tingkat keaktifan
belajar siswa, digunakan ketentuan yang dibuat oleh Depdiknas (2003) yaitu:
Dengan ketentuan sebagai berikut:
≥ 80 ke atas : tinggi
60 – 79 : sedang
≤ 59 : rendah
Berdasarkan hasil total penghitungan untuk setiap aspek yang disebutkan di
atas, diperoleh hasil sebagai berikut:
x100
Berdasarkan ketentuan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
keaktifan belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif
tipe time token pada siklus II berada pada kategori tinggi dengan nilai 87.4
3) Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar siswa yang diamati adalah hasil belajar setelah diberikan
tindakan. Hasil belajar adalah perolehan nilai setelah diberikan pembelajaran
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe time token. Hasil belajar
siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II, disajikan dalam tabel 4. 8 berikut
ini:
68
Tabel 4. 8
Hasil Belajar Siswa Siklus II
No Interval Nilai Siklus II
Keterangan Jumlah (%)
1 < 50 - - Belum tuntas
2 50 – 59 - Belum tuntas
3 60 – 69 - Belum tuntas
4 70 – 79 16 42.1 Tuntas
5 80 – 89 18 47.4 Tuntas
6 90 – 100 4 10.5 Tuntas
Jumlah 38 100
Rata-rata 78.7
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 70
Berdasarkan tabel 4. 8 diketahui bahwa setelah diberikan tindakan pada
siklus II, maka siswa yang tuntas belajar adalah 38 dari 38 (100%), dengan rincian
sebagai berikut: 16 siswa (42.1%) yang mendapatkan nilai pada interval nilai 70 –
79; 18 siswa (27.4%) yang mendapatkan nilai pada interval nilai 80 – 89; dan 4
siswa (10.5) mendapatkan nilai pada interval nilai 90 – 100. Setelah diberikan
tindakan pada siklus II, terjadi juga perubahan pada nilai terendah, dimana nilai
terendah dicapai dengan 70, sedangkan nilai tertinggi tetap seperti siklus I yaitu
95.
Hasil ketuntasan belajar siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II,
disajikan dalam diagram 4. 8 berikut ini:
Gambar 4. 8 Perolehan Nilai Berdasarkan Interval Nilai Pada Siklus II
Berikut akan disajikan tabel 4. 9 dan diagram 4. 9 total ketuntasan belajar
siswa setelah diberikan tindakan pada siklus II:
0
10
20
<50 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
16 18
4
Jumlah Perolehan Nilai
Berdasarkan Interval Nilai
69
Tabel 4. 9
Total Jumlah dan Persentase Ketuntasan Belajar Setelah Siklus
II
No Nilai Siklus II
Keterangan Jumlah Siswa (%)
1 < 70 - - Belum tuntas
2 ≥ 70 38 100 Tuntas
Jumlah 38 100
Rata-rata 78.7
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 70
Gambar 4. 9 Total Jumlah Siswa Tuntas Pada Siklus II
Berdasarkan tabel 4.9 diketahui bahwa setelah diberikan tindakan pada
siklus II, tidak ada siswa yang memperoleh nilai < 70, dan 38 (100%) siswa
memperoleh nilai ≥ 70. Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa dengan demikian,
menerapkan model pembelajaran kooperatif time token tercapai dalam
meningkatkan hasil belajar atau ketuntasan belajar siswa kelas 4 SDN Salatiga 09
pada mata pelajaran IPA materi Memahami Perubahan Kenampakan Bumi,
Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
4) Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
Membandingkan ketuntasan belajar pada siklus I dengan siklus II
dimaksudkan untuk melihat apakah model yang diterapkan tercapai dalam
meningkatkan hasil belajar atau ketuntasan belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
Berikut ini disajikan tael 4. 10 perbandingan jumlah ketuntasan siswa setelah
tindakan pada siklus I dengan siklus II.
0
10
20
30
40
Setelah Tindakan Siklus II
38
Belum Tuntas
Tuntas
70
Tabel 4. 10
Perbandingan Jumlah dan Persentase Ketuntasan Siklus I dengan Siklus II
No Ketuntasan Siklus I Siklus II
Jumlah siswa % Jumlah siswa %
1 Tuntas 26 68.4 38 100
2 Belum tuntas 12 31.6 - -
Total 38 100 38 100
Berikut ini disajikan dalam diagram 4. 10 perbandingan jumlah siswa yang
tuntas dan belum tuntas belajar setelah tindakan pada siklus Idan setelah diberikan
tindakan pada siklus II.
