BAB IV ANALISA KEARIFAN LOKAL DI TENGAH PENJUALAN TANAH Pembahasan dalam Bab IV merupakan sebuah analisa dari data lapangan yang telah dideskripsikan dalam Bab III. Penulis menganalisa pokok-pokok yang dikembangkan dalam Bab III dengan landasan teori yang ada di Bab II. Penulisan ini ditujukan untuk menjawab rumusan masalah sebagaimana yang telah ditulis pada Bab I. 1. Dampak Pembangunan bagi Pergeseran Kearifan Lokal Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan secara sadar oleh Pemerintah dan masyarakat untuk mengubah kehidupan ke arah yang lebih baik. 1 Pembangunan dan percepatan arus pasar seringkali diamati terjadi di daerah perkotaan sementara bagi masyarakat di pedalaman seringkali tidak terjangkau dengan baik. Untuk itulah pemerintah membuka pintu bagi masuknya perusahaan di daerah pedalaman Kalimatan Barat dengan tujuan membangun kehidupan perekonomian di pedalaman sekaligus menjadi sumber pendapatan daerah. Kalimantan Barat dijadikan sebagai daerah potensi pemasok kayu dan hasil potensial dari hutan dan perkebunan untuk kebutuhan pasar regional maupun internasional sehingga dapat menghasilkan devisa yang sangat besar bagi anggaran pendapatan nasional. 2 Proses ini adalah bagian dari proses globalisasi yaitu terkait tentang pasar, perekonomian, hubungan antar negara dan penyebaran ke pelosok. Proses ini yang menjadikan masyarakat yang terpencil menjadi bagian dari proses percepatan gerak perekonomian di dunia. 1 Syarif Ibrahim Alqadrie, “Dampak Perusahaan HPH & Perkebunan terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi dan Budaya Penduduk Setempat di Daerah Pedalaman Kalimatan Barat,” Paulus Florus (ed) Kebudayaan Dayak: Aktualisasi dan Transformasi (Pontianak: Institut Dayakologi, 2001), 220. 2 Alqadrie, “Dampak Perusahaan HPH…”Kebudayaan Dayak…,221.
12
Embed
BAB IV ANALISA KEARIFAN LOKAL DI TENGAH PENJUALAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/16945/4/T2_752016208_BAB IV...Globalisasi menyebar sampai ke pelosok dunia menjadikan dunia
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB IV
ANALISA KEARIFAN LOKAL DI TENGAH PENJUALAN
TANAH
Pembahasan dalam Bab IV merupakan sebuah analisa dari data lapangan yang telah
dideskripsikan dalam Bab III. Penulis menganalisa pokok-pokok yang dikembangkan dalam
Bab III dengan landasan teori yang ada di Bab II. Penulisan ini ditujukan untuk menjawab
rumusan masalah sebagaimana yang telah ditulis pada Bab I.
1. Dampak Pembangunan bagi Pergeseran Kearifan Lokal
Pembangunan adalah suatu rangkaian usaha terencana yang dilakukan secara
sadar oleh Pemerintah dan masyarakat untuk mengubah kehidupan ke arah yang lebih baik.1
Pembangunan dan percepatan arus pasar seringkali diamati terjadi di daerah perkotaan
sementara bagi masyarakat di pedalaman seringkali tidak terjangkau dengan baik. Untuk
itulah pemerintah membuka pintu bagi masuknya perusahaan di daerah pedalaman Kalimatan
Barat dengan tujuan membangun kehidupan perekonomian di pedalaman sekaligus menjadi
sumber pendapatan daerah. Kalimantan Barat dijadikan sebagai daerah potensi pemasok kayu
dan hasil potensial dari hutan dan perkebunan untuk kebutuhan pasar regional maupun
internasional sehingga dapat menghasilkan devisa yang sangat besar bagi anggaran
pendapatan nasional.2 Proses ini adalah bagian dari proses globalisasi yaitu terkait tentang
pasar, perekonomian, hubungan antar negara dan penyebaran ke pelosok. Proses ini yang
menjadikan masyarakat yang terpencil menjadi bagian dari proses percepatan gerak
perekonomian di dunia.
1 Syarif Ibrahim Alqadrie, “Dampak Perusahaan HPH & Perkebunan terhadap Kehidupan Sosial
Ekonomi dan Budaya Penduduk Setempat di Daerah Pedalaman Kalimatan Barat,” Paulus Florus (ed)
Kebudayaan Dayak: Aktualisasi dan Transformasi (Pontianak: Institut Dayakologi, 2001), 220.
