Page 1
41
BAB III
KANDUNGAN HIKMAH PADA NASKAH THE PROPHET
(Karya Kahlil Gibran)
The Prophet merupakan sebuah buku sarat hikmah yang berisi 28 prosa lirik. Dibuka
dengan Prosa Lirik Datangnya Kapal, setelah itu 26 prosa lirik yang masing-masing
judulnya memuat satu topik tertentu, terakhir Prosa Lirik Perpisahan, menceritakan
momen pamitan al-Muṣṭafa, sang nabi yang berorasi sepanjang naskah ini. Bab ini
membuka kandungan hikmah dari semua prosa lirik yang ada, urut mulai Prosa Lirik
Datangnya Kapal sampai dengan Perpisahan.
A. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Datangnya Kapal
Prosa Lirik Datangnya Kapal menceritakan tentang sosok al-Muṣṭafa dengan
sifat-sifat kenabiannya sebelum naskah ini masuk pada topik demi topik yang
memuat hakikat makna masing-masing topiknya, intinya untuk memberikan
gambaran bahwa yang berbicara sepanjang naskah ini adalah sang nabi. Tidak
jelas nabi agama apa karena sepanjang Naskah The Prophet tidak sekalipun
Gibran menyebut nama sebuah agama. Al-Muṣṭafa adalah orang pilihan Tuhan.
Yang terpilih dan terkasih ini muncul setelah mengalami tempaan panjang di
Orphalesse, kota yang akan ditinggalkannya saat kapalnya datang menjemput.
Pada proses itu ia belajar dari pengalamannya sendiri dan segala yang ada di
lingkungannya sehingga mampu menjadi cahaya dan kecintaan masa. Mutiara
pembelajarannya inilah yang diceritakan sepanjang naskah ini sebagai hakikat
ilmu akan berbagai hal, merupakan cahaya / jawaban Tuhan akan berbagai
Page 2
42
pertanyaan yang ada dalam jiwa-jiwa rakyat Orphalesse yang turun lewat sang
nabi sebagai manifestasi cinta Tuhan untuk umat-Nya.
Menggarisbawahi dua kata yaitu terpilih dan terkasih (atribut al-Muṣṭafa
sang penyandang ilmu hikmah), al-Qur’ȃn menerangkan alasan Allah memilih
dan mengasihi seseorang di atas yang lain : seperti alasan Allah mencintai
hamba-Nya karena amal perbuatan yang dikerjakan (QS 34:37), demikian pula
Allah memilih orang yang diturunkan ilmu hikmah untuknya karena ia telah
melakukan kebaikan-kebaikan (QS 28:14). Sehingga yang terbaik / yang
mendapatkan karunia ilmu hikmah (karena banyaknya amal yang dikerjakan)
adalah yang terpilih dan terkasih. Ada sebuah hadis yang bercerita keunggulan
manusia ini:
Diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud ra : Nabi Muhammad saw pernah
bersabda, “janganlah ingin menjadi orang lain selain kedua orang ini :
pertama, orang yang diberi Allah kekayaan melimpah dan ia
membelanjakannya secara benar. Kedua, orang yang diberi Allah al hikmah
dan ia berperilaku sesuainya dan mengajarkannya kepada orang lain.
Sebagai orang pilihan Tuhan, al-Muṣṭafa menjawab panggilan-Nya pada
sebuah proses evolusi spiritual yang harus dijalani. Rekayasa Allah dalam
memanggil kembali semua miliknya lewat dorongan cinta mewujudkan sebuah
evolusi spiritual yang ditempuh oleh para rasul-Nya (Muh Zuhri 2007:189) agar
keyakinan batil (dalam dirinya) menjadi lenyap terganti kebenaran (QS 17:81).
Penghayatannya seorang diri, karena ‘tak ada kawan di ruang inti’. And alone
and without his nest shall the eagle fly across the sun ( Kahlil Gibran 1980:2 )
Page 3
43
atau dan sendirian pula dan tanpa sarangnya elang akan terbang menuju
matahari. Keterangan tentang ini Muh Zuhri (2007:84-86) menggambarkan jelas:
Di dalam kondisi diri orang yang bertawakkal kepada Allah telah terjadi
transendensi dari urusan hamba menjadi urusan Tuhan, disebabkan 'aku-
insaniyah' orang tersebut telah mati. Wujudnya tinggal instrumen jasadi yang
digerakkan langsung oleh iradah-ilahiyah. Kalangan Sufi menyebutnya
sebagai maqam fana' (fana' fi iradatillah) atau 'manunggaling kawula Gusti'
dalam idiom Jawa. Kenyataan yang demikian hanya bisa terjadi bagi mereka
yang benar-benar putus-asa kepada dunia...resikonya ia akan terlempar ke
dalam keunikan yang sulit dipahami dan terpisah dari lingkungannya.
"Inilah saat perpisahan antara aku dengan Engkau." (Al-Kahfi:78).
Syekh Abdul Qadir Al-Jaelani di dalam efidensinya sempat bercengkerama
dengan Tuhan seraya berkata: "Engkaulah yang Tunggal di langit, dan
akulah yang tunggal di bumi". Begitu pula Jibran di dalam An-Nabi:
"Sendiri tanpa sangkarnya rajawali terbang mengepak langit".
Evolusi spiritual selalu berupa penempaan panjang. Sebagaimana kutipan
hadis dan al-Qur’ȃn berikut ini :
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan:
"Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? (QS 29:2)
Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
“Siapa yang dikehendaki oleh Allah kebaikan, maka Allah akan
menimpakan musibah kepadanya”. (HR. Bukhari)
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum
datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu
sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan)...(QS 2:214)
Setelah proses penempaan panjang ini terlalui, al-Muṣṭafa muncul dan
berkata : “Long were the days of pain I spent within its walls, and long were the
night of aloneness” ( Kahlil Gibran 1980:1 ) atau berkepanjangan hari-hari
Page 4
44
derita yang telah kulewatkan di dalam dinding-dinding kotanya, dan panjang pula
malam-malam kesendirian.
Bukan hanya melewati, seorang pilihan Tuhan harus lulus dari medan uji,
karena tidak lulus artinya pendusta :
Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka,
maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS 29:3).
Hanya mereka yang lulus ujian yang dapat memahami Allah : ilmu apa yang
diniatkan Allah untuk diambil. Hasil penghayatan akan makna segala yang ada
dalam ‘hari-hari derita dan malam-malam kesendirian al-Muṣṭafa yang panjang’
menjadi bahan untuk diperas dan diungkapkan dari awal naskah sampai akhir
(pada kutipan berikutnya digambarkan dengan ‘seserpih kulit yang kucabik
dengan tanganku sendiri’. Pada penempaan itu ada ‘hati yang dipermanis oleh
rasa lapar dan dahaga’, sebagai ujian Allah sebagaimana tersebut pada kutipan
ayat dan hadis di atas). Sebagai kebenaran tertinggi, hanya ilmu hikmah yang
mampu menjadi cahaya pengganti gelap kepercayaan awam. Sifatnya abadi.
It is not a garment I cast off this day, but a skin that I tear with my own
hands.
Not it is a thought I leave behind me, but a heart made sweet with hunger
ang with thirst
A seeker of silence am I, ang what trasure have I found in silence that I may
dispense with confidence ?
People Orphalesse : And we will give unto our children, and they unto their
children, and it shall not perish ( Kahlil Gibran 1980:2-9 )
Page 5
45
Atau
Bukan sehelai pakaian yang kutanggalkan hari ini, tapi seserpih kulit yang
kucabik dengan tanganku sendiri.
Juga bukan sebentuk gagasan yang kutinggalkan di belakangku, tapi sebuah
hati yang dipermanis oleh rasa lapar dan dahaga.
Seorang pencari kesunyian adalah aku, dan benda apakah yang telah
kutemukan di dalam keheningan sehingga aku bisa melepaskan
kepercayaan?
Rakyat Orphalesse : dan kami akan memberikannya kepada anak-anak kami,
dan mereka kepada anak-anaknya, dan itu tiada akan binasa.
Sebagai kekasih-Nya, yang terpilih telah menjadi cahaya dan kecintaan
masa. You have walked among us a spirit, and your shadow has been a light
upon our faces ( Kahlil Gibran 1980:8 ) atau engkaulah ruh yang berjalan di
antara kami, dan bayang-bayangmu adalah cahaya di atas wajah kami. Sebagai
penyandang ruh Tuhan, orang pilihan Tuhan telah menemukan esensi ini
sehingga yang berjalan bukan lagi kediriannya melainkan ruh Tuhan dalam
raganya. Pengertian cahaya diterangkan oleh Mulyadhi Kartanegara (2002:151-
152) sebagai ilmu yang bersinar dan mampu menyinari orang lain. Sering
dihubungkan dengan pengertian iluminasi / pencahayaan. Semua orang pilihan
Tuhan mampu memantulkan cahaya ilmu dari Tuhan sebagai Cahaya Maha
Cahaya (QS 24:35). Seseorang menjadi cahaya setelah melalui berbagai tempaan
dari Tuhan (Ibn Atha ‘Illah al-Iskandari, 2012:50).
Salah satu tanda seseorang telah menjadi kekasih-Nya adalah saat orang-
orang disekitarnya mencintainya. Much have we love you, but speechless was our
love, and with veils has it been veiled ( Kahlil Gibran 1980:8 ) atau kami
Page 6
46
begitu mencintaimu. Tapi cinta kami terkelu oleh berbagai kerudung yang
terselubungi. Tanda orang kecintaan Allah ini ada di hadis berikut :
Dalam riwayat Muslin dikatakan : Rasulullah saw bersabda, “sesungguhnya
bila Allah swt mencintai seseorang maka Allah memanggil Jibril dan
berfirman,’sesungguhnya Aku mencintai Fulan maka cintailah dia.’
Kemudian Jibril mencintai orang itu. Setelah itu Jibril berkata kepada
penghuni langit,’sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia.
Kemudian penghuni langit mencintai orang itu. Setelah itu kecintaan
tersebut ditersukan kepada penghuni bumi.
Sebagai orang pilihan Tuhan, al-Muṣṭafa ditempa Tuhan untuk menjadi
perpanjangan tangan-Nya pada kota Orphalesse. Dan bagi al-Muṣṭafa, berbagi
kebenaran hukumnya wajib (QS 2:159,160). Berbagi kebenaran pada level nabi
adalah memasrahkan lisan agar digerakkan langsung oleh-Nya :
Am I a harp that that the hand of the mighty may touch me, or a flute that
His breathe may pass through me ?
If this indeed be the hour in which I lift up my lantern, it is not my flame that
shall burn therein
Empty and dark I raise my lantern
And the guardian of the night shall fit it with oil and he shall light it also (
Kahlil Gibran 1980:4,7 )
Atau
Dan aku sebuah harpa yang bisa disentuh tangan Yang Maha Kuasa, atau
seruling sehingga nafas-Nya bisa melalui diriku ?
Jika ini benar-benar menjadi saatnya kuangkat lenteraku, bukanlah lidah
apiku yang akan menyala di sana.
Kosong dan gelap akan kuangkat lenteraku.
Page 7
47
Dan Penjaga Malam akan megisinya dengan minyak dan akan menyulutnya
juga.
Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda, bahwasanya Allah
swt berfirman, “apabila aku mencintai hamba-Ku maka Aku merupakan
pendengaran yang ia pergunakan untuk mendengar, Aku merupakan
penglihatan yang ia pergunakan untuk melihat, Aku merupakan tangan yang
ia pergunakan, merupakan kaki yang ia pergunakan untuk berjalan.”
Tuhan menurunkan utusannya ini untuk memenuhi kebutuhan mereka pada
saat itu:
People of Orphalese : now disclosure us to ourselves, and tell us all that has
been shown you of that which is between birth and death.
People of Orphalese, of what can I speak of that which is even now moving
within your souls? ( Kahlil Gibran 1980:10)
Atau
Penduduk Orphalese : kini perlihatkanlah pada kami diri kami sendiri, dan
tuturkan pada kami semua yang telah kau saksikan, yang terletak diantara
kehidupan dan kematian.
Penduduk Orphalese, apakah yang dapat kututurkan, kecuali yang kini
sedang bergejolak di dalam jiwamu ?
‘Yang terletak diantara kehidupan dan kematian’ merujuk pada ilmu hikmah
(atau mutiara tasawuf, sebagaimana tasawuf adalah ilmu dari mana dan akan ke
mana manusia), sedangkan ‘yang sedang bergejolak dalam dirimu’ maknanya
sang nabi pemilik hati bersih laksana cermin adalah pemantul jiwa rakyat
Orphalese yang sedang bergejolak, sehingga yang muncul adalah jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan dalam gejolak jiwa mereka. Ia menjawab dari hatinya
tempat Tuhan / Sumber Kebenaran bersemayam sehingga yang muncul adalah
jawaban Tuhan sendiri.
Page 8
48
Nabi adalah seorang penerjemah hukum Illahi ke dalam bahasa manusia. Dia
adalah hierarki spiritual, karena mewakili umat manusia yang jiwanya
tercerahkan yang dikenal dan tak dikenal oleh dunia, yang tersembunyi dan
terlihat, yang ada di bumi dan ada di belahan bumi yang lain. Nabi adalah
inisiasi dan inisiator, karena dia adalah jawaban untuk jeritan umat manusia,
orang per orang, dan jeritan kelompok-kelompok; seseorang yang
mempunyai simpati kepada mereka yang dirundung derita, menjadi
penunjuk jalan dalam kegelapan, merujukkan mereka yang berselisih, dan
membawa perdamaian dunia (Hazrat Inayat Khan, 2003:61)
Tentang kesediaan sang nabi berbagi ilmu sebagaimana kutipan di bawah
ini:
Hendaklah orang yang diberi keluasaan rejeki (yaitu orang yang telah
sampai kepada Allah) memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang
yang disempitkan rejekinya (yaitu orang yang tengah menuju Allah)
hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. QS
65:7, terjemahan Ibn Atha ‘Illah al-Iskandari ( 2012:49 ) :
‘Hendaklah orang yang diberi keluasaan rejeki memberi nafkah menurut
kemampuannya’ adalah gambaran kondisi orang-orang yang telah sampai
kepada Allah. Yakni orang-orang yang telah terbebas dari penjara
pandangan keduniaan, dan telah sampai pada alam tauhid dan kesempurnaan
mata batin. Karena itulah mereka dianugerahi rizki berupa berbagai ilmu dan
rahasia ilahi serta pandangan yang luas dan jauh ke depan. Sehingga
merekapun dibebaskan untuk membantu orang lain, dengan mengajarkan
ilmu dan pemahaman mereka.
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik (QS 16:125)
Rekayasa Tuhan dalam memproses dan menggerakkan orang spesial-Nya
untuk berbagi adalah demi keselamatan umat tempat sang nabi berada. Al
Muṣṭafa adalah jawaban Tuhan atas kesedihan umat-Nya. And he heard the
voices calling his name, shouting from field to field telling one another of the
coming of the ship ( Kahlil Gibran, 1980:4 ) atau dan dia mendengar suara
Page 9
49
mereka yang menyeru namanya, dan memekik-mekik dari ladang ke ladang
saling menuturkan kedatangan kapalnya.
Keberadaan para kekasih Allah ini merupakan alasan Allah tidak
menurunkan murka atas kerusakan komunitas ia berada. In your aloneness you
have watched with our days ( Kahlil Gibran 1980:9 ), atau di dalam
kesendirianmu telah kau jaga hari-hari kami. Muh Zuhri (2007:78-90)
menerangkan hal ini :
Mereka (orang-orang pilihan Tuhan) datang dari gunung, tepi ngarai, padang
samudra, dan padang pasir tandus yang mengajak manusia menunda
datangnya kiamat dan mengurungkan kematian...berbahagialah bangsa yang
dikunjungi, lestarilah negri yang disinggahi, dan cemerlanglah planet yang
diinjaknya. Bagai sayap-sayap raksasa, mereka menaungi umat manusia dari
murka tuhan dan duka berada. Semoga berkilau maqam mereka sampai hari
kebangkitan.
Setelah menunaikan tugasnya berbagi kebenaran, sang nabi harus kembali
kepada Tuhan lagi sebagai muara para pencari yang mengalir sebagai anak-anak
sungai, sekaligus tempat berlabuh paling paripurna. Karena setelah menuntaskan
satu tugas, kembalilah kepada Tuhan (untuk setelah itu akan ada tugas lain yang
bakal diturunkan untuknya QS 94:7 )
Who alone are peace and freedom to the river and the stream
Only another winding will this stream make
Only another murmur in this glade
And then I shall come to you, a boundless drop to a boudless ocean ( Kahlil
Gibran 1980:3 )
Atau
Satu kelokan lagi akan dibuat anak sungai ini,
Satu bisikan lagi di lapangan yang terluang di tengah-tengah tanah rimba ini.
Dan kemudian aku kan datang kepada-Mu, sepercik air tanpa balas menetes
ke samudra luas.
Page 10
50
Demikianlah pembuka Naskah The Prophet yang menceritakan tentang al-
Muṣṭafa atau sang nabi sebelum beranjak menuju kapalnya ke laut lepas, menuju
Tuhannya tempat kembali. Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-
Nya-lah kami kembali ( QS 2:156 ).
B. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Cinta
Cinta pada prosa lirik ini adalah cinta Tuhan pada orang pilihan-Nya, orang
yang diproses memahami sifat-sifat cinta sebagai sentral dari sifat Tuhan sendiri
(sehingga pada akhir prosa lirik akan tampak) orang tersebut bermetamorfosa
menjadi al-Muṣṭafa yang diceritakan sebagai tokoh utama yang telah menjadi
sang nabi atau ‘segumpal hati kehidupan’, menjadi orang yang dihatinya hanya
ada cinta kepada Tuhan sehingga mampu menjadi hati Tuhan di alam ini.
When love beckons to you, follow him ( Kahlil Gibran 1980:10 ) atau
Apabila cinta memanggilmu (dengan hidayah yang ada), ikutilah panggilan
hidayah itu untuk mendekat (semakin dekat) pada Tuhan. Saat memutuskan
menjemput panggilan cinta, Ia akan memproses melalui perjalanan yang penuh
duri. Pasrahlah, tetaplah di jalan cinta.
And when his wings enfold you yield to him,
Though the sword hidden among his pinnions may wound you
Even as he ascend to your hight and caresses your tenderest branches that
quiver in the sun
So shall he descent to your roots and shake them in their clinging to the
earth ( Kahlil Gibran 1980:11 )
Atau
Dan apabila sayapnya memelukmu, menyerahlah padanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.
Page 11
51
Sebagaimana ia mendaki ke puncakmu dan membelai mesara ranting-
rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari,
Demikian pula ia akan menghunjam ke akarmu dan mengguncang-
guncangnya di dalam cengkeraman bumi.
Cinta dinamakan hubb karena memikul beban kejayaan maupun kehinaan
yang muncul dalam upaya mencari Sang Kekasih ( al-Qusyayri, 1990:325 ).
Farĩduddin ‘Attar ( 2001:143,144 ) bercerita tentang ‘kegilaan cinta’ untuk
Tuhan:
Seorang koja menjual segala yang ada padanya (perabotan, hamba sahaya
dan segalanya) untuk membeli bir dari seorang penjual bir yang masih muda.
Ia sama sekali jadi gila karena cinta akan penjual bir ini. Ia selalu lapar
karena saat ia diberi roti, dijualnya roti itu untuk membeli bir. Akhirnya
seseoarng bertanya padanya, “bagaimana sebenarnya cinta yang membawa
kau dalam keadaan yang disayangkan itu? Ceritakan padaku rahasianya”.”
Cinta memang demikian,” jawab orang koja itu.” Sehingga kita mau menjual
barang dagangan dari seratus dunia untuk membeli bir. Selama kita tak
memahami ini, kita tak pernah menghayati perasaan yang sejati tentang
cinta.”
Memahani cerita tersebut di atas akan lebih jelas dengan memahami konsep
berjual beli dengan Allah yang tertera di Al-Quran. Ada kaum yang berjual beli
dengan Allah : Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri
dan harta mereka (QS 9:111). Para pencinta Tuhan itu (orang-orang yang telah
dibeli Allah itu) diuji dengan beragam cobaan:
Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-
orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillãhi wa
innã ilaihi rãji'ũn (QS 2:155-156)
Page 12
52
Adakalanya dalam proses penempaan cinta itu Ia menghentak dengan
kejadian yang mengejutkan.
And when he speaks to you, believe in him,
Though his voice may shatter your dreams as the north wind lays waste the
garden
For even love crowns you so shall he crucify you. Even as he is for your
growth so is he for your prunning ( Kahlil Gibran 1980:10,11 )
Atau
Kalau cinta bicara padamu, percayalah.
Walau suaranya membuyarkan mimpi-mimpimu, bagai angin utara
mengobrak -abrik pertamanan.
Karena sebagaimana ia ada untuk pertumbuhanmu, demikian pula ia ada
untuk pemangkasanmu.
Farĩduddin ‘Attar (2001:146-148) mengisahkan seorang Arab di Persia yang
mengalami peristiwa ‘tidak masuk akal’ karena menginjakkan kaki di area cinta
Tuhan :
Suatu hari seorang Arab pergi ke Persia dan heran melihat adat kebiasaan
negri itu. Pada suatu hari kebetulan ia melalui permukiman Kaum Qalandar
dan melihat beberapa laki-laki yang tak bisa bicara sepatah katapun. Mereka
tak punya istri dan tak punya sekeping obol-pun, tapi mereka berhati suci
dan bersih. Masing-masing memegang sebotol anggur pekat yang
dituangkan hati-hati sebelum duduk. Orang Arab itu senang dengan mereka ;
ia pun berhenti dan pikirannya tertuju ke jalan itu. Melihat itu kaum
Qalandar berkata, “masuklah o orang yang tak berarti.” Maka begitulah, mau
tak mau ia pun masuk. Ia diberi sepiala anggur dan dengan segera ia tak
sadarkan diri. Ia mabuk dan kekuatannya hilang. Emas dan perak dan semua
hartanya diambil oleh salah seorang kaum Qalandar itu. Selanjutnya ia diberi
anggur lebih banyak lagi, untuk selanjutnya ia dilempar keluar rumah. Orang
Arab itu pulang ke Arab dalam keadaan papa dan compang camping.
Setibanya di rumah ia ditanya oleh keluarga dan saudara-saudaranya. Ada
apa dengan uang dan hartamu yang banyak ? ceritakan agar kami mengerti.
“Aku ngeloyor ke sana sini, dan tiba-tiba bertemu dengan kaum Qalandar.
Tak ada yang kuketahui selain tiba – tiba aku tak memiliki apa-apa dan
badanku sakit.” Aku hanya ingat sebuah kata khidmad, “masuklah.”
Page 13
53
Farĩduddin ‘Attar menerangkan, para pencinta Tuhan yang memilih rahasia cinta
akan rela kehilangan semua karena sebuah kata khidmad, “masuklah.” Proses
ini merupakan salah satu jenis penempaan (diantara penempaan lainnya dimana
Kahlil Gibran menyebut di kutipan di atas dengan kata ‘pertumbuhan dan
pemangkasan’ ) dimana seorang pencinta dialihkan kebiasaan berpikirnya dari
‘pola pikir manusia’ menuju ‘pola pikir Tuhan’. Pir Vilayat Inayat Khan
(2012:38) menjabarkan,
Semua duta mengalami latihan yang berat sebelum mewakili kerajaan.
Begitu pula pencari spiritual, yang berusaha menjadi transparan di depan
Illahi. Pertama-tama harus terus mempelajari ‘berpikir layaknya Alam
Semesta’. Sebab, sebagaimana tugas seorang diplomat adalah
menyampaikan pesan-pesan dari negara yang diwakilinya ke luar negri,
tugas individu yang berkesadaran adalah menampakkan kearifan dari akal
Illahi. Melatih diri sendiri untuk memandang segala sesuatu dari sudut
pandang Illahi merupakan kunci untuk memahami esensi tasawuf : itu adalah
‘kompas global’ yang mengimbangi sudut pandang pribadi, ‘mata angin
utara yang sejati’ yang mmenunjukkan arah seseorang dalam kehidupannya.
Inilah sebabnya mengapa para sufi berusaha merendahkan sudut pandang
pribadi mereka sendiri agar dapat mengamati sudut pandang Illahi.
