Top Banner
1 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1.1 Kondisi Geografis Sekolah Madrasah Ibtidaiyah berlokasi di Dusun Hungayo Timur Desa Ilohungayo Kecamatan Batuda’a. Desa Ilohungayo memiliki luas wilayah ± 910 Ha yang berbatasan dengan : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Limboto 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pilobuhuta dan Kec Batudaa Pantai 3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pilobuhuta 4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Payunga dan Desa Dunggala. Desa Ilohungayo terdiri dari 5 dusun yang salah satu diantaranya adalah Dusun Hungayo Timur, dengan luas wilayah ± 145 Ha. 4.1.1.2 Keadaan Penduduk Jumlah penduduk di Dusun Hungayo Timur berjumlah 350 jiwa, dimana laki-laki sebanyak 149 jiwa, dan perempuan sebanyak 200 jiwa, dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 89 KK. 4.1.1.3 Keadaan Sekolah Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a memiliki 8 ruangan, dimana 6 diantaranya dipakai untuk ruangan belajar mengajar, selebihnya ruangan Guru dan Perpustakaan.
21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

Apr 04, 2019

Download

Documents

lykiet
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

1

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1.1 Kondisi Geografis

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah berlokasi di Dusun Hungayo Timur Desa

Ilohungayo Kecamatan Batuda’a. Desa Ilohungayo memiliki luas wilayah ± 910

Ha yang berbatasan dengan :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Danau Limboto

2. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pilobuhuta dan Kec Batudaa

Pantai

3. Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Pilobuhuta

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Payunga dan Desa Dunggala.

Desa Ilohungayo terdiri dari 5 dusun yang salah satu diantaranya adalah

Dusun Hungayo Timur, dengan luas wilayah ± 145 Ha.

4.1.1.2 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk di Dusun Hungayo Timur berjumlah 350 jiwa, dimana

laki-laki sebanyak 149 jiwa, dan perempuan sebanyak 200 jiwa, dengan jumlah

kepala keluarga sebanyak 89 KK.

4.1.1.3 Keadaan Sekolah

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a memiliki 8 ruangan,

dimana 6 diantaranya dipakai untuk ruangan belajar mengajar, selebihnya ruangan

Guru dan Perpustakaan.

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

2

Jumlah Murid Sekolah madrasah Ibtidaiyah yang awalnya berjumlah 167

orang yang menyebar di enam kelas yaitu kelas I sampai kelas VI, sekarang

berkurang jumlahnya menjadi 88 siswa. Hal ini diakibatkan karena banyak siswa

yang sudah putus sekolah dan tidak naik kelas sehingga jumlah siswa dari tiap-

tiap kelas berkurang jumlahnya, yang awalnya di kelas satu berjumlah 39 orang

sekarang menjadi 20 orang, kelas dua yang awalnya 26 orang sekarang menjadi

14 orang, kelas tiga yang awalnya berjumlah 23 orang sekarang menjadi 11

orang, kelas 4 yang awalnya berjumlah 23 orang sekarang menjadi 11 orang, kelas

lima yang awalnya berjumlah 27 orang sekarang menjadi 12 orang dan kelas

enam yang awalnya berjumlah 29 orang sekarang tinggal 20 orang.

Data berikut ini adalah Jumlah Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur,

Kelas Tahun 2012 yaitu :

Tabel 4.1 Distribusi Siswa Berdasarkan Kelas, Umur dan Jenis Kelamin Pada Siswa

Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Kabupaten Gorontalo Tahun 2012

Kelas Umur (tahun)

Jumlah Siswa

Jenis Kelamin Perempuan Laki-laki

n % n % I 6-7 20 11 12.5 9 10.2 II 8-9 14 3 3.4 11 12.5 III 9-10 11 5 5.6 6 6.8 IV 10-11 11 4 4.5 7 7.9 V 11-12 12 4 4.5 8 9.0 VI 12-14 20 7 7.9 13 14.7

Jumlah 88 34 38.6 54 61.3 Sumber Data : Data Primer

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukan bahwa dari 88 siswa Madrasah

Ibtidaiyah yang berjenis Kelamin Perempuan Berjumlah 34 orang (38.6%)

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

3

sedangkan yang berjenis kelamin Laki-laki berjumlah 54 orang (61.3%). Dan

terbanyak ada pada kelas Enam yaitu antara umur 12-14 tahun.

