14 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Konsumen Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain, maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan. 3.1.2 Perilaku Konsumen Engel et al, (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan barang dan jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan dilakukan. Umar (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen terbagi dua bagian, perilaku yang tampak dan perilaku yang tidak tampak. Variabel-variabel perilaku yang tampak antara lain jumlah pembelian, waktu pembelian, karena siapa, dengan siapa, dan bagaimana konsumen melakukan pembelian. Variabel perilaku yang tidak tampak adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan konsumen. Menurut America Marketing Association dalam Setiadi (2003) mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : Perilaku konsumen merupakan interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, prilaku dan lingkungannya, dimana manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Berdasarkan definisi tersebut , terdapat tiga ide penting yaitu: (a) perilaku konsumen adalah dinamis; (b) hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kajadian di sekitar; serta (c) hal tersebut melibatkan pertukaran. 3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Konsumen Engel et al, (1995) Menyatakan bahwa pengambilan keputusan oleh konsumen ditentukan oleh tiga determinan yaitu: (1) pengaruh lingkungan; (2)
24
Embed
BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... · terhadap seseorang dinamakan kelompok ... mendapatkan orientasi agama, politik, ... melakukan respon positif atau
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
14
BAB III
KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Definisi Konsumen
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
menyatakan bahwa konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang
tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan sendiri, keluarga, orang lain,
maupun mahluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
3.1.2 Perilaku Konsumen
Engel et al, (1995) menyatakan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan
yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan
barang dan jasa, termasuk proses keputusan sebelum dan sesudah tindakan dilakukan.
Umar (2000) menyatakan bahwa perilaku konsumen terbagi dua bagian, perilaku
yang tampak dan perilaku yang tidak tampak. Variabel-variabel perilaku yang tampak
antara lain jumlah pembelian, waktu pembelian, karena siapa, dengan siapa, dan
bagaimana konsumen melakukan pembelian. Variabel perilaku yang tidak tampak
adalah persepsi, ingatan terhadap informasi dan perasaan kepemilikan konsumen.
Menurut America Marketing Association dalam Setiadi (2003)
mendefinisikan perilaku konsumen sebagai berikut : Perilaku konsumen merupakan
interaksi dinamis antara afeksi dan kognisi, prilaku dan lingkungannya, dimana
manusia melakukan kegiatan pertukaran dalam hidup mereka. Berdasarkan definisi
tersebut , terdapat tiga ide penting yaitu: (a) perilaku konsumen adalah dinamis; (b)
hal tersebut melibatkan interaksi antara afeksi dan kognisi, perilaku dan kajadian di
sekitar; serta (c) hal tersebut melibatkan pertukaran.
3.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Konsumen
Engel et al, (1995) Menyatakan bahwa pengambilan keputusan oleh
konsumen ditentukan oleh tiga determinan yaitu: (1) pengaruh lingkungan; (2)
15
perbedaan individu; dan (3) proses psikologis. Pengambilan keputusan oleh
konsumen ini akan berdampak pada jenis dan bentuk bauran pemasaran yang dipilih
oleh pemasar. Hal ini diperlihatkan pada Gambar 1.
Gambar 1. Model Perilaku Pengambilan Keputusan Konsumen
( Sumber Engel et al, 1995)
Kotler (2005) menyatakan bahwa perilaku pembelian konsumen dipengaruhi
oleh faktor budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Faktor-faktor budaya mempunyai
pengaruh yang paling luas dan paling dalam.
3.1.3.1 Faktor Budaya
Budaya, sub-budaya, dan kelas sosial sangat penting bagi perilaku pembelian.
Budaya merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling dasar. Masing-
masing budaya terdiri dari sejumlah sub-budaya yang lebih menampakan identifikasi
dan sosialisasi khusus bagi para anggotanya. Sub-budaya mencakup kebangsaan,
agama, kelompok ras, dan wilayah geografis (Kotler, 2005).
Semua manusia di masyarakat memiliki stratifikasi sosial yang sering
ditemukan dalam bentuk kelas sosial yang tersusun secara hierarkis dan para
16
anggotanya menganut nilai, minat, dan perilaku yang serupa. Kelas sosial tidak hanya
mencerminkan penghasilan, tetapi juga indikator lain seperti pekerjaan, pendidikan
dan wilayah tempat tinggal. Kelas sosial akan berbeda-beda dalam hal busana,
berbicara, rekreasi dan banyak ciri lain, sehingga menunjukkan preferensi atas produk
dan merek yang berbeda-beda di sejumlah bidang, yang mencakup pakaian, perabot
rumah tangga, kegiatan waktu luang, dan mobil. Kelas sosial berbeda-beda
preferensinya atas media, yakni konsumen kelas atas menyukai majalah dan buku,
sementara konsumen kelas bawah menyukai televisi (Kotler, 2005).
