27 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Nugget Ayam Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry basis). Metode pengeringan menggunakan oven sangat memuaskan untuk sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase, banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997). Pengukuran Kadar Air menggunakan metode oven (Sudarmadji, 1997). Berdasarkan analisis ragam, berbagai perlakuan formulasi nugget ayam dengan jenis tepung yang berbeda ada pengaruh nyata (P<0,05). Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf 5% diperoleh hasil bahwa kadar air nugget ayam tiap perlakuan memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil pengamatan analisis kadar abu dapat dilihat pada Tabel 9 : Tabel 9. Rerata Kadar Air Nugget Ayam Perlakuan Rerata hasil (%) T1 38.40 ± 0,44 a T2 39.96 ± 0,33 c T3 38.23 ± 0,21 a T4 39.10 ± 0,14 b Keterangan: Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
17
Embed
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kadar Air Nugget Ayam...Rerata kadar air nugget ayam kisaran antara 38.40-39.10%. Hal ini berarti kadar air nugget ayam sudah memenuhi kriteria syarat
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kadar Air Nugget Ayam
Kadar air adalah persentase kandungan air suatu bahan yang dapat
dinyatakan berdasarkan berat basah (wet basis) atau berat kering (dry
basis). Metode pengeringan menggunakan oven sangat memuaskan untuk
sebagian besar makanan, akan tetapi beberapa makanan seperti silase,
banyak sekali bahan-bahan atsiri (bahan yang mudah terbang) yang bisa
hilang pada pemanasan tersebut (Winarno, 1997). Pengukuran Kadar Air
menggunakan metode oven (Sudarmadji, 1997).
Berdasarkan analisis ragam, berbagai perlakuan formulasi nugget
ayam dengan jenis tepung yang berbeda ada pengaruh nyata (P<0,05).
Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5% diperoleh hasil bahwa kadar air nugget ayam tiap perlakuan
memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil pengamatan analisis kadar
abu dapat dilihat pada Tabel 9 :
Tabel 9. Rerata Kadar Air Nugget Ayam
Perlakuan Rerata hasil (%)
T1 38.40 ± 0,44a
T2 39.96 ± 0,33c
T3 38.23 ± 0,21a
T4 39.10 ± 0,14b
Keterangan: Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
28
Tingginya kadar air dapat mempengaruhi mutu dari bahan pangan,
karena dapat memicu pertumbuhan bakteri, kenampakan, kesegaran, serta
tekstur produk. Rerata kadar air nugget ayam kisaran antara 38.40-39.10%.
Hal ini berarti kadar air nugget ayam sudah memenuhi kriteria syarat mutu
nugget ayam menurut SNI. 01-6638-2002 yang menyatakan bahwa kadar
air nugget maksimal 60%. Ini bararti pemakaian bahan pengisi 10% sudah
memenuhi standart mutu SNI. Grafik rerata kadar air nugget ayam dapat
dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik Kadar Air Nugget Ayam
Dilihat pada Gambar 3 kadar ari nugget ayam hasil penelitian
paling randah adalah 38.23% yang diperoleh dari perlakuan T3 yang
menggunakan tepung maizena, hal ini karena pati pada tepung maizena
mengandung gugus hidroksil yang mengakibatkan daya serap air semakin
besar. Sedangkan yang paling tinggi adalah 39.96% yang diperoleh dari
peroleh dari perlakuan T2. Setiap jenis tepung mempunyai kemampuan
dalam mengikat air yang berbeda. Hal ini karena kemampuan tepung
dalam mengikat air. Karena tepung merupakan polimer linier dengan berat
molekul yang tinggi, maka akan mudah sekali menyerap air sehingga
a
c
a
b
37
38
39
40
41
T1 T2 T3 T4
Ka
da
r A
ir (
%)
Perlakuan
29
tepung baik sekali fungsinya sebagai bahan pengisi dan pengikat serta
sebagai stabilisator (Winarno, 1997).
B. Kadar Protein Nugget Ayam
Protein merupakan salah satu kelompok bahan makronutrien.
