193 BAB IV ANALISIS KETAHANAN WILAYAH SERTA ANALISIS RUANG KELAUTAN DAN PESISIR KABUPATEN NATUNA Bab ini menguraikan mengenai analisis Kuantitatif Kinerja Ketahanan Wilayah Kabupaten Natuna serta analisis zonasi guna penentuan zonasi masing-masing pemanfaatan kawasan laut dan pesisir sehingga menghasilkan zona kawasan lindung dan budidaya. 4.1. Analisis Ketahanan Wilayah Ketahanan wilayah yang dimaksud, sesuai dengan definisi yang diturunkan dari konsep Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik suatu wilayah yang meliputi segenap aspek kehidupan yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan dalam menghadapi ancaman, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas, integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai tujuan pembangunan. Dalam studi ini ketahanan wilayah dimaksudkan untuk melihat sejauh mana kemampuan/ketangguhan wilayah dalam menghadapi ancaman, hambatan sebagai tolak ukur pengembangan wilayah laut dan pesisir dalam upaya pengembangan wilayah perbatasan. Adapun metode yang digunakan untuk menghitung indek ketahanan wilayah dalam studi ini adalah metode analisis dengan criteria majemuk. Proses dalam perhitungan indeks ketahanan wilayah dalam studi ini dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini: 1. Tahap Penentuan Criteria/Parameter/Indicator Gatra Dalam studi ini dasar penentuan kriteria/parameter/indikator dilihat dari Tolak Ukur Ketahanan Nasional, Lemhanas, Tahun 2002. Kriteria/parameter/indikator tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan studi. 2. Tahap Penentuan Bobot Kriteria/ Parameter/ Indikator Gatra Pembobotan dilakukan untuk menghasilkan nilai kriteria/parameter/indicator karena setiap kriteria/parameter/indicator gatra memberikan kontribusi yang berbeda terhadap ketahanan wilayah. Dengan demikian bobot dapat diinterpretasikan sebagai persentase kontribusi setiap faktor terhadap ketahanan wilayah. Dalam hal ini bobot ditentukan berdasarkan penilaian subyektif para ahli
70
Embed
BAB IV ANALISIS KETAHANAN WILAYAH SERTA ANALISIS …repository.unpas.ac.id/32136/2/BAB IV ANALISIS.pdf · pembangunan. Dalam studi ini ketahanan wilayah dimaksudkan untuk ... yakni
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
193
BAB IV
ANALISIS KETAHANAN WILAYAH SERTA ANALISIS RUANG KELAUTAN
DAN PESISIR KABUPATEN NATUNA
Bab ini menguraikan mengenai analisis Kuantitatif Kinerja Ketahanan Wilayah
Kabupaten Natuna serta analisis zonasi guna penentuan zonasi masing-masing
pemanfaatan kawasan laut dan pesisir sehingga menghasilkan zona kawasan lindung dan
budidaya.
4.1. Analisis Ketahanan Wilayah
Ketahanan wilayah yang dimaksud, sesuai dengan definisi yang diturunkan dari
konsep Ketahanan Nasional adalah kondisi dinamik suatu wilayah yang meliputi segenap
aspek kehidupan yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung
kemampuan mengembangkan kekuatan dalam menghadapi ancaman, hambatan dan
gangguan baik yang datang dari dalam maupun dari luar, untuk menjamin identitas,
integritas, kelangsungan hidup bangsa dan Negara serta perjuangan mencapai tujuan
pembangunan.
Dalam studi ini ketahanan wilayah dimaksudkan untuk melihat sejauh mana
kemampuan/ketangguhan wilayah dalam menghadapi ancaman, hambatan sebagai tolak
ukur pengembangan wilayah laut dan pesisir dalam upaya pengembangan wilayah
perbatasan. Adapun metode yang digunakan untuk menghitung indek ketahanan wilayah
dalam studi ini adalah metode analisis dengan criteria majemuk. Proses dalam perhitungan
indeks ketahanan wilayah dalam studi ini dapat dilihat pada pembahasan dibawah ini:
1. Tahap Penentuan Criteria/Parameter/Indicator Gatra
Dalam studi ini dasar penentuan kriteria/parameter/indikator dilihat dari Tolak
Ukur Ketahanan Nasional, Lemhanas, Tahun 2002. Kriteria/parameter/indikator
tersebut dapat dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan studi.
2. Tahap Penentuan Bobot Kriteria/ Parameter/ Indikator Gatra
Pembobotan dilakukan untuk menghasilkan nilai kriteria/parameter/indicator
karena setiap kriteria/parameter/indicator gatra memberikan kontribusi yang
berbeda terhadap ketahanan wilayah. Dengan demikian bobot dapat
diinterpretasikan sebagai persentase kontribusi setiap faktor terhadap ketahanan
wilayah. Dalam hal ini bobot ditentukan berdasarkan penilaian subyektif para ahli
194
(expert) dalam bidangnya, perhitungan bobot ini dilakukan dengan proses hierarki
analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP), yang mana analisis ini diperoleh
melalui kuesioner dari ahli tersebut.
