BAB III HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN Survei PHBS dan survei kesehatan gigi dan mulut telah dilaksanakan pada 7 KK Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 3-6 Januari 2012. Berdasarkan survei tersebut diperoleh data sebagai berikut: A. Data Umum a. Data Geografi Batas dusun a. Sebelah utara : Dusun Bangunkerto b. Sebelah timur : Dusun Bandaran c. Sebelah selatan : Dusun Klegung d. Sebelah barat : Kecamatan Tempel b. Data Demografi a.Jumlah penduduk : 459 jiwa b.Jumlah penduduk laki-laki : 221 jiwa c.Jumlah penduduk wanita : 432 jiwa 23
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
HASIL SURVEI DAN PEMBAHASAN
Survei PHBS dan survei kesehatan gigi dan mulut telah dilaksanakan
pada 7 KK Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 3-6 Januari 2012. Berdasarkan
survei tersebut diperoleh data sebagai berikut:
A. Data Umum
a. Data Geografi
Batas dusun
a. Sebelah utara : Dusun Bangunkerto
b. Sebelah timur : Dusun Bandaran
c. Sebelah selatan : Dusun Klegung
d. Sebelah barat : Kecamatan Tempel
b. Data Demografi
a. Jumlah penduduk : 459 jiwa
b. Jumlah penduduk laki-laki : 221 jiwa
c. Jumlah penduduk wanita : 432 jiwa
Survei Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dilakukan terhadap 7 Kepala
Keluarga di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan survei tersebut diperoleh data
sebagai berikut:
23
Tabel 3. Distribusi Sampel Penduduk Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin Dusun Sokomarto, Desa Donokerto,
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit
(42,86%) dibandingkan dengan jumlah penduduk wanita (57,14%). Berdasarkan
umur, jumlah penduduk terbanyak adalah kelompok usia produktif umur 16 – 45
tahun, yang terdiri laki-laki 19,04% dan wanita 28,57%.
c. Data Sosial Ekonomi
Tabel 4. Distribusi Sampel Penduduk Berdasarkan Tingkat PendidikanDusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman Daerah Istimewa YogyakartaTahun 2012
Pendidikan KK Frekuensi PersentaseTidak sekolah 20 0Tamat SD 27 28,57Tamat SMP 21 28,57Tamat SMA 54 23,81Tamat Perguruan Tinggi 4 19,05
Jumlah 21 100
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa jumlah responden terbanyak
memiliki tingkat pendidikan terakhir di SD dan SMP (28,57%) dan tidak ada
responden yang tidak bersekolah.
24
Tabel 5. Distribusi Sampel Berdasarkan Jenis Pekerjaan PendudukDusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
No Jenis Pekerjaan Σ %1. PNS 1 4,762. Swasta 2 9,523. Wiraswasta 1 4,764. Pelajar/mahasiswa 5 23,815. Pensiunan 3 14,286. Buruh 4 19,057. Ibu Rumah Tangga 5 23,818. Tidak bekerja 0 0
Jumlah 21 100
Tabel 5 menunjukkan bahwa sebagian besar anggota keluarga yang
diperiksa bekerja sebagai pelajar/mahasiswa dan ibu rumah tangga (23,81%).
Anggota keluarga yang bekerja swasta (9,52%), 4,76% sebagai PNS dan
wiraswasta, buruh (19,05%), 14,28% sebagai pensiunan, serta tidak ada
anggota keluarga yang tidak bekerja.
d. Data Epidemiologi
Tabel 6. Distribusi Sampel Data Epidemiologi Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
Variabel Frekuensi PersentaseKasus kesakitan 0 0Kasus kematian 0 0Tidak ada kasus 0 0
Jumlah 0 0
Tabel 6 menunjukkan bahwa tidak ada kasus kesakitan (morbiditas)
dan tidak terdapat kasus kematian dalam 1 tahun terakhir pada penduduk
25
yang disurvei di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Data Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
Survei dilakukan terhadap Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan
Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan jumlah anggota
keluarga yang disurvei adalah 21 orang.
Tabel 7. Rekapitulasi PHBS Tatanan Rumah Tangga pada 7 Kepala Keluarga di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Tahun 2012
No IndikatorYa Tidak Jumlah
Σ % Σ % Σ %
1 Prilaku Sehat Keluarga- Tidak merokok 3 42,85 4 57,14 7 100- Konsumsi garam beryodium & makanan beragam
7 100 0 0 7 100
- Konsumsi sayur & buah setiap hari 7 100 0 0 7 100- Mengikuti asuransi kesehatan 6 85,71 1 14,28 7 100- Mencuci tangan dengan sabun 7 100 0 0 7 100- Sikat gigi sebelum tidur 7 100 0 0 7 100- Melakukan aktivitas fisik 7 100 0 0 7 100- Berobat ke sarana pelayanan kesehatan
7 100 0 0 7 100
2 KIA- Persalinan oleh tenaga kesehatan 7 100 0 0 7 100- Memeriksakan kehamilan pada tenaga Kesehatan
Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa maloklusi yang sebagian besar
dimiliki oleh penduduk Dusun Sokomarto adalah maloklusi ringan (61,90%), dan
terbanyak terdapat pada kategori usia produktif, yaitu 16-45 tahun.
Tabel 11. Distribusi Sampel Status Fluorosis Gigi Berdasarkan Kelompok Umur di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
Dari Tabel 11 terlihat bahwa tidak ada penduduk Dusun Sokomarto yang
disurvei menunjukkan tanda-tanda fluorosis atau normal (100%). Hal tersebut
menunjukkan bahwa kadar fluor dalam air minum penduduk Dusun Sokomarto
dalam batas normal. Menurut Sriyono (2005), semua air mengandung fluor
dengan konsentrasi yang bervariasi. Air laut mengandung fluor sekitar 0,18 –1,4
mg/kg, sedangkan telaga, sungai, atau sumur buatan biasanya di bawah 0,5 mg/kg.
Air yang mengandung fluor sangat tinggi umumnya ditemukan di daerah kaki
gunung. Penggunaan fluor dapat menurunkan prevalensi karies. Pada percobaan
di beberapa negara, penambahan 1 ppm fluor pada air minum dengan berbagai
kondisi yang bervariasi terbukti dapat menurunkan angka karies secara konsisten
sekitar 50%.
