46 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 8 pada semester II tahun pelajaran 2015/2016 dengan subyek penelitian kelas 4. Total jumlah siswa di kelas 4 yaitu 37 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 22 siswa sedangkan jumlah siswa perempuan sebanyak 15 siswa. SD Negeri Salatiga 8 terletak di lingkungan yang cukup kondusif karena jauh dari jalan raya sehingga suasana belajar terbilang tenang. Sarana dan prasaran di SD Negeri Salatiga 8 juga mendukung jalannya proses pembelajaran, hal ini karena ditunjang sarana dan prasana yang cukup lengkap untuk mengajar seperti alat peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah sangat menunjang proses pembelajaran. 4.2. Hasil Penelitian 4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal Kondisi awal adalah kondisi di mana penelitian tindakan kelas belum diterapkan. Pada kondisi awal pembelajaran yang dilakukan oleh menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas. Metode ceramah menjadikan pembelajaran berpusat kepada guru, hal ini tentu saja berlawanan dengan karakteristik dari pembelajaran IPA yang seharusnya guru berperan sebagai fasilitator untuk memfasilitasi siswa supaya aktif dalam pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar yang rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas 4 SDN Salatiga 8 dari 37 siswa, yang dinyatakan tuntas sebanyak 21 sedangkan yang tidak tuntas ada 16 siswa. Untuk menentukan interval nilai, digunakan persamaan berikut ini:
27
Embed
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11151/4/T1_292012594_BAB IV.pdf · tahun pelajaran 2015/2016 dengan subyek penelitian kelas 4. Total
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Salatiga 8 pada semester II
tahun pelajaran 2015/2016 dengan subyek penelitian kelas 4. Total jumlah
siswa di kelas 4 yaitu 37 siswa, dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 22
siswa sedangkan jumlah siswa perempuan sebanyak 15 siswa. SD Negeri
Salatiga 8 terletak di lingkungan yang cukup kondusif karena jauh dari jalan
raya sehingga suasana belajar terbilang tenang. Sarana dan prasaran di SD
Negeri Salatiga 8 juga mendukung jalannya proses pembelajaran, hal ini
karena ditunjang sarana dan prasana yang cukup lengkap untuk mengajar
seperti alat peraga, LCD dan sumber- sumber lain (buku) sudah sangat
menunjang proses pembelajaran.
4.2. Hasil Penelitian
4.2.1. Deskripsi Kondisi Awal
Kondisi awal adalah kondisi di mana penelitian tindakan kelas
belum diterapkan. Pada kondisi awal pembelajaran yang dilakukan oleh
menggunakan metode ceramah dan dilanjutkan pemberian tugas. Metode
ceramah menjadikan pembelajaran berpusat kepada guru, hal ini tentu
saja berlawanan dengan karakteristik dari pembelajaran IPA yang
seharusnya guru berperan sebagai fasilitator untuk memfasilitasi siswa
supaya aktif dalam pembelajaran, sehingga berdampak pada hasil belajar
yang rendah. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada kelas 4
SDN Salatiga 8 dari 37 siswa, yang dinyatakan tuntas sebanyak 21
sedangkan yang tidak tuntas ada 16 siswa. Untuk menentukan interval
nilai, digunakan persamaan berikut ini:
47
Interval =nilai tertinggi − nilai terendah
1 + 3.3 (log n)
Interval =85 − 40
1 + 3.3 (log 33)
Interval =45
1 + 3.3 (1.5)
Interval =45
1 + 4.95
Interval = 8
Data hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan, dapat dilihat
pada tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Rekapitulasi Hasil Belajar IPA siswa kelas 4
SDN Salatiga 8 Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 85 – 93 1 2.7 Tuntas
2 76 – 84 5 13.52 Tuntas
2 67 – 75 15 40.54 Tuntas
3 58 – 66 3 8.11 Belum tuntas
4 49 – 57 9 24.32 Belum tuntas
5 40 – 48 4 10.81 Belum tuntas
Jumlah 37 100
Rata-rata 66.35
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 40
Rekap nilai pada tabel 4.1 di atas dapat diuraikan sebagai
berikut siswa yang mendapat nilai 40 – 48 sebanyak 4 siswa atau
10.81%, siswa yang mendapat nilai antara 49 – 57 sebanyak 9 siswa
atau 24.32%, siswa yang mendapat nilai antara 58 - 66 sebanyak 3
siswa atau 8.11%, siswa mendapat nilai antara 67 – 75 sebanyak 15
siswa atau 40.54%, siswa yang mendapat nilai antara 76 – 84
berjumlah 5 siswa atau 13.52%, dan siswa yang mendapat nilai 85 –
48
93 ada 1 siswa atau 2.7%. Nilai rata-rata yang diperoleh kelas adalah
66.35 dengan perolehan nilai terendah yaitu 40 dan tertinggi 85.
Mengacu pada KKM ≥ 70, maka prosentase keseluruhan siswa
yang mencapai kriteria ketuntasan maupun belum tuntas belajar,
disajikan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.2
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 4
SDN Salatiga 8 Sebelum Tindakan
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 70 16 43.24 Belum tuntas
2 ≥ 70 21 56.76 Tuntas
Jumlah 37 100
Rata-rata 66.35
Nilai tertinggi 85
Nilai terendah 40
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa kelas 4 SDN Salatiga
8 sebelum dilakukan tindakan, diketahui bahwa siswa yang
memperoleh nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥
70) sebanyak 16 siswa atau 43.24% dari total keseluruhan siswa,
sedangkan siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal
sebanyak 21 siswa atau 56.76% dari total seluruh siswa. Berikut,
prosentase siswa yang belum ataupun telah mencapai KKM disajikan
pada gambar berikut ini:
49
Gambar 4.1
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Sebelum Tindakan
Berdasarkan pengamatan sebelum dilakukan penelitian,
rendahnya hasil belajar siswa disebabkan karena metode yang sering
digunakan adalah metode ceramah dan penugasan. Kondisi yang
demikian menjadikan guru sebagai pusat pembelajaran, sehingga
kurang memperhatikan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Hasil
belajar yang rendah menunjukkan bahwa perlunya diberikan
perbaikan, dalam hal ini penulis berupaya melakukan perbaikan
dengan melakukan penelitian tindakan kelas yakni dengan menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe Course Review Horay atau sering
disebut CRH untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
4.2.2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I dilakukan dalam 2 pertemuan dengan pokok
bahasan perubahan kenampakan bumi. Penelititan ini dilakukan melalui empat
tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/observasi, dan
refleksi yang sesuai dengan tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam
57%43%
KETUNTASAN HASIL
BELAJAR PRA SIKLUSTUNTAS TIDAK TUNTAS
50
Arikunto (2007:16). Adapun penjelasan masing-masing tahapan dijabarkan
sebagai berikut.