Jumlah guru yang ada di Sekolah madrasah Ibtidaiyah adalah sebanyak 11

orang dengan status sebagai Pengawai Negeri Sipil (PNS). Sekolah Madrasah

Ibtidaiyah memiliki tiga kamar mandi yang dilengkapi dengan bak penampung air

dan juga WC, dimana sumber airnya berasal dari sumur gali.

4.1.2 Hasil Pemeriksaan Telur Cacing pada Kotoran Kuku dan Tinja

4.1.2.1 Pemeriksaan Telur Cacing pada Kotoran Kuku

Berdasarkan hasil pemeriksaan kotoran kuku menunjukan bahwa dari 88

sampel yang diperiksa dan diteliti ditemukan 14 (Empat Belas) sampel yang

positif terdapat telur cacing pada kotoran kukunya dengan jenis Ascaris

Lumbriocoides.Selengkapnya ada pada tabel berikut :

Tabel 4.2 Dstribusi Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Siswa

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Pemeriksaan telur cacing

pada kotoran kuku Jumlah

n % Positif 14 15,9 Negatif 74 84,0 Total 88 100,00

Sumber : Data Primer

Tabel 4.2 menunjukan bahwa dari 88 siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah

Kecamatan Batuda’a, sebanyak 14 siswa (15,9%) yang positif terdapat telur

cacing pada kotoran kukunya dan sebanyak 74 siswa (84,0%) yang negatif ttelur

cacing pada kotoran kukunya.

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

4

4.1.2.2 Pemeriksaan Telur Cacing pada Tinja

Berdasarkan hasil pemeriksaan tinja menunjukan bahwa dari 88 sampel

yang diperiksa dan diteliti ditemukan 20 (Dua Puluh) sampel yang positif

terdapat telur cacing pada tinjana dengan jenis Ascaris Lumbriocoides.

Selengkapnya ada pada tabel berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Siswa

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Pemeriksaan telur cacing

pada Tinja Jumlah

n % Positif 20 22,7 Negatif 68 77,2 Total 88 100,00

Sumber : Data Primer

Tabel 4.3 menunjukan bahwa dari 88 siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah

Kecamatan Batuda’a, sebanyak 20 siswa (22,7%) yang positif terdapat telur

cacing pada kotoran tinjanya dan sebanyak 68 siswa (77,2%) yang negatif telur

cacing pada kotoran tinjanya.

4.1.3 Aspek Hygiene

4.1.3.1 Kebiasaan Memotong Kuku

Berdasarkan Hasil wawancara dari 88 siswa Madrasah Ibtidaiyah tentang

kebiasaan memotong kuku seminggu sekali ada pada tabel berikut ini :

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

5

Tabel 4.4 Distribusi Kebiasaan Memotong Kuku Seminggu Sekali Siswa

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Kebiasaan memotong

kuku Jumlah

n % Ya 11 12,5

Tidak 77 87,5 Total 88 100,00

Sumber : Data Primer

Tabel 4.4 menunjukan bahwa pada umumnya siswa menyatakan tidak

mempunyai kebiasaan memotong kuku sekali dalam seminggu yaitu sebanyak 77

siswa (87,5%) sedangkan 11 siswa (12,5%) lainnya menyatakan bahwa kuku

selalu di potong sekali dalam seminggu atau menpunyai kebiasaan memotong

kuku.