3.1.3.2 Faktor Sosial
(Kotler, 2005) menyatakan bahwa beberapa faktor sosial yang dapat
mempengaruhi proses pembelian konsumen yaitu:
1. Kelompok acuan. Kelompok acuan terdiri dari semua kelompok yang
memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap
atau perilaku seseorang. Kelompok yang memiliki pengaruh langsung
terhadap seseorang dinamakan kelompok keanggotaan. Beberapa kelompok
keanggotaan merupakan kelompok primer, seperti keluarga, teman, tetangga,
dan rekan kerja yang berinteraksi dengan seseorang secara terus-menerus dan
informal. Contoh kelompok sekunder adalah kelompok keagamaan, profesi,
dan asosiasi perdagangan, yang cenderung lebih formal dan membutuhkan
interaksi yang tidak begitu rutin (Kotler, 2005).
2. Keluarga. Keluarga merupakan organisasi pembelian konsumen yang paling
penting dalam masyarakat, dan para anggota keluarga menjadi kelompok
acuan primer yang paling berpengaruh. Keluarga telah menjadi objek
penelitian yang luas. Keluarga orientasi terdiri dari orang tua dan saudara
kandung seseorang. Berdasarkan interaksi dengan orang tua, seseorang
mendapatkan orientasi agama, politik, ekonomi serta ambisi pribadi, harga diri
dan cinta. Akan tetapi, walaupun pembeli tersebut tidak lagi berinteraksi
secara mendalam dengan orang tuanya, pengaruh orang tua terhadap perilaku
pembeli dapat tetap signifikan (Kotler, 2005).
17
3. Peran dan Status. Seseorang berpartisipasi dalam banyak kelompok sepanjang
hidupnya seperti keluarga, klub dan organisasi. Kedudukan orang pada
masing-masing kelompok dapat ditentukan berdasarkan peran dan statusnya.
Peran meliputi kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang.
Setiap peran yang dijalankan seseorang akan menghasilkan status (Kotler,
2005).
3.1.3.3 Faktor Individu
(Kotler, 2005) menyatakan bahwa faktor individu dapat dikelompokan
menjadi sebagai berikut:
1. Usia dan tahap siklus hidup. Orang membeli barang dan jasa akan berbeda-
beda sepanjang hidupnya mulai dari bayi sampai tahap pertumbuhan dan
dewasa. Konsumsi dapat dibentuk oleh siklus hidup keluarga. (Kotler, 2005).
2. Pekerjaan dan lingkungan ekonomi. Pilihan produk sangat dipengaruhi oleh
keadaan ekonomi seseorang misalnya penghasilan yang dapat dibelanjakan
(level, kestabilan dan pola waktunya), tabungan dan aktiva (termasuk
persentase aktiva yang lancar), utang, kemampuan untuk meminjam, dan
sikap terhadap belanja atau menabung. Perusahaan bahkan dapat
mengkhususkan produknya pada kelompok pekerjaan tertentu. (Kotler,
2005).
3. Gaya hidup. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang terungkap
pada aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan
diri seseorang yang berinteraksi dengan lingkungannya (Kotler, 2005).
4. Kepribadian dan konsep diri. Kepribadian adalah ciri bawaan psikologi
manusia yang berbeda serta menghasilkan tanggapan yang relatif konsisten
dan bertahan lama terhadap rangsangan lingkungannya. Kepribadian biasanya
digambarkan dengan menggunakan ciri bawaan seperti kepercayaan diri,
dominasi, otonomi, kehormatan, kemampuan bersosialisasi, pertahanan diri
dan kemampuan beradaptasi (Kotler, 2005).
18
3.1.3.4 Faktor Psikologis
Kotler (2005) menyatakan bahwa faktor psikologis terdiri dari empat faktor
yaitu:
1. Motivasi. Motivasi adalah kebutuhan yang memadai untuk mendorong
seseorang bertindak. Kebutuhan akan menjadi motivasi, jika seseorang
didorong hingga mencapai intensitas level yang memadai. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenis seperti lapar, haus, dan tidak nyaman. Kebutuhan
yang lain bersifat psikogenis yaitu kebutuhan yang muncul dari tekanan
psikologis seperti kebutuhan akan pengakuan, penghargaan atau rasa
keanggotaan kelompok. (Kotler, 2005).