Dalam pengalihan cara pandang itu, perasaan sedih hanya timbul karena
ketidakpahaman akan hakikat ujian. To be wounded by your own understanding
of love ( Kahlil Gibran 1980:15 ) atau merasa dilukai akibat pemahamanmu
sendiri tentang cinta. Dalam al-Qur’ȃn, kesedihan hanya diijinkan Allah turun
karena kesalahan yang bersangkutan (QS 4:79, 42:30). Tugas seorang hamba
yang ada di jalan Allah adalah selalu mengembalikan urusan kepada-Nya (QS
42:53). Memahami bahwa musibahpun hakikatnya milik Allah, dipinjamkan
sebagai pengingat seorang hamba untuk kembali ke jalan Allah (dengan sudut
Page 14
54
pandang Allah) dengan cara istighfar agar mampu meluruskan langkah dan
bebas dari tanggung jawab yang lebih berat di alam nanti (disikapi dengan
mohon ampun), maka musibah yang turun itu akhirnya terpahami sebagai
penurunan cinta Allah. Sebaliknya, yang salah pemahaman akan cinta Allah ini
akan merasakan sakit saat ada ‘petunjuk’ berupa musibah yang turun. Dalam
ujian-ujian itu (ketika sudah terpahami hanya terjadi karena cinta-Nya), tidak ada
perasaan sedih melainkan ihlas. And to bleed willngly and joyfully ( Kahlil
Gibran 1980:15 ) atau meneteskan darah dengan ihlas dan gembira. Dengan
dukungan perasaan khauf yang sempurna hanya untuk Allah, al-Hallaj tertawa
terbahak-bahak sebelum eksekusinya, tak ada keluhan sedikitpun selama
eksekusinya yang tragis. Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (QS 10:62).
Di jalan Cinta, tidak ada pilihan kecuali mengalir pada jalan-Nya. And think
not you can direct the course of love. For love, if it finds you worthy, direct you
course ( Kahlil Gibran 1980:12 ) atau dan jangan mengira kau dapat
mengarahkan jalannya cinta. Sebab cinta, apabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu. Farĩduddin ‘Attar (2001:144-145) berkisah tentang
sepotong kegilaan Majnun yang dijalaninya dengan sepenuh kerelaan karena
cintanya pada Laila :
Orang tua Laila melarang Majnun mendekati kemah mereka. Tapi Majnun,
yang dimabuk cinta, meminjam kulit domba dari seorang gembala di gurun,
di mana Laila memancangkan kemahnya. Ia membungkukkan diri dan
mengenakan kulit domba, lalu katanya kepada gembala itu, “Dengan nama
Tuhan, biarlah aku merangkak di antara domba-dombamu, kemudian
Page 15
55
bawalah kawanan domba itu melewati kemah Laila, agar mudah-mudahan
aku dapat mencium wewangiannya yang nikmat, dan dengan
menyembunyikan diri dari selubung kulit ini mudah-mudahan aku dapat
mengusahakan sesuatu.” Gembala itu berbuat seperti yang dikehendaki
Majnun, dan ketika mereka melintasi kemah Laila, Majnun melihat gadis itu,
lalu pingsan. Si gembala menggotong Majnun dari kemah itu ke gurun, lalu
menyiram mukanya dengan air untuk memadamkan cintanya yang menyala.
Di hari lain, Majnun ada bersama beberapa kawannya di gurun, dan salah
satunya bertanya, “bagaimana dapat kau, yang terhormat, pergi ke mana-
mana dengan bertelanjang saja ? biarlah kucarikan pakaian untukmu kalau
kau ingin.” Majnun menjawab, “tak ada pakaian yang akan kupakai akan
layak bagi kekasihku, maka bagiku tak ada yang lebih baik bagi tubuhku
yang telanjang atau selembar kulit domba. Laila, bagiku, seperti ispand
penangkal pengaruh jahat. Majnun tentulah akan senang memakai pakaian-
pakaian sutera dan kain kencana, tapi ia lebih suka dengan kulit domba ini,
karena dengan mengenakan ini ia akan melihat sekilas wajah Laila. Cinta
mestilah merobek buangkan hatimu. Mencinta adalah mengorbankan
kehidupanmu yang biasa dan meninggalkan kesenangan-kesenanganmu
yang menyolok mata.
Ujian-ujian oleh Cinta bukan untuk apapun selain untuk pemenuhan cinta-
Nya.
Love gives naught but itself
and takes naught but from itself
Love possesses not nor would it be possessed
For love is sufficient for love ( Kahlil Gibran 1980:12 )
Atau
cinta tidak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri
dan tiada mengambil apapun kecuali dirinya sendiri.
cinta tidak memiliki dan tidak untuk dimiliki
Karena cinta telah cukup untuk cinta.
Karena Allah Maha Cemburu, ia akan memproses seorang pencinta-Nya
sehingga tidak ada yang lain dihatinya selain Allah saja. Untuk pemenuhan cinta-
Nya. Semua cobaan adalah bayang-bayang kecintaan Allah semata, agar ia selalu
bersih dan kembali dan tidak menempatkan apapun dihatinya selain Allah
Page 16
56
semata. Tidak Kujadikan dua hati dalam rongga dada (QS 33:4). Pada bagian lain
Farĩduddin ‘Attar (2001:145-146) bercerita tentang pengemis yang mencintai
Ayaz. Pengemis rela mati demi pemenuhan cintanya pada Ayaz :
Seorang darwis miskin suatu ketika jatuh cinta pada Ayaz, dan kabar itupun
segera teriar. Bila Ayaz berkuda di jalan yang bertaburkan wangi kesturi,
darwis itu biasa menunggu dan lari mendapatkannya, lalu menatap padanya
bagai pemain polo memancangkan matanya ke arah bola. Akhirnya orang-
orang melaporkan pada Mahmud tentang darwis yang mencintai Ayaz. Suatu
hari, saat Ayaz berkuda bersama Sultan, Sultan berhenti untuk memandang
darwis. Terlihat oleh Sultan jiwa Ayaz bagai sebutir gandum sedangkan
wajah darwis bagai tepung adonan yang melingkupi gandum itu. Tampak
pada Sultan punggung pengemis yang bungkuk bagai tongkat pemukul bola
polo. Mahmud berkata, “Pengemis malang, inginkah kau minum satu gelas
bersama sultan ?” “Meskipun Tuan sebut hamba pengemis,” jawab darwis
itu, “ namun hamba tidak kalah dengan Tuanku dalam permainan cinta.
Cinta dan kemiskinan sejalan. Tuan orang berdaulat, hati Tuan bercahaya.
Tapi untuk cinta, hati yang menyala seperti hamba ini perlu. Cinta Tuan
kelewat biasa. Hamba menderita kesedihan karena perpisahan. Tuan
bersama sang kekasih. Tapi dalam bercinta kita harus mengenal
penderitaan karena berpisah. Sultanpun berkata, “O kau yang telah menarik
diri dari kehidupan orang biasa, cinta bagimu bagai permianan polo ?”
“Begitulah, “jawab pengemis itu.”karena bola selalu bergerak seperti hamba,
dan hambapun seperti bola itu. Bola dan hamba punya kepala yang
berpusing, meskipun kami tak bertangan dan berkaki. Kami dapat bersama-
sama membicarakan penderitaan yang ditimbulkan oleh tongkat pemukul
pada kami. Tapi bola itu lebih beruntung daripada hamba, karena kuda
menyentuhnya dengan kakinya setiap kali. Bola itu menerima pukulan
tongkat pemukul pada badannya, tapi hamba merasakan pukulan-pukulan itu
pada badan hamba.” “Darwis yang miskin,”kata Sultan,”kau
membanggakan kemiskinanmu, tapi mana bukti yang dapat kau
perlihatkan?” “Hamba korbankan segalanya demi cinta,”jawab darwis
itu.”dan bila Tuan pernah menghayati cinta yang sebenarnya, korbankan
hidup Tuan untuknya. Bila tidak, Tuan tidak berhak berbicara tentang cinta.”
Setelah berbicara demikian, ia pun mati. Dan dunia menjadi gelap bagi
Mahmud.
Page 17
57
Cinta memproses seseorang untuk menjadi orang terbaik-Nya, meminjam
istilah al-Hallaj : melepaskan sifat nasut berganti menjadi lahut :
He sheaves of corn he gathers you unto himself
He thresres you to make you naked
He sifts you to free you from your husks
He grinds you to whiteness
He kneads you until you are pliant ( Kahlil Gibran 1980:11 )
Atau
Laksana ikatan-ikatan Ia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga menjadi liat.
Perjalanan ribuan burung dalam cerita Musyawarah Burung tulisan
Farĩduddin ‘Attar (2001:177-183) menyisakan 30 burung yang sampai ke istana
Simurh (Tuhan). Lainnya jatuh, mati kelelahan, dimangsa harimau, atau tercabik
oleh teman seperjalanannya sendiri.
Tiga puluh burung itu telah melewati lembah-lembah ujian penempaan di
mana mereka menengguk ilmu pula sebagaimana yang dikehendaki Simurh.
Sampai pada istana itu mereka tidak menemukan siapapun melainkan
mereka telah menyatu dengan Simurgh sendiri yang bersabda, “Akulah Sang
Simurgh yang sejati. Leburkan diri kalian dalam diriku dengan jaya dan
gembira. Dan dalam diriku kalian menemukan diri kalian sendiri.”
Semakin seseorang mengetahui hakikat Cinta, semakin ia lebur dalam Dzat-
Nya. When you love you would not say, “God is in my heart” but rather “I’m in
the heart of God ( Kahlil Gibran 1980:12 ). Atau pabila kau mencintai kau takkan
berkata, “Tuhan ada di dalam hatiku. Tapi sebaliknya, “Aku ada di dalam hati
Tuhan”. Momen seseorang mampu memamahi Tuhan karena memahami dirinya
Page 18
58
sendiri. Farĩduddin ‘Attar ( 2001:171-173 ) berkisah tentang Nasarudin dan kupu-
kupu yang mendapatkan ilmu sempurna setelah menyatu dalam Tuhan :
Yang terkasih dari Tus, lautan rahasia-rahasia ruhani itu, berkata pada
muridnya, “leburkan dirimu dalam api cinta hingga kau menjadi sekecil
rambut. Maka kaupun akan layak mendapatkan tempatmu di antara ikal
rambut kasihmu...
Suatu malam, sekawanan kupu-kupu berkumpul, disiksa hasrat hendak
menyatukan diri dengan lilin. Kata mereka, “kita harus mengutus salah satu
dari kita yang akan membawa keterangan pada kita tentang sasaran cinta
yang kita cari.” Maka salah salah satunya berangkat dan tiba di sebuah puri.
Di puri itu ia melihat sebatang lilin. Ia kembali. Sesuai dengan pengertian
yang diperolehnya, ia bercerita tentang apa yang dilihatnya. Tapi kupu-kupu
arif yang mengetahui pertemuan itu mengatakan bahwa ia tak tahu apa-apa
tentang lilin. Maka seekor kupu-kupu lain terbang menuju lilin yang sama. Ia
menyentuh api dengan sayapnya, dan panas api menghalaunya terbang
menjauh. Setiba kembali laporannya tak jua lebih baik dibanding yang
pertama. Maka terbanglah kupu-kupu ketiga dengan sigap karena rasa cinta
terpendam pada lilin. Dilontarkannya dirinya pada nyala lilin. Dipeluknya
lilin itu sehingga badannya menjadi semerah api. Kupu-kupu arif yang
mengawasi dari jauh melihat bahwa nyala lilin dan kupu-kupu ketiga
menjadi satu. Katanya,”ia telah dapat megetahui apa yang ingin
diketahuinya. Tapi hanya dia yang tahu, dan tak ada kata yang dapat
menuturkannya.”
Pada proses itu semua Sang Cinta mengajari hakikat segala sesuatu. All these
things shall love do you that you may know the secret of your heart ( Kahlil
Gibran 1980:11 ). Atau Semua ini ditunaikan oleh sang cinta supaya bisa kau
pahami rahasia hatimu. Rahasia hati adalah muara segala ilmu. Pir Vilayat
Inayat Khan (2002:15-62) bercerita garis besar ilmu spiritual yang sejak dulu
telah ada. Ia ada sejak manusia di alam sebelumnya. Di sana kita memiliki
wawasan lengkap tentang hakikat segala sesuatu. Saat manusia lahir dan
Page 19
59
melewati masa kanank-kanak untuk seterusnya tumbuh besar, wawasan ini
sedikit demi sedikit terkikis habis. Hati sebagai wadah pengetahuan mestinya
dibersihkan agar suci berkilau mampu memantulkan cahaya Tuhan alat
memahami segala yang ada. Proses pembersihan seiring dengan proses
pemahaman inilah yang diupayakan para penempuh jalan spiritual sehingga
mereka mendapatkan kembali wawasan purba yang pernah ada dengan cara
berkaca / membaca di sepanjang perjalanan penghayatan mereka. Ujungnya pada
pemahaman rahasia hati, pemahaman kembali rahasia spiritual lengkap yang
dulu pernah ada.
Seterusnya menjadikannya bayi dalam gendongan Tuhan. and in that
knowledge become a fragment of Live’s heart...become sacred bread for God’s
sacred feast ( Kahlil Gibran 1980:11 ) atau dan di dalam pemahaman (engkau)
menjadi sekeping hati kehidupan...sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk
pesta kudus Tuhan.
Muh Zuhri (2002:84,85) berujar, Tawakal adalah kondisi aku insaniyah
seseorang telah mati. Wujudnya tinggal instrumen jasad yang digerakkan
langsung oleh iradah ilahiah. Kalangan sufi menyebutnya maqam fana’. Di
dalam aktualisasi diri tanpa motif selain amr Allah, berwujud peran Allah di
dalam diri pelakunya. Khidir menjelaskan pada Musa : dan apa yang aku lakukan
bukan dari kemauanku sendiri (QS 18 :82)
Page 20
60
Mulyadhi Kartanegara (2006:76-77) menggambarkan manusia yang telah
menjadi cermin Tuhan (boneka Tuhan), maka yang berlaku atas dirinya adalah
tindakan-tindakan Tuhan sendiri. Ia sendiri telah tercerabut dari semua daya,
upaya atau karsanya. Orang ini tidak bertindak kecuali yang dikehendaki Tuhan.
Seperti ayat al-Quran yang tertulis, bukan Engkau ya Muhammad (yang
melempar) ketika Engkau melempar, melainkan Allahlah yang melemparnya.
Rasulullah telah tiada, yang berlaku adalah daya dan kehendak Tuhan. Untuk
selanjutnya seperti yang dikatakan Syeh Siti Jenar, yang ada adalah Allah, bukan
Syeh Siti Jenar. Seperti juga al-Hallaj dengan ana al haq-nya.
Menjadi ‘sekeping hati kehidupan’, yang ada adalah perasaan bahagia.
To wake at dawn with a winged heart and give thanks for another day of
loving
To rest at the noon hour and meditate love’s ecstasy
To return home at eventide with gratitude
And then to sleep with a prayer for the beloved in your heart and a song of
praise upon your lips
Atau Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan dan mensyukuri hari baru
yang penuh cahaya kasih.
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap.
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur.
Dan lalu tertidur dengan do’a bagi kekasih di dalam hatimu dan sebuah gita
puji pada bibirmu.
Bahagia karena iman amal shaleh. Orang-orang yang beriman dan beramal
saleh, bagi mereka kebahagiaan dan tempat kembali yang baik (QS 13:29).
Tempat kembali pada ayat ini bukan sekedar pengertian suatu saat akan kembali
di alam akhirat, namun al-Quran selalu bisa diterjemahkan terjadi pada masa
sekarang (karena untuk para penempuh jalan ruhani, masa kini adalah gambaran
Page 21
61
alam berikutnya). Yang hidupnya sudah kembali (sudah ada di istana Simurg),
dia pasti bahagia. Rasa bahagia yang mendorongnya untuk selalu berdo’a,
bersyukur dan menyebut-nyebut nama-Nya.
C. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Perkawinan
Secara umum, takdir jodoh adalah ketetapan longgar dalam arti bisa
dinegosiasi dengan Tuhan sepanjang masih sekufu. Orang iman dengan orang
iman, musrik dengan musrik, dan sebagainya. Namun pada pelaku mistik yang
tataran imannya naik, karena dorongan cinta kepada Tuhan semakin naik pula,
semakin lama yang ada adalah ‘kehenda-Mulah yang menjadi keinginanku’.
Akibatnya kesenangannya adalah pada saat menjalankan yang Ia suka, termasuk
menetapkan segala sesuatunya, yang menjadi keinginannya adalah menjalankan
ketetapan Tuhan. Termasuk dengan siapa ia berjodoh, keinginannya sudah tidak
ada pilihan selain dipilihkan Allah sendiri. Yang terjadi adalah pengamalan QS
28:68 : Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.
Sekali-kali tidak ada pilihan bagi mereka. Ini juga yang diimani oleh Gibran :
pasangan perkawinan adalah takdir Tuhan yang telah ada sejak manusia
diciptakan, dan selamanya mereka bersama dalam kenangan Tuhan :
You were born together, and together you shall be for evermore.
You shall be together when the white wings of death scatter your days.
Aye, you shall be together even in the silent memory of God (Kahlil Gibran,
1980:16)
Atau
Kau dilahirkan bersama-sama dan bersama-sama pula engkau akan ada
selamanya
Kau akan ada bersama kala sayap-sayap putih kematian mengobrak-abrik
hari-harimu
Page 22
62
Ya, kau akan ada bersama sebagaimana dalam kenangan suci Tuhan
Dalam kebersamaan ini Gibran berujar pada masing-masingnya agar
menghayati kesendiriannya. Dalam kesendirian itu masing-masing pribadi harus
berkembang baik dan tetap menghayati kesendiriannya untuk dapat memainkan
perannya masing-masing secara optimal. Jangan terlalu dekat yang
mengakibatkan menjadi sama satu sama lain, bahkan menjadi belenggu dari yang
satu ke yang lain.
But let there be spaces in your togetherness.
And let the winds of the heavens dance between you.
Love one another, but make not a bond of love:
Let it rather be a moving sea between the shores of your souls.
Fill each other’s cup but drink not from one cup.
Give one another of your bread but eat not from the same loaf.
Sing and dance together and be joyous, but let each one of you be alone
Even as the strings of a lute are alone though they quiver with the same
music (Kahlil Gibran, 1980:16)
Atau
Namun biarkanlah tersedia ruang di dalam kebersamaanmu
Dan biarlah angin surga menari-nari di antara kalian
Saling mencintailah, namun jangan membuat belenggu cinta
Lebih baik biarkan cinta menjadi sebentang laut yang bergerak diantara
pantai-pantai jiwamu
Isilah cawan satu sama lain tapi jangan minum dari satu cawan
Berilah rotimu satu sama lain tapi jangan makan dari papan yang sama
Bernyanyi dan menarilah bersama-sama dan bergembiralah tapi biarkan
masing-masing menghayati kesendiriannya
Sebagaimana dawai-dawai kecapi tetap sendiri walau mereka bergetar
dengan musik yang sama.
Setelah itu Gibran mengingatkan akan perkembangan seseorang yang hanya
bisa optimal dalam kesendirian, jangan ada campur tangan dalam proses
pembimbingan Tuhan terhadapnya, sebagaimana disebutkan dalam Prosa Lirik
Datangnya Kapal,”sendirian tanpa sarang elang terbang melintas mentari” :
Page 23
63
Give your hearts, but not into each other’s keeping.
For only the hand of Life can contain your hearts (Kahlil Gibran, 1980:19)
Atau
Berikan hatimu tapi jangan memasuki tempat penyimpanannya
Karena hanya tangan Kehidupan yang dapat mengisi hatimu
Kutipan tersebut di atas fungsinya agar kebersamaan itu tetap terjaga
keutuhannya, demikian pula agar masing-masing pribadi pada pasangan itu dapat
berkembang baik karena tidak ada perasaan inferior satu dibanding yang lain :
And stand together yet not too near together : For the pillars of the temple
stand apart,
And the oak tree and the cypress grow not in cach other’s shadow (Kahlil
Gibran, 1980:20)
Atau
Dan tegaklah bersama tapi jangan berkumpul terlalu dekat
Karena tiang-tiang kuilpun berdiri terpisah
Dan pohon oak serta pohon cipres tiada tumbuh dalam bayangan satu sama
lain
D. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Anak
Prosa lirik ini diperuntukkan bagi para orang tua agar membebaskan anak-
anaknya menuju takdir terindahnya dari Tuhan, intinya karena anak-anak
bukanlah milik para orang tua.
Your children are not your children.
They are the sons and daughters of Life’s longing for itself
They come through you but not from you
Ang though they are with you yet they belong not to you (Kahlil Gibran,
1980:20)
Atau
Anak-anakmu bukanlah anakmu.
Mereka adalah anak-anak Tuhan yang rindu akan dirinya sendiri
Mereka datang melalui engkau, tapi bukan dari engkau.
Dan sungguhpun bersamamu mereka bukanlah milikmu.
Page 24
64
Semua milik Allah (QS 10:55), anak-anak juga milik Allah. Karena tiap
orang memiliki fitrah dasar untuk kembali pada Tuhan (QS 7:172), maka tiap
anak pada alam bawah dasarnya selalu ada dorongan untuk mencari jalan
kembali pada Tuhannya. Biarkan mereka menjadi dirinya sendiri / mencari
jalannya sendiri / orang tua tidak diperkenankan mengatur langkah-langkah
seorang anak, karena hanya Allah yang Maha Pengatur. Sifat jalaliyah Allah
tidak diperkenankan ada pada manusia. Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari ( 2013:53-
67 ) menyebutkan sebab-sebab manusia tidak boleh mengatur yang lain
(meskipun anaknya sendiri) karena beberapa sebab : (1) Hanya Allah yang tahu
segalanya. Karena itu hanya Allah yang tahu yang sebaiknya dikerjakan oleh
seseorang (2) Pengaturan kepada diri sendiri atau orang lain menunjukkan
ketidaktahuan akan ilmu Allah (3) Pengaturan manusia tidak selalu sesuai
dengan qadă-’nya di masa depan (4) Hanya pengaturan Allah yang sesuai dengan
segala yang ada, termasuk hal gaib yang tidak diketahui oleh manusia (5)
Manusia milik Allah, tidak ada seorangpun yang layak mengatur milik Allah (6)
Manusia adalah tamu Allah di dunia ini yang tidak layak mengatur tamu lainnya
(7) Hanya Allah yang mampu mengurus semua mahluk-Nya (8) Manusia hanya
seorang abdi Allah yang tidak layak mengatur abdi lainnya (9) manusia tidak
layak ragu akan pengaturan Allah (10) Manusia tidak mengetahui akhir dari
suatu urusan
You may give them your love but not your thought
For they have their own tkought
You may house their bodies but not their souls
Page 25
65
For their souls dwell in the house of tomorrow, which you can not visit, not
even in your dream
You may strive to be like them, but seek not to make them like you
For live goes not backward not tarries with yesterday (Kahlil Gibran,
1980:20)
(Kahlil Gibran, 1980:20)
Atau
Kau dapat memberikan cinta kasihmu, tapi tidak pikiranmu.
Karena mereka memiliki pemikirannya sendiri
Kau bisa merumahkan tubuhnya, tapi tidak jiwanya.
Jiwa-jiwa mereka adalah penghuni masa depan, yang tidak dapat kau
kunjungi, meskipun dalam mimpi-mimpimu.
Kau boleh berusaha menjadi seumpama mereka, tapi jangan berusaha
membuat mereka seperti dirimu.
Karena hidup tidak surut ke belakang, tidak pula tertambat di masa lalu
Hari esok milik Allah (QS 31:34), masa depan seseorang sepenuhnya ada di
tangan Allah. Orang tua tidak akan mampu memahami harapan jiwa sang anak
yang ada di masa depan. Karena itu orang tua tidak diperkenankan mencetak
seorang anak menurut pemikiran kebaikan versinya sendiri. Sebaliknya, Gibran
selalu mengajak pembaca untuk luruh dalam kehendak Tuhan. Let your binding
in the Archer’s hand be for gladness atau meliuklah dengan senang di tangan
Sang Pemanah.
The archer seek the mark upon the path of the infinite, and He bends you
with His might that His arrow may go swift and far.
Let your binding in the Archer’s hand be for gladness ;
For even as He loves the arrow that flies, so He loves also the bow that is
stable (Kahlil Gibran, 1980:23)
Atau
Sang pemanah membidik tanda sasaran di atas jalan nan tiada terhingga, dan
Dia menekukkan engkau dengan kekuasaan-Nya agar anak panah-Nya dapat
melesat cepat dan jauh
Meliuklah dengan senang di tangan Sang Pemanah
Page 26
66
Sebagaimana ia mengasihi anak panah yang melesat, demikian pula ia
mengasihi busur yang mantap
Allah bersama dengan orang tua yang paham akan kehendak-Nya.
Sebagaimana Allah mengasihi orang tua yang mendorong anaknya menyusuri
kehendak Tuhan dalam takdir sang anak melesat cepat, demikian pula Ia
mengasihi seorang anak yang bergerak cepat pula.
E. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Pemberian
Pada Prosa Lirik Pemberian ini, dijabarkan tentang tipe-tipe sang pemberi. Dari
yang tidak ihlas sampai tipe pemberi yang berbagi otomatis sebagaimana
sunnatullah menghendakinya demikian, dan tidak memberi berarti mati. Namun
hakikatnya semua pemberi adalah saksi, karena pemberi yang sesungguhnya
adalah Tuhan sendiri lewat pusaran hukumnya.
Gibran dalam ‘pemberiannya’ mengajak untuk berbagi dengan ihlas. You
give but little when you give of your possessions. It is when you give of yourself
that you trully give ( Kahlil Gibran 1980:24 ) atau kau hanya memberi sedikit
apabila engkau memberi dengan hartamu. Pemberian adalah manakala engkau
memberi dengan dirimu sendiri karena itu engkau sungguh-sungguh memberi.
Memberi dengan dirimu adalah memberi dengan ihlas. Al-Quran sependapat.
Semakin ihlas pemberian seseorang, semakin murni nilai amalnya. Sebaliknya
semakin berkurang nilai ihlasnya, semakin habis nilai amalnya. Sampai pada satu
kondisi menjadi hangus sama sakali seperti tertera pada QS 25:23 : Dan kami
akan perlihatkan segala amal yang mereka kerjakan, lalu kami jadikan amal itu
Page 27
67
(bagaikan) debu yang beterbangan. There are those who give luttle of the much
they have – anf they give it for recognition and their hidden desire makes their
gifts unwholesome ( Kahlil Gibran 1980:24 ) atau ada orang yang memberi
sedikit dari miliknya yang banyak dan mereka memberinya demi pengakuan.
Hasrat tersembunyi membuat pemberiannya tiada berfaedah. And there are those
who give with pain, and that pain is their baptism ( Kahlil Gibran 1980:27 ) atau
ada yang memberi dengan duka di hati. Duka di hati itu menjadi air penyucian
diri. Islam memiliki sunnatullah, hukum hubungan sebab akibat dari segala yang
ada. Hubungannya dengan kesalahan manusia, sistem sunnatullah senantiasa
menurunkan kesedihan atas kesalahan / dosa manusia (QS 4:79), dan kesedihan
itu menjadi air penyuci diri. Sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah ra
mengungkapkan, tiada satu musibahpun yang menimpa orang beriman sampai-
sampai tertusuk duri, bahkan yang lebih ringan daripadanya (semua yang terasa
menyedihkan) melainkan Allah menghapus satu dosa daripadanya. Karena itu
kedukaan yang timbul karena ketidakihlasan sekaligus menjadi pelebur dosa atas
ketidakihlasan amal pemberiannya.
There are those who give with joy, and that joy is their reward ( Kahlil
Gibran 1980:27 ) atau ada yang memberi dengan keriangan, dan keriangan itu
merupakan ganjaran. Keriangan, kebahagiaan diturunkan Allah langsung
sebagai ganjaran bagi orang-orang yang beriman dan beramal shaleh (QS 13:29)
: Orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka kebahagiaan dan
tempat kembali yang baik. Karena Allah Maha Mensyukuri, Ia bahkan telah
Page 28
68
memberikan pahala saat niat ihlas melintas di hati sang pemberi (sebelum
pemberian sampai pada penerima). Pahala inilah yang menghadirkan perasaan
bahagia. Sebagaimana Abu Turab dalam Ibnu Athailah Al-Iskandari bertutur,
jika seorang hamba tulus dalam amalnya ia akan mendapatkan manisnya amal
sebelum mengerjakannya karena Allah telah menurunkan pahala yang
membuatnya bahagia. And to the open handed the search for one who shall
receive is joy greater than giving (Kahlil Gibran, 1980:27) atau dan bagi si
murah hati, mencari seseorang yang akan menerima adalah kebahagiaan yang
lebih besar kertimbang tindak pemberiannya.
And there are who have little and give it all ( Kahlil Gibran 1980:24 ) atau
ada yang memiliki sedikit dan memberikannya semua. Sebuah hadis
meriwayatkan dan memberi apresiasi terhadap pemberian oleh si miskin.
Diriwayatkan oleh Abu Mas’ud,
“kami diperintah untuk sedekah. Waktu itu kami menjadi kuli angkut.
Kemudian datanglah Abu Aqil menyedekahkan setengah sha’. Kemudian
datang orang lain (lagi) yang bersedekah lebih banyak. Orang-orang munafik
mengomentari kejadian itu : ‘Sesungguhnya Allah Maha Kaya. Dia tidak
membutuhkan sedekah yang sedikit itu. Dan yang bersedekah lebih banyak
adalah karena riya’. Lalu turunlah QS 9 : 79, Orang-orang munafik itu
adalah mereka yang mencela orang-orang mukmin yang sedekah dengan
suka rela dan mencela orang-orang yang tidak memperoleh (untuk
disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya”.
Ada orang yang berani memberikan sedekah padahal ditangannya hanya ada
sedikit karena memiliki sifat tawakkal kepada Allah. Pengertian tawakkal
dijelaskan oleh Ibnu Ujaibah dalam Syaikh Abdul Qadir Isa (2010:261) adalah
lebih percaya terhadap apa yang ada di tangan Allah daripada yang ada di
Page 29
69
tangannya sendiri. These are the believers in life and the bounty of life, and their
coffer is never empty ( Kahlil Gibran 1980:24 ). Atau merekalah yang percaya
pada kehidupan dan anugerah kehidupan. Dan peti mereka tiada pernah kosong.
Itulah yang di janjikan Allah di QS 65:3 : Dan barangsiapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya.
Yang terbaik adalah yang berbagi karena ihlas. And these are who give and
know not pain in giving, not do they seek joy, nor give with mindfullness of virtue
( Kahlil Gibran 1980:27 ) atau dan ada mereka yang berbagi dengan ihlas tiada
mencari keriangan, juga tiada memberi dengan mengingat-ingat kebajikannya.
Sebuah hadis menghargai pemberian jenis ini yang diriwayatkan oleh Abu
Hurairah.
Nabi bersabda, “tujuh golongan yang akan dinaungi Allah saat tiada
naungan selain-Nya, salah satunya adalah orang yang menyembunyikan
sedekahnya hingga tangan kirinya tiada mengetahui yang disedekahkan oleh
tangan kanannya.”
Golongan ini adalah orang-orang yang telah sanggup berjalan sesuai dengan
fitrah aslinya sebagai manusia suci sehingga bergerak seirama alam dengan
seisinya melaksanakan tugasnya. They give as in yonder valley the myrtle
breathes its fragrance into space ( Kahlil Gibran 1980:27 ) atau mereka
memberi sebagaimana nun di lembah sana semak-semak menghijau dengan
daun-daun berkilauan dan bunga-bunga putih beraroma manis menebarkan
wewangian ke udara. Ia berjalan sebagaimana kodrat alam berputar dikarenakan
kediriannya telah lenyap. Yang ada adalah Tuhan yang mengambil wujudnya
Page 30
70
sebagai wakil-Nya. Through the hands of such as these God speaks, and from
behind their eyes He smiles upon the earth ( Kahlil Gibran 1980:27 ) atau
melalui tangan-tangan secamam ini Tuhan berbicara dari balik mata mereka dan
dia tersenyum kepada dunia.
Sebagai warga dari sebuah sistem besar bernama sunnatullah, manusia tidak
punya pilihan lain selain mengalir sebagai insan kamil. Tiap benturan dari
rambu-rambu yang ada yang disebut berbuat dosa, saat itu manusia menabung
kesengsaraannya sendiri di kehidupan sekarang atau nanti. Sementara kebaikan
yang kita kerjakan tidak lain adalah tabungan kemakmuran untuk diri sendiri
pula, sekarang atau nanti. Oleh karena itu manusia tidak punya pilihan lain selain
menjadi hamba terbaik-Nya. Sebagaimana memberi (dalam arti sedekah atau
amal shaleh secara umum) dalam pusaran hukum sunnatullah adalah kewajiban,
maka tidak memberi berarti kesengsaraan atau bahkan kematian. They give that
they may live, for to withhold is to perish ( Kahlil Gibran 1980:28 ) atau mereka
memberi maka mereka bisa hidup, sebab tidak memberi berarti binasa.
Demikian pula pemberian bisa bermakna sebagai ujian, karena hakikatnya harus
dikeluarkan atau dilaksanakan. Selebihnya manusia hanyalah saksi, sebagaimana
QS 33 : 4 menjelaskan : Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi
saksi....for in truth it is life that give unto life – while you, who deem yourself a
giver, are but a witness ( Kahlil Gibran 1980:28 ) atau karena sesungguhnya
kehidupanlah yang memberi pada kehidupan. Semata engkau, yang mengira
dirimu sebagai pemberi, hanyalah seorang saksi. Sedangkan bagi penerima
Page 31
71
(semua orang hakikatnya penerima karunia dari Allah), terimalah dengan ihlas
pemberian itu. And you receivers, -and you are all are receivers- assume no
weight of grattitude, lest you lay a yoke upon yourself and upon him who gives (
Kahlil Gibran 1980:29 ) atau dan kau para penerima -kalian semua adalah
penerima-, janganlah berat menanggung utang budi, agar kau tidak meletakkan
beban pada dirimu sendiri dan pada dia yang memberi. Agar mampu bangkit
bersama dengan sang pemberi sebagai tindak ibadah yang melambungkan jiwa
menuju haribaan Tuhan. Rather rise together with the giver on his gifts as on
wings ( Kahlil Gibran 1980:29 ) atau bangkit bersama sang pemberi di atas
pemberiannya laksana menaiki sayap. Pemberi dan penerima, sepanjang
melakukannya dengan ihlas, syukur dan rasa terima kasih, di catatan Allah
merupakan amal shaleh. Tiap amal shaleh adalah tabungan yang akan
menumbuhkan sayap dan mengangkatnya menuju haribaan Tuhan.
F. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Makan dan Minum
Pada Prosa Lirik Makan dan Minum, yang terpenting makan dan minumlah
dengan menyebut nama Tuhan, dengan demikian bersama dengan makanan dan
minuman, kegiatan makan dan minum adalah hikmat ibadah sehingga ruh
manusia dan alam ( sebagai sumber makanan dan minuman) akan bersama lagi
menjadi bagian dari surga.
Menurut Gibran, lebih baik makan tanpa mengganggu atau membunuh
satwa. Would that you could live on the fragrance of the earth, and like an air
plant be sustained by the light ( Kahlil Gibran 1980:30 ) atau hiduplah engkau
Page 32
72
dari wewangian bumi, bagaikan tanaman udara yang cukup hidup dari terang
cahaya. Selanjutnya Gibran tidak menyalahkan mereka yang makan dengan
membunuh binatang atau mengambil air susunya, namun niatkan untuk hikmat
ibadah.
But since you must kill to eat, and rob the newly born of it’s mother’s milk to
quench your thirst, let it then be an act of worship
And let your board stand an altar on which the pure and the innocent of
forest and plant are sacrificed for that which is purer and still more innocent
in man ( Kahlil Gibran 1980:30 )
Atau
Tapi karena kau mesti membunuh untuk makan, dan merenggut bayi merah
dari puting susu induknya untuk memuaskan dahagamu, biarlah kau lakukan
itu demi hikmat ibadah.
Dan dirikanlah sebuah altar dari papan di atasnya tersaji hidangan murni dan
suci dari hutan dan sawah ladang sebagai persembahan, demi yang jauh
lebih suci dari noda dan dosa dalam diri manusia.
Selaras dengan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Allah bersabda,
“Wahai Rasul, makanlah yang baik-baik dan kerjakanlah amal shaleh....” makan
adalah perintah Allah, maka niatkan makan untuk asupan energi bekal beramal
shaleh, maka makanan itupun ikut bergembira menunaikan kewajibannya
bersama-sama di jalan Allah. Kodrat tanaman adalah bergerak mengikuti
hukumnya, dan mereka berbahagia dengan ‘sembahyang’ cara mereka sendiri.
Hanya dengan niat amal shaleh di jalan Tuhan makanan sanggup ikut bergembira
karena itulah jalan mereka kembali ke haribaan Tuhan.
And when you crush an apple with your teeth, say to it in your heart : your
sheed shall live in my body. And the buds of your tomorrow shall blossom in
my heart. And your fragrance shall be my breath, and together we shall
rejoice through all the seasons ( Kahlil Gibran 1980:31 )
Page 33
73
Atau
Dan kala kau mengunyah sebuah apel dengan gigimu, katakan padanya di
dalam hatimu : “bebijianmu akan hidup di dalam tubuhku, dan kuncup hari
esokmu akan mekar di hatiku. Dan keharuman akan menjadi nafasku, dan
bersama-sama kita akan bergembira melintasi semua musim.
Hadis lain diceritakan oleh Wahsyiy bin Harb ra, Rasulullah bersabda,
“Sebutlah nama Allah saat makan, maka akan ada berkah Allah dalam makanan
itu.”
Sebagai unsur alam, jasad manusia bersama makanannya akan hancur (dari
saripati tanah kembali menjadi tanah). Namun karena berkah Allah, jasad yang
kembali kepada tanah memunculkan ruh yang terbebas dari api neraka, terbang
melesat menjadi bagian dari surga.
When you kill a beast say to him in your heart, “by the same power that
slays you, I too am slain : and I too shall be consumed”
“For the law that delivered you into my hand shall deliver me into a
mightier hand.”
“Your blood ang my blood is naugh the sap that feeds the tree of heaven.”(
Kahlil Gibran 1980:30 )
Atau
Tatkala kau menyembelih hewan katakan padanya dalam hatimu : “Demi
kekuasaan yang sama yang akan membunuhmu, akupun akan dibunuhnya,
dan akupun akan menjadi hidangan alam raya.
Karena hukum yang menyerahkan engkau ke dalam tanganku akan
menyerahkan diriku ke tangan yang lebih kuasa.
Darahmu dan darahku tiada lain air tumbuh-tumbuhan yang menyiram dan
menghidupi surga.
Page 34
74
Hikmah makanan tidak lenyap begitu saja. Sebagai sumber energi beramal
shaleh, fungsi makanan mengabadi sejalan dengan lahirnya kemulyaan pahala
amal shaleh yang mengabadi.
And in the autumn, when you gather the grapes of your fineyards for the
winepress, say in your heart : “I too am a vineyard, and my fruit shall be
gathered for the winepress.”
“And like new wine I shall be kept in eternal vessels.”
And in winter, when you draw the wine, let there be in your heart a song for
each cup :
And let there be in the song a remembrance for the autumn days, and the
vineyard, and for the winepress ( Kahlil Gibran 1980:31 )
Atau
Dan di musim gugur, kala kau kumpulkan buah anggur dari kebunmu untuk
diperas, katakan dalam hatimu, “Akupun sebidang kebun anggur, dan
buahku akan dikumpulkan untuk diperas.
Dan laksana anggur baru aku akan disimpan dalam guci abadi.”
Dan di musim dingin, kala kau rengguk anggur, biarkan di dalam hatimu
seuntai nyanyian untuk setiap cawan : dan biarkan ada lagu kenangan bagi
hari-hari musim gugur, bagi kebun anggur, serta bagi pemeras anggur.
G. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Kerja
Bekerja hukumnya wajib, sebagaimana alampun bekerja menunaikan tugasnya
masing-masing. Bekerja yang terbaik adalah dengan hati, karena kerja adalah
cinta yang mewujud. Bekerja dengan cinta adalah mengupayakan yang terbaik
bagi pekerjaan itu untuk yang tercinta, tak ubahnya Tuhan sendiri. Bekerja
dengan cinta adalah momen menyatukan diri dengan dirimu sendiri, alam dan
Tuhan.
Page 35
75
Kerja adalah wajib sebagai mana firman Allah di QS 62:10 : maka
bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah...sebagaimana
sebuah hadis dari Kitab Ringkasan Hadis Shahih Al-Bukhari (1997:448) menulis,
diriwayatkan dari al-Miqdam ra, Rasulullah saw bersabda, “tidak ada makanan
yang lebih baik bagi seseorang kecuali makanan yang ia peroleh dari uang hasil
keringatnya sendiri. Mengerjakan al-Quran dan sunnah Nabi berarti bergerak
seirama kodrat alam, sebaliknya tidak bekerja menjadikan dirinya asing bagi
irama alam dan seisinya :
You work that you may keep pace with the earth and the soul of the earth.
For to be idle is to become a stranger unto the seasons, and to step out of
life’s procession that marches in majesty and proud submission towards the
infinite.
When you work you are a flute through whose heart the whispering of the
hours turns to music.
Which of you would be a reed, dumb and silent, when all else sings together
in unison?
You work that you may keep pace with the earth and the soul of the earth.
For to be idle is to become a stranger unto the seasons, and to step out of
life’s procession that marches in majesty and proud submission towards the
infinite.
When you work you are a flute through whose heart the whispering of the
hours turns to music ( Kahlil Gibran, 1980:32 )
Atau
Kau bekerja agar tetap melangkah seiring irama dan jiwa bumi.
Sebab berpangku tangan menjadikan orang asing bagi musim, dan
melangkah keluar dari perarakan kehidupan, yang berbaris dalam keagungan
dan dengan bangga menyerah menuju keabadian
Pabila engkau bekerja, kau adalah sepucuk seruling yang melaluinya hati
yang membisikkan sang waktu menjelma lagu
Page 36
76
Who of you would be a reed, dumb and silent, when all else sings together in
unison Which? ( Kahlil Gibran, 1980:32 )
Atau
Siapa dari kalian mau menjadi sebatang buluh, dungu dan bisu, tatkala
semesta raya serentak menyanyi bersama ?
Kerja / beramal adalah bukti kecintaan manusia kepada alam, sesama dan
kepada Allah. Demikian pula sebaliknya Allah berfirman dalam QS 25:77 :
Tuhanku tidak mengindahkan kamu, melainkan kalau ada amalmu. Tanda Allah
tidak mengindahkan seseorang maka semua orang lainnya bahkan hukum alam
tidak akan mengindahkannya pula.
Always you have been told that work is a curse and labour a misfortune.
But I say to you that when you work you fulfil a part of earth’s furthest
dream, assigned to you when that dream was born,
And m keeping yourself with labour you are in truth loving life,
And to love life through labour is to be intimate with life’s inmost secret (
Kahlil Gibran, 1980:31,32 )
Atau
Selalu kau dengar orang berkata, bahwa kerja adalah kutukan dan tenaga
kerja adalah kemalangan
Tapi kututurkan padamu bahwa pabila kau bekerja, kau telah memenuhi
sebagian impian bumi yang tertinggi, yang ditetapkan untukmu pabila
impian itu menjelma
Dan dengan menyibukkan dirimu dalam bekerja, sesungguhnya engkau telah
mencintai kehidupan
Dan mencintai kehidupan melalui kerja adalah menyelami rahasia kehidupan
yang paling dalam
Penggalan prosa lirik di atas sejalan dengan kutipan Hazrat Inayat Khan
(220:18,95) berikut ini :
Bagi orang yang telah mencapai tujuan kehidupan spiritual, setiap tindakan
adalah mediasi ; saat ia berjalan di jalan itulah mediasinya. Saat ia bekerja
Page 37
77
sebagai tukang batu, tukang emas, saat bekerja itulah mediasinya...karena
bagi kaum spiritual, perbuatanlah yang penting...saya pernah bertemu
dengan orang yang tidak pernah membaca buku teologi atau belajar
mistisisme. Seluruh kehidupan mereka dihabiskan untuk bekerja, berbisnis
dan menjalankan industri. Saya bisa merasakan kemajuan spiritual secara
alamiah dalam diri mereka karena melakukan perbuatan yang benar.
Adakalanya situasi tidak sesuai harapan. Kerja pula yang akan memperbaiki.
Karena Allah tidak akan mengubah nasib seseorang sepanjang orang itu tidak
mengubah nasibnya sendiri (QS 13:11) :
But if you in your pain call birth an affliction and the support of the flesh a
curse written upon your brow, then I answer that naught but the sweat of
your brow shall wash away that which is written ( Kahlil Gibran, 1980:33 )
Atau
Tapi jika dalam penderitaanmu kau sebut kelahiran sebagai kemalangan dan
pencarian nafkah sebagai kutukan yang tercoreng di keningmu, maka aku
berkata bahwa tiada lain peluh dan keningmulah yang akan membawa
hanyut corengan itu
Pengubahan nasibpun melalui bekerja. Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari (
2013:257 ), bekerja yang baik adalah bekerja untuk Allah (karena cinta). Adalah
menyatukan dirimu dengan dirimu sendiri, orang lain, dan Tuhan.
You have been told also that life is darkness, and in your weariness you echo
what was said by the weary.
And I say that life is indeed darkness save when there is urge,
And all urge is blind save when there is knowledge.
And all knowledge is vain save when there is work,
And all work is empty save when there is love;
And when you work with love you bind yourself to yourself, and to one
another, and to God ( Kahlil Gibran, 1980:33 )
Atau
Page 38
78
Kaupun pernah mengatakan bahwa hidup adalah kegelapan, dan dalam
keletihanmu kau gemakan apa yang telah dikatakan oleh mereka yang letih
Dan aku berkata bahwa hidup adalah kegelapan yang sesungguhnya kecuali
kalau di sana ada dorongan
Dan semua dorongan adalah buta kecualim kalau ada pengetahuan
Dan semua pengetahuan adalah sia-sia kecuali kalau ada kerja
Dan semua pekerjaan adalah hampa kecuali kalau ada kecintaan ;
Dan pabila kau bekerja dengan cinta, kau satukan dirimu dengan dirimu,
orang lain, dan Tuhan
Nilai segala tindakan bermula dari niatnya. Sebaik-baik niat adalah untuk
Tuhan, mempersembahkan yang terindah dari hasil pekerjaan untuk Tuhan
(meskipun hasil kerja itu nantinya untuk menafkahi diri sendiri atau yang lain).
Hal ini hanya bisa terwujud saat ada cinta di hati untuk Tuhan.
It is to weave the cloth with threads drawn from your heart, even as if your
beloved were to wear that cloth.
It is to build a house with affection, even as if your beloved were to dwell in
that house.
It is to sow seeds with tenderness and reap the harvest with joy, even as it
your beloved were to eat the fruit.
It is to charge all things your fashion with a breath of your own spirit,
And to know that all the blessed dead are standing about you and watching (
Kahlil Gibran, 1980:34 )
Atau
Yaitu menenun kain dengan benang yang ditarik dari hatimu, sebagaimana
seakan-akan kekasihmulah yang akan mengenakan kain itu
Yaitu membangun rumah dengan penuh kesayangan, sebagaimana seakan-
akan kekasihmulah yang akan menghuni rumah itu
Yaitu menabur bebijian dengan kemesraan dan memungut panen dengan
riang, sebagaimana seolah-olah kekasihmulah yang akan memakan buah itu
Page 39
79
yaitu meliputi semua benda yang kauciptakan dengan nafas dari semangatmu
sendiri
dan ketahuilah bahwa semua roh suci sedang berdiri di sekitarmu dan
menjadi saksi
Sebaliknya, bekerja tanpa cinta mengeruhkan hasil kerjanya
And if you cannot work with love but only with distaste, it is better that you
should leave your work and sit at the gate of the temple and take alms of
those who work with joy.
For if you bake bread with indifference, you bake a bitter bread that feeds
but half man’s hunger.
And if you grudge the crushing of the grapes, your grudge distils a poison in
the wine.
And if you sing though as angels, and love not the singing, you muffle man’s
ears to the voices of the day and the voices of the night ( Kahlil Gibran,
1980:35 )
Atau
Dan pabila kau tiada dapat bekerja dengan cinta melainkan hanya dengan
kebencian, lebih baik kau tinggalkan pekerjaanmu dan duduk di gerbang kuil
meminta sedekah dari mereka yang bekerja dengan gembira
Sebab bila engkau memasak roti dengan rasa tertekan, maka pahitlah jadinya
dan tidak akan membantu kenyang
Dan pabila kau dengan menggerutu ketika memeras anggur, maka
gerutuanmu akan menjadi racun di dalam anggur itu
Dan meski engkau menyanyi seperti suara bidadari, tapi hatimu tidak
mencintai nyanyian itu, maka tertutuplah telinga manusia dari bunyi-bunyian
siang dan malam hari
Hazrat Inayat Khan Hazrat ( 2002:410-411 ) bercerita tentang kesuburan
yang memiliki tiga aspek, yaitu ketika manusia mendapat manfaat dari dirinya
sendiri, ketika manusia mendapat manfaat dari luar dirinya, dan ketika manusia
bermanfaat bagi dirinya dan bagi yang lain. Dibutuhkan kesabaran tinggi untuk
mencapai realilasasi yang ketiga. Namun demi realisasi ini Tuhan menciptakan
Page 40
80
alam ini, yaitu agar manusia mencapai kesuburan, memperoleh kebahagiaan di
dalamnya. Dan kondisi ini hanya mampu tercapai saat manusia bekerja dengan
hatinya.