Tidak seperti bahan makronutrien lain (Karbohidrat dan Lemak), protein
lebih berperan dalam pembentukan biomolekul dari pada sebagai sumber
energi. Meskipun demikian, bila organisme sedang kekurangan energi,
maka protein ini juga dapat digunakan sebagai sumber energi
(Winarno, 2004).
Berdasarkan analisis ragam, berbagai perlakuan formulasi nugget
ayam dengan jenis tepung yang berbeda ada pengaruh nyata (P<0,05).
Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5% diperoleh hasil bahwa kadar protein nugget ayam tiap perlakuan
memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil pengamatan analisis
kadar protein dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Rerata Kadar Protein Nugget Ayam
Perlakuan Rerata hasil (%)
T1 12.65 ± 0,30a
T2 13.41 ± 0,32b
T3 13.38 ± 0,51b
T4 14.17 ± 0,20c
Keterangan: Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Tabel 10 tersebut menunjukkan bahwa rerata kadar protein nugget
ayam kisaran antara 12.65-14.17%, hal ini menunjukan bahwa rerata
kadar protein nugget ayam memenuhi kriteria syarat mutu nugget ayam
30
menurut SNI. 01-6638-2002 yang menyatakan bahwa kadar protein
nugget ayam minimal 12%. Ini bararti pemakaian tepung terigu, tapioka,
maizena, dan mocaf 10% dalam adonan masih menghasilkan produk
dengan kualitas yang sudah memenuhi standart mutu SNI. Adapun grafik
rerata kadar protein nugget ayam dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Grafik Kadar Protein Nugget Ayam
Gambar 4 kadar protein nugget ayam hasil penelitian paling tinggi
adalah 14.17% diperoleh dari perlakuan T4, sedangkan yang paling
rendah adalah 12.65% yang diperoleh dari perlakuan T1. Kadar protein
paling tinggi adalah nugget ayam dengan menggunakan tepung mocaf itu
karena karakteristik tepung mocaf berbeda dengan tepung yang lain.
Kandungan protein pada tepung terjadi proses gelatinisasi yang sempurna.
Proses gelatinisasi yang sempurna melibatkan pengikatan air oleh
jaringan yang dibentuk rantai molekul protein (Komariah et al, 2005)
a
b b
c
11.5
12
12.5
13
13.5
14
14.5
T1 T2 T3 T4
Kad
ar
Pro
tein
(%
)
Perlakuan
31
C. Kadar Lemak Nugget Ayam
Lemak dan minyak terdapat pada hampir semua jenis bahan
pangan dengan kandungan yang berbeda. Kandungan lemak dalam
bahan pangan adalah lemak kasar dan merupakan kandungan total lipida
dalam jumlah yang sebenarnya (Winarno, 2002).
Berdasarkan analisis ragam, berbagai perlakuan formulasi nugget
ayam dengan jenis tepung yang berbeda ada pengaruh nyata (P<0,05).
Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5% diperoleh hasil bahwa kadar lemak nugget ayam tiap perlakuan
memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil pengamatan analisis
kadar abu dapat dilihat pada Tabel 11
Tabel 11. Rerata Kadar Lemak Nugget Ayam
Perlakuan Rerata hasil (%)
T1 6.94 ± 0,11c
T2 5.73 ± 0,22b
T3 6.94 ± 0,05c
T4 4.90 ± 0,12a
Keterangan: Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa rerata kadar lemak nugget
ayam kisaran antara 4.90-6.94%. Hal ini berarti kadar lemak nugget ayam
sudah memenuhi kriteria syarat mutu nugget ayam menurut SNI 01-6638-
2002 yang menyatakan bahwa kadar lemak nugget ayam maksimal 20%.
Ini bararti pemakaian tepung tapioka, terigu, maizena, dan mocaf 10%
dalam adonan masih menghasilkan produk dengan kualitas yang sudah
memenuhi standart mutu SNI.