a) Tahap Perencanaan Tindakan
Sebelum dilaksanakan tindakan pelaksanaan, ada beberapa langkah
yang dilakukan oleh penulis, antara lain:
1) Memeriksa kembali RPP yang telah disusun, sambil mencermati
kembali setiap butir yang direncanakan untuk dilaksanakan pada
pelaksanaan tindakan.
2) Menyiapkan semua alat peraga dan sarana lain yang akan digunakan.
Setelah itu dilakukan pengecekan lagi alat peraga tersebut apakah
sudah benar-benar tersedia dan sesuai dengan perencanaan
pembelajaran yang hendak dilakukan.
3) Mengecek kembali kelengkapan dan ketersediaan alat pengumpul data,
seperti lembar observasi yang telah disepakati dengan guru yang
mendampingi sebagai observer.
b) Pelaksanaan Tindakan
Setelah menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, maka
disepakatilah untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran yang
terdiri dari dua pertemuan pembelajaran yaitu:
Pertemuan 1
1) Kegiatan Awal
Kegiatan awal yang dilakukan meliputi beberapa kegiatan
seperti yang telah disusun dalam rencana pembelajaran yaitu membuka
pembelajaran dengan salam, berdoa, mengabsen, mengecek kerapian
siswa, mengatur tempat duduk siswa dan melakukan apersepsi.
Kegiatan apersepsi yang dilakukan adalah menunjukkan beberapa
gambar perubahan kenampakan bumi kemudian menanyakan apa yang
terjadi pada gambar tersebut. Setelah itu dilanjutkan dengan beberapa
pertanyaan yang relevan sesuai dengan respon siswa.
51
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, yang dilakukan adalah menjelaskan materi
pembelajaran yaitu perubahan kenampakan bumi. Untuk mengecek
pemahaman siswa guru mengajukan pertanyaan karena tidak banyak
siswa yang berani menjawab guru menunjuk beberapa siswa untuk
menjawab pertanyaan. Selanjutnya, guru membagi kelas ke dalam
beberapa kelompok, dilanjutkan dengan pembagian lembar kerja
kelompok. Guru meminta setiap kelompok untuk berdiskusi
menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya bersama dengan
guru, siswa membahas soal yang telah dikerjakan dalam kelompok
dengan melakukan koreksi silang. Guru meminta siswa untuk berteriak
Horay bagi siswa yang jawabannya benar. Suasana kelas pada saat
koreksi silang gaduh karena hampir seluruh siswa berteriak Horay
meskipun jawaban mereka salah, pada kondisi ini guru berupaya
mengendalikan suasana kelas. Setelah kegiatan koreksi bersama selesai
dilakukan guru membimbing siswa dalam membahas kegiatan
kelompok yang dilakukan. Guru memberikan penghargaan berupa
pujian pada siswa yang mendapat nilai tertinggi.
3) Kegiatan penutup
Pada kegiatan ini, guru membimbing siswa untuk
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan. Guru memberikan
motivasi kepada siswa, khususnya pada beberapa siswa yang terlihat
pasif guru memberikan nasihat supaya pada pertemuan selanjutnya
siswa dapat lebih aktif, selanjutnya guru memberikan tugas rumah dan
mengakhiri pembelajaran dengan salam dan doa.
Pertemuan 2
1) Kegiatan awal
Kegiatan awal pada pertemuan 2 Siklus I guru diawali dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur suasana di
52
ruangan kelas, dan apersepsi. Kemudian, guru melakukan apersepsi
dengan melakukan apersepsi dengan menunjukkan beberapa gambar
perubahan kenampakan bumi kemudian menanyakan apa yang terjadi
pada gambar tersebut. Selanjutnya guru memberikan pertanyaan sesuai
dengan jawaban siswa, setelah itu guru menyampaikan tujuan
pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Pada kegiatan inti di pertemuan kedua ini, yang dilakukan oleh
guru adalah menjelaskan materi pembelajaran yaitu berbagai dampak
dari perubahan kenampakan bumi. Untuk mengecek pemahaman siswa
guru mengajukan pertanyaan, pada pertemuan 2 masih terlihat tidak
benyak siswa yang berani menjawab, oleh karena itu guru menunjuk
beberapa siswa yang terlihat pasif untuk menjawab pertanyaan. Hal ini
dilakukan untuk menarik perhatian siswa sekaligus membuat siswa
yang lain fokus dalam pembelajaran. Selanjutnya, guru membagi kelas
ke dalam beberapa kelompok, dilanjutkan dengan pembagian lembar
kerja kelompok. Sebelum siswa melakukan kegiatan kelompok, guru
menyampaikan informasi mengenai tugas siswa, sehingga siswa dapat
mengerjakan tugasnya. Guru meminta setiap kelompok untuk
berdiskusi menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya bersama
dengan guru, siswa membahas soal yang telah dikerjakan dalam
kelompok dengan melakukan koreksi silang. Guru meminta siswa
untuk berteriak Horay bagi siswa yang jawabannya benar. Suasana
kelas pada saat koreksi silang masih sedikit gaduh namun lebih
terkendali daripada pertemuan sebelumnya. Setelah kegiatan koreksi
bersama selesai dilakukan guru membimbing siswa dalam membahas
kegiatan kelompok yang dilakukan. Guru memberi penjelasan terkait
materi yang belum dipahami siswa. Guru memberikan penghargaan
berupa pujian pada siswa yang mendapat nilai tertinggi
53
3) Kegiatan penutup
Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran
yang telah dilakukan, dilanjutkan dengan pemberian tugas rumah dan
guru memberikan motivasi pada siswa untuk giat belajar. Untuk
mengakhiri pembalajaran guru mengucapkan salam penutup dan doa.