4.1.3.2 Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum makan dan Sesudah

Buang Air Besar

Berdasarkan hasil weawancara dari 88 siswa tentang kebiasaan mencuci

tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar oleh siswa menyatakan bahwa

bila sebelum makan dan sesudah buang air besar tidak perlu mencuci tangan

memakai sabun. Selengkapnya ada pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5 Distribusi Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dan Sesudah Buang Air

Besar Siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Kebiasaan mencuci tangan sebelum

makan&sesudah buang air besar Jumlah

n % Ya 14 12,3

Tidak 74 84,0 Total 88 100

Sumber : Data Primer

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

6

Tabel 4.5 mununjukan bahwa sebanyak 74 siswa (84,0%) yang

menyatakan bahwa tidak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air

besar dan sebanyak 14 siswa (12,3%) menyatakan bahwa baik memcuci tangan

sebelum makan dan sesudah buang air besar.

4.1.3.3 Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Dari hasil wawancara kepada 88 siswa Madrasah ibtidaiyah menyatakan

bahwa tidak memakai alas kaki pada saat bermain di tanah ataupun diluar rumah.

Selengkapnya ada pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6 Distribusi Kebiasaan Memakai Alas Kaki Siswa

Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Kebiasaan Memakai

Alas kaki Jumlah

n % Ya 18 20,4

Tidak 70 79,5 Total 88 100

Sumber : Data Primer

Tabel 4.6 menunjukan bahwa sebanyak 70 siswa (79,5%) yang

menyatakan tidak memakai alas kaki pada saat bermain ditanah ataupun keluar

rumah. Sedangkan siswa yang menyatakan selalu memakai alas kaki pada saat

bermain ditanah dan keluar rumah adalah 18 siswa (20,4%).

4.1.4 Hygiene Siswa

Dari berbagai aspek hygiene siswa yang telah dipaparkan diatas seperti

kebiasaan memotong kuku, kebiasaan mencuci tangan sebelum dan sesudah

buang air besar serta kebiasaan memakai alas kaki. Hal ini sudah dapat

menjelaskan aspek hygiene siswa Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a

secara umum yang tentunya saja dapat berdampak terhadap kejadian penyakit

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

7

cacingan pada siswa tersebut. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa aspek

hygiene dari siswa Madrasah tersebut dikatakan rendah.

4.1.5. Tabulasi Silang

4.1.5.1 Aspek Hygiene dengan Kotoran Kuku

1. Kecacingan dengan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum makan

dan Sesudah Buang Air Besar

Hasil pemeriksaan kecacingan dan hasil wawancara tentang kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar selengkapnya ada

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.7 Distribusi Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dan Sesudah Buang Air Besar Siswa Sekolah

Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Dari Tabel 4.7 menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan kecacingan pada

siswa berdasarkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang

air besar sebanyak 60 siswa (82.2%) yang tidak membiasakan mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah buang air besar dan dari 60 siswa terdapat 14 siswa

(18.0%) positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan. Dan sebanyak 14

siswa (100.0%) terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air

besar.

kebiasaan mencuci tangan sebelum

makan dan sesudah makan

Kotoran kuku Jumlah Negatif Positif

n % n % n %

Tidak 60 82.2 14 18.0 74 100.0 Ya 14 100.0 0 0 14 100.0

Jumlah 74 84.9 14 15.1 88 100.0

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

8

2. Kecacingan dengan Kebiasaan Memotong Kuku

Hasil pemeriksaan kecacingan dan hasil wawancara tentang kebiasaan

memotong kuku selengkapnya ada pada tabel berikut ini :

Tabel 4.8 Distribusi Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Berdasarkan Kebiasaan

Memotong Kuku Siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Tabel 4.8 menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan kecacingan pada

siswa berdasarkan kebiasaan memotong kuku sebanyak 63 siswa (82.9%) yang

tidak membiasakan memotong kuku dan dari 63 siswa terdapat 14 siswa (18.1%)

positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan. Dan sebanyak 11 siswa

(100.0%) terbiasa untuk memotong kuku seminggu sekali.