2 Alqadrie, “Dampak Perusahaan HPH…”Kebudayaan Dayak…,221.
Hal yang menjadi kekhawatiran dari beberapa lembaga adat di Kalimantan Barat dan
pemerhati lingkungan ialah kehadiran perusahaan pemegang Hak Pengusahaan Hutan (HPH)
yang didukung oleh pemerintah memberi dampak negatif terutama bagi kearifan lokal
masyarakat Dayak di Kalimantan Barat. Bahwa pembangunan yang didengungkan oleh
pemerintah sebenarnya memberi celah bagi perusahaan HPH untuk menguasai tanah milik
masyarakat adat. Tekanan terhadap masyarakat adat dengan dalil pembangunan dimulai dari
masa pemerintahan Suharto dengan mengizinkan perusahaan swasta mengembangkan
perkebunan skala besar dan memberikan berbagai fasilitas dan kemudahan untuk membuat
perkebunan di pedalaman Kalimantan Barat. Tekanan terhadap masyarakat adat ini adalah
nalar dagang sebagai bagian dari globalisasi menitikberatkan strategi ekonomi untuk
peningkatan Growth Domestic Progress (GDP)3
Globalisasi menyebar sampai ke pelosok dunia menjadikan dunia tanpa batas.
Fase-fase dalam globalisasi menunjukkan adanya kompetisi, pasar dan kerjasama antar
negara.Tuntutan dari globalisasi ialah keterkaitan dengan proses besar dunia atau akhirnya
menjadi terasing. Proses keterkaitan ini banyak terjadi dalam hal ekonomi. Itulah yang
disebutkan dengan yang ekonomi mulai membudaya sedangkan yang budaya semakin
menjadi yang ekonomis. 4 Proses globalisasi ini melihat dari perkembangan perusahaan
dalam tuntutan kepentingan pasar dan proses itu juga mendorong negara untuk memenuhi
tuntutan akan kebutuhan dan ikut serta persaingan (kompetisi) serta kolaborasi. Ujud dari
persaingan dan kolaborasi itu ialah kebutuhan untuk memajukan perekonomian. Cara yang
ditempuh untuk memajukan perekonomian disertai dengan pemberdayaan atas sumber daya
alam maupun sumber daya manusia.
3 Dominggus Elcid Li, “Tanah Ulayat, Kapitalisme Global dan Sikap Gereja”, Zakaria Ngelow (ed)
Teologi Tanah (Makassar: Yayasan Oase Intim, 2015), 227.
4 George Ritzer dan Barry Smart, Handbook Teori Sosial (Bandung: Mega Media, 2011), 921.
Masyarakat Dayak Bakati di Sungai Kajang mengalami perubahan dalam bidang
ekonomi, sosial dan budaya. Penulis mengamati dari segi budaya ialah pergeseran
pemahaman mereka terhadap nilai kearifan lokal. Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dipaparkan dalam bab III diketahui bahwa masyarakat Dayak Bakati sangat menjunjung
tinggi nilai tanah. Tanah bagi mereka adalah hidup/nyawa tidak boleh dipindahtangankan
apalagi dijual sehingga tanah mereka jaga dan wariskan kepada generasi berikutnya. Tanah
bukan sebagai lahan komoditas tetapi sebagai pemberi hidup.
Masyarakat di pedalaman Kalimantan memiliki pola hidup sederhana yaitu bekerja
sebagai petani. Pemahaman mereka tentang menjalani hidup adalah dengan bergantung
sepenuhnya dengan apa yang diberikan oleh alam. Itulah sebabnya mereka tidak mengenal
istilah jual-beli tanah pada zaman dahulu kala. Tanah dan kekayaan alam adalah pilar
kehidupan masyarakat Dayak.5 Penulis mencoba menemukan kata ‘jual-beli’ tentang dalam
buku Aturan Adat tetapi tidak ditemukan. Istilah ini baru kemudian muncul saat masuknya
perusahaan perkebunan kelapa sawit dan penambangan di Kalimantan Barat. Penulis
mengamati telah terjadi pergeseran kearifan lokal seiring dengan masuknya perusahaan di
Sungai Kajang. Hal ini ditandai dengan beberapa perilaku
a. Penjualan tanah baik secara pribadi maupun kelompok kepada perusahaan
dengan cara Hak Guna Usaha (HGU) dan juga kepada pemilik modal pribadi.
b. Munculnya persoalan sengketa tanah karena ukuran dalam kehidupan sosial
ialah materi (uang) dan mengakibatkan luruhnya nilai trust antara sesama
orang dayak. Padahal dahulu mereka memiliki keenganan untuk melanggar
batas tanah milik orang lain. Batas tempasan antara satu dengan yang lainnya
dilandasi oleh rasa percaya dan kesadaran bahwa milik orang lain pantang
untuk dilanggar
5 Stepanus Djuweng dan Welas Karenak, Manusia Dayak, Orang Kecil yang Terperangkap