42
Tabel 12. Distribusi Sampel Berdasarkan Status Karies Gigi dan Kelompok Umur di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,Tahun 2012
NoStatus
Karies Gigi
Kelompok Umur ( Tahun )6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Σ x Σ x Σ x Σ x Σ x1 D (Decay) 0 0 31 1,47 35 1,67 2 0,09 68 3,242 M (Missing) 0 0 35 1,67 60 2,86 40 1,90 135 6,433 F (Filling) 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Berdasarkan Tabel 13 dapat disimpulkan bahwa sebagian besar kondisi
kebersihan mulut penduduk Dusun Sokomarto, yaitu 76,19% termasuk kategori
baik, 19,05% termasuk kategori cukup, dan 4,76% tidak dapat diukur. Hal
tersebut menunjukkan masih ada beberapa penduduk Dusun Sokomarto yang
memiliki kesadaran yang cukup kurang dalam menjaga kebersihan mulut.
44
Tabel 14. Distribusi Sampel Status Kesehatan Gusi Berdasarkan Kelompok Umur di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
NoStatus
Kesehatan Gusi
Kelompok Umur ( Tahun )6 – 15 16 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Tabel 16 menunjukkan dari sampel penduduk Dusun Sokomarto yang
disurvei hanya 2 orang (9,52%) yang menggunakan gigi tiruan dan berdasarkan
Tabel 17 terlihat bahwa 47,61% penduduk membutuhkan gigi tiruan sebagian
(GTS). Hal tersebut menunjukkan kurangnya kesadaran mengenai pentingnya
upaya rehabilitatif terhadap kesehatan gigi dan mulut, khususnya pembuatan gigi
tiruan.
46
Tabel 18. Distribusi Sampel Frekuensi Menyikat Gigi Berdasarkan Kelompok Umur di Dusun Karanganyar, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
No
Frekuensi Menyikat
Gigi (per Hari)
Kelompok Umur ( Tahun )6-14 15 – 45 46 – 60 > 60 Jumlah
Tabel 18 menunjukkan 90,48% penduduk Dusun Sokomarto menyikat
gigi 2 kali sehari. Hasil tersebut sesuai dengan status kebersihan mulut penduduk
yang menunjukkan sebagian besar memiliki status kebersihan mulut baik, dan hal
ini juga berarti bahwa tingkat kesadaran penduduk cukup tinggi. Namun,
penyuluhan mengenai cara, waktu, pemilihan sikat gigi, dan frekuensi menyikat
gigi dapat dilakukan untuk mengoptimalkan kebiasaan menyikat gigi dalam
menjaga kebersihan gigi dan mulut (Yani, 2005).
Tabel 19. Distribusi Sampel Tingkat Pengetahuan Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
No Jenis PertanyaanBenar Salah
Σ % Σ %
1Gigi Berlubang (krowok) karena banyak makan buah-buahan dan sayur-sayuran
12 66,67 6 33,33
2Minuman teh membantu menguatkan gigi (membantu gigi tetap sehat)
7 38,89 11 61,11
3Makin keras menyikat gigi, makin bersih gigi-giginya
8 44,44 10 55,56
4 Penyakit radang gusi menyebabkan gusi berdarah 18 100 0 05 Merokok dapat menyebabkan kerusakan gigi 2 11,11 16 88,896 Menyikat gigi harus memakai pasta gigi 0 0 18 100
47
7Gigis pada anak-anak sama dengan gigi berlubang pada orang dewasa
8 44,44 10 55,56
8Gigi yang susunannya tidak teratur atau tidak rata dapat dirawat
17 94,44 1 5,56
9Membersihkan gigi dengan tusuk gigi dapat merusak gigi
15 83,33 3 16,67
10Sakit gigi akan sembuh jika diobati dengan panadol, oskadon atau obat anti sakit lainnnya seperti yang diiklan
8 44,44 10 55,56
11Hilang atau rusaknya gigi pada orang tua adalah hal yang biasa terjadi karena usia
1 5,56 17 94,44
Kuesioner diisi oleh penduduk yang berusia diatas 15 tahun dan di dusun
ini terdapat 18 orang. Berdasarkan tabel 19 dapat diketahui tingkat pengetahuan
dan kesadaran akan kesehatan gigi dan mulut pada penduduk Sokomarto,
meliputi:
1. Terdapat 66,67% penduduk yang mengetahui penyebab gigi berlubang, yaitu
bukan berasal dari makan buah-buahan dan sayur-sayuran
2. Terdapat 38,89%, penduduk yang mengetahui bahwa teh tidak membantu
menguatkan gigi.
3. Terdapat 44,44%, penduduk yang mengetahui bahwa makin keras menykat
gigi, tidak berarti makin bersih gigi-giginya.
4. Seluruh penduduk sudah mengetahui bahwa adanya peradangan pada gusi
menyebabkan gusi berdarah.
5. Terdapat 11,11% penduduk yang sudah mengetahui bahwa merokok dapat
menyebabkan kerusakkan gigi.
6. Tidak ada penduduk yang telah mengetahui bahwa menyikat gigi tidak selalu
memakai pasta gigi
48
7. Sebagian penduduk, yaitu 44,44%, sudah mengetahui bahwa gigis pada anak-
anak sama dengan gigi berlubang pada orang dewasa.
8. Sebagian besar penduduk, yaitu 94,44%, sudah mengetahui bahwa gigi yang
susunannya teratur dapat dirawat menggunakan kawat orthodontik.
9. Sebagian besar penduduk, yaitu 83,33%, sudah mengetahui bahwa pemakaian
tusuk gigi akan merusak gigi. Tusuk gigi tidak terjaga kebersihannya sehingga
malah akan melukai jaringan.
10. Terdapat 44,44% penduduk yang sudah mengetahui bahwa obat-obatan seperti
panadol, oskadon dan obat-obatan anti sakit lainnya yang diiklankan dapat
mengatasi sakit gigi.
11. Terdapat 5,56% penduduk yang sudah mengetahui bahwa hilang atau
rusaknya gigi pada orang tua adalah hal yang tidak biasa karena usia.