3. Kecacingan dengan Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Hasil pemeriksaan kecacingan dan hasil wawancara tentang kebiasaan

memakai alas kaki selengkapnya ada pada tabel berikut ini :

Tabel 4.9 Distribusi Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Berdasarkan Kebiasaan

Memakai Alas Kaki Siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Kebiasaan Memotong Kuku

Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Jumlah

Negatif Positif n % n % n %

Tidak 63 82.9 14 18.1 77 100.0 Ya 11 100.0 0 0 11 100.0

Jumlah 74 85.1 14 15.9 88 100.0

Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Pemeriksaan Telur Cacing Pada Kotoran Kuku Jumlah

Negatif Positif n % n % n %

Tidak 56 81.2 14 18.8 70 100.0 Ya 18 100.0 0 0 18 100.0

Jumlah 74 85.1 14 15.9 88 100.0

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

9

Tabel 4.9 menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan kecacingan pada

siswa berdasarkan kebiasaan memakai alas kaki sebanyak 56 siswa (81.2%) yang

tidak membiasakan memakai alas kaki dan dari 56 siswa terdapat 14 siswa

(18.8%) positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan. Dan sebanyak 18

siswa (100.0%) terbiasa memakai alas kaki.

4.1.5.2 Aspek Hygiene dengan Tinja

1. Kecacingan dengan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum makan

dan Sesudah Buang Air Besar

Hasil pemeriksaan kecacingan dan hasil wawancara tentang kebiasaan

mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar selengkapnya ada

pada tabel berikut ini :

Tabel 4.10 Distribusi Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum Makan Dan Sesudah Buang Air Besar Siswa Sekolah Madrasah

Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Tabel 4.10 menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan kecacingan pada

siswa berdasarkan kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang

air besar sebanyak 54 siswa (73.0%) yang tidak membiasakan mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah buang air besar dan dari 54 siswa terdapat 20 siswa

(27.0%) positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan. Dan sebanyak 14

Kebiasaan Mencuci Tangan Sebelum

Makan Dan Sesudah Makan

Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Jumlah

Negatif Positif n % n % n %

Tidak 54 73.0 20 27.0 74 100.0 Ya 14 100.0 0 0 14 100.0

Jumlah 68 77.0 20 23.0 88 100.0

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

10

siswa (100.0%) terbiasa mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air

besar.

2. Kecacingan dengan Kebiasaan Memotong Kuku

Hasil pemeriksaan kecacingan dan hasil wawancara tentang kebiasaan

memotong kuku selengkapnya ada pada tabel berikut ini :

Tabel 4.11 Distribusi Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Berdasarkan Kebiasaan

Memotong Kuku Siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Tabel 4.11 menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan kecacingan pada

siswa berdasarkan kebiasaan memotong kuku sebanyak 57 siswa (74.0%) yang

tidak membiasakan memotong kuku dan dari 57 siswa terdapat 20 siswa (26.0%)

positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan. Dan sebanyak 11 siswa

(100.0%) terbiasa untuk memotong kuku seminggu sekali.

3. Kecacingan dengan Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Hasil pemeriksaan kecacingan dan hasil wawancara tentang kebiasaan

memakai alas kaki selengkapnya ada pada tabel berikut ini :

Kebiasaan Memotong Kuku

Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Jumlah

Negatif Positif n % n % n %

Tidak 57 74.0 20 26.0 77 100.0 Ya 11 100.0 0 0 11 100.0

Jumlah 68 73.3 20 22.7 88 100.0

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

11

Tabel 4.12 Distribusi Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Berdasarkan Kebiasaan Memakai

Alas Kaki Siswa Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Batuda’a Tahun 2012

Tabel 4.12 menunjukan bahwa dari hasil pemeriksaan kecacingan pada

siswa berdasarkan kebiasaan memakai alas kaki sebanyak 50 siswa (71.4%) yang

tidak membiasakan memakai alas kaki dan dari 50 siswa terdapat 20 siswa

(28.6%) positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan. Dan sebanyak 18

siswa (100.0%) terbiasa untuk memakai alas kaki.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Pemeriksaan Telur Cacing pada Kotoran Kuku dan Tinja

4.2.1.1 Pemeriksaan Telur Cacing pada Kotoran Kuku

Dari hasil pemeriksaan sampel kotoran kuku siswa yang berjumlah 88

orang menunjukan bahwa sebanyak 14 orang (15,9%) siswa Sekolah Madrasah

yang positif terdapat telur cacing pada kotoran kukunya. Adapun jenis cacing

yang ditemui adalah Ascaris lumbriocoides (cacing gelang).