c) Observasi
Pada kegiatan ini, yang diamati adalah hasil belajar melalui tes yang
dilakukan setelah tindakan, dan terlaksananya pembelajaran yang dinilai
melalui lembar observasi. Berikut ini dipaparkan hasil belajar dan
observasi terhadap guru dan siswa yang diperoleh setelah dilakukan
tindakan pada siklus I, baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan
kedua.
1) Hasil Belajar Siswa pada Siklus I
Setelah dilakukan tindakan yakni dengan menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe CRG pada siklus I pertemuan 1 dan 2, maka
dilakukan tes evaluasi untuk mengtahui hasil belajar siswa. Perolehan hasil
belajar siswa pada siklus I disajikan dalam interval nilai berikut ini. Untuk
menentukan interval nilai, digunakan persamaan berikut ini
Interval =nilai tertinggi − nilai terendah
1 + 3.3 (log n)
Interval =95 − 50
1 + 3.3 (log 33)
Interval =45
1 + 3.3 (1.5)
Interval =45
1 + 4.95
Interval = 8
54
Hasil belajar pada siklus I setelah diberikan soal evaluasi diakhir
siklus adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3
Rekapitulasi Ketuntasan Hasil belajar Siklus I
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 ≥ 95 2 5.4 Tuntas
2 86 – 94 2 5.4 Tuntas
3 77 – 85 6 16.2 Tuntas
4 68 – 76 19 51.4 Tuntas
5 59 – 67 3 8.1 Belum tuntas
6 50 – 58 5 13.5 Belum tuntas
Jumlah 37 100
Rata-rata 72.6
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 50
Tabel di atas, menunjukkan hasil belajar pada siklus I. Pada
tabel tersebut terlihat jelas perbandingan hasil belajar siswa pada
kondisi sebelum tindakan dan setelah diberikan tindakan pada siklus
I, pada kondisi awal siswa yang mencapai kentuntasan belajar
(KKM ≥ 70) sebanyak 21 siswa dan yang tidak tuntas sebanyak 16
siswa, namun setelah diberikan tindakan pada siklus I yakni dengan
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe CRH siswa yang
tuntas mengalami peningkatan yakni menjadi 29 siswa (73.38%)
sedangkan siswa yang belum tuntas mengalami penurunan yakni
menjadi 8 siswa (21.62%).
Kondisi perolehan hasil belajar siswa berubah setelah
diberikan tindakan pada siklus I. Siswa yang mendapatkan nilai pada
rentang 50 – 58 sebanyak 5 siswa atau 13.5%, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 59 – 67 sebanyak 3 siswa atau 8.1%,
siswa yang mendapatkan nilai pada rentang 68 - 76 berjumlah 19
siswa dengan prosentase 51.4%. Siswa yang mendapatkan nilai
55
antara 77 – 85 berjumlah 6 siswa atau 16.2%, siswa yang
mendapatkan nilai pada rentang 86 – 94 sebanyak 2 siswa atau 5.4%,
dan siswa yang mendapatkan nilai ≥95 ada 2 siswa atau 5.4%. Nilai
rata-rata siswa meningkat dari awal sebelum tindakan yaitu 66.35
menjadi 73.50 pada siklus I. Nilai terendah dicapai dengan nilai 50
dan nilai tertinggi adalah 95.
Berikut disajikan dalam tabel, prosentase ketuntasan belajar
pada siklus I. hasilnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.4
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa Kelas 4
SDN Salatiga 8 Siklus I
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 70 8 21.62 Belum tuntas
2 ≥ 70 29 78.38 Tuntas
Jumlah 37 100
Rata-rata 73.50
Nilai tertinggi 95
Nilai terendah 50
Prosentase ketuntasan hasil belajar siswa SD Negeri Salatiga 8
setelah diberikan tindakan pada siklus I yakni siswa yang tuntas ada
29 siswa dengan prosentase 78.38% sedangkan siswa yang belum
tuntas ada 8 siswa dengan prosentase (21.62%). Berikut prosentase
hasil belajar siklus I disajikan pada gambar di bawah ini:
56
Gambar 4.2
Prosentase Ketuntasan Belajar Siklus I
Berdasarkan pengamatan, setelah diadakan penelitian tindakan
siklus I, terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan
karena siswa dapat mengikuti pembelajaran yang dirancang oleh guru
dengan baik, dan guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik
pula. Meskipun demikian masih terdapat beberapa kendala yang
dialami oleh guru dan siswa.
2) Hasil Observasi Terhadap Guru pada Siklus I
Pengamatan yang dilakukan terhadap guru berupa aktivitas guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe CRH
dalam pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi sub tema
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kenampakan bumi pada
pertemuan pertama. Berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa
aktivitas guru pada pertemuan pertama siklus I, dalam menerapkan
model kooperatif tipe CRH pada pelajaran IPA materi perubahan
kenampakan bumi sudah baik. Langkah-langkah pembelajaran yang
dirancang secara garis besar sudah terlaksana, namun masih ada
beberapa langkah pembelajaran yang terlewatkan atau tidak terlaksana.