Tabel 20. Distribusi Sampel Kategori Tingkat Pengetahuan Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto,
Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Tahun 2012
NoKategori Tingkat Persepsi
Kesehatan GigiJumlah
∑ %1 Baik 3 16,672 Sedang 15 83,332 Kurang 0 0
Jumlah 18 100
Tabel 21. Distribusi Sampel Kategori Tingkat Persepsi Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
NoKategori Tingkat Persepsi
Kesehatan GigiJumlah
∑ %1 Baik 12 66,672 Sedang 6 33,332 Kurang 0 0
49
Jumlah 21 18
Tabel 22. Distribusi Sampel Kategori Tingkat Sikap Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
NoKategori Tingkat Persepsi
Kesehatan GigiJumlah
∑ %1 Baik 13 72,222 Sedang 5 27,782 Kurang 0 0
Jumlah 18 100
Tabel 23. Distribusi Sampel Kategori Tingkat Perilaku Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
NoKategori Tingkat Persepsi
Kesehatan GigiJumlah
∑ %1 Baik 12 66,672 Sedang 6 33,332 Kurang 0
Jumlah 18 100
Berdasarkan Tabel 21, sebanyak 66,67% penduduk Dusun Sokomarto
sudah memiliki persepsi tentang kesehatan gigi dan mulut yang baik. Tabel 22
menunjukkan 72,22% memiliki sikap terhadap kesehatan gigi dan mulut yang
baik, sedangkan Tabel 23 menunjukkan 66,67 % penduduk juga memiliki perilaku
kesehatan gigi dan mulut yang baik.
Astoeti dan Boesro (2003) ci.t Blum (1974) menyebutkan bahwa status
kesehatan gigi dan mulut dipengaruhi oleh 4 faktor penting, yaitu keturunan,
lingkungan (fisik maupun sosial budaya), perilaku, dan pelayanan kesehatan.
Perilaku memegang peranan yang penting dalam mempengaruhi status kesehatan
gigi dan mulut, karena di samping mempengaruhi status kesehatan gigi dan mulut
secara langsung, perilaku dapat mempengaruhi faktor lingkungan maupun
50
pelayanan kesehatan. Perilaku seseorang memiliki kaitan yang erat dengan tingkat
pengetahuannya (Astoeti dan Boesro, 2003). Pengetahuan merupakan awal
terjadinya proses perubahan perilaku. Perilaku yang didasari oleh pengetahuan
akan lebih lama bertahan daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan
(Notoatmodjo, 1993).
51
BAB IV
KEDIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari survei terpadu PHBS serta survei
kesehatan gigi dan mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, DIY adalah sebagai berikut:
1. Sebanyak 57,14% keluarga dari 7 keluarga yang disurvei di dusun Sokomarto
termasuk klasifikasi keluarga Sehat IV.
2. Masalah PHBS yang ditemukan dari 7 keluarga yang disurvei di Dusun
Karanganyar, yaitu:
a. Perilaku sehat keluarga
1) Masih terdapat keluarga yang merokok dalam rumah
2) Masih terdapat keluarga yang belum memiliki asuransi kesehatan
3) Sudah tidak terdapat keluarga yang belum membiasakan
menggunakan garam beryodium
4) Sebagian besar keluarga telah membiasakan mengkonsumsi buah dan
sayur setiap hari
b. KIA/KB
1) Tidak terdapat ibu yang tidak memeriksakan kehamilannya kepada
tenaga kesehatan
52
2) Terdapat Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi sebesar 85,71%
c. Kesehatan lingkungan
1) Masih terdapat keluarga yang belum menanan dan mengetahui
manfaat tanaman obat keluarga (TOGA)
2) Masih terdapat keluarga yang tidak mempunyai tempat pembuangan
sampah yang memenuhi syarat kesehatan
3) Sudah tidak ada keluarga yang memiliki rumah dengan lantai dari
tanah
3. Masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditemukan dari 7 keluarga yang
disurvei di Dusun Sokomarto, yaitu:
a. Masih tingginya prevalensi karies gigi dan penyakit gusi
b. Masih kurangnya kesadaran sebagian masyarakat untuk menambalkan
gigi, ditunjukkan dengan nilai F yang rendah
c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya
rehabilitatif terhadap kesehatan gigi dan mulut, terutama dalam hal
pembuatan gigi tiruan.
B. Saran
1. Kesadaran masyarakat Dusun Sokomarto akan pentingnya perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS) serta kesehatan gigi dan mulut perlu ditingkatkan
melalui penyuluhan-penyuluhan intensif yang dilakukan secara terpadu
53
dengan kegiatan kemasyarakatan sehingga penyampaian penyuluhan dapat
lebih efektif.
2. Kerjasama yang baik antara pihak Puskesmas dengan pihak
perangkat dusun dalam menggalakkan PHBS, UKGMD, dan pemanfaatan
fasilitas kesehatan yang ada perlu ditingkatkan.
3. Perlu peningkatan motivasi, pengetahuan, serta ketrampilan
kader-kader kesehatan Dusun Sokomarto melalui pelatihan-pelatihan yang
intensif sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.
4. Perlu diadakan kegiatan yang dapat memotivasi masyarakat
untuk menggalakkan PHBS, memperhatikan kesehatan gigi dan mulut,
kesehatan umum, serta lingkungan seperti lomba-lomba dengan tema-tema
PHBS dan kesehatan.
54
RENCANA PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN MASYARAKAT
DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
BAB I
PENDAHULUAN
Perencanaan merupakan fungsi administrasi yang terpenting karena
berbagai fungsi administrasi lainnya baru berperan apabila fungsi perencanaan
telah selesai dilakukan. Hal terpenting dalam perencanaan adalah proses
perencanaan yaitu langkah-langkah yang harus dilakukan dalam menyusun suatu
rencana. Perencanaan yang baik harus merupakan bagian dari sistem administrasi,
dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan, berorientasi pada masa
depan, mampu menyelesaikan masalah, mempunyai tujuan serta bersifat mampu
kelola (Azwar, 1996).
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membuat perencanaan
kesehatan secara umum adalah identifikasi masalah. Identifikasi masalah
diperoleh dari pengumpulan data-data, seperti data demografi, kondisi geografis
dan lingkungan, pendidikan, pekerjaan, sumber tenaga, dan sumber daya yang
tersedia serta status kesehatan penduduk. Setelah mendapatkan data yang
diperlukan, langkah kedua adalah menganalisis data agar dapat diketahui masalah-
masalah yang ada dan dapat ditetapkan masalah yang menjadi prioritas. Langkah
ketiga adalah menyusun alternatif jalan keluar dan memilih prioritas jalan keluar
yang paling menjanjikan berdasarkan keefektifan dan keefisienan jalan keluar.