Cacing Ascaris lumbriocoides ditularkan melalui media tanah yang

tercemar oleh telur cacing. Telur cacing ini sering suka pada udara yang hangat,

lembab dan tanah yang terlindung dari sinar matahari. Salah satu penularan dari

cacing Ascaris lumbriocoides melalui tangan yang kotor. Kebiaasaan dari siswa

Madrasah Ibtidaiyah yang tidak memperhatikan hygiene perorangan seperti jajan

Kebiasaan Memakai Alas Kaki

Pemeriksaan Telur Cacing Pada Tinja Jumlah

Negatif Positif n % n % n %

Tidak 50 71.4 20 28.6 70 100.0 Ya 18 100.0 0 0 18 100.0

Jumlah 68 77.3 20 22.7 88 100.0

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

12

disembarang tempat tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dengan kuku jemari

tangan yang kotor dan kuku yang panjang sering terselip telur cacing karena

kebiasaan mereka bermain ditanah. Hal ini juga di akibatkan karena kurangnya

perhatian orang tua terhadap kebersihan Hygiene dan sanitasi. Lingkungan tempat

tinggal dari siswa Madrasah Ibtidaiyah yang tidak memadai dan dengan sanitasi

yang kurang baik sangat mendukung dalam penyebaran penyakit cacingan.

Anak usia sekolah merupakan golongan masyarakat yang diharapkan

tumbuh menjadi sumber daya manusia yang potensial di masa yang akan datang

sehingga perlu diperhatikan dan disiapkan agar dapat tumbuh dengan sempurna

baik fisik maupun intelektualnya, dalam hubungan dengan infeksi kecacingan.

Beberapa peneliti ternyata menunjukan bahwa usia sekolah merupakan golongan

yang sering terkena infeksi kecacingan yang berhubungan dengan tanah (Depkes

RI 2004).

Prevalensi kecacingan ini tidak berbeda jauh dengan anak Sekolah Dasar

yang berada di tiga provinsi ( Yogyakarta, Jakarta dan Sulawesi Utara) yaitu

sebesar (12,09%) untuk jenis cacing Ascaris lumbriocoides ( Sajimin, 2000).

Hasil studi di Kenya oleh Stephenton tahun 1993 menunjukan

menurunnya kesehatan jasmani, pertumbuhan dan selera makan pada anak

sekolah yang terinfeksi cacing gelang dan cacing cambuk. Penyakit ini tidak

menyebabkan orang mati mendadak, akan tetapi menyebabkan penderita semakin

lemah karena kehilangan darah yang menahun sehingga menurunakan prestasi

belajar dan bekerja. Di samping itu juga daya tahan tubuh akan menurun sehingga

akan memperberat penyakit lainnya (Depkes 1995).

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

13

Menurut Haryati (1993), mengatakan bahwa penyebaran penyakit

kecacingan lebih sering di temui pada usia lima sampai sepuluh tahun, di mana di

Indonesia tergolong tinggi yaitu antara 80-90%. Dengan demikian siswa Sekolah

Dasar perlu mendapat perhatian yang penuh dari berbagai pihak agar dapat

mengurangi dan bahkan mencegah terjadinnya penyakit cacingan.

Dampak lain dari penyakit cacingan ini tentu saja berpengaruh terhadap

prosentasi belajar siswa. Siswa yang menderita kecacingan di dalam proses

belajar mengajar sering ngantuk karena kondisi badannya yang cukup lemah

karena kehilangan darah dan pada akhirnya menyebabkan menurunnya prestasi

belajar siswa. Prestasi belajar siswa yang jelek atau rendah menyebabkan

rendahnya kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan datang.

4.2.1.2 Pemeriksaan Telur Cacing pada Kotoran Tinja

Dari hasil pemeriksaan sampel tinja siswa yang berjumlah 88 orang

menunjukan bahwa sebanyak 20 orang (22,7%) siswa Sekolah Madrasah yang

positif terdapat telur cacing pada tinjanya. Dari pemeriksaan kotoran kuku dan

pemeriksaan tinja ternyata yang positif terdapat telur cacing ada pada tinja,

adapun jenis cacing yang ditemui adalah Ascaris lumbriocoides (cacing gelang).