32
Gambar 5. Grafik Kadar Lemak Nugget Ayam
Berdasarkan Gambar 5 kadar lemak nugget ayam hasil penelitian
paling tinggi adalah 6,94% diperoleh dari perlakuan T1 dan T3, sedangkan
yang paling rendah adalah 4.90% yang diperoleh dari perlakuan T4. Pada
perlakuan T1 dan T3 tidak berbeda nyata (P>0,05) terhadap jenis tepung
yang digunakan. T1 menggunakan tepung terigu dan T3 menggunkan
tepung maizena kedua perlakuan tersebut memiliki kadar lemak paling
tinggi hal itu disebabkan karena komposisi tepung terigu dan maizena
memiliki kadar lemak yang tinggi dibanding dengan tepung yang lain.
D. Kadar Abu Nugget Ayam
Kadar abu merupakan campuran dari komponen anorganik atau
mineral seperti kalsium, kalium, fosfor, natrium, magnesium, tembaga
dan besi yang terdapat pada suatu bahan pangan (Winarno, 2004). Bahan
pangan terdiri dari 96% bahan organik dan air, sedangkan 4% merupakan
unsur-unsur mineral yng merupakan salah satu zat gizi esensial
dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah kecil (Winarno, 2004).
Berdasarkan analisis ragam, berbagai perlakuan formulasi nugget
a
c
a
b
0
1
2
3
4
5
6
7
8
T1 T2 T3 T4
Ka
da
r L
ema
k (
%)
Perlakuan
33
ayam dengan jenis tepung yang berbeda ada pengaruh nyata (P<0,05).
Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5% diperoleh hasil bahwa kadar abu nugget ayam tiap perlakuan
memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil pengamatan analisis
kadar abu dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rerata Kadar Abu Nugget Ayam.
Perlakuan Rerata hasil (%)
T1 0,71 ± 0,01b
T2 0,81 ± 0,02c
T3 0,62 ± 0,01a
T4 0,89 ± 0,02d
Keterangan: Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Tabel 12 menunjukkan bahwa rerata kadar abu nugget ayam
berkisar antara 0.62-0,89%. Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan
Multiple Range Test) pada taraf 5% diperoleh hasil bahwa kadar abu
nugget ayam tiap perlakuan memiliki perbedaan yang nyata (P<0,05).
Pada perlakuan T3 memiliki kadar abu terendah yaitu 0.62% sedangkan
kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan T4 yaitu 0.89%.
Gambar 6. Grafik Kadar Abu Nugget Ayam
b c
a
d
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1
T1 T2 T3 T4
Ka
da
r A
bu
(%
)
Perlakuan
34
Pada Gambar 6 perlakuan T3 memiliki kadar abu terendah yaitu
0.62% sedangkan kadar abu tertinggi diperoleh pada perlakuan T4 yaitu
0.89%. Itu dikarenakan setiap tepung memiliki komposisi dan
karakteristik yang berbeda. kandungan kadar abu pada tepung mocaf
paling tinggi dibanding dengan tepung lainnya, itu menyebabkan
perlakuan T4 dengan menggunakan tepung mocaf memiliki kadar abu
paling tinggi. Meningkatnya kadar abu dalam nugget diduga kadar air
dalam setiap tepung mengalami banyak penguapan yang mengakibatkan
kadar abu meningkat, sehingga jika kadar air turun maka kadar abu akan
meningkat (Winarno, 2004).
E. Kekenyalan
Kekenyalan merupakan sifat yang sangat penting, baik dalam
mkanan segar maupun hasil olahan, dan kekenyalan kemampuan
makanan terbentuk semula setelah diberi tekanan (Soeparno, 1998).
Berdasarkan analisis ragam berbagai perlakuan formulasi dengan
jenis tepung yang berbeda tidak ada pengaruh nyata (P>0,05). Hasil
pengamatan analisis kekenyalan nugget ayam dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Kekenyalan Nugget Ayam
Perlakuan Kekenyalan (mm)
T1 51,60 ± 10,31a
T2 57,80 ± 28,73a
T3 60,80 ± 7,73a
T4 65,40 ± 2,88a
Keterangan: Notasi / superskrip huruf kecil yang sama pada kolom yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05).
