Top Banner
63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintus Surat 1 Korintus diyakini ditulis oleh Paulus pribadi. 1 Paulus adalah seorang Yahudi (bdk. Filipi 3:5) dan seorang Yahudi yang bangga dengan ke-Yahudian-nya (bdk. Roma 9:1- 5). Paulus adalah seorang Yahudi Diaspora dan perantauan. Menurut Kisah Para Rasul 22:3 (bdk 21:39) Paulus lahir di kota Tarsus, di daerah Kilikia, Asia Depan. Berarti disalah satu pusat kebudayaan Yunani. 2 Surat 1 Korintus kemungkinan besar ditulis Paulus di kota Efesus. Dibuktikan dengan adanya pengakuan dari penulis sendiri, kuatnya ciri khas Pauline, serta dikuatkan oleh pengakuan para bapak Gereja awal. 3 Surat Paulus ini berisi berbagai pergumulan yang terus dihadapi oleh jemaat Korintus berhadapan dengan berbagai pengaruh gaya hidup di kota besar. 4 3.1.1.Konteks Sosial Politik Korintus Jemaat yang paling baik dikenal dari semua jemaat Kristen pada pertengahan abad pertama Masehi ialah jemaat di Kota pelabuhan, dibagian selatan negeri Yunani. Di jaman Perjanjian Baru Korintus menjadi ibukota propinsi Negara Roma, Akhaya (bdk 2 Korintus 1:1). Kota Korintus menjadi tempat kediaman gubenur Roma (Kisah Para Rasul 18:12). Di jaman Perjanjian Baru ada dua pelabuhan yaitu dipantai timur bernama Kenkrea dan dibagian barat bernama Lekhaion. 5 Kota Korintus terletak 50 mil di barat kota Athena. Kota Korintus merupakan kota pelabuhan yang penting, yang menghubungkan bagian timur dengan bagian barat kawasan 1 C. Groenen Ofm , Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 231. 2 Groenen, Pengantar, 211. 3 Groenen, Pengantar, 231. 4 Alkitab, 1865. 5 Groenen, Pengantar, 226.
22

BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

May 08, 2019

Download

Documents

doanthu
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

63

BAB III

KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

3.1. Kitab Korintus

Surat 1 Korintus diyakini ditulis oleh Paulus pribadi.1 Paulus adalah seorang Yahudi

(bdk. Filipi 3:5) dan seorang Yahudi yang bangga dengan ke-Yahudian-nya (bdk. Roma 9:1-

5). Paulus adalah seorang Yahudi Diaspora dan perantauan. Menurut Kisah Para Rasul 22:3

(bdk 21:39) Paulus lahir di kota Tarsus, di daerah Kilikia, Asia Depan. Berarti disalah satu

pusat kebudayaan Yunani.2

Surat 1 Korintus kemungkinan besar ditulis Paulus di kota Efesus. Dibuktikan dengan

adanya pengakuan dari penulis sendiri, kuatnya ciri khas Pauline, serta dikuatkan oleh

pengakuan para bapak Gereja awal.3 Surat Paulus ini berisi berbagai pergumulan yang terus

dihadapi oleh jemaat Korintus berhadapan dengan berbagai pengaruh gaya hidup di kota

besar.4

3.1.1.Konteks Sosial Politik Korintus

Jemaat yang paling baik dikenal dari semua jemaat Kristen pada pertengahan abad

pertama Masehi ialah jemaat di Kota pelabuhan, dibagian selatan negeri Yunani. Di jaman

Perjanjian Baru Korintus menjadi ibukota propinsi Negara Roma, Akhaya (bdk 2 Korintus

1:1). Kota Korintus menjadi tempat kediaman gubenur Roma (Kisah Para Rasul 18:12). Di

jaman Perjanjian Baru ada dua pelabuhan yaitu dipantai timur bernama Kenkrea dan dibagian

barat bernama Lekhaion.5

Kota Korintus terletak 50 mil di barat kota Athena. Kota Korintus merupakan kota

pelabuhan yang penting, yang menghubungkan bagian timur dengan bagian barat kawasan

1 C. Groenen Ofm , Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, (Yogyakarta: Kanisius, 1984), 231.

2 Groenen, Pengantar, 211.

3 Groenen, Pengantar, 231.

4 Alkitab, 1865.

5 Groenen, Pengantar, 226.

Page 2: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

64

disekitar Laut Tengah. Bagian terbesar jemaat Kristen di Korintus ialah orang bukan Yahudi

dan dari lapisan rendahan masyarakat.(1 Korintus 1 :26-31).6

Kota Korintus terletak di sebuah daratan sempit yang memiliki pelabuhan dibagian

timur dan di bagian Barat. Korintus merupakan kota yang sangat duniawi dan dipengaruhi

oleh kebudayaan. Orang-orang yang hidup di Korintus memiliki tradisi lama yaitu

penyembahan terhadap dewi cinta, Afrodite.7

Jumlah penduduk kota Korintus dijaman

Perjanjian baru sekitar 600.000 jiwa yang terdiri dari berbagai macam bangsa dan suku.

Sebagian besar penduduknya budak (boleh jadi sekitar 400.000), buruh, tukang, pedagang

kecil. Penduduk kota Korintus mempunyai watak yang sangat dinamis, suka rewel dan suka

keras kepala.8

Korintus, Yunani: Κόρινθος - KORINTOS, Salah satu kota yang paling tua dan paling

terkemuka di Yunani kuno, terletak kira-kira 5 km di sebelah barat daya kota Korintus

modern. Korintus menjadi kota penting terutama karena lokasinya yang strategis di ujung

barat tanah genting, atau sebidang lahan sempit, yang menghubungkan bagian tengah atau

daratan utama Yunani dengan Sememanjung Peloponesus di sebelah selatan. Semua lalu

lintas darat, untuk perdagangan atau yang lain, ke arah utara dan selatan harus melewati

Korintus sewaktu melintasi tanah genting itu, yang bagian tersempitnya hanya selebar 6 km.

