Top Banner
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian Ruangan interna di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang terletak di Desa Permata Kec. Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dengan batas sebelah Utara berbatasan dengan Ruangan Anak/NICU. Sebelah Timur berbatasan dengan Ruangan Rekam Medik, Askes, Laboratorium RSUD Toto Kabila. Sebelah Barat berbatasan dengan Ruangan Skin Center dan sebelah Selatan berbatasan dengan Kantor RSUD Toto Kabila (Ruangan Direktur, bagian staf kepegawaian). Di ruangan interna terdapat 30 bed yang terdiri dari masing- masing ruangan yaitu kelas 3 perempuan (Dahlia 1) terdapat 8 bed, kelas 3 laki- laki (Dahlia 2) terdapat 8 bed, kelas 2 perempuan (cendana 1) terdapat 4 bed, kelas 2 laki-laki (cendana 2) terdapat 5 bed, kelas 1 terdapat 5 ruangan setiap kamar masing-masing terdapat 1 bed. 1.1.2 Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden berdasarkan umur Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan umur pasien Diare yang di Rawat di ruangan perawatan interna di RSUD Toto Kabila Umur pasien (Tahun) Jumlah (n) % 29-32 1 3,3 33-36 4 13,3 37- 40 15 50 41- 44 2 6,7 45-48 8 26,7 Total 30 100 Sumber :Data Primer 2013
16

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Mar 03, 2019

Download

Documents

lemien
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1.1 Hasil Penelitian

1.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Ruangan interna di RSUD Toto Kabila Kabupaten Bone Bolango yang

terletak di Desa Permata Kec. Tilongkabila Kabupaten Bone Bolango dengan

batas sebelah Utara berbatasan dengan Ruangan Anak/NICU. Sebelah Timur

berbatasan dengan Ruangan Rekam Medik, Askes, Laboratorium RSUD Toto

Kabila. Sebelah Barat berbatasan dengan Ruangan Skin Center dan sebelah

Selatan berbatasan dengan Kantor RSUD Toto Kabila (Ruangan Direktur, bagian

staf kepegawaian). Di ruangan interna terdapat 30 bed yang terdiri dari masing-

masing ruangan yaitu kelas 3 perempuan (Dahlia 1) terdapat 8 bed, kelas 3 laki-

laki (Dahlia 2) terdapat 8 bed, kelas 2 perempuan (cendana 1) terdapat 4 bed,

kelas 2 laki-laki (cendana 2) terdapat 5 bed, kelas 1 terdapat 5 ruangan setiap

kamar masing-masing terdapat 1 bed.

1.1.2 Hasil Penelitian

1. Karakteristik Responden berdasarkan umur

Tabel 4.1 Distribusi sampel berdasarkan umur pasien Diare yang di Rawat di ruangan perawatan interna di RSUD Toto Kabila

Umur pasien (Tahun) Jumlah (n) % 29-32 1 3,3 33-36 4 13,3 37- 40 15 50 41- 44 2 6,7 45-48 8 26,7 Total 30 100

Sumber :Data Primer 2013

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Berdasarkan pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa pasien diare umur

37-40 terdapat 15 dengan persentase 50.

2. Karakteristik responden berdasarkan alamat

Tabel 4.2 Distribusi sampel berdasarkan alamat pasien Diare yang di Rawat di ruangan perawatan interna di RSUD Toto Kabila

Alamat Responden Jumlah (n) % Desa Lonuo 3 10

Desa Bongopini 2 6,7 Desa Wonggaditi 2 6,7

Desa Dembe 3 10 Desa Oluhuta 1 3,3 Desa Biluango 1 3,3

Desa Modelomo 1 3,3 Desa Tunas Jaya 2 6,7 Desa Bilungala 2 6,7

Desa Toto Selatan 2 6,7 Desa Tamboo 2 6,7

Desa Huangobotu 1 3,3 Desa Bulotadaa 1 3,3 Desa Lekobalo 3 10 Desa Dungingi 1 3,3