Ascariasis merupakan penyakit cacingan yang paling sering terjadi pada manusia.

Cacing ini ditularkan melalui media tanah yang tercemar telur cacing.

Telur cacing Ascaris lumbriocoides terbukti tetap infektif didalam tanah

selama berbulan-bulan dan dapat tahan di cuaca dingin (5-1000C), Hal ini

didukung oleh masyarakat di dusun Hungayo Timur yang mempunyai kebiasaan

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

14

membuang air besar di sembarang tempat. Pembuangan tinja yang itdak saniter

akan mengakibatkan terkontaminasinya tanah dan air tanah.

Siswa madrasah Ibtidaiyah yang tidak mencuci tangan pada waktu

bermain di tanah dan tidak memakai alas kaki berpengaruh terhadap penularan

penyakit cacingan melalui tanah yang sudah tercemar oleh tinja yang terdapat

telur cacing. Kebiasaan lain, siswa yang BAB di sembarang tempat dikarenakan

tidak biasa untuk BAB di jamban dan lebih suka BAB di tempat-tempat tertentu

seperti di hutan, kebun dan di halaman dekat rumah.

Keadaan sanitasi yang belum memadai, keadaan sosial ekonomi yang

masih rendah didukung oleh iklim yang sesuai untuk pertumbuhan dan

perkembangan cacing merupakan beberapa faktor penyeba tingginya prevalensi

infeksi cacing usus yang ditularkan di Indonesia (Zit, 2000).

Pembuangan tinja yang tidak pada tempatnya dapat menyebabkan macam

penyakit, hal ini mulai dari tinja yang terinfeksi mencemari tanah atau air

permukaan yang terkontaminasi bibit penyakit yang berasal dari tinja diminum

manusia, bisa juga tinja yang terinfeksi dihinggapi kecoa atau lalat kemudian

hinggap pada makanan atau tempat meletakkan makanan (piring, sendok dan

gelas) dan masih banyak orang yang mengambil dikali untuk keperluan rumah

tangga, padahal sejumlah penyakit menyebar melalui tinja seperti Typus

abdominalis, Cholera, Hepatitis dan penyakit-penyakit karena cacing (Depkes,

2006).

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

15

Peranan tinja dalam penyebaran penyakit sangatlah besar, benda-benda

yang telah terkontaminasi oleh tinja dari seseorang yang telah menderita suatu

penyakit tertentu merupakan penyebab penyakit bagi orang lain.

Menurut Daryanto (2004) penyebaran penyakit yang bersumber pada tinja

dapat bersumber pada tinja dan dapat melalui berbagai cara, tinja dapat

mengkontaminasi makanan, minuman dan sayuran. Baik melalui tangan itu

sendiri atau dari berbagai vektor, salah satunya penyakit cacingan.

4.2.2 Aspek Higyene

Salah satu aspek Hygiene yang berkaitan dengan penyakit cacingan adalah

kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang besar. Dari 88

orang siswa menunjukan bahwa sebagian besar atau sebanyak 74 siswa (84,0%)

yang tidak membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum makan dan sesudah

buang besar. Hal ini tentu saja sangat berpengaruh sekali terhadap masuknnya

telur cacing kedalam tubuh. Hasil wawancara dengan slah satu siswa menyatakan

bahwa pada saat mereka makan tidak pernah mencuci tangan memakai sabun

dikarenakan orang tua mereka yang melarang untuk memakai sabun, dan hanya

dipergunakan pada waktu mandi saja. Kurangnya perhatian orang tua terhadap

kebersihan anak-anaknya di dukung dengan kondisi ekonomi yang tidak

memungkinkan untuk membeli sabun merupakan salah satu faktor kurangnya

memperhatikan aspek hygiene.