3. Tahap Penentuan Indek Ketahanan Indikator
Indeks Ketahanan Indikator (IKI) merupakan ukuran kuantitatif indikator yang
menggambarkan dukungan kinerja indikator tersebut terhadap terwujudnya
ketahanan sektor diwilayah kajian. Rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:
Dimana: NIK = Nilai Indikator pada wilayah yang bersangkutan
NTR = Nilai terendah
NTT= Nilai tertinggi
4. Tahap Penentuan Indek Ketahanan Sektor
Indeks Ketahanan Sektor (IKS) merupakan agregasi indeks ketahanan indikator
atau merupakan rata-rata berbobot dari indeks ketahana indikator masing-masing.
Rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:
Dimana: IKS= Indeks Ketahanan Sekto i
Bi = Bobot untuk masing-masing indikator
IKI= Indeks Ketahanan Indikator i
5. Tahap Penentuan Indek Ketahanan Gatra
Indeks Ketahanan Gatra (IKG) merupakan agregasi indeks ketahanan sektor atau
merupakan rata-rata berbobot dari indeks ketahana sektor masing-masing.
Rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:
Dimana: IKG= Indeks Ketahanan Gatra i
Bsi = Bobot Sektor i
IKS= Indeks Ketahanan Sektor i
IKI (+) = Nik-NTR X100%
NTT-NTR
IKI (-) = NTT-Nik X100%
NTT-NTR
IKS= ∑ Bi IKIi
∑ Bi
IKG= ∑ Bsi IKSi
∑ Bsi
195
6. Tahap Penentuan Indek Ketahanan Total
Indeks Ketahanan Total merupakan ukuran kuantitatif ketahanan wilayah yang
menggambarkan tingkat atau kadar ketahanan wilayah sesuai dengan asgatra.
Rumusan matematisnya adalah sebagai berikut:
Dimana: IKT= Indeks Ketahanan Total
Bgi = Bobot Gatra i
IKG= Indeks Ketahanan Gatra
4.1.1. Analisis Indek Ketahanan Indikator (IKI)
Analisis indek ketahanan indikator yang dimaksud dalam studi ini, adalah
bertujuan untuk melihat dukungan setiap indikator terhadap ketahanan wilayah. Untuk
lebih jelasnya mengenai ketahanan indikator Kabupaten Natuna dapat dilihat pada
pembahasan dibawah ini.
A. Bidang Geografi
Bidang geografi dalam studi ini terdiri dari 3 sektor, yakni morfologi, posisi
geografis, dan infrastruktur. Adapun nilai indek ketahanan di Bidang Geografi Kabupaten
Natuna dapat dilihat pada Tabel IV.1.
Tabel IV.1. Nilai Indek Ketahanan Bidang Geografi
Indikator Bobot
skor
Nilai Indikator
(Nik)
∑ (Ni/N) X100
IKI (+)
∑ (Nik-
NTR/NTT-NTR)
X100
IKI ( -)
∑ (Nik-
NIK/NTT-NTR)
X100
% %
MORFOLOGI
Ruang Laut 1,52 2 200,00 100,00 0,00
Ruang Darat 0,62 2 80,92 0,00 100,00
POSISI GEOGRAFIS
Jarak ke ibu kota provinsi 1,20 2 163,27 79,72 20,27
Berbatasan dengan laut lepas 0,32 1 21,43 (0,00) 100,00
Berbatasan dengan provinsi lain 0,84 2 114,29 52,19 47,80
Perbatasan negara 1,47 2 199,32 99,98 0,00
INFRASTRUKTUR
Prasarana Transportasi Laut 1,33 2 167,30 (0,01) 100,01
Keberadaan perikanan bernilai ekonomis tinggi 3,14 3 299,52 100,00 (0,00)
PERTAMBANGAN
Eksplorasi dan eksploitasi 4,35 3 199,24 (0,00) 100,00
Pengendalian dampak lingkungan 6,55 3 299,77 100,00 (0,00)
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKI : Indek Ketahanan Indikator
Ket: IKI (+)= semakin tinggi nilai, maka semakin tinggi dukungan terhadap ketahanan wilayah
IKI (-) = semakin tinggi nilai, maka semakin rendah dukungan terhadap ketahanan wilayah
C. Bidang Demografi
Bidang Sumber Daya Alam dalam studi ini terdiri dari 2 sektor, yakni tenaga kerja
dan kependudukan. Adapun nilai indek ketahanan di Bidang Demografi Kabupaten Natuna
dapat dilihat pada Tabel IV.3.