Desa Dumbay Bulan 1 3,3 Desa Tanggikiki 1 3,3

Desa Tapa 1 3,3 Total 30 100

Sumber :Data Primer 2013

Berdasarkan pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa alamat

responden tidak berpengaruh terhadap terjadinya diare.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

3. Faktor Makanan

Sumber : Data Primer,

Grafik 4.1 Distribusi Pasien Diare Berdasarkan Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

Berdasarkan pada grafik pie 4.1

terdapat 14 pasien dengan persentase 47

pasien diare yang tidak baik terdapat

3. Faktor lingkungan tempat tinggal

Sumber: Data primer

Grafik 4.2 Distribusi pasien Diare Berdasarkan Faktor lingkungan tempat tinggal Toto Kabila

n=1757%

n= 1653%

Faktor Makanan

: Data Primer, Mei 2013

Grafik 4.1 Distribusi Pasien Diare Berdasarkan Faktor Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

Berdasarkan pada grafik pie 4.1 faktor makanan pada pasien diare yang baik

terdapat 14 pasien dengan persentase 47%. Sedangkan faktor makanan pada

pasien diare yang tidak baik terdapat 16 dengan persentase 53%

Faktor lingkungan tempat tinggal

primer Mei 2013

4.2 Distribusi pasien Diare Berdasarkan Faktor lingkungan tempat tinggal Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

n=1343%

n=1757% BAIK

TIDAK BAIK

n= 1447%n= 16

53% BAIK

TIDAK BAIK

Faktor makanan Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

sien diare yang baik

%. Sedangkan faktor makanan pada

4.2 Distribusi pasien Diare Berdasarkan Faktor lingkungan tempat Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD

BAIK

TIDAK BAIK

BAIK

TIDAK BAIK

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Berdasarkan pada grafik pie 4.2

terdapat 13 pasien dengan persentase 43%.

tinggal yang tidak baik

4. Faktor perilaku

Sumber: Data primer

Grafik 4.3 Distribusi pasien berdasarkan faktor perilaku Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

Berdasarkan grafik pie 4.3

dengan persentase 17%. Sedangkan faktor perilaku pada pasien diare, yang tidak

baik terdapat 25 pasien dengan persent

Berdasarkan pada grafik pie 4.2 faktor lingkungan tempat tinggal

terdapat 13 pasien dengan persentase 43%. Sedangkan faktor lingkungan tempat

yang tidak baik terdapat 17 pasien dengan persentase 57%.

Faktor perilaku

primer Mei 2013

Grafik 4.3 Distribusi pasien berdasarkan faktor perilaku Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

Berdasarkan grafik pie 4.3 faktor perilaku yang baik terdapat 5 pasien diare

dengan persentase 17%. Sedangkan faktor perilaku pada pasien diare, yang tidak

baik terdapat 25 pasien dengan persentase 83%.

n=517%

n= 2583%

BAIK

TIDAK BAIK

faktor lingkungan tempat tinggal yang baik

Sedangkan faktor lingkungan tempat

dengan persentase 57%.

Grafik 4.3 Distribusi pasien berdasarkan faktor perilaku Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

faktor perilaku yang baik terdapat 5 pasien diare

dengan persentase 17%. Sedangkan faktor perilaku pada pasien diare, yang tidak

BAIK

TIDAK BAIK

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

5. Faktor sosial ekonomi

Sumber: Data primer

Grafik 4.4 Distribusi pasien berdasarkan faktor sosial ekonomi Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

Berdasarkan pada grafik pie 4.4 maka dapat

pasien diare berdasarkan faktor sosial ekon

mempunyai tingkat pendidikan rendah, terdapat 24

pekerjaannya (Petani, Nelayan, Tukang Bentor, Buruh)

(33%) yang mempunyai pendapatan rendah.

Tabel 4.3 Distribusi Pada Pasien Diare Di ruangan Perawatan Interna Kabila Kab. Bone Bolango

Faktor makanan

Faktor lingkungan tinggal

Faktor perilaku

Faktor sosial ekonomi

n= 2433%

Faktor sosial ekonomi

primer Mei 2013

Grafik 4.4 Distribusi pasien berdasarkan faktor sosial ekonomi Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

Berdasarkan pada grafik pie 4.4 maka dapat diketahui bahwa distribusi

pasien diare berdasarkan faktor sosial ekonomi terdapat 25 pas

mempunyai tingkat pendidikan rendah, terdapat 24 pasien

(Petani, Nelayan, Tukang Bentor, Buruh) dan terdapat 24

g mempunyai pendapatan rendah.