Di samping ini juga kebiasaan untuk memotong kuku sangat erat

kaitannya dengan aspek hygiene. dari 77 siswa (87,5%) menyatakan tidak

membiasakan diri untuk memotong kuku. Hal ini yang mengakibatkan kotoran

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

16

yang terdapat di tangan siswa yang disertai dengan kuku yang panjang apabila

tidak di cuci sebelum mengkonsumsi makanan menyebabkan masuknnya telur

cacing kedalam tubuh. Hasil wawancara dengan Siswa Madrasah Ibtidaiyah juga

menyatakan sering lupa memotong kuku apabila sudah panjang, walaupun sudah

ada peraturan dari sekolah untuk setiap hari senin memotong kuku.

Adapula siswa yang aspek hygienenya atau kebiasaan memotong kukunya

tidak baik tetapi tidak terdapat telur cacing. Hal ini karena pada saat makan orang

tua siswa menyuapi makanan dengan sendok atau siswa tersebut memakai sendok

pada saat makan.

Menurut Luize (2004) bahwa penularan cacingan diantaranya adalah

melalui tangan yang kotor. Kuku jari tangan yang kotor yang kemungkinan

terselip telur cacing akan tertelan ketika makan, hal ini diperparah lagi apabila

tidak terbiasa mencuci tangan memakai sabun sebelum makan.

Kebiasaan anak-anak bermain ditanah atau di luar rumah tanpa

menggunakan alas kaki atau memakai sandal merupakan kesenangan tersendiri

bagi anak sekolah Madrasah Ibtidaiyah. Hasil penelitian menunjukan bahwa 70

siswa (79,5%) yang tidak memakai alas kaki atau sandal pada saat bermain di

tanah ataupun diluar sekolah. Hal ini juga diperparah dengan siswa yang setelah

bermain tanpa mencuci tangannya memakai sabun.

Menurut hasil wawancara dengan salah seorang guru menyatakan bahwa

apabila musim hujan atau pada saat mereka ke sekolah turun hujan siswa yang

tempat tinggalnya ada pada Dusun Hungayo Timur bagian dalam tidak datang

kesekolah, hal ini dikarenakan jalan yang mereka lalui untuk kesekolah becek dan

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

17

sering airnya tergenang. Sehingga biasaanya siswa yang memaksakan diri untuk

ke Sekolah tidak memakai alas kaki dengan mempertimbangkan sepatunya tidak

kena air dan tidak cepat rusak.

Salah satu siswa yang aspek hygienenya atau kebiasaan memakai alas

kakinya tidak baik tetapi tidak terdapat telur cacing. Hal ini dikarenakan halaman

yang pada saat mereka bermain tanahnya tersemen dan berumput.

Siswa di Sekolah Madrasah Ibtidaiyah apabila sudah waktu istirahat

mereka bermain tanpa memakai alas kaki dan pada waktu pulang ke rumah

sepatunya sudah tidak dipakai lagi.

Menurut Sajimin (2000) menyatakan bahwa penyakit cacingan pada

manusia dipengaruhi oleh prilaku, lingkungan tempat tinggal dan manipulasinya

terhadap lingkungan. Penyakit cacingan banyak ditemukan didaerah dengan

kelembaban tinggi dan terutama terkena pada kelompok masyarakat dengan

hygiene dan sanitasi yang kurang.

4.2.3 Tabulasi Silang

4.2.3.1 Aspek Hygiene dengan Kotoran Kuku

Kejadian kecacingan dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan yang kurang

hygienes. Kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar

merupakan salah satu faktor yang berperan dalam terjadinya kecacingan. Dalam

penelitian ini menunjukan bahwa sebanyak 60 siswa (82.2%) yang tidak terbiasa

mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang air besar dan dari 60 siswa

terdapat 14 siswa (18.0%) positif menderita kecacingan atau terdapat telur cacing.

Hal ini menunjukan bahwa pentingnya mencuci tangan sebelum makan dan

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

18

sesudah buang air besar yang tentu saja menggunakan sabun agar kotoran-kotoran

kuku yang melekat pada jari tangan dapat dibersihkan.

