BAB IIIPEMBAHASAN3.1 FORMASI BATUGAMPING KLASTIKBatugamping
Klastik : Kalkerinit, Kalsirudit, dan Batugamping Koral. Kalkarenit
dan Kalsirunit berwarna putih, kompak, dan di beberapa tempat
menunjukkan perlapisan agak baik, mengandung pecahan fosil ganggang
dan moluska. Batuan tersebut biasanya berasosiasi dengan
batugamping koral yang berwarna putih dan pejal.Batugamping ini
dapat disamakan dengan batugamping yang terdapat di sebelah barat
Lembar, yang berumur Pliosen Aakhir hingga Pliosen Awal (Trail,
1974). Sebaran satuan ini teerdapat di sebelah barat Danau Limboto.
Tebalnya beragam, dari 100 m hingga 200 m.Pada formasi ini terdapat
fosil Ganggang. Ganggang sendiri merupakan tumbuhan talus karena
belum memiliki akar, batang dan daun sejati. Ganggang merupakan
organisme yang memiliki selaput nucleus di dalam kloroplas atau
kromotofosa. Pada umumnya kloroplas berbentuk oval dengan bahan
dasarnya yang disebut grana. Pada diatomae (termasuk chrysophtya)
terdapat klorofil A dan C. adanya pigmen klorofil atau turunannya
menyebabkan algae mempunyai kemampuan untuk berfotosintesis
sehingga auautrotof. Pada permukaan atau didalam kloroplas terdapat
paranoid. Pada Chrysophyta (ganggang pirang/kuning keemasan)
pironoid berfungsi sebagai penyimpanan makanan cadangan. Pada
tantofil (pigmen kuning). Algae (ganggang) dapat dibedakan menjadi
tujuh kelompok berdasarkan pigmen dominannya yaitu :3.1.1
Chlorophyceae Chlorophyceae adalah salah satu kelas dari ganggang
yang sel-selnya bersifat eukariotin (materi inti dibungkus oleh
membran inti), pigmen korofil terdapat dalam jumlah terbanyak
sehingga ganggang ini berwarna hijau. Pigmen lain yang dimiliki
adalah Karoten dan Xantofil
Gambar 3.1 ChlorophytaCiri-ciri umum Chlorophyta yaitu bewarna
hijau terang, meiliki banyak anggota,eutoriot ,ada yang koloni,uni
sel dan filamen. Habitat Chrysophyta biasanya hidup di air tawar,
air laut, air payau tanah-tanah yang basah , ada pula yang hidup di
tempat-tempat kering. Pada umumnya melekat pada batuan, dan
seringkali muncul kepermukaan apabila air surut. Sebagian lainnya
hidup bersimbiosis dengan lichenes, dan ada yang intraseluler pada
binatang rendah. Sebagian yang hidup di laut merupakan makroalga
seperti Ulvales dan siphonales. Chlorophyta yang hidup di air tawar
memiliki sifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang
terkena cahaya matahari langsung seperti kolam, danau dan genangan
air hujan, sungai atau selokan. Beberapa jenis ada yang hidup
melekat pada tumbuhan atau hewan. Macam-Macam Chlorophyta :1)
Chlorophyta bersel tunggal dapat bergerak2) Chlorophyta berbentuk
koloni tidak bergerak3) Chlorophyta berbentuk koloni dapat
bergerak4) Chlorophyta berbentuk lembaran3.1.2 Phaeophyta
Gambar 3.2 PhaeophytaPhaeophyta adalah jenis ganggang yang hidup
di laut, berwarna cokelat karena mengandung pigmen dominan
fukosantin (cokelat) yang menutup pigmen lainnya, yaitu klorofil a,
klorofil c, dan xantofil. Phaeophyta menyimpan cadangan makanan
berupa minyak laminarin. Dinding selnya mengandung pektin dan asam
alginat. Phaeophyta merupakan ganggang multiseluler yang berbentuk
benang atau talus (menyerupai tumbuhan tingkat tinggi). Mereka
melekat di batuan dengan bantuan holdfast, atau mengapung karena
memiliki alat pelampung yang terdapat di dekat blade. Reproduksi
secara aseksual dengan fragmentasi dan secara seksual dengan
isogami atau anisogami. Phaeophyta mengalami pergiliran keturunan
(metagenesis) antara generasi sporofit dengan generasi gametofit.