Often have I heard you say, as if speaking in sleep, He who works in marble,
and finds the shape of his own soul in the stone, is nobler than he who
ploughs the soil.
And he who seizes the rainbow to lay it on a cloth in the likeness of man, is
more than he who makes the sandals for our feet.”
But 1 say, not in sleep, but in the overwakefulness of noontide, that the wind
speaks not more sweetly to the giant oaks than to the least of all the blades
of grass;
And he alone is great who turns the voice ot the wind into a song made
sweeter by his own loving ( Kahlil Gibran, 1980:35 )
Atau
Sering kudengar engkau berkata, seperti orang yang sedang mengigau, “dia
yang bekerja dengan bahan pualam, dan menemukan bentuk jiwanya di
bahan pualam, lebih mulia daripada dia yang membajak sawah.
Dan dia yang meraih pelangi demi meletakkannya di atas selembar kain
yang mirip manusia, adalah lebih mulia dari dia yang membuat sandal untuk
kita
Tapi aku berkata, “bukan di dalam tidur melainkan di kala jaga sepenuhnya
pada terik siang bahwa angin yang berbicara di pohon oak raksasa tiada
lebih manis ketimbang di bilah-bilah rerumputan nan paling kecil
Dan dia sendirilah yang besar yang mengubah suara angin menjadi seuntai
nyanyian nan lebih manis dibanding kasih sayangnya
H. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Suka dan Duka
Tentang suka dan Duka, Gibran mengajak pembaca untuk memahami tiga hal
yaitu penempaan hati, suka dan duka, dan pada Dzat yang menurunkan suka dan
duka.
Page 41
81
Tentang penempaan hati, it’s not the cup that hold your wine the very cup
that was burned in the potter’s oven ? And is not the flute that soothes your spirit
the very wood that was hollowed with knives ? ( Kahlil Gibran 1980:36 ) atau
bukankah cawan yang mengisi anggurmu adalah cawan yang sama yang dibakar
di tanur pembuatan tembikar ? dan bukankah seruling yang menentramkan
jiwamu, adalah bambu yang pernah dikerati tatkala di dalam pembikinan ?
Cawan dan seruling adalah hati manusia. Hal yang sama yang dijelaskan di al-
Qur’an, surat QS 2:155-156. Orang yang sabar, yaitu orang-orang yang apabila
ditimpa musibah, (hati) mereka (mampu) mengucapkan: "Innã lillãhi wa innã
ilaihi rãji'ũn".
Giliran musibah terangkat, orang-orang sabar itu mampu
menerima kebahagiaan tanpa lupa diri (QS 10:10-11). Dengan kata lain, Hanya
jiwa yang kuat menampung kesedihanlah (karena kembali pada Tuhan) yang
mampu menampung kesenangan. Tidak lupa diri karena tidak lupa Tuhan (al-
Quran). The deeper that sorrow carves into your being, the more joy you can
contain ( Kahlil Gibran 1980:36 ) atau semakin dalam duka itu menggores ke
dalam jiwa, maka semakin mampulah jiwamu menampung bahagia. Yang
sebaliknya tidak diceritakan oleh Gibran, jiwa-jiwa yang tidak mampu
menampung ujian kesedihan, mereka tidak akan mampu pula menampung
kegembiraan (menjadi lupa diri) saat kesenangan datang mengganti.
Agar tidak larut dalam kesedihan dan menjadi lupa diri saat kesenangan
datang, Gibran mengajak untuk selalu menengok ke arah sebaliknya selalu.
Page 42
82
When you are joyous, look deep into your heart and you shall find it is only
that which has given you sorrow that is giving you joy
When you are sorrowful, look agaian in your heart, and you shall see that in
truth you are weeping for that which has been your delight
They are inseparable
Together they come, and when one sits alone with you at your board,
remember that the other is sleep upon your bed ( Kahlil Gibran 1980:36,37 )
Atau
Pabila kau bergembira, tengoklah ke dalam hatimu dan akan kau temukan
itulah satu-satunya yang pernah memberimu duka cita yang tengah
memberimu kesenangan.
Pabila kau bersedih tengoklah lagi ke dalam hatimu dan akan kau saksikan
bahwa hakikatnya engkau sedang menangisi sesuatu yang pernah
memberimu kesenangan.
Keduanya tiada terpisahkan.
Bersama-sama mereka datang.
Dan pabila yang satu duduk sendirian bersamamu di meja makanmu,
ingatlah bahwa yang lain sedang terlelap di atas ranjangmu.
Hal yang memberi kesenangan adalah hal yang sama yang memberikan
kesedihan. Kesenangan adalah kedukaan yang kembali menjadi esensinya
sendiri. Tuhan hanya menurunkan kebaikan. Oleh karena itu, default-nya
manusia selalu bahagia. Pada satu bagian kehidupannya ia bertindak tidak sesuai
dengan sunnatullah, saat itulah ia mengubah takdir baiknya sendiri menjadi
keburukan yang membuahkan kesedihan (QS 42:30). Tatkala keburukan berubah
kembali menjadi kebaikan, itulah momen your joy is your sorrow unmask (
Kahlil Gibran 1980:36 ) atau sukacitamu adalah duka citamu yang
menyingkapkan kedoknya.
Page 43
83
Lepas dari manusia sadar atau tidak, di alam ini manusia tidak dibiarkan
bertindak baik dan buruk tanpa Tuhan mengingatkan selalu lewat segala yang
ada. Ia mengapresiasi kebaikan yang kita kerjakan, demikian pula Ia menurunkan
kesedihan saat manusia tidak bergerak sebagaimana mestinya. When the
treasure keeper lifts you to weigh his gold and his silver, needs must your joy or
your sorrow rise and fall ( Kahlil Gibran 1980:37 ) atau ketika Sang Bendahara
mengangkatmu ke timbangan emas dan peraknya, saat itulah kesenangan dan
kesedihanmu timbul tenggelam.
I. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Rumah
Rumah dalam prosa lirik ini terbagi pengertiannya menjadi dua, yaitu rumah fisik
dalam arti tempat tinggal manusia, dan rumah yang bermakna tempat bagi ruh
yang agung. Rumah ini memiliki sifat-sifat jiwa.
Sebagai tempat tinggal manusia pada umumnya, rumah dalam pengertain
umum ini dipertanyakan oleh Gibran, apakah yang kaulindungi di rumahmu yang
terkunci. Adakah semangat kemanusiaan meskipun tak terkatakan, adakah
pikiran bercahaya di sana, adakah keindahan hakiki dalam barang-barangnya,
ataukah hanya kesenangan dan nafsu yang akhirnya menguasaiwa dirimu. Nafsu
ini meskipun tangannya sutera hatinya besi. Nafsu membunuh gairah jiwa, selalu
mencemooh manusia sampai masuk liang kuburnya.
And tell me, people of Orphalese, what have you in this houses ? and what is
it you guard with fastened doors ?
Have you peace, the quiet urge that reveals your power ?
Page 44
84
Have you remembrances, the glimmering arches that span the summits of the
mind ?
Have you beauty, that leads the heart from things fashioned of wood and
stone to the holy mountain ?
Tell me, have you these in your houses ?
Or have you only comfort, and the lust for comfort, that stealthy thing that
enters the house a guest, and then becomes a host, and then a master ? (
Kahlil Gibran 1980:39 )
Atau
Dan katakanlah rakyat Orphalese,apa yang kau miliki di rumah-rumah ini ?
dan apa yang kau lindungi dengan pintu-pintu terkunci ? dan apa yang kau
lindungi dengan pintu-pintu terkunci ?
Adakah dorongan bagi semangat kemanusiaan, meski tak terkatakan ?
Adakah padamu angan-angan, busur-busur bercahaya redup yang merentang
ke puncak-puncak pikiran ?
Adakah padamu keindahan, yang menuntun hati melalui ukiran kayu dan
pahatan batu, sampai ke puncak gunung suci ?
Katakan padaku, punyakah engkau ini semua di rumahmu ?
Atau kau hanya memiliki kesenangan hidup dan nafsu untuk kesenangan
yang secara diam-diam menyelinap ke dalam rumah sebagai tamu, kemudian
menjadi tuan rumah, dan kemudian menjadi penguasa ?
Di rumah yang tidak diberkati, nafsu bisa menjadi pengendali sang tuan
rumah sampai akhir hayatnya.
Ay, and it becomes a tamer, and with hook and scourge makes puppets of
your larger desires
Though its hand are silken, its heart is of iron
It lulls you to sleep only to stand by your bed and jeer at the dignity of the
flesh
It makes mock of your sound senses, and lays them it thisltedown like vragile
vessels
Page 45
85
Verify the lust for comfort murdres the passion of the soul, and then walks in
the funeral ( Kahlil Gibran 1980:40 )
Atau
Ya, dan dia (nafsu) menjelma sebagai penjinak, dan dengan lembing dan
cemetinya menjadikanmu boneka-boneka dari hawa nafsu yang lebih besar.
Walau tangannya sutera hatinya besi.
Dia berdiri dekat ranjangmu, menidurkan engkau hingga terlelap dan
mencemoohkan martabat dan darah dagingmu.
Dia mengejek akal sehatmu dan menempatkannya di tumbuhan berduri
laksana bejana-bejana yang gampang pecah.
Sesungguhnya nafsu kesenangan membunuh gairah jiwa, kegirangan
mengiring jenasahmu menuju pemakaman.
Nafsu yang disebutkan di atas adalah musuh dalam diri yang harus
diwaspadai, sebagaimana Rumi (2000:106) mengatakan, musuh dalam diri :
musuh paling rahasia.
Pengertian rumah kedua adalah rumah sebagai tempat pulang bagi ruh
manusia. Dan rumah manusia yang sesungguhnya adalah pada jiwa Tuhan
(Hazrat Inayat Khan, 2002), tepatnya jiwa tuhan yang ada pada masing-masing
manusia. Hendaknya manusia memiliki rumah ini sebelum membangun rumah
dari bata dan kayu.
Build of your imaginings a bower in the wilderness ere you build a house
within a city walls
For even as you have home comings in your twilight, so has the wanderer in
you, the ever distant and alone
Your house is your larger body ( Kahlil Gibran 1980:38 )
Atau
Bangunlah dari khayalmu sebuah atap di hutan belantara sebelum kau
dirikan rumah di dalam tembok-tembok kota.
Page 46
86
Sebagaimana kau mesti pulang setiap senja, demikian pula sang pengembara
di dalam dirimu, nan jauh dan sendiri selalu.
Rumahmu adalah ragamu yang lebih agung
It grows in the sun and sleeps in the stillness of the night ; and it is not
dreamless. Does not your house dream ? and dreaming, leave the city for
grove or hilltop ? ( Kahlil Gibran 1980:38 )
Atau
Dia tumbuh di dalam cahaya surya dan terlelap di keheningan malam ; dan
dia bukan tanpa mimpi. Apakah rumahmu tiada mengenal mimpi ? dan
selama bermimpi, meninggalkan kota demi menyambangi hutan kecil dan
puncak bukit ?
Dalam ranah mistik, Surya selalu bermakna Tuhan, cahaya surya adalah
siraman hidayah dari Tuhan. Maknanya jiwa yang bercahaya (yang memiliki
nafsu mutmainah). Jiwa yang bercahaya memiliki mimpinya, yaitu menjadikan
manusia tempat tinggalnya sebagai insan kamil. Selanjutnya,
It shall not be a glistening film that covers a wound, but an eyelid that
guards the eye
You shall not fold your wings that you may pass through doors, nor bend
your heads that they strike not agains a ceiling, nor fear to breathe lest walls
should crack and fall down
You shall not dwell in tomb made by dead for the living
And though of magnificence and splendour, your house shall not hold your
secret nor shelter your longing
Atau
Dia takkan menjadi selaput berkilauan yang membalut segores luka,
melainkan kelopak mata yang melindungi biji mata.
Kau takkan melipat sayap-sayapmu supaya kau bisa melintas melalui pintu,
pun tiada menundukkan kepalamu agar tak menabrak langit-langit yang
menentangnya, juga tak takut bernafas kalau dinding-dinding akan retak dan
runtuh.
Page 47
87
Kau takkan tinggal di pusara yang dibuat oleh kematian bagi mereka yang
hidup.
Dan walaupun diliputi oleh kemewahan dan keagungan, rumahmu takkan
memegang rahasiamu, pun tiada menahan kerinduanmu.
Tempat istirah bagi ruh selepas mengembara, tempat tenang sendiri, tempat
yang aman karena sesungguhnya Tuhan tidak pernah melukai. Rumah yang tak
menghalangi ‘sayap’ manusia bebas melintas naik (pengertian sayap bagi para
pelaku mistik adalah sarana yang membuat manusia mampu terbang mendekat
pada Tuhan). Rumah yang tak bisa mengekang harapan manusia untuk tumbuh
dan berbunga. Rumah ini bukan untuk orang-orang yang jiwanya mati, pun
bukan rumah milik pemuja keinginan (keinginan bagi para pelaku mistik adalah
sumber kejahatan, tempat setan bersemayam di noda hitam hati manusia yang
menumbuhkan dorongan nafsu pada gerakan bani Adam (QS 22: 52-53). Your
house shall be not an anchor but a mast ( Kahlil Gibran 1980:40) atau rumahmu
takkan menjadi jangkar melainkan tiang layar. Jiwa yang diberkati Tuhan
bukanlah besi yang memberatkan langkahmu. Jiwa ini adalah pengarah gerakan
kebaikan manusia (hubungannya dengan Prosa Lirik Akal dan Perasaan).
J. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Pakaian
Berbicara mengenai ‘pakaiannya’ Kahlil Gibran tidak lepas dari pandangan
pujangga ini dalam dialognya dengan Mary Haskel, salah satu orang dekat
Gibran yang dikutip oleh Fuad Hasan (2001:38):
Karena hidup itu telanjang, badan telanjang itu adalah lambang kehidupan
yang paling sejati dan paling mulia. Kalau aku menggambar gunung
berbentuk setumpukan badan manusia atau melukis air terjun berupa badan-
Page 48
88
badan manusia yang berjatuhan, maka itu tak lain karena aku melihat
gunung sebagai himpunan benda hidup, dan air terjun sebagai pemicu arus
kehidupan.
Pada prosa lirik pakaian ini tampak sekali ‘ketidaksukaan’ Gibran dengan
pakaian dalam makna pakaian sebagai penutup kesejatian hidup manusia.
Your clothes conceal much of your beauty, yet they hide not the unbeautiful
And though you seek in garments the freedom of privacy you may find in
them a harness and a chain.
Some of you say, “it is the north wind who has woven the clothes we wear,”
And I say, “Ay, It was the north wind, but shame was it loom, and the
softening of the sinews was his thread.”
And when his work has done he laughed in the forest ( Kahlil Gibran
1980:42 )
Atau
Pakaianmu menyembunyikan banyak keindahanmu, namun tak mampu
menyembunyikan keburukanmu.
Dan walau engkau mencari kebebasan pribadi di dalam pakaian, mungkin
kau dapat di dalamnya sehelai pakaian kuda dan seuntai rantai
Beberapa dari kalian berkata, “Angin utaralah yang menenun pakaian yang
kami kenakan,”
Dan aku berkata, Ya, dialah angin utara
Tapi rasa malu adalah perkakasa tenunnya dan kelemahan otot merupakan
benangnya.
Dan pabila tugasnya telah ditunaikan ia tertawa di dalam hutan.
Namun pada prosa lirik ini Gibran juga menulis fungsi pakaian sebagai
penutup aurat bagi manusia. Meskipun pada kalimat berikutnya ia ‘kembali’
lagi, kesopanan semacam itu hakikatnya hanyalah kekangan yang mencemarkan
pikiran. Negasi dari kesopanan adalah tarian perilaku manusia apa adanya yang
digerakkan oleh naluri dasarnya sebagai Tuhan di bumi sebagaimana tertulis
Page 49
89
dalam Prosa Lirik Cinta, manusia yang telah menjadi ‘segumpal hati
kehidupan.” Dalam konteks ini, pakaian tak lain menjadi kekangan pencemaran
pikiran.
Forget not that modesty is for a shield againts the eye of the unclean
And when the unclean shall be no more, wat were modesty but a fetter and a
fouling of the mind? ( Kahlil Gibran 1980:42 )
Atau
Janganlah lupa bahwa kesopanan adalah perisai penentang mata jelalatan
Dan pabila yang jelalatan itu telah tiada lagi, apalah kesopanan selain
kekangan-kekangan dan pencemaran pikiran ?
Bagi para pelaku mistik yang sudah dalam kondisi bersih (misalnya para
salik setelah istighfar tuntas atas noda dosa yang ada), perasaan yang ada saat itu
adalah tidak ingin adanya penghalang apapun antara dia dengan alam. Demikian
pula alampun (sesungguhnya) menghendaki hal yang sama, karena alam
mencintai orang-orang spesial-Nya. Seperti dalam kisah gugurnya pamanda
Rasulullah saw Hamzah bin Abdul Muthalib sebagai syuhada Perang Uhud,
Gunung Uhud menghendaki paman Rasulullah ini dikubur di tempat beliau
meninggal karena cintanya. Atau Gunung Uhud akan pindah mengikuti
jenasahnya, di manapun jenasah ini akan dimakamkan. Sampai sekarang dapat
ditemui makan Hamzah bin Abdul Muthalib ada di area Jabal Uhud, di titik
beliau syahid.
Would thet you could meet the sun and wind with more of your skin and less
of your raiment
For the breath of life is in the sunlight and the hand of life is in the wind
Page 50
90
And forget not that the earth delight to feel bare feet and the winds long to
play with your hair ( Kahlil Gibran 1980:42,43 )
Atau
(Betapa kuingin) kau dapat merasakan cahaya surya dan tiupan angin
langsung dari kulitmu sendiri tanpa terhalangi pakaianmu.
Sebab nafas kehidupan ada dalam cahaya surya dan tangan kehidupan ada dalam
hembusan angin lalu.
Dan jangan lupa bahwa bumi senang merasakan kakimu yang telanjang dan angin
rindu bermain dengan rambutmu.
K. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Jual Beli
Pada Prosa Lirik Jual Beli menampakkan keimanan Gibran pada jaminan Tuhan,
sama dengan yang diterangkan Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari ( 2013:324,325 )
atas terjemahan QS 20:132,
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah
kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu,
Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah
bagi orang yang bertakwa
Dengan memerintahkan keluarga pada shalat, shabar dan taqwa, maka
jaminan rejeki dari Allah tidak akan kekurangan. Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari
menggunakan kata taqwa, sebagaimana kata taqwa sering dikaitkan dengan
makna ‘bersih’ tanpa ada noda dosa. Oleh Gibran ditulis kurang lebih sama yaitu
‘melibatkan Tuhan dalam menyucikan tindak berjual beli serta mengandung
unsur jujur atas dasar cinta dan kemurahhatian.’
To you the earth yields her fruit, and you shall not want if you but know how
to fill your hands.
It is m exchanging the gifts of the earth that you shall find abundance and be
satisfied.
Page 51
91
Yet unless the exchange be in love and kindly justice it will but lead some to
greed and others to hunger.
Invoke then the master spirit of the earth, to come into your midst and
sanctify the scales and the reckoning that weighs value against value
Atau
Kepadamu bumi memberi buah-buahan, dan kau takkan kekurangan
seandainya kau tahu bagaimana cara mengisi tanganmu
Di dalam pertukaran pemberian bumilah maka akan kau dapatkan
kelimpahruahan dan kepuasan
Kecuali kalau pertukaran hasil bumi masih belum terjadi dengan cinta dan
keadilan nan murah hati, dia hanya akan menggiring sejumlah orang kepada
ketamakan dan orang lain menderita kelaparan.
Sebuah hadis, yang mengedepankan sifat-sifat baik dalam berjual beli
diambil dari Ringkasan Shahih al-Bukhari ( 1997:448 ) diriwayatkan oleh Jabir
bin Abdullah ra, rasulullah saw bersabda, “Semoga kasih sayang Allah
dilimpahkan kepada orang yang bersikap lemah lembut dalam membeli, menjual,
dan meminta kembali uangnya.”
Nitkan selalu jual beli atas nama Tuhan :
When in the market place you toilers of the sea and field and fineyards meet
the weaver and the potters and the gardeners of spices
Invoke then the master spirit of the earth, to come into your midts and
sanctify and scale and the reckoning that weights value againts value
atau
Di tengah pasar, pabila kalian para pekerja dari laut, ladang, serta kebun
anggur, bersua dengan para penenun dan pengrajin tembikar serta
pengumpul rempah-rempah
Maka mohonlah Roh Penguasa Bumi untuk hadir di tengah-tengahmu dan
nyucikan timbangan serta mencermati perhitungan
Page 52
92
Sebuah hadis dari Ringkasan Shahih al-Bukhari ( 1997:456 ) diriwayatkan
oleh Al-Miqdam bin Ma’dikarib. Rasulullah saw bersabda, “Takarlah
makananmu (dengan benar) dan kamu akan diberkahi.”
Jangan tertipu oleh si opportunis, sebaliknya ajaklah dia bekerja pula :
And suffer not the barren-handed to take part in your transactions, who
would sell their words for your labour.
To such men you should say:
“ Come with us to the field, or go with our brothers to the sea and cast your
net;
“ For the land and the sea shall be bountiful to you even as to us.”
Atau
Dan pabila orang yang tak menggunakan tangannya ambil bagian dalam
transaksinya mereka akan menjual kata-katanya demi jerih payah kalian.
Kepada orang seperti ini kami akan berkata,
“Mari kita bersama ke ladang, atau pergilah bersama saudara kami ke laut
menangkap ikan dengan jalamu ;
Sebab tanah dan laut akan bermurah hati kepadamu sebagaimana kepada
kami.
Hargai para penjual jasa.
And if there come the singers and the dancers and the flute-players,—buy,of
their gifts also.
For they too are gatherers of fruit and frankincense, and that which they
bring, though fashioned of dreams, is raiment and food for your soul.
Atau
Dan sekiranya datang para penyanyi dan penari serta peniup seruling ,
belilah juga persembahan mereka.
Sebab merekapun pengumpul buah-buahan dan wangi setanggi, dan itulah
yang mereak persembahkan,
Page 53
93
Walau menciptakan mimpi-mimpi, adalah pakaian dan santapan rohani.
Pastikan sebelum meninggalkan hampa jual beli tak ada seorangpun yang
pulang dengan tangan hampa, karena Tuhan tidak akan ridho dengan hal seperti
ini.
And before you leave the market-place, see that no one has gone his way
with empty hands.
For the master spirit of the earth shall not sleep peacefully upon the wind till
the needs of the least of you are satisfied.
Atau
Dan sebelum kau tinggalkan pasar, lihatlah bahwa tak seorangpun pergi
menempuh perjalanannya dengan tangan hampa.
Sebab roh penguasa bumi tak bisa tidur dengan damai di dalam buaian angin
sampai kebutuhan orang kecil di antara kalian terpenuhi
L. Kandungan Hikmah pada Kejahatan dan Hukuman
Pada awal pembicaraan mengenai kejahatan dan hukuman, Gibran mengajak
pembaca untuk mengenal dulu tingkatan-tingkatan kualitas manusia : Much in
you is still man, and much in you is not yet man (Kahlil Gibran, 1980: 46) atau
banyak diantara kalian manusia, tapi banyak diantara kalian belum manusia.
Manusia adalah yang memiliki diri illaiah di dalamnya. Seperti ungkapannya,
diri illahiah tentu saja unsur manusia yang bersifat illahi, atau ketuhanan. Dialah
jiwa murni yang menjalankan manusia sesuai dengan kodrat bersih manusia (atau
sifat Tuhan yang ada pada manusia). Diri illahiah digambarkan senantiasa murni
(seperti sifat ruh manusia yang senantasa murni. Hazrat Inayat Khan
(2002:234,237) menyamakan istilah jiwa, ruh, dan sifat Tuhan dalam manusia
adalah sama). Ia bercahaya, hanya mengenal jalan kebaikan, dan hanya mampu
Page 54
94
mengangkat yang bersayap (sayap dalam ranah mistik adalah kumpulan amal
saleh yang menaikkan jiwa murni ini menuju Tuhan. Mampu terbang karena
tidak terbebani beratnya dosa yang bersangkutan).
Like the ocean is your god-self;
It remains for ever undefiled.
And like the ether it lifts but the winged.