Tabel IV.3. Nilai Indek Ketahanan Bidang Demografi
Indikator Bobot
skor
Nilai
Indikator
(Nik)
∑ (Ni/N)
X100
IKI (+)
∑ (Nik-
NTR/NTT-
NTR) X100
IKI ( -)
∑ (Nik-
NIK/NTT-
NTR) X100
% %
TENAGA KERJA
Laju pertumbuhan angkatan kerja 2,56 3 232,98 69,03 30,97
Pengangguran 1,38 2 83,59 (0,00) 100,00
Pemerataan Lapangan Pekerjaan 3,29 3 300,00 100,00 (0,00)
KEPENDUDUKAN
Kepadatan penduduk 0,67 2 144,57 54,05 45,95
Mata pencaharian 0,92 2 200,00 100,00 (0,00)
Laju pertumbuhan penduduk 0,79 2 171,74 76,58 23,42
Penyebaran Penduduk 0,43 2 92,39 10,81 89,19
Kontribusi Penduduk Pendatang 0,37 2 79,35 (0,00) 100,00
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKI : Indek Ketahanan Indikator
Ket: IKI (+)= semakin tinggi nilai, maka semakin tinggi dukungan terhadap ketahanan wilayah
IKI (-) = semakin tinggi nilai, maka semakin rendah dukungan terhadap ketahanan wilayah
197
D. Ideologi
Bidang ideologi dalam studi ini terdiri dari 2 sektor, yakni filosofi dan
pembudayaan Pancasila. Adapun nilai indek ketahanan di Bidang ideologi Kabupaten
Natuna dapat dilihat pada Tabel IV.4.
Tabel IV.4. Nilai Indek Ketahanan Bidang Ideologi
Indikator Bobot
skor
Nilai
Indikator
(Nik)
∑ (Ni/N)
X100
IKI (+)
∑ (Nik-
NTR/NTT-
NTR)
X100
IKI ( -)
∑ (Nik-
NIK/NTT-
NTR)
X100
% %
FILOSOFI
Pengetahuan 0,68 2 200,00 100,00 (0,00)
Pemahaman 0,83 2 163,86 (0,01) 100,01
PEMBUDAYAAN PANCASILA
Pengamalan Pancasila 1,07 2 70,76 0,00 100,00
Nilai dan Moral 3,01 3 300,00 100,00 (0,00)
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKI : Indek Ketahanan Indikator
Ket: IKI (+)= semakin tinggi nilai, maka semakin tinggi dukungan terhadap ketahanan wilayah
IKI (-) = semakin tinggi nilai, maka semakin rendah dukungan terhadap ketahanan wilayah
D. Ekonomi
Bidang ekonomi dalam studi ini terdiri dari 3 sektor, yakni pertanian, industry,
pendapatan daerah. Adapun nilai indek ketahanan di Bidang ekonomi Kabupaten Natuna
dapat dilihat pada Tabel IV.5.
Tabel IV.5. Nilai Indek Ketahanan Bidang Ekonomi
Indikator Bobot
skor
Nilai
Indikator
(Nik)
∑ (Ni/N)
X100
IKI (+)
∑ (Nik-
NTR/NTT-
NTR)
X100
IKI ( -)
∑ (Nik-
NIK/NTT-
NTR)
X100
% %
PERTANIAN
Luas Tanam 0,46 2 52,87 0,00 100,00
Luas Panen 1,53 2 175,29 49,71 50,29
Produksi 1,74 2 299,14 100,00 0,00
INDUSTRI
Usaha Industri Rumah tangga 1,56 2 76,45 (0,00) 100,00
Usaha Industri kecil 0,93 2 128,51 23,35 76,65
Usaha Industri sedang/Besar 2,42 3 299,38 100,00 (0,00)
PENDAPATAN
Pertumbuhan PDRB 3,68 3 299,70 100,00 (0,00)
Alokasi Anggaran 5,03 3 219,18 0,01 99,99
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKI : Indek Ketahanan Indikator
Ket: IKI (+)= semakin tinggi nilai, maka semakin tinggi dukungan terhadap ketahanan wilayah
IKI (-) = semakin tinggi nilai, maka semakin rendah dukungan terhadap ketahanan wilayah
198
E. Sarana dan Prasarana Sosial Budaya
Bidang social budaya dalam studi ini terdiri dari 3 sektor, yakni pendidikan,
kesehatan, kebudayaan. Adapun nilai indek ketahanan di Bidang social budaya Kabupaten
Natuna dapat dilihat pada Tabe lV. 6.