Distribusi Responden Berdasarkan Gambaran Beberapa Faktor Pada Pasien Diare Di ruangan Perawatan Interna Kabila Kab. Bone Bolango

Penyakit diare

Faktor makanan n

16 Faktor lingkungan tempat

tinggal n

17

Faktor perilaku n

25

Faktor sosial ekonomi n

25

n= 2534%

n= 2433%

n= 2433%

Pendidikan Rendah

pekerjaan

pendapatan per bulan

Grafik 4.4 Distribusi pasien berdasarkan faktor sosial ekonomi Pada Pasien di Ruangan Perawatan Interna di RSUD Toto Kabila

diketahui bahwa distribusi

pasien (34%) yang

pasien (33%) yang

dan terdapat 24 pasien

ambaran Beberapa Faktor Pada Pasien Diare Di ruangan Perawatan Interna RSUD Toto

% 53 % 57 % 83 % 34

Pendidikan Rendah

pekerjaan

pendapatan per bulan

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Berdasarkan pada tabel 4.3 gambaran beberapa faktor pada pasien diare

menunjukkan pada faktor perilaku terdapat 25 responden dengan persentase

83% perilaku yang tidak baik.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Faktor makanan

Berdasarkan data pada grafik Pie 4.1 menunjukkan responden yang

mengkonsumsi makanan yang tidak baik terdapat 16 responden (53%). Hal ini di

pengaruhi oleh faktor makanan itu sendiri, seperti mengkonsumsi makanan yang

tidak di simpan di lemari makanan, makanan yang sudah lebih dari sehari,

makanan yang selalu di beli, mengkonsumsi buah yang berlebihan, sehingga dapat

disimpulkan kondisi makanan yang tidak baik dapat mempengaruhi terjadinya

diare. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara faktor

makanan dengan terjadinya diare.

Menurut Depkes RI (2007) Makanan yang mengakibatkan diare adalah

kondisi makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah

(sayuran) dan kurang matang. Makanan yang terkontaminasi jauh lebih mudah

mengakibatkan diare, seperti makanan yang dihinggapi lalat yang telah

terkontaminasi dengan tinja, tidak seharusnya dikonsumsi karena makanan

tersebut telah tercemar kuman diare sehingga orang yang mengkonsumsi makanan

tersebut akan menderita penyakit diare. Selain itu kandungan serat yang

berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik dapat merusak fungsi mukosa

usus sehingga timbul diare.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Menurut Lestari (2008) penyebaran penyakit melalui makanan dapat

disebabkan jika kantin atau tempat memperoleh makanan kurang memperhatikan

beberapa hal seperti sanitasi sekitar kantin, sanitasi ruang tempat makan, peralatan

masak, tempat menyimpan makanan, tempat mencuci piring, pengelolaan

makanan dan pengelolaan sampah.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa makanan

yang menyebabkan diare, yang pertama adalah makanan yang tercemar seperti

makanan yang tidak di simpan di lemari makanan. Hal ini di karenakan, makanan

yang berada di luar lemari penyimpanan atau tidak di simpan di lemari makan

lebih berpotensi terkena debu dan dapat di hinggapi oleh lalat dan tidak

seharusnya di konsumsi lagi karena makanan tersebut sudah tercemar. Yang ke

dua makanan yang lebih dari sehari, hal ini di karenakan makanan yang lebih dari

sehari bisa saja sudah terkontaminasi oleh lingkungan yang tercemar atau pada

saat sebelum di olah bahan makanan tersebut sudah mengandung bakteri,

sehingga pada saat setelah diolah, makanan tersebut tidak tahan untuk di simpan

sampai besok. Dan juga makanan yang mengandung cairan atau basah lebih cepat

busuk dibandingkan dengan bahan makanan yang kering.

