Top Banner
30 BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide Gayatri merupakan sosok historis dari masyarakat, oleh karena itu riset idenya merupakan focusing dari eksplanasi historis di atas. Penulis mengangkat tokoh dari Kerajaan Majaapahit yaitu Gayatri Rajapantni sebagai sumber ide dalam karya seni lukis, karena tokoh Gayatri merupakan salah satu dari banyaknya tokoh-tokoh dalam kerajaan Majapahit yang sangat jarang sekali disebut namanya. Gayatri merupakan tokoh yang memiliki jiwa pemimpin seperti ayahnya, dari beberapa kejadian besar dikerajaan tersebut, hampir semua ada Gayatri di belakangnya. Sifatnya yang bijaksana dan sangat ahli dalam hal menata kekuasaan menjadikannya seorang yang sangat disegani dalam kerajaan. Kelebihan inilah yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan Gayatri Rajapatni sebagai sumber ide dalam karya seni lukis. Saat puncak kejayaan dari kerajaan Majapahit, sebenarnya terdapat Gayatri di belakangnya. Gayatri adalah istri dari raja pertama Majapahit yaitu Raden Wijaya. Gayatri adalah anak dari raja Singosari bernama Kertanegara. Diceritakan bahwa Gayatri memiliki wajah yang cantik seperti nenek buyutnya Ken Dedes, namun berbeda dengan empat saudarinya yang lain Gayatri lebih tertarik dengan ilmu kenegaraan. Ia sering kali menghabiskan waktu bersama ayahnya untuk mempelajari hal-hal tentang kenegaraan, taktik perang, dan juga agama.
22

BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

Oct 09, 2019

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

30

BAB III

PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS

A. Riset Ide

Gayatri merupakan sosok historis dari masyarakat, oleh karena itu riset

idenya merupakan focusing dari eksplanasi historis di atas. Penulis mengangkat

tokoh dari Kerajaan Majaapahit yaitu Gayatri Rajapantni sebagai sumber ide

dalam karya seni lukis, karena tokoh Gayatri merupakan salah satu dari

banyaknya tokoh-tokoh dalam kerajaan Majapahit yang sangat jarang sekali

disebut namanya. Gayatri merupakan tokoh yang memiliki jiwa pemimpin seperti

ayahnya, dari beberapa kejadian besar dikerajaan tersebut, hampir semua ada

Gayatri di belakangnya. Sifatnya yang bijaksana dan sangat ahli dalam hal menata

kekuasaan menjadikannya seorang yang sangat disegani dalam kerajaan.

Kelebihan inilah yang membuat penulis tertarik untuk menjadikan Gayatri

Rajapatni sebagai sumber ide dalam karya seni lukis.

Saat puncak kejayaan dari kerajaan Majapahit, sebenarnya terdapat

Gayatri di belakangnya. Gayatri adalah istri dari raja pertama Majapahit yaitu

Raden Wijaya. Gayatri adalah anak dari raja Singosari bernama Kertanegara.

Diceritakan bahwa Gayatri memiliki wajah yang cantik seperti nenek buyutnya

Ken Dedes, namun berbeda dengan empat saudarinya yang lain Gayatri lebih

tertarik dengan ilmu kenegaraan. Ia sering kali menghabiskan waktu bersama

ayahnya untuk mempelajari hal-hal tentang kenegaraan, taktik perang, dan juga

agama.

Page 2: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

31

Gayatri adalah tokoh yang sangat penting di dalam kerajaan, beberapa

kali ia membuat keputusan-keputusan yang sangat kontroversial namun berakibat

baik demi kelangsungan kerajaan. Dari beberapa alasan yang dijelaskan di atas,

penulis sangat tertarik dengan gaya kepemimpinan Gayatri, cerita-cerita tentang

beberapa kejadian yang ia dalangi. Beberapa kejadian tersebut sangat

kontroversial sehingga sangat menarik untuk di reinterpretasi dalam bentuk visual

yang lebih kekinian sehingga dapat diterima dengan baik.