Even like the sun is your god-self;
It knows not the ways of the mole nor seeks it the holes of the serpent (Kahlil
Gibran, 1980:46 )
Atau
Laksana samudra diri illahiahmu
Ia tetap murni senantiasa
Dan bagai ether dia hanya mengangkat yang bersayap
Sebagaimana diri illahiahmu serupa matahari
Tak dikenalnya arah jalan tikus, pun tiada dicarinya lubang-lubang ular
Yang kedua selain diri illahiah disebut sebagai shapeless pigmy that walks
asleep in the mist searching for its own awakening (Kahlil Gibran, 1980:46 ) atau
mahluk kerdil tanpa bentuk, yang berjalan dalam tidur di tengah kabut, sedang
mencari kebangkitannya sendiri. Ia adalah jiwa yang belum memiliki sayap yang
menerbangkannya ke atas akibat terbebani noda dosanya sendiri. Sebelum
membuka pembicaraan tentang kejahatan dan kebaikan, Gibran menulis tentang
kesalahan :
It is when your spirit goes wandering upon the wind,
Page 55
95
That you, alone and unguarded, commit a wrong unto others and therefore
unto yourself.
And tor that wrong committed must you knock and wait a while unheeded at
the gate of the blessed (Kahlil Gibran, 1980:46 )
Atau
Kesalahan muncul ketika jiwamu mengembara di atas angin
Saat kau, sendiri dan lengah, melakukan kesalahan pada orang lain karena
itu melakukan kesalahan pada dirimu sendiri.
Dan atas kesalahan yang kau lakukan, kau mesti mengetuk dan menunggu
diam beberapa waktu di gerbang orang-orang yang diberkahi.
Kesalahan muncul saat tidak berpegang pada tali Tuhan. Saat lengah itulah
terjadi perilaku salah terhadap orang lain, karena itu menyalahi diri sendiri (salah
satu hukum dasar sunnatullah Islam, perilaku yang manusia kerjakan –kebaikan
atau keburukan- hakikatnya adalah berperilaku baik atau buruk terhadap diri
sendiri). Atas kesalahan itu seseorang harus bersabar sampai pintu ampunan
Tuhan terbuka untuknya
Kesalahan seseorang mendorong orang lain melakukan kesalahan yang
sama. Sebuah pengertian mistis ditulis oleh Hazrat Inayat Khan (2001:344-345) :
bahwa satu jiwa mempengaruhi yang lain. Jika manusia mati dengan pikiran
akan balas dendam yang belum terbalaskan, atau tak punya keberanian untuk
menyelesaikannya, perasaan itu akan mencari orang lain (misalnya pemuda dan
anak-anak) yang beraksi tanpa tahu mengapa. Pembunuh-pembunuh akan
muncul dalam kondisi ini. Demikian pula sebaliknya, pengaruh positif perilaku
seseorang dengan sendirinya mengalirkan kecenderungan berperilaku positif bagi
Page 56
96
orang lain yang saat itu ada di sekitarnya. Itulah sebabnya seorang mukmin
diwajibkan berdo’a meminta tempat terbaik yang diberkati (QS 23:29)
So the wrong-doer cannot do wrong without the hidden will of you all.
Like a procession you walk together towards your god-self.
You are the way and the wayfarers.
And when one of you falls down he falls for those behind him, a caution
against the stumbling stone.
Ay, and he falls for those ahead of him, who, though faster and surer of foot,
yet removed not the stumbling stone (Kahlil Gibran, 1980:49,50 )
Atau
Maka si bersalah tak dapat berbuat kesalahan tanpa keinginan tersembunyi
dari kalian semua.
Bagai perarakan kalian berjalan bersama-sama menuju diri illahiahmu
Kalian adalah jalan sekaligus musafirnya.
Dan ketika seseorang diantaramu jatuh, dia jatuh demi mereka yang di
belakang, suatu peringatan bahaya atas batu penghalang
Ya, dia tersungkur demi mereka meskipun kakinya lebih cepat dan lebih
mantap, namun tidak menyingkirkan batu penghalang itu.
Hubungannya dengan dosa kolektif, al-Quran telah mengajak umat manusia
untuk berlindung pada Allah atas musibah yang sebenarnya bukan berasal dari
salahnya / dosanya. Tertulis dalam QS 8:25, dan peliharalah dirimu dari pada
siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu.
Selanjutnya Gibran menulis tentang korban yang hakikatnya menjadi korban
atas perilakunya sendiri. Seperti tertera dalam QS 42:30, Dan apa saja musibah
yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri
(karena dosamu sendiri). Musibah terjadi atas ijin Allah karena tabungan dosa
Page 57
97
yang bersangkutan, turun lewat peran orang lain. Pada penampakan peristiwanya
sepertinya ia didholimi, hakikatnya Allah sedang menampakkan dosanya sendiri
yang baru atau lama, atau bahkan sudah lama sekali.
The murdered is not unaccountable for his own murder,
And the robbed is not blameless in being robbed.
The righteous is not innocent of the deeds of the wicked, (Kahlil Gibran,
1980:50 )
Atau
Si pembunuh tidak bebas dari tanggung jawab atas pembunuhannya,
Si terampok tidak terlepas dari sebab musabab perampokannya
Si tertipu tak sepenuhnya suci atas perbuatan si jahat
Inti dari semua, perbuatan baik dari orang lain sesungguhnya bisa dari
dirinya sendiri atau bukan (tabungan amalnya sendiri atau bukan), demikian pula
perbuatan salah seseorang. Semuanya saling berkelindan saling mempengaruhi
satu sama lain. Kata Sang Surya oleh Gibran selalu melambangkan Tuhan. Jika
akan mencari asal usul kebaikan dan keburukan, periksalah semua yang ada di
bawah pengaturan Tuhan, termasuk sistem yang ada.
You cannot separate the just from the unjust and the good from the wicked;
For they stand together before the face of the sun even as the black thread
and the white are woven together.
And when the black thread breaks, the weaver shall look into the whole
cloth, and he shall examine the loom also (Kahlil Gibran, 1980:50 )
Atau
Tak bisa kau pisahkan yang adil dan yang curang, yang baik dan yang jahat.
Karena mereka tegak bersama-sama di hadapan wajah Sang Surya
sebagaimana benang hitam dan putih yang ditemui bersama.
Page 58
98
Dan bila benang hitam putus, Sang Penenun akan memeriksa seluruh kain,
dan dia akan menguji perkakas tenun pula
Saat harus mengadili, periksalah semua hal yang berkaitan dalam sebuah
bejana pemahaman yang terang benderang :
If any of you would bring to judgment the unfaithful wife,
Let him also weigh the heart of her husband in scales, and measure his soul
with measurements.
And let him who would lash the offender look unto the spirit of the offended.
And if any of you would punish in the name of righteousness and lay the axe
unto the evil tree, let him see to its roots;
And verily he will find the roots of the good and the bad, the fruitful and the
fruitless, all entwined together in the silent heart of the earth.
If any of you would bring to judgment the unfaithful wife,
Let him also weigh the heart of her husband in scales, and measure his soul
with measurements.
And let him who would lash the offender look unto the spirit of the offended.
And if any of you would punish in the name of righteousness and lay the axe
unto the evil tree, let him see to its roots;
And verily he will find the roots of the good and the bad, the fruitful and the
fruitless, all entwined together in the silent heart of the eartth (Kahlil
Gibran, 1980:50 )
Atau
Pabila seorang di antaramu akan menghakimi istri nan tak setia,
Biarlah dia juga menimbang hati suaminya dengan anak timbangan, dan
mengukur jiwanya dengan ukuran
Dan biarlah dia yang ingin mencambuk si pendosa menyelami jiwa yang
disakiti hatinya
Dan jika seseorang di antaramu akan menghukum atas nama keadilan dan
mengayunkan kapak pada pohon kejahatan, biarlah dia melihat dulu akar-
akarnya
Page 59
99
Dan sungguh dia akan menemukan akar-akar kebaikan dan keburukan, yang
subur dan yang mandul semuanya berjalin berkelindan di dalam jantung
bumi nan diam
Bagi para hakim yang harus mengadili, bagaimana bisa akan menjatuhkan
vonis bagi terdakwa tanpa faham situasi komplit mereka :
What judgment pronounce you upon him who though honest in the flesh yet
is a thief in spirit?
What penalty lay you upon him who slays in the flesh yet is himself slain in
the spirit?
And how prosecute you him who in action is a deceiver and an oppressor,
Yet who also is aggrieved and outraged?
And how shall you punish those whose remorse is already greater than their
misdeeds? (Kahlil Gibran, 1980:51,52 )
Atau
Hukuman apa yang akan kau jatuhkan pada dia yang jujur jasmaninya tapi
pencuri di hatinya ?
Hukuman apa yang kau timpakan pada dia yang menyembelih tubuh
manusia tapi dirinya sendiri tersembelih dalam jiwa?
Dan bagaimana kau tuntut dia yang dalam perbuatannya adalah seorang
pendusta dan seorang penindas, namun dia juga yang dirugikan dan sakit
hati?
Dan bagaimana akan kau hukum mereka yang memiliki penyesalan yang
dalam yang melebihi besarnya tindakan pelanggaran ?
Hanya dengan pemahaman terang benderang tentang segalanya seseorang
bisa memahami keadilan, dan pada hakikatnya mereka semua adalah jiwa-jiwa
yang sama yang sedang digerakkan oleh diri kerdilnya atau diri illahiahnya.
And you who would understand justice, how shall you unless you look upon
all deeds in the fullness of light?
Page 60
100
Only then shall you know that the erect and the fallen arc but one man
standing in twilight between the night of his pigmy-self and the day of his
god- self (Kahlil Gibran, 1980:52 )
Atau
Dan kau yang ingin keadilan, betapa kau akan mengerti kecuali kalau kau
mengamati semua perbuatan dalam cahaya yang terang benderang
Hanyalah demikian kau akan memahami bahwa yang tegak dan yang jatuh
hanyalah orang yang sama yang berdiri di kala senja antara malam diri
kerdilnya dan siang diri illahiahnya.
M. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Undang-Undang
Untuk memehami prosa lirik ini, kembali Penulis mengemukakan lagi konsep
hukum sentral Tuhan : bahwa semesta yang ada mengikuti sebuah pusaran
hukum besar yang disebut sunnatullah. Manusia sebagai salah satu unsurnya
hanya memiliki satu jalan untuk bahagia sekarang dan nanti, yaitu mengalir
selaras dengan sunnatullah. Namun pemahaman ini hanya diketahui oleh sedikit
persen orang, lebih sedikit lagi yang mampu mengimani, bahkan di antara orang
beriman sendiri. Itulah sebabnya manusia di manapun membuat hukumnya
sendiri.
Pada bagian mula prosa lirik ini Gibran menulis tentang si innocent yang
suka membuat hukum, senang melanggarnya pula. Saat ada perubahan situasi ia
mengubah hukum itu dengan ‘tanpa dosa’. Sebagaimana Ibnu ‘Athaillah al-
Sakandari ( 2013:319 ) bercerita tentang orang yang suka mengatur bersama
Allah adalah orang yang membuat menara pasir. Namun ketetapan Allah yang
terjadi / pergiliran situasi kehidupan yang ada (yang digambarkan air laut yang
Page 61
101
menghancurkan menara pasir itu) mentertawakannya, iapun mengganti hukum
itu dengan tertawa pula.
You delight in laying down laws,
Yet you delight more in breaking them.
Like children playing by the ocean who build sand-towers with constancy
and then destroy them with laughter.
But while you build your sand-towers the ocean brings more sand to the
shore, And when you destroy them the ocean laughs with you.
Verily the ocean laughs always with the innocent (Kahlil Gibran, 1980:53 )
Atau
Kalian senang memberlakukan undang-undang,
Namun kalian lebih senang melanggarnya
Bagaikan kanak-kanak yang sedang bermain dekat laut, yang membangun
menara pasir dengan keteguhan, dan kemudian menghancurkan seraya
tergelak tawa.
Tapi, sementara kau bangun menara pasirmu, laut membawa banyak pasir ke
pantai,
Dan tiba giliran kau menghancurkannya, laut terkekeh-kekeh bersamamu.
Sungguh, laut selalu tertawa bersama si innocent
Adapula orang-orang yang beranggapan kebenaran hukum buatannya sendiri
dengan harga mati. Seperti yang diceritakan oleh Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari (
2013:321 ), adalah orang yang diibaratkan pohon yang disirami prasangka buruk,
sehingga berbuah keterputusan dirinya dengan Allah. Ia berprasangka buruk
karena tidak merasa sunnatullah yang berbasis cinta Allahlah yang mengatur
dirinya. Tidak ada pasir, tidak ada air laut, yang ada adalah dirinya sendiri
dengan ketentuan hukum yang dibuatnya sendiri.
Page 62
102
But what of those to whom life is not an ocean, and man-made laws are not
sand-towers,
But to whom life is a rock, and the law a chisel with which they would carve
it in their own likeness ? (Kahlil Gibran, 1980:53 )
Atau
Tapi bagaimanakah mereka yang kehidupannya bukan laksana samudra, dan
undang-undang buatan manusia bukanlah ibarat menara pasir
Tapi bagi mereka kehidupan adalah sebongkah batu karang, dan hukum
sebilah pahat, yang dengannya mereka mengukir batu karang menuruti
selera sendiri?
Adapula si penelan hukum membenci yang fleksibel
What of the cripple who hates dancers? (Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Bagaimana si pincang yang membenci penari ?
Adapula si pematuh hukum yang menyukai hukum yang mengekangnya dan
menganggap orang yang tidak sama dengannya adalah ‘orang rendah’
What of the ox who loves his yoke and deems the elk and deer of the forest
stray and vagrant things? (Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Bagaiman dengan lembu jantan yang menyukai gandarnya yang
menganggap rusa dan kijang hutan yang berkeliaran sebagai mahluk
gelandangan ?
Adapula pematuh hukum lama yang tidak mampu menerima hukum baru
kemudian menganggap orang-orang baru sebagai asusila
What of the old serpent who cannot shed his skin, and calls all others naked
and shameless? (Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Page 63
103
Bagaimana dengan ular tua yang tak bisa menukar kulitnya dan menyebut
ular lain telanjang dan asusila ?
Adapula penikmat hukum -karena telah mengambil keuntungan darinya
banyak-banyak-, setelah puas ia mengatakan tindakan semacam itu adalah
pelanggaran dan pelakunya sebagai pelanggar hukum.
And of him who comes early to the wedding- least, and when over-fed and
tired goes his way saying that all feasts are violation and all feasters law-
breakers? (Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Dan dia yang datang paling awal ke pesta perkawinan, setelah terlalu
kenyang dan letih kecapaian pergi meninggalkan pesta sambil berkata bahwa
semua pesta adalah pelanggaran dan semua yang berpesta melanggar
hukum?
Orang-orang itu adalah mereka yang membelakangi sunnatullah, membuat
hukumnya sendiri berdasarkan refleksi sunnatullah (hukum asli Tuhan) pada
dirinya sendiri. Oleh Gibran disebut sebagai orang-orang yang tegak di bawah
surya (Tuhan) tapi punggungnya mengarah matahari (ia membelakangi
sunnatullah atau hukum asli Tuhan). Mereka hanya melihat bayangan dirinya di
bawah matahari (melihat hukum asli Tuhan berdasarkan asumsi mereka sendiri,
bukan dengan logika murni / logika hati / logika tasawuf), sehingga peran
Tuhan adalah pelempar bayangan (peran Tuhan sebagai pengatur segala yang ada
yang menjadi bahan pembuatan hukumnya sendiri). Sehingga kepatuhan hukum
bukannya mematuhi sunnatullah (hukum asli buatan Tuhan) melainkan
mematuhi hukum buatannya sendiri yang dibuat berdasarkan asumsinya atas
hukum Tuhan.
Page 64
104
What shall 1 say of these save that they too stand in the sunlight, but with
their backs to the sun ?
They see only their shadows, and their shadows are their laws.
And what is the sun to them but a caster of shadows?
And what is it to acknowledge the laws but to stoop down and trace their
shadows upon the earthle? (Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Apakah yang kan kukatakan tentang ini semua kecuali bahwa mereka juga
tegak di bawah cahaya surya, tapi punggungnya mengarah matahari ?
Mereka hanya melihat bayangannya, dan bayangannya merupakan
hukumnya.
Dan apalah arti matahari bagi mereka, selain sebuah pelempar bayangan ?
Dan apalah kepatuhan hukum selain membungkuk ke bawah dan menelusuri
bayangan sendiri di atas bumi ?
Bagi yang selalu menghadapkan wajahnya pada Tuhan (dan memahami
hukum sunnatullah yang telah terkirim untuknya sebagai bahan pembelajaran),
tak ada hukum buatan manusia yang mampu menghalangi pandangannya. Lebih
tajam Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari ( 2013:323 ) menjelaskan, Apabila matahari
berada tegak lurus di atas dirinya, tak ada bayangan dirinya yang tersisa. Sama
halnya, ketika matahari makrifat tepat jatuh ke hati, tak ada lagi wujud
pengaturan selain gambar sang hamba yang dibiarkan tersisa agar beban taklif
terwujud atas dirinya.
But you who walk facing the sun, what images drawn on the earth can hold
you? (Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Tapi kau yang berjalan berhadapan dengan Matahari, bayangan apa yang
tergambar di permukaan bumi yang dapat menahanmu ?
Page 65
105
Sang pengelana yang berjalan bersama Allah, tak kan ada pengarah jalan
yang mengarahkan kompasnya (selain Allah semata). Mereka adalah orang-
orang yang telah ‘menjual hukumnya’ pada Tuhan, mengganti hukum apapun
yang ada dengan menyerahkan harta dan jiwanya pada Allah melalui sunnatullah
yang ada (QS 9:111 ) : Allah telah membeli orang beriman harta dan jiwa mereka
untuk diganti dengan surga.
You who travel with the wind, what weather- vane shall direct your course?
(Kahlil Gibran, 1980:54 )
Atau
Kau yang berkelanan bersama angin, penunjuk arah angin mana yang akan
mengarahkan perjalananmu ?
Pada orang ini :
What man’s law shall bind you if you break your yoke but upon no man’s
prison door?
What laws shall you fear if you dance but stumble against no man’s iron
chains?
And who is he that shall bring you to judgment if you tear off your garment
yet leave it in no man’s path? (Kahlil Gibran, 1980:54,55 )
Atau
Hukum mana akan mengikatmu bila kau patahkan gandarmu pada pintu
penjara orang lain
Hukum apa akan kau takuti pabila kau menari tapi tersandung rantai besi
orang lain
Dan siapakah dia yang dapat menuntutmu pabila kau cabik pakaianmu tanpa
meninggalkannya di jalan orang lain
Page 66
106
Penguasa dapat membungkam suara si vokal, namun pada ia yang
terbungkam, hati kecilnya tak akan berhenti menyuarakan kebenaran (hukum
sunnatullah)
People of Orphalese, you can muffle the drum, and you can loosen the
strings ot the lyre, but who shall command the skylark not to sing? (Kahlil
Gibran, 1980:55 )
Atau
Rakyat Orphalese, kau dapat membungkam tambur, melepas dawai lira, tapi
siapa dapat memerintahkan burung pipit tiada bernyanyi ?
N. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Kebebasan
Berbicara tentang kebebasan, pertama Gibran meletakkan kebebasan sebagai
keinginan manusia. Manusia senantiasa memiliki keinginan yang harus
terpenuhi, atau dia tidak bahagia. Hazrat Inayat Khan ( 2001:438,441 )
menggambarkan berjenis-jenis keinginan (damai, harta, cinta, bahkan surga dan
lain-lain ) yang tidak pernah terpuaskan melainkan pada saat terpenuhi otomatis
melahirkan keinginan pada hal yang sama pada porsi lebih besar. Dan salah satu
keinginan yang paling kuat adalah keinginan kebebasan itu sendiri. Sehingga
untuk mendapatkan kebebasan, langkah pertama adalah membebaskan diri dari
keinginan untuk bebas.
At the city gate and by your fireside I have seen you prostrate yourself and
worship your own freedom,
Even as slaves humble themselves before a tyrant and praise him though he
slays them.
Ay, in the grove of the temple and in the shadow of the citadel I have seen
the freest among you wear their freedom as a yoke and a handcuff.
Page 67
107
And my heart bled within me; for you can only be tree when even the desire
of seeking freedom becomes a harness to you, and when you cease to speak
of freedom as a goal and a fulfilment.
And how shall you rise beyond your days and nights unless you break the
chains which you at the dawn of your understanding have fastened around
your noon hour ?
In truth that which you call freedom is the strongest of these chains, though
its links glitter in the sun and dazzle your eyes ( Kahlil Gibran, 1980:56,57 )
Atau
Di gerbang kota dan dekat perapianmu telah kau saksikan kau melemahkan
diri sendiri dan memuja kebebasanmu sendiri
Sebagaiman budak belian merendahkan diri di hadapan sang tiran dan
memuji-mujinya kendati dia membunuh mereka
Ya di reruntuhan kuil dan keteduhan benteng-benteng kota, telah kusaksikan
yang paling bebas di antaramu mengenakan kebebasannya ibarat sebatang
gandar dan seuntai belenggu
Dan hatiku menitikkan darah di dada, karena kau hanya dapat bebas pabila
menyadari bahwa hasrat bebaspun merupakan belenggu bagi jiwamu dan
ketika kau hentikan bicara kebebasan sebagai suatu tujuan dan penyelesaian.
Dan bagaimana kau akan bangkit mengatasi hari dan malammu tanpa kau
putuskan rantai ikatan yang di fajar kesadaranmu telah melekat erat dengan
tengah harimu ?
Sungguh, yang kau sebut kebebasan adalah yang paling kuat dari mata rantai
ini, walau mata rantainya gemerlapan dalam cahaya surya dan menyilaukan
matamu
Keinginan bebas acapkali berkelindan dalam diri seseorang, bahkan bilapun
kehilangan kekangannya, ia menjadi kekangan yang lebih besar.
Verily all things move within your being in constant half embrace, the
desired and the dreaded, the repugnant and the cherished, the pursued and
that which you would escape.
These things move within you as lights and shadows in pairs that cling.
And when the shadow fades and is no more, the light that lingers becomes a
shadow to another light.
Page 68
108
And thus your freedom when it loses its fetters becomes itself the fetter of a
greater freedom ( Kahlil Gibran, 1980:58 )
Atau
Sungguh, segala hal yang dengan tetap bergerak di dalam dirimu setengah
merangkul, antara yang diinginkan dan yang ditakuiti, yang diinginkan dan
ditakuti, yang menjijikkan dan dihormati, yang diburu dan yang hendak kau
tanggalkan.
Semua ini bergerak dalam dirimu laksana cahaya dan bayangan di dalam
pasangan-pasangan yang berpelukan
Dan ketika bayangan pudar dan menghilang, cahaya yang ada menjadi
bayangan bagi cahaya lain
Dan demikianlah kebebasan pabila ia kehilangan kekangannya, dirinya
menjadi kekangan bagi kebebasan yang lebih besar.
Seseorang bisa bebas hanya saat ia menyatu dengan kehendak Tuhan. Hazrat
Inayat Khan ( 2001:116-117) memberi ilustrasi, bagaimana mungkin seseorang
bebas melakukan tindakan ke kiri saat kuasa Allah menghendaki ke kanan.
Menyatu dengan kehendak Tuhan adalah meleburkan ego diri sehingga luluhlah
tahta dalam diri sendiri, tak ada lagi hukum yang ditulis sendiri. Dalam Islam
kondisi ini dengan sendirinya terladi pada maqam fana’. Akibatnya lenyap pula
perasaan sedih dan takut seperti Ibrahim yang memiliki perasaan bebas untuk
gagah berani menantang kobaran api.
And what is it but fragments of your own self you would discard that you
may become free?
If it is an unjust law you would abolish, that law was written with your own
hand upon your own forehead.
You cannot erase it by burning your law books nor by washing the foreheads
of your judges, though you pour the sea upon them.
And if it is a despot you would dethrone, see first that his throne erected
within you is destroyed.
Page 69
109
For how can a tyrant rule the free and the proud, but for a tyranny in their
own freedom and a shame in their own pride?
And if it is a care you would cast off, that care has been chosen by you
rather than imposed upon you.
And if it is a fear you would dispel, the seat of that tear is in your heart and
not in the hand of the feared ( Kahlil Gibran, 1980:56,57 )
Atau
Dan apakah kepingan dirimu yang akan kau buang sehingga kau bisa bebas ?
Pabila hukum yang tak adil ingin kau hapuskan maka corengkan pada
keningmu hukum yang telah ditulis dengan tanganmu sendiri
Kau tak bisa menghapusnya dengan membakar kitab-kitab hukummu, pun
tidak dengan membasuh kening para hakimmu, walau kua curahkan samudra
di atasnya.