Tabel IV.6. Nilai Indek Ketahanan Bidang Sosial Budaya
Indikator Bobot
skor
Nilai
Indikator
(Nik)
∑ (Ni/N)
X100
IKI (+)
∑ (Nik-
NTR/NTT-
NTR)
X100
IKI ( -)
∑ (Nik-
NIK/NTT-
NTR)
X100
% %
PENDIDIKAN
Tenaga pendidik 1,95 3 262,84 (0,01) 100,01
Ketersediaan sarana dan prasarana
pendidikan 2,22 3 299,32 100,01 (0,01)
KESEHATAN
Angka kematian 0,62 2 65,26 0,00 100,00
Sarana kesehatan 1,90 2 200,00 100,00 (0,00)
Tenaga Medis 1,51 2 158,95 69,53 30,47
KEBUDAYAAN
Nilai-Nilai Budaya 0,87 2 159,63 0,01 99,99
Adat-istiadat 1,09 2 200,00 100,00 (0,00)
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKI : Indek Ketahanan Indikator
Ket: IKI (+)= semakin tinggi nilai, maka semakin tinggi dukungan terhadap ketahanan wilayah
IKI (-) = semakin tinggi nilai, maka semakin rendah dukungan terhadap ketahanan wilayah
F. Pertahanan dan Keamanan
Bidang social budaya dalam studi ini terdiri dari 3 sektor, yakni komponen
ketahanan Negara, hukum kelembagaan. Adapun nilai indek ketahanan di Bidang
pertahanan keamanan Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel IV.7.
Tabel IV.7. Nilai Indek Ketahanan Bidang Pertahanan dan Keamanan
Indikator Bobot
skor
Nilai
Indikator
(Nik)
∑ (Ni/N)
X100
IKI (+)
∑ (Nik-
NTR/NTT-
NTR)
X100
IKI ( -)
∑ (Nik-
NIK/NTT-
NTR)
X100
% %
KOMPONEN KETAHANAN NEGARA
Patroli 7,76 3 300,00 100,00 0,00
Penempatan Pos TNI 3,45 3 133,18 0,00 100,00
HUKUM DAN KELEMBAGAAN
Penegakkan Hukum 4,26 3 129,99 (0,00) 100,00
Pemberian Kewenangan 9,82 3 299,85 100,00 0,00
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKI : Indek Ketahanan Indikator
Ket: IKI (+)= semakin tinggi nilai, maka semakin tinggi dukungan terhadap ketahanan wilayah
IKI (-) = semakin tinggi nilai, maka semakin rendah dukungan terhadap ketahanan wilayah
199
4.1.2. Analisis Indek Ketahanan Sektor
Analisis indek ketahanan sektor yang di maksud dalam studi ini, adalah bertujuan
untuk memperoleh ukuran kuantitatif kondisi ketahanan suatu wilayah meliputi segenap
aspek yang terintegrasi, dimana ukuran ketahanan wilayah akan mempengaruhi
kelangsungan perkembangan suatu wilayah. Untuk lebih jelasnya mengenai ketahanan
sektor Kabupaten Natuna dapat dilihat pada Tabel IV.8.
Tabel IV.8. Nilai Indek Ketahanan Sektor Kabupaten Natuana
Sektor Bobot IKI
(%)
IKS (%)
(∑Bi x IKI/ ∑ Bi) Ketrangan
Morfologi 0,021 50,11 50,00 Kurang Tangguh Posisi geografis 0,038 59,36 57,97 Kurang Tangguh Infrastruktur 0,056 30,77 30,76 Kurang Tangguh Flora dan Fauna 0,035 50,00 50,00 Kurang Tangguh Sumberdaya perikanan 0,066 62,72 62,72 Tangguh
Pertambangan dan Energi 0,109 50,00 50,00 Kurang Tangguh
Tenaga Kerja 0,060 56,45 56,34 Kurang Tangguh Kependudukan 0,032 47,02 48,29 Kurang Tangguh Filosofi 0,015 50,00 49,99 Kurang Tangguh Pembudayaan Pancasila 0,041 50,00 50,00 Kurang Tangguh Pertanian 0,037 62,24 49,90 Kurang Tangguh
Industri 0,049 53,06 41,12 Kurang Tangguh Pendapatan Daerah 0,087 50,00 50,00 Kurang Tangguh Pendidikan 0,042 49,99 50,00 Kurang Tangguh Kesehatan 0,040 58,99 56,51 Kurang Tangguh
Kebudayaan 0,020 50,00 50,00 Kurang Tangguh Sarana dan Prasarana
Pertahanan keamanan 0,112 50,00 50,00
Kurang Tangguh
Hukum dan Kelembagaan 0,141 50,00 50,00 Kurang Tangguh Sumber: Hasil Analisis 2011
IKS : Indek Ketahanan sektor
Ket: Tangguh : > 61%
Kurang Tangguh : 43,00% – 61,00%
Rawan Bahaya : < 43%
Dari table tersebut terlihat bahwa kinerja ketahanan secara umum masih berada
dibawah kondisi ideal. Dari 18 sektor, hanya 1 sektor yang menunjukkan nilai indek
ketahanan yang tinggi (ideal), dimana nilai indek ketahanan mencapai > 61%. Sektor yang
memiliki nilai indek ideal yaitu sumberdaya perikanan mencapai 62,72%. Berdasarkan
Tabel IV.9. Nilai Indek Ketahanan Gatra Kabupaten Natuana
Gatra Bobot IKS IKG (%)
∑Bi x IKS/ ∑ Bi Keterangan
Geografis 0,12 46,24 46,24 Kurang Tangguh
Sumberdaya alam 0,21 54,24 54,24 Kurang Tangguh Demografi 0,09 52,32 52,32 Kurang Tangguh Ideologi 0,06 50,00 50,00 Kurang Tangguh Ekonomi 0,17 47,01 47,01 Kurang Tangguh Sarana Prasaranan
Sosial Budaya 0,10 52,17 52,17 Kurang Tangguh
Pertahanan Keamanan 0,25 50,00 50,00 Kurang Tangguh IKT 51,55 Kurang Tangguh
Sumber: Hasil Analisis 2011
IKS :Indek Ketahanan Sektor
IKG : Indek Ketahanan Gatra
IKT : Indek Ketahanan Total
Ket: Tangguh : > 61
Kurang Tangguh : 43,00 – 61,00
Rawan Bahaya : < 43
Dari table tersebut terlihat bahwa kinerja ketahanan secara umum masih berada
dibawah kondisi ideal, dengan indek ketahanan total mencapai 51,55%. Artinya
ketahanan gatra yang terdiri dari, bidang geografi, smberdaya alam, demografi, ideologi,
ekonomi, social budaya, serta pertahanan keamanan tidak cukup tangguh dalam
mendukung perkembangan Kabupaten Natuna sebagai kawasan strategis (perbatasan).
