33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal Pada kondisi awal siswa belum banyak terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Semangat atau motivasi belajarnya masih rendah, keberanian menjawab pertanyaan dan bertanya belum muncul dan kondisi siswa tidak semangat dalam menerima materi sehingga nilai rata-rata dari materi IPA tentang sistem organ pencernaan manusia adalah 60 dari rentang nilai 1– 100. Berbagai instrumen-instrumen yang telah disiapkan untuk menyaring data awal (pra tindakan penelitian) melalui dokumentasi siswa dan hasil belajar siswa tentang materi sistem organ pencernaan makanan pada manusia selanjutnya digunakan untuk mengetahui kondisi pra kelas atau kondisi awal. Proses pembelajaran IPA di kelas V SDN Klidang Lor 01 Batang masih berpusat pada guru. Guru kurang merencanakan pembelajaran dengan baik dan hanya menggunakan metode ceramah dan tugas sehingga siswa merasa bosan mengikuti pembelajaran IPA. Kemudian guru juga tidak menggunakan media pembelajaran yang tepat dan tidak menggunakan contoh nyata yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum mencapai kompetensi masih jarang dilaksanakan. Karena hanya menggunakan metode ceramah akhirnya siswa pasif dalam proses belajar mengajar, siswa takut untuk bertanya, dan bosan belajar matematika. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Klidang Lor 01 Batang pun belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar siswa kelas V belum mencapai ketuntasan belajar. Pada pra siklus hanya 6 siswa (30%) dari 20 siswa yang tuntas belajar atau mencapai KKM sebesar 70 sedang 14 siswa lainnya atau 70% siswa belum tuntas belajar. Nilai rata-rata kelas baru mencapai 60. Data hasil belajar siswa secara lengkap dapat dilihat pada tabel berikut ini:
20
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN · 2016. 8. 12. · siswa satu kelas 20 anak terdiri siswa laki-laki dan siswa perempuan serta dihadiri oleh rekan teman sejawat sebagai observer.
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
33
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Hasil Penelitian
4.1.1. Deskripsi Kondisi Awal
Pada kondisi awal siswa belum banyak terlibat secara aktif dalam pembelajaran.
Semangat atau motivasi belajarnya masih rendah, keberanian menjawab pertanyaan dan
bertanya belum muncul dan kondisi siswa tidak semangat dalam menerima materi
sehingga nilai rata-rata dari materi IPA tentang sistem organ pencernaan manusia adalah
60 dari rentang nilai 1– 100. Berbagai instrumen-instrumen yang telah disiapkan untuk
menyaring data awal (pra tindakan penelitian) melalui dokumentasi siswa dan hasil belajar
siswa tentang materi sistem organ pencernaan makanan pada manusia selanjutnya
digunakan untuk mengetahui kondisi pra kelas atau kondisi awal.
Proses pembelajaran IPA di kelas V SDN Klidang Lor 01 Batang masih berpusat
pada guru. Guru kurang merencanakan pembelajaran dengan baik dan hanya
menggunakan metode ceramah dan tugas sehingga siswa merasa bosan mengikuti
pembelajaran IPA. Kemudian guru juga tidak menggunakan media pembelajaran yang
tepat dan tidak menggunakan contoh nyata yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Memberikan bimbingan kepada siswa yang belum mencapai kompetensi masih
jarang dilaksanakan. Karena hanya menggunakan metode ceramah akhirnya siswa pasif
dalam proses belajar mengajar, siswa takut untuk bertanya, dan bosan belajar
matematika. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA di kelas V SDN Klidang Lor 01
Batang pun belum sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar siswa kelas V belum
mencapai ketuntasan belajar.
Pada pra siklus hanya 6 siswa (30%) dari 20 siswa yang tuntas belajar atau
mencapai KKM sebesar 70 sedang 14 siswa lainnya atau 70% siswa belum tuntas belajar.