B. Riset Bentuk

1. Konsep Bentuk Dalam Pewujudan Karya

Bentuk-bentuk yang dimunculkan oleh penulis merupakan hasil dari

reinterpretasi sebuah arca yang merupakan satu-satunya acuan dalam bentuk

fisik. Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan

studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis memunculkan bentuk-

bentuk yang mengami distorsi, seperti objek yang dimunculkan memiliki kaki

seperti seekor kera, selain itu anatomi kaki, tangan dan kepala sangat

mengalami perubahan. Sosok Gayatri yang menakjubkan dalam posisi

kenegaraan, dalam hal ini bukan Gayatri dengan kecantikannya yang penulis

lukiskan, melainkan Gayatri dengan gaya yang lebih enak untuk dilihat dan

dinikmati, lepas dari karakter wanita terpandang. Penulis bermaksud

memunculkan hal-hal yang baru dan sedikit kebebasan. Pada setiap karya,

penulis juga menampilkan stilasi yaitu penggayaan pada setiap ornamen-

ornamen yang dilukiskan. Ornamen tersebut dimaksudkan untuk melengkapi

sekaligus memperindah objek-objek secara ekspresif. Ornamen merupakan hal

Page 3: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

32

paling banyak ditemukan di setiap karya penulis. Ornamen yang dimunculkan

merupakan hasil goresan ekspresif tanpa ada kaitan dengan arti-arti simbolis

ataupun kaitan dengan masa-masa tertentu. Ornamen yang dimunculkan

secara ekspresif muncul untuk memperindah setiap bagian yang ada pada

objek.

Karya-karya ini juga menampilkan metamorfosis. Metamorfosis

disini merupakan perubahan penampilan, berusaha menampilkan sifat

ketokohan seorang Gayatri dengan tampilan yang sangat berbeda, tetapi

penulis tetap mempunyai dasar dan acuan yaitu cerita, buku-buku, dan juga

arca peninggalan. Bentuk-bentuk yang dimunculkan penulis cenderung

menggunakan anatomi hewan kera, namun penulis tidak benar-benar

menggambarkan kera, karena menurut penulis wujud seperti kera ini dapat

mendukung pose-pose yang ingin digambarkan oleh penulis.

Simbolisme pada karya penulis ini lebih dikaitkan dengan warna,

penulis menggunakan warna-warna untuk memaknai hal-hal atau sifat tertentu,

seperti merah yang berarti berani, biru yang berarti sejuk, tenang. Penulis

ingin memberi kesan-kesan tertentu dalam penggunaan warna meskipun tidak

semua warna yang dipakai penulis memiliki makna, hanya di beberapa bagian

tertentu.

Bentuk-bentuk yang dimunculkan penulis juga meerupakan hasil

representasi dari tubuh manusia dan binatang. Penulis ingin memunculkan

sosok figur dengan kesan-kesan tenang, tanpa beban, datar namun berkarakter

demi mewujudkan hasil reinterpretasi dari arca Gayatri dengan mengambil

kejadian-kejadian yang pernah ia lalui sebagai latar belakangnya.

Page 4: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

33

2. Unsur-unsur Dalam Pewujudan Karya

a. Garis

Dalam karya-karya yang disajikan nantinya, penulis

menggunakan tiga jenis garis untuk menghasilkan visual yang diinginkan.

Garis tersebut adalah garis nyata yang akan digunakan untuk

menggambarkan ornamen-ornamen yang ada pada objek, garis semu

dimana garis ini muncul karena adanya batasan antara bidang dan warna,

kemudian ada garis ekspresif yang dimunculkan secara spontan. Garis

yang ada pada karya penulis adalah garis lengkung dan garis lurus yang

nantinya digunakan untuk menggambarkan bulu dan ornamen-ornamen

pada objek lukisan, sedangkan untuk background penulis lebih banyak

menggunakan garis lengkung untuk menggambarkan pepohonan dan

objek-objek lainnya.