78%
22%
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Tuntas Tidak Tuntas
57
Pada kegiatan awal, guru belum menyampaikan tujuan pembelajaran,
guru juga tidak memberikan penjelasan mengenai kegiatan kelompok
yang akan dilakukan, kemudian saat kegiatan kelompok berlangsung
guru kurang memberikan bimbingan sehingga bebarapa kelompok
terlihat kesulitan. Saat guru meminta siswa untuk berteriak horay,
suasana kelas tergolong ramai karena hamper semua siswa berteriak
horay.
Observasi juga dilakukan pada pertemuan kedua, pada
pertemuan ke dua, suasana kelas sudah cukup terkendali. Guru sudah
memberikan bimbingan kepada siswa, namun untuk kegiatan
kellompok penjelasan yang diberikan guru masih kurang sehingga
beberapa kelompok masih sering bertanya mengenai tugas yang harus
dikerjakan. Guru sudah dapat mengontrol suasana kelas, sehingga pada
pertemuan 2 siklus I pembelajaran tergolong kondusif, beberapa siswa
sudah terlihat aktif yakni bertanya dan menanggapi pertanyaan dari
guru. Paparan tersebut menunjukkan bahwa pembelajaran pada siklus I
telah berjalan dengan baik meskipun masih terdapat beberapa
kekurangan, selanjutnya kekurangan-kekurangan tersebut akan
dievaluasi guna dirancang solusi untuk mengatasinya. Secara garis
besar pembelajaran yang dilakukan oleh guru sudah bagus, namun
kendala-kendala di atas harus diperhatikan dan dilakukan evaluasi
supaya tidak terjadi kendala serupa. Adapun catatan observer pada
siklus I adalah guru perlu mengontrol suasana kelas supaya tidak
ramai, dan yang lebih penting guru harus menguasai langkah-langkah
pembelajaran.
3) Hasil Observasi Terhadap Siswa pada Siklus I
Selain aktivitas guru, aktivitas yang diamati adalah aktivitas
siswa. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan siswa, respon
siswa dalam mengikuti pembelajaran model kooperatif tipe CRH.
58
Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas siswa pada siklus I
pertemuan 1 dan pertemuan 2.
Berdasarkan hasil perhitungan pada lembar observasi siswa
diketahui bahwa aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran pada
siklus I pertemuan 1 masuk dalam kriteria baik, ini menujukkan siswa
dapat mengikuti pembelajaran dengan model kooperatif tipe CRH.
Meskipun demikian masih ada beberapa kendala, seperti suasana kelas
yang cukup ramai saat guru meminta siswa untuk berteriak horay,
selain itu dalam kegiatan kelompok terlihat beberapa kelompok
kesulitan dan bingung mengenai tugas yang diberikan hal ini karena
guru belum maksimal dalam memberi bimbingan. Siswa juga relative
pasif ketika guru mengajukkan pertanyaan, guru harus menunjuk
dahulu karena sebagian siswa cenderung diam dan tidak menanggapi
pertanyaan dari guru.
Pada pertemuan kedua, kendala-kendala yang dialami selama
pertemuan 1 sudah banyak berkurang, suasana kelas sudah terkendali.
Beberapa siswa sudah terlihat berani menanggapi pertanyaan dari
guru, dan mengemukakan pendapat. Pada siklus II, hasil penilaian
pada lembar observasi juga lebih baik, meskipun ada beberapa
kendala. Adapun catatan yang diberikan observer adalah siswa harus
mendengarkan perintah guru. Namun secara keseluruhan siswa dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik.
d) Refleksi
Pembelajaran IPA kelas 4 pada materi perubahan kenampakan bumi
pada siklus I ini belum berhasil sesuai indikator kinerja yang ditentukan
karena ketuntasan belajar baru 78.38%. Adapun kendala yang menjadi
penyebab kekurang berhasilan dalam pembelajaran siklus I yaitu:
1) Pembelajaran masih gaduh dan kurang terkendali pada saat siswa
kegiatan kelompok, hal ini dikarenakan pembelajaran dengan model
59
kooperatif tipe CRH adalah model pembelajaran yang baru bagi guru,
sehingga pada siklus I guru masih belum terbiasa dengan langkah-
langkah pembelajaran CRH.
2) Guru belum memberi arahan dalam kegiatan kelompok sehingga masih
ada siswa yang kebingungan dalam mengerjakan tugas.
3) Guru belum memberi kesempatan pada siswa untuk mengemukakan
pendapat dan bertanya.
Berdasarkan data yang telah dianalisis dan data hasil diskusi, peneliti
melakukan penelaahan dan mencoba menyimpulkan hasil tindakan yang
telah dilakukan. Hasil ini menunjukkan bahwa penguasaan siswa sudah
meningkat, meskipun belum sesuai dengan kriteria keberhasilan yang
ditentukan karena ketuntasan belajar baru 78.38%.
Mencermati kendala tersebut maka solusi yang dapat dirancang ,
untuk mengadakan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut:
1) Guru perlu menguasi langkah-langkah dari model pembelajaran
kooperatif tipe CRH agar pembelajaran dapat terlaksana dengan baik,
dengan demikian guru juga dapat menguasai kelas.
2) Memberi teguran pada siswa yang ramai dan memberi nasihat serta
motivasi pada siswa yang kurang terlibat aktif selama pembelajaran
berlangsung.
3) Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengemukakan pendapat
atau bertanya.
b. Pelaksanaan Siklus II
Tahap pelaksanaan siklus II sama seperti tahap pelaksanaan pada
siklus I, yakni mengacu pada tahap penelitian Kemmis & Mc Taggart dalam
Arikunto (2007:16), pelaksanaan siklus II terdiri dari empat langkah yaitu
perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan/ observasi, dan refleksi.