Nilai rata-rata kelas baru mencapai 60. Data hasil belajar siswa secara lengkap dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
33
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Nilai Pra siklus 20% 30% 20% 5% 15% 10%
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
Tabel 4.1 Distribusi Nilai Tes Siswa Pra Siklus
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM): 70
No Rentang Nilai KKM Frekuensi Persentase
1 90 - 100
70
2 10 %
2 80 - 89 3 15%
3 70 - 79 1 5 %
4 60 - 69 4 20%
5 50 - 59 6 30%
6 40 - 49 4 20%
Jumlah 20 100%
Data tersebut lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk diagram batang seperti
gambar berikut:
Gambar 4.1 Diagram Batang Distribusi Nilai Siswa Pra Siklus
Nilai tes siswa pra siklus juga dianalisa sehingga memperoleh data nilai tertinggi,
nilai terendah dan rata-rata kelas seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2. Perolehan Nilai Tes Siswa Pra Siklus
No Kategori Nilai
1 Nilai terendah 40
2 Nilai tertinggi 100
4.1
33
30.00%
70.00%
Tuntas
Tidak tuntas
No Kategori Nilai
3 Rata-rata nilai 60
Selain analisa hasil tes siswa yang menghasilkan data nilai tersebut di atas, nilai
siswa pada pra siklus juga bisa diketahui tingkat ketuntasan belajar yaitu pada tabel
berikut:
Tabel 4.3 Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Siswa Persentase
1 Siswa Tuntas 6 30%
2 Siswa Belum Tuntas 14 70%
Jumlah 20 100%
Untuk lebih memperjelas data tersebut di atas maka akan disajikan dalam bentuk
diagram lingkaran seperti gambar berikut:
Gambar 4.3
Diagram Ketuntasan Belajar Siswa pada Pra Siklus
4.1.2. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I
4.1.2.1.Perencanaan Tindakan
Siklus I terdiri dari 2 pertemuan yang dilaksanakan pada Rabu, 21 Agustus 2013
dan Kamis, 22 Agustus 2013. Sebelum melaksanakan proses pembelajaran mata
pelajaran IPA pada materi Sistem pencernaan makanan pada manusia, peneliti dibantu
teman sejawat melakukan diskusi untuk mengidentifikasi dan menemukan permasalahan
33
pembelajaran IPA yang menyebabkan hasil belajar siswa rendah. Kemudian peneliti
menuliskan rencana perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan
menggunakan metode Students Explanation and Facilitator. Perencanaan tindakan yang
telah dikembangkan berdasarkan hasil studi pendahuluan yang bertujuan untuk
mengetahui seberapa kemampuan siswa telah memahami materi yang akan diajukan
pada perencanaan tindakan ini adalah meneliti dengan rekan sejawat dan berdiskusi untuk
menyusun rencana pembelajaran menyusun lembar kerja siswa, menyusun dan
menyiapkan pedoman lembar observasi dan menyusun soal-soal.
4.1.2.2.Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan pada siklus I ada 2 pertemuan, pertemuan pertama
dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 21 Agustus 2013 dan pertemuan kedua
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 22 Agustus 2013. Kegiatan belajar dimulai pukul
07.15 sampai dengan 09.00 WIB di kelas V SD Negeri Klidang Lor 01 Batang, jumlah
siswa satu kelas 20 anak terdiri siswa laki-laki dan siswa perempuan serta dihadiri oleh
rekan teman sejawat sebagai observer. Dalam pelaksanaan tindakan ini guru
melaksanakan pembelajaran IPA pada materi sistem organ pencernaan makanan pada
manusia dengan menggunakan alat peraga dan metode Students Explanation and
Facilitator.
4.1.2.3.Pengamatan
Proses pembelajaran IPA pada siklus I sebagian besar sudah dilaksanakan sesuai
perencanaan. Guru terkesan sangat tergesa-gesa untuk memasuki tahapan inti sehingga
lupa untuk memberikan pertanyaan sebagai apersepsi dan memberikan motivasi kepada
siswa.
Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan kecuali
guru belum membimbing siswa secara merata dalam menyelesaikan tugas kelompok dan
memberikan penghargaan kepada kelompok yang sudah menyelesaikan tugas dengan
baik.
Sedangkan pada kegiatan akhir guru memberikan simpulan, meminta refleksi
kepada siswa, namun belum memberikan motivasi bagi siswa/ kelompok yang belum
berhasil menjawab pertanyaan dengan benar.
33
Pengamatan terhadap jalannya proses pembelajaran IPA materi Sistem
Pencernaan Makanan pada Manusia pada siklus I dilakukan oleh Bapak Sekti Purnomo,
S.Pd.SD guru kelas V dengan berpedoman pada lembar pengamatan kegiatan guru dan
kegiatan siswa.