55
Jalan keluar terpilih kemudian diuji untuk menilai berbagai faktor penopang dan
penghambat yang kemudian diperbaiki dan dibuat uraian rencananya. Setelah
ketiga langkah ini ditempuh maka langkah yang terakhir adalah pelaksanaan dan
evaluasi (Azwar, 1996).
Perencanaan program PHBS berguna untuk menentukan tujuan dan
strategi komunikasi PHBS. Langkah-langkah perencanaan program PHBS
tersebut meliputi langkah pertama yaitu menentukan tujuan. Berdasarkan kegiatan
pengkajian PHBS dapat ditentukan klasifikasi PHBS wilayah maupun klasifikasi
PHBS tatanan, maka dapat ditentukan masalah perilaku kesehatan masyarakat di
tiap tatanan dan wilayah, selanjutnya berdasarkan masalah perilaku kesehatan dan
hasil pengkajian sumber daya PKM, ditentukan tujuan yang akan dicapai untuk
mengatasi masalah PHBS yang ditemukan. Langkah kedua adalah menentukan
jenis kegiatan intervensi. Caranya adalah mengembangkan beberapa alternatif
intervensi, kemudian dipilih intervensi mana yang paling baik dilakukan dengan
dikaitkan pada ketersediaan sumber daya. Penentuan kegiatan intervensi dipilih
berdasarkan prioritas masalah PHBS, wilayah garapan, penentuan tatanan yang
akan diintervensi serta penentuan satu jenis sasaran untuk tiap tatanan (Dep.Kes
RI, 2002).
Kedudukan dan peranan perencanaan dalam kemajemukan hidup yang
ditemukan pada masyarakat modern telah sedemikian pentingnya. Pada
pelaksanaan berbagai upaya kesehatan masyarakat, banyak pengaturan yang
diperlukan. Tidak hanya yang menyangkut masalah-masalah kesehatan saja, tetapi
juga pada masalah-masalah kemasyarakatan secara keseluruhan. Asumsi
56
perencanaan (planning asumption) bertujuan untuk mengetahui berbagai faktor
penopang dan atau penghambat yang diperkirakan akan dihadapi apabila rencana
tersebut dilaksanakan. Pengetahuan kedua faktor ini cukup penting dalam
pekerjaan administrasi, karena dapat dilakukan berbagai persiapan sedemikian
rupa sehingga pelaksanaan rencana dapat berjalan lebih lancar (Azwar, 1996).
Berdasarkan survei yang telah dilakukan di Dusun Sokomarto, Desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, terdapat beberapa masalah
kesehatan yang perlu mendapat perhatian dan perlu diadakan pemecahan serta
penanganan lebih lanjut. Adapun masalah-masalah tersebut adalah masalah
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) berupa perilaku sehat keluarga,
KIA/KB, masalah kesehatan lingkungan, serta masalah kesehatan gigi dan mulut
berupa masih tingginya prevalensi karies gigi, penyakit gusi, rendahnya kesadaran
masyarakat untuk menambalkan gigi dan juga kesadaran masyarakat untuk
membuat gigi tiruan juga masih rendah.
57
BAB II
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH
A. Rumusan Masalah
Berdasarkan survei terpadu PHBS serta survei kesehatan gigi dan mulut
di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY,
diperoleh beberapa masalah mengenai PHBS dan kesehatan gigi dan mulut
sebagai berikut:
1. Masalah PHBS yang ada di Dusun Sokomarto, yaitu:
a. Perilaku sehat keluarga
1) Masih terdapat keluarga yang merokok dalam rumah
2) Masih terdapat keluarga yang belum memiliki asuransi kesehatan atau
dana sehat
b. KIA/KB
1) Masih terdapat Pasangan Usia Subur yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi
c. Kesehatan lingkungan
1) Masih terdapat keluarga yang belum menanan dan mengetahui
manfaat tanaman obat keluarga (TOGA)
2) Masih terdapat keluarga yang tidak mempunyai tempat pembuangan
sampah yang memenuhi syarat kesehatan
2. Masalah kesehatan gigi dan mulut pada penduduk Dusun Sokomarto, yaitu:
58
a. Masih tingginya prevalensi karies gigi dan penyakit gusi
b. Masih kurangnya kesadaran sebagian masyarakat untuk menambalkan
gigi, ditunjukkan dengan nilai F yang rendah.
c. Masih kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya upaya
rehabilitatif terhadap kesehatan gigi dan mulut, terutama dalam hal
pembuatan gigi tiruan
B. Prioritas Masalah
Hasil penyajian data akan memunculkan berbagai masalah dan tidak
semua masalah dapat diselesaikan. Penetapan prioritas masalah perlu
dilaksanakan karena terbatasnya sumber daya yang tersedia dan adanya hubungan
antara satu masalah dengan masalah lain sehingga tidak perlu semua masalah
diselesaikan (Azwar, 1996).
Hasil analisis fakta dan keadaan biasanya menghasilkan berbagai
masalah (baik masalah yang sudah dirasakan maupun belum dirasakan masyarakat
setempat). Sehubungan dengan hal ini, perumusan masalah perlu dipusatkan pada
masalah-masalah nyata (real problem). Artinya, perumusan masalah hendaknya
dipusatkan pada masala-masalah yang dinilai sebagai penyebab tidak
terpenuhinya kebutuhan nyata (real needs) masyarakat yang telah dapat dirasakan
(felt-needs) oleh mereka (Yustina, 2003).