Begitu pula pada makanan yang di beli karena makanan yang di beli belum

bisa di jamin kebersihannya, seperti penggunaan peralatan masak yang tidak

bersih, lingkungan tempat penjualan yang tidak memenuhi syarat, menggunakan

kain lap kotor untuk membersihkan meja makan dan peralatan makanan, pada saat

mengolah makanan tidak mencuci tangan dengan baik dan makanan yang tidak

habis/tidak laku di jual kembali.

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

Mengkonsumsi buah terlalu banyak dapat juga terkena diare karena

konsumsi serat yang berlebihan dalam susunan makanan secara mekanik dapat

merusak fungsi mukosa usus sehingga timbul diare.

4.2.2 Faktor Lingkungan tempat tinggal

Berdasarkan data pada grafik Pie 4.2 menunjukkan faktor lingkungan tempat

tinggal yang tidak baik terdapat 17 responden (57%). Hal ini di pengaruhi oleh

faktor lingkungan itu sendiri seperti, tidak memiliki sarana air bersih (PAM),

tidak memiliki sarana buang air besar keluarga (Jamban), tidak membersihkan

jamban setiap seminggu sekali, tidak memiliki sarana tempat pembuangan sampah

seperti tempat sampah.

Menurut Depkes RI (2007) penyakit diare merupakan salah satu penyakit

yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, seperti tidak mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan, dan tidak mencuci tangan sesudah buangan air besar,

tidak mencuci tangan menggunakan sabun, dan air yang mengalir maka dapat

menimbulkan kejadian diare.

Menurut UU No.23 Tahun 1992 air minum yang dipergunakan untuk

keperluan sehari-hari selain memenuhi atau mencukupi dalam arti kuantitas juga

harus memenuhi kualitas yang telah ditetapkan. Pentingnya air berkualitas baik

perlu disediakan untuk memenuhi kebutuhan dasar terutama didasarkan atas

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

kenyataan akan adanya penyebaran penyakit menular serta mikrobiologis dan

biologis.

Menurut Notoatmodjo (2003) syarat pembuangan kotoran yang memenuhi

aturan kesehatan adalah tidak mengotori permukaan tanah di sekitranya, tidak

mengotori air permukaan di sekitarnya, tidak mengotori air dalam tanah di

sekitarnya, tidak menimbulkan bau, dan kotoran tidak boleh terbuka dapat

digunakan oleh lalat untuk bertelur dan berkembang biak. Lalat berperan dalam

penularan melalui tinja, lalat senang menempatkan telurnya pada kotoran manusia

yang terbuka, kemudian lalat tersebut hinggap di kotoran manusia dan hinggap

pada makanan manusia.

Menurut Juffie (2010), upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara

mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare. Kuman-kuman pathogen

penyebab diare umumnya disebarkan secara fekal-oral. Adapun upaya pencegahan

diare yang terbukti efektif salah satunya penggunaan jamban yang bersih dan

hiegienis oleh seluruh anggota keluarga dengan cara jamban harus dijaga dengan

mencucinya secara teratur.

Menurut Mukono (2008) Keberadaan sampah sangat berpengaruh terhadap

terjadinya penyakit seperti diare. Oleh sebab itu sampah harus di buang pada

tempatnya atau mendapatkan penanganan yang baik.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa lingkungan

tempat tinggal yang mempengaruhi terjadinya diare adalah tidak memiliki sarana

air bersih (PAM). Hal ini di karenakan air yang di dapatkan oleh responden

mungkin sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat penyimpanan di rumah air

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

tersebut tidak tertutup, dan tangan yang terkontaminasi dengan bakteri menyentuh

air pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan untuk digunakan keperluan

sehari-hari.

Tidak memiliki sarana buang air besar keluarga (Jamban) dapat

mempengaruhi terjadinya diare, hal ini di karenakan apabila seseorang membuang

kotoran (tinja) tanpa menggunakan jamban itu akan mengotori permukaan tanah

di sekitarnya, dan kotoran (tinja) tidak boleh terbuka karena akan dijadikan lalat

sebagai tempat bertelur atau perkembangbiakan vektor lainnya. Dan lalat tersebut

hinggap pada makanan manusia.