Hasil pengamatan proses pembelajaran IPA dengan menggunakan metode
Students Explanation and Facilitator pada siklus I dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kerja sama siswa cukup
2. Keaktifan dalam berdiskusi dan menjawab sedang karena siswa masih malu-malu dan
belum aktif dalam diskusi.
3. Dalam membuat simpulan dan materi, siswa masih ada yang terlihat belum sesuai
dengan materi.
Dari data distribusi hasil belajar siswa pada akhir siklus I terlihat bahwa telah terjadi
penurunan jumlah siswa yang mendapat nilai antara 40 s.d 50 dan terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mendapat nilai akhir pelajaran pada rentang nilai 70 sampai dengan
100.
Selanjutnya nilai tes siswa akhir siklus I juga dianalisa sehingga memperoleh data
nilai tertinggi, nilai terendah dan rata-rata kelas seperti terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.4 Distribusi Nilai Tes Siswa Akhir Siklus I Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM): 70
No Rentang Nilai KKM Frekuensi Persentase
1 90 - 100
70
2 10%
2 80 - 89 6 30%
3 70 - 79 5 25%
4 60 - 69 4 20%
5 50 - 59 3 15%
6 40 - 49 0 0%
Jumlah 20 100%
Data tersebut lebih jelasnya akan disajikan dalam bentuk diagram batang seperti
gambar berikut :
33
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
0%
15%
20%
25%
30%
10% Nilai Siklus I
Gambar 4.4
Grafik Distribusi Nilai Tes Siswa Akhir Siklus I
Tabel 4.5 Perolehan Nilai Tes Siswa Akhir Siklus I
No Kategori Nilai
1 Nilai terendah 50
2 Nilai tertinggi 100
3 Rata-rata nilai 71
Dari data hasil belajar pada tabel 4.5 menunjukan bahwa nilai terendah dari hasil
belajar siswa pada siklus I adalah 50 dan nilai tertinggi adalah 100 sedangkan rata-rata
nilai mencapai 71, dengan demikian telah terjadi peningkatan dibandingkan dengan
kondisi pra siklus.
Selain analisa terhadap hasil belajar siswa yang menghasilkan data nilai tersebut
diatas, hasil belajar siswa pada siklus I juga bisa diketahui tingkat ketuntasan belajar yaitu
pada tabel 4.6 berikut;
Tabel 4.6 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I (KKM: 70)
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Jumlah Siswa Persentase
1 Siswa Tuntas 13 65%
2 Siswa Belum Tuntas 7 35%
33
65,00%
35,00%
Tuntas
Tidak tuntas
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Jumlah Siswa Persentase
Jumlah 20 100%
Untuk lebih memperjelas data tersebut diatas maka akan disajikan dalam bentuk
diagram lingkaran seperti gambar berikut:
Gambar 4.6 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus I
Dari paparan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 13 siswa atau
65% telah tuntas belajar sedangkan 7 siswa lainnya atau 35% siswa belum mencapai
ketuntasan belajar.
4.1.2.4 Evaluasi dan Refleksi
Untuk lebih memperjelas dalam mengambil kesimpulan terhadap hasil proses
pembelajaran dengan metode Students Explanation and Facilitator pada siklus I maka
dilakukan evaluasi dan refleksi terhadap proses dan hasil pembelajaran. Hasil pengamatan
terhadap proses pembelajaran selanjutnya dilakukan pembahasan apakah sudah sesuai
dengan rencana yang dituangkan dalam RPP atau belum. Sedangkan hasil belajar siswa
berupa data kuantitatif yaitu nilai akhir pelajaran akan dipaparkan nilai akhir pelajaran
siswa pada akhir siklus I dibandingkan dengan hasil belajar pada pra siklus dan dengan
indikator kinerja sebagaimana terlihat pada tabel berikut:
33
Tabel 4.7 Perbandingan Distribusi Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus dan Siklus I
No Rentang Nilai KKM Frekuensi
Pra Siklus Siklus I
1 90 - 100
70
2 2
2 80 - 89 3 6
3 70 - 79 1 5
4 60 - 69 4 4
5 50 - 59 6 3
6 40 - 49 4 0
Jumlah 20 20
Kemudian data hasil belajar siswa yang berkaitan dengan perkembangan jumlah
ketuntasan belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran IPA pada akhir siklus I yaitu :
Tabel 4.8 Ketuntasan Belajar Siswa Awal Siklus dan Akhir Siklus I (KKM: 70)
No Ketuntasan Belajar Persentase
Pra Siklus Siklus I
1 Siswa Tuntas 30% 65%
2 Siswa Belum Tuntas 70% 35%
Jumlah 100% 100%
Dari paparan tabel tersebut diatas akan terlihat bahwa proses pembelajaran IPA
pada siswa kelas V SD Negeri Klidang Lor 01 Batang dengan menggunakan metode
Students Explanation and Facilitator telah mampu meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
belajar dari 30% siswa pada tahapan awal siklus I menjadi 65% pada tahapan akhir siklus
I. Namun demikian prosentase ketuntasan belajar siswa belum memenuhi persyaratan
indikator keberhasilan proses pembelajaran yaitu 85 % siswa tuntas belajar.