Tetapi Korintus juga menjadi persinggahan lalu lintas laut internasional, karena para

navigator biasanya lebih senang memanfaatkan tanah genting di antara Teluk Korintus dan

Teluk Saronik ini daripada mengambil risiko menempuh perjalanan yang panjang dan

berbahaya mengitari tanjung-tanjung yang sering dilanda badai di ujung selatan semenanjung

itu. Jadi, kapal-kapal dari Italia, Sisilia, dan Spanyol berlayar melintasi Laut Ionia, masuk ke

Teluk Korintus, dan berlabuh di pelabuhan laut dalam Lekheum, kota pelabuhan bagian barat

yang dihubungkan dengan Korintus oleh dua tembok yang tidak terputus. Kapal-kapal dari

6 Kitab Suci Perjanjian Baru, (Lembaga Biblika Indonesia, Percetakan Arnoldus Ende,1990), 343.

7 Alkitab,1865.

8 Groenen, Pengantar, 227-228.

Page 3: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

65

Asia Kecil, Siria, dan Mesir melintasi Laut Aegea dan berlabuh di fasilitas pelabuhan timur,

yakni Kenkhrea, atau mungkin di pelabuhan Skhoenus yang lebih kecil (Roma 16:1). Barang

dagangan dari kapal-kapal besar dibongkar di pelabuhan yang satu dan diangkut sejauh

beberapa kilometer lewat darat ke pelabuhan yang lain untuk ditransfer ke kapal lain. Kapal-

kapal yang lebih kecil, dengan muatannya, ditarik melintasi tanah genting itu melalui

semacam kanal untuk kapal yang disebut Δίολκος - DIOLKOS, harfiah, "lintas-angkut".

Tidak heran, pada waktu itu tanah genting Korintus dikenal sebagai jembatan untuk laut.9

Ketika Paulus mengunjungi Korintus pada sekitar tahun 50 atau 51, ia sama sekali tidak

tahu bahwa Allah akan memakainya untuk menghasilkan suatu jemaat yang besar dan

berpengaruh di kota yang modern ini. Ia juga tidak tahu bahwa kota ini akan menyaksikan

lahirnya kesusasteraan Kristen. Dari pandangan manusia hal ini sama sekali tidak mungkin.

Sebenarnya, dilihat dari banyak segi, perjalanan Paulus ke Kota Korintus merupakan salah

satu perjalanan yang paling berhasil dalam sejarah.10

Selama perjalanan misi yang kedua

dalam tahun 50-52.11

3.1.2.Ajaran yang berkembang di Korintus

1 Korintus memberikan pandangan yang jelas mengenai berbagai persoalan yang

dihadapi para pengikut Yesus Perdana. Surat ini juga mengemukakan ajaran-ajaran Paulus,

diantaranya tentang karunia-karunia Roh dan mengenai kasih sebagai karunia paling utama

dari semua karunia lainnya (12-14).12

Meskipun Korintus terkenal sebagai pusat wewenang pemerintahan dan kota

perdagangan utama di Yunani, dalam benak banyak orang, kota itu merupakan simbol

pengumbaran hawa nafsu dan kemewahan tanpa batas, sedemikian merajalelanya sampai

9 Charles Ludwig, Kota-Kota Pada Zaman Perjanjian Baru, Kalam Hidup, Bandung, 1975, 41-

10 Ludwig Charles, Kota-Kota, 41-49.

11 Kitab Suci, 343.

12 Alkitab, 1864.

Page 4: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

66

ungkapan ”berkorintus” digunakan untuk "mempraktekkan perbuatan amoral". Sensualitas ini

merupakan produk ibadat orang Korintus, khususnya ibadat kepada dewi Afrodit (padanan

dewi Venus dari Roma, dewi Astarte dari Fenisia dan Kanaan, serta dewi Istar dari

Babilonia). Sebuah kuil yang dibaktikan untuk penyembahan kepadanya berdiri di puncak

Akrokorintus, bukit terjal dan berbatu-batu yang menjulang setinggi 513 m di atas agora.

Sungguh beralasan apabila Paulus memberikan nasihat dan peringatan keras kepada orang-

orang Kristen di Korintus berkenaan dengan perilaku moral (1 Korintus 6:9–7:11; 2 Korintus

12:21).13

Tentu saja, Korintus memiliki kuil-kuil untuk banyak dewa dan dewi lain. Di kuil

Asklepios, sang dewa penyembuhan, para arkeolog telah menemukan patung-patung terakota

dengan warna dan bentuk menyerupai bagian-bagian tubuh manusia. Patung-patung ini

ditinggalkan di kuil itu sebagai persembahan dari para penyembahnya, masing-masing

mewakili anggota tubuhnya yang sedang sakit (tangan, kaki, mata, dan sebagainya).

Selain orang Yunani, ada cukup banyak orang Italia keturunan para penjajah

sebelumnya. Banyak murid asal Korintus yang mempunyai nama Latin, seperti Yustus,

Tertius, Kuartus, Gayus, Krispus, Fortunatus, dan Akhaikus (Kisah 18:7; Roma 16:22, 23; 1

Korintus 1:14; 16:17). Sejumlah besar orang Yahudi telah bermukim di sana dan mendirikan

sebuah sinagoga, yang didatangi oleh beberapa pengikut berkebangsaan Yunani (Kisah 18:4).

Keberadaan orang Yahudi di Korintus ditunjukkan oleh inskripsi Yunani pada ambang

pintu marmer yang ditemukan di dekat gerbang menuju Lekheum. Inskripsi itu, yang

berbunyi "Sunanoge Hebraion" berarti "Sinagoga Orang Ibrani". Para musafir dan pedagang

senantiasa datang, demikian pula orang-orang yang mencari kesenangan di kota hiburan dan

atletik ini. Tidak diragukan, hal ini turut menghasilkan sikap yang lebih toleran daripada

sikap yang dijumpai sang rasul di kota-kota lain yang dikunjunginya, termasuk Athena, pusat

13

Ludwig Charles, Kota-Kota, 41-49

Page 5: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

67

kebudayaan Yunani. Paulus menerima suatu penglihatan yang meyakinkan dia bahwa di

Korintus ada banyak orang yang berkecenderungan adil-benar, maka ia tinggal selama satu

setengah tahun di tempat yang strategis ini, yang merupakan pertemuan antara Timur dan

Barat (Kisah 18:9-11). Pada waktu itulah, kemungkinan besar ia menulis dua pucuk surat

kepada jemaat di Tesalonika.14

3.2. Perempuan Di Abad Pertama Budaya Mediterania

Dalam kerangka patriarkal umum, hadir untuk tingkat yang lebih besar atau lebih kecil

di seluruh negara-kota Yunani dan koloni dari zaman Homer melalui masa kekaisaran

Romawi, orang menemukan keragaman peran dan pandangan perempuan yang melampaui

batas-batas rabi Yudaisme. Ada banyak perbedaan, namun antara menjadi seorang

perempuan di Sparta atau Athena, dan di Makedonia. Setiap daerah akan dinilai pada

kemampuannya sendiri. Perempuan di Yunani memiliki berbagai derajat kebebasan dalam

kehidupan keluarga mereka, mulai dari tingkat kebebasan yang sangat terbatas, terutama

mereka yang telah berada dalam keluarga.15

Perempuan warga Athena biasanya menikah pada usia lima belas atau enam belas

tahun. Perempuan yang telah menikah biasanya tinggal di ruang yang terpisah dan dijaga,

tidak pernah diizinkan keluar, berbeda dengan perempuan Yahudi - kelas atas di Tannaitic

times. Perempuan warga negara Athena tidak diizinkan untuk menjadi saksi di pengadilan

Athena kecuali mungkin dalam kasus-kasus pembunuhan.16

Perempuan Sparta sangat dipuji dalam prasasti untuk kehati-hatian mereka,

kebijaksanaan, dan cinta sejati kepada suaminya. Masyarakat Sparta menikah secara

14

Ludwig Charles, Kota-Kota, 41-49 15

Women in the Earlist Churches, (Cambridge: Ben Witherington, 1988), 5-6. 16

Women in, 7-8.