2. Persepsi. Persepsi adalah proses yang digunakan oleh individu untuk
memilih, mengorganisasi, dan menginterpretasi masukan informasi guna
menciptakan gambaran dunia yang memiliki arti. Persepsi tidak hanya
bergantung pada rangsangan fisik tetapi juga pada rangsangan yang
berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan individu yang
bersangkutan (Kotler, 2005).
3. Pembelajaran. Pembelajaran meliputi perubahan perilaku seseorang yang
timbul dari pengalaman. Sebagian besar perilaku manusia adalah hasil belajar.
Ahli teori pembelajaran yakin bahwa pembelajaran dihasilkan melalui
perpaduan kerja antara pendorong, rangsangan, isyarat bertindak, tanggapan
dan penguatan (Kotler, 2005).
4. Keyakinan dan sikap. Keyakinan adalah gambaran pemikiran yang dianut
seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang produk atau
merek mempengaruhi keputusan pembelian mereka (Kotler, 2005). Sikap
merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan
pembelian. Untuk menghasilkan sikap positif, pemasar harus berusaha dengan
berbagai macam cara, terutama dalam melakukan komunikasi pemasaran,
untuk mempengaruhi sikap konsumen. Angel et al. (1994) mendefinisikan
sikap sebagai suatu evaluasi menyeluruh yang memungkinkan orang
melakukan respon positif atau negatif secara konsisten terhadap suatu objek
19
atau alternatif yang diberikan. Sikap yang dimiliki konsumen terhadap atribut
suatu produk sangat berperan penting dalam pembentukan sikap terhadap
suatu produk.
3.1.4 Keputusan Pembelian
Kotler (2005) menyatakan bahwa pada tahap evaluasi alternatif, para
konsumen membentuk preferensi atas merek-merek yang ada di dalam kumpulan
pilihan. Konsumen tersebut juga dapat membentuk niat untuk membeli merek yang
paling disukai. Pada kondisi tersebut, dua faktor berikut berada di antara niat
pembelian dan keputusan pembelian.
Peter dan Olson (1999) mengatakan dalam memperlakukan pengambilan
keputusan, konsumen sebagai suatu pemecahan masalah. Konsumen membuat
keputusan prilaku mana yang ingin dilakukan untuk dapat mencapai sasaran mereka,
dan dengan demikian ”memecahkan masalahnya”. Dalam pengertian ini,
pengambilan keputusan konsumen adalah proses pemecahan masalah yang diarahkan
pada sasaran.
Konsumen dalam suatu pembelian dipengaruhi oleh kepentingan personal
yang dirasakan dan ditimbulkan oleh stimulus. Keterlibatan kosumen dalam
keputusan pembelian dibagi menjadi dua kategori : yaitu : Konsumen dengan
keterlibatan tinggi (high involvement ) dan konsumen dengan keterlibatan rendah
(low involvement).
Assael dalam Sutisna (2001) mengidentifikasi kapan konsumen keterlibatan
tinggi terhadap suatu produk sebagai berikut :
1. Apakah produk itu penting bagi konsumen. Dalam hal ini apakah produk itu
menjadi citra diri bagi konsumen. (misalnya pemilikan mobil merupakan
simbol status dan identitas diri).
2. Apakah produk itu secara terus menerus menarik bagi konsumen. Misalnya
kesadaran konsumen pada mode menyebabkan pembelia pakaian.
3. Apakah produk menimbulkan/membawa risiko. Produk-produk yang
mempuyai rsiko tinggi baik risiko keuangan maupun risiko sosial, misalnya
20
pembelian rumah, pembelian mobil, pembelian komputer dan sebagainya bisa
dikategorikan produk keterlibatan tingi
4. Mempunyai daya tarik emosional. Misalnya konsumen yang menyenangi
musik akan terdorong untuk membeli stereo baru.
5. Apakah produk itu bisa diidentifikasikan pada norma-norma kelompok .
Misalnya produk produk yang menjadi simbol kelompok seperti Harley
Davidson, mobil Mercedes, mobil BMW dan lain sebagainya.
Pengambilan keputusan oleh konsumen untuk melakukan pembelian suatu
produk, diawali oleh adanya kesadaran akan atas pemenuhan kebutuhan dan
keinginan yang oleh Assael disebut need arousal. Dijelaskan dengan gambar 2
dibawah ini.