b. Bidang

Bidang dalam karya penulis terdiri dari bidang geometric dan

biomorphic. Bidang geometric yang penulis gunakan lebih ke arah bentuk

bentuk tiga dimensi, seperti kubus, balok, namun bentuk-bentuk

mengalami sedikit distorsi sehingga lebih ekspresif. Bidang biomorphic

digunakan untuk memunculkan bentuk yang lebih natural, dan bebas.

c. Warna

Warna yang digunakan oleh penulis merupakan warna-warna pop

yang sangat berbeda jauh dengan warna yang ada pada masa-masa

kerajaan Majapahit. Warna tersebut dimaksudkan dapat memberi rasa baru

pada cerita-cerita lama tentang kerajaan, selain itu warna-warna tersebut

Page 5: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

34

juga mengandung makna yang menurut penulis sangat tepat. Warna pada

background menggunakan warna-warna solid atau satu warna tertentu,

untuk menghasilkan kesan ruang pada lukisan ini nantinya akan ada

beberapa objek tambahan seperti pepohonan. Penulis juga menggunakan

warna-warna dengan intensitas lebih terang seperti kuning, hijau, biru

muda, merah muda, dimana warna-warna yang digunakan sangat banyak

dan terkesan kekinian. Dalam pemberian warna, penulis menggunakan

teknik tertentu yaitu mencampurkan sedikit warna tertentu pada setiap

penggunaan warna. Misal, penulis ingin memberi warna biru untuk bagian

background, tetapi penulis mencampurkan warna hijau meskipun hanya

setetes, begitu juga untuk warna-warna lain penulis tetap memberikan

warna hijau meskipun hanya sedikit sekali, hal ini dimakasudkan agar

hasil karya nantinya memiliki kesatuan warna.

d. Tekstur

Tekstur dalam karya penulis kali ini adalah tekstur semu. Tekstur

ini terbentuk karena penumpukan warna berkali-kali sehingga membentuk

kesan seperti kelembutan yang dapat diraba.

3. Komposisi

Komposisi yang penulis gunakan pada karya nya ini adalah

komposisi terbuka dimana figur-figur dan objek yang dimunculkan tidak

hanya terpusat, namun juga dalam beberapa karya akan berubah-ubah.

Page 6: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

35

4. Medium dan Teknik

Penulis mengangkat tokoh Gayatri dalam karya tugas akhir ini dalam

sebuah karya seni lukis dengan teknik basah dan menggunakan medium

kanvas. Penulis memilih kanvas tebal dengan model kayu spanram minimalis,

hal ini dikarenakan kanvas jenis ini dapat menyerap dengan baik cat yang di

goreskan sehingga mempermudah proses pengerjaannya. Kayu spanram yang

dipilih juga melalui proses oven sehingga lebih tahan lama. Bentuk dari kayu

spanram sendiri minimalis sehingga lebih enak dipandang walaupun tanpa

bingkai.

Karya yang dikerjakan penulis menggunakan teknik basah yaitu

teknik yang menggunakan sapuan cat diatas kanvas. Beberapa karya penulis

menggunakan sketsa diatas kertas terlebih dahulu untuk memastikan

komposisi dan juga lebih mengakuratkan hasil imajinasi diatas kanvas

nantinya, tetapi ada juga beberapa lukisan yang tanpa sketsa diatas kertas.

Sketsa ini dikerjakan penulis langsung diatasa kanvas dengan menggunakan

kuas dan cat. Penulis merasa saat melakukan sketsa langsung diatas kanvas

lebih bebas dan tidak terikat dengan apa yang telah digambarkan diatas kertas.

Proses pembuatan karya juga menggunakan cat akrilik yang berbasis

air, alat yang digunakan seperti kuas berbagai macam jenis, dan alat

pendukung lainnya.