Page 6: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

68

monogami. Biasanya, Perempuan Spartan tidak makan dengan suaminya, kebanyakan dari

mereka adalah tentara yang makan dengan resimen mereka. Dalam kaitan dengan posisi

agama mereka, seperti di tempat lain di Yunani, Perempuan Spartan sering berpartisipasi

dalam kultus dan memiliki peran resmi.17

Warga perempuan Korintus memiliki kebebasan dan rasa hormat yang lebih besar

dibandingkan dengan rekan-rekan mereka di Athena. Warga perempuan Korintus bebas

berpartisipasi dan dihormati dalam sebuah festival. Para perempuannya terkenal dengan

keberanian membela tempat perlindungan tertentu terhadap serangan dari pria Spartan. Tidak

hanya itu, Perempuan Korintus memiliki kepentingan dan peran penting dalam sekte-sekte

keagamaan. Ini adalah salah satu dari beberapa fitur kehidupan bahwa perempuan dari

seluruh Yunani bersama sama. Di sebuah pulau kecil di lepas kota pesisir Troecenia Argolis,

seorang gadis muda menjabat sebagai seorang pejabat di sebuah kuil Poseidon. Hal ini

penting karena biasanya perempuan hanya sebagai administrasi kultus dewi.18

Pseudo-Demosthenes, menulis sekitar 340 SZB, tampaknya tulisannya yang ringkas

memadai pandangan umum tentang perempuan Yunani dari Homer ke zaman Romawi.

Meskipun ada kemungkinan bahwa perempuan Yunani secara bertahap mendapatkan lebih

banyak kebebasan selama periode Helenistik dan Romawi, dan kemungkinan bahwa

kebanyakan perempuan Yunani baik dibandingkan dengan perempuan Yahudi sewaktu di

Tannaitic, mereka membandingkan dalam status dan posisi yang buruk untuk perempuan

tetangga Makedonia, Asia Kecil, dan Mesir.19

Sebagian besar bukti tentang perempuan Makedonia dan Asia Minor berhubungan

terutama untuk perempuan yang kaya atau dari garis keturunan kerajaan. Namun demikian,

17

Women in, 9. 18

Women in, 10-11. 19

Women in, 11.

Page 7: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

69

bukti-bukti yang berkaitan dengan itu misalnya, Lydia dalam Kisah Para Rasul 16

digambarkan sebagai perempuan baik dalam hal bisnis dan ia tampaknya telah diasumsikan

berperan penting dalam komunitas Kristen di daerah itu. Posisi dan peran agama khusus

seperti itu tidak biasa bagi perempuan di Makedonia atau Asia Kecil. Sudah menjadi rahasia

umum di kalangan ahli Perjanjian Baru bahwa banyak perempuan di Makedonia dari periode

Helenistik dan seterusnya memiliki banyak pengaruh dan menonjol.20

Perempuan diperbolehkan untuk memegang jabatan publik dan kultis di Asia Kecil

yang di tempat lain hanya dilakukan oleh laki-laki. Keunggulan dan hak-hak perempuan Asia

Kecil yang mungkin hasil dari pertumbuhan dan penyebaran kultus Isis ke wilayah dari Mesir

di mana perempuan diperbolehkan kebebasan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Faktor

pemicunya kemungkinan adalah Helenisasi Asia Kecil selama dan setelah masa Alexander.21

Menurut Markus Barth, pelindung gerakan perempuan Mesir adalah Isis. Dengan

penyebaran kultus Isis ini menerangkan bahwa perempuan Mesir bisa berkumpul untuk

beribadah tanpa laki-laki, seorang perempuan harus diterima sebagai manusia yang sama

dalam banyak hal. Ratu Mesir memiliki lebih dari kehormatan raja-raja, dan di kalangan

rakyat biasa istri bisa memerintah suami. Perempuan Yunani yang asa di Mesir masih

membutuhkan wali dalam banyak situasi yang melibatkan masalah hukum, sedangkan

perempuan Mesir tidak. Perempuan Mesir sebagai yang bertanggung jawab membayar pajak

dibanding laki-laki, dan bahkan perempuan Yunani bisa mengajukan petisi kepada

pemerintah untuk dukungan atau bantuan.22

Sebenarnya kerangka patriarkal terus ada dari

jaman dahulu di semua daerah melalui periode Romawi, meskipun dengan penurunan

20

Women in, 12. 21

Women in, 14. 22

Women in, 14-15.

Page 8: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

70

dominasi laki-laki seperti yang bergerak dari Athena, Sparta, ke Makedonia, ke Asia Kecil,

ke Mesir.23

Untuk memahami posisi perempuan Romawi dalam sebuah keluarga Romawi abad

pertama, kita harus mempertimbangkan bagaimana situasi telah berubah sejak zaman kuno.

Peran perempuan Romawi dalam keluarga, kultus, dan status mereka sebagai saksi, guru, atau

pemimpin sangat penting. Di Roma kuno, otoritas seorang ayah memiliki kewenangan yang

lebih besar dari seorang ayah Yahudi dalam konteks Yudaisme rabinik. Seorang ayah

Romawi memiliki kekuatan hidup dan mati atas anak-anaknya dan istri, dan haknya untuk

membunuh anaknya, terutama jika itu adalah anak perempuan, ada setidaknya sampai abad

terakhir SZB.24

Perempuan Romawi tidak diizinkan untuk memilih atau memegang jabatan publik

bahkan di zaman Kekaisaran, meskipun sering mereka sangat terlibat dan sangat berpengaruh

dalam urusan negara dan masalah-masalah hukum.25

Dalam rangka untuk membahas peran

perempuan Romawi dalam agama pertama-tama harus mempertimbangkan contoh yang

paling terkenal, Perawan Vestal adalah perempuan properti. Meskipun mereka didedikasikan

selama tiga puluh tahun untuk keperawanan dan merawat api suci (yang mewakili kesehatan

dan keselamatan Roma ), perempuan tidak berada di bawah kekuasaan siapapun, tidak terikat

oleh sumpah lain dari satu suci, dan tidak tunduk pada keterbatasan hukum Voconian dari

169 SZB yang mencegah perempuan dari bersaksi tanpa bersumpah.26

Memang benar bahwa perempuan Romawi memiliki kekuatan politis yang lebih

daripada perempuan di Yunani maupun Palestina karena, meskipun mereka tidak bisa duduk

di tahta atau memegang jabatan terpilih, mereka bisa menjadi kekuatan di balik posisi

23

Women in, 15-16. 24

Women in, 16-17. 25

Women in, 18. 26

Women in, 19.