Bagian pelaksanaan siklus II menguraikan perencanaan tindakan mengenai
60
apa yang dilaksanakan sebagai perbaikan dari kekurangan siklus I. Setelah
perencanaan dan pelaksanaan, diuraikan refleksi berdasarkan hasil obsevasi.
a. Tahap Perencanaan
Peneliti menyiapkan dan merevisi RPP dan menyiapkan kembali
skenario tindakan yang akan dilaksanakan pada perbaikan pembelajaran
siklus II. Berdasarkan hasil diskusi dan refleksi siklus I maka solusi yang
dirancang dalam upaya perbaikan pembelajaran, yakni penguasan langkah-
langkah model kooperatif tipe CRH oleh guru, memberi teguran pada siswa
yang ramai dan memberi nasihat serta motivasi pada siswa yang kurang
terlibat aktif selama pembelajaran berlangsung, memberikan kesempatan
pada siswa untuk mengemukakan pendapat atau bertanya. Selain itu
penulis juga menyiapkan kembali lembar kerja siswa, lembar evaluasi,
lembar observasi.
b. Pelaksanaan
Pertemuan I
1) Kegiatan awal
Pelaksanaan pada pertemuan II guru membuka pelajaran dengan
mengucapkan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur suasana di
ruangan kelas, dan apersepsi. Pada kegiatan apersepsi guru
menanyakan “apakah bintang hanya bersinar di malam hari?”
Kemudian, guru menanyakan pertanyaan lain sesuai dengan jawaban
siswa. Guru mencocokkan PR dan mengingatkan kembali tentang
materi yang telah diajarkan di pertemuan sebelumnya yaitu materi
perubahan kenampakan bumi. Guru menginformasikan tujuan
pembelajaran.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti Siklus II pertemuan 1, yang dilakukan oleh guru
adalah menjelaskan materi pembelajaran yaitu perubahan kenampakan
bintang dan matahari. Untuk mengecek pemahaman siswa guru
61
mengajukan pertanyaan, pada pertemuan 1 siklus II, banyak siswa
yang berani menjawab pertanyaan. Hal ini dilakukan untuk menarik
perhatian siswa sekaligus membuat siswa yang lain fokus dalam
pembelajaran. Selanjutnya, guru membagi kelas ke dalam beberapa
kelompok, dilanjutkan dengan pembagian lembar kerja kelompok.
Sebelum siswa melakukan kegiatan kelompok, guru menyampaikan
informasi mengenai tugas siswa, sehingga siswa dapat mengerjakan
tugasnya. Guru meminta setiap kelompok untuk berdiskusi
menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya bersama dengan
guru, siswa membahas soal yang telah dikerjakan dalam kelompok
dengan melakukan koreksi silang. Guru meminta siswa untuk berteriak
Horay bagi siswa yang jawabannya benar. Pada peretmuan 1 siklus II
suasana kelas sudah terkendali, hanya siswa yang jawabannya benar
saja yang berteriak horay. Setelah kegiatan koreksi bersama selesai
dilakukan guru membimbing siswa dalam membahas kegiatan
kelompok yang dilakukan. Guru memberikan kesemapatan pada siswa
untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapat. Guru
memberi penjelasan terkait materi yang belum dipahami siswa. Guru
memberikan penghargaan berupa pujian pada siswa yang mendapat
nilai tertinggi.
3) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir, siswa dibimbing untuk menyimpulkan
pembelajaran yang telah dilakukan. Guru menanyakan apakah siswa
merasa senang serta memberi motivasi berupa pujian kepada siswa.
Siswa diberikan tugas secara individual untuk dikerjakan di rumah,
pembelajaran diakhiri dengan salam dan doa.
Pertemuan II
1) Kegiatan awal
62
Seperti pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, kegiatan awal
dimulai dengan salam, berdoa, mengabsensi siswa, mengatur suasana
di ruangan kelas, dan apersepsi. Guru melakukan apersepsi dengan
menanyakan peran dari matahari bagi bumi, guru menunggu respon
dari siswa kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan-pertanyaan yang
relevan. Setelah itu, guru menginformasikan tujuan pembelajaran.
2) Kegiatan inti
Kegiatan yang dilakukan pada pertemuan ini adalah guru
memberi penejlasan tentang pokok bahasan yakni kenampakan bulan
beserta fase-fasenya. Untuk mengecek pemahaman siswa guru
mengajukan pertanyaan, guru juga memberi kesempatan bagi siswa
untuk bertanya. Pada kegiatan ini siswa terlihat aktif dan dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik, ditunjukkan dengan banyaknya
siswa yang berani menanggapi tanpa harus ditunjuk. Selanjutnya, guru
membagi kelas ke dalam beberapa kelompok, dilanjutkan dengan
pembagian lembar kerja kelompok. Sebelum siswa melakukan
kegiatan kelompok, guru memberi penjelasan mengenai tugas siswa
dalam kegiatan kelompok, sehingga siswa dapat mengerjakan
tugasnya. Guru meminta setiap kelompok untuk berdiskusi dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan. Selanjutnya bersama dengan
guru, siswa membahas soal yang telah dikerjakan dalam kelompok
dengan melakukan koreksi silang, guru menunjuk beberapa siswa
untuk menjawab soal yang telah dikerjakan. Guru meminta siswa
untuk berteriak Horay bagi siswa yang jawabannya benar. Pada
peretmuan 2 siklus II suasana kelas sudah terkendali, hanya siswa yang
jawabannya benar saja yang berteriak horay. Setelah kegiatan koreksi
bersama selesai dilakukan guru membimbing siswa dalam membahas
kegiatan kelompok yang dilakukan. Guru memberikan kesemapatan
pada siswa untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan
63
pendapat. Guru memberi penjelasan terkait materi yang belum
dipahami siswa. Guru memberikan penghargaan berupa pujian pada
siswa yang mendapat nilai tertinggi.
3) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir, guru membimbing siswa dalam
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan, guru memberikan
motivasi berupa pujian dan nasihat supaya siswa selalu rajin belajar.