Terdapat sekitar 1.000 spesies Phaeophyta, antara lain Sargassum
(banyak ditemukan di pantai selatan pulau Jawa dan kepulauan
Seribu), Laminaria digitalis (penghasil iodin untuk obat penyakit
gondok), Fucus vesiculosus (talus berbentuk pipih bercabang
dikotom, memiliki kantong udara berbentuk hampir bulat), Hormosira
banksii (disebut kalung Neptunus, sumber makanan bulu babi, udang,
dan ikan), Nereocystis dan Macrocystis (membentuk hutan kelp),
Ectocarpus (metagenesis isomorfik), Turbinara (blade berbentuk
corong, mengandung asam alginat, dan menempel di batu-batuan),
Cystoseira sp. (tumbuh di zona pasang surut, mengapung, memiliki
vesikel udara, dan blade berbentuk pipih bercabang), dan Padina
(blade berbentuk lembaran seperti kipas, berwarna cokelat
kekuningan).Habitat Phaeophyta Seperti ganggang lainnya, penyebaran
ganggang coklat sangat luas, dari iklim tropis sampai ke zona
kutub. Ganggang coklat dapat ditemukan di zona pasang surut, dekat
terumbu karang dan perairan yang lebih dalam.3.1.3 Rhodophyta
Gambar 3.3 RhodophytaRhodophyta dari segi klasifikasi
taksonominya hanya terdiri dari satu kelas saja yaitu kelas
Rhodophyceae. Rhodophyta memiliki ciri-ciri antara lain selnya
mempunyai dinding yang terdiri dari selulose dan agar atau karagen.
Rhodophyceae tidak pernah menghasilkan sel-sel berflagela. Memiliki
sejumlah pigmen klorofil yang terdiri dari klorofil a dan d.
Memiliki Fikobilin yang terdiri dari fikoeritrin dan fikosianin
yang sering disebut pigmen aksesoris. terdapat karoten yaitu
pigmen-pigmen yang terdapat dalam kloroplas. Cadangan makanan
berupa tepung flaridea dan terdapat diluar kloroplas. Memiliki
talus.Hampir semuanya multiseluler, hanya 2 marga saja yang
uniseluler. Talus yang multiseluler berbentuk filamen silinder
ataupun helaian. Pada dasarnya talus yang multiseluler, terutama
yang tinggi tingkatannya terdiri dari filamen-filamen yang
bercabang-cabang dan letaknya sedemikian rupa hingga membentuk
talus yang pseudoparenkhimatik. Talus umumnya melekat pada substrat
dengan perantaraan alat pelekat. Pada Rhodophyta yang tinggi
tingkatannya ada 2 tipe talus: monoaksial dan multiaksial.
Reproduksi pada perkembangbiakan pada divisi Rhodophyta umunya sama
dengan jenis divisi lainnya dari alga.Reproduksi dapat dilakukan
secara vegetatif dengan fragmentasi. Rhodopyceae membentuk
bermacam-macam spora, karpospora (spora seksual), sporta, netral,
monospora. Tetraspora, bispora, dan polispora.3.1.4 Chrysophyta
Gambar 3.4 Chrysophyta
Nama Chrysophyta diambil dari bahasa Yunani, yaitu Chrysos yang
berarti emas. Ganggang keemasan atau Chrysophyta adalah salah satu
kelas dari ganggang berdasarkan zat warna atau pigmentasinya.