Page 9: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

71

tersebut. Perempuan Makedonia dalam kekaisaran memiliki lebih banyak kebebasan karena

mereka sering tidak duduk di atas takhta di Helenistik dan periode Romawi. Perempuan

Romawi tidak menguntungkan dibandingkan dalam hak-hak politik perempuan di Asia Kecil

yang sering diadakan kantor publik.27

Sampai munculnya kultus asing ke Roma, perempuan di sana memiliki sedikit

kesempatan untuk menjadi Pendeta daripada perempuan di Yunani. Di sisi lain, perempuan

berpendidikan lebih banyak di Roma daripada di tempat lain di Mediterania. Bahkan seorang

perempuan Romawi dibebaskan berada di posisi yang lebih baik daripada banyak warga

perempuan di Athena.28

Masyarakat Romawi diarahkan dalam kerangka patriarkal yang pasti. Bahwa banyak

perempuan Romawi mampu memimpin penuh, informasi, dan kehidupan memuaskan

mungkin menyaksikan pada fakta bahwa patriarki tidak perlu selalu mengarah pada

kebencian terhadap perempuan. Roma menawarkan lebih untuk perempuan daripada Yunani

atau Palestina, tetapi perempuan Romawi memiliki lebih banyak kerugian daripada beberapa

rekan-rekan mereka di Asia Kecil, Makedonia, dan Mesir sampai munculnya berbagai sekte

asing dan ide-ide Helenistik dan Mesir tertentu ke Kota Abadi.29

3.3. Perempuan Dan Keluarga Dari Imam Di Surat-Surat Paulus

Korintus, tampaknya ada kebiasaan dan pakaian tertentu yang sangat tepat bagi

perempuan di Korintus dalam konteks ritual (misalnya, pernikahan, pemakaman, prosesi

keagamaan, festival, dan ibadah).30

Menurut C.M. Kiprah yang telah mengumpulkan

sejumlah besar bukti, baik gambar dan inscriptional, untuk menunjukkan bahwa kebiasaan

dominan untuk perempuan dewasa di Yunani selama zaman Helenistik dan kemudian dalam

27

Women in, 22-23. 28

Women in, 23. 29

Women in, 23. 30

Women in, 81.

Page 10: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

72

konteks ritual adalah memakai penutup kepala. "Dia juga telah menunjukkan bahwa dalam

bahasa Yunani ritual keagamaan dan tarian perempuan dewasa umumnya mengenakan

penutup kepala dan bahwa kebiasaan ini jelas terutama di Korintus.31

Sejauh Korintus adalah

sebuah koloni Romawi ini merupakan bukti yang sangat penting. Plutarch berbicara tentang

perempuan dalam 'kebiasaan Romawi akan keluar memakai tutup kepala, sedangkan laki-laki

pergi keluar tidak memakai tutup kepala. Ketika Plutarch melanjutkan untuk berbicara

tentang Kebiasaan Romawi di festival keagamaan (seperti pengorbanan), ia menyatakan

bahwa penutup kepala yang dikenakan. 32

Melihat kebiasaan bahwa perempuan berkerudung dalam konteks ritual (kecuali

mungkin dalam beberapa ritus misteri) di dokumentasikan dengan baik untuk Yunani di era

Helenistik dan kemudian, untuk Korintus khususnya, dan untuk Roma selama Kekaisaran.

Selanjutnya dapat bukti-bukti menunjukkan bahwa dalam konteks kota di Yudea (khususnya

Yerusalem) perempuan Yahudi diharapkan untuk mengenakan penutup kepala. Ada baik

bukti sastra dan numismatik untuk penggunaan penutup kepala di Tarsus. Tarsus

menunjukkan bukti bahwa Paulus dibesarkan dengan kebiasaan perempuan mengenakan

penutup kepala di depan umum, mungkin terutama dalam ibadah. Apalagi Paulus mendapat

pendidikan teologi di Yerusalem. Tampaknya cukup untuk menunjukkan bahwa pemakaian

penutup kepala oleh seorang perempuan dewasa di depan umum (khususnya dalam konteks

ritual) adalah praktek tradisional yang dikenal orang Yahudi, Yunani, dan Roma.33

Paulus hanya tertarik pada penutup kepala, bukan penutup wajah, maka tidak Persis

seperti jilbab. Paulus mencoba untuk menghubungkan suatu perbuatan yang harus telah

dilihat oleh jemaat Korintus sebagai yang memalukan dengan aturan pergi tanpa penutup

kepala dalam ibadah. Perhatian utama Paulus adalah untuk memperbaiki perilaku perempuan

31

Women in, 82. 32

Women in, 82. 33

Women in, 82.

Page 11: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

73

Korintus, yang mencolok adalah bagaimana ia berbicara tentang laki-laki dan perempuan

secara bergantian, ayat.7-10.34

Sedangkan menurut Barrett berpendapat yang paling alami

diambil sebagai merujuk mundur karena asal dan tujuan penciptaan seorang perempuan, ia

seharusnya memakai penutup kepala.35

Paulus mengatakan perempuan seharusnya memiliki otoritas atau lebih kepala mereka.

Perempuan harus memiliki wewenang untuk melakukan apa yang mereka lakukan dalam

ibadah - berdoa dan bernubuat. Paulus menyiratkan bahwa kemungkinan kewenangan baru,

ada bukti perempuan diharapkan untuk diam di rumah ibadat. Hooker berpendapat,

kemuliaan Tuhan harus ada dalam bukti ibadah Kristen. Jika seorang perempuan merupakan

kemuliaan manusia, dan rambut perempuan adalah kemuliaan sendiri, maka ada alasan bagus

mengapa kepala perempuan harus ditutupi. Perempuan yang mengenakan tutup kepala

memiliki fungsi ganda: (1) untuk mempertahankan urutan yang tepat dalam ibadah (hanya

kemuliaan Allah dinyatakan di sana), dan (2) untuk kewenangan perempuan untuk berdoa

dan bernubuat tanpa menyangkal perbedaan urutan penciptaan. Paulus hanya menegaskan

kembali tatanan patriarkal tua dengan penekanan bukan pada superioritas laki-laki dan

inferioritas perempuan. 36

3.4. Perempuan Dalam Kitab 1 Korintus 14:33-40

14:33 Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera. 14:34 Sama

seperti dalam semua Jemaat orang-orang kudus, perempuan-perempuan harus berdiam diri

dalam pertemuan-pertemuan Jemaat. Sebab mereka tidak diperbolehkan untuk berbicara.