Begitupun yang tidak memiliki tempat pembuangan sampah. Hal ini

dikarenakan bahwa lingkungan yang kotor seperti membuang sampah rumah

tangga bukan pada tempah sampah bisa menyebabkan diare. Dampak yang akan

timbul apabila sampah tidak di buang pada tempatnya akan berdampak pada aspek

kesehatan. Pembuangan sampah bukan pada tempatnya bisa memberikan tempat

tinggal bagi vektor penyakit seperti serangga, tikus, cacing, jamur dan lain-lain.

Vektor-vektor tersebut dapat menimbulkan penyakit salah satunya penyakit diare.

Selain itu tidak membersihkan jamban setiap minggu bisa mempengaruhi

terjadinya diare, sebab upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara

mencegah penyebaran kuman patogen penyebab diare. Apabila jamban yang tidak

bersih menjadi sarang kuman untuk berkembang biak sehingga menyebabkan

diare.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

4.2.3 Faktor perilaku

Berdasarkan grafik Pie 4.3 menunjukan faktor perilaku yang tidak baik pada

responden terdapat 25 responden (83%). Hal ini di pengaruhi oleh faktor perilaku

itu sendiri seperti tidak mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan tidak

menggunakan sabun setelah beraktivitas, mencuci tangan menggunakan air yang

tidak mengalir.

Menurut Depkes RI (2007) penyakit diare merupakan salah satu penyakit

yang berbasis lingkungan. Dua faktor yang dominan, yaitu sarana air bersih dan

pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi dengan perilaku manusia.

Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta

berakumulasi dengan perilaku yang tidak sehat pula, seperti tidak mencuci tangan

sebelum dan sesudah makan, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar, tidak

mencuci tangan menggunakan sabun bisa mengurangi masuknya kuman melalui

tangan pada saat memegang makanan, begitupun dengan air yang mengalir karena

air tersebut belum tercemar. Hal tersebut dapat menimbulkan terjadinya diare.

Menurut Herry, (2005) Pencegahan diare dapat dilakukan dengan mencuci

tangan menggunakan air yang bersih atau air yang mengalir. Karena air yang

mengalir pada saat di gunakan belum tercemar di bandingkan dengan air yang

sudah tersedia pada penampungan.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berasumsi bahwa perilaku

merupakan faktor yang berkaitan erat dengan terjadinya diare, seperti kebiasaan

responden tidak mencuci tangan sebelum makan, mencuci tangan tidak

menggunakan sabun sesudah beraktivitas, mencuci tangan menggunakan air yang

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

tidak mengalir. Hal ini di dasari oleh teori yang ada bahwa tidak mencuci tangan

sebelum makan bisa menyebabkab diare. Di karenakan diare merupakan salah

satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku hidup

sehat. Sebagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur

oral. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat

tangan yang tidak bersih makanan atau minuman akan tercemar kuman penyakit

dan masuk ke tubuh manusia. Selain itu mencuci tangan tidak menggunakan

sabun setelah beraktivitas dapat menyebabkan diare. Karena penularan diare

menyebar melalui jalur fekal oral, penularannya dapat di cegah dengan menjaga

hygiene pribadi yang baik, salah satunya mencuci tangan pakai sabun. Mencuci

tangan memakai sabun bisa membunuh kuman, apalagi pada saat beraktivitas

tangan kita terkontaminasi dengan kuman, sehingga pada saat kita memegang

makanan dan pada saat mengolah makanan, makanan tersebut sudah tercemar

oleh kuman melalui tangan kita. Sedangkan sebagian responden, mereka hanya

terbiasa mencuci tangan pakai sabun apabila tangan terlihat kotor saja. Padahal

tangan yang terlihat bersih belum tentu bebas dari kuman. Begitupun dengan

mencuci tangan menggunakan air yang tidak mengalir, karena air yang mengalir

pada saat di gunakan belum tercemar di bandingkan dengan air yang sudah

tersedia pada tempatnya. Pada saat tangan yang terkontaminasi dengan bakteri

menggunakan air tersebut untuk mencuci tangan, bakteri tersebut tidak akan

hilang, tetapi akan tetap menempel pada tangan karena air yang di pakai untuk

mencuci tangan menggunakan air yang tidak mengalir atau sudah tersedia pada

penampungan.