Ganggang ini berwarna keemasan karena kloroplasnya mengandung
pigmen karoten dan xantofil dalam jumlah banyak dibandingkan dengan
klorofil. Pigmen lainnya adalah fukoxantin, klorofil a dan klorofil
c. Pada umumnya berflagel yang tidak sama panjang dan bentuk
sehingga kadang-kadang disebut Heterokontae (alga yang flagelnya
tidak sama panjang) dan tubuhnya biasanya berbentuk seperti
benang.Sel-sel ganggang keemasan memiliki inti sejati (eukarion),
dinding sel umumnya mengandung silika (SiO2) atau kersik. Tubuh
ganggang ini ada yang terdiri atas satu sel(uniseluler) dan ada
yang terdiri atas banyak sel (multiseluler). Ganggang yang bersel
satu bisa hidup sebagai komponen fitoplankton yang dominan.
Ganggang yang multiseluler berupa koloni atau berbentuk filamen.
Ganggang keemasan hidup secara fotoautotrof, artinya dapat
mensintesis makanan sendiri dengan memiliki klorofil untuk
berfotosintesis.
3.1.5 Pyrrophyta
Gambar 3.5 PyrrophytaPyrrophyta atau Ganggang api disebut juga
dinoflagellata. Umumnya bersel satu, dapat bergerak aktif, dan
dapat berfotosintesis karena mempunyai pigmen klorofil dan coklat
kekuning-kuningan. Pada tahap tertentu dalam siklus hidupnya
bersifat parasit.Habitatnya di laut, bersifat fosforesensi
(memancarkan cahaya), sehingga lautan akan terlihat bercahaya pada
malam hari jika terdapat organisme ini. Contoh ganggang api adalah
Gymnodinium breve, Noctiluca scintillans, dan Peridium.3.1.6
EuglenophytaEuglenophyta atau Euglenoid (Yunani, eu = sejati, gleen
= mata) adalah divisi kecil dari kerajaan Protista, terdiri dari
ganggang air yang sebagian besar uniseluler, memiliki bintik mata
berwarna merah (stigma), tidak memiliki dinding sel, memiliki
flagela, dan dapat bergerak aktif (motil) seperti hewan, tetapi
memiliki klorofil dan dapat berfotosintesis seperti tumbuhan.
Euglenophyta memiliki klorofil a, klorofil b, dan pigmen karoten.
Hasil fotosintesis disimpan sebagai cadangan makanan berupa
polisakarida paramilon. Euglenophyta hidup sebagai organisme
fotoautotrof melalui fotosintesis. Namun bila keadaan kurang
mendukung, misalnya tidak ada cahaya matahari, maka Euglenophyta
dapat juga hidup sebagai organisme heterotrof, yaitu dengan memakan
sisa-sisa bahan organik.Stigma mengandung fotoreseptor yang
ditutupi oleh pigmen berwarna merah. Stigma berfungsi untuk
membedakan kondisi gelap dan terang. Euglenophyta menunjukkan gerak
fototaksis, yaitu gerak berpindah tempat menuju ke arah cahaya
matahari. Sel Euglenophyta tidak memiliki dinding sel, tetapi
memiliki lapisan penyokong membran sel dan protein berupa pelikel
yang fleksibel (lentur). Pada umumnya Euglenophyta memiliki dua
buah flagela, yaitu satu flagela berukuran panjang untuk bergerak
dan flagela lainnya berukuran pendek.Euglenophyta memiliki habitat
di air tawar, misalnya air kolam, sawah, danau, dan banyak
ditemukan di parit-parit peternakan yang banyak mengandung kotoran
hewan. Euglenophyta bereproduksi secara aseksual dengan pembelahan
biner membujur. Pembelahan sel hanya terjadi dalam keadaan
tertentu.Hingga saat ini telah diidentifikasi sekitar 1.000 spesies
Euglenophyta. Salah satu spesies yang terkenal adalah Euglena
viridis. Dengan menggunakan mikroskop cahaya, Euglena viridis
tampak berwarna hijau. Klorofil tersimpan di dalam kloroplas yang
berbentuk oval.