5. Proses Pembuatan Karya

Proses pembuatan karya ini, penulis beberapa menggunakan sketsa

yang diatas kertas, namun kebanyakan sketsa tidak dilakukan diatas kertas

Page 7: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

36

tetapi ekspresif langsung diatas kanvas. Adapun proses pembuatan karya seni

lukis penulis sebagai berikut:

a. Proses paling awal adalah membuat sketsa, penulis biasa mengerjakan

sketsa diatas kertas dengan media pensil atau pensil warna, tetapi pada

beberapa karya penulis tidak menggunakan sketsa diatas kertas tetapi

langsung diatas kanvas menggunakan cat berwarna terang seperti kuning,

hijau, atau biru muda, meskipun hanya goresan-goresan yang lebih

ekspresif.

b. Proses selanjutnya penulis membuat background pada kanvas dengan

menggunakan cat yang encer sebanyak tiga kali pelapisan, sehingga

background pada kanvas kosong dapat tertutup sempurna.

c. Proses selanjutnya, setelah kanvas kering penulis memindahkan sketsa

yang sudah dikerjakan di atas kertas ke kanvas, untuk karya yang tanpa

proses sketsa di atas kertas penulis langsung menggambar sketsa diatas

kanvas dengan menggunakan cat berwarna terang sehingga lebih mudah

tertutup dengan cat lain yang digunakan untuk mewarnai objek.

d. Proses selanjutnya adalah mengerjakan background, dimana penulis

lebih sering menggunakan background dengan satu warna, tetapi ada

beberapa karya yang juga menggunakan objek-objek sebagai background.

Tahap selanjutnya penulis mengerjakan objek yang letaknya didepan

background. Penulis melukis hingga selesai bagian yang paling jauh dalam

sudut pandang perspektif, jika objek tersebut sudah selesai maka dilanjutkan

objek di depannya hingga selesai.

Page 8: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

37

6. Penyajian

Penyajian merupakan hal paling penting dalam sebuah karya untuk

melengkapi sebuah karya seni yang akan disajikan kepada penikmat.

Penyajian karya penulis ini memanfaatkan media spanram yang minimalis.

Penulis hanya mengecat dengan warna yang senada dengan warna background

untuk mendapatkan kesan unity.

Page 9: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

38

7. Deskripsi Karya

Karya 1

Gambar 3.1

“Kelahiran” acrylic on canvas

120x120 cm 2015

Page 10: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

39

Karya pertama ini berjudul “Kelahiran” berukuran 120x120 cm. Karya

ini menggambarkan kelahiran dari sosok Gayatri yang nantinya akan menjadi

sosok pemimpin di kerajaan Majapahit. Dalam karya ini penulis memunculkan

sosok kura-kura yang menopang bayi. Kura-kura disini merupakan lambang dari

lingga yoni. Penulis sangat terinspirasi oleh peninggalan Majapahit di Candi

Cetho yang terletak di Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Ngargoyoso,

Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah yang banyak sekali memunculkan bentuk

kura-kura tersebut sebagai simbol Lingga dan Yoni. Pada sebelah kanan terdapat

kristal dan daun-daun, disini penulis ingin menggambarkan kemuliaan dan ada

tengkorak disebelah kiri yang melambangkan kematian.

Pembuatan karya ini menggunakan background warna coklat muda

dengan maksud menggambarkan semua akan kembali ke tanah. Sosok kura-kura

yang dimunculkan memiliki tempurung warna dominan hijau yang menurut

penulis menggambarkan pertumbuhan dan perubahan menjadi semakin baik.

Gayatri yang nantinya tumbuh menjadi sosok paling berpengaruh di kerajaan juga

akhirnya memutuskan menjadi Bhikuni atau Bhiksu wanita untuk mempelajari

keagamaan yang lebih tinggi.

Karya ini menggunakan banyak sekali garis ekspresif untuk

menggambarkan ornamen-ornamen. Ornamen yang dimunculkan dalam karya ini

didominasi oleh bentuk ekspresif, namun ada beberapa yang mengadopsi ornamen

khas Jawa. Karya ini juga menggunakan warna hijau disetiap warna yang

digunakan dengan cara mencampurkan warna hijau ke setiap warna yang

digunakan meskipun hanya setetes, hal ini dimaksudkan agar lukisan memiliki

kesatuan warna.