Gambar 4. 10 Perbandingan Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dengan Siklus II
Pada pemaparan berikut ini, akan disajikan perbandingan keseluruhan hasil
belajar maupun jumlah dan persentase ketuntasan belajar siswa mulai sebelum
tindakan, siklus I hingga siklus II. Berikut disajikan perbandingannya melalui
tabel 4. 11 berikut ini:
Tabel 4. 11
Perbandingan Jumlah Siswa dan Persentase Ketuntasan Belajar Siswa
Sebelum Tindakan, Siklus I dengan Siklus II
No Hasil Belajar
Tuntas Belum Tuntas
Jumlah siswa % Jumlah
siswa %
1 Sebelum tindakan 10 36.3 28 73.7
2 Siklus I 26 68.4 12 31.6
3 Siklus II 38 100 - -
Berdasarkan pada tabel 4.11. diketahui bahwa sebelum dilakukan tindakan,
siswa yang tuntas belajar adalah 10 (36.3%) dari 38 siswa. Setelah diberikan
tindakan pada siklus I, terjadi pertambahan siswa yang tuntas menjadi 26 siswa
(68.4%). Dengan kata lain, setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi
0
10
20
30
40
Siklus I Siklus II
12
26
38
Belum Tuntas
Tuntas
71
peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu 16 siswa (32.1%). Setelah diberikan
tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan ketuntasan belajar siswa menjadi
38 (100%). Dengan kata lain terjadi peningkatan siswa yang tuntas yaitu 12 siswa
(31.6%).
Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 28 siswa
(73.7%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi penurunan menjadi 12
siswa (31.6%). Dengan kata lain setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi
penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 16 (32.1%). Setelah diberikan
tindakan pada siklus II, terjadi lagi penurunan menjadi tidak ada siswa yang
belum tuntas. Dengan kata lain terjadi penurunan 12 siswa (31.6%).
Dengan hasil ini dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe time token, berhasil dalam meningkatkan hasil belajar atau
ketuntasan belajar IPA siswa pada materi perubahan kenampakan bumi pada
siswa kelas 4 SDN Salatiga 09, Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
d) Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan berdasarkan masukan pada siklus I,
dan setelah guru memperbaiki kinerjanya, maka diketahui bahwa keaktifan belajar
dan jumlah serta persentase ketuntasan belajar siswa menjadi meningkat setelah
diberikan tindakan pada siklus II. Hal ini memberikan refleksi bahwa
memperhatikan proses dan memperhatikan karakteristik personal siswa selama
KBM berlangsung adalah sesuatu yang penting dan mendasar demi mencapai
hasil belajar dan ketuntasan belajar yang diharapkan.
4.3 Pembahasan
Sebelum dilakukan tindakan, siswa yang tuntas belajar adalah 10 (36.3%)
dari 38 siswa. Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi pertambahan siswa
yang tuntas menjadi 26 siswa (68.4%). Dengan kata lain, setelah diberikan
tindakan pada siklus I, terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas yaitu 16
siswa (32.1%). Setelah diberikan tindakan pada siklus II, terjadi lagi peningkatan
ketuntasan belajar siswa menjadi 38 (100%). Dengan kata lain terjadi peningkatan
siswa yang tuntas yaitu 12 siswa (31.6%).
72
Siswa yang belum tuntas sebelum diberikan tindakan adalah 28 siswa
(73.7%). Setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi penurunan menjadi 12
siswa (31.6%). Dengan kata lain setelah diberikan tindakan pada siklus I, terjadi
penurunan jumlah siswa yang belum tuntas yaitu 16 (32.1%). Setelah diberikan
tindakan pada siklus II, terjadi lagi penurunan menjadi tidak ada siswa yang
belum tuntas. Dengan kata lain terjadi penurunan 12 siswa (31.6%). Dengan hasil
ini dapat dikatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe time
token, berhasil dalam meningkatkan hasil belajar atau ketuntasan belajar IPA
siswa pada materi perubahan kenampakan bumi pada siswa kelas 4 SDN Salatiga
09, Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.
Selain terjadi peningkatan hasil belajar siswa, juga terjadi peningkatan
keaktifan belajar siswa. Pada siklus I keaktifan belajar siswa dalam mengikuti
pembelajaran dengan model time token, berada pada kategori sedang dengan nilai
73.7. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan dengan memberikan peran yang
berbeda-beda dalam kelompok, pada siklus II, terjadi peningkatan keaktifan
belajar siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan model time token pada siklus
II berada pada kategori tinggi dengan nilai 87.4.
Dengan hasil ini, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran
kooperatif time token berhasil dalam meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
IPA siswa kelas 4 SDN Salatiga 09 Semester II Tahun Pelajaran 2012/2013.