Gambar 3.6 menunjukkan sebuah Euglena. Ia memiliki semua bagian
yang diperlukan untuk hidup dengan hanya satu selEuglena adalah
genus organisme bersel tunggal dengan karakteristik baik tanaman
dan hewan. Euglena dianggap sebagai anggota dari ordo protozoa
Euglenida atau anggota divisi alga Euglenophyta. Genus ini ditandai
dengan sel memanjang (15-500 mikrometer, atau 0,0006-0,02 inci)
dengan satu inti, sebagian besar dengan pigmen yang mengandung
kloroplas (meskipun beberapa spesies tidak berwarna), vakuola
kontraktil, sebuah eyespot (stigma), dan flagella . Spesies
tertentu (misalnya, E. rubra) tampak merah di bawah sinar matahari
karena mengandung sejumlah besar pigmen karotenoid. Beberapa
spesies, yang tidak memiliki dinding selulosa yang kaku, memiliki
pelikel fleksibel (amplop) yang memungkinkan perubahan bentuk.
Makanan, diserap secara langsung melalui permukaan sel atau
diproduksi oleh fotosintesis, disimpan sebagai karbohidrat kompleks
(paramylum). Reproduksi adalah aseksual, dengan pembelahan sel
memanjang; reproduksi seksual tidak diketahui. Spesies Euglena
hidup pada air tawar dan payau kaya bahan organik. Beberapa spesies
berkembang menjadi populasi yang besar seperti mekar hijau atau
merah di kolam atau danau. Beberapa spesies menghasilkan kista
tertumpu yang dapat menahan pengeringan. Spesies berwarna, termasuk
beberapa yang disebut Astasia, dapat digunakan untuk mempelajari
pertumbuhan sel dan metabolisme dalam berbagai kondisi
lingkungan.
3.1.7 Bacillariophyta (Diatom)
Gambar 3.7 Bacillariophyta (Diatom)Phylum ini memiliki anggota
yang paling banyak, yaitu sekitar 10.000 spesies.Diatomtermasuk
alga uniselular dan merupakan penyusun fitoplankton, baik di
perairan tawar maupun di lautan. Bentuk Diatom sangat khas (Gambar
3.21) dengan dinding tubuhnya yang terdiri atas kotak (hipoteka)
dan tutup (epiteka). Antara kotak dan tutup tersebut terdapat celah
yang disebut rafe. Dinding selnya mengandung pektin dan silikat.
Apabila mati, cangkangnya akan bertumpuk membentuk tanah diatom.
Tanah ini bernilai ekonomis tinggi karena dapat digunakan sebagai
bahan penggosok, penyuling gasolin, bahan pembuatan jalan, sampai
bahan dinamit. Diatom sering tampak bergerak maju mundur dan
berputar. Perkembangbiakan Diatom dapat dilakukan secara aseksual
maupun seksual. Secara aseksual, Diatom akan membelah diri dengan
cara melepaskan kotak dari tutupnya. Baik tutup maupun kotak
tersebut akan membentuk kotak di bagian dalamnya. Dengan kata lain,
baik tutup maupun kotak akan menjadi tutup. Keadaan demikian akan
berlangsung terus-menerus sampai ukurannya minimum.
3.1.8 fosil Moluska Mollusca berasal dari kata Mollis dalam
bahasa latin yang berarti lunak. Tubuh simetri bilateral dan
terdiri atas kepala di bagian depan, kaki di bagian ventral dan
massa jerohan di bagian dorsal (sugiri, 1989). Mollusca adalah satu
dari tiga phylum terbesar dalam kingdom Animalia. Mollusca memiliki
sekitar 10.000 spesies yang masih hidup. Dengan demikian, Mollusca
hanya kalah jumlah pesies dari Arthropoda (Marshall, 1972).Mollusca
memiliki sifat kosmopolit, dimana hewan-hewan ini memiliki daerah
persebaran yang sangat luas. Mollusca dapat ditemukan di darat, air
tawar, maupun air laut. Dengan persebaran ang sangat luas tersebut,
Mollusca menjadi phylum dengn anggotaspesies terbesar kedua setelah
ArthropodaUkuran tubuh Mollusca sangat bervariasi mulai dari siput
yang panjangnya hanya beberpa millimeter hingga cumi-cumi raksasa
yang dapat mencapai panjang 18 meter. Bentuk tubuhnya pun sangat
bervariasi walaupun bentuk dasarnya bersifat simetri bilateral.