4.2. Analisis Zonasi Ruang Kelautan dan Pesisir Kabupaten Natuna
Zonasi merupakan pembagian areal kawasan berdasarkan potensi dan karakteristik
sumberdaya alam untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan guna
memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Zonasi merupakan alat dimana
perencana dan pengelola menetapkan arahan pemanfaaan untuk setiap bagian dari wilayah
pesisir dan laut.
Beberapa aspek tujuan dalam zonasi yaitu menyediakan perlindungan bagi habitat
kritis, ekosistem dan proses-proses ekologi; memisahkan kegiatan manusia yang saling
bertentangan; melindungi kualitas budaya dan atau alam dari wilayah pesisir dan laut
sementara mengijinkan suatu rentang aktifitas manusia yang dapat diterima;
mencadangkan wilayah yang sesuai untuk pemanfaatan khusus oleh manusia, sementara
meminimumkan dampak dari penggunaan terhadap berbagai wilayah pesisir dan laut
lainnya yang sensitif secara ekologi; dan melestarikan beberapa wilayah dari zona pesisir
dan laut di dalam keadaan alamiahnya, tidak diganggu oleh manusia kecuali untuk tujuan-
tujuan pendidikan atau penelitian ilmiah. Hasil dari penetapan zonasi laut dan pesisir
201
dalam kajian ini adalah memuat peruntukkan ruang laut (permukaan laut, kolom laut, dan
dasar laut beserta isinya) yang merupakan arahan pemanfaatan serta pengembangan ruang
laut. Peruntukan ruang sebagaimana dimaksud meliputi: Kawasan Lindung (Konservasi
mangrove dan terumbu karang), Kawasan Budidaya (Rekreasi / Wisata, Pelabuhan /
Perhubungan, Perikanan Tangkap, Perikanan dan Budidaya Laut).
Teknik analisis yang di gunakan dalam penentuan zonasi ruang kelautan dan pesisir
pada studi ini adalah teknik superimpose (overlay) dan pengharkatan (skoring) dengan
prosesnya melalui bantuan software Sistem Informasi Geografis (SIG), yang dalam
penelitian ini menggunakan Arc View GIS, dengan skala peta 1:300.000 s/d 1:2.000.000,
untuk teknik skoring tersebut langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :
Pada tahapan analisis ini kajian difokuskan pada penentuan kesesuaian laut dan
pesisir sebagai arahan fungsi setiap zona wilayah laut dan pesisir berdasarkan
karakteristik fisik, kimia, serta ekosistemnya.
Fungsi yang ditentukan adalah fungsi lindung dan budidaya dimana kriteria/
parameter penilaian yang telah ditentukan (Panduan Penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Propinsi Dan Kabupaten/Kota serta dari
berbagai penelitian lainnya yang mengkaji tentang pemanfaatan ruang laut dan
pesisir). Setelah semua kriteria (parameter fisik, kimia, ekosistem) masing-masing
pemanfaatan yang disajikan dalam bentuk peta di overlay dan skoring selanjutnya
dilakukan overlay peta yaitu metode tumpang susun yang bisa digunakan dengan
Sistem Informasi Geografis sampai diperoleh zonasi kawasan lindung (konservasi)
dan budidaya.