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

4.2.4 Faktor sosial ekonomi

Berdasarkan data pada grafik Pie 4.4 menunjukkan 25 responden dengan

persentase 39% yang mengalami diare terdapat pada pendidikan yang rendah.

Pada hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar responden

berpendidikan rendah. Maka peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan juga

mempengaruhi terjadinya diare, hal ini di sebabkan bahwa jenjang pendidikan

memegang peranan cukup penting dalam menentukan cara berpikir seseorang

dalam bertindak. Pendidikan masyarakat yang rendah menjadikan mereka sulit

diberi tahu mengenai pentingnya higyene perorangan dan sanitasi lingkungan

untuk mencegah terjangkitnya penyakit menular diantaranya diare. Dengan

sulitnya mereka menerima penyuluhan menyebabkan mereka tidak peduli

terhadap upaya pencegahan penyakit menular.

Menurut Depkes RI, (2007) sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh

langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare. Kebanyakan yang menderita

diare berasal dari keluarga yang besar dengan daya beli rendah, kondisi rumah

yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan

kesehatan, oleh sebab itu pekerjaan bisa mempengaruhi jumlah pendapatan

seseorang. Pendidikan yang baik dapat meningkatkan intelektual seseorang dan

merupakan faktor penting dalam proses penyerapan informasi dan peningkatan

wawasan tentang penyakit diare dan pencegahannya. Pendidikan yang baik juga

menentukan cara berfikir seseorang dalam menentukan dampak terhadap persepsi,

nilai-nilai dan sikap seseorang dalam mengambil keputusan untuk bertindak atau

tidak. Apabila pendidikan rendah dapat menyebabkan kesulitan dalam menyerap

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

informasi atau gagasan baru dan sebaliknya jika tingkat pendidikan yang tinggi

akan mudah menerima gagasan baru. Karena itu faktor edukasi dan perbaikan

ekonomi sangat berperan dalam pencegahan dan penanggulangan diare (Depkes

RI, 2007).

Karakteristik pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan, status

sosial, pendidikan, status sosial ekonomi, risiko cedera atau masalah kesehatan

dalam suatu kelompok populasi. Pekerjaan juga merupakan suatu determinan

risiko dan determinan terpapar yang khusus dalam bidang pekerjaan tertentu serta

merupakan prediktor status kesehatan dan kondisi tempat suatu populasi bekerja

(Widyastuti, 2005).

Dalam grafik pie juga terdapat beberapa responden seperti 24 (33%) yang

pekerjaannya (Petani, Nelayan, Tukang Bentor, Buruh) dan 24 (33%) yang

memiliki pendapatan rendah ≤ Rp 1.175.000. Dalam penelitian ini dapat di

simpulkan bahwa pekerjaan seseorang dapat mencerminkan pendapatan,

pendidikan, status ekonomi. Hal ini di sebabkan jenis pekerjaan umumnya

berkaitan dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Jika pekerjaan (Petani,

Nelayan, Tukang Bentor, Buruh) tidak menutup kemungkinan penghasilan yang

di dapatkan perbulan juga rendah. Pekerjaan juga menentukan suatu resiko

terpapar oleh bakteri.

Selain itu pendapatan rendah dapat mempengarui terjadinya diare. Hal ini

di sebabkan pendapatan yang rendah akan mempengaruhi status gizi anggota

keluarga. Keluarga dengan pendapatan rendah biasanya tinggal di lingkungan

yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga mudah terserang diare. Kondisi

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi

rumah yang buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi

persyaratan kesehatan, dan tidak mempunyai jamban keluarga yang sehat.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ung.ac.id/5103/9/2013-1-14201-841409064-bab4... · BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Penelitian 1.1.1 Gambaran Umum Lokasi