Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi- tingginya di seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan kesehatan masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai “MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS” Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2010, ditetapkan empat misi pembangunan kesehatan yaitu : Menggerakkan pembangunan nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Tinjauan Umum
Gambaran masyarakat Indonesia di masa depan yang ingin
dicapai melalui pembangunan kesehatan adalah masyarakat, bangsa
dan negara yang ditandai oleh penduduknya hidup dalam lingkungan
dan dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Gambaran keadaan kesehatan
masyarakat Indonesia di masa depan atau Visi yang ingin dicapai
melalui pembangunan kesehatan tersebut dirumuskan sebagai
“MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS”
Untuk mewujudkan Visi Indonesia 2010, ditetapkan empat
misi pembangunan kesehatan yaitu : Menggerakkan pembangunan
nasional berwawasan kesehatan, mendorong kemandirian masyarakat
untuk hidup sehat, memelihara dan meningkatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau, memelihara dan
meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat beserta
lingkungannya.
1.2 Profil Kota Batam
Visi Kota batam adalah :
Terwujudnya Kota Batam sebagai Bandar dunia madani yang modern
dan menjadi andalan pusat pertumbuhan perekonomian nasional
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Misi Kota Batam adalah:
1. Mensukseskan misi pemerintah untuk mengembangkan Kota
Batam sebagai Bandar Modern berskala internasional sebagai
kawasan investasi dilengkapi dengan fasilitas pusat
perdagangan, kawasan industri besar, menengah kecil,
koperasi, usaha rumah tangga, industri pariwisata, pusat
perbelanjaan dan kuliner, hiburan, pengelolaan sumberdaya
kelautan melalui kerjasama dengan Pengelola Kawasan dan
pemangku kepentingan pembangunan lainnya.
2. Mengembangkan sistem pendukung strategis penataan ruang
terpadu meliputi komponen fasilitas sarana dan prasarana
sistem transportasi darat laut dan udara yang memadai, sistem
telekomunikasi dan teknologi informasi (ICT) modern dan
prima, ekosistem hutan kota, penataan lingkungan kota yang
bersih, sehat, aman, nyaman dan lestari.
3. Meningkatkan pelayanan prima dalam hal pendidikan,
kesehatan, perumahan yang layak dan terjangkau,
ketenagakerjaan, sosial budaya, fasilitasi keimanan dan
ketaqwaan, kepemudaan dan olahraga agar kualitas hidup
manusia dan kecerdasan seluruh lapisan masyarakat meningkat
serta pengentasan kemiskinan.
4. Menumbuhsuburkan kehidupan harmonis dan berbudi pekerti
atas dasar nilai multi etnis, multi kultur, multi agama dan
melestarikan nilai-nilai seni budaya melayu, kearifan lokal dan
memelihara kelestarian lingkungan hidup.
5. Mewujudkan pelaksanaan pemerintahan yang baik, bersih dan
berwibawa.
Di Kota Batam Kepulauan Riau, pelaksanaan pembangunan
kesehatan dari tahun ke tahun semakin meningkat, hal ini antara lain
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
ditunjukan dengan penambahan sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan, penambahan tenaga kerja, juga penambahan fasilitas
kesehatan lingkungan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia masih
terasa dampaknya di Kota Batam hingga saat ini, yaitu adanya
penduduk miskin sebanyak 136.000 jiwa, penyakit infeksi cenderung
naik, masalah gizi anak balita juga meningkat.
1.2.1. Kependudukan
Kota Batam, Kepri merupakan propinsi dengan urutan ke-12
terbesar jumlah penduduknya di Indonesia. Menurut sensus penduduk
pada Desember 2010, penduduk kota Batam mencapai 1.056.701
jiwa. Untuk mengungkapkan pertumbuhan penduduk Kota Batam
terus mengalami peningkatan dari bulan ke bulan. Pada Januari 2010
misalnya Kota Batam berjumlah 975.774 jiwa, kemudian pada
Februari 2010 jumlah penduduk meningkat menjadi 987.834 jiwa,
selanjutnya pada Maret 2010 mencapai 999.968 jiwa (berdasarkan
Dinas kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2010).