Pada beberapa terjadi modifikasi dari massa visceral yang
mengakibatkan bentuk tubuhnya bersifat asimetris.Dalam sistem
klasifikasi modern, Mollusca dibedakan menjadi lima kelas, yakni
Gastropoda, cephalooda, Bivalvia, Scaphopoda, Pembagian ini
didasarkan pada ciri morfologi, anatomi dan fisiologis dari
hewan-hewan tersebut. Masing-masing kelas tersebut memiliki ciri
tersendiri yang sangat khas dan berbeda dengan kelas-kelas yang
lain.Mollusca memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan,
terutama dalam kehidupan. Beberaa speies dari phylum ini menjadi
sumber protein bagi manusia. Selain itu, Mollusca dapat menjadi
hama bagi pertanian dan menjadi inang bagi beberapa cacing parasit
yang sangat merugkan bag manusia. Berdasarkan uraian dalam latar
belakang tersebut, maka dianggap perlu untuk menyusun suatu tulisan
yang berisi uraian mengenai phylum Mollusca dari berbagai aspek,
baik dari segi ciri, istem fisiologis, klasifikasi mauun peranannya
dalam kehidupan. Hal ini dimaksudkan sebagai acuan dalam
mempermudah pemahaman terhadap phylum ini.Pengelompokan Moluska
Diantara lain :1. Kelas Monoclaphopora
Gambar 3.8 Fosil Mollusca kelas monoclaphoporaContoh spesies
dari kelas ini yang paling umum adalah Neoplina galatheae. Hewan
ini hidup di dasar laut yang dalam. Secara morfologi, hewan ini
berbentuk oval dan dilindungi oleh cangkang tunggal yang simetri
bilateral dengan puncak cangkang melengkung ke depan. Kepala
terdapat di bagian ventral yang mengandung mulut dan kaki pipih.2.
Kelas Scaphopoda
Gambar 3.9 Fosil Mollusca kelas ScaphopodaContoh spesies dari
kelas ini adalah siput gading (Dentalium vulgare). Hewanhewan yang
termasuk dalam kelas Scaphopoda menghabskan kehidupan dewasanya
dengan membenamkan diri diri dalam pasir. Mereka makan dengan cara
menyaring organism kecil yang ikut brsama aliran air melalui lubang
di ujung cangkang yang muncul keluar dari pasir (Kimball,
1999).
3. Kelas Amphineura
Gambar 3.10 Fosil Mollusca kelas AmphineuraAmphineura dalam
beberapa buku literature dibedakan dalam Aplacophora dan
Polyclaphopora (Sugiri, 1989). Contoh spesies dari kelas ini adalah
Chiton sp.
4. Kelas Gastropoda
Gambar 3.11 Fosil Mollusca kelas GastropodaGastropoda adalah
salah satu kelas dalam phylum Mollusca yang memiliki alat gerak
pada bagian perut. Gastropoda memiliki cangkang yang berbentuk
spiral sehingga tubuhnya tidak bersifat simetris bilateral, Tubuh
terdiri dari kaki, kepala, massa visceral yang dilindung oleh
mantel.
5. Kelas Bivalvia (Pelecypoda)
Gambar 3.12 Fosil Mollusca kelas Bivalvia (Pelecypoda)Bivalvia
adalah Mollusca yang memiliki sepasang cangkang yang dapat membuka
dan menutup. Bivalvia mempunyai bentuk simetri bilateral, namun hal
ini tidak berkaitan dengan lokomosi yang cepat (Kimball, 1999)
serta pipih secara lateral. Kaki biasanya berbentuk seperti baji
(Yunani; peleky, baji) sehingga dikenal pula sebagai Pelecypoda
(Sugiri, 1989).