Tabel 13 menunjukkan tidak ada pengaruh nyata (P>0,05) nugget
ayam pada perlakuan T1, T2, T3, T4 terhadap kekenyalan. Karena hasil
35
tidak berbeda nyata (P>0,05) maka tidak dilakukan uji lanjut. Pada
perlakuan T4 diperoleh tingkat kekenyalan tertinggi dengan nilai 65,40
mm, sedangkan pada perlakuan T1 diperoleh tingkat kekenyalan terendah
dengan nilai 51,60 mm. Turunya tingkat kekenyalan pada perlakuan T1
yang menggunakan tepung terigu dipengaruhi oleh kandungan protein
gilingan daging ayam. Grafik pada nugget ayam terhadap kekenyalan
dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Grafik Nugget Ayam Terhadap Kekenyalan
Kadar air pada setiap tepung hampir sama jadi kekenyalan nugget
ayam tidak terpengaruh. (Lawrie ,1995) menyatakan bahwa pemanasan
dengan suhu yang tinggi akan menyebabkan kerusakan struktur protein
(denaturasi) dan menurunkan daya ikat air. Kekenyalan produk pangan
dipengaruhi oleh kemampuan untuk mengikat air. Semakin tinggi daya
ikat air suatu bahan maka semakin kenyal produk yang dihasilkan,
begitupun sebaliknya (Prinyawiwatkul et al., 1997). (Komariah et al.,
2005) menambahkan bahwa rendahnya daya ikat air menyebabkan air
banyak keluar selama proses pemasakan sehingga gel yang terbentuk
a a a
a
0
10
20
30
40
50
60
70
T1 T2 T3 T4
Kek
eny
ala
n (
mm
)
Perlakuan
36
kurang kuat dan nugget yang dihasilkan kurang kenyal atau cenderung
lembek.
F. Uji Organoleptik Nugget Ayam
1. Organoleptik Warna
Melakukan uji oeganoleptik warna membutuhkan indra
penglihatan, dengan penglihatan yang tajam maka tiap produk yang
diuji pasti memiliki perbedaan. Warna memegangperanan penting
dalam penerimaan makanan, walaupuntidak ada hubungannya dengan
nilai gizi atau nilai fungsional lainya. Namun warna dapat memberi
petunjuk mengenai perubahan kimia dalam makanan, warna juga
merupakan salah satu parameter yang digunakan konsumen dalam
memilih produk (deMan, 1997).
Berdasarkan analisis ragam berbagai perlakuan perbedaan
tepung adanya pengaruh nyata (P<0,05) terhadap warna nugget ayam.
Setelah dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada
taraf 5% diperoleh hasil bahwa nugget ayam tiap perlakuan tidak
berbeda nyata. Hasil pengamatan uji organoleptik warna dapat dilihat
pada Tabel 14
Tabel 14. Uji Organoleptik Warna Nugget Ayam
Perlakuan Warna Keterangan
T1 2,65±1,5a
Agak Suka
T2 3,00±1,1a
Agak Suka
T3 2,75±1,1a
Agak Suka
T4 4,10±1,3b
Suka
Keterangan : Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang
sama menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
37
Berdasarkan hasil pengujian hedonik warna menunjukkan
bahwa perbedaan tepung memberikan pengaruh berbeda nyata
(P<0,05) terhadap warna nugget ayam. Perlakuan T4 berbeda nyata
(P<0,05) terhadap perlakuan T1, T2, dan T3. Warna nugget ayam
dengan perbedaan tepung yang dihasilkan dengan perbedaan jenis
tepung yang dihasilkan berkisar antara 2,65-4,10. Dimana skor
kesukaan warna tertinggi yaitu pada perlakuan T4 (Tepung mocaf)
yaitu 4,10 dengan kriteria suka, dan skor terendah pada perlakuan T1
(Tepung terigu) yaitu 2,65 dengan kriteria agak suka. Adapun grafik
rerata skor kesukaan warna nugget ayam terhadap berbagai jenis
tepung dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Grafik Uji Organoleptik Warna Nugget Ayam
Hasil tertinggi yaitu pada perlakuan T4 dengan penambahan
tepung mocaf, sifat tepung mocaf mempengaruhi hasil warna nugget
ayam karena selama proses pemasakan akan terjadi pula
penghilangan komponen penimbul warna, seperti pigmen (pada
umbi kuning), dan protein yang akan menyebabkan warna coklat
a a
a
b
0
1
2
3
4
5
T1 T2 T3 T4
Wa
rna
Nu
gg
et A
ya
m
(Sk
or)
Perlakuan
38
ketika pemanasan, sehingga warna tepung yang dihasilkan akan
lebih putih (Subagio, 2006). Gilingan daging ayam juga
mempengaruhi warna nugget. (Cross ,1988) menyatakan bahwa
warna daging ayam disebabkan oleh provitamin A yang terdapat
pada lemak daging dan pigmen oksimioglobin. Provitamin A (beta
karoten) merupakan vitamin yang larut dalam lemak dan memberi
zat warna kuning pada suatu bahan. Adanya beta karoten dalam
daging dan telur ayam, berfungsi sebagai antioksidan untuk
mencegah peroksidasi asam lemak dalam daging. Pigmen
oksimioglobin pada daging ayam terbentuk akibat adanya oksigenasi
mioglobin setelah daging terpapar udara. Dan komposisi yang
terkandung pada setiap tepung berbeda menyebabkan pengaruh
warna pada nugget ayam.