Berdasarkan hasil observasi dari data yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan
siklus I dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Proses
Dari pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan sampai dengan evaluasi ada
beberapa hal yang belum tepat dan perlu perbaikan tindakan berikut antara lain :
1.1 Belum semua anggota kelompok aktif
1.2 Belum semua kelompok dapat membuat simpulan dari materi yang diberikan
33
2. Hasil tes
Hasil yang dilakukan pada akhir pembelajaran siklus I adalah mendapat rata – rata
nilai 71.
Proses pembelajaran IPA siklus I belum mencapai keberhasilan. Kurang berhasilnya
proses pembelajaran siklus I disebabkan oleh beberapa aktifitas guru dan siswa yang
belum sesuai dengan yang direncanakan. Kekurangan tersebut yaitu :
1) Guru belum memberikan apersepsi
2) Guru belum memberikan motivasi kepada siswa.
3) Guru belum memberikan bimbingan secara merata kepada kelompok-kelompok
diskusi.
4) Guru belum memberikan penghargaan kepada kelompok yang telah mampu bekerja
sama.
5) Siswa sesama kelompok belum bekerja sama dengan baik sehingga masih terdapat
siswa yang belum mampu menjawab dengan benar ketika diberi pertanyaan.
Berdasarkan faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan proses pembelajaran
pada siklus I maka direncanakan untuk melakukan proses pembelajaran pada siklus II
dengan melakukan perbaikan-perbaikan proses pembelajaran yang akan dilaksanakan
pada siklus II
4.1.3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II
4.1.3.1 Perencanaan Tindakan
Perencanaan proses pembelajaran IPA dengan metode students explanation and
facilitator pada siklus II direncanakan dalam 2 pertemuan yang dilaksanakan pada hari
Senin, 26 Agustus 2013 dan Selasa, 27 Agustus 2013. Sebelum melaksanakan proses
pembelajaran mata pelajaran IPA pada materi menyebutkan fungsi organ pencernaan
manusia, peneliti dibantu teman sejawat telah melakukan diskusi untuk mengidentifikasi
dan menemukan permasalahan pembelajaran IPA pada siklus I dan menentukan langkah-
langkah perbaikan proses pembelajaran siklus II. Kemudian peneliti menuliskan rencana
perbaikan tersebut dalam bentuk rencana pembelajaran dengan menggunakan metode
Students Explanation and Facilitator dan menyiapkan alat peraga yang sesuai.
4.1.3.2. Pelaksanaan Tindakan
33
Tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana dengan langkah-langkah
pembelajaran sebagai berikut :
Kegiatan Awal
1) Menyiapkan buku pelajaran, alat peraga, lembar kegiatan peserta didik, dan lembar
tugas peserta didik dan lembar observasi
2) Mengajukan pertanyaan dengan mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan
materi pelajaran yang akan dipelajari.
3) Menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu menyebutkan fungsi organ
pencernaan manusia
4) Guru menyampaikan cakupan materi tentang organ pencernaan manusia.
Kegiatan Inti
Tahap Eksplorasi dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Guru secara klasikal menjelaskan materi tentang fungsi organ pencernaan manusia.
2) Siswa mencoba menyampaikan tentang fungsi organ pencernaan manusia kepada
siswa lainnya.
Tahap Elaborasi dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Siswa dalam 5 kelompok, masing-masing kelompok 4 siswa.