Mereka harus menundukkan diri, seperti yang dikatakan juga oleh hukum Taurat. 14:35 Jika

mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya kepada suaminya di

rumah. Sebab tidak sopan bagi perempuan untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. 14:36

34

Women in, 86. 35

Women in, 87. 36

Women in, 88-89.

Page 12: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

74

Atau adakah firman Allah mulai dari kamu? Atau hanya kepada kamu sajakah firman itu

telah datang? 14:37 Jika seorang menganggap dirinya nabi atau orang yang mendapat karunia

rohani, ia harus sadar, bahwa apa yang kukatakan kepadamu adalah perintah Tuhan. 14:38

Tetapi jika ia tidak mengindahkannya, janganlah kamu mengindahkan dia. 14:39 Karena itu,

saudara-saudaraku, usahakanlah dirimu untuk memperoleh karunia untuk bernubuat dan

janganlah melarang orang yang berkata-kata dengan bahasa roh. 14:40 Tetapi segala sesuatu

harus berlangsung dengan sopan dan teratur.37

Sidang jemaat di Korintus rupanya agak kacau dan tidak tertib (14:33-40). Dalam

sidang itu muncul gejala-gejala yang kurang lazim yaitu ekstatik. Agaknya orang membawa

masuk gejala-gejala yang dahulu mereka alami dan nikmati atau saksikan dalam ibadat

agama-agama kafir (12:12). Oleh karena itu, Rasul Paulus mencoba mengatur halnya

sedikit.38

Gejala yang paling merepotkan Paulus ialah apa yang disebut” bahasa roh”(glosolalia).

Seluruh bab 14 berpusat pada gejala itu, suatu cara berbicara ekstatik yang begitu saja dapat

dimengerti. Rupanya orang-orang Korintus paling gemar akan karunia itu. Tetapi sikap itu

oleh Paulus dinilai kekanak-kanakan (14:20). Paulus berusaha menurunkan penilaian yang

melampaui batas, sebab karunia itu sebenarnya kurang berguna bagi jemaat (14:6-12,17),

malah menjadi tanda iman tidak sejati (14:21-22). Paulus menerima adanya “karunia bahasa

roh” itu (14:5,18-19), tetapi dianggap tidak terlalu bernilai. Paulus sendiri menjunjung tinggi

apa yang disebut “karunia bernubuat”, oleh karena cara berbicara semacam itu membina

jemaat (14:1,3,24-25), asal terkendali (14:29-33). Selanjutnya Paulus memberi beberapa

petunjuk konkret tentang hal tersebut.(14:26-33).39

37

Alkitab, 1884. 38

Groenen, Pengantar, 237. 39

Groenen, Pengantar, 237-238.

Page 13: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

75

Paulus kembali mengecam perempuan (14:34-40). Rupanya perempuan kharismatik

merebut dirinya dalam sidang jemaat suatu peranan yang tidak disetujui Paulus. Mungkin

sekali ayat 34-36 merupakan sisipan atau interpolasi. Orang karismatik sejati pasti menuruti

petunjuk-petunjuk Paulus (14:37-40).40

Beberapa sarjana menganggap 1 Kor 14:33-36

sebagai suatu usaha interpolasi atau “Penyisipan”. Bagian tersebut diduga baru ditambahkan

kemudian setelah surat-surat Paulus dan Pastoral mulai beredar. Gaya pada bagian ini sangat

mendekati gaya yang terdapat pada surat-surat Pastoral dan dianggap berkontradiksi dengan 1

Kor 11:2-6. Ayat 34-35 ditempatkan setelah ayat 40 dalam banyak manuskrip penting seperti

pada Naskah Claromontanus dari Paris, Boernerianus dari Dresden, Minuscule nr 88, dan

berbagai versi terjemahan Latin kuno-Italia (2-4 ZB.).41

Paulus memberikan adat atau tradisi diterima Gereja, namun ia tidak ingin hal itu

ditafsirkan sedemikian rupa bahwa perempuan dibungkam dalam ibadah Korintus. Pendapat

bahwa ayat 33b-36 atau 34-35 mengganggu aliran argumen tergantung pada asumsi bahwa

mereka tidak cocok dengan apa yang mendahului dan mengikuti, tapi alamat subjek yang

berbeda. Robinson telah menemukan pola nasihat tentang pidato terinspirasi (nubuatan,

bahasa, lagu-lagu rohani) yang secara teratur diikuti dengan perintah untuk perempuan yang

melibatkan.42

Perempuan diperbolehkan untuk terlibat tidak hanya dalam nubuatan tetapi

juga dalam berat nubuat bahkan jika yang terakhir adalah hadiah terpisah juga dilakukan oleh

para nabi. Nubuatan yang ditawarkan perempuan Korintus (1 Kor 11:5) hanya terinspirasi ke

tingkat otoritatif. Nubuat dapat dibedakan dari pengajaran dan khotbah, meskipun mungkin

ada beberapa tumpang tindih di antara penonton, dalam fungsi karunia ini, dalam kenyataan

bahwa semua adalah karunia dari kata, dan semua karunia-karunia Roh.43

40

Groenen, Pengantar, 238. 41

Groenen, Pengantar, 238 42

Women in, 90-91. 43

Women in, 95-96.