Gambar 2. Proses Pengambilan Keputusaan Oleh Konsumen
(Sumber: Sutisna 2001)
Evaluasi pasca pembelian
Pengenalan masalah,/keluhan dan keinginan
Pencarian berbagai informasi
Berbagai alternatif merek produk
Pilihan atas merek produk untuk di beli
Umpan balik
21
3.1.5 Hirarki efek
Menurut Lavidge dalam Suhandang (2005) Perusahaan harus
mempertimbangkan penetapan tujuan berdasarkan sikap dan pemikiran konsumen
dalam hal memenuhi keinginan dan keperluannya pada saat dihadapkan kepada
barang atau jasa yang ditawarkan lewat iklan. Hirark efek adalah sikap khalayak yang
merupakan rangkaian kesiapan calon pembeli dari awal mengetahui adanya barang
atau jasa yang diiklankan sampai dengan melakukan tindakan akhir. Adapun hirarki
efek yang dimaksud adalah :
1. Awearness (mengetahui/menyadari), yaitu tahap di mana konsumen bisa
mengenal dan mengingat barang atau jasa yang ditawarkan, minimal
mereknya.
2. Interest (perhatian/minat), ialah tahap dimana terjadi peningkatan keinginan
konsumen untuk mempelajari beberapa keistimewaan barang atau jasa dari
merek yang ditawarkan itu.
3. Evaluation (penilaian), yakni tahap penilaian konsumen terhadap barang atau
jasa dari merek yang ditawarkan itu.
4. Trial (percobaan), yaitu tahap dimana timbul kesungguhan konsumen untuk
mengawali pembelian dalam rangka mencoba memakai barang atau jasa yang
ditawarkan tersebut.
5. Adoption (pengadopsian), ialah tahap dimana konsumen merasakan perlunya
membeli kembali dan menggunakan atau seterusnya memakai barang dan jasa
dari merek tersebut.
3.1.6 Periklanan
Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan periklanan sebagai berikut:
Periklanan merupakan pesan pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan
kepada para calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu
dengan biaya semurah-murahnya. (Jefkins, 1994). Iklan atau advertising didefinisikan
sebagai kegiatan berpromosi (barang atau jasa) lewat media masa. Iklan juga sebagai
22
bentuk lain dari komunikasi yang dimaksudkan untuk menginterpretasikan kualitas
produk jasa dan ide berdasarkan kebutuhan konsumen. Kalangan praktisi bisnis, iklan
difungsikan sebagai perangsang dan sekaligus membentuk pembentuk prilaku
konsumen. Fungsi dan tujuan penyajian iklan adalah: (a) demi menarik perhatian
masyarakat calon konsumen; (b) menjaga atau memelihara citra nama (brand image)
yang terpatri di benak masyarakat; dan (c) menggiring citra nama itu sehinggga
menjadi prilaku konsumen (Wibowo, 2003). Sedangkan menurut AMA (American
Marketing Association) dalam Rangga (2006) mendefinisikan periklanan sebagai
berikut: ” Periklanan adalah seluruh proses yang meliputi penyiapan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengawasan iklan.
3.1.6.1 Tujuan Periklanan
Langkah pertama dari program periklanan adalah menetapkan tujuan
periklanan itu. Tujuan iklan bisa dikelompokkan menjadi 3 macam yaitu :
1. Untuk menyampaikan informasi. Iklan yang bertujuan memberikan informasi
kepada konsumen mengenai kegunaan dan cara penggunaan produk yang
diiklankan
2. Untuk membujuk. Iklan yang bertujuan untuk menciptakan permintaan yang
selektif terhadap suatu merk tertentu.
3. Untuk mengingat. Iklan yang bertujuan untuk mengingatkan konsumen akan
suatu produk yang telah dipasarkan terlebih dahulu. (Kotler, 1992)
3.1.6.2 Langkah – Langkah Utama Dalam Memutuskan Periklanan
Langkah- langkah utama dalam memutuskan periklanan dikenal dengan
istilah 5 M . Adapun langkah langkah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mission : Menetapkan tujuan pemasaran
2. Money : Menetapkan anggaran iklan
3. Message : Menetapkan pesan yang akan disampaikan
4. Media : Menetapkan media yang harus dipergunakan
23
5. Measurement : melakukan evaluasi terhadap hasil yang dicapai ( Kotler,
1992)
3.1.7 Media Periklanan
Menurut Jefkins (1997) Media periklanan adalah meliputi segenap perangkat
yang dapat memuat atau membawa pesan-pesan penjualan kepada calon pembeli.
Hampir semua jenis media bisa dan telah dimanfaatkan sebagai media periklanan
mulai dari angkasa, tiket-tiket bis, kotak korek api, tong sampah di pinggir jalanan,
taksi-taksi, karcis parkir, tas belanja dan lain-lain.
3.1.7.1 Jenis Media Iklan
Beberapa jenis media iklan yang sering digunakan antara lain : Iklan cetak,