6. Kelas Cephalopoda
Gambar 3.13 Fosil Mollusca kelas CephalopodaCephalopoda (Yunani:
kephale yang berarti kepala, dan podos artinya kaki) adalah kelas
dari Phylum Molluca yang memiliki alat gerak di bagian kepala.
Kelas ini merupakan kelas dengan tingkat evolusi tertinggi di
antara Mollusca. Tubuh simetri bilateral dengan kaki yang terbagi
menjadi lengan-lengan yang dilengkapi alat pengisap dan system
saraf yang berkembang baik berpusat di kepala. Kelompok ini
memiliki badan lunak dan tidak memiliki cangkang tebal seperti
kelas lainnya. Mantelnya menyelimuti seluruh tubuh dan membentuk
kerah yang longgar di dekat leher (Romimohtarto, 2007). Contoh
spesies dari kelas Cephalopoda adalah cumicumi (Loligo pealii).
3.2 Formasi TapadakaPada satuan formasi ini terdapat Batupasir,
grewake, batupasir terkersikkan dan serpih. Batupasir berwarna
kelabu muda hingga tua dan hijau, berbutir halus sampai kasar,
mengandung batuan gunungapi hijau dan serpih merah, setempat-tempat
gampingan. Batupasir yang tersingkap di S. Tapadaka mengandung urat
kalsit 0,5 1 cm. Grewake berbutir halus sampai kasar, bersudut
sampai membulat tanggung, pejal, tersusun oleh plagioklas, augit,
kuarsa, dan sedikit hematit dan magnetit. Batupasir yang tersingkap
di sebelah selatan Maela terkersikkan, hijau, kompak, mengandung
feldspar serta sedikit pirit dan kalkopirit. Di daerah sebelah
selatan Dumisili ditemukan batupasir yang kea rah samping berganti
menjadi batugamping (Tmtsl). Serpih berwarna kelabu sampai hitam,
mengandung fosil spaerodinella subdehiscens, s. seminulina, dan
globorotalia acostensis sehingga umurnya adalah Miosen Awal Miosen
Akhir (Kadar, DG hubungan tertulis 1979).Batupasir merupakan jenis
batuan sedimen klastik. Batuan sedimen klastik merupakan batuan
sedimen yang terbentuk oleh proses pembentukan kembali segala macam
sumber batuan pada kondisi tekanan (P) dan temperatur (T) normal di
permukaan bumi. Proses pembentukan batuan sedimen klastika ini
secara alami dapat dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:1. Proses
pelapukan baik mekanis (proses penghancuran batuan secara
desintegratif) maupun secara kimiawi (dekomposisi).2. Proses erosi
dan transportasi atau pengangkutan material sedimentasi dari
sumbernya melalui beberapa media, yaitu berupa air, angin, ataupun
es.3. Proses pengendapan, yang merupakan tahap terakhir dari
perjalanan material yang terangkut dari hasil pengangkutan batuan
asal yang dikenal juga dengan bahan-bahan allogenik.Batupasir pada
umumnya berwarna putih, kuning, abu-abu, coklat kemerahan, dengan
tekstur berbutir halus sampai sedang. Komposisi mineral terdiri
dari kuarsa, feldspar, kalsit, mika, glaukonit, oksida besi
(magnetit, ilmenit) zircon, monasit, rutil.Batupasir pada umumnya
bersifat poros dan lulus air (permeable). Apabila komposisi butiran
terdiri dari glaukonit disebut batupaasir hijau (green sandstone).
Batupasir yang butirannya agak kasar, tidak seragam, bahkan
terdapat partikel menyudut, tersemen oleh lempung atau serpih
disebut batupasir wake (greywake).Batuan Serpih (Shale) berwarna
kelabu sampai hitam dengan tekstur berbutir halus, berlapis tipis.