Selain menggunakan teknik analisis dengan bantuan software Sistem Informasi
Geografis (SIG), dalam studi ini juga menggunakan teknik analisis hubungan fungsional/
keterkaitan. Proses analisis hubungan fungsional, yaitu proses analisis tata ruang laut dan
pesisir /rencana zonasi laut dan pesisir yang multi sektor maupun proses analisis tata ruang
laut dan pesisir/zonasi laut yang satu sektor, harus memperhatikan konstelasi suatu area
perencanaan terhadap wilayah yang lebih luas. Untuk daerah yang memiliki laut
berbatasan dengan negara atau daerah lain, maka proses analisis yang dilakukan
mempertimbangkan keberadaan negara atau daerah lain yang berbatasan langsung,
maupun negara atau daerah lain yang memiliki keterkaitan secara tidak langsung dengan
daerah atau area yang direncanakan. Hasil dari analisis tersebut digunakan untuk
perencanaan ruang laut yang dapat digambarkan dalam bentuk-bentuk peta zonasi. Untuk
202
lebih jelasnya mengenai proses analisis dalam kajian ini dapat dilihat pada pembahasan
dibawah ini:
1. Teknik Superimpose (Overlay) Dan Pengharkatan (Skoring)
Tahap I: Penyusunan Matrik/ Parameter Baku mutu Kesesuaian (Ditjen
Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, 2010 dan berbagai penelitian
lainnya).
Tahap II: Superimpose (overlay) dan pengharkatan (skoring) melalui bantuan
software Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk masing-masing
parameter baku mutu kesesuaian. Dari hasil overlay dan skoring
menghasilkan Peta Zonasi Kesesuaian Kawasan dan luasan
pemanfaatan untuk Rumput Laut, Mangroove, Terumbu Karang,
Perikanan tangkap, Budidaya Laut (KJA), Perhubungan/pelabuhan,
Wisata Bahari.
Tahap III: Selanjutnya dari peta zonasi kesesuaian masing-masing kawasan di
overlay, sehingga menghasilkan peta zonasi kesesuaian pemanfaatan
kawasan lindung dan budidaya beserta luasannya. Proses teknik
analisis dalam kajian ini dapat dilihat pada gambar 4.1.
Gambar 4.1.
Proses Teknik Analisis Superimpose (Overlay) Dan Pengharkatan (Skoring)
Sumber: Hasil Pengolahan Dari Berbagai Sumber 2011
Overlay Peta Kesesuaia Kawasan
OverlayPeta kesesuaian 1. Perikanan Tangkap, dan Budidaya
2. Budaya Rumput Laut
3. Konservasi Mangrove
4. Konservasi Terumbu Karang
5. Wisata Bahari dan Pantai
Peta Zonasi dan Luasan Zonasi
Kesesuaian Kawasan Konservasi/
Lindung dan Budidaya.
Matrik Kesesuaian
203
4.2.1. Analisis Kesesuaian Pemanfaatan Kawasan Laut dan Pesisir
Analisis kesesuaian lahan merupakan suatu kajian untuk menilai kecocokan dan
kelayakan berbagai macam aktivitas yang akan dilakukan disuatu kawasan sesuai dengan
potensi sumberdaya dan peruntukaannya dengan mempertimbangkan berbagai parameter.
Hal ini mengingat walaupun secara visual suatu lokasi kelihatan sesuai untuk suatu
kegiatan , namun belum tentu sesuai secara ekologis mengingat ada berbagai paramaeter
baik fisik maupun biologi yang harus diamati dan dinilai secara ilmiah untuk menentukan
sesuai tidaknya lokasi tersebut untuk kegiatan tertentu.
Analisis kesesuaian yang dilakukan dalam penelitian ini hanya difokuskan untuk
peruntukan kawasan budidaya dan konservasi (kesesuaian untuk ekosistem mangrove,
ekosistem terumbu karang, padang lamun, perikanan tangkap, budidaya laut (KJA),
budidaya rumput laut , pariwisata, pelabuhan). Tahapan proses analisis kesesuaian ruang
laut Kabupaten Natuna untuk peruntukan kawasan budidaya dan lindung di lakukan
dengan teknik yang dikemukakan oleh Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001) meliputi:
1. Penetapan persyaratan (parameter dan kriteria), pembobotan dan skoring. Untuk
masing-masing jenis kegiatan penetapan parameter tidak sama. Parameter dan
criteria disusun berdasarkan parameter biofisik yang relavan dengan setiap kegiatan.
Parameter yang menentukan di berikan bobot terbesar sedangkan criteria (batas-
batas) yang sesuai diberikan skor tertinggi. Pada penelitian ini, matriks kesesuaian
yang digunakan mengacu pada Bakosurtanal (1996), Ditjen Penataan Ruang Laut,
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (2010) dan Yulianda (2007) dengan sedikit
modifikasi. Bobot untuk setiap parameter adalah antara 1 – 10, untuk penentuan skor
berkisar antara 1 – 3. Untuk parameter yang dianggap dominan diberikan nilai bobot
yang besar, sedangkan yang dianggap kurang dominan/berpengaruh diberikan nilai
yang rendah. Pemberian nilai bobot berbeda untuk tiap kelas kesesuaian, tetapi sama
nilai skornya untuk semua parameter dalam kelas kesesuaian yang sama. Kelas S1
diberikan nilai 3, kelas S2 diberikan nilai 2, dan kelas N diberikan nilai 1.