Guru mengulas kegiatan yang dilakukan dengan bertanya kegiatan
apakah yang paling disukai siswa. Guru mengakhiri pembelajaran
dengan salam dan doa.
c. Observasi
Bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan belajar mengajar,
bersamaan dengan itu, guru meminta observer untuk melakukan observasi
dengan menggunakan lembar observasi guru dan siswa yang telah
disiapkan sebelumnya. Berikut diuraikan hasil observasi yaitu hasil belajar
siswa pada siklus II, ketika guru mengajar dengan menggunakan model
koperatif tipe CRH.
1) Hasil belajar Siklus II
Hasil belajar pada siklus II yang diperoleh selama proses
pembelajaran IPA dengan menggunakan model kooperatif tipe CRH
kelas 4 SDN Salatiga 8 dijabarkan dalam interval nilai berikut ini.
Untuk menentukan interval nilai, digunakan persamaan berikut ini
Interval =nilai tertinggi − nilai terendah
1 + 3.3 (log n)
Interval =100 − 65
1 + 3.3 (log 33)
Interval =35
1 + 3.3 (1.5)
Interval =45
1 + 4.95
64
Interval = 6
Tabel 4.5
Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siklus II
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 > 94 2 5.41 Tuntas
2 87 – 93 4 10.81 Tuntas
3 80 – 86 4 10.81 Tuntas
4 73 – 79 9 24.32 Tuntas
5 66 – 72 15 40.54 Belum tuntas
6 ≤ 65 3 8.11
Jumlah 37 100
Rata-rata 82.65
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 65
Tabel 4.5 menunjukkan ketuntasan belajar siswa pada
siklus II. Pada tebel tersebut dapat diketahui jumlah siswa yang
belum tuntas atau belum mencapai KKM (KKM ≥ 70) ada 3
siswa. Jika pada siklus I, jumlah siswa yang belum tuntas
mencapai 8 (21.26%) pada siklus II jumlahnya berkurang
menjadi 3 siswa (8.1%), kemudian untuk siswa yang tuntas
belajarnya pada siklus II mencapai 91.89% atau sebanyak 34
siswa mendapat nilai di atas KKM. Berikut uraian nilai yang
diperoleh dari siklus II: siswa yang mendapatkan nilai pada
rentang >65 sebanyak 3 siswa atau 8.11%, siswa yang mendapat
nilai pada rentang 66 – 72 sebanyak 15 siswa atau 40.54%,
kemudian pada rentang 73 – 79 sebanyak 9 siswa atau 24.32%,
pada rentang 80 – 86 berjumlah 4 siswa dengan prosentase
10.81%; yang mendapatkan nilai dalam rentang 87 – 93
berjumlah 4 siswa atau 10.81%, dan yang mendapatkan nilai
pada rentang >94 ada 2 siswa atau 5.41%. Nilai rata-rata kelas
menjadi meningkat yaitu 82.65, dengan nilai terendah 65 dan
tertinggi 100.
65
Tabel 4.6
Prosentase Ketuntasan Hasil Belajar Siklus II
No Nilai Sebelum Tindakan Keterangan
Jumlah Siswa (%)
1 < 70 3 8.11 Belum tuntas
2 ≥ 70 34 97.89 Tuntas
Jumlah 37 100
Rata-rata 82.65
Nilai tertinggi 100
Nilai terendah 65
Ketuntasan hasil belajar pada siswa 4 SD Negeri Salatiga
8, sebelum dilakukan tindakan dapat diketahui bahwa siswa yang
memiliki nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM ≥
70) sebanyak 16 siswa atau 43.24% pada siklus I kemudian
terjadi penurunan menjadi 8 siswa atau 21.62% setelah dilakukan
siklus II terjadi penurunan lagi menjadi 3 siswa atau 8.11%
siswa yang mendapat nilai di bawah KKM. Sedangkan, yang
mencapai ketuntasan minimal sebelum dilaksanakan tindakan
yaitu sebanyak 21 siswa atau 56.76% pada siklus I kemudian
meningkat menjadi 29 siswa atau 78.38%, dan pada siklus II
mengalami peningkatan lagi menjadi 91.89% tuntas dalam
belajar IPA. Meskipun masih terdapat siswa yang tidak tuntas
namun hasil ini membuktikan penelitian yang telah dilakukan
telah berhasil karena telah melebihi batas ketuntasan yaitu 85%
sedangkan hasil ketuntasan belajar pada siklus II mencapai
91.89%. Prosentase ketuntasan belajar siswa secara lebih jelas
dapat dilihat pada gambar berikut.
66
Gambar 4.3 Diagram Lingkaran Prosentase
Ketuntasan Belajar Siswa Siklus II
Berdasarkan pengamatan setelah diadakannya penelitian
tindakan siklus II, terjadi kenaikan hasil belajar siswa.
Terjadinya kenaikan hasil belajar siswa tersebut karena siswa
merasa senang dalam proses pembelajaran. Siswa terlihat sangat
antusias, aktif dalam bertanya dalam pembelajaran menggunakan
model kooperatif tipe CRH.
2) Hasil Observasi Terhadap Guru Siklus II
Pengamatan yang dilakukan terhadap guru berupa aktivitas guru
dalam pembelajaran dengan menerapkan model kooperatif tipe CRH
dalam pelajaran IPA materi perubahan kenampakan bumi sub tema
kenampakan bintang dan matahari pada pertemuan pertama. Hasil
perhitungan terhadap aktivitas guru pada lembar observasi pada
pertemuan pertama dan kedua siklus II materi kenampakan bintang
dan matahari, mendapat skor yaitu 20 dengan nilai aktivitas yaitu
100%, dengan kategori baik sekali. Hal ini menunjukkan bahwa
pembelajaran pada pertemuan 1 dan kedua siklus II telah berjalan
91.89%
8.11%
Ketuntasan Belajar Siklus II
Tuntas
Belum Tuntas
67
sesuai dengan apa yang dirancang, guru telah dapat menerapkan model
kooperatif tipe CRH dengan baik. Kendala-kendala yang dialami
selama siklus I sudah teatasi pada siklus II. Guru telah mampu
menerapkan seluruh langkah-langkah pembelajaran dengan baik.