Dan jika seseorang raja lalim ingin kau turunkan dari tahtanya, pertama-tama
tumbangkan dulu tahta yang kau tegakkan dalam dirimu
Sebab, bagaimana mungkin seorang tiran memerintah orang bebas dan
berharga diri, kecuali dengan tirani di dalam kebebasan mereka dan rasa
malu dalam diri mereka ?
Dan bilamana kesusahan yang hendak kau tanggalkan, ingatlah bahwa
kesusahan itu pernah di pilih olehmu, bukan dibebankan padamu
Dan pabila ketakutan yang ingin kau halau, singgasana ketakutan itu ada di
dalam hatimu dan bukan di tangan orang yang kau takuti.
Hazrat Inayat Khan (2002:21) menulis.
Ketika manusia berkembang melalui kehidupan spiritual, ia merasakan
kebebasan berpikir, berbicara dan bertindak yang muncul secara alamiah
sepanjang perjalanan spiritual. Alasan mengapa kebebasan ini muncul dan
darimana ia datang dapat dijelaskan olef fakta bahwa terdapat semangat
kebebasan yang tersembunyi di dalam batin manusia, yang tertutup oleh
konvensi-konvensi lahiriah. Jika manusia tumbuh melampaui konvensi-
konvensi lahiriah, maka semangat kebebasan yang selama ini tersembunyi,
muncul.
Kutipan Hazrat Inayat Khan dapat digunakan untuk memahami puisi Gibran
di atas : tumbangkan konvensi lahiriah yang ada untuk menjadi bebas (1)
Page 70
110
hancurkan dulu hukum yang dibuat diri sendiri untuk menghancurkan hukum tak
adil yang ada. Langkah sebelum memunculkan hukum hakiki yang telah dibuat
Tuhan dengan sifatnya adil-Nya. Dalam ranah mistik, ada tiga tahapan baku
yang ditempuh untuk menurunkan sifat-sifat Allah untuk memperbaiki sebuah
situasi. Pada kasus ini (hubungannya dengan hukum) dengan tujuan menurunkan
hukum yang adil berarti mengupayakan keadilan Allah turun. Tahap pertama
adalah yang disebut dengan Gibran sebagai ‘kepingan diri yang harus dibuang’.
Maknanya taubat tuntas atas asmaul husna yang diupayakan untuk turun. Jika
berhubungan dengan hukum atau keadilan, maka ‘kepingan diri yang harus
dibuang’ atau yang harus di-delete dari dalam diri dengan cara taubat tuntas
adalah membuat hukum sendiri, mengadili orang lain, dan hal-hal semacam itu
yang berlawanan dengan ‘pengakuan’ hanya Allah yang berhak mengadili.
Tahap kedua berperilaku sebaliknya atau perbaikan atas kelakuan yang pernah
salah (tersebut sebelumnya) karena salah satu syarat agar dosa dihapus adalah
membuat perbaikan (QS 2:159,160). Tahap ketiga berdo’a dan berdzikir
kaitannya dengan sifat Allah Maha Adil. Ini adalah tiga acuan baku agar Allah
menurunkan asmaul Husna-Nya untuk perbaikan situasi (2) Hancurkan ego
diri sebelum menurunkan tahta seorang raja lalai. Karena tidak mungkin seorang
tiran mampu memerintah yang egonya telah luruh (telah menjadi orang bebas
dan berharga diri) (3) Buanglah sumber kesusahan untuk menjadi senang (4)
Buanglah ketakutan yang ada pada diri sendiri, karena takut bukan ditentukan
oleh faktor luar / yang ditakuti. Intinya kebebasan adalah saat seseorang
mampu mengatasi beban pilihan dan duka kesedihan.
Page 71
111
You shall be free indeed when your days are not without a care nor your
nights without a want and a grief,
But rather when these things girdle your life and yet you rise above them
naked and unbound ( Kahlil Gibran, 1980:56 )
Atau
Kau akan sungguh bebas kalau hari-harimu tiada kosong dari beban pilihan,
pun malam-malammu juga tiada sepi dari duka dan kesedihan
Bahkan jika hal ini membelenggu hidupmu dan kau dapat mengatasi, maka
kalian akan terbebas dan lepas
O. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Akal dan Perasaan
Sebuah hadis menjelaskan hati manusia pada mulanya ibarat sebuah bola bersih.
Saat manusia membuat dosa, saat itu ia membuat sebuah spot hitam tempat setan
bersemayam untuk mempengaruhi akalnya, menumbuhkan bisikan-bisikan
negatif, memunculkan keinginan untuk mengerjakan dosa sejenis. Semakin
banyak spot hitamnya, semakin kuat pula pasukan setan bisa mempengaruhi
akalnya menuruti kehendak negatif ini. Namun pasukan setan bukannya tidak
bermusuh. Bagian hati manusia yang bersih mendorongnya mengingatkan tetap
ada di jalan kebaikan. Itulah perang tiap saat pada diri manusia. Gibran
menghendaki keharmonisan akal dan hati, namun apakah mungkin jika
pengupayaan ini bukan dari yang bersangkutan. Pada halaqah pendadaran,
seorang mursyid yang membantu mengubah karakter salik-nya mengupayakan
keharmonisan ini dengan cara mendorong si salik menghapus semua dosa
pembuat spot hitam yang ada di hatinya. Misalnya salik yang tadinya sombong,
hapuslah semua dosa sombong seumur hidup dengan taubat tuntas sehingga tidak
ada lagi spot hitam hubungannya dengan dosa sombong. Akibatnya tidak ada lagi
Page 72
112
tempat setan mendorongnya berperilaku sombong, tidak ada lagi nafsu sombong
dalam dirinya. Hilanglah keinginan sombongnya, hilanglah sifat sombong pada
sang salik. Idealnya, hati yang telah bersih mengarahkan kekuatan akal pada
kebaikan, sehingga menjadi sebuah harmoni (yang seperti ini hanya mungkin
terjadi pada orang-orang berhati bersih, sehingga berperilaku bersih pula)
Your soul is oftentimes a battlefield, upon which your reason and your
judgment wage war against your passion and your appetite.
Would that I could be the peacemaker in your soul, that I might turn the
discord and the rivalry of your elements into oneness and melody.
But how shall I, unless you yourselves be also the peacemakers, nay, the
lovers of all your elements ? ( Kahlil Gibran, 1980:72,73 )
Atau
Jiwamu acapkali menjadi medan pertempuran, di atasnya akal budimu dan
pertimbangan berperan melawan perasaanmu dan selera nafsumu
Apakah aku bisa menjadi pendamai di dalam jiwamu, sehingga bisa ku ubah
perselisihan dan persaingan unsur-unsurmu menjadi kesatuan dan melodi
Tapi apalah dayaku, kecuali kalau jkalian juga menjadi pendamai bagi diri
kalian sendiri, dan menjadi pecinta semua unsur kalian yang ada dalam diri ?
Perasaan (tempatnya di hati, sebagaimana iman tempatnya di hati) adalah
pengarah akal. Perasaan yang baik mengarahkan kekuatan akal mengerjakan
kebaikan. Sebagaimana yang diungkapkan Rumi ( 2000:140 ) Iman adalah layar
pada perahu diri manusia. Demikian pula sebaliknya, yang imannya lemah akan
mengarahkan kekuatan akal pada hal-hal yang tidak semestinya.
Your reason and your passion are the rudder and the sails of your seafaring
soul.
If either your sails or your rudder be broken, you can but toss and drift, or
else be held at a standstill in mid-seas.
Page 73
113
For reason, ruling alone, is a force confining; and passion, unattended, is a
flame that burns to its own destruction ( Kahlil Gibran, 1980:59 )
Atau
Akalmu dan perasaanmu ibarat kemudi dan layar bagi jiwamu yang
mengarungi samudra.
Pabila layarmu atau kemudimu patah, kau masih dapat terombang ambing
dan berhanyut-hanyut, atau yang lain berpegangan pada sebuah perhentian di
tengah samudra.
Karena akal, yang mengendalikan seorang diri, adalah kekuatan yang
mengikat, dan perasaan yang tak diawasi, adalah nyala api yang membakar
pada kerusakan pada dirinya.
Pada jiwa-jiwa yang mengalami kehidupan baru karena pencerahan dan
pembersihan, ketinggian akal akibat pencerahan perasaan akan membuka
ketakjuban baru, demikian pula ketinggian rasa yang di dukung oleh kekuatan
akal adalah pembuka kebangkitan jiwa. Diilustrasikan oleh Gibran sebagai
burung Phoenix yang membubung terbang di atas abunya sendiri (burung
Phoenix tidak pernah mati. Karena dari abu kematiannya sendiri selalu lahir
phoenix bayi yang membubung terbang mengawali hidupnya).
Therefore let your soul exalt your reason to the height of passion, that it may
sing;
And let it direct your passion with reason, that
your passion may live through its own daily resurrection, and like the
phcenix rise above its own ashes ( Kahlil Gibran, 1980:59,60 )
Atau
Maka biarlah jiwamu mengagungkan akalmu pada ketinggian perasaan,
sehingga dia bisa bernyanyi
Dan biarlah dia mengarahkan perasaanmu bisa hidup melalui kebangkitan
dirinya sehari-hari, seperti burung Phoenix membubung tinggi di atas
abunya sendiri
Page 74
114
Jagalah akal dan perasaan tanpa mengutamakan satu di atas yang lain
I would have you consider your judgment and your appetite even as you
would two loved guests in your house.
Surely you would not honour one guest above the other; for he who is more
mindful of one loses the love and the faith of both ( Kahlil Gibran, 1980:60 )
Atau
Kuingin kau jaga pikiran dan perasaanmu sebagaimana kau memperhatikan
dan menjamu dua tamu terkasih di dalam rumahmu
Sungguh kau tak ingin menghormati seorang tamu di atas yang lain
Karena mengecewakan yang satu akan kehilangan cinta dan kepercayaan
dari keduanya
Tuhan ada di mana-mana. Kehendak Tuhan terwakili oleh semua yang ada.
Adakalanya Ia bergerak dalam akal budi, di saat lain Ia mengambil tempat pada
perasaan.
Among the hills, when you sit in the cool shade of the white poplars, sharing
the peace and serenity of distant fields and meadows—then let your heart
say in silence, “God rests in reason.”
And when the storm comes, and the mighty wind shakes the forest, and
thunder and lightning proclaim the majesty of the sky,—then let your heart
say in awe, “God moves in passion.”
And since you are a breath in God’s sphere, and a leaf in God’s forest, you
too should rest in reason and move in passion ( Kahlil Gibran, 1980:60 )
Atau
Di perbukitan, saat kau duduk di naungan sejuk pohon populis putih,
berbagai kedamaian dan ketenangan dengan ladang dan padang rumput di
kejauhan, maka biarlah hatimu bertutur dalam keheningan, ‘Tuhan istirah
dalam akal budi.’
Dan tatkala badai mengoyak rimba belantara, petir dan halilintar
menunjukkan amarahnya di angkasa, maka biarkan hatimu mengucapkan
kata-kata takjub, ‘Tuhan bergerak dalam perasaan.’
Page 75
115
Dan karena kau adalah hembusan nafas Tuhan, dan sehelai daun di rimba
Tuhan, kaupun akan istirah di dalam akal budi dan bergerak dalam gejolak
rasa.
P. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Derita
Kondisi asli manusia adalah bahagia. Demikianlah Allah menetapkan. Kesedihan
hanya dihadirkan saat manusia mengingkari perjanjian purbanya dengan Tuhan,
bergerak tidak sesuai fitrahnya. Keingkaran ini mengakibatkan turunnya derita
(yang merobek kesenangannya dalam bertindak keingkaran) sehingga
kesadarannya mengembalikan pada kebaikan semula . Your pain is the breaking
of the shell that encloses your understanding ( Kahlil Gibran, 1980:61 ) atau
Penderitaan adalah robeknya kulit yang menutupi kesadaranmu.
Derita yang diturunkan sebagai akibat dari terlanggarnya hukum sunnatullah.
Agar manusia mengenali hukum sunnatullah ini dan belajar dari pengalamannya
sendiri ( QS 41:53, 33:62 ). Even as the stone of the fruit must break, that its
heart may stand in the sun, so must you know pain ( Kahlil Gibran, 1980:61 )
atau Sebagaimana biji mesti pecah agar intinya bisa tegak di bawah matahari,
demikian pula kau mesti mengenali derita.
Bagi orang-orang yang ihlasnya tinggi, pergantian sedih senang tak ubahnya
pertunjukan tarian keindahan sunnatullah yang menakjubkan karena mereka
mampu menerima dengan hati lapang ( QS 33:38 ). Karena ribuan bentuk,
ribuan perubahan, digerakkan oleh Cinta (Rumi, 2000:240 ).
And could you keep your heart in wonder at the daily miracles of your life,
your pain would not seem less wondrous than your joy;
Page 76
116
And you would accept the seasons of your heart, even as you have always
accepted the seasons that pass over your fields.
And you would watch with serenity through the winters of your grief ( Kahlil
Gibran, 1980:61 )
Atau
Dan kau akan menerima hatimu dalam ketakjuban terhadap keajaiban sehari-
hari dari hidupmu, deritamu rasanya tak kurang menakjubkan dibanding
kerianganmu
Dan kau akan menerima pergantian musim di hatimu, sebagaimana kau telah
selalu menerima perubahan musim yang melintas di atas ladang-ladangmu
Dan kau ingin menyaksikan dengan tenang melalui musim dingin
kesedihanmu
Manusia tak pernah berhenti untuk bergerak, selalu dihadapkan pada pilihan-
pilihan. Sadar atau tidak, saat ia tergelincir pada pilihan yang salah, saat itu ia
menabung penderitaan untuknya sendiri ( QS 16:111 ). Karena Tuhan Maha
Penyayang, sangat sering tabungan penderitaannya diturunkan di masa sekarang
yang jadi obat penawar bagi deritanya sendiri karena berfungsi menyucikan
dosanya sendiri (hadis). Laksana membuka gulungan dosa-pahala dan
menimbang dengan menurunkan qisash atau hisab dibanding tabungan amal, saat
itulah Tuhan sedang menimbang kebaikan dan keburukan yang telah kita perbuat
( QS 14:51 ).
Much of your pain is self-chosen.
It is the bitter potion by which the physician within you heals your sick self.
Therefore trust the physician, and drink his remedy in silence and
tranquillity:
For his hand, though heavy and hard, is guided by the tender hand of the
Unseen,
Page 77
117
And the cup he brings, though it burn your lips, has been fashioned of the
clay which the Potter has moistened with His own sacred tears ( Kahlil
Gibran, 1980:61,62 )
Atau
Banyak di antara penderitaanmu adalah pilihanmu sendiri.
Itulah obat pahit yang dengannya dokter di dalam dirimu menyembuhkan
dirimu yang sakit.
Maka percayailah dokter itu, dan minumlah obatnya dalam kesuntian dan
kesentosaan
Sebab tangannya, walaupun berat dan keras dibimbing oleh tangan lembut
Yang Tiada Tampak
Dan cawan yang ia bawa, telah diciptakan dari tanah liat yang Tukang
Tembikar telah membasuhnya dengan air mata-Nya nan suci
Q. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Pengenalan Diri
Untuk memahami makna ‘pengenalan diri’ pada prosa lirik ini kita harus
memahami perjalanan ruh sejak diciptakan Allah. Syeh Abdul Qadir Jaelani (
2002:8-13 ) menulis hakikat manusia adalah ruh yang pertama kali diciptakan
oleh Allah dan ditempatkan di alam lahut. Setelah itu ke alam asma Allah.
Setelah ini masuk ke alam malakut. Baru berikutnya masuk pada alam ajsam
atau alam dunia sekarang (QS 20: 55 : darinya kami menjadikan kamu dan
kepadanya Kami akan mengeluarkan kamu pada kali yang lain). Setelah ruh-ruh
ini diperbadankan, lupalah mereka perjanjian asalnya dengan Allah di QS 7 : 172
(bukankah aku ini Tuhanmu ? sebenarnya dan kami menyaksikan). Demikianlah
dengan berjalannya waktu, kebanyakan hamba-hamba Tuhan yang telah bersaksi
ini melupakan kontraknya (QS 28:39 : dan mereka mengira bahwa mereka tidak
akan kembali kepada kami). Namun bagi yang mata hatinya terjaga, ruhnya
Page 78
118
sayup-sayup masih mengingat Tuhannya. Seiring dengan upaya pendekatan diri
pada Allah, mereka yang mengenal Dzat Allah akan memperoleh ilmu melalui
ruh suci yang terpendam dalam diri masing-masing ( Syeh Abdul Qadir Jaelani,
2002:15 ). Mengenal Dzat Allah (melalui pengenalan akan diri sendiri) adalah
hakikat ilmu yang meliputi segala sesuatu.
Your hearts know in silence the secrets of the days and the nights.
But your ears thirst for the sound of your heart’s knowledge.
You would know in words that which you have always known in thought.
You would touch with your fingers the naked body of your dreams ( Kahlil
Gibran, 1980:65 )
Atau
Di dalam keheningan hatimu tahu akan rahasia siang dan malam
Tapi telingamu haus akan suara dari pengetahuan hatimu
Kau ingin memahami dengan kata-kata apa yang lah selalu kau ketahui
dalam pikiran
Kau ingin menyentuh dengan jemarimu tubuh telanjang dari mimpi-
mimpimu
Inilah yang terjadi pada para penempuh jalan ruhani, mereka rindu akan
wawasan primordial yang dulu ada. Dan seiring dengan kenaikan iman,
ketajaman hati semakin terasah pula, ilmu hakikat ini semakin tampak jelas,
mengalir seperti air dari sumbernya
And it is well you should
The hidden well-spring of your soul must needs rise and run murmuring to
the sea;
And the treasure of your infinite depths would be revealed to your eyes (
Kahlil Gibran, 1980:65 )
Page 79
119
Atau
Dan apa yang kau inginkan baik adanya
Sumber yang baik tersembunyi dari jiwamu yang terpaksa menyembul dan
mengalirkan bisikan ke laut
Dan harta benda dari kedalamanmu yang tanpa batas akan tersingkap pada
matamu
Karena pengetahuan Tuhan di dalam dada manusia / pengetahuan tentang
segala sesuatu yang ada pada manusia sesungguhnya tanpa batas ( QS 31:27 ),
ilmu yang mungkin dicapai manusiapun tak terukur
But be no scales to weigh your unknown treasure;
And seek not the depths of let there your knowledge with staff or sounding
line.
For self is a sea boundless and measureless ( Kahlil Gibran, 1980:65 )
Atau
Namun janganlah ada timbangan untuk menimbang harta benda tak dikenal,
Dan jangan pula mencari kedalaman pengetahuanmu dengan tongkat atau
tali
Sebab diri adalah samudra tanpa batas, tanpa ukuran
Syeh Abdul Qadir Jaelani ( 2002:15 ) menulis maksud lahir dan batin al-
Quran. Ilmu lahir ibarat pengetahuan yang datang dan pergi. Sedangkan ilmu
batin al-Quran adalah ilmu hakiki yang pelapisannya bertingkat-tingkat di mana
lapisan terdalam adalah ilmu tentang Allah yang bermakna ilmu tentang hakikat
segala sesuatu. Jiwa yang mampu mengembangkan dirinya akan semakin
memahami segala sesuatu seumpama bunga teratai.
Say not, “I have found the truth,” but rather, “I have found a truth.”
Page 80
120
The soul unfolds itself, like a lotus of countless petal ( Kahlil Gibran,
1980:66 )
Atau
Jangan berkata, “Telah kutemukan kebenaran,” tapi lebih baik, “telah
kutemukan sebuah kebenaran.”
Jiwa membentangkan dirinya sendiri, bagai mekarnya sekuntum teratai.
R. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Mengajar
Mengajar di sini adalah mengajarkan hakikat kehidupan, seperti yang diibaratkan
oleh al-Ghazali dengan menggali kolam, adalah membersihkannya dari lumpur
dan tanah agar air bersih murni memancar dari dasar kolam. Air suci kebenaran
hakiki. Maka itulah manusia mahluk pencari kebenaran. Bersihkan anggota
badanmu dengan mohon pengampunan Tuhan. Sucikan noda dosa hatimu agar
Sang Maha Cahaya menyinarinya (QS 66:8, 24:35). Berjalanlah dengan sinar
terang agar mencapai pengetahuan dari segala yang ada (QS 41:53), dan dari
segala peristiwa yang melintas datang dan pergi (QS 3:191). Itulah pengetahuan
sejati yang menampakkan dirinya. Hanya mereka yang telah berhati bersih yang
siap menangkap segala yang ada sebagai bahan pembelajaran Tuhan. Karena itu
untuk belajar, tahap paling awal adalah membuat wawasan purba ini kembali
terjaga dengan cara ‘bersih-bersih’. No man can reveal to you augh that which
already lies half asleep in the dawning of your knowledge ( Kahlil Gibran
1980:67 ). Atau Tak seorangpun dapat menanamkan pelajaran kepadamu kecuali
ia sendiri sudah terjaga di fajar pengetahuanmu. Jika tidak, maka pelajaran yang
dituangkan oleh Sang Guru (Sejati) tidak akan bisa diterima.
Page 81
121
The astronomer may speak to you of his understanding of space, but he can
not give you his understanding
The misician may sing to you of the rhythm which is in all space, but he can
not gives you the ear which arrests the rhythm, nor the voice echoes it
And he who versed in the science of numbers can tell of the regions of weight
and measure, but he can not conduct you either ( Kahlil Gibran 1980:67 )
Atau
Pakar perbintangan mungkin bicara padamu pengertian ruang angkasa, tapi
dia tak dapat memindahkan pengertiannya padamu.
Pemusik mungkin menyanyi untukmu tentang irama yang ada di seluruh
alam semesta, tapi dia tak dapat memberimu telinga yang menangkap irama,
pun tidak suara yang menggemakannya.
Dan dia yang berpengalaman dalam ilmu angka dapat menjelaskan tentang
bagian-bagian dari berat dan ukuran, tapi dia tiada dapat membawa engkau
pada pengertian hakikat kebenaran.
If he is indeed wise he does not bid you enter the house of his wisdom, but
rather leads you to the threshold of your own mind ( Kahlil Gibran 1980:67 )
Atau
Bila dia sungguh bijaksana dia tidak menawarimu memasuki rumah
kebijaksanaannya, tapi membimbing engkau ke ambang pintu pikiranmu
sendiri.
Seorang guru bukanlah penuang data. Dituntunnya tangan para murid
menuju ambang pintu pemikirannya sendiri lewat pengajaran Sang Maha Guru
(QS 96:1-5). Diarahkannya melewati lorong pemahaman hakikat segala sesuatu.
Jalan kepercayaannya sendiri karena ia pun ada pada kapal yang sama (QS
61:2,3). Keyakinan ini dibagikan dengan segenap perasaan sayang. Karakter
seorang penyampai sejati (QS 9:128). The teacher who walks in the shadow of
the temple among his followers, gives not of his wisdom but rather of his faith
and his lovingness ( Kahlil Gibran 1980:67 ). Atau Guru yang berjalan di
Page 82
122
keteduhan kuil di antara pengikutnya tiada memberikan nasehat bijaknya, tapi
memberikan keyakinan dan kasih sayangnya.
Jika perjalanannya berhasil maju, maka yang terjadi masing-masing murid
menjalani penempaan pembelajaran yang berbeda karena perbedaan latar
belakang, sifat, konsentrasi, orientasi, dan lain-lain. Each one of you stands alone
in God’s knowledge. ( Kahlil Gibran 1980:68 ). Atau setiap orang di antaramu
tegak sendiri di dalam pandangan Ilahi. Disebabkan karena penempaannya
berbeda-beda, masing-masing mereka menemukan mutiara hikmah yang tidak
sama. Akibatnya, for the vision of one man lends not its wings to another man (
Kahlil Gibran 1980:68 ). Atau pandangan hidup seseorang tiada meminjamkan
sayapnya kepada orang lain.
So much as each one of you be alone in his knowlege of God, and in his
understanding of the earth ( Kahlil Gibran 1980:68 ) atau semua mesti bangkit
sendiri dalam pengetahuannya tentang Tuhan dan dalam pemahamannya
mengenai bumi. Semua orang sendirian dalam penghayatannya masing-masing.
Yang berahlak luhur adalah yang ada di kondisi seimbang : sanggup berdiri
diantara Allah dan semestanya, di antara yang ideal dan real, diantara dimensi
keharusan dan kenyataan. Demikianlah Kami jadikan kamu suatu umat yang
seimbang, agar kamu menjadi saksi atas manusia dan Rasul (mewakili Allah)
menjadi saksi atas kalian (QS 2:143, terjemahan Muh Zuhri, 2002:186)
S. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Persahabatan
Page 83
123
Tentang persahabatan Gibran mengungkapkan sebagai kebutuhan insani.