Page 14: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

76

Sepanjang jaman partisipasi perempuan adat tidak hanya dalam kultus keluarga, tetapi

juga di kultus publik dan perayaan Misteri. Dalam kultus Dionisia perempuan memainkan

bagian yang sangat penting sebagai maenads dan thyads. Pelayanan mereka tidak sedikit pun

dibatasi untuk laki-laki.44

Orang-orang Korintus terkejut pada pembungkaman peran

perempuan dalam ibadah. Ia mengerahkan lima kewenangan untuk mendapatkan perempuan

Korintus untuk mematuhi putusan ini: (1) praktek gereja umum (ayat 36b), (2) hukum (ay

34); (3) konvensi umum dari apa yang tepat atau memalukan (ay 35), (4) firman Allah (ayat

36), dan (5) otoritas kerasulannya (jika kita menerapkan ayat 37-40 dengan apa yang segera

mendahului. itu, serta 14,1-33a). Ini menumpuk otoritas, ditambah dengan banding ke apa

yang terhormat atau tercela, adalah praktek Pauline umum ketika sesuatu yang penting yang

dipertaruhkan (1 Kor 11,2-16), dan sangat menunjukkan 1 Kor 14.33b-36 adalah bahan

Pauline otentik. Tampaknya Korintus mencoba untuk membuat aturan mereka sendiri,

mungkin berpikir kata-kata mereka sendiri sudah cukup atau otoritatif atau bahkan firman

Allah bagi diri mereka sendiri (lih. ay 36). Kita juga tahu dari ayat 33a, 40 bahwa hal-hal

yang tidak dilakukan sopan ketika karunia rohani yang digunakan dalam kebaktian.45

Ketika Paulus mengatakan perempuan tidak diizinkan atau diperbolehkan untuk

berbicara (ayat 34), dengan menggunakan kata kerja epitrepo dalam bentuk pasif, tampak

bahwa 'titik pasif kembali ke peraturan yang sudah berlaku'. Jika masalah itu hanya masalah

kesopanan, kesusilaan, atau ketertiban (seperti dengan 14:1-33a). Maka Paulus tidak akan

melarang perempuan dari berbicara tapi diperintahkan mereka untuk melakukannya dengan

benar dan teratur. Tapi mungkin ia telah diperintahkan mereka, mengatakan perempuan untuk

bertanya di rumah.46

44

Women in, 97. 45

Women in, 97-98. 46

Women in, 99.

Page 15: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

77

Perempuan dilarang berbicara di gereja Santo Paul menunjuk tentang hal ini dalam

surat pertamanya kepada jemaat Korintus: “Biarkan perempuan-perempuan kamu tetap diam

ketika mereka berada di gereja, karena mereka tidak diizinkan berbicara; mereka diperintah

untuk patuh dan begitu pula hukum memerintah mereka untuk patuh. Bila mereka ingin

belajar apa saja, biarkan mereka meminta atau menanyakannya kepada suami mereka. Adalah

memalukan bagi perempuan untuk berbicara di gereja (Korintus 14:34-35).

Perintah yang terdapat dalam naskah Korintus yang diperoleh dari St Paul ini equivalen

dengan ide bahwa laki-laki adalah pemimpin perempuan. Kontrol atas perempuan yang

sangat dikenal dengan tubuh merupakan analog mengenai kontrol terhadap gereja yang

merupakan tubuh Kristus. Larangan bagi perempuan untuk berbicara di gereja, dipahami dari

bab 15 Kitab Leviticus (Imamat), yang menyebutkan bahwa pendeta yang melakukan

sesajian atau persembahan kepada Tuhan harus dalam keadaan bersih. Dalam konteks ini,

perempuan dianggap tidak bersih ketika mengalami menstruasi. Karena itu, perempuan

dilarang berbicara di gereja karena dengan “kekotorannya” berarti ia tidak bisa melaksanakan

kewajiban agamanya. Lagi-lagi, dalam ritual-pun, perempuan dianggap tidak memiliki porsi

yang sama dengan laki-laki, ia dianggap berkurang agamanya dari laki-laki.47

Dalam konteks berkaitan dengan ketertiban dalam ibadah gereja muncul bagian ini

memerintahkan untuk membungkam perempuan di gereja: Biarkan perempuan diam di

gereja, untuk itu tidak diperbolehkan bagi mereka untuk berbicara, tetapi biarkan mereka

menjadi bawahan, seperti hukum mengatakan. Jika mereka ingin mengetahui sesuatu, baiklah

mereka menanyakan di rumah dari suami mereka, untuk itu adalah rasa malu bagi perempuan

untuk berbicara dalam pertemuan Jemaat. (1 Korintus 14:34-35).48

47

Masdar Farid Mas’udi, Islam dan Hak-hak Reproduksi Perempuan (Bandung: Mizan, 2001), 42. 48

Evelyn & Frank Stagg, Women in the world of Jesus,( Philadelphia, 1978), 177.

Page 16: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

78

Ada beberapa manfaat penafsiran diantaranya, sama sekali tidak meniadakan hak

perempuan untuk berdoa atau bernubuat di gereja, tetapi hanya membatasi dia dari menilai

nubuat dalam beberapa cara sehingga tuan atas baik suami atau laki-laki pada umumnya. Ini

cocok dengan apa yang mendahului dan mengikuti bagian kontekstual. Jika Paulus sedang

berbicara tentang penghakiman nubuat dalam 1 Korintus 14:33b-36, maka ini akan menjadi

aliran alami 1 Korintus 14:29-30. Paulus akan berbalik dari desakan yang lebih umum untuk

prosedur tertib dalam hal berat nubuat (ayat 32-33), untuk kasus yang lebih spesifik

perempuan dengan berat badan atau mempertanyakan nubuat. Perempuan tidak diperintahkan

untuk tunduk kepada suami mereka, tetapi prinsip urutan ibadah, prinsip keheningan dan

penghormatan yang ditunjukkan ketika yang lain sedang berbicara. Orang-orang Korintus

harus tahu bahwa Perjanjian Lama berbicara tentang keheningan hormat ketika menasihati

diucapkan (Ayub 29.21). Pada titik ini kita dapat menyimpulkan bahwa ayat 34-35 tidak

dapat diambil sebagai larangan perempuan berdoa atau bernubuat, atau mengajar atau

berkhotbah, dalam pengaturan ibadah.49

1 Korintus 14:33 harus dilihat sebagai upaya untuk memperbaiki masalah yang

disebabkan oleh perempuan menilai para nabi. Alih-alih mengganggu layanan, mereka

menanyakannya kepada suaminya di rumah. Seperti yang terlihat dalam 1 Korintus 14:34 dan

mungkin juga 1 Timotius 2:11, Upotasso mengacu pada pengajuan, bukan untuk suami,

tetapi prinsip-prinsip gereja ketertiban dan sopan santun dalam ibadah (dengan asumsi sikap

yang tepat dari orang yang belajar).50

Dalam 1 Korintus 14:34-35, dipandang membawa pesan bahwa perempuan harus tutup

mulut dalam ibadah, bahkan dalam Efesus 5 ditafsirkan bahwa perempuan harus

menempatkan diri dibawah suaminya. Kaum feminisme menggolongkan bahwa cara

49

Women in, 102-103. 50

Women in,125.