3) Hasil Observasi Terhadap Siswa Siklus II
Pada siklus II ini juga dilakukan pengematan terhadap aktivitas
siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model
kooperatif tipe CRH. Aktivitas siswa dalam hal ini adalah kesiapan
siswa, respon siswa dalam mengikuti pembelajaran model kooperatif
tipe CRH. Aktivitas siswa yang diamati adalah aktivitas siswa pada
siklus II pertemuan 1 dan pertemuan 2.
Berdasarkan hasil observasi pada siklus II baik pada pertemuan
1 dan 2, siswa telah dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.
Kendala selama siklus I sudah teratasi pada siklus II. Seluruh aspek
yang diamati pada lembar observasi sudah terlaksana, kondisi yang
demikian menunjukkan bahwa siswa dapat mengikuti pembelajaran
dengan baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus II
pembelajaran yang dirancang oleh guru dapat diikuti oleh siswa, ini
menunjukkan siswa telah terbiasa dengan model kooperatif tipe CRH
yang pada siklus sebelumnya masih terdapat kendala namun pada
siklus II kendala tersebut dapat diatasi ditunjukkan dengan skor
perolehan pada lembar observasi siswa. Hasil dari lembar observasi
siswa ini selanjutnya dapat mendukung meningkatnya hasil belajar
siswa setelah mengikuti pembelajaran kooperatif tipe CRH.
d. Refleksi
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I, maka
pelaksanaan pembelajaran pada siklus II dapat dikatakan telah
berjalan dengan baik, terbukti dengan penilaian pada lembar
observasi yang menunjukkan telah terlaksananya seluruh langkah-
68
langkah pembelajaran. Ketuntasan hasil belajar siswa juga
mengalami peningkatan dari siklus I, pada siklus II ketuntasan
belajar siswa telah mencapai indikator yang ditentukan dengan
demikian tidak diperlukan tindakan pada siklus berikutnya atau
upaya peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan model
kooperatif tipe CRH telah berhasil dilaksanakan.
4.2.3. Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I
dan Siklus II
Berikut dijabarkan mengenai perbandingan keseluruhan ketuntasan hasil
belajar mulai dari kondisi awal, siklus I, sampai siklus II. Berdasarkan analisis
komparatif diketahui bahwa terjadi peningkatan ketuntasan hasil belajar baik
pada kondisi pra sikus, siklus I, dan siklus II. Pada kondisi awal jumlah siswa
yang tidak tuntas mencapai 16 siswa atau sebesar 43.24% sedangkan siswa
yang tuntas mencapai 21 siswa atau sebesar 56.76%. Kondisi tersebut berubah
setelah diberikan tindakan pada siklus I dan siklus II. Ketuntasan belajar pada
siklus I yakni mencapai 78.38% atau sebanyak 29 siswa dinyatakan tuntas
sedangkan siswa yang tidak tuntas mencapai 8 siswa atau sebesar 21.62%.
Peningkatak ketuntasan belajar juga terjadi pada siklus II, yakni jumlah siiswa
yang tuntas ada 34 siswa atau sebesar 91.89% sedangkan yang tidak tuntas
ada 3 siswa atau sebesar 8.11%, meskipun masih terdapat siswa yang belum
tuntas, namun penerapan pembelajaran dengan model kooperatif tipe CRH
telah berhasil dilaksanakan karena ketuntasan pada siklus II telah mencapai
indikator yang ditentukan yakni 85% siswa tuntas belajarnya. Dengan hasil ini
dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan model kooperatif tipe CRH
berhasil diterapkan pada pelajaran IPA pada siswa kelas 4 SDN Salatiga 8
semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Hasil ini disajikan pada grafik perbandingan ketuntasan hasil belajar
pada kondisi awal, siklus I dan siklus II yang dapat dilihat pada grafik yang
tersaji berikut ini:
69
Gambar 4.4
Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Kondisi Awal, Siklus I dan
Siklus II
4.3. Pembahasan
Hasil analisis komparatif, menunjukkan bahwa adanya peningkatan
terhadap ketuntasan belajar siswa mulai dari kondisi pra siklus hingga siklus
II. Pada kondisi awal, ketuntasan belajar siswa mencapai 56.76%, hal ini
dikarenakan dalam pembelajaran guru masih menggunakan metode
pembelajaran yang konvensional yakni dengan ceramah dan dilanjutkan
pemberian tugas. Kondisi demikian tidaklah sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA. Harlen (Patta Bundu, 2006: 10) menyebutkan bahwa salah
satu karakteristik IPA adalah terdapat fakta dan teori ilmiah yang dapat
dibuktikan melalui kegiatan ilimiah, oleh karena itu pembelajaran IPA lebih
menekankan pada proses. Samatowa (2011: 5) menjelaskan bahwa belajar
IPA merupakan proses konstruktif yang menhendakti partisipasi aktif dari
segi siswa sehingga peran guru berubah dari sumber dan pemberi informasi
menjadi fasilitator bagi siswa. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa
21
29
34
16
8
3
Pra Siklus Siklus I Siklus II
Perbandingan Ketuntasan Belajar Kondisi Awal,
Siklus I, Siklus II
Tuntas Tidak Tuntas
70
pembelajaran IPA hendaknya melibatkan aktivitas siswa, sedangkan metode
ceramah tidaklah mendukung terlibatnya siswa dalam permbajaran.