Page 11: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

40

Karya 2

Gambar 3.2

“Tantra” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

Page 12: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

41

Karya kedua ini berjudul “Tantra” dengan ukuran 120x150 cm. karya ini

menggambarkan sebuah ritual kuno penganut agama Budha pada masa kerajaan

Majapahit. Tantra merupakan ritual yang dipercaya dapat membangkitkan

kekuatan khusus pada pelakunya. Ritual ini biasa disebut ritual erotis dimana

semua pelaku ritual melakukan hal-hal tidak senonoh sebagai persyaratannya.

Penulis terinspirasi oleh bentuk-bentuk relief dan arca Candi Sukuh yang

terletak di wilayah Desa Berjo, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar,

Jawa Tengah. Pada candi tersebut menggambarkan ritual-ritual tantra, sosok yang

dimunculkan oleh penulis merupakan interpretasi dari relief-relief tersebut. Dari

relief tersebut penulis memvisualisasikan interpreatasi dalam bentuk sketsa di atas

kertas.

Karya ini menggunakan latar belakang warna merah muda, dimana

penulis ingin menggambarkan suasana romantis pada karya ini namun tanpa

memunculkan adegan yang vulgar. Penulis juga memunculkan sosok-sosok

seperti orang yang berwarna hitam dibawah dan digambarkan ikut bersenang-

senang. Sosok-sosok kecil tersebut merupakan objek tambahan yang melengkapi

objek utama. Badan yang berwarna hitam dimaksudkan wujud yang tidak

sempurna, memiliki kesan jahat, namun kepalanya berwarna putih yang

menggambarkan kesucian.Penulis menggunakan keseimbangan asimetris dengan

menggunakan sosok-sosok makhluk kecil yang menjadi titik beratnya. Sosok yang

dimunculkan tersebut juga menjadi kunci dari komposisi pada karya ini karena

pose pada objek pertama yang asimetris.

Page 13: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

42

Karya 3

Gambar 3.3

“Our enemy” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

Page 14: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

43

Karya ketiga ini berjudul “Our Enemy” dengan ukuran 120x120 cm.

Karya ini menggambarkan sesosok makhluk yang dalam perjalanan untuk

menyerang suatau wilayah, disini penulis ingin menggambarkan pasukan dari

kerajaan Mongol yang hendak menyerang tanah Jawa namun dihambat oleh

pasukan-pasukan dari setiap sekutu kerajaan Singasari.

Penulis mengambil sosok anjing sebagai inspirasi dari objek dalam karya

ini. Sosok kemudian mengalami distorsi dan stilasi pada bagian-bagian tubuhnya,

selain itu karya ini terinspirasi dari penyerangan pasukan Mongol ke kerajaan

Singasari. Latar belakang pada lukisan ini menggunakan warna biru yang

menggambarkan ketenangan, dan dingin, dimana pada saat penyerangan kerajaan

Singasari menggunakan siasat untuk menolak setiap kapal dari pasukan Mongol

yang hendak berlabuh sehingga pada saat sampai di Jawa para pasukan sudah

sakit-sakitan dan lemah. Penulis juga memunculkan sosok-sosok manusia kecil

yang berwarna hitam, sosok ini merupakan objek pendukung sebagaimana penulis

terinspirasi oleh peristiwa penyerangan tersebut sosok tersebut adalah

penggamabaran perlawanan.

Proses pengerjaan karya ini menggunakan sketsa langsung di atas kanvas

secara ekspresif. Karya ini menggunakan banyak sekali ornamen, dimana beberapa

merupakan ornamen yang penulis adopsi dari ornamen suku maya di Amerika

Selatan, namun juga ada ornamen-ornamen khas dari Indonesia. Karya ini

menggunakan tekhnik tambahan yaitu aquarel dimana teknik ini biasa digunakan

dalam penggunaan cat air.