Ditaburi dengan kasih, dipanen saat dibutuhkan. Tempat berlindung dan mencari
kehangatan. Sahabat adalah orang yang kita pahami dalam hati. Dalam sahabat
ada luapan suka cita yang tak terkatakan. Adakalanya persahabatan tampak lebih
indah dalam rentang jarak. Seperti persahabatan Gibran dengan Mary Haskel.
Orang yang dekat di hatinya, namun tiada pernah bertemu bahkan sampai Gibran
tutup usia.
Your friend is your needs answered.
He is your field which you sow with love and reap with thanksgiving.
And he is your board and your fireside.
For you come to him with your hunger, and 3U seek him for peace.
When your friend speaks his mind you fear not the “nay” in your own mind,
nor do you with- hold the “ay.”
And when he is silent your heart ceases not to listen to his heart;
For without words, in friendship, all thoughts, all desires, all expectations
are bom and shared, with joy that is unacclaimed.
When you part from your friend, you grieve ot;
For that which you love most in him may be clearer in his absence, as the
mountain to the climber clearer from the plain ( Kahlil Gibran, 1980:69 )
Atau
Sahabat adalah ladang hati yang kautaburi dengan kasih dan kau panen
dengan penuh terima kasih
Dia pulalah naungan dan pendianganmu
Karena kau menghampirinya saat hati lapar dan mencarinya saat jiwa butuh
kedamaian
Jika dia bicara, mengungkapkan pikirannya, kau tiada takut membisikkan
kata “tidak” di kalbumu sendiri, pun tiada kau menyembunyikan kata “ya”
Page 84
124
Dan bilamana ia diam, hatimu kan tiada henti mencoba merangkum bahasa
hatinya.
Karena tanpa ungkapan kata, dalam rangkuman persahabatan, segala pikiran,
hasrat, dan keinginan terlahirkan bersama dengan suka cita yang utuh, pun
tiada terkirakan.
Di kala berpisah dengan sahabat, janganlah berduka cita.
Karena yang kau kasihi dalam dirinya, mungkin lebih cemerlang dalam
ketiadaannya, bagai sebuah gunung bagi seorang pendaki,tampak lebih
agung, daripada tanah ngarai daratan
Ihlaslah dalam persahabatan sebagai pemerkaya kejiwaan. Untuk mengisi
waktu, dan pengisi kekurangan. Hazrat Inayat Khan ( 2002:318 ) menulis yang
senada dalam persahabatan : tak ada prinsip yang lebih baik dalam persahabatan
ketimbang mengharapkan yang terbaik bagi sahabatnya, melakukan yang terbaik
bagi sahabat dengan semua kebaikan dan cinta tanpa pamrih. Saling
mengetahuilah pasang surut seorang sahabat, selanjutnya berikan yang terindah
untuk sahabat. Akhirnya, temukan kesegaran hari dalam persahabatan.
And let there be no purpose in friendship save the deepening of the spirit.
For love that seeks aught but the disclosure of its own mystery is not love but
a net cast forth: and only the unprofitable is caught.
And let your best be for your friend.
If he must know the ebb of your tide, let him know its flood also.
For what is your friend that you should seek him with hours to kill?
Seek him always with hours to live.
For it is his to fill your need, but not your emptiness.
And in the sweetness of friendship let there be laughter, and sharing of
pleasures.
For in the dew of little things the heart finds its morning and is refreshed (
Kahlil Gibran, 1980:70 )
Page 85
125
Atau
Dan persembahkanlah yang terindah bagi sahabat
Jika dia harus tahu musim surutmu, biarlah dia mengenal pula musim
pasangmu
Gerangan apa arti sahabat itu, sehingga kau mencarinya, untuk bersama
membunuh waktu ?
Carilah ia, untuk bersama, menghidupkan waktu !
Karena dialah yang bisa mengisi kekuranganmu, bukan untuk mengisi
kekosonganmu
Dan dalam manisnya persahabatan, biarkanlah ada tawa ria, berbagi
kebahagiaan.
Karena dalam titik-titik kecil embun pagi, hati manusia menemukan fajar
hari dan gairah segar kehidupan.
T. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Bicara
Dorongan bicara dengan sendirinya muncul karena ketidaknyamanan dalam
pikiran. Demikian juga dorongan bicara muncul karena kesendirian hati, atau
pembunuh keheningan yang membuka kesejatian dirinya. Karena itu ada yang
mencari si talkative karena takut kesepian.
You talk when you cease to be at peace with your thoughts;
And when you can no longer dwell in the solitude of your heart you live in
your lips, and sound is a diversion and a pastime
There are those among you who seek the talkative through fear of being
alone.
The silence of aloneness reveals to their eyes their naked selves and they
would escape ( Kahlil Gibran, 1980:71 )
Atau
Kau berbicara manakala tak kautemukan kedamaian dalam pikiranmu
Page 86
126
Dan kalau kau tak bisa tinggal lebih lama di dalam kesendirian hatimu, maka
kau hidup dengan bibirmu, dan suara merupakan hiburan dan pelengah
waktu
Beberapa di antaramu mencari yang suka bicara karena takut kesepian
Heningnya kesendirian membuka matanya atas dirinya yang telanjang dan
mereka akan melarikan diri
Dalam pikiran, kata-kata dapat berkembang namun dapat terbunuh dalam
pembicaraan
And in much of your talking, thinking is half murdered.
For thought is a bird of space, that in a cage of words may indeed unfold its
wings but cannot fly ( Kahlil Gibran, 1980:71 )
Atau
Dalam banyak percakapan pikiran terbunuh sebagian
Sebab pikiran adalah burung angkasa yang di dalam sangkar kata-kata
sebenarnya mungkin membentangkan sayapnya namun tiada dapat terbang
Ada orang yang lisannya digerakkan oleh Allah sendiri tanpa direncanakan,
dan ia menelurkan kebenaran yang sebelumnya tidak terpahami (para ahli mistik
tingkat tinggi). Penulis pernah bertemu dengan seorang mursyid yang
mengatakan bahwa ia selalu belajar dari yang disampaikan sendiri, karena pada
saat mengajar ia menyerahkan dirinya pada Allah dengan
bismillȃhirrahmȃnirrahỉm, sehingga lisannya digerakkan sendiri oleh Allah.
And there are those who talk, and withoutknowledge or forethought reveal a
truth which they themselves do not understand ( Kahlil Gibran, 1980:71 )
Atau
Dan ada pula yang bicara, dan tanpa pengetahuan dan pemikiran sebelumnya
menyingkapkan sebuah kebenaran yang mereka sendiri tiada memahaminya
Sebagaimana puisi Hazrat Inayat Khan ( 2002:270 ) yang senada :
Page 87
127
Biarkan keinginan-Mu menjadi hasratku
Biarkanlah kehendakmu menjadi lakuku
Biarkanlah untaian kata-Mu menjadi ucapanku
Biarkanlah cinta-Mu menjadi keyakinanku
Biarkanlah tanaman merebakkan bebungaan-Mu
Biarkanlah buahku melahirkan benih-Mu
Biarkanlah hatiku denting kecapi-Mu
Dan tubuhku buluh seruling-Mu
Adapula orang-orang yang mengekspresikan kebenaran bukan dengan
bahasa: musisi, pelukis, pujangga, dan sebagainya. Ini adalah unsur ketuhanan
yang ada dalam seni, sebagaimana ditulis oleh Inayat Khan Hazrat ( 2002:399 ).
Tuhan adalah keindahan. Saat keindahan Tuhan hadir dalam jiwa manusia (yang
hening dan damai), saat itulah gagasan kebenaran terekspresikan dalam saluran-
saluran seninya.
And there are those who have the truth within them, but they tell it not in
words.
In the bosom of such as these the spirit dwells in rhythmic silence ( Kahlil
Gibran, 1980:71,72 )
Atau
Dan adapula yang memiliki kebenaran dalam dirinya, tapi mereka
menuturkannya bukan dengan kata-kata
Di dalam dada seperti ini sang jiwa menghuni keheningan nan penuh irama.
Saat berbicara, biarkan hatimu yang mengarahkan lisanmu. Ia akan menembus
hati orang lain. Sebagaimana yang diungkapkan Ibnu Atha’ilah al-Iskandari (
2012:247 ),
Page 88
128
Ucapan dari hati yang bersih akan menorehkan kesan yang mendalam.
Setiap ungkapan yang terucap akan dibungkus oleh pakaian hati. Jika hati
bersinar oleh cahaya, setiap ucapan yang keluar akan dibungkus oleh cahaya
itu sehingga semua pendengaran tidak akan menolaknya dan seluruh hati
tidak akan mengingkarinya. Pakaian yang membungkus ungkapan itulah
cahaya yang keluar dari hati.
When you meet your friend on the roadside or in the market-place, let the
spirit in you move your lips and direct your tongue.
Let the voice within your voice speak to the ear of his ear;
For his soul will keep the truth of your heart as the taste of the wine is
remembered.
When the colour is forgotten and the vessel is no more ( Kahlil Gibran,
1980:72 )
Atau
Pabila kau bersua sahabatmu di pinggir jalan atau di pasar, biarkanlah
hatimu menggerakkan bibirmu dan mengarahkan lidahmu
Biarkan batin suaramu berbicara kepada batin telinganya.
Sebab jiwanya akan menerima pesan hati, sebagaimana nikmat anggur yang
selalu terbayang, ketika aroma dan rasanya telah hilang dan gucinya tiada
lagi
U. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Waktu
Gibran menulis waktu dalam pengertian hakikat dan dalam pengertian umum
sebagaimana yang dipercaya orang-orang nonmistik. Waktu dalam pengertian
hakikat adalah waktu yang tidak terukur dan tanpa ukuran. Sebagaimana firman
Allah di QS 50:4, Malaikat-malaikat dan Jibril naik (menghadap) kepada Tuhan
dalam sehari yang kadarnya limapuluh ribu tahun. Ayat ini menunjukkan waktu
(secara hakikatnya / di hitungan Allah) ukurannya menjadi berbeda. Sebagian
ulama menerjemahkan sehari dibanding lima ribu tahun sebagai ukuran satu hari
bagi manusia, di hitungan Allah adalah misteri. You would measure time the
Page 89
129
measureless and the immeasurable ( Kahlil Gibran, 1980:73 ) atau kau ingin
mengukur waktu yang tanpa ukuran dan tak terukur. Dari sudut pandang sains,
Agus Mustafa (2004:60) menulis waktu bukanlah satuan besaran mutlak. Ia
nisbi, berubah oleh pengaruh besaran yang lain (ruang, materi, energi,
kecepatan). Selanjutnya, hakikat waktu pada orang-orang yang mengimani
kehidupan abadi (setelah alam sekarang) memiliki sifat tak terbatas, waktu tak
terbagi dan tak kenal ruang.
Pada kutipan di bawah ini Gibran bercerita tentang perasaan para kaum
pencinta Tuhan, kesimpulan yang dibuatnya atau dirasakannya semakin
mendekati atau sudah sama dengan kebenaran hakiki yang ada (Hazrat Inayat
Khan, 2002:24,25). Sehingga bagi mereka, waktu yang mereka yakini (dengan
sendirinya) adalah abadi, seabadi dan seluas perasaan cinta mereka untuk yang
lain.
And that that which sings and contemplates in you is still dwelling within the
bounds of that first moment which scattered the stars into space.
Who among you does not feel that his power to love is boundless?
And yet who does not feel that very love, though boundless, encompassed
within the centre
f his being, and moving not
paceless? ( Kahlil Gibran, 1980:73,74 )
Atau
Namun keabadian di dalam dirimu adalah kesadaran akan kehidupan nan
abadi
Dan mengetahui bahwa kemarin hanyalah kenangan hari ini dan esok hari
adalah harapan
Dan bahwa yang bernyanyi dan merenungkan di dalam jiwa, senantiasa
menghuni ruang semesta yang menaburkan bintang gemintang di angkasa
Siapa di antara kalian yang tidak merasa bahwa daya mencintainya tiada
batasnya ?
Dan siapa pula yang tiadak merasa bahwa cinta sejati, walau tiada batas,
Page 90
130
tercakup di dalam inti dirinya, dan tiada bergerak dari pikian cinta ke pikiran
cinta, pun bukan dari tindakan kasih ke tindakan kasih yang lain ?
Dan bukanlah sang waktu sebagaiman cinta tiada terbagi dan tiada kenal
ruang ?
Selanjutnya Gibran menulis waktu dalam pengertian yang selama ini
dipahami awam:
You would adjust your conduct and even direct the course of your spirit
according to hours and seasons.
Of time you would make a stream upon whose bank you would sit and watch
its flowing.
But it in your thought you must measure time into seasons, let each season
encircle all the other seasons,
And let to-day embrace the past with remembrance and the future with
longing ( Kahlil Gibran, 1980:73,74 )
Atau
Engkau akan menyesuaikan tingkah lakumu dan bahkan mengarahkan
perjalanan jiwamu menurut jam dan musim
Suatu ketika kau ingin membuat sebatang sungai, di atas bantarannya kau
akan duduk dan menyaksikan alirannya
Tapi jika di dalam pikiranmu kau harus mengukur waktu ke dalam musim,
biarkanlah tiap musim merangkum semua musim yang lain,
Dan biarkanlah hari ini memeluk masa silam dengan kenangan dan masa
depan dengan kerinduan
V. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Kebaikan dan Kejahatan
Tentang kebaikan dan kejahatan, Gibran hanya menulis tentang kebaikan, karena
kejahatan adalah kebaikan yang ‘lapar.’ Para salik yang sedang dalam area
pendadaran menuju pribadi insan kamil faham dengan sebuah sifat dasar Allah,
yaitu cinta Allah yang berujud keburukan, musibah atau derita (yang kadang
sampai pada taraf mencelakakan) saat cinta-Nya lapar, tidak terpenuhi akibat
sang salik tergelincir mengerjakan keburukan. Sebagaimana QS 50:37
menjelaskan, keburukan itu adalah pertanda dari Allah. Sesungguhnya pada yang
Page 91
131
demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai
akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.
Itulah sifat kebaikan yang hakiki karena ada pada Illahi sendiri (kebaikan Allah
yang turun dalam wujud keburukan)
For what is evil but good tortured by its own hunger and thirst ?
Verily when good is hungry it seeks food even in dark caves, and when it
thirsts it drinks even of dead waters ( Kahlil Gibran, 1980:93)
Atau
Apakah keburukan itu selain kebaikan yang didera rasa lapar dan dahaganya
sendiri ?
Sungguh, ketika kebaikan menanggungkan kelaparan, dia mencari makanan
bahkan di dalam gua-gua gelap, dan ketika dia kehausan bahkan dia
menenggak air beracun
Tentang kebaikan yang ada pada manusia, seseorang mengerjakan kebaikan
saat ia bergerak seirama ruh Tuhan yang ada pada dirinya. Namun saat ia
bergerak sendirian, gerakan itu bukanlah kejahatan, melainkan ‘sedang tidak
ideal’.
You are good when you are one with yourself.
Yet when you are not one with yourself you are not evil.
For a divided house is not a den of thieves ; it is only a divided house.
And a ship without rudder may wander aimlessly among perilous isles yet
sink not to the bottom ( Kahlil Gibran, 1980:93)
Atau
Engkau adalah kebaikan saat kau bersatu dengan dirimu
Tapi saat kau tidak menyatu dengan dirimu, engkau bukanlah kejahatan
Sebab, rumah yang terpecah-pecah bukanlah sarang pencuri, melainkan
hanya rumah yang terpecah-pecah
Dan sebuah kapal tanpa kemudi mungkin mengembara tanpa tujuan di antara
pulau-pulau penuh bahaya tapi tak tenggelam ke dasar lautan
Sebagaimana kepastian Allah dalam QS 32:35, Allah mentakdirkan
ketidakseragaman seseorang dengan yang lain dalam pengerjaan kebaikan
mereka, oleh karena itu seyogyanya si tangkas tidak mengajari si tertakdir
Page 92
132
lamban untuk bergerak cepat apalagi menghardik karena hal ini sudah jadi
ketetapan Allah :...dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah....
You are good when you walk to your goal firmly and with bold steps.
Yet you are not evil when you go thither limping
Pity that the stags cannot teach swiftness to the turtles
But let not him who longs much say to him who longs little, “Wherefore are
you slow and halting?” ( Kahlil Gibran, 1980:76,77 )
Atau
Engkau baik saat kau berjalan menuju tujuanmu dengan tegas dan dengan
langkah-langkah yang berani
Tapi engkau bukannya jahat kalau kau pergi ke sana berjalan pincang
Sayang rusa jantan tak bisa mengajarkan ketangkasan kepada kura-kura
Tetapi jangan biarkan dia yang lebih kuat berkata kepada dia yang lemah,
“mengapa kau begitu lamban dan tertegun-tegun?”
Sebagaimana manusia menanggung ruh Tuhan yang senantiasa rindu akan
asalnya (di area tasawuf muara kembali sering diibaratkan dengan samudra),
dorongan kembali itu di sepanjang jalannya terdapat tebaran ilmu dan proses
menjadi khalifah-Nya di mana seseorang akan ‘dibesarkan’. Kebaikan pada
dirinya ini memantik api kerinduan di dadanya. Dalam perjalanan ini ada yang
berhasil lebur dalam samudra tujuan, namun ada pula yang terseok mandek
sebelum sampai. Demikian pula al-Quran menggambarkan orang-orang spesial
yang sebagian berjaya dan sebagian jatuh dalam jihadnya ( QS 9:111 ).
In your longing for your giant self lies your goodness: and that longing is in
all of you.
But in some of you that longing is a torrent rushing with might to the sea,
carrying the secrets of the hillsides and the songs of the forest.
And in others it is a flat stream that loses itself in angles and bends and
lingers before it reaches the shore ( Kahlil Gibran, 1980:77 )
Page 93
133
Atau
Dalam kerinduanmu untuk kebesaran dirimu terletak kebaikanmu, kerinduan
itu ada pada kalian semua
Di antara kalian, ada yang kerinduannya adalah aliran deras yang berlari
dengan perkasa menuju samudra, sambil membawa rahasia lereng bukit dan
nyanyian hutan belantara
Dan pada yang lain kerinduan itu adalah arus datar yang kehilangan dirinya
di sudut-sudut dan tikungan dan masih tertinggal sebelum dia mencapai
pantai
W. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Do’a
Sebagaimana kutipan Ali syari’ati (1995:17,36 ) :
do’a adalah manifestasi ruh. Do’a adalah cerminan cinta dan pantulan hasrat
spiritual seorang anak manusia. Do’a adalah proses transendensi. Karenanya,
muatan kebutuhan, keguncangan, dan kerinduan do’a mengarah pada Ruh
yang terputus, terpisah, dan rindu.
Oleh karena itu :
You pray in your distress and in your need; would that you might pray also
in the fullness of your joy and in your days of abundance (Kahlil Gibran,
1980:78)
Atau
Kau hanya berdo’a di saat sulit dan perlu, alangkah baiknya kaupun berdo’a
di dalam suka citamu dan di hari-harimu yang berkelimpahan
Hubungan do’a dan perjalanan spiritual ditulis oleh Alexis Carel dalam Ali
syari’ati (1995:37) : doa adalah tinggal landasnya jiwa manusia dalam citra alam
agung melalui perjalanan spiritual.
For what is prayer but the expansion of yourself into the living ether?
(Kahlil Gibran, 1980:78)
Atau
Sebab apakah do’a itu selain pengembang dirimu di dalam ether hayat ?
Ada saatnya berdo’a positif, namun para orang sucipun berdo’a negatif pula
(yang berimbas terhadap orang lain bahkan semesta raya):
And if it is for your comfort to pour your darkness into space, it is also for
Page 94
134
your delight to pour forth the dawning of your heart (Kahlil Gibran,
1980:78)
Atau
Dan bila dia demi kenyamananmu menuangkan kegelapan ke dalam
angkasa, maka diapun demi kesenanganmu menuangkan ke luar fajar
merekah dari hatimu
Allah Maha Mengabulkan Do’a. Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari (2012:42)
menerangkan, apa yang kau minta tak akan terhalang selama kau meminta
kepada Tuhanmu. Namun, apa yang kau minta tak akan datang selama kau
mengandalkan dirimu sendiri. Maksudnya, Allah pasti mengabulkan do’a si
pendo’a selama ia tetap mengandalkan bantuan Allah alih-alih usahanya sendiri.
Namun sebelumnya, teramat sering Ia memproses dengan ujian atau cobaan yang
mengguncang sebelum akhirnya keinginan si pendoa datang mewujud :
And if you cannot but weep when your soul summons you to prayer, she
should spur you again and yet again, though weeping, until you shall come
laughing (Kahlil Gibran, 1980:78)
Atau
Dan pabila kau tak bisa lain kecuali menangis ketika jiwa memanggilmu
berdo’a, dia akan kembali memacumu dan sekali lagi, walau sambil
menangis, sampai pada gilirannya kau akan tertawa
Sebagaimana firman Allah di QS 16:1, Ibnu ‘Athaillah al-Sakandari
(2012:32) menjabarkan lebih terang : jika kau termasuk ahli iradah (yang
dikehendaki Allah), jangan meminta agar Ia mengeluarkanmu dari kondisimu
yang sempit. Yang patut dilakukan adalah menjaga etika dan kesopanan
dihadapan-Nya serta mendahulukan kepentingan-Nya atas kepentingan diri
sendiri. Sama halnya alam raya ditakdirkan Allah hanya untuk mengerjakan
sunnah-Nya, demikian pula ahli iradah yang karena cinta mutlaknya pada Allah
Page 95
135
hanya menginginkan kehendak-Nya yang maujud di atas kebutuhannya. Dan
Allah sendiri yang menenun do’a cinta di bibirnya :
I cannot teach you how to pray in words.
God listens not to your words save when He Himself utters them through
your lips.
And if you but listen in the stillness of the night you shall hear them saying in
silence:
Our God, who art our winged self, it is thy will in us that willeth.
“It is thy desire in us that desireth.
“It is thy urge in us that would turn our nights, which are thine, into days,
which are thine also.
“We cannot ask thee for aught, for thou knowest our needs before they are
born in us:
“Thou art our need; and in giving us more of thyself thou givest us all.” (
Kahlil Gibran, 1980:78,79 )
Atau
Aku tak kuasa mengajarimi bagaimana berdo’a dengan kata-kata
Tuhan tak mendengarkan kata-katamu kecuali dia sendiri memanjatkannya
lewat bibirmu
Dan bila saja kau mendengar keheningan malam, kau akan mendengar alam
raya bertutur kata dalam kebisuan :
Tuhan kami yang agung, kehendak-Mulah yang menjadi keinginan dalam
diri kami
Hasrat-Mulah yang menjadi hasrat dalam diri kami
Dorongan-Mulah dalam diri kami yang akan mengubah malam kami, yang
adalah kepunyaan-Mu, menjadi hari yang adalah kepunyaan-Mu jua
Kami tak kuasa meminta apapun dari-Mu
Karena Engkau maha tahu kebutuhan kami sebelum mereka lahir dalam diri
kami
Engkaulah kebutuhan kami yang sejati
Sehingga inti do’a tertinggi sebagaimana termaktub dalam QS 39:38 :
Cukuplah Allah bagiku.
X. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Kesenangan
Seperti pada banyak prosa lirik yang lain, kesenangan disajikan oleh Gibran
dalam dua pengertian. Pengertian pertama pengartian awam, yang kedua
Page 96
136
kesenangan sebagai makna hakikinya. Kesenangan pengertian awam tidak
diungkap jelas, yang perlu dicermati di prosa lirik ini adalah pengertian
kesenangan dalam makna hakikinya :
Pleasure is a freedom-song,
But it is not freedom.
It is the blossoming of your desires,
But it is not their fruit.
It is a depth calling unto a height,
But it is not the deep nor the high.
It is the caged taking wing,
But it is not spalah lace encompassed.
Ay, in very truth, pleasure is a freedom-song. And I fain would have you sing
it with fullness of heart (Kahlil Gibran, 1980:83)
Atau
Kesenangan adalah lagu kebebasan
Tapi dia bukan kebebasan
Dialah bunga-bunga hasratmu
Tapi dia bukan buahnya
Dialah kedalaman yang menyeru ketinggian
Tapi dia bukan kedalaman, pun bukan ketinggian
Dialah si terkurung yang membawa asap
Tapi dia bukan angkasa luas
Ya, sungguh kesenangan adalah lagu kebebasan
Dan aku suka engkau menyanyikannya dengan sepenuh hati : tapi aku tak
ingin hanyut hilang hatimu dalam bernyanyi
Kesenangan yang hakiki adalah semacam kedalaman yang menyeru
ketinggian, tapi bukan kedalamannya dan bukan ketinggiannya. Lebih jelas
makna kesenangan ini jika dilihat dalam hubungannya dengan ‘kebebasan’.