1.2.1.1. Pertumbuhan, Persebaran, Kepadatan, Sex Ratio
Penduduk
1.2.1.1.1 Laju Pertumbuhan Penduduk
Jumlah penduduk Propinsi Kepulauan Riau
sebanyak 1.679.163 jiwa yang mencakup mereka yang
bertenmpat tinggal di daerah perkotaan sebanyak 1.390.787
jiwa (82,83%) dan di daerah pedesaan sebanyak 288.376 jiwa
(17,17%). Laju pertumbuhan penduduk rata-rata per tahun
dari tahun 2000-2010 : 4,95 %.(Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.1.1.2 Persebaran dan Kepadatan Penduduk
Persebaran penduduk antara daerah Kabupaten/Kota
di Propinsi Kepulauan Riau tidak merata. Keadaan ini
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
sebenarnya ditemukan pada hampir semua Propinsi di
Indonesia, yang tentunya dapat mencerminkan taraf
pembangunan atau urbanisasi di suatu daerah.
Kepadatan penduduk Kepulauan Riau Tahun 2000
adalah 205 jiwa per km2. (Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.1.1.3. Sex Ratio
Sex Ratio adalah suatu angka menunjukkan
perbandingan jenis kelamin. Ratio ini merupakan
perbandingan antara banyak penduduk laki-laki dan
perempuan di suatu daerah dalam waktu tertentu. Sex ratio
pada kelompok umur 0-4 sebesar 107, kelompok umur 5-9
sebesar 106, kelompok umur lima tahunan dari 10 sampai 64
berkisar antara 87 sampai dengan 130, dan kelompok umur
65 sampai 69 sebesar 18 (Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.1.1.4. Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis
Kelamin
Penduduk laki-laki Propinsi Kepulauan Riau
sebanyak 862.144 jiwa dan perempuan sebanyak 817.019
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
jiwa. Sex ratio adalah 106, berarti terdapat 106 laki-laki
untuk setiap 100 perempuan. (Badan Pusat Statistik sensus
Penduduk 2010)
1.2.2. Tingkat Pendidikan
Setiap warga negara yang berusia 7-15 tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar (pasal 6 UU No.20 tahun 2003).
Berdasarkan hasil SP2010, persentase penduduk 7-15 tahun
yang belum/tidak sekolah sebesar 2,82% dan yang tidak
sekolah lagi sebesar 4,23%. Ukuran atau indicator untuk
melihat kualitas sumber daya manusia(SDM) terkait dengan
pendidikan antara lain pendidikan yang ditamtkan dan angka
melek huruf (AMH). Berdasarkan hasil SP2010, persentase
penduduk 5 tahun yang berpendidikan minimal tamat
SMP/sederajat sebesar 56,21%, dan AMH penduduk berusia
15 tahun keatas sebesar 97,31% yang berarti dari setiap 100
penduduk usia 15 tahun keatas ada 97 orang yang melek
huruf. Penduduk dikatakan melek huruf jika dapat membaca
dan menulis huruf latin atau huruf lainnya. (Badan Pusat
Statistik sensus Penduduk 2010)
1.2.3. Ketenagakerjaan
Jumlah penduduk yang merupakan angkatan kerja
di Propinsi Kepulauan Riau sebesar 764.010 orang, dimana
jumlah 738.743 orang diantaranya bekerja, sedangkan 25.267
orang merupakan pencari kerja.
Dari hasil SP2010, tingkat partisipasi angkatan kerja
TPAK laki-laki lebih tinggi daripada TPAK perempuan, yaitu
masing-masing sebesar 86,65 % dan 41,52 %. Sementara itu
bila dibandingkan menurut pebedaan wilayah, TPAK di
perkotaan lebih tinggi daripada pedesaan, masing-masing
sebesar 65,79 % dan 58,60 %. 3 kabupaten/kota di Propinsi
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kepulauan Riau dengan TPAK tertinggi berturut-turut adalah
Kota Batam (69,78), Kabupaten Bintan (61,34), dan
Kabupaten Natuna (60,09). Dengan jumlah pencari kerja
sejumlah 25.267 orang, tingkat pengangguran terbuka (TPT)
di Propinsi ini mencapai 3,31 %. (Badan Pusat Statistik
sensus Penduduk 2010)
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
KEGIATAN-KEGIATAN PROGRAM DINAS KESEHATAN
KOTA BATAM
Struktur Organisasi dan Tatakerja ( SOTK )Dinas Kesehatan Kota Batam