2) Guru membagikan Lembar Kerja Siswa pada masing-masing kelompok.
3) Tiap kelompok membacakan hasil diskusinya di hadapan teman - teman.
Tahap Konfirmasi dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Guru memberikan ulasan terhadap kerja kelompok
2) Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
3) Guru memberikan penguatan dan memberikan motivasi
Kegiatan Akhir
1) Guru memberikan evaluasi
2) Guru menutup pelajaran
Setelah menyusun RPP, peneliti mempersiapkan lembar observasi aktifitas guru
dan aktfitas siswa. Untuk melakukan pengamatan proses pembelajaran guru meminta
teman sejawat untuk bertindak sebagai observer. Untuk mengetahui keberhasilan
33
pembelajaran guru menyiapkan lembar tes yang berkaitan dengan materi fungsi organ
pencernaan manusia.
4.1.3.3 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pada tahapan pelaksanaan pembelajaran siklus II, guru menyadari benar
kekurangan-kekurangan pada pembelajaran siklus I sehingga ketika membuka
pembelajaran, guru tidak lagi tergesa-gesa untuk memasuki kegiatan ini tapi lebih dulu
memberikan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan, menyampaikan tujuan
pembelajaran dan menerangkan cakupan materi yang akan dipelajari. Pada pertemuan I
guru belum memberikan motivasi namun pada pertemuan II guru sudah memberikan
motivasi dengan tepat.
Pada kegiatan inti semua kegiatan yang direncanakan sudah dilaksanakan, pada
pertemuan I guru belum memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata namun
pada pertemuan II guru sudah memberikan bimbingan kepada kelompok secara merata.
Secara umum siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik, siswa senang,
siswa aktif, siswa menunjukan minat belajar yang baik, perhatian siswa fokus dan siswa
mampu bekerja sama dalam kelompoknya.
Pada pertemuan I guru kembali lupa untuk memberikan refleksi, penguatan dan
motivasi namun pada pertemuan II guru tidak mengulangi kesalahan tersebut dan mampu
melaksanakan dengan baik.
Proses penngamatan dilakukan oleh teman sejawat yaitu Bapak Sekti Purnomo,
S.Pd.SD guru kelas V. Hasil pengamatan proses pembelajaran IPA pada siklus II dapat
dilihat sebagai berikut :
1) Guru membuka pelajaran dengan salam
2) Guru sudah memberikan apersepsi dengan mengajukan beberapa pertanyaan kepada
siswa.
3) Guru sudah menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu agar siswa mampu
menyebutkan fungsi organ pencernaan manusia.
4) Guru sudah memberikan motivasi kepada siswa.
33
5) Guru sudah menyampaikan materi pelajaran sesuai kompetensi dasar yang akan
dicapai dengan metode Students Explanation and Facilitator, ceramah dan
menggunakan alat peraga yang sesuai.
6) Guru meminta beberapa siswa untuk maju menjelaskan tentang fungsi organ
pencernaan manusia
7) Guru sudah membentuk beberapa kelompok dan menjelaskan tata cara kerja
kelompok.
8) Guru mengajukan pertanyaan kepada kelompok dan siswa mendiskusikannya,
harus dipastikan bahwa setiap anggota kelompok sudah memahami dan mampu
menjawab pertanyaan.
9) Guru menunjukan siswa untuk membacakan hasil diskusinya di hadapan teman -
temannya.
10) Guru memberikan aplaus dan penghargaan terhadap siswa dan kelompok yang
membacakan hasil diskusinya
11) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk meningkatkan perhatian dan
kerjasama dengan kelompoknya.
12) Guru sudah memberikan tes akhir pelajaran.
13) Guru menutup pelajaran dengan salam
Berdasarkan hasil observasi dan data yang diperoleh pada pelaksanaan Siklus II
dapat diuraikan sebagai berikut :
1) Proses
Proses pembelajaran pada siklus II sudah lebih baik dibanding siklus I. Hal ini terbukti
dengan adanya peningkatan aktivitas pembelajaran yang ditandai dengan:
1.1 Setiap kelompok sudah terlihat aktif mengerjakan tugas dari guru
1.2 Setiap kelompok dapat menyusun hasil diskusi dengan baik.
1.3 Siswa yang belum paham berani bertanya
2) Hasil tes
Tes akhir dengan nilai rata-rata yang dicapai siswa adalah 77.