Ciri fisik diantaranya mudah pecah pada bidang perlapisan. Mineral
utamanya yaitu Feldspar 63 %, kuarsa 35 %. Serpih mengandung fosil
spaerodinella subdehiscens, s. seminulina, dan globorotalia
acostensis sehingga umurnya adalah Miosen Awal Miosen Akhir.
2.1.1 Fosil Sphaerodinella subdehiscens Gambar 3.14
Sphaerodinella subdehiscens
Sphaerodinella subdehiscens merupakan filum dari Protozoa,
termasuk dalam kelas Sarcodina, dan geus Sphaerodinella.
Ciri-cirinya diantara yaitu pada fosil ini memiliki susunan kamar
berupa trochospiral bentuk testnya spherical sedangkan bentuk
kamarnya globular. suture licin dan mempunyai kaca pada dorsal
melengkung lemah dan pada ventral melengkung lemah. Komposisi test
gamping hyalin. Jumlah kamar pada sisi ventral 2 dan pada dorsal 3.
Aperturenya berupa interiormarginal umbilical dengan hiasan berupa
smooth (lembut). Tempat atau lingkungan di daerah Selatan dumisili.
Manfaat Fosil yaitu sebagai penciri batupasir dan batugamping
Umurnya dari Miosen awal sampai Miosen Akhir.
2.1.2 Fosil Sphaerodinella Seminulina
Gambar 3.15 Sphaerodinella seminulina
Sphaerodinella seminulina merupakan filum dari Spaerodinella
dengan ciri-ciri ber Cangkang elongate-ovate, sisi equatorial agak
lobulate, sisi sumbu bulat, dinding kamar perforate, tertutup oleh
lapisan kedua, permukaan dindingnya halus dan glassy, kamar
sub-globular sampai radially-elongate, terdiri dari tiga putaran,
tiga kamar pada putaran terakhir bertambah ukurannya secara
perlahan, sutura lurus pada sisi spiral maupun umbilical, tertekan,
aperture primer interiomarginal, umbilical, dengan lengkungan yang
rendah pada permukaannya yang halus dan tebal. Tempat / lingkungan
berada di daerah Selatan Dumisili. Manfaat Fosil yaitu Sebagai
penciri batupasir dan batugamping. Umur fosil ini dari Miosen awal
sampai Miosen Akhir.
2.1.3 Fosil Globorotalia Acostensis
Gambar 3.16 Globorotalia AcostensisGloborotalia acostensis
merupakan filum dari Foraminifera dengan ciri-ciri tebal discoidal
trochospiral rendah, khatulistiwa pinggiran lobulated, pinggiran
aksial bulat. Spiral subcircular garis besar, sangat lobate. profil
sisi sejajar sisi dengan blunty bulat pinggiran, ketebalan lebih
dari setengah diameter. Dinding terlihat jelas perforasi, agak
tebal, pustulose sekitar umbilikus; Permukaan dinding nampak
seperti diadu. Chambers berbentuk bulat telur ke subspherical,
diatur dalam sekitar 3-6 uliran, dengan lima sampai enam ruang di
whorl lalu, meningkat secara teratur dalam ukuran. Seringkali ruang
terakhir adalah banyak mengurangi ukuran dan occasionaly agak
pengungsi menuju sisi pusar. Jahitan yang lurus, pada spiral sisi
radial untuk sedikit melengkung, tertekan; di sisi pusar radial,
tertekan, lebih jelas dari pada sisi spiral. Umbilikus terlihat
tidak jelas, sempit, mendalam. Aperture interiomarginal,
extraumbilical-pusar, lengkungan rendah, biasanya berbatasan oleh
bibir khas atau rim. Ukurannya berdiameter 0,25-0,5 mm. Tempat /
Lingkungan berada di daerah Selatan Dumisili. Manfaat fosil yaitu
sebagai penciri batupasir dan batugamping Umur fosil dari Miosen
awal sampai Miosen Akhir.