Keterangan Gambar :
1. Kepala Dinas;
2. Sekretaris, membawahi :
a. Sub Bagian Umum
b. Sub Bagian Keuangan
c. Sub Bagian Kepegawaian
3. Bidang Program, membawahi :
a. Seksi Data dan Informasi
b. Seksi Penyusunan Program
c. Seksi Evaluasi dan Pelaporan
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Sumber : Perda Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007
KEPALA DINAS
Kelompok Jabatan Fungsional
SEKRETARIS
Sub BagUmum
Sub BagKeuangan
Sub Bag Kepegawaian
Bidang Program
Seksi Data dan Informasi
Seksi Penyusun Program
Seksi Evaluasi dan Pelaporan
Bidang Pengendalian Penyakit & Penyehatan
Lingkungan (P2 & PL)
Seksi Penyehatan Lingkungan
Seksi Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) dan Surveilance
Seksi Pengendalian Penyakit Menular ( P2M )
UNIT PELAKSANA TEKNIS DAERAH
Bidang Kesga & Promosi
Seksi PromosiKesehatan
Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi Gizi
Bidang Pelayanan Kesehatan dan
Kefarmasian
Seksi Pelayanan Kesehatan
Seksi Farmasi dan makanan minunman
(Farmakmin)
Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan
(Sarprakes)
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
4. Bidang Pencegahan Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan, membawahi:
a. Seksi Penyehatan Lingkungan
b. Seksi Pengendalian Penyakit tidak Menular dan Surveilance
c. Seksi Pengendalian Penyakit Menular
5. Bidang Kesehatan Keluarga dan Promosi, membawahi :
a. Seksi Promosi Kesehatan
b. Seksi Kesehatan Keluarga
c. Seksi Gizi
6. Bidang Pelayanan Kesehatan dan Kefarmasian, membawahi :
a. Seksi Pelayanan Kesehatan
b. Seksi Farmasi, Makanan dan Minuman
c. Seksi Sarana dan Prasarana Kesehatan
7. Unit Pelaksanaan Teknis Dinas
8. Kelompok Jabatan Fungsional.
Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kota Batam diatur
berdasarkan Peraturan Daerah Kota Batam Nomor 12 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Susunan Organisasi dan Tatakerja Dinas Daerah Kota Batam,
Keputusan WaliKota Batam Nomor 14 tahun 2003 tentang Uraian Tugas Dinas
Daerah Kota Batam, kemudian direvisi Berdasarkan surat WaliKota Batam
Nomor : 132/050/II/2008 perihal Penyusunan Renstra SKPD dan Renja SKPD
T.A 2009 dan Peraturan Wali Kota Batam nomor 10 tahun 2008 tentang Uraian
Tugas Dan Fungsi Dinas Kesehatan Kota Batam berdasarkan hal inilah Dinas
Kesehatan Kota Batam mempunyai kewenangan melaksanakan otonomi daerah
dibidang kesehatan, maka dibentuklah Struktur Organisasi dan Tata Kerja
(SOTK) Dinas Kesehatan Kota Batam.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
1.3. Profil Kecamatan Nongsa
1.3.1. Deskripsi Wilayah Kecamatan Nongsa
Kecamatan Nongsa merupakan salah satu dari 4 kelurahan yang ada di Kota
Batam, dengan batas kecamatan sebagai berikut :
Sebelah utara : Berbatas dengan Laut Singapura
Sebelah timur : Berbatas dengan Laut dan Kabupaten Bintan
Sebelah Selatan : Berbatas dengan Kecamatan Galang dan
Bulang
Sebelah Barat : Berbatas dengan Kecamatan Batuampar, Batam
Kota, Sungai Beduk dan Bengkong
Dengan luas ± 64.090 km2 yang terdiri dari 4 Kelurahan.
Tabel 1.1
Distribusi Penduduk Berdasakan Jenis Kelamin di Kecamatan Nongsa
Kota Batam Kepulauan Riau 2012
Kecamatan Kelurahan Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
Nongsa Sambau 4.751 4.204 8.955
Batu Besar 14.127 12.290 26.417
Kabil 13.598 11.677 25.275
Ngenang 866 694 1.560
Jumlah
%
33.342 28.865 62.207
53,60 46,40
Sumber : www.batamkota.go.id (data kependudukan Kota batam per
April 2012)
Keterangan Tabel 1.1.
Dari tabel di atas didapatkan bahwa kecamatan Nongsa memiliki penduduk
berjenis kelamin 33.342 laki-laki (53,60 %) dan 28.865 perempuan ( 46,40%).