Page 17: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

79

pandang, cara penafsiran itu adalah penafsiran tradisional yang merupakan sebuah

penindasan terhadap perempuan.51

Dalam rangka membaca kisah-kisah Alkitab, pertama-tama harus disadari bahwa

Alkitab sebagai salah satu tradisi utama Kekristenan merupakan suatu karya yang dihasilkan

oleh masyarakat Israel yang nota bene merupakan masyarakat yang menganut sistem

patriarkal dengan budaya patriarki yang kuat. Oleh karena itu, tidak heran kalau konteks

masyarakat Israel pada waktu itu juga turut mempengaruhi tulisan-tulisan dalam Alkitab.52

Seringkali ada pendapat bahwa ayat 34b-36 merupakan bagian yang asing dari pasal ini

dan bahwa mereka merupakan suatu interpolasi (atau sisipan dikemudian hari ke dalam teks

ini) yang didasarkan pada nas yang serupa yakni 1 Timotius 2:11-15.53

Ada masalah dalam

menentukan apakah ayat 34 merupakan bagian dari ayat-ayat sebelumnya atau sesudahnya.

Meskipun ada masalah-masalah, teks ini harus ditafsirkan sebagaimana adanya. Tidak ada

naskah yang mendukung untuk menghapus ayat 34-36, meskipun beberapa teks memang

menempatkan bagian ini setelah ayat 40. Bahkan bila ayat-ayat ini aslinya muncul pada akhir

pasal ini, maknanya akan tetap sama. Ayat 28-30, baik si pembicara maupun nabi telah

diperintahkan untuk berdiam diri di bawah kondisi-kondisi tertentu, selanjutnya ayat 34b

kaum perempuan diperintahkan untuk berdiam diri juga. Paulus tidak berbicara tentang

penggunaaan karunia-karunia kharismatis, ia masih sangat prihatin dengan usaha mengatur

pembicaraan dalam ibadah umum, sehingga ketertiban yang membangun dapat

dipertahankan.54

Bahwa perempuan-perempuan harus berdiam diri bukanlah sebuah perintah yang

mutlak; dalam pertemuan-pertemuan jemaat, memperlihatkan bahwa rasul itu sedang

berbicara tentang partisipasi kaum perempuan di dalam pertemuan-pertemuan ibadah umum.

51

Perempuan Indonesia, 54-55. 52

Perempuan Indonesia, 130. 53

Pfitzner, Kesatuan, 280. 54

Pfitzner, Kesatuan, 281.

Page 18: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

80

Menurut beberapa penafsir, Paulus menekankan bahwa kaum perempuan harus jelas tampil

sebagai perempuan dimata orang lain.55

Jika kaum perempuan ingin mengetahui sesuatu, baiklah mereka menanyakannya

kepada suaminya dirumah. Paulus berbicara tentang perilaku kaum perempuan yang sopan

dengan suami mereka yang Kristen, peraturan Paulus jelas mempradugakan bahwa kaum

perempuan yang tidak menikah, atau orang-orang Kristen yang bersuamikan kafir (7:8-16)

akan menaati praktik yang sama. Dalam sinagoge Yahudi jaman Paulus, kaum perempuan

bukanlah anggota penuh dari jemaat yang beribadah; mereka biasanya duduk di belakang

atau dilorong, kadang-kadang dibalik kisi-kisi, untuk memisahkan mereka dengan kaum laki-

laki. Secara teoritis, seorang perempuan, seperti seorang laki-laki dewasa, dapat maju ke

depan untuk membaca taurat, tetapi ada anggapan dikalangan orang Yahudi bahwa kaum

perempuan tidak akan pernah melakukan hal tersebut dan tidak ada kesempatan bertanya

jawab setelah pembacaan. Setiap pertanyaan yang perempuan miliki harus ditanyakan kepada

suaminya dirumah. Demikian juga dengan masyarakat Yunani menuntut kaum perempuan

menahan diri di depan umum, Plutarch (Conjugal Precept 31): bukan hanya tangan, tetapi

bahkan suara dari seorang perempuan yang sopan tidak akan diperlihatkan didepan umum; ia

akan menghindarkan diri dari berbicara, seperti halnya pula ketelanjangan. Plutarch juga

menambahkan bahwa kaum perempuan harus berbicara kepada suami mereka, bila mereka

mempunyai pertanyaan.56

Meskipun Injil membawa perubahan-perubahan radikal terhadap status kaum

perempuan, Paulus menekankan bahwa perempuan Kristen tidak boleh membuat orang lain

tersinggung dengan menyombongkan diri mereka sendiri dan kemerdekaan yang baru saja

mereka temukan di dalam Kristus dengan memaksakan agar mereka didengar didepan umum.

Kata tidak sopan menunjuk pada apa yang dianggap membuat tersinggung orang-orang lain

55

Pfitzner, Kesatuan, 282. 56

Pfitzner, Kesatuan, 282-283.

Page 19: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

81

dilingkungan masyarakat pada umumnya, bukan hanya dikalangan jemaat. Sebagian orang

Korintus berkeinginan agar jemaat mereka diizinkan untuk mengatur urusannya sendiri tanpa

campur tangan orang luar, tanpa khawatir apa yang mungkin akan dilihat oleh jemaat-jemaat

lainnya (lihat ayat 34). Sebenarnya, Paulus ingin mengakhiri akibat dari entusiasme rohani

yang keliru di Korintus. 57

Menurut Paulus, kaum perempuan harus menundukkan diri seperti yang dikatakan oleh

hukum Taurat dengan menggunakan cara para rabi dalam mengacu pada Kitab Suci. Namun

demikian, tidak ada perintah yang jelas atau eksplisit di dalam Perjanjian Lama bahwa kaum

perempuan harus tunduk kepada laki-laki.58

Kemungkinan bahwa acuannya pada hukum

Taurat disini bukan dimaksud mengacu kepada Kitab Suci Perjanjian Lama melainkan tradisi

hukum Yahudi. Kaum perempuan tidak diizinkan oleh Paulus untuk menguasai pertemuan,

dan dengan demikian melanggar praktik umum saat itu atau standar tentang apa yang layak

pada masa itu.59

3.5. Kesimpulan.

Surat 1 Korintus diyakini ditulis oleh Paulus pribadi. Surat 1 Korintus memberikan

pandangan yang jelas mengenai berbagai persoalan yang dihadapi para pengikut Yesus

perdana. Surat ini juga mengemukakan ajaran-ajaran Paulus, diantaranya tentang karunia-

karunia Roh dan mengenai kasih sebagai karunia paling utama dari semua karunia lainnya

(12-14). Kota Korintus terletak disebuah daratan sempit yang memiliki pelabuhan dibagian

timur dan di bagian barat. Korintus merupakan kota yang sangat duniawi dan dipengaruhi

oleh berbagai kebudayaan. Orang-orang yang hidup di Korintus memiliki tradisi lama

penyembahan terhadap dewi cinta, Afrodite. Surat Paulus ini berisi berbagai pergumulan

57

Pfitzner, Kesatuan, 283. 58

Pfitzner, Kesatuan, 283-284. 59

Pfitzner, Kesatuan, 284.

