Top Banner
28 BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep Penyebab Kecemasan Ujian OSCE 1. Penguji OSCE yang tegas 2. Rasa takut akan kegagalan yang berlebihan 3. Kurangnya persiapan mental 4. Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri Kecemasan Ujian Osce Mahasiswa mengalami kecemasan dan ketegangan sebelum ujian osce Ketegangan otot akibat cemas Respon system saraf otonom Menimbulkan aktifitas involunter Cemas mengaktifkan hipotalamus System saraf otonom System saraf simpatis Mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, dilatasiarteri koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan ketegangan otot, menyempitnya lapang prsepsi, meningkatkan emosi, mudah marah, ketakutan, meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi. Aktifasi system saraf simpatis Sekali dirilis meningkat (ne) dan adrenal ke reseptor adrenergic pada berbagai jaringan Neuron simpatik berinteraksi dengan neuron simpatik perifer melalui ganglia Neuron postsinaptik melepaskan norepinefrin (ne) Aktivasi berkepanjangan respon stimulus ini dapat memicu pelepasan adrenalin dari kelenjar adrenal Asetilkolin bertugas membawa pesan kimia yang mengikat reseptor nicotinic asetilkolin ke neuron postsinaptik Neuron simpatik perifer melepaskan asetilkolin pada sinapsis dalam ganglia simpatik. Melalui sinapsis kimia dalam ganglia, neuron simpatik bergabung dengan neuron simpatik perifer System saraf parasimpatis
5

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/4/BAB III.pdf · KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep . sinapsis dalam ganglia

Dec 09, 2020

Download

Documents

dariahiddleston
Welcome message from author
This document is posted to help you gain knowledge. Please leave a comment to let me know what you think about it! Share it to your friends and learn new things together.
Transcript
Page 1: BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/4/BAB III.pdf · KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep . sinapsis dalam ganglia

28

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Penyebab Kecemasan Ujian OSCE

1. Penguji OSCE yang tegas

2. Rasa takut akan kegagalan yang berlebihan

3. Kurangnya persiapan mental

4. Tidak percaya pada kemampuan diri sendiri

Kecemasan Ujian Osce

Mahasiswa mengalami kecemasan

dan ketegangan sebelum ujian osce

Ketegangan otot akibat cemas

Respon system saraf otonom

Menimbulkan aktifitas involunter

Cemas mengaktifkan hipotalamus

System saraf otonom

System saraf simpatis

Mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, dilatasiarteri koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan ketegangan otot, menyempitnya lapang prsepsi, meningkatkan emosi, mudah marah, ketakutan, meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi.

Aktifasi system saraf simpatis

Sekali dirilis meningkat (ne) dan

adrenal ke reseptor adrenergic

pada berbagai jaringan

Neuron simpatik berinteraksi

dengan neuron simpatik perifer

melalui ganglia

Neuron postsinaptik

melepaskan norepinefrin (ne)

Aktivasi berkepanjangan respon

stimulus ini dapat memicu

pelepasan adrenalin dari

kelenjar adrenal

Asetilkolin bertugas membawa

pesan kimia yang mengikat

reseptor nicotinic asetilkolin ke

neuron postsinaptik

Neuron simpatik perifer

melepaskan asetilkolin pada

sinapsis dalam ganglia simpatik.

Melalui sinapsis kimia dalam

ganglia, neuron simpatik

bergabung dengan neuron

simpatik perifer

System saraf parasimpatis

Page 2: BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/4/BAB III.pdf · KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep . sinapsis dalam ganglia

29

Gejala fisik : Nafas pendek, rasa

tercekik, dan paltipasi, sakit dada,

pucat, hipotensi, koordinasi

motorik rendah.

Gejala Kognitif : Lapang

persepsi sangat menyempit, tidak

dapat berfikir logis.

Gejala Perilaku : Perilaku dan

emosi : Agitasi, mengamuk, marah

ketakutan, berteriak, blocking,

kehilangan control diri, persepsi

datar

Dilakukan relaksasi otot progresif

Otot terasa rileks

tubuh menjadi

ringan dan nyaman

Kondisi psikis

menjadi rileks

Tingkat kecemasan

menurun

Otak menganggap tingkat

ancaman menurun

Serabut system saraf parasimpatis

meredakan system saraf simpatis

System saraf parasimpatik menggunakan

ACH sebagai neurotrsistem saraf

otonommitter utama

Mengembalikan kondisi tubuh

dalam keadaan normal

Saraf presinaptik melepaskan asetilkolin

pada ganglion Ach dan bekerja pada

reseptor nicotinic neuron postsynaptic

Saraf postsinaptik kemudian

melepaskan asetilkolin untuk

merangsang reseptor muscarinic dari

organ tersebut

Gejala fisik : Penurunan

gejala fisik

Gejala kognitif : Dapat

mengembangkan persepsi

yang positif

Gejala perilaku:

