BAB III PERCOBAAN PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA 3.1 Data Gangguan Jaringan Dari sampel data gangguan jaringan backbone sebuah perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia, dari pengamatan 2 (dua) tahun terakhir, yaitu tahun 2008 dan tahun 2009, terlihat bahwa gangguan pada elemen serat optik sangat mendominasi gangguan secara keseluruhan. Gangguan tersebut antara lain berupa kabel putus. Sejumlah kabel putus, sebanyak itu pula kabel tersebut harus disambung (fusion splicing). Gangguan lain adalah berupa gangguan patching (rusak, kotor, degradasi), dan akibat bending yang kesemuanya berpotensi untuk menambah redaman pada sistem telekomunikasi keseluruhan. Setiap gangguan yang terjadi pada elemen kabel serat optik, menimbulkan dampak yang sangat besar bagi proses penyaluran sinyal komunikasi/informasi. Besarnya dampak dilihat dari bandwidth yang disalurkan, sebagai contoh pada perangkat teknologi SDH dengan kapasitas STM-64, maka setara dengan kecepatan bandwidth 10 Giga bit per detik. Terlebih jika gangguan terjadi pada perangkat dengan teknologi DWDM. Jenis gangguan secara detail dapat dilihat pada tabel 3.3. Tabel 3.1 Gangguan Jaringan selama tahun 2008 Jenis Gangguan Frekuensi Serat Optik 352 48.29% Perangkat 197 27.02% Sarana Penunjang dan lainnya (power, genset, rectifier) 180 24.69% Total 729 100% Sumber : Network Quality Surveillance, telah diolah kembali Tabel 3.2 Gangguan Jaringan selama tahun 2009 Jenis Gangguan Frekuensi Analisis kualitas..., Triyono Budi Santoso, FT UI, 2010.
10
Embed
BAB III PERCOBAAN PENGUKURAN DAN ... - lib.ui.ac.idlib.ui.ac.id/file?file=digital/131341-T 27623-Analisis kualitas... · Setiap gangguan yang terjadi pada elemen kabel serat optik,
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
BAB III
PERCOBAAN PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA
3.1 Data Gangguan Jaringan
Dari sampel data gangguan jaringan backbone sebuah perusahaan
telekomunikasi terbesar di Indonesia, dari pengamatan 2 (dua) tahun terakhir,
yaitu tahun 2008 dan tahun 2009, terlihat bahwa gangguan pada elemen serat
optik sangat mendominasi gangguan secara keseluruhan. Gangguan tersebut
antara lain berupa kabel putus. Sejumlah kabel putus, sebanyak itu pula kabel
tersebut harus disambung (fusion splicing). Gangguan lain adalah berupa
gangguan patching (rusak, kotor, degradasi), dan akibat bending yang
kesemuanya berpotensi untuk menambah redaman pada sistem telekomunikasi
keseluruhan.
Setiap gangguan yang terjadi pada elemen kabel serat optik, menimbulkan
dampak yang sangat besar bagi proses penyaluran sinyal komunikasi/informasi.
Besarnya dampak dilihat dari bandwidth yang disalurkan, sebagai contoh pada
perangkat teknologi SDH dengan kapasitas STM-64, maka setara dengan
kecepatan bandwidth 10 Giga bit per detik. Terlebih jika gangguan terjadi pada
perangkat dengan teknologi DWDM. Jenis gangguan secara detail dapat dilihat
pada tabel 3.3.
Tabel 3.1 Gangguan Jaringan selama tahun 2008
Jenis Gangguan Frekuensi
Serat Optik 352 48.29%
Perangkat 197 27.02%
Sarana Penunjang dan lainnya
(power, genset, rectifier)
180 24.69%
Total 729 100%
Sumber : Network Quality Surveillance, telah diolah kembali
Tabel 3.2 Gangguan Jaringan selama tahun 2009
Jenis Gangguan Frekuensi
Analisis kualitas..., Triyono Budi Santoso, FT UI, 2010.
31
Serat Optik 332 71.09%
Perangkat 103 22.06%
Sarana Penunjang dan lainnya
(power, genset, rectifier)
32 6.85%
Total 467 100%
Sumber : Network Quality Surveillance, telah diolah kembali
Tabel 3.3 Contoh Gangguan Jaringan Serat Optik pada bulan Desember 2009
No Type of Problem Penyebab
1 LOF STM-16 OMS 3255 (8-8) to OMS 3255 (7-8) Patch Cord Problem
2 LOS STM-64 Selensen-Merlung FO Cut
3 LOF STM-64 Jondul2-Jambi FO Cut
4 Intermittent Transmit Degrade STM1 on SMA4 Kebon Singkong card problem
5 LOS NE NEC STM16 CLG6401 - MRK1601 FO Cut
6 LOS STM4 Babat - Tuban FO Cut
7 Tx Fail at SMA-4 Kebon singkong port 404.03 problem
8 LOS STM16 Kertosono - Mojokerto, STM64 Kertosono - Kayun1
STM16 kayun2 – Jombang, dan LOF STM64 Kayun1- Madiun
FO Cut
9 LOS STM 16 Panti - Kota Nopan and LOF STM 64 MDN_PKM -
Lbk Alung
FO Bending
10 LOF STM64 Medan PKM-Lubuk Alung, MUT_LOS DWDM Huawei
Balige-Sipirok
Patch cords and
DWDM equipment
problem
11 LOS alarm STM 16 Simpang Empat – Bawan and MUT_LOS
DWDM Huawei Panti - Bawan
FO cut due to land
slide at approx 11
Km from Bawan
Sumber : Network Quality Surveillance
Pada penelitian ini dirancang suatu percobaan pengukuran untuk mengetahui
karakteristik redaman dan faktor-faktor yang signifikan berpengaruh terhadap
kualitas redaman serat optik, dan apakah terdapat hubungan/interaksi antar faktor
tersebut. Faktor tersebut dilihat dari :
1. Parameter bending pada tiap brand kabel serat optik.
2. Parameter splicing akibat penggunaan brand/tipe mesin penyambung (splicer)
terhadap jenis kabel optik yang akan disambung.
Analisis kualitas..., Triyono Budi Santoso, FT UI, 2010.
32
3. Parameter patching untuk brand/tipe dan lokasi penempatan titik terminasi
(ODF).
Dengan mengetahui karakteristik dari sejumlah kombinasi tersebut,
dimaksudkan agar faktor-faktor tersebut dapat dijaga dan dikendalikan pada saat
implementasi di lapangan, sehingga kualitas serat optik dapat ditingkatkan dan
sistem komunikasi serat optik secara keseluruhan lebih handal (reliable).
Untuk ketiga parameter tersebut, terdapat treatment percobaan pengukuran
yang berbeda-beda. Pada parameter bending, besarnya redaman dilihat
berdasarkan brand merk dari kabel optik (menggunakan pengukuran percobaan
faktor tunggal). Pada parameter splicing, besarnya redaman dilihat dari jenis
splicer dan brand kabel (menggunakan percobaan faktorial 2 faktor dengan 2x3
level). Dan pada pengukuran untuk parameter patching, dilihat dari jenis dan