Page 15: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

44

Karya 4

Gambar 3.4

“Brotherhood” acrylic on canvas

120x120 cm 2015

Page 16: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

45

Karya keempat berjudul “Brotherhood” berukuran 120x120cm. Karya ini

merupakan visualisasi dari perpecahan kerajaan-kerajaan di era Singasari dan

Kediri yang sebenarnya masih mempunyai garis keturunan yang sama dari Ken

Dedes dan Ken Arok. Penulis terinspirasi oleh kutukan keris Empu Gandring yang

akan membunuh tujuh keturunan. Karya ini menggambarakan lima tangan yang

berebeda-beda yang berarti lima generasi dari setiap keturunan dari Singasari dan

Kediri yang selalu saling membunuh satu sama lain demi sebuah kejayaan. Teratai

yang digambarkan berada di tengah dan menjadi rebutan tangan-tangan tersebut

menggambarkan sebuah kesucian dan tempat tertinggi dimana tangan-tangan

tersebut tidak pernah menggapainya.

Proses pengerjaan karya ini melalui sketsa-sketsa diatas kertas dahulu

kemudian dipindah diatas kertas untuk mencari komposisi yang tepat. Pada karya

ini menggunakan latar belakang warna hijau tosca dengan artian dalam setiap

pertempuran dan aksi balas dendam setiap keturunan tersebut masih ada kelahiran-

kelahiran dari generasi berikutnya. Pada karya ini penulis memunculkan sosok

manusia-manusia kecil yang bersujud mengelilingi bunga teratai dan juga menjadi

pasukan seperti pelindung dari kesucian tersebut. Ornamen-ornamen yang

dimunculkan pada karya ini bervariatif, beberapa dimunculkan ornamen dari

daerah Jawa, namun ada juga ornamen-ornamen ekspresif dari penulis yang

terinspirasi dari ornamen suku Maya di Amerika. Bendera-bendara yang

dimunculkan oleh penulis terinspirasi oleh panji-panji dari kerajaan Majapahit

yang berwarna merah dan putih.

Page 17: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

46

Karya 5

Gambar 3.5

“Gayatri Rajapatni Prajnaparamitha” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

Page 18: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

47

Karya kelima ini berjudul “Gayatri Rajapatni Prajnaparamitha” dengan

ukuran 120x150 cm. Karya ini merupakan reinterpretasi dari satu-satunya arca

Gayatri yang masih terawat baik yaitu dengan wujud Dewi kebijaksanaan tertinggi

atau Prajnaparamitha.

Pada karya ini sosok Gayatri sedang duduk dengan pose bersila di atas

sebuah teratai, hampir sama dengan arca aslinya namun penulis ingin

menggambarkan sebuah teratai yang mekar dengan tangkai nya, hal ini

menggambarkan perjalanan atau proses seorang Gayatri dari awal hingga menjadi

sosok yang paling berpengaruh.

Proses pengerjaan karya ini penulis mengerjakan sketsa di atas kertas

dahulu kemudian dipindahkan di atas kertas untuk mendapatkan komposisi yang

diinginkan. Karya ini menggunakan latar belakang warna orange dengan campuran

merah muda. Pada karya ini, penulis ingin menggambarkan sosok Gayatri dalam

wujud Dewi Kebijaksanaan Tertinggi. Sosok yang dimunculkan merupakan

reinterpretasi dari arca Gayatri yang juga berpose sama, namun penulis

memvisualkan dengan pengalaman-pengalaman estetis dan imajinasi. Penulis

banyak sekali merubah atribut-atribut yang ada pada arca dengan atribut baru

seperti pakaian dan corak ornamen yang digunakan merupakan hasil reinterpretasi.

Pakaian yang dikenakan oleh sosok tersebut terinspirasi oleh kostum yang

dikenakan oleh salah satu anggota komunitas Red Batik Solo yang merupakan

sahabat dari penulis. Ornamen yang dimunculkan pada pakaian didiominasi oleh

ornamen Jawa, namun ada juga kombinasi dari ornamen dari suku Maya.