Distribusi Penderita Malaria per Puskesmas Menurut Jenis Parasit
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kota Batam Tahun 2007 – Mei 2012
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Peta Tahunan Stratifikasi Malaria Kota Batam Tahun 2011
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
API > 5 (HCI)
API 1-<5 (MCI)
API 1 < (LCI)
KETERANGAN :Kec. Nongsa Kel. Sambau : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding dan MBSKec. Belakang Padang Kel.Kasu : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, LarvacidingKel.Terong: Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding, MBSKel. Sekanak Raya : Kegiatan yang dilaksanakan ; LarvacidingKec. GalangKel. Pulau abang : Kegiatan dilaksanakan di Pulau petong dan Air saga yaitu IRS, Larvaciding ,MBSKel. Karas : Kegiatan yang dilaksanakan ; IRS, Larvaciding, MBSKel. Rempang cate: kegiatan yang dilaksanakan larvacidingSubang Mas, Galang Baru, Sembulang, sijantung, Air Raja tidak ada kegiatan .
MALARIA
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 JANUARI 12 10 22 2 3 5 0 0 0 0,0 0,0 0,0
2 FEBRUARI 11 12 23 0 1 1 0 0 0 0,0 0,0 0,0
3 MARET 9 15 24 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0
4 APRIL 13 23 36 1 1 2 0 0 0 0,0 0,0 0,0
5 MEI 15 22 37 4 5 9 0 0 0 0,0 0,0 0,0
6 JUNI 35 35 70 10 9 19 0 0 0 0,0 0,0 0,0
7 JULI 421 406 827 5 10 15 0 0 0 0,0 0,0 0,0
8 AGUSTUS 15 15 30 3 3 6 0 0 0 0,0 0,0 0,0
9 SEPTEMBER 10 9 19 4 4 8 0 0 0 0,0 0,0 0,0
10 OKTOBER 30 40 70 5 6 11 0 0 0 0,0 0,0 0,0
11 NOVEMBER 20 21 41 5 5 10 0 0 0 0,0 0,0 0,0
12 DESEMBER 25 25 50 3 2 5 0 0 0 0,0 0,0 0,0
JUMLAH 616 633 1.249 43 50 93 0 0 0 0,0 0,0 0,0
ANGKA KESAKITAN (API) PER 1.000 PENDUDUK 0 3 3
PUSK
ESM
AS S
AMBA
UPENDERITA
DENGAN PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH
TANPA PEMERIKSAAN SEDIAAN DARAH
NOUNIT
KERJABULAN CFRMENINGGAL
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
Kesakitan dan Kematian Akibat Malaria Menurut Jenis Kelamin Perbulan
2.2 Identifikasi Masalah
Beberapa masalah yang kami temukan didaerah Bakau Serip Kelurahan Sambau Kecamatan Nongsa, diantaranya:
1. Letak geografis daerah Bakau Serip yang terletak di tepi pantai dan di kelilingi oleh rawa dan bakau yang pada dasarnya merupakan habitat nyamuk.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
2. Perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan dan bertambah di daerah tersebut, yang mengakibatkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
3. Kepentingan ekonomi yang membuat masyarakat setempat membuat galian-galian pasir sebagai mata pencaharian mereka, sehingga menambah tempat perindukan nyamuk.
2.3. RUMUSAN MASALAH
Dari identifikasi masalah di atas maka dalam laporan ini kami
mengangkat perilaku masyarakat dalam membuang sampah sembarangan sebagai
salah satu masalah di daerah tersebut. Maka perumusan masalah adalah
bagaimana gambaran perilaku masyarakat dalam membuang sambah
sembarangan dengan kejadian penyakit Malaria di Desa Bakau Serip Kelurahan
Sambau Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi Kepulauan Riau.
2.4. TUJUAN PENELITIAN
2.4.1. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui perilaku masyarakat terhadap kejadian penyakit
Malaria di Desa Bakau Serip Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam
Propinsi Kepulauan Riau.
2.5. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Masyarakat Desa Bakau Serip
Menambah wawasan dan ilmu pengetahuan masyarakat, khususnya
tentang penyakit Malaria (Pengertian, Penyebab, Cara penularan, Gejala
dan Pencegahan Penyakit Malaria).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Kegiatan di Dinas Kesehatan Kota Batam Kepulauan Riau
2. Bagi Puskesmas Sambau
Sebagai masukan data bagi Puskesmas tentang tingkat perilaku
masyarakat tentang pencegahan dan penularan penyakit Malaria, guna
meningkatkan program pelayanan kesehatan baik dalam bentuk
penyuluhan maupun pengobatan.
3. Bagi Pemerintah Kota Batam
Hasil penelitian ini diharapkan bisa mempermudah program kerja
kecamatan demi terciptanya masyarakat yang sehat.