Berbagai macam cara dapat digunakan untuk menentukan prioritas
masalah. Dalam menentukan prioritas masalah PHBS dan prioritas masalah
kesehatan gigi dan mulut di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi
59
ini digunakan Teknik Kriteria Matriks yang disederhanakan. Menurut Azwar
(1996), Teknik Kriteria Matriks merupakan cara pemilihan prioritas masalah yang
dilakukan dengan scoring technique yaitu memberi nilai untuk berbagai parameter
tertentu yang telah ditetapkan. Secara umum parameter yang digunakan terdiri
dari:
1. Pentingnya masalah (importancy)
Terdapat beberapa ukuran pentingnya suatu masalah. Beberapa
diantaranya adalah:
a. Besarnya masalah (prevalence)
b. Akibat yang ditimbulkan oleh masalah (severity)
c. Kenaikan besarnya masalah (rate of increase)
d. Derajat keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi (degree of unmeet
need)
e. Keuntungan sosial yang diperoleh jika masalah terselesaikan (social
benefit)
f. Rasa prihatin atau kepedulian masyarakat terhadap masalah (public
concern)
g. Suasana politik (political climate)
2. Kelayakan teknologi yang tersedia dan dapat dipakai untuk mengatasi
masalah (technical feasibility)
3. Ketersediaan sumber daya yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah (resources availability)
60
Setiap parameter diatas diberi nilai dengan skala 1-5. Cara memberikan
penilaian adalah dengan memberikan angka 5 pada masalah yang dianggap paling
besar/sangat penting dan angka 1 pada masalah yang dianggap paling kecil/tidak
penting. Masalah yang jumlah nilainya paling tinggi adalah yang menjadi prioritas
masalah.
1. Penentuan Prioritas Masalah PHBS
Tabel 24. Distribusi Sampel Rekapitulasi Jawaban ”Tidak” PHBS dengan 3 Pokok Permasalahan di Dusun Sokomato, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
No RespondenJawaban ”Tidak”
Perilaku Sehat Keluarga
KIA/KBKesehatan
Lingkungan1 Keluarga 1 0 1 02 Keluarga 2 2 1 13 Keluarga 3 2 0 14 Keluarga 4 2 0 35 Keluarga 5 0 0 06 Keluarga 6 1 0 27 Keluarga 7 0 0 4
Jumlah 7 2 11
Berdasarkan definisi di atas telah ditetapkan kesepakatan tim survei
bahwa yang disebut prevalensi untuk kasus permasalahan PHBS di Dusun
Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY,
adalah sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk yang disurvei adalah jumlah keluarga yang disurvei
yaitu sebanyak 7 keluarga.
b. Penentuan prevalensi dilakukan berdasarkan data yang didapat dan
dikelompokkan sebagai berikut:
61
1) Permasalahan perilaku sehat keluarga
Sebuah keluarga dinyatakan memiliki permasalahan perilaku sehat
keluarga jika memiliki 4-8 jawaban “tidak” dari 8 permasalahan
perilaku sehat keluarga.
2) Permasalahan KIA/KB
Sebuah keluarga dinyatakan memiliki permasalahan KIA/KB jika
memiliki 3-6 jawaban “tidak” dari 6 permasalahan KIA/KB.
3) Permasalahan kesehatan lingkungan
Sebuah keluarga dinyatakan memiliki permasalahan kesehatan
lingkungan jika memiliki 3-6 jawaban “tidak” dari 6 permasalahan
kesehatan lingkungan.
Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa terdapat 2 keluarga yang
memiliki masalah mengenai kesehatan lingkungan. Hal ini diketahui bahwa
keluarga tersebut memiliki ≥ 3 jawaban “tidak” dari 6 permasalahan
kesehatan lingkungan. Tidak ditemukan permasalahan KIA/KB dan perilaku
sehat keluarga diantara 7 keluarga. Dari data tersebut dapat ditentukan
prevalensi untuk masing-masing permasalahan PHBS:
a. Prevalensi masalah prilaku sehat keluarga
62
b. Prevalensi masalah KIA/KB
c. Prevalensi masalah kesehatan lingkungan (kesling)
Tabel 25. Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Masalah PHBSdi Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten
Nilai 5 : Untuk kriteria masalah sangat penting sekali
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase, DU =
Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern, PC =
Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability
63
Nilai untuk prevalensi diberikan dengan ketentuan:
Prevalensi 0 – 20% Nilai = 1
Prevalensi 21 – 40% Nilai = 2
Prevalensi 41 – 60% Nilai = 3
Prevalensi 61 – 80% Nilai = 4
Prevalensi 81 – 100% Nilai = 5
Berdasarkan Tabel 25 maka prioritas masalah yang dipilih dan yang
akan dicari jalan keluarnya dari hasil survei PHBS adalah masalah perilaku
sehat keluarga. Masalah perilaku sehat keluarga tersebut meliputi masalah
masih adanya anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok di dalam
rumah, belum memiliki asuransi kesehatan, belum membiasakan
mengkonsumsi garam beryodium, belum membiasakan mengkonsumsi sayur
dan buah setiap hari.
2. Penentuan Prioritas Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Berdasarkan hasil survei kesehatan gigi dan mulut penduduk Dusun
Sokomarto diperoleh berbagai masalah kesehatan gigi dan mulut yang
kemudian dapat diambil lima besar masalah untuk penentuan prioritas
masalah.
Berdasarkan Tabel 26 dapat dilihat bahwa prevalensi karies gigi
adalah 91,67%, prevalensi gingivitis adalah 70,83%, dan prevalensi penyakit
periodontal adalah 8,33%
64
Tabel 26. Distribusi Sampel Rekapitulasi Data Survei Kesehatan Gigi dan Mulut Penduduk Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
No IndikatorYA TIDAK
Σ % Σ %1 Memiliki karies gigi 14 77,78 4 77,782 Ada gingivitis 11 61,11 7 38,893 Ada penyakit jaringan periodontal 11 61,11 7 38,89
Tabel 27. Distribusi Sampel Teknik Kriteria Matriks Pemilihan Prioritas Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut di Dusun Sokomarto,
Desa Donokerto, Kecamatan Turi,Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Tahun 2012
No Daftar MasalahBobot Nilai
JumlahIT R
P S RI DU SB PB PC
1Status karies gigi tinggi
5 4 3 5 3 5 3 3 3 121.500
2Status kesehatan gingiva kurang
4 3 4 3 2 3 2 2 2 6912
3Status kesehatan jaringan periodontal kurang
4 5 5 4 1 2 1 1 1 800
Keterangan:
Nilai 1 : Untuk kriteria masalah kurang penting
Nilai 2 : Untuk kriteria masalah cukup penting
Nilai 3 : Untuk kriteria masalah penting
Nilai 4 : Untuk kriteria masalah sangat penting
Nilai 5 : Untuk kriteria masalah sangat penting sekali
I = Importancy, P = Prevalence, S = Severity, RI = Rate of Increase, DU =
Degree of Unmeet Need, SB = Social Benefit, PB = Public Concern, PC =
Political Climate, T = Technical Feasibility, R = Resources Availability
Nilai untuk prevalensi diberikan dengan ketentuan:
65
Prevalensi 0 – 20% Nilai = 1
Prevalensi 21 – 40% Nilai = 2
Prevalensi 41 – 60% Nilai = 3
Prevalensi 61 – 80% Nilai = 4
Prevalensi 81 – 100% Nilai = 5
Berdasarkan Tabel 27 di atas maka yang menjadi prioritas masalah
kesehatan gigi dan mulut di Dusun Sokomarto adalah tingginya status karies
gigi.