2. Penghitungan nilai peruntukan lahan untuk setiap kegiatan mempunyai persyaratan
sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan peruntukan setiap zonasi. Rumus
yang digunakan untuk menentukan kelas kesesuaian adalah (Yulianda (2007) :
IKW = Σ [ Ni/ Nmaks] x 100%
Dimana :
IKW : Indeks Kesesuaian
Ni : Nilai Paramater ke-i (Bobot x Skor) Nmaks : Nilai Maksimum dari suatu kategori
204
3. Pembagian kelas lahan dan nilainya Berdasarkan matriks kesesuaian yang berisi
parameter-parameter kesesuaian, kemudian disusun kelas kesesuaian untuk masing-
masing pemanfaatan. Kelas kesesuaian pada matriks ini menggambarkan tingkat
kecocokan dari kawasan laut Natuna. Dalam penelitian ini, kelas keseuaian lahan
dibagi dalam 4 kelas yaitu; sangat sesuai (S1), sesuai (S2), sesuai bersyarat (S3) dan
tidak sesuai (N). Defenisi masing-masing kelas kesesuaian tersebut adalah :
Kelas S1 (>80): sangat sesuai (highly suitable), yaitu lahan tidak mempunyai
pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari.
Kelas S2 (66-80%): Sesuai (suitable), yaitu lahan yang mempunyai pembatas
yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pemanfaatannya yang harus di
terapkan.
Kelas S3 (60-66%): Sesuai Bersyarat, yaitu lahan yang mempunyai pembatas
serius untuk mempertahankan tingkat pemanfaatannya yang harus di terapkan,
Kelas N (< 60%): Tidak Sesuai (not suitable), yaitu lahan yang mempunyai
pembatas berat/parmanen, sehingga tidak mungkin dipergunakan terhadap suatu
penggunaan.
4. Pemetaan kelas kesesuain lahan. Pemetaan kelas kesesuaian menggunakan analisis
keruangan (spatial analysis). Dengan analisis ini akan dihasilkan peta zonasi
kesesuain untuk kawasan budidaya dan konservasi di Wilayah Laut dan pesisir
Kabupaten Natuna. Dalam penelitian ini, penggunaan analisis keruangan untuk
mengidentifikasi pemanfaatan ruang dilakukan dengan pendekatan Sistem Informasi
Geografis (SIG) menggunakan program ArcView Version. Penggunaan SIG untuk
analisis spasial dapat dilakukan dengan teknik spatial overlay modelling. Metode ini
menggunakan pembobotan pada sejumlah alternatif faktor yang berpengaruh dan
skor kesesuaian pada setiap kriteria yang ditentukan. Basis data akan dibentuk dari
data spasial dan data atribut, kemudian dibuat dalam bentuk layers atau coverage
dimana akan dihasilkan peta-peta tematik dalam format digital sesuai
kebutuhan/parameter untuk masing- masing jenis kesesuaian lahan. Setelah basis
data terbentuk, analisis spasial dilakukan dengan metode tumpang susun (overlay)
terhadap parameter yang berbentuk poligon. Proses overlay dilakukan dengan cara
menggabungkan masing-masing layers untuk tiap jenis kesesuain lahan. Penilaian
terhadap kelas kesesuaian dilakukan dengan melihat nilai indeks overlay dari
masing-masing jenis kesesuaian lahan tersebut.
205
1. Analisis Penzonasian Berbasis Kesesuaian Pesisir Untuk Kawasan Konservasi
Mangrove
Kesesuaian untuk mangrove mempertimbangkan 4 parameter dengan tiga
klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian pesisir untuk mangrove antara kemiringan,
jenis tanah, ketinggian, bervegetasi. Sedangkan penetapan kriteria, bobot dan skor dari
masing-masing parameter dapat dilihat pada Tabel IV.10.
Tabel IV.10. Matrik Kesesuaian Kawasan Untuk kawasan Konservasi Mangrove
No Parameter Bobot
Kelas Kesesuaian dan Skor
Sumber S1
(Sesuai) Skor
S2
(cukup
sesuai)
Skor
N
(tidak
sesuai)
Skor
1 Bervegetasi 8 Mangrove 3 Mangrove 2 Non
Mangrove 1
Ditjen Penataan Ruang Laut,
Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
(2010)
2 Jenis tanah 8 Aluvial pantai 3 Padsolik 2 gleihumus 1 Ditjen Penataan Ruang Laut,
Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil
(2010)
3 Ketinggian
(mdpl) 8 0-5 3 5-15 2 >15 1
Sunyoto (1994); Djurjani
(1999)
4 Kemiringan
(%) 6 0-5 3 5-8 2 >8 1
Sunyoto (1994); Djurjani
(1999)
Sumber: Hasil Pengolahan Dari Berbagai Sumber
Berdasarkan matrik kesesuaian untuk kawasan konservasi mangrove dapat
diketahui kelas kesesuaian tingkat kecocokan dari kawasan pesisir Natuna untuk kawasan
mangrove, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel IV.11 (Tabel kesesuaian
Kabupaten Natuna untuk kawasan konservasi mangrove).