Page 19: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

48

Karya 6

Gambar 3.6

“Gayatri Rajapatni dan kecintaannya” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

Page 20: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

49

Karya keenam berjudul “Gayatri Rajapatni dan Kecintaannya” berukuran

120x150 cm. Karya ini menggambarkan kecintaan dari sosok Gayatri akan ilmu-

ilmu kenegaraan dan juga tentang ilmu agama.

Penulisterinspirasi oleh kegiatan berdoa setelah beribadah dimana cara

berdoa setiap orang berbeda-beda, dari sini penulismenggambarkan sosok Gayatri

yang sedang menengadahkan tangannya yang berarti meminta atau berdoa kepada

Sang Kuasa. Dua sosok burung yang dimunculkan merupakan penggambaran dari

hal-hal yang dicintainya yaitu ilmu kenegaraan dan juga ilmu keagamaan. Burung

yang bersayap empat merupakan perwujudan dari ilmu keagamaan dimana

menurut penulis tingkatannya lebih tinggi sehingga membutuhkan sayap yang

lebih banyak untuk menggapai nya, sedangkan burung yang bersayap dua

merupakan ilmu kenegaraan, selain itu penulis juga menggambarkan sosok burung

yang terinspirasi burung cenderawasih dari Papua yang di daerah sana burung

Cenderawasih disebut juga burung para Dewa.

Proses pengerjaan karya ini menggunakan sketsa diatas kertas lebih

dahulu untuk memperoleh komposisi yang diinginkan. Karya ini menggunakan

latar belakang warna hijau muda, penulis menjadikan warna pada karya ini sebagai

simbol, dimana warna ini secara psikologis menyimbolkan adanya tekanan dari

sikap permusuhan yang ada pada lingkungannya. Penulis menggunakan warna ini

dengan maksud menggambarkan tekanan-tekanan yang ada pada lingkungan

kerajaan dimana Gayatri tinggal.

Page 21: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

50

Karya 7

Gambar 3.7

“Kematian” acrylic on canvas

120x150 cm 2015

Page 22: BAB III PROSES PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS A. Riset Ide · Penulis melakukan pengamatan terhadap arca tersebut dan melakukan studi guna mendapatkan hasil yang diinginkan. Penulis

51

Karya ketujuh ini berjudul “Kematian” berukuran 120x150 cm. Karya ini

merupakan penggambaran dari kematian sosok Gayatri sendiri. Sosok yang

dimunculkan oleh penulis pada karya ini adalah penggambaran dari anak

perempuan Gayatri yaitu Tribuwana Tunggadewi. Karya ini menceritakan

peletakan abu dari Gayatri oleh anak perempuannya. Penulis menggambarkan

kesedihan namun ada keinginan dari sosok anak yang ingin melanjutkan cita-cita

dari ibunya.

Dari objek-objek yang digambargan oleh penulis, terdapat mahkota yang

dikenakan oleh sosok tersebut. mahkota tersebut terinspirasi dari mahkota salah

satu tokoh pewayangan yaitu Puntadewa yang merupakan saudara paling tua

diantara kelima Pandawa.

Proses pengerjaan karya ini tanpa menggunakan sketsa diatas kertas

dahulu, penulis secara ekspresf membuat sketsa diatas kanvas. Karya ini

menggunakan dominasi warna merah, dimana merah dalam artian keberanian.

Penulis memilih warna abu-abu sebagai background karya ini dengan alasan

menggunakan warna abu-abu sebagai simbol. Menurut penulis abu-abu

merupakan warna yang memiliki arti cemas, terkepung dan ingin menghindari

konflik dan menginginkan kondisi lingkungan yang damai, dalam karya ini

sebelum kematian Gayatri terjadi beberapa kejadian yag membuat kerajaan yang

sementara dipimpin oleh putrinya sedikit terganggu. Kelahiran seorang putera dari

Tribuwana yang dinantikan akhirnya lahir dan tumbuh dewasa sesaat sebelum

Gayatri meninggal.