66
BAB III
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah, dicari berbagai alternatif
jalan keluar, yang pada akhirnya dilakukan pemilihan jalan keluar yang menjadi
prioritas.
A. Masalah PHBS
Prioritas masalah PHBS pada masyarakat Dusun Sokomarto yang harus
dipecahkan adalah masalah perilaku sehat keluarga yang meliputi:
1. Masih terdapat anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
Alternatif pemecahan masalah adalah dengan memberi penyuluhan tentang
zat-zat yang terkandung dalam rokok dan efeknya bagi kesehatan, bahaya
merokok bagi perokok pasif, hubungan merokok dengan kesehatan gigi dan
mulut serta cara mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok.
Hendaknya mencari alternatif pengganti merokok, seperti mengunyah permen
karet dan berolahraga (Hasnida dan Kemala, 2005).
2. Masih terdapat keluarga yang belum memiliki dana sehat/asuransi kesehatan
Alternatif pemecahan masalah adalah memberikan penjelasan kepada
masyarakat tentang pentingnya memiliki asuransi kesehatan, manfaat yang
dapat diperoleh jika memiliki asuransi kesehatan, dan cara mendapatkan
asuransi kesehatan.
67
Berdasarkan Tabel 27 terdapat 6 alternatif jalan keluar (A-F) dari
masalah perilaku sehat sebagai prioritas masalah PHBS. Menurut Azwar (1996),
untuk memperoleh prioritas jalan keluar dilakukan penetapan melalui Teknik
Kriteria Matriks, dengan kriteria berikut:
1. Efektivitas jalan keluar
Skor 1-5 untuk yang paling tidak efektif sampai paling efektif. Prioritas jalan
keluar adalah yang memiliki skor efektivitas terbesar. Ada kriteria tambahan
dari efektivitas yaitu:
a. Magnitude (M)
Besarnya masalah yang dapat diselesaikan oleh jalan keluar. Semakin
besar masalah yang dapat diatasi, semakin besar skornya.
b. Importancy (I)
Pentingnya jalan keluar dalam menyelesaikan masalah. Semakin lancar
dan langgeng masalah terselesaikan dengan jalan keluar tersebut, semakin
besar skornya.
c. Vunerability (V)
Sensitivitas jalan keluar untuk menyelesaikan masalah. Semakin cepat
suatu masalah terselesaikan dengan jalan keluar tersebut, semakin besar
skornya.
2. Efisiensi jalan keluar
Skor 1-5 untuk yang paling tidak efisien sampai yang paling efisien. Semakin
besar biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan jalan keluar, semakin tidak
efisien.
68
Proritas jalan keluar diperoleh dengan mengalikan seluruh komponen
efektifitas dan membaginya dengan efisiensi. Skor yang paling besar
merupakan prioritas jalan keluar.
Tabel 28. Alternatif Jalan Keluar Masalah PHBS di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
MasalahPenyebab Timbulnya
MasalahAlternatif Jalan Keluar
Perilaku sehat keluarga
1. Kebiasaan merokok A. Penyuluhan tentang zat-zat yang terkandung dalam rokok dan efeknya bagi kesehatan, bahaya merokok bagi perokok pasif, hubungan merokok dengan kesehatan gigi dan mulut serta cara mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok, misalnya dengan mengkonsumsi permen karet.
2. Belum memiliki asuransi kesehatan
B. Penyuluhan tentang pentingnya memiliki asuransi kesehatan, manfaat yang dapat diperoleh jika memiliki asuransi kesehatan, dan cara mendapatkan asuransi kesehatan.
Tabel 29. Prioritas Jalan Keluar Masalah PHBS di Dusun SokomartoDesa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
NoDaftar Alternatif
Jalan KeluarEfektivitas Efesiensi
CM I V1 A 4 5 2 2 802 B 2 2 3 1 123 C 1 2 1 2 44 D 4 1 3 2 24
Keterangan:
M = Magnitude, I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost
Dari Tabel 29 dapat diketahui pilihan jalan keluar yang terbaik adalah A
yaitu penyuluhan tentang zat-zat yang terkandung dalam rokok dan efeknya bagi
kesehatan, bahaya bagi perokok pasif, hubungan merokok dengan kesehatan gigi
69
dan mulut serta cara mengurangi bahkan menghentikan kebiasaan merokok,
misalnya dengan mengkonsumsi permen karet.
B. Masalah Kesehatan Gigi dan Mulut
Prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut pada masyarakat Dusun
Sokomarto yang harus dipecahkan adalah tingginya status karies gigi. Salah satu
alternatif untuk pemecahan masalah tingginya status karies gigi yaitu dengan
penyuluhan tentang pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan
mulut, penyebab dan proses terjadinya gigi berlubang (karies), serta akibat yang
ditimbulkan bila gigi yang berlubang tidak dilakukan penanganan dan perawatan
dengan segera dan benar.
Perawatan gigi karies bergantung pada tingkat kedalaman karies. Saat
pembusukan berhenti sebelum mencapai dentin, maka email membaik dengan
sendirinya dan bintik putih di gigi akan menghilang. Perlindungan dentin dengan
mengulas fluor. Saat dentin yang menutup pulpa sudah tipis maka dapat dilakukan
pulpcapping indirect dengan menggunakan pelapis dentin Ca(OH)2. Saat
pembusukan telah mencapai dentin, maka bagian gigi yang membusuk harus
diangkat dan diganti dengan penambalan (restorasi) dengan tumpatan tetap
(amalgam, glass ionomer, komposit resin). Pada kasus karies yang sudah terjadi
peradangan pulpa hingga adanya kematian jaringan pulpa, dilakukan pemberian
obat antibiotik dan dilanjutkan perawatan syaraf atau pada kasus yang sudah
terlalu parah, gigi harus dilakukan pencabutan (Dep.Kes.RI, 2007).