Selama proses pembelajaran berlangsung semua aktifitas guru dan aktifitas siswa
dicatat oleh teman sejawat sebagai observer dengan berpedoman pada lembar observasi
yang sudah disiapkan. Selain itu observer juga mencatat-mencatat kejadian-kejadian
33
0%
10%
20%
30%
40%
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
0% 0%
15%
30%
35%
20%
Nilai Siklus II
selama proses pembelajaran berlangsung. Hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan
aktifitas siswa selanjutnya dicatat dalam bentuk tabel (terlampir).
Pada akhir proses pembelajaran siklus II dilakukan evaluasi, kemudian dilakukan
analisa dan diperoleh data-data sebagai berikut :
Tabel 4.9 Distribusi Nilai Tes Siswa Siklus II (KKM: 70)
No Rentang Nilai KKM Frekuensi Persentase
1 90 - 100
70
4 20%
2 80 - 89 7 35%
3 70 - 79 6 30%
4 60 - 69 3 15%
5 50 - 59 0 0%
6 40 - 49 0 0%
Jumlah 20 100%
Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang sebagaimana
terlihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 4.7 Diagram Distribusi Nilai Tes Siswa Siklus II
Dari data distribusi hasil belajar siswa pada siklus II terlihat telah terjadi peningkatan
jumlah siswa yang mendapatkan nilai tes akhir pelajaran pada rentang atas dan tidak ada
lagi siswa yang mendapatkan nilai pada rentang bawah.
Nilai tes siswa siklus II kemudian dianalisa untuk mendapatkan data nilai tertinggi,
nilai terendah dan rata-rata kelas sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:
33
85 %
15.00%
Tuntas
Tidak tuntas
Tabel 4.10 Nilai Tes Siswa Siklus II
No Kategori Nilai
1 Nilai terendah 60
2 Nilai tertinggi 100
3 Rata-rata nilai 77
Dari data hasil belajar pada tabel 4.10 tersebut diatas menunjukan bahwa nilai
terendah dari hasil belajar siswa pada siklus II adalah 60 dan nilai tertinggi adalah 100
sedangkan rata-rata nilai mencapai 77.
Selain analisa terhadap hasil belajar siswa yang menghasilkan data nilai tersebut
diatas, hasil belajar siswa pada siklus II juga bisa diketahui tingkat ketuntasan belajar.
Tingkat ketuntasan belajar sangat penting untuk menentukan apakah pembelajaran IPA
dengan menggunakan metode Students Explanation and Facilitator telah berhasil atau
belum. Hasil analisa yaitu pada tabel 4.11 berikut :
Tabel 4.11 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II (KKM: 70)
No Ketuntasan Belajar Jumlah
Jumlah Siswa Prosentase
1 Siswa Tuntas 17 85%
2 Siswa Belum Tuntas 3 15%
Jumlah 20 100%
Untuk lebih memperjelas data tersebut diatas maka akan disajikan dalam bentuk
diagram lingkaran seperti gambar 4.9 berikut:
Gambar 4.9
Diagram Ketuntasan Belajar Siswa pada Siklus II
33
Dari paparan tabel dan gambar diatas dapat dilihat bahwa sebanyak 17 siswa atau
85% telah tuntas belajar dan 3 siswa atau 15% yang belum mencapai ketuntasan belajar.
Hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan aktifitas siswa, hasil analisa terhadap
hasil belajar siswa digunakan sebagai bahan evaluasi dan refleksi untuk menentukan
keberhasilan atau kelemahan aktifitas guru dan siswa dalam melakukan kegiatan
pembelajaran dengan menggunakan metode Students Explanation and Facilitator.