2. Aroma Nugget Ayam
Aroma merupakan sesuatu yang dirasakan oleh hidung. Pada
umumnya aroma yang diterima oleh hidung dan otak lebih banyak
merupakan berbagai ramuan atau campuran empat bau utama yaitu
harum, asam, tengik, dan hangus (Zuhra, 2006).
Menurut (Winarno, 2004), pengujian terhadap aroma di industry
pangan merupakan hal yang dianggap penting karena dengan cepat
dapat memberikan hasil penilaian terhadap produk tentang diterima
atau tidaknya produk tersebut oleh konsumen.Selain itu juga aroma
dipakai sebagai indikator terjadinya kerusakan produk. Dilakukan uji
39
aroma dengan cara pengumpulan data hasil pengujian sensoris, yaitu
melalui pengamatan visual langsung metode hedonik.
Soekarto (1990), menyatakan bahwa aroma/bau merupakan salah
satu parameter yang menentukan rasa enak suatu makanan. Dalam
banyak hal, aroma/bau memiliki daya tarik tersendiri untuk
menentukan rasa enak dari produk makanan itu sendiri. Dalam industri
pangan, uji terhadap aroma dianggap penting karena cepat dapat
memberikan penilaian terhadap hasil produksinya, apakah produksinya
disukai atau tidak disukai oleh konsumen.
Hasil pengukuran organoleptik aroma nugget ayam dilakukan
untuk mengetahui pengaruh berbagai macam jenis tepung sebagai
bahan pengisi dengan berdasarkan penilaian panelis. Berdasarkan hasil
analisis ragam menyatakan adanya pengaruh nyata (P<0,05) terhadap
skor kesukaan (hedonik) aroma nugget ayam, dan setelah dilakukan uji
lanjut dengan Duncan Multiple Range (DMRT) pada taraf 5% diperoleh
hasil berbeda nyata. Yang dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Uji Orgonoleptik Terhadap Aroma Nugget Ayam
Perlakuan Aroma Keterangan
T1 2,15±1,2a
Tidak Suka
T2 2,55±1,2ab
Agak Suka
T3 3,35±1,2bc
Agak Suka
T4 4,00±1,3c
Suka
Keterangan : Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Tabel 15 perlakuan T4 (4,00) berbeda nyata (P<0,05) dengan
perlakuan T1, T2, dan T3. Hal ini dipengaruhi oleh adanya lemak pada
daging ayam dan kandungan lemak pada setiap tepung. Murtidjo (2003)
40
menyatakan bahwa pada hakikatnya, rasa dan aroma daging ayam
sangat erat hubungannya dengan lemak. Adapun grafik rerata uji
kesukaan (hedonik) aroma pada berbagai jenis tepung dapat dilihat pada
Gambar 9.