70
Alternatif pemecahan masalah tingginya status karies yang kedua yaitu
dengan mengadakan pelatihan tentang cara menyikat gigi yang benar. American
Dental Assosiation (ADA) menyatakan bahwa pasien harus menyikat gigi secara
teratur minimal, dua kali sehari yaitu pagi hari setelah sarapan dan sebelum tidur
malam (Pintauli dan Hamada, 2008). Para peneliti telah banyak membuktikan
bahwa sebagian besar efektifitas menyikat gigi dalam membersihkan gigi geligi
tergantung dari bentuk sikat gigi. Pemilihan sikat gigi hendaknya menurut
kebutuhan perseorangan dengan pertimbangan mempunyai pegangan lurus, enak
dipegang, kepala sikat kecil sehingga mudah masuk ke segala daerah mulut serta
bulu sikat kekerasannya sedang atau lembut (Sriyono, 2005).
Alternatif ketiga yaitu dengan pembentukan kader kesehatan gigi dan
mulut untuk promosi fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang tersedia dan
memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut, misalnya
Puskesmas, sehingga masyarakat memiliki kesadaran dan motivasi untuk
menambalkan giginya yang berlubang. Hal ini mengingat masih rendahnya
kesadaran dan minat masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi dan
mulut.
71
Tabel 30. Alternatif Jalan Keluar Masalah Kesehatan Gigi dan Mulutdi Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
MasalahPenyebab Timbulnya
MasalahAlternatif Jalan Keluar
Tingginya statusKaries
1. Kurangnya kesadaran untuk menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut serta cara perawatan gigi berlubang
A. Penyuluhan tentang pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut, tentang penyebab dan proses terjadinya gigi berlubang (karies), serta akibat yang ditimbulkan bila gigi berlubang tidak dilakukan penanganan dan perawatan dengan segera dan benar
2. Kurangnya pengetahuan tentang cara menyikat gigi yang benar
B. Penyuluhan tentang waktu dan cara menyikat gigi yang benar, serta pelatihan tentang cara menyikat gigi yang benar
3. Kurangnya kesadaran dan minat masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan gigi dan mulut
C. Pembentukan kader kesehatan gigi dan mulut untuk promosi fasilitas kesehatan gigi dan mulut yang tersedia dan memotivasi masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut, misalnya Puskesmas.
Tabel 31. Prioritas Jalan Keluar Masalah PHBS di Dusun Sokomarto, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta, Tahun 2012
NoDaftar Alternatif
Jalan KeluarEfektivitas Efesiensi
CM I V1 A 3 4 2 4 962 B 2 3 1 3 183 C 4 2 3 2 48
Keterangan:
M = Magnitude, I = Importancy, V = Vulnerability, C = Cost
Tabel 31 menunjukkan bahwa pilihan jalan keluar terbaik untuk prioritas
masalah tingginya tingkat karies gigi yaitu memberikan penyuluhan tentang
pentingnya menjaga dan memelihara kesehatan gigi dan mulut, penyebab dan
72
proses terjadinya gigi berlubang (karies), serta akibat yang ditimbulkan bila gigi
berlubang tidak dilakukan penanganan dan perawatan dengan segera dan benar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Prioritas masalah PHBS yang perlu ditanggulangi di Dusun Sokomarto, Desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, pada tahun 2011 adalah
masalah perilaku sehat keluarga yaitu masih adanya anggota keluarga yang
memiliki kebiasaan merokok dan belum memiliki asuransi kesehatan.
2. Prioritas masalah kesehatan gigi dan mulut penduduk Dusun Sokomarto, Desa
Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, DIY, pada tahun 2011 yang
harus dipecahkan adalah tingginya status karies.
3. Prioritas jalan keluar masalah PHBS yang ditetapkan yaitu penyuluhan tentang
bahaya merokok bagi diri sendiri dan bagi perokok pasif, zat-zat yang
terkandung dalam rokok dan efeknya terhadap kesehatan, hubungan merokok
dengan kesehatan gigi dan mulut, serta cara mengurangi/menghentikan
kebiasaan merokok.
4. Prioritas jalan keluar masalah kesehatan gigi dan mulut yang ditetapkan yaitu
penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut yang berguna untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga dan merawat kesehatan
gigi dan mulut.
73
B. Saran
1. Penyuluhan kesehatan kepada masyarakat sebaiknya diberikan secara terpadu
dan terencana serta sesuai dengan tingkat pendidikan sehingga masyarakat
dapat lebih memahami pesan-pesan kesehatan yang disampaikan.
2. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan diharapkan lebih berpartisipasi
aktif dalam kegiatan-kegiatan penyuluhan di masyarakat dan dapat ikut
membina kader-kader kesehatan masyarakat sehingga dapat memperluas
jangkauan pelayanan kesehatan ke semua lapisan masyarakat.
3. Diperlukan partisipasi aktif dari para motivator di masyarakat seperti tim
penggerak PKK, guru, kader kesehatan, atau tokoh masyarakat lainnya untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan secara umum
maupun kesehatan gigi dan mulut.
74
DAFTAR PUSTAKA
Anggorodi, Rina, 2009, Dukun Bayi dalam Persalinan oleh Masyarakat Indonesia, Makara Kesehatan, Vol 13 (1):9-14.
Asiyah, S., Suwoyo, Mahaendriningtyastuti, 2010, Karakteristik Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) Sampai Tribulan II Tahun 2009 di Kota Kediri, Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, Vol.I No.3.
Astoeti, T., Budiharto, dan Bachtiar, A., 2006, Efektivitas Pengelolaan Pendidikan Kesehatan Gigi dengan Pendekatan Total Quality Management pada Anak Sekolah, IJD, 13(3): 150 – 5.
Astoeti, T., dan Boesro, S., 2003, Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Murid-Murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) DKI Jakarta, Dentika Dental Journal, 8(2): 145 – 50.
