Date post: | 02-Jun-2018 |
Category: | Documents |
View: | 244 times |
Download: | 2 times |
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
1/35
4-1
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
Kerja praktek pada PT. Natarang Mining dilakukan pada site Talang
Santo pada bulan September dan Oktober 2014. Laporan kerja praktek ini
membahas tentang kegiatan survey tambang bawah tanah dan geoteknik
tambang bawah tanah. Kegiatan geoteknik meliputi klasifikasi massa batuan
berdasarkan metode RMR dan Q system, pemetaan kekar dengan metode
scanline , pengolahan data geoteknik dan monitoring tambang bawah tanah.
Sedangkan kegiatan survey tambang bawah tanah meliputi pengukuran
kemajuan tambang, drill and blast survey, land subsidence surveying dan
perhitungan volume broken ore tertambang dan waste terbongkar dengan
software Surpac 6.2.
4.1. Geoteknik Tambang B awah Tanah
Geoteknik adalah salah satu dari banyak alat dalam perencanaan atau
design tambang. Data geoteknik harus digunakan secara benar dengan
kewaspadaan dan dengan asumsi-asumsi serta batasan-batasan yang ada untuk
dapat mencapai hasil seperti yang diinginkan.
4.1.1. Peralatan Geoteknik
Adapun peralatan yang dibawa oleh tim geoteknik dalam pengambilan
data di lapangan yaitu kompas geologi, palu geologi, laser distance meter ,
meteran, Schmidth Hammer dan geotechnical mapping form . Fungsi dari
peralatan tersebut akan dijelaskan dibawah ini dan gambar merupakan hasil
dokumentasi di lapangan.
1. Kompas Geologi, berfungsi untuk mengukur dip dan dip direction pada suatu
struktur batuan seperti perlapisan dan kekar serta arah heading. Kompas
yang dipakai oleh tim geoteknik PT. Natarang Mining yaitu Brunton 5008.
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
2/35
4-2
Gambar 4.1Kompas Geologi Brunton 5008
2. Palu Geologi, digunakan sebagai alat untuk memeriksa kekerasan batuandan untuk memeriksa jenis dari batuan tersebut. Palu yang digunakan oleh
tim geoteknik yaitu type pick point yang memiliki ujung runcing, biasa
digunakan untuk tipe batuan keras atau padat (masif) seperti batuan beku
dan batuan metamorf.
Gambar 4.2
Palu Geologi
3. Laser Distance Meter , merupakan alat ukur digital yang digunakan untuk
mengukur jarak suatu titik ke objek lain. Penggunaan laser distance meter
bertujuan untuk mempermudah tim geoteknik dalam pengukuran jarak dari
wall station menuju heading.
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
3/35
4-3
Gambar. 4.3
Leica Disto A5
4. Meteran, digunakan sebagai alat untuk mengukur struktur batuan dan lebar
lubang bukaan stope. Meteran juga digunakan dalam pengukuran jarak
antara kedua permukaan bidang kekar dan material pengisinya.
Gambar 4.4
Meteran
5. Schmidt Hammer , perangkat untuk mengukur kuat tekan kekuatan batuan di
lapangan terutama permukaan kekerasan dan ketahanan penetrasi. Metode
pengujian dengan Schmidt Hammer dilakukan dengan memberikan beban
intact (tumbukan) pada permukaan beton dengan menggunakan suatu
massa yang diaktifkan dengan menggunakan energi yang besarnya tertentu.
Jarak pantulan yang timbul dari massa tersebut pada saat terjadi tumbukan
dengan permukaan beton benda uji dapat memberikan indikasi kekerasan
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
4/35
4-4
batuan. Karena kesederhanaannya, pengujian dengan menggunakan alat ini
sangat cepat, sehingga dapat mencakup area pengujian yang luas dalam
waktu yang singkat.
Gambar 4.5Schmidt Hammer
6. Geotechnical mapping form , digunakan untuk mencatat hasil dari klasifikasi
massa batuan. Dalam form ini terdapat beberapa parameter klasifikasi
massa batuan seperti Q system yang meliputi Rock Quality Designation,Joint number, Joint roughness, Joint alteration, Joint water reduction factor
dan Stress Reduction Factor . Pada metode RMR tedapat parameter IRS
(Intact Rock Strength), Rock Quality Designation, Joint Spacing, Joint
Persistence, Joint Aperture, Joint Roughness, Infilling Material, Joint
Weathering,Ground Water dan Joint Orientation. Dalam form ini, disertakan
juga gambar heading yang bertujuan untuk mempermudah tim geoteknik
dalam membuat sketsa orientasi kekar yang paling dominan.
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
5/35
4-5
Gambar 4.6Geotechnical Form Mapping
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
6/35
4-6
4.1.2. Pengambilan Data
Dalam pengamatan ini digunakan metode scanline sampling untuk
pengambilan data. Metode ini dapat digunakan untuk mengetahui orientasi
bidang diskontinuitas pada permukaan yang dianggap mewakili orientasi bidangdiskontinuitas batuan secara keseluruhan sekaligus klasifikasi massa batuan
pada lokasi pengamatan.
Secara sistematik, teknik pengambilan data dalam pegamatan ini meliputi :
Pengukuran jarak, dip dan dip direction bidang diskontinuitas
Penentuan Joint Condition .