4.1.3.4 Evaluasi dan Refleksi
Untuk lebih memperjelas dalam mengambil kesimpulan terhadap hasil proses
pembelajaran dengan metode Students Explanation and Facilitator siklus II maka akan
disajikan data hasil belajar siklus II dibandingkan dengan hasil belajar siklus I
sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini :
Tabel 4.12 Perbandingan Distribusi Nilai Siswa pada Siklus I dan Siklus II (KKM: 70)
No Rentang Nilai Persentase
Siklus I Siklus II
1 90 - 100 10% 20%
2 80 - 89 30% 35%
3 70 - 79 25% 30%
4 60 - 69 20% 15%
5 50 - 59 15% 0%
6 40 - 49 0% 0%
Jumlah 100% 100%
Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang sebagaimana
terlihat pada gambar di bawah ini:
33
0%
5%
10%
15%
20%
25%
30%
35%
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
Nilai Siklus I
Nilai Siklus II
0
5
10
15
20
Tuntas Tidak tuntas
13
7
17
3
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.10 Perbandingan Distribusi Nilai Siswa pada Siklus I dan Siklus II
Kemudian data hasil belajar siswa yang berkaitan dengan perkembangan jumlah
ketuntasan belajar yang dicapai siswa pada mata pelajaran IPA pada akhir siklus II yaitu :
Tabel 4.13 Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II (KKM: 70)
No Ketuntasan Belajar Siklus I Siklus II
Jml Siswa Persentase Jml Siswa Persentase
1 Siswa Tuntas 13 65% 17 85%
2 Siswa Belum Tuntas 7 35% 3 15%
Jumlah 20 100% 20 100%
Dari tabel ketuntasan belajar siswa pada siklus I dan siklus II tersebut diatas
selanjutnya dapat disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut :
Gambar 4.11 Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I dan Siklus II
33
Dari paparan tabel tersebut diatas akan terlihat bahwa proses pembelajaran IPA
pada siswa kelas V SD Negeri Klidang Lor 01 Batang dengan menggunakan metode
Students Explanation and Facilitator telah mampu meningkatkan jumlah siswa yang tuntas
belajar dari 65% siswa pada pembelajaran siklus I menjadi 85% pada pembelajaran siklus
II. Karena siswa yang tuntas lebih 85% siswa dan nilai rata-rata lebih dari 70 maka proses
pembelajaran tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya. Metode Students Explanation and
Facilitator telah mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA
khususnya materi Sistem Pencernaan Makanan di kelas V SD Negeri Klidang Lor 01
Batang pada Semester 1 Tahun Pelajaran 2013/2014.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktifitas guru dan siswa pada
pembelajaran IPA siklus II dapat disimpulkan bahwa guru sudah mampu melaksanakan
seluruh kegiatan yang direncanakan. Kekurangan yang masih terlihat adalah guru belum
memberikan penghargaan kepada siswa atau kelompok secara konsisten artinya belum
semua siswa yang berhasil menjawab atau kelompok yang bekerja sama dengan baik
mendapatkan penghargaan. Siswa dalam mengikuti pembelajaran juga menunjukan
aktifitas yang sangat menggembirakan. Sebagian besar siswa menunjukan minat belajar
yang meningkat, siswa menyenangi kegatan pembelajaran dan siswa juga mampu bekerja
sama dalam kelompoknya. Kondisi ini sangat menggembirakan sebab merupakan modal
yang sangat berharga bagi proses pembelajaran selanjutnya.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini akan dilakukan pembahasan hasil penelitian yaitu yang berkaitan
dengan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA materi Sistem Pencernaan Makanan
pada Manusia di kelas V SD Negeri Klidang Lor 01 Batang. Data hasil belajar siswa
dilakukan analisa dengan cara analisa deskriptif komparatif yaitu membandingkan hasil
belajar siswa antar siklus. Pada bagian sebelumnya telah dipaparkan pelaksanaan
penelitian untuk masing-masing siklus maka pada bagian ini akan dipaparkaan
pelaksanaan penelitian semua siklus secara bersamaan dan diperbandingkan sehingga
akan diketahui perkembangan hasil belajar siswa.