Gambar 9. Grafik rerata uji organoleptik aroma nugget ayam
Gambar 9 menunjukkan bahwa perlakuan T4 yaitu penambahan
tepung mocaf lebih disukai dibandingkan perlakuan penambahan tepung
terigu, maizena, dan tapioka. Hal ini disebabkan karena tepung mocaf
terdiri dari granula-granula pati yang tidak berbau. Untuk perlakuan
dengan penambahan tepung terigu dan maizena aromanya relatif sama
dikarenakan kedua tepung tersebut memiliki kandungan protein yang
cukup tinggi jadi sedikit berpenfaruh terhadap aroma nugget. Sedangkan
untuk perlakuan dengan penambahan tepung tapioka aroma yang
dihasilkan tidak disukai olah panelis hal ini dikarenakan tepung tapioka
mempunyai aroma yang khas jadi aroma tersebut berpengaruh terhadap
aroma nugget ayam.
a ab
bc
c
0
1
2
3
4
5
T1 T2 T3 T4
Aro
ma
(S
ko
r)
Perlakuan
41
Aroma akan timbul dan terasa lebih kuat sewaktu dilakukannya
proses pemasakan seperti dipanggang, direbus ataupun digoreng.
Pendapat ini didukung oleh Winarno (2004) menyataan bahwa
komponen yang memberikan aroma adalah asam-asam organik berupa
ester dan volatil. Secara kimiawi sulit dijelaskan mengapa senyawa
senyawa menyebabkan aroma yang berbeda, karena senyawa-senyawa
yang mempunyai struktur kimia dan gugus fungsional yang hampir
sama (stereoisomer) kadang-kadang mempunyai aroma yang sangat
berbeda, misalnya methanol, isometanol, dan neometanol.
Perbedaan jenis tepung menyebabkan perbedaan aroma, karena
aroma disebabkan oleh adanya komponen volatil yang terbentuk pada
proses pemanasan dari bahan utama dan bumbu-bumbu. Dalam hal ini
karena untuk keempat perlakuan menggunakan bahan utama, bumbu,
dan proses pengolahan yang sama.
3. Tekstur Nugget Ayam
Analisa organoleptik tekstur merupakan analisa secara sensori
menggunakan indra peraba dengan penilaian halus atau kasar, keras
atau empuk, dan parameter lainnya yang sedang diajukan (Winarno,
2004).
Berdasarkan analisis ragam berbagai perlakuan menunjukkan
adanya pengaruh nyata (P<0,05) terhadap tekstur nugget ayam. Setelah
dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada taraf
5% diperoleh hasil bahwa tekstur nugget ayam tiap perlakuan memiliki
42
perbedaan yang nyata. Hasil uji organoleptik tekstur dapat dilihat pada
Tabel 16.
Tabel 16. Uji Orgonoleptik Terhadap Tekstur Nugget Ayam
Perlakuan Tekstur Keterangan
T1 2.15±1,23a
Agak Suka
T2 3.35±1,23bc
Agak Suka
T3 2.55±1,23ab
Agak Suka
T4 4.00±1,34c
Suka
Keterangan : Notasi / superskrip huruf kecil yang berbeda pada kolom yang sama
menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05).
Perlakuan perbedaan tepung memberikan pengaruh nyata
terhadap tekstur nugget ayam. Semua perlakuan berbeda nyata dan
semua perlakuan dengan hasil tertinggi T4 yaitu 4.00 sedangkang yang
terendah T1 yaitu 2.15. Hal ini dikarenakan tepung mocaf pada nugget
dapat menurunkan kadar keempukan dari suatu bahan makan. Grafik
nugget ayam terhadap tekstur dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik nugget ayam terhadap tekstur
Berdasarkan hasil analisi organoleptik tekstur pada nugget ayam
dengan penambahan tepung yang berbeda pada perlakuan T1, T2, T3
masuk dalam kriteria agak suka, lalu pada perlakuan T4 masuk dalam
kriteria suka. Tekstur nugget juga dipengaruhi oleh pemasakan
termasuk penggorengan. Pada perinsipnya pemasakan dapat
a
bc
ab
c
0
1
2
3
4
5
T1 T2 T3 T4
Tek
stu
r (S
kor)
Perlakuan
43
meningkatkan atau menurunkan keempukan bahan. Perubahan-
perubahan yang terjadi selama penggorengan yaitu terjadinya
penguapan air, kenaikan suhu menyebabkan terjadinya perbahan tekstur
nugget yang digoreng. Perbedaan komposisi tepung juga akan