Penentuan tingkat kekasaran dari bidang diskontinuitas
Penentuan material pengisi bidang diskontinuitas
Penentuan tipe joint , panjang joint dan kondisi umum kelembaban air pada
terowongan.
Pengambilan data struktur bidang lemah dilakukan di lokasi L3-2W- SPV-
W dengan panjang bentangan yaitu 6.3m, struktur bidang kekar yang diukur
berupa dip dan dip direction (lihat gambar 4.8 dan 4.9). Dip adalah derajat yang
dibentuk antara bidang planar dan bidang horizontal yang arahnya tegak lurus
dari garis strike. Bidang planar ialah bidang yang relatif lurus, contohnya ialah
bidang perlapisan, bidang kekar, bidang sesar, dll. Dip direction adalah arah
tegak lurus jurus yang sesuai dengan arah miringnya bidang yang bersangkutan
dan diukur dari arah utara.
Gambar 4.7Definisi Strike, Dip dan Dip Direction
(Support of Underground Excavations in Hard Rock, E. Hoek, P.K. Kaiserand W.F. Bawden, 2000)
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
7/35
4-7
Gambar 4.8
Sketsa Pengukuran Bidang Diskontinuiti dengan Metode Scanline (Kramadibrata, 1996)
Dari 2 lokasi pengamatan dan pengukuran, didapatkan data sebagai berikut:
Kode lokasi : L3-2W- SPV-W
Arah garis pengukuran : N150 oE
Panjang scanline : 6 meter
Pada lokasi L3-2W- SPV-W ditemukan joint dengan jumlah 36 dengan jarak
rentangan 6.5 meter.
Kode lokasi : L3 SPV-2W-W50
Arah garis pengukuran : N50 oE
Panjang scanline : 2 meter
Pada lokasi L3-2W- SPV-W ditemukan joint dengan jumlah 13 dengan jarak
rentangan 2 meter.
Diskontinuitas yang berupa rekahan dan beberapa dengan material pengisi
(gouge) yang melewati garis pengamatan yang akan diambil datanya, dan
setelah melakukan pengumpulan data diskontinuitas dengan metode scanlinesampling , maka langkah selanjutnya adalah melihat penyebaran orientasi bidang
diskontinuitas pada bidang stereonet. Tujuan pengeplotan orientasi bidang
diskontinuitas pada stereonet adalah untuk mendapatkan arah umum dari
orientasinya dengan menggunakan bantuan perangkat lunak Stereonet dan Dips.
Data hasil dari scanline berupa orientasi kekar dapat dilihat pada subbab 4.1.3.
Dalam menggunakan klasifikasi massa batuan, sangat disarankan untuk
menggunakan lebih satu metode klasifikasi, agar dapat digunakan sebagai
pembanding atas hasil yang diperoleh dari tiap metode. Sistem klasifikasi yang
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
8/35
4-8
paling banyak digunakan di tambang bawah tanah adalah Rock Mass Rating
(RMR) system , dan Rock Tunneling Quality Index (Q system) .
1. Rock Mass Rating (RMR)
Metode Rock Mass Rating (RMR) dari Bieniawski (1989) merupakansistem klasifikasi massa batuan yang diaplikasikan baik pada perencanaan
tambang bawah tanah maupun perencanaan tambang terbuka serta
bangunan terowongan sipil. Ada enam parameter yang diperhitungkan dalam
sistem pengkelasan RMR, yaitu:
a. Kuat tekan batuan utuh (Strength of intact rock material/ IRS)
b. Rock Quality Designation (RQD).
c. Jarak antar spasi kekar (Spacing of discontinuities/ Js)
d. Kondisi kekar (Condition of discontinuities)
e. Kondisi air tanah (Groundwater conditions/ GW).
f. Orientasi kekar ( Joint orientation/ Jo)
Keenam faktor tersebut memiliki nilai yang dijumlahkan untuk
mendapatkan total nilai (Rating). Gambar 4.9 merupakan kegiatan
pengamatan kondisi batuan dan kondisi kekar dengan menggunakan
pembobotan massa batuan (RMR).
Gambar 4.9Kegiatan Klasifikasi Massa Batuan
Pada penggunaan sistem RMR, massa batuan dibagi ke dalam jenis
batuan yang memiliki kesamaan sifat berdasarkan 6 parameter di atas. Batas
dari jenis batuan tersebut biasanya disesuaikan dengan kenampakan
perubahan struktur geologi seperti patahan, perubahan kerapatan kekar, dan
perubahan jenis batuan.
8/10/2019 BAB IV (Autosaved) (Autosaved)Revisi
9/35
4-9
Adapun data hasil pengamatan parameter RMR di lapangan, yaitu:
a. Parameter kekuatan batuan
Pengamatan pada lokasi L3 SPV-2W-W50 dan L3-2W- SPV-W didapat
jenis batuan Vein Breccia Weak Clay , dengan uji Point Load Strength Index pada laboratorium sebesar 1.23 Mpa.
b. Rock Quality Designation (RQD).
RQD pada lokasi L3-2W- SPV-W adalah % = 55%
RQD pada lokasi L3 SPV-2W-W50 adalah
% = 15 %
c. Jarak antar spasi kekar (Joint Spac