Siswa yang tidak membiasakan diri mencuci tangan dapat menyebabkan

terjadinya kecacingan, atau terdapat keterkaitan antara kebiasaan mencuci tangan

sebelum makan dan sesudah buang air besar dengan penyakit kecacingan. Hal ini

menunjukan bahwa dengan adanya kebiasaan siswa untuk mencuci tangan

sebelum makan dapat membuang kotoran-kotoran yang melekat pada kuku siswa

sehingga kotoran tersebut tidak masuk kedalam tubuh atau mulut yang pada

kontribusinya penyebab terjadinya kecacingan.

Kuku yang panjang tentu saja dapat menjadi tempat melekatnya berbagai

kotoran maupun telur cacing yang kemudian dapat masuk kedalam tubuh sewaktu

mengkonsumsi makanan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu. Kuku yang

panjang tentu saja karena tidak dipotong dalam jangka waktu seminggu. Hasil

penelitian ini menyatakan bahwa kuku panjang serta tidak membiasakan diri

memotong kuku seminggu sekali menyebabkan terjadinya penyakit kecacingan.

Sebanyak 14 siswa (18.1%) dari 63 (82.9%) siswa yang positif terdapat

telur cacing atau menderita kecacingan dan tidak membiasakan diri memotong

kuku seminggu sekali. Hal ini terjadi karena telur cacing yang masuk kedalam

tubuh melalui makanan yang tersaji dalam tempat terbuka dan sanitasinya jelek.

Kebiasaan memakai alas kaki kurang berpengaruh terhadap penyakit

kecacingan, hal ini disebabkan karena kotoran-kotoran melekat atau berada pada

kotoran kuku kaki sehingga sangat tidak mungkin menyebabkan masuknya

kotoran kedalam mulut. Sebanyak 14 siswa (18.8%) dari 56 siswa (81.2%) yang

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

19

positif terdapat telur cacing atau menderita kecacingan dan tidak membiasakan

memakai alas kaki.

4.2.3.1 Aspek Hygiene dengan Tinja

Siswa yang tidak membiasakan diri mencuci tangan sebelum makan dan

sesudah buang air besar dapat menyebabkan terjadinya kecacingan, atau terdapat

keterkaitan antara kebiasaan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah buang

air besar dengan penyakit kecacingan. Hal ini menunjukan bahwa dengan adanya

kebiasaan siswa untuk mencuci tangan sebelum makan dapat membuang kotoran-

kotoran yang melekat pada kuku siswa sehingga kotoran tersebut tidak masuk

kedalam tubuh atau mulut melalui tanah yang tercemar oleh tinja yang terdapat

telur cacing. Sebanyak 20 siswa (27.0%) dari 54 siswa (73.0%) yang positif

terdapat telur cacing atau menderita kecacingan.

Tabel 4.11 menunjukan bahwa sebanyak 20 siswa (26.0%) dari 57 siswa

(74.0%) yang positif telur cacing atau menderita kecacingan. Dengan adanya

keterkaitan antara kebiasaan memotong kuku dengan penyakit kecacingan, maka

siswa yang tidak terbiasa memotong kukunya menyebabkan kuku panjang dan

cenderung untuk kotor karena dibarengi dengan kebiasaan bermain tanah.

Sehingga kotoran maupun telur cacing yang melekat dikuku masuk kedalam

tubuh melalui mulut sewaktu makan. Hal ini lama kelamaan akan menjadi pemicu

terjadinya kecacingan.

Kebiasaan memakai alas kaki pada aspek hygiene dan kotoran kuku

kurang berpengaruh terhadap penyakit kecacingan, hal ini disebabkan karena

kotoran-kotoran melekat atau berada pada kotoran kuku kaki sehingga sangat

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

20

tidak mungkin menyebabkan masuknya kotoran kedalam mulut. Sebanyak 20

siswa (28.6%) dari 50 siswa (71.4%) yang positif terdapat telur cacing atau

menderita kecacingan dan tidak membiasakan memakai alas kaki.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ...eprints.ung.ac.id/5646/10/2012-1-13201-811408016-bab4...HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum

21