4. Bagi Peneliti
a. Sebagai proses belajar dan menambah pengalaman dalam
melakukan sebuah penelitian.
b. Memperoleh gambaran perilaku masyarakat di Desa Bakau Serip
Kelurahan Nongsa Kecamatan Nongsa Kota Batam Propinsi
Kepulauan Riau tentang kejadian penyakit Malaria.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2.6. TINJAUAN PUSTAKA
2.6.1. Definisi Malaria
Malaria adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh protozoa
genus Plasmodium, yang disebarkan melalui:
1. Gigitan nyamuk Anopheles betina.
2. Transfusi darah yang terinfeksi plasmodium.
3. Suntikan dengan jarum yang sebelumnya telah digunakan oleh penderita
Malaria.
Ada empat spesies plasmodium di Indonesia yaitu :
1. Plasmodium falciparum.
2. Plasmodium ovale.
3. Plasmodium vivax.
4. Plasmodium malariae(1,2,3,10,12)
2.6.2 Kerangka Konsep
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
2.6.3. Patogenesis
Daur hidup spesies Malaria terdiri dari fase seksual eksogen
(sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles dan fase aseksual (skizogoni)
dalam badan hospes vertebra termasuk manusia.
Fase Aseksual
Fase aseksual terbagi atas fase ekso-eritrosit dan fase endo-eritrosit.
Fase ekso-eritrosit berlangsung ± 2 minggu, Pada fase ekso-eritrosit
sporozoit masuk ke dalam aliran darah ke sel hati dan berkembang biak
membentuk skizon, sebagian sporozoit hati tidak langsung berkembang
menjadi skizon tetapi ada yang menjadi bentuk dorman yang disebut
hypnozoit. Hypnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-
bulan sampai bertahun-tahun. Pada suatu saat bila imunitas tubuh
menurun, maka hypnozoit akan aktif sehingga menimbulkan relaps
( kambuh ). Relaps adalah timbulnya gejala infeksi setelah serangan
pertama.
Relaps dapat bersifat :
1. Relaps jangka pendek (rekruresensi), dapat timbul 8 minggu setelah
serangan pertama hilang karena parasit dalam eritrosit yang berkembang
biak.
2. Relaps jangka panjang (rekurensensi), dapat timbul 24 minggu atau lebih
setelah serangan pertama hilang karena parasit eksoeritrosit hati masuk
kedarah dan berkembang biak.
Sporozoit yang langsung berkembang menjadi skizon masuk dalam
aliran darah ke sel hati, dan berkembang biak membentuk skizon hati yang
mengandung ribuan merozoit. Merozoit berasal dari skizon hati yang
pecah akan masuk ke peredaran darah dan menginfeksi sel darah merah, di
dalam sel darah merah parasit tersebut berkembang dari stadium tropozoit
sampai skizon, proses ini disebut skizogoni pra-eritrosit. Pada akhir fase
ini, skizon pecah dan merozoit keluar kemudian masuk ke aliran darah.
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau
Fase eritrosit di mulai saat skizon pecah dan merozoit yang keluar
akan menginfeksi sel darah merah lainnya. menyerang eritrosit
membentuk tropozoit. Proses berlanjut menjadi tropozoit-skizoid-
merozoid. Setelah dua sampai tiga generasi merozoit dibentuk, sebagian
merozoit berubah menjadi bentuk seksual. Masa antara permulaan infeksi
sampai ditemukannya parasit dalam darah tepi adalah masa pra patent
sedangkan masa tunas atau inkubasi intrinsik dimulai dari masuknya
sporozoit dalam badan hospes –timbul gejala klinis demam.
Fase seksual
Parasit seksual masuk dalam lambung nyamuk betina. Bentuk ini
mengalami pematangan menjadi mikrogametosit dan makrogametosit dan
terjadilah pembuahan yang disebut zigot (ookinet). Ookinet kemudian
menembus dinding lambung nyamuk dan menjadi ookista. Bila ookista
pecah, ribuan sporozoit dilepaskan dan mencapai kelenjar liur nyamuk.
Patogenesis malaria ada dua cara :
1. Alami, melalui gigitan nyamuk ke tubuh manusia.
2. Induksi, jika stadium aseksual dalam eritrosit masuk ke dalam darah
manusia melalui transfusi, suntikan atau pada bayi baru lahir melalui
plasenta ibu yang terinfeksi (kongenital).
KKS Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati 2012
Laporan Penelitian di Dinas Kesehatan Propinsi Kepulauan Riau