Kesenangan adalah lagu kebebasan. Sehingga untuk memahaminya perlu
dihubungkan dengan makna kebebasan yang hakiki, yaitu saat kedirian seseorang
telah lebur, kehendaknya telah menyatu dengan kehendak Tuhan sehingga
seseorang telah bebas dari keinginannya sendiri. Saat kehendah Tuhan maujud
dalam raganya, inilah tahap seseorang memiliki kebebasan yang hakiki. Di
Page 97
137
sanalah terdapat kesenangan. Dengan kata lain, saat gerakan Tuhan
termanifestasikan lewat gerakan orang-orang pilihannya, orang-orang spesial ini
merasakan kesenangan yang paling murni, kesenangan yang hakiki. Maqam ini
bagi pelaku mistik adalah maqam yang sama dengan gerakan alam yang hanya
mengikuti kodratnya. Hazrat Inayat Khan (2002:167) mengibaratkan ikan yang
hanya bisa senang saat ada di air, karena demikianlah kodratnya. Dimisalkan
oleh Gibran dengan gerakan lebah dan bunga : memberi dan menerima adalah
mengerjakan tugas mereka dalam perannya masing-masing, yang bergerak dalam
kesenangan kodratnya, karena kodrat Allah dalam hukum sunnatullah berpusat
pada cinta.
Go to your fields and your gardens, and you shall learn that it is the
pleasure of the bee to gather honey of the flower,
But it is also the pleasure of the flower to yield its honey to the bee.
For to the bee a flower is a fountain of life,
And to the flower a bee is a messenger of love, And to both, bee and flower,
the giving and the receiving of pleasure is a need and an ecstasy.
People of Orphalese, be in your pleasures like the flowers and the bees.
Atau
Pergilah ke ladang dan kebunmu, dan kau akan mengerti bahwa merupakan
kesenangan bagi lebah untuk menghisap madu dari bunga
Namun, juga merupakan kesenangan bagi bunga untuk menyerahkan madu
untuk lebah
Bagi sang lebah, sekuntum bunga adalah sumber kehidupan
Dan bagi bunga, seekor lebah adalah utusan sang cinta
Dan bagi keduanya, lebah dan bunga memberi dan menerima kesenangan
adalah kebutuhan dan kegembiraan yang luar biasa.
Rakyat Orphalese, jadikan kesenanganmu bagaikan bunga dan lebah
Y. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Keindahan
Keindahan yang pada prosa lirik ini terbagi menjadi dua. Keindahan yang ada
dalam pandangan orang kebanyakan dan makna keindahan yang sesungguhnya.
Page 98
138
Yang selama ini dianggap keindahan bagi orang kebanyakan oleh Gibran
bukanlah keindahan, melainkan kebutuhan-kebutuhan yang tak terpuaskan :
The aggrieved and the injured say, “Beauty is kind and gentle.
“Like a young mother half-shy of her own glory she walks among us.”
And the passionate say, “Nay, beauty is a thing of might and dread.
“Like the tempest she shakes the earth beneath us and the sky above us.”
The tired and the weary say, “Beauty is of soft whisperings. She speaks in
our spirit.
“Her voice yields to our silences like a faint light that quivers in fear of the
shadow.
But the restless say, “We have heard her shouting among the mountains,
“And with her cries came the sound of hoofs, and the beating of wings and
the roaring of lions.”
At night the watchmen of the city say, “Beauty shall rise with the dawn from
the east.”
And at noontide the toilers and the wayfarers say, “We have seen her
leaning over the earth from the windows of the sunset.”
In winter say the snow-bound, “She shall come with the spring leaping upon
the hills.”
And in the summer heat the reapers say, “We have seen her dancing with the
autumn leaves, and we saw a drift of snow in her hair.”
All these things have you said of beauty,
Yet in truth you spoke not of her but of needs unsatisfied, ( Kahlil Gibran,
1980:87,88 )
Atau
Mereka yang dirugikan dan dilukai berkata, “keindahan itu ramah dan
lembut.
Ibarat ibu muda yang setengah tersipu-sipu akan keagungan dirinya dirinya
dia berjalan di antara kita.”
Dan mereka yang penuh gairah berkata, “tidak, keindahan adalah sesuatu
yang perkasa dan menakutkan. Laksana prahara dia mengguncang bumi di
bawah kita dan di atas langit kita.”
Mereka yang letih dan lelah berkata,”keindahan adalah bisikan lembut. Dia
bercakap-cakap di dalam jiwa kita. Suaranya mengalah pada keheningan kita
bagai cahaya redup yang bergetar dalam ketakutan akan bayangan.”
Tapi mereka yang gelisah berkata, kali telah mendengar seruannya di antara
gunung gemunung. Dan bersama pekikannya terdengar derap telapak kuda,
dan kibasan sayap serta raung singa.”
Pada malam hari penjaga kota berkata,”keindahan akan terbit bersama fajar
dari timur.”
Dan pada terik siang para pekerja dan pengembara berkata, “kami lihat dia
bersandar di atas bumi dari jendela matahari terbenam.”
Di musim dingin berkatalah mereka yang didera salju,”dia akan datang
Page 99
139
bersama musim semi sambil berjingkrak di atas bukit.”
Dan di musim panas pemetik buah yang kepanasan berkata,”telah kami
saksikan dia menari bersama dedaunan musim gugur, dan kami melihat
sepercik salju di rambutnya.”
Semua ini telah kau tuturkan mengenai keindahan
Tapi sebenarnya kau tiada berbicara tentang keindahan, kecuali kebutuhan-
kebutuhan yang tak terpuaskan
Pada pengertian yang lain, keindahan bermula dari sinar yang memancar dari
tempat suci di dalam ruh :
Hanya jiwa kita yang bisa memahami keindahan, atau hidup dan tumbuh
bersamanya. Ia menyesatkan pikiran kita. Kita tidak mampu melukiskannya
dalam kata-kata. Ia adalah sensasi yang tidak dapat dilihat oleh mata kita,
yang diturunkan dari sang pengamat dan yang diamati. Keindahan sejati
adalah sinar yang memancar dari tempat yang sangat suci di dalam ruh, dan
menyinari tubuh, bagaikan kehidupan muncul dari kedalaman dan memberi
warna dan aroma bagi surga ( Kahlil Gibran, 2011:163 )
Keindahan berasal dari dalam ruh, dan ruh adalah ‘pecahan’ Tuhan yang ada
pada manusia. Keindahan akan muncul saat hati tersingkap cadarnya sehingga
ruh Tuhan yang ada dalam hati orang-orang pilihan Tuhan mampu melihat segala
yang ada sebagai bentangan cinta Tuhan. Hubungan antara keindahan, Tuhan,
dan cinta diterangkan oleh Hazrat Inayat Khan ( 2001: 9-30 ). Bahwa Tuhan
adalah cinta, dan penampakan cinta adalah keindahan. Karena tajalli
(penampakan manifestasi) Tuhan ada di mana-mana, maka cinta yang
memunculkan keindahan tampak pada semua yang ada : dalam perjalanan
menuju Tuhan atau dalam kata-kata sang pecinta yang digerakkan Tuhan.
Sebagaimana yang pasti terjadi pada orang-orang mistik : semakin banyak cadar
di hati yang tersingkap, semakin jiwa-jiwa berbahagia ini terpesona oleh
keindahan penampakan Tuhan sepanjang perjalanan kembali menuju-Nya.
Page 100
140
Sebagaimana Ali Syari’ati (1995:1) mengungkapkan, keterpesonaan (akan
keindahan) adalah ledakan makrifat. Senada dengan ungkapan Rumi yang sangat
mengagumi keindahan Tuhan : Tak ada yang lebih indah dari-Mu. Maka
kubawakan cermin untuk-Mu ( 2000:271).
Where shall you seek beauty, and how shall you find her unless she herself
be your way and your guide?
And how shall you speak of her except she be the weaver of your speech?
And beauty is not a need but an ecstasy.
It is not a mouth thirsting nor an empty hand stretched forth,
But rather a heart inflamed and a soul enchanted.
It is not the image you would see nor the song you would hear,
But rather an image you see though you close your eyes and a song you hear
although you shut your ears.
It is not the sap within the furrowed bark, nor a wing attached to a claw,
But rather a garden for ever in bloom and a flock of angels for ever in flight
People of Orphalese, beauty is life when life unveils her holy face.
But you are life and you are the veil.
Beauty is eternity gazing at itself in a mirror.
But you are eternity and you are the mirror ( Kahlil Gibran, 1980:87-89 )
Atau
Kemanakah kau akan mencari keindahan, dan bagaimana akan kau temukan
dia kecuali kalau dia sendiri berada di perjalananmu dan menjadi
pembimbingmu.
Dan bagaimana kau akan berbicara tentang dirmu kecuali dia menjadi
penenun kata-katamu
Keindahan bukanlah kebutuhan melainkan suatu kegembiraan yang luar
biasa
Dia bukan mulut yang kehausan juga bukan tangan hampa yang keluar
Tapi lebih sebuah hati terbakar menyala dan sebuah jiwa yang perpesona
Dia bukan bayangan yang ingin kau pandang pun bukan nyanyian yang ingin
kau dengar
Tapi lebih sebuah bayangan yang kausaksikan walau kau pejamkan matamu
dan sebuah lagu yang kau dengar walau kau tutup telingamu
Dia bukan getah dari guratan kulit kayu, bukan pula luka yang tercakar kuku
Tapi lebih sebuah taman yang selalu berbunga, dengan bidadari yang terbang
senantiasa
Rakyat Orphalesse, keindahan adalah kehidupan itu sendiri, ketika
Page 101
141
kehidupan menyingkapkan cadar kudusnya
Tapi kaulah kehidupan dan cadar itu
Keindahana adalah kebadian yang memandang dirinya di dalam cermin
Tapi kaulah keabadian dan cermin itu
Z. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Agama
Agama meliputi semua : segenap ujar-ujar pada keseluruhan Naskah The
Prophet. Agama pada setiap orang meliputi seluruh perbuatan, renungan, bahkan
segenap ketakjuban dan lintasan perasaan sedih dan senang dan lain-lain.
Have I spoken this day of augh else ?
Is not religion all deeds and all reflection
And that which is neither deed nor reflection, but a wonder and a surprise
ever springing in the soul, even while the hands hew the stone or tend the
bloom?
Who can separate his faith from his action, nor his heliefe from his
occupation?
Your daiyt life is your temple and your religion
Whenever you enter into it take with you your all
And take with you all men ( Kahlil Gibran 1980:90,91 )
Atau
Apakah yang aku katakan seharian ini bukan agama ?
Apakah semua perbuatan dan renungan (refleksi) bukan agama ?
Dan bahkan yang bukan perbuatan dan bukan renungan, melainkan
ketakjuban dan keheranan yang selalu menerkam dalam jiwa, bahkan ketika
tangan sedang memecah batu atau perkakas tenun ?
Siapakah yang dapat memisahkan keyakinannya dari tindakannya, atau
kepercayaannya dari pekerjaannya ?
Kehidupanmu sehari-harimu adalah kuil dan rumahmu.
Kapanpun kau masuk di dalamnya, bawalah bersamamu semua barangmu.
Page 102
142
Dan bawalah bersamamu semua orang.
Jadikan agama sebagai kuil dan rumahmu. Niatkan kerja dan istirahmu di
rumah bahkan renungan dan gerak hatimu sebagai ibadah. Terlebih lagi jadikan
hubunganmu dengan sesama sebagai ibadah, karena semua untuk ibadah, hidup
untuk ibadah (QS 51:56). Dengan mempersembahkan hidup sebagai ibadah
seseorang mampu ‘terbang’ bersayap berdekatan mestra dengan tuhannya pada
rumah jiwanya (tempat favorit Tuhan adalah di hati hamba-Nya yang beriman-
hadis) . Sebaliknya, and he to whom worshipping is a window, to open but also
to shut, has not yet visited the house of his soul whose windows are from dawn to
dawn ( Kahlil Gibran 1980:91 ) atau dan dia yang menganggap ibadah kepada
yang jendela-Nya terbuka tapi juga tertutup, belum menyambangi rumah jiwanya
yang terbuka dari fajar ke fajar. Karena yang belum mengibadahkan hidupnya
sama dengan belum membuka / melibatkan hatinya pada seluruh kegiatannya
dari jam ke jam.
Orang yang mengenakan agama sebagai lapis pakaian atributnya, sebaiknya
melepas hiasan itu. He who wears morality but as his best garment were batter
naked ( Kahlil Gibran 1980:90 ) atau dia yang mengenakan moralitasnya namun
sebagai busana terbaiknya lebih baik telanjang. Orang munafik termasuk yang
terburuk, kerak neraka (QS 4:145).
Yang membatasi ekspresi agamanya dengan etika selaksa mengganti
kemanusiaannya dengan mesin robot tak berhati : And he who defines conduct by
ethics imprisons his song –bird in cage ( Kahlil Gibran 1980:90). Atau dia yang
Page 103
143
membatasi tingkah lakunya dengan etika, memenjarakan burung kicau di dalam
sangkar.
Jika ingin mengenal Tuhan, jangan hanya berpikir tentang Tuhan. Kenali
Tuhan dengan cara mengenali perilaku-Nya, dan Ia ada di mana-mana :
And if you would know God, be not therefore a solver of riddles.
Rather look about you and you shall see Him playing with your children
And look into space; you shall see Him walking in the cloud, outstreching
His arms in the lighting and descending in rain
You shall see Him smiling in flowers, then rising and waving His hands in
trees ( Kahlil Gibran 1980:91,92 )
Atau
Dan jika kau ingin mengenal Tuhan janganlah menjadi penebak teka-teki.
Sebaiknya pandanglah sekitarmu dan kau akan melihat-Nya sedang bermain
dengan anak- anakmu. Dan layangkan pandangan ke angkasa luas; kau akan
melihat-Nya sedang berjalan di atas awan, mengulur tangan-Nya dalam kilat
membahana dan turunlah hujan membasuh wajah dunia. Kau akan melihat-
Nya sedang tersenyum dengan bunga-bunga lantas membubung tinggi dan
melambai-lambaikan tangan-Nya di pepohonan.
AA. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Kematian
You would know the secret of death
But how shall you find it unless you seek it in the heart of life ?
The owl whose night – bound eyes are blind unto the day can not unveil
mystery of light
If you would indeed behold the spirit of death, open your heart wide unto the
body of life
For life and death are one, even as the river and the sea are one ( Kahlil
Gibran 1980:93 )
Atau
Page 104
144
Kau ingin memahami rahasia kematian.
Tapi bagaimana mungkin kau menemukannya kecuali kalau kau mencarinya
di dalam jantung kehidupan ?
Burung hantu yang bermata kelam, yang buta terhadap siangnya hari, tak
bisa menyingkap misteri cahaya
Pabila kau sungguh-sungguh ingin melihat hakikat kematian, bukalah hatimu
lebar-lebar ke arah raga kehidupan.
Sebab kehidupan dan kematian adalah tunggal, sebagaimana sungai dan laut
adalah tunggal.
Menemukan kematian di jantung kehidupan, kematian yang dimaksud di sini
adalah matinya keinginan / ego yang terwujud saat seseorang (dalam perjalanan
imannya) senantiasa menghayati segala yang ada (mencarinya di dalam jantung
kehidupan) sehingga orang itu pada suatu terminal berhasil lepas dari hasrat
manusiawinya. Keberhasilan perjalanan spiritual seseorang mencapai maqam
makrifat yang sering digambarkan sebagai sungai yang mencapai laut, lebur
dalam cinta Tuhan, karena Tuhan ridho padanya. Muh Zuhri (2002:52,53)
menerangkan tentang kematian ini:
Kaum sufi memaknai ‘kematian’ ini sebagai penobatan seseorang untuk
menjadi raja yang sebenarnya. Dengan demikian, kematian, menurut
tasawuf, bermakna sebagai saat, ketika seseorang mulai melaksanakan peran
ketuhanannya di muka bumi.
Kematian jasmaniah tidak dianggap sebagai kematian karena tidak
menawarkan perubahan yang bermakna bagi kehidupan. Seorang penjahat
tidak akan berubah menjadi baik karena kematian jasmaniahnya. Siapa yang
buta di dunia ini akan buta di akhirat, bahkan lebih sesat jalannya (QS 17:72)
Tawaran arti kematian yang lebih bermakna bagi kehidupan manusia oleh
mahzab sufi akan menjadi semakin jelas dengan adanya statement berikut :
bila kita hidup Allah mati. Sebaliknya bila kita mati Allah hidup.
Page 105
145
Insan manusia merupakan rahasia Allah (penyimpan misteri). Kematian
hanya milestone of human life yang segera akan disusul perjalanan hidup
selanjutnya. Penjelasan Muh Zuhri di atas bahwa kematian dalam kehidupan
merupakan momen seseorang mulai melaksanakan peran ketuhanannya
dilukiskan dalam kalimat berikut : And when you have reached the mountain top,
then you shall begin to climb ( Kahlil Gibran 1980:94 ). Atau dan saat kau telah
mencapai puncak gunung barulah engkau akan mulai mendaki
Melaksanakan peran ketuhanan (mau tidak mau menjadi seorang diri -seperti
diterangkan dalam Prosa Lirik Datangnya Kapal- karena itu menjadi hening)
sekaligus merupakan saat ia menyanyikan lagu-lagu Tuhan melalui lisannya.
Only when you drink from the river of silence shall you indeed sing ( Kahlil
Gibran 1980:94 ) atau hanya saat kau minum dari sungai keheningan kau akan
sungguh-sungguh bernyanyi. Demikian juga ‘kematian’ merupakan momen
seseorang mampu mengenali dirinya sendiri (yang oleh Gibran disebut sebagai
berdiri telanjang) dan dengan demikian ia mengenali Tuhannya, karena ‘sudut
pandang manusianya’ telah luruh akibat mendapat taburan cahaya ilmu hakiki
dari Tuhan atau dalam ranah mistik sering dilambangkan dengan surya (tentang
pengalihan ‘cara pandang manusia’ menuju ‘cara pandang Tuhan’ telah
diterangkan pada Prosa Lirik Cinta). For what is it to day but to stand naked in
the wind and to melt into the sun ( Kahlil Gibran 1980:94 ). Atau sebab apakah
sesungguhnya kematian selain berdiri telanjang dalam tiupan angin dan luluh ke
dalam cahara surya ?
Page 106
146
Dengan pengalihan ‘cara pandang manusia’ menuju ‘cara pandang Tuhan’
menyebabkan seseorang mampu menggali pengetahuan hakikat sempurna yang
sesungguhnya telah ada lengkap pada setiap orang (tentang ‘pengetahuan
bawaan’ ini telah diterangkan pada Prosa Lirik Cinta ) :
In the depth of your hopes and desires lies your silent knowledge of the
beyond
And like seeds dreaming beneath the snow your heart dreams of sping
Trust the dreams, from in them is hidden the gate of eternity ( Kahlil Gibran
1980:93 )
Atau
Di kedalaman harapan dan keinginanmu terpendam pengetahuanmu yang
tersimpan di dalam hati mengenai alam baka
Dan laksana benih tumbuhan sedang bermimpi di bawah salju hatimu yang
memimpikan musim semi
Percayalah mimpi itu, sebab di dalamnya tersembunyi gerbang keabadian
Kematian’ bermakna pula masuknya seseorang menuju maqam tawakkal
yang selalu disertai perasaan gembira dan gemetar karena ‘kehormatan’ ridho
Allah digambarkan pada kalimat berikut :
Your fear of death is but the trembling of the shepherd when he stands
before the King whose hand is to be laid upon him in honour ( Kahlil
Gibran 1980:93 )
Atau
Tak lain selain kematian adalah gemetarnya anak gembala karena telah
dianugerahi restu dari Sang Raja ?
Kematian dalam kehidupan ini hanya mampu difahami oleh orang-orang
yang hatinya bercahaya : The owl whose night – bound eyes are blind unto the
Page 107
147
day can not unveil mystery of light ( Kahlil Gibran 1980:93 ). Atau burung hantu
yang bermata kelam, yang buta terhadap siangnya hari, tak bisa menyingkap
misteri cahaya.
Namun kematian ini bermakna pula matinya jasad seseorang tanda ia akan
bersatu sempurnya dengan Tuahnnya
And when the earth shall claim your limbs, then shall you trully dance
And what is it cease breathing but to free the breath from its restless tides,
that it may rise and expand and seek God unencumbered ? ( Kahlil Gibran
1980:94 )
Atau
Dan saat bumi akan menuntut jasadmu, barulah kau akan benar-benar
menari.
Dan apalah artinya pernafasan yang berhenti selain membebaskan tugas
nafas tanpa hentinya dan memungkinkan dia bangkit dan mengembang dan
mencari Tuhan tanpa dibebani ?
BB. Kandungan Hikmah pada Prosa Lirik Perpisahan
Perpisahan, dari fragmen pamitan Sang Nabi pada rakyat Orphalese yang
diceritakan panjang lebar, ada bererapa poin penting yang Penulis cuplik di sini :
Sebagaimana kutipan hadis yang telah penulis tulis di atas, kalangan sufi adalah
perpanjangan tangan Tuhan. Sudah jadi rahasia umum mereka seringkali
bergerak (berbicara, menulis, dll) karena semata-mata digerakkan Allah saja.
Sudah mafhum pula di kalangan para sufi, bahkan dengan cara ini mereka sendiri
belajar dari apa yang mereka ucapkan / yang mereka tulis. Dengan do’a QS
27:19......berikan aku ilham untuk beramal sholeh yang Engkau
ridhoi....penurunan lham untuk beramal sholeh dari Allah salah satu bentuknya
Page 108
148
adalah mampu menulis otomatis, digerakkan oleh Allah sendiri sehingga iapun
belakangan belajar dari tulisannya sendiri. Ternyata hal ini dialami Kahlil Gibran
yang hasilnya berupa naskah yang saat ini jadi obyek kajian, yaitu The Prophet.
Was it I who spoke ? was I not also a listener ? ( Kahlil Gibran 1980:97 ) Atau,
akukah yang bicara tadi? Bukankah aku pun seorang pendengar? Sama dengan
yang diungkapkan al-Hallaj : Tuhan telah berkata kepadaku, di lubuk hatiku
lewat ilmu pengetahuan yang mewujud dalam ucapan lisanku (Al-Hallaj,
2003:123)
Ujar-ujar yang baik yang keluar dari Allah itu diibaratkan seperti pohon
yang memberikan buahnya pada dunia. We are seeds of the tenacious plant, and
it is in our ripeness and our fullness of heart that we are given to the wind and
are scattered ( Kahlil Gibran 1980:97 ). Atau kamilah benih tanaman yang kuat
bertahan, dan ini ada dalam keranuman kami dan hati kami, yang kami berikan
kepada angin dan disebarkan (ke seluruh penjuru dunia). Sama dengan
keterangan Allah langsung dari al-Qur’an : Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon
yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit ? pohon itu
memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat (QS 14:24,25 )
Karena nabi adalah seorang penerjemah hukum Illahi ke dalam bahasa
manusia, maka Gibran berharap : If augh I have said the truth, that truth shall
Page 109
149
reveal itself in a clearer voice, and in words more kin to your thought ( Kahlil
Gibran 1980:98 ) Atau jika sesuatu yang telah kututurkan merupakan kebenaran,
maka kebenaran akan menyingkap dirinya sendiri dengan suara yang lebih
bening, dan dalam kata-kata yang lebih akrab dengan pikiranmu.
Sebagai penutup buku ini sang nabi (sebagai penyandang nur muhammad)
menulis : ia pergi, namun pada saatnya nanti akan ada penyandang nur
muhammad (atau hidayah kenabian) lainnya yang akan menyambangi tempat
yang sama karena Tuhan menjanjikan, selalu ada rasul pada suatu umat. A little
while, a moment of rest upon the wind, and another woman shall bear me (
Kahlil Gibran 1980:114 ). Atau sejenak istirah dalam hembusan angin lalu,
seorang ibu baru akan melahirkanku. Dan ketahuilah olehmu bahwa di
kalanganmu (selalu) ada Rasulullah ( QS 49:7). Al-Qur’an adalah kitab acuan
abadi. Pada kitab ini banyak tertulis kata nabi dan rasul. Karena kitab ini berlaku
hingga akhir masa, maka sampai akhir nanti pun Allah tetap menghadirkan nabi-
nabi dan rasul-rasul kecil penerus nabi dan rasul besar terakhir, Muhammad saw.