Menghasilkan/

mempengaruhi perilaku

dan emosi yang positif

Aktifasi system saraf

parasimpatis

Yang diteliti

Yang tidak diteliti

Yang mempengaruhi

Page 3: BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/4/BAB III.pdf · KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep . sinapsis dalam ganglia

30

Mahasiswa memiliki kewajiban dan tanggung jawab yakni belajar. Seorang mahasiswa harus mampu

mengembangkan daya pikir terhadap ilmu yang sedang diambil diperguruan tinggi tersebut. Maka dari itu

mahasiswa mudah mengalami kecemasan. Kecemasan sering terjadi pada mahasiswa, kebanyakan mahasiswa

Kesehatan dan Kedokteran sebelum dilakukannya ujian OSCE karena mereka dinilai secara verbal dan skill

dalam ujian OSCE tersebut dan mereka sering mersakan cemas karna bertemu dengan penguji yang tegas.

Menurut Videbeck (2008), menjelaskan patofisiologi kecemasan di dalam tubuh ialah sebagai berikut:

respon sistem saraf otonom terhadap ansietas akan menimbulkan aktivitas involunter pada tubuh.

Keceemasan akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan mengaktifkan dua jalur utama cemas,

yaitu sistem endokrin (kortrks adrenal) dan sistem saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Mekanisme

kecemasan ialah melalui jalur sistem saraf otonom. Siste saraf ototnon akan mengaktifkan sistem saraf simpatis

dan sistem saraf parasimpatis.

Aktivasi sistem saraf simpatis akan berhubungan dengan neuron simpatis yang akan berinteraksi dengan

neuron simpatis perifer (saraf yang menghubungkan seua bagian tubuh dengan siste saraf pusat) melalui

ganglia. Melalui sinapsi kimia dalam ganglia, neuron simpatis akan bergabung dengan neuron simpatis perifer.

Neuron simpatis perifer akan melepaskan asetilkolin (zat kimia penghantar rangsanagan saraf) dalam sinapsis

(terminal salah satu neuron dengan neuron yang lain) dalam ganglia simpatis. Kemudian asetilkolin bertugas

membawa pesan kimia yang mengikat reseptor nikotonik asetilkolin (penyaluran signal) ke neuron postsinaptik

(neuron yang menerima informasi). Lalu neuron postinaptik tadi akan melepaskan norepinefrin (neuron ke 2 saraf

simpatis yang akan memicu sistem adrenergik).

Aktivasi berkepanjangan respon stimulus ini dapat memicu pelepasan adrenalin dari kelenjar adrenal.

Sekali dilepaskan akan meningkatkan norepineprin dan adrenal ke reseptor adrenergik pada berbagai jaringan.

Aktivasi norepinephrin dan adrenal tersebut akan mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, dilatasi arteri,

koronaria, dilatasi pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan ketegangan otot, menyempitkan lapang persepsi,

meningkatkan emosi, mudah marah, ketakutan, meningkatkan tekanan darah dan frekuensi nadi. Yang akan

mengakibatkan gejala fisik seperti : nafas pendek, rasa tercekik, dan paltipasi, sakit dada, pucat, hipotensi,

Page 4: BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/4/BAB III.pdf · KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep . sinapsis dalam ganglia

31

koordinasi motoric rendah. Gejala kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir logis. Gejala

perilaku : agitasi, mengamuk, marah, ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan control diri, persepsi datar.

Lalu dilakukan relaksasi otot progresif yang akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis, kemudian

sistem saraf parasimpatis akan menggunakan asetilkolin sebagai neurosistem saraf otonommitter utama. Saraf

parasimpatis akan melepaskan asetilkolin pada ganglion asetilkolin dan bekerja pada reseptor nikotonik neuron

postynaptik. Saraf postinaptik kemudian melepaskan asetilkolin untuk merangsang reseptor muscarinic

(penurunan kontraksi) dari organ tersebut. Serabut sistem saraf parasimpatis akan menurunkan kerja dari

serabut saraf simpatis. Lalu otak akan mengganggap tingkat kecemasan menurun, dan mengembalikan kondisi

tubuh dalam keadaan normal.

Maanfaat yang dirasakan yaitu gejala fisik : penurunan gejala fisik. Gejala kognitif : menggembalikan

persepsi positif. Gejala perilaku : mempengaruhi perilaku yang positif. Otot dan kondisi psikis akan terasa

rileks dan nyaman. Tingkat kecemasan menurun.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan

masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2016). Hipotesis dalam

penelitian ini adalah :

H1 = Relaksasi Otot Progresif berpengaruh terhadap penurunan kecemasan pada mahasiswa menjelang ujian

OSCE.

Page 5: BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 ...eprints.umm.ac.id/41472/4/BAB III.pdf · KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN. 3.1 Kerangka Konsep . sinapsis dalam ganglia