Mencermati hal tersebut, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
sesuai dengan karakteristik pembelajaran IPA salah satunya adalah model
kooperatif, karena pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dengan
cirri khas kegiatan kelompok sehingga siswa harus terlibat aktif dalam
pembelajaran, dalam hal ini peneliti memilih kooperatif tipe CRH, karena
CRH mengemas pembelajaran dengan menyenangkan dengan adanya yel-yel
yang dilakukan siswa. Menurut Widodo (2009) model pembelajaran CRH
merupakan model pembelajaran yang dapat menciptkan kondisi belajar yang
menyenangkan karena siswa di bagi dalam kelompok selanjutnya diberi
pertanyaan dan kelompok yang dapat menjawab benar dapat berteriak
“HOREY” atau yel-yel lainnya yang disukai.
Setelah dilakukan tindakan yakni dengan menerapkan model
pembeljaran kooperatif tipe CRH, dapat dilihat peningkatan hasil belajar
siswa dari kondisi pra siklus ke siklus I adalah sebesar 21.62% yakni
ketuntasan peningkatan dari 56.76% (kondisi pra siklus) menjadi 78.38%
(kondisi siklus I), meskipun terjadi peningkatan ketuntasan terhadap hasil
belajar siswa, namun hasil tersebut belum dapat dikatakan berhasil karena
ketuntasan pada siklus I masih dibawah dari indikator keberhasilan yang
ditentukan yakni 85% siswa mendapat nilai di atas KKM (KKM ≥ 70)
sehingga diperlukan tindakan pada siklus II.
Hasil observai pada siklus I menunjukakan bahwa proses
pembelajaran sudah berjalan dengan baik, meskipun ada beberapa langkah
pembelajaran yang terlewatkan, suasana kelas yang masih ramai dan
beberapa siswa yang terlihat pasif, solusi dari permasalahan tersebut adalah
guru perlu menegur dan mengingatkan siswa yang ramai dan terlihat pasif.
Hasil observasi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan baik
terhadap guru maupun siswa, hal tersebut membuktikan bahwa guru telah
71
dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe CRH dengan baik, selain
itu ketuntasan belajar siswa juga mengalami peningkatan.
Kondisi pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yakni sebesar
35.15% jika dibandingkan dengan kondisi awal peningkatan ketuntasan
belajar yakni dari 56.76% (kondisi pra siklus) menjadi 91.89% (kondisi
siklus II). Nilai ketuntasan belajar pada siklus II menunjukkan keberhasilan
dalam penelitian ini karena nilai ketuntasan pada siklus II telah mencapai
indikator keberhasilan yang ditentukan, dengan demikian penerapan model
kooperatif tipe CRH dalam meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4
SDN Salatiga 8 telah berhasil dilakukan.
Hasil penelitian ini memperkuat penelitian-penelitian yang dilakukan
sebelumnya, yakni penelitian yang dilakukan oleh Jusman Lapatta, Siti
Nuryanti, dan Yusuf Kendek. 2014 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar
Siswa Melalui Penggunaan Model Course Review Horay Pada Mata
Pelajaran IPA Kelas IV SD Inpres Sintuwu”. Hasil penelitian menunjukan
bahwa model pembelajaran Course Review Horay dapat meningkatkan
ketuntasan belajar siswa yaitu pada siklus I daya serap klasikal 64,75% dan
ketuntasan belajar klasikal 55%. Hasil belajar pada tindakan siklus II daya
serap klasikal 86% dan ketuntasan belajar klasikal 90%. Berdasarkan hasil
ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa Penggunaan Model Course Review
Horay pada Mata Pelajaran IPA dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas
IV SD Inpres Sintuwu.
Penelitian lainnya yang berhasil dilakukan adalah penelitian dari
Wiwin Susiati. 2012. Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran CRH (Crouse Review Horay) Pada Siswa Kelas V Di SD
Negeri Mojogedang Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil dari penelitiannya
menunjukkan adanya peningkatan terhadap hasil belajar siswa yang
ditunjukan dengan pada kondisi awal yang mendapat nilai 6 sebanyak 14
anak, pada siklus I sebanyak 6 anak, pada siklus II sebanyak 0. Pada tahap
72
pra siklus siswa yang mendapat nilai 7 sebanyak 7 anak, pada siklus I
sebanyak 10 anak, pada siklus II sebanyak 6 anak. Pada tahap pra siklus
siswa yang mendapat nilai 8 sebanyak 5 anak, pada siklus I sebanyak 10
anak, pada siklus II sebanyak 13 anak, sedangkan siswa yang mendapat nilai
9 hanya ada pada siklus II sebanyak 7 anak. Keaktifan siswa dalam
mengungkapkan pendapat meningkat, yaitu: pada tahap pra siklus sebesar
15,3%, pada tahap siklus I sebesar 53,8%, dan pada tahap siklus II sebesar
65,3%. Keaktifan siswa dalam bertanya mengalami peningkatan, yaitu: pada
tahap pra siklus sebesar 19,2%, pada tahap siklus I sebesar 57,6%, dan pada
tahap siklus II sebesar 57,6%. Keaktifan siswa dalam menjawab pertanyaan
juga mengalami peningkatan, yaitu: pada tahap pra siklus sebesar 26,9%,
pada tahap siklus I sebesar 57,6%, dan pada tahap siklus II sebesar 92,3%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Widodo
(2009) yang menjelaskan bahwa model pembejaran CRH merupakan salah
satu model pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan kemampuan
siswa dalam bersaing secara postif dalam pembalajaran, selain itu juga dapat
mengambangkan kemampuan dalam berpikir kritis serta membantu siswa
untuk mengingat konsep yang dipelajari secara mudah. Penelitian ini dapat
dilakukan dengan baik oleh peneliti karena guru serta siswa yang diberikan
tindakan bersikap kooperatif. Keunggulan dalam penelitian ini yakni,
pembelajaran yang dilakukan dengan CRH selain meningkatkan hasil belajar
siswa juga meningkatkan kemampuan guru dalam menerapkan model CRH
selain itu memberikan referensi bagi guru terhadap model-model
pembelajaran yang praktis dan menyenangkan sehingga guru dapat
merancang pembelajaran yang menyenangkan dan pada akhirnya berdampak