Dalam rangka lebih memperjelas peningkatan hasil belajar siswa sebelum dan
sesudah pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode Students Explanation
and Facilitator maka dipaparkan hasil pengolahan hasil belajar siswa dalam bentuk tabel
4.14 berikut :
33
Tabel 4.14 Perolehan Nilai Tes Siswa Antar Siklus
No Kategori Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 Nilai terendah 40 50 60
2 Nilai tertinggi 100 100 100
3 Rata-rata nilai 60 71 77
Dari data tabel 4.14 dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pada
mata pelajaran IPA dari pra siklus yaitu sebelum penggunaan metode Students
Explanation and Facilitator sampai dengan proses pembelajaran dengan menggunakan
metode Students Explanation and Facilitator pada siklus I dan II. Terjadi peningkatan rata-
rata nilai siswa secara klasikal menunjukan peningkatan yaitu dari 60 pada pra siklus
menjadi 77 pada akhir pembelajaran siklus II atau terjadi peningkatan sebesar 17 point
atau 22%. Peningkatan hasil belajar siswa juga bisa dilihat pada tabel distribusi nilai siswa
antar siklus berikut:
Tabel 4.15 Distribusi Nilai Siswa Antar Siklus
No Rentang Nilai Persentase
Pra Siklus Siklus I Siklus II
1 90 - 100 10% 10% 20%
2 80 - 89 15% 30% 35%
3 70 - 79 5% 25% 30%
4 60 - 69 20% 20% 15%
5 50 - 59 30% 15% 0%
6 40 - 49 20% 0% 0%
Jumlah 100% 100% 100%
Data tersebut kemudian disajikan dalam bentuk diagram batang sebagaimana
terlihat pada gambar di bawah ini:
33
Grafik 4.11Perbandingan Distribusi Nilai Siswa Antar Siklus
Untuk mengukur keberhasilan proses pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri
Klidang Lor 01 Batang dengan menggunakan metode Students Explanation and Facilitator
maka ditetapkan indikator keberasilan yaitu 85 % siswa tuntas belajar pada materi Sistem
Pencernaan Makanan Manusia. Untuk mengetahui keberhasilan atau kegagalan proses
pembelajaran maka dapat dilihat pada paparan tabel ketuntasan belajar siswa berikut ini :
Tabel 4.15 Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus, Siklus I, dan siklus II
No Ketuntasan Belajar Pra Siklus Siklus I Siklus II
Jml Siswa Persentase
Jml Siswa Persentase
Jml Siswa Persentase
1 Siswa Tuntas 6 30% 13 65% 17 85%
2 Siswa Belum Tuntas 14 70% 7 35% 3 15%
Jumlah 20 100% 20 100% 20 100%
Dari paparan data pada tebel 4.15 tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa telah
terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas belajar IPA dari pra siklus sampai dengan
pembelajaran siklus II sebesar 55% dan terjadi penurunan jumlah siswa yang tidak tuntas
belajar dari pra siklus sampai dengan proses permbelajaran siklus II sebesar 55%. Grafik
ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada gambar berikut ini :
0%
10%
20%
30%
40%
40-49 50-59 60-69 70-79 80-89 90-100
20%
30%
20%
5%
15%
10%
0% 0%
15%
30%
35%
20% Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
33
0
5
10
15
20
Tuntas Tidak tuntas
6
14 13
7
17
3
Pra Siklus
Siklus I
Siklus II
Gambar 4.13 Ketuntasan Belajar Siswa Antar Siklus
Dari analisa data yang selanjutnya dipaparkan pada tabel dan diagram ketuntasan
belajar tersebut diatas dapat diketahui bahwa pada akhir siklus II pembelajaran IPA
dengan menggunakan metode Students Explanation and Facilitator menunjukan bahwa
siswa yang berjumlah 20 siswa sebanyak 17 siswa atau 85% telah mencapai ketuntasan
belajar. Sedangkan 3 siswa atau 15% belum tuntas belajar karena siswa tersebut
membutuhkan bimbingan yang lebih intensif dari guru. Pembimbingan selama 2 siklus
yang telah dilaksanakan masih terlalu kurang bagi siswa tersebut, sehingga guru perlu
memberikan bimbingan khusus. Setelah diadakan pembimbingan maka diadakan remidial
atau perbaikan agar siswa tersebut dapat tuntas belajarnya dan bagi siswa yang sudah
tuntas belajarnya diadakan pengayaan.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran IPA dengan
menggunakan metode Students Explanation and Facilitator dan penggunaan alat peraga
di kelas V SD Negeri Klidang Lor 01 Batang Tahun Pelajaran 2013/2014 telah berhasil
meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Sistem Pencernaan Makanan pada
Manusia.
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini yang berbunyi “Upaya Peningkatan Hasil
Belajar IPA Materi Sistem Pencernaan Manusia Pada Siswa Kelas V SD N Klidang Lor 01
Batang dengan Menggunakan Metode Students Explanation and Facilitator”, terbukti dapat