Astoeti, T., Jenie, A., Kusnoto, J., 2006,Hubungan Perilaku Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut Murid-Murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) DKI Jakarta Penderita Gigi Berjejal (Kajian pada Murid-Murid Kelas 4 – 6 SDN di DKI Jakarta), Jurnal Kedokteran Gigi UI , 10 (Edisi Khusus): 490 – 5.
Azwar, A., 1996, Pengantar Adsministrasi Kesehatan, Edisi 3, PT. Binarupa Aksara, Jakarta.
Budiharto, 1998, Kontribusi Umur, Pendidikan, Jumlah Anak, Status Ekonomi Keluarga, Pemanfaatan Fasilitas Kesehatan Gigi dan Pendidikan Kesehatan Gigi terhadap Perilaku Ibu, JKGUI, Jakarta, 5(2): 99 – 108.
Damanik, S., dan Sinaga, E. V., 2002, Efek Penyuluhan dan Pelatihan dalam Penurunan Indek Plak pada Siswa-Siswa Kelas IV dan V di Dua SD Negeri Medan, Dentika Dental Journal, Medan, 7(1): 1 – 5.
Departemen Kesehatan RI, 1999, Upaya Kesehatan Gigi Masyarakat (UKGM), Direktorat Jendral Pelayanan Medik, Direktorat Kesehatan Gigi, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2002, Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2003, Indikator Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan Kabupaten/Kota Sehat,
75
http:// www.litbang.depkes.go.id/download/is2010/indikator.pdf , diunduh pada tanggal 15 Juli 2011
Departemen Kesehatan RI, 2006, Buku Saku Gaya Hidup Sehat, Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI, 2007, Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Dinas Kesehatan DIY, 2000, Buku Pegangan Kader Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tatanan Rumah Tangga, Seksi LKM Bapelkes, Yogyakarta.
Dinas Kesehatan Kutai Kartanegara, 2008, Definisi Jamban Keluarga dan SPAL, http://www.dinkes.kutai-kartanegara.go.id , diunduh pada tanggal 15 Juli 2011
Djatmiko, Febri, 2008, Upaya Peningkatan Strata Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tingkat Rumah Tangga Melalui Strategi Promosi Kesehatan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Fatimah, Siti, 2008, Tesis: Faktor Kesehatan Lingkungan rumah yang Berhubungan dengan Kejadian TB Paru di Kabupaten Cilacap (Kecamatan: Sidareja, Cipari, Kedungreja, Patimuan, Gandrungmangu), Program Pascasarjana Universita Diponegoro, Semarang.
Fikawati, S., dan Syafiq, A., 2010, Kajian Implementasi dan Kebijakan Air Susu Ibu Eksklusif dan Inisiasi Menyusui Dini di Indonesia, Makar Kesehatan, Vol. 14(1):17-24
Fitriani, Eriani,K., Sari, W., 2010, The Effect of Cigarettes Smoke Exposured Caused Fertility of Male Mice (Mus musculus), Jurnal Natural, Vol. 10, No. 2.
ILO, 2008, Social Security in Indonesia : Advancing the Development Agenda, ILO Subregional Office, South East Asia.
Harmayani, K.D., Konsukartha, I.G.M., 2007, Pencemaran Air Tanah Akibat Pembuangan Limbah Domestik di Lingkungan Kumuh Studi Kasus Banjar Ubung Sari, Kelurahan Ubung, Jurnal Pemukiman Natah, Vol. 5(2): 62-108.
Hasnida, dan Kemala, I., 2005, Hubungan Antara Stress dan Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-laki, PSIKOLOGIA,Vol. 1, No. 2.
Indreswari, M., Hardinsyah, Damanik, M.R., 2008, Hubungan Antara Intensitas Pemeriksaan Kehamilan, Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Konsumsi Tablet Besi dengan Tingkat Keluhan Selama Kehamilan, Jurnal Gizi dan Pangan, Vol 3(1): 12-21.
Kristina, Isminah, Wulandari, L., 2004, Kajian Masalah kesehatan: Demam Derdarah Dengue,Badan Litbangkes, Depkes RI, Jakarta.
Kusumawati, Ita, 2010, Tesis: Hubungan Antara Status Merokok Anggota Keluarga dengan Lama Pengobatan ISPA Balita di Kecamatan Jenawi, Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Manaf, S.A., 2010, Tesis : Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar,Fakultas Kesehatan Masyarakat Universita Sumatera Utara, Medan.
Notoatmodjo, S., 1993, Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset, Yogyakarta.
Oktaviani, V.A., 2009, Skripsi : Hubungan Antara Sanitasi Fisik Rumah dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA) pada Balita di Desa Cepogo KecamatanCepogo Kabupaten Boyolali, Fakultas Ilmu Kesehatan Universita Muhammadiyah Surakarta, Surakarta.
Panjaitan, P.M., 2010, Karya Tulis Ilmiah : Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi pada Balita di Klinik Bersalin Nurhalma Tembung tahun 2010, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 5-6, 28-29, 74-81
Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI, 2006, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Jakarta.
Putra, B., 2010, Skripsi : Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis dan Kimia Air Sumur Gali serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang tahun 2010, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, Medan.
Rachmawati, F.J., dan Triyana, S.Y., 2008, Perbandingan Angka Kuman pada Cuci Tangan dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerja di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia, Logika, Vol 1(5): 26-31.
77
Setianingrum, Putri, 2009, Hubungan Antara Pemakaian Alat Kontrasepsi Suntik Dengan Tekanan Darah pada Akseptor KB Suntik di Puskesmas Delanggu Klaten, Fakultas Ilmu Kesehatan UMS, Surakarta.
Sriyono, W. N., 2005, Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan, Medika Fakultas Kedokteran UGM, Yogyakarta.
WHO, 1995, Kader Kesehatan Masyarakat (Terj.), EGC, Jakarta.
Yani, R. W. E., 2005, Hubungan Pola Menyikat Gigi dengan Karies Gigi, Indonesian Journal of Dentistry, FKG UI, Jakarta, 12(1): 15 – 8.
Yulyatin, 2007, Sikap Ibu Rumah Tangga Pedesaan terhadap Tanaman Obat Keluarga (TOGA) (Studi Kasus di Desa Trasak Kecamatan Larangan Kabupaten Pamekasan),
Yustina, 2003, Perencanaan Program Penyuluhan, Bagian Administrasi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3721/1/fkm-ida%20yustina.pdf , diunduh pada tanggal 15 Juli 2011