Tabel IV.11. Nilai Kesesuaian Kawasan Untuk Konservasi Mangrove
di Kabupaten Natuna
No Kecamatan
(S1) Sangat Sesuai (S2) Sesuai
(S3) Sesuai Bersyarat
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) %
Luas
(Ha) %
1 Midai - - 961,15 75,83 - -
2 Bunguran Barat 44,55 82,50 7.127,32 75,83 1.027,56 62,50
3 Bunguran Utara 698,89 82,50 8.825,99 72,50 - -
4 Pulau Laut - - 838,55 69,17 - -
5 Pulau Tiga 82,14 82,50 455,78 72,50 513,78 62,50
6 Bunguran Timur - - - - - -
7 Bunguran Timur Laut - - 581,36 72,50 - -
8 Bunguran Selatan - - 6.001,91 69,17 - -
9 Serasan - - 274,13 69,17 26,12 62,50
10 Subi 132,08 82,50 952,34 75,83 -
11 Serasan Timur - - 27,15 69,17 78,21 62,50
Total Luas Kesesuaian 957,67
26.045,70
1.645,67
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2011
Kelas S1 (>80) : Sangat sesuai Kelas S3 (60-66%) :Sesuai Bersyarat
Kelas S2 (66-80%) : Sesuai (suitable) Kelas N (< 60%) : Tidak sesuai
206
Gambar 4.2. Distribusi Luas Pemanfaatan Kawasan Untuk Konservasi Mangroove
di Kabupaten Natuna (%)
Sumber: Hasil Analisis Tahun 2011
Berdasarkan hasil analisis kesesuaian kawasan dengan pembobotan, skoring dan
overlay dari berberapa parameter yang mendukung dalam melihat kesesuaian kawasan
untuk konservasi mangrove pada 11 Kecamatan pengamatan, kelas kesesuaian S1 (Sangat
Sesuai) memiliki nilai kesesuaian mencapai 82,50% dengan total luas kesesuaian 957,67
Ha. Yang tersebar di Kecamatan Bunguran Barat dengan luas kesesuaian mencapai 44,55
Ha, Bunguran Utara 698,89 Ha, Pulau Tiga 82,14 Ha, dan Subi 132,08 Ha. Pemilihan
beberapa kecamatan tersebut sebagai kawasan yang sangat sesuai untuk konservasi
mangrove dikarenakan tidak adanya parameter pembatas seperti vegetasi, jenis tanah,
kemiringan, ketinggian, jarak vegetasi dari pantai.
Kelas kesesuaian S2 (sesuai) memiliki nilai berkisar antara 69,17% - 75,83%,
dengan total luasan kesesuaian mencapai 26.045,70 Ha. Tersebar hampir di seluruh
kawasan di Kabupaten Natuna, kecuali Kecamatan Bunguran Timur. Kawasan dengan
kelas S3 (Sesuai Bersyarat) terdapat Kecamatan Bunguran Barat, Pulau Tiga, Subi dan
Serasan Timur, dengan nilai kesesuaian mencapai 62,50% dengan total luasan 1.645,67
Ha. Hal tersebut dikarenakan terdapat parameter pembatas seperti tidak adanya vegetasi
mangrove, namun kawasan tersebut cocok untuk dijadikan kawasan konservasi mangrove
jika dilihat dari kecocokan pertumbuhan ekosistem mangrove seperti jenis tanah,
kemiringan, ketinggian, jarak vegetasi dari pantai. Peta kesesuaian untuk kawasan
konservasi mangrove dapat dilihat pada Gambar 4.3 (Peta Kesesuaian Pemanfaatan
Kawasan Untuk Konservasi Mangrove) dan Lampiran A.1 (Identifikasi Parameter
Kesesuaian Kawasan Untuk Konservasi mangrove Kabupaten Natuna).
207
Gambar 4.3. PETA KESESUAIAN PEMANFAATAN KAWASAN UNTUK KONSERVASI
MANGROVE
208
2. Analisis Penzonasian Berbasis Kesesuaian Laut Untuk Kawasan Konservasi
Terumbu Karang
Kesesuaian untuk terumbu karang mempertimbangkan 6 parameter dengan tiga
klasifikasi penilaian. Parameter kesesuaian pesisir untuk konservasi terumbu karang antara
lain tutupan karang, bervegetasi, kedalaman, salinitasi, pH air, dan suhu.
Tabel IV.12.
Matrik Kesesuaian Kawasan Untuk Konservasi Terumbu Karang