Page 20: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

82

yang terus dihadapi oleh jemaat Korintus berhadapan dengan berbagai pengaruh gaya hidup

di kota besar.

Perempuan di Yunani memiliki berbagai derajat kebebasan dalam kehidupan keluarga

mereka, mulai dari tingkat kebebasan yang sangat terbatas, terutama mereka yang telah

berada dalam keluarga. Perempuan warga Athena biasanya menikah pada usia lima belas atau

enam belas tahun. Perempuan yang telah menikah biasanya tinggal di ruang yang terpisah

dan dijaga, tidak pernah diizinkan keluar, berbeda dengan perempuan Yahudi - kelas atas di

Tannaitic times. Perempuan warga negara Athena tidak diizinkan untuk menjadi saksi di

pengadilan Athena kecuali mungkin dalam kasus-kasus pembunuhan. Perempuan Yunani

secara bertahap mendapatkan lebih banyak kebebasan selama periode Helenistik dan

Romawi, dan kemungkinan bahwa kebanyakan perempuan Yunani baik dibandingkan dengan

perempuan Yahudi sewaktu di Tannaitic, mereka membandingkan dalam status dan posisi

yang buruk untuk perempuan tetangga Makedonia, Asia Kecil, dan Mesir. Perempuan di

Makedonia dari periode Helenistik dan seterusnya memiliki banyak pengaruh dan menonjol.

Perempuan diperbolehkan untuk memegang jabatan publik dan kultis di Asia Kecil yang di

tempat lain hanya dilakukan oleh laki-laki. Faktor pemicunya kemungkinan adalah Helenisasi

Asia Kecil selama dan setelah masa Alexander.

Menurut Markus Barth, pelindung gerakan perempuan Mesir adalah Isis. Dengan

penyebaran kultus Isis ini menerangkan bahwa perempuan Mesir bisa berkumpul untuk

beribadah tanpa laki-laki, seorang perempuan harus diterima sebagai manusia yang sama

dalam banyak hal.

Peran perempuan Romawi dalam keluarga, kultus, dan status mereka sebagai saksi,

guru, atau pemimpin sangat penting. Perempuan Romawi tidak diizinkan untuk memilih atau

Page 21: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

83

memegang jabatan publik bahkan di zaman Kekaisaran, meskipun sering mereka sangat

terlibat dan sangat berpengaruh dalam urusan negara dan masalah-masalah hukum.

Memang benar bahwa perempuan Romawi memiliki kekuatan politis yang lebih

daripada perempuan di Yunani maupun Palestina karena, meskipun mereka tidak bisa duduk

di tahta atau memegang jabatan terpilih, mereka bisa menjadi kekuatan di balik posisi

tersebut. Perempuan Makedonia dalam kekaisaran memiliki lebih banyak kebebasan karena

mereka sering tidak duduk di atas takhta di Helenistik dan periode Romawi.

Perempuan di Roma memiliki sedikit kesempatan untuk menjadi Pendeta daripada

perempuan di Yunani. Di sisi lain, perempuan berpendidikan lebih banyak di Roma daripada

di tempat lain di Mediterania.

Korintus, tampaknya ada kebiasaan dan pakaian tertentu yang sangat tepat bagi

perempuan di Korintus dalam konteks ritual (misalnya, pernikahan, pemakaman, prosesi

keagamaan, festival, dan ibadah). Plutarch berbicara tentang perempuan dalam 'kebiasaan

Romawi akan keluar memakai tutup kepala, sedangkan laki-laki pergi keluar tidak memakai

tutup kepala. Pemakaian penutup kepala oleh seorang perempuan dewasa di depan umum

(khususnya dalam konteks ritual) adalah praktek tradisional yang dikenal orang Yahudi,

Yunani, dan Roma.

Paulus mengatakan perempuan seharusnya memiliki otoritas atau lebih kepala mereka.

Perempuan harus memiliki wewenang untuk melakukan apa yang mereka lakukan dalam

ibadah - berdoa dan bernubuat. Paulus menyiratkan bahwa kemungkinan kewenangan baru,

ada bukti perempuan diharapkan untuk diam di rumah ibadat.

Ketika Paulus mengatakan perempuan tidak diizinkan atau diperbolehkan untuk

berbicara (ayat 34), dengan menggunakan kata kerja epitrepo dalam bentuk pasif, tampak

Page 22: BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS 3.1. Kitab Korintusrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/10508/3/T2_752012003_BAB III.pdf · 63 BAB III KONTEKS SOSIO POLITIK 1 KORINTUS

84

bahwa 'titik pasif kembali ke peraturan yang sudah berlaku'. Jika masalah itu hanya masalah

kesopanan, kesusilaan, atau ketertiban (seperti dengan 14:1-33a). Maka Paulus tidak akan

melarang perempuan dari berbicara tapi diperintahkan mereka untuk melakukannya dengan

benar dan teratur. Tapi mungkin ia telah diperintahkan mereka, mengatakan perempuan untuk

bertanya di rumah.

Larangan bagi perempuan untuk berbicara di gereja, dipahami dari bab 15 Kitab

Leviticus (Imamat), yang menyebutkan bahwa pendeta yang melakukan sesajian atau

persembahan kepada Tuhan harus dalam keadaan bersih. Dalam konteks ini, perempuan

dianggap tidak bersih ketika mengalami menstruasi. Karena itu, perempuan dilarang

berbicara di gereja karena dengan “kekotorannaya” berarti ia tidak bisa melaksanakan

kewajiban agamanya. Biarkan perempuan diam di gereja, untuk itu tidak diperbolehkan bagi

mereka untuk berbicara, tetapi biarkan mereka menjadi bawahan, seperti hukum mengatakan.

1 Korintus 14: 34-35 dipandang membawa pesan bahwa perempuan harus tutup mulut dalam

ibadah, bahkan dalam Efesus 5 ditafsirkan bahwa perempuan harus menempatkan diri

dibawah suaminya. Oleh karena itu, tidak heran kalau konteks masyarakat Israel pada waktu

itu juga turut mempengaruhi tulisan-tulisan dalam Alkitab.

Menurut Paulus, kaum perempuan harus menundukkan diri seperti yang dikatakan oleh

hukum Taurat dengan menggunakan cara para rabi dalam mengacu pada Kitab Suci. Namun

demikian, tidak ada perintah yang jelas atau eksplisit di dalam Perjanjian Lama bahwa kaum

perempuan harus tunduk kepada laki-laki.